ANALISIS DATA PANEL ANOMALI PENYERAPAN TENAGA KERJA PERTANIAN DI INDONESIA NANIE KURNIADI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DATA PANEL ANOMALI PENYERAPAN TENAGA KERJA PERTANIAN DI INDONESIA NANIE KURNIADI"

Transkripsi

1 ANALISIS DATA PANEL ANOMALI PENYERAPAN TENAGA KERJA PERTANIAN DI INDONESIA NANIE KURNIADI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Data Panel Anomali Penyerapan Tenaga Kerja Pertanian di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Nanie Kurniadi NIM G

4 ABSTRAK NANIE KURNIADI. Analisis Data Panel Anomali Penyerapan Tenaga Kerja Pertanian di Indonesia. Dibimbing oleh MOHAMMAD MASJKUR dan ITASIA DINA SULVIANTI. Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik, tenaga kerja pertanian di Indonesia mencapai angka tertinggi sebesar 35.09% pada tahun Namun, selama tahun 2008 sampai 2012, rataan penyerapan tenaga kerja pertanian pada kurun waktu tersebut mengalami penurunan sebesar 1.49% sedangkan Produk Domestik Bruto sektor pertanian meningkat sebesar 0.05%. Kejadian ini tidak sejalan dengan teori ekonomi yang menjelaskan bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan penyediaan lapangan kerja dan sebaliknya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui provinsi yang tidak sejalan tersebut dan mengetahui peubah-peubah penjelas yang mempengaruhi banyaknya tenaga kerja pertanian dengan menggunakan data tahun 2008 sampai 2012 pada 33 provinsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 23 provinsi sejalan dan 10 provinsi lainnya tidak sejalan. Kesepuluh provinsi tersebut tersebar di pulau Sumatera, Jawa, Bali dan Sulawesi. Peubah penjelas yang mempengaruhi banyaknya tenaga kerja pertanian adalah peubah banyaknya penduduk, banyaknya penduduk usia kerja, banyaknya desa, dan besarnya upah. Kata kunci: data panel, PDRB, pertanian, plot kuadran, tenaga kerja. ABSTRACT NANIE KURNIADI. Analysis of Panel Data Anomaly Employment Absorption of Agriculture in Indonesia. Supervised by MOHAMMAD MASJKUR and ITASIA DINA SULVIANTI. Based on the survey results of the Badan Pusat Statistik, agricultural labor in Indonesia, reaching at 35.09% in However, during the years 2008 to 2012, the average employment in this period decreased by 1.49% while agricultural Gross Domestic Product increased at 0.05%. This case is not in line with the economic theory that explains that economic growth will boost employment and vice versa. This study was conducted to determine the province which is not in line and know the explanatory variables that affect the number of agricultural workers by using the data of 2008 to 2012 in 33 provinces. The results showed that 23 provinces in line and 10 other provinces are not in line. Ten provinces spread across the island of Sumatra, Java, Bali and Sulawesi. The explanatory variables that affect the amount of agricultural labor are the variable number of resident, the number of working-age population, the number of villages, and the amount of wages. Keywords: agriculture, GDP, labor, panel data, plot quadrant.

5 ANALISIS DATA PANEL ANOMALI PENYERAPAN TENAGA KERJA PERTANIAN DI INDONESIA NANIE KURNIADI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika pada Departemen Statistika Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul : Analisis Data Panel Anomali Penyerapan Tenaga Kerja Pertanian di Indonesia Nama : Nanie Kurniadi NRP : G Disetujui oleh Ir Mohammad Masjkur, MS Pembimbing I Dra Itasia Dina Sulvianti, MSi Pembimbing II Diketahui oleh Dr Anang Kurnia, MSi Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 Judul : Analisis Data Panel Anomali Penyerapan Tenaga Kerja Pertanian di Indonesia Nama : Nanie Kumiadi NRP : Disetujui oleh Ir Mohammad Masjkur, MS Pembimbing I Dra Itasia Dina Suivianti, Nl~ii Pembimbing II Tanggal Lulus: 03 MAR D14

9 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas anugerah dan hidayah-nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Analisis Data Panel Anomali Penyerapan Tenaga Kerja Pertanian di Indonesia berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Departemen Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir Mohammad Masjkur, MS dan Ibu Dra Itasia Dina Sulvianti, MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberi masukan dan saran dalam karya ilmiah ini. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra Laelatul Chasanah serta seluruh staf Sarana dan Prasarana dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian yang telah membantu dalam pengumpulan data. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak, ibu, kakak serta seluruh keluarga atas nasehat, doa, dan motivasinya sehingga penulis mampu menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman Statistika 46 atas dukungan yang telah diberikan. Akhirnya, penulis berharap supaya karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Bogor, Februari 2014 Nanie Kurniadi

