Peluang dan Tantangan Pembiayaan Perbankan ke Sektor Maritim Indonesia: Pandangan BNI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Peluang dan Tantangan Pembiayaan Perbankan ke Sektor Maritim Indonesia: Pandangan BNI"

Transkripsi

1 Peluang dan Tantangan Pembiayaan Perbankan ke Sektor Maritim Indonesia: Pandangan BNI Imam Budi Sarjito, Ph.D Direktur Kepatuhan dan Risiko Perusahaan PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk 15 Juni 2015

2 Outline Highlight Maritim Indonesia Potensi Sektor Maritim Sektor Maritim Indonesia Pembiayaan ke Sektor Maritim Tantangan dan Kendala Sektor Maritim Indonesia Tantangan dan Kendala Pembiayaan Sektor Maritim Indonesia Strategi Pembiayaan Sektor Maritim Indonesia Page 2

3 Highlight Maritim Indonesia Kita Sudah Lama Memunggungi Laut, Saatnya Kembali... Joko Widodo Presiden Republik Indonesia Oktober 2014, saat pelantikan menjadi Presiden ke-7 RI Potensi maritim di Indonesia sangat besar, namun belum dimanfaatkan secara optimal 1. Archipelago State terbesar di ASEAN ( pulau) 2. Panjang laut terpanjang di ASEAN (± 81 ribu Km) 3. Luas laut Terbesar di ASEAN (± 5.8 juta Km 2 dibanding luas daratan 1.9 juta Km 2 ) 4. Memiliki tiga Selat Tersibuk (Selat Malaka, Selat Sunda, dan Selat Lombok) 5. Dihimpit oleh Samudera Pasifik dan Atlantik 6. Terletak diantara Benua Asia dan Australia 7. Menganut Prinsip Asas Cabotage atas Angkutan Laut Domestik Page 3 Sumber: Indonesia National Shipowners Association (INSA)

4 Highlight Maritim Indonesia: Indikator Kedaulatan Maritim Untuk mewujudkan cita-cita sebagai poros maritim dunia, pemerintahan Jokowi-JK memprioritaskan pembangunan, pengembangan, serta penguatan kedaulatan maritim hingga 2019 mendatang. Kedaulatan Maritim: Penegakan kedaulatan dan hukum di teritorial wilayah laut Indonesia.. No. 4 (empat) Parameter Keberhasilan Kedaulatan Maritim Indikator 1 Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan (Unit) Kondisi 2014 Target 2019 Growth (%) Rata-rata per Tahun % 12 Unit 2 Pembangunan Kapal Perintis (Unit) % 11 Unit 3 Produksi Hasil Perikanan (Juta Ton) % 6 Juta Ton 4 Pengembangan Pelabuhan Perikanan (Unit) % 1 Unit Sumber: RPJMN terkait Sektor Kelautan dan Perikanan, diolah Page 4

5 Potensi Maritim : Sektor Perikanan Dalam 5 tahun terakhir, peran subsektor perikanan cukup vital terhadap perekonomian Indonesia Sektor perikanan berperan sekitar 3% terhadap total PDB Indonesia dalam kurun waktu , dan cenderung terus meningkat. Hingga tahun 2011 lalu, sektor perikanan tangkap di perairan laut maupun perairan umum, rata-rata memiliki tingkat pemanfaatan sekitar 60% dari luas perairan Indonesia. Sementara perikanan budidaya nampaknya belum cukup berkembang dengan masih rendahnya tingkat pemanfaatan lahan (perairan yang tersedia). Peran Sektor Perikanan terhadap PDB 400,00 300,00 200,00 100,00 - PDB Perikanan (Rp T) Share thd PDB Total (%) Share thd PDB Tanpa Migas (%) 3,10 3,44 3,36 3,34 3,36 3,47 3,62 2,77 3,15 3,09 3,06 3,10 3,21 3,37 137,25 176,6 199,4 226,7 255,4 291,8 340, * 2014** 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 Sumber: Majalah SWA April 2015 dan BPS; *Angka Sementara; **Angka Sangat Sementara Page 5 Potensi Perikanan Tangkap dan Budidaya (2011) Jenis Kegiatan Perikanan Luas Perairan Potensi Produksi Produksi Tahun 2011 Tingkat Pemanfaatan (juta Ha) (juta ton/tahun) (juta ton/tahun) (%) A. Perikanan Tangkap 1. Laut Perairan Umum B. Perikanan Budidaya 1. Laut Tambak (payau) Perairan Umum dan Tawar TOTAL Sumber: Statistik Kelautan dan Perikanan 2011, Kementerian Kelautan dan Perikanan 2012

