II. TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Hubungan Harga Minyak dan Inflasi Mekanisme transmisi dampak oil price shock terhadap harga dan inflasi dijelaskan oleh Blanchard (2006). Ketika terjadi kenaikan harga minyak dunia maka perusahaan akan merespon dengan menaikkan markup sehingga harga akan naik, karena hubungan antara keduanya berbanding lurus (persamaan 2.1). Dengan asumsi upah tetap, peningkatan harga minyak menyebabkan peningkatan biaya produksi dan mendorong perusahaan untuk meningkatkan harga. P = ( 1 + µ ) W (2.1) W = P e F(u, z) (2.2) Keterangan : P = tingkat harga µ = markup W = upah nominal P e = ekspektasi harga u = tingkat pengangguran z = variabel lainnya Kerangka kerja kurva permintaan dan penawaran agregat sangat penting dalam memengaruhi keseimbangan tingkat output dan inflasi. Secara khusus, penggunaan kurva permintaan dan penawaran agregat dapat juga untuk menjelaskan pengaruh kebijakan ekonomi dan guncangan eksternal terhadap keseimbangan tingkat output dan harga. Kurva permintaan agregat adalah kurva yang mewakili sisi permintaan yang menggambarkan bagaimana pengaruh dari harga terhadap output. Sementara, kurva penawaran agregat adalah kurva yang menggambarkan pengaruh dari output terhadap tingkat harga (Blanchard, 2006). Persamaan untuk penawaran agregat adalah: = e Y P P ( 1 + µ ) F 1, z.. (2.3) L Keterangan : P = tingkat harga P e = ekspektasi harga W = upah nominal µ = markup u = tingkat pengangguran z = variabel lainnya

2 18 Dari persamaan (2.3) secara eksplisit dapat dilihat bahwa variabel-variabel yang dapat memengaruhi tingkat harga adalah ekspektasi harga, markup dan output. Perubahan ekspektasi harga dan pertumbuhan output akan memengaruhi harga melalui peningkatan upah nominal sehingga tentu saja adanya kenaikan upah nominal akan mendorong terjadinya kenaikan harga. Disamping upah nominal, markup juga merupakan variabel yang memengaruhi harga secara langsung, dengan demikian, jika perusahaan menaikkan markup, maka harga akan ikut naik. Kurva permintaan agregat menunjukkan kombinasi dari tingkat harga dan tingkat output dimana pasar barang dan pasar uang secara simultan dalam keseimbangan. Dalam perekonomian terbuka, kurva permintaan ditentukan oleh posisi keseimbangan di pasar barang (IS), keseimbangan di pasar uang (LM), dan pasar internasional melalui balance of payment (BoP). Dengan adanya variabel kebijakan moneter dan fiskal maka jika terjadi kenaikan tingkat harga akan menyebabkan penurunan real money stock yang dapat menurunkan output. Tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya akan menyebabkan inflasi. Oleh karena itu, konsumsi minyak yang tinggi diperkirakan akan menyebabkan inflasi. Inflasi ini termasuk demand pull inflation yang disebabkan oleh terlalu kuatnya peningkatan aggregate demand masyarakat terhadap komoditi-komoditi hasil produksi di pasar barang. Akibatnya, akan menarik (pull) kurva permintaan agregat ke arah kanan atas, sehingga terjadi excess demand, yang merupakan inflationary gap. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada kapasitas perekonomian. Dalam kasus inflasi jenis ini, kenaikan harga-harga barang biasanya akan selalu diikuti dengan peningkatan output (GNP riil) dengan asumsi bila perekonomian masih belum mencapai kondisi full-employment. Pengertian kenaikkan permintaan agregat seringkali ditafsirkan berbeda oleh para ahli ekonomi. Pergeseran kurva permintaan agregat yang disebabkan adanya kebijakan moneter dan fiskal adalah berdasarkan model Keynesian. Sedangkan pergeseran kurva permintaan agregat yang disebabkan oleh faktor

3 19 moneter yaitu perubahan uang beredar adalah berdasarkan model klasik. Dengan kata lain, golongan moneterist menganggap permintaan agregat mengalami kenaikkan akibat dari ekspansi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Sedangkan, menurut golongan Keynesian, kenaikkan permintaan agregat dapat disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, atau ekspor bersih, walaupun tidak terjadi ekspansi jumlah uang beredar. Faktor penyebab terjadi demand pull inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam keputusan kegiatan ekonominya. Ekspektasi inflasi tersebut apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal, dan tahun baru) dan penentuan upah minimum regional (UMR). Meskipun ketersediaan barang secara umum diperkirakan mencukupi dalam mendukung kenaikan permintaan, namun harga barang dan jasa pada saat-saat hari raya keagamaan meningkat lebih tinggi dari kondisi supply-demand tersebut. Demikian halnya pada saat penentuan UMR, pedagang ikut pula meningkatkan harga barang meski kenaikan upah tersebut tidak terlalu signifikan dalam mendorong peningkatan permintaan. Kenaikan harga minyak dunia dapat memicu terjadinya inflasi. Inflasi yang disebabkan oleh adanya kenaikan harga-harga komoditi di luar negeri (di negara asing yang memiliki hubungan perdagangan dengan negara yang bersangkutan) merupakan salah satu jenis inflasi menurut asalnya yaitu imported inflation. Inflasi ini hanya dapat terjadi pada negara yang menganut sistem perekonomian terbuka (open economy system). Inflasi ini dapat menular baik melalui harga barang-barang impor maupun harga barang-barang ekspor. Terlepas dari pengelompokan-pengelompokan tersebut, pada kenyataannya inflasi yang terjadi di suatu negara sangat jarang (jika tidak boleh dikatakan tidak ada) yang disebabkan oleh satu jenis inflasi, tetapi acapkali karena kombinasi dari beberapa jenis inflasi. Hal ini dikarenakan tidak ada faktor-faktor ekonomi maupun pelaku-

