BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) Kopi merupakan salah satu tumbuhan dalam famili Rubiaceae yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) Kopi merupakan salah satu tumbuhan dalam famili Rubiaceae yang"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) Kopi merupakan salah satu tumbuhan dalam famili Rubiaceae yang banyak dibudidayakan di negara tropis. Kopi pertama kali ditemukan pada abad ke-9 oleh bangsa Ethiopia yang memanfaatkan kopi sebagai jenis makanan penambah energi energy bar. Jenis kopi yang banyak dibudidayakan pertama kali adalah kopi arabika (Coffea arabica L.). Kopi tersebut pertama kali dibudidayakan di Indonesia pada tahun Namun demikian, jenis kopi arabika tidak tahan terhadap penyakit karat daun (Hemileia vastatrik) sehingga budidaya kopi mengalami kemunduran. Sebagai penggantinya, petani di Indonesia mulai membudidayakan kopi jenis liberika (C. liberica Bull ex. Hiern ) pada pada tahun Akan tetapi, kopi liberika juga tidak tahan terhadap penyakit karat daun. Pada awal abad ke-19, petani di Indonesia mulai mengenal kopi robusta (C. canephora var. Robusta) dan membudidayakannya karena jeni kopi tersebut tahan terhadap penyakit karat daun. Pada saat ini, kopi robusta banyak dibudidayakan di daerah dataran rendah wilayah pulau Jawa, Sumatra, Bali dan Sulawesi (van Steenis et al., 2008) Morfologi Kopi Kopi memiliki sistem perakaran tunggang dengan kedalaman akar utama kurang dari 1 meter. Akar lateral tumbuh dan berkembang dengan panjang sekitar 3 4 meter. Akar pada kopi 90 % berada pada lapisan tanah dengan kedalaman kurang dari 30 cm (Gambar 2.1.A; van der Vossen et al., 2000). 8

2 9 Kopi merupakan tanaman perdu dengan batang berkayu yang memiliki tinggi antara 2-4 meter. Batang kopi memiliki dua tipe percabangan yaitu cabang orthotrop dan cabang plagiotrop. Cabang orthotrop adalah cabang yang tumbuh tegak serta tidak menghasilkan bunga, sedangkan cabang plagiotrop adalah cabang yang tumbuh mendatar dan berfungsi sebagai penghasil bunga (Gambar 2.1.B; van Steenis et al., 2008). Daun tanaman kopi bertangkai pendek sekitar 1 cm ( Gambar 2.1.C; van Steenis et al., 2008) dan berbentuk memanjang (oblongus) dengan ukuran panjang berkisar cm dan lebar cm, dengan ujung daun meruncing dan pangkal daun membulat atau berbentuk baji (van Steenis et al., 2008). Daun kopi bertepi rata dengan permukaan helaian daun mengkilap dan permukaan bagian atas berwarna hijau gelap serta permukaan daun bagian bawah berwarna hijau lebih terang (van der Vossen et al., 2000). Pada umumnya, tanaman kopi mulai berbunga setelah berumur 1 sampai 2 tahun (Gambar 2.1.D). Bunga kopi tumbuh dari ketiak daun pada cabang plagiotrop, memiliki tangkai bunga dengan susunan yang berkelompok, masingmasing kelompok terdiri dari 4 6 kuntum bunga (van Seenis et al., 2008). Tangkai bunga berukuran 1 mm dengan kelopak bunga berwarna hijau, serta memiliki mahkota berjumlah 5 7 buah yang berwarna putih dan berbau harum, sedangkan tabung mahkota memiliki panjang sekitar mm dan lebar sekitar 2 3,5 mm. Bunga kopi memiliki tangkai putik yang berukuran kecil dengan posisi menjulang jauh ke luar tabung dengan dua cabang yang panjangnya berukuran 5 mm. Benang sari terdiri dari 5 7 helai, sedangkan kepala sari

3 10 memiliki panjang yang berukuran 5 mm dan memiliki tangkai sari dengan panjang 3 4 mm (van Seenis et al., 2008). Apabila bunga sudah dewasa, akan terjadi penyerbukan dengan membukanya kelopak dan mahkota yang akan berkembang menjadi buah. Penyerbukan yang terjadi pada tanaman kopi robusta merupakan jenis penyerbukan silang (Sudarka et al., 2009). Penyerbukan ini terjadi karena kedudukan tangkai putik pada kopi robusta menjulang tinggi dari posisi benang sari, sehingga kemungkinan benang sari dapat jatuh di tangkai putik sendiri sangat kecil (Sudarka et al., 2009). Selain itu, kopi robusta memiliki sifat selfincompatibility yaitu apabila terjadi penyerbukan sendiri, maka buluh sari tidak terbentuk sehingga tidak terjadi pembuahan (van der Vossen et al., 2000). Buah kopi bertipe batu dan berbentuk bulat telur dengan diameter sekitar mm (van Steenis et al., 2008). Buah kopi muda berwarna hijau (Gambar 2.1.E) dan berwarna merah jika telah masak (van Steenis et al., 2008). Buah kopi terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah kopi terdiri dari atas 3 lapisan yaitu lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging (mesokarp), dan lapisan kulit tanduk (endokarp), sedangkan biji kopi terdiri dari dua bagian, yaitu kulit biji ( kulit ari ) dan endosperma (putih lembaga; Gambar 2.1.F). Pada umumnya, di dalam buah kopi terdapat biji sebanyak 2 butir biji yang berwarna coklat. Biji kopi tersebut berbentuk elips dengan panjang antara 8-12 mm (van der Vossen et al., 2000).

