OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN PADA RUANG KELAS UNIVERSITAS BUDI LUHUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN PADA RUANG KELAS UNIVERSITAS BUDI LUHUR"

Transkripsi

1 OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN PADA RUANG KELAS UNIVERSITAS BUDI LUHUR Sri Kurniasih Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Budi Luhur Jl. Ciledug Raya Petukangan Utara Jakarta Selatan Abstract Classroom 4.3.4, and is used as a classroom for teaching and learning at Budi Luhur University of unit III. The focus of discussion in this study is the illumination and lighting systems in the classroom. Illumination that occurs in the classroom does not meet standards, illumination for classroom lighting is 250 lux lux, the amount of light points is not in accordance with the standard calculation, finding some space with lighting installations are not designed in groups. One attempt to correct this condition is to make proposals optimization. The first optimization is to replace the existing types of lamps with 36 watt fluorescent lamp, with the number of lights installed at each point lights (luminaire) by 2 pieces and the number of points of light used is the number of point lights existing condition. The second optimization is to use the same type of lights to the existing condition is a downlight Philips Essential 23W Energy Saver E V Hz Cool Daylight lamp with a number of points based on standard calculations. The third optimization is to replace the existing types of lamp with 36 watt fluorescent lamp with a number of lights installed at each point lights (luminaire) by 2 pieces and the number of light points in accordance with accounting standards. The study was done by measuring the strong lighting in the classroom by means of a lux meter, analyze case studies on existing conditions with the theory. Then the results of these measurements will be compared with the illumination calculations in accordance with the standard formula, which in turn will get to do some optimization. The results of this study showed a strong improvement of the optimization of the value nearing illumination standards and meet the standards. Optimizations that meet the standards is the third optimization with a illumination value on classroom is 257 lux, classroom is 278 lux and classroom is 317 lux. Values obtained from this optimization are powerful illumination range of 257 lux to 317 lux. It can be concluded that the results of this optimization meet strong standards for classroom lighting. KeyWords illumination, classroom, optimization, lighting systems S I. PENDAHULUAN umber pencahayaan yang paling mudah didapat dan tidak mengkonsumsi energi apapun adalah matahari. Perancangan ruangan sebaiknya dikombinasikan dengan usaha pemasukkan cahaya matahari ke dalam ruangan. Ironisnya, kekurangan pencahayaan pada se ruangan di siang hari seringkali diantisipasi dengan penggunaan lampu, yang akhirnya akan mengkonsumsi energi listrik. Karena itu, dibutuhkan usaha pemasukkan pencahayaan alami ke dalam bangunan untuk meminimalisasi penggunaan energi listrik tersebut. Setiap pekerjaan memerlukan tingkat pencahayaan pada permukaannya. Pencahayaan yang baik menjadi penting untuk menampilkan tugas yang bersifat visual. Pencahayaan yang lebih baik akan membuat orang bekerja lebih produktif. Membaca buku dapat dilakukan dengan 100 sampai 200 lux. Hal ini merupakan pertanyaan awal perancang sebelum memilih tingkat pencahayaan yang benar. CIE (Commission International de l Eclairage) dan IES (Illuminating Engineers Society) telah menerbitkan tingkat pencahayaan yang direkomendasikan untuk berbagai pekerjaan. Nilai-nilai yang direkomendasikan tersebut telah dipakai sebagai standar nasional dan internasional bagi perancangan pencahayaan. Pertanyaan kedua adalah mengenai kualitas cahaya. Dalam kebanyakan konteks, kualitas dibaca sebagai perubahan warna. Universitas Budi Luhur merupakan se kampus yang hampir semua kegiatannya sudah berbasis teknologi informasi dan multimedia, yang semuanya itu sangat mengandalkan energi listrik terutama untuk kegiatan belajar mengajar. Fenomena yang terjadi adalah sering terjadinya listrik mati yang mengakibatkan terhambatnya atau terhentinya proses belajar mengajar di kelas. Dengan listrik mati secara otomatis pencahayaan di dalam kelas pun menjadi gelap meskipun ada bukaan pada dinding yang berhubungan langsung ke koridor atau ke ruang luar, dengan demikian peran dari bukaan dinding untuk memasukkan cahaya alami pun menjadi percuma. Meskipun demikian usaha untuk pengoptimalan sistem pencahayaan tidak hanya bergantung pada bukaan dinding (pencahayaan alami) maupun pada energi listrik (pencahayaan buatan), perlu adanya suatu kombinasi keduanya agar pengoptimalan sistem pencahayaan berjalan dengan baik dan kenyamanan visual di dalam ruang kelas dapat tercapai yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja siswa di dalam ruang kelas. Berdasarkan uraian tersebut perlu adanya suatu penelitian mengenai pencahayaan alami dan buatan dalam mengoptimalkan sistem Optimasi Sistem Pencahayaan Pada Ruang Kelas Universitas Budi Luhur 21

2 pencahayaan di dalam kelas. Adapun objek yang dijadikan studi kasus dalam penelitian ini adalah Ruang Kelas Universitas Budi Luhur di Jakarta. 22 II. OPTIMASI PENCAHAYAAN Tujuan optimasi pencahayaan ruang pendidikan adalah agar pelajar dan pengajar dapat melakukan aktifitas dengan baik di dalam ruangan, efisiensi dalam komsumsi energi listrik serta kenyamanan penglihatan. Penggunaan energi yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan. Ada langkah-langkah dalam mencapai efisiensi yaitu pemasangan alat kontrol pada lampu, pengelompokkan titik-titik lampu terhadap sakelar, penggunaan luminer yang sesuai, pemanfaatan cahaya alam, pengoperasian dan perawatan sistem pencahayaan. Desain instalasi pencahayaan untuk ruang pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan penggunaan ruangan seperti untuk perpustakaan, laboratorium, studio atau ruang kuliah. Setiap ruangan mempunyai kebutuhan intensitas pencahayaan yang berbeda-beda (Harten P. Van, Setiawan E, 1985; 36-42) Hubungan Cahaya dan Ruang Ruang selalu melingkupi keberadaan manusia. Melalui pewadahan ruanglah manusia bergerak, melihat bentuk-bentuk dan benda-benda, mendengar suara-suara, merasakan angina bertiup, dan lain-lain. Pada ruang, bentuk visual, kualitas cahaya, dimensi dan skala ditentukan oleh batasbatas yang telah ditentukan oleh unsur-unsur bentuk. Ruang ada di sebelah dalam dan luar bangunan, di sekitar dan di antara bangunanbangunan. Itulah elemen dimana manusia bereaksi apabila mengalami lingkungan mereka. Oleh sebab itu, untuk menciptakan pencahayaan yang baik perancang harus mengerti beberapa aspek dari persepsi manusia terhadap cahaya pada ruang, sebagai berikut : 1. Relativity of Brightness Nilai absolut untuk penerangan ( brightness) adalah luminasi, namun manusia menilai terang dari suatu objek relative dengan penerangan dari sekelilingnya. 2. Brightness Constancy Untuk membuat nalar dari lingkungan visual, otak harus melakukan penyesuaian terhadap apa yang dilihat mata. Kemampuan otak untuk mengabaikan perbedaan pencahayaan pada kondisi tertentu disebut brightness constancy 3. Colour Constancy Kemampuan otak untuk menghapus perbedaan warna yang disebabkan oleh perbedaan pencahayaan disebut colour constancy. Kemampuan ini memiliki implikasi yang penting karena jika tidak maka tidak dapat mengenali rumah sendiri bila pulang pada waktu yang berbeda. Namun colour constancy tidak dapat digunakan bila lebih dari satu tipe sumber cahaya digunakan secara simultan. 4. Fenomena persepsi warna lainnya Warna-warna hangat (merah, oranye dan kuning) terlihat lebih dekat pada mata, sementara warnawarna dingin (biru, hijau dan abu -abu gelap) terlihat lebih jauh. Maka pemilihan warna dinding dapat membuat ruang menjadi lebih luas atau lebih sempit. 5. Efek Foreground Otak selalu berusaha untuk memilah sinyal visual dari gangguan visual. Bila hal ini menjadi sulit atau tidak mungkin, maka pemandangan tersebut dirasakan mengganggu. 6. Teori Gestalt Tujuan melihat adalah untuk mengumpulkan informasi. Otak senantiasi mencari pola-pola yang dimengerti. Pencarian otak terhadap pengertian keseluruhan dari bagian-bagian terpisah merupakan teori gestalt. Se rancangan pencahayaan yang berhasil bukanlah bila setiap bagiannya dirancang dengan baik, namun bila keseluruhan komposisi rancangan merupakan satu kesatuan utuh yang memiliki arti dan tidak mengganggu Pencahayaan Buatan Cahaya hanya merupakan satu bagian berbagai jenis gelombang elektromagnetis yang terbang ke angkasa. Gelombang tersebut memiliki panjang dan frekuensi tertentu, yang nilainya dapat dibedakan dari energi cahaya lainnya dalam spektrum elektromagnetisnya. Cahaya dipancarkan dari suatu benda dengan fenomena sebagai berikut: Arsitron Vol. 5 No. 1 Juni 2014 ISSN : Pijar padat dan cair memancarkan radiasi yang dapat dilihat bila dipanaskan sampai suhu 1000K. Intensitas meningkat dan penampakan menjadi semakin putih jika suhu naik. Muatan Listrik: Jika arus listrik dilewatkan melalui gas maka atom dan molekul memancarkan radiasi dimana spektrumnya merupakan karakteristik dari elemen yang ada.