4 20 pelaku ekonomi yang benar-benar memiliki hubungan yang independen dalam suatu sistem perekonomian negara. Sebagai contoh, imported inflation seringkali diikuti oleh cost push inflation, domestik inflation diikuti dengan demand pull inflation, dsb. Cost push inflation yaitu inflasi yang dikarenakan bergesernya kurva penawaran agregat ke arah kiri atas. Faktor-faktor yang menyebabkan kurva penawaran agregat bergeser tersebut adalah meningkatnya harga faktor-faktor produksi (baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri) di pasar faktor produksi, sehingga menyebabkan kenaikkan harga komoditi di pasar komoditi. Dalam kasus cost push inflation kenaikan harga seringkali diikuti oleh kelesuan usaha. Selain itu, faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negaranegara mitra dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya distribusi. Selain itu, hubungan harga minyak dan inflasi dapat dijelaskan dengan kurva Phillips. Mankiw (2007) menyatakan bahwa kurva Phillips dalam bentuk modernnya menyatakan bahwa tingkat inflasi tergantung pada tiga kekuatan yaitu inflasi yang diharapkan, pengangguran siklis, dan guncangan penawaran. Koefisien β menggambarkan efek pengangguran terhadap inflasi dengan asumsi inflasi yang diharapkan konstan. Ketika pengangguran di atas tingkat alamiahnya maka inflasi lebih rendah daripada inflasi yang diharapkan. Sebaliknya, ketika pengangguran di bawah tingkat alamiahnya maka inflasi lebih tinggi daripada inflasi yang diharapkan..... (2.4) Dimana: π = Inflasi π e = Inflasi yang diharapkan = Pengangguran siklis (penyimpangan pengangguran dari tingkat alamiah) ν = Guncangan Penawaran

5 21 Guncangan penawaran yang memperburuk seperti kenaikan harga minyak dunia menunjukkan nilai positif pada v dan menyebabkan kenaikan inflasi. Ini juga disebut inflasi dorongan biaya (cosh push inflation) karena guncangan penawaran yang memperburuk adalah peristiwa-peritiwa tipikal yang mendorong ke atas biaya produksi. Sebaliknya, guncangan penawaran yang bermanfaat, seperti persediaan minyak yang melimpah yang menyebabkan turunnya harga minyak, membuat v negatif dan menyebabkan turunnya inflasi. Menurut Mankiw (2007), guncangan pada penawaran agregat dapat menyebabkan fluktuasi ekonomi. Guncangan penawaran adalah guncangan pada perekonomian yang bisa mengubah biaya produksi barang serta jasa yang memengaruhi harga yang dibebankan perusahaan kepada konsumen. Guncangan penawaran kadang-kadang disebut guncangan harga karena memiliki dampak yang langsung terhadap tingkat harga. Contoh dari guncangan harga antara lain organisasi kartel minyak internasional. Dalam membatasi persaingan, produsen minyak utama bisa meningkatkan harga minyak dunia. Peristiwa tersebut merupakan guncangan penawaran yang memperburuk (adverse supply shock) yang berarti meningkatkan biaya dan harga. Sebaliknya, guncangan penawaran yang menguntungkan antara lain bubarnya kartel minyak internasional yang berarti mengurangi biaya dan harga. Peningkatan harga minyak pada jangka pendek menyebabkan penurunan output dan peningkatan tingkat harga. Sepanjang waktu, output turun makin jauh dan tingkat harga meningkat lebih tinggi. Menghadapi guncangan penawaran yang memperburuk, pembuat kebijakan yang mengendalikan permintaan agregat, seperti bank sentral, memiliki pilihan sulit di antara dua pilihan. Pilihan pertama adalah mempertahankan permintaan agregat konstan yang menyebabkan output dan kesempatan kerja lebih rendah dari tingkat alamiah dan terjadi stagflasi (kombinasi dari kenaikan harga dan penurunan output). Secara bertahap harga akan turun untuk mencapai full employment pada tingkat harga lama. Tetapi akibat dari proses ini adalah resesi yang parah. Pilihan kedua adalah memperluas permintaan agregat untuk membawa perekonomian ke arah tingkat alami secara lebih tepat. Dalam hal ini Bank Sentral dikatakan mengakomodasi guncangan penawaran. Hal ini menyebabkan tingkat harga secara permanen lebih tinggi. Dan tidak ada jalan

6 22 untuk menyesuaikan permintaan agregat baik untuk mempertahankan employment maupun mempertahankan tingkat harga yang stabil (Gambar 13).. full Sumber: Mankiw, 2007 Gambar 13. Mengakomodasi Guncangan Penawaran yang Memperburuk Hubungan Harga Minyak dan Pertumbuhan Ekonomi Ketika terjadi kenaikan harga minyak dunia maka perusahaan akan merespon dengan menaikkan markup sehingga harga akan naik. Peningkatan pada tingkat harga menyebabkan kurva AS bergeser ke atas. Sepanjang waktu, output turun makin jauh dan tingkat harga meningkat lebih tinggi. Dalam jangka pendek, kenaikan harga minyak menyebabkan kenaikan tingkat harga, sehingga menurunkan stok uang riil yang mengarah pada penurunan permintaan dan output. Dalam jangka menengah, kenaikan harga minyak menyebabkan penurunan upah riil yang dibayar oleh perusahaan sehingga meningkatkan tingkat pengangguran alamiah dan selanjutnya menurunkan tngkat output alamiahnya. Peningkatan harga minyak dunia juga akan menyebabkan peningkatan pada harga barang-barang domestik karena sebagian besar perusahaan di dalam negeri masih menggunakann minyak sebagai bahan baku untuk produksi. Peningkatan harga barang domestik ini akan menyebabkan nilai tukar riil domestik terhadap dolar Amerika mengalami depresiasi (melemah). Nilai mata uang domestik yang terdepresiasi dapat meningkatkan daya saing barang domestik karena harga barang domestik menjadi lebih murah dibanding dengan harga barang luar negeri. Hal ini menyebabkan permintaan terhadap barang domestik akan mengalami peningkatan. Selain itu, nilai tukar yang terdepresiasi akan menyebabkan surplus pada neraca perdagangan (trade balance) karena

7 23 peningkatan ekspor bersih. Pada akhirnya, peningkatan ekspor akan menyebabkan peningkatan pada output (PDB). Harga minyak yang tinggi dapat menyebabkan perusahaan mengubah rencana investasi, membatalkan beberapa proyek investasi, atau mengganti peralatan dengan penggunaan energi yang lebih sedikit. Peningkatan harga minyak juga membagi pendapatan dari konsumen minyak ke produsen minyak. Produsen minyak mungkin membelanjakan lebih sedikit daripada konsumen minyak yang kemudian menyebabkan penurunan dalam permintaan konsumsi. Sebaliknya, konsumen minyak mungkin membelanjakan lebih banyak daripada produsen minyak yang kemudian menyebabkan peningkatan dalam permintaan konsumsi. Karena beberapa efek menggeser kurva permintaan agregat ke kanan dan lainnya menggeser kurva permintaan agregat ke kiri maka efeknya saling meniadakan dan permintaan agregat tidak bergeser (tetap). Dengan permintaan agregat konstan, dalam jangka pendek, hanya kurva penawaran agregat yang bergeser seperti terlihat pada Gambar 14. Tingka Harga (P) P P A AS AS A A AS AD Y n Y Y n Output (Y) Sumber: Blanchard, 2006 Gambar 14. Efek Dinamis Peningkatan Harga Minyak Perekonomian bergerak sepanjang kurva AD dari A ke A dan output turun dari Y ke Y. Kenaikan harga minyak menyebabkan perusahaan meningkatkan harganya. Peningkatan tingkat harga ini selanjutnya menyebabkan penurunan permintaan dan output. Meskipun output jatuh, tingkat output alamiah juga makin jatuh. Di titik A, output Y masih di atas tingkat output alamiah baru Y n sehingga kurva penawaran agregat terus bergeser ke atas. Perekonomian bergerak terus sepanjang kurva AD dari A ke A. Pada titik A, output sama