6 Potensi Maritim : Industri Pengolahan Ikan Saat ini terdapat sekitar Unit Pengolahan Ikan (UPI). Dengan total produksi sekitar 3,1 juta ton senilai Rp83 triliun NAD Juml: unit Prod : 262,1 Ribu Ton Nilai : Rp 7,6 T DKI JAKARTA Juml : unit Prod : 39,5 Ribu Ton Nilai : Rp 1,2 T JAWA BARAT Juml : unit Prod : 145 Ribu Ton Nilai : Rp 3,6 T BANTEN Juml : unit Prod : 30,3 Ribu Ton Nilai : Rp 925 M BALI Juml : 920 unit Prod : 25,1 Ribu Ton Nilai : Rp 609 M NUSA TENGGARA TIMUR Juml : 547 unit Prod : 11,4 Ribu Ton Nilai : Rp 340 M SUMATERA UTARA Juml : unit Prod : 99,2 Ribu Ton Nilai : Rp 2,9 T DI YOGYAKARTA Juml : 438 unit Prod : 5,2 Ribu Ton Nilai : Rp 132 M JAWA TENGAH Juml : unit Prod : 774,2 Ribu Ton Nilai : Rp 18,4 T JAWA TIMUR Juml : unit Prod : 629,7 Ribu Ton Nilai : Rp 7,2 T NUSA TENGGARA BARAT Juml : unit Prod : 196,6 Ribu Ton Nilai : Rp 4,7 T KALIMANTAN BARAT Juml : unit Prod : 94,9 Ribu Ton/ Nilai : Rp 2,8 T SUMATERA BARAT Juml : unit Prod : 52,5 Ribu Ton Nilai : Rp 1,5 T RIAU Juml : unit Prod : 55, 1 Ribu Ton Nilai : Rp 1,4 T Total UPI : Unit (Pindang 9.000, Asin , Asap , Lainnya 7.191) Total Produksi: 3,11 Juta Ton Total Nilai : Rp 83 T KALIMANTAN TENGAH Juml : unit Prod : 36,4 Ribu Ton/ Nilai : Rp 1,0 T KALIMANTAN TIMUR Juml : unit Prod : 61,8 Ribu Ton Nilai : Rp 1,9 T JAMBI Juml : 703 unit Prod : 8.0 Ribu Ton Nilai : Rp 258 M KALIMANTAN SELATAN Juml : unit Prod : 122,8 Ribu Ton Nilai : Rp 3,6 T SUMATERA SELATAN Juml : unit Prod : 25,1 Ribu Ton Nilai : Rp 432 M SULAWESI UTARA Juml : 501 unit Prod : 26,8 Ribu Ton Nilai Rp 635 M BENGKULU Juml : 447 unit Prod : 15,3 Ribu Ton Nilai : Rp 432 M SULAWESI TENGAH Juml : 31 unit Prod : 32 Ribu Ton Nilai : Rp 863 M LAMPUNG Juml : unit Prod : 52,7 Ribu Ton Nilai : Rp 1,6 T KEPULAUAN RIAU Juml : 838 unit Prod : 17,4 Ribu Ton Nilai : Rp 524 M GORONTALO Juml : 432 unit Prod : 6,7 Ribu Ton Nilai : Rp 193 M SULAWESI BARAT Juml : 228 unit Prod : 7,8 Ribu Ton Nilai : Rp 223 M SULAWESI TENGGARA Juml : 813 unit Prod : 46,6 Ribu Ton Nilai : Rp 1,2 T SULAWESI SELATAN Juml : unit Prod : 197 Ribu Ton Nilai : Rp 5,8 T BANGKA BELITUNG Juml : unit Prod : 12,8 Ribu Ton Nilai : Rp 438 M MALUKU Juml : 499 unit Prod : 5,1 Ribu Ton Nilai : Rp 123 M MALUKU UTARA Juml : 703 unit Prod : 9 Ribu Ton Nilai : Rp 219 M PAPUA BARAT Juml : 101 unit Prod : 1,6 Ribu Ton Nilai : Rp 46 M PAPUA Juml : 223 unit Prod : 6,3 Ribu Ton Nilai : Rp 151 M Page 6 Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan

7 Potensi Maritim : Industri Galangan Kapal Sebagai negara maritim, jumlah kapal indonesia masih terbatas Jumlah galangan kapal hanya 198 unit baik skala besar maupun kecil. JUMLAH GALANGAN KAPAL DI INDONESIA: 198 Unit Page 7 Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, Desember 2014

8 Potensi Maritim : Transportasi Laut Untuk pemenuhan transportasi laut, dibutuhkan pengadaan beberapa jenis kapal, dengan kebutuhan investasi sekitar Rp 57 triliun Pengadaan 46 Kapal Petikemas 1000 TEUs Pengadaan 37 Kapal Petikemas 3000 TEUs Kebutuhan Investasi : Rp Triliun Pengadaan 26 Unit Kapal Perintis 260 TEUs Pengadaan 500 Unit Kapal Pelayaran Rakyat TEU: Twenty-foot Equivalent Unit Page 8 Sumber: Indonesia National Shipowners Association (INSA)

9 Potensi Maritim : Transportasi Laut (2) Selain itu, juga dibutuhkan angkutan laut terutama untuk komoditas Potensi Kebutuhan Angkutan Laut Komoditas (Juta Ton) SEMUA KOMODITAS Tahun Volume F F F CRUDE PALM OIL Tahun Produksi BATUBARA Tahun Produksi Ekspor Domestik Page 9 Sumber: Indonesia National Shipowners Association (INSA)

10 Sektor Maritim : Fokus Program Pembangunan Pemerintah Pengembangan Pelabuhan : a. 24 Pelabuhan Strategis sebagai hub dan feeder tol laut b. 163 Pelabuhan Non Komersial Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan di 65 lokasi Pengadaan kapal: 50 Kapal Perintis 100 Kapal Patroli, 50 Kapal Negara Kenavigasian 50 Kapal Ferry Perintis Pembangunan Sarana Kenavigasian : 20 Vessel Traffic Service, 59 Global Maritime Distress and Safety System, 20 Menara Suar dan 525 Rambu Suar Terlayaninya jalur 193 lintas angkutan laut perintis Page 10 Sumber: RPJMN terkait Sektor Kelautan dan Perikanan, diolah