4 11 A B C D E F Gambar 2.1 (A) akar tunggang pada kopi, (B) batang kopi, (C) daun kopi, (D) bunga kopi, (E) buah kopi), (F) buah kopi (Hulupi & Martini, 2013) Varietas Kopi Berdasarkan varietasnya ada sekitar 80 jenis kopi di dunia, namun ada dua jenis kopi yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan diperdagangkan secara komersil yaitu kopi arabika (Coffea arabica L.) dan kopi robusta (C. canephora Pierre var robusta; van Steenis et al., 2008). Kopi Arabika (Gambar 2.2.A) merupakan jenis kopi yang pertama kali masuk di Indonesia sekitar abad ke-17. Kopi arabika tumbuh baik pada daerah tropis maupun sub tropis pada suhu sekitar o C (van Steenis et al., 2008). Pada daerah tropis (7 o LU - 7 o LS) kopi arabika tumbuh pada ketinggian 1000

5 meter di atas permukaan laut (dpl), sedangkan pada daerah sub tropis (9 o LU - 23 o LU dan 9 o LS - 23 o LS) kopi arabika tumbuh pada ketinggian m dpl (van der Vossen et al., 2000). Pada saat ini, kopi arabika banyak dibudidayakan di Indonesia seperti Sumatra utara, Aceh, Lampung, dan beberapa propinsi di pulau Sulawesi, Jawa dan Bali (Panggabean, 2011) Secara morfologi, buah kopi arabika berwarna hijau dan berubah menjadi merah apabila sudah masak. Buah kopi berbentuk lonjong (ovoid-ellpsoidal) memiliki diameter sekitar 8-15 mm dengan panjang mm. (van der Vossen et al., 2000). Biji kopi arabika memiliki berat sekitar 0,45-0,5 gram per biji dengan kandung kafein berkisar 0,6-1,7 %. (van der Vossen et al., 2000). Selain itu, biji kopi arabika memiliki harga jual yang tinggi karena memiliki rasa yang manis dan memiliki aroma yang kuat (Ibrahim et al., 2013). Kopi Robusta (Gambar 2.2.B) merupakan jenis kopi yang mulai banyak dibudidayakan di Indonesia pada abad ke-19. Kopi robusta tumbuh ideal di daerah tropis pada ketinggian m dpl dengan suhu sekitar C (van der Vossen et al., 2000). Kopi robusta mampu beradaptasi dengan lingkungannya lebih baik dibandingkan dengan kopi arabika. Kopi robusta juga lebih tahan terhadap penyakit karat daun dibandingkan dengan kopi arabika (van Steenis et al., 2008). Oleh karena itu, 90 % kopi yang dibudayakan di Indonesia adalah kopi robusta (Prastowo et al., 2010). Pada saat ini, kopi robusta banyak dibudidayakan di Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung dan Aceh (van der Vossen et al., 2000).

6 13 Secara morfologi buah kopi robusta berbentuk bulat telur bola (ovoidglobose) memiliki biji yang berukuran lebih pendek dibandingkan kopi arabika (8-16 mm). Selain itu, biji kopi robusta memiliki ukuran lebih ringan jika dibandingkan dengan kopi arabika sekitar 0,4 g per biji kopi dengan kandungan kafein berkisar 0,6 %. Dari segi rasa, kopi robusta memiliki rasa yang kurang digemari dibandingkan dengan kopi arabika. Kandungan kafeina kopi robusta juga lebih tinggi (1,5-3,3 %; van der Vossen et al., 2000) dibandingkan dengan kopi arabika. A B Gambar 2.2 (A) kopi arabika, (B) kopi robusta (Sumaryono, 2013).

7 Manfaat Kopi Kopi merupakan tanaman yang dibudidayakan oleh masyarakat untuk dimanfaatkan bijinya. Hal ini dikarenakan biji kopi mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dan memiliki banyak manfaat bagi tubuh dan kesehatan. Biji kopi banyak mengandung kafein yang dapat memberi efek stimulan pada tubuh dengan cara merangsang kerja otak sehingga menyebabkan tubuh akan terasa lebih segar (Utami, 2011). Selain kafein, di dalam biji kopi juga mengandung chlorogenic acid, yaitu suatu senyawa polyphenol yang berfungsi sebagai antioksidan kuat sehingga dapat membantu tubuh untuk memperbaiki sel-sel yang rusak (Johnston et al., 2003). Selain itu, biji kopi juga kaya akan kalsium, magnesium, tembaga, karbohidrat dan beberapa macam vitamin lainnya sehingga banyak dimanfaatkan sebagai sunblock untuk mencegah sengatan matahari dan mencegah kulit keriput (Gambar 2.3.A; Adikasari, 2012). Bagian dari tanaman kopi selain biji juga banyak dimanfaatkan oleh manusia. Batang kopi yang telah tua banyak digunakan sebagai bahan kayu bakar atau arang bakar (Gambar 2.3.B). Daun kopi juga banyak digunakan sebagai bahan minuman seperti daun teh (Gambar 2.3.C; Setiono, 2013). Kulit biji sebagai limbah pengolahan buah juga banyak digunakan sebagai bahan alternatif pakan ternak maupun kompos (Gambar 2.3.D; Usman et al.,2013).

8 15 A B C D Gambar 2.3 (A) masker kopi, (B) arang kopi, (C) minuman dari kopi, (D) pakan ternak.