8 24 dengan tingkat output alamiah baru yang lebih rendah Y n dan tingkat harga lebih tinggi daripada sebelum terjadi guncangan harga minyak. Pergeseran penawaran agregat memengaruhi output tidak hanya pada jangka pendek tapi juga pada jangka menengah. Jika permintaan agregat tidak konstan, maka seberapa besar penurunan atau peningkatan output tergantung dari seberapa besar guncangan harga minyak yang menggeser kurva penawaran agregat dan seberapa jauh kebijakan fiskal dan moneter menggeser kurva permintaan agregat. Mekanisme transmisi yang diperlihatkan oleh Gambar 13 juga merupakan salah satu jenis inflasi karena dorongan biaya (cost push inflation) Hubungan Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Mankiw (2007) menjelaskan hubungan transaksi dan uang atau pertumbuhan ekonomi dan inflasi dalam persamaan kuantitas (quantity equation). Teori kuantitas uang adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi, tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal sebagai model kaum moneteris (monetarist models). Teori ini menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi. Inti dari teori ini adalah sebagai berikut : 1. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar, baik uang kartal maupun giral. 2. Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang. Teori kuantitas uang (quantity theory of money) menunjukkan hubungan antara transaksi dan uang melalui persamaan kuantitas (quantity equation): MV = PT... (2.5) Keterangan: M = Jumlah Uang Beredar (money supply) V = Perputaran uang transaksi (transaction velocity of money) P = Tingkat harga dari suatu transaksi T = total transaksi selama periode waktu tertentu

9 25 Persamaan ini berguna karena menunjukkan bahwa jika satu dari variabelvariabel itu berubah maka satu atau lebih variabel lainnya juga harus berubah untuk menjaga kesamaan. Misalnya jika jumlah uang beredar (M) meningkat dan perputaran uang (V) tidak berubah maka baik harga atau jumlah transaksi harus meningkat. Dalam kenyataannya, persamaan di atas mengandung masalah yaitu karena jumlah transaksi sulit diukur. Untuk memecahkan masalah ini maka jumlah transaksi (T) diganti dengan output total dalam perekonomian (Y). transaksi dan output sangat berkaitan karena semakin banyak perekonomian berproduksi maka semakin banyak barang dibeli dan dijual. Namun demikian kedua variabel tersebut tidak sama. Tetapi nilai uang dari transaksi proporsional terhadap nilai uang dari output. Jika Y menyatakan jumlah output dan P menyatakan harga satu unit output maka nilai uang dari output adalah PY. Sehingga persamaan kuantitas menjadi: MV = PY (2.6) Karena Y juga merupakan pendapatan total maka V dalam persamaan kuantitas ini disebut perputaran pendapatan uang (income velocity of money). Perputaran pendapatan uang menyatakan berapa kali uang masuk ke dalam pendapatan seseorang dalam periode waktu tertentu. Teori uang, harga dan inflasi menjelaskan apa yang menentukan seluruh tingkat harga perekonomian. Teori tersebut memiliki tiga unsur yaitu: 1. Faktor-faktor produksi dan fungsi produksi menentukan tingkat output Y 2. Jumlah Uang beredar (M) menentukan nilai output nominal (PY). Hal ini berdasarkan persamaan kuantitas dengan asumsi perputaran uang adalah tetap. 3. Tingkat harga P adalah rasio dari nilai output nominal (PY) terhadap tingkat output (Y). Karena tingkat inflasi adalah perubahan persentase dalam tingkat harga, teori tingkat harga ini juga merupakan teori tingkat inflasi. Sehingga persamaan kuantitas ditulis dalam bentuk perubahan persentase, yaitu: %M + %V = %P + %Y... (2.7)

10 26 Perubahan persentase dalam kuantitas uang M berada di bawah pengawasan bank sentral. Perubahan persentase dalam perputaran V mencerminkan pergeseran dalam permintaan uang dan jika perputaran diasumsikan konstan maka perubahan persentase dalam perputaran adalah nol. Perubahan persentase dalam tingkat harga P adalah tingkat inflasi. Perubahan persentase dalam output Y bergantung pada pertumbuhan faktor-faktor produksi dan kemajuan teknologi (given). Pada akhirnya analisis ini menyatakan bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar menentukan tingkat inflasi. Jadi, teori kuantitas uang menyatakan bahwa bank sentral (yang mengawasi jumlah uang beredar) memiliki kendali tertinggi atas inflasi. Jika bank sentral mempertahankan jumlah uang beredar tetap stabil, tingkat harga akan stabil. Jika bank sentral meningkatkan jumlah uang beredar dengan cepat, tingkat harga akan meningkat dengan cepat (Mankiw, 2007). M juga bisa disebut agregat moneter, V adalah kecepatan dari agregat moneter, P adalah tingkat harga agregat, dan Y adalah PDB riil. Kecepatan agregat moneter biasanya direpresentasikan sebagai fungsi dari suku bunga karena permintaan uang sensitif terhadap opportunity cost terhadap biaya memegang uang. Harga energi merupakan salah satu komponen dalam perhitungan tingkat harga agregat sehingga perubahan harga energi dapat memengaruhi tingkat harga agregat secara langsung. Namun demikian, cara langsung ini tidak dapat menghasilkan perubahan yang permanen pada tingkat harga agregat. Dalam persamaan kuantitas uang, perubahan harga energi tidak bisa berdampak secara permanen terhadap tingkat harga kecuali PDB, monetery agregat atau kecepatannya diubah. Perubahan harga energi dapat berdampak permanen terhadap tingkat harga agregat dengan cara mengubah PDB riil. Peningkatan harga energi mengindikasikan peningkatan kelangkaan input produksi ini dan mengurangi PDB riil. Netralitas uang menyatakan jika salah satu di antara M, V, atau PDB dianggap konstan, perubahan PDB riil akan memengaruhi tingkat harga agregat. Penurunan PDB riil akan meningkatkan tingkat harga agregat dengan persentase yang sama.

