PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA"

Transkripsi

1 PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Sosialisasi pada Keluarga Konghucu di Surakarta) Disusun Oleh : NOVITA DIAN ANGGRAINI D SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Tugas Akhir dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

2 HALAMAN PERSETUJUAN Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Surakarta, Maret 2010 Pembimbing Drs. H. Supriyadi SN,SU NIP

3 MOTTO v Orang yang terbaik di dunia ini adalah orang yang peduli terhadap sesamanya. (penulis) v Belajar terus tanpa pernah mempraktekkan akan menimbulkan kebimbangan. Namun berbuat terus tanpa mau belajar akan menjadi berbahaya. (Kong Fu Zi) v Mengerti sebuah kesalahan dan berusaha untuk mengubahnaya adalah kebaikan yang terbesar. (penulis) v Bila suatu hari dapat memperbaharui diri, jagalah dan rawatlah setiap hari agar baru selama-lamanya (Raja Sing Thong)

4 PERSEMBAHAN Sebuah karya Sederhana ini saya persembahkan untuk : 1. Ibuku tercinta yang selalu sabar memberi semangat padaku dan selalu mendoakanku tanpa lelah. 2. Ayah dan Kakakku tercinta yang senantiasa memberikan motivasi. 3. Teman-temanku Sosiologi 2005 yang selalu berjuang bersama, 4. Teman-teman Marching Band yang selalu membuatku bersemangat dalam mencapai serta mencetak prestasi.

5 PENGESAHAN Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari :... Tanggal :... Panitia Penguji : 1. Drs. Muflich Nurhadi, ( ) NIP Ketua 2. Drs. Th. Aquinas Gutama ( ) NIP Sekertaris 3. Drs. H. Supriyadi SN, SU ( ) NIP Penguji Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan Drs. H. Supriyadi SN,SU NIP commit to user 1 001

6 ABSTRAK Novita Dian Anggraini, D , PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Sosialisasi pada Keluarga Khonghucu di Surakarta), Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif kualitatif mengenai perkembangan agama Khonghucu yang pada masa Orde Baru dilarang untuk berkembang dan melaksanakan kegiatannya. Namun pada masa Presiden Abdurrahman Wahid agama ini kembali menjadi agama resmi dan kembali beraktivitas seperti dahulu sebelum adanya pelarangan. Dan sampai sekarang agama ini menjadi agama yang ke enam. Sosialisasi agama Khonghucu yang terjadi dalam keluarga menjadi permasalahan pokok pada penelitian ini. Pada sosialisasi ini keluarga yang dalam hal ini menjadi kelompok yang sangat penting dalam memberikan pemahaman agama yang mendalam. Dengan contoh-contoh yang diberikan dalam keluarga membuat sosialisasi yang terjadi dalam kelurga semakin baik. Orang tua yang dalam hal ini merupakan agen sosialisasi berusaha memberikan tauladan yang bertujuan agar mereka juga menganut agama yang sama dengan orang tuanya.lingkung juga mempengaruhi dalam kegiatan sosialisasi, seperti lingkungan bermain, sekolah dan tempat ibadah. Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Surakarta karena keberadaan tempat ibadah agama Khonghucu yang sangat berpangaruh pada awal masuknya agama Khonghucu ke Surakarta yaitu Gerbang Lithang Kebajikan. Tempat ini menjadi saksi sejarah perkembangan agama Khonghucu di Surakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara secara mendalam, observasi berperan dan dokumen/ catatan penting masuk di dalamnya. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Purposive Sampling yaitu menggunakan informan yang tahu tentang permasalahan dalam penelitian ini. Analisis data pada penelitian ini menggunakan model analisis interaktif melalui wawancara yang mendalam kepada responden yang telah menjadi sasaran, sedangkan validasi data menggunakan trianggulasi data. Kemudahan penelitian skripsi ini adalah orang-orang yang menjadi informan di sini sangat terbuka dalam memberikan informasinya ke penulis tentang permasalahan dalam penelitian ini dan hal ini sangat membantu penulis. Sedangkan kesulitannya adalah terbatasnya jumlah umat Khonghucu sehingga data yang diperolehnyapun juga tidak bisa maksimal. Hasil yang diperolah dalam penelitian ini adalah : Agama Khonghucu mengalami diskriminasi di Masa Orde Baru sehingga perkembangannya menurun dan sosialisasi yang ada dalam keluarga dapat dilakukan dengan pemberian contoh yang diberikan orang tua kepada anak dan selalu mengajak anak-anaknya untuk selalu ikut serta dalam peribadatan atau melibatkan mereka dalam berbagai kegiatan keagamaan.

7 KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul : PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Sosialisasi Pada Keluarga Khonghucu di Surakarta) Skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Sosiologi. Dalam menyusun skripsi ini Penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. H. Supriyadi SN, SU Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta dan pembimbing dalam penulisan skripsi yang telah dengan sabar membimbing dan membantu penyusunan skripsi ini. 2. Ibu Dra. Hj. Trisni Utami, M. Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret. 3. Orang tua serta kakakku yang senantiasa memberikan dorongan yang tiada henti. 4. MAKIN Surakarta yang dengan bantuan mereka Penelitian Skripsi ini dapat terwujud.

8 5. Teman-teman Sosiologi Angkatan 2005, atas kebersamaan selama masa perkuliahan. 6. Keluarga Besar Marching Band UNS dan Purna Bakti MBUNS yang tak henti-hentinya memberikan semangat dukungan dari semua angkatan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu karena terlalu banyak. 7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari dalam penulisan ini masih banyak kekurangankekurangan, maka Penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun. Besar harapan Penulis, semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak. Surakarta, Maret 2010 Penulis

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii MOTTO... iv PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii ABSTRAK... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian... 4 D. Manfaat Penelitian... 5 E. Tinjauan Pustaka... 5 F. Definisi Konseptual G. Metode Penelitian BAB II DESKRIPSI LOKASI A. Kota Surakarta B. Umat Khonghucu C. Susunan Pengurus MAKIN Surakarta D. Sejarah Agama Khonghucu di Surakarta BAB III PERKEMBANGAN & SOSIALISASI AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA A. Perkembangan Agama Khonghucu di Indonesia B. Perkembangan Agama Khonghucu di Surakarta Jumlah Penganut Agama Khonghucu Anggapan yang Keliru commit... to user 69

10 3. Pemuka Agama Khonghucu Sosialisasi dari Pemuka Agama Khonghucu Organisasi yang berada di Bawah MAKIN C. Sosialisasi Agama Khonghucu Sosialisasi Agama Khonghucu di dalam Keluarga Orang Tua Sebagai Agen Sosialisasi Aktivitas Peribadatan dalam Keluarga Pemahaman Tentang Agama Khonghucu BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Implikasi Empiris Implikasi Teoritis Implikasi Metodologis B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, dan agama yang berbeda. Dalam undang-undang dasar 1945 juga telah dijelaskan secara jelas tentang beragama dan kehidupan beragama serta agama apa saja yang bisa dianut oleh bangsa Indonesia. Agama tersebut adalah Agama Islam, yang dianut oleh mayoritas masyarakat di Indonesia, Kristen, Katholik, Hindhu, dan Budha. Dari lima agama tersebut juga muncul agama yang dibawa oleh para perantau dari Daratan Tiongkok China yang diperkirakan telah ada sejak jaman Kerajaan Singosari yaitu agama Khonghucu. Keberadaan agama Khonghucu beserta lembaga-lembaga keagamaan yang ada di Indonesia telah ada sejak berabad-abad yang lalu, bersamaan dengan datangnya para pedagang dari China yaitu berupa hubungan perdagangan dengan kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara dengan dinasti di China oleh pedagang menjadikan lalu lintas barang dan manusia menjadi lancar dan ini menjadi jalan masuknya agama Khonghucu ke Indonesia. Namun ada pula yang menyebutkan bahwa masuknya agama Khonghucu pada saat tentara Manchu di bawah pimpinan Khubilaikan mengadakan invansi menyerbu kesana, namun ada bukti lain yang menyebutkan bahwa para perantau yang datang ke Indonesia bersama dengan kedatangan

12 panglima Cheng Hoo (sebanyak 7 kali) sekitar tahun 1400 bersama itu pulalah agama Khonghucu tersebar di Indonesia. Wilayah Solo, perkembangan aliran ini juga telah ada pada tahun 1918, yaitu dengan didirikannya Lithang Gerbang Kebajikan dan dibentuk Khong Kauw Hwee sebagai lembaga Khonghucu. Khong Kauw Hwee adalah organisasi yang didirikan oleh penganut Khonghucu, yang anggotanya merupakan orang-orang Tionghoa. Tujuan dari organisasi ini, untuk memperbaiki adat istiadat dan keimanan orang keturunan China yang sudah menyimpang dari ajaran Khonghucu. Di jaman Orde Baru, pemerintah Soeharto melarang segala bentuk aktivitas berbau kebudayaan dan tradisi orang Tionghoa di Indonesia. Lewat Inpres No. 14 tahun 1967 pemerintah secara terang-terangan melarang dilakukan secara terbuka segala bentuk kegiatan agama, kepercayaan, dan adat istiadat orang Tionghoa. Pemerintah Orde Baru waktu itu meragukan nasionalisme orang-orang keturunan Tionghoa. Meski umumnya sudah turuntemurun tinggal di bumi nusantara, mereka dicurigai secara politis masih berorientasi ke Republik Rakyat China, khususnya Partai Komunis Cina, yang telah ikut membesarkan Partai Komunis Indonesia yang mempunyai andil dalam gerakan pemberontakan G30S/PKI pada tahun Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 477/74054/BA.01.2/4683/95 tanggal 18 November 1978 menjadikan status Khonghucu tidak jelas. Termasuk merayakan Imlek dengan menggelar pertunjukan barongsai dan mengarak dewa-dewa di tempat umum. Koran-koran beraksara China juga