9 Budidaya Kopi dan Permasalahannya Produksi Kopi Dunia dan Indonesia Kopi merupakan salah satu komoditas pertanian yang paling banyak diperdagangkan di dunia. Pada tahun 2013, produksi kopi di dunia mencapai 8,7 juta ton dari luas lahan sekitar 10 juta hektar (FAO, 2015). Negara-negara utama penghasil kopi dunia di antaranya adalah Brazil dengan rata-rata produksi mencapai 2,8 juta ton kopi per tahun (32,54 %), Vietnam dengan rata-rata produksi mencapai 1,2 juta ton per tahun (14,98 %), maupun Indonesia dengan rata-rata produksi mencapai 679 ribu ton per tahun (7,86 %) (Gambar 2.4; FAO, 2015). Total produksi kopi di Indonesia yang tinggi tersebut sangat berkaitan erat dengan luas lahan perkebunan kopi yang mencapai sekitar 1,3 juta Ha. Hal ini, menempatkan Indonesia sebagai negara dengan luas perkebunan kopi kedua setelah negara Brazil dengan luas perkebunan sekitar 2 juta Ha (FAO, 2015). Oleh karena itu, kopi merupakan salah satu komoditas utama yang banyak dibudidayakan di Indonesia setelah kelapa sawit 6,1 juta Ha dan karet 5,2 juta Ha (FAO, 2015) Sebagai salah satu komiditas terbesar di Indonesia, kopi merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia dari sektor perkebunan. Pada tahun 2013, total ekspor dari komoditas perkebunan di Indonesia mencapai mencapai 27,6 milyard US$ (BPS, 2014). Dari angka tersebut, kelapa sawit memiliki konstribusi sebesar 17,6 milyard US$ dan karet memiliki kontribusi sebesar 6,9 milyard US$. Komoditas kopi berhasil menghasilkan devisa negara mencapai sekitar 1,1

10 17 milyard US$ pada tahun tersebut, sehingga menempatkan kopi sebagai komoditas penyumbang devisa terbesar ketiga setelah kelapa sawit dan karet (BPS, 2014) Produksi (ton) Brazil Vietnam Indonesia Colombia Negara Gambar 2.4 Nilai rata - rata produksi kopi di dunia pada tahun (FAO, 2015) Permasalahan Budidaya Kopi di Indonesia Sebagai negara dengan lahan kopi terluas kedua di dunia, Indonesia hanya mampu menempati urutan ketiga terbesar di dunia sebagai negara penghasil kopi dunia. Hal tersebut terjadi karena produktivitas perkebunan kopi di Indonesia tergolong rendah. Pada tahun 2013, total produksi biji kopi yang mampu dihasilkan oleh setiap hektar lahan per tahunnya hanya berkisar 500 kg biji. Angka tersebut masih jauh di bawah negara - negara penghasil kopi utama lainnya seperti Malaysia, Vietnam, Siera Leone, ataupun China yang mampu menghasilkan biji kopi sekitar 2,4 ton biji kopi untuk setiap hektar lahan setiap tahunnya. Hal tersebut menempatkan Indonesia di urutan ke-38 dari 78 negara penghasil kopi di dunia (Gambar 2.5; FAO, 2015).

11 18 Produktivitas kopi (Kg biji/ Ha lahan ) 4000, 3000, 2000, 1000, 0, Tahun Sierra Leone China Vietnam Indonesia Malaysia Gambar 2.5 Produktivitas perkebunan kopi Indonesia dibandingkan dengan empat negara dengan produktivitas kopi tertinggi di dunia (FAO, 2015). Ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab rendahnya produktivitas lahan kopi di Indonesia, seperti teknik budidaya yang masih sederhana, mayoritas perkebunan berusia tua, maupun penggunaan bibit unggul yang masih rendah. Teknik budidaya kopi seperti penanaman, pemupukan, pemangkasan dan pengendalian hama penyakit yang dilakukan oleh para petani kopi masih secara tradisional, selain itu cara pengelolahan budidaya dan penanganan pasca panen yang kuranag memadai (Arnawa et al., 2010). Penanaman kopi mayoritas perkebunan kopi di Indonesia telah melebihi usia produktif, yaitu sekitar 30 tahun, dengan usia produktif kopi rata-rata sekitar 5-20 tahun (Viva, 2013). Mayoritas perkebunan kopi di Indonesia juga menggunakan bibit yang kurang unggul (Santoso & Raharjo, 2011). Oleh karena itu peremajaan perkebunan kopi dengan menggunakan bibit yang unggul menjadi prioritas utama perkebunan kopi di Indoensia.

12 Pembibitan Kopi di Indonesia Pada umumnya petani di Indonesia membudidayakan tanaman kopi dengan menggunakan bibit yang berasal dari biji atau secara generatif (Gambar 2.6; Ibrahim et al., 2013). Biji kopi yang akan dijadikan benih dipilih, dari tanaman unggul dengan produktivitas tinggi. Biji kopi dikecambahkan selama hari, kemudian dipelihara selama 8 bulan untuk menghasilkan benih kopi yang siap tanam (Prastowo et al., 2010). Teknik ini mudah dilakukan oleh para petani dan tidak membutuhkan biaya yang besar serta bibit dapat diproduksi secara masal (Prastowo et al., 2010). Namun demikian, bibit yang dihasilkan tidak memiliki kualitas yang unggul seperti induknya. Kopi robusta dikenal sebagai jenis kopi yang melakukan penyerbukan silang (Santoso & Raharjo, 2011). Salah satu dampak penyerbukan silang adalah memunculkan alel-alel resesif yang memungkinkan adanya sifat-sifat yang kurang baik dari salah satu pohon muncul pada keturunannya sehingga pada biji-biji yang dihasilkan dari pohon indukan yang unggul belum tentu menghasilkan keturunan yang unggul pula apabila digunakan sebagai benih (Sunarti et al., 2012).

13 20 Gambar 2.6 Pembibitan tanaman kopi secara generatif (Hulupi dan martini, 2013). Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menghasilkan bibit yang unggul seperti tanaman induknya adalah dengan melakukan pembibitan secara vegetatif, melalui stek, okulasi dan sambung pucuk (Oktavia et al., 2003). Perbanyakan kopi melalui stek (Gambar 2.7.A) dapat dilakukan dengan cara memotong dua atau tiga ruas cabang yang memiliki 2-4 daun dari pucuk, kemudian di tanam pada medium tanam. Hasil stek akan terlihat setelah umur 20 hari dan bibit stek tersebut siap ditanam ke lapang setelah berumur sekitar 7 bulan (Prastowo et al., 2010). Teknik ini mampu menghasilkan bibit yang memiliki sifat genetik yang sama dengan induknya, mudah dilakukan, dan lebih cepat menghasilkan bibit. Namun, teknik ini tidak dapat menghasilkan bibit dalam skala besar karena terbatasnya jumlah cabang yang dapat digunakan sebagai bibit.