11 27 Dalam kasus kenaikan harga minyak, maka dalam jangka pendek, kenaikan harga minyak akan mendorong kenaikan pada tingkat harga. Selanjutnya kenaikan tingkat harga akan menurunkan stok uang riil yang menyebabkan penurunan permintaan dan output. Hubungan antara stok uang riil dan output dapat dijelaskan melalui persamaan permintaan agregat, dengan mengabaikan faktor-faktor lainnya. Permintaan barang dalam hal ini output proporsional terhadap stok uang riil. Mekanisme dalam model IS-LM yaitu penurunan stok uang riil menyebabkan peningkatan suku bunga, peningkatan suku bunga menyebabkan penurunan pada permintaan barang dan selanjutnya menurunkan output.... (2.8) 2.2 Penelitian-penelitian Terdahulu Dampak kenaikan harga minyak terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi pada awal tahun 2000-an berbeda dengan yang terjadi pada tahun an. Pada tahun 1970-an, kenaikan harga minyak menyebabkan inflasi tinggi, resesi, produktivitas rendah, dan tingkat pertumbuhan rendah atau negatif. Kenaikan harga minyak pada awal tahun 2000-an menyebabkan peningkatan infasi namun relatif jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun 1970-an dan pertumbuhan ekonomi dunia tetap kuat. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Unalmis et al. (2009). Mulai tahun 1970-an, guncangan harga minyak dunia telah memberi kontribusi terhadap resesi global selama tiga puluh tahun terakhir. Hamilton (1983) menyimpulkan bahwa hampir semua resesi di Amerika Serikat sejak akhir perang dunia kedua diawali dengan kenaikan harga minyak dunia yang tinggi. Secara historis, gangguan di pasar minyak mengakibatkan distorsi ekonomi baik di negara industri maupun negara-negara berkembang. Sejak tahun 1972, akibat dari harga minyak yang tinggi telah terkait dengan resesi, inflasi tinggi, pertumbuhan ekonomi rendah dan produktivitas rendah. Peningkatan harga minyak mendorong resesi di Amerika Serikat. Penelitian lain menunjukkan bahwa harga minyak yang tinggi terkait dengan tingkat inflasi yang tinggi di Amerika Serikat, Jepang dan Eropa (Leblanc and Chinn, 2004). Pada tahun 2000-an,

12 28 dampak kenaikan harga minyak menunjukkan hasil yang berbeda. Penelitian Limin et al. (2010) dan Apriani (2007) menyimpulkan bahwa kenaikan harga minyak berhubungan positif dengan output dan inflasi di China dan Indonesia Harga Minyak dan Inflasi Penelitian yang dilakukan Aisen dan Veiga (2003 dan 2005) menunjukkan bahwa perubahan tahunan harga minyak mempunyai tanda yang positif seperti yang diharapkan dan secara statistik signifikan memengaruhi inflasi. Selain itu, perdagangan luar negeri yang merupakan persentase PDB mempunyai koefisien yang positif yang menunjukkan bahwa semakin besar derajat keterbukaan terhadap perdagangan menyebabkan inflasi yang lebih tinggi. Sehubungan dengan kinerja ekonomi, hasilnya seperti yang diharapkan: pertumbuhan PDB riil, nilai tukar efektif riil mempunyai tanda yang negatif. Hal ini sesuai dengan intuisi bahwa inflasi berhubungan dengan pertumbuhan yang rendah dan undervalued nilai mata uang. Overvaluation riil dari mata uang menurunkan inflasi. Efek marjinal dari pertumbuhan PDB riil per kapita dan tingkat U.S. Treasury Bill lebih tinggi: bila tingkat U.S. Treasury Bill naik satu persen, tingkat inflasi meningkat sekitar tiga persen, dan ketika tingkat pertumbuhan PDB per kapita riil naik satu titik lebih tinggi, inflasi turun minimal dua persen. Apriani (2007) melakukan penelitian mengenai dampak guncangan harga minyak dunia terhadap inflasi dan output di Indonesia. Hasil analisis dengan menggunakan metode VAR selama periode menunjukkan hasil bahwa dampak guncangan harga minyak dunia terhadap inflasi, output, nilai tukar riil, dan jumlah uang beredar adalah positif. Olomola dan Adejumo (2006) melakukan penelitian tentang pengaruh guncangan harga minyak dunia terhadap inflasi, output, nilai tukar riil, dan jumlah uang beredar di Nigeria dengan menggunakan metode vector autoregression (VAR). Penelitian ini menggunakan data kuartalan dari tahun 1970 sampai dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa guncangan harga minyak dunia memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar riil namun tidak memengaruhi output dan inflasi di Nigeria. Selain itu, ditemukan bahwa kenaikan harga minyak dunia meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini disebabkan

13 29 karena nilai tukar riil di Nigeria mengalami apresiasi yang berdampak pada sektor perdagangan. Dengan menggunakan periode waktu yang lebih panjang dan Negara yang berbeda, Al-Salman et al. (2008) menganalisis dampak jangka pendek dari perubahan harga minyak terhadap siklus bisnis dari Negara G-7 dengan hanya menggunakan analisis uji kointegrasi dan uji Granger Causality. Data yang digunakan adalah data kuartalan meliputi periode 1970:1 2006:4. Dalam studi ini ditemukan beberapa fakta sebagai berikut terdapat netralitas jangka pendek GDP riil terhadap perubahan harga minyak di Italia, Jepang, dan Inggris. Namun demikian, minyak berdampak nyata terhadap perekonomian Negara G-7 lainnya, khususnya Jerman dan Perancis. Di lain pihak, perubahan kebijakan pemerintah telah memainkan peranan penting dalam mengurangi pengaruh tingginya harga minyak di Jepang, Italia, dan Perancis. Selain itu, karakteristik perekonomian AS, Inggris, Jerman dan Kanada telah membentuk peran pengaruh minyak pada siklus bisnis mereka. Perbedaan-perbedaan ini menunjukkan bahwa ada pengaruh waktu perubahan harga minyak pada siklus bisnis di beberapa perekonomian G-7. Sato et al. (2009) melakukan studi Identifying Shocks in Regionally Integrated East Asian Economies with Structural VAR and Block Exogeneity. Dalam studi ini ditemukan bahwa guncangan harga minyak dunia semakin penting dalam memengaruhi stabilitas pertumbuhan output riil di Asia Timur, terutama dalam perekonomian Cina, Hong Kong, Singapura dan Thailand. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan ketergantungan pada pasokan minyak dunia yang terkait dengan terjadinya industrialisasi di negara-negara tersebut. Hasil dari dekomposisi varian dari inflasi menunjukkan bahwa guncangan harga minyak dunia merupakan sumber penting dari fluktuasi harga di sebagian besar perekonomian, diikuti oleh shock Amerika Serikat. Pengaruh Cina pada tingkat harga dalam negeri adalah persisten, dan sebagian besar dicatat di Hong Kong, yang merupakan cerminan dari tingkat integrasi ekonomi yang tinggi di antara kedua perekonomian.

14 Harga Minyak dan Pertumbuhan Ekonomi Penelitian Limin et al. (2010) menyimpulkan bahwa kenaikan harga minyak berhubungan positif dengan output dan inflasi di China sementara penelitian Apriani (2007) juga menghasilkan kesimpulan yang sama hanya beda objek penelitian yaitu di Indonesia Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Hasil penelitian Fisher et al. (2002)menyimpulkan bahwa: (i) inflasi yang lebih tinggi cenderung lebih tidak stabil, (ii) di negara-negara dengan inflasi tinggi, terdapat hubungan yang kuat antara keseimbangan fiskal dan seigniorage baik dalam jangka pendek dan jangka panjang; (iii) inflasi inersia menurun seiring dengan meningkatnya rata-rata inflasi; (iv) inflasi tinggi terkait dengan kinerja makroekonomi yang buruk. Hasil penelitian Edison (2002) menyimpulkan bahwa inflasi yang tinggi berhubungan negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian Arai et al. (2002) menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang mendukung pandangan bahwa inflasi pada umumnya berbahaya terhadap pertumbuhan PDB. Di sisi lain, ada korelasi negatif antara inflasi intra-negara dan pertumbuhan selama periode yang diteliti yang disebabkan oleh guncangan harga minyak yang positif. Sedangkan Aisen dan Veiga (2010) menganalisis dampak ketidakstabilan politik terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan System-GMM estimator untuk model data panel dinamis. Hasilnya menunjukkan bahwa inflasi yang tinggi menghasilkan efek pertumbuhan yang negatif dan secara statistik signifikan.

15 31 Tabel 3. Rekapitulasi Penelitian-penelitian Terdahulu Lainnya No. Judul Peneliti Penerbit Metode Variabel Hasil 1. Crude Oil and Stock Markets: Stability, Instability, and Bubbles J. Isaac Millera and Ronald A. Ratti (2009) Department of Economics, University of Missouri a cointegrated vector error correction model with additional regressors Harga minyak mentah dunia Pasar saham internasional Indeks pasar saham saham merespon negatif terhadap kenaikan harga minyak dalam jangka panjang 2. The Effect of Oil Price Shocks on the Czech Economy Kamil Dybczak, David Voňka, Nico van der Windt (2008) CNB Working Paper Series CGE Table IO o Kenaikan harga minyak CzechK 20 persen menyebabkan: o Penurunan tingkat GDP 1,5 persen (jangka pendek) dan 0,8 persen (jangka panjang) o Penurunan pertumbuhan GDP tahunan jangka pendek sebesar 0,3 pp o Inflasi sekitar 0,4 pp per tahun (jangka pendek) 3. On The Influence Of Oil Prices On Stock Markets: Evidence From Panel Analysis In GCC Countries Mohamed El Hedi Arouri and Christophe Rault (2010) Economic Research Forum (ERF) Teknik kointegrasi panel bootstrap dan metode seemingly unrelated regression (SUR) Harga minyak Pasar saham Negaranegara Teluk/Gulf Corporation Countries (GCC) o Terdapat bukti adanya kointegrasi antara harga minyak dan pasar saham di negara-negara GCC o Hasil SUR menunjukkan bahwa kenaikan harga minyak memiliki dampak positif pada harga saham, kecuali di Arab Saudi

16 32 No. Judul Peneliti Penerbit Metode Variabel Hasil 4. The Macroeconomic Effects Of Oil Price Shocks: Why Are The 2000s So Different From The 1970s? Olivier J. Blanchard and Jordi Galí (2007) Center for Energy and Environmental Policy Research VAR Harga minyak nominal (dollars) Inflasi (IHK, PDB deflator, upah) Kuantitas (PDB dan tenaga kerja) o Efek guncangan harga minyak telah berubah dari waktu ke waktu, dengan efek yang makin kecil terhadap harga dan upah, serta pada output dan kesempatan kerja. o Respon dari inflasi yang diharapkan terhadap guncangan minyak telah menurun secara substansial seiring waktu. 5. The Effects of Uncertainty about Oil Prices in G-7 Don Bredin, John Elder, Stilianos Fountas UCD Geary Institute Discussion Paper Series a structural VAR modified to accommodate multivariate GARCH in mean CPI, Industrial Production, harga minyak (dalam mata uang domestik) Suku bunga domestik jangka pendek Urutan: Inflasi, tingkat pertumbuhan produksi industri, tingkat pertumbuhan harga minyak dan suku bunga o Ketidakpastian harga minyak telah memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap produksi industri di empat dari negara-negara G-7 (Kanada, Perancis, Inggris dan Amerika Serikat) o Analisis Impulse-respons menunjukkan bahwa dalam jangka-pendek baik guncangan minyak positif dan negatif dapat berkontraksi. Hasil ini membantu menjelaskan mengapa jatuhnya harga minyak secara mendadak pada pertengahan tahun 1980-an gagal menghasilkan ekspansi yang cepat di G-7, dan mengapa harga minyak terus meningkat dari tahun tidak menginduksi resesi.

17 33 No. Judul Peneliti Penerbit Metode Variabel Hasil 6. Do oil price shocks matter? Evidence for some European countries Cuñado, Juncal & Pérez de Gracia, Fernando (Dec 2000) University of Navarra Granger causality, VAR, Trivariate VAR Model Harga minyak Consumer Price Indexes (CPI) Industrial Production Indexes (IPI) o Harga minyak memiliki efek permanen terhadap inflasi dan berdampak jangka pendek tetapi asimetris terhadap tingkat pertumbuhan produksi o Perubahan harga minyak berdampak terhadap tingkat pertumbuhan IPI o Adanya efek asimetris dalam dampak kenaikan harga minyak pada kegiatan ekonomi. Faktanya, jika harga minyak meningkat memiliki efek negatif dan signifikan terhadap tingkat pertumbuhan IPI, namun hasil sebaliknya tidak berlaku untuk penurunan harga minyak. o Harga minyak memengaruhi kegiatan ekonomi bahkan ketika tingkat inflasi dimasukkan ke dalam regresi.

