DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-10 MASA SIDANG III TAHUN SIDANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-10 MASA SIDANG III TAHUN SIDANG"

Transkripsi

1 Nomor : DPD.220/SP/10/2012 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-10 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA MASA SIDANG III TAHUN SIDANG I. KETERANGAN 1. Hari : Kamis 2. Tanggal : 16 Februari Waktu : WIB Selesai 4. Tempat : GEDUNG NUSANTARA V 5. Pimpinan Sidang : Pimpinan DPD 1. H. Irman Gusman, SE., MBA. (Ketua) 2. Dr. Laode Ida (Wakil Ketua) 3. GKR. Hemas (Wakil Ketua) 6. Sekretaris Sidang : 1. Sekretaris Jenderal DPD (DR. Ir. Siti Nurbaya Bakar, MSc.) 2. Wakil Sekretaris Jenderal DPD (Drs. Djamhur Hidayat) 7. Panitera : Kepala Biro Persidangan II (Dra. Sri Sumarwati Isf.) 8. Acara : 1. Laporan perkembangan pelaksanaan tugas masing-masing Alat Kelengkapan DPD RI. 2. Pengesahan Keputusan DPD RI. 9. Hadir : 83 Orang 10. Tidak hadir : 49 Orang II. JALANNYA SIDANG :

2 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI) Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. Om Swastyastu. Dan selamat pagi buat seluruh yang hadir pada kesempatan ini. Bapak-Ibu yang saya hormati, para hadirin yang berbahagia. Kita akan memasuki sidang paripurna, sebagaimana undang-undang mengamanatkan kepada kita bahwasa kita sebelum memulai sidang paripurna kita mulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Dan untuk itu kepada tim paduan suara untuk memandu untuk menyanyikan lagu. Dan kepada kita semua dimohon berdiri dan seluruh hadirin yang berbahagia. 2. PEMBICARA : PADUAN SUARA Hiduplah Indonesia raya Indonesia tanah airku. Tanah tumpah darahku. Disanalah aku berdiri. Jadi pandu ibuku. Indonesia kebangsaanku. Bangsa dan Tanah Airku. Marilah kita berseru. Indonesia bersatu. Hiduplah tanahku. Hiduplah negriku. Bangsaku Rakyatku semuanya. Bangunlah jiwanya. Bangunlah badannya. Untuk Indonesia Raya. Indonesia Raya. Merdeka Merdeka. Tanahku negriku yang kucinta. Indonesia Raya. Merdeka Merdeka. Hiduplah Indonesia Raya. Indonesia Raya. Merdeka Merdeka. Tanahku negriku yang kucinta. Indonesia Raya. Merdeka Merdeka. Hiduplah Indonesia Raya. 1

3 3. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI) Hadirin kami persilakan untuk duduk kembali. Bersasarkan catatan daftar hadir yang kami terima oleh dari sekretariat jenderal, sampai saat ini telah hadir 62 orang, dan jumlah anggota yang tidak hadir yang tugas 4 orang, dan ijin 15 orang dan sakit 1 orang. Untuk itu kita akan memulai sidang ini, sesuai dengan peraturan tatib 182, dimana Sidang Paripurna ke-10 Tahun Sidang 2011 dan Dengan mengucapkan bismillahirrohmanirrohim kami buka sidang paripurna ini dan dinyatakan terbuka untuk umum. KETOK 1X 4. PEMBICARA : Drs. H. MOHAMMAD SOFWAT HADI, SH. (KALSEL) Interupsi pimpinan, interupsi, Sofwat Hadi. 5. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI) Silakan. Ini di tempat duduk masing-masing tidak ini? 6. PEMBICARA : Drs. H. MOHAMMAD SOFWAT HADI, SH. (KALSEL) Iya, Kalsel. Tadi saya dengar yang hadir sekarang ini sesuai tanda tangan 62, berarti belum mencapai kuorum. Kalau kita buka hanya sekedar mendengarkan laporan silakan saja. Tapi kalau mengambil keputusan ini jadi masalah nantinya, karena keputusan itu harus 50% + 1, itu saja. Silakan saja, tapi setiap mengambil, mungkin bagaimana dengan untuk mengambil keputusan. Terima kasih. 7. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI) Baik, silakan yang lain. Silakan Ibu. 8. PEMBICARA : Prof. Dr. Dra. Hj. ISTIBSYAROH, SH., MA. (JAWA TIMUR) Terima kasih pimpinan. Tadi yang hadir 62, tapi karena ada yang tugas luar, kemudian ada yang sakit, itu mungkin bisa sampai kuorum itu, jadi bisa dimulai seperti itu. Terima kasih. 9. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI) Baik. Silakan Ibu Aida tadi saya lihat. 10. PEMBICARA : AIDA ZULAIKA NASUTION ISMETH, SE., MM. (KEPULAUAN RIAU) Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Kita mulai saja untuk mendengarkan laporan, nanti kita lihat (tidak kedengaran). 2

4 11. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI) Baik. Jadi kita, begini saja, kita mulai saja, nanti dimulai dengan yang tidak ada mengambil keputusan. 12. PEMBICARA : JACOB JACK OSPARA, S.Th., M.Th. (MALUKU) Interupsi, interupsi Ketua. 13. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI) Silakan Pak. 14. PEMBICARA : JACOB JACK OSPARA, S.Th., M.Th. (MALUKU) Saya melanjutkan Pak. Kita ikuti makna tata tertib Pak. Tata tertib mengatakan rapat dibuka dan bilamana belum memenuhi kuorum skors sementara waktu, baru kemudian kalau sudah memenuhi kuorum kita jalankan. Saya rasa seperti Pak, jadi mohon itu kita ikuti tata tertibnya. Terima kasih. 15. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI) Baik, kita cari jalan keluarnya. Silakan Ibu Sarah. 16. PEMBICARA : Ir. SARAH LERY MBOEIK (NTT) Saya sepakat dengan tatib, tetapi pada dasarnya mungkin hal-hal yang tidak mengambil keputusan bisa kita bahas duluan supaya kita juga tidak bertele-tele dalam soal waktu. Terima kasih. 17. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI) Baik. Jadi, saya coba mengambil kesimpulan. Kita mulai saja dulu hal-hal yang tidak mengambil keputusan. Bagaimana nanti kalau mengambil keputusan baru kita minta sekretariat jenderal untuk bisa melihat jumlahnya. Biasanya juga begitu. Kita sepakati? KETOK 1X Baik, Bapak-Ibu sekalian. Agenda kita adalah pertama mendengarkan laporan perkembangan pelaksanaan tugas masing-masing alat kelengkapan. Kita ingin tahu perkembangannya. Yang kedua, baru pengesahan keputusan DPD RI. Baiklah Bapak-ibu sekalian. Sidang dewan yang mulia. Sebelum kita memasuki agenda sidang paripurna kali ini kami ingin menyampaikan beberapa informasi yang perlu menjadi perhatian kita semua. Pertama, untuk menindaklanjuti keterangan DPD RI pada sidang pleno Mahkamah Konstitusi mengenai pengujian Undang- Undang No. 33 Tahun tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan 3