11 Sektor Maritim Indonesia : Pengembangan Komersial Maritim adalah segala sesuatu yang terkait dengan laut, terutama untuk kepentingan ekonomi. Ekonomi maritim tidak sekedar perikanan. Besarnya potensi maritim di Indonesia, menjadikan adanya beberapa sektor pengembangan yang mampu mendorong perekonomian. Perikanan/Hasil Laut Pertambangan Migas dan Non Migas Off-Shore Industri Pengolahan Hasil Laut Pengembangan Sektor Maritim Secara Komersial Kawasan Pariwisata Perdagangan Hasil Laut (Wholesale & Retail) Galangan Kapal Transportasi/ Angkutan Laut Pelabuhan/ Dermaga Page 11

12 SEKTOR CAGR (%) Share Thd total Kredit Produktif 2014 (%) Rasio NPL 2014 (%) Perikanan Industri Makanan dan Minuman Hasil Laut Industri Kapal/Perahu/Shipyard Konstruksi (Dermaga/Pelabuhan) Perdagangan Besar dan Eceran Hasil laut Angkutan Laut* Kawasan Pariwisata TOTAL KREDIT KEMARITIMAN TOTAL KREDIT PRODUKTIF PERBANKAN 1, , , TOTAL KREDIT PERBANKAN (SPI) 2, , , Page 12 Pembiayaan ke Sektor Maritim: Kredit Perbankan di Sektor Maritim Dalam beberapa tahun terakhir, kredit perbankan ke sektor maritim meningkat cukup signifikan, walaupun porsinya masih rendah.. Kredit Perbankan (Rp Triliun) * Termasuk Angkutan Sungai, Danau & Penyeberangan Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, 2015 dan Statisik Perbankan Indonesia, diolah Kredit perbankan ke sektor maritim tumbuh rata-rata 20.6% per tahun, di atas pertumbuhan total kredit perbankan yang sekitar 16.5%. Namun, risiko kredit ke sektor ini cukup tinggi, tecermin dari tingginya rasio NPL (4,3%). Penyaluran kredit ke sektor maritim masih rendah (3%), sehingga potensi untuk melakukan ekspansi masih terbuka lebar.

13 Pembiayaan ke Sektor Maritim: Kredit BNI kepada Sektor Maritim Dalam 2 tahun terakhir, pembiayaan BNI pada sektor kemaritiman tumbuh rata-rata 14% per tahun, dengan rasio NPL yang sangat terjaga. Kredit BNI (Rp Triliun) SEKTOR * Termasuk Angkutan Sungai, Danau & Penyeberangan CAGR (%) Share Thd total Kredit Prod. BNI 2014 (%) Rasio NPL 2014 (%) Perikanan Industri Makanan dan Minuman Hasil Laut Industri Kapal/Perahu/Shipyard Konstruksi (Dermaga/Pelabuhan) Perdagangan Besar dan Eceran Hasil laut Angkutan Laut * Kawasan Pariwisata TOTAL KREDIT KEMARITIMAN TOTAL KREDIT PRODUKTIF BNI TOTAL KREDIT BNI Sumber: BNI, Bank Only, diolah Pembiayaan BNI ke semua sektor kemaritiman memiliki rasio NPL yang relatif rendah, dibandingkan dengan perbankan Pertumbuhan pembiayaan tertinggi pada subsektor perdagangan besar dan eceran hasil laut, terutama pada lapangan usaha perdagangan perikanan dalam negeri dan perdagangan ekspor hasil perikanan. Page 13

14 Optimalisasi Pembiayaan ke Sektor Maritim: Program Kerjasama OJK, KKP, KADIN, dan Perbankan Guna mengoptimalkan pembiayaan ke sektor maritim, pada akhir 2014 lalu telah dibentuk Tim Kerja Lintas Lembaga yang terdiri dari OJK, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Perbankan serta Lembaga Keuangan lainnya. Tim Kerja akan fokus pada 4 (empat) sub-program di bawah ini: Value Chain Skema Bisnis & Skema Pembiayaan Regulasi Sosialisasi/ Penyebaran Informasi Program 1 Seluruh Subsektor Kemaritiman Aspek: a.pengembangan model bisnis b.risk anatomy c.key success factor d.karakteristik usaha Program 2 Aspek : a. skema pembiayaan (skim khusus) b.rekomendasi pembiayaan baru Program 3 Regulasi yang Kondusif: Aspek: Peraturan OJK Peraturan KKP Peraturan Kemenkeu dll Program 4 Aspek: Database pelaku usaha Sistem Informasi Debitur (SID) Penyebaran informasi berupa Buku Pintar Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, disarikan dan diolah Pada Mei 2015, OJK bersama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meluncurkan program Jangkau, Sinergi, dan Guideline (JARING). Sebanyak 8 (delapan) bank ikut mendukung program tersebut yaitu BNI, BRI, Bank Mandiri, Bank Danamon, BTPN, Bank Permata, Bank Bukopin, dan BPD Sulselbar. Page 14

15 Tantangan dan Kendala Sektor Maritim Indonesia: Sektor Perikanan Page 15 SARANA INFRASTRUKTUR DASAR SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) REGULASI LAIN-LAIN Kapal nelayan rata-rata masih tradisional dan kapasitasnya relatif kecil ( 30 Gross Ton); Fasilitas (kualitas dan kuantitas) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) masih kurang dan masih memerlukan sistem pengendalian harga untuk mengatur standar harga ikan tangkap; Beberapa daerah belum memiliki Cold Storage karena tidak adanya TPI, beberapa lainnya belum optimal digunakan nelayan. Selain itu masalah pasokan listrik juga berperan dalam kurang optimalnya Cold Storage; Harga, stok, dan supply bahan bakar minyak (BBM) untuk nelayan kurang dimonitoring. Pasokan listrik di beberapa daerah pantai di Indonesia masih terbatas; Infrastruktur jalan pendukung menuju TPI maupun pelabuhan masih perlu perbaikan kualitas dan kuantitas; Fasilitas-fasilitas pendukung di dermaga/pelabuhan rakyat masih kurang. Pendidikan nelayan rata-rata masih cukup rendah, serta tiadanya pendidikan non formal yang menunjang, menyebabkan tidak berkembangnya inovasi cara dan alat tangkap ikan; Jiwa bahari yang semakin rendah, adanya anggapan bahwa pekerjaan nelayan adalah turunan, sehingga menyebabkan aktivitas nelayan konvensional dan produktivitas rendah. Belum adanya Peraturan Daerah (Perda) khusus yang mengatur tentang pengembangan sektor perikanan dan kelautan; Pengurusan izin laut yang rumit (setidaknya 10 surat izin terkait dengan Permen No.26/2013 tentang Usaha Perikanan Tangkap). Perbankan belum banyak melakukan pembiayaan langsung ke nelayan, dimana bank hanya membiayai pemilik kapal (pemilik modal)/koperasi nelayan; Rendahnya pengetahuan nelayan akan perbankan terutama mengenai aspek jaminan/agunan perbankan, menyebabkan nelayan meminjam dari pemilik modal (biasanya sekaligus pemilik kapal) di sisi lain, hasil tangkapan ikan tidak disimpan di bank. Sumber: Hasil Diskusi RCE BNI Nov 2014

16 Tantangan dan Kendala Sektor Maritim Indonesia: Infrastruktur Laut Kendala infrastruktur masih menjadi hal klasik dalam sektor transportasi laut di Indonesia Produktivitas buruh bongkar muat rendah Besaran dan jenis tarif kepelabuhanan terus meningkat Terjadi antrean kapal di berbagai pelabuhan Akses jalan keluar masuk pelabuhan yang buruk Peralatan bongkar muat berusia tua Produktivitas bongkar muat rendah Kondisi kapasitas pelabuhan masih terbatas Kemacetan arus lalu lintas menuju pelabuhan Produktivitas bongkar muat peti kemas yang rendah Terjadinya penumpukan peti kemas karena terbatasnya area Page 16 Sumber: Indonesia National Shipowners Association (INSA)

17 Tantangan Pembiayaan Sektor Maritim Indonesia: View Perbankan SUBSEKTOR MARITIM: Perikanan/ Hasil Laut Industri Pengolahan Hasil Laut Perdagangan Hasil Laut Transportasi Laut Hasil tangkapan bergantung pada cuaca. Teknologi penangkapan ikan masih tradisional. Kuantitas dan kualitas hasil tangkapan relatif rendah. Dalam mencari kredit nelayan lebih prefer pada rentenir (sosiokultural) walaupun sudah ada bank di lingkungan sekitarnya. Ketersediaan bahan baku fluktuatif Terbatasnya penguasaan teknologi industri pengolahan makanan. Kualitas industri pengolahan yang relatif rendah. Kurang memadainya sarana-prasarana industri pengolahan. Tidak ada standar harga komoditas laut, kecuali udang. Harga komoditas laut sulit diakses. Produksi sangat tergantung pada cuaca. Jaminan terbatas. Risiko cukup tinggi. Cashflow fluktuatif tergantung harga BBM (solar). Fluktuasi Freight Rate tergantung dengan nilai tukar Rupiah. Regulasi pada transportasi laut cukup ketat, contoh: asas Cabotage. Jaminan terbatas. Page 17

18 Tantangan Pembiayaan Sektor Maritim Indonesia: View Perbankan (2) SUBSEKTOR MARITIM: Galangan Kapal Infrastruktur Pelabuhan/ Dermaga Pariwisata Pertambangan Migas & Non Migas Off Shore Risiko cukup tinggi. Kandungan impor bahan baku sangat tinggi (±70%). Penguasaan teknologi terbatas. Modal perusahaan galangan kapal relatif rendah. Risiko pembatalan kontrak. Isu kenaikan UMP menyebabkan kenaikan biaya produksi. Tingginya kebutuhan biaya pembangunan infrastruktur pelabuhan (perlu kredit sindikasi). Munculnya risiko finansial (proyek infrastruktur belum memberikan pendapatan saat pembangunan, adanya grace period). Risiko tinggi (NPL tinggi). Infrastruktur menuju kawasan pariwisata kurang memadai. Promosi kawasan pariwisata rendah. Pengembangan kawasan pariwisata biasanya dipelopori oleh investor asing. Kurangnya expertise perbankan di sektor ini. Risiko tinggi Kebutuhan modal sangat besar (bank terkena aturan BMPK) Terbatasnya expertise perbankan di sektor ini. Page 18