14 21 Selain itu, teknik ini juga dapat merusak tanaman induknya, maupun bibit yang dihasilkan akan memiliki akar serabut sehingga mudah roboh (Prastowo et al., 2010). Pembibitan kopi secara vegetatif yang mampu menghasilkan tanaman dengan akar tunggang adalah dengan menggunakan teknik okulasi (Gambar 2.7.B). Teknik ini dilakukan dengan cara menempelkan mata tunas yang diambil dari pohon kopi unggul pada batang bawah yang diperoleh dari pembibitan melalui biji. Kemudian, bibit hsil okulasi dipelihara lebih lanjut sekitar sekitar 15 bulan sebelum bibit siap ditanam di lahan (Prastowo et al., 2010). Namun demikian, teknik tersebut masih memiliki keberhasilan yang relatif rendah, yaitu sekitar 11 % (Prastowo et al., 2010; Basri, 2009). Di samping itu, teknik tersebut masih menyebabkan kerusakan pada tanaman induknya. Teknik pembibitan kopi lainnya melalui sambung pucuk (Gambar 2.7.C). Memiliki teknik yang mirip seperti okulasi namun yang ditempelkan merupakan cabang yang masih muda yang diambil dari pohon induk unggul. Bibit dapat ditanam pada lahan setelah berumur 6-8 bulan (Prastowo et al., 2010). Seperti halnya okulasi, teknik ini mampu menghasilkan bibit dengan kualitas yang sama dengan induknya (Prastowo et al., 2010), namun, Teknik sambung pucuk belum mampu menghasilkan bibit secara masal serta dapat merusak tanaman induk yang digunakan sebagai sumber batang atas (Oktavia et al., 2003).

15 22

16 23 induksi kalus embriogenik dilakukan dengan cara menanam eksplan pada medium tanam yang mengandung auksin dengan konsentrasi tinggi atau dengan menggunakan auksin serta sitokinin secara bersamaan (Gambar 2.8.A Ibrahim et al., 2013). Tahap induksi kalus pada umunya dilakukan selama 4 minggu (Sumaryono, 2014 ) dengan tingkat keberhasilan yang masih tinggi sekitar 100 % (Murni, 2010). Tahap selanjutnya yaitu tahap induksi embrio. Tahap induksi embrio dilakukan dengan cara kalus embriogenik ditanam pada medium induksi yang mengandung auksin dengan konsentrasi rendah yang dikombinasikan dengan sitokinin dengan konsentrasi tinggi sehingga terinduksi pembentukan embrio somatik (Purnamaningsih, 2002). Perkembangan embrio somatik dapat melalui beberapa tahap, yaitu embrio globular (Gambar 2.8.C), embrio tahap hati (Gambar 2.8.D), embrio tahap torpedo (Gambar 2.8.E), embrio tahap pra kotiledon(gambar 2.8.F), dan embrio tahap kotiledon (Gambar 2.8G) (Purnamaningsih, 2002). Pada tahap ini waktu yang dibutuhkan sekitar 8 bulan (Ibrahim, 2013) dengan tingknat keberhasilan yang masih tinggi sekitar 100 % (Riyadi & Tirtoboma, 2004) Setelah terbentuk embrio pada fase kotiledon, maka dilanjutnya pada tahap perkecambahan (Gambar 2.8.H-I) yaitu tahapan embrio somatik membentuk tunas dan akar. Pada tahap ini, embrio dikecambahkan pada media perkecambahan dengan penambahan ZPT dengan konsentrasi yang sangat rendah bahkan tidak ditambahkan ZPT (Purnamaningsih, 2002). Pada tahap ini, waktu yang dibutuhkan untuk menumbuhkan kecambah sekitar 3 bulan dengan tingkat

17 24 keberhasilan masih cukup tinggi sekitar 90 % (Arimarsetiowati & Ardiyani, 2012). Tahapan terakhir dari pembibitan kopi melalui embriogenesis somatik adalah aklimatisasi (Gambar 2.8. J-K). Aklimatisasi merupakan tahapan yang menentukan berhasil tidaknya teknik embriogenesis somatik yang digunakan dalam produksi bibit suatu tumbuhan (Purnamaningsih, 2002). Teknik ini perlu dilakukan secara hati - hati karena pemindahan bibit dilakukan dari kondisi antara in vitro ke kondisi ex vitro dengan penurunan kelembaban dan peningkatan intensitas cahaya (Purnamaningsih, 2002; Sandra, 2012). Pada tahap ini, waktu sekitar 3 bulan (Yenitasari, 2015) dengan tingkat keberhasilannya sekitar 78 % dengan (Priyono dan Zaenudin, 2002). Gambar 2.8 Tahap embriogenesis somatik; Induksi kalus embrioneik ( A-B), Induksi embrio globular (C), embrio tahap hati (D), embrio tahap torpedo (E), pra kotiledon (F), embrio tahap kotiledon (G), perkecambahan (H-I) dan tanaman kopi yang siap di aklimatisasi (J), tahap aklimatisasi (Gatica et al., 2008).