5 pemerintah daerah terhadap Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945, pada tanggal 22 Desember MK telah mengirimkan surat panggilan kedua kepada pimpinan DPD RI untuk menghadiri sidang pleno Mahkamah Konstitusi tanggal 15 Februari pukul sore kemarin, dengan agenda mendengarkan keterangan ahli dari pemerintah dan DPD RI. Untuk memenuhi undangan tersebut tim DPD RI dipimpin oleh wakil ketua DPD Ibu GKR Hemas bersama teman-teman yang lain, termasuk juga juru bicaranya Ibu Aida Ismeth Nasution kemarin. Dan juga ada teman-teman lain dari beberapa provinsi, yang saya lupa, ada Pak Bambang Susilo kalau tidak salah, ada Ibu Intsiawati Ayus, Pak Supartono dari Jawa Timur. Ada nama yang belum saya sebut kemarin? Pak Malonda Sulawesi Tengah, Pak Luther Kombong dan lain sebagainya. Yang dipimpin oleh Ibu Hemas dan teman-teman yang lain untuk memberi keterangan lanjutan sebagai langkah nyata komitmen DPD dalam memperjuangkan kemajuan pembangunan di daerah, serta tercapainya keadilan keuangan antara pemerintah pusat dengan daerah. Dan kita masih harus memberikan keterangan tertulis kepada MK menyangkut paradigma dan konsepsi politik perimbangan keuangan pusat dan daerah. Hal ini semakin menjelaskan kepada kita bahwa soal dana bagi hasil merupakan hal yang sangat penting. Yang kedua, pada bulan Maret 2012 mendatang pemerintah akan mengakhiri moratorium pengiriman tenaga kerja Indonesia yang ditandai dengan dikirimnya TKI ke Malaysia. Hal ini harus menjadi fokus kita agar mengawal proses pengiriman tersebut, karena kedepan kita mengharap peristiwa-peristiwa musibah yang menimpa TKI selama ini tidak boleh terjadi lagi. Langkah tersebut dapat kita lakukan dengan mengawasi mulai dari proses perekrutan TKI, baik dari segi pendidikan dan pelatihan para TKI maupun pada proses penempatan di negara tujuan. Dalam minggu terakhir ini diketahui terjadi beberapa kecelakaan angkutan darat yang menelan korban jiwa seperti yang terjadi di Magetan, Majalengka, Madiun dan Cisarua. Kondisi ini tentu mengkhawatirkan, karena diduga rentetan kecelakaan tersebut umumnya terjadi akibat kondisi jalan, kendaraan, serta faktor kelalaian manusia. Didalam Undang- Undang No. 2 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dimuat pasal tentang standar kelayakan angkutan sebagai langkah preventif dalam menanggulangi kecelakaan. Namun dengan terjadinya rentetan kecelakaan maut ini kita perlu mengkaji serta memberikan masukan konkrit kepada pemerintah dalam memperbaiki kondisi tersebut. Kita akan mendengar nanti pokok-pokok dalam usul RUU tentang Jalan yang akan disampaikan oleh Komite II untuk kita putuskan bersama. Selain musibah kecelakaan yang terjadi dalam minggu terakhir ini, kerukunan kehidupan berbangsa kita juga mulai terusik kembali dengan terjadi bentrokan dalam waktu berdekatan di beberapa daerah, seperti yang terjadi di Sulawesi Tengah, di Bali dan Maluku Tengah, dan di beberapa tempat yang kita lihat akhir-akhir ini. Bentrokan-bentrokan yang terjadi antara warga maupun antara ormas tentu memberi akses daerah-daerah lain yang memiliki potensi konflik. Untuk itu kami menghimbau kepada anggota DPD RI untuk semakin sensitif dan peka terhadap isu serupa di daerahnya, untuk terus memonitor perkembangan daerah untuk dapat kita ketahui adanya potensi konflik di masing-masing daerah kita. Kita tentu tidak menginginkan konflik yang telah menelan korban jiwa yang semakin meluas dan menganggu stabilitas keamanan dan ketertiban. Serta juga menjadi penghambat factor pembangunan. Kemudian, pada tanggal 1 April mendatang pemerintah merencanakan untuk mengurangi subsidi bahan bakar minyak sebagai upaya menyelamatkan keseimbangan APBN yang terbebani dengan subsidi BBM selama ini. Selain kenaikan harga BBM sebagai konsekuensi pengurangan subsidi tersebut, kenaikan harga BBM akan berbarengan dengan kenaikan harga bahan kebutuhan pokok masyarakat. Untuk itu kita perlu menghimbau baik pemerintah daerah untuk mengantisipasi ketidakpastian harga maupun persediaan barang 4

6 sekaligus mengantisipasi penimbunan barang yang akan semakin melambungkan harga. Hal tersebut juga bertujuan agar jumlah masyarakat kita yang hidup dibawah garis kemiskinan tidak semakin bertambah. Sebagai representasi rakyat dan daerah juga harus memperhatikan jumlah penduduk yang masuk kedalam kategori penduduk hampir miskin. Yang pada tahun 2011 meningkat menjadi 27,12 juta jiwa atau 10,8% dari total jumlah penduduk. Peningkatan jumlah penduduk hampir miskin tersebut disebabkan adanya downgrade 4 juta jiwa penduduk yang tidak miskin menjadi penduduk hampir miskin. Terhadap isu-isu ini DPD melalui alat kelengkapannya untuk berupaya terus mengikuti perkembangannya di daerahdaerah masing-masing. Sidang dewan yang mulia, Marilah kita memasuki agenda laporan perkembangan pelaksanaan tugas masingmasing alat kelengkapan DPD dan Kelompok DPD di MPR. Untuk itu seperti yang telah kita sepakati bersama marilah kita memulai sidang ini pada alat kelengkapan yang tidak mengambil keputusan. Untuk itu kami persilakan secara berturut-turut. Untuk Komite IV barangkali ya, untuk menyampaikan progress report-nya. Kemudian juga PPUU dan sebagainya, baru nanti kita akan kembali lagi ke komite-komite alat kelengkapan lain yang mengambil keputusan. Komite III ada keputusan ya? Ada ya. Berarti kita memulai ke Komite IV untuk menyampaikan progress report-nya kalau ada. Kami persilakan kepada pimpinan Komite IV. Baik, karena mungkin lagi dalam persiapan, lagi dimatangkan. Baik Bapak-Ibu sekalian, jadi kita, saya sudah terima dari sekretariat, jumlah yang hadir sudah 67, jadi kita bisa mulai kembali ke komite masing-masing. Boleh kita lanjutkan? 18. PEMBICARA : Dr. AHMAD FARHAN HAMID, MS. (NAD) Ketua. 19. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI) Silakan. 20. PEMBICARA : Dr. AHMAD FARHAN HAMID, MS. (NAD) Ketua, Farhan, Ketua, B-03 dari Aceh. Saya mau interupsi kecil sedikit saja. Yang pertama terima kasih pidato pembukaan dari Ketua tadi bagus sekali tentang pemihakan kepada daerah. Kemudian kita semua saya kira turut berdukacita atas meniggalnya Ibu Parlindungan. Beberapa diantara kita mungkin sudah kesana, tapi ada juga yang belum. Kesempatan ini kami nyatakan duka cita yang mendalam kepada beliau mudahmudahan tabah menghadapinya. Lalu satu hal berkaitan dengan pidato tadi adalah pemihakan kepada daerah. Seandainya seluruh anggota DPD berkenaan dan dapat dilaksanakan oleh sekretariat jenderal agar mulai saat ini seluruh penganan untuk DPD RI baik makan maupun jajan jangan ada barang impor. Jangan ada buah impor, lebih bagus makan buah Indonesia, kalau perlu kita kacang rebus, begitu ya. Saya kira DPD harus menjadi contoh untuk semua lembaga-lembaga negara. Terima kasih. 21. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI) Jadi, saya tadi karena menyampaikan yang substansial, tadinya ada yang di terakhir tadi sebenarnya, tapi Pak Farhan telah menyampaikan kepadasaudara kita Pak Parlindungan Purba. Atas nama pimpinan dan anggota DPD, walaupun saya langsung hari itu juga terbang, 5

7 ditemani oleh Pak Rudolf Pardede, Pak Djasarmen, di belakang, dan menyampaikan duka. Malah dari DPD sendiri pimpinan Ibu wakil ketua hari rabunya melepaskan kepergian almarhumah. Tentu ini kehendak Tuhan, tapi saya ingin menyampaikan duka cita, mudahmudahan ini ada hikmah dibalik musibah. Dan kita harapkan saudara kita Pak Parlin tabah dan selalu bersama kita, bahwasa Pak Parlin tidak sendiri ada kita semua. Yang kedua, himbauan dari Pak Farhan tadi menurut saya simpatik, biar kecil tapi bermakna. Mari kita mulai dari diri kita. Saya menghimbau kepada sekretariat jenderal atau kita semua supaya kedepan itu kita upayakan dari DPD ini memulai gerakan menggunakan produksi dalam negeri. Jadi mulai sekarang kami mohon, barangkali transisi ini ada kontrak tentu tidak bisa ya, tapi mudahan setelah selesai ini nanti ktia tidak tahu, kita juga harus agak ini juga, supaya jangan lagi ada buah-buah impor. Kita sangat mendukung untuk itu semua. Terima kasih. Baik Bapak-Ibu sekalian, karena juga sudah disampaikan tadi, sudah komplit, maka kita mulai dari Komite I. Kami persilakan yang mewakili pimpinan Komite I. 22. PEMBICARA : ALIRMAN SORI, SH., M.Hum., MM. (WAKIL KETUA KOMITE I) Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semua. Om Swastyastu. Kepada yang terhormat pimpinan DPD RI dan seluruh anggota Dewan Perwakilan Daerah republik Indonesia Ibu Sesjen, Wakil Sesjen beserta seluruh jajaran sekretariat jenderal. Hadirin yang saya muliakan. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan yang maha kuasa atas ijinnya pagi hari ini kita alat kelengkapan akan memberikan laporan perkembangan pelaksanaan tugas. Sebagaimana diketahui bersama bahwa Komite I dalam menjalankan tugas dan wewenang konstitusionalnya pada Masa Sidang III Tahun Sidang berupaya terus mengoptimalkan pembahasan dan penyelesaian program-program kegiatan yang belum terselesaikan pada masa sidang sebelumnya. Namun perlu dipahami bahwa kendati rentang waktu masa sidang saat ini tergolong panjang, namun beberapa beban kerja yang dihadapi Komite I memang semakin besar baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Sehingga terdapat beberapa pekerjaan konstitusional Komite I yang belum dapat terselesaikan dan akan diteruskan atau dilanjutkan pada masa sidang yang akan datang. Komite I pada masa sidang ini memfokuskan kegiatan dalam rangka penyusunan: Satu, RUU usul inisiatif: RUU Pertanahan. Yang awalnya bernama pertanahan, sekarang berubah menjadi RUU Hak-hak Atas Tanah. Kemudian RUU Provinsi Kepulauan dan RUU Penataan Ruang. Kedua, pandangan pandangan terhadap RUU dari Pemerintah atau DPR: 1. RUU Desa. 2. RUU Pemilukada. 3. RUU Pemerintahan Daerah. 4. RUU Industri Pertahanan dan Keamanan. 6