18 Kerangka Pemikiran Harga energi dunia, terutama yang berbasis fosil seperti minyak bumi terus bergejolak dan cenderung menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Gejolak harga energi dunia ini tentunya akan berimbas pada aktivitas perekonomian hampir di seluruh negara di dunia tak terkecuali negara-negara ASEAN+3 yang dikaji dalam penelitian ini. Peranan energi yang cukup besar di wilayah ASEAN+3 membuat perekonomian negaranegara tersebut menjadi cukup sensitif terhadap gejolak harga energi dunia yang tentunya akan berimbas pada gejolak harga energi dalam negeri dan pada gilirannya memengaruhi kinerja perekonomian di negara-negara tersebut. Guncangan harga minyak dunia memberikan dampak besar pada kondisi makroekonomi khususnya negara-negara ASEAN+3 yang umumnya merupakan negara pengimpor minyak. Dampak tersebut antara lain pengurangan subsidi terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) yang pada akhirnya menimbulkan peningkatan harga-harga komoditi lain. Selain itu, kenaikan harga minyak dunia berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat yang berpenghasilan tetap sehingga kesejahteraan masyarakat sulit dicapai. Dalam penelitian ini, kenaikan harga minyak dunia akan menyebabkan peningkatan inflasi dan penurunan output. Hubungan antara harga minyak dunia dengan tingkat inflasi adalah positif. Ketika terjadi kenaikan harga minyak dunia maka perusahaan akan merespon dengan menaikkan markup. Dengan asumsi upah tetap, peningkatan harga minyak menyebabkan peningkatan biaya produksi dan mendorong perusahaan untuk meningkatkan harga. Kenaikan harga minyak dunia sebagai guncangan penawaran yang memperburuk (adverse supply shock) akan menyebabkan kenaikan biaya dan harga umum. Hubungan antara harga minyak dunia dengan pertumbuhan ekonomi adalah negatif. Ketika terjadi kenaikan harga minyak dunia maka perusahaan akan merespon dengan menaikkan markup sehingga harga akan naik. Peningkatan pada tingkat harga menyebabkan kurva AS bergeser ke atas. Sepanjang waktu, output turun makin jauh dan tingkat harga meningkat lebih tinggi. Dalam jangka pendek, kenaikan harga minyak menyebabkan kenaikan tingkat harga, sehingga

19 35 menurunkan penawaran uang riil yang mengarah pada penurunan permintaan dan output. Dalam jangka menengah, kenaikan harga minyak menyebabkan penurunan upah riil yang dibayar oleh perusahaan sehingga meningkatkan tingkat pengangguran alamiah dan selanjutnya menurunkan tingkat output alamiahnya. Fluktuasi Harga Energi Dunia Permasalahan Energi Dunia Aktivitas Perekonomian Dunia Tingginya Konsumsi Energi Dunia ASEAN+3 Aktivitas Perekonomian Negara-negara ASEAN+3 Fluktuasi Harga Minyak Konsumsi Minyak ASEAN+3 Inflasi Tahun Sebelumnya Pertumbuhan Ekonomi Tahun Sebelumnya Suku Bunga Pendidikan Keterbukaan Perdagangan INFLASI OUTPUT Implikasi Kebijakan Gambar 15. Kerangka Pemikiran

20 36 Inflasi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap inflasi. Peningkatan pada tingkat harga menyebabkan kurva AS bergeser ke atas. Jika permintaan agregat dipertahankan konstan maka peningkatan harga minyak pada jangka pendek menyebabkan penurunan output. Selain itu, kenaikan tingkat harga akan menurunkan stok uang riil yang menyebabkan penurunan permintaan dan output. 2.4 Hipotesis Penelitian 1. Guncangan harga minyak dunia akan berpengaruh positif terhadap inflasi dan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN Inflasi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap inflasi di negara-negara ASEAN Inflasi tahun sebelumnya akan berpengaruh positif terhadap inflasi di negaranegara ASEAN+3 serta pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3.

PENGUKURAN INFLASI. Dalam menghitung Inflasi secara umum digunakan rumus: P P

PENGUKURAN INFLASI. Dalam menghitung Inflasi secara umum digunakan rumus: P P INFLASI Minggu 15 Pendahuluan Inflasi adalah kecendrungan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Kenaikkan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. (excess demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. (excess demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Definisi Inflasi Pada tahun awal Perang Dunia II Lerner mengutarakan definisi inflasi. Menurut Lerner, inflasi adalah keadaan

Lebih terperinci

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1) Inflasi adalah kecendrungan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Kenaikkan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali jika kenaikkan harga barang itu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011 Mekanisme transmisi Angelina Ika Rahutami 2011 the transmission mechanism Seluruh model makroekonometrik mengandung penjelasan kuantitatif yang menunjukkan bagaimana perubahan variabel nominal membawa

Lebih terperinci

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI INFLASI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan menjelaskan penyebab inflasi dan dampaknya bagi kehidupan bermasyarakat. A. INFLASI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Inflasi Inflasi merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh manusia yang hidup dalam ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu mengalami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi berbeda dari satu periode ke periode lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

Hubungan antara Inflasi dan Jumlah Uang Beredar

Hubungan antara Inflasi dan Jumlah Uang Beredar Hubungan antara Inflasi dan Jumlah Uang Beredar Paper ini mengulas hubungan antara inflasi dan jumlah uang beredar. Bagian pertama mengulas teori yang menjadi dasar paper ini, yaitu teori kuantitas uang

Lebih terperinci

Indikator Inflasi Beberapa indeks yang sering digunakan untuk mengukur inflasi seperti;.

Indikator Inflasi Beberapa indeks yang sering digunakan untuk mengukur inflasi seperti;. Bab V INFLASI Jika kita perhatikan dan rasakan dari masa lampau sampai sekarang, harga barang barang dan jasa kebutuhan kita harganya terus menaik, dan nilai tukar uang selalu turun dibandingkan nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung 27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Nasional Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung besarnya pendapatan nasional atau produksi nasional setiap tahunnya, yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal 2.2 Harga Minyak Mentah Dunia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal 2.2 Harga Minyak Mentah Dunia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun modal

Lebih terperinci

Permintaan dan Penawaran Agregat. Copyright 2004 South-Western

Permintaan dan Penawaran Agregat. Copyright 2004 South-Western Permintaan dan Penawaran Agregat 33 Fluktuasi Ekonomi Jangka Pendek Kegiatan ekonomi berfluktuasi dari tahun ke tahun. Dalam beberapa tahun sebagian besar produksi barang dan jasa naik. Rata-rata selama

Lebih terperinci

PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT

PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT L Suparto LM,. M.Si Dalam teori makroekonomi klasik, jumlah output bergantung pada kemampuan perekonomian menawarkan barang dan jasa, yang sebalikya bergantung pada suplai

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengertian Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara-cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Inflasi Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus. kenaikan harga pada satu atau dua barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Mankiw, 2006: 145). Ini tidak berarti bahwa harga harga berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Mankiw, 2006: 145). Ini tidak berarti bahwa harga harga berbagai macam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Inflasi Salah satu peristiwa modern yang sangat penting dan yang selalu dijumpai dihampir semua negara di dunia adalah inflasi. Definisi singkat dari inflasi adalah

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Materi Perkuliahan: 1. Ruang Lingkup Analisis Makroekonomi (Konsep dasar ekonomi makro) 2. Aliran kegiatan perekonomian (aliran sirkular atau circular

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam hubungan dengan penelitian ini, maka beberapa teori yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yangn memengaruhi impor di kawasan ASEAN+6 dan non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. harga. Badan Pusat Statistik (2005) mendefinisikan inflasi sebagai angka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. harga. Badan Pusat Statistik (2005) mendefinisikan inflasi sebagai angka BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Inflasi Mankiw (2007) menyebutkan bahwa inflasi adalah seluruh kenaikan dalam harga. Badan Pusat Statistik (2005) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT A. INFLASI Adalah kecederungan tingkat perubahan harga secara terus menerus, sementara tingkat harga adalah akumulasi dari inflasi inflasi terdahulu. π =

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini dipersiapkan dan dilaksanakan untuk menganalisis penerapan kebijakan moneter berdasarkan dua kerangka perumusan dan pelaksanaan kebijakan moneter Bank

Lebih terperinci

VII. DAMPAK GUNCANGAN DOMESTIK TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA

VII. DAMPAK GUNCANGAN DOMESTIK TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA 87 VII. DAMPAK GUNCANGAN DOMESTIK TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA 7.1 Dinamika Respon Business Cycle Indonesia terhadap Guncangan Domestik 7.1.1 Guncangan Penawaran (Output) Guncangan penawaran dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009).

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009). BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 2.1. Telaah Teoritis Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009). Istilah ini mengacu pada kondisi yang berkonotasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian suatu negara. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus utama dari kebijakan moneter adalah mencapai dan memelihara laju inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, tujuan Bank Indonesia

Lebih terperinci

Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya

Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya 1. Mikroekonomi vs Makroekonomi Untuk dapat memahami ilmu makro ekonomi, sebaiknya kita mengenali terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perlunya inflasi dikendalikan rasanya tidak perlu dipertanyakan lagi.

BAB I PENDAHULUAN. Perlunya inflasi dikendalikan rasanya tidak perlu dipertanyakan lagi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlunya inflasi dikendalikan rasanya tidak perlu dipertanyakan lagi. Fenomena inflasi terbukti telah menggerogoti nilai riil pendapatan, menjadikan semua orang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Permintaan Agregat (Aggregate Demand) Menurut Krugman dan Obstfeld (2005:166) permintaan agregat (aggregate demand,ad) adalah keseluruhan barang dan jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pertukaran barang dan jasa serta untuk pembayaran utang. Pada umumnya setiap

BAB I PENDAHULUAN. proses pertukaran barang dan jasa serta untuk pembayaran utang. Pada umumnya setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Uang memegang peranan yang sangat penting di sepanjang kehidupan manusia. Uang digunakan sebagai alat tukar yang dapat diterima secara umum, yang dimana alat tukarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

INFLATION. Izza Mafruhah, SE, MSi

INFLATION. Izza Mafruhah, SE, MSi INFLATION Izza Mafruhah, SE, MSi INFLASI Adalah kecederungan tingkat perubahan harga secara terus menerus, sementara tingkat harga adalah akumulasi dari inflasi inflasi terdahulu. π = Pt P(t-1) Pt-1 Pt

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. beberapa hasil penelitian terdahulu: Penelitian Nugroho dan Basuki (2012) dengan judul Analisis Faktorfaktor

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. beberapa hasil penelitian terdahulu: Penelitian Nugroho dan Basuki (2012) dengan judul Analisis Faktorfaktor BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu: Penelitian Nugroho dan Basuki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap kestabilan kegiatan perekonomian. Di negara seperti indonesia sering

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap kestabilan kegiatan perekonomian. Di negara seperti indonesia sering BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara berkembang umumnya memiliki struktur perekonomian yang masih bercorak agraris yang masih sangat rentan dengan adanya goncangan terhadap kestabilan kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia dewasa ini makin berkembang. Peran Indonesia dalam perekonomian global makin besar dimana Indonesia mampu mencapai 17 besar perekonomian dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini, banyak bank sentral di berbagai negara telah

I. PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini, banyak bank sentral di berbagai negara telah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir ini, banyak bank sentral di berbagai negara telah mengadopsi Inflation Targeting Framework (ITF) sebagai kerangka kerja kebijakan moneter.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin lama semakin tak terkendali. Setelah krisis moneter 1998, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Kebijakan fiskal mempengaruhi perekonomian (pendapatan dan suku bunga) melalui permintaan agregat pada pasar barang, sedangkan kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Nilai Tukar Riil dan Nilai Tukar Nominal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Nilai Tukar Riil dan Nilai Tukar Nominal BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Nilai Tukar Riil dan Nilai Tukar Nominal Nilai tukar suatu negara menunjukkan harga dari satu mata uang dalam mata uang yang lain(mishkin, 2009:107). Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Inflasi Inflasi merupakan salah satu fenomena yang penting dan sering dijumpai di semua Negara. Menurut Boediono (1982), inflasi merupakan kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi pada tahun 1997 dan 1998 yang melanda negara negara

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi pada tahun 1997 dan 1998 yang melanda negara negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi pada tahun 1997 dan 1998 yang melanda negara negara Asia mempengaruhi perekonomian Indonesia (Kanisius, 2008). Salah satu perubahan besar yang terjadi

Lebih terperinci

Jenis-Jenis Inflasi. Berdasarkan Tingkat Keparahan;

