Pucuk rebung tabur bintang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pucuk rebung tabur bintang"

Transkripsi

1 Pucuk rebung tabur bintang 143

2 Gambar IV.9 songket tawur Limar bintang 144

3 a. Kain tradisional ini dinamakan limar bintang. Kain ini diproduksi tahun b. Kain tradisional berfungsi sebagai selendang. Kain tradisional tersebut berukuran panjang 87 cm dan lebar 2 m. Kain ini dikenakan oleh wanita dewasa pada saat upacara adat perkawinan. c. Jenis kain tradisional merupakan kombinasi tenun songket dengan tenun ikat limar. d. Bahan yang digunakan kain tradisional adalah benang pakan dan lungsi terbuat dari kapas. Sedangkan ragam hiasnya terbuat dari benang pakan tambahan yaitu benang emas jantung dan benang limar sutera. e. Warna yang terdapat pada kain tradisional yaitu warna dasar kain (background) merah anggur. Ragam hiasnya bewarna kuning emas, dan ditambahkan warna hijau, putih, dan unggu tua. f. Ragam hias (ornament) yang terdapat pada kain tradisional limar bintang antara lain: a. Bagian pinggiran / tepi sisi bawah, atas, kanan, dan sisi kiri kain, oleh masyarakat Palembang dinamakan motif tretes. Motif tretes terdiri dari beberapa macam ragam hias yaitu: gandek leter S, apit atau tali air (berbentuk garis lurus), ombak-ombak (berbentuk garis gelombang), umpak bungo tanjung, serta ornamen kuku siku (berbentuk pucuk rebung kecil). b. Bagian badan kain / kembang tengah terdapat ragam hias (ornament) bintang tabur dan kembang melati. c. Bagian kepala kain (tumpal) terdapat ragam hias gandek leter S, ombak-ombak (berbentuk garis gelombang), apit (berbentuk garis lurus), patah beras (berbentuk segitiga), umpak kayu apui, gunungan, pucuk rebung kembang kunyit, dan ornamen tawur biji timun. g. Tekstur yang terdapat pada kain tradisional limar bintang agak kasar. Sebab menggunakan benang kapas pada dasar kain. Ragam hiasnya menggunakan benang emas cukit

4 i. Struktur bentuk ragam hias songket limar bintang terdiri dari bagian pinggiran kain, badan kain (kembang tengah), dan bagian kepala kain (tumpal). Hal ini dapat dilihat pada bentuk gambar dibawah ini. - Struktur bentuk pada bagian pinggiran kain (tretes), terdapat ragam hias gandek leter S, tali air, ombak-ombak, umpak bintang kecil, dan kuku siku. Pinggiran kain Tretes (siku pinggiran) 147

5 - Struktur bentuk badan kain (kembang tengah), terdapat ragam hias bintang dan melati. - Struktur bentuk kepala kain (tumpal), terdapat ragam hias ombak 11 batang, patah beras, umpak mawar, tawur biji timun, gandek leter S, dan pucuk rebung kembang tebu. Ombak 11 batang Patah beras 148

6 Umpak mawar Gandek leter S Pucuk rebung kembang tebu 149

7 Gambar IV.10 songket lepus Bungo jatuh 150

8 a. Kain tradisional ini dinamakan bungo jatuh. Kain ini diproduksi tahun b. Kain tradisional berfungsi sebagai selendang. Kain tradisional tersebut berukuran panjang 87 cm dan lebar 2 m Kain ini biasanya dikenakan oleh wanita dewasa pada saat upacara adat perkawinan. c. Jenis kain tradisional merupakan kain tenun songket lepus. d. Bahan yang digunakan kain tradisional adalah benang pakan dan lungsi yang terbuat dari kapas. Sedangkan ragam hiasnya terbuat dari benang emas jantung. e. Warna yang terdapat pada kain tradisional yaitu warna dasar kain (background) merah anggur. Ragam hiasnya bewarna kuning emas. f. Ragam hias (ornament) yang terdapat pada kain tradisional bungo jatuh antara lain: a. Bagian pinggiran / tepi sisi bawah, atas, kanan, dan sisi kiri kain, oleh masyarakat Palembang dinamakan motif tretes. Motif tretes terdiri dari beberapa macam ragam hias yaitu: gandek cermin, ombak-ombak (berbentuk garis gelombang), apit duri nanas, umpak bintang, patah beras (berbentuk pilin segitiga), dan ornamen kuku siku (berbentuk pucuk rebung kecil). b. Bagian badan kain / kembang tengah terdapat ragam hias lepus bungo jatuh. c. Bagian kepala (tumpal) terdapat ragam hias gandek cermin, ombakombak (berbentuk garis gelombang), apit (berbentuk garis lurus), patah beras leter S, umpak (berbentuk bunga mawar, sulur-sulur dedaunan), pucuk rebung bertangkup menara, dan ornamen tawur biji cermin. g. Tekstur kain tradisional bungo jatuh agak kasar. Sebab dibagian badan kain dipenuhi benang emas dan dasar kain terbuat dari kapas. Ragam hiasnya menggunakan benang emas cukit

9 i. Struktur bentuk ragam hias songket bungo jatuh terdiri dari bagian pinggiran kain, badan kain (kembang tengah), dan bagian kepala kain (tumpal). Hal ini dapat dilihat pada bentuk gambar dibawah ini. - Struktur bentuk pada bagian pinggiran kain (tretes), terdapat ragam hias ombak 9 batang, pengapit duri nanas, tali air, umpak bintang, dan kuku siku. - Struktur bentuk badan kain (kembang tengah), terdapat ragam hias lepus bungo jatuh. - Struktur bentuk kepala kain (tumpal), terdapat ragam hias gandek cermin, ombak 9 batang, patah beras leter S, umpak mawar, dan pucuk rebung kembang jagung. Gandek cermin 153