19 Strategi Pembiayaan Perbankan ke Sektor Maritim Membutuhkan Pembiayaan Skala Besar : (Galangan Kapal, Infrastruktur Pelabuhan/Dermaga, Kawasan Pariwisata) Kredit sindikasi; Adanya special grace period; Jaminan dari pihak ketiga; Perlunya campur tangan pemerintah, misalnya untuk membangun infrastruktur pendukung (pariwisata); Optimalisasi jasa perbankan (pemberian L/C, Garansi Bank, dll). Penajaman analisis kredit Membutuhkan Pembiayaan Skala Menengah - Kecil dan Butuh Kepanjangan Tangan : (Perikanan/Hasil Laut, Perdagangan Hasil Laut, Industri Pengolahan Hasil Laut) Sinergi dan kerjasama dengan lembaga keuangan mikro dan/atau Koperasi di daerah; Kerja sama dengan asuransi kredit; Pemberian kredit sesuai karakteristik usaha. Misal, industri pengolahan ikan berbeda dengan industri pengolahan rumput laut; Pengembangan business model (lending model) khusus terutama untuk segmen kecil (nelayan) Page 19

20 Catatan Akhir Potensi sektor maritim Indonesia sangat besar, namun belum dimanfaatkan secara optimal. Pemerintah telah menetapkan program pembangunan dan pengembangan sektor maritim. Perlu adanya konsistensi dan prioritas dalam implementasi program-program tersebut. Peluang sektor perbankan untuk berekspansi di sektor maritim masih terbuka lebar. Namun, masih ada beberapa tantangan yang perlu untuk diatasi bersama agar peluang tersebut dapat direalisasikan, antara lain: Expertise perbankan yang sangat memahami sektor maritim masih terbatas; Keterbatasan informasi yang tersedia untuk dapat membuat Risk-Assessment yang akurat yang diperlukan dalam membuat keputusan kredit; Masih tingginya rasio NPL pada beberapa subsektor maritim; Masih terbatasnya jumlah jaminan yang dapat disediakan oleh debitur, sehingga perlu dukungan yang kuat dari asuransi; Ketergantungan yang besar pada iklim (cuaca) untuk beberapa subsektor maritim sehingga produksi dan aktivitas bisnisnya agak sulit diprediksi; Untuk beberapa subsektor, kebutuhan pembiayaannya sangat besar, sehingga tidak dapat dibiayai oleh satu bank saja, perlu sindikasi. BNI siap dan berkomitmen dalam mendukung program pembangunan, pengembangan serta penguatan sektor maritim sesuai kapabilitasnya. Page 20

21 Page 21 Terima Kasih

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

POINTERS SAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN KICK-OFF PROGRAM JARING OJK

POINTERS SAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN KICK-OFF PROGRAM JARING OJK POINTERS SAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN KICK-OFF PROGRAM JARING OJK Kampung Bodia, Takalar, Sulsel, 11 Mei 2015 Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat Pagi dan salam sejahtera bagi kita

Lebih terperinci

BAHAN BAKU: URAT NADI INDUSTRI PENGOLAHAN PERIKANAN MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAHAN BAKU: URAT NADI INDUSTRI PENGOLAHAN PERIKANAN MIKRO KECIL DAN MENENGAH Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 1 No. 3, Desember 2014: 187-191 ISSN : 2355-6226 BAHAN BAKU: URAT NADI INDUSTRI PENGOLAHAN PERIKANAN MIKRO KECIL DAN MENENGAH Yonvitner Departemen Manajemen

Lebih terperinci

Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional

Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional Policy Brief TR 2016 02 Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional Nazla Mariza, M.A.; Bambang Wicaksono, M.Si.; Joanna Octavia, M.Sc. Ringkasan Industri perikanan nasional Indonesia

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu

Lebih terperinci

Peran Sektor Jasa Keuangan dalam Pembiayaan Sektor Pertanian, Peternakan dan Perikanan

Peran Sektor Jasa Keuangan dalam Pembiayaan Sektor Pertanian, Peternakan dan Perikanan Peran Sektor Jasa Keuangan dalam Pembiayaan Sektor Pertanian, Peternakan dan Perikanan Seminar Jakarta Food Security Summit 3 Muliaman D Hadad, Phd. Ketua Dewan Komisioner Jakarta, 13 Februari 2015 1 Pembiayaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

PETA LOKASI KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN TRANSPORTASI DALAM RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN

PETA LOKASI KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN TRANSPORTASI DALAM RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN PETA LOKASI KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN TRANSPORTASI DALAM RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019 Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 Peta - 1 LOKASI PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH Oleh: DR. Syarief Hasan, MM. MBA. Menteri Negara Koperasi dan UKM Pada Rapimnas Kadin Yogyakarta, 3 4 Oktober 2012 UMKM DALAM

Lebih terperinci

Oleh. Capt. Purnama S. Meliala, MM

Oleh. Capt. Purnama S. Meliala, MM Oleh. Capt. Purnama S. Meliala, MM Data & Fakta Jumlah kapal niaga internasional maupun domestik mencapai 11.300 unit, atau naik sekitar 80 persen dibandingkan dengan posisi Maret 2005 Data Indonesia National

Lebih terperinci

Sistem konektivitas pelabuhan perikanan untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan ikan

Sistem konektivitas pelabuhan perikanan untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan ikan Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Sistem konektivitas pelabuhan perikanan untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan ikan Iin Solihin 1, Sugeng Hari Wisudo 1, Joko Susanto 2 1 Departemen

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan kategori bisnis berskala kecil menengah yang dipercaya mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia,

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan pembangunan industri perikanan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Disampaikan dalam Acara: Musrenbang RKPD Provinsi Kepulauan Riau 2015 Tanjung

Lebih terperinci

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1867, 2016 KEMENHUB. Pelabuhan Laut. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 146 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki pulau terbanyak di dunia. Dengan banyaknya pulau di Indonesia, maka banyak pula masyarakat yang memiliki mata pencaharian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun Pada tahun anggaran 2012, Badan Litbang Perhubungan telah menyelesaikan 368 studi yang terdiri dari 103 studi besar, 20 studi sedang dan 243 studi kecil. Perkembangan jumlah studi dari tahun 2008 sampai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN, SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

UMKM & Prospek Ekonomi 2006 UMKM & Prospek Ekonomi 2006 Oleh : B.S. Kusmuljono Ketua Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI) Komisaris BRI Disampaikan pada : Dialog Ekonomi 2005 & Prospek Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

Kebijakan Percepatan Pembangun Industri Perikanan Nasional

Kebijakan Percepatan Pembangun Industri Perikanan Nasional Policy Brief TR 2016 02 Kebijakan Percepatan Pembangun Industri Perikanan Nasional Nazla Mariza, M.A.; Bambang Wicaksono, M.Si.; Joanna Octavia, M.Sc. Ringkasan Industri perikanan nasional Indonesia telah

Lebih terperinci

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan, CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP 2013 A. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan September 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36 persen).

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN 2013, No.44 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN

Lebih terperinci

Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018

Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018 REPUBLIK INDONESIA Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018 Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi 17 Januari 2017 1 OUTLINE (1) Ruang Lingkup Kementerian Desa,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan

I PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya pengertian agribisnis adalah merupakan usaha komersial (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan langsung dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI DKI JAKARTA 2014

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI DKI JAKARTA 2014 OUTLINE ANALISIS PROVINSI 1. Perkembangan Indikator Utama 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Pengurangan Pengangguran 1.3 Pengurangan Kemiskinan 2. Kinerja Pembangunan Kota/ Kabupaten 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 2014

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 2014 OUTLINE ANALISIS PROVINSI 1. Perkembangan Indikator Utama 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Pengurangan Pengangguran 1.3 Pengurangan Kemiskinan 2. Kinerja Pembangunan Kota/ Kabupaten 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar dan satu-satunya yang dua per tiga atau 63 persen wilayah tutorialnya berupa parairan. Indonesia juga memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan (long

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. pelabuhan pelabuhan hub disertai feeder dari Sumatera hingga ke Papua dengan

1 BAB I PENDAHULUAN. pelabuhan pelabuhan hub disertai feeder dari Sumatera hingga ke Papua dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan luas wilayah perairan 6.315.222 km 2, panjang garis pantai 99.093 km 2, serta 13.466 pulau yang bernama dan berkoordinat

Lebih terperinci

Dr. Prasetijono Widjojo MJ, MA Deputi Bidang Ekonomi Bappenas. Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013

Dr. Prasetijono Widjojo MJ, MA Deputi Bidang Ekonomi Bappenas. Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 Dr. Prasetijono Widjojo MJ, MA Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 SISTEMATIKA 1. Arah Kebijakan Prioritas Nasional 2. Isu-isu Penting dalam Prioritas

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA KELOMPOK I KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA TOPIK : PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO DAN KIMIA MELALUI PENDEKATAN KLASTER KELOMPOK INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN, KIMIA HULU DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung sumber daya ikan yang sangat banyak dari segi keanekaragaman jenisnya dan sangat tinggi dari

Lebih terperinci

SNAPSHOT PERBANKAN SYARIAH INDONESIA

SNAPSHOT PERBANKAN SYARIAH INDONESIA SNAPSHOT PERBANKAN SYARIAH INDONESIA Posisi 30 September 2017 Kondisi Perbankan Syariah Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif dengan tingginya pertumbuhan Aset, Pembiayaan yang Disalurkan (PYD),

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN Jakarta, 26 Januari 2017 Penyediaan pasokan air melalui irigasi dan waduk, pembangunan embung atau kantong air. Target 2017, sebesar 30 ribu embung Fokus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) semakin mendapatkan perhatian terutama dari pelaku agribisnis. Perhatian ini didasari karena sektor UMKM mampu bertahan

Lebih terperinci

SINKRONISASI PERCEPATAN PENCAPAIAN AKSES 100% AIR MINUM

SINKRONISASI PERCEPATAN PENCAPAIAN AKSES 100% AIR MINUM Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia SINKRONISASI PERCEPATAN PENCAPAIAN AKSES 100% AIR MINUM Asisten Deputi Infrastruktur Sumber Daya Air Desember 2017 TARGET DAN KONDISI EKSISTING

