Skripsi. Oleh Nurma Permata Sari K

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Skripsi. Oleh Nurma Permata Sari K"

Transkripsi

1 PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PERPADUAN PEMBELAJARAN LABORATORIUM DAN LINGKUNGAN ALAM DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 GONDANGREJO Skripsi Oleh Nurma Permata Sari K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2 6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadian manusia. Fokus dari pendidikan adalah bagaimana memberikan inspirasi, teladan dan rangsangan kepada peserta didik sehingga dari proses pendidikan tersebut dapat dihasilkan manusia-manusia yang berkualitas. Pendidikan bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik, tetapi merupakan upaya untuk mengkonstruksi pengetahuan melalui aktivitas berpikir peserta didik sehingga pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa hendaknya lebih mengarah pada peningkatan aktivitas dan partisipasi siswa. Hasil observasi yang dilakukan di kelas VII A SMP Negeri 1 Gondangrejo menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum melibatkan siswa secara menyeluruh. Rendahnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran ditandai dengan hanya 30% (12 siswa) yang berani menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru dan hanya 5% (2 siswa) yang berani mengajukan pertanyaan. Tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran yang berupa kesediaan siswa untuk menperhatikan sebenarnya memiliki nilai yang cukup baik. Sebesar 65% (26 siswa) mau memperhatikan penjelasan yang diberikan guru. Namun perhatian ini tidak diiringi keinginan siswa untuk memberikan kontribusi dalam pembelajaran. Hal ini jelas terlihat ketika siswa diberi sejumlah soal untuk didiskusikan dan dikerjakan, hanya 40% (16 siswa) yang bersedia mengerjakan. Siswa yang lain lebih suka bermain-main dan akhirnya mencontoh pekerjaan siswa lain yang sudah selesai. Pembelajaran biologi senantiasa dilaksanakan di kelas dengan guru sebagai sumber belajar yang utama sehingga pengalaman belajar siswa sebatas mendengar dan mencatat penjelasan guru. Siswa kurang berinteraksi dengan sumber belajar yang lain sehingga pembelajaran cenderung bersifat tekstual dan menekankan pada penyelesaian materi pelajaran. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat dari Rohandi (2009: 117) yang mengemukakan bahwa ciri pokok

3 7 pembelajaran sains adalah adanya interaksi antara anak dengan lingkungan. Siswa harus diberi kesempatan untuk bersentuhan langsung dengan objek yang akan atau sedang dipelajari. Identifikasi masalah dari hasil observasi di kelas VII A menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran rendah karena siswa hanya menerima materi biologi yang diajarkan oleh guru. Siswa tidak dilibatkan dalam usaha untuk mengkontruksi suatu konsep sehingga materi pelajaran menjadi sesuatu yang hanya dihafalkan dan akhirnya mudah dilupakan. Pembelajaran seakan-akan menjadi sesuatu yang tidak bermakna bagi siswa. Pembelajaran akan bermakna apabila siswa ikut terlibat langsung dalam pembelajaran, siswa bekerja, menemukan dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Guru harus melakukan suatu inovasi dalam pembelajaran untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di kelas. Kurangnya partisipasi siswa yang mencakup keterlibatan, dorongan memberikan sumbangan dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan pembelajaran dapat ditingkatkan oleh guru dengan menerapkan suatu pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dengan memaksimalkan sumber-sumber belajar yang terdapat di sekolah. Salah satu alternatif pembelajaran yang dapat dijadikan pilihan adalah perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam. Pembelajaran laboratorium adalah pembelajaran yang menggunakan laboratorium sebagai sumber belajar. Laboratorium merupakan suatu tempat yang sengaja didesain untuk kegiatan penelitian dan percobaan, sehingga sangat tepat jika laboratorium digunakan untuk pembelajaran biologi. Pembelajaran laboratorium ini akan dipadukan dengan pembelajaran lingkungan alam. Pembelajaran lingkungan alam adalah pembelajaran yang mendayagunakan lingkungan alam sebagai sumber belajar. Seorang guru dapat menunjukkan kepada siswa bahwa materi biologi yang dipelajari sebenarnya sangat dekat, bahkan berinteraksi secara langsung dengan pengalaman keseharian siswa melalui pembelajaran lingkungan alam. Perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam dilaksanakan dengan metode eksperimen, diskusi dan tanya jawab. Eksperimen

4 8 dilaksanakan di laboratorium dengan mengambil alat dan bahan dari lingkungan alami di sekitar sekolah. Pembelajaran ini diharapkan dapat menyadarkan siswa bahwa laboratorium dan lingkungan alam di sekitar dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang menarik, terutama dalam pelajaran biologi. Melalui kegiatan pembelajaran tersebut siswa dapat mengalami, menemukan dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya sehingga siswa benar-benar berpartisipasi dalam pembelajaran. Perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam diharapkan mampu meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi sehingga juga meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas VII A SMP Negeri 1 Gondangrejo pada Tahun Pelajaran 2008/2009. Penelitian dilaksanakan pada pokok bahasan pengelolaan lingkungan. Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan judul penelitian: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PERPADUAN PEMBELAJARAN LABORATORIUM DAN LINGKUNGAN ALAM DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 GONDANGREJO. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan yang berkaitan dengan penelitian sebagai berikut: Apakah perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi di kelas VII A SMP Negeri 1 Gondangrejo? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi melalui perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam di kelas VII A SMP Negeri 1 Gondangrejo.

5 9 D. Manfaat Penelitian Pembelajaran dengan menggunakan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Siswa a. Memberikan pengalaman belajar yang baru bagi siswa sehingga dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi. 2. Bagi Guru a. Memberikan masukan bagi guru mengenai manfaat perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alami untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi. b. Membangkitkan kinerja guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. 3. Bagi sekolah a. Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran. b. Menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun program peningkatan proses pembelajaran pada tahap berikutnya.

6 10 1BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Partisipasi Siswa a. Pengertian Partisipasi Siswa Partisipasi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu participation yang secara istilah berarti pengambil bagian atau pengikutsertaan. Kata partisipasi memiliki pengertian yang luas. Suparno (2001: 81) menyatakan bahwa partisipasi atau keterlibatan siswa adalah kegiatan dimana subjek yang belajar ikut serta mempraktekkan sesuatu, baik secara terbuka (overt) maupun secara tertutup (covert). Winkel (2005: 276) mengemukakan bahwa partisipasi mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Bentuk partisipasi ini dinyatakan dalam kesediaan untuk memberikan reaksi terhadap rangsang yang disajikan, sebagai contoh adalah kesediaan siswa untuk melaksanakan tugas yang diberikan guru. Partisipasi siswa dalam pembelajaran tidak hanya ditunjukkan oleh gerak siswa secara fisik, tetapi ditunjukkan juga oleh keterlibatan mental dan emosional siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut diungkapkan oleh Suryosubroto (2002: ) yang menyatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental, emosi dan fisik seseorang dalam memberikan inisiatif terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan serta mendukung tercapainya tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatan tersebut. Rahmawaty (2006: 2) mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan mental dan emosional individu dalam situasi kelompok yang mendorong untuk memberi sumbangan terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggung jawab bersama. Berdasarkan definisi tersebut terdapat 3 aspek penting partisipasi dalam pembelajaran yaitu keterlibatan siswa, dorongan untuk memberikan sumbangan dan tanggung jawab siswa terhadap proses pembelajaran.