8 Tiga, pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, diantaranya adalah Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Dua, pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara. Empat, pembentukan daerah otonomi baru. 1. Pembentukan Kota Merauke di Provinsi Papua. 2. Pembentukan Kabupaten Malaka sebagai pemekaran dari Kabupaten Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur. 3. Pembentukan Kabupaten Lombok Selatan sebagai pemekaran Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat. 4. Pembentukan Kabupaten Ketengban sebagai pemekaran dari Kabupaten Pegunungan Bintang Provinsi Papua. 5. Pembentukan Kota Samawarea sebagai pemekaran Kabupaten Sumbawa Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat. 6. Pembentukan Kabupaten Balanipa sebagai pemekaran dari Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat. Lima, pelaksanaan advokasi aspirasi masyarakat dan daerah. Untuk lebih lengkapnya, sebagaimana agenda acara pada hari ini, Komite I akan menyampaikan perkembangan pelaksanaan tugasnya sesuai dengan ruang lingkup tugas Komite I. Satu, penyusunan RUU usul inisiatif RUU tentang Pertanahan. Sebagaimana rencana yang telah digulirkan sejak masa sidang sebelumnya (tahun 2011). Komite I tengah melakukan pembahasan secara intensif RUU tentang Pertanahan yang diarahkan untuk menjawab berbagai permasalahan agraria/pertanahan di Indonesia. Berbagai tahap kegiatan dalam penyusunan RUU ini telah dilalukan oleh Komite I. Dan saat ini Komite I telah membentuk Tim Pakar. Selain didukung oleh para pakar tersebut, dalam penyusunan RUU ini, Komite I juga dibantu oleh Prof. Maria Soemardjono, Prof. SB Silalahi, dan Prof. Nur Hasan Ismail secara simultan dan intensif. Perlu kiranya kami informasikan bahwa setelah dilakukan kajian secara mendalam bersama dengan Tim Pakar serta hasil dari kegiatan studi referensi yang dilakukan sebelumnya. Komite I menarik kesimpulan dan perlu kiranya disampaikan kepada sidang paripurna pada hari ini bahwa judul RUU yang pada awalnya merupakan RUU Pertanahan diubah menjadi RUU Hak-hak Atas Tanah. Saat ini Komite I beserta Tim Pakar tengah mempersiapkan naskah akademik dan draft RUU yang diharapkan pada tanggal 13 Maret 2012 akan dapat dilakukan seminar/uji sahih di Provinsi Lampung, Provinsi DIY, dan Provinsi Maluku. Perlu juga kami sampaikan pula bahwa Komite I mentargetkan RUU ini dapat disahkan pada akhir masa sidang III. RUU tentang Provinsi Kepulauan. Berangkat dari paradigma pembangunan yang tidak membedakan karakteristik teresterial dan karakteristik aquatik, Komite I berinisiatif untuk menyusun sebuah RUU yang mengatur khusus wilayah kepulauan dengan dimensi-dimensi yang dimilikinya. Dengan melekatkan diri sebagai pengaturan khusus, merujuk pada pengakuan daerah khusus yang diakui didalam konstitusi UUD Negara Republik indonesia Aspirasi terhadap penyusunan RUU ini juga datang dari berbagai provinsi yang memiliki kepulauan seperti Maluku, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, NTB, NTT, Sulawesi Utara, dan Maluku Utara. Kami informasikan bahwa saat ini Komite I tengah membentuk Tim Pakar. Selanjutnya pada tanggal 6 Maret 2012, Komite I juga akan melaksanakan kegiatan FGD dalam rangka penyerapan aspirasi masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara, NTT, 7

9 Bangka Belitung. Komite I juga akan mentargetkan agar pada masa sidang IV yang akan datang RUU ini dapat disahkan menjadi keputusan DPD RI. RUU Penataan Ruang. Sebagaimana aspirasi masyarakat dan daerah yang masuk melalui Komite I, terkait dengan keberadaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang tidak responsif dan TIDAK mengakomodir kepentingan daerah, maka Komite I sejak awal masa sidang III telah merencanakan untuk melakukan penyusunan RUU inisiatif terhadap RUU Tata Ruang. Penyusunan RUU diharapkan dapat memberikan jawaban terhadap problematika penataan ruang di daerah yang hingga saat ini justru tidak terselesaikan dengan undang-undang yang lama. Dalam pembahasannya, Komite I saat ini tengah melakukan inventarisasi materi lebih mendalam dan dalam tahap seleksi Tim Pakar diharapkan dapat membantu penyusunan RUU ini. Pandangan DPD RI terhadap RUU. Pertama, pandangan DPD RI terhadap RUU tentang Desa. Saat ini pemerintah telah menyelesaikan RUU tentang Desa yang memisahkan substansi tersebut dari Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Sesuai dengan kewenangan konstitusional yang diberikan kepada DPD RI, maka melalui Komite I telah disusun pandangan terhadap RUU tentang Desa. Penyusunan pandangan ini tentunya tidak terlepas dari keputusan politik DPD RI yang telah dituangkan didalam RUU tentang Desa usul inisiatif DPD RI yang telah kita sahkan sebelumnya. Adapun beberapa pokok catatan yang terdapat dalam pandangan ini diantaranya. Saya tidak akan bacakan karena banyak sekali.da point-point penting saja yang akan saya sampaikan dihadapan sidang yang terhormat ini. Point ke-5 dari catatan ini, DPD RI secara tegas memandang desa sebagai negara kecil. Negara kecil bukanlah negara ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, melainkan sebagai organisasi lokal yang memiliki wilayah, kekuasaan, rakyat, sumberdaya (agraria, hutan, sungai, dan sebagainya). Kemudian alam hal perangkat desa. Pengisian sekdes dengan PNS menjadi isu yang sangat kontroversial. Kebijakan birokratisasi desa yang dimulai sejak Undang-Undang No. 32/2004 ini menimbulkan gelombang protes dari Persatuan Perangkat Desa seluruh Indonesia (PPDI), sehingga mereka sekarang juga menuntut untuk diangkat menjadi PNS. DPD berpandangan bahwa birokratisasi desa semacam itu kontraproduktif dengan otonomi lokal, tetapi kebijakan pemerintah tentang pengangkatan sekdes menjadi PNS atau pengisian sekdes dengan PNS merupakan kebijakan diskriminatif yang menimbulkan gejolak di desa, khususnya kesenjangan antara sekdes dan perangkat desa lainnya, sehingga mengurangi efektivitas penyelenggaraaan pemerintahan dan pembangunan di desa. Oleh karena itu DPD berpendapat, jika pemerintah mengangkat sekdes menjadi PNS atau mengisi sekdes dengan PNS, maka bertitik tolak dan konsisten dengan pemilihan tersebut, maka semua perangkat desa seharusnya menjadi PNS, sesuai dengan aspirasi PPDI Selanjutnya, DPD RI berpendapat bahwa rekognisi terhadap desa harus diikuti dengan redistribusi. Rekognisi merupakan manifestasi dari keadilan budaya, sementara redistribusi merupakan manifestasi dari keadilan ekonomi. DPD berpendapat bahwa ADD dari APBN merupakan penjabaran dari prinsip rekognisi dan redistribusi itu, sebagai bentuk komitmen keadilan negara terhadap desa, sekaligus sebagai bentuk visi membangun desa yang lebih mandiri dan sejahtera. Karena itu DPD berkomitmen angka 5% dari total APBN untuk ADD. Bersamaan dengan sidang paripurna pada hari ini, kami Komite I mengharapkan agar DPD RI dapat mensahkan pandangan DPD RI terhadap RUU tentang Desa sebagai keputusan DPD RI. Draft Pandangan terlampir. 8

