Spesifikasi pipa baja bergelombang dengan lapis logam pelindung untuk pembuangan air dan drainase bawah tanah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Spesifikasi pipa baja bergelombang dengan lapis logam pelindung untuk pembuangan air dan drainase bawah tanah"

Transkripsi

1 Standar Nasional Indonesia Spesifikasi pipa baja bergelombang dengan lapis logam pelindung untuk pembuangan air dan drainase bawah tanah ICS , Badan Standardisasi Nasional SNI 6719:2015

2 BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Diterbitkan di Jakarta

3 Daftar isi Daftar isi... i Prakata...iii Pendahuluan...iv 1 Ruang lingkup Acuan normatif Istilah, definisi dan singkatan Klasifikasi pipa Bahan-bahan Pabrikasi Persyaratan pipa Sistem sambungan Pengerjaan Perbaikan kerusakan lapis pelindung Pemeriksaan Penolakan Sertifikasi Lampiran A (normatif) Lampiran B (informatif) Lampiran C (informatif) Gambar contoh-contoh tipikal pipa baja bergelombang Gambar 1 - Persyaratan lubang Gambar C.1 - Pipa baja bergelombang dengan gelombang bentuk spiral Gambar C.2 - Pipa baja bergelombang dengan gelombang bentuk cincin Gambar C.3 - Pipa baja bergelombang dengan gelombang bentuk cincin dan flens penyambung Gambar C.4 - Pipa baja bergelombang dengan lapisan serat aramid Gambar C.5 - Pipa baja bergelombang dengan Pervorasi Tabel 1 Persyaratan gelombang untuk pipa tipe I, IA, II, IIA dan III... 6 Tabel 2 Persyaratan tinggi gelombang yang harus dipenuhi pada pengukuran ulang... 7 Tabel 3 Persyaratan rusuk untuk pipa tipe IR dan IIR... 7 Tabel 4 Sambungan memanjang dengan paku keling dan las setempat... 8 Tabel 5 Kekuatan tarik sambungan pengunci... 9 BSN 2015 i

4 Tabel 6 Ukuran-ukuran pipa Tabel 7 Tebal lembaran baja dengan lapisan logam Tabel 8 Persyaratan pipa lengkung dengan gelombang 68 mm x 13 mm Tabel 9 Persyaratan pipa lengkung dengan gelombang 75 mm x 25 mm atau 125 mm x 25 mm Tabel 10 Persyaratan pipa lengkung bergelombang dengan rusuk 19 mm x 19 mm x 190 mm Tabel 11 Persyaratan pipa lengkung bergelombang dengan rusuk 19 mm x 25 mm x 292 mm Tabel 12 Barisan lubang, tinggi (H) garis tengah barisan yang teratas dan panjang Tabel 13 Tebal pelat pengikat, penjepit berlengan, atau bell a,b Tabel 14 Persyaratan lebar pelat pengikat untuk pipa dengan ujung bergelombang cincin a,b Tabel 15 Persyaratan lebar pelat pengikat untuk pipa bergelombang spiral Tabel 16 Ukuran baut untuk pelat pengikat Tabel 17 Persyaratan struktural sistem sambungan penyambungan BSN 2015 ii

5 Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Spesifikasi pipa baja bergelombang dengan lapis logam pelindung untuk pembuangan air dan drainase bawah tanah adalah revisi dari SNI , Spesifikasi pipa baja bergelombang dengan lapis pelindung logam untuk pembuangan air dan drainase bawah tanah. Standar ini mengacu pada AASHTO M (2007), Standard Specification for Corrugated Steel Pipe, Metalic-Coated, for Sewers and Drains. Revisi pada AASHTO M36-90 menjadi AASHTO M36-03 (2007) dengan memberbaiki beberapa tabel serta istilah definisi menjadi salah satu alasan perlu direvisinya standar ini. SNI ini dipersiapkan oleh Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis Rekayasa Jalan dan Jembatan 91-01/S2 melalui Gugus Kerja Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan. Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) 08:2007 dan dibahas dalam forum rapat konsensus yang diselenggarakan pada tanggal 11 November 2013 di Bandung oleh Subpanitia Teknis, yang melibatkan para narasumber, pakar dan lembaga terkait, serta telah melalui proses jajak pendapat tanggal 19 September 2014 hingga 14 November BSN 2015 iii

6 Pendahuluan Pipa baja bergelombang (Corrugated Steel Pipe) terdiri dari beberapa tipe serta beberapa kegunaan/aplikasi. Dalam SNI ini dibahas pipa baja gelombang yang digunakan untuk pembuangan air dan drainase bawah tanah dan terbuat dari baja yang dilapisi dengan logam pelindung dengan diameter nominal pipa dari 100 mm sampai dengan 3600 mm. Standar ini mengatur mulai dari bahan pipa, pengerjaan pembuatan pipa, sampai dengan penerimaan dan sertifikasi produk pipa baja bergelombang yang dianggap telah sesuai dan memenuhi persyaratan yang diatur di dalam standar ini. Terdapat banyak tipe pipa baja bergelombang dengan lapis logam pelindung yang tersedia di pasaran dan digunakan pada pekerjaan jalan. Beberapa standar yang terkait dengan pipa baja bergelombang untuk keperluan yang berbeda (pipa struktural) juga dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian sehingga kecermatan dan kehati-hatian penggunaan standar ini perlu dikedepankan. Sebagai contoh ketebalan nominal pelat yang digunakan untuk membuat gorong-gorong pipa baja bergelombang ini berada di antara 1,02 mm sampai dengan 4,27 mm. Pipa baja bergelombang yang dimensi dan ketentuannya di luar nilai-nilai yang dibahas dalam standar ini bisa saja dianggap sebagai pipa yang diatur dalam standar lain yang berlaku. BSN 2015 iv

7 1 Ruang lingkup Spesifikasi pipa baja bergelombang dengan lapis logam pelindung untuk pembuangan air dan drainase bawah tanah 1.1 Spesifikasi ini berlaku untuk pipa baja bergelombang (corrugated steel pipe) yang digunakan untuk pembuangan air, drainase bawah tanah, gorong-gorong yang bersifat non stuktural, dan kegunaan lain yang serupa. Pipa yang dibuat menurut spesifikasi ini umumnya bukan untuk pipa air limbah rumah tangga atau pembuangan limbah industri (lihat catatan 1). Lembaran baja yang digunakan dalam pembuatan pipa memiliki lapis logam pelindung seng galvanis, aluminium tipe 2, paduan 55% aluminium-seng, paduan seng-5% aluminium-mischmetal, atau alumunium tipe 1. Klasifikasi pipa dalam standar ini mencakup tipe tipe I, II, dan III seperti yang dijelaskan dalam pasal Apabila pipa dibuat dari lembaran baja yang dilapisi dengan komposit seng dan serat aramid, maka pipa harus dilapisi dengan aspal. Oleh karena itu, persyaratan dalam spesifikasi ini harus dipertimbangkan diterapkan pada pipa setengah jadi, sedangkan untuk pipa yang sudah jadi harus mencakup ketentuan yang tercantum dalam Spesifikasi AASHTO M 190. CATATAN 1 - Pipa yang dibuat dari lembaran yang dilapisi komposit seng dan serat aramid serta dilengkapi dengan lapisan aspal digunakan untuk saluran pembuangan rumah tangga dan industri. Produk minyak bumi atau bahan sejenis yang mengalir pada saluran pembuangan limbah dapat mempengaruhi kinerja lapisan aspal. 1.2 Beberapa di lapisan logam yang berbeda tidak memberikan perlindungan yang sama bagi logam dasar terhadap korosi atau abrasi, atau keduanya, dalam semua kondisi lingkungan. Beberapa kondisi lingkungan yang mungkin sangat berat sehingga tidak ada lapisan logam yang termasuk dalam spesifikasi ini akan memberikan perlindungan yang memadai. Perlindungan tambahan bagi pipa baja bergelombang dapat diberikan dengan menggunakan lapisan-lapisan yang diterapkan setelah pembuatan pipa seperti dijelaskan dalam AASHTO M 190 atau dengan menggunakan polimer seperti dijelaskan dalam AASHTO M Spesifikasi ini tidak mencakup ketentuan untuk dudukan pipa, penimbunan kembali, atau hubungan antara beban timbunan dan tebal lembaran pipa baja. Pengalaman menunjukkan bahwa kinerja produk ini tergantung pada pemilihan ketebalan pelat yang tepat, tipe dudukan dan timbunan, proses produksi yang terkendali di pabrik dan ketelitian pada saat pemasangan. Prosedur pemasangan dijelaskan dalam AASHTO s Standard Specifications for Highway Bridges, Divison II, Section Acuan normatif Dokumen referensi di bawah ini harus digunakan dan tidak dapat ditinggalkan untuk melaksanakan standar ini. 2.1 Standar AASHTO M 190, Bituminous-Coated Corrugated Metal Culvert Pipe and Pipe Arches M 218, Steel Sheet, Zinc Coated (Galvanized), for Corrugated Steel Pipe M 232M/M 232, Zinc Coating (Hot-Dip) on Iron and Steel Hardware BSN dari 32

