TINJAUAN PUSTAKA Domba Klasifikasi Domba Domba Garut

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Domba Klasifikasi Domba Domba Garut"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Domba Klasifikasi Domba Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang berkuku dua dan termasuk pada sub famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk ke dalam genus Ovis dan yang didomestikasi adalah Ovis aries (Johnston, 1983). Taksonomi domba menurut Blakely dan Bade (1985) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia (hewan) Phylum : Chordata (hewan bertulang belakang) Class : Mammalia (hewan menyusui) Ordo : Artiodactyla (hewan berkuku genap) Family : Bovidae (memamah biak) Genus : Ovis (domba) Spesies : Ovis aries (domba yang didomestikasi) Menurut Ensminger (1991) pada mulanya domba didomestikasi di kawasan Eropa dan Asia. Ciri khas pada domba domestikasi adalah tanduk yang berpenampang segi tiga dan tumbuh melilit seperti spiral yang terdapat pada domba jantan. Bobot badan pada domba jantan lebih tinggi dibandingkan domba betina. Domba Garut Berdasarkan asal usulnya domba garut merupakan hasil persilangan segitiga antara domba Merino, Lokal, dan Kaapsche (cape) dari Afrika Selatan (Sugeng, 1995). Menurut Budinuryanto (1991), domba garut pada awalnya terbentuk melalui suatu proses persilangan yang kurang terencana antara domba lokal dengan domba Merino dan domba Kaapstad sehingga dalam perkembangan selanjutnya terdapat berbagai bentuk fenotipe dan karakteristik yang relatif berbeda-beda. Menurut Sumantri et al., (2007) domba garut atau domba priangan merupakan domba lokal Indonesia yang banyak tersebar di Jawa Barat terutama di Kabupaten Garut. Domba garut terbagi menjadi tipe tangkas (aduan) dan tipe pedaging. Domba garut pedaging jantan maupun betina memiliki ciri-ciri garis muka lurus, bentuk mata normal, bentuk telinga hiris dan rubak, garis punggung lurus, bentuk bulu lurus 3

2 dengan warna dasar dominan putih, jantan bertanduk dan betina kebanyakan tidak bertanduk (Riwantoro, 2005). Domba garut tipe tangkas dan tipe pedaging memiliki bobot badan yang berbeda. Berdasarkan studi keragaman genetik DNA mikrosatelit dan hubungannya dengan bobot badan pada domba lokal di Indonesia, Sumantri et al., (2008) menyatakan domba garut tipe pedaging dan tipe tangkas mempunyai alel spesifik untuk marka bobot badan. Berdasarkan hasil penelitian Mansjoer et al., (2007), secara umum domba garut tipe tangkas mempunyai bobot badan lebih tinggi dari tipe pedaging. Domba tangkas jantan dewasa yang berumur lebih dari satu tahun, memiliki bobot badan antara kg dengan rataan 66,78 ± 7,93 cm dan garut betina tipe tangkas memiliki bobot badan 42,33 ± 7,53 kg (Anang, 1992). Penelitian Salamahwati (2004) menyatakan bahwa domba garut pedaging jantan umur 1 tahun memiliki bobot badan 31,44 ± 5,22 kg. Nataatmaja (1996) menerangkan sifat ekor yang lebar dominan terhadap bentuk ekor sempit, khusus pada domba garut tangkas bagian pangkal ekor selain dominan ekor lebar (gemuk) juga merupakan tempat penimbunan lemak yang baik sehingga ekor tampak lebih lebar. Anang (1992) menyatakan bahwa bentuk ekor pada domba tangkas dikategorikan dalam dua bentuk yaitu bentuk segitiga dan pangkal gemuk dimana bentuk segitiga pada domba jantan diperoleh sebesar 78 % dan pangkal gemuk 22 %. Breeding Soundness Evaluation (BSE) Breeding Soundness Evaluation adalah metode evaluasi potensi dari ternak jantan untuk dijadikan pejantan. Breeding Soundness Evaluation terdiri atas evaluasi lingkar testis, kualitas semen, kemampuan fisik, dan kesehatan seluruhnya (Godfrey, 2004). Sasaran BSE adalah mengevaluasi dan mengklasifikasikan potensi kemampuan pembiakan (breeding). Pengujian ini tidak termasuk evaluasi pergerakan atau tingkah laku kawin karena tidak adanya kriteria standar untuk menilainya (Bagley, 1997). Pengujian BSE secara keseluruhan terdiri atas 1) pengujian fisik dengan mengamati keabnomalan yang dapat mengganggu keinginan dan kemampuan jantan untuk kawin. Pengamatan dilakukan pada saat ternak berjalan pada permukaan kasar serta ternak harus mempunyai penglihatan dan kesehatan yang baik, 2) Pengujian 4

3 organ reproduksi yaitu penis, lingkar skrotum, dan testis (keterabaan testis). Pengamatan pada penis dilakukan untuk melihat kecacatan yang dapat mengganggu saat kopulasi. Pendeteksian keabnormalan juga dilakukan untuk melihat kemungkinan yang dapat mempengaruhi fertilitas. Keabnormalan yang terjadi umumnya antara lain ukuran testis kecil, testis yang lunak, dermatitis skrotum, cryptorchid dan keterabaan testis. Lingkar testis yang yang besar menggambarkan produksi semen yang tinggi, 3) motilitas dan morfologi spermatozoa adalah karakteristik yang berkorelasi paling tinggi dengan kesuburan dan mudah untuk diulang (Leamaster dan Duponte, 2007). Menurut Pezzanite et al., (2004), BSE dapat dibagi menjadi 3 kategori pengujian 1) pengujian fisik 2) pengujian organ reproduksi dan 3) evaluasi semen. Pengujian fisik terdiri dari dua kriteria utama yang meliputi kondisi tubuh pejantan dan kekuatan struktur tubuh. Kekuatan struktur tubuh sangat penting terutama kaki depan dan belakang untuk dapat melakukan mounting pada betina. Ternak harus mampu bergerak bebas tanpa ada rasa sakit. Pengujian kondisi tubuh dapat dilakukan melalui penilaian skor kondisi tubuh (Body Condition Score). Skor kondisi tubuh dinilai dengan melihat persentase lemak tubuh dan ditentukan dengan meraba tulang rusuk ternak. Tabel 1. Lingkar Skrotum Minimum pada Domba Umur ( bulan) Lingkar Skrotum minimum (cm) Sumber : Pezzanite et al., (2004) Umur ternak juga menjadi pertimbangan. Umur optimal ternak yang digunakan berkisar dari 6 bulan hingga 4 tahun. Penilaian yang paling penting dari BSE adalah pengukuran lingkar skrotum. Pengukuran ini sangat kuat hubungannya dengan kapasitas produksi semen. Hal itu juga membuktikan ternak yang memiliki lingkar skrotum yang besar akan memproduksi semen yang lebih dan kelangsungan hidup 5