10 Pandangan DPD RI terhadap RUU tentang Pemilihan Kepala Daerah. Sesuai dengan kewenangan yang dimiliki DPD, maka melalui Komite I telah disusun pandangan terhadap RUU tentang Pemilukada. Perlu diinformasikan pula bahwa dalam penyusunan pandangan ini Komite I tetap berpegang teguh pada keputusan politis DPD RI terkait pemilihan kepala daerah yang dituangkan dalam RUU tentang Pemilihan Umum Kepala Daerah sebagai usul inisiatif DPD RI yang telah disahkan beberapa waktu yang lalu. Adapun beberapa pokok pikiran yang terdapat dalam pandangan ini juga kami ringkas dan bisa dilihat lebih lanjut dalam lembaran kertas yang sudah ada. Pertama, sesuai dengan judul RUU, pemerintah beranggapan bahwa pemilihan kepala daerah bukan merupakan rezim pemilihan umum sehingga judul RUU ini adalah RUU Pemilihan Kepala Daerah. Dalam hal ini DPD RI tetap berpandangan bahwa pemilihan kepala dearah merupakan bagian dari rezim pemilihan umum sehingga judul RUU tetap RUU tentang Pemilukada. Kemudian, dengan berbagai argumentasi, pemerintah mengusulkan gubernur dipilih oleh DPRD. DPD RI berpendapat pemilukada dengan pemilihan langsung merupakan mekanisme paling demokratis sehingga tetap dipertahankan. Kemudian, pemerintah mengusulkan (1) Kepala Daerah terpilih mengusulkan satu nama kepada DPRD untuk mendapat pertimbangan DPRD. (2) Jabatan Wakil kepala daerah adalah jabatan administratif karir. (3) Masa jabatan wakil kepala daerah adalah sama dengan masa jabatan kepala daerah yang mengusulkannya. DPD RI mengusulkan: (1) Kepala daerah mengusulkan nama sejumlah nama calon untuk dipilih oleh DPRD. (2) Jabatan wakil kepala daerah adalah jabatan politik. (3) Wakil kepala daerah dapat menggantikan kepala daerah dalam hal berhalangan tetap. (4) Kebutuhan wakil kepala daerah akan diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Kemudian terkait pengawasan, DPD RI mendorong penguatan Bawaslu dan Panwaslu. Undang-Undang Pemilukada perlu mengatur pengawasan secara detil dan terperinci pada setiap tahapan karena draf pemerintah tidak memuat hal tersebut, yaitu meliputi aspek yang diawasi, kewenangan pengawas terhadap aspek yang diawasi, serta mekanisme pengawasan dalam proses tersebut. Selanjutnya, terkait dengan sengketa, pemerintah mengembalikan sengketa hasil pilkada ke Mahkamah Agung. DPD RI tetap konsisten menempatkan pilkada sebagai pemilu sehingga sengketa pemilukada diselesaikan oleh Mahkamah Konstitusi. Bersamaan dengan sidang paripurna pada hari ini, kami Komite I mengharapkan agar DPD RI dapat mengesahkan pandangan DPD RI terhadap RUU tentang Pemilukada sebagaimana draft pandangan terlampir. Pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang. Pertama, Undang-Undang No. 43 Tahun 2008 Tentang Wilayah Negara Masih mengemukanya berbagai persoalan perbatasan negara, telah menggerakkan Komite I untuk terus menjadikan isu perbatasan sebagai permasalahan yang perlu untuk disikapi. Pada masa sidang II Komite I telah melaksanakan kegiatan kunjungan kerja dalam rangka pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara, yaitu ke Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Selain itu dalam rangka memperkuat substansi hasil pengawasan Komite I juga telah melakukan beberapa kegiatan, diantaranya rapat kerja, RDPU dan sebagainya. Adapun secara substansial pokok-pokok bahasan yang ada dalam hasil pengawasan terhadap Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara telah menghasilkan beberapa catatan penting, diantaranya : Pertama, terkait dengan penataan garis batas darat, laut, dan udara Pemerintah Indonesia perlu untuk didorong segera menyelesaikan Outstanding Boundaries Problems (OBP) yang masih belum selesai dengan memegang konsep pagar hidup atau Social-Security 9

11 Belt Area yang mengintegrasikan konsep keamanan militer dengan sipil yang mendekatkan keamanan dengan kesejahteraan. Kemudian kami bacakan point yang keempat. Pemerintah perlu meningkatkan koordinasi kelembagaan dan sinkronisasi program. Usaha ini bermaksud untuk menghindari penanganan masalah yang lepas kontrol atau tumpang-tindih. Sehingga tidak ada program yang tidak sinkron atau mengurangi ketidaksinkronan program antara satu departemen dengan departemen yang lain. Point kelima, kapasitas kewenangan kelembagaan BNPP perlu ditingkatkan dari yang sifatnya koordinatif menjadi instruktif, termasuk pemusatan anggaran dan wilayah garapan. DPD RI memandang perlu adanya kementerian tersendiri yang akan mengatur masalah perbatasan. Pada point 9, secara umum, DPD RI juga merekomendasikan hal-hal terkait dengan substansi dan implementasi Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara. Diantaranya memperkuat substansi undang-undang yang cenderung menempatkan kawasan perbatasan dalam perspektif perbatasan darat, hubungan pusat dan daerah, kelembagaan, model keikutsertaan masyarakat, larangan dan sanksi pelanggar batas. Point 10, untuk menjalankan maksud sebagaimana diatas, maka Komite I juga merekomendasikan dalam pengawasan ini agar Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara harus direvisi. Bersamaan dengan sidang paripurna hari ini, kami Komite I mengharapkan agar DPD RI dapat mengesahkan hasil pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara sebagaimana terlampir. Pengawasan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Berbagai kasus kekerasan seperti di Mesuji Lampung, NTB, Ciukesik Banten, Madura, free port Papua, dll mengindikasikan adanya pelanggaran HAM. Jumlah pengaduan masyarakat tentang dugaan pelanggaran HAM ke Komnas HAM hingga November 2011 sebanyak kasus pengaduan. Sejumlah tindakan kekerasan di daerah tersebut, tidak diimbangi dengan penegakan hukum yang adil dan memadai. Institusi penegak hukum belum mencerminkan netralitas dalam melakukan perlindungan terhadap warga Negara. Di lain pihak peradilan masih jauh dari harapan untuk menjadikan ruang yang adil bagi semua pihak. Momentum penguatan mekanisme perlindungan HAM menjadi agenda penting, apalagi sejak diundangkannya Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Bersamaan dengan terus meningkatnya pelanggaran terhadap HAM dan aspirasi masyarakat kepada Komite I. Maka pada masa sidang ini Komite I juga telah melakukan pengawasan terhadap undang-undang ini. Rangkaian kegiatan pengawasan telah dilakukan diantaranya adalah RDP, RDPU, apat Kerja dengan Komnas HAM dan kunjungan kerja. Kemudian beberapa pokok substansi hasil pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Saya bacakan mulai point ketiga, pengawasan DPD RI juga menggarisbawahi keterbatasan kewenangan Komnas HAM, terbatas karena bukan merupakan penyidik pro justitia. Komnas HAM hanya berwenang pada tahap penyelidikan, sementara proses penyidikannya merupakan kewenangan Jaksa Agung. Point keempat, pengawasan DPD RI menyebutkan institusi-institusi yang juga paling banyak melakukan pelanggaran HAM, diantaranya adalah kepolisian, perusahaan swasta dan pemda. Berbagai kasus pelanggaran HAM yang melibatkan aparat penegak hukum dan birokrasi menunjukkan masih minimnya pemahaman terhadap konsepsi HAM dalam pelaksanaan kebijakan, keputusan dan tindakan sehari-hari. 10

12 Point 6, masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam perlindungan, penegakan dan pemajuan HAM. Bersamaan dengan sidang paripurna pada hari ini Komite I mengharapkan agar DPD RI dapat mengesahkan hasil pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia sebagaimana terlampir. Usul pembentukan daerah otonomi baru. Sebagaimana aspirasi yang masuk melalui Komite I terkait dengan usulan pembentukan daerah otonomi baru (DOB). Maka pada Masa Sidang III ini Komite I akan melaksanakan kunjungan kerja sebagai upaya untuk meninjau persiapan fisik pembentukan DOB di Provinsi Papua terkait dengan pembentukan Kota Merauke, Provinsi Nusa Tenggara Timur terkait dengan pembentukan Kabupaten Malaka sebagai pemekaran dari Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Barat terkait dengan pembentukan Kabupaten Lombok Selatan sebagai pemekaran Kabupaten Lombok Timur yang rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 18 sampai 22 Februari. Selain ketiga DOB tersebut, pada tanggal 25 s.d. 29 Maret 2012, Komite I juga akan melakukan kunjungan kerja dengan perihal yang sama di Provinsi Papua terkait dengan pembentukan Kabupaten Ketengban sebagai pemekaran dari Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Nusa Tenggara Barat terkait dengan pembentukan Kota Samawarea sebagai pemekaran Kabupaten Sumbawa Barat, dan Provinsi Sulawesi Barat terkait dengan pembentukan Kabupaten Balanipa sebagai pemekaran dari Kabupaten Polewali Mandar. Advokasi terhadap aspirasi masyarakat dan daerah. Pelaksanaan program e-ktp: Sebagai komitmen Komite I untuk terus melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan program e-ktp yang saat ini tengah menjadi program pemerintah. Maka Komite I juga telah melakukan kunjungan ke Kementerian Dalam Negeri untuk meninjau secara langsung pengelolaan e-ktp pada tanggal 30 Januari Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan dimaksud: 1. Permasalahan jaringan listrik menjadi kendala utama dalam keberhasilan program e- KTP. 2. Kontrak kerja sama dengan pihak konsorsium harus ditinjau kembali karena tidak ada aturan sanksi bagi pihak konsorsium jika tidak dapat menunaikan kontrak tepat pada waktunya. Sehingga terkesan pemerintah tersandera oleh pihak konsorsium. 3. Masih terjadi pungutan liar di daerah-daerah terhadap pelaksanaan e-ktp yang seharusnya gratis. Dilain pihak hingga saat ini belum ada sanksi untuk pelanggaranpelanggaran yang terjadi di lapangan terkait pelaksanaan program e-ktp. 4. Dengan adanya penambahan ratusan jumlah kecamatan hasil pemekaran Kementerian Dalam Negeri dana tambahan sekitar 774 miliar untuk pelaksanaan program e-ktp. Penyelesaian Pelanggaran HAM di Bima Nusa Tenggara Barat. Menyikapi aksi bentrok massa dengan aparat yang terjadi di pelabuhan Sape Bima pada tanggal 24 Desember 2011, anggota Komite I dan Komite II melalui penugasan dari pimpinan DPD RI melaksanakan kunjungan kerja ke Kabupaten Bima pada tanggal Desember 2011 guna melihat kondisi masyarakat serta berdialog dengan pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait lainnya. Melalui rapat kerja DPD RI dengan Bupati Bima, Ketua DPRD, anggota DPRD, Kapolres serta Forum Koordinasi Pimpinan Daerah yang berlangsung di Kantor DPRD Bima pada tanggal 27 desember 2011 menghasilkan kesepakatan sebagai berikut : 11

13 Pertama, rapat dapat memahami pengambilan tindakan upaya paksa yang terpaksa dilakukan oleh Polres Kota Bima dan menyerahkan kepada Mabes Polri dan Komnas HAM untuk melakukan penilaian tentang kemungkinan terjadinya pelanggaran HAM. Kedua, rapat menghargai langkah Bupati Bima menghentikan sementara kegiatan eksplorasi oleh PT. Sumber Mineral Nusantara melalui Keputusan Bupati Bima dan sepakat mengambil langkah-langkah dalam rangka mengakomodasi dan menindaklanjuti aspirasi masyakarakat, dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut, tidak saya bacakan. Ketiga, rapat sepakat untuk mengambil langkah-langkah pemulihan keamanan dengan kegiatan di antara lain sebagaimana yang ada pada a,b sampai c. Penutup. Demikian laporan perkembangan pelaksanaan tugas Komite I untuk Sidang Paripurna ke-10 DPD Masa Sidang III Tahun Sidang yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian pimpinan dan seluruh anggota DPD RI serta hadirin kami ucapkan terima kasih. Bilahitaufiq walhidayah Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semua. Om Shanty Shanty Shanty Om. 23. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI) Terima kasih kita ucapkan kepada pimpinan Komite I yang telah menyampaikan banyak hal yang menurut saya tidak bisa saya potong karena banyak substantif yang harus diambil keputusan pada sidang paripurna pada pagi ini. Baiklah Bapak-Ibu sekalian kepada kita, setelah kita mendengarkan kepada kita diminta untuk mengambil keputusan. Pertama adalah keputusan DPD RI dan tentang pandangan dan pendapat DPD terhadap RUU tentang Desa. Yang kedua, keputusan DPD terhadap pandangan DPD terhadap RUU tentang Pemilihan Kepala Daerah. Yang ketiga, keputusan DPD RI tentang pengawasan DPD RI atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Yang keempat, keputusan DPD RI tentang pengawasan DPD RI atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara. Apakah kita dapat menyetujui? Silakan Pak Abdurachman. 24. PEMBICARA : Drs. H. ABDURACHMAN LAHABATO (MALUKU UTARA) Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Abdurachman Lahabato, B-120 Maluku Utara. Terima kasih kesempatan yang diberikan. Saya mencermati benar laporan Komite I terkait dengan beberapa hal, satu diantaranya termasuk daerah otonom baru. Saya ingin sharing bahwa terkait dengan kunjungan fisik daerah otonom daerah baru yang selama ini biasa dilakukan telah mendapat surat resmi dari daerah induk, dari daerah yang akan dijadikan daerah otonom baru, sepertinya ini dibicarakan ulang. Kenapa? Karena katakanlah misalnya beberapa waktu lalu DPR RI Komisi II untuk memutuskan 23 daerah otonomi baru yang akan disampaikan ke pemerintah dan DPD RI. Kalau yang nanti dikunjungi adalah kurang lebih 6 daerah otonom baru, itu artinya mekanisme selama ini perlu dibicarakan ulang. Karena amanat Undang-Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 27 itu mengisyaratkan Dewan Perwakilan Daerah untuk melaksanakan tugas-tugas sebagian dari sebagian tugas itu. Karena itu saya menyarankan agar mekanisme itu perlu dipikirkan ulang. Terima kasih. 12

14 25. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI) Baik, silakan Pak Tonny Tesar. 26. PEMBICARA : TONNY TESAR (PAPUA) Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita sekalian. Bapak-Ibu yang saya hormati, saya memberikan apresiasi yang baik sekali untuk Komite I yang sudah memberikan pertimbangan, khususnya masalah pertimbangan untuk Undang-Undang Pilkada, pemerintah daerah, pemilihan umum. Saya lihat di point persyaratan calon saya kira untuk partai politik sudah cukup baik, DPD sudah memberikan pertimbangan untuk tetap pada posisi 15%. Namun untuk perseorangan saya kira, saya berikan sedikit gambaran, dari pengalaman pilkada yang terjadi di Indonesia calon perseorangan hampir semua tidak menang. Dan kalau kita lihat di setiap daerah dukungan yang diberikan minimal 3,5% atau 3% atau 5% itu, itu dalam kenyataan di hasil pilkada tidak ada yang mencapai sama dengan angka dukungan atau paling tidak lebih sedikit, semua dibawah. Sehingga saya melihat bahwa kalau calon perseorangan tidak diperketat dengan batasan yang cukup baik ini akan menjadi satu masalah besar masalah biaya dan lain-lain, karena tentunya untuk melakukan satu pilkada ini hampir semua orang ingin maju. Dan kalau syaratnya tidak diperketat itu akan menjadi pilkada yang berulang kali, putaran yang berulang kali dan merugikan. Pengalaman tidak ada yang menang kecuali di Aceh, kalau salah mungkin nanti ada yang bisa tambah. Iya, mungkin ada yang bisa tambah satu, tapi ini pengalaman. Jadi saya usulan yang disampaikan bahwa harus dari DPT saya kira ini kurang baik. Harus sesuai dengan jumlah penduduk, itu yang seperti diawal itu sudah cukup baik. Karena ini pertimbangan pertama kali DPD, DPD RI yang ini menjadi pertimbangan untuk angka-angka ini, angka-angka yang moderat ini diambil dari jumlah penduduk periode lama. Jadi kalau ini sekarang kita pengalaman yang ada bisa diberikan gambaran untuk kita kenapa diambil DPD, nah itu. Yang kedua, masalah sengketa hasil. Saya kira ini yang disampaikan disini oleh teman-teman di Komite I saya kira ini tidak relevan dengan permasalahan kekinian, karena ini cuma dipergunakan bahwa Undang-Undang Dasar itu menyebutkan bahwa pemilu itu masuk, pemilukada termasuk rezim pemilu sehingga sengketanya harus di Mahkamah Konstitusi. Ini pertimbangan yang saya merasa bahwa pertimbangan tidak perlu untuk DPD kalau memberikan pertimbangan untuk ini. Kita harus melihat masalahnya. Masalahnya bahwa pilkada ini di Indonesia ini kan terjadi di atas 500 pilkada dan setiap tahun 200 pilkada ada. Dengan keterbatasan mahkamah yang ada 9 orang ini apakah pertanyaannya apakah meraka bisa lakukan keputusannya yang baik, yang adil. Yang kedua, kalau kita melihat hak kedaulatan rakyat itu adalah ditangan rakyat, rakyat yang memilih pemimpinnya, bukan 9 orang Mahkamah Konstitusi yang memilih kepala daerah di suatu tempat. Ini pengalaman. Karena apa? Setiap keputusan Mahkamah Konstitusi untuk memutuskan bahwa harus ada pemilukada ulang itu tidak ada yang merubah komposisi atau hasil yang sudah ditetapkan oleh KPU sebelumnya. Tidak ada yang merubah. Artinya apa? ini biaya pemborosan yang sangat besar sekali. Terakhir kita lihat di Papua Barat dan Pekanbaru, kota Pekanbaru dan di lain-lain Pandeglang, Tangerang Selatan, di Papua itu ada Merauke, ada Supiori, kota Jayapura, ini biaya yang di keluarkan banyak, hasil toh dilakukan pilkada ulang, ya tetap saja hasil KPU itu benar. Artinya ini kedaulatan ada ditangan rakyat bukan di Mahkamah Konstitusi, begitu. Jadi pertimbangan DPD untuk memberikan pertimbangan bahwa harus rezim pemilu jadi sengketanya harus di Mahkamah 13

15 Konstitusi saya kira ini perlu di pertimbangkan secara baik sehingga tidak terjadi seperti yang sudah terjadi. Yang kedua, kalau itu di bawa ke Mahkamah Konstitusi. 27. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI) Mohon waktunya Pak Tonny. 28. PEMBICARA : TONNY TESAR (PAPUA) Dibawa ke Mahkamah Konstitusi itu Pasal 24 C Undang-Undang Dasar menyebutkan bahwa keputusan Mahkamah Konstitusi itu final. Dimana rasa keadilan kita di dalam mencari keadilan? Ketika ada keputusan Mahkamah Konstitusi yang keliru, katakan tanda kutip, dan ini terjadi dibanyak tempat. Dimana mencari rasa keadilan? Jadi saya kira pertimbangan ini tolong dari teman-teman Komite I untuk bisa memberikan sedikit masukan agar bisa memperbaiki ini. Terima kasih Pak Ketua. 29. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI) Baik, ada lagi yang dari luar Komite? Silakan Pak Supartono. Mohon waktunya. 30. PEMBICARA : Ir. SUPARTONO (JAWA TIMUR) Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Mungkin saya hanya usulkan atau ini semacam klarifikasi. Tentang tadi telah, mungkin saya dengar, tentang perubahan judul RUU Pertanahan menjadi RUU Hak-hak Atas Tanah. Saya kalau melihat dari kata hak itu adalah kata majemuk jadi tidak perlu dua kali. Mungkin RUU tentang hak atas tanah, bukan hak-hak atas tanah, itu satu. Kedua, secara esensi dan filosofi memang hak atas tanah itu sangat bagus, tetapi saya ingin klarifikasi bagaimana alasan secara sosiologi dan yuridis berkaitan penggeseran nama judul itu RUU Pertanahan menjadi RUU, dengan bahasa saya hak atas tanah itu. Terima kasih, itu saja. 31. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI) Baik, Bapak-Ibu sekalian, saya rasa dengan beberapa catatan tadi, sebelum saya, sedikit Pak Fatwa. Silakan Pak fatwa. 32. PEMBICARA : Drs. H. A. M. FATWA (DKI JAKARTA) Itu menarik sekali pandangan Pak Tonny dari Papua. Tapi mengenai MK itu yaitu Undang-Undang Dasar, jadi kita harus masukan didalam kompilasi usulan amandemen. Jadi, tapi itu memang sudah banyak protes sekarang ini bahwa keputusan-keputusan MK itu juga banyak yang tidak objektif saya kira. Tapi kemudian tadi itu mengenai hak, saya kira yang benar adalah hak-hak. Terima kasih. 33. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI) Baik. Silakan pimpinan Komite I untuk bisa merespon untuk bagaimana nanti kita menyempurnakan sebelum kita serahkan nanti kepada DPR. Kami perilakan. 14

16 34. PEMBICARA : ALIRMAN SORI, SH., M.Hum., MM. (WAKIL KETUA KOMITE I) Terima kasih pimpinan. Pertama saya akan menjawab apa yang disampaikan, yang dipertanyakan oleh Pak Tonny. Saya kira secara lugas sudah di jawab oleh Pak Fatwa, karena ini adalah beruntut dari konstitusi sampai undang-undang mengatur seperti itu. Kemarin itu berkembang di pembahasan di konsinyering juga Pak Tonny, bagaimana kita memperkuat posisi Bawaslu dan Panwaslu itu. Dia bukan saja melakukan semacam pemeriksaan berkas administrasi, tapi dia diberikan, jika terjadi sengketa pemilu itu, malah saran teman-teman waktu kita diskusikan dengan para pakar, diajukan yudikasi namanya. Jadi ada upaya banding yang dilakukan, misalnya pemilukada di kabupaten/kota, bupati dan walikota. Jika memang terjadi pelanggaran itu Bawaslu berhak memutuskan perkara itu apakah dia di dis atau tidak. Dan nanti ada upaya banding oleh orang yang, misalnya bupati tidak puas dengan keputusan Bawaslu, dia boleh melakukan suatu proses hukum lagi yang kita sebut dengan ajudikasi. Itu disampaikan provinsi dan sampai ke pusat. Ternyata itu memang mendapat pandanganpandangan yang cukup signifikan. Akhirnya kita tetap merujuk karena konstitusi mengatur bahwa sengketa pemilu itu diatur penyelesaiannya ke Mahkamah Konstitusi terkait dengan perselisihan perhitungan suara. Jadi tetap ke Mahkamah Konstitusi. Padahal pemerintah dalam konsepnya itu adalah mengembalikan kepada Mahkamah Agung dan Mahkamah Agung men-delivery kepada pengadilan tinggi di setiap provinsi. Pagi hari ini saya kira dalam sidang paripurna ini kesempatan bagi kita untuk melakukan perbaikan, tetapi itu hasil yang dilakukan oleh Komite I pada konsinyering terakhir kemarin itu. Saya kira itu komentar kami Pak Ketua. Kemudian terkait dengan istilah penggunaan hak-hak atas tanah yang disampaikan oleh Bapak Supartono. Di Undang-Undang 560 tentang Undang-Undang Pokok Agraria juga menyebutkan tentang itu hak-hak atas tanah. Kemudian di PP 24 Tahun 1997 juga menyangkut persoalan nomenklaturnya juga hak-hak atas tanah. Makanya secara konsisten Komite I melanjutkan istilah-istilah yang dipakaikan oleh Undang-Undang UPA 560 dan PP 24 Tahun 1997 itu. Terima kasih. 35. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI) Baik. Jadi dengan beberapa catatan tadi bisakah kita sepakati dari semua hasil dari Komite I? Baik. KETOK 2X Terima kasih. Tepuk tangan buat pimpinan Komite I dan anggotanya. Selanjutnya kami persilakan pada pimpinan Komite II untuk menyampaikan laporannya. 36. PEMBICARA : Ir. H. BAMBANG SUSILO, MM. (KETUA KOMITE II) Bismillahirrohmanirrohim Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat siang, salam sejahtera selalu buat kita semua. Om Swastyastu. 15

17 Yang saya hormati pimpinan DPD RI, pimpinan alat kelengkapan DPD RI, anggota DPD RI, seketariat jenderal DPD RI beserta jajarannya, teman-teman wartawan media cetak, elektronik, serta hadirin yang sangat kami muliakan. Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati. Komite II secara singkat akan menyampaikan laporan perkembangan tugas pada masa sidang III tahun sidang Pertama, kepada seluruh anggota DPD RI masa sidang III tahun memohon dengan hormat pengesahan pertama RUU Jalan sebagai pengganti dari RUU Jalan Nomor 38 Tahun Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati, secara ringkas akan saya sampaikan apa yang dibacakan oleh Ketua DPD pada pembukaan tadi banyak sekali kejadian-kejadian yang sangat tragis tentang pengguna jalan dan memakan korban yang sangat banyak di beberapa daerah. Oleh sebab itu RUU Jalan Nomor 38 Tahun 2004 perlu diganti dengan RUU Jalan inisiatif DPD RI. Karena apa? Ada 4 faktor kalau kita bicara keselamatan yaitu 4K, Keamanan, Keselamatan, Kenyamanan, dan Kegunaan pengguna jalan pada undang-undang terdahulu itu belum dikupas secara jelas dan tuntas. Kedua, selama ini RUU yang ada 4 klasifikasi jalan, jalan kabupaten, jalan provinsi, jalan nasional dan jalan strategi khusus, jalan strategi nasional. Insya Allah pada RUU yang akan dimintakan pengesahan oleh anggota semua pada forum yang sangat berbahagia ini ada satu lagi yaitu jalan khusus. Dan banyak sekali Bapak-Ibu sekalian sekarang import mobil dan lain-lain itu kapasitas jalan kita untuk tekanan gandarnya cuma 20 ton, tapi pemerintah mengimport mobil lebih dengan kekuatan tekanan gandar dari 20 ton, 30 ton, 40 ton, selama ini yang kita sampaikan atau kita dapati, kita melakukan aspirasi penyerapan di daerah yang dikunjungi oleh Komite II. Kearifan lokal juga tidak digunakan. Dulu kita tahu semua bahwa yang namanya aspal button di Sulawesi Tenggara hampir 100 tahun kedepan kalau memang ini digunakan ini bisa untuk membantu. Pertama devisa dari daerah itu, kedua untuk negara, sangat murah, efisien dengan kualitas yang sangat bagus. Itu juga kearifan local material lokal kita masukan di undang-undang inisiatif daripada DPD RI yang akan kita mintakan persetujuan. Kedua, yang minta untuk disahkan pandangan, pendapat DPD terhadap RUU Pangan. Ini kita akan lebih intens lagi dengan Komisi IV dan sudah ada suatu komunikasi yang bagus. Selama ini tadi sudah dijelaskan oleh Wakil Ketua MPR sebaiknya kita menjadi contoh. Wakil ketua MPR-nya tadi ada, bahwa sebaiknya makanan-makanan tidak usahlah namanya jeruk dari luar negeri, beras dari mana-mana dan lain sebagainya. Insya Allah pandangan pendapat kita tentang RUU Pangan semua itu akan kita kawal habis. Itu kira-kira pointerpointer sangat penting, termasuk label-label perdagangan khususnya untuk pangan yang sedang berkembang di daerah menyangkut tentang perdagangan yang sangat bebas dan salah substansinya di negeri kita ini. Jadi saya ulangi saya mohon kepada seluruh anggota, pimpinan dan sebagainya, RUU Jalan dan pandangan pendapat DPD RI terhadap RUU Pangan untuk bisa disahkan. Kedua, yang sedang dikerjakan Komite II DPD RI. Pertama inisiatif, sesuai konstitusi yang ada akan dibahas atau diinisiatifi. Pertama RUU tentang Badan Usaha Milik Daerah. Sudah kita lihat bersama bagaimana BUMD di daerah. Kedua, RUU tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan, Mineral dan Batubara. Kita bisa lihat bersama disini bahwa kedaulatan energi, kedaulatan pertambangan sudah terabrasi oleh kepentingan-kepentingan asing, dan pemerintah tidak sanggup untuk melakukan negosiasi-negosiasi kontrak karena RUU atau undang-undang yang ada tidak tersirat dengan jelas untuk diadakan suatu negosiasi kontrak. Sehingga Komite II menginisiatif untuk RUU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan, Mineral dan Batubara untuk dirubah. Setelah inisiatif saya sampaikan juga pandangan dan pendapat yang sudah masuk ke DPD RI. Pertama, pandangan pendapat DPD terhadap RUU Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. Kedua, pandangan dan pendapat DPD RI terhadap RUU Percepatan Pembangunan 16

18 Daerah Tertinggal. Ini sangat menarik walaupun isu-isu ini kurang seksi dibanding isu-isu lain, namun kenyataanya sebenarnya 2 RUU yang telah diinisiatifi oleh Pemerintah dan DPR ini sangat menyentuh daripada roh para konstituen kita di daerah. Banyak penyerobotanpenyerobotan lahan petani untuk pertambangan umum dan lain sebagainya. Dimana pemerintah daerah tidak berkutik ketika menghadapi persoalan-persoalan yang telah saya sebutkan di atas tadi. Ketiga, masalah pengawasan sesuai konstitusi yang ada pada masa sidang III ini Komite II mengawasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Migas. Dan point yang sangat menarik adalah konversi minyak ke gas. Kita telah melakukan kunjungan kerja ke Nusa Tenggara Barat. Dimana kita melihat sendiri dengan melakukan RDP dengan pemerintah terkait dan masyarakat daerah belum siap untuk dikonversi minyak ke gas atau dari gas ke gas lain. Kedua, pengawasan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Kita juga melakukan kerja ke Nusa Tenggara Barat, bahwa dari 14 kriteria bencana nasional 10 diantaranya ada di Nusa Tenggara Barat. Namun perlu saya sampaikan disini bahwa masalah penanggulangan bencana nasional ini terbaik adalah Jawa Barat kedua adalah Nusa Tenggara Barat. Kita kasih applause buat dua provinsi tersebut. Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati. Banyak sekali janji-janji Pemerintah Pusat untuk Nusa Tenggara Barat, akan kasih suatu reaksi cepat seperti helikopter dan lain-lain. Oleh sebab itu saya sarankan kepada anggota DPD RI dari Komite II untuk menagih janji itu. Sehingga dalam waktu cepat Insya Allah Nusa Tenggara Barat mendapat satu helikopter untuk mengatasi bencana-bencana alam yang ada di daerah khususnya Nusa Tenggara Barat. Bapak Ibu sekalian yang saya hormati. Selain inisiatif pandangan pendapat dan pengawasan, pada masa sidang ketiga ini Komite II fokus pertama untuk melakukan RDP-RDP seperti Komite-komite lain ataun alatalat kelengkapan lain. Kedua, akan melakukan dengan giat dan gencar advokasi-advokasi kepada daerah. Saya pikir inilah yang sangat strategis kepada daerah, kepada apa yang akan kita berikan kepada daerah mengenai advokasi-advokasi yang telah dinanti oleh seluruh daerah di 33 provinsi. Contohnya masalah Masuji, masalah Bima dan lain sebagainya. Di Sulawesi Barat kita semua telah melakukan suatu advokasi-advokasi yang baik. Dan sebagai contoh keberhasilan daripada advokasi kita dengan kelangkaan di Sulawesi Tenggara terutama di Kabupaten Kolaka, dengan kita mediasi pemerintah daerah yang terkait dengan Kementerian ESDM Insya Allah dalam waktu dekat di, namanya Sulawesi Tenggara yaitu Kabupaten Kolaka tidak akan terjadi suatu kelangkaan energi dengan dibangunnya suatu tanker-tanker minyak disana. Inilah yang bisa saya laporkan kepada forum yang sangat mulia sidang paripurna DPD RI. Bayak sekali advokasi perkebunan dan saya menyambut positif dilakukan atau dibentuklah Pansus tentang agraria dan sumber daya alam. Disinilah kira-kira Bapak-Ibu sekalian yang bisa saya laporkan kepada seluruh anggota DPD RI di forum sidang ketiga tahun Selanjutnya saya atas nama, mohon ijin kepada pimpinan dan seluruh anggota, atas nama daerah, atas nama 4 teman saya dari Kalimantan Timur yaitu saya pribadi Pak Luther, Awang Ferdian, KH. Muslihuddin mengucapkan terima kasih, pertama kepada pimpinan DPD RI, kedua kepada seluruh anggota DPD RI terutama kepada Ibu Aida dari Komite I dan Pak Cholid dari Komite IV, Pak Malonda dari Sulawesi Tengah, dan Ibu Iin dari Riau, Pak Djasarmen Purba dari Kepri yang telah membantu dibawah koordinator lembaga negara kita yaitu DPD RI. Insya Allah pada masa sidang-sidang selanjutnya judicial review yang kita ajukan kepada MK bisa menang dan diberkati oleh Allah SWT. Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati. Terakhir saya mohon ijin kepada pimpinan, karena pada tanggal 11 Februari yang lalu seluruh anggota Komite II DPD ada di Nusa Tenggara Barat, ketika itu pimpinan 17

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-13 MASA SIDANG III TAHUN SIDANG

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-13 MASA SIDANG III TAHUN SIDANG Nomor : DPD.220/SP/13/2013 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-13 MASA SIDANG III TAHUN SIDANG 2013-2014 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA I. KETERANGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 21/DPD RI/I/2013 2014 HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2013 PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD, UU NO. 23

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-4 MASA SIDANG I TAHUN SIDANG

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-4 MASA SIDANG I TAHUN SIDANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-4 MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2014-2015 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA I. KETERANGAN 1. Hari : Kamis 2. Tanggal

Lebih terperinci

Assalamu'alaikum Wr.Wb Salam Sejahtera

Assalamu'alaikum Wr.Wb Salam Sejahtera DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KETUA BADAN LEGISLASI HASIL KONSULTASI PROGRAM LEGISLASI NASIONAL 2005-2009 DAN PRIORITAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TAHUN 2005 DALAM RAPAT PARIPURNA Tanggal

Lebih terperinci

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI DEMOKRAT T E R H A D A P RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG OMBUDSMAN

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI DEMOKRAT T E R H A D A P RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG OMBUDSMAN PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI DEMOKRAT T E R H A D A P RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG OMBUDSMAN Juru Bicara : H. DADAY HUDAYA, SH, MH Nomor Anggota : A- 92 Assalamu`alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera untuk

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 26/DPD RI/II/2013-2014 PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP ASPIRASI MASYARAKAT DAN DAERAH PEMBENTUKAN KOTA SEBATIK SEBAGAI

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-2 MASA SIDANG I TAHUN SIDANG

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-2 MASA SIDANG I TAHUN SIDANG Nomor : DPD.220/SP/2/2013 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-2 MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2013 2014 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA I. KETERANGAN

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-13 MASA SIDANG IV TAHUN SIDANG

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-13 MASA SIDANG IV TAHUN SIDANG Nomor : DPD./SP/13/2013 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-13 MASA SIDANG IV TAHUN SIDANG 2012-2013 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA I. KETERANGAN

Lebih terperinci

: Dra. Hani Yuliasih, M.Si/Kabag.Set Komisi II DPR RI

: Dra. Hani Yuliasih, M.Si/Kabag.Set Komisi II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-16 MASA SIDANG IV TAHUN SIDANG

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-16 MASA SIDANG IV TAHUN SIDANG Nomor : DPD.220/SP/16/2012 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-16 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA MASA SIDANG IV TAHUN SIDANG 2011-2012 I. KETERANGAN

Lebih terperinci

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara Bagan Lembaga Negara Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Tugas dan Wewenang MPR Berikut tugas dan wewenang dari Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis rapat Hari/tanggal P u k u l T e m p a t A c a r a Ketua Rapat Sekretaris Hadir LAPORAN SINGKAT RAPAT KOORDINASI

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ------- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Sebagaimana

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERRUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG- UNDANG

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 070 / PUU-II/2004 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------------------- RISALAH PANEL HAKIM PEMERIKSAAN BUKTI TERTULIS PERKARA NOMOR 070/PUU-II/2004 PENGUJIAN UU NO. 26 TAHUN 2004 PASAL

Lebih terperinci

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P No.29, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6187) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA DPR RI PADA ACARA PENGUCAPAN SUMPAH ANGGOTA DPR RI PENGGANTI ANTAR WAKTU. Kamis, 29 Desember 2011

SAMBUTAN KETUA DPR RI PADA ACARA PENGUCAPAN SUMPAH ANGGOTA DPR RI PENGGANTI ANTAR WAKTU. Kamis, 29 Desember 2011 SAMBUTAN KETUA DPR RI PADA ACARA PENGUCAPAN SUMPAH ANGGOTA DPR RI PENGGANTI ANTAR WAKTU Kamis, 29 Desember 2011 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2011 SAMBUTAN KETUA DPR RI PADA ACARA PENGUCAPAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.792, 2013 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pemberian Keterngan. Perselisihan Hasil Pemilu. MK. Bawaslu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-1 MASA SIDANG I TAHUN SIDANG

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-1 MASA SIDANG I TAHUN SIDANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RISALAH SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-1 MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2016-2017 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA I. KETERANGAN 1. Hari : Jumat

Lebih terperinci

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA bpk.go.id Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan pertemuan dengan pimpinan lembaga negara di Majelis Permusyawaratan Rakyat

Lebih terperinci

ORASI KETUA DPR-RI PADA ACARA FORUM RAPAT KERJA NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TAHUN 2009

ORASI KETUA DPR-RI PADA ACARA FORUM RAPAT KERJA NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TAHUN 2009 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ORASI KETUA DPR-RI PADA ACARA FORUM RAPAT KERJA NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TAHUN 2009 DPR RI DAN ASPIRASI MASYARAKAT Minggu, 25 Oktober 2009

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP FUNGSI REPRESENTASI ANGGOTA DPD DALAM PENINGKATAN PEMBANGUNAN DI DAERAHNYA (YOGYAKARTA)

BAB IV ANALISIS TERHADAP FUNGSI REPRESENTASI ANGGOTA DPD DALAM PENINGKATAN PEMBANGUNAN DI DAERAHNYA (YOGYAKARTA) BAB IV ANALISIS TERHADAP FUNGSI REPRESENTASI ANGGOTA DPD DALAM PENINGKATAN PEMBANGUNAN DI DAERAHNYA (YOGYAKARTA) A. Rencana Pembangunan DIY Rencana pembangunan merupakan sarana kebutuhan yang vital untuk

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb Selamat Malam dan Salam sejahtera bagi kita semua

Assalamu alaikum Wr. Wb Selamat Malam dan Salam sejahtera bagi kita semua LAPORAN KOMISI VIII DPR RI ATAS HASIL PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENYANDANG DISABILITAS DISAMPAIKAN PADA RAPAT PARIPURNA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KAMIS, 17 MARET 2016

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI --------------------------------- LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN MENTERI HUKUM DAN HAM RI, MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

(BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN)

(BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN) LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN SEKJEN MAHKAMAH KONSTITUSI, SEKJEN KOMNAS HAM, SEKJEN DPD DAN KETUA LPSK --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM,

Lebih terperinci

Yang terhormat Pimpinan Sidang Paripurna DPR-RI; Yang terhormat Para Anggota Dewan; dan Hadirin yang berbahagia.

Yang terhormat Pimpinan Sidang Paripurna DPR-RI; Yang terhormat Para Anggota Dewan; dan Hadirin yang berbahagia. PENDAPAT FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA DPR-RI TERHADAP USUL INISIATIF ANGGOTA DPR-RI MENGENAI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG ENERGI Disampaikan

Lebih terperinci

Hari/Tanggal : Senin/24 September 2012 : Pukul WIB s.d Selesai

Hari/Tanggal : Senin/24 September 2012 : Pukul WIB s.d Selesai TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen ( ). Kelsen menyatakan

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen ( ). Kelsen menyatakan BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) 2.1 Sejarah Singkat Organisasi Keberadaan Mahkamah Konstitusi (MK) baru diperkenalkan oleh pakar hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen (1881-1973). Kelsen menyatakan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang I. PEMOHON Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dalam hal ini diwakili oleh Irman Gurman,

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH SEKRETARIAT JENDERAL NOTULEN SIDANG PLENO KOMITE III DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN DAERAH SEKRETARIAT JENDERAL NOTULEN SIDANG PLENO KOMITE III DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN DAERAH SEKRETARIAT JENDERAL ---------------- NOTULEN SIDANG PLENO KOMITE III DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA H a r i : Senin Tanggal : 21 Januari 2014 Pukul : 10.00 s.d selesai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan

Lebih terperinci

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIDATO KETUA DPR Rl PADA RAPAT PAR1PURNA DPR-RI PEMBUKAAN MASA PERSIDAN(3AN I TAHUN SIDANX3 201D-2011 SENIN,16AGUSTUS2010 Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh,

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 027/SKLN-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 027/SKLN-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 027/SKLN-IV/2006 PERIHAL SENGKETA KEWENANGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA ANTARA KETUA DAN WAKIL KETUA DPRD PROVINSI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, di Kantor Presiden, tanggal 1 April 2014 Selasa, 01 April 2014

Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, di Kantor Presiden, tanggal 1 April 2014 Selasa, 01 April 2014 Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, di Kantor Presiden, tanggal 1 April 2014 Selasa, 01 April 2014 PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG KABINET PARIPURNA DI KANTOR PRESIDEN,

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.182, 2014 LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di KETERANGAN PENGUSUL ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN PERGERAKAN KOTAK SUARA, REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA, DAN PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN PEMBUKAAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 83/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 83/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 83/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : a. bahwa pembentukan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Modul ke: 07 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI Rizky Dwi Pradana, M.Si Sub Bahasan 1. Pengertian dan Definisi Konstitusi 2. Hakikat dan Fungsi

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN KETERANGAN DALAM PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN

Lebih terperinci

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI BINTANG REFORMASI TERHADAP RANCANGAN UNDANG - UNDANG

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI BINTANG REFORMASI TERHADAP RANCANGAN UNDANG - UNDANG PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI BINTANG REFORMASI TERHADAP RANCANGAN UNDANG - UNDANG tentang KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK Disampaikan dalam Rapat Paripurna DPR-RI Tanggal : 03 April 2008 Juru Bicara : H.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/DPD RI/III/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/DPD RI/III/ TENTANG HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 51/DPD RI/III/2012-2013 TENTANG HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH ATAS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-X/2012 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang I. PEMOHON Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dalam hal ini diwakili oleh Irman Gurman, S.E., MBA.,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN I. UMUM 1. Dasar Pemikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

PIDATO KETUA DPR-RI PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI KE-3 MASA SIDANG II TAHUN SIDANG KAMIS, 1 OKTOBER 2009

PIDATO KETUA DPR-RI PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI KE-3 MASA SIDANG II TAHUN SIDANG KAMIS, 1 OKTOBER 2009 PIDATO KETUA DPR-RI PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI KE-3 MASA SIDANG II TAHUN SIDANG 2009-2010 KAMIS, 1 OKTOBER 2009 0 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIDATO KETUA DPR-RI PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PIDATO KETUA BPK RI PADA ACARA ULANG TAHUN KE JANUARI 2011

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PIDATO KETUA BPK RI PADA ACARA ULANG TAHUN KE JANUARI 2011 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PIDATO KETUA BPK RI PADA ACARA ULANG TAHUN KE-64 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 17 JANUARI 2011 Yth. Wakil Ketua BPK dan Para Anggota BPK, Yth.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

: Dra. Hani Yuliasih, M.Si/Kabag.Set Komisi II DPR RI

: Dra. Hani Yuliasih, M.Si/Kabag.Set Komisi II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan

Lebih terperinci

8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;

8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan; PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa peraturan

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD, UU NO. 23

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR-RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR-RI LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR-RI BERMITRA DENGAN KEMENTERIAN AGAMA, KEMENTERIAN SOSIAL, KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK, KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA (KPAI), BADAN NASIONAL

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-15 MASA SIDANG IV TAHUN SIDANG

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-15 MASA SIDANG IV TAHUN SIDANG Nomor : DPD.220/SP/15/2012 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-15 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA MASA SIDANG IV TAHUN SIDANG 2011-2012 I. KETERANGAN

Lebih terperinci

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Copyright (C) 2000 BPHN UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH *14124 UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

GUBERNUR JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN SEKRETARIS JENDERAL MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT RI DAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH RI ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XIV/2016 PERKARA NOMOR 91/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 71 /DPD RI/IV/2012-2013 TENTANG HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH ATAS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 MASA SIDANG I TAHUN SIDANG

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 MASA SIDANG I TAHUN SIDANG Nomor : DPD.220/SP/5/2012 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2012-2013 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA I. KETERANGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 27/DPD RI/II/2013-2014 PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP ASPIRASI MASYARAKAT DAN DAERAH PEMBENTUKAN KABUPATEN CIBALIUNG

Lebih terperinci

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-5 MASA SIDANG I TAHUN SIDANG

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-5 MASA SIDANG I TAHUN SIDANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RISALAH SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-5 MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2016-2017 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA I. KETERANGAN 1. Hari : Rabu

Lebih terperinci

Hari/Tanggal : Senin/22 Oktober 2012 : Pukul WIB s.d Selesai

Hari/Tanggal : Senin/22 Oktober 2012 : Pukul WIB s.d Selesai TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 9/DPD RI/I/2013-2014 TENTANG PANDANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KERJA BIDANG PERTANAHAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2008 Hari/Tanggal : Selasa, 29

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KERJA BIDANG PERTANAHAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2008 Hari/Tanggal : Selasa, 29 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KERJA BIDANG PERTANAHAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2008 Hari/Tanggal : Selasa, 29 Juli 2008 Pukul : 08.30 WIB Tempat : Balai Petitih Kantor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedaulatan rakyat menjadi landasan berkembangnya demokrasi dan negara republik.

I. PENDAHULUAN. Kedaulatan rakyat menjadi landasan berkembangnya demokrasi dan negara republik. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kedaulatan rakyat menjadi landasan berkembangnya demokrasi dan negara republik. Rakyat, hakikatnya memiliki kekuasaan tertinggi dengan pemerintahan dari, oleh, dan untuk

Lebih terperinci

(BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN)

(BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN) LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN SEKJEN KOMISI YUDISIAL SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG, SEKJEN MPR RI, SEKJEN MAHKAMAH KONSTITUSI DAN SEKJEN DPD RI. ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN (MENKOPOLHUKKAM) --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM,

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang a. bahwa Peraturan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci