BAB II LANDASAN TEORI. A. Stroke

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. A. Stroke"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Stroke 1. Pengertian Stroke Stroke adalah gangguan fungsional otak, yang terjadi lebih dari 24 jam (kecuali meninggal atau ada intervensi pembedahan) karena adanya gangguan aliran darah ke otak (Setyopranoto, 2007). Serangan stroke ini ditandai dengan hilangnya fungsi saraf pusat, baik lokal maupun global yang terjadi secara cepat (Ginsberg. 2004). Selanjutnya menurut EUSI (2003 dalam Setyopranoto, 2007) stroke atau serangan otak merupakan defisit neurologis yang terjadi secara mendadak pada susunan saraf pusat yang disebabkan karena plak (iskemik) atau pendarahan (hemoragik). Berdasarkan penjelasan di atas, stroke adalah gangguan fungsional otak yang ditandai hilangnya fungsi saraf pusat yang disebabkan gangguan aliran darah ke otak karena adanya plak (iskemik) atau pendarahan (hemoragik) pada otak. 2. Tipe atau Jenis Stroke Stroke berdasarkan patologi dibedakan menjadi dua, yaitu stroke hemoragik (stroke pendarahan) dan stroke iskemik (stroke penyumbatan). Menurut Guyton dan Hall (1997), stroke iskemik adalah stroke yang disebabkan adanya plak arteriosklerotik yang terjadi pada arteri pemberi makanan pada otak sehingga plak ini mengaktifkan mekanisme pembekuan 11

2 12 darah dan menghasilkan bekuan untuk membentuk dan menghambat arteri yang menyebabkan hilangnya fungsi otak, sedangkan stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan adanya salah satu pembuluh yang pecah karena tekanan darah tinggi sehingga terjadi pendarahan dan mengkompresi daerah setempat. Tipe stroke secara mayor dapat dibedakan menjadi stroke iskemik, transient ischemic attack (TIA), pendarahan intrasebral (PIS), pendarahan subaraknoid (PSA), dan thrombosis sinus vena serebral (Alway, 2009). Stroke iskemik adalah stroke yang disebabkan karena kurangnya aliran darah ke otak sehingga neuron berhenti melakukan fungsi normal dan pasien akan mengalami kelemahan, rasa baal, kehilangan penghilangan, dan gejala lainnya. Selanjutnya transient ischemic attack (TIA) merupakan stroke yang memiliki patofisiologi hampir sama dengan stroke iskemik, tetapi tidak ada infark sehingga transient ischemic attack didefinisikan sebagai gejala stroke yang menghilang dalam waktu 24 jam. Lebih lanjut pendarahan intrasebral (PIS) terjadi sekitar 10% dari kasus stroke mengacu pada pendarahan pada substansi otak, termasuk pendarahan dalam ventrikel yang menyebabkan pasien mengalami disfungsi neurologis hampir sama dengan jenis stroke lainnya hanya saja pasien juga mengeluh nyeri kepala, mual, dan muntah, sedangkan untuk pendarahan subaraknoid (PSA) terjadi pada 5% kasus stroke yang terjadi pada ruang subaraknoid, ditandai dengan nyeri kepala yang sangat hebat dan hilangnya kesadaran secara mendadak dan kolaps. Lebih lanjut lagi, thrombosis sinus vena serebral

3 13 menunjukkan adanya gejala neurologis fokal jika terjadi oklusi di vena kortikal kecil. Tipe ini termasuk jarang ditemukan tetapi dapat menyebabkan terjadinya iskemia dan pendarahan pada region iskemia, serta kejang. Berdasarkan uraian diatas, tipe atau jenis stroke dibedakan menjadi dua yaitu yang pertama stroke iskemik meliputi stroke iskemik dan transient ischemic attack (TIA), sedangkan yang kedua stroke hemoragik meliputi pendarahan intrasebral (PIS) dan pendarahan subaraknoid (PSA). Selain itu ada tipe stroke thrombosis sinus vena serebral yang jarang ditemukan. 3. Faktor Risiko Stroke Lumbantobing, 2001 (dalam Sutrisno, 2007) menjelaskan bahwa faktor risiko dari stroke iskemik diantaranya karena adanya penyakit jantung, diabetes mellitus, kurangnya aktivitas fisik, dan konsumsi alkohol. Selanjutnya Setyopranoto (2007), membagi faktor risiko stroke dibedakan menjadi tiga yaitu : a. faktor yang bisa dikendalikan (hipertensi, penyakit jantung, fibrilasi atrium, endokarditis, stenosis mitralis, infark jantung, merokok, anemia sel sickle, transient ischemic attack, dan stenosis karotis asimtomatik) b. faktor yang potensial bisa dikendalikan (diabetes mellitus, hiperhomosistinemia, dan hipertrofi ventrikel kiri) c. faktor yang tidak bisa dikendalikan (umur, jenis kelamin, herediter, georafis, serta ras dan etnis).

4 14 Berdasarkan uraian diatas, faktor risiko stroke dibedakan menjadi tiga yaitu faktor yang bisa dikendalikan, faktor yang potensial bisa dikendalikan, dan faktor yang tidak bisa dikendalikan. 4. Tanda atau Gejala Stroke Tanda atau gejala seseorang terserang stroke yaitu kelemahan yang terjadi secara mendadak, rasa baal, kehilangan pandangan, diplopia, disartia, kelainan cara berjalan, vertigo, aphasia (gangguan bicara), dan gangguan derajat kesadaran (Always dan Core, 2011). Menurut Setyopranoto (2007), pasien stroke akan menunjukkan tanda dan gejala, yaitu : hemidefisit motorik, hemidifisit sensorik, penurunan kesadaran, kelumpuhan saraf otak yang bersifat sentral, gangguan fungsi luhur, seperti aphasia (gangguan berbicara) dan dementia (gangguan fungsi intelektual), buta setengah pandangan (hemianopsia), dan defisit batang otak. Kothari, Pancioli, Liu, T.Brott, Broderick (1999); Yayasan Stroke Indonesia (2009), mengenalkan penilaian sederhana mengenai tanda atau gejala awal stroke dengan singkatan FAST (Face, Arms drive, Speech, and Three of signs), yaitu : a. F = Face atau wajah Seseorang dengan gejala stroke maka wajah tampak mencong sebelah (tidak simetris). Salah satu sudut mulut tertarik ke bawah dan lekukan antara hidung ke sudut mulut atas tampak mendatar. b. A = Arms drive atau gerakan lengan

5 15 Seseorang yang normal, ketika lengan diangkat maka kedua lengan akan sama sejajar, sedangan apabila seseorang memiliki kelumpuhan lengan yang ringan dan tidak disadari oleh penderita maka lengan yang lumpuh posisinya akan lebih turun sehingga tidak sejajar lagi. Pada kelumpuhan yang berat, lengan yang lumpuh tidak bisa diangkat bahkan tidak bisa digerakkan. c. S = Speech atau bicara Seseorang yang memiliki gejala awal stroke jika berbicara artikulasi terganggu (pelo), sulit berkata kata (gagu), atau bisa bicara tetapi tidak dapat memahami pertanyaan lawan bicara sehingga komunikasi tidak nyambung d. T = Three of signs atau ketiga tanda diatas Ketika ada ketiga gejala diatas yaitu perubahan wajah, kelumpuhan, dan gangguan bicara maka kemungkinan 72% seseorang tersebut terserang stroke. Oleh karena itu segera bawa pasien ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan secepatnya. Berdasarkan uraian diatas, tanda tanda atau gejala stroke yaitu kelemahan secara mendadak pada sistem motorik dan sensorik, penurunan kesadaran, kehilangan pandangan, kelumpuhan otak, kelaianan cara berjalan, vertigo, dan gangguan fungsi luhur (gangguan bicara dan gangguan fungsi inteletual) yang dapat diketahui dengan penilaian sederhana FAST (Face, Arms drive, Speech, and Three of signs).