10 Ombak 9 batang Patah beras leter S Umpak mawar 154

11 Pucuk rebung kembang jagung 155

12 Berdasarkan bentuk-bentuk songket Palembang yang telah dianalisa maka dapat diketahui beberapa hal yaitu pertama, songket Palembang selalu memberikan nama pada setiap motifya berdasarkan corak ragam hias yang lebih dominan didalam struktur desain kain tradisinal songket. Pemberian nama pada setiap kain songket selalu mengikuti motif-motif kembang tengah atau motif yang ada pada badan kain, sebab motif ragam hias yang lebih menonjol selain pucuk rebung sebagai tumpal yaitu jenis kembang tengah. Kedua, pada kebudayaan tertentu warna bisa merupakan simbol yang memiliki suatu makna atau arti tertentu misalnya putih bisa berarti suci, melambangkan kebaikan sementara hitam berarti dukacita, melambangkan kematian atau kejahatan dan sebagainya. Warna yang digunakan oleh tenun songket lama di daerah Palembang khusus tahun 1900 hingga tahun 1990 sangat mempengaruhi dengan adat budaya masyarakat Palembang sebab dalam warna dan bentuk desain songket dapat mencermikan status sosial dari sipemakainya. Songket dengan warna hijau, merah, dan kuning di pakai oleh janda. Sedangkan kalau menggunakan warna yang cerah melambangkan bahwa mereka ingin menikah lagi. Saat ini warna songket tidak selalu terikat pada adat istiadat, semua lapisan masyarakat dapat memakai songket dengan warna yang bervariasi sesuai dengan selera sipemakai. Namun kain songket Palembang lebih dominan bewarna merah anggur untuk latar kain dengan motif ragam hias yang bewarna kuning emas, perak, ataupun benang emas putih. Ketiga, visualisasi motif-motif songket Palembang adalah dekoratif yaitu bertujuan menghias benang pakan maupun benang lungsi dengan motif-motif tertentu yang disusun secara beraturan. Penggambaran motif atau ragam hiasnya adalah abstraksi dan stilasi dari bentuk aslinya. Bentuk motif ragam hias songket Palembang yaitu motif kembang tengah ada tiga macam jenis antara lain kembang lepus, kembang tawur, atau kembang limar, motif ombak-ombak yang berupa garis berlengkung-lengkung, motif apit berbentuk garis lurus, motif umpak 165

13 biasanya stilasi dari bentuk mawar dan ular naga, tawur yang berbentuk kembang melati, bintang, dan tumpal dengan bentuk pucuk rebung. Keempat, bentuk komposisi (Pola) dan bentuk motif. Pola adalah penyebaran garis dan warna dalam suatu bentuk pengulangan tertentu. Pola dalam songket adalah pengelompokan ragam hias songket dalam satu lembaran atau helaian kain yang disusun dalam keteraturan motif atau gambar yang mengalami pengulangan kiri dan kanan serta atas dan bawah. Pola pada songket Palembang tidak memiliki unsur naratif (bercerita) seperti misalnya pola pada kain tradisional batik Cirebon yang memungkinkan suatu cara pembacaan tertentu atas helaian tradisional batiknya baik pembacaan dari atas kebawah, atau dari samping ke kiri ke kanan dan sebaliknya. Motif yang dibicarakan dalam bab ini adalah ornamen yang dibentuk untuk menghias suatu benda, dalam hal ini songket dengan wujud atau bentuk dan dengan maksud atau tujuan tertentu pula. Motif tersebut bisa berupa stilasi flora dan fauna, figur, geometris atau lainnya yang juga merupakan simbol bagi suatu maksud tertentu. Maka motif dalam ragam hias songket Palembang selalu bersumber dari inspirasi keadaan lingkungan alam dan sosialisasi masyarakat lokal maupun masyarakat pendatang. Selama ini produsen songket Palembang di wilayah Ki Gede Ing Suro tetap membuat atau memproduksi songket untuk kebutuhan sebagai pakaian daerah tradisional khususnya sewet, kemben, selendang, aesan gandek atau sandang manteri, tanjak dan sebagainya. selain untuk pakaian daerah, songket Palembang juga dapat dipesan sebagai cindera mata, namun tetap berupa kain untuk dibuat sebagai pakaian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa songket Palembang termasuk ke dalam seni pakai dengan spesifikasi fashion. 166

14 Motif ragam hias pada songket Palembang seluruhnya dapat digunakan sebagai pakaian. Tidak terdapat motif-motif larangan atau motif-motif yang bersifat sakral, magis, ataupun yang digunakan untuk keperluan spiritual-religius. Pengrajin tenun songket di wilayah Ki Gede Ing Suro juga membuat songket untuk keperluan sehari-hari yang sifatnya untuk pelengkap kebutuhan saja, selain pakaian seperti misalnya hiasan dinding, selop / sandal, tas, dompet, souvenir berupa gantungan kunci, sepatu, perlengkapan tempat tidur, ataupun yang lainnya. 167

15 4.3 Analisa Makna Sebagaimana diketahui songket Palembang bukan sekedar benda pakai belaka atau sejenis songket niaga yang hanya memetingkan segi komersial dengan nilai ekonomi saja, namun juga menerapkan nilai-nilai simbolis dan filosofi tertentu pada penciptaan motif-motif songket. Menurut desainer songket Palembang, nilainilai filosofi yang diterapkan pada songket didasarkan pada landasan budaya dan pandangan hidup masyarakat Palembang yang diwarisi dari para leluhurnya. Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda (rambu, lukisan perkataan, lencana, ragam hias / ornamen, dan sebagainya) yang menyatakan sesuatu hal atau mengandung maksud tertentu. (kamus Poerwadarminta, 1976). Simbol yaitu seni dimana dipresentasikan murni dalam bentuk materi inderawi. Yang Absolut / Ilahi hanya diindikasikan atau diungkapkan melalui kesan dengan cara memanipulasi benda-benda alami. Sebagai contoh adalah seni Asmat dan arsitektur tradisional. Seni ini melibatkan nilai-nilai sakral, termasuk karya seperti Sphynx, obelisk, piramid, pagoda, candi, pohon, dan bahkan hewan sering menyimbolkan suatu konsep ilahiah tertentu, seperti burung Enggang pada Kahariangan masyarakat Dayak, singa dan lembu pada puisi Yahudi yang melambangkan keberanian, kekudusan, dan kesuburan. Penggunaan simbolsimbol menurut Hegel, menggambarkan perjuangan roh untuk melepaskan diri dari dunia alami ke dunia manusiawi. Puncak seni ini terdapat pada arsitektur peninggalan Mesir kuno, yang dari sejarah seni dunia disebut sebagai negeri simbol, simbol dari simbol itu sendiri. (GWF.Hegel, , filsuf Jerman) Simbol merupakan sesuatu tanda yang mengandung arti tertentu yang diketahui oleh masyarakat. Simbol banyak sekali dipergunakan dalam kesenian untuk memberi arti yang mendalam kepada apa yang disajikan. Seperti, seni lukis, seni patung, seni tari, seni kriya songket, dan lain-lain. Simbol dapat juga memperkuat identitas dari karya seni. Contohnya, kita sudah mengenal palang merah sebagai lambang pertolongan kepada penderita, lambang kemanusiaan. Warna putih 168