18 25 Namun demikian, tahapan produksi bibit kopi melalui teknik embriogenesis somatik masih memiliki banyak kendala seperti lamanya waktu yang dibutuhkan untuk memelihara kultur dalam kondisi in vitro. Sampai saat ini, produksi bibit kopi melalui teknik embriogenesis somatik memerlukan waktu sekitar 12 bulan untuk kondisi in vitro yang terdiri atas pada induksi kalus selama 1 bulan (Sumaryono, 2014), induksi embrio somatik selama 8 bulan (Ibrahim et al., 2013), dan perkecambahan selama 3 bulan (Murni, 2010). Disamping itu bibit yang dihasilkan masih membutuhkan tahapan aklimatisasi selama 3 bulan sebelum siap dibesarkan di screen house (Santoso et al, 2014). Dengan panjangnya waktu yang dibutuhkan untuk kondisi in vitro tersebut mengakibatkan resiko kegagalan produksi cukup tinggi sebagai akibat adanya kontaminasi bakteri dan jamur, tingginya medium yang digunakan, konsumsi listrik maupun tenaga kerja yang banyak (Ahloowalia & Savangikar, 2002). Oleh karena itu perlu inovasi teknik embriogenesis somatik untuk mempersingkat lamanya waktu oleh embrio kopi dalam kondisi in vitro. 2.4 Aklimatisasi Embrio Somatik Secara Langsung (Direct Sowing) Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mempersingkat waktu kultur secara in vitro adalah dengan menggunakan teknik direct sowing. Teknik direct sowing adalah teknik yang menggabungkan tahapan perkecambahan embrio sekaligus bersamaan dengan tahapan aklimatisasi bibit terhadap kondisi eksternal (Kubota, 2002). Embrio somatik dikecambahkan secara langsung pada kondisi ex vitro sekaligus dilakukan aklimatisasi. Manfaat teknik direct sowing untuk

19 26 produksi bibit kopi adalah mempersingkat waktu kultur sehingga mampu menghemat tenaga, biaya serta memperkecil resiko kontaminasi (Priyono & Zaenudin, 2012). Beberapa tanaman telah berhasil diperbanyak dengan mengaplikaasikan teknik tersebut seperti tanaman Medicago sativa L (Fujii et al., 1989), Magnolia pyramidata (Merkle et al., 1994) dan Theobroma cacao L. (Niemenak et al., 2008). Pada tanaman M. sativa embrio somatik berhasil dikecambahkan sekaligus diaklimatisasikan dengan menggunakan teknik direct sowing. Tingkat keberhasilan teknik direct sowing pada embrio somatik tanaman tersebut mencapai 60 % dan mampu mempersingkat waktu kultur in vitro sekitar 6 minggu (Fuji et al., 1989). Hal yang sama juga dilaporkan pada tanaman M. pyramidata dengan tingkat keberhasilan mencapai sekitar 40 % dan mampu mempersingkat waktu kultur in vitro sekitar 5 minggu (Merkle et al., 1994). Pada T.cacao L, teknik direct sowing juga berhasil digunakan untuk mempersingkat waktu kultur in vitro sekitar 8 minggu, namun demikian teknik tersebut hanya memiliki tingkat keberhasilan rendah 10 % (Niemenak et al., 2008) Pada tanaman kopi arabika, teknik direct sowing juga telah dicobakan untuk meningkatkan produksi bibit kopi unggul secara masal. Embrio somatik yang berumur 4 bulan diaklimatisasikan pada medium campuran tanah : pasir : bubur batang (plup) kopi dengan perbandingan 2 : 1 : 1 kemudian di pelihara selama 2 bulan. Teknik tersebut berhasil digunakan untuk produksi bibit kopi arabika dengan tingkat keberhasilan mencapai 80 %. Teknik tersebut juga mampu

20 27 mempersingkat lama kultur 13 % lebih cepat dibandingkan dengan teknik embriogenesis somatik secara konvesional (Etienne-Barry et al., 1999). Pada tanaman kopi robusta, teknik direct sowing juga telah dicobakan, namun dengan tingkat keberhasilan yang lebih rendah, yaitu sekitar 50 % (Yenitasari, 2015). Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya keberhasilan teknik embrio somatik selama proses aklimatiasai adalah derajat keasaman (ph) substrat tanam 2.5 Derajat Keasaman Substrat Tanam Pengertian dan Fungsi Derajat Keasaman pada Tumbuhan Derajat Keasaman (ph) merupakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki suatu larutan. Tingkat keasaman ditunjukan sebagai konsentrasi ion H + pada suatu larutan berpelarut air. Nilai ph berjarak antara 0 (sangat asam) sampai 14 (sangat basa) dan titik netralnya pada ph 7 (Fitriani, 2001). Bila nilai ph suatu larutan bernilai kurang dari 7 maka larutan disebut bersifat asam dan apabila nilai ph lebih besar dari 7 maka larutan tersebut basa. Derajat keasaman (ph) memiliki peranan penting pada proses pertumbuhan suatu tanaman. Hal tersebut dikarenakan ph berperan penting dalam keberadaan mikroorganisme tanah, ketersediaan nutrisi makro dan mikro maupun daya serap tanaman terhadap nutrisi (Widiastoety et al., 2005 & Salisbury & Ross, 1992). Keberadaan mikroorganisme pada substrat tanam dipengaruhi oleh ph substrat tersebut. Pada umumnya, ph optimum untuk pertumbuhan mikroorganisme bervariasi di sekitar 6,8 7,8 (Khaerunnisa & Rahmawati, 2013),

21 28 namun setiap organisme membutuhkan nilai ph tertentu. Jamur dapat tumbuh secara optimum pada ph sekitar 4 6 (Budiman et al., 2009), sedangkan bakteri membutuhkan ph sekitar 6 8 (Khaerunnisa & Rahmawati, 2013), dan algae membutuhkan ph berkisar 7 9 (Isnadina & Hermana, 2013). Ketersediaan nutrisi pada substrat tanam juga dipengaruhi oleh ph substrat tanam. Pada umumnya, ketersediaan nutrisi yang optimum terjadi pada kisaran 5,2 6,5 (Soemarno, 2010). Secara umum ketersediaan nutrisi pada suatu substrat tanam sangat dipengaruhi oleh ph substrat tersebut (Gambar 2.9). Sebagai contoh ketersediaan unsur fosfat yang optimum berada pada kisaran ph 4,5 7,6. Pada ph rendah (< 4,5), fosfat akan bereaksi dengan ion besi dan alumunium membentuk besi fosfat atau alumunium fosfat yang sukar larut dalam air, sedangkan pada ph tinggi, fosfat akan bereaksi dengan ion kalium membentuk kalium fosfat yang juga sukar larut dalam air sehingga senyawa tersebut tidak dapat diserap oleh tanaman (Matson, 2010).