6 16 5. Diagnosis Stroke Diagonis stroke menurut Setyopranoto (2007) dapat dilakukan pemeriksaan pada pasien meliputi anamnesis dan pemeriksaan neurologis. Selain itu juga perlu dilakukan pemeriksaan neuroimaging, pemeriksaan kardiovaskular, dan pemeriksaan laboratorium darah. Pemeriksaan neuroimaging meliputi CT Scan kepala dan MRI kepala. Pemeriksaan imaging juga dilakukan pada servikal dan arteri intrakinal meliputi CT angiorgrafi, MR angiografi, doppler dan duplex ultrasonografi, serta angiografi konvensional atau digital (jika akan dilakukan trombosis intrakinal). Pemeriksaan laboratorium darah lengkap juga perlu dilakukan, misalnya untuk mengetahui kondisi gula darah, natrium, kalium, ureum, dan kreatin. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan EKG dan fungsi lumbal (jika dicurigai ada pendarahan subarakhnoid atau infeksi mengiovaskuler). Untuk membedakan jenis serangan stroke dapat menggunakan hasil pemeriksaan CT Scan atau MRI secara tepat. Berdasarkan uraian diatas, pemeriksaan stroke dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan neurologis, pemeriksaan neuroimaging, pemeriksaan kardiovaskular, dan pemeriksaan laboratorium darah. 6. Dampak Stroke Seseorang yang terserang stroke akan berdampak baik bagi diri sendiri maupun orang lain, khususnya keluarga. a. Bagi penderita Penderita stroke dapat sembuh total, sembuh dengan kelumpuhan, bahkan meninggal (Sutrisno, 2007). Seseorang yang terserang stroke dapat

7 17 sembuh dengan kecacatan dapat ditandai dengan mengalami kelumpuhan dan perubahan mental (Mahendra dan Rachmawati, 2005). Kelumpuhan yang terjadi pada penderita biasanya hanya sebelah, tergantung bagian otak mana yang terserang stroke. Jika otak sebelah kiri yang terserang stroke maka bagian tubuh sebelah kanan yang akan mengalami kelumpuhan, sebaliknya jika bagian otak sebelah kanan yang terserang stroke maka tubuh sebelah kiri yang akan mengalami kelumpuhan. Seorang penderita stroke pada awalnya akan merasakan perubahan mental yang cenderung menurun. Penderita stroke akan merasa marah, sedih, dan tidak berdaya sehingga menunjukkan adanya dampak emosional yang menyebabkan menurunnya semangat untuk hidup. Hal ini dikarenakan seorang penderita stroke, selain mengalami kelumpuhan juga akan mengalami gangguan daya pikir, konsentrasi, kesadaran, kemampuan belajar, dan intelektual. Lebih lanjut lagi, menurut Yayasan Stroke Indonesia (2009), menjelaskan bahwa penderita stroke dengan gejala sisa yang permanen dapat menimbulkan dampak bagi kehidupan sosial penderita karena tidak dapat bekerja seperti sebelum terserang stroke sehingga dapat menghambat sosialisasi dengan lingkungan. Berdasarkan uraian diatas, seseorang yang terserang stroke akan mengalami kelumpuhan dan perubahan mental yang cenderung menurun sehingga menunjukkan dampak emosional yang menurunkan semangat hidup dan menghambat sosialisasi dengan lingkungan karena penderita yang tidak dapat bekerja seperti sebelum terserang stroke.

8 18 b. Bagi keluarga Friedman, Bowden, dan Jones (2013) mengatakan bahwa ketika suatu keluarga dalam kondisi kritis karena ada salah satu anggota keluarga yang sakit, misal suami, maka akan terjadi modifikasi struktur keluarga untuk menggantikan peran dan tugas suami sebelum sakit. Namun perubahan peran ini dapat menimbulkan konflik peran dan ketegangan. Anggota keluarga merasa terbebani dengan penerimaan peran baru sehingga akan merasa cemas, khawatir, dan bersalah. Pasangan dari anggota keluarga yang sakit juga akan merasa stres karena mengemban tugas tambahan dalam mengatur rumah tangga dan memiliki tanggung jawab memantau kesehatan penderita. Lebih lanjut lagi, menurut Yayasan Stroke Indonesia (2009), perawatan bagi pasien stroke memberikan dampak yang sangat besar bagi kehidupan ekonomi dan sosial. Hal ini dikarenakan biaya pengobatan yang sangat mahal dan penderita dengan gejala sisa permanen dapat menjadi beban keluarga dan beban masyarakat karena tidak bisa produktif (bekerja) seperti sebelum terserang stroke. Berdasarkan uraian diatas, dampak stroke bagi keluarga yaitu terjadi modifikasi struktur keluarga, anggota keluarga merasa terbebani, cemas, khawatir, bersalah, stres, dan beban bagi kehidupan ekonomi dan sosial.

9 19 B. Caregiver Burden 1. Caregiver a. Pengertian caregiver Caregiver dalam Merriam-Webster An Encyclopedia Britannica Company (2013) adalah seseorang yang memberikan perawatan dan perlindungan kepada orang yang membutuhkan perawatan seperti anak, orang tua, atau seseorang yang sakit. Sedangkan pengertian caregiver dalam N.C. Caregiver s Handbook (1998) adalah seseorang yang membantu memenuhi kebutuhan anggota keluarga, teman, atau tetangga yang sakit dan tidak mampu (cacat atau lemah). Lebih lanjut Greene (2008), menjelaskan caregiver adalah seseorang yang memberikan perawatan kepada orang lain karena dalam kondisi demensia, kanker, atau cedera otak (termasuk stroke) dan membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Berdasarkan uraian di atas, caregiver adalah seseorang yang memberikan bantuan pada anak, orang tua, atau anggota keluarga, teman, atau tetangga yang sakit, cacat atau lumpuh dan tidak mampu mengurus dirinya sendiri karena kondisi demensia, kanker, atau cedera otak (termasuk stroke) sehingga membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari b. Jenis caregiver Caregiver dibedakan menjadi dua yaitu caregiver informal dan caregiver formal. Greene (2008) menjelaskan caregiver informal adalah seseorang yang tidak dibayar untuk merawat seseorang, termasuk caregiver