16 sebagai lambang suci, padi sebagai lambang kemakmuran. Rambu lalu lintas dapat juga dianggap sebagai simbol. Yang mengandung arti tertentu yang diketahui masyarakat. (A.A.M.Djelantik, 1999:182) Bila dalam bidang seni songket, ragam hias (ornament) merupakan bagian dari simbol / lambang. Ornamen dalam kain songket mengandung makna dan arti tertentu bagi masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh dari masyarakat Palembang, bahwa tidak semua ragam hias yang memiliki makna simbolik pada setiap ragam hias songket. Bentuk ornamen songket yang mengandung makna tertentu bagi masyarakat, yaitu: ragam hias pucuk rebung, gunungan, nampan perak, naga besaung, bunga melati, bunga mawar, bunga tanjung, ombak-ombak, dan ragam hias apit. Keseluruhan ragam hias (ornament) tersebut akan dianalisis berdasarkan latar belakang sosial budaya masyarakat Palembang, sejarah, dan kondisi lingkungan alam setempat. Sehingga makna simbol dari ragam hias songket dapat diketahui secara nyata. Berikut analisa motif ragam hias songket Palembang Motif Pucuk Rebung Gambar IV.11 Motif Pucuk rebung Motif pucuk rebung merupakan ragam hias dari motif tumpal yang selalu terletak pada kepala kain sewet (sarung) dan terletak di kedua ujung kain selendang. Di zaman kesultanan Palembang yang dipimpin oleh seorang sultan yang bernama 169

17 Sultan Mahmoed Baddarudin II di wilayah lingkungan daerah kerajaan Palimbang yang sekarang disebut dengan kota Palembang banyak sekali ditumbuhi oleh tanaman bambu yang berwarna kuning (bambu kuning) dan warna hijau (bambu hijau). Setiap tanaman bambu selalu memiliki tunas baru yang letaknya pada ujung bambu istilah ini dalam daerah Palembang disebut Pucuk Rebung. Tanaman tersebut sering diolah menjadi sayur mayur melalui proses pertama, penggerebusan untuk menghilangkan getah kemudian dimasak dengan santan kelapa, kunyit, dan bumbu rempah-rempah lainnya dan melalui proses kedua, dengan penumisan sayur rebung yang telah dicampur dengan bumbu rempahrempah. Sayuran pucuk rebung merupakan ciri khas makanan kerajaan kesultanan Palembang, sebab Sultan Palembang sangat menyukai masakan kerajaan di abad 18. sehingga rakyat jelata yang berada diluar kerajaan, banyak menanam pohon bambu untuk melengkapi kebutuhan pangan kerajaan dengan menyimpan di gudang khusus bahan baku pangan. Setelah berakhirnya masa kerajaan Kesultanan Palembang sayuran rebung tidak hanya dikonsumsi oleh keturunan golongan priyayi saja atau bangsawan saja. Tetapi sayur rebung telah dapat dikonsumsi oleh semua masyarakat Palembang. Sehingga diabad 19 hingga abad 20 tanaman pucuk rebung merupakan masakan tradisional khas Palembang yang sekarang telah berkembang dalam proses pengolahannya menjadi lebih beraneka ragam jenisnya dengan bahan baku dasar sayur rebung. Maka dalam budaya masyarakat Palembang, tumbuhan pucuk rebung merupakan salah satu bagian dari lambang kota besar yang digunakan sebagai lambang pemerintahan kota Palembang saat ini. Dalam ragam hias kain songket Palembang maupun pada arsitektur rumah tradisional Limas atau pada seni ukir logam dan seni ukir kayu serta lain sebagainya, bahwa motif pucuk rebung dilambangkan sebagai kesuburan dan kekayaan. Yang maksud lambang tersebut memberi makna untuk kehidupan 170

18 untuk masyarakat Palembang agar selalu dapat menjaga serta melestarikan kekayaan alam sekitarnya yang telah menjadi peninggalan budaya nenek moyang bangsa Indonesia. Motif Gunungan Gambar IV.12 Motif gunungan Selain motif puncuk rebung terdapat pula motif gunungan yang sering juga dipakai dalam ragam hias tumpal khususnya pada kepala kain songket. Motif gunungan melambangkan atau simbol dari bukit Siguntang yang terletak di sebelah barat kota Palembang. Bukit yang tingginya sekitar 27 meter dari permukaan laut ini. Pada zaman Sriwijaya merupakan tempat suci bagi penganut agama Budha, menurut sejarah di bukit itu bermukim sekitar 1000 pendeta Budha. Hingga kini Bukit Siguntang masih dianggap sebagai tempat yang dikeramatkan. 171

19 Gambar IV.13 Bukit Siguntang Pada tahun 1920 di bukit Siguntang ditemukan arca Budha bergaya Amarawati dengan wajah tipikal srilangka dan diduga berasal dari abad XI Masehi. Arca tersebut kini diletakkan di halaman museum kota, Sultan Mahmud Badaruddin samping benteng Kuto Besak. Di puncak bukit terdapat kuburan kuno yang dikeramatkan penduduk. Salah satunya adalah kuburan Sigentar alam yang dijadikan tempat bersumpah beberapa penziarah. Menurut legenda Sigentar alam adalah seorang raja pada masa akhir Sriwijaya.Bukit Siguntang belum lama ini direstorasi dan diperindah. Berdasarkan dengan latar belakang sejarah bukit Siguntang maka makna simbol dari tempat kerajaan Sriwijaya Karang Anyar, yang sekarang menjadi taman purbakala. Disini tersimpan koleksi-koleksi peninggalan-peninggalan kerajaan Sriwijaya, budaya dan sejarahnya. Makna yang terkandung dalam simbol Bukit Siguntang yaitu melambangkan kesucian dan keagungan terhadap sang pencipta sebab bukit Siguntang merupakan tempat utama untuk menyembah, bersembahyang, ataupun tempat bertapa serta mensucikan jiwa dan raga terhadap segala bentuk kejahatan dimuka bumi. 172

20 4.3.2 Motif Nampan Perak Gambar IV.14 Nampan perak Motif ragam hias nampan perak yang terdapat pada songket Palembang merupakan simbol dari bagian salah satu perlengkapan atau peralatan upacara adat Palembang yang selalu digunakan untuk memberikan sesuatu berkah, rejeki, ataupun penghormatan terhadap keluarga yang sedang melaksanakan upacara adat tradisional, khususnya pada proses adat istiadat perkawinan di Palembang. Nampan perak selalu digunakan masyarakat Palembang, pertama di saat meminang atau melamar yang mana orang tua si-bujang atau laki-laki menyuruh ibu utusan tadi bersama-sama dengan 4 (empat) orang wanita lainnya, hingga menjadi 5 orang dari keluarganya sendiri atau sahabat lainnya yang pantas pergi lagi kerumah si-gadis yang akan dijadikannya menantu itu dengan membawa gegawan, yaitu satu kain terbungkus dengan sapu tangan diletakkan diatas nampan perak dan 5 tenong atau tempayan berisi gula, gandum, pisang tembatu atau buah-buahan kalau dalam musimnya. Gegawan atau pembawaan ini dinamakan sirih hanyut. Setelah sampai dirumah dan diterima oleh ibu si-gadis, maka diadakanlah perundingan secara adat antara kedua belah pihak. Oleh utusan disampaikanlah, bahwa ia datang ini bermaksud untuk meminang anak gadis itu untuk si-bujang atau calon pengantin lelaki keluarganya. 173

21 Kedua, nampan perak selalu digunakan pada saat adat- istiadat dalam memutus kato. Yang mana memutus kato yang dimasud adalah para utusan kembali pula memberi laporan pada ibu si-bujang atau calon pengantin lelaki, bahwa permintaanya dituruti orang, kemudian ibu si-bujang itu menyuruh satu orang wanita utusan diiringi oleh 8 orang lainnya sama dengan berjumlah 9 wanita utusan resmi membawa kembali 9 tenong atau tempayan berisikan alat-alat seperti gula, gendum, pisang tembatu, kalau ada musimnya yaitu buah-buahan dan lain sebagainya, diiringin dengan satu kain dibungkus diatas landasan nampan perak, satu baju dan satu selendang sutera atau santung pergi kerumah ibu si-gadis. Pekerjaan ini namanya memutus kato. Ketiga, Nampan perak juga digunakan disaat adat istiadat bertunangan. Pada saat ibu-sibujang menyuruh seorang wanita disertai oleh beberapa banyak wanita lainnya akan mengantarkan maskawin, diiringi dengan belanja dapur yang pada masa sekarang ini dinamakan uang usap. Apabila permintaan ibu si-gadis itu diseyujui, maka jumlah uang belanja itu dibungkus dengan ponjen-ponjen kuning dan ditaruh diatas sebuah nampan perak, dan seterusnya. Bila adat itu telah ditentukan bersama oleh kedua belah pihak adalah adat tiga turunan, maka ini berarti, bahwa mempelai laki-laki harus memberi pada pihak mempelai wanita 3 turunan pakaian yang akan digunakannya. Yaitu yang pertama adalah pakaiannya untuk sehari-hari, kedua yaitu pakaian untuk bepergian biasa, dan ketiga yaitu pakaian songket kebesaran untuk kondangan atau upacara adat lainnya. Ketiga macam pakaian ini dinamakan adat angkatan tiga turunan, yang kebanyakan dilakukan sekarang ini. Adakalanya dipakai adat buntel badut, adat satu turunan, adat dua turunan dan seterusnya sampai dengan adat angkatan tujuh turunan yang disertai pula iringan-iringan perabot-perabot rumah tangga, makanan dan perhiasan sesuai menurut kemampuan keluarga tersebut. Semua ini akan dibawa juga bersama-sama yaitu sekurang-kurangnya 40 nampan perak diantaranya ada berisikan uang turunan yang diletakkan dalam kertas yang diberi bermacam rupa buah-buahan umpamanya dalam bentuk manggis dan lain sebagainya. 174

22 Keempat, nampan perak juga digunakan pada acara adat mengarak pacar istilahnya adalah keris dan bunga nemukan perkawinan. Acara adat yang pada malam harinya sesudah pernikahan dilangsungkan, maka disediakanlah sebilah. Keris Adat Pusaka Puyang berikut bunga-bunga warna-warni dan ditempatkan diatas nampan perak yang beralaskan kain kuning sutera keemasan. Kemudian diiringi oleh keluarga berikut utusan-utusan dari pengantin lelaki diarak secara beramai-ramai kerumah pengantin wanita. Kadang ini dilakukan dengan perahu yang dihiasi dan diberikan penerangan lampu warna-warni dan diiringi pula dengan musik dan tabuh-tabuhan lainnya upacara ini dinamakan ngarak pacar. Dari keempat proses upacara adat penikahan yang telah diuraikan secara garis besar, maka ragam hias nampan perak yang digunakan pada kain songket Palembang malambangkan sesuatu berkah, rejeki, serta anugerah yang telah diberikan oleh sang pencipta kepada umatnya untuk dapat hidup rukun, damai dan sentosa Motif Nago Besaung Gambar IV.15 Ular naga Motif hewan ular yang terdapat pada seni ragam hias songket Palembang berbentuk ular naga yang bermahkota. Gaya seni ragam hias menampilkan ular bermahkota sebenarnya merupakan corak seni ornamen yang mendapat pengaruh dari kebudayaan Cina Hindu dan Budha. Motif ular dalam seni ornamen diartikan dalam suatu lambang kekuatan atau kesaktian. Ada dua macam motif ular sebagai ragam hias yang berbeda dalam gaya, yaitu gaya Hindu dan gaya Cina. Gaya 175

23 pengaruh Hindu bentuk ular memakai mahkota sebagai hiasan dibagian kepala. Sedangkan gaya pengaruh China, ular sebagai ragam hias memakai kaki tanpa ada hiasan kepala. Pada gambar diatas menunjukkan bahwa, nago besaung merupakan simbol binatang yang hidup dialam bebas. Dalam ornamen Cina pada mitologi Hindu, nago besaung sebagai kendaraan para dewa demi keselamatan jiwa. Nago besaung berasal dari kata ular naga. Corak ini kemudian menjadi ragam hias songket Palembang. Masuknya corak nago besaung sejak adanya akulturasi budaya Cina Hindu melalui jalur perdagangan dari pelabuhan musi dengan jembatan Ampera pada masa kerajaan kesultanan Palimbang. Gambar IV.16Batu tulis merupakan telapak kaki, dengan puncak berbentuk kepala ular, yang digali oleh R.H.M. AKIB pada tanggal 21 September Batu ini sekarang ada dirumah Bari (Museum) Jakarta. 176

24 Berdasarkan temuan peninggalan sejarah telah ditemukan batu tulis yeng merupakan telapak kaki, dihiasi puncaknya dengan kepala ular sendok dan ular naga. Hal ini salah satu peninggalan dari sejarah budaya Cina dan sebahagian batu-batu bersurat merupakan peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ditemukannya di sebuah Kedukan Bukit dan Talang Tuwo Palembang dengan memberitahukan zaman kejayaan dan keemasan dari Sriwijaya. Dari bukti gambar diatas, kuat kemungkinan bahwa simbol ular naga berasal dari peninggalan kerajaan Tiongkok atau Cina yang berada di wilayah daerah Palembang Motif Flora (bungo Melati, bungo Mawar,dan bungo Tanjung) Bungo Melati Bungo Mawar Bungo Tanjung Gambar IV.17 Melati,mawar, dan bunga tanjung Motif ragam hias yang berbentuk floura dalam ornamen songket Palembang mempunyai ciri khusus tersendiri yaitu dengan adanya motif bungo melati, bungo mawar, dan bungo tanjung. Disetiap lembaran kain songket selalu menerapkan motif melati, mawar, ataupun bunga tanjung, dalam filosofi seni budaya Palembang motif-motif floura tersebut memiliki arti makna tertentu. Bunga melati melambangkan kesucian dan sopan santun. Bunga mawar melambangkan kebahagiaan dan bidang desain ukiran, bunga mawar mempunyai arti perlambangan sebagai penawar malapetaka. Sedangkan bunga tanjung sebagai lambang ucapan selamat datang dan juga sebagai lambang keramah-tamahan selaku tuan rumah dalam budaya Palembang itu sendiri. 177

25 Ornamen bunga melati tidak hanya terdapat pada motif ragam hias kain songket saja, tetapi simbol bunga melati terdapat juga pada lambang kota besar Palembang yang disimbolkan sebagai lambang pemerintahan propinsi Sumatera Selatan. Pada simbol tersebut kembang melati melambangkan kerukunan, kekeluargaan, dan kesejahteraan kota besar Palembang disegala zaman. Dan bunga Tanjung merupakan simbol yang terdapat pada tugu perbatasan daerah kota Palembang dengan daerah kota Bandar Lampung, maka dengan itu simbol dari motif bunga tanjung melambangkan ucapan selamat datang. Gambar di bawah ini merupakan lambang kota besar Palembang sebagai simbol dari pemerintahan. Gambar IV.18 Lambang kota besar Palembang Keterangan mengenai lambang kota besar Palembang menyatakan, Pertama, bahwa rumah warna aslinya merah tua coklat dengan pinggiran keemasan dengan ukuran 2x (4+5) = 18 tanduk lembaran daun teratai. Ditengah-tengah atasan terdapat kembang melati yang belum mekar dengan simbol yang melambangkan 178

26 kerukunan, kekeluargaan, dan kesejahteraan kota besar Palembang disegala zaman. Kedua, puncak rebung warna kuning keemasan yang melambangkan kemuliaan dan keagungan. Jumlahnya 8 buah, melambangkan bulan Agustus yang bersejarah, bulan proklamasi yang mengingatkan perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia. Segitiga ialah sebuah bukit yang termasyhur di Palembang dengan nama Bukit Siguntang dengan warna hijau berikut sinar keemasan, melambangkan tanggal 17, hari proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Bukit Siguntang adalah tempat Kesucian dizaman purbakala yaitu diabad ke-vii dan abad ke-xiii terdapat kumpulan candi-candi, kuil-kuil, dan sekolah tinggi oleh pendeta-pendeta dan pelajar di seluruh Asia. Bukit Siguntang berasal dari kata Dapuntahijang artinya dipertuan Dewa yang akhir-akhir disingkat dengan kata Dapuntang atau Siguntang. Ia merupakan dizaman abad ke-vii suatu daerah yang suci, penuh dengan candi-candi dan kuil diantaranya terdapat taman perpustakaan untuk mendapatkan segala pengetahuan dan ilmu sejati. Lingkaran-lingkaran memanjang bewarna biru adalah simbol dari sungai 4 (empat) diantaranya sungai besar yang bertemu di kota Palembang yaitu sungai Komering, Ogan, Lematang, sungai Musi dan 5 (lima) lainnya sungai bertemu diluar kota Palembang. Kesembilannya berkumpul menjadi satu. Induk dan airnya mengalir di kota Palembang dengan tenangnya, melambangkan: a. Kota Palembang adalah pusat perhubungan, pelabuhan, dan perdagangan, akhir-akhir ini menjadi pula kota perindustrian dengan masyarakatnya yang tenang bijaksana. b. Tahun 1945 yaitu tahun proklamasi. Bunga teratai bewarna putih melambangkan agama yang suci disegala zaman, dulu kini dan yang akan datang. Lima lembar dari bunga teratai melambangkan rukun lima agama islam. (R.H.M.Akip, 1956:35 179

27 4.3.5 Motif Ombak-ombak Gambar IV.19 ombak-ombak Motif ombak-ombak merupakan simbol dari perairan sungai musi di tengah kota Palembang. Berdasarkan dengan keadaan geografis di Sumatera selatan bagian timur merupakan daratan yang sangat luas, dengan ketinggian antara 0-50 meter dari muka laut. Daratan tersebut terdiri dari daerah rawa-rawa yang membentang dari pantai timur ke utara dan ke selatan. Selain dari pada itu rawa-rawa terdapat juga di sepanjang sungai-sungai seperti sungai Musi, sungai Komering, dan sungai Ogan. Selainnya adalah merupakan hutan rimba dan pemukiman. Sungai-sungai yang ada di Sumatera Selatan sebagian besar adalah cabang dari sungai Musi dan sungai-sungai tersebut bersumber dari mata air di bukit barisan yang mengalir kearah laut sebelah timur yaitu selat Bangka dan laut Jawa. Sungaisungai tersebut yang terpenting adalah: sungai Musi, Komering, Ogan, Lematang, Kelingi, Lakitan, Rupit, Rawas dan sungai Batanghari Leko. Sungai-sungai ini lebih dikenal secara keseluruhan dengan sebutan Batanghari Sembilan (Batanghari=sungai). Sungai musi yang berada di kota Palembang merupakan sungai yang dapat memberi kehidupan bagi masyarakat Palembang khususnya. Sebahagian persen penduduk setempat mencari ikan atau hidup nelayan disepanjang aliran sungai Musi dan sebagian lagi sungai merupakan suatu lintasan satu-satunya yang berada di kota Palembang, Yang mana masyarakat dapat berlayar dengan tujuan tertentu, seperti dalam catatan sejarah budaya Palembang. Dari lintasan perairan sungai Musi orang-orang dapat berakulturasi atau berasimilasi dalam sosial budaya 180

28 masyarakat yang beraneka ragam jenisnya dan dapat melakukan perdagangan dalam meningkatan perekonomian masayarakat. Segala aktivitas yang terjadi dengan masuknya masyarakat luar ke daerah kota Palembang dapat mempengaruhi segala bidang diantaranya dalam bidang ekonomi, politik, sosial budaya, ketahanan nasional, hingga sistem pemerintahan daerah. Dengan demikian masyarakat menggunakan simbol ombak-ombak dalam corak ragam hias songket Palembang sebagai lambang kehidupan manusia yang sepanjang zaman harus melewati setiap arus gelombang yang selalu bergerak pasang dan surut atau meningkat dan menurun, atau maju dan mundur dalam melakukan aktivitas sehari-hari Motif Apit Gambar IV.20 Apit Dalam corak ragam hias songket Palembang motif apit ini selalu berbentuk satu garis lurus yang letaknya selalu diselingi dengan motif kembang yang lain. Motif apit dalam bentuk garis disebut apit-pengandang. Apit = pengapit, pengandang = pagar, maka dalam budaya masyarakat suku Palembang motif apit-pengandang mengungkapkan, bahwa di mana pun manusia itu berada tetap dipagar oleh norma-norma adat istiadat. Pemakaianya pun selalu di dalam lingkungan pagar adat istiadat yang kuat dan tidak boleh dilanggar. 181

Ombak 16 batang. Patah beras dan tali air. Umpak ayam

Ombak 16 batang. Patah beras dan tali air. Umpak ayam - Struktur bentuk pada bagian kepala kain (tumpal), terdapat ragam hias ombak 16 batang, tali air dan patah beras, umpak ayam, pucuk rebung kembang jagung, dan tawur sisik nanas. Ombak 16 batang Patah

Lebih terperinci

BAB IV Analisa Bentuk dan Makna Songket Palembang

BAB IV Analisa Bentuk dan Makna Songket Palembang BAB IV Analisa Bentuk dan Makna Songket Palembang 4.1 Tinjauan Songket Palembang di Wilayah Ki Gede Ing Suro Di Indonesia banyak menghasilkan produk-produk dari hasil kerajinan tradisional seperti kerajinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut sejarah seni kerajinan di Indonesia sudah ada semenjak zaman pra sejarah yaitu zaman Neolitikum. Pada saat itu manusia mulai pada perkembangan hidup menetap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN MOTIF SONGKET PALEMBANG BUNGO PACIK

BAB II TINJAUAN MOTIF SONGKET PALEMBANG BUNGO PACIK BAB II TINJAUAN MOTIF SONGKET PALEMBANG BUNGO PACIK II.1 Songket Kain songket merupakan salah satu kesenian khas Indonesia yang telah ada berabad abad lamanya dan merupakan salah satu bukti peninggalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan

BAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata songket memiliki banyak definisi dari beberapa beberapa para ahli yang telah mengadakan penelitian dan pengamatan terhadap kain songket. Menurut para ahli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maknanya, dan teknik pembuatannya. Kalau kita menilik warnanya yang khas, dan

BAB I PENDAHULUAN. maknanya, dan teknik pembuatannya. Kalau kita menilik warnanya yang khas, dan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kain tenun songket Palembang ini, sangat menarik, ditelusuri sejarahnya, maknanya, dan teknik pembuatannya. Kalau kita menilik warnanya yang khas, dan motif hiasnya yang

Lebih terperinci

BENTUK SONGKET PALEMBANG NETTY JULIANA NIM :

BENTUK SONGKET PALEMBANG NETTY JULIANA NIM : BENTUK SONGKET PALEMBANG Oleh NETTY JULIANA NIM : 2710502 Program Studi Desain Institut Teknologi Bandung Menyetujui, Tim Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Dr. Biranul Anas Drs. Zaini Rais, M.Sn. iii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat Palembang sejak dahulu dan merupakan benda yang mengandung banyak nilai di dalamnya, seperti nilai intrinsik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan Bhineka Tunggal Ika, artinya yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun pada hakikatnya bangsa

Lebih terperinci

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, 53 BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, Kabupaten. Tuban. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa masyarakat sekitar menyebut

Lebih terperinci

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA 125 Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari sejarah teknik tenun ikat pada saat mulai dikenal masyarakat Nusantara. Selain itu, akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin pesatnya kerjasama ekonomi ASEAN akan menciptakan peluang dan tantangan baru bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Asean Ekonomic Community

Lebih terperinci

BAB III KOTA PALEMBANG

BAB III KOTA PALEMBANG BAB III KOTA PALEMBANG 3.1. Secara Fisik 3.1.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Palembang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Selatan dan sekaligus sebagai kota terbesar serta pusat kegiatan sosial ekonomi

Lebih terperinci

PROLOG. Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia

PROLOG. Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia PROLOG Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia Itu potongan lagu yang sering saya nyanyikan di Sekolah Dasar ketika ada pengambilan nilai mata

Lebih terperinci

Departemen Pendidikan Nasional, 2000, Tenun Tradisional Sumatera Selatan, Sumatera Selatan, Depdiknas , 2001, Perlengkapan Upacara Daur

Departemen Pendidikan Nasional, 2000, Tenun Tradisional Sumatera Selatan, Sumatera Selatan, Depdiknas , 2001, Perlengkapan Upacara Daur Daftar Pustaka Akib,R.M, 1956, Kota Palembang 1272 tahun dan 50 Tahun Kotapradja Palembang, Palembang, Rhama. ------------, 1975, Sejarah dan Kebudayaan Palembang mengenai Adat Istiadat, Palembang, Rhama.

Lebih terperinci

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Sumatera, dengan ibukotanya adalah Palembang. Provinsi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

BAB III Sosial Budaya Masyarakat Palembang

BAB III Sosial Budaya Masyarakat Palembang BAB III Sosial Budaya Masyarakat Palembang 3.1 Gambaran Umum Propinsi Sumatera Selatan 3.1.1 Geografi Sumatera selatan terletak diantara 1-4 derajat Lintang selatang dan 102-108 Bujur Timur dan berbatasan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 1 PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kain Tenun merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia, karena keberadaannya merupakan salah satu karya Bangsa Indonesia yang tersebar luas diseluruh kepulauan

Lebih terperinci

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG LAMBANG DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG LAMBANG DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG LAMBANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang:

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINANN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG IDENTITAS DAERAH

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINANN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG IDENTITAS DAERAH WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINANN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG IDENTITAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... i ii iii v vii x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... B. Fokus Penelitian... C. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu daerah yang didiami masyarakat

Lebih terperinci

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora Flora sebagai sumber objek motif ragam hias dapat dijumpai hampir di seluruh pulau di Indonesia. Ragam hias dengan motif flora (vegetal) mudah dijumpai pada barang-barang

Lebih terperinci

Ragam Hias Tenun Songket Nusantara

Ragam Hias Tenun Songket Nusantara RAGAM HIAS TENUN SONGKET NUSANTARA 115 Ragam Hias Tenun Songket Nusantara A. RINGKASAN Dalam bab ini kita akan mempelajari kebiasaan masyarakat Nusantara dalam membuat hiasan, khususnya menghias dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian... 1 B. Identifikasi Masalah... 3 C. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 01 TAHUN 2001 TENTANG LAMBANG DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 01 TAHUN 2001 TENTANG LAMBANG DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 01 TAHUN 2001 TENTANG LAMBANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan inspirasi dan motivasi kepada

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN KOTABARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta RAGAM HIAS TRADISIONAL Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Pengertian Ragam Hias Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DPRD KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG LAMBANG DPRD KABUPATEN PANGANDARAN

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DPRD KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG LAMBANG DPRD KABUPATEN PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DPRD KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG LAMBANG DPRD KABUPATEN PANGANDARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN DPRD KABUPATEN PANGANDARAN, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN, Menimbang : a. bahwa dengan dimekarkannya Kabupaten Pasaman berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

WALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT

WALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT WALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT KEPUTUSAN WALI KOTA BEKASI NOMOR : 556/KEP.357-Disparbud/VII/2017 TENTANG PELESTARIAN KEBUDAYAAN PADA BIOSKOP, USAHA JASA MAKANAN DAN MINUMAN, SERTA HOTEL BINTANG DI

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH Tiara Arliani, Mukhirah, Novita Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan

Lebih terperinci

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia KAIN SEBAGAI KEBUTUHAN MANUSIA 1 Kain Sebagai Kebutuhan Manusia A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari kain sebagai kebutuhan manusia. Manusia sebagai salah satu makhluk penghuni alam semesta

Lebih terperinci

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10 Pada awalnya batik dibuat di atas bahan berwarna putih yang dibuat dari kapas (kain mori). Sekarang ini semakin berkembang dengan bahan-bahan semacam sutera, poliester, rayon, dan bahan sintetis lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias daerah atau suku suku yang telah membudaya berabad abad. Berbagai ragam hias yang ada di

Lebih terperinci

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA 1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan aktivitas fisik dan mental dalam menggambar! 2 Sebutkan dan jelaskan dua komposisi dalam menggambar! 3 Sebutkan contoh

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 2 TAHUN 2006 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 01 TAHUN 2003 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh manusia. Hal ini berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan, yang biasanya selalu dilakukan

Lebih terperinci

kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia

kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia 2017 kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia Sa j a ilust rasi oleh Cin dy K a l e n d e r g r a t i s. T i d a k u n t u k d i p e r j u a l b e l i k a n F r e e C a l e n d a r. N o t fo r s

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keanekaragaman hasil kebudayaan. Keanekaragaman hasil kebudayaan itu bisa dilihat dari wujud hasil kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Definisi Batik Batik, adalah salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia, Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang dimiliki

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 1 TAHUN 1971 TENTANG BENTUK LAMBANG DAERAH PROVINSI LAMPUNG

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 1 TAHUN 1971 TENTANG BENTUK LAMBANG DAERAH PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 1 TAHUN 1971 TENTANG BENTUK LAMBANG DAERAH PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Memperhatikan : 1. Surat Keputusan DPRD Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Di zaman yang sudah modern saat ini dan masuknya budaya asing kedalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tetapi Di Indonesia gaya bohemian ini sangat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG LAMBANG DAN MOTTO DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG LAMBANG DAN MOTTO DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU Menimbang : PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG LAMBANG DAN MOTTO DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI KEPULAUAN RIAU, a. bahwa

Lebih terperinci

2. Dilukiskan dengan gambar simbol merak dan dibuat berbentuk segi empat berukuran 90 x 60 cm

2. Dilukiskan dengan gambar simbol merak dan dibuat berbentuk segi empat berukuran 90 x 60 cm DUADJA KOREM 081/DSJ A. Nama Duadja 1. Nama Duadja korem 081/DSJ : Dhirotsaha Jaya 2. Dilukiskan dengan gambar simbol merak dan dibuat berbentuk segi empat berukuran 90 x 60 cm 3. Dibuat dari bahan beludru

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA Dan BUPATI KAYONG UTARA MEMUTUSKAN :

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA Dan BUPATI KAYONG UTARA MEMUTUSKAN : PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

Galeri Songket Di Palembang BAB I PENDAHULUAN

Galeri Songket Di Palembang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Kain tenun songket adalah salah satu warisan budaya dari bangsa Indonesia yang harus di lestarikan. Songket merupakan lambang kehalusan seni tenunan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha. BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Desa Teluk Batil merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Apit

Lebih terperinci

Teknik dasar BATIK TULIS

Teknik dasar BATIK TULIS Teknik dasar BATIK TULIS Bandung, November 2009 Pengertian Batik 1. Batik adalah karya seni rupa pada kain dengan pewarnaan rintang, yang menggunakan lilin batik sebagai perintang. Menurut konsensus Nasional

Lebih terperinci

BUPATI MESUJI PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MESUJI NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI MESUJI PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MESUJI NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI MESUJI PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MESUJI NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MESUJI NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG LAMBANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS 2.1 Identifikasi Kecamatan Batang Kuis, termasuk di dalamnya Desa Bintang Meriah, merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

Lebih terperinci

langsung dalam kontak dagang.1

langsung dalam kontak dagang.1 Bab I Pendahuluan 1.1. Batasan Pengertian Judul Pusat Pemasaran merupakan tempat berkumpulnya kegiatan transaksi dari unit-unit usaha antara pengrajin sebagai produsen serta masyarakat sebagai konsumen,

Lebih terperinci

Kerajinan dan Wirausaha Tekstil

Kerajinan dan Wirausaha Tekstil Kerajinan dan Wirausaha Tekstil SEKOLAH TUNAS BANGSA KUBU RAYA PONTIANAK 2016/2017 Email : sitimustiani@gmail.com Web : http://www.sitimustiani.com Tujuan Pembelajaran Mengidentifikasi karya kerajinan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Sejarah Seni Rupa Prasejarah Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Teknik Perencanaan & Desain Desain Produk 01 Kode MK Abstract Seni rupa dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Yulia Ardiani Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Perayaan kemenangan dharma melawan

Lebih terperinci

Arsitektur Dayak Kenyah

Arsitektur Dayak Kenyah Arsitektur Dayak Kenyah Propinsi Kalimantan Timur memiliki beragam suku bangsa, demikian pula dengan corak arsitekturnya. Namun kali ini hanya akan dibahas detail satu jenis bangunan adat yaitu lamin (rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri khasnya masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada pengaruh karya seni rupa peninggalan kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Kebutuhan pangan berupa makanan, sandang berupa pakaian, dan kebutuhan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa Kota Tangerang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. yang khas menegnai kehidupan yang khas dan berusaha mencari fungsi dari

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. yang khas menegnai kehidupan yang khas dan berusaha mencari fungsi dari II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejalah-gejalah alam dan penduduk serta mempelejari

Lebih terperinci

Kajian Perhiasan Tradisional

Kajian Perhiasan Tradisional Kajian Perhiasan Tradisional Oleh : Kiki Indrianti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom ABSTRAK Kekayaan budaya Indonesia sangat berlimpah dan beragam macam. Dengan keanekaragaman budaya

Lebih terperinci

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU 2.1. Kain Batik Basurek Bengkulu Kain Basurek merupakan salah satu bentuk batik hasil kerajinan tradisional daerah Bengkulu yang telah diwariskan dari generasi

Lebih terperinci

Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat

Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat : Umi Faradillah, S.Pd Standar Kompetensi Mengapresiasi Karya Seni Rupa Kompetensi Dasar 1. Mengidentifikasi jenis

Lebih terperinci

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Oleh: Nyoman Tri Ratih Aryaputri Mahasiswa Program Studi Seni Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Denpasar Email: triratiharyaputri3105@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sejarah, budaya, dan kekayaan alamnya. Sejak masih jaman Kerajaan, masyarakat dari seluruh pelosok dunia datang ke

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1. Sintesis Perancangan sistem merupakan suatu kegiatan yang merupakan tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan inti dari semua proses yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi yang memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional maupun bahasa daerah. Masyarakatnya

Lebih terperinci

Kerajinan Fungsi Hias

Kerajinan Fungsi Hias Kerajinan Fungsi Hias KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah Kabupaten Jembrana

Lebih terperinci

BAHAN AJAR BAGIAN II SEJARAH MODE HUBUNGAN BENTUK DASAR BUSANA ASLI DENGAN BUSANA TRADISIONAL INDONESIA

BAHAN AJAR BAGIAN II SEJARAH MODE HUBUNGAN BENTUK DASAR BUSANA ASLI DENGAN BUSANA TRADISIONAL INDONESIA BAHAN AJAR BAGIAN II SEJARAH MODE HUBUNGAN BENTUK DASAR BUSANA ASLI DENGAN BUSANA TRADISIONAL INDONESIA A. Busana Tradisional Indonesia Ditinjau dari Bentuk Dasar Busana Asli Indonesia sudah dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP VISUAL DAN KONSEP KOMUNIKASI. : Silu meminta Ayus menjaga kéncéng dan Ayus tidak boleh membuka kéncéngnya, Ayus menyanggupinya

BAB IV KONSEP VISUAL DAN KONSEP KOMUNIKASI. : Silu meminta Ayus menjaga kéncéng dan Ayus tidak boleh membuka kéncéngnya, Ayus menyanggupinya berikutnya, Silu menengok ke kiri dan daerah Selatan, maka daerah itupun panen. Sedangkan ketiga gunung tersebut hingga kini masih ada berada di sepanjang sungai dimana Silu menaiki perahunya menuju laut.

Lebih terperinci

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH Reny Kartika Sary Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang Email : renykartikasary@yahoo.com Abstrak Rumah Limas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang memiliki banyak keanekaragaman budaya salah satunya yaitu kerajinan tangan. Menurut Hakim (2012

Lebih terperinci

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014 Desain Kerajinan Unsur unsur Desain Unsur desain merupakan bagian-bagian dari desain yang disusun untuk membentuk desain secara keseluruhan. Dalam sebuah karya desain masing-masing unsur tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

Kreasi Ragam Hias Uis Barat

Kreasi Ragam Hias Uis Barat Kreasi Ragam Hias Uis Barat Disusun Oleh: Netty Juliana, S.Sn, M.Ds Fakultas Teknik Jurusan Tata Busana / PKK UNIMED 2014 1 Kreasi Ragam Hias Uis Barat Netty Juliana (2013-2014) Abstrak Kebudayaan suku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan. Namun dalam proses pertumbuhan secara keseluruhan, peranan di

I. PENDAHULUAN. pembangunan. Namun dalam proses pertumbuhan secara keseluruhan, peranan di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi yang dapat mempercepat pertumbuhan kesempatan kerja, sehingga pembangunan bidang

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN UNSUR VISUAL NAGA PADA WAYANG DAN SENGKALAN YANG DIPENGARUHI KOSMIS-MISTIS

BAB IV KAJIAN UNSUR VISUAL NAGA PADA WAYANG DAN SENGKALAN YANG DIPENGARUHI KOSMIS-MISTIS BAB IV KAJIAN UNSUR VISUAL NAGA PADA WAYANG DAN SENGKALAN YANG DIPENGARUHI KOSMIS-MISTIS IV.1 Karakteristik Kosmis-Mistis pada Masyarakat Jawa Jika ditinjau dari pemaparan para ahli tentang spiritualisme

Lebih terperinci

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun Lampiran 1 Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun No Bentuk Ornamen Keterangan bentuk Tanda-tanda Semiotika Ikon Indeks Simbol 1 Ornamen Geometris ini terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

RAGAM HIAS ULOS SADUM MANDAILING

RAGAM HIAS ULOS SADUM MANDAILING RAGAM HIAS ULOS SADUM MANDAILING Netty Juliana Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan Abstrak Ragam hias merupakan suatu bentuk dua dimensi yang memiliki panjang dan lebar lebih dari satu sisi yang saling

Lebih terperinci

Kajian bentuk kain Donggala Netty Juliana ( ) Abstrak

Kajian bentuk kain Donggala Netty Juliana ( ) Abstrak Kajian bentuk kain Donggala Netty Juliana (2013-2014) Abstrak Kriya tekstil Indonesia sangat beranekaragam bentuknya seperti batik, bordir, jumputan, tritik, pelangi, pacth work, anyaman, tenun dan lain

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PROVINSI PAPUA GUBERNUR PROVINSI PAPUA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI PAPUA Lampiran : 2 (dua) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Bangsa bisa disebut juga dengan suku,

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KAIN SONGKET MELAYU BATUBARA DITINJAU DARI BENTUK ORNAMEN, WARNA DAN MAKNA SIMBOLIK. Andry Dwira Utama 1*, Sugito 2*

PENGKAJIAN KAIN SONGKET MELAYU BATUBARA DITINJAU DARI BENTUK ORNAMEN, WARNA DAN MAKNA SIMBOLIK. Andry Dwira Utama 1*, Sugito 2* PENGKAJIAN KAIN SONGKET MELAYU BATUBARA DITINJAU DARI BENTUK ORNAMEN, WARNA DAN MAKNA SIMBOLIK Andry Dwira Utama 1*, Sugito 2* Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh. Prana Nusa Putra C KRIYA TEKSTIL SURAKARTA

SKRIPSI. Oleh. Prana Nusa Putra C KRIYA TEKSTIL SURAKARTA EKSPRESI ESTETIK KAIN NAMPAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Kriya Seni/ Tekstil Fakultas Sastra dan Seni Rupa Oleh Prana Nusa Putra

Lebih terperinci