3 Electro luminescence: Cahaya dihasilkan jika arus listrik dilewatkan melalui padatan tertentu seperti semikonduktor atau bahan yang mengandung fosfor. Photoluminescence: Radiasi pada salah satu panjang gelombang diserap, biasanya oleh suatu padatan, dan dipancarkan kembali pada berbagai panjang gelombang. Bila radiasi yang dipancarkan kembali tersebut merupakan fenomena yang dapat terlihat maka radiasi tersebut disebut fluorescence atau phosphorescence Sumber Cahaya Penerangan Buatan Dalam bangunan digunakan berbagai macam lampu. Secara umum lampu lampu digolongkan atas lampu pijar, lampu fluoresen(lampu Neon), lampu metal halida, lampu merkuri dan lampu sodium. Lampu-lampu tersebut dibedakan atas: 1. Konstruksi dan cara bekerjanya. 2. Persyaratan untuk mengoperasikanya. 3. Mutu cahaya yang dihasilkan oleh lampu, termasuk warna cahaya. 4. Effisiensi, yang umumnya dinyatakan dalam perbandingan antara lumen dan watt. 5. Life time lampu. 6. Depresiasi cahaya yang dipancarkan sesuai dengan usia penggunaan. Ragam daya lampu (watt) dan konfigurasinya pada penggunaan: A. Lampu Pijar Lampu pijar mempunyai efisiensi yang rendah, sehingga biayanya menjadi tinggi. Namun dari segi arsitektural, lampu pijar dapat menonjolkan unsur dekoratif sehingga sering digunakan sebagai lampu sorot. Lampu Fluorescen (Lampu Tubular/tube Lamp (TL)/TLD, PowerLigh t(pl), Soft Light (SL) mempunyai effisiensi tinggi, sehingga biaya rendah. Disamping itu, lampu ini memberikan suasana sejuk dan dapat memantulkan warna benda seperti aslinya. Oleh karenanya, lampu jenis ini baik digunakan untuk penerangan umum. Penggunaan lampu TL lebih disukai dibandingkan lampu pijar, karena: Menghasilkan 3 5 lumen perwatt. Usia lampu 7 20 kali lampu pijar Menghasilkan panas yang lebih kecil Dapat tetap beroperasi pada suhu rendah sampai 28 0 C Suhu lampu maksimal 40 0 C Lampu TL mempunyai daya antara watt, lampu PL mempunyai daya anatara 5 36 Watt, Lampu SL mempunyai daya 9, 13, 18 dan 25 watt. C. Lampu Metal Halida, Merkuri, dan Sodium Lampu jenis ini cocok untuk penerangan di luar bangunan. Banyak digunakan untuk penerangan jalan, tempat parkir, dan penerangan tempat olahraga. Lampu metal halide mempunyai daya antara watt, lampu merkuri mempunyai daya antara watt, lampu sodium tekanan rendah mempunyai daya antara watt dan sodium tekanan tinggi watt. Lampu sodium tekanan tinggi sendiri terdapat dua jenis yaitu lampu sodium dengan tabung baur dengan kode SON dan SON-H dan lampu sodium dengan tabung jernih dengan kode SON-T. Gambar 3. Lampu Halida, Merkuri, dan Sodium Karakteristik dari berbagai jenis lampu dapat dilihat pada table dibawah ini : B. Lampu Fluorescen Gambar 1. Lampu Pijar Gambar 2. Lampu Fluorescen Optimasi Sistem Pencahayaan Pada Ruang Kelas Universitas Budi Luhur 23

4 Jenis Lampu berdasarkan peruntukkannya : 2.4. Sistem Pencahayaan Ruang Kelas Pencahayaan yang baik dapat membantu meningkatkan minat dan perhatian serta dapat mendukung siswa untuk melihat ke papan tulis dengan lebih mudah. Walau saat ini jenis lampu telah beragam, namun pencahayaan alami dalam ruang kelas selalu diupayakan karena pencahayaan alami dapat memberi semangat dan menciptakan suasana yang ceria (Bean, 2004:193). Hal ini membuat jenis pencahayaan yang memakai pencahayaan alami dan buatan sering dipakai dalam ruang kelas sekarang ini. Efisiensi energi dan kenyamanan visual adalah kata kunci dalam desain pencahayaan sekolah. Keseimbangan cahaya langsung dan tidak langsung yang tersedia cukup dalam ruang kelas dapat mendukung siswa untuk mengerjakan tugas yang berorientasi pada kertas dan komputer dengan baik (Perkins, 2001: 138). Pada ruang kelas yang memakai media pengajaran papan tulis, harus diperhatikan pencahayaan untuk media tersebut. Hal ini untuk memastikan bahwa refleksi cahaya tidak menimbulkan masalah penglihatan bagi siswa khususnya mereka yang duduk dekat papan tulis. Untuk media whiteboard maka kuat pencahayaan yang disarankan adalah 250 lux, sedangkan untuk blackboard yang daya pantulnya tidak lebih dari 0,1 maka kuat pencahayaan yang disarankan adalah 500 lux. Sedangkan ruang kelas yang menggunakan media LCD, pencahayaan umum yang disarankan adalah lux dengan menyediakan dimmer untuk mengatasi masalah pencahayaan (glare) yang timbul. Menurut Darmasetiawan dan Puspakesuma (1991: 20) dan Bean (2004: 193), lampu yang dipakai dalam ruang kelas sebaiknya lampu dengan warna cahaya putih netral yang cahayanya dapat menyatu dengan baik dengan cahaya alami, karenanya disarankan lampu dengan temperatur sekitar 4000 K. Jenis lampu yang disarankan untuk ruang kelas dengan tinggi sampai dengan 3 m, menurut Neufert (1984) sesuai DIN 5053 (Darmasetiawan dan Puspakesuma, 1991: 41), adalah lampu TL standar, lampu TL U, HQI kurang dari 250 W, dan HQI 250 W. 2.5 Kuantitas dan Kualitas Iluminasi Kualitas dan kuantitas iluminasi ditentukan dari tingkat refleksi cahaya dan tingkat rasio iluminasi ruangan. Refleksi cahaya, terjadi karena adanya bidang yang memantulkan cahaya masuk ke bidang tersebut, faktor refleksi yang terjadi sangat berpengaruh terhadap pemberian warna bidang tersebut. Pada ruangan pendidikan, refleksi cahaya terjadi pada dinding, langit-langit, lantai dan papan tulis. Terdapat tingkatan refleksi yang dibutuhkan yaitu pada langit-langit lebih dari 80%, dinding 80%, papan tulis 40-60%, dan lantai 80%. Penentuan tingkat rasio iluminasi dilakukan agar penyebaran cahaya lebih terarah dan tidak menyilaukan (gambar 2). Tingkatan rasio iluminasi yang dibutuhkan ruang pendidikan untuk dinding 40-60%, papan tulis diatas 20%, lantai 30-50%, dan meja belajar 35-50%. Untuk memberikan tingkat rasio yang diinginkan dengan menyesuaikan jenis lampu, luminer, penempatan luminer dan jendela. Tingkat Rasio Iluminasi Ruang Pendidikan Luminer sangat membantu dalam pengoptimalan penggunaan cahaya lampu dengan luminer pendistribusian cahaya lebih terarah. Pendistribusian cahaya luminer tergantung pada konstruksi luminer dan sumber cahaya yang digunakan. Penempatan luminer yang sesuai pada ruangan sangat 24 Arsitron Vol. 5 No. 1 Juni 2014 ISSN :

5 berpengaruh terhadap efisiensi pencahayaan yang dihasilkan. Tujuan dari perhitungan iluminasi pencahayaan adalah untuk mendapatkan hasil yang akurat dan dapat dipakai sebagai perbandingan dengan hasil pengukuran secara langsung sehingga diperoleh instalasi pencahayaan yang paling optimal. Intensitas pencahayaan pada suatu bidang adalah flux yang jatuh pada luasan 1 m 2 dari bidang tersebut. Intensitas pencahayaan ditentukan di tempat mana kegiatan dilakukan. Umumnya bidang kerja diambil 80 cm diatas lantai. kerja dapat berupa meja atau bangku kerja, atau bidang horisontal khayal. Intensitas pencahayaan (E) dinyatakan dalam satuan lux atau lumen/. Jadi flux cahaya yang diperlukan untuk bidang kerja seluas A m 2 ialah: dimana: : flux cahaya (lux.m 2 ) E : intensitas pencahayaan (lux) A : luas bidang kerja (m 2 ) (1) Flux cahaya yang dipancarkan lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dipancarkan ke dinding, lantai dan langit-langit sehingga perlu diperhitungkan faktor efisiensi. dimana: (2) : flux cahaya yang dipancarkan sumber cahaya (lux.m 2 ) dan : flux cahaya berguna (lux.m 2 ). didapatkan rumus flux cahaya: (3) dimana: A : luas bidang kerja dalam m 2 (4) E : intensitas pencahayaan yang diperlukan bidang kerja (lux). Efisiensi pencahayaan juga dipengaruhi oleh penempatan sumber cahaya pada ruangan dan umur lampu. Jika intensitas pencahayaan lampu menurun hingga 20% dibawahnya maka perlu diganti atau dibersihkan. Jumlah lampu pada suatu ruang ditentukan / dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: dan Dimana : ELW N (7) LLFCU W = Daya lampu, W L / L/w = Luminous Efficacy Lamp / Lumen per watt (dapat dilihat pada box lampu yang kita beli) N = Jumlah titik lampu E = Kuat Penerangan /target kuat penerangan yang akan dicapai L = Panjang Ruang(Meter) W = Lebar Ruang (Meter) Ø = Total Lumen Lampu / Lamp Luminous Flux LLF = Light loss factor / Faktor Cahaya Rugi (0,7-0,8) w CU = Coeffesien of utilization / Faktor Pemanfaatan (50-65 %) = Jumlah Lampu dalam 1 titik Lampu III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Yang dimaksud dengan deskriptif yaitu berupa uraian yang didapat dari data primer yang ada di lapangan dan teori-teori dasar terkait dari beberapa literatur. Sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan melakukan perhitungan-perhitungan secara manual berdasarkan ketentuan rumus yang baku yang sesuai dengan standar. Selain itu dalam penelitian ini juga didukung dengan program komputer software AutoCad 2008 untuk pembuatan gambar-gambar kerja yang diperlukan. Optimasi Sistem Pencahayaan Pada Ruang Kelas Universitas Budi Luhur 25

6 Adapun urutan metoda yang digunakan secara umum antara lain: 1. Metode Deskriptif dengan mencari data primer di lapangan. Obyek yang diteliti adalah ruang kuliah unit 4, 5 dan 6 yang diambil secara acak dan berfungsi sebagai ruang kuliah. Dalam hal ini yang menjadi obyek penelitian adalah ruang ruang 4.3.4, ruang dan ruang Universitas Budi Luhur. 2. Metode Kuantitatif yaitu perhitungan kuat penerangan (lux) pada masing-masing ruang kuliah tersebut yang menjadi objek penelitian. Dari hasil perhitungan ruang objek penelitian tersebut akan didapat hasil pengukurannya, apabila terdapat ketidaksesuaian antara kondisi eksisting (yang sebenarnya) dengan standar penerangan untuk ruang kuliah berdasarkan teori (secara akademis). Kemudian peneliti akan membuat usulan optimasi baik secara desain maupun secara teknis pelaksanaan untuk mencapai kuat penerangan yang optimal dan distribusi cahaya yang merata pada ruang kuliah. Sistem instalasi pencahayaan ruang kuliah menggunakan tipe lampu downlight Philips Essential Energy Saver 23W E V Hz Cool Daylight sebanyak 6 dalam 6 luminer yang dipasang pada ketinggian 2,161 meter dan penyalaannya diatur melalui 2 sakelar. Sakelar 1 untuk menyalakan lampu pada luminer baris ke 1 yaitu luminer 1 dan 2 sedangkan sakelar 2 untuk lampu pada luminer baris ke 2 dan 3 yaitu luminer 3, 4, 5, 6. Selain instalasi pencahayaan buatan, sistem pencahayaan juga dipengaruhi oleh interior ruang, bentuk ruang, luas ruang dan luas bukaan jendela. Dari aspek pewarnaan dinding ruang kuliah mempunyai warna dinding yang cukup terang yaitu whitegrey dengan warna plafon putih cerah dan pada lantai menggunakan keramik berwarna putih dengan corak abu-abu muda. Hal ini menunjang refleksi dan distribusi cahaya dalam ruang. Sedangkan jendela yang digunakan pada dinding depan mempunyai luas bukaan cukup luas sehingga intensitas cahaya matahari yang masuk cukup besar, namun kaca jendela yang digunakan adalah kaca rayben dengan tingkat kegelapan 60% IV. DATA DAN ANALISA 4.1 Kondisi Eksisting Ruang Kuliah di Universitas Budi Luhur A. Ruang Kuliah Ruang kuliah menghadap ke Timur Barat dan mempunyai karakteristik dengan pencahayaan alami yang cukup baik pada pagi dan sore hari karena cahaya alami masuk secara langsung melalui jendela yang cukup lebar pada dinding depan dan dinding belakang. Namun pada siang hari ketika matahari sudah berada di atas kepala manusia, maka pencahayaan alami pada ruangan ini kurang baik. Oleh sebab itu untuk mendapatkan pencahayaan yang baik maka dibantu dengan penggunaan lampu sebagai sistem pencahayaan buatan terutama digunakan pada siang hari. Gambar 4.4. Suasana dalam Gambar 4. Ruang Dinding eksterior dan interior difinishing dengan cat berwarna whitegrey (putih keabu -abuan) dengan letak jendela berkelompok di bagian atas dan kaca jendela menggunakan kaca rayben dengan tingkat kegelapannya 60%. B. Ruang Kuliah Ruang kuliah mempunyai karakteristik dengan pencahayaan alami yang kurang baik pada pagi dan sore hari. Hal ini disebabkan oleh letak ruangan yang berorientasi Utara Selatan, penggunaan jendela dengan ukuran jendela yang berbeda serta penggunaan kaca rayben yang cukup gelap dengan tingkat kegelapan mencapai 80% pada kaca jendela. Untuk mengoptimalkan system pencahayaan alami maka dibantu dengan menggunakan lampu sebagai pencahayaan buatan. 26 Arsitron Vol. 5 No. 1 Juni 2014 ISSN :

7 Tampak depan Kuliah Pintu masuk Kuliah Suasana Dalam Kuliah Sistem instalasi pencahayaan ruang kuliah menggunakan tipe lampu downlight Philips Essential Energy Saver 23W E V Hz Cool Daylight sebanyak 12 dalam 12 luminer yang dipasang pada ketinggian 2,161 meter dan penyalaannya diatur melalui 1 sakelar meskipun sakelar yang tersedia ada 2. Sakelar yang ke 1 tidak dapat berfungsi (rusak) dan sakelar yang ke 2 untuk menyalakan semua lampu pada 12 luminer. Aspek pewarnaan dinding ruang kuliah mempunyai warna dinding yang cukup terang yaitu whitegrey dengan warna plafon putih cerah dan pada lantai menggunakan keramik berwarna putih dengan corak abu-abu muda. Hal ini menunjang refleksi dan distribusi cahaya dalam ruang. Sedangkan jendela yang digunakan pada dinding depan mempunyai luas bukaan cukup luas sehingga intensitas cahaya matahari yang masuk cukup besar, namun pada kenyataannya cahaya yang masuk tetap tidak dapat menerangi ruangan dengan maksimal hal ini disebabkan kaca jendela yang digunakan adalah kaca rayben dengan tingkat kegelapan mencapai 80%. C. Ruang Kuliah Ruang kuliah menghadap ke Utara Selatan dan mempunyai karakteristik dengan pencahayaan alami kurang baik karena cahaya alami masuk hanya melalui jendela pada dinding belakang, sedangkan dinding depan tidak ada jendela, selain itu ruang ini berada tepat di depan lift sehingga cahaya alami yang masuk terhalangi oleh lift tersebut. Dengan demikian penggunaan sistem pencahayaan buatan semakin dimaksimalkan. Interior Kuliah Selasar depan Kuliah Sistem instalasi pencahayaan ruang kuliah menggunakan tipe lampu downlight Philips Essential Energy Saver 23W E V Hz Cool Daylight sebanyak 16 dalam 16 luminer yang dipasang pada ketinggian 2,161 meter dan penyalaannya diatur melalui 4 sakelar. Sakelar 1 untuk menyalakan lampu pada luminer baris ke 4 yaitu luminer 13, 14, 15, 16. Sakelar 2 untuk menyalakan lampu pada luminer baris ke 3 yaitu luminer 9, 10, 11, 12. Sakelar 3 untuk menyalakan lampu pada luminer baris ke 2 yaitu luminer 5, 6, 7, 8 sedangkan sakelar 4 untuk menyalakan lampu pada luminer baris ke 1 yaitu luminer 1, 2, 3, 4. Dari aspek pewarnaan dinding ruang kuliah mempunyai warna dinding yang cukup terang yaitu whitegrey dengan warna plafon putih cerah dan pada lantai menggunakan keramik berwarna putih dengan corak abu-abu muda. Hal Optimasi Sistem Pencahayaan Pada Ruang Kelas Universitas Budi Luhur 27

8 ini menunjang refleksi dan distribusi cahaya dalam ruang. Sedangkan jendela yang digunakan pada dinding depan mempunyai luas bukaan cukup luas sehingga intensitas cahaya matahari yang masuk cukup besar, namun kaca jendela yang digunakan adalah kaca rayben dengan tingkat kegelapan 60%. 2 Intensitas Pencahayaan dengan kondisi lampu padam dan lampu menyala pada jam WIB. Tabel 3. Intensitas Cahaya Lampu Padam Jam WIB Baris Baris Baris Tabel 4. Intensitas Cahaya Lampu Nyala Jam WIB Baris Baris Baris Data Pengukuran Pengukuran Intensitas Pencahayaan Ruang Kuliah Intensitas Pencahayaan dengan kondisi lampu padam dan lampu menyala pada jam WIB. Tabel 1. Intensitas Cahaya saat Padam Jam WIB 28 Baris Baris Baris Tabel 2. Intensitas Cahaya Lampu Nyala Jam WIB Baris Baris Baris Intensitas Pencahayaan dengan kondisi lampu padam dan lampu menyala pada jam WIB. Tabel 5. Intensitas Cahaya Lampu Padam Jam WIB Baris Baris Baris Tabel 6. Intensitas Cahaya Lampu Nyala Jam WIB Baris Baris Baris Berdasarkan hasil pengukuran intensitas cahaya pada ruang dapat disimpulkan bahwa intensitas pencahayaan pada ruangan ini tidak memenuhi standar pencahayaan untuk ruang kelas yaitu lux. Sistem instalasi pencahayaannya pun tidak diatur dengan baik, hal Arsitron Vol. 5 No. 1 Juni 2014 ISSN :

9 ini terbukti dengan penggunaan sakelar yang beban kerjanya tidak terbagi rata meskipun sakelar yang tersedia ada 2. Sakelar ke 1 hanya dapat menyalakan dan memadamkan 2 lampu yaitu lampu pada luminer 1 dan 2, sedangkan sakelar ke 2 menyalakan dan memadamkan 4 lampu yaitu lampu pada luminer 3, 4, 5 dan 6. Pengukuran Intensitas Pencahayaan Ruang Kuliah Intensitas Pencahayaan dengan kondisi lampu padam dan lampu menyala pada jam WIB. Tabel 7. Intensitas Cahaya saat Padam Jam WIB Baris Baris Baris Baris Tabel 8. Intensitas Cahaya Lampu Nyala Jam WIB Baris Baris Baris Baris Intensitas Pencahayaan dengan kondisi lampu padam dan lampu menyala pada jam WIB. Tabel 9. Intensitas Cahaya Lampu Padam Jam WIB Baris Baris Baris Baris Tabel 10. Intensitas Cahaya Lampu Nyala Jam WIB Baris Baris Baris Baris Intensitas Pencahayaan dengan kondisi lampu padam dan lampu menyala pada jam WIB. Tabel 11. Intensitas Cahaya Lampu Padam Jam WIB Baris Baris Baris Baris Tabel 12. Intensitas Cahaya Lampu Nyala Jam WIB Berdasarkan hasil pengukuran intensitas cahaya pada ruang dapat disimpulkan bahwa intensitas pencahayaan pada ruangan ini tidak memenuhi standar pencahayaan untuk ruang kelas yaitu lux. Intensitas pencahayaan yang cukup tinggi pada saat lampu dinyalakan terjadi pada lampu baris ke 3 yaitu lampu pada luminer 3, 7, 11. Sedangkan sistem instalasi pencahayaannya tidak diatur dengan baik, hal ini terbukti dengan penggunaan sakelar yang beban kerjanya bertumpu pada satu sakelar meskipun sakelar yang terpasang ada 2. Satu sakelar menyalakan dan memadamkan 12 lampu sehingga efisiensi penggunaan lampu tidak dapat dilakukan. Optimasi Sistem Pencahayaan Pada Ruang Kelas Universitas Budi Luhur 29

10 Pengukuran Intensitas Pencahayaan Ruang Kuliah Intensitas Pencahayaan dengan kondisi lampu padam dan lampu menyala pada jam WIB. Tabel 13. Intensitas Cahaya saat Padam Jam WIB Tabel 14. Intensitas Cahaya Lampu Nyala Jam WIB 2 Intensitas Pencahayaan dengan kondisi lampu padam dan lampu menyala pada jam WIB. Tabel 15. Intensitas Cahaya Lampu Padam Jam WIB Tabel 16. Intensitas Cahaya Lampu Nyala Jam WIB 3 Intensitas Pencahayaan dengan kondisi lampu padam dan lampu menyala pada jam WIB. Tabel 17. Intensitas Cahaya Lampu Padam Jam WIB Tabel 18. Intensitas Cahaya Lampu Nyala Jam WIB Berdasarkan hasil pengukuran intensitas cahaya pada ruang dapat disimpulkan bahwa intensitas pencahayaan pada ruangan ini tidak memenuhi standar pencahayaan untuk ruang kelas yaitu lux. Intensitas pencahayaan yang cukup tinggi pada saat lampu dinyalakan terjadi pada lampu baris ke 4 yaitu lampu pada luminer 13, 14, 15, 16. Sedangkan sistem instalasi pencahayaannya diatur dengan baik, hal ini terbukti dengan penggunaan sakelar yang beban kerjanya terbagi rata pada 4 sakelar Perhitungan Intensitas Cahaya Berdasarkan perhitungan Intensitas Pencahayaan pada tiap ruang kuliah yang dijadikan objek penelitian, didapat nilai Intesitas pencahayaan (E) pada ruang kuliah adalah 60 lux, pada ruang kuliah adalah 97 lux dan pada ruang kuliah adalah 90 lux. Sedangkan standar intensitas pencahayaan untuk ruang kelas (dalam hal ini ruang kuliah) adalah lux. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa kondisi pencahayaan pada ruang-ruang tersebut tidak memenuhi persyaratan dalam Intensitas Pencahayaan untuk ruang kuliah/kelas. 30 Arsitron Vol. 5 No. 1 Juni 2014 ISSN :

11 4.4. Jumlah Titik Lampu pada suatu Ruang Berdasarkan perhitungan jumlah titik lampu pada tiap ruang kuliah yang dijadikan objek penelitian, didapat jumlah titik lampu pada ruang kuliah adalah 15 titik lampu, pada ruang kuliah adalah 20 titik lampu dan pada ruang kuliah adalah 33 titik lampu. Sedangkan jumlah titik lampu pada kondisi eksisting (dapat dilihat pada gambar instalasi pencahayaan), ruang kuliah mempunyai 6 titik lampu, ruang kuliah mempunyai 12 titik lampu dan ruang kuliah mempunyai 16 titik lampu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah titik lampu yang dipasang pada tiap ruang kuliah (kondisi eksisting) tidak sesuai dengan jumlah titik lampu pada perhitungan standar. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab tidak terpenuhinya intensitas pencahayaan untuk ruang kuliah Optimasi Pencahayaan Optimasi pencahayaan yang dimaksud merupakan usaha perbaikan untuk mendapatkan sistem pencahayaan yang lebih baik pada ruang kelas/kuliah. Optimasi yang dilakukan antara lain: 1. Mengganti jenis lampu eksisting dengan lampu TL dengan daya 36 watt, total fluxnya 2350 lumen dan jumlah lampu yang dipasang pada tiap titik lampu (luminer) sebanyak 2. Jumlah titik lampu yang digunakan adalah jumlah titik lampu kondisi eksisting. 2. Dengan menggunakan jenis lampu yang sama dengan kondisi eksisting yaitu downlight Philips Essential Energy Saver 23W E V Hz Cool Daylight, untuk meningkatkan intensitas pencahayaan maka perlu ditambahkan jumlah titik lampu pada tiap ruang kuliah, dimana penambahan jumlah titik lampu berdasarkan hasil perhitungan jumlah titik lampu yang telah dilakukan. 3. Mengganti jenis lampu eksisting dengan lampu TL dengan daya 36 watt, total fluxnya 2350 lumen dan jumlah lampu yang dipasang pada tiap titik lampu (luminer) sebanyak 2. Jumlah titik lampu yang digunakan adalah jumlah titik lampu yang sesuai dengan standar perhitungan. 4. Pewarnaan dinding pada kondisi eksisting yaitu whitegrey dapat diganti dengan warna tunggal seperti warna putih cerah tanpa campuran warna lain. Warna cerah ini dapat merefleksikan dan mendistribusikan cahaya lebih merata ke area kerja. 5. Jika jenis lampu diganti dengan lampu TL, maka posisi lampu TL sebaiknya horizontal atau sejajar dengan bidang kerja. 6. Instalasi pencahayaan pada tiap ruang diatur secara berkelompok pada titik-titik lampu dengan menggunakan sakelar. Pengelompokkannya diatur dengan mempertimbangkan letak bukaan jendela. Tabel. 19. Perbandingan Kondisi Eksisting dan Hasil Optimasi Optimasi Sistem Pencahayaan Pada Ruang Kelas Universitas Budi Luhur 31 Kondis i Eksisti ng Optimasi Optima si 1 Optima si 2 Luas Ruang Jumla h Titik Lamp u Jenis Lampu Downlight Philips Essential Energy Saver 23W E V Hz Cool Daylight 23 watt Downlight Philips Essential Energy Saver 23W E V Hz Cool Daylight 23 watt Downlight Philips Essential Energy Saver 23W E V Hz Cool Daylight 23 watt Downlight Philips Essential Energy Saver 23W E V Hz Cool Daylight 23 watt Downlight Philips Essential Energy Saver 23W E V Hz Cool Daylight 23 watt Downlight Philips Essential Energy Saver 23W E V Hz Cool Daylight 23 watt Lampu TL daya 36 watt, fluxnya Kuat Peneran gan 60 lux 97 lux 90 lux 150 lux 162 lux 185 lux 103 lux

12 32 Optima si lumen dan jumlah lampu pada tiap titik lampu (luminer) sebanyak 2 Lampu TL daya 36 watt, fluxnya 2350 lumen dan jumlah lampu pada tiap titik lampu (luminer) sebanyak 2 Lampu TL daya 36 watt, fluxnya 2350 lumen dan jumlah lampu pada tiap titik lampu (luminer) sebanyak 2 Lampu TL daya 36 watt, fluxnya 2350 lumen dan jumlah lampu pada tiap titik lampu (luminer) sebanyak 2 Lampu TL daya 36 watt, fluxnya 2350 lumen dan jumlah lampu pada tiap titik lampu (luminer) sebanyak 2 Lampu TL daya 36 watt, fluxnya 2350 lumen dan jumlah lampu pada tiap titik lampu (luminer) sebanyak 2 V. KESIMPULAN DAN SARAN 167 lux 154 lux 257 lux 278 lux 317 lux Berdasarkan pengolahan data, analisis dan perhitungan Intensitas Pencahayaan atau Kuat Penerangan (E) pada masing-masing ruang kuliah yang dijadikan objek penelitian yang difungsikan sebagai ruang kuliah, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Sistem Pencahayaan Alami a. Luas bukaan berupa jendela sudah memenuhi standar sehingga cahaya matahari dapat masuk dengan optimal. b. Warna cat dinding kondisi eksisting yaitu whitegrey kurang mampu mendistribusikan cahaya secara merata. 2. Sistem Pencahayaan Buatan a. Intensitas pencahayaan atau kuat penerangan (E) yang terjadi baik berdasarkan pengukuran di lokasi maupun berdasarkan perhitungan dengan rumus baku dapat disimpulkan bahwa ruangruang kuliah dengan kondisi eksisting tersebut belum memenuhi standar intensitas pencahayaan untuk ruang kuliah yaitu antara 250 lux 300 lux. b. Penggunaan lampu jenis downlight kurang mampu mendistribusikan cahaya ke bidang kerja sehingga intensitas yang diterima tidak maksimal. Hal ini disebabkan oleh tereduksinya cahaya lampu terlebih dahulu di dalam armartur lampu tersebut sebelum menyebar ke area atau bidang kerja. c. Jika jenis lampu diganti dengan lampu TL, maka posisi lampu TL sebaiknya horizontal atau sejajar dengan bidang kerja. 3. Sistem Instalasi Pencahayaan pada tiap ruang diatur secara berkelompok pada titik-titik lampu dengan menggunakan sakelar. Pengelompokkannya diatur dengan mempertimbangkan letak bukaan jendela. Saran pada penelitian ini merupakan penekanan pada usaha perbaikan atau optimasi secara teknis maupun usulan desain sistem pencahayaan pada ruang kuliah. Optimasi ini ditujukan bila ruang kuliah akan dimaksimalkan potensinya menjadi ruang kuliah yang nyaman secara visual melalui intensitas pencahayaan yang sesuai standar. Saran atau rekomendasi yang peneliti ajukan yaitu : 1. Peneliti mencoba merekomendasikan untuk mengganti jenis lampu eksisting dengan lampu TL dengan daya 36 watt, total fluxnya 2350 lumen dan jumlah lampu yang dipasang pada tiap titik lampu (luminer) sebanyak 2. Jumlah titik lampu yang digunakan adalah jumlah titik lampu kondisi eksisting. 2. Dengan menggunakan jenis lampu yang sama dengan kondisi eksisting yaitu downlight Philips Essential Energy Saver 23W E V Hz Cool Daylight, untuk meningkatkan intensitas pencahayaan maka perlu ditambahkan jumlah titik lampu pada tiap ruang kuliah, dimana penambahan jumlah titik lampu berdasarkan hasil perhitungan jumlah titik lampu yang telah dilakukan. 3. Mengganti jenis lampu eksisting dengan lampu TL dengan daya 36 watt, total fluxnya Arsitron Vol. 5 No. 1 Juni 2014 ISSN :

13 2350 lumen dan jumlah lampu yang dipasang pada tiap titik lampu (luminer) sebanyak 2. Jumlah titik lampu yang digunakan adalah jumlah titik lampu yang sesuai dengan standar perhitungan. 4. Mengganti warna dinding eksisting dengan warna tunggal seperti warna putih cerah tanpa campuran warna lain. Warna cerah ini dapat merefleksikan dan mendistribusikan cahaya lebih merata ke area kerja. 5. Jika jenis lampu diganti dengan lampu TL, maka posisi lampu TL sebaiknya horizontal atau sejajar dengan bidang kerja. 6. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai Intensitas pencahayaan dengan sistem pencahayaan alami yang lebih mendetail. 7. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai Intensitas pencahayaan dengan menggunakan softwere khusus (misalkan DIA-Lux) agar hasil yang didapat lebih akurat. REFERENSI [1] Lechner, N ; Heating, Cooling, Lighting, Design Methods for Architect, John Willey and Sons nc, 1991 [2] Lam, William.C ; Perception and Lighting as Formgivers for Architecture, McGraw-Hill Education, [3] Neufert ; Architects Data, Second Edition, Blackwell, 2000 [4] Lippsmeier, George ; Building in the Tropics, Callwey Verlag Munchen, 1980 [5] Satwiko, Prasasto, Fisika Bangunan 1, Edisi 2, 2005; hal. 95 Optimasi Sistem Pencahayaan Pada Ruang Kelas Universitas Budi Luhur 33

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM JETri, Volume 5, Nomor 2, Februari 2006, Halaman 1-20, ISSN 1412-0372 STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM Chairul Gagarin Irianto Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI,

Lebih terperinci

OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAMI (STUDI KASUS LAB. ELEKTRONIKA DAN MIKROPROSESSOR UNTAD)

OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAMI (STUDI KASUS LAB. ELEKTRONIKA DAN MIKROPROSESSOR UNTAD) OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAMI (STUDI KASUS LAB. ELEKTRONIKA DAN MIKROPROSESSOR UNTAD) Nurhani Amin Dosen Jurusan Teknik Elektro UNTAD Palu, Indonesia email: nhanie.lieben@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Pencahayaan Ruang Kuliah Dengan Memanfaatkan Pencahayaan Alami Dan Pencahayaan Buatanklorofil Pada Beberapa Varietas Tanaman eum

Analisis Tingkat Pencahayaan Ruang Kuliah Dengan Memanfaatkan Pencahayaan Alami Dan Pencahayaan Buatanklorofil Pada Beberapa Varietas Tanaman eum JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 5 (2) 108-112 dapat diakses melalui http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo Analisis Tingkat Pencahayaan Ruang Kuliah Dengan Memanfaatkan Pencahayaan Alami Dan Pencahayaan

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

Analisis Intensitas Penerangan dan Penggunaan Energi Listrik di Laboratorium Komputer Sekolah Dasar Negeri 150 Pekanbaru

Analisis Intensitas Penerangan dan Penggunaan Energi Listrik di Laboratorium Komputer Sekolah Dasar Negeri 150 Pekanbaru Seminar Nasional Teknologi Informasi, Komunikasi dan Industri (SNTIKI 7 ISSN : 2085-9902 Pekanbaru, 11 November 2015 Analisis Intensitas Penerangan dan Penggunaan Energi Listrik di Laboratorium Komputer

Lebih terperinci

Analisis Itensitas Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Prodi Arsitektur Universitas Malikussaleh

Analisis Itensitas Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Prodi Arsitektur Universitas Malikussaleh TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Analisis Itensitas Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Prodi Arsitektur Universitas Malikussaleh Nova Purnama Lisa (1), Nurhaiza (2) novapurnamalisa@gmail.com (1) Perencanaan dan

Lebih terperinci

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan Cut Putroe Yuliana Prodi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh Abstrak Perpustakaan sebagai tempat untuk belajar membutuhkan intensitas

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN CAHAYA ALAM SEBAGAI SUMBER PENCAHAYAAN RUANG KULIAH GEDUNG E KAMPUS A UNIVERSITAS TRISAKTI DALAM RANGKA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK

STUDI PEMANFAATAN CAHAYA ALAM SEBAGAI SUMBER PENCAHAYAAN RUANG KULIAH GEDUNG E KAMPUS A UNIVERSITAS TRISAKTI DALAM RANGKA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK JETri, Volume 1, Nomor 2, Februari 2002, Halaman 13-24, ISSN 1412-0372 STUDI PEMANFAATAN CAHAYA ALAM SEBAGAI SUMBER PENCAHAYAAN RUANG KULIAH GEDUNG E KAMPUS A UNIVERSITAS TRISAKTI DALAM RANGKA PENGHEMATAN

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Pengertian dan Teori Dasar Cahaya 3.1.1. Pengertian Cahaya Cahaya merupakan energi berbentuk gelombang dan membantu kita melihat benda di sekeliling kita. Sifat-sifat cahaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera penglihatan manusia untuk menghasilkan sebuah gambaran visual. Manusia membutuhkan

Lebih terperinci

Bab 7 Jenis-jenis Lampu. Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T Jenis Lampu

Bab 7 Jenis-jenis Lampu. Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T   Jenis Lampu Bab 7 Jenis-jenis Lampu Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T E-mail: yeffry@unikom.ac.id 58 Jenis Lampu 59 1 Lampu Pijar (incadescent) Lampu Pelepasan (gas discharge lamp) - Tekanan rendah (Lampu Flurescent,

Lebih terperinci

DESAIN PENCAHAYAAN LAPANGAN BULU TANGKIS INDOOR ITS

DESAIN PENCAHAYAAN LAPANGAN BULU TANGKIS INDOOR ITS DESAIN PENCAHAYAAN LAPANGAN BULU TANGKIS INDOOR ITS FARID KHUSNUL MUJIB 2404100038 PEMBIMBING: ANDI RAHMADIANSAH Latar Belakang Intensitas pencahayaan (E) dan pemerataan intensitas pencahayaan (min/ave)

Lebih terperinci

KUAT PENERANGAN (ILUMINASI) RUANG KENDALI UTAMA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA PTRKN-BATAN

KUAT PENERANGAN (ILUMINASI) RUANG KENDALI UTAMA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA PTRKN-BATAN KUAT PENERANGAN (ILUMINASI) RUANG KENDALI UTAMA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA PTRKN-BATAN Oleh : Dedy Haryanto, Edy Karyanta, Paidjo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN ABSTRAK KUAT PENERANGAN

Lebih terperinci

NATURAL LIGHTING DESIGN CONSULTATION. Canisius College Sport Hall Jakarta

NATURAL LIGHTING DESIGN CONSULTATION. Canisius College Sport Hall Jakarta NATURAL LIGHTING DESIGN CONSULTATION Canisius College Sport Hall Jakarta OUTLINE Pendahuluan Teori Hasil Pengukuran Hipotesa dan Solusi Design Kesimpulan PENDAHULUAN Fungsi Ruang Kegiatan Waktu Kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN PUSTAKA Penerangan dalam ruang kelas Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas penerangan yang harus dan layak disediakan didalam suatu ruangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Petunjuk teknis sistem pencahayaan buatan dimaksudkan untuk digunakan sebagai pegangan bagi para perancang dan pelaksana pembangunan gedung didalam

Lebih terperinci

Analisa Performa Sistem Pencahayaan Ruang Kelas Mengacu Pada Standar Kegiatan Konservasi Energi

Analisa Performa Sistem Pencahayaan Ruang Kelas Mengacu Pada Standar Kegiatan Konservasi Energi Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, Vol.2, No.1, April 2014, 51-58 51 Analisa Performa Sistem Pencahayaan Ruang Kelas Mengacu Pada Standar Kegiatan Konservasi Energi Luqman Hakim Program Studi Teknik Mekatronika,

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS LAMPU LED TYPE TABUNG DIBANDINGKAN DENGAN LAMPU TL

KAJIAN TEKNIS LAMPU LED TYPE TABUNG DIBANDINGKAN DENGAN LAMPU TL JHP17 Jurnal Hasil Penelitian LPPM Untag Surabaya Pebruari 2016, Vol. 01, No. 01, hal 53-60 KAJIAN TEKNIS LED TYPE TABUNG DIBANDINGKAN DENGAN TL Puji Slamet 1, Gatut Budiono 2 1Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

Analisis Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Analisis Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Analisis Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Samsuddin Amin, Nurul Jamala, Jacklyn Luizjaya Lab.Sains Building, Fisika Bangunan, Pencahayaan,

Lebih terperinci

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan Setiap ruang pada bangunan rumah, kantor, apartement, gudang, pabrik, dan lainnya, membutuhkan penerangan. Baik penerangan / pencahayaan alami (pada

Lebih terperinci

Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau

Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau 1 Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau Nanang C Darmawan, Andi Rahmadiansah, Wiratno Argo A Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

Bab 11 Standar Pencahayaan

Bab 11 Standar Pencahayaan Bab 11 Standar Pencahayaan Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T E-mail: yeffry@unikom.ac.id 114 Kebutuhan Iluminansi berdasarkan aktivitas visual No Kerja Visual Iluminansi (lux) 1 Penglihatan biasa 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cahaya matahari sebagai sumber pencahayaan alami merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang sangat berlimpah di Indonesia. Sebagai negara yang melintang

Lebih terperinci

Pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja

Pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja Standar Nasional Indonesia Pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja ICS 17.180.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1

Lebih terperinci

Konservasi energi pada sistem pencahayaan

Konservasi energi pada sistem pencahayaan Standar Nasional Indonesia Konservasi energi pada sistem pencahayaan ICS 91.160.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Pendahuluan... ii 1 Ruang Iingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

Perancangan Pencahayaan Buatan Dengan Metode Lumen Di PT. XYZ

Perancangan Pencahayaan Buatan Dengan Metode Lumen Di PT. XYZ Perancangan Pencahayaan Buatan Dengan Metode Lumen Di PT. XYZ Akhmad Rafsanjani 1, Yayan Harry Yadi 2, Ade Sri Mariawati 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa rafsanjani089@yahoo.com

Lebih terperinci

MODUL III INTENSITAS CAHAYA

MODUL III INTENSITAS CAHAYA MODUL III INTENSITAS CAHAYA Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum. I. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Pengaruh Desain Bukaan Ruang Terhadap Konsentrasi Belajar Mahasiswa, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa : 1. Intensitas

Lebih terperinci

Metamerisme dan Iluminan Isi

Metamerisme dan Iluminan Isi S O L U S I J A H I T C O AT S Metamerisme dan Iluminan Isi Pengantar Apa itu metamerisme? Jenis-Jenis Metarisme Pentingnya Cahaya dalam Metarisme Apa itu iluminan? Apa perbedaan antara sumber cahaya dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN.

PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN. PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN. Oleh : Eko Widiarto Dosen Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Soedarto. SH, Tembalang Semarang

Lebih terperinci

Evaluasi Kualitas Pencahayaan Pada Ruang Perkuliahan Gedung C Fakultas Teknik Universitas Riau

Evaluasi Kualitas Pencahayaan Pada Ruang Perkuliahan Gedung C Fakultas Teknik Universitas Riau Evaluasi Kualitas Pencahayaan Pada Ruang Perkuliahan Gedung C Fakultas Teknik Universitas Riau Ikhbal Havif JH*, Budhi Anto** *Teknik Elektro Universitas Riau **Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Cahaya merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menghayati ruang dan melakukan berbagai kegiatan dalam ruang pada bangunan serta sebagai prasyarat bagi penglihatan

Lebih terperinci

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA PEDOMAN INSTALASI CAHAYA HASBULLAH, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI 2010 PENCAHAYAAN Dalam aspek kehidupan penerangan menempati porsi yang sangat penting Sumber cahaya adalah matahari Cahaya buatan adalah cahaya

Lebih terperinci

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit?

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit? Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit 1. Apa itu pencahayaan/penerangan? penataan peralatan cahaya dalam suatu tujuan untuk menerangi suatu objek (eskiyanthi.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-pencahayaan.html)

Lebih terperinci

MODUL TATA CAHAYA. Desain Interior Universitas Esa Unggul. Oleh: Muhammad Fauzi. S.Des., M.Ds

MODUL TATA CAHAYA. Desain Interior Universitas Esa Unggul. Oleh: Muhammad Fauzi. S.Des., M.Ds MODUL TATA CAHAYA Desain Interior Universitas Esa Unggul Oleh: Muhammad Fauzi. S.Des., M.Ds CARA MENGGUKUR INTENSITAS PENCAHAYAAN BUATAN RUANG LINGKUP PENERANGAN Penerangan yg baik adalah penerangan yg

Lebih terperinci

Tata Cahaya pada Ruang Baca Balai Perpustakaan Grhatama Pustaka Yogyakarta

Tata Cahaya pada Ruang Baca Balai Perpustakaan Grhatama Pustaka Yogyakarta Tata Cahaya pada Ruang Baca Balai Perpustakaan Grhatama Pustaka Yogyakarta Cyta Susilawati 1 dan Eryani Nurma Yulita 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH TERKAIT USAHA KONSERVASI ENERGI

OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH TERKAIT USAHA KONSERVASI ENERGI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH TERKAIT USAHA KONSERVASI ENERGI Evi Puspita Dewi Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra Surabaya e-mail: cornelli@petra.ac.id

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pencahayaan Untuk Penghematan Energi Listrik Di Ruang Kelas P- 105 Teknik Fisika-ITS Surabaya

Perancangan Sistem Pencahayaan Untuk Penghematan Energi Listrik Di Ruang Kelas P- 105 Teknik Fisika-ITS Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Perancangan Sistem Pencahayaan Untuk Penghematan Energi Listrik Di Ruang Kelas P- 105 Teknik Fisika-ITS Surabaya Herdian Ardianto dan Ir. Heri Justiono,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENERANGAN BANGUNAN IRADIATOR GAMMA KAPASITAS 200 kci.

PERANCANGAN SISTEM PENERANGAN BANGUNAN IRADIATOR GAMMA KAPASITAS 200 kci. PERANCANGAN SISTEM PENERANGAN BANGUNAN IRADIATOR GAMMA KAPASITAS 200 kci. Tukiman, Edy Karyanta, Budi Santoso PRFN-BATAN, Kawasan Puspiptek Gd 71, Tangerang Selatan - 15310 ABSTRAK PERANCANGAN SISTEM PENERANGAN

Lebih terperinci

PENCAHAYAAN PADA INTERIOR RUMAH SAKIT: STUDI KASUS RUANG RAWAT INAP UTAMA GEDUNG LUKAS, RUMAH SAKIT PANTI RAPIH, YOGYAKARTA

PENCAHAYAAN PADA INTERIOR RUMAH SAKIT: STUDI KASUS RUANG RAWAT INAP UTAMA GEDUNG LUKAS, RUMAH SAKIT PANTI RAPIH, YOGYAKARTA PENCAHAYAAN PADA INTERIOR RUMAH SAKIT: STUDI KASUS RUANG RAWAT INAP UTAMA GEDUNG LUKAS, RUMAH SAKIT PANTI RAPIH, YOGYAKARTA Adi Santosa Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen

Lebih terperinci

ANALISIS INTENSITAS PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH GEDUNG FISIKA UNIVERSITAS JEMBER DENGAN MENGGUNAKAN CALCULUX INDOOR 5.0B

ANALISIS INTENSITAS PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH GEDUNG FISIKA UNIVERSITAS JEMBER DENGAN MENGGUNAKAN CALCULUX INDOOR 5.0B ANALISIS INTENSITAS PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH GEDUNG FISIKA UNIVERSITAS JEMBER DENGAN MENGGUNAKAN CALCULUX INDOOR 5.0B 1) Listiana Cahyantari, 2) Rif ati Dina H., 2) Bambang Supriyadi 1) Mahasiswa Program

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Kelompok gelombang elektromagnetik

Gambar 2.1 Kelompok gelombang elektromagnetik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Cahaya Cahaya adalah Suatu sumber cahaya memancarkan energi, sebagian dari energi ini diubah menjadi cahaya tampak.perambatan cahaya di ruang bebas dilakukan oleh gelombang- gelombang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Bangunan Area Parkir Bangunan area parkir berlapis (multistorey car park) di gedung Wisma 46 terdiri dari 8 lantai, tetapi yang dipergunakan untuk sarana parkir

Lebih terperinci

EVALUASI STANDAR PENERANGAN JALAN MENGGUNAKAN CIE. Laporan Tugas Akhir. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas

EVALUASI STANDAR PENERANGAN JALAN MENGGUNAKAN CIE. Laporan Tugas Akhir. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas EVALUASI STANDAR PENERANGAN JALAN MENGGUNAKAN CIE Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : PRISKILA SILVIA BOSAWER NPM :

Lebih terperinci

INTENSITAS PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI KOTA MAKASSAR

INTENSITAS PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI KOTA MAKASSAR INTENSITAS PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI KOTA MAKASSAR Irnawaty Idrus 1 *, Baharuddin Hamzah 2, Rosady Mulyadi 3 1 Mahasiswa Program Doktor Ilmu Arsitektur, Fak.Teknik, Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN PERMASALAHAN Intensitas penerangan yang kurang dapat

Lebih terperinci

ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN

ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN Ahmad Rizal Sultan 1) Abstrak : Secara umum, tiap jenis lampu listrik memiliki umur sendiri. Namun karena berbagai faktor umur rata-rata belum

Lebih terperinci

TEKNIKA VOL. 2 NO

TEKNIKA VOL. 2 NO ANALISA KONSERVASI ENERGI PENCAHAYAAN PADA GEDUNG KULIAH DI UNIVERSITAS IBA Bahrul Ilmi, Reny Afriany Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas IBA, Palembang Email: bahrul.ilmii@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM PENCAHAYAAN BUATAN RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

ANALISA SISTEM PENCAHAYAAN BUATAN RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (1-8) 1 ANALISA SISTEM PENCAHAYAAN BUATAN RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) Hanang Rizki Ersa Fardana, Ir. Heri Joestiono, M.T. Jurusan Teknik Fisika,

Lebih terperinci

REKAYASA TATA CAHAYA ALAMI PADA RUANG LABORATORIUM (Studi Kasus: Fakultas Teknik Universitas Brawijaya)

REKAYASA TATA CAHAYA ALAMI PADA RUANG LABORATORIUM (Studi Kasus: Fakultas Teknik Universitas Brawijaya) REKAYASA TATA CAHAYA ALAMI PADA RUANG LABORATORIUM (Studi Kasus: Fakultas Teknik Universitas Brawijaya) Fathimah 1, Jusuf Thojib 2, M. Satya Adhitama 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Lembar pengesahan Abstrak Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... vii Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Lembar pengesahan Abstrak Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... vii Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Lembar pengesahan Abstrak Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... vii Daftar Lampiran... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Masalah... 1 1.2. Identifikasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keperluan pencahayaan ruangan menempati urutan terbesar kedua setelah sistem tata udara. Sebagaimana diketahui bahwa sumber daya alam untuk membangkitkan listrik adalah

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Saat ini terus dilakukan studi berkelanjutan oleh para peneliti mengenai apa

1 BAB I PENDAHULUAN. Saat ini terus dilakukan studi berkelanjutan oleh para peneliti mengenai apa 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini terus dilakukan studi berkelanjutan oleh para peneliti mengenai apa yang menyebabkan pemanasan global atau global warming. Salah satu hal yang telah dipelajari

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pencahayaan (Lighting) Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 6.1.1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kondisi pencahayaan yang terdapat di APRAS Industri Kecil Pakaian Olahraga dan Boria Hand Bags tidak

Lebih terperinci

ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG

ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG Nugroho Utomo ( L2F008072) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto,SH, Tembalang,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 5 LANDASAN TEORI 2.1. Satuan-satuan Dalam teknik penerangan terdapat satuan-satuan yang biasa digunakan, antara lain: 1. Satuan untuk intensitas cahaya (I) adalah kandela (cd) Intensitas cahaya adalah

Lebih terperinci

of natural lighting as the main lighting source, homever it still needs the help of artificial lighting. Keywords: Natural lighting opening, sun shadi

of natural lighting as the main lighting source, homever it still needs the help of artificial lighting. Keywords: Natural lighting opening, sun shadi REKAYASA TATA CAHAYA ALAMI PADA RUANG BACA GEDUNG PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DI JAKARTA Rachel Felicia 1, Jusuf Thojib 2, Wasiska Iyati 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Optimalisasi Kinerja Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang)

Optimalisasi Kinerja Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang) Optimalisasi Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang) Fitri Rahmadiina 1, M. Satya Adhitama 2, Jusuf Thojib 2 1 Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

Analisis Intensitas Penerangan dan Penggunaan Energi Listrik di Laboratorium Komputer Sekolah Dasar Negeri 150 Pekanbaru

Analisis Intensitas Penerangan dan Penggunaan Energi Listrik di Laboratorium Komputer Sekolah Dasar Negeri 150 Pekanbaru Analisis Intensitas Penerangan dan Penggunaan Energi Listrik di Laboratorium Komputer Sekolah Dasar Negeri 150 Pekanbaru Atmam 1, Zulfahri 2 1,2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lancang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN PERALATAN DALAM PENCAHAYAAN.

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN PERALATAN DALAM PENCAHAYAAN. 57 BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN PERALATAN DALAM PENCAHAYAAN. 4.1 Gambaran Perhitungan Pada Ruang Rapat Data perhitunganya yang diambil adalah sebagai berikut : Fungsi Ruang : Ruang Rapat PT.LECOMMARAS

Lebih terperinci

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya Cahaya sebagai media Fotografi Pencahayaan merupakan unsur dasar dari fotografi. Tanpa pencahayaan yang optimal, suatu foto tidak dapat menjadi sebuah karya yang baik. Pengetahuan tentang cahaya mutlak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN 4.1 Hasil 4.1.1 Proses Perancangan Instalasi Penerangan Perancangan instalasi penerangan di awali dengan pemilian tipe lampu, penetapan titik lampu, penentuan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN.

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Asumsi Dasar Lighting Simulation Study Deskripsi Proyek Proyek pengembangan pembangunan fasilitas permanen menggantikan fasilitas sementara. Dalam proyek pengembangan ini akan didirikan

Lebih terperinci

PENGARUH DESAIN CLERESTORIES TERHADAP KINERJA DAYLIGHT PADA GOR BULUTANGKIS ITS DI SURABAYA GUNA MENDUKUNG KONSEP GREEN BUILDING

PENGARUH DESAIN CLERESTORIES TERHADAP KINERJA DAYLIGHT PADA GOR BULUTANGKIS ITS DI SURABAYA GUNA MENDUKUNG KONSEP GREEN BUILDING PENGARUH DESAIN CLERESTORIES TERHADAP KINERJA DAYLIGHT PADA GOR BULUTANGKIS ITS DI SURABAYA GUNA MENDUKUNG KONSEP GREEN BUILDING John Victor Lewi S 1), Sri Nastiti N. Ekasiwi 2), dan Ima Defiana 3) 1)

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus : Tujuan Instruksional Umum : 1. Memberikan pemahaman fungsi cahaya. 2. Memberikan pemahaman karakter cahaya. 3. Memberikan pemahaman arah cahaya. Tujuan Instruksional Khusus : 1. Mahasiswa mampu memahami

Lebih terperinci

Daylighting Ilumination. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

Daylighting Ilumination. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Daylighting Ilumination By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Definisi Energi berbentuk gelombang elektromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380 750 nm. didefinisikan sebagai dualisme

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS DAN BENTUK LAMPU TERHADAP INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN ENERGI BUANGAN MELALUI PERHITUNGAN NILAI EFIKASI LUMINUS

PENGARUH JENIS DAN BENTUK LAMPU TERHADAP INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN ENERGI BUANGAN MELALUI PERHITUNGAN NILAI EFIKASI LUMINUS PENGARUH JENIS DAN BENTUK LAMPU TERHADAP INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN ENERGI BUANGAN MELALUI PERHITUNGAN NILAI EFIKASI LUMINUS 1) Bima Brilliando Agam, 2) Yushardi, 2) Trapsilo Prihandono 1) Mahasiswa S-1

Lebih terperinci

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM Syavir Latif (1), Nurul Jamala (2), Syahriana (3) (1) Lab.Perancangan, Studio

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan di paparkan mengenai kesimpulan dari hasil analisis dan pembahasan mengenai kualitas dalam ruang pada kantor PT. RTC dari aspek termal dan pencahayan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Karakteristik dan Efisiensi Lampu Light Emiting Dioda (LED) sebagai Lampu Hemat Energi

Karakteristik dan Efisiensi Lampu Light Emiting Dioda (LED) sebagai Lampu Hemat Energi Karakteristik dan Efisiensi Lampu Light Emiting Dioda (LED) sebagai Lampu Hemat Energi Vandri Ahmad Isnaini 1) ; Rahmi Putri Wirman 2) ; Indrawata Wardhana 3) 1,2,3) Jurusan Pendidikan Fisika, FITK, IAIN

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH

PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH Parmonangan Manurung Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo

Lebih terperinci

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR Studi Kasus : Rumah Susun Dinas Kepolisian Daerah Bali LATAR BELAKANG Krisis energi Isu Global

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu penerangan diperlukan oleh manusia untuk mengenali suatu obyek

BAB I PENDAHULUAN. Suatu penerangan diperlukan oleh manusia untuk mengenali suatu obyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu penerangan diperlukan oleh manusia untuk mengenali suatu obyek secara visual. Penerangan jalan dibuat untuk mempermudah dan membantu manusia dalam melihat obyek

Lebih terperinci

[2] PENCAHAYAAN (LIGHTING)

[2] PENCAHAYAAN (LIGHTING) [2] PENCAHAYAAN (LIGHTING) Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan

Lebih terperinci

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Analisis pada BAB IV, dapat disimpulkan pada dasarnya seluruh elemen perilaku, elemen fungsional dan elemen teknik pada ruang pamer museum H. Widayat ada yang sudah memenuhi

Lebih terperinci

KAJIAN KOORDINASI SISTEM PENCAHAYAAN ALAMI DAN BUATAN PADA RUANG BACA PERPUSTAKAAN (STUDI KASUS: PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS HALUOLEO)

KAJIAN KOORDINASI SISTEM PENCAHAYAAN ALAMI DAN BUATAN PADA RUANG BACA PERPUSTAKAAN (STUDI KASUS: PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS HALUOLEO) KAJIAN KOORDINASI SISTEM PENCAHAYAAN ALAMI DAN BUATAN PADA RUANG BACA PERPUSTAKAAN (STUDI KASUS: PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS HALUOLEO) Kurniati Ornam Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur

Lebih terperinci

PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB

PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB (ANALISA METODE PENGUKURAN MANUAL DAN METODE LUX-METER) PENULIS : HAJAR SUWANTORO, ST. NIP. 132 30 6868 DEPARTEMEN ARSITEKTUR

Lebih terperinci

OPTIMASI SHADING DEVICES RUMAH TINGGAL (STUDI KASUS : PERUMAHAN LOH AGUNG VI JATEN KARANGANYAR)

OPTIMASI SHADING DEVICES RUMAH TINGGAL (STUDI KASUS : PERUMAHAN LOH AGUNG VI JATEN KARANGANYAR) 158 OPTIMASI SHADING DEVICES RUMAH TINGGAL (STUDI KASUS : PERUMAHAN LOH AGUNG VI JATEN KARANGANYAR) Maya Puspitasari, Nur Rahmawati Syamsiyah Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti 1. PENDAHULUAN Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti itu, maka kehidupan sosialnya pun berbeda dengan

Lebih terperinci

Optimasi Pemerataan Tingkat Terang Cahaya pada Rancangan Ruang Kelas Bangunan Pendidikan Nonformal di Kota Malang

Optimasi Pemerataan Tingkat Terang Cahaya pada Rancangan Ruang Kelas Bangunan Pendidikan Nonformal di Kota Malang Optimasi Pemerataan Tingkat Terang Cahaya pada Rancangan Ruang Kelas Bangunan Pendidikan Nonformal di Kota Malang Danis Tria Kurnia 1, Beta Suryokusumo S. 2, Sigmawan Tri Pamungkas 2 1 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat

PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat Ashadi 1, Nelfiyanthi 2, Anisa 3 1 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PERFORMA PENERANGAN INTERIOR RUANG KELAS POLITEKNIK NEGERI JAKARTA MENUJU STANDAR INTERNASIONAL

PERFORMA PENERANGAN INTERIOR RUANG KELAS POLITEKNIK NEGERI JAKARTA MENUJU STANDAR INTERNASIONAL ABSTRACT POLITEKNOLOGI VOL.13 NO.1 JANUARI 2014 PERFORMA PENERANGAN INTERIOR RUANG KELAS POLITEKNIK NEGERI JAKARTA MENUJU STANDAR INTERNASIONAL (Studi Kasus Ruang Kelas Jurusan Teknik Sipil Politeknik

Lebih terperinci

PENGARUH PENERANGAN ALAM PADA KINERJA RUANGAN KERJA DOSEN

PENGARUH PENERANGAN ALAM PADA KINERJA RUANGAN KERJA DOSEN PENGARUH PENERANGAN ALAM PADA KINERJA RUANGAN KERJA DOSEN Erwin Djuni Winarto Jurusan Teknik Arsitektur - FTSP UPN Veteran Jawa Timur E-mail: erwin_djuni@telkom.net ABSTRACT Using daylight is a way to

Lebih terperinci

DASAR DASAR FOTOGRAFI & TATA CAHAYA

DASAR DASAR FOTOGRAFI & TATA CAHAYA DASAR DASAR FOTOGRAFI & TATA CAHAYA Anita Iskhayati, S.Kom Apa Itu Three-Point Lighting? Three-point lighting (pencahayaan tiga titik) adalah metode standar pencahayaan yang digunakan dalam fotografi,

Lebih terperinci

TINGKAT PENCAHAYAAN ALAMI PADA TATA LETAK INTERIOR AREA BACA PERPUSTAKAAN

TINGKAT PENCAHAYAAN ALAMI PADA TATA LETAK INTERIOR AREA BACA PERPUSTAKAAN TINGKAT PENCAHAYAAN ALAMI PADA TATA LETAK INTERIOR AREA BACA PERPUSTAKAAN Studi Kasus : Ruang Layanan Referensi Perpustakaan DaerahProvinsi Jawa Tengah Sutrati Melissa Malik 1, Erni Setyowati 2 dan Wahyu

Lebih terperinci

ANALISIS CAHAYA ALAMI PADA GEDUNG PERBELANJAAN (STUDI KASUS : MALL DAYA GRAND SQUARE MAKASSAR)

ANALISIS CAHAYA ALAMI PADA GEDUNG PERBELANJAAN (STUDI KASUS : MALL DAYA GRAND SQUARE MAKASSAR) ANALISIS CAHAYA ALAMI PADA GEDUNG PERBELANJAAN (STUDI KASUS : MALL DAYA GRAND SQUARE MAKASSAR) Nurul Jamala *1, Ramli Rahim 1, Baharuddin Hamzah 1, Rosady Mulyadi 1, Asniawaty Kusno 1, Husni Kuruseng 1,

Lebih terperinci

Pengoptimalan Pencahayaan Alami pada Pondok Pesantren Putri Darul Huda, Mayak, Ponorogo

Pengoptimalan Pencahayaan Alami pada Pondok Pesantren Putri Darul Huda, Mayak, Ponorogo Pengoptimalan Pencahayaan Alami pada Pondok Pesantren Putri Darul Huda, Mayak, Ponorogo Andy Rosmita 1 dan Andika Citraningrum 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI. Moethia Faridha 1, Ifan 2

STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI. Moethia Faridha 1, Ifan 2 STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI Moethia Faridha 1, Ifan 2 1 Fakultas Teknik Universitas Islam Kalimantan MAAB 2 Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI DAN ALAT PENGUKURAN

BAB V METODOLOGI DAN ALAT PENGUKURAN BAB V METODOLOGI DAN ALAT PENGUKURAN A. Pengukuran Kenyamanan Termal 1. Titik Ukur Untuk pengukuran temperatur dan kelembaban udara, maka disiapkan denah untuk menentukan titik dimana kita akan melakukan

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pencahayaan Lapangan Futsal Indoor ITS. Kresna Eka Nugraha Pembimbing : Andi Rahmadiansah, ST, MT

Perancangan Sistem Pencahayaan Lapangan Futsal Indoor ITS. Kresna Eka Nugraha Pembimbing : Andi Rahmadiansah, ST, MT Perancangan Sistem Pencahayaan Lapangan Futsal Indoor ITS Kresna Eka Nugraha 2405100050 Pembimbing : Andi Rahmadiansah, ST, MT Latar Belakang Sistem pencahayaan sangat berpengaruh terhadap kenyamanan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBAHASAN

BAB III METODE PEMBAHASAN BAB III METODE PEMBAHASAN Tujuan dari suatu sistem instalasi listrik adalah untuk dapat memanfaatkan energi listrik semaksimal dan seefisien mungkin, serta aman dan andal. Pembahasan dalam penulisan ini

Lebih terperinci

PENCAHAYAAN PADA BANGUNAN TEST BED-INSTALASI UJI STATIK

PENCAHAYAAN PADA BANGUNAN TEST BED-INSTALASI UJI STATIK Berita Dirgantara Vol. 11 No. 1 Maret 2010:18-24 PENCAHAYAAN PADA BANGUNAN TEST BED-INSTALASI UJI STATIK Dany Setiawan Peneliti Bidang Teknologi Antariksa, Pustekwagan, LAPAN dansetia@gmail.com RINGKASAN

Lebih terperinci

Evaluasi Kesesuaian Fungsi Ruang pada Ruang Baca Perpustakaan Pusat Universitas Brawijaya

Evaluasi Kesesuaian Fungsi Ruang pada Ruang Baca Perpustakaan Pusat Universitas Brawijaya Evaluasi Kesesuaian Fungsi pada Baca Perpustakaan Pusat Universitas Brawijaya Shofy Afina 1 dan Indyah Martiningrum 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Istilah dan Satuan Cahaya Tabel 2.1 Simbol dan Satuan Cahaya Sumber: Satwiko (2004: 83) Satwiko (2004) menjelaskan empat istilah standar dalam pencahayaan beserta satuannya

Lebih terperinci

Pengaruh Intensitas Pencahayaan Terhadap Kelelahan Fisik Operator Pada Simulasi Handscarfing

Pengaruh Intensitas Pencahayaan Terhadap Kelelahan Fisik Operator Pada Simulasi Handscarfing Jurnal Teknik Industri, Vol.1, No.2, Juni 2013, pp.139-144 ISSN 2302-495X Pengaruh Intensitas Pencahayaan Terhadap Kelelahan Fisik Operator Pada Simulasi Handscarfing Andhika Kurniawan 1, Yayan Harry Yadi

Lebih terperinci