7 11 Yamin (2007: 76) mengemukaan bahwa dalam diri seseorang terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Apapun yang dipelajari siswa dalam kegiatan belajar, siswa harus mengalami sendiri karena tidak ada seorang pun yang dapat menggantikan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pendapat ini didukung oleh Dewey dalam Yamin (2007: 82) yang menjelaskan pentingnya prinsip learning by doing dalam pembelajaran, yaitu bahwa siswa perlu terlibat dan berpartisipasi secara spontan dalam pembelajaran. Keinginan siswa akan hal-hal yang belum diketahuinya mendorong siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Peran guru adalah sebagai penyedia sarana bagi siswa untuk dapat belajar. Sinergi antara peran siswa dan guru dalam pembelajaran yang aktif akan menciptakan pengalaman belajar yang bermakna. b. Manfaat Partisipasi Suryosubroto (2002: 282) mengemukakan manfaat dari partisipasi, yaitu lebih besarnya kemungkinan memperoleh keputusan yang benar karena banyaknya sumbangan pikiran, melatih untuk bertanggung jawab dan mendorong untuk membangun kepentingan bersama. Yamin (2007: 78) menjelaskan bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat, berfikir kritis dan memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Pendapat di atas menunjukan bahwa partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat mengembangkan kapasitas belajar dan potensi-potensi yang dimiliki siswa secara penuh. Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran akan mengembangkan potensi diri dan kreativitas siswa secara optimal, serta dapat melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap proses dan hasil belajar yang dijalaninya. Partisipasi siswa dalam pembelajaran akan memberikan peranan yang penting bagi keberhasilan tujuan dari proses pembelajaran yang terkait. d. Syarat Terjadinya Partisipasi Siswa Yamin (2007: 80-81) menjelaskan bahwa peran aktif dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan apabila pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa sedangkan guru berperan sebagai

8 12 pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar. Selain itu tujuan kegiatan pembelajaran harus tercapai kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar), dan pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa, meningkatkan kemampuan minimalnya, mencipta siswa yang kreatif serta mampu menguasai konsep-konsep. Yang terakhir adalah adanya pengukuran secara kontinu terhadap berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Partisipasi siswa dapat terjadi apabila dalam proses pembelajaran tercipta suatu kondisi yang dapat merangsang tumbuhnya peran serta dan partisipasi siswa. Gagne dan Briggs (1979) dalam Yamin (2007: 83) menjelaskan rangkaian kegiatan pembelajaran untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasi siswa meliputi 9 aspek, antara lain memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, menjelaskan tujuan instruksional, mengingatkan kompetensi prasyarat, memberikan stimulus, memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya, memunculkan aktivitas dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, memberikan umpan balik, melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pembelajaran. Seorang guru diharapkan memiliki keterampilan untuk merangsang tumbuhnya partisipasi siswa sehingga peran serta dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran akan meningkat dan pada akhirnya kegiatan pembelajaran akan lebih berpusat pada siswa. c. Pola Partisipasi Siswa Yamin (2007: 78-79) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah istilah untuk menggambarkan peran yang lebih banyak terletak pada siswa, guru sebagai pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar dan tercapainya indikator yang dikehendaki. Siswa adalah aktor atau subyek yang harus banyak berperan dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri, tidak hanya sebagai siswa yang pasif tetapi sebagai siswa yang berperan membuat perencanaan, pelaksanaan, dan tercapainya suatu hasil (output) berdasarkan kreativitas dan partisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Skema hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Skema hubungan partisipasi antara guru dan siswa menunjukkan bahwa seorang guru harus mampu menciptakan suatu kondisi belajar yang dapat

9 13 merangsang peran aktif dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Proses pembelajaran harus berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut terlibat secara penuh di dalam kegiatan belajar yang dilakukan. Guru Merangsang peran aktif dan partisipasi Siswa Gambar 1. Skema Hubungan Partisipasi Antara Guru dan Siswa. Pola aktivitas dan partisipasi siswa dijelaskan lebih lanjut oleh Yamin (2007: 79) yaitu peran aktif dan partisipasi siwa dalam proses pembelajaran adalah tercapainya suatu indikator dari kompetensi dasar yang telah dikembangkan dari materi pokok. Pola aktivitas dan partisipasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Peran Aktif dan Partisipasi Siswa Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator Gambar 2. Pola Aktivitas dan Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran. Seorang guru diharapkan mampu menemukan kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar) yang dikembangkan dari materi pokok pembelajaran. Selanjutnya kompetensi dasar yang telah diperoleh, akan dijabarkan menjadi beberapa indikator yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Jadi aktivitas dan

10 14 partisipasi merupakan penekanan pembelajaran kompetensi yang menekankan tercapainya suatu tujuan (indikator) yang dikehendaki. e. Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran Biologi Biologi merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan atau sains. Biologi termasuk dalam life sciences sehingga objek kajiannya adalah makhluk hidup dan lingkungan sekitar (Sumaji, 2009: 31). Pembelajaran biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Kegiatan siswa dalam pembelajaran diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga partisipasi siswa sangat diperlukan dalam pembelajaran biologi. Yamin (2007: 84-86) menyebutkan adanya beragam aktivitas dan partisipasi siswa dalam pembelajaran, termasuk juga dalam pembelajaran biologi. Aktivitas dan partisipasi siswa dalam pembelajaran tersebut terbagi dalam delapan kategori, yaitu kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis, menggambar, kegiatan metrik, mental dan emosional. Kegiatan visual dalam pembelajaran biologi meliputi membaca, melihat gambar, demonstrasi, pengamatan dalam eksperimen. Sedangkan kegiatan lisan (oral) berupa kegiatan siswa dalam mengemukakan fakta, ide, gagasan, pendapat, pertanyaan dan mengajukan pertanyaan. Kegiatan mendengarkan terjadi ketika siswa mendengarkan penjelasan dari teman saat diskusi kelompok atau penyajian bahan. Penulisan laporan hasil kegiatan diskusi, membuat rangkuman dan mengerjakan tugas termasuk kegiatan menulis. Kegiatan siswa ketika menggambar, membuat grafik atau charta termasuk kegiatan menggambar, sedangkan kegiatan metrik mengacu pada kegiatan fisik siswa saaat melakukan percobaan, memilih alat-alat dan berkebun. Kegiatan mental emosional merupakan kegiatan yang melibatkan psikis siswa. Kegiatan mental meliputi kegiatan siswa dalam memecahkan masalah, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan, sedangkan kegiatan emosional berkaitan dengan perasaan pada diri siswa seperti minat, sikap berani atau tenang.

11 15 2. Pembelajaran Laboratorium dan Lingkungan Alam a. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata belajar sehingga pengertian pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari pengertian belajar itu sendiri. Hamalik (2003: 37) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat interaksi antara individu dengan lingkungan. Manusia belajar untuk merubah perilaku menjadi lebih baik. Winkel (2005: 36) mengartikan belajar sebagai suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Suparno (2001: 2) menyatakan bahwa dalam pengertian yang umum, belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukan. Perubahan-perubahan tersebut tidak disebabkan faktor kelelahan (fatigue), kematangan, ataupun karena mengkonsumsi obat tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian belajar maka dapat diketahui bahwa terdapat 4 unsur pokok dalam belajar yaitu belajar adalah aktivitas diri dan merupakan suatu proses pengalaman, perolehan pengetahuan dan keterampilan, serta perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen. Berdasarkan beberapa definisi tentang belajar, maka dapat dirumuskan pengertian dari pembelajaran, yaitu usaha agar peserta didik dapat melakukan perubahan pengetahuan, pemahaman, persepsi dan perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai hasil latihan dan pengalaman. Pembelajaran berlangsung sebagai suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dipahami peserta didik. Nilai tersebut tidak datang dengan sendirinya tetapi terambil dari berbagai sumber yang disebut sumber belajar. Djamarah dan Zain (2006: 139) menyatakan bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai tempat memperoleh pengajaran atau asal untuk belajar seseorang. Sumber belajar berupa materi atau bahan untuk mendapatkan pengetahuan baru bagi pembelajar. Menurut Djamarah dan Zain (2006: 139) ada 5 kategori sumber belajar, yaitu manusia, buku atau perpustakaan, media massa,

12 16 alam lingkungan dan media pendidikan. Berbagai macam sumber belajar tersebut membuat kegiatan pembelajaran bisa dilakukan di mana saja, baik di dalam maupun di luar kelas bahkan di luar sekolah. Pembelajaran di luar kelas dapat dilaksanakan di laboratorium dan lingkungan sekitar. b. Pembelajaran Laboratorium Menurut Darma (2008: 33) laboratorium adalah tempat siswa berpraktek, baik untuk menguji suatu konsep, untuk mencari dan menemukan, maupun memahami suatu proses atau prosedur tertentu. Laboratorium merupakan suatu tempat yang sengaja didesain untuk terjadinya proses pembelajaran. Berdasarkan pernyataan tersebut maka pembelajaran laboratorium dapat diartikan sebagai proses membelajarkan peserta didik dengan memanfaatkan laboratorium sebagai sarana penunjang. Pada pembelajaran laboratorium siswa dituntut untuk menguji, memverifikasi atau membuktikan teori atau prinsip ilmiah yang sudah dipelajari. Ada juga percobaan yang dirancang oleh guru sehingga siswa melakukan percobaan dengan prosedur yang sudah terstruktur sehingga mampu menghasilkan data empiris yang akhirnya membawa siswa kepada prinsip atau teori yang tidak diketahui sebelumnya. Menurut Darma (2008: 34-35) terdapat 3 prinsip umum dalam pembelajaran laboratorium, yaitu prinsip belajar untuk berbuat, keingintahuan dan berpikir ilmiah. Laboratorium bukanlah tempat untuk mempelajari data atau fakta yang diarahkan untuk menguasai materi yang bersifat hafalan sehingga guru harus memberi kesempatan siswa untuk bekerja secara mandiri sesuai pemahamannya. Tugas guru sebatas membantu ketika siswa mengalami kesulitan. Keingintahuan sangat diperlukan dalam pembelajaran laboratorium karena akan membangkitkan motivasi siswa untuk belajar di laboratorium sehingga sebelum pembelajaran dimulai, guru perlu mengembangkan rasa penasaran siswa. Pembelajaran laboratorium digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, yaitu proses berpikir secara sistematis, empiris dan terkontrol. Bertolak dari prinsip belajar untuk berbuat maka kegiatan pembelajaran laboratorium harus mencerminkan aspek belajar siswa psikomotorik. Berbagai

13 17 kegiatan yang dapat dilakukan untuk melibatkan siswa dalam laboratorium, diantaranya adalah merakit peralatan, melakukan pengamatan terhadap gejala alamiah, melakukan pengamatan terhadap proses dalam laboratorium tertutup, memberikan penjelasan tentang percobaan yang dilakukan (Sumaji, 2009: 43). c. Pembelajaran Lingkungan Alam Siahaan (2004: 4) berpendapat bahwa lingkungan adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat di sekeliling manusia dan dapat mempengaruhi kehidupan dari manusia tersebut. Pendapat ini didukung oleh Aristorahadi (2008:1) yang menyatakan bahwa lingkungan adalah segala sesuatu baik yang berupa benda hidup maupun benda mati yang terdapat di sekitar manusia (di sekitar tempat tinggal maupun sekolah). Antara manusia dan lingkungan terjadi interaksi atau pengaruh timbal balik yang berlangsung terus menerus dan saling ketergantungan satu sama lain. Pembelajaran pun tidak bisa dipisahkan dengan lingkungan karena pada hakikatnya belajar berlangsung dalam interaksi aktif antara individu dan lingkungan. Mulyasa (2006: 101) menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan lingkungan adalah suatu pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik dengan mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar. Asumsi dari pendekatan ini adalah kenyataan bahwa pembelajaran akan menarik perhatian peserta didik jika yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan bermanfaat bagi lingkungan. Belajar dengan pendekatan lingkungan berarti peserta didik mendapatkan pemahaman dan pengetahuan dengan cara mengamati segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Ramadhan (2008: 1) mengemukakan bahwa berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar. Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta lingkungan. Selain itu, konsep-konsep sains dan lingkungan dapat dengan mudah dikuasai siswa melalui pengamatan pada situasi konkret. Pendekatan lingkungan membuat pembelajaran menjadi bermakna karena sikap

14 18 verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep dapat diminimalkan dan pemahaman siswa akan membekas dalam ingatan. Tujuan utama pembelajaran lingkungan alam adalah untuk menghubungkan kembali peserta didik dengan lingkungan alam sekitar. Pada pembelajaran lingkungan guru berhak dan berkuasa penuh menentukan suasana atau lingkungan belajar yang akan dilakukan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Barker (2007: 148) terdapat beberapa cara untuk menghubungkan kembali peserta didik dengan lingkungan, diantaranya adalah memanfaatkan makhluk hidup sebagai sumber belajar secara nyata. Sumber belajar tersebut dapat berupa sumber asli (narasumber) atau sumber tiruan (model, gambar). Cara lain yang dapat dilakukan adalah pelaksanaan pembelajaran di luar ruangan sehingga siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungan. Prinsip pembelajaran lingkungan alam sama dengan pembelajaran laboratorium, bahwa belajar itu bukan hanya mencatat dan menghafal, tetapi suatu proses berbuat yang didorong oleh rasa ingin tahu dari siswa. Prinsip pembelajaran berbasis lingkungan dijelaskan secara lebih rinci oleh Herawati (2008: 1) bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan lingkungan alam tidak perlu mengubah sistem kurikulum yang berlaku. Pembelajaran juga mudah dilaksanakan karena menggunakan potensi wilayah sebagai sumber belajar dan adanya motto sederhana dalam sarana, tapi kaya tujuan. Saat pembelajaran berlangsung peranserta siswa sangatlah penting karena paradigma school to work menjadi dasar dari semua kegiatan pendidikan. d. Metode dalam Penerapan Perpaduan Pembelajaran Laboratorium dan Lingkungan Alam Penerapan perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam menggunakan beberapa metode, diantaranya sebagai berikut: 1) Metode Eksperimen Djamarah dan Zain (2006: 95) menyatakan bahwa metode eksperimen adalah cara pelaksanaan pembelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Metode

15 19 eksperimen menyajikan bahan ajar melalui peragaan yang didukung peralatan yang memadai. Eksperimen dilakukan secara berkelompok. Guru mengajukan suatu permasalahan untuk memancing rasa keingintahuan siswa. Siswa melaksanakan percobaan di laboratorium dengan menggunakan bahan-bahan yang terdapat di lingkungan alam. Pemecahan masalah selanjutnya berlangsung tahap demi tahap sesuai dengan pemahaman siswa dari percobaan yang telah dilakukan. Kegiatan eksperimen memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami atau melakukan sendiri, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang objek, keadaan atau proses tertentu. 2) Metode Diskusi Roestiyah (2002: 5) menyatakan bahwa diskusi adalah proses interaksi antara dua individu atau lebih yang terlibat, tukar menukar pengalaman dan informasi untuk memecahkan masalah. Diskusi dapat terjadi jika semua peserta aktif, tidak ada yang jadi pendengar saja. Metode diskusi mampu mempertinggi partisipasi siswa secara individual kareana adanya kemungkinan untuk mengungkapkan pendapat masing-masing peserta diskusi. Jenis diskusi yang dipakai adalah diskusi buzz-group yaitu satu kelompok besar (kelas) dibagi menjadi 2 sampai 8 kelompok kecil, kelompok kecil ini diminta melaporkan hasil diskusi pada kelompok besar. 3) Metode Tanya Jawab Menurut Djamarah dan Zain (2006: 107) metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran secara interaktif dari guru ke siswa atau dari siswa ke guru dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab. Tanya jawab dapat menumbuhkan perhatian siswa dalam pelajaran dan mengembangkan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan pengalamannya sehingga pengetahuan tersebut dapat lebih fungsional. Jawaban siswa pada saat kegiatan diskusi mencerminkan penguasaan siswa terhadap materi yang sedang dipelajari.

16 20 B. KERANGKA BERPIKIR Sains bukan sekedar kumpulan pengetahuan belaka, tetapi juga merupakan suatu proses penelusuran sehingga pembelajaran sains termasuk biologi menuntut partisipasi siswa secara aktif di dalamnya. Peran guru dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai fasilitator, yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan berbagai objek yang dipelajari. Siswa tidak hanya diarahkan untuk menguasai dan memahami materi, tetapi diposisikan sebagai subjek belajar yang yang mampu menemukan dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar, termasuk laboratorium dan lingkungan alami. Kegiatan pembelajaran siswa juga diarahkan untuk memecahkan masalah yang terjadi lingkungan atau kehidupan nyata sesuai dengan konsep yang dipelajari. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas, didapatkan kenyataan bahwa masih terjadi permasalahan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran senantiasa dilakukan di kelas dengan guru sebagai sumber belajar yang utama. Siswa kurang berinteraksi dengan sumber belajar yang lain. Kegiatan siswa dalam pembelajaran terbatas pada mendengar, mencatat penjelasan dari guru dan mengerjakan soal sehingga walaupun mereka memiliki perhatian yang cukup tinggi namun partisipasi siswa dalam pembelajaran rendah. Berdasarkan keadaan tersebut maka perlu adanya usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Salah satu cara yang ditempuh adalah melaksanakan perpaduan antara pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam. Melalui perpaduan pembelajaran tersebut siswa diharapkan dapat memanfaatkan laboratorium dan lingkungan alam sebagai sumber belajar. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan di laboratorium dengan menggunakan alat dan bahan yang terdapat di laboratorium dan lingkungan alami di sekitar sekolah. Kegiatan tersebut akan membuat siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran karena siswa terlibat secara aktif membangun sendiri pengetahuan dari fakta-fakta yang dialami ketika pembelajaran berlangsung. Keberhasilan pembelajaran terlihat ketika siswa mampu membangun sendiri pengetahuan berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan dan mampu memecahkan

17 permasalahan yang terjadi. Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dibuat, maka dapat digambarkan alur pemikiran dalam penelitian seperti pada Gambar 3. 21

18 PENYEBAB Guru sebagai sumber belajar utama Kegiatan siswa saat pembelajaran terbatas pada mendengar dan mencatat AKIBAT Pembelajaran terpusat pada guru sehingga partisipasi siswa dalam pembelajaran rendah 22 MASALAH Partisipasi siswa dalam pembelajaran rendah SOLUSI PERPADUAN PEMBELAJARAN LABORATORIUM DAN LINGKUNGAN ALAM MANFAAT 1. Siswa dapat memanfaatkan laboratorium dan lingkungan alam sebagai sumber belajar. 2. Siswa terlibat dalam pembelajaran secara fisik dan mental. 3. Pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. TARGET Partisipasi siswa dalam pembelajaran Biologi meningkat. Gambar 3. Skema Kerangka Berpikir

19 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini direncanakan di SMP Negeri 1 Gondangrejo kelas VII A Tahun Pelajaran 2008/2009 dengan jumlah siswa sebanyak 40 anak. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan secara bertahap mulai Bulan Maret sampai Desember Urutan pelaksanaan kegiatan penelitian dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian. Tahap persiapan meliputi observasi, pengajuan judul, penyusunan proposal, perijinan dan pembuatan instrumen penelitian. Observasi terhadap kegiatan pembelajaran dilakukan pada tanggal 10 Maret Penyusunan proposal, perijinan dan pembuatan instrumen penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2009 sampai Mei Tahap pelaksanaan tindakan meliputi pengumpulan data dan analisis data dilakukan selama bulan Mei 2009 sampai Juni Penelitian dilaksanakan sebanyak 7 kali tatap muka dengan waktu 10 x 40 menit. Siklus I dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan (5 x 40 menit) sedangkan siklus II dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan (5 x 40 menit). Tahap penyelesaian meliputi analisis data dan penyusunan laporan hasil penelitian sesuai tujuan yang ingin dicapai. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Juni 2009 sampai Desember B. Bentuk dan Strategi Penelitian Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (classroom action research). Berdasarkan tujuan penelitian maka penelitian ini tidak menguji hipotesis secara kuantitatif, akan tetapi mendekripsikan dan menginterpretasikan data, fakta dan keadaan yang ada, serta melakukan analisis tentang bagaimana 1

20 2 perpaduan antara pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi. Penelitian tindakan terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan berurutan yang kembali ke langkah semula. Jadi, satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Strategi ini bertujuan untuk menggambarkan serta menjelaskan kenyataan yang terjadi di lapangan. Kenyataan yang dimaksud adalah partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi sebelum dan sesudah diberi tindakan berupa penerapan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam. C. Sumber Data Penelitian Ada 3 sumber data penting yang dijadikan sebagai sasaran penggalian dan pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Sumber data tersebut meliputi : 1. Tempat dan peristiwa yang terkait pada pokok kajian dan objek pengamatan lain yang ikut berperan dalam memecahkan masalah dalam penelitian ini. 2. Informan dalam penelitian ini adalah guru biologi yang bersangkutan dan siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Gondangrejo. 3. Dokumentasi atau arsip, yang berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan buku pelajaran biologi kelas VII. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data meliputi observasi, wawancara, angket, tes, dan kajian dokumen yang masing-masing secara singkat diuraikan sebagai berikut: 1. Observasi Observasi yang dilaksanakan adalah pengamat berperan serta secara pasif. Observasi dilakukan untuk mengamati perkembangan pembelajaran yang

21 3 dilakukan siswa dan guru sejak sebelum pelaksanaan tindakan, pada saat pelaksanaan tindakan sampai akhir tindakan. Observasi dilaksanakan secara sistematik dengan menggunakan lembar observasi yang dilengkapi aspek-aspek yang akan diteliti sebagai instrumen pengamatan proses pembelajaran. Fokus dalam observasi adalah partisipasi siswa dalam pembelajaran yang meliputi 3 aspek, yaitu keterlibatan siswa, dorongan untuk memberikan sumbangan dan tanggung jawab siswa. 2. Wawancara Wawancara atau diskusi erat kaitannya dengan proses observasi. Wawancara dilakukan dengan guru dan siswa yang bertujuan untuk mendapatkan informasi balikan dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara secara mendalam (in-dept interview) dan dilakukan secara informal kepada guru dan siswa. Waktu dan tempat wawancara tidak ditentukan secara mendetail tetapi digunakan pada saat yang dianggap tepat. Wawancara digunakan untuk mengetahui partisipasi siswa dalam pembelajaran sesudah diterapkannya pembelajaran berbasis lingkungan. 3. Angket Angket diberikan kepada untuk mengukur partisipasi siswa pada pembelajaran biologi dari sudut pandang siswa sendiri. Angket tersebut dianalisis sehingga dapat diketahui ada tidaknya peningkatan partisipasi siswa selama pelaksaan tindakan. Angket bersifat tertutup. Penyusunan angket menggunakan skala Likert yaitu dengan menggunakan rentang mulai dari pernyataan sangat positif sampai pernyataan sangat negatif. Alternatif pilihan jawaban adalah sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Validitas angket diuji dengan mengadakan try out yang diadakan di kelas yang diteliti. Teknik penilaian atau pemberian skor angket mengacu pada Sudjana (2009: 81) yang disajikan dalam Tabel 1. Arikunto (2002: 245) mengemukakan bahwa terdapat beberapa skala dalam mengolah nilai, diantaranya skala bebas, skala 1-10, skala 1-100, dan skala

22 huruf. Konversi skor dalam mengolah nilai menurut Arikunto (2002) seperti pada Tabel 2. Tabel 1. Teknik Penilaian Angket Pernyataan Sangat Kurang Tidak Sangat Setuju setuju setuju setuju tidak setuju Pernyataan positif Pernyataan negatif Tabel 2. Konversi Skor dalam Pengolahan Nilai Angka 100 Angka 10 Huruf Keterangan A Baik Sekali B Baik C Cukup D Kurang E Gagal Berdasarkan Tabel 2, maka rentang skor dalam mengolah nilai juga dapat disajikan dalam bentuk persentase seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Konversi Skor dalam Pengolahan Nilai (%) Skor (%) Keterangan Baik Sekali Baik Cukup Kurang Gagal E. Validitas Data Untuk menjaga validitas data digunakan dengan teknik triangulasi, yaitu pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian adalah triangulasi metode. Triangulasi metode adalah penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda, dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya (Sutopo, 2002: 81). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui observasi

23 5 angket dan wawancara. Skema triangulasi dalam penelitian seperti pada Gambar 4. Angket Data Wawancara Sumber data Observasi Gambar 4. Skema Triangulasi F. Analisis Data Analisis data dilakukan sejak awal sampai berakhirnya pengumpulan data. Analisis yang dilakukan berupa penilaian terhadap semua data kegiatan penelitian yang telah dilakukan di lapangan. Analisis data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Teknik analisis ini mengacu pada model analisis Miles dan Huberman (1992: 16-19) yang dilakukan dalam 3 komponen yaitu: 1. Reduksi data yaitu meliputi penyeleksian data melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas. 2. Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang merupakan penyusunan informasi secara sistematik dari hasil reduksi data dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi pada masing-masing siklus. 3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan upaya pencarian makna data, mencatat keteraturan dan penggolongan data. Data yang terkumpul disajikan secara sistematis dan bermakna.

24 6 G. Prosedur Penelitian Prosedur dan langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart dalam Aqib (2006: 22-23) yang berupa model spiral yaitu menggunakan 4 komponen penelitian tindakan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Langkah-langkah operasional penelitian meliputi tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi dan tindak lanjut sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan a. Permohonan ijin pada kepala sekolah dan guru Biologi SMP Negeri 1 Gondangrejo. b. Melakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Observasi dilaksanakan dengan mengikuti pembelajaran biologi yang diadakan di kelas VII A SMP Negeri 1 Gondangrejo. c. Identifikasi masalah pembelajaran biologi di kelas VII A. Identifikasi permasalahan dilakukan bersama-sama dengan guru biologi yang bersangkutan. 2. Tahap Perencanaan Berdasarkan hasil observasi dan identifikasi masalah, maka diajukan alternatif pemecahan masalah berupa penerapan perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan tahap perencanaan ini adalah: a. Menentukan materi pembelajaran yakni pokok bahasan Pengelolaan Lingkungan, sekaligus menyusun perangkat mengajar yang berupa silabus (Lampiran 1a) dan rencana pelaksanaan pembelajaran (lampiran 1b). b. Menyusun instrumen penelitian berupa: 1) Lembar observasi partisipasi siswa dalam pembelajaran 2) Angket partisipasi siswa dalam pembelajaran 3) Pedoman wawancara tentang partispasi siswa dalam pembelajaran 4) Persiapan alat dan bahan pembelajaran yang sesuai

25 7 3. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan merupakan implementasi dari perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran I dan II (Lampiran 1b dan 1c). Pembelajaran diawali guru dengan memberikan suatu masalah untuk dipecahkan siswa. Setelah itu siswa bekerja secara kelompok melaksanakan eksperimen di laboratorium dengan mengambil alat dan bahan yang diperlukan dari lingkungan sekitar sekolah. Eksperimen diarahkan untuk menemukan pemecahan dari masalah tersebut. Hasil temuan siswa didiskusikan dalam kelompok masing-masing dan kemudian dilanjutkan dengan pelaporan hasil temuan di depan kelas. Kegiatan presentasi dilanjutkan dengan kegiatan tanya jawab yang dibimbing langsung oleh guru. Seiring dengan kegiatan presentasi dan tanya jawab, guru mengevaluasi hasil temuan siswa dan memberikan poin-poin penting terkait materi pelajaran. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan penarikan kesimpulan dari temuan-temuan yang diperoleh siswa. 4. Tahap Observasi Observasi dilakukan selama berlangsungnya proses. Observasi berupa kegiatan pemantauan, pencatatan serta pendokumentasian seluruh kegiatan siswa selama pelaksanaan pembelajaran. Sebagai data pendukung observasi adalah hasil wawancara terhadap guru dan siswa, angket partisipasi siswa dalam pembelajaran, serta kajian dokumen yang ada. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang dilakukan. 5. Tahap Refleksi Tahap ini berupa analisis proses dan dampak dari pelaksanaan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam sehingga dapat dijadikan pertimbangan untuk menarik kesimpulan dari pelaksanaan tindakan pertama (siklus I) yang telah dilaksanakan. Hasil analisis berupa kelebihan, kelemahan, ataupun hambatan dalam pelaksanaan tindakan dijadikan penentu keberhasilan tindakan dan langkah yang akan diambil selanjutnya (siklus II). Setelah dilakukan proses analisis maka langkah selanjutnya adalah perbaikan pada pelaksanaan

26 siklus II sehingga pelaksanaan pembelajaran pada siklus II memberikan hasil yang optimal dan dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Keberhasilan pembelajaran mengacu pada Mulyasa (2005: 131) yang menjelaskan bahwa jika ditinjau dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas jika seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif. Untuk mengukur keberhasilan tindakan maka dirumuskan indikator-indikator ketercapaian dalam bentuk persentase. Berdasarkan hasil observasi awal maka indikator keberhasilan penelitian ini dirumuskan pada Tabel 4. Tabel 4. Daftar Persentase Target Capaian Setiap Indikator dari Masing- Masing Variabel yang akan Diukur. No Instrumen Indikator Base Line Target 1. Lembar observasi Partisipasi siswa a. Kegiatan dimana subjek yang belajar ikut serta mempraktekkan sesuatu. b. Keaktifan siswa dalam memberikan ide dan gagasan dalam diskusi kelompok dan presentasi kelas. c. Kesediaan siswa memperhatikan selama proses Rata-Rata indikator 50,21% Rata-Rata indikator 75% 2. Angket Partisipasi siswa pembelajaran. a. Kegiatan dimana subjek yang belajar ikut serta mempraktekkan sesuatu. b. Keaktifan siswa dalam memberikan ide dan gagasan dalam diskusi kelompok dan presentasi kelas. c. Kesediaan siswa memperhatikan selama proses pembelajaran. Rata-Rata indikator 71,94% Rata-Rata indikator 75% 8 Apabila dalam setiap variabel yang diukur untuk tiap-tiap indikatornya sudah dapat mencapai target yang ditentukan, maka penelitian dapat dikatakan berhasil dan tidak perlu melanjutkan ke siklus berikutnya. Sebaliknya, jika masih ada beberapa indikator dari masing-masing variabel yang diukur belum memenuhi

27 9 target capaian maka dilakukan tindakan berikutnya untuk mencapai target yang telah ditetapkan. 6. Tindak Lanjut Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan tindak lanjut adalah merenungkan kembali kelebihan dan kelemahan dari pelaksanaan tindakan serta kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi. Setelah kegiatan penelitian ini diharapkan ada tindak lanjut dari guru bidang studi biologi untuk melakukan perbaikan pembelajaran secara terus menerus serta mengembangkan strategi pembelajaran agar kompetensi pembelajaran dapat tercapai. Secara rinci urutan masing-masing tahap dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.

28 10 Refleksi Tindakan Analisis terhadap hasil observasi dan evaluasi tindakan Identifikasi Masalah Mengungkap permasalahan pada proses pembelajaran Observasi Tindakan Pengamatan pelaksanaan tindakan SIKLUS I Perencanaan Tindakan Penyusunan instrumen pembelajaran Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam Refleksi Tindakan Analisis terhadap hasil observasi dan evaluasi tindakan Observasi Tindakan Pengamatan pelaksanaan tindakan SIKLUS II Perencanaan Tindakan Rancangan perbaikan berdasarkan refleksi siklus I Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam Tindak Lanjut Langkah-langkah penyempurnaan untuk pembelajaran selanjutnya Gambar 5. Skema Prosedur Penelitian

29 11 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalahmasalah pembelajaran yang dihadapi dan juga untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian tindakan kelas dilakukan di kelas VII A SMP N 1 Gondangrejo dalam 2 siklus dengan 7 kali pertemuan (10 jam pelajaran). Setiap siklus terdiri dari beberapa tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi melalui stimulasi kecerdasan naturalis dengan pembelajaran berbasis lingkungan. A. DESKRIPSI KONDISI AWAL (PRA SIKLUS) Kegiatan penelitian diawali dengan melakukan observasi di kelas VII A SMP N 1 Gondangrejo untuk mengetahui proses pembelajaran di kelas tersebut. Hasil observasi menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi rendah. Kegiatan siswa dalam pembelajaran terbatas pada kegiatan mendengarkan dan mencatat penjelasan guru. Rendahnya keterlibatan siswa juga ditandai dengan hanya 30% (12 siswa) yang berani menjawab pertanyaan yang diajukan guru dan hanya 5% (2 siswa) yang berani mengajukan pertanyaan. Tanggung jawab siswa terhadap proses pembelajaran yang berupa perhatian akan penjelasan guru sebenarnya memiliki persentase yang cukup tinggi, yaitu sebesar 65% (26 siswa). Namun perhatian ini tidak didukung oleh usaha dari siswa untuk ikut berkontribusi dalam pembelajaran. Hal ini jelas terlihat ketika siswa diberi sejumlah soal untuk didiskusikan dan dikerjakan, hanya 40% (16 siswa) yang bersedia mengerjakan. Pembelajaran biologi senantiasa dilaksanakan di kelas sehingga siswa kurang berinteraksi dengan sumber belajar yang lain. Guru sebagai sumber belajar yang utama dan siswa menerima begitu saja materi biologi dari guru tanpa tahu darimana asalnya. Hasil observasi terhadap partisipasi siswa dapat dilihat pada Tabel 5.

30 Berdasarkan Tabel 5 mengenai jumlah skor setiap indikator pada lembar observasi partisipasi dapat diketahui bahwa persentase tiap indikator partisipasi siswa dalam pembelajaran sebesar 40%-65% dengan nilai rerata kelas sebesar 50,21%. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran masih rendah, yaitu hanya sebesar 45,63%. Sementara itu siswa yang mau memberikan sumbangan pemikiran dalam pembelajaran juga sangat rendah yaitu hanya 40%. Rendahnya partisipasi siswa dalam pembelajaran terkait dengan metode ceramah dan penugasan yang digunakan guru yang membuat kegiatan siswa dalam pembelajaran terbatas pada mendengar dan mencatat. Namun di sisi lain, kedua metode tersebut membuat aspek tanggung jawab siswa menjadi cukup tinggi yaitu sebesar 65% karena siswa harus senantiasa memperhatikan instruksi dari guru. Tabel 5. Persentase Setiap indikator pada Observasi Partisipasi Siswa Pra Siklus Aspek Indikator Capaian (%) Keterlibatan Kegiatan dimana subjek yang belajar ikut serta mempraktekkan sesuatu Dorongan memberikan sumbangan Keaktifan siswa dalam memberikan ide dan gagasan dalam diskusi kelompok dan presentasi kelas. 40 Tanggung jawab Kesediaan siswa memperhatikan selama 65 proses pembelajaran. Jumlah Rata-Rata Kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran juga dapat dilihat berdasarkan angket partisipasi yang diisi oleh siswa. Berdasarkan hasil penilaian melalui angket partisipasi siswa diperoleh persentase seperti terlihat pada Tabel 6. Angket tersebut menunjukkan bahwa siswa merasakan bahwa keterlibatan siswa dalam pembelajaran relatif rendah, yaitu hanya 67,2%. Aspek dorongan memberikan sumbangan mempunyai persentase sebesar 76,6% sedangkan tanggung jawab siswa sebesar 72%, keduanya termasuk kategori baik. Hasil angket partisipasi siswa mempunyai nilai rata-rata sebesar 71,94%. Hasil angket ini mempunyai selisih sebesar 21,73% dengan hasil observasi. Perbedaan hasil yang terdapat pada hasil observasi dan angket terjadi karena adanya perbedaan sudut pandang dalam menilai partisipasi siswa. Observasi 12

31 dilakukan oleh peneliti untuk menilai partisipasi siswa secara objektif, sedangkan angket diberikan untuk menilai partisipasi siswa secara subjektif menurut sudut pandang masing-masing siswa. Tabel 6. Persentase Setiap Indikator pada Angket Partisipasi Siswa Pra Siklus Aspek Indikator Capaian (%) Keterlibatan Kegiatan dimana subjek yang belajar ikut serta 67.2 Dorongan memberikan sumbangan Tanggung jawab mempraktekkan sesuatu. Keaktifan siswa dalam memberikan ide dan gagasan dalam diskusi kelompok dan presentasi kelas. Kesediaan siswa memperhatikan selama proses pembelajaran Jumlah Rata-Rata Berdasarkan hasil observasi dan angket partisipasi siswa, maka perlu dilakukan tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Tindakan yang akan dilaksanakan adalah penerapan perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam. Pembelajaran lingkungan alam adalah pembelajaran yang mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar, pembelajaran ini dipilih karena materi pelajaran biologi senantiasa berhubungan dengan lingkungan sehingga diharapkan siswa dapat belajar membangun pengetahuan sendiri dengan menggunakan lingkungan sekitar sekolah. Pelajaran biologi sendiri merupakan bagian dari sains sehingga tidak dapat dilepaskan dari kegiatan laboratorium. Kedua pendekatan pembelajaran tersebut dipadukan melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di laboratorium dengan segala sarana penunjangnya, tetapi bahan yang menjadi objek pengamatan diambil dari lingkungan alam di sekitar sekolah. Pemilihan pendekatan pembelajaran ini didukung oleh kondisi SMP Negeri 1 Gondangrejo yang memiliki halaman dan kebun sekolah yang luas yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar siswa. Variasi metode yang digunakan dalam pelaksanaan perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran.

32 14 B. HASIL PENELITIAN 1. Siklus I a. Perencanaan Tindakan pada Siklus I Tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam pelaksanaan perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam. Instrumen penelitian terdiri dari silabus mata pelajaran biologi sesuai kurikulum sekolah yaitu KTSP, pengembangan silabus menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar observasi partisipasi siswa, angket partisipasi siswa dan pedoman wawancara. Perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam dilakukan melalui metode eksperimen, diskusi kelompok dan tanya jawab. Pada saat pembelajaran dilakukan pembuatan model peraga berupa tiruan dari hutan untuk menunjukkan fungsi dari hutan dan akibat dari kerusakan hutan. b. Pelaksanaan Tindakan pada Siklus I Pada pelaksanaan tindakan I, guru menerapkan perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam. Pembelajaran dikondisikan agar siswa mampu mengkontruksi konsep-konsep biologi dengan memanfaatkan lingkungan di sekitar sekolah sebagai sumber belajar. Selama pembelajaran berlangsung peran guru sebagai pemberi informasi dikurangi dan hanya berfungsi sebagai fasilitator, sedangkan siswa sebagai subjek yang belajar secara aktif dalam menemukan atau membangun suatu konsep. Lembar kerja siswa digunakan untuk membantu siswa memahami tugas yang akan dilaksanakan. Pelaksanaan siklus 1 terdiri dari 3 kali tatap muka (5 x 40 menit). Pembelajaran berlangsung di laboratorium biologi. Siswa membuat hutan tiruan dengan bahan yang diperoleh di lingkungan kemudian melaksanakan eksperimen untuk mengetahui akibat dari kerusakan hutan. Siswa dalam kelompok masingmasing diharapkan mampu menemukan fungsi hutan dan akibat dari kerusakan hutan bagi lingkungan sekaligus merumuskan upaya untuk mencegah dan mengatasi kerusakan hutan. Setelah itu dilaksanakan diskusi untuk menyatukan pendapat dari masing-masing anggota kelompok. Hasil diskusi dituangkan dalam lembar diskusi.

Skripsi. Oleh Nurma Permata Sari K

Skripsi. Oleh Nurma Permata Sari K PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PERPADUAN PEMBELAJARAN LABORATORIUM DAN LINGKUNGAN ALAM DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 GONDANGREJO Skripsi Oleh Nurma Permata Sari K 4305017

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-1 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-1 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-1 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009 / 2010 Skripsi Oleh: DWITYA NADIA FATMAWATI K 4306022

Lebih terperinci

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES PENERAPAN FLIP CHART DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

Lebih terperinci

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Negeri 7 Surakarta, yang terdiri dari 30 kelas, yakni kelas X MIPA berjumlah 5 dan X IPS berjumlah 5 kelas, kelas XI

Lebih terperinci

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR IPA MELALUI METODE OUTDOOR STUDY PADA SISWA KELAS IV DI MI AL ISLAM SURUPAN NGUNTORONADI

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR IPA MELALUI METODE OUTDOOR STUDY PADA SISWA KELAS IV DI MI AL ISLAM SURUPAN NGUNTORONADI PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR IPA MELALUI METODE OUTDOOR STUDY PADA SISWA KELAS IV DI MI AL ISLAM SURUPAN NGUNTORONADI WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas XI MIA 6 (Imersi) SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016. SMA Negeri 1 Karanganyar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Thursan Hakim (2005: 21) belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Keterampilan Proses Sains Keberhasilan proses pembelajaran sangat bergantung pada peran seorang guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Proses pembelajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA GAMBAR DALAM MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

PENERAPAN MEDIA GAMBAR DALAM MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENERAPAN MEDIA GAMBAR DALAM MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerapan teori-teori pendidikan pada masa ini adalah hal yang marak dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai pendidikan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN TEMATIK MENGGUNAKAN MEDIA TOYS AND TRICK

PEMBELAJARAN TEMATIK MENGGUNAKAN MEDIA TOYS AND TRICK PEMBELAJARAN TEMATIK MENGGUNAKAN MEDIA TOYS AND TRICK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII F SEMESTER GENAP SMP NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2007/2008 Skripsi Oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN KEAKTIFAN BERDISKUSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS VII SMP NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Lebih terperinci

Keperluan korespondensi, HP : ,

Keperluan korespondensi, HP : , Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 3 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE TALKING STICK BERBANTUAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI MOTIVASI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT

PENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI MOTIVASI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT PENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI MOTIVASI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT DI KELAS RSBI XI IPA 1 SMA N 1 SURAKARTA SKRIPSI OLEH: KARTIKA WIDIASTUTI K4305016

Lebih terperinci

PENERAPAN DISKUSI KELOMPOK

PENERAPAN DISKUSI KELOMPOK PENERAPAN DISKUSI KELOMPOK DISERTAI TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS ORAL DAN KEMANDIRIAN BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-J SMA NEGERI 1 KARTASURA SKRIPSI Oleh : ANI SUGIHARTI NIM. K 4305002 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Boyolali,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar 2.1.1. Pengertian Aktivitas Belajar Sanjaya (2009: 130) mengungkapkan bahwa aktifitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktifitas fisik akan tetapi juga meliputi

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS X AK 2 SMK NEGERI 1 BANYUDONO TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: FARIDA A 210

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD N Jenengan 3 Sawit Boyolali. Penelitian ini dilaksanakan khususnya di kelas IV SD N Jenengan 3 Sawit

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Mangkuyudan No.2. Lokasi sekolah berada di jalan Samanhudi No.32 Kelurahan Purwosari,

Lebih terperinci

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Demonstrasi 1. Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses,

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Siklus Belajar Dengan Pemanfaatan Lingkungan Alam Sekitar Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 9 Ampana

Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Siklus Belajar Dengan Pemanfaatan Lingkungan Alam Sekitar Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 9 Ampana Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Siklus Belajar Dengan Pemanfaatan Lingkungan Alam Sekitar Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 9 Ampana Karmila Langanawa, Amran Rede, Ratman Mahasiswa Program Guru

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

Iswandi Abdullah, I Nyoman Murdiana, dan Dasa Ismaimuza

Iswandi Abdullah, I Nyoman Murdiana, dan Dasa Ismaimuza Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tentang Konsep Keliling dan Luas Persegi Panjang Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik di Kelas III SDN Luksagu Iswandi Abdullah, I Nyoman Murdiana, dan Dasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Tamanwinangun yang beralamat di Jalan Bocor Nomor 54, Kelurahan Tamanwinangun,

Lebih terperinci

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasi Belajar IPA Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik jika hasil belajar sesuai dengan standar yang diharapkan dalam proses pembelajaran tersebut.