10 DAFTAR ISI ABSTRAK iv DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 1 METODOLOGI 2 Data 2 Metode Penelitian 2 Analisis Statistika Deskriptif 2 Analisis Data Panel 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Eksplorasi Data 5 Anomali Penyerapan Tenaga Kerja Pertanian 7 Analisis Data Panel 9 Pengujian Asumsi 10 Penanganan Pelanggaran Asumsi 11 Pemilihan Model Terbaik 12 SIMPULAN 14 DAFTAR PUSTAKA 14 RIWAYAT HIDUP 21

11 DAFTAR TABEL 1 Statistika deskriptif elastisitas tenaga kerja pertanian tahun Hasil uji Chow 9 3 Hasil uji Hausman 10 4 Hasil uji Glejser model pengaruh tetap individu 10 5 Hasil uji Durbin-Watson model pengaruh tetap individu 10 6 Hasil uji multikolinieritas model pengaruh tetap individu 11 7 Hasil uji Glejser model pengaruh tetap individu dengan pembobotan bagi setiap individu 11 8 Hasil uji multikolinieritas model pengaruh tetap individu dengan pembobotan bagi setiap individu 11 DAFTAR GAMBAR 1 PDRB pertanian (atas dasar harga konstan) menurut provinsi tahun Plot kuadran laju PDRB dengan laju penyerapan tenaga kerja pertanian di Indonesia tahun DAFTAR LAMPIRAN 1. Rataan dan simpangan baku laju pertumbuhan ekonomi serta laju penyerapan tenaga kerja pertanian menurut provinsi selama Daftar provinsi di Indonesia dengan notasi angka Hasil analisis model pada data panel Pengaruh spesifik individu model pengaruh tetap individu, model pengaruh tetap dengan pembobotan bagi setiap individu, dan model dengan peubah penjelas yang siginifikan Hasil analisis model pengaruh tetap individu dengan pembobotan bagi setiap individu Hasil analisis model pengaruh tetap individu dengan pembobotan bagi setiap individu dan peubah yang signifikan Hasil uji Glejser model pengaruh tetap individu dengan pembobotan bagi setiap individu dan peubah yang signifikan Hasil uji Durbin-Watson model pengaruh tetap individu dengan pembobotan bagi setiap individu dan peubah yang signifikan Hasil uji multikolinieritas model pengaruh tetap individu dengan pembobotan bagi setiap individu dan peubah yang signifikan 20

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia terkenal sebagai negara agraris dengan sebagian besar masyarakatnya bekerja pada sektor pertanian. Sektor pertanian terbagi menjadi beberapa bagian yang lebih spesifik yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan serta kehutanan. Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012, banyaknya penduduk yang bekerja pada sektor ini mencapai angka tertinggi yaitu sebesar 35.09%, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan 20.90%, dan jasa sebesar 15.43%. Besarnya kontribusi tenaga kerja pertanian menunjukkan bahwa tenaga kerja pada sektor ini memberikan peranan penting dalam pembangunan nasional. Banyaknya tenaga kerja pertanian tidak terlepas dari pengaruh pertumbuhan ekonomi pada sektor terkait. Secara teori, peningkatan pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan penyediaan lapangan kerja begitu pula sebaliknya. Namun hal ini tidak selamanya terjadi pada sektor pertanian. Berdasarkan catatan BPS pada tahun 2008 sampai 2012, rataan laju pertumbuhan ekonomi pertanian yang dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat sebesar 0.05%, sedangkan rataan laju penyerapan tenaga kerja pertanian mengalami penurunan sebesar 1.49%. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi pertanian tidak sejalan dengan penyerapan tenaga kerja pertaniannya. Penyimpangan terjadi ketika pertumbuhan ekonomi tidak diimbangi dengan perluasan penyerapan tenaga kerja dengan kecepatan yang setara (Nur 2011). Penyimpangan tersebut akan ditelaah melalui plot kuadran yang menjelaskan ketidaksesuaian perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pertanian yang merupakan ukuran pertumbuhan ekonomi pertanian dengan penyerapan tenaga kerja pertanian. Banyaknya tenaga kerja pertanian tentunya dipengaruhi juga oleh peubahpeubah selain pertumbuhan ekonomi pertanian. Peubah-peubah yang mempengaruhi banyaknya tenaga kerja pertanian diantaranya adalah penduduk dan upah (Nur 2011). Peubah-peubah tersebut dapat diamati secara bersama-sama pada sejumlah provinsi tertentu pada beberapa waktu tertentu. Analisis statistika yang tepat dalam menjelaskan keterkaitan ini adalah analisis data panel. Analisis ini mampu mengombinasikan antara data lintas individu dengan data deret waktu. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi provinsi-provinsi yang laju pertumbuhan ekonomi pertaniannya tidak sejalan dengan laju penyerapan tenaga kerja pertanian. 2. Menyusun model yang dapat menjelaskan peubah-peubah yang mempengaruhi banyaknya tenaga kerja pertanian.

13 2 METODOLOGI Data Objek yang diamati pada penelitian ini adalah sektor pertanian yang mencakup tanaman pangan, hortikultura, peternakan serta perkebunan. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang dikumpulkan oleh Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (PUSDATIN) Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang diperoleh dari PUSDATIN mengenai banyaknya tenaga kerja pertanian, besarnya Produk Domestik Regional Bruto pertanian (atas dasar harga konstan 2000) dan banyaknya penduduk usia kerja. Sedangkan data yang diperoleh dari BPS adalah data banyaknya penduduk, banyaknya desa menurut wilayah administrasi, dan besarnya upah. Data dikumpulkan dari tahun 2008 sampai dengan 2012 pada seluruh provinsi di Indonesia. Pada analisis data panel peubah banyaknya tenaga kerja pertanian dipilih sebagai peubah respon (Y). Sedangkan peubah yang digunakan sebagai peubah penjelas adalah banyaknya penduduk (X 1 ), banyaknya penduduk usia kerja (X 2 ), banyaknya desa (X 3 ), PDRB sektor pertanian (X 4 ), dan besarnya upah (X 5 ). Data tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh peubah penjelas terhadap peubah responnya. Metode Penelitian Analisis Statistika Deskriptif Pada tahap awal penelitian ini, dilakukan eksplorasi data dengan menampilkan besarnya pertumbuhan ekonomi pertanian dengan menggunakan diagram batang. Sedangkan untuk mengetahui rataan laju pertumbuhan ekonomi pertanian yang tidak sejalan dengan rataan laju penyerapan tenaga kerja pertanian dilakukan analisis deskriptif dengan menggunakan plot kuadran. Adapun rincian langkah-langkahnya dijelaskan sebagai berikut: 1. Menghitung laju penyerapan tenaga kerja pertanian dengan rumus sebagai berikut: Laju TKP it = TKP it TKP i,t 1 TKP i,t 1 x 100 dengan TKP it merupakan banyaknya tenaga kerja pertanian provinsi ke-i pada tahun ke-t, dan TKP i,t-1 merupakan banyaknya tenaga kerja pertanian provinsi ke-i pada tahun ke-t-1; i=1,2,3,...,n; t=1,2,...,t; N adalah banyaknya provinsi dan T adalah banyaknya tahun pengamatan. 2. Menghitung laju PDRB pertanian dengan rumus sebagai berikut: Laju PDRB it = PDRB it PDRB i,t 1 PDRB i,t 1 x 100 dengan PDRB it merupakan pertumbuhan ekonomi pertanian provinsi ke-i pada tahun ke-t, dan PDRB i,t-1 merupakan pertumbuhan ekonomi pertanian provinsi ke-i pada tahun ke-t-1; i=1,2,3,...,n; t=1,2,...,t; N adalah banyaknya provinsi dan T adalah banyaknya tahun pengamatan.

14 3. Menghitung rataan laju PDRB pertanian provinsi ke-i dan rataan laju penyerapan tenaga kerja pertanian provinsi ke-i dengan rumus berikut: Laju PDRB i = 1 T Laju PDRB T t=1 it ; T =5 Laju TKP i = 1 T T t=1 Laju TKP it 4. Membuat plot kuadran antara rataan laju PDRB pertanian dan rataan laju penyerapan tenaga kerja pertanian dengan menambahkan informasi titik ideal yang berpusat pada rataan laju PDRB = 0 dan rataan laju TKP = 0. Analisis Data Panel 1. Pendugaan parameter model gabungan. Model gabungan merupakan pendekatan data panel dengan mengasumsikan bahwa koefisien regresi bernilai konstan untuk semua individu. Pendugaan parameter pada model ini menggunakan pendekatan Metode Kuadrat Terkecil (MKT). Adapun persamaan regresi dalam model gabungan menurut Baltagi (2005) adalah sebagai berikut: yit = 0i + x it + uit dengan yit merupakan respon individu ke-i pada waktu ke-t, 0 merupakan skalar dan 0i bersifat konstan, 0i merupakan intersep individu ke-i, merupakan vektor koefisien peubah penjelas berukuran k x 1, k adalah banyaknya peubah penjelas, x it merupakan vektor pengamatan individu ke-i pada waktu ke-t. Sebagian besar data panel menggunakan model komponen sisaan satu arah: uit = i + vit dengan uit merupakan sisaan model individu ke-i pada waktu ke-t, i adalah pengaruh spesifik individu ke-i yang tidak teramati, sedangkan vit adalah sisaan antar individu ke-i pada waktu ke-t. 2. Pendugaan parameter model pengaruh tetap individu. Model ini terjadi ketika antara pengaruh individu ke-i memiliki korelasi dengan peubah penjelas individu ke-i pada waktu ke-t (X it ) atau memiliki pola yang sifatnya tidak acak. Penduga model pengaruh tetap dihitung menggunakan metode least square dummy variable (LSDV). Metode ini bertujuan untuk dapat merepresentasikan perbedaan intersep, yaitu dengan menggunakan dummy variable. Menurut Gujarati (2009) model pengaruh tetap individu dituliskan sebagai berikut: y it = d 2i N d Ni + 1x kx k + uit dengan d 2i =1 untuk individu ke-2 dan 0 selainnya, d 3i =1 untuk individu ke-3 dan 0 selainnya, dan seterusnya. 01 merupakan nilai intersep untuk individu ke-1 dan koefisien 0i lainnya merupakan selisih nilai intersep individu pertama dengan individu ke-i. 3. Pendugaan parameter model pengaruh acak individu. Model pengaruh acak terjadi ketika pengaruh individu tidak berkorelasi dengan peubah penjelas individu ke-i pada waktu ke-t. Metode yang tepat untuk menduga model pengaruh acak adalah generalized least square (GLS). Model pengaruh acak dituliskan sebagai berikut: 3

15 4 y it = 0i + 1x kx k + uit 0i = 0 + i dengan 0i merupakan intersep individu ke-i, 0 merupakan skalar, dan i adalah pengaruh spesifik individu ke-i yang tidak teramati. Beberapa asumsi yang sering digunakan dalam model pengaruh acak menurut Gujarati (2009) adalah: ε i N(0,σ ε 2 ) u it N(0,σ u 2 ) E[ε i u it ] = 0; E[ε i ε j ] = 0, (i j) E[u it u is ] = E[u ij u ij ] = E[u it u js ] = 0 (i j ; t s) 4. Mengidentifikasi model dengan menggunakan 2 uji, yaitu : a. Uji Chow : membandingkan antara model gabungan dan model pengaruh tetap. Hipotesis uji Chow menurut Firdaus (2011) sebagai berikut : H 0 : 01 = 02 = 03 =... = 0N H 1 : minimal terdapat satu i dengan 0i 0 Statistik uji dari pengujian ini adalah: (RRSS URSS) (NT N k) F 0 =. (URSS) (N 1) dengan RRSS merupakan jumlah kuadrat sisaan model gabungan, URSS merupakan jumlah kuadrat sisaan model pengaruh tetap, N merupakan banyaknya individu, T merupakan banyaknya waktu dan k adalah banyaknya peubah penjelas. Jika nilai F 0 hasil pengujian lebih besar dari F N-1,N(T-1)-k, maka cukup bukti untuk menjelaskan bahwa model yang sesuai adalah model pengaruh tetap. b. Uji Hausman : membandingkan antara model pengaruh acak dan model pengaruh tetap. Uji ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut: H 0 : E[μ i X it ] = 0 H 1 : E[μ i X it ] 0 Menurut Baltagi (2005), statistik uji Hausman dirumuskan sebagai berikut: 2 χ hitung = (β GLS β wit hin ) [var(β GLS β wit hin )] 1 (β GLS β wit hin ) dengan β GLS merupakan dugaan parameter model pengaruh acak, β wit hin merupakan dugaan parameter model pengaruh tetap. Jika nilai hasil 2 pengujian lebih besar dari (k,α), dengan k merupakan jumlah peubah penjelas dan merupakan taraf nyata yang digunakan, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H 0 sehingga model yang digunakan adalah model pengaruh tetap. 5. Pengujian asumsi terhadap model terpilih, yaitu: a. Uji kehomogenan ragam sisaan Kehomogenan ragam sisaan dideteksi menggunakan uji Glejser. Uji ini mempertimbangkan regresi nilai absolut sisaan e i, terhadap peubah penjelas yang dianggap berhubungan dengan ragam 2 i. Hipotesis nol pada pengujian ini adalah ragam dari sisaan homogen. Jika dugaan parameter ( ) yang dihasilkan menunjukkan signifikan secara statistik, maka terdapat keheterogenan ragam sisaan (Gujarati 2009).

16 5 b. Uji kebebasan sisaan Menurut Gujarati (2009) uji yang populer untuk pendeteksian kebebasan sisaan adalah uji yang dikembangkan oleh Durbin dan Watson. Hipotesis nol pada pengujian ini adalah sisaan saling bebas. Adapun statistik d Durbin-Watson didefinisikan sebagai berikut: n t=2(e t e t 1 ) 2 d = n 2 t=1 e t dengan e t merupakan sisaan pada periode ke-t dan e t 1 merupakan sisaan periode ke-t-1. Nilai d tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai d pada tabel Durbin-Watson. Jika nilai d terletak antara du dan 4-dU, maka dapat dinyatakan bahwa sisaan saling bebas. c. Uji kenormalan sisaan Pengujian kenormalan sisaan menggunakan rumus Jarque-Bera (JB test). Hipotesis nol pada pengujian ini adalah sisaan menyebar normal. Statistik ujinya dituliskan sebagai berikut: JB = n S2 (K 3) dengan S merupakan kesimetrikan (skewness) sebaran data dan K merupakan keruncingan sebaran data (kurtosis). Jika statistik JB lebih 2 kecil dari (α,2) maka diputuskan bahwa kenormalan sisaan terpenuhi. d. Uji multikolinieritas Uji ini dilakukan untuk mengetahui korelasi di antara peubah penjelas pada regresi berganda. Multikolinieritas dapat dideteksi dengan menggunakan variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF lebih dari 10 pada suatu peubah penjelas, maka model mengalami masalah multikolinieritas. 6. Penanganan pelanggaran asumsi. 7. Validasi model menggunakan mean absolut percentage error (MAPE) dengan perhitungan sebagai berikut : MAPE = n i=1 Y i Y i Y i n x 100% dengan Y i merupakan banyaknya tenaga kerja pertanian aktual sedangkan Y i merupakan hasil pendugaan banyaknya tenaga kerja pertanian dari model yang dihasilkan, dan n adalah banyaknya individu. HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Pertumbuhan ekonomi pertanian pada provinsi-provinsi di Indonesia selama 2008 sampai 2012 lebih banyak didominasi oleh provinsi-provinsi yang berada di pulau Jawa. Tiga provinsi di pulau Jawa, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur merupakan tiga dengan pertumbuhan ekonomi pertaniannya terbesar di Indonesia. Luasnya daerah pertanian serta tingginya produksi pertanian