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lumpuhnya sektor-sektor perekonomian dunia, sehingga dunia dihadapkan bukan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lumpuhnya sektor-sektor perekonomian dunia, sehingga dunia dihadapkan bukan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi global lebih dari 12 tahun yang lalu telah mengakibatkan lumpuhnya sektor-sektor perekonomian dunia, sehingga dunia dihadapkan bukan hanya dengan upaya

Lebih terperinci

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi Boks 2 REALISASI INVESTASI DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU I. GAMBARAN UMUM Investasi merupakan salah satu pilar pokok dalam mencapai pertumbuhan ekonomi, karena mampu memberikan multiplier effect

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2014

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2014 OUTLINE ANALISIS PROVINSI 1. Perkembangan Indikator Utama 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Pengurangan Pengangguran 1.3 Pengurangan Kemiskinan 2. Kinerja Pembangunan Kota/ Kabupaten 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Lebih terperinci

JAKARTA INVESTOR DAILY (18/11/2014) : Pemerintah dalam lima t

JAKARTA INVESTOR DAILY (18/11/2014) : Pemerintah dalam lima t JAKARTA INVESTOR DAILY (18/11/2014) : Pemerintah dalam lima t ahun mendatang (2015-2019) mencanangkan pembangunan jalan tol sepanjang 1.000 km, jalan baru 2.650 km, dan pemeliharaan jalan 46.770 km. Pembangunan

Lebih terperinci

PENGERTIAN EKONOMI POLITIK

PENGERTIAN EKONOMI POLITIK PENGERTIAN EKONOMI POLITIK CAPORASO DAN LEVINE, 1992 :31 INTERELASI DIANTARA ASPEK, PROSES DAN INSTITUSI POLITIK DENGAN KEGIATAN EKONOMI (PRODUKSI, INVESTASI, PENCIPTAAN HARGA, PERDAGANGAN, KONSUMSI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah kebutuhan akan modal usaha dan investasi sebagai penunjang bisnis

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah kebutuhan akan modal usaha dan investasi sebagai penunjang bisnis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan zaman pada saat sekarang ini diikuti pula dengan kemajuan di berbagai bidang, termasuk pula pada bidang ekonomi, bisnis dan kemasyarakatan. Semakin banyak kebutuhan

Lebih terperinci

Paparan Walikota Bengkulu

Paparan Walikota Bengkulu Paparan Walikota Bengkulu Optimalisasi Kemaritiman Nasinal dalam Rangka Mendorong Pembangunan Infrastruktur Kota dan Kota Pantai PEMERINTAH KOTA BENGKULU BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH JL. Wr. Supratman

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terluas di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terluas di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km. Total

Lebih terperinci

VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN

VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN Voluntary National Review (VNR) untuk Tujuan 14 menyajikan indikator mengenai rencana tata ruang laut nasional, manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) melindungi segenap bangsa

Lebih terperinci

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha) Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha) Kawasan Hutan Total No Penutupan Lahan Hutan Tetap APL HPK Jumlah KSA-KPA HL HPT HP Jumlah Jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan Pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV)

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Laporan Publik Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV) PENGEMBANGAN USAHA DAN DAYA SAING PENYEDIA JASA LOGISTIK NASIONAL Jakarta, 15 Juni 2017

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN Kementerian Pertanian Seminar Nasional Agribisnis, Universitas Galuh Ciamis, 1 April 2017 Pendahuluan Isi Paparan Kinerja dan permasalahan Posisi

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri Hubungi Kami (021) 3193 0108 (021) 3193 0109 (021) 3193 0070 (021) 3193 0102 marketing@cdmione.com www.cdmione.com A ngkutan barang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan suatu

Lebih terperinci

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pilar perekonomian yang sangat berpotensi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 13/02/12/Th. XX, 06 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,312 Pada ember

Lebih terperinci

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report KATA PENGANTAR Dengan mengucap rasa syukur Alhamdulillah Laporan Akhir () kegiatan Pekerjaan Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Kondisi Geografis Negara Indonesia Penulis menyajikan gambaran umum yang meliputi kondisi Geografis, kondisi ekonomi di 33 provinsi Indonesia. Sumber : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian adalah perusahaan perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia yang termasuk ke dalam sub sektor Transportation. Penentuan

Lebih terperinci

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model Boks 1 Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model I. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Riau selama beberapa kurun waktu terakhir telah mengalami transformasi.

Lebih terperinci

KREDIT USAHA RAKYAT. Disampaikan dalam Pembukaan Pembekalan PPB MU KP Tahun 2017 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI

KREDIT USAHA RAKYAT. Disampaikan dalam Pembukaan Pembekalan PPB MU KP Tahun 2017 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI KREDIT USAHA RAKYAT Disampaikan dalam Pembukaan Pembekalan PPB MU KP Tahun 2017 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI Jakarta, 6 Februari 2017 I. Evaluasi Pelaksanaan KUR 2016 A. KINERJA PENYALURAN

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN M PROGRAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LITBANG IPTEK (PROLIPTEK) TAHUN 2012 (KORIDOR-I)

LAPORAN KEMAJUAN M PROGRAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LITBANG IPTEK (PROLIPTEK) TAHUN 2012 (KORIDOR-I) LAPORAN KEMAJUAN M PROGRAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LITBANG IPTEK (PROLIPTEK) TAHUN 2012 (KORIDOR-I) PEMBERDAYAAN JASA MARITIM BERBASIS PERKAPALAN DI SELAT MALAKA KOORDINATOR PENELITI : KOLONEL INF JEFRI

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22

Lebih terperinci

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA TUGAS AKHIR Oleh: FARIDAWATI LATIF L2D 001 418 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki program pembangunan yang mendukung infrastruktur nasional melalui Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) untuk jangka waktu 2011-2025

Lebih terperinci

Industri Keuangan Non Bank

Industri Keuangan Non Bank 1 Industri Keuangan Non Bank Perusahaan Pembiayaan: Badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang dan/atau jasa; Asuransi Jiwa: Usaha yang menyelenggarakan jasa penanggulangan risiko

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT I. Perumusan Masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang optimal membutuhkan sebuah pemahaman yang luas dimana pengelolaan SDA harus memperhatikan aspek

Lebih terperinci

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara. LAMPIRAN I ZONA DAN KOEFISIEN MASING-MASING ZONA Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 Koefisien = 5 Koefisien = 4 Koefisien = 3 Koefisien = 2 Koefisien = 1 Koefisien = 0,5 DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan, kelestarian ekosistem, serta persatuan dan kesatuan. Sedangkan

Lebih terperinci

*Presiden Jokowi Resmikan 14,5 Km Tol di Lampung, Penyelesaian Tol Trans Sumatera Terus Bergerak*

*Presiden Jokowi Resmikan 14,5 Km Tol di Lampung, Penyelesaian Tol Trans Sumatera Terus Bergerak* *Rilis PUPR #1* *21 Januari 2018* *SP.BIRKOM/I/2018/031* *Presiden Jokowi Resmikan 14,5 Km Tol di Lampung, Penyelesaian Tol Trans Sumatera Terus Bergerak* Lampung--Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

KAJIAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT NASIONAL UNTUK MUATAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG KONEKTIVITAS NASIONAL

KAJIAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT NASIONAL UNTUK MUATAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG KONEKTIVITAS NASIONAL KAJIAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT NASIONAL UNTUK MUATAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG KONEKTIVITAS NASIONAL Andi Sitti Chairunnisa Mappangara 1, Misliah Idrus 2, Syamsul Asri 3 Staff Pengajar Fakultas Teknik

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu sektor usaha yang paling banyak diminati oleh para pelaku usaha dan cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM dalam

Lebih terperinci

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015 JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN NO PROVINSI LAKI-LAKI PEREMPUAN Total 1 ACEH 197 435 632 2 SUMATERA UTARA 1,257 8,378 9,635 3 SUMATERA BARAT 116 476 592

Lebih terperinci

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia - 54 - BAB 3: KORIDOR EKONOMI INDONESIA A. Postur Koridor Ekonomi Indonesia Pembangunan koridor ekonomi di Indonesia dilakukan berdasarkan potensi dan keunggulan masing-masing wilayah yang tersebar di

Lebih terperinci

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Perkembangan Terkini, Tantangan, dan Prospek Ekonomi Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Disampaikan pada MUSRENBANG RKPD 2017 KOTA BALIKPAPAN OUTLINE 2 Perekonomian Nasional Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.11/02/34/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,05 PERSEN LEBIH TINGGI DIBANDING TAHUN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN NOVEMBER 2016 TURUN -0,90 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN NOVEMBER 2016 TURUN -0,90 PERSEN No. 64 / 12 / 94 / Th. IX, 01 Desember 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN NOVEMBER 2016 TURUN -0,90 PERSEN Pada Bulan November 2016, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Papua

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian

1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian I. PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian lndonesia memegang peran yang cukup penting, mengingat potensi sumberdaya ikan tuna di perairan lndonesia

Lebih terperinci

KEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015

KEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015 KEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015 1. RELAKSASI KETENTUAN PERSYARATAN KEGIATAN USAHA PENITIPAN

Lebih terperinci

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN 2.1 VISI DAN MISI PRESIDEN Presiden Joko Widodo menetapkan Visi dan Misi pembangunan Tahun 2015-2019 yang secara politik menjadi bagian dari tujuan tercapainya

Lebih terperinci

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN 185 VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN Ketersediaan produk perikanan secara berkelanjutan sangat diperlukan dalam usaha mendukung ketahanan pangan. Ketersediaan yang dimaksud adalah kondisi tersedianya

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 50/08/Th.XII, 10 Agustus 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2009 Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Pada bab IV ini Penulis akan menyajikan Gambaran Umum Obyek/Subyek yang meliputi kondisi Geografis, kondisi ekonomi, kondisi ketenagakerjaan, kondisi penanaman modal

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan

BAB V PENUTUP. rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Implementasi asas Cabotage merupakan sebuah prinsip yang lahir dari rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan udaranya. Dalam konteks

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH APRIL 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH APRIL 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 50/05/Th. XVIII, 15 Mei 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH APRIL 2015 APRIL 2015 RUPIAH TERAPRESIASI 0,23 PERSEN TERHADAP DOLAR AMERIKA Rupiah mencatat apresiasi 0,23

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan merupakan lembaga yang bergerak pada jasa keuangan. Lembaga ini selain mengumpulkan uang masyarakat, juga memberikan kredit kepada masyarakat baik untuk kepentingan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL INSTRUKSI KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1/Ins/II/2013 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROGRAM STRATEGIS BADAN PERTANAHAN NASIONAL TAHUN 2013 KEPALA BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desentralisasi fiskal sudah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2001. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci