BPTP SULAWESI SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BPTP SULAWESI SELATAN"

Transkripsi

1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan merupakan salah satu unit organisasi Eselon III Kementerian Pertanian Republik Indonesia yang dibentuk dengan tujuan untuk mempercepat penyediaan inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi yang dapat menunjang pembangunan pertanian dan untuk memenuhi kebutuhan IPTEK regional. Keberadaan BPTP Sulawesi Selatan sampai saat ini masih sangat diperlukan untuk melayani kebutuhan teknologi khususnya di daerah, agar penyediaan informasi dan kebutuhan teknologi spesifik lokasi tetap terjamin. Untuk itu BPTP Sulawesi Selatan sebagai salah satu instansi pemerintah dan unsur penyelenggara pemerintahan negara memiliki kewajiban untuk menyampaikan akuntabilitas kinerjanya secara internal. Dasar hukum yang melatarbelakangi penyusunan Laporan Kinerja yakni : 1. UU No 1/2004 Tentang Perbendaharaan Negara, pasal 55 ayat 5 2. Peraturan Pemerintah No 8/2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, pasal 20 ayat 3 3. Perpres No 29/2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 4. Permen PAN&RB No 53/2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan 1

2 Kinerja Instansi Pemerintah (menggantikan Permen PAN&RB No 29/2010) 5. Permen PAN&RB No 12/2015 Tentang Pedoman Evaluasi Atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 6. Permentan No 135/2013 Tentang Pedoman Sistem Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pertanian Penyampaian Laporan Kinerja BPTP Sulawesi Selatan Tahun 2015 ini dimaksudkan sebagai perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pencapaian sasaran strategis BPTP yang diukur berdasarkan Indikator Kinerja Utama (IKU) dalam RENSTRA , khususnya penetapan kinerja Tahun Di samping itu penyusunan Laporan Kinerja ini juga ditujukan sebagai umpan balik untuk memperbaiki kinerja BPTP Sulawesi Selatan di masa yang akan datang. Di era globalisasi ini batas geografis dimensi ruang dan waktu bukanlah merupakan hambatan bagi kemungkinan persaingan yang timbul sehingga harus mempersiapkan diri untuk membina khususnya organisasi yang dimiliki guna mencapai tujuan sesuai visi dan misi, terutama dalam pembinaan sumber daya manusia dan penentuan prioritas-prioritas penelitian yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat. Peranan pimpinan dan seluruh staf untuk mengadakan perubahan sikap dan perilaku, sehingga kesadaran untuk mempelajari kembali sekaligus untuk belajar memahami fenomena yang terjadi maupun perubahan tuntutan lingkungan baik dari sisi perubahan aspirasi stakeholder maupun perekonomian. Untuk mengantisipasi perubahan dan dinamika lingkungan strategis, BPTP Sulawesi Selatan telah menyusun rencana strategis 2

3 (Renstra) yang dapat mengarahkan fokus program, pelaksanaan kegiatan pengkajian, dan diseminasi teknologi spesifik lokasi secara efektif dan efisien. Selanjutnya, program strategis diarahkan untuk dapat memanfaatkan potensi sumberdaya spesifik wilayah berbasis inovasi dengan produk pertanian berkualitas dan bernilai tambah mempunyai dampak pada peningkatan kesejahteraan petani dan pemangku kepentingan. Pencapaian rencana strategis dan program strategis BPTP Sulawesi Selatan tertuang dalam perencanaan kinerja dan pengukuran kinerja. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 16/Permentan/OT.140/3/2006, tanggal 1 Maret 2006, BPTP Sulawesi Selatan mempunyai tugas pokok, yaitu : melaksanakan kegiatan pengkajian, perakitan, dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi di wilayah kerja Sulawesi Selatan. Dalam melaksanakan tugas pokok BPTP Sulawesi Selatan mempunyai fungsi : 1. Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian spesifik lokasi. 2. Pelaksanaan penelitian, pengkajian, pengujian, dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. 3. Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluhan. 3

4 4. Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebar luasan dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan, dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. 5. Pembinaan pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi Pertanian tepat guna spesifik lokasi. 6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai. Guna mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, berdasarkan struktur organisasi BPTP Sulawesi Selatan Tahun 2015 didukung dengan jumlah pegawai sebanyak 209 orang, terdiri atas 39 orang peneliti, 22 orang penyuluh, 17 orang litkayasa, dan 131 orang tenaga administrasi. Untuk lebih jelasnya mengenai komposisi pegawai BPTP Sulawesi Selatan dapat dilihat pada tabel-tabel berikut : Tabel 1. SDM BPTP Sulawesi Selatan Berdasarkan Jabatan Fungsional No. Uraian Jumlah (Orang) Peneliti (Fungsional Khusus) 39 Penyuluh (Fungsional Khusus) 22 Teknisi Litkayasa (Fungsional Khusus) 17 Fungsional Umum 131 Jumlah 209 Tabel 2. SDM BPTP Sulawesi Selatan Berdasarkan Golongan No. Uraian Jumlah (Orang) Golongan IV 24 Golongan III 105 Golongan II 64 Golongan I 16 Jumlah 209 4

5 Tabel 3. SDM BPTP Sulawesi Selatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Uraian Jumlah (Orang) S3 S2 S1 D4 D3 D2 D1 SLTA SLTP SD Jumlah 209 Tabel 4. Keadaan Pegawai Sesuai Golongan Lingkup BPTP Sulawesi Selatan No. Uraian Golongan Jumlah IV III II I BPTP Sulawesi Selatan KP. Gowa KP. Jeneponto KP. Bone-Bone KP. Luwu Lab. Tanah Maros BPTP Kendari Jumlah

6 Selain dukungan sumberdaya manusia yang begitu besar BPTP Sulawesi Selatan juga memiliki sejumlah sarana dan prasarana yang mampu menunjang pelaksanaan kinerja balai yakni : a. Kebun Percobaan (KP) Bone-Bone Kebun Percobaan ini terletak di Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara, memiliki aset lahan seluas 100 ha. Kebun ini diarahkan menjadi fasilitas yang dapat mendukung pelaksanaan pengkajian dan diseminasi hasil pengkajian kakao, kelapa, dan kelapa sawit. b. Kebun Percobaan (KP) Mariri Kebun Percobaan ini terletak di Kabupaten Luwu Utara, memiliki aset lahan seluas 33,67 ha. Kebun ini diarahkan menjadi sarana pengkajian dan diseminasi untuk pengembangan padi sawah dan palawija. c. Kebun Percobaan (KP) Jeneponto Kebun Percobaan ini terletak di Kabupaten Jeneponto, memiliki aset lahan seluas 27 ha. Kebun ini diarahkan menjadi sarana pengkajian dan diseminasi tanaman jagung, buah-buahan tropis dan tanaman hias, serta sebagai tempat koleksi tanaman hias dan buah-buahan. d. Kebun Percobaan (KP) Gowa Kebun Percobaan ini terletak di Kabupaten Gowa, memiliki asset lahan seluas 96,17 ha. Kebun ini diarahkan menjadi sarana pengkajian dan diseminasi untuk pengembangan peternakan (sapi dan kambing), penelitian pengembangan pakan hijauan ternak, dan perbaikan potensi ternak. 6

7 e. Laboratorium Tanah Maros Laboratorium Tanah terletak di Kabupaten Maros. Laboratorium ini telah terakreditasi sejak tahun 2006 oleh komite Akreditasi Nasional (KAN) sebagai laboratorium uji pupuk dan uji tanah. Laboratorium ini menjadi satu-satunya lembaga di Indonesia Timur yang ditunjuk oleh Kementerian Pertanian untuk melakukan uji mutu pupuk. Selain itu juga dapat melakukan pengujian terhadap air, jaringan/tanaman, pakan ternak, dan lain sebagainya. 7

8 Tahun 2015 merupakan tahun pertama dari Rencana Strategis (Renstra) BPTP Sulawesi Selatan tahun yang merupakan gambaran atau visionable dari kinerja dan rencana kinerja BPTP Sulawesi Selatan yang lingkupnya dalam kurun waktu 5 tahunan, sehingga Rencana Strategis (Renstra) tersebut sebagai proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai dalam Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran yang telah ditetapkan organisasi Visi dan Misi Visi adalah suatu gambaran tentang keadaan masa depan yang berisikan cita-cita dan citra yang ingin diwujudkan organisasi BPTP Sulawesi Selatan. Visi BPTP Sulawesi Selatan sebagai unit pelaksana teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, yaitu : Menjadi Lembaga Penyedia dan Pengembang Inovasi Pertanian Tepat Guna Terkemuka dan Terbaik. Dalam mewujudkan penjabaran visi tersebut maka ditetapkan misi BPTP Sulawesi Selatan, sebagai berikut : 1. Menghasilkan inovasi pertanian tepat guna spesifik lokasi yang sesuai dengan ketersediaan sumberdaya; 8

9 2. Menyediakan, mendiseminasikan dan mempromosikan inovasi tepat guna melalui sistem teknologi informatika untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing yang berwawasan agribisnis dan ramah lingkungan; 3. Meningkatkan pendapatan keluarga tani melalui penerapan inovasi pertanian tepat guna; 4. Memberdayakan petani dalam mengelola usahataninya melalui kemitraan dengan pemangku kepentingan (instansi terkait, swasta. LSM); 5. Menumbuhkembangkan peran aktif kelembagaan agribisnis untuk memantapkan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat tani; 6. Memberikan masukan untuk penyusunan kebijakan pembangunan pertanian di daerah dan nasional; 7. Mengembangkan SDM peneliti, penyuluh, teknisi dan staf pendukung yang profesional dan mandiri Tujuan dan Sasaran Tujuan : Tujuan Strategis merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan visi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 sampai 5 tahun. Berdasarkan tugas pokok BPTP Sulawesi Selatan yakni melaksanakan kegiatan pengkajian, perakitan, dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, maka tujuan BPTP Sulawesi Selatan adalah : 9

10 1. Merakit/merekayasa, menyediakan, dan menyebarluaskan inovasi pertanian spesifik lokasi sesuai kebutuhan petani dan pengguna lainnya di Sulawesi Selatan. 2. Meningkatkan jejaring kerjasama kemitraan, pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi. 3. Meningkatkan kapasitas dan profesionalisme SDM, ketersediaan sarana dan prasarana litkaji, serta meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas lembaga. Sasaran : Sasaran adalah hasil yang akan dicapai dalam waktu yang lebih pendek daripada tujuan. Sasaran yang ingin dicapai oleh BPTP Sulawesi Selatan, baik yang dijabarkan dalam sasaran tahunan maupun sasaran akhir renstra adalah : 1. Tersedianya inovasi pertanian spesifik lokasi, regional, dan nasional. 2. Meningkatnya percepatan diseminasi inovasi pertanian dan berkembangnya diseminasi partisipatif. 3. Meningkatnya jejaring kerjasama dengan lembaga penelitian/pengkajian, pemerintah daerah, perguruan tinggi, swasta, nasional dan internasional. 4. Meningkatnya kebijakan pembangunan pertanian spesifik lokasi. 5. Meningkatnya managemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian. 10