4 lebih besar. Lingkar skrotum bervariasi sesuai dengan musim dan kondisi tubuh. Domba dewasa saat dikawinkan harus memiliki lingkar skrotum minimum 33 cm untuk domba yang berasal dari bangsa luar (Tabel 1). Dalam BSE domba dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori utama menurut Bagley (1997), yaitu 1) diragukan (questionable), 2) Memuaskan (satisfactory), 3) Baik sekali (excellent) (Tabel 2). Pengklasifikasian ini menyulitkan secara ekonomi, karena membutuhkan kesempatan yang terbatas pada waktu dan fasilitas. Kategori memuaskan berarti ternak setara atau melebihi standar minimal untuk lingkar skrotum, motilitas dan morfologi spermatozoa, tidak terdapat masalah genetik, infeksi atau masalah yang dapat mengakibatkan menurunnya kesuburan. Kategori yang tidak memuaskan apabila parameter seperti lingkar skrotum, motilitas dan morfologi spermatozoa berada di bawah standar minimum yang telah ditetapkan atau ternak yang mengalami masalah genetik dan fisik yang menggangu kesuburan. Kategori yang diragukan apabila ternak yang digunakan tidak sesuai dengan standar. Pejantan yang termasuk adalah yang tidak memenuhi syarat tetapi memiliki kemampuan untuk diperbaiki dengan cara pengujian ulang (Rae, 1999). Tabel 2. Klasifikasi Domba berdasarkan Lingkar Skrotum, Motilitas, dan Morfologi Spermatozoa dengan Teknik BSE. Kelas Lingkar skrotum ( < 14 bulan) Lingkar Skrotum (> 14 bulan) Motilitas (%) Morfologi (%) Excellent > 33 > 35 > 50 > 90 Satisfactory > 30 >33 > 30 > 70 Questionable < 30 < 33 < 30 < 70 Sumber : Bagley (1997) Organ Reproduksi Domba Jantan Organ kelamin domba jantan terdiri atas tiga komponen yaitu : (a) organ kelamin primer yaitu testis, (b) kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap yaitu kelenjar vesikularis, kelenjar prostat, kelenjar bulbourethralis (Cowper) dan saluran-saluran terdiri atas epididymis serta duktus deferen, (c) alat kelamin luar yaitu penis (Bearden et al., 2004). 6

5 Testis Testis adalah sepasang organ reproduksi primer pada jantan yang berfungsi memproduksi spermatozoa, sekresi hormon dan protein, serta cairan. Selain itu diproduksi inhibin, esterogen, dan berbagai jenis protein yang berperan penting dalam fungsi spermatozoa. Testis juga memproduksi cairan yang berasal dari tubuli seminiferi yang berfungsi sebagai media untuk memfasilitasi pembuangan spermatozoa dari testis. Cairan yang diproduksi testis atau cairan rete testis juga merupakan hasil sintesis sel sertoli (Senger, 2005) Testis berbeda dari ovarium dan tidak tetap berada dalam rongga tubuh. Testis ditutupi dengan tunika vaginalis, jaringan serosa, yang merupakan perpanjangan dari peritoneum. Seminiferus terbentuk dari cord sex primer yang mengandung sel-sel germinal dan sel sertoli. Sel sertoli lebih besar dan lebih sedikit dari spermatogenia. Sel sertoli dengan stimulasi FSH, dapat menghasilkan ikatan protein androgen dan inhibin. Sel leydig dapat ditemukan di parenkim testis diantara jaringan seminiferus. Dengan di stimulasi oleh LH, sel leydig memproduksi testosteron dan sebagian kecil androgen. Testosteron dibutuhkan untuk perkembangan sifat kelamin sekunder dan tingkah laku kawin normal serta berfungsi penting pada kelenjar aksesoris, produksi spermatozoa dan perawatan sistem reproduksi jantan (Bearden et al., 2004). Dalam keadaan normal kedua testis mempunyai ukuran yang sama dan dapat bergerak bebas di dalam skrotum. Sekitar 60-90% dari jaringan testis ditempati oleh tubuli seminiferi sedangkan sisanya adalah jaringan interstisial, vaskuler dan jaringan ikat. Jaringan interstitial terdiri atas sel interstitial atau sel leydig yang menghasilkan hormon testosteron (Hafez, 2000) Garner dan Hafez (2000) menyatakan bahwa pada umur lebih dari 24 minggu domba mencapai dewasa kelamin dan ukuran panjang, diameter, dan berat testis domba dewasa adalah 10 cm, 6 cm dan 275 g. Menurut Noviana et al., (2000), domba yang mempunyai berat testis sebesar 74,77 g dan volume testis sebesar 84 ml ternyata hanya mampu menghasilkan konsentrasi spermatozoa sekitar 1500 x 10 6 sel/ml. 7