22 29 Gambar 2.9. Keberadaan unsur nutrisi tumbuhan sangat dipengaruhi oleh ph substrat tanam (Taiz & Zeiger, 2002, p.77). Daya serap tumbuhan terhadap nutrisi yang tersedia pada substrat tanaman juga dipengaruhi oleh ph substrat tersebut. Nilai ph yang tepat agar daya serap tumbuhan terhadap nutrisi optimum sangat tergantung kepada jenis tumbuhan maupun jenis nutrisi yang akan diserap. Pada anggrek, ph optimum untuk penyerapan nutrisi terjadi pada kisaran ph 5,0 5,5 (Widiastoety et al., 2005), sedangkan pada kedelai, ph optimum untuk penyerapan nutrisi adalah berkisar 6-6,8 (Sofia, 2007). Pada umumnya, ph optimun yang dibutuhkan agar tumbuhan dapat menyerap nutrisi secara optimum berada pada kisaran 5,0 7,0. Namun demikian, ph optimum untuk setiap nutisi yang diserap oleh tanaman bervariasi tergantung jenis nutrisi. Ion fosfat diserap oleh tumbuhan secara optimum pada ph di bawah 7. Pada ph tersebut, fosfat berada dalam bentuk anion bervalensi satu (H 2 PO 4 - ),

23 30 sedangkan pada ph di atas 7 ion fosfat berada dalam bentuk anion valensi dua (HPO 2-4, Gambar 2.9 ; Salisbury & Ross, 1992). Hal yang sama juga terjadi pada penyerapan nitrogen dalam bentuk anion (NO - 3 ) paling optimum pada ph asam, sedangkan penyerapan nitrogen dalam bentuk kation (NH + 4 ) paling optimum pada ph basa (George & de Klerk, 2008). Hal sebaliknya terjadi pada penyerapan ion Cl - yang optimum pada ph di atas 7 (Schubert et al., 1990). Gambar 2.10 Grafik penyerapan fosfat terhadap nutrisi pada substrat tanam yang berpengaruh terhadap derajat keasaman (ph) Fungsi Derajat Keasaman (ph) Substrat Tanam dalam Aklimatisasi Bibit Hasil Kultur Jaringan Pada kultur jaringan, ph suatu substrat tanam menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan aklimatisasi suatu tanaman. Perveen et al. (2013) melaporkan bahwa ph medium berpengaruh secara nyata terhadap regenerasi dan aklimatisasi Euphorbia cotinifolia L. ph 5,8 memberikan persentase regenerasi paling tinggi (90 %) dibandingkan ph 5,0 (50 %) ataupun

24 31 ph 6,6 (45%). ph 5,8 juga dilaporkan menjadi nilai ph paling optimum untuk regenerasi dan aklimatisasi Polyscias balfauriana dibandingkan dengan ph 5,0 ataupun 6,6 (Ilyas et al., 2013). Hal yang sedikit berbeda dilaporkan pada tanaman Hygrophila polysperma (Roxb.) T. Anderson yang menunjukkan bahwa perlakuan ph yang bervariasi dari 4,0 sampai 10,0 tidak berpengaruh secara nyata terhadap keberhasilan aklimatisasi karena seluruh plantlet berhasil diaklimatisasikan. Namun demikian, ph berpengaruh secara nyata tinggi tanaman dan jumlah internodus sesudah aklimatisasi dengan ph optimum sebesar 7,0 (Karatas et al., 2013). Kemampuan ph berpengaruh erat terhadap keberhasilan aklimatisasi tumbuhan hasil kultur jaringan diduga disamping berkaitan erat dengan ketersediaan nutrisi bagi tumbuhan maupun penyerapan nutrisi bagi tumbuhan juga berhubungan dengan peran ph terhadap aktivitas auksin dalam menginduksi pembentukan akar (George & de Klerk, 2008). ph substrat yang bersifat asam sangat dibutuhkan oleh tanaman dalam proses induksi akar pada tanaman Nicotiana tabacum (Thorpe et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. mencapai lebih dari 800 juta US$ dan meningkat menjadi lebih dari 1.2 milyar

BAB I PENDAHULUAN. mencapai lebih dari 800 juta US$ dan meningkat menjadi lebih dari 1.2 milyar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan penghasil devisa utama di Indonesia setelah kelapa sawit dan karet. Pada tahun 2010, total eksport kopi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi biji kopi di Indonesia (Ibrahim et al., 2012). Pada tahun 2013, produksi

BAB I PENDAHULUAN. produksi biji kopi di Indonesia (Ibrahim et al., 2012). Pada tahun 2013, produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dapat di lihat dari nilai ekspor kopi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi tinggi. Pada tahun 2014, total produksi biji kopi yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi tinggi. Pada tahun 2014, total produksi biji kopi yang dihasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Kopi robusta (Coffea canephora piere ex A. Frohner) merupakan salah satu tanaman andalan dari komoditas perkebunan Indonesia karena memiliki nilai ekonomi tinggi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kopi merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dibudidayakan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kopi merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dibudidayakan di 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kopi Robusta (Coffea canephora pierre ex A. Froehner) Kopi merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dibudidayakan di negara tropis. Di Indonesia, budidaya kopi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tanaman kopi merupakan salah satu tanaman perkebunan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tanaman kopi merupakan salah satu tanaman perkebunan yang penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanaman kopi merupakan salah satu tanaman perkebunan yang penting dan menjadi komoditas ekspor utama bagi Indonesia. Hal tersebut terbukti dengan total ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun mencapai US$ 681 juta pada tahun 2011 (FAO, 2013). Kopi memegang

BAB I PENDAHULUAN. tahun mencapai US$ 681 juta pada tahun 2011 (FAO, 2013). Kopi memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan komoditas perkebunan terbesar ke empat di Indonesia setelah karet, kelapa sawit dan cokelat (BPS, 2013). Komoditas tersebut mampu menjadi sumber pendapatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) Kopi merupakan salah satu tanaman yang termasuk dalam familia Rubiceae yang banyak dibudidayakan di negara tropis.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) Tanaman kopi merupakan salah satu anggota dari familia Rubiaceae yang banyak dibudidayakan di negara tropis termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

PENGARUH FASE PERKEMBANGAN EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (C

PENGARUH FASE PERKEMBANGAN EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (C PENGARUH FASE PERKEMBANGAN EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) TERHADAP KEBERHASILAN PERKECAMBAHAN DAN AKLIMATISASI SECARA LANGSUNG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia karena mampu menjadi sumber devisa utama. Pada tahun 2007, nilai

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia karena mampu menjadi sumber devisa utama. Pada tahun 2007, nilai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan dari sektor perkebunan di Indonesia karena mampu menjadi sumber devisa utama. Pada tahun 2007, nilai eksport

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) Kopi tergolong pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Tumbuhan ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan di negara tropis. Di Indonesia, budidaya kopi dimulai di pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan di negara tropis. Di Indonesia, budidaya kopi dimulai di pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kopi Kopi merupakan salah satu anggota dari famili Rubiaceae yang banyak dibudidayakan di negara tropis. Di Indonesia, budidaya kopi dimulai di pada tahun 1700-an dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Bagi Indonesia, kakao merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Bagi Indonesia, kakao merupakan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Bagi Indonesia, kakao merupakan sumber devisa non-migas

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTRAT TANAM TERHADAP KEBERHASILAN AKLIMATISASI EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner)

PENGARUH SUBSTRAT TANAM TERHADAP KEBERHASILAN AKLIMATISASI EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) PENGARUH SUBSTRAT TANAM TERHADAP KEBERHASILAN AKLIMATISASI EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mencapai derajat sarjana

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. baku pembuatan zat pewarna β-karoten (Wulan, 2001), makanan ternak (Saputra,

BAB 1 PENDAHULUAN. baku pembuatan zat pewarna β-karoten (Wulan, 2001), makanan ternak (Saputra, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pohon kakao banyak dibudidayakan oleh masyarakat di negara-negara tropis di dunia karena mempunyai banyak manfaat khususnya pada buah kakao. Kulit buah kakao

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia. Dalam hal penyedia lapangan pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. IX di Ethiopia, dimana biji-bijian asli ditanam oleh orang Ethiopia dataran tinggi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. IX di Ethiopia, dimana biji-bijian asli ditanam oleh orang Ethiopia dataran tinggi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Kopi Kopi merupakan salah satu tumbuhan yang termasuk dalam family Rubiaceae yang bernilai ekonomi tinggi. Kopi pertama kali ditemukan pada abad IX di Ethiopia, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Vanilla planifolia Andrews atau panili merupakan salah satu tanaman industri yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting peranannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang berguna untuk bahan pangan, pakan, dan bahan baku industri. Selain itu, kacang tanah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya dilakukan melalui biji dan mengalami penyerbukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI GIBBERELLIC ACID (GA 3 ) TERHADAP KEBERHASILAN AKLIMATISASI EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre ex A.

PENGARUH KONSENTRASI GIBBERELLIC ACID (GA 3 ) TERHADAP KEBERHASILAN AKLIMATISASI EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre ex A. PENGARUH KONSENTRASI GIBBERELLIC ACID (GA 3 ) TERHADAP KEBERHASILAN AKLIMATISASI EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lada (Piper nigrum L) atau yang sering disebut merica adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lada (Piper nigrum L) atau yang sering disebut merica adalah salah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lada (Piper nigrum L) atau yang sering disebut merica adalah salah satu komoditas rempah-rempah primadona. Lada banyak mengandung vitamin A, vitamin E dan vitamin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gladiol Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan pada bentuk daunnya yang sempit dan panjang seperti pedang. Genus gladiolus terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggrek merupakan jenis tanaman hias yang digemari konsumen. Jenis anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan Phalaenopsis dari Negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam sektor perkebunan yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman ini mampu meningkatkan devisa negara melalui sumbangannya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Subkingdom : Spermatophyta Superdivisio : Angiospermae Divisio

Lebih terperinci

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang AgroinovasI Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale. L.) merupakan salah satu tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai keanekaragaman tanaman hortikultura meliputi tanaman buah, tanaman sayuran dan tanaman hias. Menurut Wijaya (2006), Indonesia

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Turi adalah tanaman leguminosa yang umumnya dimanfaatkan sebagai makanan ternak (pakan ternak). Tanaman leguminosa memiliki kandungan protein yang tinggi, begitu juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Saat ini, manggis merupakan salah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan pangan terus menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup manusia. Peningkatan jumlah populasi dunia, peningkatan suhu bumi yang disebabkan efek pemanasan global,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Kacang Tanah Kedudukan kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi Sub divisi Kelas Ordo Famili Genus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembibitan Jati. tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi m.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembibitan Jati. tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi m. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembibitan Jati Jati (Tectona grandis L.) adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) mempunyai sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang yang terbentuk dari calon akar, akar sekunder,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang merah termasuk dalam faimili Liliaceae yang termasuk tanaman herba, tanaman semusim yang tidak berbatang, hanya mempunyai batang semu yang merupakan kumpulan

Lebih terperinci

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1 Golongan : hibrida Bentuk tanaman : tegak Tinggi tanaman : 110-140 cm Umur tanaman : mulai berbunga 65 HST mulai panen 90 HST Bentuk kanopi : bulat Warna batang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis. pesona, bahkan menjadi penyumbang devisa bagi negara.

I. PENDAHULUAN. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis. pesona, bahkan menjadi penyumbang devisa bagi negara. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis anggrek asli Indonesia yang penyebarannya meliputi daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang (Musa paradisiacal Linn) merupakan jenis buah yang paling umum

I. PENDAHULUAN. Pisang (Musa paradisiacal Linn) merupakan jenis buah yang paling umum 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang (Musa paradisiacal Linn) merupakan jenis buah yang paling umum ditemui tak hanya di perkotaan tetapi sampai ke pelosok desa. Saat ini, permintaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja atau Soja max, tetapi pada tahun 1984 telah disepakati nama botani yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari sebuah akar tunggang yang terbentuk dari calon akar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan pakchoy di Indonesia Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur, dan masuk ke Indonesia diperkirakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi, IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan terhadap proses induksi akar pada eksplan dilakukan selama 12 minggu. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan pengaruh pada setiap perlakuan yang diberikan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP KEBERHASILAN AKLIMATISASI EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) SECARA LANGSUNG

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP KEBERHASILAN AKLIMATISASI EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) SECARA LANGSUNG PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP KEBERHASILAN AKLIMATISASI EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) SECARA LANGSUNG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mencapai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: Caryophyllales, Famili: Cactaceae, Genus:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

Perbanyakan In-Vitro Klon-Klon Unggul Lokal Kopi Bengkulu. Reny Fauziah Oetami 1)

Perbanyakan In-Vitro Klon-Klon Unggul Lokal Kopi Bengkulu. Reny Fauziah Oetami 1) Perbanyakan In-Vitro Klon-Klon Unggul Lokal Kopi Bengkulu Reny Fauziah Oetami 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Sebagai salah satu daerah penghasil kopi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang dikenal sebagai sumber utama penghasil minyak nabati sesudah kelapa. Minyak sawit kaya akan pro-vitamin

Lebih terperinci

Kombinasi Embriogenesis Langsung dan Tak Langsung pada Perbanyakan Kopi Robusta. Reny Fauziah Oetami 1)

Kombinasi Embriogenesis Langsung dan Tak Langsung pada Perbanyakan Kopi Robusta. Reny Fauziah Oetami 1) Kombinasi Embriogenesis Langsung dan Tak Langsung pada Perbanyakan Kopi Robusta Reny Fauziah Oetami 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia dikenal sebagai negara dengan tingkat keanekaragaman sumber daya hayati yang tinggi, khususnya tumbuhan. Keanekaragaman genetik tumbuhan di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kakao Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang atau cabang. Karena itu tanaman ini digolongkan kedalam kelompok tanaman Caulifloris. Adapun sistimatika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan, diperkirakan dari lereng pegunungan Andes, di negara-negara Bolivia, Peru, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D. Selama masa inkubasi, kalus mulai terlihat tumbuh pada minggu ke-5. Data hari tumbuhnya kalus seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pisang merupakan salah satu jenis tanaman asal Asia Tenggara yang kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tanaman pisang memiliki ciri spesifik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak digemari masyarakat Indonesia, sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai merah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan.

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan. Namun akhir-akhir ini ekosistem hutan luasnya sudah sangat berkurang. Melihat hal ini pemerintah menggalakkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang cukup penting. Komoditas kacang tanah diusahakan 70% di lahan kering dan hanya 30% di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan nasional sebagai sumber protein dan minyak nabati, dalam setiap 100 g kacang tanah mentah mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah didomestikasi sebelum masa

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas pertanian perkebunan rakyat. Tanaman ini menjadi andalan bagi petani dan berperan penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang mempunyai bentuk dan penampilan yang indah (Iswanto, 2002). Tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Srikaya (Annona squamosa L.). 2.1.1 Klasifikasi tanaman. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. Klasifikasi tanaman buah srikaya (Radi,1997):

Lebih terperinci

Stratifikasi III. METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Waktu dan Tempat Penelitian

Stratifikasi III. METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Waktu dan Tempat Penelitian DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki peran dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Budidaya lada di Indonesia dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar

TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar xii TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar Jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) yang sering disebut pamelo berasal dari Asia Tenggara, yaitu Indonesia, India, Cina Selatan dan beberapa jenis berasal dari Florida,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk fase vegetatif dan paruh kedua untuk fase generatif. Jagung memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk fase vegetatif dan paruh kedua untuk fase generatif. Jagung memiliki 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman semusim yang menghabiskan paruh waktu pertama untuk fase vegetatif dan paruh kedua untuk fase generatif. Jagung memiliki kandungan gizi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakcoy (Brassica chinensis L.) Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada dalam satu genus dengan sawi putih/petsai dan sawi hijau/caisim. Pakcoy

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family Caricaceae dan merupakan tanaman herba (Barus dan Syukri, 2008). Sampai saat ini, Caricaceae itu diperkirakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi Tanaman Jagung Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, seperti Peru, Ekuador, dan Meksiko. Selanjutnya, tomat menyebar ke seluruh Amerika,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan salah satu spesies yang berasal dari famili Theaceae. Di seluruh dunia tersebar sekitar 1 500 jenis yang berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional, selain mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan juga mengarah pada kesejahteraan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci