BAB III BAHAN DAN METODE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III BAHAN DAN METODE"

Transkripsi

1 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2012-Mei 2013 dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Desember 2012-Februari 2013 di Laboratorium Bioteknologi Perikanan dan Ilmu Kelautan serta Laboratorium Akuakultur Gedung IV Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Penelitian utama dilaksanakan pada bulan Maret 2013-Mei 2013 di Laboratorium Akuakultur Gedung IV Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Pembuatan preparat histopatologi dilakukan di Laboratorium Mikroteknik Hewan Jurusan Biologi Universitas Padjadjaran sedangkan analisis preparat histopatologi dilaksanakan di Balai Uji Standar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan. 3.2 Alat dan Bahan Alat : Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Timbangan analitik merek Precisa untuk menimbang bahan yang akan digunakan dengan ketelitian 0,0001g. 2. Timbangan manual untuk menimbang daun teh. 3. Blender, sebagai alat untuk menghaluskan daun teh. 4. Maserator sebagai alat untuk maserasi daun teh. 5. Rotary Evaporator sebagai alat untuk mengentalkan larutan ekstrak daun teh tua hasil maserasi menjadi pasta kental. 6. Gelas ukur merek Iwaki Pyrex, sebagai alat untuk mengukur volume zat cair yang akan digunakan. 7. Botol kaca untuk tempat menyimpan larutan hasil maserasi. 8. Hot plates untuk memanaskan bahan-bahan penelitian. 9. Magnetic stirrer untuk mengaduk media bahan-bahan penelitian. 18

2 Cawan petri merek Steriplan sebagai wadah perkembangbiakan bakteri dalam media lempeng agar (agar plate). 11. Autoclave untuk sterilisasi alat dan medium pada suhu 121 o C dengan prinsip tekanan uap. 12. Tabung erlenmeyer sebagai wadah dalam pembuatan media agar. 13. Laminar flow sebagai tempat untuk proses inokulasi bakteri dan ruang kerja aseptis dengan bantuan sterilisasi sinar UV. 14. Vortex mixer sebagai alat untuk menghomogenkan bahan-bahan penelitian. 15. Micro pipet sebagai alat untuk mengambil bahan cair dalam ukuran mikroliter (µl). 16. Pipette tips sebagai pipet untuk mengambil zat cair dalam ukuran mikroliter (µl). 17. Tabung Falcon 15 ml sebagai tempat pencampuran bakteri. 18. L glass sebagai alat untuk meratakan kultur bakteri dalam cawan petri. 19. Pinset sebagai alat untuk menjepit kertas saring Whatman no.42 dan memindahkannya kedalam cawan petri yang telah berisi biakan bakteri. 20. Parafilm sebagai segel untuk penutup pada cawan petri. 21. Kapas sebagai penutup pada tabung Erlenmeyer. 22. Alumunium foil, untuk menimbang bahan. 23. Kertas saring Whatman no. 42, untuk uji in vitro. 24. Jarum ose sebagai alat untuk mengambil dan menginokulasi bakteri. 25. Bunsen, untuk mensterilkan jarum ose. 26. Inkubator sebagai tempat untuk membiakkan (inkubasi) mikroorganisme (bakteri). 27. Spektrofotometer, untuk menghitung dan menentukan kepadatan bakteri. 28. Mikroskop, untuk pengamatan bakteri dan hasil uji histopatologi. 29. Jangka sorong, untuk mengukur zona hambat bakteri. 30. Alat suntik sebagai alat untuk memindahkan media cair dan memasukkan bakteri ke dalam tubuh ikan. 31. Aerator dan selang aerasi untuk memasok oksigen pada setiap wadah 32. Akuarium untuk wadah aklimatisasi ikan dengan ukuran 40 x 20 x 30 cm 3.

3 Bak fiber untuk tempat ikan stok. 34. ph meter merek Lutron untuk mengukur derajat keasaman air media pemeliharaan. 35. DO meter merek Lutron untuk mengukur nilai oksigen terlarut pada media pemeliharaan. 36. Termometer air raksa dengan skala o C untuk mengukur suhu air. 37. Penggaris sebagai alat untuk mengukur. 38. Tabung reaksi sebagai tempat pengujian fitokimia daun teh. 39. Penjepit kayu untuk menjepit tabung reaksi ketika dipanaskan. 40. Kertas saring untuk menyaring filtrat. 41. Pipet tetes untuk mengambil cairan kimia yang akan digunakan. 42. Mikrotom sebagai alat untuk memotong blok parafin pada pembuatan preparat histopatologi Bahan : Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Benih ikan mas uji diperoleh dari Maleber, Cianjur yang berukuran 7-10 cm/ekor. Jumlah ikan uji yang digunakan untuk penelitian pendahuluan sebanyak 150 ekor dengan kepadatan 15 ekor per akuarium dan untuk penelitian utama sebanyak 225 ekor dengan kepadatan 15 ekor per akuarium serta 100 ekor ikan untuk stok. 2. Daun teh sebagai bahan herbal untuk pengobatan penyakit yang berasal dari pohon teh disekitar daerah Panjalu, Ciamis Jawa Barat. 3. Bakteri biakan murni Aeromonas hydrophila yang berasal dari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor dengan kode isolat AHL-13-A. 4. Agar NA (Nutrient Agar) sebagai Media kultur bakteri. 5. Etanol 96% sebagai pelarut daun teh pada proses maserasi. 6. Pakan ikan komersial merek Hi-Pro-Vite 781 sebagai pakan ikan selama penelitian 7. Akuades sebagai zat pelarut. 8. NaCl fisiologis sebagai pelarut untuk melarutkan bakteri.

4 21 9. Bahan-bahan kimia untuk pengujian fitokimia daun teh seperti kloroform, ammonium (NH 4 OH) 10%, H 2 SO 4 2N, pereaksi Meyer (Kl+HgCl 2 ), HCl 2N, pereaksi FeCl 1%. 10. Bahan- bahan yang digunakan dalam pembuatan preparat histopatologi organ antara lain : larutan fiksatif berjenis Buoin, alkohol 70%, alkohol 80%, alkohol 90%, alkohol 96%, alkohol 100%, larutan xylen dan parafin. 3.3 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang diberikan adalah perendaman benih ikan mas yang telah terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila sebanyak 15 ekor per akuarium dalam ekstrak daun teh tua selama 48 jam dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Konsentrasi yang digunakan untuk penelitian utama didasarkan atas penelitian pendahuluan. Perlakuan yang diberikan berjumlah lima perlakuan dan tiga kali ulangan, yaitu : - Perlakuan A = 0 ppm - Perlakuan B = 75 ppm - Perlakuan C = 150 ppm - Perlakuan D = 225 ppm - Perlakuan E = 300 ppm 3.4 Prosedur Penelitian Penelitian Pendahuluan A. Pembuatan Ekstrak Daun Teh Tua Pembuatan ekstrak daun teh tua dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran untuk mendapatkan ekstrak yang akan digunakan dalam penelitian. Tahapan yang dilakukan dalam pembuatan ekstrak daun teh tua adalah sebagai berikut (Lampiran 1) : 1. Menimbang berat daun teh tua segar yang akan digunakan yaitu sebesar 1200g.

5 22 2. Mengeringkan daun teh tua dengan cara di angin-anginkan pada suhu ruang selama ±7 hari sampai kering. 3. Memotong-motong daun teh tua kering hingga kecil kemudian blender sampai halus/bubuk. 4. Menimbang bubuk daun teh tua kering yang dihasilkan yaitu sebesar 600 g. 5. Memasukkan bubuk daun teh tua kering kedalam maserator. 6. Menambahkan pelarut etanol 96% sampai bubuk daun teh tua kering terendam. 7. Merendam bubuk daun teh tua kering selama 24 jam. 8. Mengeluarkan larutan hasil maserasi bubuk daun teh tua kering dari maserator dan simpan dalam botol kaca. 9. Melakukan kembali point 6-8 sampai tiga kali ulangan 10. Larutan daun teh tua hasil maserasi dimasukkan kedalam Rotary Evaporator dengan suhu 60 0 C dan kecepatan 120 rpm sampai menjadi ekstrak daun teh tua yang kental. 11. Hasil ekstrak daun teh tua kental sebesar 66 g dan siap digunakan untuk penelitian. B. Pengujian Komponen Fitokimia Daun Teh Tua Pengujian komponen fitokimia daun teh tua bertujuan untuk mengetahui keberadaan senyawa-senyawa aktif terutama yang bersifat antibakteri dalam daun teh tua yang digunakan. Tahapan yang dilakukan dalam pengujian komponen fitokimia daun teh tua adalah sebagai berikut (Lampiran 2) : - Uji Alkaloid Serbuk daun teh tua kering seberat 1 g ditambahkan 5 ml kloroform dan 3 tetes ammonium (NH 4 OH) 10% kemudian kocok hingga tercampur. Terbentuk lapisan kloroform berupa cairan kemudian lapisan tersebut dilarutkan dalam 1 ml H 2 SO 4 2N dan kocok hingga homogen. Tambahkan 1 tetes pereaksi Meyer (Kl+HgCl 2 ). Apabila terbentuk endapan putih pada dasar tabung reaksi maka sampel posifif mengandung alkaloid.

6 23 - Uji Flavonoid Serbuk daun teh tua kering seberat 1g ditambahkan 25 ml methanol kemudian dididihkan selama ±10 menit. Dalam keadaan panas campuran larutan disaring dengan menggunakan kertas saring. Larutan yang dihasilkan kemudian diuapkan sampai kering. Tambahkan kloroform dan air suling (1:1) sebanyak 5 ml kemudian kocok dan biarkan sampai terbentuk dua lapisan kloroform-air (lapisan kloroform terdapat di bagian bawah sedangkan lapisan air di bagian atas). Kemudian sebagian lapisan air di ambil dengan pipet ke dalam tabung reaksi dan tambahkan 0,1g bubuk magnesium. Kemudian ditetesi asam klorida pekat dan amil alcohol. Amati perubahan yang terjadi. Apabila terbentuk warna orange merah maka sampel positif mengandung flavonoid. - Uji Saponin Serbuk daun teh tua kering seberat 1 g ditambahkan akuades sebanyak 20 ml kemudian panaskan selama 5 menit. Dalam keadaan panas, campuran larutan disaring dengan menggunakan kertas saring. Ambil filtrat hasil saringan sebanyak 10 ml kemudian kocok dengan kuat secara vertikal selama 10 detik. Apabila terbentuk busa yang stabil tidak kurang dari 1-10cm dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl 2N maka sampel tersebut positif mengandung saponin. - Uji Tanin Sebanyak 2 ml filtrat hasil penyaringan pada uji saponin ditambahkan 1-2 tetes pereaksi FeCl 1% kemudian kocok hingga homogen. Apabila terbentuk warna biru tua atau hijau kehitaman maka sampel tersebut positif mengandung tanin. - Uji Katekin Ekstrak pekat sebesar 0,5 g dididihkan dengan 1-2 ml HCl 2 M. Jika ekstrak menunjukkan warna coklat kuning, maka positif mengandung katekin. Berdasarkan hasil pengujian komponen fitokimia (Lampiran 3), daun teh tua yang digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan ekstrak positif mengandung senyawa-senyawa antibakteri seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan katekin.

7 24 C. Uji In Vitro (Zona Daya Hambat) Tujuan dari uji in vitro adalah untuk mengetahui kemampuan dari ekstrak daun teh tua sebagai antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila. Kemampuan ekstrak daun teh tua dalam menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila diperoleh dengan mengukur zona bening disekitar kertas saring Whatman pada masing-masing perlakuan. Adapun prosedur pengerjaan uji in vitro adalah sebagai berikut : 1. Pembuatan konsentrasi ekstrak daun teh tua sesuai dengan perlakuan (Lampiran 4). 2. Pembuatan media nutrient agar (NA) sebagai media pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila (Lampiran 5). 3. Sterilisasi alat dan bahan. 4. Memasukkan media NA yang telah steril ke dalam cawan petri dan tunggu hingga media memadat. 5. Memasukkan bakteri sebanyak 100µl ke dalam cawan petri secara aseptis yang telah berisi media NA kemudian ratakan dengan menggunakan L glass. 6. Menempelkan kertas saring Whatman no.42 pada permukaan media NA yang telah diinokulasi dengan bakteri Aeromonas hydrophila dalam cawan petri. 7. Meneteskan ekstrak daun teh tua sesuai konsentrasi di atas kertas saring whatman no.42 sebanyak 5µl. 8. Cawan petri di inkubasi pada suhu 32 O C selama ±48 jam. 9. Melakukan pengamatan dan pengukuran zona bening yang terbentuk disekitar kertas saring Whatman no.42 dengan menggunakan jangka sorong.

8 25 No Tabel 2. Hasil Pengamatan Zona Daya Hambat (Uji In Vitro) Konsentrasi (ppm) 1. Kontrol (Ampisilin) Zona bening (mm) ulangan ke- I II II Rata-rata zona bening (mm) ppm 12, ppm 11,11 10, ppm Ekstrak daun teh tua 10 ppm 7,51 8,16 7,4 7, ppm 7,67 8,33 7,23 7, ppm 8,79 8,27 7,95 8, ppm 9,58 9,16 8,56 9, ppm 6,45 6,12 6,22 6,26 Dari hasil pengujian in vitro (Tabel 2) (Lampiran 6) menunjukkan bahwa ekstrak daun teh tua memberikan hasil pengukuran zona bening terhadap bakteri Aeromonas hydrophila mengalami kenaikan diameter zona bening pada konsentrasi 10 ppm, 100 ppm, ppm, dan ppm yaitu dengan rata-rata zona bening berurutan sebesar 7,69; 7,74; 8,34; dan 9,10 mm. Diameter zona bening mengalami penurunan pada konsentrasi ppm yaitu sebesar 6,26mm. Kenaikan diameter zona bening berbanding lurus dengan kenaikan konsentrasi, semakin besar konsentrasi maka diameter zona bening yang dihasilkan juga semakin besar. Namun pada konsentrasi ppm diameter zona bening mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena bakteri mengalami resistensi terhadap ekstrak daun teh tua. Resistensi sel bakteri adalah suatu keadaan tidak terganggunya pertumbuhan sel bakteri akibat aktivitas antibakteri. D. Pengujian Toksisitas Konsentrasi Ekstrak Daun Teh LC jam pada Benih Ikan Mas Pengujian LC jam bertujuan untuk mengetahui tingkat toksisitas ekstrak daun teh tua terhadap benih ikan mas. Hasil yang didapatkan akan dijadikan tolak ukur untuk menentukan konsentrasi yang akan digunakan dalam penelitian utama.

9 26 Pengujian ini dilakukan dengan cara merendam benih ikan mas sebanyak 15 ekor per akuarium selama 48 jam dalam akuarium yang berisi ekstrak daun teh tua dengan konsentrasi yang berbeda-beda (Lampiran 7). Perlakuan yang diberikan berjumlah lima perlakuan dengan dua kali ulangan, yaitu : - Perlakuan A = 50 ppm - Perlakuan B = 100 ppm - Perlakuan C = 300 ppm - Perlakuan D = 600 ppm - Perlakuan E = 0 ppm Hasil uji LC jam perendaman ekstrak daun teh terhadap benih ikan mas pada penelitian pendahuluan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Uji LC Jam Ekstrak Daun Teh pada Benih Ikan Mas Perlakuan Mortalitas pada Jam ke Jumlah A1 (50ppm) A2 (50ppm) B1 (100ppm) 1-1 B2 (100ppm) C1 (300ppm) 4-4 C2 (300ppm) 3-3 D1 (600ppm) D2 (600ppm) E1 (0ppm) E2 (0ppm) Nilai LC jam dianalisis dengan menggunakan software EPA Probit Analysis dan didapatkan nilai LC jam sebesar 334,673 ppm (Lampiran 8). Nilai LC jam menunjukkan bahwa pada konsentrasi 334,673 ppm ekstrak daun teh tua dapat mengakibatkan mortalitas benih ikan mas sebesar 50% dalam waktu 48 jam. Berdasarkan hasil uji in vitro dan uji LC jam, konsentrasi yang paling efektif untuk menghambat pertumbuhan Aeromonas hydrophila dengan menggunakan ekstrak daun teh tua berada di atas nilai uji in vitro dengan diameter

10 27 zona bening terkecil dan dibawah nilai LC jam. Sehingga perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : A = Kontrol yaitu benih ikan mas diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila tanpa direndam ekstrak daun teh tua. B = Benih ikan mas diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila dan direndam dalam ekstrak daun teh tua dengan konsentrasi 75 ppm. C = Benih ikan mas diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila dan direndam dalam ekstrak daun teh tua dengan konsentrasi 150 ppm. D = Benih ikan mas diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila dan direndam dalam ekstrak daun teh tua dengan konsentrasi 225 ppm. E = Benih ikan mas diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila dan direndam dalam ekstrak daun teh tua dengan konsentrasi 300 ppm. Model umum rancangan yang digunakan adalah : Xij = µi + τj + єij (Gasperz 1991) Keterangan : Xij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j µi = Rata-rata umum τj = Pengaruh perlakuan ke-i єij = Pengaruh faktor random perlakuan ke-i ulangan ke-j Penelitian Utama 1. Persiapan wadah penelitian Pencucian akuarium dan bak fiber. Pengisian air ke dalam akuarium sebanyak 15 liter kemudian diberi aerasi Menempatkan akuarium perlakuan secara acak 2. Aklimatisasi benih ikan mas Memasukkan ikan mas ke dalam bak fiber. Ikan dipelihara 1 minggu dan diberi pakan komersial sebanyak tiga kali sehari pada pagi, siang dan sore hari secara ad libitum. 3. Ekstrak daun teh tua Menimbang ekstrak daun teh tua sesuai dengan konsentrasi perlakuan masing-masing (Lampiran 9).

11 28 Ekstrak daun teh tua yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam air 200ml yang diambil dari akuarium media pemeliharaan. Mencampurkan ekstrak daun teh tua dan air dengan cara dipanaskan menggunakan hot plates dan magnetic stir pada suhu o C Larutan ekstrak daun teh tua yang telah tercampur homogen kemudian ditebar ke masing-masing akuarium wadah pemeliharaan sehingga volume air dalam akuarium tetap 15 liter. 4. Persiapan biakan bakteri Aeromonas hydrophila Pemanenan bakteri Aeromonas hydrophila secara aseptik dengan menggunakan jarum ose kemudian dimasukkan ke dalam tabung falcon yang telah berisi NaCl steril, setelah itu vortex hingga homogen. Pembuatan larutan bakteri Aeromonas hydrophila 10 8 cfu/ml dengan menggunakan spektrofotometer (Lampiran 10). 5. Penginjeksian bakteri Aeromonas hydrophila 10 8 cfu/ml sebanyak 0,1 ml/ekor secara intramuscular kepada benih ikan mas uji. 6. Memasukkan benih ikan mas ke dalam akuarium perlakuan kemudian melakukan pemantauan sampai memperlihatkan gejala terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila. 7. Memasukkan ekstrak daun teh tua sesuai dengan konsentrasi ke dalam akuarium perlakuan yang berisi benih ikan mas yang telah terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila. 8. Ikan mas direndam selama 48 jam dengan ekstrak daun teh tua dengan konsentrasi sesuai dengan perlakuan yang diberikan. 9. Setelah 48 jam air pemeliharaan diganti 100% dengan air baru tanpa diberikan ekstrak daun teh tua. 10. Melakukan pengamatan gejala klinis, kelangsungan hidup dan kualitas air selama 14 hari. 11. Pembuatan preparat histopatologi organ limpa dari benih ikan mas sebelum diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila, benih ikan mas setelah diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila, dan benih ikan mas setelah pengobatan pada semua perlakuan perendaman (Lampiran 11).

12 Parameter yang Diamati 1. Gejala Klinis Gejala klinis yang diamati adalah kerusakan struktur organ tubuh dan tingkah laku ikan yang mencakup respon terhadap pakan dan uji refleks (respon terhadap kejutan) dengan pengamatan selama 14 hari. 2. Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup benih ikan mas diamati dengan cara menghitung jumlah benih ikan mas yang hidup pada akhir pengamatan dibagi dengan jumlah ikan pada awal pengamatan dikali seratus persen. Rumus kelangsungan hidup diukur dengan menggunakan rumus Goddar (1996) dalam Khasani et al. (2010) sebagai berikut: SR = Nt No x 100% Keterangan : SR = Tingkat Kelangsungan hidup ikan (%) Nt = Jumlah ikan uji yang hidup pada akhir penelitian (ekor) No = Jumlah ikan uji yang hidup pada awal penelitian (ekor) 3. Histopatologi Organ Histopatologi organ yang diamati adalah organ limpa dilakukan pada enam sample benih ikan mas yang berbeda yaitu benih ikan mas sebelum diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila (ikan sehat), benih ikan mas setelah diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila (ikan sakit), dan benih ikan mas setelah pengobatan atau pemberian perlakuan. Histopatologi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kerusakan jaringan pada organ limpa benih ikan mas yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila. 4. Kualitas air Parameter kualitas air yang diamati meliputi suhu, kandungan oksigen terlarut (DO), ph, dan amonia. Parameter ini diamati sebanyak tiga kali, yaitu pada tahap awal penelitian (hari pertama), tahap pertengahan penelitian (hari ketujuh) dan akhir penelitian (hari keempat belas).

13 Analisis Data Data kelangsungan hidup ikan mas yang diperoleh dianalisis dengan uji F. Apabila terdapat perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan uji jarak berganda Duncan dengan selang kepercayaan 95 % dan uji Regresi untuk menentukan konsentrasi terbaik dari perlakuan yang diberikan. Data gejala klinis, histopatologi dan kualitas air dianalisis secara deskriptif.

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi dan Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi dan Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi dan Laboratorium Pembenihan Ikan dan Kolam Percobaan Ciparanje untuk penelitian pendahuluan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama dilaksanakan di laboratorium bioteknologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad, tahap

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat 19 Metode ekstraksi tergantung pada polaritas senyawa yang diekstrak. Suatu senyawa menunjukkan kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut yang berbeda. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pembuatan Ekstrak Daun Nangka. (a) (b) (c)

Lampiran 1. Pembuatan Ekstrak Daun Nangka. (a) (b) (c) Lampiran 1. Pembuatan Ekstrak Daun Nangka (a) (b) (c) (d) (e) Keterangan : (a) Daun nangka segar dicuci kemudian dikeringkan (kering udara). (b) Daun nangka kering dihaluskan dengan cara diblender. (c)

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September hingga Desember 2013. Pengambilan ascidian Didemnum molle dilakukan di Kepulauan Seribu. Identifikasi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada April 2013 sampai dengan Mei 2013 di laboratorium Nutrisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian eksperimental laboratorik. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut methanol

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012 bertempat di Laboratorium Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai September 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai September 2016. 3.1 Waktu dan tempat penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai September 2016. Tempat penelitian di Labolatorium Terpadu dan Labolatorium Biologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 1 23 Agustus 2013, bertempat di Laboratorium Bioteknologi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel ascidian telah dilakukan di Perairan Kepulauan Seribu. Setelah itu proses isolasi dan pengujian sampel telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 hingga Juli 2012. Penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel yang dilakukan di persawahan daerah Cilegon,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium organik Jurusan Kimia dan Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Sains

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat 47 LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat Biji Alpukat - Dicuci dibersihkan dari kotoran - Di potong menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pembuatan Media Natrium Agar

Lampiran 1. Pembuatan Media Natrium Agar 59 Lampiran 1. Pembuatan Media Natrium Agar Pembuatan Media Agar Natrium Agar (150 ml) 1. Siapkan gelas Erlenmeyer volume 250 ml dan air laut steril 150 ml. 2. Timbang natrium agar sebanyak 4,2 gram 3.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2013. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

3. METODOLOGI. Gambar 5 Lokasi koleksi contoh lamun di Pulau Pramuka, DKI Jakarta

3. METODOLOGI. Gambar 5 Lokasi koleksi contoh lamun di Pulau Pramuka, DKI Jakarta 3. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini diawali dengan melakukan koleksi contoh lamun segar di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu, DKI Jakarta (Gambar 5). Gambar 5 Lokasi koleksi contoh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan dari bulan April sampai bulan Oktober 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Makanan Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL faktorial dengan 15 perlakuan dan 3 kali ulangan. Desain perlakuan pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Jatinangor

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai Desember 2013. Tahapan pelaksanaan penelitian meliputi : 1. Pengambilan sampel daun Rhizophora

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,

Lebih terperinci

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juli 2013 di Bintan Provinsi Kepulauan Riau (Gambar 4). Dimana penelitian ini meliputi persiapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3 digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3 ulangan meliputi pemberian minyak atsiri jahe gajah dengan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar dan Waktu Penelitian Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian daun dari tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak yang

BAB III METODE PENELITIAN. adalah dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak yang digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dekskriptif. Metode yang digunakan untuk mengekstraksi kandungan kimia dalam daun awar-awar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat peenlitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi FKIP Universitas Pasundan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2017. B. Metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011 bertempat di Laboratorium Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2012 bertempat di Laboratorium Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada penghambatan pertumbuhan jamur (Candida albicans) dan tingkat kerusakan dinding

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu perlakuan konsentrasi dan perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia dan Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Proses pembuatan ekstrak dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan bulan Januari 2013 di Laboratorium Mikrobiologi Kelautan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian 49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian tentang uji efektivitas jamu keputihan dengan parameter zona hambat dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuantitatif. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015. 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel tanah diambil dari Hutan Larangan Adat Rumbio Kabupaten Kampar. Sedangkan Enumerasi dan Analisis bakteri dilakukan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel penelitian 1. Variabel bebas : variasi konsentrasi sabun yang digunakan. 2. Variabel tergantung : daya hambat sabun cair dan sifat fisik sabun 3. Variabel terkendali

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2015 di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area. 3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan metode eksperimental laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan daun J. curcas terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada bulan Juli sampai Oktober 2013. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Sawit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah : BAB III METODOLOGI III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah : III.1.1 Pembuatan Ekstrak Alat 1. Loyang ukuran (40 x 60) cm 7. Kompor

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 April 2013 hingga 9 Mei 2013 dan terbagi menjadi dua tahap. Tahap pertama merupakan penelitian pendahuluan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga bulan September 2004 di

IV. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga bulan September 2004 di IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga bulan September 2004 di Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. B. Bahan Uji dan Bakteri Uji Bakteri uji

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Pertanian Universitas Sultan Syarif Kasim Riau.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Pertanian Universitas Sultan Syarif Kasim Riau. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2013 di Laboratorium Pertanian Universitas Sultan Syarif Kasim Riau. B.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2013 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.) Lampiran 1 A Gambar 1. Tanaman ceplukan dan daun ceplukan B Keterangan A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.) B : Daun ceplukan Lampiran 1 (Lanjutan) A B Gambar 2. Simplisia dan serbuk simplisia Keterangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2012 bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2012 bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2012 bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratoris In Vitro. B. Populasi dan Sampel Penelitian Subyek pada penelitian ini yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Kelautan untuk membuat ekstrak daun sirih, Laboratorium Fisiologi Hewan Air (FHA) untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013. 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013. Tempat penelitian adalah Laboratorium Botani dan Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Penelitian dilakukan selama 40 hari dari bulan Februari sampai dengan Maret. Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain:

III. METODOLOGI. Penelitian dilakukan selama 40 hari dari bulan Februari sampai dengan Maret. Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain: 21 III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama 40 hari dari bulan Februari sampai dengan Maret 2013 bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu Erlenmeyer, 1.2. Bahan beaker glass, tabung

Lebih terperinci

Lampiran 1. Persiapan Media Bakteri dan Jamur. diaduk hingga larut dan homogen dengan menggunakan batang pengaduk,

Lampiran 1. Persiapan Media Bakteri dan Jamur. diaduk hingga larut dan homogen dengan menggunakan batang pengaduk, Lampiran. Persiapan Media Bakteri dan Jamur Media Trypticase Soy Agar (TSA) Sebanyak g bubuk TSA dilarutkan dalam ml akuades yang ditempatkan dalam Erlenmeyer liter dan dipanaskan pada penangas air sambil

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengambilan Sampel Daun Rhizophora mucronata Lamk. dari Kawasan Wisata Alam Angke Kapuk, Jakarta Utara.

Lampiran 1. Pengambilan Sampel Daun Rhizophora mucronata Lamk. dari Kawasan Wisata Alam Angke Kapuk, Jakarta Utara. Lampiran 1. Pengambilan Sampel Daun Rhizophora mucronata Lamk. dari Kawasan Wisata Alam Angke Kapuk, Jakarta Utara. a. Stasiun Pengambilan Sampel Daun Rhizophora mucronata Lamk. No Stasiun Plot Kualitas

Lebih terperinci

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: Jenny Virganita NIM. M 0405033 BAB III METODE

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. MIPA dan Laboratorium Universitas Setia Budi Surakarta. B.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. MIPA dan Laboratorium Universitas Setia Budi Surakarta. B. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, mulai dari bulan September sampai Desember 2013, bertempat di Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

II. METODOLOGI 2.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji 2.2 Persiapan Pakan Uji

II. METODOLOGI 2.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji 2.2 Persiapan Pakan Uji II. METODOLOGI 2.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah bak terpal dengan ukuran 2 m x1m x 0,5 m sebanyak 12 buah (Lampiran 2). Sebelum digunakan, bak terpal dicuci

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi, Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Materi Penelitian Bahan yang akan digunakan meliputi ikan plati, kultur mikroorganisme yang diisolasi dari asinan sawi, Paramaecium sp.,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni 2014 di Laboratorium Basah Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni 2014 di Laboratorium Basah Jurusan III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni 2014 di Laboratorium Basah Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.2 Alat dan Bahan Alat

Lebih terperinci

III. Metode Penelitian A. Waktu dan Tempat Penelitian kelimpahan populasi dan pola sebaran kerang Donax variabilis di laksanakan mulai bulan Juni

III. Metode Penelitian A. Waktu dan Tempat Penelitian kelimpahan populasi dan pola sebaran kerang Donax variabilis di laksanakan mulai bulan Juni III. Metode Penelitian A. Waktu dan Tempat Penelitian kelimpahan populasi dan pola sebaran kerang Donax variabilis di laksanakan mulai bulan Juni sampai bulan Agustus 2013 di pulau Jefman Kabupaten Raja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis. BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris secara in vitro menggunakan ekstrak buah Asam Jawa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.)

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.) Laporan Tugas Akhir BAB III METODOLOGI III.1 Alat dan Bahan Dalam pembuatan mouthwash memiliki beberapa tahapan proses, adapun alat dan bahan yang digunakan pada setiap proses adalah : III.1.1 Pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Protozoologi, Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN. Bahan penelitian yang akan digunakan adalah S. platensis, pupuk Azolla pinnata,

IV METODOLOGI PENELITIAN. Bahan penelitian yang akan digunakan adalah S. platensis, pupuk Azolla pinnata, IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di Laboratorium Pendidikan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode difusi Kirby bauer. Penelitian di lakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. agar, arang, NaOH, HCl dan akuades. spirtus, timbangan analitik, beker gelas, LAF vertikal.

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. agar, arang, NaOH, HCl dan akuades. spirtus, timbangan analitik, beker gelas, LAF vertikal. 6 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi 1.1.1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubi jalar varietas cilembu, ubi jalar varietas sukuh,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung Lawu. Sedangkan pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Biologi dan Kimia

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Sterilisasi Alat dan Bahan Sterilisasi alat dilakukan sebelum semua peralatan digunakan, yaitu dengan cara membungkus semua peralatan dengan menggunakan kertas stensil kemudian di

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru.

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) dan lahan kampus Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris secara in vitro menggunakan ekstrak daun sirih merah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Agustus 2006 sampai Juli 2007, bertempat di Laboratorium Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimental dengan menguji isolat bakteri endofit dari akar tanaman kentang (Solanum tuberosum

Lebih terperinci