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT

PENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT PENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN PENGUASAAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 3 NGUTER

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) Media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran kehadiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Jono, pada kelas IV semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 8 Surakarta. Sekolah ini beralamat di Jalan Sumbing VI/49, Mojosongo, Jebres, Surakarta. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Oleh: Ernawati SMA Negeri 1 Gondang, Tulungagung

Oleh: Ernawati SMA Negeri 1 Gondang, Tulungagung Ernawati, Meningkatkan Motivasi Belajar Bahasa Inggris... 175 MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INGGRIS POKOK BAHASAN TELLING FUNNY STORIES DENGAN METODE PENDEKATAN BERBASIS AKTIVITAS TERHADAP SISWA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses perkembangan yang dialami oleh seseorang agar dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat di mana seorang peneliti melakukan penelitian atau tempat di mana penelitian dilakukan.penelitian

Lebih terperinci

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES PENERAPAN FLIP CHART DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

Lebih terperinci

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA-KIMIA DENGAN MENGGUNAKAN PERCOBAAN SEDERHANA BERBASIS BAHAN ALAM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMPN 2 MUARA BATU Juwairiah 1) 1 Prodi Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) MENGGUNAKAN SOFTWARE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) MENGGUNAKAN SOFTWARE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) MENGGUNAKAN SOFTWARE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI PADA SISWA KELAS VII F DI SMP NEGERI I BULU SUKOHARJO

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Guide Discovery Guru dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi bisa sebagi akibat dari latihan dan pengalaman.

Lebih terperinci

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif BAB I A. Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan aktivitas peserta didik bukan aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif apabila mereka telah mendominasi aktivitas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: PUJI ASTUTI X

SKRIPSI. Oleh: PUJI ASTUTI X PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS LINGKUNGAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII E SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 MATESIH TAHUN PELAJARAN 2007/2008 SKRIPSI Oleh: PUJI ASTUTI X4304019

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI MEDIA CD INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Banyudono Tahun Pelajaran 2013/2014 di Jalan Jembungan RT 10/ RW 03,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam proses pembelajaran, aktivitas belajar memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler (dalam Winataputra,

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA Eva M. Ginting dan Harin Sundari Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas VII

Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas VII SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 PM - 18 Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas VII Nia Jusniani Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Ni Wayan Lasmini SD Negeri 2 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian adalah SMA Negeri 1 Parongpong yang lokasinya terletak di Jl. Cihanjuang Rahayu No.39, Bandung

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan 35 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Motode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode penelitian tindakan kelas dalam bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

Penerapan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sains (Sifat Benda) di Kelas IV SDN 2 Karamat

Penerapan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sains (Sifat Benda) di Kelas IV SDN 2 Karamat Penerapan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sains (Sifat Benda) di Kelas IV SDN 2 Karamat Maria Ulpa Djuanda, Fatmah Dhafir, dan Minarni Rama Jura Mahasiswa

Lebih terperinci

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.2 Pengertian Pembelajaran IPA Pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian secara implisit dalam pengajaran terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang dipilih adalah Penelitian Tindakan atau Classroom Action Research maksudnya adalah kegiatan penelitian untuk mendapatkan kebenaran dan manfaat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Penemuan (Discovery Method) Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan studi individual, manipulasi objek-objek dan eksperimentasi oleh siswa.

Lebih terperinci

Bab II Landasan Teori

Bab II Landasan Teori Bab II Landasan Teori 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi disebutkan bahwa : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pendekatan Discovery Learning Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Predict Observe Explain (POE) tugas utama yaitu memprediksi, mengamati, dan memberikan penjelasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Predict Observe Explain (POE) tugas utama yaitu memprediksi, mengamati, dan memberikan penjelasan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Predict Observe Explain (POE) POE ini sering juga disebut suatu model pembelajaran dimana guru menggali pemahaman peserta didik dengan cara meminta mereka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar 1. Teori Belajar a. Teori Belajar Konstruktivisme Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM TENTANG CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM TENTANG CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM TENTANG CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING Darmanto Priyoutomo SDN I Ngilo-ilo Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo e-mail:

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VII A SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Oleh :

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda Sa adiah, Gamar B. N. Shamdas, dan Haeruddin Mahasiswa

Lebih terperinci

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 GESI TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI OLEH : NANIK SISWIDYAWATI X4304016 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PENDEK. Widayati

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PENDEK. Widayati PENGGUNAAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PENDEK Widayati Kepala SDN Kepuharum Kec. Kutorejo Kab. Mojokerto Email: waidayatiwidayati260@gmail.com Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau CAR (Classroom Action Research) yaitu penelitian yang pada hakikatnya merupakan rangkaian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke II. TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan g alam sekitar di sekelilingnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PANJER TAHUN AJARAN 2014/1015

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PANJER TAHUN AJARAN 2014/1015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PANJER TAHUN AJARAN 2014/1015 Ary Wardani 1, Triyono 2, Ngatman 3 1 Mahasiswa, 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered)

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Pembelajaran merupakan usaha sadar guru dalam membantu siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya (Julianto, 2011). Guru hanya bertugas sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang Kamelia, Arif Firmansyah, dan Andi Imrah Dewi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99). BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode yang dianggap tepat adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Action

BAB III METODE PENELITIAN. metode yang dianggap tepat adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Action BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat melakukan perbaikan pembelajaran, oleh karena itu metode yang dianggap tepat adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Action Research

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik. BAB II KAJIAN TEORI A. Partisipasi dan Prestasi Belajar Matematika 1. Partisipasi Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI : 2007) partisipasi adalah turut berperan serta dalam suatu kegiatan (keikutsertaan/

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MODEL KERJA KELOMPOK DI SMP NEGERI 3 KARANGANYAR

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MODEL KERJA KELOMPOK DI SMP NEGERI 3 KARANGANYAR UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MODEL KERJA KELOMPOK DI SMP NEGERI 3 KARANGANYAR Skripsi Oleh : DHIAN NOVITASARI K 4304019 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DISERTAI OPTIMALISASI PENGGUNAAN MEDIA SKRIPSI oleh Dema Wahyu Tursina K 4304016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses dengan cara-cara tertentu agar seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau disebut juga Classroom Action Research. Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE INKUIRI DENGAN MEMANFAATKAN SEARCH ENGINE

PENERAPAN METODE INKUIRI DENGAN MEMANFAATKAN SEARCH ENGINE PENERAPAN METODE INKUIRI DENGAN MEMANFAATKAN SEARCH ENGINE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN TIK KELAS XI IIS 2 DI SMA ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA Artikel Ilmiah Oleh: Dika Adhi Yuniarko

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang direncanakan dan disadari untuk mencapai tujuan belajar, yaitu perbaikan pengetahuan dan keterampilan pada siswa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering digunakan oleh para guru. Khususnya pembelajaran biologi, ini disebabkan karena kesesuaian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek Isna Basonggo, I Made Tangkas, dan Irwan Said Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas X IPA Semester II SMA Negeri di Surakarta. SMA ini terletak di Jalan Muhamad Yamin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar Mata Pelajaran IPS bertujuan agar siswa mampu menguasai saling keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Cikampek Barat III Desa Cikampek Barat Kec. Cikampek Kab. Karawang. Alasan dipilihnya

Lebih terperinci