13 dilarang, sekolah-sekolah Tionghoa yang mengajarkan bahasa dan kebudayaan cina ditutup. Sejak itu orang keturunan Tionghoa mulai melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan kepercayaannya secara diam-diam. Inilah yang menyebabkan pemeluk Agama Khonghucu berkurang dan mereka lebih mengalihkan kepercayaan yang mereka anut ke agama Islam, Kristen, Budha. Dalam surat edaran tersebut juga menyebutkan bahwa Khonghucu bukan merupakan agama resmi Negara Indonesia. Aktivitas etnis Tionghoa di Indonesia tidak lepas dari berbagai bidang yang ada. Bidang yang paling handal dipegang oleh manyarakat Tionghoa adalah bidang perdagangan, yang sejak dulu telah terkenal dengan perdagangannya serta bidang lain yang ada. Pada masyarakat Tionghoa sosialisasi pendidikan yang ada pada keluarga sejak dini pada anak juga mulai ditanamkan sejak kecil sesuai dengan aliran Khonghucu yang mereka percaya. Semua yang ada dalam kitab Khonghucu akan diajarkan kepada anak-anaknya agar budaya ini tidak lekas hilang dengan cepat. Terlepas dari banyaknya pro kontra yang masih berlangsung hingga saat ini, sebagai sebuah agama resmi, agama Khonghucu dapat berkembang melalui sosialisasi. Sosialisasi ini dilakukan dengan intensif kepada anakanak oleh orang tua sebagai agen sosialisasi dalam sebuah keluarga yang berperan dalam pembentukan kepribadian anak melalui interaksi yang kontinyu dalam mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-

14 cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti sosialisasi agama Khonghucu yang dilakukan oleh orang tua kepada anak-anaknya dalam keluarga Khonghucu yang ada di Surakarta. B. Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas. Maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana sosialisasi agama Khonghucu yang dilakukan oleh orang tua kepada anak-anaknya dalam keluarga Khonghucu yang ada di Surakarta? 2. Bagaimana perkembangan Agama Khonghucu di Surakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Operasional a. Mengetahui cara-cara dan bentuk sosialisasi agama Khonghucu yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anaknya di dalam keluarga. b. Mengetahui perkembangan jumlah penganut agama Khonghucu yang kian menurun. 2. Tujuan individual Memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana S1 di Jurusan Sosiologi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

15 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Mengetahui kehidupan beragama dalam keluarga Khonghucu terutama mengenai sosialisasi agama Khonghucu terhadap anaknya serta mengenai perkembangan jumlah penganut Khonghucu yang kian menurun. 2. Manfaat Teoritis Diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian lebih lanjut tentang agama Khonghucu yang masih sangat terbatas. E. Tinjauan Pustaka Paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn. Menurutnya, paradigma adalah suatu kerangka referensi atau pandangan dunia yang menjadi dasar keyakinan atau pijakan suatu teori. Kuhn juga menjelaskan tentang perubahan paradigma. Menurutnya disiplin ilmu lahir sebagai suatu suatu proses revolusi, bisa jadi suatu pandangan teori yang ditumbangkan oleh pandangan teori yang baru yang mengikutinya. (Thomas Kuhn, 1970). Ritzer memetakan tiga paradigma besar dalam sosiologi. Dari ketiga paradigma tersebut Ritzer menjelaskan bahwa kemenangan-kemenangan dari

16 suatu paradigma atas paradigma yang lain disebabkan karena para pendukung dari paradigma itu lebih mengandalkan kekuatan dan penguasaan atas pengikut paradigma yang dikalahkan, bukan karena persoalan benar atau salah dalam struktur dan makna teori itu. Ketiga paradigma tersebut adalah paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial, dan paradigm perilaku sosial. (Mansour Fakih, 20,2002) Dalam penelitian ini penulis menggunakan paradigm definisi sosial. Paradigma ini dikembangkan oleh Max Weber, pokok persoalan sosiologi adalah bagaimana memahami tindakan sosial antar hubungan sosial, dimana tindakan yang penuh arti itu ditatfsirkan untuk sampai pada penjelasan kausal. Struktur sosial dan pranata sosial membantu untuk membentuk tindakan sosial yang penuh arti. Perkembangan dari suatu hubungan sosial dapat pula diterangkan melalui tujuan dari manusia yang melakukan hubungan sosial itu dimana ketika ia mengambil manfaat dari tindakannya itu sendiri dalam perjalanan waktu. Berdasarkan paradigma definisi sosial dapat diketahui bahwa bidang studi sosiologi adalah tindakan sosial antar hubungan sosial yang penuh arti. Sedangkan tindakan sosial adalah tindakan yang yang dilakukan oleh individu yang mempunyai makna bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Tindakan sosial dapat berupa tindakan sosial yang nyata diarahkan untuk orang lain dan juga bersifat subyektif. Tindakan sosial ada yang diarahkan pada waku sekarang, waktu lalu, atau waktu yang akan datang. Tindakan sosial digunakan dalam hubungan sosial yaitu tindakan yang dilakukan oleh

17 beberapa individu yang berbeda, mengandung makna dan dihubungkan serta diarahkan pada tindakan orang lain. Weber menyebutkan ciri-ciri tindakan sosial dan antarhubungan sosial dalam sosiologi sebagai berikut: 1. Tindakan manusia mengandung makna yang subyektif. 2. Tindakan sosial bersifat subyektif. 3. Tindakan sosial meliputi pengaruh positif dari suatu tindakan akan sengaja diulang kembali. 4. Tindakan diarahkan untuk seseorang atau sekelompok orang. 5. Tindakan yang dilakukan akan memperhatikan orang lain dan terarah kepada orang tersebut ataupun orang lainnya. (Doyle Paul Johnson, 1986: 216) Weber juga membagikan rasionalitas tindakan sosial menjadi 4 macam, yaitu: 1. Zwerk rational Yaitu tindakan sosial murni. Aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang baik untuk mencapai tujuannya sendiri. Tujuan dapat juga mencapai cara dari tujuan lain berikutnya. 2. Werkrational Action Aktor dapat menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat untuk mencapai tujuan yang lain. 3. Affectual Action

18 Tindakan yang dibuat-buat. Tindakan ini dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-puraan si aktor. 4. Traditional Action 5. Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan kebiasaan dalam mengerjakan masa lalu saja. (Doyle Paul Johnson, 1986) Hinkle juga menyebutkan beberapa asumsi dasar dalam Teori Aksi sebagai berikut : 1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek. 2. Sebagai subyek, manusia bertindak untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. 3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, tehnik, prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut. 4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tak bisa diubah oleh sendirinya. 5. Manusia memilih, menilai, dan mengevaluasi tindakan yang akan, sedang, dan telah dilakukan (membuat pertimbangan-pertimbangan tertentu). 6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan, atau prinsip-prinsip moral diharapkan timbul pada saat pengembilan keputusan. (George Ritzer, 2002: 46) Sedangkan Parson menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut : 1. Adanya individu selaku aktor. 2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan tertentu.

19 3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta tehnik untuk mencapai tujuannya. 4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. 5. Aktor berada di bawah kendali dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide abstrak yang akan mempengaruhinya untuk mencapai tujuannya. (George Ritzer, 2002: 48-49) AGAMA Agama Khonghucu berawal dari sebuah aliran yang ada di China. Seiring dengan perkembangan aliran ini telah menjadi sejenis kepercayaan yang dianut oleh orang-orang dari Tiongkok dan sampai ke Indonesia pada masa kejayaan kerajaan-kerajaan Nusantara, melalui hubungan perdagangan. Banyak cara yang dilakukan oleh para pedagang dalam sambil mengajarkan agamanya kepada Negara ini, baik itu melaui perkawinan, maupun secara terang-terangan mengajarkan ajarannya dalam proses berdagang. Pada zaman Orde Baru yang berada di bawah pimpinan Soeharto. Ajaran ini dilarang untuk berkembang, dengan cara melarang segala kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal yang berbau Tionghoa atau Khonghucu dan dikuatkan oleh Inpres No. 14 Tahun 1967 yang berisi : 1. Tanpa mengurangi jaminan keleluasaan memeluk agama dan menunaikan ibadah, tata cara ibadat Cina yang mempunyai aspek afinitas kultural yang

20 berpusat pada negeri leluhurnya, pelaksanaannya harus dilakukan secara interen dalam hubungan keluarga atau perorangan. 2. Perayan-perayaan pesta agama dan adat istiadat Cina yang dilakukan secara tidak menyolok di depan umum, melainkan dalam lingkungan keluarga. 3. Penentuan kategori agama maupun kepercayaan maupun cara-cara ibadat agama, kepercayaan, dan adat istiadat Cina diatur oleh Menteri Agama setelah mendengar pertimbangan Jaksa Agung (PAKEM). 4. Pengamanan dan penertiban terhadap pelaksanaan kebijakan pokok diatur oleh Menteri Dalam Negeri bersama-sama Jaksa Agung. 5. Instruksi ini mulai berlaku pada hari ditetapkan (Jakarta, 6 Desember 1967). Pemerintah Orde Baru meragukan nasionalisme orang-orang keturunan Tionghoa. Meski umumnya sudah turun temurun tinggal di Bumi Nusantara, mereka dicurigai secara politis masih berorientasi ke China, dengan China yang kuat dengan komunisnya dan dituding telah membesarkan Partai Komunis Indonesia. Dalam Surat edaran Menteri Dalam Negeri No. 477/74054/BA.01.2/4683/95 tanggal 18 November 1978 menjadikan status Khonghucu tidak jelas. Termasuk merayakan Imlek dengan menggelar pertunjukan barongsai dan mengarak dewa-dewa di tempat umum. Korankoran beraksara China juga dilarang, sekolah-sekolah Tionghoa yang mengajarkan bahasa dan kebudayaan Cina ditutup. Sejak itu orang keturunan