11 Arah Kebijakan Pengkajian dan Diseminasi Teknologi Inovasi Spesifik Lokasi Arah kebijakan pengkajian dan diseminasi teknologi inovasi spesifik lokasi harus mengacu pada arah kebijakan pembangunan pertanian nasional (RPJMN) dan arah kebijakan pembangunan pertanian yang tertuang dalam SIPP , serta arah kebijakan Litbang Pertanian. Berdasarkan kebijakan Litbang Pertanian untuk pengembangan nilai tambah kegiatan pertanian melalui penerapan konsep pertanian bio-industri, maka arah kebijakan pengkajian dan diseminasi teknologi dan inovasi pertanian spesifik lokasi adalah mengembangkan sistem pengkajian dan diseminasi mendukung pertanian bioindustri berbasis sumberdaya lokal, sesuai dengan Program Badan Litbang Pertanian : Penciptaan teknologi dan inovasi pertanian bio-industri berkelanjutan. Secara rinci arah kebijakan pengembangan pengkajian dan diseminasi teknologi inovasi pertanian spesifik lokasi kedepan adalah : 1. Mengembangkan kegiatan pengkajian dan diseminasi mendukung peningkatan produksi hasil pertanian wilayah, sebagai upaya percepatan penerapan swasembada pangan nasional; 2. Mendorong pengembangan dan penerapan advance technology untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumberdaya lokal spesifik lokasi, yang jumlahnya semakin terbatas; 3. Mendorong terciptanya suasana keilmuan dan kehidupan ilmiah yang kondusif sehingga memungkinkan optimalisasi sumberdaya manusia dalam pengembangan kapasitasnya dalam melakukan pengkajian dan diseminasi teknologi inovasi pertanian spesifik lokasi; 11

12 4. Mendukung terciptanya kerjasama dan sinergi yang saling menguatkan antara UK/UPT lingkup Balitbangtan dengan berbagai lembaga terkait, terutama dengan stakeholder di daerah. Adapun sasaran pengembangan pengkajian dan diseminasi teknologi inovasi pertanian spesifik lokasi yang akan dicapai pada periode adalah sebagai berikut : 1. Tersedianya inovasi pertanian spesifik lokasi mendukung pertanian bioindustri berkelanjutan; 2. Terdiseminasinya inovasi pertanian spesifik lokasi, serta terhimpunnya umpan balik dari implementasi program dan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi; 3. Tersedianya model-model pengembangan inovasi pertanian bioindustri spesifik lokasi; 4. Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung percepatan pembangunan pertanian wilayah berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi; 5. Terbangunnya sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi. Dalam rangka peningkatan dukungan inovasi dan teknologi sesuai yang tertuang dalam Renstra Kementerian Pertanian , maka upaya yang harus dilakukan meliputi: 1. Meningkatkan kapasitas dan fasilitas peneliti di bidang pertanian; 2. Meningkatkan penelitian yang memanfaatkan teknologi terkini dalam rangka mencari terobosan peningkatan produktivitas benih/bibit/tanaman/ternak; 12

13 3. Memperluas cakupan penelitian mulai dari input produksi, efektivitas lahan, teknik budidaya, teknik pascapanen, teknik pengolahan hingga teknik pengemasan dan pemasaran; 4. Meningkatkan diseminasi teknologi kepada petani secara luas; 5. Membina petani maju sebagai patron dalam pengembangan dan penerapan teknologi baru di tingkat lapangan Strategi Uraian pada bagian ini mengemukakan berbagai strategi yang dikembangkan dalam mencapai sasaran strategis yang telah ditetapkan. Prinsip dasar dan strategi ini adalah untuk terjadinya percepatan dalam pencapaian sasaran strategis, atau strategi ini menggambarkan upaya unusual yang perlu dikembangkan dalam pencapaian sasaran strategis. Sasaran 1 : Tersedianya inovasi pertanian unggul spesifik lokasi Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui penyempurnaan sistem dan perbaikan fokus kegiatan pengkajian yang didasarkan pada kebutuhan pengguna (petani dan pelaku usaha agribisnis lainnya) dan potensi sumberdaya wilayah. Penyempurnaan sistem pengkajian mencakup metode pelaksanaan pengkajian serta monitoring dan evaluasi. Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan yaitu : Pengkajian inovasi pertanian spesifik lokasi. Sasaran 2 : Terdiseminasinya inovasi pertanian spesifik lokasi yang unggul serta terhimpunnya umpan balik dari implementasi program dan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan kuantitas dan atau kualitas informasi, media dan lembaga 13

14 diseminasi inovasi pertanian. Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan yaitu : Penyediaan dan penyebarluasan inovasi pertanian. Sasaran 3 : Tersedianya model-model pengembangan inovasi pertanian bioindustri spesifik lokasi Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan efektivitas kegiatan tematik di BPTP Sulawesi Selatan yang disinergikan dengan UK/UPT lingkup Balitbangtan, terutama dalam menerapkan hasil-hasil litbang pertanian dalam super impose model pertanian bio-industri berbasis sumberdaya lokal. Sasaran 4 : Rumusan rekomendasi kebijakan mendukung percepatan pembangunan pertanian wilayah berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan kajian-kajian tematik terhadap berbagai isu dan permasalahan pembangunan pertanian baik bersifat responsif terhadap dinamika kebijakan dan lingkungan strategis maupun antisipatif terhadap pandangan futuristik kondisi pertanian pada masa mendatang. Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan yaitu: analisis kebijakan mendukung empat sukses Kementerian Pertanian. Sasaran 5 : Terbangunnya sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan efektivitas manajemen institusi. Strategi ini diwujudkan ke dalam delapan sub kegiatan yaitu: 14

15 1. Penguatan kegiatan pendampingan model diseminasi dan program strategis kementan serta program strategis Badan Litbang Pertanian; 2. Penguatan manajemen mencakup perencanaan dan evaluasi kegiatan serta administrasi institusi; 3. Pengembangan kompetensi SDM; 4. Penguatan kapasitas kelembagaan melalui penerapan ISO 9001:2008; 5. Peningkatan pengelolaan laboratorium; 6. Peningkatan pengelolaan kebun percobaan; 7. Peningkatan kapasitas instalasi UPBS; 8. Jumlah publikasi nasional dan internasional; 9. Peningkatan pengelolaan data base dan website. Untuk mengukur kinerja kegiatan lingkup BPTP Sulawesi Selatan, maka dilakukan penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) BPTP Sulawesi Selatan untuk dapat menilai pencapaian sasaran utama. IKU dan keterkaitan antara sasaran dan indikator kinerja secara eksplisit dapat dilihat pada Tabel 5 berikut : 15

16 Tabel 5. Indikator Kinerja Utama No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama 1. Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi 2. Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian daerah 3. Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi 4. Terlaksananya kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional 5. Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan 6. Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri 7. Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi Jumlah teknologi spesifik lokasi Jumlah rekomendasi kebijakan Jumlah teknologi yang terdiseminasi ke pengguna Jumlah laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan Jumlah Produksi Benih Sumber Jumlah Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian Sesuai dengan anggaran yang telah dialokasikan dalam Rencana Kinerja Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKA-KL) pada tahun 2015, BPTP Sulawesi Selatan telah mengimplementasikan Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan melalui penetapan target kinerja tahunan yang tertuang 16

17 dalam Perjanjian Kinerja Tahun Penetapan rencana kinerja tahun 2015 BPTP Sulawesi Selatan berupa sasaran strategis dan indikator kinerja dijabarkan secara rinci pada Tabel 6. Tabel 6. Rencana Kinerja Tahunan BPTP Sulawesi Selatan No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 1. Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi 2. Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian daerah 3. Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi 4. Terlaksananya kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional 5. Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan 6. Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri 7. Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi Jumlah teknologi spesifik lokasi Jumlah rekomendasi kebijakan Jumlah teknologi yang terdiseminasi ke pengguna Jumlah laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan Jumlah Produksi Benih Sumber Jumlah Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian 18 Teknologi 1 Rekomendasi Kebijakan 23 Teknologi 9 Laporan 255,8 Ton 3 Model 12 Bulan 17

18 Berdasarkan RKA-KL dan POK (Petunjuk Operasional Kinerja) BPTP Sulawesi Selatan Tahun 2015, Indikator Kinerja kegiatan tersebut ditetapkan oleh Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan melalui Penetapan Kinerja Tahunan pada tahun 2015 (Lampiran PK 2015). Tabel 7. Penetapan Kinerja Tahunan BPTP Sulawesi Selatan No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 1. Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi 2. Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian daerah 3. Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi 4. Terlaksananya kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional 5. Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan 6. Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri 7. Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi Jumlah teknologi spesifik lokasi Jumlah rekomendasi kebijakan Jumlah teknologi yang terdiseminasi ke pengguna Jumlah laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan Jumlah Produksi Benih Sumber Jumlah Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian 18 Teknologi 1 Rekomendasi Kebijakan 23 Teknologi 9 Laporan 255,8 Ton 3 Model 12 Bulan 18

19 Dalam tahun anggaran 2015, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan telah menetapkan 7 (tujuh) sasaran strategis yang akan dicapai. Ketujuh sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan 7 (tujuh) indikator kinerja. Ketujuh sasaran tersebut dicapai hanya melalui satu program, yaitu: Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan. Realisasi sampai akhir tahun 2015 menunjukkan bahwa enam sasaran strategis tersebut dapat dicapai dengan hasil baik, sementara satu sasaran strategis tidak dapat tercapai dengan baik. Pengukuran tingkat capaian kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sasaran tersebut dapat diilustrasikan dalam tabel 7 berikut : 19

20 Tabel 8. Pengukuran Kinerja Tahun 2015 BPTP Sulawesi Selatan No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Capaian 1. Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi Jumlah teknologi spesifik lokasi 18 Teknologi 19 Teknologi 2. Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian daerah Jumlah rekomendasi kebijakan 1 Rekomendasi Kebijakan 1 Rekomendasi Kebijakan 3. Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi 4. Terlaksananya kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional 5. Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan 6. Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri 7. Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi Jumlah teknologi yang terdiseminasi ke pengguna Jumlah laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan Jumlah Produksi Benih Sumber Jumlah Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian 23 Teknologi 23 Teknologi 9 Laporan 9 Laporan 255,8 Ton 198,2 Ton 3 Model 3 Model 12 Bulan 12 Bulan Dilihat dari hasil tabel indikator kinerja, kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan tahun 2015 secara umum menunjukkan hasil yang relatif telah mencapai keberhasilan sebagaimana telah ditetapkan pada awal tahun Sasaran yang telah ditargetkan dalam Renstra dapat dicapai dengan sempurna. Rata-rata realisasi pada tahun 2015 mampu mencapai 100%. 20

21 Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2015 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan dapat dijelaskan sebagai berikut : Sasaran 1 : Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja. Adapun pencapaian target dari indikator kinerja dapat digambarkan sebagai berikut: Indikator Kinerja Target Realisasi % Jumlah teknologi spesifik lokasi ,5 Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2015 telah tercapai. Sasaran ini dicapai melalui kegiatan-kegiatan pengkajian teknologi unggulan spesifik lokasi, dengan indikator kinerja sasaran Jumlah teknologi spesifik lokasi. Indikator ini pada tahun 2015 menargetkan 18 teknologi dan terealisasi 19 teknologi (105,5%). Kegiatan-kegiatan kajian tersebut yakni : 1) Kajian Pupuk Hayati dalam Upaya Peningkatan Kualitas Tanah dan Produktivitas Kedelai Pada Lahan Sawah Tadah Hujan di Sulawesi Selatan. 21

22 Output yang diharapkan dari kegiatan ini adalah pupuk hayati yang efektif untuk meningkatkan kualitas lahan dan hasil tanaman kedelai dan paket pemupukan hayati spesifik lokasi untuk tanaman kedelai. Kegiatan kajian ini berlokasi di Kabupaten Pangkep Kecamatan Balocci Kelurahan Balleangin dengan petani kooperator adalah Kelompok Tani Mattirodeceng 2. Beberapa teknologi yang diintroduksikan adalah pengolahan tanah, penggunaan VUB, dan teknologi penggunaan pupuk hayati. Hasil dari kegiatan kajian tersebut menunjukkan bahwa Penggunaan pupuk hayati dapat meningkatkan kualitas tanah yaitu dengan meningkatnya beberapa unsur seperti C-organik, N-total, P, dan K tersedia; Penggunaan pupuk hayati dapat meningkatkan kualitas tanah yaitu dengan meningkatnya beberapa unsur seperti C-organik, N- total, P, dan K tersedia. Hasil tanaman kedelai tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian limbah ulat sutra sebagai pupuk hayati yaitu 1,83 t ha -1 dan hasil terendah diperoleh pada perlakuan penggunaan pupuk anorganik NPK Phonska (kontrol) yaitu 1, 47 t ha

23 2) Kajian Teknologi Penggunaan NPV yang Bersumber dari Ulat Grayak dan Limbah Ulat Sutra dalam Upaya Pengendalian Spodoptera Litura Pada Kedelai. Output yang diharapkan dari kegiatan ini adalah diketahuinya efektivitas penggunaan Sl-NPV dalam pengendalian hama Spodoptera litura pada tanaman kedelai dan didapatkannya 1-2 paket teknologi penggunaan Sl-NPV dalam pengendalian hama Spodoptera litura pada tanaman kedelai. Kegiatan kajian ini berlokasi di Kabupaten Pangkep Kecamatan Balocci Kelurahan Balleangin dengan petani kooperator adalah Kelompok Tani Mattirodeceng 2. Beberapa teknologi yang diintroduksi adalah penggunaan NPV bersumber dari ulat grayak dan ulat sutera untuk mengendalikan Spodoptera litura pada tanaman kedelai, VUB, pengolahan tanah, dan pemupukan. Hasil dari kegiatan kajian tersebut menunjukkan bahwa perlakuan P4 memiliki potensi terbaik dalam mengendalikan hama ulat grayak (S. litura) pada tanaman kedelai; produksi yang diperoleh dari 4 perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata namun berpotensi paling besar dibanding dengan perlakuan lainnya; dan jumlah S. litura dan intensitas serangan terendah ditemukan pada perlakuan P4. Disarankan untuk melanjutkan pengkajian ini dengan menguji berbagai jenis bahan pembawa suspensi SlNPV untuk mengetahui efektifitas selama masa penyimpanan 23

24 3) Kajian Pembuatan Sosis Berbahan Dasar Kedelai dalam Mendukung Program Bioindustri. Output yang diharapkan dari kegiatan kajian ini adalah sosis berbahan dasar kedelai dari beberapa varietas unggul kedelai yang disukai oleh konsumen dan proses pemasakan yang dapat meningkatkan kualitas sosis berbahan dasar kedelai. Manfaat yang diperoleh dengan pelaksanaan kegiatan ini adalah nilai tambah produk meningkat melalui diversifikasi produk pangan berbasis kedelai sehingga mampu meningkatkan pendapatan kelompok wanita tani (KWT) dengan membuka peluang usaha home industri berbasis olahan siap konsumsi. Kajian ini dilaksanakan di Kabupaten Soppeng dengan Kelompok Wanita Tani Pelangi sebagai kooperator. Teknologi yang diintroduksi adalah teknologi pembuatan sosis tempe. Hasil dari kegiatan kajian tersebut menunjukkan bahwa : 1) Kadar air tempe sosis menurut hasil penelitian berkisar antara 35,66%-59,41%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar air yang dihasilkan dengan berbagai perlakuan masih memenuhi syarat SNI ( ) yaitu maksimal 67,0%; 2) Kadar air sosis tempe yang paling tinggi yaitu sosis tempe yang dibuat dari varietas impor dengan perlakuan perebusan sebesar 59,41% dan kadar air terendah yaitu sosis tempe yang dibuat dengan varietas impor dengan perlakuan oven sebesar 35,66%; 3) Kadar abu yang tertinggi pada varietas impor dengan perlakuan oven sebesar 2,00% dan terendah terdapat pada varietas anjosmoro dengan perlakuan kukus sebesar 0,04%. Lemak tertinggi terdapat pada varietas agromulyo dengan perlakuan kukus sebesar 26,87% dan terendah pada varietas impor dengan perlakuan kukus sebesar 12,08%. Lemak tertinggi terdapat pada varietas impor dengan perlakuan kukus sebesar 24

25 9,11% dan terendah pada varietas impor dengan perlakuan oven sebesar 17,64%. Tidak ada interaksi nyata antara varietas dan seluruh proses pengolahan (rebus, kukus dan oven) terhadap kadar air, kadar abu, lemak dan protein; 4) Ada interaksi nyata antara varietas dan proses pengolahan terhadap karakteristik sensori sosis tempe; dan 5) Dari hasil uji sensori diketahui bahwa yang paling digemari adalah sosis tempe varietas Argomulyo dan Burangrang baik yang diproses dengan oven, perebusan maupun pengukusan. 4) Kajian Pemanfaatan Pupuk Organik Cair Untuk Meningkatkan Hasil Tanaman Cabai. Output yang diharapkan dari kegiatan kajian ini adalah dosis kombinasi pemupukan pupuk organik cair (POC) biourine dengan pupuk an organik yang tepat pada tanaman cabai dan paket pemupukan spesifik lokasi dengan menggunakan pupuk organik cair (POC) biourine dengan pupuk an organik untuk tanaman cabai. Kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Maros, adapun teknologi yang diintroduksi adalah teknologi penggunaan pupuk organik cair pada tanaman cabai. Hasil dari kegiatan kajian tersebut menunjukkan bahwa : 1) Interaksi antara kedua perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua variabel pengamatan kecuali pada berat buah 25

26 pertanaman pada tanaman cabai; 2) Hasil tertinggi buah segar tanaman cabai diperoleh pada penggunaan 400 kg Phonska +114,2 kg Urea + 145,75 kg SP ,5 kg KCl ha -1 (50% rekomendasi) dan pemberian biourine 30 ml 1 liter air -1. 5) Pengendalian Hama Penyakit Utama yang Ramah Lingkungan pada Tanaman Cabai. Output yang diharapkan dari kegiatan kajian ini adalah diketahuinya efektivitas pestisida nabati dalam mengendalikan hama dan penyakit utama pada tanaman cabai dan didapatkannya satu paket pestisida nabati yang efektif mengendalikan hama dan penyakit utama pada tanaman cabai. Kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Maros, adapun teknologi yang diintroduksikan adalah varietas unggul. mulsa plastik hitam perak, pemupukan lengkap berimbang, pengendalian hama penyakit menggunakan beberapa variasi biopestisida. Hasil dari kegiatan kajian tersebut menunjukkan bahwa : 1) Serangga hama yang ditemukan menyerang tanaman cabai adalah A. ipsylon, S. litura, Lalat buah, H. armigera, Thrips sp., M. persicae, dan B. tabaci. Kepadatan populasi dari serangga hama ini sangat rendah dan menyebabkan intensitas serangan yang rendah pula. Sedangkan serangan penyakit pada tanaman cabai tidak ditemukan sama sekali; 2) Perlakuan MSTC-1x, MSTC-2x, MST-1x, MST-2x, dan MS-1x 26

27 mempunyai keefektifan yang sama dengan perlakuan Cara petani dalam menekan intensitas serangan hama S. Litura; 3) Efektivitas perlakuan pestisida nabati sama dengan perlakuan cara petani dalam menekan kepadatan populasi dan intensitas serangan hama lalat buah dan H. armigera; 4) Perlakuan-perlakuan MSTC-1x, MSTC-2x, MST-1x, MST- 2x, MS-1x, efektif menekan intensitas serangan hama penghisap daun (Thrips sp., M. persicae, dan B. tabaci); 5) Produksi cabai tertinggi dihasilkan oleh perlakuan MSTC-1x dan MSTC-2x, masing-masing 14,25 dan 14,26 t/ha, dengan nilai keuntungan untuk MSTC-1x Rp (R/C ratio 2,35) dan MSTC-2x Rp (R/C ratio 2,33). Sehubungan dengan rendahnya populasi dan intensitas serangan hama dan penyakit cabai pada penelitian ini sehingga efektivitas pestisida nabati kurang dapat dejelaskan dengan baik. Oleh karena itu sebaiknya penelitian serupa dilakukan pada tingkat populasi dan intensitas serangan normal. 6) Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan pada Pengolahan Cabai Menjadi Tepung. Output yang diharapkan dari kegiatan kajian ini adalah didapatkannya informasi tentang suhu dan lama pengeringan yang tepat dalam pengolahan tepung cabai dan diperolehnya tepung cabai 27

28 berkualitas dan disenangi masyarakat pengguna. Kegiatan kajian ini dilaksanakan Dilakukan di Laboratorium BPTP sementara analisis kimia dilakukan di Balai Industri dan Laboratorium Instalasi Maros. Bahan Baku yang digunakan diperoleh dari daerah sentra pengembangan cabai di Kecamatan Camba, Kabupaten Maros. Teknologi yang diintroduksi dalam kajian ini adalah teknologi pengaruh suhu dan lama pengeringan yang tepat dalam pengolahan tepung cabai yang berkualitas. Hasil dari kegiatan kajian tersebut menunjukkan bahwa Kadar air terbaik kurang dari 10 % diperoleh pada perlakuan A3B3 (Pengeringan dengan suhu 100 C dengan lama pengeringan 16 jam). Kadar Vitamin C, Fe dan rendemen tertinggi diperoleh pada perlakuan A1B1 (Pengeringan dengan suhu 60 C dengan lama pengeringan 12 jam). Hasil Uji Orgonoleptik perlakuan A1B1 (Pengeringan dengan suhu 60 C dengan lama pengeringan 12 jam) merupakan yang disenangi baik dari segi warna, aroma, rasa dan tekstur. 7) Kajian Pemanfaatan Limbah Tanaman dan Agroindustri Jagung sebagai Pakan untuk Pembibitan Sapi Potong Berbasis Zero Waste. Output yang diharapkan dari kegiatan kajian ini adalah tersedianya 1 paket teknologi pembibitan sapi potong berbasis zero waste dan 1 (satu) paket rekomendasi teknologi pengolahan limbah tanaman dan agroindustri jagung sebagai pakan untuk meningkatkan produktivitas sapi bibit. Kegiatan pengkajian dilaksanakan di Desa Matongang-tongang, Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Teknologi yang diintroduksi yakni teknologi fermentasi jerami jagung dengan menggunakan MOL dan penambahan limbah 28

29 jagung berupa tumpi dan tongkol jagung, konsentrat berupa dedak, mineral dan rumput gajah sebagai pakan basal. Tahapan pelaksanaan yaitu limbah tanaman jagung berupa batang, daun dan klobot jagung disilase terlebih dahulu selama 21 hari. Produk agroindustri pengolahan jagung yang digunakan adalah tumpi dan tongkol jagung. Hasil dari kegiatan kajian tersebut menunjukkan bahwa limbah tanaman serta limbah agroindustri jagung berpotensi untuk dijadikan pakan untuk pembibitan sapi potong. Teknologi pengolahan limbah tanaman serta limbah agroindustri jagung sebagai pakan mampu meningkatkan produktivitas sapi bibit. Pemanfaatan limbah tanaman serta agroindustri jagung sebagai pakan sapi bibit mampu memberikan keuntungan untuk petani. 8) Kajian Pemanfaatan Limbah Tanaman Padi untuk Penggemukan Sapi Potong Mendukung Dusun Mandiri Pangan. Output yang diharapkan dari kegiatan kajian ini adalah tersedianya 1 paket teknologi pengolahan limbah pertanian/agro industri dengan menggunakan probiotik (agen hayati) sebagai pakan ternak dan peningkatan produktivitas sapi potong sebesar 20-25% melalui teknologi pengolahan limbah/agroindustri sebagai pakan ternak. Kegiatan pengkajian dilaksanakan di Desa Matongang-tongang, Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Teknologi yang diintroduksi yakni : 1) Fermentasi jerami dengan menggunakan MOL 29

30 yang tersedia di lokasi yang akan dijadikan pakan ternak; 2) Penambahan tepung cangkang udang sebagai sumber protein untuk ternak. Hasil dari kegiatan kajian tersebut menunjukkan bahwa : 1) Fermentasi menggunakan MOL yaitu nasi bekas dapat meningkatkan nilai nutrisi dari jerami yang difermentasi; 2) Pemberian jerami fermentasi MOL ditambah konsentrat yaitu tepung kepala udang mampu meningkatkan pertambahan bobot badan pada usaha penggemukan sapi potong; 3) Ternak yang diberi jerami fermentasi MOL 40% ditambah rumput 60%, dan tepung kepala udang sebagai bahan konsentrat lebih efisien dalam penggunaan pakan; 4) Pemberian jerami fermentasi MOL ditambah tepung kepala udang sebagai bahan konsentrat mampu memberikan keuntungan yang cukup baik pada usaha penggemukan sapi potong 9) Kajian Pemanfaatan Limbah Ternak Menjadi Pupuk Organik dan Sumber Energi dan Aplikasinya pada Tanaman Jagung. Output yang diharapkan dari kegiatan kajian ini adalah tersedianya 1 paket teknologi pengolahan limbah ternak (feces dan urine) dengan menggunakan agen hayati dan diperkaya pestisida nabati/organik sebagai pupuk organik berkualitas untuk tanaman dan tersedianya teknologi pengolahan limbah ternak (feces dan urine) sebagai sumber energi biogas. Kegiatan pengkajian dilaksanakan di Desa Matongang-tongang, Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten 30

31 Pinrang. Adapun teknologi yang diintroduksi yakni : 1) Fermentasi limbah slury dengan menggunakan MOL berupa keong mas, nasi sisa, buah-buahan dan rebung; 2) Penambahan pestisida nabati berupa buah maja; 3) Teknologi aplikasi pupuk slury yang sudah jadi ke tanaman jagung. Hasil dari kegiatan kajian tersebut menunjukkan bahwa : 1) Fermentasi slury menggunakan agen hayati mampu meningkatkan kadar unsure hara makro pada pupuk organik cair; 2) Penggunaan POC yang berasal dari limbah ternak sapi pada tanaman jagung belum dapat memaksimalkan produksi limbah tanaman jagung, namun masih dapat bersaing dengan penggunaan pupuk kimia (pupuk rekomendasi). 10) Pengkajian Potensi beberapa Varietas Bawang Merah dalam Menghasilkan Biji Botani (TSS) di Dataran Tinggi Sulawesi Selatan. Output yang diharapkan dari kegiatan kajian ini adalah satu sampai dua varietas bawang merah yang bisa menghasilkan produksi tinggi dan biji botani (TSS) di atas 1 g/rumpun. Perbanyakan benih bawang merah melalui TSS dapat memberbaiki kualitas umbi, meningkatkan produksi dan penggandaan hasil lebih cepat. Dengan penggunaan TSS dalam usahatani bawang merah menekan biaya produksi, mempercepat penyebaran varietas unggul bawang merah, dan mengatasi ketersediaan benih. Kegiatan dilaksanakan di lahan petani 31

32 pada daerah ketinggian > 900 m dpl di Desa Loka, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto. Teknologi yang diintroduksi yakni : 1) Perlakuan VUB bawang merah untuk menghasilkan biji botani TSS; 2) PHT; 3) Teknologi penanaman tegetes untuk menarik penyerbuk. Hasil dari kegiatan kajian tersebut menunjukkan bahwa Varietas yang menghasilkan biji terbanyak adalah Trisula dan Pancasona masing-masing 4,90 g dan 4,18 g per rumpun, dengan persentase tanaman berbunga masing-masing 93% dan 90%. Sedangkan varietas Maja Cipanas dan Mentes menghasilkan biji masing-masing 1,85 g dan 1,49 g, namun persentase tanaman yang berbunga varietas Maja Cipanas hanya 60% dan varietas Mentes 30%. 11) Pengendalian Hama Spodoptera exigua Menggunakan Pestisida Nabati dan Penerapan Ambang Pengendalian Pada Tanaman Bawang Merah dalam Upaya Mengurangi Penggunaan Pestisida. Output yang diharapkan dari kegiatan kajian ini adalah ditemukannya satu sampai dua jenis pestisida nabati yang efektif mengendalikan hama ulat bawang (Spodoptera exigua).dan satu cara 32

33 aplikasi Insektisida Sintetik berdasarkan Ambang Pengendalian hama ulat bawang (Spodoptera exigua). Kegiatan dilaksanakan di Kebun Percobaan Jeneponto, dengan introduksi teknologi yakni teknologi penggunaan pestisida nabati dan insektisida sintetik berdasarkan ambang kendali untuk mengendalikan hama Spodoptera exigua pada bawang merah. Hasil dari kegiatan kajian tersebut menunjukkan bahwa : 1) Pestisida nabati yang terbuat dari ekstrak Serei wangi dapat digunakan sebagai bahan alternatif untuk mengendalikan hama S. exigua; dan 2) Penggunaan Ekstrak Serei Wangi untuk mengendalikan hama pemakan daun (S. exigua) lebih layak digunakan dalam usahatani bawang merah karena efisiensi dalam penggunaan biaya usahatani yang dikeluarkan dan aman terhadap lingkungan akibat penggunaan pestisida dengan R/C ratio 2,31. 12) Pengkajian Pengolahan Bubuk Bawang Merah di Sulawesi Selatan. Output yang diharapkan dari kegiatan kajian ini adalah Bubuk bawang merah yang tetap baik dari beberapa varietas, cara pengeringan dan bahan pengisi. Diharapkan melalui kegiatan ini dapat memberikan nilai tambah bagi peningkatan pendapatan petani dan masyarakat. 33

34 Kegiatan demonstrasi dilakukan di kelompok wanita tani (KWT) Suplir, Kelurahan Malua, Kecamatan Malua, Kabupaten Enrekang dengan mengintroduksi teknologi pengolahan bubuk bawang merah. Hasil dari kegiatan kajian tersebut menunjukkan bahwa : 1) Ada interaksi nyata antara varietas, jenis pengering dan bahan pengisi terhadap kadar air, kadar abu, lemak, protein, dan karakterisrik organoleptik (warna, aroma, rasa, tekstur dan kegemaran); 2) Untuk memperpanjang masa simpan, bubuk bawang merah memerlukan bahan pengisi yang dapat menurunkan kadar air yaitu tepung tapioca; dan 3) Bubuk bawang merah yang terbaik adalah varietas Katumi dengan pengeringan manual suhu o C dengan bahan pengisi tapioka dengan warna, aroma, rasa, tekstur dan kegemaran dengan skor suka, rendemen 21%, kadar air 7.98%, kadar abu 3.16%, lemak 0.98% dan protein 7.87%. 13) Pemanfaatan Limbah Sayuran Hasil Fermentasi untuk Pakan Ternak Kambing. Output yang diharapkan dari kegiatan kajian ini adalah termanfaatkannya limbah tanaman sebagai pakan ternak. Manfaat dari pelaksanaan kegiatan kajian ini adalah ternak tidak mengalami kekurangan pakan sehingga peroduksi ternak akan meningkat, petani disamping mengusahakan tanaman juga dapat memelihara ternak untuk 34

35 meningkatkan pendapatan keluarga, dan ternak akan menghasilkan pupuk organik untuk tanaman sayuran. Kajian ini dilaksanakan di Desa Baroko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang dengan kelompok tani Batu Ampang sebagai kooperator. Adapun teknologi yang diintroduksi yakni teknologi pemanfaatan limbah sayuran hasil fermentasi sebagai pakan ternak kambing. Hasil dari kegiatan kajian tersebut adalah sebagai berikut Komposisi nutrisi Kubis sebelum dan sesudah fermentasi Materi Sebelum fermentasi Bahan Kering 86,28 Protein Kasar 14,69 Komposisi Nutrisi Lemak Kasar 3,30 Serat Kasar 17,25 BETN 52,84 Abu 11,92 Setelah fermentasi 91,00 21,25 2,50 11,25 55,00 5,75 Konsumsi pakan, bobot hidup dan konversi pakan kambing jantan muda (6 bulan 1,5 tahun) Uraian Perlakuan Konsumsi pakan Berat kering bahan (g/ekor/hari) Awal (kg) Akhir (kg) Pertambahan bobot hidup (kg) PBHH (g/ekor/hari) Konversi pakan (g konsumsi/g PBHH) Perlakuan A 786,0 3,29 15,68 25,50 9,82 109,11 7,20 B 636,0 2,84 16,30 23,42 7,12 79,11 8,03 35

36 14) Pengolahan Limbah Padat dan Cair Ternak Kambing untuk Pupuk Tanaman Sayuran Output yang diharapkan dari kegiatan kajian ini adalah termanfaatkannya limbah kotoran ternak sebagai pupuk organik. Kajian ini dilaksanakan di Desa Baroko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang dengan kelompok tani Batu Ampang sebagai kooperator. Adapun teknologi yang diintroduksi yakni teknologi pengolahan limbah padat dan cair ternak kambing untuk pupuk tanaman sayuran. 15) Analisis Efisiensi Pemasaran Kedelai Varietas Unggul dalam Mendukung Program Bioindustri di Sulawesi Selatan. Output yang diharapkan dari kegiatan kajian ini adalah Model pemasaran kedelai yang efisien yang mampu memberi keuntungan maksimal kepada semua stakeholders yang terlibat. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat meningkatkan kemampuan, wawasan dan keterampilan petani dalam mengelolah usahatani serta menciptakan produk bernilai ekonomi yang berorientasi agribisnis sehingga dapat tercipta sistem usaha agribisnis kedelai yang menguntungkan yang dapat mendorong kemandirian progresif di tingkat petani. Petani 36

37 responden kegiatan ini berlokasi di Desa Pa bentengan Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Hasil dari kegiatan kajian tersebut menunjukkan bahwa secara parsial, variabel yang sangat menentukan marjin pemasaran kedalai adalah harga di tingkat petani, jumlah tahap yang dilalui yaitu pada tahap III (saluran pemasaran 2 dan 4) kemudian diikuti oleh varietas kedelai, sedangkan volume rata-rata pemasaran kedelai, jarak dari rumah ke pasar, jumlah tahap yang dilalui pada tahap I (saluran 6), II (saluran 5 dan 7), dan IV (saluran 1 dan 3), serta lokasi pemasaran untuk wilayah Soppeng dan Wajo tidak berpengaruh nyata pada taraf nyata 90 persen terhadap marjin pemasaran. Semakin panjang saluran atau semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kedelai, akan mengakibatkan semakin besar pula marjin pemasaran. 16) Kajian Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Organik Pada Tanaman Cabai. Output yang diharapkan dari kegiatan kajian ini adalah : 1) Informasi Jenis Pupuk dan Pestisida yang digunakan di tingkat petani cabai; 2) Informasi mengenai Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku petani Penggunaan Pupuk Organik dan Pestisida pada tanaman cabai; 3) Informasi mengenai Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Petani Penggunaan Pupuk Organik dan Pestisida pada tanaman cabe. 37

38 Hasil dari kegiatan kajian tersebut menunjukkan bahwa : 1. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Responden tentang pupuk organik di Jeneponto berada pada Kategori Sedang, Perilaku Rendah dan Sedang 2. Pengetahuan sikap dan perilaku tentang Pupuk Organik berkorelasi positif (Jeneponto) 3. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Responden tentang Pupuk Organik di Maros berada pada Kategori Tinggi, Perilaku Sedang dan Tinggi. 4. Pengetahuan sikap dan perilaku tentang Pupuk Organik berkorelasi positif (Maros) 5. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Responden tentang Pestisidadi Jeneponto berada pada kategori Sedang, Perilaku Rendah 6. Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku tentang Pestisida berkorelasi positif (Jeneponto) 7. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Responden tentang Pestisida di Maros berada pada kategori Sedang, Perilaku Rendah 8. Sikap dan perilaku tentang pestisida berkorelasi positif (Maros) Secara umum Pengetahuan dan Sikap Responden tentang Penggunaan Pupuk Organik dan Pestisida masih sangat perlu ditingkatkan agar berdampak pada Perilaku yang dapat mengaplikasikan pupuk organik dan pestisida secara tepat dan aman dalam usahatani cabai. Untuk itu perlu dilakukan sosialisasi tentang : (1) Manfaat, Cara Pembuatan dan Aplikasi Pupuk Organik ; (2) Bahaya Pestisida, Dosis dan Cara Aplikasinya; (3) Manfaat, Cara Pembuatan dan Aplikasi Pestisida Nabati. Sosialisasi tersebut dapat dilakuakn dalam bentuk : Demplot. 38

39 17) Analisis Tingkat Adopsi Teknologi Pengembangan Sapi Potong Berbasis Zero Waste Berdasarkan Sifat Inovasinya. Output yang diharapkan dari kegiatan kajian ini yakni paket informasi tingkat adopsi, sifat inovasi teknologi dan kelayakan inovasi teknologi pengembangan sapi potong berbasis zero waste. Desa Bonne- Bonne, Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang. Hasil dari kegiatan kajian tersebut menunjukkan bahwa : 1) Tingkat adopsi petani terhadap inovasi teknologi pengembangan ternak sapi berbasis zero waste tergolong rendah yakni rata-rata 19,4% disebabkan sifat inovasi dimana petani beranggapan bahwa penerapan inovasi tidak sesuai untuk diterapkan karena tidak adanya kelembagaan pemasaran yang dapat menjamin terjualnya produk yang dihasilkan petani. ketersediaan lembaga pemasaran mutlak diperlukan dalam menjamin teradopsinya inovasi teknologi pengembangan sapi potong berbasis zero waste; 2) Usaha penggemukan ternak sapi berbasis zero waste dengan skala pemeliharaan 5 ekor ternak merupakan usaha tani yang efisien dan sangat menguntungkan karena memberikan nilai keuntungan sebesar / periode penggemukan dengan nilai r/c = 1,6 menunjukkan bahwa usahatani tersebut layak diusahakan. 18) Analisis Rantai Pasok Bawang merah di Sulawesi Selatan Output yang diharapkan dari kegiatan kajian ini yakni model kelembagaan rantai pasok bawang merah. 39

40 19) Analisis keragaan tingkat adopsi dan persepsi petani tentang pemanfaatan pupuk organik asal limbah ternak kambing untuk tanaman sayuran Output yang diharapkan dari kegiatan kajian ini yakni : 1) Tersedianya 1 (satu) paket informasi mengenai tingkat keragaan adopsi dan persepsi petani tentang adopsi teknologi pemanfaatan limbah ternak kambing untuk tanaman sayuran; 2) Tersedianya 1 (satu) paket informasi mengenai persepsi petani tentang adopsi teknologi pemanfaatan limbah ternak kambing untuk tanaman sayuran. Responden dari kegiatan kajian ini yakni Kelompok Tani Buntu Ampang Kelurahan Baroko, Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang. Hasil dari kegiatan kajian tersebut menunjukkan bahwa : 1) Adopsi teknologi pemanfaatan limbah ternak kambing umumnya masih dalam kategori sedang yaitu sekitar 60%, beberapa adopsi teknologi masih rendah seperti penggunaan pupuk organik dari limbah kotoran cair dan dosis pemberian masih rendah; 2) Persepsi petani mengenai pemanfaatan limbah ternak kambing untuk tanaman sayuran umumnya sangat bermanfaat dan sekitar 47,83 % petani yang sering menggunakan limbah kotoran padat; 3) Uji analisis usahatani petani sayuran dengan menggunakan limbah kotoran kambing diperoleh nilai R/C sebesar 1,84, sehingga usaha ini layak dikembangkan. Jumlah teknologi spesifik lokasi yang dihasilkan BPTP Sulawesi Selatan memperoleh tambahan dengan adanya kegiatan Kerjasama Kemitraan Pengkajian dan Pengembangan Pertanian Spesifik Lokasi (KKP3SL) yakni : 1) Evaluasi tanaman kakao asal somatic embriogenesis (SE) dalam mendukung peningkatan produksi dan mutu kakao di Sulawesi 40

41 Selatan, kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Bone, Soppeng, dan Wajo; 2) Kajian pembibitan ternak itik berbasis zero waste mendukung pemenuhan kebutuhan protein hewani di Sulawesi Selatan, kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Gowa; 3) Kajian sistem komunikasi dan promosi inovasi dalam percepatan adopsi teknologi produksi kedelai mendukung ketahanan pangan di Sulawesi Selatan, kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Soppeng dan Maros; dan 4) Kegiatan Model pengembangan pertanian berbasis sistem integrasi ternak sapi dan padi lahan kering dataran rendah (MP3BI) yang dilaksanakan di Kabupaten Barru. Sasaran 2 : Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian daerah Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja. Adapun pencapaian target dari indikator kinerja dapat digambarkan sebagai berikut : Indikator Kinerja Target Realisasi % Jumlah rekomendasi kebijakan Sasaran ini dicapai melalui 1 (satu) kegiatan yakni Analisis kebijakan dengan indikator kinerja sasaran Jumlah rekomendasi 41

42 kebijakan. Pada Renstra Tahun jumlah rekomendasi yang sudah dicapai selama 5 tahun adalah 8 rekomendasi, melebihi targetnya yang hanya 7 rekomendasi. Tahun pertama untuk Renstra indikator kinerja ini sudah menunjukkan hasil yang baik dengan pencapaian target 100% yakni 1 rekomendasi. Analisis kebijakan pemasaran bawang merah dan krisan di Sulawesi Selatan dilaksanakan pada 2 kabupaten yakni di Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Gowa. Sasaran 3 : Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja. Adapun pencapaian target dari indikator kinerja dapat digambakan sebagai berikut : Indikator Kinerja Target Realisasi % Jumlah teknologi yang terdiseminasi ke pengguna Indikator kinerja sasaran yang ditargetkan dalam Tahun 2015 telah terlaksana dengan sangat baik. Sasaran ini dicapai melalui 1 (satu) indikator kinerja sasaran yakni : Jumlah teknologi yang terdiseminasi ke pengguna. Pada tahun 2015 indikator kinerja ini menargetkan 23 teknologi dan terealisasi 23 teknologi (100%). Selama lima tahun pelaksanaan Renstra , sasaran ini telah mencapai target 100% dan cenderung mengalami peningkatan target dan realisasi, 42

43 meskipun pada tahun 2013 terjadi penurunan target sebanyak 4 teknologi namun dapat terealisasi sebanyak 6 teknologi (150%). Dalam kurun waktu tersebut teknologi yang didiseminasikan menargetkan 36 teknologi dan telah terealisasi sebanyak 46 teknologi. Prestasi teersebut mampu dipertahankan pada tahun 2015 dengan pencapaian target 100%. Indikator sasaran ini dicapai melalui 8 kegiatan yakni : 1) Buletin Buletin merupakan salah satu media tercetak yang digunakan untuk mendiseminasikan hasil-hasil penelitian/pengkajian. Pada tahun 2015, BPTP Sulawesi Selatan menerbitkan 2 edisi yakni : Edisi I : Buletin Inovasi Teknologi Pertanian (Jurnal) berisi 5 artikel. Edisi II : Media Informasi Pertanian (Media Penyuluh) berisi 9 artikel. Masing-masing edisi diperbanyak 750 examplar dan distribusi ke pengguna pada saat pelaksanaan pameran dan melalui Bapel Penyuluhan Kabupaten. 2) Siaran TV Siaran TV dilaksanakan dengan tujuan untuk mendiseminasikan kegiatan-kegiatan penelitian/pengkajian dan penyuluhan BPTP Sulawesi Selatan. Dilaksanakan 2 kali (2 paket) yaitu : Inovasi Teknologi BPTP Sulawesi Selatan, dirangkaikan Pada acara Panen Raya Padi dan Kedelai Inovasi teknologi spesifik lokasi tanaman kacang-kacangan. 43

44 Penyiaran dilaksanakan oleh TVRI Regional Makassar dengan durasi penyiaran, masing-masing 30 menit. Masing-masing paket digandakan 20 copy untuk keperluan display dan tayangan untuk kunjungan tamu. 3) Pembuatan VCD Selain buletin dan siaran tv, salah satu media untuk mendiseminasikan hasil penelitian/pengkajian adalah VCD. VCD diproduksi 2 paket, dengan judul Inovasi Teknologi Pengolahan Kakao serta Profil dan Inovasi Taman Teknologi Pertanian (TTP Barebbo) dengan durasi selama 15 menit. Masing-masing digandakan 30 copy dan didistribusi ke pengguna melalui Bapel Penyuluhan Kabupaten secara selektif dan ditayangkan saat kunjungan tamu dan di Ruang Display. 4) Pameran Pameran dilaksanakan 2 kali, yakni : Pameran I : Pameran dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Bone, dilaksanakan pada tanggal 6 April 2015 bertempat di Pelataran Parkir eks Pasar Sentral Bone dengan materi : a. Teknologi hasil penelitian Badan Litbang Pertanian; b. Teknologi hasil Kajian BPTP Sulawesi Selatan; c. Bahan Tercetak dan VCD. Pameran II : Rangkaian Acara Pekan Raya Sul-Sel, dilaksanakan pada tanggal Oktober 2015 bertempat di Celebes Convention Centre Makassar. Tema Teknologi Peternakan Mendukung Pertanian Bio Industri Berkelanjutan dengan materi a. Teknologi Hasil Penelitian Puslitbang 44

45 Peternakan; b. Teknologi Hasil Kajian BPTP Sul-Sel; c. Hasil Kegiatan Balai Pengembangan Inseminasi Buatan 5) Model Pertanian Perkotaan Model pertanian perkotaan mendiseminasikan 2 teknologi yakni Teknologi pengembangan KRPL dan Teknologi Pengembangan Limbah Ternak. Ada 3 model yang diperkenalkan pada kegiatan pengembangan KRPL yakni : a) Pembangunan Model Pekarangan Pangan dengan Zona Pangan Sumber Protein (Kacang-Kacangan) dan Zona Pangan Sumber Vitamin, Mineral, dan Obat-Obatan (Sayuran); b) Sistem Tanam di Lahan Sempit : Vertikultur, Wall Gardening dan Wolkaponik; c) Pembangunan Display KRPL : Pertanaman Monocultur dan Tumpang Sari, Sistem Tanam Verticultur, Wall Gardening dan Wolkaponik, Kandang Ayam dan Kambing. 6) Peningkatan Kapasitas Komunikasi dalam rangka Percepatan Inovasi di Sulawesi Selatan. Kegiatan pendayagunaan dan mendiseminasikan inovasi pertanian melalui : 1) Implementasi transfer teknologi melalui nilai-nilai kearifan lokal mendukung sistem pertanian berkelanjutan di Sulawesi Selatan; 2) Sosialisasi, Apresiasi, Koordinasi, Temu teknis, Temu informasi dan Temu lapang yang dilaksanakan di Kabupaten Enrekang, Jeneponto dan Kebupaten Wajo; 3) Demonstrasi teknologi Produksi Benih Bawang Merah, dilaksaakan di Desa Pekalobeang Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang dengan kelompok tani Tunas Bawang sebagai petani kooperator; 4) Implementasi Sistem Kerja LAKU dalam Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian di Sulawesi Selatan 45

46 yang dilaksanakan di BP3K Barebbo Kabupaten Bone dan BP3K Anggeraja Kabupaten Enrekang. 7). Taman Agroinovasi Taman Agroinovasi merupakan wadah untuk mindiseminasikan teknologi unggulan Balitbangtan secara massif di seluruh Indonesia dan spesifik lokasi di Sulawesi Selatan. Taman agroinovasi telah di desain dengan menarik dan indah serta kaya dengan muatan teknologi hasil kajian BPTP Sulawesi Selatan. Hasil dari KRPL dan Taman Agro Inovasi disediakan atau dijual melalui Agro Inovasi Mart, sehingga diharapkan kedepannya dapat mandiri dan membiayai dirinya sendiri. 8). Model Penyediaan benih padi dan kedelai untuk pemenuhan kebutuhan wilayah melalui peningkatan kemampuan calon penangkar. Kegiatan ini mendiseminasikan teknologi produksi benih padi dan teknologi produksi benih kedelai kepada calon penangkar untuk memenuhi dan menyediakan kebutuhan benih padi dan kedelai bagi para petani di wilayah tersebut. Kegiatan penyediaan benih padi dan kedelai dilaksanakan di Kabupaten Maros, Bone, Sidrap, Soppeng, dan Wajo. Sasaran 4 : Terlaksananya kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional kinerja yakni : Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator 46

47 Indikator Kinerja Target Realisasi % Jumlah laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan Sasaran ini dicapai melalui 1 (satu) kegiatan utama yakni Kegiatan Pendampingan Inovasi Pertanian dan Program Strategis Nasional dengan indikator kinerja sasaran Jumlah laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan. Sasaran dan indikator ditahun pertama Renstra sudah dapat tercapai dengan baik yakni 100%. Indikator kinerja ini dicapai melalui 9 kegiatan pendampingan yakni : 1) Pendampingan padi, kedelai, dan ubi kayu Tujuan dari pelaksanaan kegiatan Pendampingan Padi, kedelai, dan ubi kayu yakni : 1) Tercipatanya sinergi pendampingan GP2TT padi untuk mencapai swasembada beras berkelanjutan melalui gelar teknologi dengan metode PTT; 2) Menyediakan rekomendasi teknologi spesifik lokasi padi, kedelai, dan ubikayu; 3) Tercapainya swasembada beras berkelanjutan; 4) Menyediakan inovasi teknologi melalui sekolah lapang dalam mendukung peningkatan produktivitas padi, kedelai, dan ubikayu. Kegiatan pendampingan padi dilaksanakan pada 2 kabupaten yakni Kabupaten Wajo dan Pinrang. Sementara pendampingan kedelai dilaksanakan di Kabupaten Wajo dan Bone. Untuk pendampingan ubi kayu dilaksanakan di Kabupaten Maros. Bentuk pendampingan yang dilakukan berupa Introduksi paket teknologi PTT, Display varietas, Demplot PTT, dan menjadi narasumber pada pelatihan dan pertemuan pertemuan kegiatan GP-PTT padi, kedelai, dan ubi kayu. Hasil pendampingan yang dilakukan yakni : 47

48 1) Kegiatan Pelatihan masih diperlukan oleh petani, penyuluh untuk meningkatkan pengetahuannya dan sebagai bahan penyuluhan; 2) Narasumber pada pelatihan dan pertemuan-pertemuan merupakan bentuk kerjasama antara stakeholder dengan BPTP sebagai pendamping GP-PTT padi; 3) Rekomendasi Teknologi Spesifik Loaksi padi Sawah Sulawesi Selatan merupakan acuan bagi petani dan penyuluh serta stakeholder dalam penerapan usahatani ditingkat lapang; 4) Demplot PTT padi sawah dibutuhkan sebagai acuan penerapan komponen teknologi PTT ditingkat petani; 5) Superimpose merupakan dukungan terhadap komponen teknologi PTT yang diterapkan petani dalam melaksanakan usahataninya; 6) Demonstrasi Teknologi pengaturan Jarak Tanam yang dilakukan di Kab. Wajo memberi produksi yang lebih tinggi. Petani yang menggunakan jarak tanam 60 cm x 20 cm (Teknologi Introduksi) memberi hasil yang lebih tinggi (2,85 t/ha) jika dibanding dengan petani yang menggunakan jarak tanam 80 cm x 30 cm (Pembanding) (1,74 t/ha). Selisi hasil yang dicapai antara teknologi introduksi dengan teknologi petani/pembanding adalah 1,11 t/ha atau sekitar 38,94%; 7) Hasil Display Varietas unggul baru kedelai,. Dari 10 varietas unggul baru yang dikaji, ada 4 varietas yang mempunyai produksi tinggi dan disenangi petani yaitu : 1. Anjasmoro, Panderman, Dena-1, dan Burangrang; 8) Hasil Demonstrasi Teknologi, Teknologi Introduksi memberi hasil produksi yang lebih tinggi (2,82 t/ha) jika disbanding dengan teknologi Petani (pembanding) yang hanya memberi hasil sekitar 1,94 t/ha. Selisi hasil antara Teknologi Introduksi dari BPTP dengan Teknologi Petani sekitar 0,88 t/ha atau sekitar 31,12%. 48

49 2) Pendampingan pengembangan kawasan peternakan nasional Pendampingan kawasan peternakan dilaksanakan pada 6 kabupaten di Sulawesi Selatan yakni Kabupaten Bone, Barru, Maros, Gowa Bantaeng, Bulukumba. Kegiatan pendampingan berupa introduksi teknologi, yakni : 1) Perbaikan system perkandangan; 2) Pembuatan Bank Pakan; 3) Introduksi rumput dan leguminosa unggul; 4) Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan; dan 5) Pelatihan (Fermentasi jerami, pemanfaatan pupuk organik asal limbah ternak ditanaman semusim, pembinaan kelembagaan kelompok). Secara teknis demplot yang dilakukan dikelompok sasaran pendampingan sudah memperlihatkan hasil yang baik namun perlu intensitas pelatihan maupun penyuluhan untuk meningkatkan strata adopsi. Optimalisasi keterlibatan penyuluh dalam program pendampingan masih perlu ditingkatkan untuk mengimbangi kegiatan teknis yang dilakukan oleh peneliti di wilayah pendampingan yang memasuki tahun kedua atau ketiga perlu dilakukan kajian komprehensif tentang tingkat adopsi teknologi serta faktor-faktor yang mempengaruhi 49

50 3) Pendampingan pengembangan kawasan agribisnis hortikultura pertanian nasional Output yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan agribisnis hortikultura (PKAH) adalah : 1) Data potensi, masalah dan peluang agribisnis Cabai, Bawang merah, Jeruk dan Krisan di Sulawesi Selatan; 2) Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan petani tentang varietas, teknologi perbenihan, budidaya, pengendalian OPT Cabai, Bawang merah, Jeruk dan Krisan; 3) Model rancang bangun kegiatan hulu sampai hilir secara terintegrasi (perbenihan, produksi dan pemasaran) pada Cabai, Bawang merah, Jeruk dan Krisan. Lokasi PKAH 2015 ditetapkan Demplot untuk Cabai di 2 kabupaten yaitu: Pinrang dan Jeneponto; Bawang merah di Enrekang dan Jeneponto; Jeruk di Pangkep (Pamelo) dan Bulukumba (Siem). Sedangkan PKAH Krisan dilaksanakan di Kabupaten Gowa. Varietas unggul baru yang diintroduksikan pada Demplot di Desa Bubun Lamba, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang pada Poktan Maminasa Bunu yaitu Mentes dan Katumi memberikan produksi masing-masing 620 kg (setara 10,85 t/ha), 880 kg (setara 8,8 t/ha). Yang disukai petani adalah Mentes karena pada saat panen daunnya masih utuh (bisa diikat), produksi lebih tinggi dari pada Katumi, susut bobotnya lebih rendah 34, 67% dibanding Katumi 46,07%. Sedangkan pada Demplot di Kelurahan Lakawan, Kecamatan Anggeraja pada poktan Tana Lea varietas yang disukai petani pada saat penilaian varietas adalah Trisula karena warna umbinya merah fanta dan sangat menarik. Implementasi teknologi pada demplot perbenihan bawang merah dapat meningkatkan hasil sebesar 20% dan menekan biaya sebesar 50

51 27,56%. Pengendalian hama Spodoptera menggunakan pagar net, botol perangkap dapat menekan biaya penggunaan pestisida sebesar 50%. Transfer teknologi budidaya bawang merah asal biji (TSS) sudah berhasil dilakukan ke petani poktan Al Hikmah. Pengembangan kawasan agribisnis jeruk di Sulawesi Selatan terkendala dengan sempitnya kepemilikan lahan oleh petani, terpencar, pengelolaan jeruk masih tradisional belum menerapkan inovasi teknologi anjuran, kelembagaan petani masih lemah, sehingga berpengaruh terhadap adopsi teknologi dan posisi tawar produk. Petani Krisan yang dibina sudah terampil memproduksi benih krisan, Petani binaan sudah mengenal jenis OPT pada krisan dan melakukan tindakan pengendalian sesuai OPT sasaran dengan pendekatan PHT, Model Pengembangan Kawasan Agribisnis Krisan di Sulsel perlu didukung oleh industri benih yang profesional, kelompok tani yang terampil dalam budidaya krisan dan terjalin komunikasi dan kekompakan satu sama lain, tumbuh dan berkembangnya kelembagaan kelompok tani (kelembagaan permodalan, Saprodi, dan pemasaran). 4) Pendampingan pengembangan kawasan perkebunan pertanian nasional Output yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan pendampingan kawasan perkebunan nasional adalah : 1) Tersosialisasinya teknologi penggunaan bibit unggul hasil 51

52 perbanyakan bibit secara vegetative (sambung pucuk dan sambung samping); 2) Tersosialisasinya pengendalian hama penyakit dengan biopestisida; 3) Tersosialisasinya pembuatan pupuk organik dengan decomposer; 4) Selain itu secara keseluruhan akan didapatkan umpan balik dari pelaku utama yaitu petani perkebunan sebagai bahan untuk saran/usulan kebijakan pengembangan Program Strategis Kementerian Pertanian ke depan. Kegiatan pendampingan pengembangan kawasan perkebunan pertanian nasional di Sulawesi Selatan dilaksanakan di 6 kabupaten, yaitu Kabupaten Enrekang, Tana Toraja, Toraja Utara (Kopi), Kabupaten Luwu Utara dan Luwu (Kakao), Kabupaten Takalar (Tebu). Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk tatap muka : pertemuan tatap muka yang pertama dilaksanakan dengan penjelasan teknologi dari narasumber kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan praktek lapang. Materi yang diberikan terutama teknologi perbanyakan vegetatif, pemangkasan, pengendalian hama penyakit, pembuatan pupuk organik, dan pengolahan. Hasil pendampingan menunjukkan lokasi pengembangan perkebunan kopi nasional mempunyai kesesuaian lahan, baik ditinjau dari tofografi dan iklim. Peningkatan produksi dan mutu produk perkebunan kopi nasional mendapat perhatian oleh petani kopi. Pendampingan peremajaan tanaman kopi Arabika unggul lokal sebanyak pohon. Rataan tinggi tanaman 88,20 cm. pengendalian hama penyakit secara hayati dengan menggunakan biopestisida mampu menekan kehilangan hasil 60%. Kinerja kelembagaan kopi mencapai 69%. Tingkat kinerja yang terkecil adalah pengawasan internal oleh kelompok tani baru mencapai 25%. Usahatani kopi mampu memberikan 52

53 kelayakan usaha dengan NPV Rp , B/C 1,75 dan IRR 26,90%. Pemasaran biji kopi di lokasi pengembangan perkebunan kopi belum memberdayakan kelembagaan yang ada, sehingga posisi tawar petani dalam penentuan harga dan kuota penjualan belum kuat. Pengembangan kakao yang menjadi lokasi pendampingan mempunyai kesesuaian lahan dan iklim. Sehingga lokasi pendampingan ada yang termasuk dalam kategori Kampung Kakao. Penerapan teknologi yang diintroduksi kepada petani kakao dapat dimengerti, dipahami, dan dilakukan oleh petani kakao di lokasi pendampingan. Introduksi teknologi produksi kakao memberikan minat kepada petani karena usahatani kakao memberikan keuntungan yang besar pada pendapatan rumah tangga tani. Pelaksanaan pengembangan komoditas kakao khususnya di Luwu Raya mendapat perhatian yang sangat besar oleh pemerintah daerah. Oleh sebab itu pemerintah daerah membentuk organisasi untuk membina petani kakao di Luwu Raya. Organisasi tersebut dalam bentuk Forum Masyarakat Kakao Luwu Raya (FoMaKara). Inovasi Teknologi Paket 1 dan 2, menghasilkan pertumbuhan pertanaman tebu lebih baik daripada Paket 3 cara petani. Sementara itu penerapan inovasi teknologi Paket 1 RC-1, juring tunggal, budidaya intensif menunjukan pertumbuhan tebu lebih baik daripada Paket 2 (RC- 1, juring ganda, intensif), dengan tingkat pendapatan Rp dan nilai B/C 1,68. Varietas unggul PS 881 untuk sementara menunjukkan tampilan yang cukup baik walaupun mengalami cekaman kekurangan air (kekeringan),varietas 881 mampu memberikan hasil sekitar kg atau 700 kw/ha dengan pendapatan bersih Rp /ha. Program pendampingan dan kajian inovasi teknologi 53

54 produksi tebu dalam rangka peningkatan produktivitas dan pendapatan petani perlu terus dilanjutkan dan dikembangkan di Sulawesi Selatan. 5) Pendampingan KRPL Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Dilaksanakan pada kawasan perkotaan, merupakan sinergi antara KRPL dengan pengembangan lorong kota Makassar (program Longgar). Kegiatan yang dilaksanakan berupa pengembangan 1 unit Kebun Bibit Induk (KBI) dan Pendampingan M-KRPL yang telah terbentuk selama tahun Pendampingan dilakukan oleh peneliti BPTP Sulawesi Selatan, dibantu oleh para PPL Kab/Kota yang memiliki wilayah kerja pada lokasi MKRPL dilaksanakan, serta didukung oleh aparat Desa/Kelurahan. Pendampingan dilakukan secara berkala (1 2 kali per bulan). Selain itu bentuk pendampingan lainnya berupa :pengamatan terhadap budidaya sayuran yang dikembangkan, manajemen hasil pekarangan (dikonsumsi, diolah menjadi makanan olahan dan dijual), pengamatan Dampak MKRPL bagi ekonomi,sosial dan Kelembagaan Keluarga/ KWT. Pembangunan KBK dibuat dalam bentuk bedengan, percontohan vertikultur dan dilengkapi screen house (rumah plastik) sebagai wadah dalam rangka mempersiapkan benih/bibit tanaman 54

55 Selain kegiatan pendampingan juga dilakukan berbagai macam kegiatan pelatihan, yakni pelatihan pembuatan kompos pupuk kandang dan limbah tanaman setempat dengan bantuan decomposer promi, pembuatan MOL (Mikroorganisme Lokal) mendukung usahatani sayuran dan buah-buahan, dan pelatihan budidaya sayuran dan Buah. Secara umum kegiatan M-KRPL perkotaan diterima dan dapat diadopsi dengan baik oleh pelaksana M-KRPL di kelurahan Tabaringan, Kota Makassar. Teknis pelaksanaan dilapangan Sinergis dengan Program Pemkot yaitu Pemberdayaan Lorong. Program M-KRPL memberikan kontribusi positif bagi pemanfaatan dan pengelolaan lahan pekarangan dan lorong secara intensif sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi keluarga namun bibit dan sarana produksi lainnya masih menjadi kendala 6) Kalender Tanam (KATAM) Output yang diharapkan dari kegiatan Pendampingan KATAM adalah : 1) Tersedianya data dukung dalam penyusunan sistim informasi Kalender Tanam (KATAM) Terpadu tahun 2015; 2) Tersosialisasinya informasi Kalender Tanam (KATAM) Terpadu pada sentra produksi padi di Sulawesi selatan; 3) Terverifikasinya dan tervalidasinya informasi Kalender Tanam (KATAM) Terpadu pada sentra produksi padi, jagung 55

56 dan kedelai di Sulawesi Selatan; 4) Tersedianya informasi tentang penetapan waktu tanam sesuai dengan kearifan lokal dan perubahan iklim di Sulawesi Selatan. Data iklim, data inventarisasi varietas, luas dan potensi lahan, rekomendasi kebutuhan pupuk, di seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Selatan telah diinventarisir dengan baik dan disampaikan ke Tim Katam Pusat melalui FGD di dua Musim Tanam. Untuk Tahun 2015, Kalender Tanam MK dan MH telah disosialisasikan di Kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan dalam bentuk pelatihan dan Sekolah lapang Iklim. Selain itu sosialisasi juga dilakukan kepada para anggota TNI dalam Diklat Upsus. Verifikasi Data Katam menunjukkan rata-rata 60 % kesesuaian dengan Data. Katam dalam hal, waktu tanam, pemupukan dan penggunaan varietas. Validasi Data katam dengan membandingkan data katam dan existing lapang menunjukkan bahwa rekomendasi (waktu tanam, varietas, pemupukan) yang diberikan dapat meningkatkan produksi padi. Sistem pananrang sudah melebur ke dalam kalender tanam terpadu karena memiliki basis sistem pengetahuan yang sama, namun karena tekanan permintaan pasar sehingga perlu introduksi teknologi yang berpotensi meningkatkan produksi lebih tinggi 56

57 7) Pendampingan UPSUS Pendampingan Program Upaya Khusus Padi, Jagung, dan Kedelai dilaksanakan di seluruh kabupaten Sulawesi Selatan. Setiap kabupaten terdapat Liasson Officer (LO) yang bertugas untuk melaporkan dan memonitoring perkembangan kegiatan UPSUS diantaranya realisasi luas tanam, realisasi panen, jaringan irigasi, dan alsintan. 8) Taman Teknologi Pertanian Kegiatan Taman Teknologi Pertanian (TTP) dilaksanakan di Desa Wollangi dan Kajao La liddong Kecamatan Barebbo Kabupaten Bone. Kegiatan TTP secara partisipatif melibatkan petani, penyuluh, peneliti dari (Balit : Badan Litbang Pertanian), peneliti dari Balitbang Daerah, peneliti dari Perguruan Tinggi. Lembaga penelitian akan berfungsi sebagai : 1) technical consultancy : lembaga konsultasi inovasi teknologi; 2) market research : mediasi dan pemberi rekomendasi ke pelaku usaha (garansi produk); 3) promotional activities : mediator ke lembaga ekspo, pameran produk. Ruang lingkup kegiatan TTP Bone yakni : 1) Perencanaan pelaksanaan ATP dengan berkoordinasi dengan lembaga terkait; 2) Diseminasi dan Promosi inovasi teknologi pertanian yang berdaya saing dimana fokus kegiatannya berbasis pada pengembangan dan penguatan sarana pendukung agribisnis; 3) Pelaksanaannya melibatkan unsur lembaga, mulai dari aspek produksi/budidaya, pelatihan/magang, pelaksanaan pengolahan, pelaksanaan pemasaran; 4) Kegiatan ini diimplementasikan dengan pelatihan petani untuk meningkatkan sumber daya manusia petani dilokasi TTP. 57

58 9) Pendampingan PUAP. Output dari pelaksanaan kegiatan pendampingan Program Usaha Agribisnis Perdesaan yakni : 1) Terlaksananya koordinasi, fasilitasi BOP, supervisi dan monev kinerja PMT; 2) Terlaksananya pendampingan pengembangan dan pembentukan LKM-A gapoktan PUAP; 3) Terlaksananya apresiasi peningkatan pengetahuan pelaku usaha agribisnis Gapoktan PUAP; 4) Terlaksananya paket supervisi, monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan PUAP. PUAP dilaksanakan pada 23 kabupaten/kota, masuk desa miskin, potensi pertanian dan diusulkan oleh Pemda, aspirasi dan esalon I Kementerian Pertanian. Ruang Lingkup kegiatannya meliputi : 1) Inventarisasi Desa miskin dgn potensi pertanian oleh Tim Teknis; 2) Pengusulan desa/gapoktan calon PUAP; 3) Verifikasi Gapoktan berdasarkan DNS dari Pusat Pembiayaan Pertanian; 4) Melakukan pemberkasan/verifikasi kelengkapan administrasi pencairan dana 58

59 Gapoktan calon penerima BLM-PUAP; 5) Penyediaan/memfasilitasi BOP PMT; 6) Mengembangkan gapoktan menuju LKMA; 7) Pendampingan/apresiasi teknologi dan monev; dan 8) Pelaporan Program Pengembangan Usaha Agribisnis (PUAP) di Sulsel sejak tahun sebanyak desa/ gapoktan, dengan jumlah dana Rp. 247,2 milyar. Tahun 2015 dari 197 desa/gapoktan dalam DNS, hanya 165 gapoktan lolos verifikasi dan sudah di SK-kan oleh Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian a.n. Menteri Pertanian, sebanyak 144 Gapoktan/desa dan yang tidak diproses 32 gapoktan. Jumlah LKM-A yang sudah di SK-kan Tim Teknis sebanyak 486 dan yang sudah mempunyai Badan Hukum baru 74 gapoktan, selebihnya masih berbentuk Usaha Simpan Pinjam (Unit S/P). 59

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2010 2014 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGGARA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGGARA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGGARA JALAN PROF. MUH. YAMIN NO. 89 KENDARI 93114 KOTAK POS 55 TELEPON : (0401)325871

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN TAHUN 2014 BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEP. BANGKA BELITUNG BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BANGKA BELITUNG BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

SCIENCE, INNOVATION, NETWORK 1.1. Latar Belakang

SCIENCE, INNOVATION, NETWORK 1.1. Latar Belakang 1.1. Latar Belakang Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan merupakan salah satu unit organisasi Eselon III Kementerian Pertanian Republik Indonesia yang dibentuk dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura KERAGAAN VARIETAS KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN Eli Korlina dan Sugiono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km. 4 Malang E-mail korlinae@yahoo.co.id ABSTRAK Kedelai merupakan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS. Perekayasaan Mekanisasi Pertanian

RENCANA STRATEGIS. Perekayasaan Mekanisasi Pertanian RENCANA STRATEGIS Perekayasaan Mekanisasi Pertanian 2015-2019 BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 15 RENCANA STRATEGIS PENELITIAN

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2013

STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2013 Lampiran 1 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013 STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2013 BALITBANGTAN SETBALIT BANGTAN PUSLITBANG TAN PUSLITBANG

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2015 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Dokumen Rencana Kinerja Tahunan

Lebih terperinci

Inovasi Pertanian 2015

Inovasi Pertanian 2015 Inovasi Pertanian 2015 Perubahan iklim, konversi dan degradasi lahan pertanian, lemahnya daya saing produk pertanian di pasar domestik dan internasional, kurangnya minat generasi muda untuk berusaha di

Lebih terperinci

SCIENCE, INNOVATION, NETWORK

SCIENCE, INNOVATION, NETWORK Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan merupakan salah satu unit organisasi Eselon III Kementerian Pertanian Republik Indonesia yang dibentuk dengan tujuan untuk mempercepat penyediaan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013

dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013 Sarana dan Kegiatan Prasarana Penelitian KKegiatan Badan Litbang Pertanian saat ini didukung oleh sumber daya manusia dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013 jumlah relatif