6 Epididymis Epididymis adalah saluran eksternal pertama dari testis yang berbentuk longitudinal dan menyatu ke permukaan testis serta terbungkus dalam tunika dengan testis. Caput epididymis adalah saluran berada paling atas di mana terdapat saluran kecil vasa efferentia yang bergabung menjadi satu saluran. Corpus meluas sepanjang sumbu longitudinal testis yang merupakan saluran tunggal yang menyatu dengan cauda (Bearden et al., 2004). Epididymis dibagi menjadi tiga bagian yaitu caput, cauda dan corpus. Caput epididymis terdapat sejumlah ductus eferent bergabung dengan ductus epididymis membentuk struktur yang rata ke ujung testis. Kemudian berlanjut kepada cauda epididymis yang merupakan perluasan caput epididymis (Hafez, 2000). Epididymis mempunyai 4 fungsi utama yaitu transport, konsentrasi, maturasi dan penyimpanan spermatozoa. Cauda epididymis berfungsi sebagai tempat penyimpanan spermatozoa yang mengandung 75 % dari total epididymal spermatozoa diluar testis. Spermatozoa juga disimpan dalam ampula, meskipun hanya sebagian kecil dari total cadangan spermatozoa di luar testis (Hafez, 2000). Spermatozoa disimpan di dalam epididymis untuk mempertahankan kapasitas kesuburan selama beberapa minggu. Kemampuan cauda epididymis untuk menyimpan spermatozoa tergantung pada rendahnya suhu skrotum dan peranan hormon jantan (Hafez, 2000). Pada corpus epididymis maturasi spermatozoa terjadi. Pada saat diejakulasikan terlihat adanya perubahan secara kuantitatif dan kualitatif pada fosfolipid dan asam lemak, perubahan pada lemak seluler mendorong lemak tertentu untuk mematangkan spermatozoa. Konsentrasi spermatozoa terjadi di bagian cauda epididymis. Cairan testicular diabsorbsi di saluran efferrent dan caput epididymis menyebabkan konsentrasi spermatozoa menjadi berubah saat melewati epididymis (Pineda, 2003). Faktor yang Mempengaruhi Ukuran Skrotum dan Testis Ukuran lingkar skrotum pada domba garut jenis tangkas dan pedaging memiliki perbedaan. Sifat reproduksi jantan (skrotum) domba garut tangkas mempunyai ukuran lingkar dan panjang skrotum nyata (P<0,05) lebih besar dari domba lainnya pada setiap umur (1-3 tahun). Nilai korelasi lingkar skrotum terhadap bobot badan pada umur satu dan dua tahun lebih besar dibandingkan pada umur tiga 8

7 tahun (Nataatmaja, 1996). Domba garut tangkas umur satu tahun memiliki lingkar skrotum 26,67 ± 2,84 cm dan panjang skrotum 13,6 ± 2,1 cm (Nataatmaja, 1996). Penelitian Nataatmaja dan Arifin (2005) pada domba garut pedaging umur 1 tahun memiliki lingkar skrotum yaitu sebesar 24,74±3,06 cm dan pada umur 2 tahun memiliki lingkar skrotum 26,23 ± 2,32 cm serta pada umur 3 tahun ukuran lingkar skrotum domba garut pedaging yaitu 26,91±2,06 cm. Pada umur 1-2 tahun merupakan umur optimal perkembangan testis pada domba, pada umur tersebut perkembangannya sangat nyata (Nataatmaja dan Arifin, 2005). Rizal et al., (2003), menyatakan domba garut berumur 3-5 tahun memiliki panjang skrotum sebesar 12,71 cm dan lingkar skrotum yaitu 32,36 cm. Menurut penelitian Yunardi (1999), peningkatan umur berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan ukuran panjang, lingkar dan volume skrotum. Berdasarkan penelitian Sosa et al., (2002), yang dilakukan pada sapi american wagyu terdapat korelasi yang tinggi antara umur (r = 0,81) dan bobot badan (r = 0,82) terhadap lingkar skrotum. Menurut temuan Koyuncu et al., (2005), bobot badan mempunyai korelasi yang lebih tinggi terhadap lingkar skrotum dibandingkan terhadap umur. Berdasarkan penelitian Koyuncu et al., (2005) pada domba kivircik terdapat korelasi sangat nyata (P<0,01) antara ukuran testis terhadap umur dan bobot badan, korelasi antara lingkar testis dan umur sebesar 0,722 sedangkan antara lingkar skrotum dengan bobot badan sebesar 0,845. Hasil ini juga diperkuat oleh temuan Hastono dan Arifin (2006) yang menyatakan terdapat hubungan positif (P<0,05) antara bobot badan dengan lingkar skrotum sebesar r = 0,58. Ukuran testis dipengaruhi secara genetik. Ukuran testis dapat dijadikan kriteria seleksi untuk sifat reproduksi karena mempunyai nilai heritabilitas tinggi. Duguma et al., (2002), melaporkan heritabilitas lingkar skrotum sebesar 0,40 pada domba merino. Sedangkan Abbasi dan Kebsi (2011), melaporkan nilai heritabilitas lingkar skrotum pada domba Makooei sebesar 0,32 ± 0,10. Pertumbuhan bobot badan dan testis dipengaruhi oleh peranan hormon testosteron. Hormon testosteron dapat mempengaruhi pertambahan bobot badan karena hormon testosteron dapat menstimulasi sintesis protein otot dan hal ini dapat terjadi langsung dalam otot karena terdapat reseptor androgen (Buttery dan Smith, 1981). Domba garut yang memiliki agresifitas yang tinggi memiliki ukuran testis 9

8 yang besar, karena sifat agresif dipengaruhi oleh hormon testosteron yang dihasilkan oleh testis (Lumbritz et al., 1991). Ukuran testis tidak hanya berpengaruh terhadap sifat agresivitas, ukuran badan, produksi spermatozoa juga sebagai tolok ukur dalam seleksi terhadap sifat prolifikasi domba betina. Dwiyanto (1991) menjelaskan seleksi terhadap ukuran testis terdapat respon pada tingkat kesuburan pejantan, sementara ukuran testis termasuk lingkar testis mempunyai hubungan genetik kearah yang menguntungkan dan cukup erat kaitannya dengan parameter reproduksi betina. Nataatmaja dan Arifin (2005), menyatakan ukuran testis dapat dijadikan pendugaan dalam menentukan kesuburan pejantan, sehingga ukuran testis dapat dijadikan kriteria dalam seleksi. Brito et al., (2002) menyatakan bahwa ukuran testis secara positif berhubungan dengan produksi spermatozoa dan kualitas semen pada sapi-sapi di Brazil. Menurut Jainudeen dan Hafez (2000) pada sapi, produksi spermatozoa harian dan jumlah potensial produksi spermatozoa fertil perhari oleh testis sangat berkorelasi dengan ukuran testis yang dapat diperkirakan dengan mengukur panjang dan lebar atau lingkar skrotum. Sanford et al., (2000) menyatakan bahwa pada masa pubertas, ukuran testis sangat tinggi dan positif berkorelasi dengan berat badan pada domba suffolk dan korelasi antara ukuran testis dan berat badan ini tetap pada awal kedewasaan. Variasi ukuran testis diantara spesies atau individual diatas sering berhubungan dengan perbedaan jumlah sel sertoli dan aktivitas yang berpengaruh pada produksi spermatozoa sehari-hari (Morais et al., 2002). Menurut Kheradmand et al., (2006) bahwa terdapat hubungan fenotipik antara lingkar testis dengan kemampuan produksi ejakulat dan kualitas semen. Pendapat ini diperkuat oleh Aurich et al., (2002) yang menyatakan bahwa jumlah total spermatozoa dan produksi spermatozoa harian berhubungan positif dengan ukuran testis. Sesuai dengan pendapat Courot dan Ortavant (1980), yang menyatakan ukuran skrotum yang besar akan diikuti oleh ukuran testis yang besar pula sehingga sel-sel dalam testis baik pembentuk hormon (sel-sel leydig) maupun jaringan pembentuk spermatozoa (tubuli seminiferi) menjadi lebih banyak sehingga kemampuan produksi testosteron dan spermatozoa juga akan tinggi. Menurut Noviana et al., (2000) semakin banyak jumlah tubuli seminiferi yang ditemukan perluasan testis, berarti semakin panjang ukuran tubuli yang berarti semakin luas daerah spermatogenesis, semakin luasnya 10

9 daerah dimana spermatogenesis terjadi semakin banyak pula jumlah spermatozoa yang dihasilkan. Berbeda dengan hasil penelitian Hidayat (2002) menyatakan bahwa pada domba jantan lokal tidak terdapat korelasi antara berat badan, lingkar dan volume skrotum serta diantara ketiganya dengan volume ejakulat dan konsentrasi spermatozoa pada domba jantan lokal. Menurut penelitian Carrijo et al., (2008) rata-rata ukuran testis pada domba muda Santa Ines yang menggunakan perlakuan ransum berprotein tinggi memiliki ukuran lingkar testis yang lebih besar dari pada pemberian ransum berprotein rendah. Perbaikan pakan yang dikonsumsi diatas kebutuhan maintenance mempengaruhi ukuran skrotum dan meningkatkan konsentrasi spermatozoa secara signifikan (Kheradmand et al., 2006). Usia, bangsa, manajemen, nutrisi dan suhu juga berpengaruh pada skrotum, morfologi testis, suhu skrotum, produksi spermatozoa dan kualitas semen (Brito et al., 2002). Fisiologi Semen Semen adalah suatu suspensi cairan yang mengandung spermatozoa (sel kelamin jantan) dan cairan atau medium semi-gelatinous yang disebut plasma semen. Spermatozoa dihasilkan di dalam testes pada bagian tubuli seminiferi, sedangkan plasma semen adalah campuran sekresi yang dibuat oleh epididymis dan kelenjarkelenjar kelamin pelengkap yaitu vesikularis dan prostat yang mengandung protein, fruktosa, sorbitol, asam sitrat, inositol, Glyceryl Phosphoryl Choline (GPC), ergotionin, sodium, potassium, kalsium, magnesium dan klorida (Garner dan Hafez, 2000) Proses pembentukan spermatozoa di dalam tubuli seminiferi testis disebut spermatogenesis. Spermatogenesis adalah suatu proses komplek yang meliputi pembelahan dan diferensiasi sel. Selama proses ini berlangsung pada setiap sel akan mengalami perubahan jumlah kromosom yaitu mengalami proses reduksi dari diploid (2n) menjadi haploid (n) juga terjadi reorganisasi komponen inti sel dan sitoplasma secara menyeluruh. Spermatogenesis atau pembentukan spermatid dari spermatogonia tipe A dan spermiogenesis atau pembentukan spermatozoa dari spermatid (Garner dan Hafez, 2000). 11

10 Karakteristik Semen Domba Garner and Hafez (2000) menyatakan bahwa volume per ejakulat pada domba adalah antara 0,20 ml sampai dengan 1,20 ml dan semen domba yang fertil secara normal tidak boleh memiliki spermatozoa abnormal lebih dari 15 %. Menurut Prasetyo (2008), tingginya volume per ejakulat semen pada umur tua kemungkinan disebabkan oleh tingginya pengeluaran cairan sekreta yang berasal dari kelenjar kelamin pelengkap (kelenjar vesikularis, prostat, dan bulbourethralis). Pada usia lanjut jumlah spermatogonia tipe A yang merupakan sumber spermatozoa akan menurun. Selain itu sel sertoli yang merupakan sumber nutrisi bagi spermatozoa dan sel Leydig yang memproduksi testosteron juga akan menurun jumlahnya seiring dengan bertambahnya umur (Prasetyo, 2008). Peningkatan produksi spermatozoa berhubungan dengan umur pada periode setelah pubertas (Garner dan Hafez, 2000). Semen domba mempunyai volume yang kecil dengan konsentrasi yang tinggi sehingga memberikan warna krem. Domba jantan dapat berejakulasi 42 kali dalam sembilan jam dan tetap masih menghasilkan 100 juta spermatozoa pada ejakulasi terakhir (Garner dan Hafez, 2000). Volume semen tergantung, breed, spesies, dan metode penampungan. Frekuensi penampungan semen akan memberi efek pada volume semen perejakulat dan konsentrasi spermatozoa (Parker, 2000). Menurut Herdis (2005), perbedaan kualitas semen segar tergantung dari umur, ukuran tubuh, perubahan kesehatan reproduksi, dan frekuensi penampungan. Herdis (2005) melaporkan konsentrasi semen domba garut adalah 3803 ± 478 juta spermatozoa per ml dan temuan lainnya pada kisaran juta spermatozoa per ml. Sementara itu menurut Yotov et al., (2011), konsentrasi spermatozoa yang normal berkisar antara 2000 x10 6 sampai dengan 3186,8±200.3x10 6 /ml. Konsentrasi spermatozoa ini dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya umur, bangsa ternak, bobot badan, frekuensi penampungan dan waktu penampungan (Yotov et al., 2011). Derajat keasaman (ph) sangat mempengaruhi daya hidup spermatozoa. Semakin tinggi atau semakin rendah ph semen maka akan menurunkan daya hidup spermatozoa. Berdasarkan laporan Herdis (2005), ph semen domba garut yaitu sebesar 7,00 ± 0,08. 12

11 Menurut temuan Herdis (2005) pada daya hidup spermatozoa domba sebesar 85,67 ± 2,25 % dengan kisaran motilitas spermatozoa domba sebesar % (Bearden dan Fuquay, 2004) dan untuk kelompok umur produktif motilitasnya sebesar 90,00 ± 0,00 %, sedangkan pada umur tua motilitasnya lebih rendah, yaitu sebesar 85,00 ± 5,77 % (Bearden dan Fuquay, 2004). Tabel 3. Karakteristik Semen Domba Garut Karakteristik semen Volume per ejakulat (ml) 1,11 ± 0,44 0,79 ± 0,04 0,98±0,16 0,82 ± 0,11 Warna Krem Krem Krem Krem Konsistensi Kental Kental Kental Kental ph 6,98 ± 0,13 7,18 ± 0,07 6,73±0,24 7 ± 0,08 Gerakan massa (%) 3,00 ± 0,00 3,00 ± 0,00 3,00 ± 0,00 3,00 ± 0,00 Motilitas (%) 72,50 ± 2,74 73,00 ± 2,45 79,62±3,98 74,17± 2,04 Konsentrasi (juta/ml) 3242 ± ,00 ± 872, ,85±777, ± 478 Daya hidup (%) 84,50 ± 2,51 83,60 ± 0,49 88,48±2,68 85,67± 2,25 Abnormalitas (%) 2,50 ± 0,84 2,92 ± 0,10 2,40± 0,55 Sumber : 1)Herdis et al., (2005) ; 2) Yulnawati dan Herdis (2009) ; 3) Sujoko et al.,(2009) ; 4) Herdis (2005). Evaluasi Semen Evaluasi semen dilakukan dengan 2 cara yaitu pemeriksaan secara makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan semen secara makroskopis meliputi volume, warna, bau, konsistensi dan ph. Sedangkan pemeriksaan secara mikroskopis meliputi gerakan massa, konsentrasi, motilitas dan persentase hidup atau mati (Garner dan Hafez, 2000). Penilaian mikroskopis sifatnya subyektif yang tergantung pada masing-masing evaluator (Sophiahani, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas semen adalah: (1) genetik, genetik yang berpengaruh pada pertumbuhan alat reproduksi maupun pertumbuhan organ yang berhubungan dengan reproduksi, termasuk kualitas dan kuantitas spermatozoa misalnya kelainan pada testis yang biasa disebut dengan monorchyd dan criptochyd, (2) bangsa, setiap bangsa ternak mempunyai ciri yang spesifik dan mudah dibedakan satu dengan yang lainnya, demikian juga terhadap produksi semennya, (3) pakan, pembatasan pakan perlu dilakukan terhadap calon pejantan untuk menghindari penimbunan lemak yang dapat menghambat produksi spermatozoa sehingga diharapkan akan diperoleh pejantan yang berat badannya ringan tetapi kualitas spermatozoanya tinggi (Garner dan Hafez, 2000). 13

12 Pengukuran ph dapat dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan kertas ph atau lebih teliti lagi diukur dengan ph meter. Derajat keasaman semen penting dalam motilitas dan daya tahan spermatozoa selama penyimpanan. Derajat keasaman dipengaruhi oleh faktor spesies, suhu, umur semen, variasi dalam cairan pelengkap, frekuensi ejakulasi dan musim. Karakteristik ph pada domba 5,9-7,3 ; sapi 6,4-7,8; babi 7,3-7,8; kuda 7,2-7,8 dan ayam 7,2-7,6. (Garner dan Hafez, 2000). Menurut Senger (2005), abnormalitas morfologi spermatozoa merupakan penyimpangan morfologi spermatozoa dari bentuk normalnya. Faktor yang mempengaruhi abnormalitas spermatozoa adalah lingkungan. Menurut Garner dan Hafez (2000) bahwa abnormalitas spermatozoa dikelompokan menjadi 3 yaitu abnormalitas primer, abnormalitas sekunder dan abnormalitas tersier. Abnormalitas primer terjadi pada testis saat proses spermatogenesis tepatnya di tubuli semiferi. Abnormalitas primer ditandai oleh kepala yang terlampau kecil (microcephalic) atau terlalu besar (macrocephalic), kepala yang lebar, ekor atau badan berganda. Abnormalitas sekunder terjadi di epididymis sewaktu ejakulasi. Abnormalitas spermatozoa ditandai dengan adanya butiran protoplasma pada pangkal ekor spermatozoa tepatnya di caput epididymis. Menurut Hafez (1993), fertilitas spermatozoa akan semakin rendah bila abnormalitas primer dan sekunder memiliki persentase yang tinggi. Menurut Bearden et al., (2004), fertilitas tidak akan berpengaruh bila tingkat abnormalitas bekisar %. Semakin tinggi persentase spermatozoa abnormal maka akan menurunkan motilitas spermatozoa progresif. Semen yang memiliki kualitas baik adalah yang memiliki morfologi normal sebesar 80 %. Menurut Herdis et al., (2005), motilitas merupakan kemampuan gerak maju individu spermatozoa di dalam lingkungan zat cair. Pergerakan tersebut penting dalam membantu spermatozoa menembus sel-sel pelindung yang mengelilingi sel telur. Bearden dan Fuquay (2004) menyatakan bahwa motilitas spermatozoa domba pejantan umur produktif lebih baik jika dibandingkan dengan umur tua untuk mencapai saluran reproduksi betina. Pengamatan motilitas spermatozoa mamalia dapat dilakukan dengan sederhana yaitu dengan pewarnaan diferensial mengunakan eosin 2%. Pergerakan spermatozoa bermacam-macam antara lain bergerak ke depan (progresif), bergerak berputar (circuler) dan tanpa perpindahan dan bergetar 14

13 ditempat. Gerakan berputar dapat disebabkan karena adanya kelainan pada ekor dan juga dapat disebabkan karena penuaan (Bearden et al., 2004). Persentase spermatozoa motil sebesar 60 % atau lebih mengindikasikan kualitas semen yang baik (Senger, 2005). Pengujian konsentrasi spermatozoa sangat penting karena merupakan parameter dari karakteristik semen yang paling tinggi (Ax et al., 2000). Konsentrasi spermatozoa menunjukkan jumlah sel spermatozoa dalam satu mililiter semen (Bearden et al., 2004). Secara umum, standar minimal semen sapi fertil adalah konsentrasi semen jika lebih dari 500 juta/ml (Ax et al., 2000). Penilaian persentase spermatozoa hidup dan mati bertujuan untuk mengetahui viabilitas membran spermatozoa. Teknik pewarnaan untuk melihat spermatozoa hidup menggunakan pewarna eosin nigrosin. Menurut Bearden et al., (2004), pewarna eosin dapat digunakan untuk membedakan sel yang hidup dan yang mati. Pewarna eosin tidak dapat menembus membran sel spermatozoa yang hidup dan dapat menembus membran sel yang mati. Menurut Hafez (1993), spermatozoa yang mati akan ditandai dengan warna dasar gelap karena pewarnaan nigrosin. Lebih lanjut Purwanti (2006) menyatakan bahwa daya hidup spermatozoa di luar tubuh sangat rendah dan mudah sekali mengalami kematian. Menurut Pineda (2003) suhu mempengaruhi aktivitas reproduksi. Spermatogenesis dipengaruhi oleh suhu. Spermatogenesis lebih tahan terhadap suhu dingin dari pada panas dan tunica dartos beserta otot cremaster berkontraksi untuk melindungi testis dari pengaruh dingin. 15

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi semen secara makroskopis (warna, konsistensi, ph, dan volume semen) dan mikroskopis (gerakan massa, motilitas, abnormalitas, konsentrasi, dan jumlah spermatozoa per

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi terhadap kualitas semen dimaksudkan untuk menentukan kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen tersebut diproses lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Burung Puyuh Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif lebih besar dari jenis burung-burung puyuh lainnya. Burung puyuh ini memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Texel di Indonesia telah mengalami perkawinan silang dengan domba lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan kemudian menghasilkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba  Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Menurut Tomaszewska et al. (1993) domba berasal dari Asia, yang terdiri atas 40 varietas. Domba-domba tersebut menyebar hampir di setiap negara. Ternak domba merupakan

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Kacang betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Perkembangan Domba Asia merupakan pusat domestikasi domba. Diperkirakan domba merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi oleh manusia kira-kira

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Batur Domba Batur merupakan salah satu domba lokal yang ada di Jawa Tengah tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba Batur sangat

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk kedalam

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Semen Kambing Semen adalah cairan yang mengandung gamet jantan atau spermatozoa dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari suspensi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Semen Domba Segera Setelah Koleksi Pemeriksaan karakteristik semen domba segera setelah koleksi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pemeriksaan secara makroskopis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Volume Semen Domba

HASIL DAN PEMBAHASAN. Volume Semen Domba HASIL DAN PEMBAHASAN Volume Semen Domba Pengukuran volume semen domba dilakukan untuk mengetahui jumlah semen yang dihasilkan oleh satu ekor domba dalam satu kali ejakulat. Volume semen domba dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Entok (Cairina moschata) Entok (Cairina moschata) merupakan unggas air yang berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Entok lokal memiliki warna bulu yang beragam

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang. II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang. Persilangan antara kedua jenis kambing ini telah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar HASIL DAN PEMBAHASAN Semen adalah cairan yang mengandung suspensi sel spermatozoa, (gamet jantan) dan sekresi dari organ aksesori saluran reproduksi jantan (Garner dan Hafez, 2000). Menurut Feradis (2010a)

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Asal-Usul dan Klasifikasi Domba Domba yang dijumpai saat ini merupakan hasil domestikasi yang dilakukan manusia. Pada awalnya domba diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu, II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Asal Usul dan Klasifikasi Domba Garut Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu, diantaranya berdasarkan perbandingan banyak daging atau wol, ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkawinan Perkawinan yang baik yaitu dilakukan oleh betina yang sudah dewasa kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat melahirkan (Arif, 2015).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Friesien Holstein Sapi perah adalah jenis sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan susu (Blakely dan Bade, 1992) ditambahkan pula oleh Sindoredjo (1960) bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Domba Priangan Domba adalah salah satu hewan yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat potensial untuk dikembangkan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Domba Ekor Tipis Domba ekor tipis merupakan domba yang bersifat profilik yaitu mampu mengatur jumlah anak yang akan dilahirkan sesuai dengan ketersediaan pakan yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna, 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Semen Segar Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna, konsistensi, ph dan secara mikroskopis meliputi gerakan massa, konsentrasi sperma,

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998). II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Domba Domba merupakan jenis ternak potong yang tergolong ternak ruminansia kecil, hewan pemamah biak dan merupakan hewan mamalia. Disamping sebagai penghasil daging

Lebih terperinci

Tatap mukake 6 KUANTITAS DAN KUALITAS SPERMA

Tatap mukake 6 KUANTITAS DAN KUALITAS SPERMA Tatap mukake 6 PokokBahasan: KUANTITAS DAN KUALITAS SPERMA 1. Tujuan Intruksional Umum Mengerti Kuantitas dan Kualitas Sperma pada berbagai ternak Mengerti faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Selama penelitian rataan suhu dan kelembaban harian kandang berturut-turut 28,3 o C dan 91,3% yang masih dalam kisaran normal untuk hidup kelinci. Adapun suhu dan kelembaban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jantan) yang terjadi hanya di tubuli seminiferi yang terletak di testes (Susilawati,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jantan) yang terjadi hanya di tubuli seminiferi yang terletak di testes (Susilawati, 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Spermatogenesis Spermatogenesis adalah suatu proses pembentukan spermatozoa (sel gamet jantan) yang terjadi hanya di tubuli seminiferi yang terletak di testes (Susilawati,

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan kambing Kacang (Devendra dan Burns, 1983). Menurut tipenya, rumpun

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan kambing Kacang (Devendra dan Burns, 1983). Menurut tipenya, rumpun 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Kambing Peranakan Etawah Kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing Etawah yang berasal dari India yang memiliki iklim tropis/subtropis dan beriklim kering dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis 31 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap evaluasi semen domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Semen Segar Hasil evaluasi semen segar merupakan pemeriksaan awal semen yang dijadikan dasar untuk menentukan kelayakan semen yang akan diproses lebih lanjut. Pemeriksaan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. susu untuk peternak di Eropa bagian Tenggara dan Asia Barat (Ensminger, 2002). : Artiodactyla

KAJIAN KEPUSTAKAAN. susu untuk peternak di Eropa bagian Tenggara dan Asia Barat (Ensminger, 2002). : Artiodactyla 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Domba Lokal Domba merupakan hewan ternak yang pertama kali di domestikasi. Bukti arkeologi menyatakan bahwa 7000 tahun sebelum masehi domestik domba dan kambing telah menjadi

Lebih terperinci

Sistem Reproduksi Pria meliputi: A. Organ-organ Reproduksi Pria B. Spermatogenesis, dan C. Hormon pada pria Organ Reproduksi Dalam Testis Saluran Pengeluaran Epididimis Vas Deferens Saluran Ejakulasi Urethra

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Sapi Sapi menurut Blakely dan Bade (1992), diklasifikasikan ke dalam filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mamalia (menyusui), ordo Artiodactile (berkuku atau berteracak

Lebih terperinci

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH UMUR TERHADAP UKURAN EPIDIDIMIS, ABNORMALITAS SPERMATOZOA DAN VOLUME SEMEN PADA SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN UNGARAN (The

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kucing Domestik

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kucing Domestik TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kucing Domestik Kucing domestik (Felis catus, Linneaus 1758) (Gambar 1) menempati sebagian besar penjuru dunia. Bukti arkeologi menunjukkan domestikasi kucing terjadi di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Ekor Tipis Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak dipelihara sebagai ternak penghasil daging oleh sebagian peternak di Indonesia. Domba didomestikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

TINJAUAN PUSTAKA. Domba TINJAUAN PUSTAKA Domba Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal-hal tertentu, diantaranya berdasarkan perbandingan banyak daging atau wol, ada tidaknya tanduk atau berdasarkan asal

Lebih terperinci

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (1): 39-44 ISSN: 0852-3581 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Beku Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai prosedur teknis pengawasan mutu bibit ternak kemudian dimasukkan ke dalam straw dan dibekukan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pemeliharaan ayam dan penampungan semen dilakukan di Kandang B, Laboratorium Lapang, Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Domba. karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Domba. karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Domba Domba diklasifikasikan sebagai hewan herbivora (pemakan tumbuhan) karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba lebih menyukai rumput dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut : II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Domba merupakan salah satu sumber pangan hewani bagi manusia. Domba merupakan salah satu ruminansia kecil yang dapat mengkonnsumsi pakan kualitas rendah dan

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan 4 BAB II TIJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Semen merupakan suatu produk yang berupa cairan yang keluar melalui penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan oleh testis dan

Lebih terperinci

KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP

KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP Cindy Alvionita* Siti Darodjah Rasad** Nurcholidah Solihati** Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Domestikasi domba diperkirakan terjadi di daerah pegunungan Asia Barat sekitar 9.000 11.000 tahun lalu. Sebanyak tujuh jenis domba liar yang dikenal terbagi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal-hal tertentu diantaranya berdasarkan perbandingan banyaknya daging atau wol, ada tidaknya tanduk atau berdasarkan

Lebih terperinci

Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian 2 spermatozoa yang diambil dari cauda epididimis domba lokal yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera.sp. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengamati kualitas dan kemampuan/daya simpan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing Kambing diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; subfilum Vertebrata; kelas Mammalia; ordo Artiodactyla; sub-ordo Ruminantia; familia Bovidae; sub-familia

Lebih terperinci

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Zoologis Sapi Menurut blakely dan bade, (1998) Secara umum klasifikasi Zoologis ternak sapi adalah sebagai berikut Kingdom Phylum Sub Pylum Class Sub Class Ordo Sub

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, tribus Anatini dan genus Anas (Srigandono,

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU

KARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU KARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU UMI ADIATI dan A. SUPARYANTO Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221 Bogor 16002 ABSTRAK Domba Priangan merupakan domba yang mempunyai potensi sebagai domba

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 Abnormalitas Spermatozoa Pemeriksaan abnormalitas spermatozoa dihitung dari jumlah persentase spermatozoa yang masih memiliki cytoplasmic droplet dan spermatozoa yang mengalami abnormalitas sekunder.

Lebih terperinci

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan bangsa kambing hasil persilangan kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan pejantan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu jenis bangsa sapi asli Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu jenis bangsa sapi asli Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu jenis bangsa sapi asli Indonesia yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan dan sapi bali ini juga merupakan hasil

Lebih terperinci

KUALITAS SPERMATOZOA EPIDIDIMIS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DISIMPAN PADA SUHU 3-5 o C

KUALITAS SPERMATOZOA EPIDIDIMIS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DISIMPAN PADA SUHU 3-5 o C KUALITAS SPERMATOZOA EPIDIDIMIS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DISIMPAN PADA SUHU 3-5 o C Takdir Saili, Hamzah, Achmad Selamet Aku Email: takdir69@yahoo.com Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Pengaruh Bobot Badan Terhadap Kualitas dan Kuantitas Semen Sapi Simmental

Pengaruh Bobot Badan Terhadap Kualitas dan Kuantitas Semen Sapi Simmental Pengaruh Bobot Badan Terhadap Kualitas dan Kuantitas Semen Sapi Simmental M. Adhyatma, Nurul Isnaini dan Nuryadi Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bobot badan pejantan terhadap

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Semen Segar Kambing PE Semen ditampung dari satu ekor kambing jantan Peranakan Etawah (PE) menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang

I. PENDAHULUAN. Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang meliputi motilitas, dan morfologinya. Salah satu penyebab menurunnya kualitas dan kuantitas sperma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Wonosobo merupakan domba hasil persilangan antara domba Texel yang didatangkan pada tahun 1957 dengan Domba Ekor Tipis dan atau Domba Ekor Gemuk yang secara

Lebih terperinci

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Pendahuluan 5. PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Hormon steroid merupakan derivat dari kolesterol, molekulnya kecil bersifat lipofilik (larut dalam lemak) dan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Perbedaan Kualitas Semen Segar Domba Batur dalam Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal 27 Maret sampai dengan 1 Mei

Lebih terperinci

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang TINJAUAN PUSTAKA Domba Domba sejak dahulu sudah mulai diternakkan orang. Ternak domba yang ada saat ini merupakan hasil domestikasi dan seleksi berpuluh-puluh tahun. Pusat domestikasinya diperkirakan berada

Lebih terperinci

Sohibul Himam ( ) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008

Sohibul Himam ( ) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008 MAKALAH TENTANG THERMOREGULASI (PENGATURAN SUHU) PADA TESTIS Oleh Sohibul Himam (0710510087) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008 1 Pendahuluan Testis merupakan organ kelamin primer bagi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat 8 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat di Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Non Ruminansia (BPBTNR) Provinsi Jawa Tengah di Kota Surakarta.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Domba merupakan ternak yang keberadaannya cukup penting dalam dunia peternakan, karena kemampuannya untuk menghasilkan daging sebagai protein hewani bagi masyarakat. Populasi

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang dapat menghasilkan wol

TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang dapat menghasilkan wol II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang dapat menghasilkan wol dan daging, Selain itu, pertumbuhannya yang cepat serta ukuran tubuh yang relatif kecil dapat memudahkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ternak Domba

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ternak Domba TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ternak Domba Menurut Blakely dan Bade (1991) domba sudah sejak lama diternakkan orang, tetapi hanya sedikit saja yang mengetahui asal mula dilakukannya seleksi dan domestikasi

Lebih terperinci

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 01 TAHUN 2017 ISSN : 25483129 1 Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas Aisyah Nurmi Dosen Program

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kambing Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah dikenal secara luas di Indonesia. Ternak kambing memiliki potensi produktivitas yang cukup

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 I. BENIH PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL BENIH DAN BIBIT TERNAK YANG AKAN DIKELUARKAN A. Semen Beku Sapi

Lebih terperinci

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C Disajikan oleh : Hotmaria Veronika.G (E10012157) dibawah bimbingan : Ir. Teguh Sumarsono, M.Si 1) dan Dr. Bayu Rosadi, S.Pt. M.Si 2)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN (The Effects of Scrotal Diameter and Testical Volume in Semen Volume and

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI Oleh: Connie AstyPakpahan Ines GustiPebri MardhiahAbdian Ahmad Ihsan WantiDessi Dana Yunda Zahra AinunNaim AlfitraAbdiGuna Kabetty T Hutasoit Siti Prawitasari Br. Maikel Tio

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba

TINJAUAN PUSTAKA Domba TINJAUAN PUSTAKA Domba Pada awal sebelum terjadinya proses domestikasi, domba masih hidup liar di pegunungan dan diburu untuk diambil dagingnya. Domba yang sekarang menyebar di seluruh dunia ini sebenarnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Kebutuhan masyarakat akan daging domba setiap tahunnya terus meningkat.

Lebih terperinci

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN MEMBRAN PLASMA UTUH. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN MEMBRAN PLASMA UTUH. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN MEMBRAN PLASMA UTUH Gambar mas Disusun oleh Mas Mas Mas Faisal Ernanda h0510030 Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012 Mas tolong

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Garut

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Garut TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba merupakan salah satu sumber pangan hewani bagi manusia. Domba merupakan salah satu ruminansia kecil yang dapat mengkonnsumsi pakan kualitas rendah dan dipelihara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia Ternak atau sering juga dikenal sebagai ternak ruminansia kecil, merupakan ternak herbivora yang sangat populer di kalangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya protein hewani bagi tubuh. Hal ini

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kambing merupakan salah satu jenis ternak yang mudah dipelihara dan dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara tradisional. Salah satu bangsa

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab. 7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Kuda Menurut Blakely dan Bade (1991) secara umum klasifikasi zoologis ternak kuda adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Sub Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Gambar 1

TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Gambar 1 TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Secara taksonomi domba termasuk ke dalam kingdom Animalia, filum Chordata, kelas Mamalia, ordo Artiodactyla, family Bovidae, genus Ovis dan spesies Ovis aries. Dari sisi genetik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White (NZW) merupakan kelinci hasil persilangan dari Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

Lebih terperinci

TIU : Mahasiswa diharapkan. proses fisiologi organ. berkaitan dengan fungsi ternak jantan sebagai pemacek. TIK :

TIU : Mahasiswa diharapkan. proses fisiologi organ. berkaitan dengan fungsi ternak jantan sebagai pemacek. TIK : TIU : Mahasiswa diharapkan mampu memahami proses fisiologi organ reproduksi jantan khususnya yang berkaitan dengan fungsi ternak jantan sebagai pemacek. TIK : 1.Mahasiswa memahami proses ereksi dan ejakulasi

Lebih terperinci

Kualitas spermatozoa epididimis sapi Peranakan Ongole (PO) yang disimpan pada suhu 3-5 C

Kualitas spermatozoa epididimis sapi Peranakan Ongole (PO) yang disimpan pada suhu 3-5 C Kualitas spermatozoa epididimis sapi Peranakan Ongole (PO) yang disimpan pada suhu 3-5 C Takdir Saili *, Hamzah, Achmad Selamet Aku Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat, menyebabkan kebutuhan akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani berkualitas yang

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Bobot Tubuh Ikan Lele Hasil penimbangan rata-rata bobot tubuh ikan lele yang diberi perlakuan ekstrak purwoceng (Pimpinella alpina molk.) pada pakan sebanyak 0;

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Kambing 2.1.1. Kambing Kacang Menurut Mileski dan Myers (2004), kambing diklasifikasikan ke dalam : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Upafamili Genus Spesies Upaspesies

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum tentang Sapi Bali Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar 1.519 ekor (Unit Pelaksana Teknis Daerah, 2012). Sistem pemeliharaan sapi bali di Kecamatan Benai

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Itik Rambon Ternak unggas yang dapat dikatakan potensial sebagai penghasil telur selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, melihat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. : Carnivora. : Paradoxurus : Paradoxurus hermaphroditus : Musang Luak (Asian Palm Civet)

TINJAUAN PUSTAKA. : Carnivora. : Paradoxurus : Paradoxurus hermaphroditus : Musang Luak (Asian Palm Civet) TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Klasifikasi Klasifikasi musang luak (Paradoxurus hermaphroditus) menurut Schreiber et al. (1989), adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inseminasi Buatan (IB) adalah proses perkawinan yang dilakukan dengan campur tangan manusia, yaitu mempertemukan sperma dan sel telur agar dapat terjadi proses pembuahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa Sapi

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa Sapi TINJAUAN PUSTAKA Bangsa Sapi Sapi adalah hewan sosial yang hidupnya berkelompok (Bouissou dan Boissy 2005), sedangkan bangsa sapi adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama.

Lebih terperinci

HORMON REPRODUKSI JANTAN

HORMON REPRODUKSI JANTAN HORMON REPRODUKSI JANTAN TIU : 1 Memahami hormon reproduksi ternak jantan TIK : 1 Mengenal beberapa hormon yang terlibat langsung dalam proses reproduksi, mekanisme umpan baliknya dan efek kerjanya dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795. Walaupun demikian semuanya termasuk dalam genus Bos dari famili Bovidae (Murwanto, 2008).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba mempunyai arti penting bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia karena dapat menghasilkan daging, wool, dan lain sebagainya. Prospek domba sangat menjanjikan untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kuda

TINJAUAN PUSTAKA Kuda TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) memiliki klasifikasi ilmiah yaitu kerajaan Animalia (hewan), filum Chordata (bertulang belakang), kelas Mammalia (menyusui), ordo Perissodactylater

Lebih terperinci