8 M 245, Corrugated Steel Pipe, Polymer-Precoated, for Sewers and Drains M 274, Steel Sheet, Aluminium-Coated (Type 2), for Corrugated Steel Pipe M 289, Aluminium-Zinc Alloy Coated Sheet Steel for Corrugated Steel Pipe M 291M, Carbon and Alloy Steel Nuts [Metric] M 298, Coatings of Zinc Mechanically Deposited on Iron and Steel Pipe M 315M, Joints for Circular Concrete Sewer and Culvert Pipe, using Rubber Gaskets [Metric] T 65M/T 65, Mass [Weight] of Coating on Iron and Steel Articles with Zinc or Zinc-Alloy Coating T 213M/T 213, Mass [Weight] of Coating on Aluminium-Coated Iron and Steel Articles T 241, Helical Continuously Welded Seam Corrugated Steel Pipe T 249, Helical Lock Seam Corrugated Steel Pipe Standard Specifications for Highway Bridges 2.2 Standar ASTM A 780, Repair of Damaged and Uncoated Areas of Hot-Dip Galvanized Coatings A 796 / A 796M, Structural Design of Corrugated Steel Pipe, Pipe-Arches, and Arches for Storm and Sanitary Sewers and Other Buried Apllications A 885, Steel Sheet, Zinc and Aramid Fiber Composite Coated for Corrugated Steel Sewer, Culvert, and Underdrain Pipe A 929/A 929M, Steel Sheet, Metallic-Coated by Hot-Dip Process for Corrugated Steel Pipe B 633, Electrodeposited Coatings of Zinc on Iron and Steel D 1056, Flexible Cellular Materials-Sponge or Expanded Rubber F 568M, Carbon and Alloy Steel Externally Threaded Metric Fasteners 3 Istilah, definisi dan singkatan (Istilah, definisi dan notasi) 3.1 Istilah dan definisi Untuk tujuan penggunaan standar ini, istilah dan definisi berikut digunakan pabrikan produsen yang membuat pipa produsen yang membuat lembaran baja pipa baja bergelombang bentuk cincin pipa baja dengan lapis logam yang mempunyai gelombang melingkar berbentuk cincin sepanjang pipa pipa baja bergelombang bentuk spiral pipa baja dengan lapis logam yang mempunyai gelombang melingkar berbentuk spiral sepanjang pipa BSN dari 32

9 3.1.5 pipa baja dengan rusuk spiral pipa baja dengan lapis logam yang dilengkapi dengan rusuk spiral melingkar sepanjang pipa pipa baja bergelombang berlubang pipa baja bergelombang bentuk cincin atau bergelombang bentuk spiral dengan penampang melintang lingkaran penuh atau lingkaran tidak penuh dengan dasar hampir rata, yang mempunyai lubang-lubang bulat untuk aliran air masuk dan keluar pipa struktur lapis minimal bahan lapis yang ditandai dengan suatu struktur lapis metalurgi lebih halus yang didapatkan melalui suatu perlakuan yang dirancang untuk mencegah pembentukan struktur butiran kasar yang normal, yang terbentuk selama proses pemadatan lapis paduan Zn-5 Al-MM (zinc-5 percent aluminium-mischmetal) struktur lapis reguler bahan lapis yang ditandai dengan suatu struktur lapis metalurgi yang didapatkan melalui suatu perlakuan yang dirancang untuk menjadi suatu lapisan, yang terbentuk selama proses pemadatan lapis paduan Zn-5 Al-MM (zinc-5 percent aluminium-mischmetal) 3.2 Singkatan Al-Zn--55% aluminium-seng MM--mischmetal Zn-5 Al-MM--seng-5% aluminium-mischmetal AIT2 aluminium lapis Tipe AIT1 aluminium lapis Tipe 1 4 Klasifikasi pipa 4.1 Pipa baja bergelombang yang diatur dalam spesifikasi ini diklasifikasikan sebagai berikut BSN dari 32

10 4.1.1 Tipe I Pipa Tipe I mempunyai penampang melintang lingkaran penuh dengan tebal pelat baja bergelombang yang seragam serta bergelombang bentuk cincin atau bergelombang bentuk spiral Tipe IA Pipa Tipe IA mempunyai penampang melintang lingkaran penuh, dengan pelat luar bergelombang bentuk spiral dan pelat dalam yang rata, dibuat bergelombang bentuk spiral dengan sambungan pengunci (lock seams) Tipe IR Pipa Tipe IR mempunyai penampang melintang lingkaran penuh dengan tebal pelat rata yang seragam serta dilengkapi dengan rusuk berbentuk spiral di sebelah luar Tipe II Pipa Tipe II sama dengan Tipe I tetapi diubah bentuk menjadi lengkung dan bagian dasar hampir datar Tipe IIA Pipa Tipe IIA sama dengan Tipe IA tetapi diubah bentuk menjadi lengkung dan bagian dasar hampir datar Tipe IIR Pipa Tipe IIR sama dengan Tipe IR tetapi diubah bentuk menjadi lengkung dan bagian dasar hampir datar Tipe III Pipa Tipe III sama dengan Tipe I tetapi diberi lubang-lubang untuk aliran air masuk atau keluar. Pipa Tipe III dimaksudkan untuk penggunaan sebagai saluran drainase atau pipa pembuangan air di bawah tanah Tipe IIIA Pipa Tipe IIIA dimaksudkan untuk penggunaan sebagai saluran drainase di bawah tanah, terdiri dari penampang melintang semi lingkaran dengan bagian dasar yang rata (tidak bergelombang) dan bagian atas bergelombang. 4.2 Lubang-lubang (perforasi) pada pipa Tipe III meliputi tiga kelas seperti yang diuraikan pada Bahan lapis paduan Zn-5 Al-MM tersedia dalam dua kelas atau struktur lapis sebagai berikut : BSN dari 32

11 4.3.1 Kelas A, struktur yang dilapis minimal Kelas B, struktur yang dilapis reguler 5 Bahan-bahan 5.1 Lembaran baja untuk pipa Semua pipa yang dibuat menurut spesifikasi ini harus dibentuk dari lembaran berlapis seng sesuai dengan AASHTO M 218 atau lembaran berlapis aluminium tipe 2 sesuai dengan AASHTO M 274, lembaran berlapis paduan 55 persen aluminium-seng sesuai dengan AASHTO M 289, atau lembaran berlapis paduan seng-5 persen aluminium-mischmetal sesuai ASTM A 929/A 929M, atau berlapis aluminium tipe 1 sesuai ASTM A 929/A 929M. Apabila tipe lapis logam tidak ditentukan dalam pemesanan, maka harus digunakan lembaran berlapis seng yang sesuai dengan AASHTO M 218. Semua pipa yang dibuat berdasarkan pemesanan harus mempunyai lapis logam yang sama, kecuali ditentukan lain. 5.2 Lembaran baja untuk pita/pelat penyambung Lembaran baja yang digunakan dalarn pembuatan pita/pelat penyambung harus memiliki lapis yang sama dan sesuai dengan spesifikasi yang sama dengan 5.1 sebagaimana digunakan untuk membuat pipa berdasarkan pemesanan. 5.3 Paku keling Paku keling yang digunakan harus dibuat dari bahan yang sama dengan logam dasar untuk lembaran pipa bergelombang serta mempunyai lapis pelindung galvanis. Jika baut dan mur digunakan untuk menggantikan paku keling (lihat 6.3.1), maka harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : Baut : F 568 Class 8.8 Mur : M 291M Class Baut dan mur Baut dan mur harus digalvanis celup panas (hot dip) sesuai dengan AASHTO M 232M/M 232, atau digalvanis mekanis sesuai dengan AASHTO M 298 kelas Perangkat keras sistem penyambung Baut dan mur yang digunakan untuk pita/pelat penyambung (pelat kopel) harus memenuhi ketentuan berikut: Baut : F 568 Class 4.6 Mur : M 291M Class Lapis pelindung untuk komponen sistem penyambung Baut, mur dan komponen berulir lain yang digunakan dalam sistem penyambung harus dilapisi seng dengan menggunakan salah satu proses berikut : proses celup panas (hot-dip) BSN dari 32

12 sesuai dengan AASHTO M 232M/M 232, proses penyepuhan listrik (electroplating) sesuai dengan ASTM B 633 kelas Fe/ Zn 8, atau proses mekanis sesuai dengan AASHTO M 298, kelas 8. Komponen perangkat keras lainnya yang digunakan bersama sistem penyambung harus dilapisi seng dengan menggunakan salah satu proses berikut : proses celup panas (hot-dip) sesuai dengan AASHTO M 232M/M 232, proses penyepuhan listrik (electroplating) sesuai dengan ASTM B 633 kelas Fe/ Zn 25, atau proses mekanis sesuai dengan AASHTO M 298, kelas Paking (gasket) Apabila paking (gasket) digunakan dalam sambungan pipa, paking harus dibuat dari karet (expanded rubber) yang memenuhi persyaratan ASTM D 1056 untuk tingkat sel tertutup (closed cell) RE atau cincin O yang memenuhi persyaratan AASHTO M 315M. 6 Pabrikasi 6.1 Ketentuan umum Pipa harus dibuat dengan penampang lingkaran penuh kecuali tipe IIIA seperti dijelaskan pada Pipa tipe I bergelombang bentuk cincin dengan sambungan paku keling atau las setempat, atau bergelombang bentuk spiral dengan kunci penghubung menerus atau penghubung las sepanjang pipa. Pabrikan dapat memilih tipe pembuatan yang digunakan, kecuali ditentukan lain. Pipa yang dibuat dari lembaran yang dilapisi komposit seng dan serat aramid, harus dibuat dengan sambungan keling atau sambungan kunci Pipa tipe IA harus dibuat dengan permukaan dalam yang rata serta permukaan luar bergelombang bentuk spiral dan disambung dengan kunci-kunci penghubung sepanjang pipa. Lembaran bergelombang mempunyai jarak nominal antara puncak gelombang sebesar 68 mm atau 75 mm. Lembaran yang dilapisi komposit seng dan serat aramid tidak boleh digunakan untuk pembuatan pipa tipe IA Pipa tipe IR harus dibuat dengan rusuk gelombang spiral di sebelah luar dengan sambungan pengunci sepanjang pipa. 6.2 Gelombang Gelombang harus berbentuk cincin atau berbentuk spiral sebagaimana dijelaskan pada 6.1. Arah puncak dan lembah gelombang membentuk sudut tidak kurang dari 60 terhadap sumbu pipa untuk diameter pipa lebih dari 525 mm, dan tidak kurang dari 45 terhadap sumbu pipa untuk diameter pipa 525 mm dan lebih kecil Untuk pipa tipe I dan IA, gelombang harus membentuk lengkung yang menerus. Ukuran gelombang harus sesuai dengan Tabel 1. Jika tinggi satu atau lebih gelombang kurang dari tinggi minimum gelombang dalarn Tabel 1, tinggi semua gelombang diantara sambungan yang berdekatan harus diukur dan memenuhi nilai pada Tabel 2. Tabel 1 - Persyaratan gelombang untuk pipa tipe I, IA, II, IIA dan III BSN dari 32

13 Ukuran Nominal Gelombang Jarak Maksimum Puncak Gelombang a Tinggi Minimum Gelombang b Jari-Jari dalam c Nominal Minimum 38 x 6,5 d 48 6,0 7 6,5 68 x x x Keterangan : a Jarak antara puncak gelombang yang diukur tegak lurus terhadap arah gelombang. b Tinggi yang diukur sebagai jarak vertikal dari mistar yang diletakkan pada puncak gelombang sejajar terhadap sumbu pipa, sampai dasar lembah gelombang. Bila ukuran tinggi dari satu atau lebih gelombang kurang dari nilai yang tercantum disini, tinggi semua gelombang diantara sambungan harus diukur, dan harus memenuhi Tabel 2. c Persyaratan jari-jari dalam minimum tidak berlaku untuk gelombang yang memiliki kunci-kunci penghubung spiral. d Ukuran gelombang 38 x 6,5 mm hanya terdapat pada pipa bergelombang bentuk spiral. Tabel 2 - Persyaratan tinggi gelombang yang harus dipenuhi pada pengukuran ulang Ukuran Nominal Gelombang Diameter Tinggi Gelombang Rata-rata minimum Tinggi Gelombang Minimum 38 x 6,5 Semua 6, x sampai , x 13 Lebih dari , x 25 Semua 24, x 25 Semua 24,9 23 Keterangan : Lihat untuk penggunaan Tabel 2 CATATAN 2 - Pemeriksaan sering terdiri dari pengukuran tinggi dari satu atau beberapa gelombang. Bila pengukuran tersebut menunjukkan tinggi yang kurang, penerapan persyaratan dalam tabel 2, akan memberikan penerimaan apabila tinggi dari beberapa gelombang dapat mengimbangi kekurangan tinggi gelombang yang lain. Pengukuran ini biasanya dilakukan di antara sambungan pipa Untuk pipa tipe IR gelombang sebaiknya mempunyai rusuk persegi yang mengarah keluar dari dinding pipa. Ukuran dan jarak rusuk harus sesuai dengan Tabel 3. Untuk rusuk dengan jarak 292 mm, jika lembaran antara rusuk yang berdekatan tidak mencakup kunci penghubung, maka harus ditambah pengaku pada pertengahan jarak antara rusuk. Pengaku harus mempunyai jari-jari nominal 6,4 mm dan tinggi minimum 5,1 mm terhadap permukaan luar pipa. Ukuran Nominal Lebar, a Minimum Tabel 3 - Persyaratan rusuk untuk pipa tipe IR dan IIR Rusuk Kedalaman, b Minimum Jarak, c Minimum Bagian Bawah Jari-jari Luar Minimum (m) Bagian Bawah Jari-jari Luar d Rata-rata Maksimum Bagian Atas Jari-jari Luar Minimum (m) Bagian Atas Jari-jari Luar d Rata-rata Maksimum 19 x 19 x t t 19 x 25 x t t BSN dari 32

14 a b c d 19 x 25 x t t Lebar adalah dimensi bagian dalam rusuk tetapi diukur pada bagian luar pipa (bagian luar rusuk) dan harus memenuhi atau melebihi lebar minimum ditambah dua kali ketebalan dinding atau 2t + 17 mm. Kedalaman adalah rata-rata dari tiga rusuk dalam satu lembaran. Jarak adalah rata-rata dari tiga jarak rusuk yang berdekatan untuk pipa 19 x19x190 dan dua jarak rusuk yang berdekatan untuk pipa 19 x 25 x 292, diukur dari pusat ke pusat rusuk, dengan arah tegak lurus rusuk. Rata-rata dari jari-jari dua rusuk bagian atas dan jari-jari dua rusuk bagian bawah harus dalam batas toleransi minimum dan maksimum. Istilah bagian luar menunjuk pada permukaan bagian luar pipa. CATATAN 3 - Dimensi-dimensi dan besaran-besaran nominal untuk gelombang yang teratur dan untuk rusuk diberikan dalam AASHTO s Standard Specifications for Highway Bridges, Divison II, Section 12 dan dalam ASTM A Sambungan yang dikeling Sambungan memanjang harus dipasang selang-seling sehingga tidak lebih dari 3 lembaran yang di kencangkan dengan keling. Pipa yang akan dibentuk menjadi bentuk lengkung harus mempunyai sambungan yang memenuhi persyaratan sambungan seperti pada CATATAN 4 - Pembuatan pipa tanpa sambungan memanjang pada lengkungan 120, sehingga pipa dapat dipasang tanpa sambungan memanjang pada bagian yang dibalik, tergantung kesepakatan antara pengguna dan fabrikator Ukuran paku keling dan jumlah paku keling setiap gelombang serta lebar sambungan memanjang harus mengikuti ketentuan sesuai tabel 4 (termasuk penjelasannya). Untuk pipa yang mempunyai tinggi gelombang 25 mm, baut dan mur M 12 dapat digunakan sebagai pengganti paku keling dengan perbandingan satu banding satu. Sambungan cincin harus menggunakan paku keling dengan ukuran yang sama seperti pada sambungan memanjang dan harus mempunyai jarak maksimum antara paku keling sebesar 150 mm diukur dari sumbu ke sumbu, kecuali untuk pipa berdiameter 300 mm, cukup 6 paku keling. a b c d e Tabel 4 - Sambungan memanjang dengan paku keling dan las setempat Tebal Pelat 68 x 13 mm a,b 75 x 25 mm c,d 125 x 25 mm e,d Diameter Minimum Paku Keling atau Las Setempat Mm mm mm mm 1, , , , , , Satu paku keling atau las setempat tiap lembah untuk pipa diameter 900 mm lebih kecil. Dua paku keling atau las setempat tiap lembah untuk pipa diameter 1050 mm dan yang lebih besar. Lebar minimum sambungan : 38 mm untuk pipa diameter 900 mm dan yang lebih kecil, dan 75 mm untuk pipa diameter 1050 mm dan yang lebih besar. Dua paku keling atau las setempat lembah untuk semua diameter pipa. Lebar minimum sambungan : 75 mm untuk semua diameter pipa. Dua paku keling atau las tempat setiap puncak dan lembah untuk semua diameter pipa Semua paku keling harus dipasang dalam keadaan dingin sedemikian sehingga lembaran tertarik dengan kencang secara bersamaan sepanjang sambungan. Jarak antara sumbu paku keling dan tepi lembaran tidak boleh kurang dari dua kali diameter paku keling. Semua paku keling harus rapih, dikerjakan oleh tenaga ahli dan bentuk kepala paku keling harus sesuai syarat pemesan, serta harus dipasang tanpa melentur dan tidak memiliki celah ketika dipasang ke dalam lubang. BSN dari 32

15 6.4 Ketahanan sambungan yang dilas setempat Sambungan memanjang harus dipasang selang-seling dan tidak lebih dari 3 lembaran yang disambung dengan las setempat. Pipa yang dibentuk menjadi pipa lengkung juga harus memenuhi persyaratan sambungan longitudinal pada Ukuran las setempat, jumlah las pada setiap gelombang, dan lebar sambungan memanjang telah ditetapkan pada Tabel. Sambungan cincin harus dilas menggunakan las setempat dengan ukuran yang sama seperti untuk sambungan memanjang dan harus mempunyai jarak maksimum pengelasan 150 mm, kecuali untuk pipa berdiameter 300 mm, cukup 6 las setempat Semua las setempat harus dikerjakan sedemikian sehingga lembaran tertarik dengan kencang secara bersamaan sepanjang sambungan. Jarak antara ujung luar setiap las setempat dan ujung lembaran minimum 6,5 mm. Pengelasan harus dilakukan sedemikian sehingga 90% atau lebih permukaan luar las setempat tidak menunjukkan tanda-tanda leleh atau terbakarnya logam dasar. Logam dasar ini tidak boleh terbuka, pada saat bagian yang berdekatan dengan bidang kontak elektroda dibersihkan dengan sikat kawat. Perubahan warna pada permukaan las setempat tidak menjadi alasan penolakan Peralatan las harus dalam keadaan baik sebelum digunakan dan kualifikasinya ini harus diperiksa sebelum setiap tahap pekerjaan dan bila terdapat perubahan tebal lembaran, seperti dijelaskan pada Lampiran A1. Apabila penggunaan peralatan dengan penyetelan yang disetujui tidak menghasilkan pengelasan yang memuaskan. Pekerjaan harus dihentikan sampai penyetelan alat tersebut telah memadai. 6.5 Sambungan pengunci spiral Sambungan pengunci pada pipa Tipe I, harus dibentuk pada bagian yang bersinggungan dari profil gelombang dengan pusat yang berdekatan dengan sumbu netral profil gelombang. Sambungan pengunci pada pipa Tipe I A harus pada lembah gelombang dengan jarak antara tidak lebih dari 760 mm, dan harus dibentuk pada pelat luar dan pelat dalam yang rata, dengan cara yang sama seperti sambungan pengunci spiral pipa Tipe I. Sambungan pengunci pada pipa tipe IR harus dibentuk pada bagian yang datar dari dinding pipa, yaitu pertengahan antara 2 (dua) rusuk Lapis lebih (Iap) ujung lembaran pada penampang melintang sambungan pengunci minimum 4 mm untuk pipa berdiameter 250 mm atau lebih kecil dan minimum 7,9 mm untuk pipa berdiameter lebih besar dari 250 mm dengan toleransi yang diizinkan 10% dari lebar lapis lebih. Permukaan dengan lipatan (sesuai dengan AASHTO T 249), sebesar tebal lembaran pada satu sisi sambungan pengunci atau satu setengah tebal lembaran pada kedua sisi sambungan pengunci, tergantung pilihan pabrikan. Tidak boleh terdapat retakan yang terlihat secara visual pada logam, renggang antara logam, atau ketidak rataan pada bagian dalam dari lipatan logam 180 pada akhir pekerjaan sambungan pengunci Benda uji dari pipa hasil produksi dipotong secara tegak lurus dan melintang terhadap sambungan pengunci, harus mempunyai kuat tarik seperti ditunjukkan pada Tabel 5, bila diuji sesuai dengan AASHTO T 249. Untuk pipa tipe IA, kekuatan sambungan pengunci harus seperti yang ditabulasikan berdasarkan ketebalan cangkang yang bergelombang. Tabel 5 - Kekuatan tarik sambungan pengunci Tebal Pelat, a Kekuatan Tarik Minimum Sambungan Pengunci, per Satuan Panjang, (kn/m) BSN dari 32

16 1, , , , , , , a Untuk pipa Tipe IA, ketebalan harus dari cangkang bergelombang Apabila ujung sambungan pengunci pipa gelombang bentuk spiral telah dicanai ulang menjadi gelombang berbentuk cincin, dengan atau tanpa ujung yang melebar; pada sambungan pengunci yang dicanai ulang tidak boleh ada retak-retak yang terlihat pada logam dasar dan kuat tarik sambungan pengunci tidak boleh kurang dari 60% terhadap persyaratan pada Sambungan spiral dengan las menerus Sambungan harus sejajar dengan gelombang dan dilas menerus sepanjang pipa. Pengelasan harus dikerjakan dengan peralatan yang mempunyai ketahanan sangat tinggi. Sambungan harus dilas sedemikian sehingga menghasilkan kekuatan pipa yang penuh dan tidak mempengaruhi bentuk atau diameter nominal pipa. Sambungan yang dilas harus dikendalikan sehingga gabungan lebar las dan lebar lapisan yang terbakar akibat las tidak boleh melebihi 3 kali tebal logam. Kerusakan di luar lebar ini harus diperbaiki sesuai dengan 10. Pabrikan harus menjamin bahwa pengelasan telah diuji dan memberikan hasil yang memuaskan Sambungan las menerus harus diuji sesuai dengan prosedur cup test pada AASHTO T 241. Sambungan las ini dapat diterima bila jumlah panjang retak atau cacat lainnya pada setiap sisi tidak lebih dari 6,5 mm, didasarkan pada hasil pengujian kedua bila pengujian pertama memperlihatkan cacat-cacat lebih besar. Apabila terjadi pertentangan antara pengguna dan pabrikan, maka ketentuan pengujian pembanding (referee test) pada AASHTO T 241 harus diterapkan Pengujian sambungan Ias menerus harus dilakukan sebagai berikut: Potongan pipa dengan panjang 7,3 m atau kurang harus diuji pada salah satu ujung tiap potongan pipa, biasanya pada ujung yang lemah Apabila potongan pipa yang berdiameter lebih dari mm dengan panjang 7,3 m atau kurang ditolak, maka potongan pipa berikutnya harus diuji pada kedua ujungnya. Bila hasil pengujian salah satu ujungnya tidak memenuhi maka potongan pipa harus ditolak Potongan pipa dengan panjang lebih dari 7,3 m harus diuji pada setiap ujung setiap potongan pipa. Apabila salah satu ujung tidak memenuhi, maka potongan pipa tersebut harus ditolak Ketentuan pengujian pengendalian mutu pada tidak berlaku untuk pipa yang ujungujungnya telah dibentuk ulang menjadi gelombang bentuk cincin. Produsen harus tetap melakukan penilaian visual terhadap mutu pengelasan setelah proses pembentukan ulang dan setiap terdapat indikasi kerusakan pengelasan dan logam dasar, yang dapat menyebabkan penolakan pipa Setiap indikasi retak, terkelupas, atau pengelasan yang kurang sempurna yang ditemukan melalui pengamatan visual akan menjadi alasan untuk penolakan, kecuali dilakukan perbaikan. Pabrikan dapat mengganti potongan pipa yang rusak atau memperbaiki kerusakan dengan sambungan yang dilas secara otomatis. Pipa yang diganti atau diperbaiki harus memenuhi persyaratan pada 6.6. Apabila perbaikan dilakukan dalam rentang 400 mm dari ujung pipa, pengujian harus dilakukan pada bagian yang diperbaiki dan pada bagian yang berbatasan langsung pengelasan secara otomatis. Apabila salah satu hasil pengujian tidak memenuhi persyaratan pada maka pipa harus ditolak. BSN dari 32

17 6.7 Penyelesaian akhir Untuk mempermudah penyambungan di lapangan, ujung pipa dengan gelombang bentuk spiral atau dengan rusuk dapat dibentuk ulang menjadi gelombang bentuk cincin yang mencakup paling sedikit dua gelombang dari ujung pipa, atau menjadi flens (flange) terbalik sesuai dengan ketentuan pada 6.7.2, atau keduanya. Diameter ujung tidak boleh melebihi diameter pipa sebesar tinggi gelombang. Semua tipe ujung pipa, dibentuk kembali atau tidak, harus pas dalam sambungan sehingga perbedaan maksimum diameter pada pertemuan ujung pipa sebesar 13 mm Apabila pipa dengan gelombang spiral atau dengan rusuk dibentuk ulang menjadi gelombang cincin pada ujung-ujungnya, biasanya ukuran gelombang cincin adalah (68 x 13) mm Apabila pada ujung pipa dibentuk flens untuk mempermudah penyambungan di lapangan, lebar flens harus seragam dan tidak kurang dari 13 mm, serta berbentuk persegi terhadap sumbu memanjang pipa Ujung semua pipa yang akan menjadi tempat masuk dan keluar pada gorong-gorong yang dibuat dari lembaran dengan tebal nominal 2,01 mm atau kurang, harus diperkuat dengan cara yang disetujui oleh pengguna. 7 Persyaratan pipa 7.1 Pipa tipe I, tipe IA dan tipe IR Ukuran pipa Diameter nominal pipa harus seperti yang ditentukan dalam pesanan, dipilih dari ukuran yang tercantum dalam Tabel 6. Ukuran gelombang yang standar untuk setiap ukuran pipa juga ditunjukkan dalam Tabel 6. Diameter dalam rata-rata dari pipa bulat dan pipa yang akan dibentuk kembali menjadi pipa lengkung tidak boleh bervariasi lebih dari 1% atau 1,3 mm (gunakan yang lebih besar) terhadap diameter nominal bila diukur pada puncak dalam gelombang untuk pipa tipe I, atau sisi dalam pelat yang rata untuk pipa tipe IA, atau permukaan dalam untuk pipa tipe IR. Sebagai alternatif, untuk pipa dengan gelombang bentuk cincin, kesesuaian dengan persyaratan diameter dalam dapat ditentukan dengan mengukur keliling luar dengan nilai minimum seperti pada Tabel 6. CATATAN 5 - Keliling luar pipa bergelombang bentuk spiral dipengaruhi oleh ukuran gelombang dan sudut gelombang, yang berpengaruh pada jumlah gelombang melintang, karena itu ukuran minimum tidak dapat ditentukan Tebal lembaran Pengguna harus menetapkan tebal lembaran sesuai dengan tebal lembaran dalam Tabel 7 (CATATAN 6 dan 7). Untuk pipa Tipe I A, tebal pelat luar yang bergelombang maupun pelat dalam yang rata harus ditetapkan sebagai berikut; tebal dari pelat bergelombang tidak boleh kurang dari 60% tebal yang ditetapkan untuk pipa Tipe I yang ekivalen; pelat yang rata harus mempunyai tebal nominal minimum 1,02 mm; tebal total pelat bergelombang dan pelat yang rata harus sama atau lebih dari tebal yang ditetapkan untuk pipa gelombang yang ekivalen, sesuai ketentuan dalam AASHTO Standard Specification for Highway Bridges. Tabel 6 - Ukuran-ukuran pipa BSN dari 32

18 Diameter Dalam Nominal, 38 x 6.5 Ukuran Gelombang a Pipa Berusuk Keliling Luar Minimum, c 68 x x x x 19 x 190 (mm b ) 19 x 25 x x 25 x X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X a "X" menunjukkan ukuran gelombang standar untuk setiap diameter nominal pipa. b Ukuran rusuk 19 x 19 x 190 mm dan 19 x 25 x 292 mm. c Diukur pada lembah gelombang berbentuk. Tidak berlaku untuk pipa gelombang bentuk spiral. Tebal, M218, Lapis Seng Tabel 7 - Tebal lembaran baja dengan lapisan logam M274 AlT2, Lapis Aluminium Spesifikasi desain M 289, 55 persen Lapis Campuran Aliminium-Seng A 885, Lapis Seng dan Serat Aramid A 929M Zn-5 Al-MM, Lapis Campuran A 929M AlTl, Lapis Aluminium 1.02 X X X 1.32 X X X X X 1.63 X X X X X X 2.01 X X X X X X 2.77 X X X X X X 3.51 X X X X X X 4.27 X X X a "X'' menunjukkan tebal lembaran termasuk jenis lapisan yang digunakan. CATATAN 6 - Tebal lembaran yang ditunjukkan pada Tabel 7 adalah ketebalan yang tersedia dalam AASHTO M 218, M 274, M 289, ASTM A 885 dan ASTM A 929M untuk lembaran berlapis komposit seng dan serat aramid. BSN dari 32

19 CATATAN 7 - Pengguna harus menentukan tebal yang diperlukan untuk setiap tipe pipa yang dijelaskan pada sampai sesuai dengan kriteria desain dalam AASHTO Standard Specification for Highway Bridges, Division 1, Section 12 atau pedoman lain yang sesuai Apabila ditentukan oleh pengguna, pipa hasil produksi dapat diperpanjang di pabrik sesuai ketentuan. Perpanjangan harus menggunakan peralatan mekanis yang akan menghasilkan deformasi seragam sepanjang penampang pipa. 7.2 Pipa tipe II, tipe IIA dan tipe IIR Ukuran pipa lengkung. Pipa tipe II, tipe IIA, atau tipe IIR harus dibuat masing-masing dari pipa tipe I, tipe IA atau IR ; dan pipa harus dibentuk ulang menjadi bentuk lengkung. Pipa Tipe II, IIA, IIR masing-masing harus memenuhi semua ketentuan untuk pipa Tipe I, IA, dan IR. Lengkungan pipa harus mengikuti persyaratan ukuran pada Tabel 8, 9, 10 atau 11. Semua ukuran harus diukur dari bagian puncak sebelah dalam gelombang untuk pipa Tipe II atau dari sisi dalam pelat rata untuk tipe IIA, atau dari permukaan dalam untuk pipa Tipe IIR Sambungan memanjang. Sambungan memanjang dengan paku keling atau las setempat pada pipa lengkung tidak boleh ditempatkan di bagian sudut lengkungan. 7.3 Pipa tipe III Pipa tipe III harus mempunyai penampang melintang lingkaran penuh dan harus memenuhi ketentuan untuk pipa Tipe I dan sebagai tambahan harus mempunyai lubang-lubang sesuai salah satu kelas yang diuraikan dalam Tabel 8 - Persyaratan pipa lengkung dengan gelombang 68 mm x 13 mm Ukuran pipa lengkung Diameter Ekivalen, Panjang, a Tinggi, a Jari-jari Sudut Minimum, Maksimum B, b 430 x x x x x x x x x x x BSN dari 32

20 1800 x x x a A Toleransi 25 mm atau 2% dari diameter ekivalen, mana yang lebih besar, diperbolehkan untuk span dan rise. b B didefinisikan sebagai dimensi vertikal dari garis horizontal dari bagian terlebar lengkung ke bagian terendah dari dasar. Tabel 9 - Persyaratan pipa lengkung dengan gelombang 75 mm x 25 mm atau 125 mm x 25 mm Ukuran pipa lengkung Diameter Ekivalen, Panjang, a Tinggi, a Jari-jari Sudut Minimum, 1010 x x x x x x BSN dari 32

21 Ukuran pipa lengkung Tabel 9 (lanjutan) Diameter Ekivalen, Panjang, a Tinggi, a Jari-jari Sudut Minimum, 2050 x x x x x x x x x a Angka negatif dan positif pada dimensi span dan rise merupakan toleransi, tidak ada toleransi dalam arah yang berlawanan. Tabel 10 - Persyaratan pipa lengkung bergelombang dengan rusuk 19 mm x 19 mm x 190 mm Ukuran pipa lengkung Diameter Ekivalen, Panjang, a Tinggi, a Jari-jari Sudut Minimum, 500 x x x x x x x x x x x x x x x x x x a Angka negatif dan positif pada dimensi span dan rise merupakan toleransi, tidak ada toleransi dalam arah yang berlawanan. Tabel 11 - Persyaratan pipa lengkung bergelombang dengan rusuk 19 mm x 25 mm x 292 mm Ukuran pipa lengkung Diameter Ekivalen, Panjang, a Tinggi, a Jari-jari Sudut Minimum, 500 x x x x BSN dari 32

22 Ukuran pipa lengkung Tabel 12 (lanjutan) Diameter Ekivalen, Panjang, a Tinggi, a Jari-jari Sudut Minimum, 830 x x x x x x x x x a Angka negatif dan positif pada dimensi span dan rise merupakan toleransi, tidak ada toleransi dalam arah yang berlawanan Lubang-lubang (perforasi) Lubang-lubang harus mengikuti ketentuan untuk kelas 1 kecuali ditentukan lain. Lubanglubang kelas 1 adalah untuk pipa yang akan digunakan untuk saluran drainase bawah permukaan. Lubang-lubang kelas 2 dan kelas 3 adalah untuk pipa yang akan digunakan untuk saluran pembuangan air limbah bawah permukaan, tetapi pipa dengan lubang kelas 2 dan kelas 3 dapat juga digunakan untuk saluran drainase bawah permukaan Lubang lubang kelas I Lubang mendekati bentuk melingkar dan dipotong rapih. Lubang memiliki diameter nominal minimum 4,8 mm dan maksimum 9,5 mm serta harus diatur dalam barisan yang sejajar dengan sumbu pipa. Lubang-lubang harus ditempatkan puncak sebelah dalam atau sepanjang sumbu netral gelombang, dengan satu lubang dalam setiap baris untuk tiap gelombang. Pipa-pipa yang disambung dengan pelat kopel atau pelat pengikat boleh tidak berlubang dalam jarak 100 mm dari tiap ujung pipa. Barisan (deretan) lubang-lubang harus diatur dalam dua kelompok yang sama yang ditempatkan simetris pada tiap sisi dari bagian bawah segmen yang tidak berlubang sesuai garis aliran pipa. Jarak baris harus seragam. Jarak antara sumbu baris minimum 25 mm. Jumlah minimum baris lubang arah memanjang, tinggi maksimum garis tengah baris teratas, dan panjang bagian dalam dari segmen yang tidak berlubang ditunjukkan dalam gambar I, dan harus memenuhi ketentuan Tabel 12. CATATAN 8 - Pipa dengan lubang kelas I umumnya tersedia dalam diameter 100 sampai dengan 525 mm, walaupun pipa berlubang dengan diameter yang lebih besar mungkin juga ada Lubang-lubang kelas 2 Lubang-lubang pipa harus berbentuk lingkaran dengan diameter nominal 8,0 sampai 9,5 mm atau lubang persegi dengan lebar nominal 4,8 sampai 8,0 mm dan panjang maksimum 13 mm. Lubang-lubang harus berjarak seragam di sekeliling pipa. Lubang-lubang harus mempunyai luas bukaan minimum 230 cm 2 untuk setiap meter persegi luas permukaan pipa. CATATAN 9 - lubang dengan diameter 9,5 mm sebanyak 323 buah per meter persegi permukaan pipa memenuhi persyaratan ini. BSN dari 32

23 Lubang-lubang kelas 3 Lubang-lubang pipa harus berbentuk persegi dengan lebar (2,5 ± 1,0) mm dan panjang (25 ± 6,5) mm, dengan jarak pusat ke pusat lubang 45 sampai 65 mm sekeliling pipa dan selang seling pada puncak bagian luar gelombang pipa. Tidak boleh ada bagian logam yang hilang dalam pembuatan lubang. Lubang harus dibuat dari sebelah dalam pipa. Gambar 1 - Persyaratan lubang Tabel 13 - Barisan lubang, tinggi (H) garis tengah barisan yang teratas dan panjang (L) bagian yang tidak berlubang, untuk lubang kelas 1 Diameter Dalam Pipa, H, Barisan Lubang a maksimum, b L, minimum, b c c c dan lebih besar 8 d d BSN dari 32

24 a Jumlah baris minimum. Jumlah baris yang lebih besar untuk daerah masukan yang diperluas tergantung pada kesepakatan antara pengguna dan pabrikan. Perhatikan bahwa jumlah lubang per satuan panjang di setiap baris (dan daerah inlet) tergantung pada gelombang. b Lihat Gambar 1 untuk lokasi besaran H dan L. c Minimal 4 baris diizinkan untuk pipa dengan gelombang 38 x 6,5 mm. d H(max) = 0,46D, L(min) = 0,64D, dimana D = diameter-dalam pipa (dalam mm atau inci). 7.4 Pipa tipe III A Pipa tipe IIIA harus dibuat dengan bagian bawah berbentuk semi lingkaran yang tidak berlubang dengan bagian atas dari baja gelombang, keduanya dengan ketebalan nominal 1,32 mm atau lebih besar. Bagian bawah berbentuk semi lingkaran yang rata harus berdiameter sekitar 120 mm dan harus mempunyai kupingan menerus kearah luar sepanjang tiap sisi. Lembaran bagian atas yang bergelombang harus mempunyai lebar sekitar 160 mm termasuk overhang miring berukuran 19 mm pada tiap sisi dan harus terikat pada kupingan bagian bawah dalam integral tabs berjarak 90 mm dari sumbu ke sumbu. Penampang sebelah atas harus mempunyai gelombang kurang lebih 22 mm dari sumbu kesumbu dan ketinggian kurang lebih 8,00 mm. 7.5 Pipa yang dibuat dari lembaran berlapis komposit zinc dan serat aramid Pipa yang telah dibuat dari lembaran berlapis komposit zinc dan serat aramid harus dilapisi dengan aspal seperti dijelaskan dalam AASHTO M190, Tipe A, dilapisi aspal sepenuhnya. Apabila diinginkan lapisan yang rata sebagian atau penuh, maka harus ditentukan oleh pengguna. (Lihat dan AASHTO M 190) 8 Sistem sambungan 8.1 Tipe sistem sambungan Sistem sambungan harus dari jenis berikut, tergantung pada susunan pelat baja pengikat dengan pipa yang disambung. Jika diperlukan, sistem sambungan harus dilengkapi dengan paking datar, O -ring, atau profil. Gelombang pada bagian ujung pipa yang disambung harus memenuhi salah satu dari gelombang yang didetailkan dalam ASTM A796 /A 796M. CATATAN 10 - Pelat pengikat diklasifikasikan berdasarkan kemampuannya dalam menahan geser, momen dan gaya tarik seperti dijelaskan dalam AASHTO Standard Specification for Higway Bridges, Division II, Section 26 dan diidentifikasi sebagai sambungan standard dan sambungan khusus. Lima tipe pelat pengikat yang pertama yang dijelaskan pada 8.1 dan memenuhi persyaratan pada 8.2 diharapkan memenuhi persyaratan sambungan standar. Beberapa tipe juga mungkin memenuhi persyaratan untuk sambungan khusus, namun pemenuhan tersebut harus ditentukan berdasarkan analisis atau pengujian Pelat pengikat bergelombang Berupa pelat pengikat bergelombang berbentuk cincin atau spiral. Bentuk gelombang pelat pengikat harus cocok dengan bagian pipa yang disambung atau dengan ujung-ujung berbentuk cincin yang dibentuk ulang dari bagian pipa tersebut Pelat pengikat bergelombang sebagian BSN dari 32

25 Berupa pelat pengikat datar dengan minimal satu gelombang yang dibentuk di sepanjang keliling tiap ujung pelat pengikat. Pelat Pengikat ini dimaksudkan untuk digunakan dengan pipa bergelombang spiral dengan ujung yang bentuk ulang ke ukuran gelombang 68 mm x 13 mm Pelat pengikat dengan tonjolan Berupa pelat pengikat datar dengan tonjolan berbentuk seperti lesung, yang digunakan untuk menyambungkan pipa bergelombang spiral atau cincin. Pelat Pengikat harus dibentuk dengan tonjolan dalam baris melingkar dengan satu tonjolan untuk setiap gelombang pipa bergelombang berbentuk spiral. Pelat Pengikat dengan lebar 265 mm atau 300 mm harus memiliki dua baris melingkar berisi tonjolan, dan pengikat dengan lebar 415 mm atau 560 mm harus memiliki empat baris melingkar berisi tonjolan Pelat pengikat beralur Pelat Pengikat beralur yang bersama dengan konektor dibentuk menjadi alur hanya digunakan pada pipa dengan flens terbalik pada ujung pipa. Pelat Pengikat beralur harus sesuai dengan persyaratan Pelat pengikat datar Apabila ditentukan oleh pengguna, pelat pengikat datar harus digunakan pada pipa dengan ujung bergelombang spiral, pipa bergelombang cincin, atau pipa bergelobang spiral yang ujungnya telah dibentuk ulang menjadi gelombang cincin Penjepit berlengan (sleeve couplers) Apablia ditetapkan oleh pengguna, sistem sambungan harus dilengkapi dengan penjepit (coupler) tipe tekan (push on) yang dirancang untuk menghasilkan permukaan yang tepat dengan permukaan pipa yang disambung. Penjepit berlengan umumnya tidak memiliki perangkat eksternal untuk pengencangan di sekeliling pipa. Penjepit berlengan harus dilengkapi perangkat untuk proses centering sehingga panjang bagian penjepit akan sama pada kedua pipa yang disambung. Penjepit berlengan untuk pipa berdiameter kurang dari 300 mm harus memiliki kedalaman tusukan minimum 75 mm. Untuk pipa berdiameter 300 mm sampai 1050 mm, kedalaman tusukan minimum 150 mm. apabila penjepit berlengan digunakan pada pipa selain Tipe III atau Tipe IIIA, harus digunakan pipa dengan ujung berbentuk gelombang cincin atau yang dibentuk ulang. Penjepit berlengan tidak dimaksudkan untuk pipa berdiameter lebih besar dari 1050 mm Bell dan spigot Susunan bell dan spigot menggabungkan bell yang dipasang dipabrik secara permanen pada salah satu ujung pipa dengan ujung yang lain pipa yang berfungsi sebagai spigot. Bell di hubungkan ke pipa dengan pengelasan atau dengan pengencang mekanik. Ketebalan baja bell harus memenuhi persyaratan pada susunan Bell dan spigot akan diklasifikasikan sesuai dengan 8.2. Ujung pipa yang berfungsi sebagai spigot harus dibentuk ulang atau mempunyai bentuk gelombang cincin untuk memungkinkan penempatan paking BSN dari 32

26 jika diperlukan. Bell harus memberikan kedalaman tusukan minimal 150 mm, atau 8% dari diameter pipa, mana yang lebih besar Rancangan khusus Sistem penyambungan yang lain yang memenuhi persyaratan 8.3, 8.4 (jika dikehendaki), dan 8,5 (jika dikehendaki), dan ditentukan oleh pengguna, harus digunakan pada pekerjaan yang telah ditentukan. 8.2 Sistem sambungan, arti dan kegunaan Sistem sambungan diklasifikasikan sebagai sambungan standar atau dengan paking, berdasarkan kemampuan sistem untuk mengendalikan resapan ke dalam (infiltrasi) dan/atau resapan ke luar (eksfiltrasi). Klasifikasi sistem standar dan paking tercakup dalam dan Apabila kondisi pekerjaan di dekat pipa sedemikian sehingga pergerakan atau penurunan yang berbeda akan terjadi pada sambungan, sistem sambungan harus memiliki persyaratan struktural yang sesuai dengan Sistem standar Sistem sambungan standar pada pipa baja bergelombang dimaksudkan untuk mengontrol infiltrasi tanah ke dalam pipa. Sistem sambungan standar digunakan dalam sebagian besar instalasi pipa baja bergelombang. Gradasi dan plastisitas material urugan di sekitar pipa merupakan faktor penting dalam pemilihan sistem sambungan. Semakin besar konsentrasi partikel yang sangat halus, seperti lanau yang lolos ayakan 75 m, maka akan semakin besar kemungkinan infiltrasi tanah. Selain itu, ketika muka air tanah di atas pipa atau pada saat urugan jenuh air dan tinggi aliran dalam pipa bervariasi dengan cepat, maka kemungkinan terjadinya infiltrasi tanah akan semakin besar Pelat pengikat luar (external bands) Pelat Pengikat luar yang sesuai dengan sampai 8.1.3, atau 8.1.5, bila digunakan dengan pipa dengan gelombang berbentuk cincin atau dengan pipa dengan gelombang berbentuk spiral yang ujungnya dibentuk ulang, umumnya memberikan pengendalian yang memadai terhadap infiltrasi partikel tanah. Jika terpasang dengan benar, pengikat ini memberikan kontak logam dengan logam yang menerus di sekeliling lingkaran pipa. Apabila pelat pengikat ini tidak memberikan kontrol infiltrasi tanah yang cukup, geotekstil yang membungkus sekeliling sistem sambungan dan pipa yang berdekatan akan menghambat pergerakan lumpur dan partikel tanah yang lebih besar ke dalam pipa Sistem paking Sistem sambungan dengan paking digunakan untuk membatasi aliran air dari bagian dalam pipa ke tanah urugan, untuk membatasi air tanah ke dalam pipa, dan bila perlu, untuk memberikan pengendalian lebih lanjut terhadap infiltrasi partikel tanah. Sistem sambungan seperti yang dijelaskan dalam 8.1.4, 8.1.6, 8.1.7, memerlukan paking agar dapat mengendalikan infiltrasi partikel tanah, kecuali untuk pipa yang digunakan dalam aplikasi drainase bawah tanah. Paking yang digunakan dalam semua sistem sambungan harus sesuai dengan persyaratan dalam 6.5 dan 8.5. BSN dari 32

SPESIFIKASI PIPA BAJA BERGELOMBANG DENGAN LAPIS PELINDUNG LOGAM UNTUK PEMBUANGAN AIR DAN DRAINASE BAWAH TANAH

SPESIFIKASI PIPA BAJA BERGELOMBANG DENGAN LAPIS PELINDUNG LOGAM UNTUK PEMBUANGAN AIR DAN DRAINASE BAWAH TANAH SPESIFIKASI PIPA BAJA BERGELOMBANG DENGAN LAPIS PELINDUNG LOGAM UNTUK PEMBUANGAN AIR DAN DRAINASE BAWAH TANAH 1. Ruang Lingkup. Spesifikasi ini berlaku untuk pipa pembuangan air, drainase bawah tanah,

Lebih terperinci

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang Standar Nasional Indonesia Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang ICS 91.100.30; 77.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... 1 Daftar tabel... Error!

Lebih terperinci

Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton

Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton SNI 03-6812-2002 Standar Nasional Indonesia Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton ICS 77.140.65; 91.100.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong

Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong SNI 03-6367-2000 1 Ruang lingkup Spesifikasi ini meliputi pipa beton tidak bertulang yang digunakan sebagai pembuangan air

Lebih terperinci

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan Standar Nasional Indonesia Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Cara uji daktilitas aspal

Cara uji daktilitas aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji daktilitas aspal ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi

Lebih terperinci

Nama Alat : Drill Pipe Fungsi : - memberikan rangkaian panjang pipa bor, sehingga dapat menembus formasi yang lebih dalam.

Nama Alat : Drill Pipe Fungsi : - memberikan rangkaian panjang pipa bor, sehingga dapat menembus formasi yang lebih dalam. 4.2.1. Nama Alat : Drill Pipe Fungsi : - memberikan rangkaian panjang pipa bor, sehingga dapat menembus formasi yang lebih dalam. - memungkinkan naik-turunnya mata bor. - meneruskan putaran dari meja putaran

Lebih terperinci

Baja tulangan beton SNI 2052:2014

Baja tulangan beton SNI 2052:2014 Standar Nasional Indonesia Baja tulangan beton ICS 77.140.15 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak

Lebih terperinci

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan Standar Nasional Indonesia Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal

Cara uji kelarutan aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal ICS 91.100.50 Badan Standardisasi Nasional SNI 2438:2015 BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan ICS 93.080.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Cara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan

Cara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan Standar Nasional Indonesia ICS 93.020 Cara uji tekan dan geser bantalan karet jembatan Badan Standardisasi Nasional Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Baja tulangan beton. Badan Standardisasi Nasional

SNI Standar Nasional Indonesia. Baja tulangan beton. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Baja tulangan beton ICS 27.180 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Jenis...

Lebih terperinci

Baja lembaran lapis seng (Bj LS)

Baja lembaran lapis seng (Bj LS) Standar Nasional Indonesia Baja lembaran lapis seng (Bj LS) ICS 77.14.5 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap

Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap Standar Nasional Indonesia SNI 7711.2:2012 Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap ICS 91.060.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Baja profil siku sama kaki proses canai panas (Bj P Siku sama kaki)

Baja profil siku sama kaki proses canai panas (Bj P Siku sama kaki) Standar Nasional Indonesia Baja profil siku sama kaki proses canai panas (Bj P Siku sama kaki) ICS 77.140.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1

Lebih terperinci

Baja gelombang untuk pagar pengaman jalan

Baja gelombang untuk pagar pengaman jalan Baja gelombang untuk pagar pengaman jalan 1 Ruang lingkup Spesifikasi baja gelombang untuk pagar pengaman jalan dimaksudkan sebagai acuan pengadaan bahan untuk pemasangan pagar pengaman. Lingkup spesifikasi

Lebih terperinci

Spesifikasi kereb beton untuk jalan

Spesifikasi kereb beton untuk jalan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi kereb beton untuk jalan ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata... iii Pendahuluan...iv 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1

Lebih terperinci

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP ) Standar Nasional Indonesia Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP ) ICS 77.140.65 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau

Lebih terperinci

SNI. Baja Tulang beton SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional BSN

SNI. Baja Tulang beton SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional BSN SNI SNI 07-2052-2002 Standar Nasional Indonesia Baja Tulang beton ICS 27.180 Badan Standardisasi Nasional BSN Daftar Isi Halaman Daftar Isi...i Prakata...ii 1...Ruang Lingkup...1 2 Acuan Normatif...1 3

Lebih terperinci

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji penetrasi aspal SNI 2432:2011 Standar Nasional Indonesia Cara uji penetrasi aspal ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji slump beton SNI 1972:2008. Standar Nasional Indonesia

Cara uji slump beton SNI 1972:2008. Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Cara uji slump beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

Baja profil kanal U proses canai panas (Bj P kanal U)

Baja profil kanal U proses canai panas (Bj P kanal U) Standar Nasional Indonesia Baja profil kanal U proses canai panas (Bj P kanal U) ICS 77.140.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Cara uji slump beton SNI 1972:2008

Cara uji slump beton SNI 1972:2008 Standar Nasional Indonesia Cara uji slump beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

(Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan. 1. Tipe Jembatan. a) Jembatan Pelat Beton Berongga. b) Jembatan Pelat. c) Jembatan Girder

(Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan. 1. Tipe Jembatan. a) Jembatan Pelat Beton Berongga. b) Jembatan Pelat. c) Jembatan Girder 1 PEKERJAAN JEMBATAN (Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan 1. Tipe Jembatan a) Jembatan Pelat Beton Berongga b) Jembatan Pelat c) Jembatan Girder d) Jembatan Beton Balok T e) Jembatan

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong SNI 6792:2008 Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 6792:2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) Standar Nasional Indonesia Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

Baja lembaran dan gulungan lapis paduan aluminium seng (Bj.L AS)

Baja lembaran dan gulungan lapis paduan aluminium seng (Bj.L AS) Standar Nasional Indonesia Baja lembaran dan gulungan lapis paduan aluminium seng (Bj.L AS) ICS 77.140.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Papan nama sungai ICS 93.140 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis aspal keras

Cara uji berat jenis aspal keras Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis aspal keras ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C117 2004, IDT) ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional ASTM 2004

Lebih terperinci

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 20/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN SPESIFIKASI TEKNIS BAHAN PERKERASAN JALAN KERIKIL

Lebih terperinci

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air Standar Nasional Indonesia Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal Standar Nasional Indonesia SNI 6890:2014 Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal ICS 93.080.20 (ASTM D 979-01 (2006), IDT) Badan Standardisasi Nasional ASTM 2006 All rights reserved BSN 2014

Lebih terperinci

Baja profil I-beam proses canai panas (Bj.P I-beam)

Baja profil I-beam proses canai panas (Bj.P I-beam) Standar Nasional Indonesia Baja profil I-beam proses canai panas (Bj.P I-beam) ICS 77.140.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Metode uji CBR laboratorium

Metode uji CBR laboratorium Standar Nasional Indonesia Metode uji CBR laboratorium ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 1744:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau

Lebih terperinci

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd T-14-2004-B Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi... i Daftar tabel... i Prakata...

Lebih terperinci

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles Standar Nasional Indonesia Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande Standar Nasional Indonesia Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande ICS 93.140 Badan Standardisasi Nasional i BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles Standar Nasional Indonesia Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan Standar Nasional Indonesia ICS 93.010 Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak

Lebih terperinci

Cara uji geser langsung batu

Cara uji geser langsung batu Standar Nasional Indonesia Cara uji geser langsung batu ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 SNI 7619:2012 Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Spesifikasi material baja unit instalasi pengolahan air

Spesifikasi material baja unit instalasi pengolahan air Standar Nasional Indonesia Spesifikasi material baja unit instalasi pengolahan air ICS 91.140.60; 77.140.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi.. i Prakata ii Pendahuluan. iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 04/SE/M/2016 TANGGAL 15 MARET 2016 TENTANG PEDOMAN PERANCANGAN PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN TELFORD KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

Cara uji bliding dari beton segar

Cara uji bliding dari beton segar Standar Nasional Indonesia Cara uji bliding dari beton segar ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii Pendahuluan...iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat Standar Nasional Indonesia SNI 4137:2012 Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta

Lebih terperinci

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.) Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D 6930-04, MOD.) Badan Standardisasi Nasional SNI 6828:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Spesifikasi material baja tahan karat unit instalasi pengolahan air

Spesifikasi material baja tahan karat unit instalasi pengolahan air Standar Nasional Indonesia Spesifikasi material baja tahan karat unit instalasi pengolahan air ICS 91.140.60; 77.140.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

Baja lembaran lapis seng (Bj LS)

Baja lembaran lapis seng (Bj LS) Standar Nasional Indonesia Baja lembaran lapis seng (Bj LS) ICS 77.14.5 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

MACAM MACAM SAMBUNGAN

MACAM MACAM SAMBUNGAN BAB 2 MACAM MACAM SAMBUNGAN Kompetensi Dasar Indikator : Memahami Dasar dasar Mesin : Menerangkan komponen/elemen mesin sesuai konsep keilmuan yang terkait Materi : 1. Sambungan tetap 2. Sambungan tidak

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR 3.1. ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR PELAT Struktur bangunan gedung pada umumnya tersusun atas komponen pelat lantai, balok anak, balok induk, dan kolom yang merupakan

Lebih terperinci

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P)

Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P) Standar Nasional Indonesia Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P) ICS 77.140.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Metode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung

Metode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung Badan Standardisasi Nasional Badan Standardisasi Nasional SNI ISO 12957-1:2012 Metode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung ICS 59.080.70 Geosynthetics Determination

Lebih terperinci

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... I Prakata... II Pendahuluan... III 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia SNI Standar Nasional Indonesia SNI 7614:2010 Baja batangan untuk keperluan umum (BjKU) ICS 77.140.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS MAKADAM ASBUTON LAWELE (SKh-3.6.6.1) SPESIFIKASI KHUSUS-3 INTERIM SEKSI 6.6.1 LAPIS

Lebih terperinci

Baja tulangan beton dalam bentuk gulungan

Baja tulangan beton dalam bentuk gulungan Standar Nasional Indonesia Baja tulangan beton dalam bentuk gulungan ICS 77.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA Roland Martin S 1*)., Lilya Susanti 2), Erlangga Adang Perkasa 3) 1,2) Dosen,

Lebih terperinci

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2009. tentang

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2009. tentang Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2009 tentang Pemberlakukan Pedoman Pemeriksaan Peralatan Penghampar Campuran Beraspal (Asphalt Finisher) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM 0 Jakarta, 10 Nopember

Lebih terperinci

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol Standar Nasional Indonesia SNI 7729:2011 Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol ICS 93.080.20; 19.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian Standar Nasional Indonesia SNI 1975:2012 Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian ICS 13.080.20; 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

Cara uji abrasi beton di laboratorium

Cara uji abrasi beton di laboratorium Standar Nasional Indonesia Cara uji abrasi beton di laboratorium ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Metode uji CBR laboratorium

Metode uji CBR laboratorium Standar Nasional Indonesia Metode uji CBR laboratorium ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 1744:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin, menggandakan dan mengumumkan

Lebih terperinci

Cara uji penyulingan aspal cair

Cara uji penyulingan aspal cair Standar Nasional Indonesia Cara uji penyulingan aspal cair ICS 91.100.15; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling Standar Nasional Indonesia SNI 3408:2015 Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling ICS 93.160 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

Cara uji sifat tahan lekang batu

Cara uji sifat tahan lekang batu Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat tahan lekang batu ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Kayu merupakan suatu bahan mentah yang didapatkan dari pengolahan pohon pohon yang terdapat di hutan. Kayu dapat menjadi bahan utama pembuatan mebel, bahkan dapat menjadi

Lebih terperinci

Jenis las Jenis las yang ditentukan dalam peraturan ini adalah las tumpul, sudut, pengisi, atau tersusun.

Jenis las Jenis las yang ditentukan dalam peraturan ini adalah las tumpul, sudut, pengisi, atau tersusun. SAMBUNGAN LAS 13.5.1 Lingkup 13.5.1.1 Umum Pengelasan harus memenuhi standar SII yang berlaku (2441-89, 2442-89, 2443-89, 2444-89, 2445-89, 2446-89, dan 2447-89), atau penggantinya. 13.5.1.2 Jenis las

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

SNI. Baja tulangan beton SNI Standar Nasional Indonesia ICS ~ Stanzfardisasi. w $$: '" Nasioi:al. -..

SNI. Baja tulangan beton SNI Standar Nasional Indonesia ICS ~ Stanzfardisasi. w $$: ' Nasioi:al. -.. Stanzfardisasi SNI Standar Nasional Indonesia SNI 07-2052-2002 Baja tulangan beton ICS 27.180 -~ -..~ Badan -- ~. -- - - Nasioi:al w $$: '". : SNI 07-2052-2002 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... 1 Ruang

Lebih terperinci

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT) Standar Nasional Indonesia SNI ASTM D6934:2012 Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D 6934 04, IDT) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Rambu evakuasi tsunami

Rambu evakuasi tsunami Standar Nasional Indonesia Rambu evakuasi tsunami ICS 13.200 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT) Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D 6935 04, IDT) Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin,

Lebih terperinci

RSU KASIH IBU - EXTENSION STRUKTUR : BAB - 06 DAFTAR ISI PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA 01. LINGKUP PEKERJAAN BAHAN - BAHAN..

RSU KASIH IBU - EXTENSION STRUKTUR : BAB - 06 DAFTAR ISI PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA 01. LINGKUP PEKERJAAN BAHAN - BAHAN.. DAFTAR ISI 01. LINGKUP PEKERJAAN.. 127 02. BAHAN - BAHAN.. 127 03. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN...... 127 PT. Jasa Ferrie Pratama 126 01. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan Konstruksi

Lebih terperinci

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kekentalan

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kekentalan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal keras berdasarkan kekentalan ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 12

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 12 Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 SKS : 3 SKS Sambungan Baut Pertemuan - 12 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur baja beserta alat sambungnya TIK : Mahasiswa

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN

METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN SNI 13-6427-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode pengujian ini meliputi prosedur penentuan kehilangan campuran tanah semen, perubahan kadar

Lebih terperinci

12. LAS DAN PAKU KELING

12. LAS DAN PAKU KELING 12. LAS DAN PAKU KELING 12.1 LAS (WELDING) Las atau welding adalah menyambung metal dengan cara memanaskan baja hingga mencapai suhu lumer (meleleh) dengan ataupun tanpa bahan pengisi, yang kemudian setelah

Lebih terperinci

Bab VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS

Bab VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS Bab VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS 7.1 Uraian Umum Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Untuk

Lebih terperinci

Metode uji kuat geser langsung tanah tidak terkonsolidasi dan tidak terdrainase

Metode uji kuat geser langsung tanah tidak terkonsolidasi dan tidak terdrainase Standar Nasional Indonesia ICS 93.020 Metode uji kuat geser langsung tanah tidak terkonsolidasi dan tidak terdrainase Badan Standardisasi Nasional SNI 3420:2016 BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Komponen Struktur Tarik

Komponen Struktur Tarik Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Komponen Struktur Tarik Pertemuan 2, 3 Sub Pokok Bahasan : Kegagalan Leleh Kegagalan Fraktur Kegagalan Geser Blok Desain Batang Tarik

Lebih terperinci

Sambungan diperlukan jika

Sambungan diperlukan jika SAMBUNGAN Batang Struktur Baja Sambungan diperlukan jika a. Batang standar kurang panjang b. Untuk meneruskan gaya dari elemen satu ke elemen yang lain c. Sambungan truss d. Sambungan sebagai sendi e.

Lebih terperinci

Jaringan kawat baja las untuk tulangan beton

Jaringan kawat baja las untuk tulangan beton Jaringan kawat baja las untuk tulangan beton 1. Ruang lingkup Standar ini meliputi definisi bentuk, juntaian, jenis, syarat bahan baku, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji,

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis tanah

Cara uji berat jenis tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan.. iii 1 Ruang lingkup.. 1 2 Acuan normatif. 1 3 Istilah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

Deskripsi KONEKTOR KABEL DISTRIBUSI

Deskripsi KONEKTOR KABEL DISTRIBUSI 1 Deskripsi KONEKTOR KABEL DISTRIBUSI Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan suatu konektor kabel distribusi listrik tegangan rendah yang menghubungkan antara jaringan distribusi dengan pelanggan-pelanggan,

Lebih terperinci

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI Standar Nasional Indonesia Papan partikel ICS 79.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi...

Lebih terperinci

Struktur Rangka Ruang (Space frame)

Struktur Rangka Ruang (Space frame) Struktur Rangka Ruang (Space frame) Struktur Space Frame ialah konstruksi rangka ruang dengan suatu sistem sambungan antara batang / member satu sama lain yang menggunakan bola / ball joint sebagai sendi

Lebih terperinci

Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah

Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C , IDT)

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C 136-06, IDT) Badan Standardisasi Nasional SNI ASTM C136:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi

Lebih terperinci

Spesifikasi bangunan pelengkap unit instalasi pengolahan air

Spesifikasi bangunan pelengkap unit instalasi pengolahan air Standar Nasional Indonesia ICS 91.140.60 Spesifikasi bangunan pelengkap unit instalasi pengolahan air Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi.. i Prakata ii Pendahuluan.iii 1 Ruang lingkup..

Lebih terperinci

Bambu lamina penggunaan umum

Bambu lamina penggunaan umum Standar Nasional Indonesia Bambu lamina penggunaan umum ICS 79.060.01 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

Lebih terperinci