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

Oleh Tim Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi. Disampaikan Pada Seminar Proposal Kegiatan 2018 Kusu, 25,26, dan 29 Januari 2018

Oleh Tim Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi. Disampaikan Pada Seminar Proposal Kegiatan 2018 Kusu, 25,26, dan 29 Januari 2018 Oleh Tim Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi Disampaikan Pada Seminar Proposal Kegiatan 2018 Kusu, 25,26, dan 29 Januari 2018 1 Pendahuluan Tujuan, Output, Prakiraan Manfaat & Dampak Metodologi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LAKIN)

LAPORAN KINERJA (LAKIN) LAPORAN KINERJA (LAKIN) BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) MALUKU UTARA TAHUN 2016 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU UTARA BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Matheus Sariubang, Novia Qomariyah dan A. Nurhayu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. P. Kemerdekaan

Lebih terperinci

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. W. Rembang 1), dan Andi Tenrirawe 2) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 1) Balai Penelitian

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi aneka kacang (kacang tanah dan kacang hijau) memiliki peran yang cukup besar terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Peluang pengembangan aneka kacang

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini: Nama Jabatan :

Lebih terperinci

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu : PROJECT DIGEST NAMA CLUSTER : Ternak Sapi JUDUL KEGIATAN : DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI pembibitan menghasilkan sapi bakalan super (bobot lahir > 12 kg DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TTU PENANGGUNG JAWAB

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 207 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Dedi Sugandi

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAJALENGKA. dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Kebijakan dan program

BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAJALENGKA. dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Kebijakan dan program BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAJALENGKA A. Program dan Indikasi Kegiatan Program merupakan instrumen kebijakan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. Sondakh 1), dan Andi Tenrirawe 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

<!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->pemeliharaan kakao. <!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->integrasi padi sawah dan ternak

<!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->pemeliharaan kakao. <!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->integrasi padi sawah dan ternak Hasil-hasil penelitian/pengkajian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian khususnya BPTP Sulawesi Tengah merupakan paket teknologi spesifik lokasi yang selanjutnya perlu disebarkan kepada pada ekosistem

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN UNIT DESA BINAAN Zaenaty Sannang

PENGEMBANGAN UNIT DESA BINAAN Zaenaty Sannang PENGEMBANGAN UNIT DESA BINAAN Zaenaty Sannang Ringkasan Pengembangan unit desa binaan di Desa Sumari diawali pada tahun 2001 dengan kegiatan demonstrasi cara dan hasil pemupukan pada sawah dengan varietas

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BAWANG MERAH OFF-SEASON MENGANTISIPASI PENGATURAN IMPOR PRODUK B. MERAH. S u w a n d i

TEKNOLOGI PRODUKSI BAWANG MERAH OFF-SEASON MENGANTISIPASI PENGATURAN IMPOR PRODUK B. MERAH. S u w a n d i TEKNOLOGI PRODUKSI BAWANG MERAH OFF-SEASON MENGANTISIPASI PENGATURAN IMPOR PRODUK B. MERAH S u w a n d i DASAR PEMIKIRAN Bawang merah merupakan salah satu komoditi strategis dan ekonomis untuk pemenuhan

Lebih terperinci

RUMUSAN SEMINAR NASIONAL INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI "Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Kedaulatan Pangan Berkelanjutan"

RUMUSAN SEMINAR NASIONAL INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Kedaulatan Pangan Berkelanjutan RUMUSAN SEMINAR NASIONAL INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI "Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Kedaulatan Pangan Berkelanjutan" Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG Oleh : Ir. Ruswendi, MP BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN JALAN KAMPUS PERTANIAN KALASEY, TELEPON. 0431-838637 FAX. 0431-838637 WEBSITE : www.sulut.litbang.pertanian.go.id, E-MAIL : bptp-sulut@litbang.pertanian.go.id;

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN Sunanto dan Nasrullah Assesment Institution an Agricultural Technology South Sulawesi, Livestock research center ABSTRAK

Lebih terperinci

Renja BP4K Kabupaten Blitar Tahun

Renja BP4K Kabupaten Blitar Tahun 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN R encana kerja (RENJA) SKPD Tahun 2015 berfungsi sebagai dokumen perencanaan tahunan, yang penyusunan dengan memperhatikan seluruh aspirasi pemangku kepentingan pembangunan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU Jln. Chr. Soplanit, Rumah Tiga

Lebih terperinci

INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI HASIL LITKAJIBANGRAP BADAN LITBANG PERTANIAN DI PROVINSI BENGKULU

INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI HASIL LITKAJIBANGRAP BADAN LITBANG PERTANIAN DI PROVINSI BENGKULU INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI HASIL LITKAJIBANGRAP BADAN LITBANG PERTANIAN DI PROVINSI BENGKULU 2011-2014 LATAR BELAKANG Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu merupakan unit

Lebih terperinci

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi Bangkinang-Salah satu kegiatan diseminasi inovasi hasil penelitian dan Pengkajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau adalah kegiatan temu lapang. Pada sabtu

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKJ)

LAPORAN KINERJA (LKJ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN KINERJA (LKJ) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN

Lebih terperinci

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK adalah terkenal sebagai penghasil utama jagung di

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2013 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2013 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPULAUAN BANGKA BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2013 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian dan peternakan merupakan satu kesatuan terintegrasi yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi. Pembangunan kedua sektor ini bertujuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN USULAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015

LAMPIRAN USULAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015 1 LAMPIRAN USULAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI SULAWESI SELATAN DINAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merill) adalah salah satu komoditi tanaman pangan yang penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 206 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2012 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2012 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPULAUAN BANGKA BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2012 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Teknologi produksi biomas jagung melalui peningkatan populasi tanaman.tujuan pengkajian

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SINJAI TAHUN ANGGARAN 2016

Lebih terperinci

Renstra BKP5K Tahun

Renstra BKP5K Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN Revitalisasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf

Lebih terperinci

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan SILASE TANAMAN JAGUNG SEBAGAI PENGEMBANGAN SUMBER PAKAN TERNAK BAMBANG KUSHARTONO DAN NANI IRIANI Balai Penelitian Ternak Po Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Pengembangan silase tanaman jagung sebagai alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor pertanian, sektor ini meliputi aktifitas pertanian, perikanan, perkebunan dan peternakan.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 RKT PSP TA. 2012 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Seminar Nasional Serealia, 2013 PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Muhammad Thamrin dan Ruchjaniningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN BALAI BESAR

Lebih terperinci

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT Ir. Mewa Ariani, MS Pendahuluan 1. Upaya pencapaian swasembada pangan sudah menjadi salah satu

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN SASARAN 1 : Meningkatkan ketersediaan pangan utama (food availability) SASARAN : INDIKATOR KINERJA : KINERJA PROGRAM : INDIKATOR KINERJA :

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

Belanja ( x Rp ) 28,459,972, ,459,972, ,351,299,600 A PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

Belanja ( x Rp ) 28,459,972, ,459,972, ,351,299,600 A PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN PROVINSI : SULAWESI SELATAN SKPD : DINAS PERKEBUNAN PERIODE : DESEMBER 2013 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN T.A. 2013 LAPORAN REALISASI (FISIK DAN KEUANGAN ) ANGGARAN KINERJA

Lebih terperinci

Kegiatan Penelitian. Kegiatan Penelitian

Kegiatan Penelitian. Kegiatan Penelitian Kegiatan Penelitian Dalam memasuki periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap ke-2 yaitu tahun 2010 2014 setelah periode RPJMN tahap ke-1 tahun 2005 2009 berakhir, pembangunan pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN GUBERNUR PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT

KATA SAMBUTAN GUBERNUR PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA SAMBUTAN GUBERNUR PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT Assalamu alaikum Wr. Wb. Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu wilayah yang sebagian besar lahan pertaniannya terdiri atas lahan kering.

Lebih terperinci

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija Badan Litbang Pertanian mulai tahun 2011 mencanangkan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI)

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR Amir dan M. Basir Nappu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENGELOLAAN RUMAH KACA DI BPTP BENGKULU

LAPORAN AKHIR PENGELOLAAN RUMAH KACA DI BPTP BENGKULU LAPORAN AKHIR PENGELOLAAN RUMAH KACA DI BPTP BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik KONSEP GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 73 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Abstrak Sumanto 1) dan Suwardi 2) 1)BPTP Kalimantan Selatan, Jl. Panglima Batur Barat No. 4, Banjarbaru 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN DISEMINASI GELAR TEKNOLOGI DAN TEMU LAPANG

LAPORAN KEGIATAN DISEMINASI GELAR TEKNOLOGI DAN TEMU LAPANG LAPORAN KEGIATAN DISEMINASI GELAR TEKNOLOGI DAN TEMU LAPANG BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGAH 2003 1 LAPORAN PELAKSANAAN DISEMINASI GELAR

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 206 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA SELATAN No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target. Tersedianya teknologi pertanian spesifik 2. Dihasilkannya rumusan rekomendasi

Lebih terperinci

SISTEM INTEGRASI TANAMAN TERNAK : Upaya Meningkatkan Kesejahteraan dan Daya Saing Peternak Jawa Barat

SISTEM INTEGRASI TANAMAN TERNAK : Upaya Meningkatkan Kesejahteraan dan Daya Saing Peternak Jawa Barat SISTEM INTEGRASI TANAMAN TERNAK : Upaya Meningkatkan Kesejahteraan dan Daya Saing Peternak Jawa Barat Rini Sudaryani,MSc. Pusat Inkubator Bisnis - UNPAD PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK

PEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK PEMBAHASAN UMUM Temuan yang dibahas dalam bab-bab sebelumnya memperlihatkan bahwa dalam menghadapi permasalahan PBK di Kabupaten Kolaka, pengendalian yang dilakukan masih menumpu pada pestisida sebagai

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL Eko Srihartanto et al.: Penerapan Sistem Tanam Jajar PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL Eko Srihartanto 1), Sri Wahyuni

Lebih terperinci

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis LAPORAN AKHIR TA. 2013 STUDI KEBIJA AKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAUU JAWAA (TAHUN KE-2) Oleh: Bambang Irawan Gatoet Sroe Hardono Adreng Purwoto Supadi Valeriana Darwis Nono Sutrisno

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALITBANGTAN YOGYAKARTA

LAPORAN KINERJA BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALITBANGTAN YOGYAKARTA LAPORAN KINERJA BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALITBANGTAN YOGYAKARTA BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALITBANGTAN YOGYAKARTA BADAN LITBANG PERTANIAN 2017 KATA PENGANTAR Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN WALIKOTA TEBING TINGGI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KOTA TEBING

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG Resmayeti Purba dan Zuraida Yursak Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39 Ketersediaan sumber pakan hijauan masih menjadi permasalahan utama di tingkat peternak ruminansia. Pada musim kemarau tiba mereka terpaksa harus menjual dengan harga murah untuk mengatasi terbatasnya hijauan

Lebih terperinci

INDEKS. biofuel 63, ceteris paribus 164 constant return to scale 156, 166

INDEKS. biofuel 63, ceteris paribus 164 constant return to scale 156, 166 INDEKS A adopsi teknologi 94, 100, 106, 111, 130, 171, 177 agregat 289, 295, 296, 301, 308, 309, 311, 313 agribisnis 112, 130, 214, 307, 308, 315, 318 agroekosistem 32, 34, 35, 42, 43, 52, 55, 56, 57,

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIN) TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIN) TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIN) TAHUN 2016 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN YOGYAKARTA BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau

Lebih terperinci

SALINAN NOMOR 5/E, 2010

SALINAN NOMOR 5/E, 2010 SALINAN NOMOR 5/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2010 WALIKOTA MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN MADIUN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci