dsrkp 05 Proses Belajar.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "dsrkp 05 Proses Belajar."

Transkripsi

1 dsrkp 05 Proses Belajar. Penyempurnaan Proses Belajar Mengajar - Pokok-pokok Pedoman Proses Belajar Mengajar - BUKU II - Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Normalisasi Kehidupan Kampus 1980

2 DAFTAR ISI 1. PROSES BELAJAR Belajar itu menambah pengetahuan Identifikasi Tujuan Belajar Identifikasi Posisi Mahasiswa "Sekarang" Memilih Perilaku Mahasiswa (Entry Behavior) Tujuan Perilaku (Behavioral Objectives) Belajar itu menurut suatu hukum dan dapat diduga Motivasi untuk belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat dan derajat belajar Partisipasi aktif Faktor-faktor masa lalu Interaksi mahasiswa-dosen yang produktif PENGANTAR PEMILIHAN METODA PENGAJARAN YANG BAIK....5 i

3 penyempurnaan proses belajar menajar 1. Proses Belajar. Belajar adalah mengingat, mengerti, menerangkan, menganalisis, mensintesa, mengevaluasi, berfikir, merasakan, percaya, berpartisipasi, melaksanakan, dll... (1 - p. 105). Belajar adalah setiap perubahan dari tingkah laku yang bukan merupakan pendewasaan/pematangan atau yang disebabkan oleh sesuatu kondisi sementara dari organisme (1 - p. 105). Sifat pembawaan seseorang dapat membantu atau menghalangi keterampilan belajar. Dosen tidak akan pernah mampu membuat tujuan belajar menjadi sesuatu yang sudah pasti dicapai, terlampau banyak faktor yang berada diluar jangkauan kekuasaan dosen dan mahasiswa, sehingga tujuan belajar itu sesungguhnya adalah : membuat belajar lebih mungkin, lebih ekonomis, lebih efektif dan lebih terduga (1 - p. 107). Agar kemungkinan keberhasilan belajar itu dapat ditingkatkan secara efektif, kita harus menerima empat dalil utama belajar yang telah dibenarkan oleh penelitian sebagai berikut (1 - pp ) : Belajar itu menambah pengetahuan (incremental). Komponen-komponen belajar yang lebih sederhana membentuk perilaku belajar yang lebih kompleks. Suatu pelajaran yang kompleks (complex learning) haruslah ditempuh langkah demi langkah secara sistematis. Belajar itu pada dasarnya menurut suatu hukum dan dapat diduga (predictable), dengan mengindahkan prinsip-prinsip belajar, maka kita akan dapat meningkatkan pengendalian terhadapnya. Sehingga, seyogyanya, pengajar dan mahasiswa mencari pengetahuan psikologis yang akan menghasilkan peningkatan kontrol maupun fasilitas untuk memudahkan upaya pencapaian tujuan pelajaran. Faktor-faktor masa lalu tidak menutup kemungkinan maupun menjamin keberhasilan belajar saat ini, walaupun demikian, predisposisi (predisposes) dan proses belajar sebelumnya tetap berpengaruh terhadap prestasi-prestasi belajar mahasiswa saat ini, sehingga yang penting dilakukan adalah : memusatkan perhatian pada upaya belajar saat ini dan mengurangi (menghapuskan) pengaruh negatif masa lalu mahasiswa. Interaksi mahasiswa vs. dosen yang produktif akan menghasilkan proses belajar yang jauh lebih baik Belajar itu menambah pengetahuan. Dalil belajar itu menambah pengetahuan (incremental) menyiratkan pengertian bahwa : komponen-komponen belajar yang lebih sederhana membentuk perilaku belajar yang lebih kompleks. Suatu pelajaran yang kompleks (complex learning) haruslah ditempuh langkah demi langkah secara sistematis. Seberapa efisien dan efektifnya suatu proses belajar, salah satu diantaranya, sangatlah ditentukan oleh : sejauh mana proses belajar tersebut selaras dengan dalil ini (1 - p. 110). Sehubungan dengan dalil belajar itu menambah pengetahuan (incremental), tahap langkah pertambahan dalam pencapaian tujuan adalah penting untuk jelas diketahui dan teridentifikasi, dan yang lebih penting lagi : 1. serangkaian tahap-tahap langkah pertambahan hasil belajar haruslah ditempuh untuk dapat tercapainya tujuan ybs., 2. dalam hal serangkaian tahap-tahap langkah untuk diperolehnya pertambahan hasil belajar telah dilalui namun belum dicapai hasil sebagaimana yang diharapkan, dosen dan mahasiswa haruslah berupaya mencari tahap langkah (tahap-tahap langkah) terlewatkan (tidak disadari sebelumnya perlu ada), kemudian menyelesaikan tahap langkah ini sebelum berlanjut pada tahap langkah selanjutnya Identifikasi Tujuan Belajar. Untuk dapat terbentuknya perilaku belajar yang efisien, tujuan belajar haruslah terlebih dahulu teridentifikasi secara cermat. Kriteria cermat yang dimaksud disini kurang lebih sbb (1 - p. 109) : 1. menyatakan perilaku yang sesuai dengan tujuan belajar, 2. merupakan "alat" dengan mana dapat teridentifikasi perilaku-perilaku yang tidak relevan dengan tujuan atau sia-sia, 1

4 penyempurnaan proses belajar menajar 3. menyatakan dengan jelas kapan belajar yang berhasil itu tercapai (jangka waktu pencapaian tujuan oleh mahasiswa yang masuk akal adalah hal penting yang harus ternyatakan dalam suatu rumusan tujuan belajar), 4. agar upaya belajar mahasiswa dapat lebih terarah sebagaimana mestinya, tujuan-tujuan belajar haruslah bersifat sekarang dan lebih segera, dalam konteks ini, tujuan-tujuan jangka panjang sifatnya adalah untuk meningkatkan motivasi Identifikasi Posisi Mahasiswa "Sekarang". Penerapan pengertian langkah-langkah "incremental" dalam proses belajar mahasiswa menuntut dilakukannya identifikasi kompetensi mahasiswa (yang ada / telah tercapai) pada saat "sekarang", apa yang diketahui mahasiswa "sekarang" dan apa pengetahuan siapnya untuk memungkinkan ia mempelajari hal berikutnya (1 - p. 110). Mahasiswa dan/atau dosen harus menentukan posisi mahasiswa pada "continuum" belajar tersebut sehingga pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan akan dapat terbentuk secara kumulatif dan bukan secara acak-acakan (1 - p. 110) Memilih Perilaku Mahasiswa (Entry Behavior). Setelah tujuan belajar dapat teridentifikasi secara spesifik, dalam rangka tercapainya tujuan tersebut secara efektif dan efisien, salah satu langkah yang kemudian harus ditempuh adalah memilih bentuk perilaku yang akan paling produktif dan relevan sehubungan dengan tujuan tersebut (1 - p. 110). Hal yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan/memilih bentuk perilaku yang akan paling produktif misalnya : dengan bahan apa dan dalam kondisi bagaimana mahasiswa belajar terbaik, apakah dengan mendengar?, membaca?, melihat?, mendiskusikan?, merasa?, bergerak? (1 - p. 110). Pengajar mengenal mahasiswa dan mahasiswa mengenal dirinya merupakan suatu hal yang sangat penting, karena tujuan dasar dalam pendidikan adalah : agar pengajar dan mahasiswa semakin terampil mengatur dengan baik proses belajar mahasiswa (1 - p. 111). Penetapan/pemilihan bentuk perilaku seperti dimaksud diatas haruslah sedemikian sehingga mahasiswa dapat semakin melibatkan diri dalam bentuk-bentuk perilaku yang dipilih/ditetapkan tersebut karena dialah yang pada akhirnya memikul tanggung jawab belajar untuk dirinya (1 - p. 111). Apabila seorang mahasiswa berhasil menemukan untuk dirinya perilaku-perilaku belajarnya yang paling efektif, seyogyanya, yang demikian ini, dipandang sebagai suatu pencapaian yang paling berharga untuk mahasiswa tersebut (1 - p. 111). Suatu tujuan tambahan yang penting adalah : pengembangan secara sadar dari berbagai cara belajar sehingga mahasiswa memiliki seperangkat (repertoire) perilaku belajar (1 - p. 111) Tujuan Perilaku (Behavioral Objectives). Penetapan Tujuan Perilaku (Behavioral Objectives) atau Sasaran Pendidikan dimaksudkan untuk mengidentifikasi dengan cermat serta menyesuaikan dengan kondisi mahasiswa 2 hal sbb. (1 - p. 112) : 1. tujuan-tujuan pelajaran yang hendak dicapai, serta 2. perilaku yang relevan dengan pelajaran tersebut Semakin besar tanggung jawab yang dapat dipegang oleh mahasiswa untuk secara "intelligent" menentukan tujuan perilaku dirinya, semakin berdikari dan kompetenlah ia dalam mengembangkan pengendalian proses belajar dirinya (1 - p. 112). Adalah sama salahnya untuk mengembangkan suatu program instruksional yang menempatkan semua tanggung jawab pada setiap mahasiswa ataupun melanjutkan suatu program yang tidak menaruh suatu tanggung jawab dalam diri mahasiswa. Tanggung jawab yang dipikul mahasiswa hanyalah akan berfaedah apabila hal itu produktif (1 - p. 112) Belajar itu menurut suatu hukum dan dapat diduga. Dengan mengindahkan prinsip-prinsip belajar, maka kita akan dapat meningkatkan daya kendali terhadapnya. Sehingga, seyogyanya, pengajar dan mahasiswa mencari pengetahuan psikologis 2

5 penyempurnaan proses belajar menajar yang akan menghasilkan peningkatan daya kendali maupun fasilitas untuk memudahkan upaya pencapaian tujuan pelajaran (1 - p. 118) Motivasi untuk belajar. Motivasi untuk belajar sangatlah mungkin merupakan satu-satunya faktor yang terpenting untuk dapat tercapainya tujuan belajar (1 - p. 113). Motivasi atau keinginan untuk belajar adalah dorongan dasar manusiawi, seperti halnya keinginan akan keamanan, pangan dan rumah. Dorongan belajar adalah dorongan untuk "mencari/menemukan"; dorongan untuk menguasai suatu "kompetensi", dorongan untuk "menguasai lingkungan", dorongan untuk dapat "menjelaskan yang tidak/belum diketahui", dll... (1 - p. 114). Motivasi yang ada dalam diri mahasiswa, tidak berada dibawah kendali langsung, namun sangat responsif terhadap faktor-faktor lingkungan yang berada dibawah kendali langsung mahasiswa maupun dosen yakni (1 - pp ) : 1. tingkat kecemasan atau kepribadian mahasiswa terhadap pelajaran, 2. nada perasaan mahasiswa sehubungan dengan pelajaran, 3. perhatian mahasiswa terhadap pelajaran, 4. tingkat keberhasilan belajar mahasiswa dalam belajar, 5. pengetahuannya mengenai hasil-hasil atau umpan balik dari performance belajarnya, 6. hubungan dari kegiatan belajar mahasiswa dengan tujuan yang ingin dicapainya. Faktor-faktor yang diuraikan diatas dapat dimanipulir atau dirubah oleh mahasiswa maupun oleh dosen (1 - p. 114). Dosen yang faham dan memiliki kecakapan mempengaruhi ke-enam faktor motivasional diatas akan dapat sangat membantu mahasiswa yang tidak termasuk "self-starter". Motivasi extrinsic yang demikian efektif untuk meningkatkan belajar mahasiswa dan merupakan dorongan pendahuluan untuk dapat berkembangnya motivasi intrinsic (1 - p. 115)..Dalam keadaan-keadaan tertentu keinginan belajar, secara tidak sadar, telah terpadamkan atau telah sampai pada kondisi dimana mahasiswa telah "belajar" untuk tidak berusaha belajar lagi. Situasi yang demikian nampak pada mahasiswa remedial yang telah "menyerah", yakin bahwa ia tidak mampu untuk belajar atau yakin bahwa belajar itu tidak ada gunanya. Dalam kondisi yang demikian, apabila mahasiswa yang demikian akan dilibatkan kembali dalam proses belajar, maka motivasi belajarnya haruslah terlebih dahulu dihidupkan kembali. Penghidupan motivasi seperti yang demikian ini amat jarang dapat dilakukan sendiri oleh mahasiswa ybs., sehingga biasanya diperlukan intervensi dosen khususnya dalam menentukan variabel motivasional mana didalam lingkungannya yang dapat dimanfaatkan sehingga berdampak paling produktif terhadap upaya belajar mahasiswa ybs. (1 - p. 114) Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat dan derajat belajar. Setelah pada mahasiswa timbul dorongan untuk belajar, entah dorongan itu muncul dari dirinya atau berasal dari dosen atau dari berasal dari siapapun, apa yang dilakukan oleh mahasiswa dapat merupakan kegiatan belajar yang efisien, namun dapat pula merupakan suatu penghamburan energi, waktu, berbagai sumber daya dll... (1 - p. 115). Sekedar mengalokasikan lebih banyak waktu sama adalah suatu cara yang sangat tidak efisien untuk menambah tingkat dan derajat belajar. Yang lebih penting adalah : apa yang diperbuat mahasiswa dalam jangka waktu yang tersedia (1 - p. 115). Dalam rangka menaikkan tingkat dan derajat belajar mahasiswa yang penting dipertimbangkan adalah (1 - pp ) : 1. Materi yang akan dipelajari. Dalam mempertimbangkan materi, haruslah diperoleh jawaban terhadap pertanyaanpertanyaan sbb. : berapa banyak materi yang akan dikerjakan dalam jangka waktu yang ditentukan? 3

6 dalam urutan yang bagaimana materi ini akan dipelajari? penyempurnaan proses belajar menajar (dan yang terpenting, bagaimana caranya membentuk hubungan-hubungan penting baik untuk hubungan-hubungan yang ada didalam materi tsb., ataupun hubungannya dengan pelajaran sebelumnya, sehingga semua itu akan lebih mempunyai arti (manfaat)?. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan diatas haruslah mengindahkan prinsip-prinsip belajar yang berlaku yang kemudian diterapkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan ciri-ciri khas (idiosyncrasies) mahasiswa ybs. 2. Perilaku mahasiswa atau apa yang akan dilakukan mahasiswa untuk mencapai tujuan pelajaran tersebut. Penilaian atau pertimbangan harus dilakukan sehubungan dengan perilaku mahasiswa pada saat ia terlibat dalam proses belajar, dalam kegiatan-kegiatan manakah (membaca, mendengar, berdiskusi, membuat ikhtisar,... ) mahasiswa akan terlibat. Keputusan sehubungan dengan ini, selain telah mempertimbangkan karakteristik khas mahasiswa ybs.(misalnya : umur mahasiswa, kemampuan untuk memusatkan perhatian, derajat perhatian terhadap pelajaran,...dll...), haruslah juga sejalan dengan prinsip-prinsip belajar yang berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan terbukti efektif. Sehubungan dengan prinsip bahwa : praktek belajar dalam jangka waktu tertentu yang dipadatkan menghasilkan proses belajar yang cepat, dan praktek belajar yang didistribusikan dalam jangka waktu yang lebih panjang akan dapat diingat lebih lama, maka pengaturan waktu praktek belajar mahasiswa seyogyanya diatur sbb. : dipadatkan pada tahap awal, kemudian setelah derajat kompetensi tertentu dicapai, didistribusikan dalam jangka waktu yang lebih panjang Partisipasi aktif. Idealnya, mahasiswa terlibat secara aktif dalam upaya pencapaian tujuan belajar dan dosen dapat menjalankan suatu peran bimbingan yang telah tersesuaikan dengan karakteristik khas mahasiswa yang sifatnya sangat membantu menjadikan segala kegiatan dan upaya mahasiswa relevan dengan tujuan belajar, serta efisien, efektif dan berhasil dalam mencapai tujuan tersebut (1 - p. 117). Belajar dengan cara melakukan (learning by doing) tidaklah selamanya merupakan hal yang perlu dilakukan dan menghasilkan suatu efisiensi yang baik (1 - p. 117). Hampir semua orang belajar secara efektif bahwa ular sendok itu berbahaya tanpa harus terlebih dahulu kena gigitan ular tersebut atau memeliharanya, sebaliknya, tak seorangpun akan pernah berhasil belajar melukis dengan cat minyak tanpa ia pernah bekerja dengan kuas dan kanvas. Dengan analogi yang sama, apabila seorang dosen tidak pernah "bekerja" dengan mahasiswa, maka, dapat dipastikan, ia akan mengalami kesulitan untuk belajar membuat keputusan-keputusan mengajar yang syah (dapat dipertanggungjawabkan) (1 - p. 118). Ribuan orang telah bekerja dengan cat minyak, namun mereka bukanlah pelukis-pelukis yang baik, dan ada juga beberapa orang dewasa yang praktis bekerja tiap hari di depan kelas, namun mereka tidak pernah menjadi dosen yang baik. Sekedar "melakukannya" tidaklah mesti menghasilkan pelajaran yang diinginkan dan efektif, walaupun demikian, keterlibatan aktif dalam apa yang hendak dipelajari, dalam kebanyakan hal, memang terbukti, dapat mempercepat (proses) belajar (1 - p. 118) Faktor-faktor masa lalu... Faktor-faktor masa lalu tidak menutup kemungkinan maupun menjamin keberhasilan belajar saat ini, walaupun demikian, predisposisi (predisposes) dan proses belajar sebelumnya tetap berpengaruh terhadap prestasi-prestasi belajar mahasiswa saat ini, sehingga yang penting dilakukan adalah : memusatkan perhatian pada upaya belajar saat ini dan mengurangi (menghapuskan) pengaruh negatif masa lalu mahasiswa (1 - p. 118). Banyak fihak yang menjadikan masa lalu sebagai alasan atau dalih dari kegagalan belajar saat ini. Yang demikian ini tidak dapat dipertahankan lebih lama, mengingat telah terbukti bahwa tidak ada faktor keturunan maupun lingkungan yang sama sekali tidak memungkinkan belajar saat ini. Namun sebaliknya, juga tidak ada faktor keturunan maupun pengaruh pengalaman masa lalu yang menjamin sepenuhnya keberhasilan belajar saat ini. Yang pasti benar adalah : masa lalu memang merupakan faktor yang dapat mengakibatkan keberhasilan atau kegagalan lebih berkemungkinan terjadi. Hal yang ditekankan disini adalah : memang tidak semua orang dapat menjadi lulusan perguruan tinggi, 4

7 penyempurnaan proses belajar menajar namun belajar yang kondisinya tersesuaikan dengan ybs. adalah mungkin (possible) untuk setiap orang (1 - pp ). Pengetahuan mengenai faktor-faktor masa lalu merupakan informasi yang dapat membantu mahasiswa ataupun dosen merancang masa kini dengan lebih baik. Gagal atau berhasilnya upaya pencapaian tujuan belajar lebih ditentukan oleh tujuan dan perilaku belajar di masa kini (1 - p. 120). Pengaruh-pengaruh yang mungkin dari masa lalu sama sekali tidak boleh diremehkan. Pengetahuan mengenai masa lalu ini haruslah hanya dimanfaatkan untuk mengelola proses belajar yang sedang berlangsung sedemikian rupa sehingga pengaruh masa lalu tersebut ditekan semaksimal mungkin agar tidak lagi bersifat merugikan (1 - p. 120) Interaksi mahasiswa-dosen yang produktif... Dalil ke 4 yang menyebutkan bahwa : Interaksi mahasiswa vs. dosen yang produktif akan menghasilkan proses belajar yang jauh lebih baik, menekan pada pentingnya arti pengajar sebagai suatu profesi. Harus selalu diingat bahwa : "belajar" itu harus dilakukan oleh mahasiswa, tugas dosen adalah : mengupayakan agar dengan mengajar (pengajarannya) proses belajar mahasiswa menjadi ter-fasilitas-i (dapat berlangsung) (1 - p. 108). Salah satu pembeda penting antara mahasiswa yang efisien dan tidak efisien adalah bagaimana mahasiswa tersebut dapat memanfaatkan seorang dosen sebagai tambahan sumberdaya (resources) yang (sebenarnya) disediakan untuk dirinya (1 - p. 120). Kemampuan profesional khusus yang seyogyanya dimiliki oleh seseorang yang disebut sebagai pendidik adalah : kemampuan untuk memudahkan atau mem-fasilitas-i (facilitate) berlangsungnya proses belajar mahasiswa. Kemampuan profesional khusus yang demikian setidaknya meliputi 2 kemampuan sebagai berikut (1 - p. 121) : 1. kemampuan melakukan identifikasi kearah mana bimbingan dan upaya belajar mahasiswa harus ditujukan, 2. kemampuan memasukkan prinsip-prinsip belajar kedalam perilaku belajar mahasiswa sedemikian rupa sehingga pencapaian tujuan belajar menjadi lebih terjamin. Hubungan dosen dengan mahasiswa yang baik biasanya digambarkan dengan sebutan : "hangat", "turut merasakan", "terbuka", dlsb..., namun haruslah selalu diingat bahwa : walaupun kriteriakriteria yang digambarkan dengan sebutan-sebutan semacam ini telah terpenuhi, hubungan dosen dengan mahasiswa tetap tidak dapat dikatakan berhasil apabila kriteria : sehat, tidak menimbulkan akibat-akibat sampingan yang tidak diingini, serta produktif (dapat membuahkan perilaku dan produk belajar mahasiswa yang sesuai dengan tujuan belajar yang ditetapkan) belum terpenuhi (1 - p. 121). Interaksi dosen-mahasiswa haruslah diupayakan tercipta dalam kondisi dimana : 1. mahasiswa mengemban kewajiban dan tanggung jawab utama untuk melakukan berbagai usaha/upaya belajar serta ber-perilaku seperti yang seharusnya (sedemikian rupa sehingga tujuan belajar dapat tercapai), 2. mahasiswa dapat memanfaatkan dosennya (dengan sebaik-baiknya) sebagai seorang pembimbing, konsultan, nara sumber, dan bila diperlukan juga sebagai "navigator" dari berbagai usaha, upaya dan perilaku belajarnya. 2. Pengantar pemilihan Metoda Pengajaran yang baik. (diambil dari BUKU II, Penyempurnaan Proses Belajar Mengajar, Pokok-pokok Pedoman Proses Belajar Mengajar, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan - Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi - Proyek Normalisasi Kampus, 1980, saduran terjemahan dari : Ford L., A Primer for Teachers and Leaders). Prakiraan akan efektif atau tidaknya suatu Metoda Pengajaran yang akan diterapkan haruslah dipertimbangkan dengan "melihat" : tujuan pengajaran, kemampuan dosen yang akan membawakan pengajaran, kemampuan mahasiswa, besarnya kelompok mahasiswa yang akan diajar, waktu (kapan dan berapa lama) pengajaran akan dibawakan, fasilitas pengajaran yang tersedia (1 - pp ). 5

8 penyempurnaan proses belajar menajar Metoda -metoda pengajaran yang dapat dipilih, diantaranya, adalah sebagai berikut (1 - pp ) : 1. :Ceramah, pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara di depan sekolompok pendengar. 2. Diskusi Kelompok, percakapan yang direncanakan atau dipersiapkan diantara tiga orang atau lebih tentang topik tertentu, dengan seorang pemimpin. 3. Panel, pembicaraan yang sudah direncanakan di depan pengunjung tentang topik; diperlukan tiga panelis atau lebih dan seorang pemimpin. 4. Panel-Forum, ialah Panel yang disertai partisipasi pengunjung. 5. Kelompok-Studi Kecil, Kelompok Studi Kecil (Buzz Group) adalah pemecahan kelompok yang lebih besar, Kelompok kecil ini membahas tugas yang diberikan, dan biasanya melaporkan hasilnya kepada kelompok besar. 6. Role Play, pemeranan sebuah situasi dalam hidup manusia dengan atau tanpa diadakan latihan; dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan analisis oleh kelompok. 7. Studi-Kasus (Case-Study), sekumpulan situasi masalah, termasuk detail-detail yang memungkinkan kelompok melakukan analisis masalah tersebut. Permasalahan tsb. merupakan "bagian dari hidup" yang mengandung diagnose, dan pengobatan. Dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis, juga secara dramatis, atau dengan film, dapat juga berupa rekaman. 8. Brainstorming, semacam cara pemecahan masalah dimana anggota mengusulkan dengan cepat semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan. Tidak ada kritik. Analisis atas pendapat-pendapat tadi dilakukan kemudian. 9. Kelompok Pendengar, adalah kelompok yang dibentuk dengan membagi pengunjung menjadi beberapa kelompok sebelum suatu acara penyajian. Setiap kelompok ditugaskan untuk mendengarkan dengan tugas khusus. Laporan tentang tugas disampaikan setelah acara penyajian selesai. 10. Debat, sebuah metoda dimana pembicara dari fihak yang pro dan kontra menyampaikan pendapat mereka. Dapat diikuti dengan suatu tangkisan atau tidak perlu. Anggota kelompok dapat juga bertanya kepada peserta debat/pembicara. 11. Diskusi Formil, metoda pemecahan masalah yang sistematis meliputi : penyampaian masalah, mengumpulkan data, mempertimbangkan pemecahan masalah yang mungkin, memilih cara pemecahan masalah yang terbaik. 12. Simposium, serangkaian pidato pendek didepan pengunjung dengan seorang pemimpin; pidato-pidato yang disampaikan mengungkapkan aspek-aspek yang berbeda mengenai suatu topik tertentu. 13. Simposium-Forum, simposium yang diikuti dengan partisipasi pengunjung. 6

9 METODA CERAMAH (1 - p. 134). (pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara di depan sekolompok pendengar) 1. pada waktu memberi informasi, 2. ketika motivasi pendengar/mahasiswa sedang baik, 3. jika pembicara mahir menggunakan "gambar" dalam kata-kata, 4. jika kelompok pendengar terlalu besar untuk memakai metoda yang lain, 5. jika ingin menambah atau menekankan apa yang sudah dipelajari, 6. ketika mengulangi atau menyampaikan pengantar suatu pelajaran atau kegiatan, 7. jika pendengar akan dapat memahami katakata yang digunakan. 1. dapat diterapkan untuk orang dewasa, 2. menghabiskan waktu dengan baik, 3. dapat diterapkan untuk kelompok besar, 4. tidak melibatkan banyak alat bantu, 5. dapat dipakai sebagai penambah bahan yang sudah dibaca, 6. dapat dipakai untuk mengulang atau sebagai pengantar suatu pelajaran atau aktifitas. 1. menghalangi respons dari (pendengar), 2. hanya sedikit pengajar yang dapat menjadi pembicara yang baik, 3. pembicara harus menguasai pokok pembicaraan, 4. dapat menjadi kurang menarik, 5. pembicara dapat memanfaatkan pendengarnya, 6. sulit dipakai pada anak-anak, 7. hal-hal yang daya ingat lebih terbatas, 8. biasanya hanya satu indera yang dipakai, 9. pembicara tidak selalu dapat menilai reaksi pendengar 7

10 METODA DISKUSI KELOMPOK (1 - p. 136). (percakapan yang direncanakan atau dipersiapkan diantara tiga orang atau lebih tentang topik tertentu, dengan seorang pemimpin) 1. pada saat diperlukan untuk saling mengemukakan pendapat, 2. untuk menjadikan permasalahan menjadi menarik, 3. untuk membantu peserta mengemukakan pendapatnya, 4. untuk mengenal dan mengolah permasalahan, 5. untuk menciptakan suasana informil, 6. untuk memperoleh pendapat dari orangorang yang tidak suka berbicara. 1. memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat, 2. merupakan pendekatan yang demokratis, 3. mendorong rasa kesatuan, 4. memperluas pandangan, 5. menghayati kepemimpinan bersama-sama, 6. membantu pengembangan kepemimpinan. 1. tidak dapat terapkan untuk kelompok besar, 2. peserta mendapat informasi terbatas, 3. diskusi mudah menjerumuskan, 4. membutuhkan pemimpin yang terampil, 5. mungkin hanya dikuasai oleh orang-orang yang suka bicara, 6. biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formil. 8

11 METODA PANEL (1 - p. 138) (pembicaraan yang sudah direncanakan di depan pengunjung tentang topik; diperlukan tiga panelis atau lebih dan seorang pemimpin) 1. pada waktu mengemukakan pendapat yang berbeda, 2. jika ada panelis yang memenuhi syarat, 3. jika pokok pembicaraan terlalu luas untuk didiskusikan dalam kelompok tersebut, 4. jika dipandang lebih baik untuk mengajak pengunjung "melihat kedalamnya", tetapi tidak memberi tanggapan secara verbal dalam diskusi, 5. ketika mempertimbangkan keuntungan dan kerugian suatu pemecahan masalah, 6. jika panelis dan moderator bersedia untuk mempersiapkan diri. 1. membangkitkan pikiran, 2. mengemukakan pandangan yang berbedabeda, 3. mendapatkan hasil, 4. mendorong dilakukannya analisis, 5. memanfaatkan orang yang betul-betul memenuhi syarat. 1. mudah menjadi tersesat, 2. memungkinkan panelis berbicara terlampau banyak, 3. tidak memungkinkan semua peserta mengambil bagian, 4. cenderung untuk menjadi serial pidato pendek, 5. memecahkan pendengar ketika mereka setuju pada panelis tertentu, 6. membutuhkan waktu dan persiapan yang cukup banyak, 7. memerlukan seorang moderator yang terampil. 9

12 METODA PANEL-FORUM (1 - p. 140) (pembicaraan yang sudah direncanakan di depan pengunjung tentang topik; diperlukan tiga panelis atau lebih dan seorang pemimpin, yang disertai partisipasi pengunjung) 1. jika ingin menggabungkan penyajian isi dengan reaksi pengunjung. 2. jika anggota kelompok diharapkan memberi reaksi pada diskusi itu, 3. jika ada pendapat yang sulit dikuasai sehingga perlu dibahas sebelum diajukan secara terbuka, 4. jika waktunya cukup, 5. ketika mempertimbangkan untung-rugi suatu pemecahan masalah, 6. jika ada panelis yang memenuhi syarat, 7. jika mengajukan pandangan yang berbedabeda. 1. memungkinkan setiap anggota ambil bagian, 2. memungkinkan perputaran tanggung jawab, 3. memungkinkan peserta menyatakan reaksinya, 4. membuat peserta mendengar dengan penuh perhatian, 5. memungkinkan adanya tanggapan terhadap panelis, 6. ada hasilnya, 7. mengemukakan pendapat yang berbedabeda. 1. membutuhkan banyak waktu, 2. memerlukan moderator yang terampil, 3. mungkin terasa terputus-putus, 4. memungkinkan panelis memberi pidato dan bukan berbicara dengan pengunjung, 5. mudah tersesat, 6. mungkin peserta kurang dapat bertanya dengan "betul". 7. memungkinkan orang yang suka bicara memakai waktu yang banyak. 10

13 METODA KELOMPOK STUDI KECIL (BUZZ GROUP) (1 - p. 142) (Kelompok Studi Kecil (Buzz Group) adalah pemecahan kelompok yang lebih besar, melaporkan hasilnya kepada kelompok besar) Kelompok kecil ini membahas tugas yang diberikan, dan biasanya 1. jika kelompok terlalu besar sehingga tidak memungkinkan setiap orang berpartisipasi, 2. ketika mengolah beberapa segi sebuah pokok, 3. jika ada anggota kelompok yang lamban dalam mengambil bagian, 4. jika waktu terbatas, 5. untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kelompok. 1. mendorong peserta yang malu-malu, 2. menciptakan suasana yang menyenangkan, 3. memungkinkan pembagian tugas kepemimpinan, 4. menghemat waktu, 5. memupuk kepemimpinan, 6. memungkinkan pengumpulan pendapat, 7. dapat dipakai bersama metoda lainnya, 8. memberi variasi. 1. mungkin terjadi kelompok yang terdiri dari orang-orang yang tidak tahu apa-apa, 2. mungkin berputar-putar, 3. mungkin ada pemimpin yang lemah, 4. laporan mungkin tidak tersusun dengan baik, 5. perlu belajar sebelumnya bila ingin mencapai hasil yang baik, 6. mungkin terjadi klik-klik untuk sementara, 7. biasanya banyak makan waktu untuk mempersiapkan. 11

14 METODA ROLE PLAY (1 - p. 144) (pemeranan sebuah situasi dalam hidup manusia dengan atau tanpa diadakan latihan; dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan analisis oleh kelompok) 1. jika peserta perlu mengetahui lebih banyak tentang pandangan yang berlawanan, 2. jika peserta mempunyai kemampuan untuk memakainya, 3. pada waktu membantu peserta "memahami" suatu masalah, 4. jika ingin mencoba mengubah sikap, 5. jika pengaruh emosi dapat membantu dalam penyajian masalah, 6. didalam pemecahan masalah. 1. segera mendapat perhatian, 2. dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil, 3. membantu anggota untuk melakukan analisis situasi, 4. menambah rasa percaya diri pada peserta, 5. membantu anggota menyelami permasalahan, 6. membantu anggota mendapat pengalaman yang ada pada fikiran orang lain, 7. membangkitkan saat untuk pemecahan masalah. 1. mungkin masalahnya disatukan dengan pemerannya, 2. banyak yang tidak senang memerankan sesuatu, 3. membutuhkan pemimpin yang terlatih, 4. terbatas pada beberapa situasi saja, 5. ada kesulitan dalam memerankan. 12

15 METODA STUDI KASUS (CASE STUDY) (1 - p. 146) (sekumpulan situasi masalah, termasuk detail-detail yang memungkinkan kelompok melakukan analisis masalah tersebut. Permasalahan tsb. merupakan "bagian dari hidup" yang mengandung diagnose, dan pengobatan. Dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis, juga secara dramatis, atau dengan film, dapat juga berupa rekaman) 1. ketika menghubungkan masalah dengan situasi hidup, 2. ketika melakukan analisis suatu masalah, 3. jika anggota tidak mampu untuk role-play, 4. untuk membantu anggota memahami masalah, 5. jika mencari kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah, 6. ketika melakukan analisis fakta yang ada tentang suatu masalah. 1. dapat tertulis, lisan, di-film-kan, direkam, diperankan, atau diceritakan, 2. dapat ditugaskan sebelum diskusi, 3. memungkinkan kesempatan yang sama bagi anggota untuk mengusulkan masalah, 4. menciptakan suasana untuk pertukaran pendapat, 5. mengenai masalah yang menyangkut hidup, 6. memberi kesempatan untuk memakai pengetahuan dan keterampilan, 7. memungkinkan semacam "follow-throughsimulation. 1. membutuhkan keterampilan untuk "menuliskan" masalah, 2. masalah itu tidak selalu sama pentingnya bagi anggota, 3. memerlukan banyak waktu jika dilakukan secara mendalam, 4. meskipun cukup datanya, tetap mungkin timbul perdebatan, 5. membutuhkan pemimpin yang terampil. 13

16 METODA BRAINSTORMING (1 - p. 148) (semacam cara pemecahan masalah dimana anggota mengusulkan dengan cepat semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan. Tidak ada kritik. Analisis atas pendapat-pendapat tadi dilakukan kemudian) 1. untuk membangkitkan fikiran yang kreatif, 2. untuk merangsang partisipasi, 3. pada waktu mencari kemungkinan pemecahan masalah, 4. berhubungan dengan metoda lainnya, 5. untuk membangkitkan pendapat-pendapat baru, 6. untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kelompok. 1. membangkitkan pendapat baru, 2. merangsang semua anggota untuk ambil bagian, 3. menghasilkan "reaksi-rantai" dalam pendapat, 4. tidak menyita banyak waktu, 5. dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil, 6. tidak memerlukan pemimpin yang terlalu hebat, 7. hanya sedikit peralatan yang diperlukan. 1. mudah menjadi tidak terkendali, 2. harus dilanjutkan dengan analisis/evaluasi jika diharapkan efektif, 3. mungkin sulit membuat anggota tahu bahwa segala pendapat dapat diterima, 4. anggota cenderung untuk mengadakan analisis/evaluasi segera setelah satu pendapat diajukan. 14

17 METODA KELOMPOK PENDENGAR (1 - p. 150) (adalah kelompok yang dibentuk dengan membagi pengunjung menjadi beberapa kelompok sebelum suatu acara penyajian. Setiap kelompok ditugaskan untuk mendengarkan dengan tugas khusus. Laporan tentang tugas disampaikan setelah acara penyajian selesai) 1. kalau ada pendapat tertentu yang mungkin luput dari perhatian, 2. kalau berbagai segi masalah itu memerlukan penekanan, 3. jika kelompok itu besar, 4. untuk memberi tujuan pada diskusi, 5. untuk menyajikan informasi. 1. dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil, 2. menunjukan beberapa ide secara terpisah, 3. memberi tujuan pada pendengar, 4. menambah perhatian, 5. membimbing umpan balik, 6. membangkitkan daya tarik, 7. memungkinkan semua anggota mengambil bagian dengan cara mendengarkan, 8. memungkinkan diskusi tindak-lanjut, 9. mengurangi dominasi seseorang atau sekelompok orang, 10. memberi kesempatan pada pemimpin untuk mempertimbangkan keinginan/perhatian anggotanya, 11. memungkinkan "pengulangan" dengan umpan-balik. 1. pengunjung hanya "mendengar" apa-apa yang berhubungan dengan tugasnya, 2. cenderung untuk mengurangi keseluruhan pendapat, 3. membatasi pertukaran pendapat. 15

18 METODA DEBAT (1 - p. 152) (sebuah metoda dimana pembicara dari fihak yang pro dan kontra menyampaikan pendapat mereka. Anggota kelompok dapat juga bertanya kepada peserta debat/pembicara) Dapat diikuti dengan suatu tangkisan atau tidak perlu. 1. jika hasil pembicaraan perlu "diasah", 2. untuk membangkitkan terjadinya proses analisis, 3. untuk menyampaikan pendapat yang berbeda-beda, 4. jika anggota bersedia untuk mendengar ke dua segi permasalahan, 5. jika kelompok itu besar. 1. mempertajam hasil, 2. menyajikan ke dua segi permasalahan, 3. membangkitkan analisis dari kelompok, 4. menyampaikan fakta dari ke dua sisi masalah, 5. membangkitkan daya tarik, 6. mempertahankan daya tarik, perhatian, 7. dapat dipakai pada kelompok yang besar. 1. keinginan untuk menang mungkin terlalu besar, 2. mungkin anggota mendapat kesan yang salah tentang orang yang berdebat, 3. membatasi partisipasi kelompok, kecuali jika diikuti diskusi, 4. mungkin terlalu banyak emosi yang terlibat, 5. memerlukan banyak persiapan. 16

19 METODA DISKUSI FORMIL (1 - p. 154) (metoda pemecahan masalah yang sistematis meliputi : penyampaian masalah, mengumpulkan data, mempertimbangkan pemecahan masalah yang mungkin, memilih cara pemecahan masalah yang terbaik) 1. jika ada waktu yang cukup banyak, 2. pada waktu memberi latihan untuk pemecahan permasalahan, 3. untuk membangkitkan pemikiran yang logis, 4. ketika permasalahan itu sudah dirumuskan dengan jelas, 5. jika ada permasalahan yang memerlukan perumusan, 6. untuk mendorong kepada pemecahan masalah secara menyeluruh, 7. jika pemimpin cukup terampil dengan metoda ini, 8. jika kelompok tidak terlalu besar sehingga memungkinkan setiap peserta ambil bagian. 1. membangkitkan pemikiran yang logis, 2. mendorong kepada analisis yang menyeluruh, 3. prosedurnya dapat diterapkan pada bermacam-macam permasalahan, 4. membangkitkan tingkat konsentrasi yang tinggi pada diri peserta, 5. meningkatkan keterampilan dalam mengenali permasalahan. 1. membutuhkan banyak waktu, 2. memerlukan pemimpin yang terampil, 3. sulit dipakai pada kelompok yang besar, 4. mengharuskan setiap anggota kelompok untuk mempelajari terlebih dahulu, 5. mungkin perlu dilanjutkan pada diskusi lain. 17

20 METODA SIMPOSIUM (1 - p. 156) (serangkaian pidato pendek didepan pengunjung dengan seorang pemimpin; pidato-pidato yang disampaikan mengungkapkan aspek-aspek yang berbeda mengenai suatu topik tertentu) 1. untuk mengemukakan aspek-aspek yang berbeda dari topik tertentu, 2. jika kelompok itu besar, 3. jika kelompok itu membutuhkan keterangan yang ringkas, 4. jika ada pembicara yang memenuhi syarat, 5. jika tidak memerlukan reaksi pengunjung, 6. ketika pokok pembicaraan sudah ditentukan. 1. dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil, 2. dapat mengemukakan banyak informasi dalam waktu yang singkat, 3. menyoroti hasil, 4. pergantian pembicara menambah variasi dan menjadikan lebih menarik, 5. dapat direncanakan jauh hari sebelumnya. 1. kurang spontanitas dan kreativitas, 2. kurang interaksi kelompok, 3. menekankan pokok pembicaraan, 4. agak terasa formil, 5. kepribadian pembicara dapat menekankan isi dengan kurang tepat, 6. sulit mengadakan pengendalian waktu, 7. secara umum membatasi pendapat pembicara, 8. membutuhkan perencanaan sebelumnya dengan hati-hati, untuk menjamin jangkauan yang tepat, 9. cenderung untuk dipakai secara berlebihan. 18

21 METODA SIMPOSIUM-FORUM (1 - p. 159) (serangkaian pidato pendek didepan pengunjung dengan seorang pemimpin; pidato-pidato yang disampaikan mengungkapkan aspek-aspek yang berbeda mengenai suatu topik tertentu, yang diikuti dengan partisipasi pengunjung) 1. untuk memberi kesempatan interaksi kelompok setelah simposium, 2. pada saat diperlukan kombinasi penyajian isi dan reaksi pengunjung, 3. ketika ada pendapat yang sulit yang harus ditangani secara benar sebelum didiskusikan secara terbuka, 4. jika ada waktu dan persiapan yang cukup, 5. jika mengajukan beberapa pandangan yang berbeda untuk minta tanggapan dari pengunjung, 6. jika kelompok itu besar, 7. jika kelompok membutuhkan keterangan yang ringkas. 1. menambah nilai simposium dengan reaksi pengunjung, 2. dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil (khususnya kelompok besar), 3. dapat dipakai untuk menyajikan banyak keterangan dalam waktu yang singkat, 4. menyoroti hasil, 5. penggantian pembicara menambah variasi dan membuat lebih menarik, 6. reaksi pengunjung mendorong pengunjung untuk mendengarkan dengan perhatian yang lebih baik. 1. membutuhkan banyak waktu, 2. tanggapan dari kelompok tertunda, 3. kepribadian pembicara memungkinkan penekanan pada isi yang kurang tepat, 4. sulit melakukan pengendalian waktu, 5. periode forum mudah terulur. 19

22 penyempurnaan proses belajar menajar BEBERAPA PERTANYAAN UNTUK DIPIKIRKAN (1 - pp ) : 1. Bagaimana seorang guru atau dosen atau pemimpin membantu seseorang menemukan apa yang perlu dan ingin dipelajarinya? 2. Untuk menjadi efektif, metoda tergantung pada apa saja? 3. Seberapa jauhkah besar kecilnya suatu kelompok menentukan metoda yang paling baik? 4. Metoda-metoda manakah yang membutuhkan keterampilan yang guru/dosen/pemimpin yang tinggi? 5. Metoda-metoda manakah yang semata-mata tergantung pada guru/dosen/pemimpin? 6. Dimana letak perbedaan antara panel dan simposium? 7. Dimana letak perbedaan antara panel dan panel-forum? 8. Metoda manakah yang mendorong anggota-anggota yang malu-malu untuk berbicara (mengambil bagian)? 9. Metoda-metoda mana yang dapat dipakai sesudah brainstorming?, jelaskan! 10. Sebutkan beberapa cara untuk mengutarakan sebuah case-study? 11. Apakah keuntungan dan kerugiannya jika memakai metoda kelompok pendengar didalam suatu pelajaran? 12. Apakah keuntungan dan kerugiannya jika memakai metoda role-play didalam suatu pelajaran? Apakah keuntungan dan kerugiannya jika memakai metoda didalam suatu pelajaran? 13. Apakah keuntungan dan kerugiannya jika memakai metoda debat didalam suatu pelajaran? Apakah keuntungan dan kerugiannya jika memakai metoda diskusi formil didalam suatu pelajaran? 20

PERENCANAAN TEKNIK PEMBELAJARN. H. Rahman

PERENCANAAN TEKNIK PEMBELAJARN. H. Rahman PERENCANAAN TEKNIK PEMBELAJARN H. Rahman Pengantar Dalam pembelajaran itu ditulis teknik pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan warga belajar bisa beraneka ragam bergantung kepada tujuan

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN KELOMPOK

METODE PEMBELAJARAN KELOMPOK METODE PEMBELAJARAN KELOMPOK SEMINAR Pembahasan masalah secara ilmiah dengan tujuan mencari pemecahan sehingga berujung pada kesimpulan atau keputusan-keputusan yang tidak jarang diikuti pula dengan resolusi

Lebih terperinci

Penulisan Karya Ilmiah 1

Penulisan Karya Ilmiah 1 Kompetensi dasar: Memahami jenis karya ilmiah Indikator: Menjelaskan makna rapat Menjelaskan makna diskusi Menjelaskan makna diskusi panel Menjelaskan makna seminar Menjelaskan makna lokakarya Menjelaskan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1. DISAIN INSTRUKSIONAL...1

DAFTAR ISI 1. DISAIN INSTRUKSIONAL...1 dsrkp 04 Penyempurnaan Proses Belajar Mengajar - Pokok-pokok Pedoman Proses Belajar Mengajar - BUKU II - Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Normalisasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang

Lebih terperinci

Bab II Pengembangan Area Emosional

Bab II Pengembangan Area Emosional Bab II Pengembangan Area Emosional Kompetensi Akhir 1. Mampu menentukan sikap dan gaya hidup serta merencanakan masa depan dan pekerjaannya. Kompetensi Dasar 1. Mampu berkomunikasi dengan orang tua dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsentrasi Belajar Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Hal ini karena fungsi bahasa yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan sikap dan keterampilan yang merupakan hasil aktivitas belajar

Lebih terperinci

STUDENT CENTER LEARNING. OLEH : LISA TRINA ARLYM, SST., M.Keb

STUDENT CENTER LEARNING. OLEH : LISA TRINA ARLYM, SST., M.Keb STUDENT CENTER LEARNING OLEH : LISA TRINA ARLYM, SST., M.Keb CERAMAH ILLUSTRATIF DISKUSI STUDI KASUS PENUGASAN PRESENTASI ELEARNING (INTERNET LIBRARY) CERAMAH ILUSTRATIF Metode ceramah yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

oleh : Maria Nunik Andina L

oleh : Maria Nunik Andina L oleh : Maria Nunik Andina L http://andinamaria1.blogspot.co.id/2016/11/mengenal-jenis-jenis-rapat-danpertemuan.html Kita seringkali mengikuti berbagai kegiatan yang melibatkan dengan seseorang atau sekolompok

Lebih terperinci

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran A. Pengertian Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Jean Piaget Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar

Lebih terperinci

Metode Diskusi Panel Pengertian Metode Diskusi Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode diskusi untuk mengatasi kegagalan dalam

Metode Diskusi Panel Pengertian Metode Diskusi Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode diskusi untuk mengatasi kegagalan dalam 4 2.1.1. Metode Diskusi Panel Pengertian Metode Diskusi Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode diskusi untuk mengatasi kegagalan dalam pembelajaran dengan harapan dapat mengatasi permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil 1

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam proses belajar-mengajar, guru tidak hanya menjelaskan materi di depan kelas dengan metode ceramah saja (teacher center), namun guru juga dituntut mampu menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Metode role playing pada proses belajar mengajar jarang atau tidak pernah dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Aktivitas Belajar Slameto (2001 : 36) berpendapat bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi difikirkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa Indonesia, yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan bersosial manusia tidak terlepas dari komunikasi. Sebuah ungkapan yang berasal dari bahasa asing mengatakan, Manusia adalah zoon politicon yang artinya

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas Pembangunan Pendidikan Nasional tahun sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas Pembangunan Pendidikan Nasional tahun sebagaimana telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas layanan pendidikan merupakan salah satu agenda Prioritas Pembangunan Pendidikan Nasional tahun 2015 2016 sebagaimana telah diamanatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada pelajaran PAI kelas VII. di SMPN 1 Kanigoro Blitar tahun ajaran 2015/2016

BAB V PEMBAHASAN. efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada pelajaran PAI kelas VII. di SMPN 1 Kanigoro Blitar tahun ajaran 2015/2016 BAB V PEMBAHASAN 1. Bagaimana proses pelaksanaan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada pelajaran PAI kelas VII di SMPN 1 Kanigoro Blitar tahun ajaran 2015/2016 Di dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari ` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal untuk memajukan suatu bangsa karena kemajuan bangsa dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan dan tingkat pendidikannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori. 2.1.1. Prestasi Belajar Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran sangat tergantung pada cara pendidik. Metode adalah cara yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran sangat tergantung pada cara pendidik. Metode adalah cara yang digunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran Metode adalah cara yang digunakan untuk menginplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

Lebih terperinci

Pengertian Komentar. Unsur-Unsur Diskusi. Materi. Manusia, sebagai pelaksana. Terdiri dari moderator, notulis, peserta dan pemakalah/penyaji

Pengertian Komentar. Unsur-Unsur Diskusi. Materi. Manusia, sebagai pelaksana. Terdiri dari moderator, notulis, peserta dan pemakalah/penyaji Pengertian Komentar Pendapat seseorang dalam sebuah diskusi tentu akan mengundang reaksi dari peserta lain. Reaksi tersebut merupakan komentar/tanggapan yang dapat berupa persetujuan ataupun penolakan.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 349 TANJUNG KAPA MANDAILING NATAL

PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 349 TANJUNG KAPA MANDAILING NATAL PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 349 TANJUNG KAPA MANDAILING NATAL Heddi Dongoran Guru di SD Negeri 349 Tanjung Kapa Mandailing Natal Surel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT 8 BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT A. Metode Kerja Kelompok Salah satu upaya yang ditempuh guru untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif

Lebih terperinci

BAB V WAWANCARA Jenis-jenis Informasi

BAB V WAWANCARA Jenis-jenis Informasi BAB V WAWANCARA Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang penting dan banyak dilakukan dalam pengembangan sistem informasi. Wawancara memungkinkan analis sistem sebagai pewawancara untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan cara untuk memenuhi dan meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan cara untuk memenuhi dan meningkatkan mutu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk memenuhi dan meningkatkan mutu hidup seseorang. Pendidikan seseorang dapat meningkatkan potensi yang ada pada dirinya. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan. Di dalam sebuah proses

Lebih terperinci

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

Aas Asiah   Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD ISLAM AL-IKHLAS CIANJUR TAHUN AJARAN 2011/2012 Aas Asiah Email : aasasiah84@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora.

dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat strategis di dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia, yaitu manusia yang mampu menghadapi perubahan dan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Metode pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada intinya, guru adalah komponen penting yang menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada intinya, guru adalah komponen penting yang menyelenggarakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada intinya, guru adalah komponen penting yang menyelenggarakan pembelajaran di dalam kelas. Guru bukan hanya sekedar sebagai pihak yang paling bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan pendidikan diarahkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia dilakukan secara menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu sistem yang berperan sebagai pusat bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu sistem yang berperan sebagai pusat bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang berperan sebagai pusat bagi kehidupan sosial, budaya, dan masyarakat. Tirtarahardja (2005:226) mengatakan bahwa sebagai

Lebih terperinci

METODE DAN JENIS PELATIHAN

METODE DAN JENIS PELATIHAN METODE DAN JENIS PELATIHAN Perubahan bekerja setiap saat dan salah satu tanda organisasi yang hebat adalah mereka memiliki komitmen untuk terus-menerus melatih dan mendidik orang-orangnya sehingga mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan erat dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP METODE PEMBELAJARAN METODE PEMBELAJARANDILIHAT DARI SASARAN:

PRINSIP-PRINSIP METODE PEMBELAJARAN METODE PEMBELAJARANDILIHAT DARI SASARAN: PRINSIP-PRINSIP METODE PEMBELAJARAN 1. AKADEMIK DAN EMPIRIK 2. RELEVAN ( TUJUAN, MATERI AJAR, MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN, KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK, SITUASI DAN KONDISI AKTUAL, WAKTU) 3. FLEKSIBEL(FLEXIBLE)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1.Belajar dan Pembelajaran Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan. Perubahan yang terjadi

Lebih terperinci

Capaian Pembelajaran. Menerapkan keterampilan dasar mengajar dalam kegiatan pembelajaran. Sudarmantep.com

Capaian Pembelajaran. Menerapkan keterampilan dasar mengajar dalam kegiatan pembelajaran. Sudarmantep.com Komunikasi EFEKTIF KETERAMPILAN DASAR h t t: p ws w w. /d a r e m a n t e p. S u d a r m a n t e p. 0 h t t: p ws w w. /u s /d e ra r e m a n t e p Capaian Pembelajaran Menerapkan keterampilan dasar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak lahir setiap manusia pernah mengalami yang namanya belajar. Belajar dilakukan manusia sejak ia lahir hingga dewasa bahkan sampai akhir hayat. Dengan belajar

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi perencanaan pembelajaran, proses pelaksanaan pembelajaran meliputi kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Efektivitas pembelajaran di sekolah merupakan indikator penting yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Efektivitas pembelajaran di sekolah merupakan indikator penting yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Efektivitas pembelajaran di sekolah merupakan indikator penting yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Interaksi antara pendidik dengan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis, sistematis, intensional dan kreatif dimana peserta didik mengembangkan potensi diri, kecerdasan, pengendalian

Lebih terperinci

TEKNIK & ETIKA DISKUSI ILMIAH.

TEKNIK & ETIKA DISKUSI ILMIAH. TEKNIK & ETIKA DISKUSI ILMIAH Bambang Sulistyo, S.Pd., M.Eng. Bambang Sulistyo, S.Pd., M.Eng. bambangsulistyo@yahoo.com PENDAHULUAN Kata moral atau moralitas sering digunakan secara sinonim dengan kata

Lebih terperinci

STRATEGI PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN. Wildan Nafi i Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Madiun

STRATEGI PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN. Wildan Nafi i Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Madiun Strategi Pemanfaatan Media 29 STRATEGI PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN Wildan Nafi i Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Madiun Email: nafiiwildan@gmail.com Abstrak Media pendidikan itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya adalah misi pendidikan sebab pendidikan dapat membuat manusia menjadi cerdas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di sekolah guru mempunyai peranan yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di sekolah guru mempunyai peranan yang sangat penting terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di sekolah guru mempunyai peranan yang sangat penting terhadap terciptanya proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. Akan tetapi, apabila kegiatan berkomunikasi terjadi tanpa diawali keterampilan berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan erat kaitannya dengan proses belajar mengajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. yang diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menghiasi praktek pembelajaran di kelas. Pada umumnya guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menghiasi praktek pembelajaran di kelas. Pada umumnya guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma lama dalam proses pembelajaran masih sangat kental menghiasi praktek pembelajaran di kelas. Pada umumnya guru mempersiapkan materi ajar yang akan disampaikan

Lebih terperinci

Teknik Presentasi Informasi, meliputi ceramah/kuliah, konferensi/diskusi, media audiovisual, pembelajaran jarak jauh/kursus korespondensi, internet

Teknik Presentasi Informasi, meliputi ceramah/kuliah, konferensi/diskusi, media audiovisual, pembelajaran jarak jauh/kursus korespondensi, internet Perubahan bekerja setiap saat dan salah satu tanda organisasi yang hebat adalah mereka memiliki komitmen untuk terusmenerus melatih dan mendidik orang-orangnya sehingga mereka memiliki pengetahuan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

PAILKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif dan Menarik)

PAILKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif dan Menarik) PAILKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif dan Menarik) A. Strategi Pembelajaran PAILKEM Strategi pembelajaran PAILKEM merupakan salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara karena maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Menulis Deskripsi Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri (Moeliono, 2005: 707). Menulis merupakan keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, karena pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Husni El Hilali Abstraksi Pengelolaan kelas memiliki peran yang sangat penting dalam proses pendidikan. Proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pembelajaran adalah suatu hal yang penting dalam sebuah pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti pembelajaran yang dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia kini telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan

Lebih terperinci

Keterampilan Dasar Memimpin dan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Keterampilan Dasar Memimpin dan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil Keterampilan Dasar Memimpin dan Membimbing Kelompok Kecil Afid Burhanuddin 1 Kompetensi Dasar: Memahami keterampilan dasar memimpin dan membimbing diskusi Indikator: Memahami keterampilan dasar memimpin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya (Wahyudi, 2011). Pada hakekatnya belajar matematika

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran

BAB II. Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran BAB II Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran A. Kajian Teori 1. PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) Menurut buku panduan PPL FKIP UNPAS (2017, h. 1) PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) merupakan kegiatan akademik

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang BAB V PEMBAHASAN Tanggung jawab seorang pendidik sebagai orang yang mendidik yaitu dapat merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) Pembelajaran Generatif merupakan terjemahan dari Generative Learning.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) Pembelajaran Generatif merupakan terjemahan dari Generative Learning. 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) Pembelajaran Generatif merupakan terjemahan dari Generative Learning. Model pembelajaran generatif menggunakan teori kontruktivisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan perilaku seseorang yang bertujuan untuk mendewasakan anak didik agar dapat hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yangdiberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Agar tidak tertinggal dan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Agar tidak tertinggal dan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Materi Pembelajaran IPA Untuk menanggapi kemajuan era global dan semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kurikulum sains termasuk IPA terus disempurnakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu pendidikan ada yang disebut sebagai pendidik dan sebagai. sebagai peserta didik mendapatkan haknya sepenuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu pendidikan ada yang disebut sebagai pendidik dan sebagai. sebagai peserta didik mendapatkan haknya sepenuhnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia pada umumnya dan pendidikan pada khususnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai BAB II KAJIAN TEORI 1.1. Motivasi Belajar 1.1.1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman, 2001). Motivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup menarik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pandang yang berbeda. Pokok-pokok pembicaraan merupakan bagian penting

BAB II KAJIAN TEORI. pandang yang berbeda. Pokok-pokok pembicaraan merupakan bagian penting BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis Untuk menjawab permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini, maka penulis menggunakan teori-teori pendidikan yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas. a. Metode

Lebih terperinci

Fembriani Universitas Widya Dharma Klaten ABSTRAK

Fembriani Universitas Widya Dharma Klaten ABSTRAK MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION) BERBANTUAN MAKE A MATCH SEBAGAI INOVASI PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR Fembriani Universitas Widya Dharma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini

Lebih terperinci

...dan Saudara Memerlukan Suatu Metode

...dan Saudara Memerlukan Suatu Metode ...dan Saudara Memerlukan Suatu Metode Sukakah saudara makan makanan yang telah disediakan dengan baik? Saya suka. Kita tahu bahwa ada cara yang betul dan cara yang salah untuk menyediakan makanan Cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 pada tingkat dasar menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik saintifik mengedepankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pembentukan kepribadian manusia. Pendidikan mempunyai peran penting dalam membentuk manusia yang berakal, berilmu, dan bermoral.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Ruang lingkup Ekonomi tersebut merupakan cakupan yang amat luas, sehingga dalam proses pembelajarannya harus dilakukan bertahap dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, non formal maupun informal,

Lebih terperinci