BAB III BAHAN DAN METODE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III BAHAN DAN METODE"

Transkripsi

1 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai Desember Tahapan pelaksanaan penelitian meliputi : 1. Pengambilan sampel daun Rhizophora mucronata Lamk. dilakukan di Kawasan Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. 2. Penelitian ekstraksi, uji fitokimia dan uji in vitro dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. 3. Penelitian uji tantang (in vivo) dilakukan di Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Alat dan Bahan Penelitian Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Peralatan yang digunakan untuk pengambilan sampel : - Trash bag digunakan untuk membungkus daun Rhizophora mucronata Lamk. - Buku panduan identifikasi mangrove (Kitamura 2003) digunakan untuk mengidentifikasi sampel Rhizophora mucronata Lamk. 2. Peralatan yang digunakan untuk ekstraksi Rhizophora mucronata Lamk. : - Koran bekas digunakan sebagai wadah penjemuran daun Rhizophora mucronata Lamk. - Pisau digunakan untuk memotong daun Rhizophora mucronata Lamk. - Talenan digunakan sebagai wadah daun Rhizophora mucronata Lamk. dipotong. - Blender digunakan untuk menghaluskan sampel daun Rhizophora mucronata Lamk. 23

2 24 - Timbangan analitik digunakan untuk menimbang berat daun Rhizophora mucronata Lamk. serta hasil ekstrak. - Erlenmeyer digunakan sebagai tempat merendam daun Rhizophora mucronata Lamk. dengan pelarut metanol (maserasi). - Corong kaca digunakan untuk membantu proses penyaringan. - Kertas saring digunakan untuk menyaring filtrat hasil ekstraksi. - Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume filtrat hasil maserasi. - Rotary evaporator digunakan untuk menguapkan filtrat. - Spatula digunakan untuk mengambil ekstrak pasta dari flask. - Botol vial digunakan untuk menempatkan ekstrak pasta hasil penguapan. - Kertas label digunakan untuk memberi penandaan di botol vial. 3. Peralatan yang digunakan untuk uji fitokimia Rhizophora mucronata Lamk. : - Tabung reaksi digunakan untuk mereaksikan sampel ekstrak dengan reagen indikator fitokimia. - Pipet Pasteur digunakan untuk mengambil reagen indikator fitokimia. 4. Peralatan yang digunakan untuk uji in vitro : - Timbangan analitik digunakan untuk menimbang bubuk media agar. - Erlenmeyer digunakan sebagai wadah media agar. - Hotplate digunakan untuk memanaskan media agar. - Autoclave digunakan untuk mensterilkan alat dan media agar. - Petridisk digunakan sebagai wadah media agar pada uji sensitivitas antibakteri. - Bunsen digunakan untuk aseptisasi lingkungan kerja. - Laminar air flow digunakan sebagai tempat aseptisasi lingkungan kerja. - Mikro pipet digunakan untuk mengambil larutan ekstrak Rhizophora mucronata Lamk. - Jarum ose digunakan untuk membantu inokulasi bakteri ke media agar plate. - L glass digunakan untuk meratakan larutan bakteri pada media agar. - Pinset digunakan untuk meletakkan paper disk ke atas media agar. - Inkubator digunakan untuk tempat inkubasi bakteri.

3 25 - Jangka sorong digunakan untuk mengukut diameter zona hambat yang terbentuk. 5. Peralatan yang digunakan untuk uji in vivo : - Akuarium digunakan untuk aklimasi larva udang windu. - Keller digunakan untuk tempat uji LC 50 udang windu PL Akuarium digunakan untuk tempat uji in vivo udang windu PL Heater digunakan untuk mempertahankan suhu air. - Selang siphon digunakan untuk membersihkan kotoran pada toples uji. - Aerator digunakan untuk memasok oksigen pada wadah uji. - Plastik trashbag digunakan untuk menutup toples uji Bahan Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : - Sampel daun Rhizophora mucronata Lamk. sebanyak 5 kg diambil dari Kawasan Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk digunakan sebagai sumber senyawa antibakteri. - Isolat bakteri Vibrio harveyi digunakan sebagai bakteri patogen. - Larva udang windu PL 10 dan PL 15 sebanyak 500 ekor dari PT. Gratema Indramayu digunakan sebagai hewan uji in vivo. - Etil asetat, n-heksan dan butanol digunakan sebagai pelarut fraksinasi. - H 2 SO 4 1% dan BaCl 1% digunakan sebagai pelarut MacFarland. - Media Nutrien Agar (NA) digunakan sebagai media tumbuh bakteri uji. - Kloroform digunakan untuk uji fitokimia. - Aquades steril digunakan untuk sterilisasi. - Alkohol 70% digunakan untuk sterilisasi. - Air laut digunakan sebagai pelarut media agar dan medium tumbuh larva udang windu. - Paper disk digunakan sebagai tempat meletakkan ekstrak pada uji in vitro. - Artemia digunakan sebagai pakan larva udang windu selama uji in vivo. - Pereaksi Dragengorf, Meyer dan Bouchart digunakan sebagai reagen indikator alkaloid.

4 26 - Larutan logam magnesium dan asam klorida digunakan sebagai reagen indikator flavonoid. - Pereaksi Lieberman digunakan sebagai reagen indikator steroid dan triterpenoid Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental laboratoris. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pada uji in vivo. Uji in vivo dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 (lima) perlakuan dan 2 (dua) kali ulangan sebagai berikut: A = tanpa direndam ekstrak butanol Rhizophora mucronata Lamk. (Kontrol) B = direndam dengan ekstrak butanol Rhizophora mucronata Lamk. dengan konsentrasi 25% dari nilai LC 50 C = direndam dengan ekstrak butanol Rhizophora mucronata Lamk. dengan konsentrasi 50% dari nilai LC 50 D = direndam dengan ekstrak butanol Rhizophora mucronata Lamk. dengan konsentrasi 75% dari nilai LC 50 E = direndam dengan ekstrak butanol Rhizophora mucronata Lamk. dengan konsentrasi 100% dari nilai LC Prosedur Penelitian Pengambilan Sampel Sampel daun Rhizophora mucronata Lamk. diambil dari Kawasan Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Jenis sampel daun yang diambil merupakan daun tua. Sebanyak 5 kg sampel basah daun Rhizophora mucronata Lamk. diambil kemudian sampel disimpan di dalam trash bag untuk dibawa ke laboratorium. Pengambilan sampel dilakukan melalui purposive random sampling di mana sampel diambil dari lokasi dimana ditemukan adanya komoditas sampel yang diinginkan. Titik koordinatnya dicatat dengan menggunakan GPS. Sampel diambil dari tiga titik lokasi yang berbeda dengan tujuan untuk mewakili

5 27 Rhizophora mucronata Lamk. yang ada pada Kawasan Wisata Alam Angke Kapuk. Pada saat pengambilan sampel dilakukan pengukuran meliputi salinitas, suhu, DO dan ph perairan di Kawasan Wisata Alam Angke Kapuk. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui kualitas air di perairan tersebut (Lampiran 1) Pembuatan Serbuk Kering Daun Rhizophora mucronata Lamk. Sebelum dilakukan proses ekstraksi, sampel daun Rhizophora mucronata Lamk. segar yang baru diambil dari Kawasan Wisata Alam Angke Kapuk ditimbang beratnya sebagai berat sampel basah, kemudian sampel dicuci menggunakan air bersih untuk menghilangkan garam serta epifit yang menempel di tubuhnya. Sampel selanjutnya dikeringkan selama 1 bulan tanpa terkena cahaya matahari secara langsung, kemudian ditimbang kembali beratnya setelah pengeringan. Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pembusukan dapat terhambat (Yulian 2011). Salah satu tujuan pengeringan ialah untuk memperoleh serbuk yang tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam keadaan terawasi untuk mencegah perubahan kimia yang terlalu banyak. Bahan harus dikeringkan secepat-cepatnya, tanpa menggunakan suhu tinggi, lebih baik dengan aliran udara. Setelah kering, sampel ini dapat disimpan dalam waktu yang lama sebelum dianalisis (Harborne 1987 dalam Yulian 2011). Dari tahap pengeringan sampel daun Rhizophora mucronata Lamk. ini, perbandingan berat sampel daun segar sebelum dilakukan proses pengeringan dengan sampel kering yang telah dijadikan bubuk halus sebesar 5 : 1 (5 kg : 1 kg). Berikut persentase perbandingan berat sampel segar dengan sampel hasil proses pengeringan: Dapat dilihat bahwa sampel daun Rhizophora mucronata Lamk. yang sudah dikering udarakan memiliki persentase kisaran berat sekitar 20% dari berat sampel awal (kondisi segar sebelum proses pengeringan). Batas proses

6 28 pengeringan dilakukan sampai sampel dapat dihaluskan dengan blender kemudian dijadikan serbuk halus dengan cara diayak dengan menggunakan saringan halus. Serbuk kering inilah yang kemudian akan diekstrak untuk proses selanjutnya (Lampiran 2) Prosedur Uji Fitokimia Serbuk Daun Rhizophora mucronata Lamk. Ekstrak daun Rhizophora mucronata Lamk. diuji kandungan fitokimianya meliputi : alkaloid, flavonoid, fenolik, triterpenoid dan steroid, saponin, dan tanin. Pengujian fitokimia ekstrak dilakukan menurut panduan yang dikembangkan oleh Bachtiar et al., (2012) yaitu: a. Uji Alkaloid Sebanyak 1 gram sampel ditimbang, kemudian sampel tersebut dilarutkan dalam 5 ml kloroform dan ditambah 3 tetes ammonia (NH 4 OH) 10% lalu dikocok. Lapisan kloroform diambil kemudian dilarutkan dalam 1 ml H 2 SO 4 2N lalu dikocok sampai homogen. Setelah itu ditambahkan 1 tetes pereaksi Meyer (KI+HgCl 2 ). Hasil positif sampel mengandung alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan putih. b. Uji Flavonoid Sebanyak 1 gram sampel halus dididihkan dengan 25 ml metanol selama ± 10 menit kemudian disaring dalam keadaan panas dan pelarut diuapkan sampai kering. Selanjutnya ditambahkan kloroform dan air suling (1:1) sebanyak 5 ml kemudian dikocok dan dibiarkan sejenak hingga terbentuk dua lapisan kloroform air (lapisan kloroform di bagian bawah dan lapisan air di bagian atas). Sebagian dari lapisan air diambil dengan pipet ke dalam tabung reaksi. Kemudian 0,1 gram bubuk magnesium dan masing-masing 5 tetes asam klorida pekat dan amil alkohol. Reagen kedua dengan menggunakan H 2 SO 4 2 N sebanyak 2 tetes. Reagen ketiga menggunakan NaOH 10% sebanyak 2 tetes. Hasil positif flavonoid adalah terbentuk warna orange merah.

7 29 c. Uji Fenolik Sebanyak 1 ml lapisan air hasil uji flavonoid dimasukkan ke dalam plat tetes atau kaca arloji dan kemudian ditambahkan pereaksi FeCl 3 1%. Adanya kandungan senyawa fenolik ditandai dengan terbentuknya warna biru ungu. d. Uji Triterpenoid dan Steroid Sebanyak 3 tetes lapisan kloroform dari uji flavonoid diteteskan ke plat tetes dan dibiarkan sampai kering. Kemudian ditambahkan 1 tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat (Pereaksi Liebermann Burchard). Pada uji triterpenoid dan steroid, apabila terbentuknya warna merah artinya adalah positif triterpenoid dan terbentuknya warna biru atau ungu merupakan tanda positif steroid. e. Uji Saponin Sebanyak 1 gram sampel dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan 20 ml akuades kemudian dipanaskan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas kemudian filtrat tersebut diambil sebanyak 10 ml dan dikocok dengan kuat secara vertikal selama 10 detik. Hasil positif saponin, akan terbentuk busa yang stabil tidak kurang dari 1-10 cm dan tidak hilan pada penambahan 1 tetes HCl 2 N. f. Uji Tanin Sebanyak 2 ml filtrat hasil penyaringan pada uji saponin dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi FeCl 3 1%. Hasil positif mengandung tanin terlihat dengan terjadinya warna biru tua atau hijau kehitaman.

8 Prosedur Ekstraksi Daun Rhizophora mucronata Lamk. Ekstraksi bertingkat daun Rhizophora mucronata Lamk. dilakukan dengan metode maserasi. Pada penelitian ini ekstraksi dilakukan secara berturut-turut dengan menggunakan tiga pelarut berbeda untuk memisahkan senyawa berdasarkan tingkat kepolarannya yaitu pelarut non-polar dengan menggunakan pelarut n-heksan, pelarut semi polar menggunakan pelarut etil asetat dan pelarut polar menggunakan butanol. Serbuk sampel kering sebanyak 500 gram yang telah dihaluskan direndam ke dalam larutan berdasarkan tingkat kepolarannya, yaitu dengan pelarut non polar (n-heksan) terlebih dahulu sebanyak 2000 ml dalam maserator hingga seluruh bagian sampel terendam (perbandingan 1:4). Maserasi dilakukan selama 1 x 24 jam dengan tiga kali pengulangan. Setelah tiga kali pengulangan, sampel kemudian direndam dengan larutan kedua, yaitu pelarut semi polar (etil asetat), dilakukan perendaman dengan perlakuan yang sama. Terakhir sampel dilakukan perendaman dengan pelarut polar yaitu butanol dengan jumlah volume (1:4) serta perlakuan yang sama (3 kali pengulangan). Setelah 1 x 24 jam maserasi, rendaman disaring dengan menggunakan kertas saring, kemudian filtrat ditampung dalam erlenmeyer dan diukur volumenya. Filtrat yang sudah dipisahkan kemudian diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 40ºC hingga terbentuk ekstrak kasar dalam bentuk pasta di dinding flask (Lampiran 3). Ekstrak kasar (pasta) yang didapat kemudian ditimbang beratnya dan ditempatkan di dalam botol vial Uji Fitokimia Hasil Ekstraksi Ketiga ekstrak kasar (pasta) hasil ekstraksi yang telah diuapkan dengan rotary evaporator, kemudian dilakukan pengujian fitokimia kembali untuk memastikan senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada masing-masing ekstrak pasta hasil maserasi berdasarkan tingkat kepolarannya tersebut.

9 Kultur Isolat Bakteri Vibrio harveyi Bakteri Vibrio harveyi diinokulasikan pada media Nutrien Agar (NA) dalam cawan petri yang telah diberi label. Stok bakteri Vibrio harveyi awal diambil dengan menggunakan ose (1-2 ose) dan dioleskan ke media NA dalam cawan petri kemudian cawan petri diinkubasi selama 1-2 hari ke dalam inkubator dengan temperatur 37º C sedangkan stok bakteri Vibrio harveyi dimasukkan ke dalam lemari es. Pembiakan berhasil dapat dilihat dari permukaan media berwarna putih. Pembiakan siap digunakan dan apabila belum dipakai masukkan ke dalam lemari es. Semua dilakukan dalam ruang laminar dan menggunakan bunsen agar perlakuan tetap aseptik (Yulian 2011). Pembuatan larutan bakteri Vibrio harveyi kepadatan 10 7 CFU/ml bakteri dilakukan dengan cara mengambil isolat bakteri uji dengan kepadatan 10 7 CFU/ml bakteri yang telah dikultur dengan menggunakan jarum ose (2-3 ose) kemudian dilarutkan ke dalam larutan NaCl fisiologis. Lalu dibandingkan dengan larutan bakteri yang telah dilakukan dengan larutan McFarland (Yulian 2011). Larutan McFarland 0,5 digunakan sebagai pembanding kekeruhan biakan bakteri dalam medium cair dengan kepadatan antara antara 1 x 10 7 CFU/ml 1 x 10 8 CFU/ml. Urutan kerja pembuatan larutan McFarland 0,5 menurut Nurhayati (2007) dalam Mufidah (2011) adalah sebagai berikut: sebanyak 0,05 ml BaCl 2 1% dalam akuades ditambahkan 9,95 H 2 SO 4 1%. Kemudian disimpan di tempat yang terhindar dari cahaya matahari langsung Prosedur Uji in vitro (Uji Sensitivitas Antibakteri) Uji in vitro pada penelitian ini menggunakan metode Difusi Lempeng Agar (Agar Disk-Diffusion Assay) yang mengacu pada prosedur yang dilakukan oleh Laboratorium Hama dan Penyakit BBPBAP Jepara dalam Hidayat (2011) dengan 5 (lima) variasi konsentrasi ekstrak uji yaitu 10 ppm, 100 ppm, 1000 ppm dan ppm untuk ekstrak daun Rhizophora mucronata Lamk. dan dengan uji kontrol pelarut menggunakan antibiotik kloramfenikol. Adapun pengulangan dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali. Prosedur uji sensitivitas antibakterinya yaitu sebagai berikut :

10 32 1. Isolat bakteri uji dengan kepadatan 10 7 CFU/ml bakteri yang telah dikultur dioleskan di permukaan media NA (Nutrien Agar) pada cawan petri dengan menggunakan jarum ose. 2. Paper disk direndam pada masing-masing konsentrasi ekstrak, selanjutnya paper disk yang telah mengandung ekstrak diletakkan pada permukaan media inokulasi dengan menggunakan pinset. 3. Bakteri kemudian diinokulasi selama 24 jam pada suhu inkubator 37º C. 4. Diameter zona hambatan yang terbentuk diukur dengan menggunakan jangka sorong. 5. Semua proses dilaksanakan secara aseptis Prosedur Uji LC 50 Toleransi Udang Windu PL 10 terhadap Ekstrak Butanol Daun Rhizophora mucronata Lamk. Metode uji LC 50 mengacu pada prosedur yang dilakukan Meyer et al. (1982) dalam Yulian (2011), yaitu sebagai berikut : 1. Penyiapan udang windu PL 10 yang dilakukan dengan aklimatisasi selama 5 hari. 2. Ke dalam keller yang telah diisi air laut, dimasukkan sebanyak 6 ekor udang windu PL Ekstrak butanol daun Rhizophora mucronata Lamk. dengan variasi konsentrasi masing-masing sebesar 0 ppm (kontrol), 10 ppm, 100 ppm, 1000 ppm dan ppm dipaparkan. 4. Pengamatan mortalitas dilakukan selama 48 jam dengan selang pengamatan 15 menit, 30 menit, 1 jam, 2 jam, 4 jam, 8 jam, 16 jam, 24 jam dan 48 jam. 5. Nilai LC 50 dihitung dengan menggunakan program EPA Probit.

11 Prosedur Uji in vivo Prosedur uji tantang udang windu PL 15 diawali dengan aklimatisasi udang selama 5 (lima) hari. Aklimatisasi bertujuan untuk penyesuaian diri udang windu dengan kondisi baru. Hewan uji yang digunakan adalah udang windu Post Larva (PL) 15 yang berasal dari PT Gratema Indramayu. Udang windu Post Larva (PL) 15 dipilih, karena pada umur tersebut udang windu rentan terhadap berbagai penyakit (Yulian 2011). Selama proses aklimatisasi udang diberi pakan sebanyak 4 kali sekali dengan selang waktu 6 jam sekali dengan menggunakan artemia. Penyiponan dilakukan setiap hari dengan pergantian air sebanyai 30-50% (Maryani 2003). Setelah udang teradaptasi dengan lingkungan uji, kemudian dilakukan proses penginfeksian bakteri Vibrio harveyi terhadap udang windu PL 15 yang dilakukan melalui perendaman dengan kepadatan bakteri 10 6 CFU/ml. Udang windu yang telah diaklimatisasikan diambil dari wadah stok sebanyak 30 ekor/akuarium, untuk kemudian direndam dalam media larutan bakteri dengan kepadatan 10 6 CFU/ml selama 15 menit kemudian dikembalikan ke akuarium penampungan, tunggu selama 3 jam hingga tampak gejala klinis serangan vibriosis, meliputi: tubuh udang tampak kusam dan kotor, nafsu makan menurun, kerusakan pada kaki dan insang, atau insang berwarna kecoklatan, kondisi tubuh lemah, berenang lambat, bagian kaki renang (pleopoda) dan kaki jalan (pereiopoda) menunjukkan melanisasi. Dan udang yang sekarat sering berenang ke permukaan atau pinggir akuarium. Setelah muncul gejala klinis vibriosis, percobaan pencegahan terhadap infeksi bakteri Vibrio harveyi pada udang windu dilakukan dengan perendaman dalam media ekstrak butanol daun Rhizophora mucronata Lamk. pada masingmasing keller ukuran 3 liter, dengan konsentrasi sebesar 0% (kontrol), 25%, 50%, 75% dan 100% dari nilai LC 50 toleransi udang terhadap ekstrak. Setelah 15 menit perendaman ekstrak butanol, udang windu dikembalikan ke akuarium pemeliharaan dan dilakukan pengamatan nilai Kelangsungan Hidup/Survival Rate (SR) udang windu PL 15 selama 7 hari.

12 Parameter yang Diamati Hasil Uji Fitokimia Pada uji fitokimia, kandungan metabolit sekunder yang diamati adalah reaksi perubahan warna, timbulnya busa dan pengendapan yang dilakukan di laboratorium (Tania 2011). Tabel 1. Parameter Uji Fitokimia Uji Fitokimia Parameter yang diamati + jika terbentuk endapan putih Uji Alkaloid kekuningan/cokelat Uji Flavonoid + jika terbentuk warna orange/merah Uji Fenolik + jika terbentuknya warna biru ungu Uji Steroid/Triterpenoid + jika terbentuk warna merah/biru/ungu Uji Saponin + jika terbentuk busa stabil 1-10 cm Uji Tanin + jika terbentuk warna biru/hijau kehitaman Rendemen Ekstrak Pada ekstraksi daun Rhizophora mucronata Lamk. ini dilakukan perhitungan nilai rendemen. Rendemen adalah perbandingan berat ekstrak yang terkandung dalam suatu bahan simplisia dengan berat awalnya. Berikut perhitungan nilai rendemen menurut (SNI dalam Prabowo 2009): Diameter Zona Hambat Diameter zona hambatan didapatkan dari hasil uji in vitro (uji sensitivitas bakteri) yang merupakan gambaran penghambatan pertumbuhan bakteri oleh aktivitas antibakteri yang terkandung dalam ekstrak Rhizophora mucronata Lamk. Semakin besar zona hambatan yang terbentuk mengindikasikan semakin besar kemampuan ekstrak Rhizophora mucronata Lamk. menghambat pertumbuhan

13 35 bakteri. Diameter zona hambatan dinyatakan dalam milimeter (mm). Menurut Davis Stout (1971) dalam Hardiningtyas (2009): - daerah hambatan dengan diameter >20 mm : potensi sangat kuat - daerah hambatan dengan diameter mm : potensi antibakteri kuat - daerah hambatan dengan diameter 5-10 mm : potensi antibakteri sedang - daerah hambatan dengan diameter < 5 mm : potensi antibakteri lemah Pengamatan Visual Abnormalitas Hewan Uji Pengamatan secara visual dilakukan untuk mengamati tingkah laku yang terjadi pada larva udang uji. Pengamatan dilakukan setelah larva diinfeksi bakteri melalui perendaman pada media pemeliharaan. Pengamatan yang dilakukan meliputi perubahan warna tubuh, perpendaran (menyala) pada tubuh udang windu PL 15 yang terinfeksi bakteri, nafsu makan, dan pergerakan udang. Hasil pengamatan dilakukan untuk mengetahui gejala klinis udang windu yang terinfeksi bakteri Vibri harveyi secara visual (Yulian 2011). Pada pengamatan pemberian pakan dilihat dari sisa pakan yang tidak dimakan dan diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Sangat responsif (++++) = tidak ada sisa pakan 2. Responsif (+++) = sisa pakan sebanyak 10% 3. Kurang responsif (++) = sisa pakan sebanyak 50% 4. Tidak responsif (+) = sisa pakan sebanyak % Pada pengamatan pergerakan udang windu PL 15 pasca infeksi diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Berenang normal (+++) = udang windu berenang di dinding kolom air 2. Berenang tanpa arah (++) = udang windu berenang tidak beraturan 3. Berenang lemah di dasar (+) = sebagian besar udang windu berenang di dasar

14 Kelangsungan Hidup Pengamatan kelangsungan hidup dilakukan setelah udang windu PL 15 diinfeksi Vibrio harveyi dengan cara menghitung jumlah udang windu PL 15 yang mati setiap hari, kemudian menghitung tingkat kelangsungan hidupnya (SR) dengan menggunakan rumus sebagai berikut : SR = Nt 100% (Effendi 1979) No Keterangan : SR = Survival Rate / Kelangsungan Hidup (KH) (%) Nt = Jumlah udang windu PL 15 yang hidup pada akhir pengamatan (ekor) No = Jumlah udang windu PL 15 pada awal pengamatan (ekor) Pengamatan kelangsungan hidup udang windu PL 15 yang diinfeksi bakteri Vibrio harveyi klinis dilakukan setiap hari hingga akhir pengamatan yang berlangsung selama 7 hari periode pemeliharaan Kualitas Air Parameter kualitas air yang diamati antara lain suhu, ph, dan DO yang diukur pada saat awal, tengah dan akhir masa pemeliharaan. a. Pengukuran suhu dengan menggunakan termometer dilakukan pada pagi dan sore hari. Caranya yaitu memasukkan termometer ke dalam air dan kemudian dicatat suhunya. b. Derajat Keasaman (ph) diukur dengan menggunakan ph meter pada awal, tengah dan akhir penelitian dengan mencelupkan ph meter ke dalam media pemeliharaan larva udang windu. c. Pengukuran kualitas air berupa oksigen terlarut (DO) dilakukan pada awal, tengah dan akhir penelitian dengan menggunakan DO meter. d. Pengukuran salinitas dilakukan setiap hari dengan menggunakan refraktometer.

15 Analisis Data Kandungan fitokimia, rendemen ekstrak, data zona hambatan pertumbuhan bakteri pada uji in vitro, gejala klinis dan data kelangsungan hidup (SR) larva udang windu pada uji in vivo yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel dan gambar.

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September hingga Desember 2013. Pengambilan ascidian Didemnum molle dilakukan di Kepulauan Seribu. Identifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel ascidian telah dilakukan di Perairan Kepulauan Seribu. Setelah itu proses isolasi dan pengujian sampel telah dilakukan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengambilan Sampel Daun Rhizophora mucronata Lamk. dari Kawasan Wisata Alam Angke Kapuk, Jakarta Utara.

Lampiran 1. Pengambilan Sampel Daun Rhizophora mucronata Lamk. dari Kawasan Wisata Alam Angke Kapuk, Jakarta Utara. Lampiran 1. Pengambilan Sampel Daun Rhizophora mucronata Lamk. dari Kawasan Wisata Alam Angke Kapuk, Jakarta Utara. a. Stasiun Pengambilan Sampel Daun Rhizophora mucronata Lamk. No Stasiun Plot Kualitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2015 di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area. 3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kandungan Metabolit Sekunder Daun Rhizophora mucronata Lamk. Kandungan metabolit sekunder pada daun Rhizophora mucronata Lamk. diidentifikasi melalui uji fitokimia. Uji

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat 19 Metode ekstraksi tergantung pada polaritas senyawa yang diekstrak. Suatu senyawa menunjukkan kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut yang berbeda. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut

Lebih terperinci

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juli 2013 di Bintan Provinsi Kepulauan Riau (Gambar 4). Dimana penelitian ini meliputi persiapan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi dan Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2012-Mei 2013 dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat 47 LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat Biji Alpukat - Dicuci dibersihkan dari kotoran - Di potong menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada bulan Juli sampai Oktober 2013. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Sawit

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 hingga Juli 2012. Penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel yang dilakukan di persawahan daerah Cilegon,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi dan Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

Lebih terperinci

3. METODOLOGI. Gambar 5 Lokasi koleksi contoh lamun di Pulau Pramuka, DKI Jakarta

3. METODOLOGI. Gambar 5 Lokasi koleksi contoh lamun di Pulau Pramuka, DKI Jakarta 3. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini diawali dengan melakukan koleksi contoh lamun segar di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu, DKI Jakarta (Gambar 5). Gambar 5 Lokasi koleksi contoh

Lebih terperinci

III. Metode Penelitian A. Waktu dan Tempat Penelitian kelimpahan populasi dan pola sebaran kerang Donax variabilis di laksanakan mulai bulan Juni

III. Metode Penelitian A. Waktu dan Tempat Penelitian kelimpahan populasi dan pola sebaran kerang Donax variabilis di laksanakan mulai bulan Juni III. Metode Penelitian A. Waktu dan Tempat Penelitian kelimpahan populasi dan pola sebaran kerang Donax variabilis di laksanakan mulai bulan Juni sampai bulan Agustus 2013 di pulau Jefman Kabupaten Raja

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011 bertempat di Laboratorium Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama dilaksanakan di laboratorium bioteknologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad, tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian eksperimental laboratorik. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut methanol

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar dan Waktu Penelitian Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian daun dari tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pembuatan Media Natrium Agar

Lampiran 1. Pembuatan Media Natrium Agar 59 Lampiran 1. Pembuatan Media Natrium Agar Pembuatan Media Agar Natrium Agar (150 ml) 1. Siapkan gelas Erlenmeyer volume 250 ml dan air laut steril 150 ml. 2. Timbang natrium agar sebanyak 4,2 gram 3.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Proses pembuatan ekstrak dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan bulan Januari 2013 di Laboratorium Mikrobiologi Kelautan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2013. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi dan Laboratorium Pembenihan Ikan dan Kolam Percobaan Ciparanje untuk penelitian pendahuluan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Udang windu merupakan komoditas perikanan laut yang memiliki peluang usaha cukup baik karena sangat digemari konsumen lokal (domestik) dan konsumen luar negeri. Hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak yang

BAB III METODE PENELITIAN. adalah dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak yang digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dekskriptif. Metode yang digunakan untuk mengekstraksi kandungan kimia dalam daun awar-awar

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan Alir Uji Fitokimia. a. Uji Alkaloid

Lampiran 1. Bagan Alir Uji Fitokimia. a. Uji Alkaloid LAMPIRAN 58 59 Lampiran 1. Bagan Alir Uji Fitokimia a. Uji Alkaloid Sampel Daun Enhalus acoroides - Ditimbang sebanyak 1 gram - Dilarutkan dengan amonia (NH₄OH 10%) sampai terendam kemudian ditambahkan

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 2 dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah, selain itu daun anggrek merpati juga memiliki kandungan flavonoid yang tinggi, kandungan flavonoid yang tinggi ini selain bermanfaat sebagai antidiabetes juga

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Penyiapan Bahan Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun alpukat dan biji alpukat (Persea americana Mill). Determinasi dilakukan di Herbarium Bandung Sekolah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel Kering Avicennia marina Uji fitokimia ini dilakukan sebagai screening awal untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada sampel. Dilakukan 6 uji

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN BAB IV PROSEDUR PENELITIAN 4.1. Pengumpulan Bahan Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan penelitian ini adalah daun steril Stenochlaena palustris. Bahan penelitian dalam bentuk simplisia, diperoleh dari

Lebih terperinci

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: Jenny Virganita NIM. M 0405033 BAB III METODE

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan dari bulan April sampai bulan Oktober 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Makanan Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni 2014 di Laboratorium Basah Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni 2014 di Laboratorium Basah Jurusan III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni 2014 di Laboratorium Basah Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.2 Alat dan Bahan Alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuantitatif. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya) JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.2 ; November 2015 OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya) MARIATI Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Politeknik Negeri Tanah Laut, Jl. A. Yani, Km

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2012 bertempat di Laboratorium Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu perlakuan konsentrasi dan perlakuan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Agustus 2006 sampai Juli 2007, bertempat di Laboratorium Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai September 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai September 2016. 3.1 Waktu dan tempat penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai September 2016. Tempat penelitian di Labolatorium Terpadu dan Labolatorium Biologi Fakultas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012 bertempat di Laboratorium Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian 14 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Biokimia, Laboratorium Mikrobiologi, dan Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan,

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. 4.2 Waktu Penelitian Oktober - November 2008. 4.3 Lokasi Penelitian Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel PBAG di lingkungan sekitar kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan daerah Cipaku.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 15 HN DN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Pengendalian Serangga Hama dan iodegradasi UPT. alai Penelitian dan Pengembangan iomaterial LIPI dan Laboratorium Parasitologi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor (IPB), Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Januari 2010. Daun gamal diperoleh dari Kebun Percobaan Natar, Lampung Selatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. 4.2 Waktu Penelitian Oktober - November 2008. 4.3 Lokasi Penelitian Laboratorium Biologi Mulut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni laboratorium in vitro. B. Subjek Penelitian 1. Bakteri Uji: bakteri yang diuji pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan metode eksperimental laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan daun J. curcas terhadap

Lebih terperinci

Gambar 10. Hasil Negatif Alkaloid Sargassum crassifolium

Gambar 10. Hasil Negatif Alkaloid Sargassum crassifolium BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Kandungan Metabolit Sekunder Sargassum crassifolium Sampel kering Sargassum crassifolium yang telah dihaluskan ditimbang 0,5 gram dengan menggunakan timbangan analitik untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengambilan Sampel Ascidian Didemnum molle Pengambilan sampel dilakukan pada Bulan Maret 2013 di perairan Kepulauan Seribu meliputi wilayah Pulau Pramuka, Pulau Panggang

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. 4.2 Waktu Penelitian Oktober - November 2008. 4.3 Lokasi Penelitian Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian Pengambilan sampel buah Keben (Barringtonia asiatica) dalam penelitian ini diperoleh dari pantai Batu Karas, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan November 2015. Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. dilakukan di daerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Jawa Barat. Identifikasi dari sampel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Pertanian Universitas Sultan Syarif Kasim Riau.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Pertanian Universitas Sultan Syarif Kasim Riau. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2013 di Laboratorium Pertanian Universitas Sultan Syarif Kasim Riau. B.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2012 bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2012 bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2012 bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel penelitian 1. Variabel bebas : variasi konsentrasi sabun yang digunakan. 2. Variabel tergantung : daya hambat sabun cair dan sifat fisik sabun 3. Variabel terkendali

Lebih terperinci

Lampiran 1. Persiapan Media Bakteri dan Jamur. diaduk hingga larut dan homogen dengan menggunakan batang pengaduk,

Lampiran 1. Persiapan Media Bakteri dan Jamur. diaduk hingga larut dan homogen dengan menggunakan batang pengaduk, Lampiran. Persiapan Media Bakteri dan Jamur Media Trypticase Soy Agar (TSA) Sebanyak g bubuk TSA dilarutkan dalam ml akuades yang ditempatkan dalam Erlenmeyer liter dan dipanaskan pada penangas air sambil

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.229

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium organik Jurusan Kimia dan Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Sains

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini akan menggunakan metode eksperimen kuantitatif. Sampel pada penelitian ini adalah jamur Fusarium oxysporum. Penelitian eksperimen yaitu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu, dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cibarunai, Kelurahan Sarijadi, Bandung. Sampel yang diambil berupa tanaman

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 18 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Pantai Ekowisata Mangrove, Pantai Kapuk, Muara Karang, Jakarta Utara.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung Lawu. Sedangkan pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Biologi dan Kimia

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Sterilisasi Alat dan Bahan Sterilisasi alat dilakukan sebelum semua peralatan digunakan, yaitu dengan cara membungkus semua peralatan dengan menggunakan kertas stensil kemudian di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tanaman dengan kode AGF yang diperoleh dari daerah Cihideng-Bandung. Penelitian berlangsung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancanngan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Pada penelitian ini digunakan 2

BAB III METODE PENELITIAN. Rancanngan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Pada penelitian ini digunakan 2 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitia ini adalah Rancanngan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Pada penelitian ini digunakan 2 faktor dan

Lebih terperinci

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.) Lampiran 1 A Gambar 1. Tanaman ceplukan dan daun ceplukan B Keterangan A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.) B : Daun ceplukan Lampiran 1 (Lanjutan) A B Gambar 2. Simplisia dan serbuk simplisia Keterangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013. 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013. Tempat penelitian adalah Laboratorium Botani dan Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen kuantitatif dengan uji daya hambat ekstrak bawang putih terhadap pertumbuhan jamur Botryodiplodia

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 2010 di Area Perlindungan Laut Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat peenlitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi FKIP Universitas Pasundan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2017. B. Metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia dan Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan baku utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang jahe segar yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Aromatik dan Obat (Balitro) Bogor berumur 8

Lebih terperinci

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis BAB III METODE PERCOBAAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis isolat (HJMA-5

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 April 2013 hingga 9 Mei 2013 dan terbagi menjadi dua tahap. Tahap pertama merupakan penelitian pendahuluan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 JENIS PENELITIAN : Eksperimental Laboratoris 3.2 LOKASI PENELITIAN : Laboratorium Fatokimia Fakultas Farmasi UH & Laboratorium Mikrobiologi FK UH 3.3 WAKTU PENELITIAN

Lebih terperinci

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi 3 2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Alam, Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong dan Badan Tenaga Atom

Lebih terperinci