Jenis-Jenis Inflasi. Berdasarkan Tingkat Keparahan; INFLASI Pengertian Inflasi Inflasi adalah suatu keadaan perekonomian dimana harga-harga secara umum mengalami kenaikan dan kenaikan harga itu berlangsung dalam jangka panjang. Inflasi secara umum terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang menggunakan sistem perekonomian terbuka dalam menjalankan aktivitas perekonomiannya sehingga hal tersebut memungkinkan terjadinya interaksi

Lebih terperinci

Xpedia Ekonomi. Makroekonomi

Xpedia Ekonomi. Makroekonomi Xpedia Ekonomi Makroekonomi Doc. Name: XPEKO0399 Doc. Version : 2012-08 halaman 1 01. Pengangguran friksional / frictional unemployment ialah... (A) diasosiasikan dengan penurunan umum di dalam ekonomi

Lebih terperinci

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI 0810512077 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS Mahasiswa Strata 1 Jurusan Ilmu Ekonomi Diajukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah diterapkannya kebijakan sistem nilai tukar mengambang bebas di Indonesia pada tanggal 14 Agustus

Lebih terperinci

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak TEORI EKONOMI MAKRO Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan meningkatnya

Lebih terperinci

Suku Bunga dan Inflasi

Suku Bunga dan Inflasi Suku Bunga dan Inflasi Pengertian Suku Bunga Harga dari uang Bunga dalam konteks perbankan dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa Selama periode 2001-2010, terlihat tingkat inflasi Indonesia selalu bernilai positif, dengan inflasi terendah sebesar 2,78 persen terjadi pada

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

Ekonomi. untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1. Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Inung Oni Setiadi Irim Rismi Hastyorini. Dibuat oleh:

Ekonomi. untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1. Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Inung Oni Setiadi Irim Rismi Hastyorini. Dibuat oleh: Ekonomi untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1 Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial Dibuat oleh: Inung Oni Setiadi Irim Rismi Hastyorini Disclaimer Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai alternatif guna membantu Bapak/Ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi dalam suatu negara tidak terlepas dengan peran perbankan yang mempengaruhi perekonomian negara. Segala aktivitas perbankan yang ada di suatu negara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam perekonomian dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya,

BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal memiliki peran utama dalam mempertahankan stabilitas makroekonomi di negara berkembang. Namun, dua kebijakan tersebut menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Penger:an Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara- cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

Memasukkan beberapa aset sebagai alternatif dari uang

Memasukkan beberapa aset sebagai alternatif dari uang 1. a-c a. apa saja berbedaan dari kedua teori tersebut? INDIKATOR Memasukkan beberapa aset sebagai alternatif dari uang Subtitusi Rumus (persamaan saldo uang riil) / Kesimpulan penting MILTON FRIEDMAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka. Sistem perekonomian terbuka sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Dalam ilmu ekonomi, inflasi dimaksudkan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus (kontinyu) atau proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya untuk memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat (social welfare) tidak bisa sepenuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar tidak diragukan lagi adalah merupakan salah satu variabel ekonomi yang memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Perbedaan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan antara lain melalui pendekatan jumlah uang yang beredar dan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan antara lain melalui pendekatan jumlah uang yang beredar dan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Melihat berbagai kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral di seluruh dunia saat ini menunjukkan kecenderungan dan arah yang sama yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggambarkan bahwa telah terjadi inflasi (Rahardja Manurung, 2001) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggambarkan bahwa telah terjadi inflasi (Rahardja Manurung, 2001) : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Inflasi Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Dari defenisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum ditujukan untuk mencapai tingkat pengangguran yang rendah (high

BAB I PENDAHULUAN. umum ditujukan untuk mencapai tingkat pengangguran yang rendah (high BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi dan pengangguran adalah dua masalah ekonomi utama yang sering dihadapi oleh suatu negara. Kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh setiap negara, secara umum ditujukan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA

VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA 69 VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA 6.1 Dinamika Respon Business Cycle Indonesia terhadap Guncangan Eksternal Impulse Response Function (IRF) digunakan untuk menganalisis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilannya, sedangkan untuk

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN AKUNTANSI - PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN AKUNTANSI - PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN AKUNTANSI - PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA Nama Mata Kuliah / Kode Mata Kuliah : TEORI EKONOMI 2 / IT-022255 SKS : 2 Semester

Lebih terperinci

V. TEORI INFLASI Pengertian Inflasi

V. TEORI INFLASI Pengertian Inflasi Nuhfil Hanani 1 V. TEORI INFLASI 5.1. Pengertian Inflasi Inflasi menunjukkan kenaikan dalam tingkat harga umum. Laju inflasi adalah tingkat perubahan tingkat harga umum, dan diukur sebagai berikut: tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju pertumbuhannya merupakan yang tercepat di dunia sejak tahun 1990. Energy Information Administration (EIA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi ekonomi dan perdagangan internasional merupakan dua arus yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Globalisasi ekonomi dapat membuka kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Moneter Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Sentral dari suatu Negara. Pada dasarnya kebijakan ini bertujuan untuk mengendalikan perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA Abstract Inflasi dan pengangguran adalah masalah pelik yang selalu dihadapi oleh Negara Indonesia terkait belum berkualitasnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijaksanan moneter mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam

I. PENDAHULUAN. Kebijaksanan moneter mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijaksanan moneter mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam pembangunan nasional bahwa sasaran pokok kebijaksanaa moneter adalah pemantapan stabilitas ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kajian/landasan teoritis, studi empiris terkait sebelumnya atau yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kajian/landasan teoritis, studi empiris terkait sebelumnya atau yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini pada intinya menyajikan tinjauan ulang literatur terkait dengan beberapa kajian/landasan teoritis, studi empiris terkait sebelumnya atau yang relevan dengan masalah pokok.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. besar bagi neraca berjalan maupun bagi variabel-variabel makroekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. besar bagi neraca berjalan maupun bagi variabel-variabel makroekonomi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbedaan nilai tukar suatu mata uang negara (kurs) pada prinsipnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang (Tajul, 2000:129). Kurs merupakan salah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini 51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AGREGAT DI SUMATERA BARAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AGREGAT DI SUMATERA BARAT ISSN : 2302 1590 E-ISSN : 2460 190X ECONOMICA Journal of Economic and Economic Education Vol.5 No.2 (151-157 ) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AGREGAT DI SUMATERA BARAT Oleh Nilmadesri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Asumsi Klasik Untuk menghasilkan hasil penelitian yang baik, pada metode regresi diperlukan adanya uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya bagi para pelaku ekonomi. Dewasa ini pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian

Lebih terperinci