10 20 yang merawat pasangannya yang sedang sakit, Sedangkan caregiver formal adalah seseorang yang dibayar dari institusi atau pemberi layanan jasa perawatan untuk merawat orang yang sakit. Selanjutnya, menurut Messecar (2008), peran sebagai caregiver dibedakan menjadi primary caregiver dan secondary caregiver. Primary caregiver adalah orang yang paling bertanggung jawab atas perawatan dan pengasuhan dari seorang pasien (Employment and Social Development Canada, 2013), sedangkan secondary caregiver adalah peran yang membantu merawat. Ketika seseorang yang sudah menikah dan pasangannya menderita suatu penyakit maka dia akan berperan sebagai primary caregiver, sedangkan secondary caregiver biasanya yang lebih berperan adalah anak (Messecar, 2008). Berdasarkan uraian di atas, caregiver dapat dibedakan menjadi caregiver informal dan caregiver formal, sedangkan berdasarkan peran caregiver dibedakan menjadi primary caregiver dan secondary caregiver. c. Tugas caregiver Goodman, Rabow, dan Folkman (2009) menjelaskan bahwa seorang caregiver memiliki beberapa tugas, diantaranya mengatur jadwal dan menyiapkan obat, berkonsultasi dengan dokter, perawat, dan pekerjaan sosial, menyediakan transportasi ketika pasien akan bepergian, menjaga rumah termasuk memasak dan membersihkan rumah, membantu pasien melakukan terapi fisik dan latihan terapi okupasi, mengurus dan mengajukan klaim asuransi kesehatan, mengatur bisnis, hukum, dan

11 21 keuangan, dan memantau efek samping dari obat. Sedangkan menurut Greene (2008), seorang caregiver membantu pasien dalam banyak hal diantaranya berbelanja, membersihkan rumah, memasak, membayar tagihan, memberikan obat, membantu memandikan, menggunakan toilet, mengganti baju, dan makan. Berdasarkan uraian diatas, tugas dari caregiver yaitu merawat pasien, menyiapkan keperluan pasien, membantu pasien terapi, membersihkan rumah, memasak, dan mengatur bisnis, hukum, dan keuangan dari pasien. d. Dampak peran sebagai caregiver 1) Dampak positif Dampak positif dari caregiving atau pemberian perawatan dilaporkan dari hasil kongres U.S. House Select Committee on Aging (1987 dalam Miller, 1999). Seseorang yang menjadi caregiver akan merasakan dampak positif, diantaranya : lebih bersahabat, mendapat bantuan keuangan, perspektif tekanan perawatan dialihkan pada hal yang lain, meningkatnya penerimaan diri sebagai caregiver, merasa lebih berguna dan meningkatkan harga diri, serta meningkatkan hubungan antara caregiver dan penderita. 2) Dampak negatif Dampak negatif dari pemberian perawatan sangat mempengaruhi caregiver, khususnya perempuan. Pada tahun 1980, dampak negatif dari perawatan diperkenalkan oleh Zarit dkk (1980) dengan istilah caregiver burden.

12 22 Studi yang telah dilakukan oleh Office of Technology Assessment Task Force, 1988; Cohen dkk., 1990; Schulz et al, 1990; Dhooper, 1991 (dalam Miller, 1999) melaporkan bahwa konsekuensi yang harus diterima oleh caregiver, diantaranya : berkurangnya privasi, berkurangnya kontak sosial, kehilangan pendapatan dan asset, meningkatnya konflik keluarga dan kesusahan, tidak memiliki waktu untuk kegiatan pribadi dan rekreasi, peningkatan penggunaan alkohol dan obat psikotropika, perubahan peran dan pengaturan hidup dalam keluarga, penurunan tanggung jawab pada pekerjaan karena lebih terbebani tanggung jawab sebagai caregiver, meningkatnya risiko depresi, meningkatnya perasaan marah, rasa bersalah, sedih, cemas, depresi, ketidakberdayaan, kelelahan fisik dan emosional, serta kesehatan fisik lebih buruk berhubungan dengan penyakit dan cedera karena perawatan. 2. Caregiver Burden a. Pengertian caregiver burden Zarit, dkk (1980) mencetuskan istilah caregiver burden pada tahun 1980 yang sampai saat ini digunakan untuk menjelaskan suatu kondisi fisik, psikologis atau emosi, sosial, dan masalah keuangan yang menjadi pengalaman bagi keluarga yang merawat (Miller, 1999). Caregiver burden adalah tekanan atau beban pada kondisi fisik, emosi, dan financial yang dialami oleh caregiver dari orang yang sakit parah atau lemah yang dapat mengurangi kualitas hidup caregiver (Gitlin, dkk., 2003; Lidell, 2002 dalam

13 23 Ivanov & Blue, 2008). South-Paul, Matheny, Levis (2011), mendefinisikan caregiver burden sebagai suatu beban yang ditanggung oleh seseorang yang merawat orang tua, anggota keluarga atau orang lain yang sakit parah atau mengalami kelumpuhan. Berdasarkan uraian diatas, caregiver burden adalah suatu kondisi fisik, psikologis atau emosi, sosial, dan masalah keuangan yang dialami oleh seseorang yang merawat anggota keluarga yang mengalami kelumpuhan. b. Tanda tanda mengalami caregiver burden Seorang caregiver yang mengalami caregiver burden akan memberikan tanda tanda yaitu mengeluh tentang kondisi somatik dari pasien, meningkatnya stress dan kecemasan, cara berpikir yang kurang terfokus, kondisi sosial yang terisolasi, depresi, dan penurunan berat badan (Videbeck, 2011). Lebih lanjut tanda tanda caregiver burden (Nurbani, 2009) dibedakan menjadi dua, yaitu : tanda yang dapat dilihat (objective burden), meliputi mempunyai waktu yang terbatas, hubungan keluarga yang tidak harmonis, kesulitan keuangan, dan kesehatan fisik menjadi terganggu. Sedangkan tanda yang dapat dirasakan (subjective burden), meliputi perasaan kehilangan, perasaan sedih, perasaan cemas, perilaku yang kacau dan putus asa dan stress. Berdasarkan uraian di atas, seorang caregiver yang mengalami caregiver burden menunjukkan tanda tanda yaitu tanda yang dapat dilihat (objective burden) dan tanda yang dapat dirasakan (subjective burden).

14 24 c. Kategori caregiver burden WHO (2008) mengkategorikan caregiver burden ke dalam dua jenis yaitu : 1) Objektive burden adalah permasalahan dan pengalaman keluarga meliputi masalah antar keluarga, terbatasnya hubungan sosial dan aktivitas, dan kesulitan ekonomi. 2) Subjective burden adalah reaksi psikologis yang muncul pada caregiver seperti rasa kehilangan, kesedihan, kecemasan, malu, koping stres terhadap permasalahan, dan frustrasi karena perubahan keadaan. Sedangkan Montgomerry (2002) membagi menjadi tiga variabel utama yang independen yaitu : 1) Objective burden diartikan sebagai gangguan atau dampak yang nyata dari kehidupan seorang caregiver. Objective burden meliputi jumlah waktu untuk diri sendiri, kemampuan pribadi untuk mempertahankan privasi, waktu yang tersedia untuk kegiatan rekreasi, pembatasan liburan dan perjalanan, jumlah waktu tersedia untuk melakukan pekerjaan sendiri dan tugas-tugas sehari-hari, dan jumlah waktu untuk teman-teman. 2) Subjective burden yang terdiri dari : a) Subjective demand burden diartikan sebagai perasaan tanggung jawab seorang caregiver untuk memberikan perawatan yang terlalu menuntut. Subjective demand burden meliputi ketergantungan keluarga pada caregiver, permintaan yang tidak masuk akal, perasaan

15 25 caregiver dimanfaatkan oleh keluarga, dan tuntutan yang dibuat oleh keluarga melebihi yang dibutuhkan. b) Subjective stress burden diartikan sebagai dampak emosional yang dirasakan caregiver dari tanggung jawabnya untuk memberikan perawatan pada pasien. Subjective stress burden meliputi stress karena ketergantungan keluarga, ketegangan dalam kegiatan perawatan, kegelisahan, depresi, dan kecemasan terkait dengan perawatan keluarga. Berdasarkan uraian diatas, caregiver burden dibedakan menjadi dua yaitu objective burden dan subjective burden yang terdiri dari subjective demand burden dan subjective stress burden. d. Cara mengatasi dan mengurangi caregiver burden Cara untuk mengatasi caregiver burden (dalam Nurbani, 2009) ada dua cara yaitu : 1) Untuk objective burden Berbagi tugas untuk merawat, berbagi tugas untuk mencari informasi merawat, dan berbagi tugas dalam melakukan follow up dan membawa pasien cek up 2) Untuk subjective burden Komunikasi terbuka dalam keluarga, bermusyawarah apabila mengalami suatu hambatan, dan bekerjasama dengan anggota keluarga lain dalam merawat anggota keluarga yang sakit

16 26 Sedangkan Honea, dkk (2008), menjelaskan cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi caregiver burden, yaitu dengan intervensi psikoedukasi, intervensi dukungan (individu atau kelompok), intervensi multikomponen, dan psikoterapi. Berdasarkan uraian di atas, cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi caregiver burden dengan melakukan psikoterapi. C. Supportive Group Therapy 1. Pengertian Supportive Group Therapy Stuart dan Sudden (1995) menjelaskan supportive therapy termasuk jenis psikoterapi model baru yang digunakan di rumah sakit dan perawatan psikiatri. Supportive therapy adalah jenis psikoterapi yang digunakan untuk menolong pasien keluar dari kondisi sulit, sedangkan group therapy merupakan cara yang efektif untuk membantu klinisi mengontrol dan memantau pasien dalam jumlah yang besar. Hal ini membantu pasien untuk dapat mempelajari hal baru dan konstruktif untuk berinteraksi dan saling memberikan dukungan (Andreasen dan Black, 2006). Tomb (2004) menjelaskan supportive therapy adalah jenis terapi yang dilakukan pada pasien yang mengalami kondisi distress emosional untuk mengevaluasi situasi kehidupan saat ini, mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki untuk membantu melakukan perubahan yang dapat membuat seseorang menjadi lebih baik. Supportive therapy juga dapat memperkuat

17 27 perilaku penyesuaian diri dan memberi dukungan psikologis pada pasien (Slamet dan Markam, 2008). Supportive group therapy pada caregiver dilakukan untuk membantu caregiver yang memiliki masalah yang sama dalam kelompok dengan bantuan seorang profesional, baik itu psikiater, psikolog, mapun orang yang terlatih dalam pekerjaan sosial untuk saling mendukung satu sama lain, memperoleh pemahaman, memberikan rasa aman, dan tidak menyalahkan lingkungan (Hunt, 2004). Berdasarkan uraian diatas, supportive group therapy adalah terapi kelompok yang dilakukan dengan bantuan profesional untuk membantu caregiver yang memiliki permasalahan yang hampir sama agar dapat keluar dari kondisi sulit sehingga dapat mempelajari hal baru, mengevaluasi kekuatan dan kelemahan, memperkuat perilaku penyesuaian diri dan memberikan dukungan psikologis pada caregiver. 2. Tujuan Supportive Group Therapy Supportive group therapy dapat dilakukan untuk pasien gangguan jiwa, kanker, diabetes, rehabilitasi dari ketergantungan narkoba, penyakit kronis, penurunan berat badan, kelompok lanjut usia, dan caregiver dari pasien (Kyours dan Humphreys, 2008). Miller (1999) menjelaskan tujuan dari supportive group therapy diantaranya adalah untuk mendapatkan informasi yang dapat membantu penyelesaian masalah yang dihadapi dan memberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman yang hampir sama dengan teman dalam kelompok.

18 28 Adanya group support, akan tercipta suatu kelompok yang dapat saling mendukung satu sama lain sehingga memperoleh edukasi, meningkatkan keterampilan komunikasi dan relasi interpersonal, serta menyediakan penyelesaian permasalahan (Hunt, 2004). Selain itu, supportive group therapy dapat membantu pasien untuk mengatasi situasi sulit, pengalaman, dan periode penyesuaian melalui pembentukan forum untuk saling berbagi masalah satu sama lain, memungkinkan mempelajari teknik baru untuk mengatasi permasalahan mereka, memberikan semangat, inspirasi, dan membangkitkan harapan (Andersen dan Black, 2006). Berdasarkan kesimpulan di atas, tujuan supportive group therapy adalah membantu caregiver untuk mendapatkan informasi, pengalaman, keterampilan komunikasi dan relasi interpersonal antar anggota group support sehingga dapat menyelesaikan permasalahan dan bisa memberikan semangat, inspirasi, serta membangkitkan harapan. 3. Supportive Group Therapy pada istri yang berperan sebagai primary caregiver penderita stroke Keluarga, khususnya istri memegang peranan penting sebagai pimary caregiver pada suami yang mengalami gangguan kesehatan. Istri yang berperan sebagai primary caregiver rentan mengalami caregiver burden. Hal ini dikarenakan berkurangnya waktu untuk diri sendiri (waktu untuk rekreasi, istirahat, melakukan pekerjaan sendiri, dan waktu untuk bersosialisasi dengan orang lain), tanggung jawab sebagai caregiver terlalu menuntut, dan dampak

19 29 emosional (stres, depresi, ketegangan, kecemasan, dan kegelisahan) yang dirasakan saat memberikan perawatan (Montgomerry, 2002). Salah satu cara menangani caregiver burden yang dialami oleh istri yang berperan sebagai primary caregiver adalah dengan supportive group therapy. Hal ini dikarenakan terapi ini memberikan informasi, dukungan psikologis, dan sosial bagi anggota yang tergabung di dalamnya. Tujuan dari supportive group therapy ini adalah untuk memberikan informasi, berbagi pengalaman antar sesama anggota, meningkatkan keterampilan komunikasi dan relasi interpersonal, serta menyediakan penyelesaian permasalahan (Miller, 1999; Hunt, 2004). Supportive group therapy ini memfasilitasi anggota untuk memperoleh informasi secara lengkap mengenai penyakit stroke. Setiap anggota juga diberikan kesempatan untuk menceritakan pengalaman yang dialami selama berperan sebagai primary caregiver dan juga belajar untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi berdasarkan pengalaman dari anggota lain. Selanjutnya, anggota diberikan latihan untuk menganalisis sumber dukungan yang dapat membantu primary caregiver dalam merawat pasien sehingga dapat meringankan tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan. Lebih lanjut lagi, anggota juga akan diberikan materi dan latihan relaksasi pernapasan. Latihan relaksasi ini akan membantu anggota untuk memberikan rasa nyaman dan memberikan efek positif bagi kondisi fisik dan psikologis. Oleh karena itu, terapi ini juga diharapkan dapat membangkitkan semangat dan harapan dari setiap anggota.

20 30 4. Prinsip Supportive Group Therapy Dalam melaksanakan supportive group therapy, menurut Chien, Chan, dan Thompson (2006) ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, diantaranya yaitu : a. hubungan saling percaya antar setiap individu b. mau memikirkan ide dan alternative untuk menyelesaikan masalah c. mendiskusikan area tabu (tukar pengalaman mengenai rahasia, masalah, dan konflik yang dihadapi saat berperan sebagai caregiver) d. dapat menghargai situasi dan bertindak bersama e. terbentuk suatu sistem atau kelompok yang saling mendukung satu sama lain. f. dapat memecahkan masalah secara individu Berdasarkan uraian diatas, prinsip dalam melaksanakan supportive group therapy yaitu hubungan saling percaya, memikirkan ide dan alternative untuk menyelesaikan masalah, mendiskusikan area tabu, menghargai situasi dan bertindak bersama, terbentuk suatu sistem atau kelompok dukungan, dan pemecahan masalah secara individu 5. Penatalaksanaan Supportive Group Therapy Supportive group therapy menurut Miller (1999) dapat dilaksanakan dengan ukuran kecil yaitu lima sampai dua belas orang anggota, tetapi yang ideal adalah delapan orang. Menurut Goldman (2000), group dapat beranggotakan enam sampai dua belas orang, tetapi yang optimal adalah delapan orang. Lebih lanjut, menurut Hunt (2004), group dengan jumlah

21 31 anggota lima sampai delapan orang adalah ukuran yang paling praktis agar anggota kelompok mendapat pengalaman, meminimalisir keluarnya anggota, dan group lebih stabil. Group hanya terdiri dari beberapa orang saja agar memberikan kesempatan pada setiap orang untuk berbicara dan mendengarkan persepsi dari sudut pandang yang berbeda (Stuart dan Laraia, 2005). Karakteristik kelompok menurut Goldman (2000) lebih cocok jika bersifat homogen karena anggota memiliki persamaan masalah dan memiliki orientasi yang sama yaitu menyelesaikan masalah. Para anggota dituntut untuk dapat berpartisipasi penuh, keanggotaan bersifat sukarela, dan setiap anggota mau saling membantu. Karakteristik homogen dapat ditentukan dari kondisi demografik caregiver (jenis kelamin, usia, hubungan dengan penderita, status) dan permasalahan. Rentang usia untuk dapat mengikuti group therapy yaitu 20 tahun sampai 60 tahun. Rentang usia ini dibedakan menjadi dua agar lebih homogen yaitu group usia muda, yaitu usia 20 tahun sampai 40 tahun, dan group usia pertengahan/madya, yaitu usia 40 tahun sampai 60 tahun (Goldman, 2000). Pembagian usia ini juga sesuai dengan pendapat Erikson (Santrock, 2002), bahwa usia 20 tahun sampai 40 tahun termasuk masa dewasa awal, sedangkan usia 40 tahun sampai 60 tahun termasuk dalam masa dewasa pertengahan. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilaksanakan dengan anggota lima orang subjek yang homogen dan memiliki permasalahan yang sama. Usia subjek penelitian termasuk usia dewasa pertengahan yaitu tahun.

22 32 Karakteristik ini dianggap efektif dan komunikatif sehingga kegiatan supportive group therapy ini dapat berlangsung dalam keadaan kondusif. 6. Sesi Supportive Group Therapy Supportive group therapy dapat dilaksanakan dalam empat sesi seperti penelitian yang sudah dilakukan Nurbani, 2009; Dewi, 2011; Dewi Keempat sesi pada supportive group therapy merupakan pengembangan dari mutual support group bagi keluarga menurut Chien, Chan & Thompson (2006) dan support system enhancement yang dijelaskan oleh McCloskey dan Bulechek (1996 dalam Stuart dan Laraia, 1998). Keempat sesi tersebut, meliputi: sesi pertama, yaitu pembangunan rapport, mengidentifikasi kemampuan istri dan pengetahuan tentang stroke. Sesi kedua, yaitu peran sebagai caregiver (tantangan/permasalahan yang dihadapi, dan cara mengatasi permasalahan). Sesi ketiga, yaitu sumber dukungan dari dalam dan luar keluarga (hambatan, dan cara mengatasinya). Sesi keempat, yaitu sesi akhir dan evaluasi. Untuk penjelasan setiap sesi terapi adalah sebagai berikut : a) Sesi pertama Pada sesi ini pertama ini diadaptasi dari sesi pembangunan kepercayaan dan pengenalan tentang kebutuhan psikologis dari mutual support group (Chien, Chan, dan Thompson, 2006). Tujuan dari sesi ini adalah pembentukkan kepercayaan dan tujuan bersama antar anggota kelompok dan terapis, serta berbagi informasi antar anggota tentang informasi tentang penyakit stroke.

23 33 b) Sesi kedua Pada sesi kedua ini diadaptasi dari sesi peran baru dan tantangan yang dihadapi dari mutual support group (Chien, Chan, dan Thompson, 2006). Tujuan dari sesi ini adalah mengetahui permasalahan yang muncul dari segi fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi yang dialami selama merawat suami yang menderita stroke, mengetahui peran caregiver, dampak dan permasalahan yang muncul setelah berperan sebagai caregiver, dan mengetahui cara mengatasi masalah dalam memberikan perawatan pada penderita c) Sesi ketiga Pada sesi ketiga ini mengidentifikasi sumber dukungan dari dalam dan luar keluarga, hambatan, dan cara mengatasinya sesuai dengan support system enhancement yang dijelaskan oleh McCloskey dan Bulechek (1996 dalam Stuart dan Laraia, 1998). Tujuan dari sesi ini adalah berbagi informasi mengenai sumber dukungan yang dapat membantu merawat suami yang sakit stroke, hambatan dan cara mengatasinya d) Sesi keempat Pada sesi keempat sekaligus sesi terakhir ini yang dilakukan adalah mengevaluasi pelaksanaan sesi sesi terapi sebelumnya sesuai dengan sesi akhir pada mutual support group dari Chien, Chan, Thompson (2006). Tujuan dari sesi ini adalah untuk melakukan evaluasi dan persiapan untuk pembubaran kelompok.

24 34 Keempat sesi dilakukan dalam minimal empat kali pertemuan selama empat minggu, dan setiap pertemuan dilaksanakan selama menit (Townsend, 2008). Berdasarkan uraian di atas, supportive group therapy dalam penelitian ini dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan yang terdiri dari empat sesi dan setiap sesi pertemuan dilaksanakan selama menit. 7. Sesi relaksasi pernapasan Relaksasi pernapasan adalah salah satu bentuk relaksasi yang paling sederhana. Menurut Smeltzer & Bare (Wening, 2013), tujuan relaksasi pernapasan adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis paru, dan menurunkan stres sehingga memberikan efek baik secara fisiologis dan psikologis. Manfaat relaksasi adalah sebagai berikut : a. Mampu meningkatkan kesehatan secara umum b. Mendorong racun dan kotoran dalam darah keluar dari tubuh c. Menurunkan tingkat agresivitas dan perilaku buruk yang merupakan dampak stres d. Menurunkan tingkat egosentris sehingga hubungan intrapersonal dan interpersonal menjadi lebih baik e. Mengurangi kecemasan f. Meningkatkan harga diri dan keyakinan diri g. Pola pikir menjadi lebih dewasa h. Mempermudah seseorang mengendalikan diri

25 35 i. Mengurangi stres secara keseluruhan, meraih kedamaian, dan keseimbangan emosional Langkah langkah relaksasi pernapasan adalah sebagai berikut: a. Tarik napas dalam dan tahan di dalam paru dengan hitungan 1 4 b. Keluarkan udara secara perlahan lahan. Rasakan tubuh menjadi kendur dan rasakan kenyamanannya. c. Bernapaslah secara normal dalam beberapa waktu d. Ambil napas dalam dalam kembali, lalu keluarkan secara perlahan lahan e. Biarkan telapak kaki rileks f. Konsentrasikan pikiran pada kaki g. Ulangi langkah 4 sebanyak 15 kali dan konsentrasikan pikiran pada lengan, perut, punggung, dan kelompok otot otot lainnya h. Setelah merasa rileks, bernapaslah secara perlahan Teknik relaksasi ini dapat menjadi perilaku otomatis atas perilaku yang membuat kondisi tidak nyaman. Caranya dengan melakukan relaksasi sebelum tidur selama 28 hari berturut turut (Wening, 2013). D. Pengaruh Supportive Group Therapy terhadap Penurunan Caregiver Burden Pada Istri yang Berperan Sebagai Caregiver Penderita Stroke Penyakit stroke merupakan penyebab utama kecacatan baik fisik maupun mental pada usia produktif dan lanjut usia yang dapat menyebabkan kematian secara mendadak. Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di negara negara

26 36 Barat. Selain itu stroke merupakan penyebab kecacatan tertinggi di Amerika Serikat. Hasil dari penelitian di beberapa rumah sakit di Indonesia, sekitar 50% dari seluruh pasien yang dirawat di bangsal saraf adalah pasien stroke dan sekitar 5% pasien yang dirawat tersebut meninggal karena stroke (Misbach, 2001 dalam Setyopranoto, 2007). Kerugian karena serangan stroke sangat besar karena digunakan untuk pengobatan dan perawatan setelah serangan stroke, selain itu juga karena hilangnya pekerjaan dan menurunnya kualitas hidup. Seorang pasien yang terserang stroke dan sembuh dengan kecacatan akan membutuhkan biaya yang cukup besar untuk pengobatan dan perawatan. Pasien juga memerlukan bantuan orang lain untuk merawat dan membantu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. Kondisi pasien yang seperti ini memerlukan bantuan seorang caregiver untuk merawat dan membantu pasien memenuhi kebutuhannya sehari hari. Peran sebagai caregiver dapat dilakukan oleh pasangan, anak, anggota keluarga lain, atau bahkan teman. Ketika seorang suami menderita stroke maka istri sebagai pasangan akan berperan sebagai primary caregiver. Hal ini didukung data yang menyebutkan bahwa 23% posisi sebagai caregiver dipegang oleh istri dari 42% pasangan yang berperan sebagai caregiver (Durant dan Christian, 2006). Seorang istri yang berperan sebagai primary caregiver memiliki tugas dan tanggung jawab dalam memberikan perawatan pada pasien. Istri memiliki tugas untuk merawat pasien (memandikan, membantu memakai baju, membantu ke toilet, membuatkan makanan dan menyuapi, memberikan obat, membersihkan kamar tidur, membantu pasien terapi fisik, seperti latihan berjalan, membantu pindah dari

27 37 tempat tidur ke kursi roda atau sebaliknya, dan menemani pasien berpergian), mengatur keuangan untuk keluarga dan biaya perawatan pasien, berkomunikasi dengan tenaga medis, mengurus asuransi, dan membersihkan rumah. Keadaan semacam ini membuat istri rentan mengalami caregiver burden. Caregiver burden yang dialami oleh istri disebabkan adanya tekanan baik dari fisik, psikologis atau emosi, sosial, dan keuangan karena merawat suami yang sakit. Seorang istri yang mengalami caregiver burden juga akan mengalami penurunan kualitas hidup. Istri yang mengalami caregiver burden akan memperlihatkan dan merasakan waktu yang dimilikinya terbatas, hubungan keluarga yang tidak harmonis, kesulitan keuangan, kesehatan fisik menjadi terganggu, perasaan kehilangan, perasaan sedih, perasaan cemas, perilaku yang kacau dan putus asa dan stress. Oleh karena itu, caregiver burden perlu diatasi, salah satu caranya dengan pemberian terapi kelompok. Terapi kelompok yang dapat diberikan untuk caregiver sangat beragam. Supportive group therapy dipilih untuk diberikan kepada istri yang berperan sebagai caregiver penderita stroke karena untuk meningkatkan sistem dukungan untuk membantu dalam perawatan pasien sehingga dapat mengurangi caregiver burden. Dukungan sosial (social support) sangat diperlukan bagi caregiver dalam memberikan perawatan pada pasien. Dukungan sosial dapat berasal dari keluarga, teman, tetangga, kelompok, dan tenaga profesional (McCubin, Olson, & Larsen, 1991 dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2013). Supportive group therapy adalah terapi kelompok yang dilakukan dengan bantuan profesional untuk membantu caregiver yang memiliki permasalahan yang

28 38 hampir sama agar dapat keluar dari kondisi sulit sehingga dapat mempelajari hal baru, mengevaluasi kekuatan dan kelemahan, memperkuat perilaku penyesuaian diri dan memberikan dukungan psikologis pada caregiver. Tujuan dari supportive group therapy ini adalah membantu caregiver untuk mendapatkan informasi, pengalaman, keterampilan komunikasi dan relasi interpersonal antar anggota group support sehingga dapat menyelesaikan permasalahan dan bisa memberikan semangat, inspirasi, serta membangkitkan harapan. Supportive group therapy terbukti dapat menurunkan caregiver burden, seperti yang dibuktikan pada beberapa penelitian. Hasil penelitian Dewi (2011) yang melaporkan bahwa adanya perbedaan beban pengasuhan sebelum dan setelah pemberian terapi kelompok suportif pada keluarga yang merawat anak tunagrahita di SLB Kabupaten Banyumas. Selain itu hasil penelitian keluarga di Cina yang merawat anak skizofrenia mengalami penurunan beban pengasuhan dan peningkatan fungsi keluarga setelah pemberian terapi (Chien dkk, 2006). Tujuan dari supportive group therapy pada penelitian ini adalah untuk memberikan informasi, berbagi pengalaman antar sesama anggota, meningkatkan keterampilan komunikasi dan relasi interpersonal, serta menyediakan penyelesaian permasalahan (Miller, 1999; Hunt, 2004). Pelaksanaan supportive group therapy ini sebanyak empat sesi pertemuan dengan metode presentasi, diskusi, sharing, latihan, dan ice breaking. Supportive group therapy ini dipimpin oleh seorang psikolog sebagai fasilitator yang dibantu oleh co-fasilitator. Anggota dalam terapi ini ialah para istri yang berperan sebagai caregiver dari penderita stroke dan memenuhi kriteria subjek penelitian yang sudah ditetapkan

29 39 sebelumnya. Pelaksanaan terapi akan dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan kontrak yang telah disetujui peneliti, terapis, dan anggota kelompok. Berdasarkan deskripsi di atas, pemberian supportive group therapy diharapkan dapat menurunkan caregiver burden pada istri yang berperan sebagai primary caregiver penderita stroke. E. Kerangka Pemikiran Suami terserang stroke dan mengalami kelumpuhan (sebagian maupun keseluruhan) Istri berperan sebagai primary caregiver Mengalami Caregiver Burden Supportive Group Therapy Terdiri dari empat sesi, yaitu: 1. Sesi pengetahuan tentang stroke 2. Sesi peran sebagai caregiver 3. Sesi sumber dukungan dari dalam dan luar keluarga 4. Sesi akhir dan evaluasi Penurunan Caregiver Burden Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian F. Hipotesis Hipotesis yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini adalah : Ada pengaruh supportive group therapy terhadap caregiver burden pada istri yang berperan sebagai primary caregiver penderita stroke.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. food, workaholic style, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, polusi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. food, workaholic style, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, polusi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju dan teknologi yang semakin canggih membuat gaya hidup manusia menjadi lebih modern. Gaya hidup modern belum tentu membuat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. B. Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. B. Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel tergantung Variabel bebas : caregiver burden : supportive group therapy B. Definisi Operasional Variabel Berikut adalah definisi dari masing-masing

Lebih terperinci

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke STROKE Penuntun untuk memahami Stroke Apakah stroke itu? Stroke merupakan keadaan darurat medis dan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat. Terjadi bila pembuluh darah di otak pecah, atau yang lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Stroke 2.1.1 Defenisi Stroke Stroke adalah berhentinya pasokan darah ke bagian otak sehingga mengakibatkan gangguan pada fungsi otak (Smeltzer dan Bare, 2002). Kurangnya aliran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama dan merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.

Lebih terperinci

Gejala Awal Stroke. Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah

Gejala Awal Stroke. Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah Gejala Awal Stroke Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah Bermula dari musibah yang menimpa sahabat saya ketika masih SMA di Yogyakarta, namanya Susiana umur 52 tahun. Dia sudah 4 hari ini dirawat di

Lebih terperinci

- Seluruh perilaku, gerak dan aktivitas kita dikontrol oleh otak, yang terdiri dari bermilyard-milyard sel otak.

- Seluruh perilaku, gerak dan aktivitas kita dikontrol oleh otak, yang terdiri dari bermilyard-milyard sel otak. Written by Dr. Aji Hoesodo Stroke adalah kondisi yang disebabkan oleh adanya gangguan peredaran darah di otak. Stroke merupakan suatu kerusakan pada system sentral yang diawali dengan penyakit darah tinggi

Lebih terperinci

LEAF. Book Bacaan ringkas & terpercaya. & apa yang harus anda ketahui untuk mencegah STROKE

LEAF. Book Bacaan ringkas & terpercaya. & apa yang harus anda ketahui untuk mencegah STROKE LEAF Book Bacaan ringkas & terpercaya & apa yang harus anda ketahui untuk mencegah STROKE & apa yang harus anda ketahui untuk mencegah STROKE Oleh: Yudi Garnadi [FamiliaMedika] Hak cipta milik Yudi Garnadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian stroke meningkat secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama dan merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (defisit neurologik) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini di Indonesia penyakit stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Stroke WHO mendefinisikan stroke sebagai gangguan saraf yang menetap baik fokal maupun global(menyeluruh) yang disebabkan gangguan aliran darah otak, yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai dengan hilangnya sirkulasi darah ke otak secara tiba-tiba, sehingga dapat mengakibatkan terganggunya

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya dan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi motorik dan sensorik yang berdampak pada timbulnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke sebagaimana pernyataan Iskandar (2004) Stroke sering menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, ekonomi, dan sosial, serta membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit stroke umumnya merupakan penyebab kematian nomer tiga pada kelompok usia lanjut, setelah penyakit jantung dan kanker. Stroke masih merupakan penyebab utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama. Menurut Batticaca (2008), stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Empat jenis utama penyakit tidak menular menurut World Health Organization (WHO) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah suatu disfungsi neurologis akut (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala - gejala dan tanda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang semakin sering dijumpai. Telah diperkirakan bahwa pada tahun 1990-an stroke menyebabkan 4,4 juta kematian per tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah gangguan di dalam otak yang ditandai dengan hilangnya fungsi dari bagian tubuh tertentu (kelumpuhan), yang disebabkan oleh gangguan aliran darah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen stroke initiative (2003),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization [WHO], 2014). Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada kelompok umur 45-54 tahun, yakni mencapai 15,9% dan meningkat menjadi 26,8% pada kelompok umur 55-64 tahun. Prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah suatu gangguan fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun global, yang terjadi secara mendadak, berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit akibat gangguan peredaran darah otak yang dipengaruhi oleh banyak faktor resiko yang terdiri dari hipertensi, peningkatan kadar gula darah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diagnosa menderita kanker leher rahim (Groom,2007). Kanker leher rahim ini menduduki

BAB I PENDAHULUAN. diagnosa menderita kanker leher rahim (Groom,2007). Kanker leher rahim ini menduduki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu kanker yang paling sering menyerang perempuan dan menjadi ancaman berbahaya bagi para perempuan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembuluh darah yang pecah atau terhalang oleh gumpalan darah sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembuluh darah yang pecah atau terhalang oleh gumpalan darah sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit yang mematikan di dunia. World Health Organization (WHO) (2015) mendefinisikan stroke sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi jalannya suatu penyakit dan status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab utama kematian di. Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab utama kematian di. Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab utama kematian di Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit yang disebabkan karena terhambatnya aliran darah ke otak, biasanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan besar dalam kehidupan modern saat ini. Jumlah penderitanya semakin meningkat setiap tahun, tidak hanya menyerang usia tua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah penyakit neurologis terbanyak yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan sensorik. Kelemahan

Lebih terperinci

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia? Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang mempunyai gejala utama afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan kekurangan energi yang menuju meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Undang-undangKesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Undang-undangKesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat fisik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Undang-undangKesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat fisik, jasmani (mental) dan spritual serta sosial, yang memungkinkan setiap induvidu dapat hidup secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu masalah besar di bidang kesehatan masyarakat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan masalah medis yang serius karena dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat, kecacatan dan biaya yang dikeluarkan sangat besar. Kecacatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan pada dasarnya dimiliki oleh setiap orang, namun banyak orang dalam hidupnya tidak ingin menghabiskan kegiatan yang bersangkutan dengan nilai kesehatan. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan suatu sindrom yang ditandai gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak yang berkembang dengan sangat cepat berlangsung lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang secara menyeluruh. Termasuk pembangunan di bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang secara menyeluruh. Termasuk pembangunan di bidang kesehatan. 1 BAB I PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum, dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan gangguan asupan darah di otak yang sering disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah tersebut mengganggu

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini berarti seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah suatu keadaan akut yang disebabkan oleh terhentinya aliran darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011). Lebih ringkas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan keadaan dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial dan perkembangan atau spiritual seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak secara fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih dan dapat mengakibatkan kematian atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumbatan penyempitan dan pecahnya pembuluh darah. killer, diabetes mellitus, obesitas dan berbagai gangguan aliran darah ke otak.

BAB I PENDAHULUAN. sumbatan penyempitan dan pecahnya pembuluh darah. killer, diabetes mellitus, obesitas dan berbagai gangguan aliran darah ke otak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan 1 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Data epidemiologis menunjukkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan penyakit cerebrovaskular

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan perubahan tanda klinis secara cepat baik fokal maupun global yang mengganggu fungsi

Lebih terperinci

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA PENDERITA PASCA STROKE DI RSUD UNDATA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia modern di abad ke 21 ini, banyak kemajuan yang telah dicapai, baik pada bidang kedokteran, teknologi, sosial, budaya maupun ekonomi. Kemajuan-kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perkembangan penyakit yang bersifat degeneratif.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perkembangan penyakit yang bersifat degeneratif. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini sangat kompleks sehingga banyak masalah kesehatan yang muncul. Saat ini masyarakat modern banyak mengalami berbagai perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit serebrovaskuler atau yang lebih dikenal dengan stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Meningkatnya tingkat sosial dalam kehidupan masyarakat dan ditunjang pula oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berdampak pada peningkatan usia harapan

Lebih terperinci

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI SERANGAN STROKE DI RUANG STROKE RUMAH SAKIT FAISAL MAKASSAR

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI SERANGAN STROKE DI RUANG STROKE RUMAH SAKIT FAISAL MAKASSAR 892 TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI SERANGAN STROKE DI RUANG STROKE RUMAH SAKIT FAISAL MAKASSAR * Yourisna Pasambo * Dosen Tetap Akademi Keperawatan Sandi Karsa

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer & Suzane, 2001). Hal ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Gangguan pembuluh darah otak (GPDO) adalah salah satu gangguan

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Gangguan pembuluh darah otak (GPDO) adalah salah satu gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK ) memiliki berbagai dampak dalam kehidupan masyarakat, salah satunya adalah meningkatnya kemakmuran masyarakat yang diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke juga didefinisikan sebagai kelainan fungsi otak yang timbul mendadak,

BAB I PENDAHULUAN. Stroke juga didefinisikan sebagai kelainan fungsi otak yang timbul mendadak, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak (Price & Wilson,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA PASCA STROKE

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA PASCA STROKE HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA PASCA STROKE SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu kondisi klinis yang berkembang dengan cepat akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta atau yang terkenal dengan nama Rumah Sakit Jogja adalah rumah sakit milik Kota Yogyakarta yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar (www.femina.co.id, 12 Desember 2013). Perubahan hidup dapat menjadi. penyesuaian diri bagi individu (Nevid & Rathus, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. besar (www.femina.co.id, 12 Desember 2013). Perubahan hidup dapat menjadi. penyesuaian diri bagi individu (Nevid & Rathus, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa peristiwa kehidupan sering dipandang sebagai kondisi yang mengganggu bagi individu, yang memaksa mereka untuk mengubah tujuannya (Santrock,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UU No. 23/19912 bahwa pembangunan nasional akan terwujud bila terjadi derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, manusia dan pekerjaan merupakan dua sisi yang saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan; keduanya saling mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini stroke semakin menakutkan karena frekuensi kejadian yang semakin meninggi serta menjadi momok bagi masyarakat karena tingkat kesembuhannya yang rendah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyakit terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan kanker, serta merupakan penyakit penyebab kecacatan tertinggi di dunia. Menurut American Heart

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga kesehatan yang sangat vital dan secara terus-menerus selama 24 jam berinteraksi dan berhubungan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI BANGSAL CEMPAKA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI BANGSAL CEMPAKA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI BANGSAL CEMPAKA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. juga perlu, seperti halnya di Negara berkembang seperti Indonesia banyak orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. juga perlu, seperti halnya di Negara berkembang seperti Indonesia banyak orang yang BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan suatu hal yang paling penting. Dengan pola hidup sehat kita dapat melakukan segala hal sehat, tidak hanya sehat jasmani saja namun kesehatan rohani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit).

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

Pemberian Terapi Relaksasi Pernapasan Diapragma bagi Pasien Hipertensi di. Instalasi Gawat darurat Eka Hospital Tangerang Selatan 2015

Pemberian Terapi Relaksasi Pernapasan Diapragma bagi Pasien Hipertensi di. Instalasi Gawat darurat Eka Hospital Tangerang Selatan 2015 Pemberian Terapi Relaksasi Pernapasan Diapragma bagi Pasien Hipertensi di Instalasi Gawat darurat Eka Hospital Tangerang Selatan 2015 A. Pengertian Chaplin (2011) memberi pengertian relaksasi sebagai kembalinya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2017 hingga 5 Maret 2017 di Panti Wreda Pengayoman Semarang. Adapun rincian pelaksanaan

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku psikologik seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan fungsi serebral secara fokal ataupun global yang berkembang dengan cepat, dengan gejala berlangsung

Lebih terperinci

MEMAHAMI STROKE. Berdasarkan Pengalamanku

MEMAHAMI STROKE. Berdasarkan Pengalamanku MEMAHAMI STROKE Berdasarkan Pengalamanku Pada bagian ini, menurut pengalaman dan kesaksianku. Aku melakukan riset sendiri untuk berusaha memberikan pemahaman sederhana mengenai stroke 1 Seberapa Mematikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dibanding hemoragik. Studi rumah sakit yang ada di Medan pada

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dibanding hemoragik. Studi rumah sakit yang ada di Medan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah penyakit multifaktorial dengan berbagai penyebab disertai manifestasi klinis mayor dan penyebab utama kecacatan dan kematian di negara-negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memiliki visi menciptakan masyarakat yang mempunyai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyeri kepala hebat, penurunan kesadaran dan kejang mendadak. Juga terjadi

BAB I PENDAHULUAN. nyeri kepala hebat, penurunan kesadaran dan kejang mendadak. Juga terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di negara-negara industri penyakit stroke menduduki peringkat ketiga penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker. Di Indonesia, diperkirakan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah salah satu penyebab kematian utama di dunia. Stroke membunuh lebih dari 137.000 orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata,

Lebih terperinci

Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model

Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. saraf di FK USU dan saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul: AKUT.

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. saraf di FK USU dan saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul: AKUT. LAMPIRAN 1 LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi Bapak/Ibu Yth, Saya dr. Rita Sibarani, saat ini sedang menjalani pendidikan spesialis saraf di FK USU dan saat ini sedang melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular yang terdiri dari penyakit jantung dan stroke merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian terjadi di negara berkembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah hilangnya fungsi otak secara cepat akibat gangguan pada pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh adanya iskemi karena

Lebih terperinci