21 Tionghoa mulai melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan kepercayaannya secara diam-diam. Inilah yang menyebabkan pemeluk aliran Khonghucu berkurang dan mereka lebih mengalihkan kepercayaan yang mereka anut ke agama Islam, Kristen, Budha. Dalam surat edaran tersebut juga menyebutkan bahwa Khonghucu bukan merupakan agama resmi Negara Indonesia. Namun seiring tumbangnya Orde Baru, perubahan terhadap kehidupan masyarakatpun juga terjadi. Salah satunya pengakuan kembali terhadap ajaran agama Khonghucu sebagai salah satu agama resmi. Dalam kepres No. 6 tahun 2000 tentang pencabutan kembali larangan terhadap kebudayaan dan tradisi etnis China, dan agama Khonghucu diakui kembali. Peraturan ini dibuat pada masa pemerintahan Presiden Aburrahman Wahid yang disyahkan pada tanggal 17 Januari 2000 yang isinya: 1. Mencabut Instruksi Presiden No. 14 tahun 1967 tentang agama, kepercayaan dan Adat istiadat Cina. 2. Semua ketentuan pelaksanaan yang ada akibat dari instruksi Presiden No. 14 tahun 1967 tersebut, tidak berlaku lagi. 3. Penyelanggaraan kegiatan keagamaan, kepercayaan dan adat istiadat Cina yang dilaksanakan tanpa memerlukan izin khusus sebagaimana berlangsung selama ini. 4. Berlaku mulai tanggal ditetapkan (Jakarta, 17 Januari 2000) AGAMA KONGHUCU

22 Agama Khonghucu aslinya disebut Jie Kauw atau agama kaum terpelajar atau kaum yang lembut hati, mengapa demikian? Karena pada jaman dahulu khususnya pada saat Dinasti Han berkuasa (sekitar tahun SM) saat agama Konghucu dijadikan agama resmi negara, semua pejabat pemerintah bahkan pangeran dan anak raja sekalipun diwajibkan mengikuti test pelajaran agama Khonghucu sebagai syarat mereka akan menduduki jabatannya. Wahyu-wahyu Dalam agama Khonghucu juga terdapat wahyu yag turun kepada nabinabi, yang urut-urutannya wahyu agama Khonghucu sebagai berikut: 1. Wahyu yang diterima oleh Nabi Purba yaitu Hok Hi ( SM) Berbentuk Pat Kwa (8 diagram) dengan unsur Yin (negatif) dan Yang (positif) yang sering lihat ditempel diatas pintu orang Tionghoa. Wahyu ini disebut Hoo Too (peta dari Sungai Hoo) dibawa oleh hewan suci Liong Ma atau hewan berbadan Kuda berkepala Naga. 2. Wahyu yang diterima oleh Raja obat Sien Long ( SM) Wahyu yang diterimanya berupa cara meramu obat dan memakamkan jenazah. Sehingga dengan wahyu yang diterimanya rakyat mulai mengerti bagaimana cara membuat jamu/obat, bagaimana bercocok tanam, bagaimana memakamkan jenazah (sebelumnya mayat biasanya hanya dibuang di hutan atau laut). 3. Wahyu yang diterima oleh Raja Oei Tee ( SM)

23 Disebut wahyu Liok Too (peta firman) melalui mulut seekor ikan besar yang muncul kepermukaan air di Sungai Chi Kwi, dengan wahyu ini rakyat diajarkan beribadah, membuat kereta, perahu, dupa, panah, busur. 4. Wahyu yang diterima Oleh Raja Suci Giau ( SM) Beliau mengajarkan rakyat bagaimana hidup mengamalkan kebajikan, bagaimana berakhlak mulia, bermasyarakat dan rukun dengan sesama. 5. Wahyu yang diterima oleh Raja Suci Sun ( SM) Beliaulah manusia pertama yang berinisiatif membuat dam/ bendungan untuk menanggulangi banjir, mengajarkan bagaimana keharmonisan diciptakan melalui ajaran Ngo Lun (5 hubungan) yaitu hubungan raja dan mentri, suami dan istri, orang tua dan anak, kakak dan adik, kawan dan sahabat. 6. Wahyu yang diterima oleh Raja Suci Yi ( SM) Wahyu yang diterimanya disebut Loo Su (kitab dari Sungai Lo) dari punggung seekor kura-kura raksasa saat beliau sedang meditasi di tepi Sungai Lo, Raja Yi juga dikenal dengan usahanya yang gigih membuat saluran sungai untuk menanggulangi banjir, bahkan tercatat selama 13 tahun beliau tak pulang ke istana hanya untuk menunggui pekerjaan rakyatnya. 7. Wahyu yang diterima oleh Raja Sing Thong ( SM) Ajaran beliau yang terkenal bisa kita lihat dalam sebuah ayat emas/kata mutiara yang hanya muncul setiap tahun baru Imlek yaitu :

24 Bila suatu hari dapat memperbaharui diri, jagalah dan rawatlah setiap hari agar baru selama-lamanya. 8. Wahyu yang diterima oleh Raja Suci Bun Ong ( SM) Wahyu yang disebut Tan Su (kitab dari Tan) dibawa oleh seekor Chik Niau atau burung merah besar, dengan wahyu ini Bun Ong membabarkan Pat Kwa (8 diagram) lebih terperinci, dikenal pula sistem departemen pemerintahan, maka pada masa itu ada 6 menteri yaitu perdana menteri, menteri pertanian, menteri peribadatan, menteri pertahanan, menteri kehakiman dan menteri pekerjaan umum. 9. Wahyu yang diterima oleh Nabi Konghucu Beliaulah adalah Nabi yang menyempurnakan semua wahyu yang diterima para pendahulunya, beliaulah yang mengajakan Jie Kauw kepada rakyatnya, beliau pula yan menulis kitab Ya King (Le Ching) atau kitab perubahan yang banyak digunakan oleh ahli Hong Sui. Kitab Suci Dalam Agama Khonghucu terdapat 2 macam yaitu: 1. Kitab Su Shi atau kitab yang 4 (empat) yaitu: Thai Hak (ajaran besar) terdiri atas 10 jilid, berisi pelajaran pembinaan diri pribadi, masyarakat, negara dan dunia. Tiong Yong (tengah sempurna) terdiri atas 32 jilid, berisi pelajaran keimanan, ke-tuhanan.

25 Lun Gie (Sabda Suci) terdiri atas 20 jilid, berisi sabda/kata Nabi Khonghucu yang dibukukan/dicatat oleh muridnya. Bingcu (kitab yang ditulis oleh Raja Bingcu) terdiri 14 jilid berisi riwayat pelajaran/sabda suci Bingcu kepada para murid/pembesar/raja tentang berbagai hal, Bingcu adalah rosul yang hidup 1 abad setelah Nabi wafat. 2. Kitab Ngo King atau yang 5 (lima): Shu King (Kitab Sejarah) Si King (Kitab Sanjak) Ya King (Kitab Perubahan) Lee King (Kitab Catatan Kesusilaan) Chun Chiu King (Kitab Zaman Chun Chiu) Hari Persembahyangan Umat Konghucu 1. Sembahyang kepada Thian (Tuhan YME) dilaksanakan pada: a. Setiap tanggal 1 & 15 Imlek atau setiap malam. b. Menjelang musim semi disebut sembahyang King Thi Kong (tanggal 8 bulan 1 Imlek malam hari), diakhiri dengan perayaan Cap Go Meh (tgl 15 bulan 1 Imlek) dengan Kirab Liong & Barongsai, dengan makanan Cap Go Meh (bisanya kita kenal dengan Lontong Cap Go Meh) c. Saat musim panas disebut sembayang Pek Cun (100 perahu), tanggal 5 bulan 5 Imlek, dilaksanakan jam siang hari biasanya dipinggir laut/sungai dengan sajian khas Bak Cang.

26 d. Saat musim gugur disebut sembahyang Tiong Chiu, tanggal 15 bulan 8 Imlek dilaksanakan malam hari, sajian khas kue Tiong Chiu Pia (kue Bulan). e. Saat musim dingin disebut sembahyang Tang Cik/ Genta Rohani/ Ronde dilaksanakan malam hari dengan sajiankhas wedang ronde. 2. Semabahyang kepada leluhur yang dilaksanakan setiap: 1. Tanggal 1&15 bulan Imlek dan hari wafat leluhur. 2. Menjelang malam tahun baru Imlek disebut Ji Kau Meh. 3. Tanggal 5 April disebut sembayang Ching Bing atau sembahyang tilik kubur/ sembahyang sadranan. 4. Tanggal 15 bulan 7 Imlek disebut sembayang Jit Gwe Phoa, tanggal ini khusus sembayang leluhur sendiri, maka akhir bulan 7 Imlek dilakukan sembahyang untuk arwah umum disebut King Hoo Ping atau sembahyang rebutan, karena selesai sembahyang semua sesaji yang ada dibagikan kepada umat/pengunjungnya. 3. Sembahyang kepada Nabi Khonghucu dan para suci : a. Hari wafatya Nabi Khonghucu tanggal 18 bulan 2 Imlek b. Hari lahir Nai Khonghucu tanggal 27 bulan 8 Imlek c. Hari Genta Rohani/ Tang Cik tanggal 22 Desember memperingati saat pertama kali Nabi Khonghucu meninggalkan rumah, istri, anak dan kedudukan untuk mengembara mengajarkan ajaran kabajikan bagi manusia. d. Hari lahir para suci lainnya seperti Kwan Kong, Hok Tek Cing Sin.

27 Dupa, macam & Penggunaannya Umat Khonghucu bersembahyang menggunakan dupa yang dinyalakan, selain sebagai sarana pemusat konsentrasi, juga bermakna apa yang kita harapkan akan terbawa membumbung melalui asap dupa adapun macamnya adalah: 1. Dupa bergagang besar, digunakan 3 batang untuk sembahyang di Altar Tuhan, Nabi Khonghucu dan para suci lainnya. 2. Dupa bergagang merah, hitam, kuning dgunakan: 1 atau 3 batang bersembahyang umumnya, 2 batang untuk bersembahyang di altar kematian (depan peti jenazah), 5 batang untuk sembahyang Ching Bing/ King Hoo Ping, 8 batang digunakan untuk pemimpin sembahyang saat upacara kematian. 3. Dupa bergagang hijau digunakan 2 batang untuk sembahyang di depan altar kematian orang tua/keluarga/leluhur kita sendiri. 4. Dupa tanpa gagang, dinyalakan pada kedua ujungnya digunakan hanya oleh sepasang pengantin saat berdoa, dihadapan altar Thian, Tuhan YME. 5. Dupa berbentuk spiral/obat nyamuk dan serbuk/ratus/bubukan dinyalakan untuk wangi-wangian saja. Tata Cara Bersalam dan menghormat. Umat Khonghucu bersalaman dengan mengepalkan tangan kanan, ditutup dengan tangan kiri, kedua ibu jari dipertemukan lalu diletakkan diulu hati,

28 cara/sikap ini disebut sikap Pat Tik (8 kabajikan) ada beberapa tingkatan yaitu: 1. Kiong Chiu (merestui) genggaman tangan digoyangkan di ulu hati, digunakan saat menerima penghormatan dari yang usianya lebih muda. 2. Pai (menghormat) genggaman tangan diangkat sampai sebatas mulut dan hidung, digunakan untuk memberi/membalas hormat dari yang usianya sebaya. 3. Lep (menjunjung tangan) genggaman tangan diturunkan sedikit sampai ke atas pusar lalu dinaikkan sampai menutupi mata/sebatas kening, digunakan untuk memberi hormat kepada yang usianya lebih tua. 4. Ting Lee (meninggikan tangan) genggaman tangan diturunkan sedikit sampai ke atas pusar lalu dinaikkan sampai ke atas kening/kepala, digunakan untuk menghormat di depan altar sembahyang. 5. Kiok Kiong/menghormat dengan membongkokkan badan kira-kira 45 derajad, di dapan altar sembahyang 3 kali, di depan orang hidup 1 kali. 6. Kwi & Kauw Siu/menghormat dengan berlutut, dilaksanakan dengan berlutut dan menundukkan kepala sampai menyentuh lantai, ada beberapa macam yaitu: 2 kali berlutut 9 kali menundukan kepala/ Sam Kwi Kiu Kauw, digunakan di depan altar Tuhan, Nabi dan para suci; 2 kali berlutut 8 menundukkan kepala/ Ji Kwi Pat Kauw, digunakan di depan altar kematian keluarga sendiri dan saat mempelai mohon restu dihadapan orang tuanya; 1 kali berlutut 4 kali menundukan kepala atau It Kwi Su

29 Kauw digunakan saat mempelai mohon restu kepada orang tuanya yang tinggal sendirian (ayah/ ibunya sudah meninggal). Rohaniawan Agama Konghucu 1. Kausing (mandarinnya Jiao Sheng) atau penebar agama, rohaniawa tingkat pemula; mereka yang menjabat sebagai Kausing maka di depan nama yang bersangkutan ada huruf Ks atau Js. 2. Bunsu (mandarinnya Wen Shi) atau guru agama, rohaniawan tingkat madya; mereka yang menjadi Bunsu didepan namanya ada huruf Bs/ Ws. 3. Haksu (mandarinnya Xue Shi)atau pendeta, rohaniawan tingkat atas, mereka yang menjadi Haksu didepan namanya ada huruf Hs/ Xs. Sekedar diketahui jumlah Haksu diseluruh Indonesia saat ini baru 8 orang (namun pada tanggal 18 Desember lalu terdapat 3 Haksu yang dilantik, 2 dari Solo dan 1 dari Manado), hal itu dikarenakan untuk menjadi Haksu harus: v Mencurahkan seluruh hidupnya untuk kepentingan agama. v Pengetahuan kitab, bahasa mandarin & agama harus maksimal. v Seumur hidup diharapkan berpantangan makan daging. v Mengutamakan kepentingan agama & lembaga diatas kepentingan pribadi. Lambang/ Simbol/ Logo Agama Khonghucu Agama Khonghucu dilambangkan dengan gambar lonceng atau genta disini adalah terbuat dari kayu disebut Bok Tok (Bok = kayu, tok = lonceng), jaman dahulu Bok Tok digunakan oleh para raja mengumpulkan rakyat untuk diberi amanat, tetapi Nabi Konghucu bukan Bok Tok raja melainkan Bok Tok

30 Tuhan yang selalu berkumadang memperdengarkan ajaran kebajikan bagi kedamaian. Di tengah Bok Tok ada 2 tulisan mandarin yaitu : Tiong (mandarinnya Zhong) artinya Satya, konsekuensi menjalankan firman Tuhan. Sie (mandarinnya Shu) artinya tenggang rasa, tepa selira kepada sesama. Maka untuk mengormati/menyembah/berbakti kepada Tuhan adalah bagaimana menjalankan Firman Nya hidup didalam kebajikan dan menyatu, harmonis/rukun dengan masyarakat sekitar. SOSIALISASI Pada dasarnya setiap individu dalam masyarakat mengalami proses sosialisasi. Sosialisasi adalah proses belajar yang dialami oleh seseorang untuk memperolah pengetahuan, ketrampilan, nilai-nilai dan norma-norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam kelompok masyarakat. Menurut tahapannya, sosialisasi dibedakan menjadi dua tahap, yakni : 1. Sosialisasi primer, sebagai sosialisasi yang pertama yang dijalani individu semasa kecil, melalui mana ia menjadi anggota masyarakat; dalam tahap ini sosialisasi primer membentuk kepribadian anak ke dalam dunia umum dan keluargalah yang berperan sebagai agen sosialisasi. Sosialisasi primer menjadikan orang-orang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan interaksi dengan sangat terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara orang tua dengan anak. 2. Sosialisasi sekunder, didefinisikan sebagai proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasikan ke dalam sektor baru

31 dari dunia obyektif masyarakatnya; dalam tahap ini sosialisasi mengarah pada terwujudnya sikap profesionalisme (dunia yang lebih khusus) dan dalam hal ini yang menjadi agen sosialisasi adalah lembaga pendidikan, peer group, lembaga pekerjaan, dan lingkuangan yang lebih luas dari keluarga. Sosialisasi sekunder merupakan lanjutan dari sosialisasi primer, individu diperkenalkan dengan kelompok-kelompok tertentu yang ada di dalam masyarakat. (Peter L Berger dan Thomas P Luckman, 1987: 130). Sosialisasi primer terjadi pada masa usia anak masih kecil untuk mengenalkan lingkungan sosialnya pada anak dan sebagai proses berlangsungnya pembentukan dasar kepribadian. Pada umumnya sosialisasi primer terjadi di dalam keluarga yang merupakan kelompok primer. Kelompok primer ini sering ditandai dengan ciri kenal mengenal antara anggota-anggotanya, serta kerjasama yang erat yang sangat pribadi sehingga terjadi peleburan individu-individu ke dalam kelompok-kelompok dan tujuan individu menjadi tujuan kelompok. Sementara sosialisasi sekunder terjadi sesudah sosialisasi primer.di sini yang lebih memiliki peran adalah orang lain, biasanya melalui sekolah atau organisasi dan lingkungannya. Proses sosialisasi merupakan proses lanjutan pada diri individu setelah ia mengalami proses yang panjang dalam dirinya sejak ia dilahirkan sampai ia mempunyai kepribadianya sendiri. Proses ini dalam sosiologi disebut internalisasi. Lebih lanjut internalisasi dijelaskan dapat diartikan sebagai proses panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai ia meninggal, dimana ia belajar menanamkan kepribadiannya, segala

32 perasaan, nafsu, hasrat serta emosinya yang diperlukan sepanjang hidupnya. Perasaan yang dipelajari dalam internalisasi adalah rasa puas, gembira, bahagia, simpati, rasa cinta, benci, aman, harga diri, kebenaran, dosa, malu, perasaan bersalah, dan perasaan lainnya yang lainnya yang dipelajari untuk menjadi milik kepribadian individu. George Ritzer (1979: 113) membagi siklus kehidupan manusia dalam empat tahap, yaitu tahap anak-anak, remaja, dewasa, dan tahap orang tua. 1. Masa kanak-kanak Setiap orang tua mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kepada anak-anaknya tentang kehidupan ini. Seorang ahli sosiologi akan melihat kewajiban ini sebagai bagian dari peran sosial orang tua. Walaupun pada dasarnya setiap orang memahami tentang apa yang diinginkan masyarakat, akan tetapi ada perbedaan yang substansial tentang pengertian akan jalan yang benar dalam hidup. Kewajiban orang tua pada proses sosialisasi di masa kanak-kanak ini adalah membentuk kepribadian anaknya. Apa yang dilakukan orang tua pada anaknya dimasa pertumbuhan akan menentukan kepribadian anaknya kelak. Proses sosialisasi pada tahap ini dapat digambarkan melalui kerangka AGIL yang diperkenalkan oleh Talcot Parsons. Dalam menganalisa tindakan sosial. Fase-fase ini adalah Adaptation, Goal attainment, Integration, dan Latent pattern tidak ada batasannya yang jelas

33 karena merupakan suatu proses yang terjadi secara berkesinambungan. Fase tersebut yaitu : 1. Fase Latent Fase ini proses sosialisasi terlihat nyata. Pengenalan anak terhadap diri sendiri tidak jelas dan merupakan kesatuan individu yang berdiri sendiri. Dan dapat melakukan kontak sosial dengan lingkungannya. Di sisi lain, lingkungan belum melihat individu berdiri sendiri dan dapat mengadakan intereksi dengan mereka. 2. Fase adaptasi Dalam fase ini anak mulai mengadakan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosialnya. Reaksi sekarang tidak lagi terdorong oleh rangsangan-rangsangan dari dirinya semata-mata, tetapi ia mulai belajar bagaimana caranya bereaksi terhadap rangsangan yang datang dari luar dirinya. Pada fase inilah peranan orang tua dominan terlibat karena anak hanya dapat belajar dengan baik atas bantuan dan bimbingan dari orang tuanya. 3. Fase pencapaian tujuan. Tingkah laku anak yang sudah mencapai fase ini dalam proses sosialnya tidak lagi hanya menyesuaikan diri, tetapi terarah untuk maksud dan tujuan tertentu. Ia cenderung mengulang tingkah laku tertentu untuk mendapat penghargaan dari orang tua dan tingkah laku yang menimbulkan reaksi negatif dari orang tua berusaha dihindarkan.

34 4. Fase integrasi Dalam fase ini tingkah laku anak tidak hanya sekedar penyesuaian ataupun untuk mendapatkan penghargaan dari orang tuanya, namun juga menjadi bagian dari dirinya sendiri yang memang ingin dilakukannya. Norma dan nilai yang ditanamkan oleh orang tuanya sudah menjadi diri anak, bukan lagi merupakan sesuatu yang berada di luar anak. Dengan tertanamnya nilai dan norma dalam tahap ini, tingkah laku anak tidak perlu lagi dibatasi oleh larangan-larangan dari orang tuanya sebab anak sudah dapat mengatur sendiri tingkah lakunya dan membatasi sendiri tingkah lakunya sesuai dengan kata hatinya. Fase keempat ini biasanya dicapai anak pada tahun kelima dari kehidupannya dan pada saat ini anak sudah mulai mempunyai sikap tertentu dalam menghadapi lingkungan sosialnya. (Doyle P Jhonson, 1986: ) 2. Masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja dalam gambaran umum merupakan suatu periode yang dimulai dengan perkembangan masa pubertas dan menyelesaikan pendidikan untuk tingkat menengah. Perubahan biologis yang membawanya pada usia belasan sering mempengaruhi perilaku remaja mereka. Agen sosialisasi berubah ketika seseorang menginjak masa remaja, dimana sosialisasi yang dilakukan oleh peer group menjadi penting. Dalam sosialisasi ini sekolah turut berperan karena anak-anak dan remaja

35 melewatkan sebagian waktunya di sekolah. Sekolah memberikan peluang kepada remaja untuk dapat bergaul dengan teman sebaya dan supaya dapat hidup dalam masyarakat. 3. Masa dewasa Ada 3 hal yang diharapkan dari dewasa, yaitu bekerja, menikah, dan mempunyai anak. Untuk ketiga hal itu seseorang juga memerlukan proses belajar. Sosialisasi pada orang dewasa merupakan proses dimana individu dewasa mempelajari norma, nilai, dan peranan yang baru dalam lingkungan sosial yang baru pula, misalnya peranan sebagai pekerja dalam memasuki dunia kerja. 4. Masa tua dan menuju kematian. Seseorang berada pada usia lanjut, mereka diperlakukan seperti anak kecil sampai akhirnya seseorang individu yang sangat tua diberlakukan sebagai non person seperti halnya anak kecil yang seolaholah mereka tidak ada. Proses sosialisasi bagi orang usia lanjut dimulai secara perlahan lahan. Sebagian besar orang berusia 60an mulai menerima ide dengan sangat bahwa mereka harus melangkah secara perlahan dan mengurangi jam kerja mereka. Mereka menerima dengan mutlak bahwa kegiatan santai untuk mengisi waktu luang mereka merupakan kegiatan pengganti dari kerja. Tahap terakhir dalam siklus kehidupan ini adalah kematian. Sistem sosial memiliki mekanisme untuk mempersiapkan orang menuju

36 kematiannya. Dalam proses ini kematian biasanya secara tidak sadar dialami oleh seseorang, seperti menghindari pemakaman karena apa yang terjadi di pemakaman sedikit banyak memberi nilai-nilai baru yang akan menjadi bagian dari seseorang. (George Ritzer, 1979: ) Elizabeth B Hurlock (1972: ) menyebutkan beberapa pola sosialisasi yang biasa dikembangkan orang tua dalam menanamkan disiplin pada anak-anaknya, yaitu: 1. Pola asuh Otoriter Dalam pola asuh ini, orang tua memiliki kaidah dan peraturan yang kaku dalam mengasuh anak-anaknya. Setiap pelanggaran dikenakan hukuman. Sedikit sekali atau tidak pernah ada pujian atau tanda-tanda yang membenarkan tingkah laku anak apabila mereka melaksanakan aturan tersebut. Tingkah laku anak dikekang secara kaku dan tidak ada kebebasan berbuat kecuali perbuatan yang sudah ditetapkan oleh peraturan. Orang tua tidak mendorong anak untuk mengambil keputusan sendiri atas perbuatannya, tetapi menentukan bagaimana harus berbuat. Dengan demikian, anak tidak memperoleh kesempatan untuk mengendalikan perbuatan-perbuatannya. 2. Pola asuh Demokratis Orang tua menggunakan diskusi, penjelasan dan alasan-alasan yang membantu anak agar mengerti mengapa ia diminta untuk mematuhi semua peraturan dalam pola asuh demokratis. Orang tua menekankan aspek pendidikan ketimbang aspek hukuman. Hukuman tidak pernah kasar

37 dan diberikan apabila anak dengan sengaja menolak perbuatan yang harus ia lakukan. Apabila perbuatan sesuai dengan apa yang ia patut lakukan, orang tua memberikan pujian. Orang tua yang demokratis adalah orang tua yang berusaha untuk menumbuhkan kontrol dari dalam diri anak sendiri. 3. Pola asuh Permissif Sedangkan dalam pola asuh permissif, orang tua bersikap membiarkan atau mengizinkan setiap tingkah laku anak dan tidak pernah memberikan hukuman kepada anak. Pola ini ditandai dengan sikap orang tua yang membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri tata cara yang member batasan dari tingkah lakunya. Pada saat terjadi hal-hal yang berlebihan barulah orang tua bertindak. Pola ini pengawasan menjadi sangat longgar. Orang tua belum tentu menggunakan satu pola saja, ada kemungkinan menggunakan ketiga pola sosialisasi itu sekaligus secara bergantian. Walau demikian, ada kecenderungan orang tua untuk lebih menyukai atau lebih sering menggunakan pola tertentu yang dalam penggunaannya dipengaruhi sejumlah faktor sebagai berikut: Menyamakan diri dengan pola sosialisasi yang dipergunakan oleh orang tua mereka. Bila orang tua menganggap bahwa pola sosialisasi orang tua yang terbaik, maka pada saat mereka mempunyai anak, mereka kembali memakai pola sosialisasi yang mereka terima. Sebaliknya, bila mereka menganggap bahwa pola sosialisasi orang tua mereka dahulu salah, biasanya mereka memakai pola yang berbeda.

38 Menyamakan pola sosialisasi yang dianggap paling baik oleh masyarakat di sekitarnya. Pilihan ini terutama dilakukan oleh orang tua yang usianya masih muda dan kurang berpengalaman. Mereka lebih dipengaruhi oleh apa yang dianggap oleh masyarakat di sekitarnya baik daripada oleh keyakinan sendiri. Usia orang tua. Orang tua yang usianya masih muda cenderung untuk memilih pola sosialisasi yang demokratis atau permissif dibandingkan dengan mereka yang lanjut usia. Kursus-kursus. Orang tua yang telah mengikuti kursus persiapan perkawinan, kursus kesejahteraan keluarga, atau kursus pengasuhan anak, akan lebih mengerti tentang anak dan kebutuhan-kebutuhannya sehingga mereka cenderung untuk menggunakan pola demokratis. Jenis kelamin orang tua. Pada umumnya wanita lebih mengerti tentang anak, oleh karena itu mereka lebih demokratis terhadap anaknya dibandingkan dengan pria. Status sosial ekonomi juga mempengaruhi orang tua dalam menggunakan pola sosialisasi mereka bagi anak-anaknya. Konsep peranan orang tua. Orang tua yang tradisional cenderung lebih menggunakan pola otoriter dibandingkan dengan orang tua yang modern. Jenis kelamin anak. Orang tua juga memberlakukan anak-anak mereka sesuai dengan kelaminnya, misalnya terhadap perempuan mereka harus menjaga ketat sehingga commit menggunakan to user pola yang otoriter. Sedangkan

39 anak laki-laki cenderung lebih permissif atau demokratis atau mungkin juga sebaliknya. Usia anak. Pada umumnya pola otoriter sering digunakan pada anakanak kecil karena,mereka belum mengerti secara pasti mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang salah dan mana yang benar sehingga orang tua kelihatannya lebih sering memaksa atau menekan. Kondisi anak. Bagi anak-anak yang agresif lebih menggunakan pola asuh otoriter, sedangkan pada anak yang mudah merasa takut atau cemas lebih tepat digunakan pola yang demokratis. F. Definisi Konseptual Sosialisasi Individu dalam masyarakat akan mengalami proses sosialisasi agar ia dapat hidup dan bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat dimana individu itu berada. Oleh karena itu penting bagi Sosiologi untuk mempelajari sosialisasi karena tanpa tahap sosialisasi suatu masyarakat tidak akan dapat berlanjut dengan generasi berikutnya. Jadi sosialisasi juga merupakan proses transisi kebudayaan antar generasi karena tanpa sosialisasi masyarakat tidak dapat bertahan melebihi satu generasi. Syarat penting untuk berlangsungnya sosialisasi adalah interaksi sosial karena tanpa interaksi sosial, sosialisasi tidak mungkin berlangsung. Menurut Van der Zande (1979: 75), yaitu: Sosialisasi adalah proses interaksi sosial, dimana kita mengenal caracara berfikir, berperasaan, dan berperilaku sehingga dapat berperan serta secara efektif dalam masyarakat. (J.W. Van der Zanden, 1979:75)

40 Definisi yang hampir sama dikemukakan oleh Paul B Harton yaitu : Sosialisasi adalah proses dimana seseorang menghayati (mendarah daging / menginternalize) norma-norma kelompok dimana ia hidup sehingga timbullah diri yang unik. (Paul B. Horton, 1999: 100) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sosialisasi adalah 1. Proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dilingkungannya. 2. Upaya untuk memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami dan dihayati oleh masyarakat. Sosialisasi dialami oleh individu sebagai makhluk sosial sepanjang kehidupannya, sejak ia dilahirkan sampai meninggal dunia. Sebagaimana Havighurst dan Neugarten menyebutkan bahwa : Socialization is process by which children learn the way of their society and make these ways part of their own personalities. (R. J. Havighurst dab Neugarten, 1967 : 74). Karena interaksi merupakan kunci berlangsungnya proses sosialisasi maka diperlukan agen sosialisasi, yakni orang-orang disekitar individu tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Agen sosialisasi ini merupakan orang yang paling dekat dengan individu, seperti orang tua, kakak-adik, saudara, teman sebaya, guru atau instruktur, dan lain sebagainya. Sosialisasi Agama Khonghucu dari orang Tua terhadap anaknya Sama halnya dengan agama yang lain, agama ini juga melakukan sosialisasi, yakni bentuk sosialisasi dari orang tua terhadap anaknya yang dari sedini mungkin sudah diperkenalkan. Seperti yang terdapat dalam Delapan Pengakuan Iman dalam agama Khonghucu (Isi dari delapan pengakuan iman ini telah disebutkan sebelumnya pada Definisi Konseptual) dan yang salah satunya adalah memupuk Cinta commit Bakti to kepada user leluhur atau orang tuanya. Dan

41 hal ini harus ditanamkan sejak dini pada anak melalui berbagai cara peribadatan serta memperkenalkan hal-hal yang sifatnya peribadatan kepada anak. Seperti keberadaan simbol-simbol agama yang ada dalam peribadatan. Dalam peribadatan umat Khonghucu melakukan di depan altar. Altar yaitu berupa meja persembahan yang digunakan untuk sembahyang, biasanya diletakkan di ruang tamu dan dilengkapi dengan beberapa sesaji dan foto-foto leluhur yang telah meninggal. Serta menggunakan Hio. Hio adalah sejenis dupa berbentuk panjang dan tipis yang berbau harum. Untuk peribadatan menggunakan hio yang berwarna merah, sedangkan untuk upacara kematian menggunakan hio yang berwarna hijau. Hio ini dibakat sambil mengucapkan doa-doa kepada Tuhan. Setelah selesai berdoa, hio ditancapkan ke hio lo (tempat menancapkan hio, biasanya terbuat dari tembaga dan berisi abu. Altar juga digunakan untuk media peribadatan agama Budha, tetapi tidak ada foto leluhurnya. Agama Khonghucu juga memiliki salam seperti halnya orang Islam. Dalam agama Khonghucu, salam juga diucapkan secara lisan sambil mengepalkan tangan kiri, sebagai simbol positif/aktif/ laki-laki, yang melingkari tangan kanan, sebagai simbol negatif/pasif/perempuan, tetapi di depan dada. Salam tersebut diucapkan sebagai berikut: Wei te tong tian, artinya : hanya kebajikan saja Tuhan berkenan. Kemudian salam tersebut akan disambut dengan jawaban sebagai berikut : Xian You yi te, artinya : mari kita miliki yang satu itu (kebajikan).

42 Hal-hal sederhana yang dilakukan oleh para penganut agama Khonghucu ini harus sudah mulai diperkenalkan. Mulai dari hal-hal sederhana yang dimengerti oleh anak-anak, yang berhubungan dengan keimanan dan ajaran-ajaran yang nantinya akan dipelajari nantinya. Agama Kata agama adalah bahasa sansekerta yang berarti tradisi menurut Arthur Mc Donnel berarti tidak bergerak. Sedang dalam bahasa Latin, agama dijelaskan sebagai berikut: 1. Agama itu hubungan antara manusia dengan manusia super. (Servius) 2. Agama itu pengakuan dan pemuliaan kepada Tuhan (J. Kramers) (Wikipedia.com) Kata Agama jika dijabarkan secara kata-kata yaitu A yang berarti tidak dan Gama berarti kacau. Jika digabungkan sesuatu yang membuat suatu keadaan tidak kacau. Dalam bahasa Eropa, Mc Muller dan Herbert Spencer menjelaskan agama sebagai sesuatu yang tidak dapat dicapai dengan tenaga akal dan pendidikan. Menurut bahasa Indonesia, agama itu hubungan manusia Yang Maha Suci yang dinyatakan dalam bentuk dan sikap berdasarkan doktrin tertentu (Drs. Sidi Gazalbi) Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, agama adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebaktian atau kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. James Redfield, dalam satu bukunya mengenai sejarah pengantar agama, mengatakan bahwa agama commit adalah to user pengarahan manusia agar tingkah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman etnis, budaya, adat-istiadat serta agama. Diantara banyaknya agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Penduduk yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, adat istiadat

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Penduduk yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, adat istiadat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu kelebihan bangsa Indonesia adalah adanya keanekaragaman penduduk. Penduduk yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, adat istiadat dan tentu masing-masing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Ajaran dan Kitab Suci Agama Khonghucu 1. Ajaran Agama Khonghucu Agama Khonghucu dapat disebut sebagai Ji Kauw (menurut dialek Hokkian) yang berarti agama yang mengajarkan kelembutan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) adalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) adalah BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KORELASI AJARAN WU CHANG TERHADAP PERILAKU EKONOM. A. Ajaran Wu Chang (lima kebajikan) dalam Agama Khonghucu

BAB IV ANALISIS KORELASI AJARAN WU CHANG TERHADAP PERILAKU EKONOM. A. Ajaran Wu Chang (lima kebajikan) dalam Agama Khonghucu BAB IV ANALISIS KORELASI AJARAN WU CHANG TERHADAP PERILAKU EKONOM A. Ajaran Wu Chang (lima kebajikan) dalam Agama Khonghucu Khonghucu merupakan salah satu agama yang sangat menekankan etika moral, namun

Lebih terperinci

@UKDW BAB I. Latar Belakang Masalah. Tradisi sebagai Pembimbing Manusia

@UKDW BAB I. Latar Belakang Masalah. Tradisi sebagai Pembimbing Manusia BAB I Latar Belakang Masalah Tradisi sebagai Pembimbing Manusia Tradisi merupakan kebiasaan turun-temurun dalam suatu masyarakat 1, hal ini berarti dalam tradisi terdapat informasi yang diwariskan dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN

BAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN BAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN A. Aktivitas Keagamaan di Kelenteng Hwie Ing Kiong Telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

29. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SD

29. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SD 29. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP di Bandung disimpulkan bahwa perayaan Imlek merupakan warisan leluhur

BAB V PENUTUP di Bandung disimpulkan bahwa perayaan Imlek merupakan warisan leluhur BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan dengan judul Perayaan Tahun Baru Imlek 2015 di Bandung disimpulkan bahwa perayaan Imlek merupakan warisan leluhur yang patut dilestarikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, dengan memiliki berbagai suku, bahasa, dan agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan luas 5.193.250 kilometer persegi 1 sudah pasti menyebabkan munculnya keanekaragaman dan kemajemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang sadar akan pentingnya waktu. Dimensi waktu yang dilalui manusia selalu menghasilkan berbagai peristiwa penting, baik itu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu,

BAB I PENDAHULUAN. dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam upacara kematian etnis Tionghoa ini, terdapat beragam pantangan dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu, buyut

Lebih terperinci

BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公

BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公 BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公 天公 Secara umum, orang Tionghoa biasa menyebut Tuhan Yang Maha Esa sebagai Thian Kong (Tian Gong) atau Thi Kong, bahkan ada yang menyebutnya sebagai Siang Te

Lebih terperinci

Bagan 1.1 : Skema Kerangka Pemikiran

Bagan 1.1 : Skema Kerangka Pemikiran Keluarga Teman sebaya Sekolah (SMA X Bandung) melalui Pendidikan Agama Islam (PAI), Tafsir, dan Tauhid Akhlaq Value Autonomy Tinggi Siswa/i Kelas III SMA X Bandung Value Autonomy Siswa/i Kelas III SMA

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 )

BAB V PENUTUP. Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 ) BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 ) merupakan daerah dataran tinggi yang cukup dingin. Gunung Sindoro dan gunung Sumbing sebagai ciri khususnya

Lebih terperinci

GAYA HIDUP KONSUMTIF REMAJA DALAM PERILAKU BERPAKAIAN (Studi Deskriptif Kualitatif Di Dusun Mangkuyudan Kelurahan Ngabeyan Kecamatan Kartasura )

GAYA HIDUP KONSUMTIF REMAJA DALAM PERILAKU BERPAKAIAN (Studi Deskriptif Kualitatif Di Dusun Mangkuyudan Kelurahan Ngabeyan Kecamatan Kartasura ) GAYA HIDUP KONSUMTIF REMAJA DALAM PERILAKU BERPAKAIAN (Studi Deskriptif Kualitatif Di Dusun Mangkuyudan Kelurahan Ngabeyan Kecamatan Kartasura ) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR ISI MATA PELAJARAN AGAMA KHONGHUCU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR ISI MATA PELAJARAN AGAMA KHONGHUCU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR ISI MATA PELAJARAN AGAMA KHONGHUCU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB 5 RINGKASAN. keatas dari penduduk Indonesia yang beragama Islam, masih terdapat agama Kristen,

BAB 5 RINGKASAN. keatas dari penduduk Indonesia yang beragama Islam, masih terdapat agama Kristen, BAB 5 RINGKASAN Negara Indonesia adalah negara yang memiliki beragam agama, selain 80% keatas dari penduduk Indonesia yang beragama Islam, masih terdapat agama Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khonghucu.

Lebih terperinci

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER Manusia merupakan anggota masyarakat yang akan senantiasa berusaha agar selalu bisa bergaul dengan sesama. Sehingga setiap individu akan bertindak dan berusaha untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh Indonesia adalah suku Cina atau sering disebut Suku Tionghoa.

I. PENDAHULUAN. oleh Indonesia adalah suku Cina atau sering disebut Suku Tionghoa. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari berbagai macam etnis suku dan bangsa. Keanekaragaman ini membuat Indonesia menjadi sebuah negara yang kaya

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya.

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya. BAB IV PENUTUP 1.1. Simpulan Agama Tao masuk dan berkembang di Indonesia sejak abad 6 SM seiring dengan masuknya etnik Cina di wilayah Nusantara. Agama Tao diyakini berasal dari Kaisar Kuning (Huang Di)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai halhal yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dimulai dari kehidupan sosial, budaya hingga perekonomiannya. Kesuksesan

BAB V PENUTUP. Dimulai dari kehidupan sosial, budaya hingga perekonomiannya. Kesuksesan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Tionghoa merupakan suatu kajian yang sangat menarik untuk dibahas. Dimulai dari kehidupan sosial, budaya hingga perekonomiannya. Kesuksesan perekonomian Tionghoa dewasa ini

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha. 1 (http://id.wikipedia.org/wiki/tahun_baru_imlek).

1 Universitas Kristen Maranatha. 1 (http://id.wikipedia.org/wiki/tahun_baru_imlek). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mendengar istilah Tahun Baru Imlek tentu semua orang sudah tidak asing lagi, ini dikarenakan Tahun Baru Imlek adalah sebuah tradisi yang tentunya sudah semua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI Pd Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional Th 2565, tgl 7 Feb 2014, di JCC Jumat, 07 Pebruari 2014

Sambutan Presiden RI Pd Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional Th 2565, tgl 7 Feb 2014, di JCC Jumat, 07 Pebruari 2014 Sambutan Presiden RI Pd Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional Th 2565, tgl 7 Feb 2014, di JCC Jumat, 07 Pebruari 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERAYAAN TAHUN BARU IMLEK NASIONAL TAHUN 2565

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD. sekitar klenteng dalam menanggapi pelaksanaan tradisi sedekah bumi.

BAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD. sekitar klenteng dalam menanggapi pelaksanaan tradisi sedekah bumi. BAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD Bab ini akan memberikan penjelasan tentang prosesi pelaksanaan tradisi bunceng (sedekah bumi), respon masyarakat serta berbagai pendapat masyarakat

Lebih terperinci

Kalender Doa Februari 2017

Kalender Doa Februari 2017 Kalender Doa Februari 2017 Berdoa Bagi Pernikahan Dan Pertalian Keluarga Alkitab memberi gambaran mengenai pengabdian keluarga dalam Kitab Rut. Bisa kita baca di sana bagaimana Naomi dengan setia bepergian

Lebih terperinci

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL 1. Bentuk dan Fungsi Lembaga Sosial Pada dasarnya, fungsi lembaga sosial dalam masyarakat beraneka macam berdasarkan jenis-jenis lembaganya. Oleh karena itu, kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

NOVIYANTI NINGSIH F

NOVIYANTI NINGSIH F PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERAGAMA PADA ANAK DARI PASANGAN BEDA AGAMA SKRIPSI Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Oleh : NOVIYANTI NINGSIH F 100 040 285 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

KEBERADAAN DAN KEGIATAN TAO SEBAGAI AGAMA TESIS. Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

KEBERADAAN DAN KEGIATAN TAO SEBAGAI AGAMA TESIS. Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains KEBERADAAN DAN KEGIATAN TAO SEBAGAI AGAMA TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Oleh: ARNIS RACHMADHANI NIM: 752011001 MAGISTER SOSIOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya, tidak hanya dari suku bangsa yang ada di Nusantara tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya, tidak hanya dari suku bangsa yang ada di Nusantara tetapi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Medan merupakan salah satu kota yang sangat heterogen dari segi penduduknya, tidak hanya dari suku bangsa yang ada di Nusantara tetapi juga suku bangsa

Lebih terperinci

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA PESTA KELENTENG WEI LENG WHU HUT DEWA SAM TIONG ONG KETAM PUTIH, 2 NOVEMBER2017

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA PESTA KELENTENG WEI LENG WHU HUT DEWA SAM TIONG ONG KETAM PUTIH, 2 NOVEMBER2017 BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA PESTA KELENTENG WEI LENG WHU HUT DEWA SAM TIONG ONG KETAM PUTIH, 2 NOVEMBER2017 SELAMAT MALAM, SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEMUA, YANG KAMI HORMATI : - PIMPINAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik dan memiliki wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan negara yang berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa, karena

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan negara yang berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia bukanlah negara yang berdasarkan hanya kepada satu agama saja, melainkan negara yang berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa, karena terdapat banyak bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang perlu diperhatikan lagi di negara ini. Pendidikan juga dibuat oleh pemerintah

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus di SDN Tunggulsari 1 No. 72 Laweyan Tahun Pelajaran 2013/2014) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

Tata Upacara Pernikahan Sipil

Tata Upacara Pernikahan Sipil Tata Upacara Pernikahan Sipil 1 Penyerahan calon mempelai oleh wakil keluarga K Romo yang kami hormati. Atas nama orang tua dan keluarga dari kedua calon mempelai, perkenankanlah kami menyerahkan putra-putri

Lebih terperinci

BAB III AGAMA KHONGHUCU PADA MASA ORDE LAMA DAN ORDE BARU DI SURAKARTA. A. Agama Khonghucu pada Masa Orde Lama di Surakarta

BAB III AGAMA KHONGHUCU PADA MASA ORDE LAMA DAN ORDE BARU DI SURAKARTA. A. Agama Khonghucu pada Masa Orde Lama di Surakarta 40 BAB III AGAMA KHONGHUCU PADA MASA ORDE LAMA DAN ORDE BARU DI SURAKARTA A. Agama Khonghucu pada Masa Orde Lama di Surakarta Pada jaman presiden Soekarno, agama bukan sebuah persoalan. Artinya, secara

Lebih terperinci

BAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak

BAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak 53 BAB II Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak Untuk menjelaskan fenomena yang di angkat oleh peneliti yaitu ZIARAH MAKAM Studi Kasus

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Dalam pembahasan sebelumnya telah dibahas mengenai kedatangan Etnis Tionghoa ke Indonesia baik sebagai pedagang maupun imigran serta terjalinnya hubungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam suku, ras, agama, dan budaya. Keberagaman tersebut tersebar hampir

BAB I PENDAHULUAN. macam suku, ras, agama, dan budaya. Keberagaman tersebut tersebar hampir digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara plural yang terdiri dari berbagai macam suku, ras, agama, dan budaya. Keberagaman tersebut tersebar hampir di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012 Sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERAYAAN NATAL NASIONAL DI PLENARY HALL JAKARTA CONVENTION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Agama merupakan faktor penting yang dapat membimbing manusia agar berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran agama yang dianut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan dapat menimbulkan rasa solidaritas terhadap lingkungan sekitar. Tradisi ritual dalam

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012 Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERAYAAN TAHUN BARU IMLEK 2563 TINGKAT NASIONAL

Lebih terperinci

SIMBOL PURWOREJO SKRIPSI. Sosial untuk. Oleh: KAN SOSIOLOGI

SIMBOL PURWOREJO SKRIPSI. Sosial untuk. Oleh: KAN SOSIOLOGI SIMBOL DAN MAKNA RITUAL PERNIKAHANN ADAT JAWA DI DESA SUKOMANAH KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN PURWOREJO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kong Yuanzhi, Silang Budaya Tiongkok Indonesia, edisi Bahasa Indonesia, hal. 24, PT Bhuana Ilmu Populer,

BAB I PENDAHULUAN Kong Yuanzhi, Silang Budaya Tiongkok Indonesia, edisi Bahasa Indonesia, hal. 24, PT Bhuana Ilmu Populer, BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah I. A. Sejarah Singkat Keberadaan Masyarakat Tionghoa di Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki budaya yang beraneka ragam. Tidak hanya

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Cap Go Meh tahun 2011, Jakarta, 21 Februari 2011 Senin, 21 Pebruari 2011

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Cap Go Meh tahun 2011, Jakarta, 21 Februari 2011 Senin, 21 Pebruari 2011 Sambutan Presiden RI pada Perayaan Cap Go Meh tahun 2011, Jakarta, 21 Februari 2011 Senin, 21 Pebruari 2011 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERAYAAN CAP GO MEH TAHUN 2011 DI PEKAN RAYA JAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kertas oleh Cailun yaitu pada zaman Dinasti Han Timur (tahun M ).

BAB I PENDAHULUAN. kertas oleh Cailun yaitu pada zaman Dinasti Han Timur (tahun M ). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lampion adalah sejenis lampu yang biasanya terbuat dari kertas dengan lilin di dalamnya. Lampion yang lebih rumit dapat terbuat dari rangka bambu dibalut dengan kertas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia dilahirkan seorang diri, tetapi manusia adalah makhluk sosial yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup bermasyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Di dalam keluarga inti, khususnya orang tua berperan penuh dalam proses tumbuh kembang anak melalui pemberian hak pengasuhan secara optimal. Hak-hak tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku Tionghoa merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Suku Tionghoa merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia. Saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suku Tionghoa merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia. Saat ini jumlah suku Tionghoa di Indonesia mencapai 3,7% dari penduduk Indonesia (nikodemusyudhosulistyo.wordpress.com).

Lebih terperinci

PENGARUH PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP AKHLAK SISWA KELAS VII SMP 2 KISMANTORO TAHUN 2012/2013

PENGARUH PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP AKHLAK SISWA KELAS VII SMP 2 KISMANTORO TAHUN 2012/2013 PENGARUH PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP AKHLAK SISWA KELAS VII SMP 2 KISMANTORO TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo Oleh : ISKANDAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang tidak dapat berdiri sendiri, artinya terkait dengan aspek kepribadian yang lain dan harus dilatihkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

PENYEBAB KENAKALAN REMAJA DI DESA WONOREJO KABUPATEN SITUBONDO THE CAUSES OF JUVENILLE DELIQUENCY IN WONOREJO VILLAGE SITUBONDO REGENCY

PENYEBAB KENAKALAN REMAJA DI DESA WONOREJO KABUPATEN SITUBONDO THE CAUSES OF JUVENILLE DELIQUENCY IN WONOREJO VILLAGE SITUBONDO REGENCY PENYEBAB KENAKALAN REMAJA DI DESA WONOREJO KABUPATEN SITUBONDO THE CAUSES OF JUVENILLE DELIQUENCY IN WONOREJO VILLAGE SITUBONDO REGENCY SKRIPSI diajukan guna melengkapi skripsi dan memenuhi syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mana merupakan wujud cinta kasih sayang kedua orang tua. Orang tua harus membantu merangsang anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar

BAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama merupakan ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap makhluk hidup memerlukan interaksi dan komunikasi satu sama lain, khususnya bagi umat manusia. Interaksi dan komunikasi ini sangat diperlukan karena manusia ditakdirkan

Lebih terperinci

Itu? Apakah. Pernikahan

Itu? Apakah. Pernikahan Apakah Pernikahan Itu? Pemikahan adalah hasil dari suam rencana ilahi Itu bukan hasil kerja atau penemuan manusia, melainkan penciptaan Allah. Tempat yang dipilih untuk memulaikannya adalah Taman Eden.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Konsep adalah suatu abstraksi untuk menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kecamatan ini dilalui oleh

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kecamatan ini dilalui oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Stabat adalah ibu kota Kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara. Stabat memiiliki luas daerah 90.46 km², merupakan kota kecamatan terbesar sekaligus penduduk terpadat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang menarik pada zaman modern di Indonesia adalah pemahaman dan implementasi tentang nilai-nilai moral dalam kehidupan masyarakat kita yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber kebahagiaan dan kebersamaan. Mereka membuat kehidupan menjadi manis, tempat menggantungkan harapan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Peran Cheng Ho dalam proses perkembangan agama Islam di Nusantara pada tahun 1405-1433 bisa dikatakan sebagai simbol dari arus baru teori masuknya agama Islam

Lebih terperinci

F. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

F. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA - 184 - F. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA KELAS VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa budaya Indonesia yang terkikis oleh budaya barat sehingga generasi muda hampir melupakan budaya bangsa sendiri. Banyak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai merantau ke Indonesia pada masa akhir pemerintahan dinasti Tang. Dalam masyarakat Cina dikenal tiga

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR CERDAS BERBAHASA INDONESIA UNTUK SMA/MA KELAS XI KARANGAN ENGKOS KOSASIH TERBITAN :

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR CERDAS BERBAHASA INDONESIA UNTUK SMA/MA KELAS XI KARANGAN ENGKOS KOSASIH TERBITAN : NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR CERDAS BERBAHASA INDONESIA UNTUK SMA/MA KELAS XI KARANGAN ENGKOS KOSASIH TERBITAN : ERLANGGA TAHUN 2008 SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

Revelation 11, Study No. 22 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 22,oleh Chris McCann

Revelation 11, Study No. 22 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 22,oleh Chris McCann Revelation 11, Study No. 22 in Indonesian Language Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 22,oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seseorang yang terlahir ke dunia pada dasarnya dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seseorang yang terlahir ke dunia pada dasarnya dalam keadaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang yang terlahir ke dunia pada dasarnya dalam keadaan belum mengetahui apa-apa. Individu yang baru dilahirkan bagai seonggok daging, hanya sebagai makhluk biologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri atas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri atas ayah, ibu, anak-anak dan kerabat lainnya. Lingkungan keluarga merupakan tempat dimana anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB V. PENUTUP. memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak

BAB V. PENUTUP. memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan Sebagian besar hak-hak anak dalam kelima keluarga dalam penelitian ini memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak untuk hidup dan hak anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan upacara tradisional suatu masyarakat umumnya sangat menarik untuk diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung

Lebih terperinci

Tidak tertarik melakukan Ritual Sembahyang Imlek

Tidak tertarik melakukan Ritual Sembahyang Imlek BAB III STRATEGI KOMUNIKASI III.1 Analisis Masalah Berdasarkan hasil riset kepada 100 warga keturunan Tionghoa baik muda maupun tua, dapat disimpulkan bahwa : Survei ketertarikan melakukan Ritual Sembahyang

Lebih terperinci

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan Sumber: ibnulkhattab.blogspot.com Gambar 4.3 Masyarakat yang sedang Melakukan Kegiatan Musyawarah untuk Menentukan Suatu Peraturan. 2. Macam-Macam Norma a. Norma Kesusilaan Ketika seseorang akan berbohong,

Lebih terperinci

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan L A M P I R A N 57 INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan Anda diminta untuk memilih 1 (satu) pernyataan dari setiap rumpun yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara soal mistik,

BAB I PENDAHULUAN. spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara soal mistik, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai bangsa yang religius, Indonesia menempatkan agama sebagai landasan moral, spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara

Lebih terperinci

PERAN GURU SOSIOLOGI DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA N 1 SEYEGAN

PERAN GURU SOSIOLOGI DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA N 1 SEYEGAN PERAN GURU SOSIOLOGI DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA N 1 SEYEGAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya, kerap sekali keluarga itu tidak hanya terdiri dari suami istri dan anakanaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Seni meramal ini muncul

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Seni meramal ini muncul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni meramal merupakan salah satu bentuk tradisi yang sudah lama berkembang dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Seni meramal ini muncul ketika manusia mulai mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah dikembangkan sejak tahun lalu. Feng Shui ditulis pada periode kekaisaran Huang

BAB I PENDAHULUAN. telah dikembangkan sejak tahun lalu. Feng Shui ditulis pada periode kekaisaran Huang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Feng Shui adalah pengetahuan arsitektural yang berasal dari budaya Tiongkok, dan telah dikembangkan sejak 4.700 tahun lalu. Feng Shui ditulis pada periode kekaisaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir semua negara majemuk termasuk Indonesia mempunyai kelompok minoritas dalam wilayah nasionalnya. Kelompok minoritas diartikan sebagai kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana

Lebih terperinci