17 6 yang dihasilkan pada ketiga provinsi tersebut merupakan salah satu jawaban yang menjadikan provinsi-provinsi tersebut memiliki pertumbuhan ekonomi pertanian yang tinggi. Provinsi lain di pulau Jawa yaitu DKI Jakarta memiliki pertumbuhan ekonomi pertanian terendah pada selang waktu yang sama. Tentu saja hal tersebut dikarenakan wilayah ibukota Indonesia ini memiliki ladang yang sudah sangat sempit untuk melakukan aktivitas pertanian. Karena sebagian besar wilayahnya sudah didirikan bangunan untuk perkantoran, pusat perbelanjaan, tempat tinggal ataupun alih fungsi lahan lainnya. Adapun gambaran mengenai pertumbuhan ekonomi pertanian pada masing-masing provinsi dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 PDRB pertanian (atas dasar harga konstan) menurut provinsi tahun Selama periode 2008 sampai 2012 rataan laju pertumbuhan ekonomi pertanian tertinggi dimiliki oleh provinsi Bali. Provinsi ini mengalami pertumbuhan ekonomi pertanian yang pesat pada tahun 2012 mencapai angka 61.97%. Hal ini juga menjadikan provinsi Bali memiliki keragaman laju pertumbuhan ekonomi pertanian tertinggi di Indonesia. Keragaman tersebut dapat dilihat dari besarnya simpangan baku laju pertumbuhan ekonomi pertanian.

18 Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang merupakan provinsi dengan pertumbuhan ekonomi pertanian tertinggi di Indonesia memiliki rataan laju pertumbuhan ekonomi pertanian sebesar 4.36%, 2.78%, dan 1.65%. Nilai tersebut kurang dari median laju pertumbuhan ekonomi pertanian nasional yang mencapai angka 4.45%. Adapun besarnya rataan dan simpangan baku laju pertumbuhan ekonomi pertanian pada masing-masing provinsi selama 2008 sampai 2012 dituliskan pada Lampiran 1. Tingkat laju penyerapan tenaga kerja pertanian pada masing-masing provinsi di Indonesia memiliki keragaman yang berbeda. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya simpangan baku laju penyerapan tenaga kerja pertanian yang juga dituliskan dalam Lampiran 1. Selama 2008 sampai 2012, rataan laju penyerapan tenaga kerja pertanian tertinggi dimiliki oleh DKI Jakarta kemudian disusul Kepulauan Riau. Keragaman laju penyerapan tenaga kerja pertanian pada kedua provinsi tersebut juga merupakan yang tertinggi. Rataan laju penyerapan tenaga kerja pertanian di DKI Jakarta mencapai 29.78%, sedangkan pada Kepulauan Riau mencapai 28.39%. Hal tersebut terjadi karena hampir di setiap tahun kedua provinsi ini mengalami peningkatan banyaknya tenaga kerja pertanian yang cukup signifikan. Namun kedua provinsi ini sempat mengalami penurunan banyaknya tenaga kerja pertanian sebesar 37.41% pada tahun 2009 di DKI Jakarta dan 5.76% pada tahun 2010 untuk Kepulauan Riau. Anomali Penyerapan Tenaga Kerja Pertanian Hubungan antara besarnya pertumbuhan ekonomi pertanian dengan banyaknya tenaga kerja pertanian dapat dilihat dari korelasi di antara keduanya. Besarnya koefisien korelasi pearson antara kedua peubah tersebut pada tahun 2008 sampai 2011 sebesar 0.96, kemudian pada tahun 2012 sebesar Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat pada kedua peubah tersebut. Pada ilmu ekonomi, hubungan kedua peubah di atas lebih dijelaskan dengan elastisitas. Elastisitas tenaga kerja merupakan persentase perubahan banyaknya tenaga kerja akibat adanya perubahan pertumbuhan ekonomi. Elastisitas tenaga kerja pertanian mulai tahun 2008 sampai 2012 disajikan pada Tabel 1. Median elastisitas tenaga kerja pertanian tahun 2008 sebesar 0.73%. Sedangkan median elastisitas tenaga kerja tahun 2009 sampai 2012 sebesar 0.08%, 0.17%, -0.84%, 2.12%. Suatu hal yang menarik pada deretan median elastisitas tenaga kerja pertanian adalah terdapatnya median elastisitas tenaga kerja pertanian yang bernilai negatif. Hal tersebut terjadi di tahun 2011 karena terdapat 21 provinsi di Indonesia dengan elastisitas yang negatif. Artinya, pada tahun tersebut mayoritas provinsi di Indonesia mengalami laju penyerapan tenaga kerja pertanian yang tidak sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi pertanian. Tabel 1 Statistika deskriptif elastisitas tenaga kerja pertanian tahun Tahun Median Simpangan baku

19 Rataan laju TKP sektor pertanian (% ) 8 Keragaman paling tinggi pada elastisitas tenaga kerja pertanian terjadi pada tahun Simpangan baku yang mencapai 71.32% pada tahun ini disebabkan karena rendahnya laju pertumbuhan ekonomi pertanian yang disertai dengan tingginya laju penyerapan tenaga kerja pertanian pada provinsi DKI Jakarta. Hal ini menjadikan provinsi DKI Jakarta memiliki laju pertumbuhan ekonomi pertanian yang tidak sejalan dengan laju penyerapan tenaga kerja pertanian. Penyebaran provinsi yang sejalan dan tidak sejalan antara kedua peubah di atas dapat dilihat pada Gambar 2. Adapun notasi angka pada plot kuadran merupakan notasi dari provinsi seperti yang dituliskan dalam Lampiran Rataan laju PDRB sektor pertanian (% ) Gambar 2 Plot kuadran rataan laju PDRB pertanian dengan rataan laju penyerapan tenaga kerja pertanian di Indonesia tahun Hasil plot kuadran di atas menunjukkan bahwa seluruh provinsi di Indonesia mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi pertanian selama 2008 sampai Hal ini ditunjukkan dari tersebarnya seluruh provinsi pada nilai rataan laju PDRB pertanian yang positif. Namun jika dilihat dari rataan laju penyerapan tenaga kerja pertanian, terdapat 10 provinsi dengan nilai rataannya yang bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa selama periode yang sama, kesepuluh provinsi tersebut yaitu Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Bali, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara mengalami penurunan banyaknya tenaga kerja pertanian. Sehingga dapat dikatakan bahwa kesepuluh provinsi tersebut mengalami anomali antara pertumbuhan ekonomi pertanian dengan penyerapan tenaga kerja pertanian. Hal yang menarik lainnya pada plot kuadran adalah terdapat 3 provinsi yang terletak jauh dari titik ideal. Provinsi tersebut adalah DKI Jakarta, Kepulauan Riau, dan Bali. Seperti pada pembahasan sebelumnya, telah diketahui bahwa laju pertumbuhan ekonomi pertanian provinsi DKI Jakarta selama 2008 sampai 2012 termasuk rendah. Sedangkan laju penyerapan tenaga kerja pertaniannya sangat tinggi. Provinsi Kepulauan Riau memiliki rataan laju penyerapan tenaga kerja

20 pertanian yang tinggi. Sementara laju pertumbuhan ekonomi pertaniannya tergolong sedang. Sedangkan pada provinsi Bali, rataan laju pertumbuhan ekonomi pertanian pada provinsi ini sangat tinggi sementara rataan laju penyerapan tenaga kerja pertaniannya rendah. Rendahnya laju pertumbuhan ekonomi pertanian yang diikuti tingginya laju penyerapan tenaga kerja pertanian yang sangat signifikan pada DKI Jakarta dan Kepulauan Riau menunjukkan bahwa kedua provinsi ini terjadi anomali antara pertumbuhan ekonomi pertanian dengan penyerapan tenaga kerja pertanian. Begitu pula dengan provinsi Bali, kenaikan pertumbuhan ekonomi pertanian yang tinggi, diikuti dengan penyerapan tenaga kerja pertanian yang rendah juga menunjukkan bahwa pada provinsi ini mengalami kecenderungan anomali. Analisis Data Panel Analisis data panel dilakukan dengan menggunakan seluruh provinsi di Indonesia sebagai individu. Hal ini karena berdasarkan plot kuadran terlihat bahwa sebagian besar provinsi memiliki perbedaan laju pertumbuhan ekonomi pertanian dan laju penyerapan tenaga kerja pertanian yang tidak terlalu signifikan. Lampiran 3 menunjukkan hasil analisis data panel. Hasil analisis pada model gabungan adalah terdapat empat peubah penjelas yaitu banyaknya penduduk usia kerja, banyaknya desa, besarnya PDRB pertanian, dan besarnya upah yang berpengaruh secara siginifikan terhadap banyaknya tenaga kerja pertanian. Peubah penjelas tersebut memiliki nilai-p kurang dari 5%. Keragaman data banyaknya tenaga kerja pertanian yang dapat dijelaskan oleh peubah penjelas dapat dilihat dari R 2 sebesar 92.54%. Pada model pengaruh tetap individu, peubah penjelas yang secara signifikan berpengaruh terhadap banyaknya tenaga kerja pertanian adalah banyaknya penduduk, banyaknya penduduk usia kerja dan banyaknya desa. Ketiga peubah ini memiliki nilai-p sebesar , , dan Besarnya R 2 untuk model pengaruh tetap ini lebih besar dari model gabungan dengan nilai sebesar 99.67%. Berbeda dengan hasil analisis pada model pengaruh acak, pada model ini empat peubah penjelas yang meliputi banyaknya penduduk, banyaknya penduduk usia kerja, banyaknya desa, dan besarnya upah berpengaruh secara siginifikan terhadap banyaknya tenaga kerja pertanian. Hal tersebut dilihat dari besarnya nilai-p untuk masing-masing peubah penjelas tersebut kurang dari 5%. Namun, keragaman data banyaknya tenaga kerja pertanian yang dapat dijelaskan oleh seluruh peubah penjelas sebesar 56.57%. Nilai tersebut lebih kecil dari R 2 yang dimiliki oleh model pengaruh tetap individu dan model gabungan. Selanjutnya dilakukan pemilihan model terhadap ketiga model di atas. Uji Chow memberikan hasil bahwa nilai-p untuk pengujian ini mendekati 0 yang artinya model sementara yang sesuai adalah model pengaruh tetap individu. Hal ini menunjukkan bahwa provinsi-provinsi di Indonesia memiliki pengaruh yang berbeda terhadap banyaknya tenaga kerja pertanian. Tabel 2 Hasil uji Chow Uji pengaruh Statistik uji Derajat bebas Nilai-p Uji F (32,127)

21 10 Selanjutnya hasil dari uji Hausman menunjukkan bahwa nilai-p mendekati 0. Artinya berdasarkan uji ini, model yang terpilih adalah model pengaruh tetap individu. Hasil dari uji Hausman dapat dilihat pada Tabel 3 berikut: Tabel 3 Hasil uji Hausman Uji pengaruh Statistik uji Derajat bebas Nilai-p Individu Acak Uji Chow maupun uji Hausman menunjukkan bahwa model yang sesuai untuk menjelaskan data banyaknya penduduk, banyaknya penduduk usia kerja, banyaknya desa, besarnya PDRB pertanian dan besarnya upah terhadap banyaknya tenaga kerja pertanian adalah model pengaruh tetap individu. Adapun model pengaruh tetap individu dituliskan sebagai berikut: lny = μ it lnx lnx lnx lnx lnx 5 + v it dengan μ it menyatakan pengaruh masing-masing provinsi pada provinsi ke-i dan tahun ke-t. Sedangkan v it menyatakan nilai sisaan antar provinsi ke-i pada tahun ke-t. Pengaruh spesifik individu di setiap provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4. Pengujian Asumsi Pengujian pertama yang dilakukan adalah uji kehomogenan ragam sisaan. Untuk mendeteksi keragaman sisaan pada model terpilih digunakan uji Glejser. Hasil uji Glejser pada Tabel 4 menjelaskan bahwa tidak satupun peubah penjelas yang lebih kecil dari 0.05, sehingga kehomogenan ragam sisaan terpenuhi. Tabel 4 Hasil uji Glejser model pengaruh tetap individu Peubah t-hitung Nilai-p C X X X X X Selanjutnya dilakukan pengujian asumsi kebebasan sisaan. Pengujian asumsi kebebasan sisaan menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Uji DW pada model pengaruh tetap individu menghasilkan nilai Nilai tersebut tidak berada di antara du dan 4-dU sehingga dapat disimpulkan bahwa sisaan model pengaruh tetap individu tidak bebas. Tabel 5 Hasil uji Durbin-Watson model pengaruh tetap individu du dw 4-dU Uji kenormalan yang dilihat dari uji Jarque-Bera menghasilkan nilai-p mendekati 0. Nilai ini menunjukkan bahwa sisaan tidak menyebar normal. Selanjutnya, pengujian terakhir terhadap model adalah uji multikolinieritas. Pada Tabel 6 menunjukkan model pengaruh tetap individu tidak mengalami masalah multikolinieritas dengan nilai VIF seluruh peubah penjelas kurang dari 10.

22 11 Tabel 6 Hasil uji multikolinieritas model pengaruh tetap individu Peubah VIF X X X X X Penanganan Pelanggaran Asumsi Pengujian asumsi menunjukkan bahwa terdapat asumsi kebebasan sisaan dan kenormalan sisaan telah dilanggar. Menurut Gujarati (2009), salah satu cara untuk mengatasi masalah ketidakbebasan sisaan pada data dengan banyaknya observasi yang besar adalah dengan menggunakan bobot bagi setiap individu dengan metode feasible generalized least square (FGLS). Pembobotan bagi setiap individu dilakukan untuk mengatasi kedua asumsi yang telah dilanggar. Lampiran 5 merupakan tampilan hasil analisis data panel setelah pembobotan pada individu. Pengujian asumsi terhadap model pengaruh tetap individu dengan pembobotan bagi setiap individu menghasilkan pemenuhan seluruh asumsi. Asumsi kehomogenan ragam sisaan yang terpenuhi ditunjukkan pada Tabel 7 berikut. Tabel 7 Hasil uji Glejser model pengaruh tetap individu dengan pembobotan bagi setiap individu Peubah t-hitung Nilai-p C X X X X X Nilai Durbin-Watson yang dihasilkan pada model ini sebesar yang berada di antara wilayah du dan 4-dU, sehingga menunjukkan bahwa sisaan saling bebas. Hasil uji Jarque-Bera menghasilkan nilai-p sebesar Nilai ini lebih besar dari taraf nyata 0.01 sehingga dapat disimpulkan bahwa sisaan menyebar normal. Tabel 8 menunjukkan bahwa tidak terdapat multikolinieritas pada model. Hal ini ditunjukkan dari nilai VIF seluruh peubah penjelas yang kurang dari 10. Tabel 8 Hasil uji multikolinieritas model pengaruh tetap individu dengan pembobotan bagi setiap individu Peubah VIF X X X X X

23 12 Analisis dari model pengaruh tetap individu dengan pembobotan bagi setiap individu menghasilkan R 2 sebesar 99.87%. Peubah penjelas yang berpengaruh signifikan terhadap banyaknya tenaga kerja pertanian adalah peubah banyaknya penduduk, banyaknya penduduk usia kerja, banyaknya desa dan besarnya upah. Model pengaruh tetap individu dengan pembobotan bagi setiap individu dituliskan sebagai berikut: lny = μ it lnx lnx lnx lnx lnx 5 + v it Pengaruh spesifik individu pada model tersebut dapat dilihat pada Lampiran 4. Adapun hasil validasi model di atas menggunakan MAPE menghasilkan nilai sebesar 0.410%. Nilai MAPE yang mendekati 0% tersebut menunjukkan bahwa model yang disusun merupakan model yang sudah cukup baik. Pemilihan Model Terbaik Model pengaruh tetap individu dengan pembobotan untuk setiap individu menghasilkan nilai-p untuk statistik F mendekati 0. Hal ini menunjukkan bahwa model yang dibangun sudah layak dan minimal terdapat satu peubah penjelas yang mempengaruhi banyaknya tenaga kerja pertanian. Jumlah kuadrat sisaan yang dimiliki model ini sebesar yang juga menunjukkan bahwa model cukup baik. Hasil uji-t menunjukkan bahwa peubah penjelas yang berpengaruh secara signifikan terhadap banyaknya tenaga kerja pertanian adalah banyaknya penduduk, banyaknya penduduk usia kerja, banyaknya desa dan besarnya upah. Masing-masing dari peubah ini memiliki nilai-p kurang dari taraf nyata 5%. Selanjutnya dilakukan pemodelan menggunakan model pengaruh tetap individu dengan pembobotan yang melibatkan peubah respon dan peubah penjelas yang berpengaruh secara signifikan. Adapun model yang didapatkan sebagai berikut: lny = μ it lnx lnx lnx lnx 5 + v it Berdasarkan model tersebut, dapat ditunjukkan bahwa model yang dimiliki sudah memenuhi seluruh pengujian asumsi. Hasil pengujian asumsi dituliskan pada Lampiran 7 sampai Lampiran 9. Pada uji kehomogenan ragam menggunakan uji Glejser ditunjukkan bahwa peubah banyaknya penduduk, banyaknya penduduk usia kerja, banyaknya desa dan besarnya upah memiliki nilai-p lebih besar dari 5%. Hasil ini menunjukkan bahwa kehomogenan ragam sisaan terpenuhi. Hasil dari uji Durbin-Watson menghasilkan nilai DW sebesar berada di antara du dan 4-dU. Sehingga asumsi kebebasan sisaan terpenuhi. Pengujian kenormalan sisaan dengan uji Jarque-Bera menghasilkan nilai-p sebesar yang menunjukkan sisaan menyebar normal. Sedangkan nilai VIF untuk keempat peubah penjelas kurang dari 10 yang menunjukkan bahwa model tidak mengalami masalah multikolinieritas. Selanjutnya, model di atas dilanjutkan dengan transformasi balik pada model. Hal ini bertujuan untuk dapat menginterpretasikan masing-masing peubah penjelas secara tepat terhadap peubah respon. Hasil transformasi balik dituliskan sebagai berikut:

24 Y = e μit lnx lnx lnx lnx 5 atau Y = eμ it e X X X X Peubah banyaknya penduduk berpengaruh terhadap banyaknya tenaga kerja pertanian. Peningkatan banyaknya penduduk sebesar 1 persen akan meningkatkan banyaknya tenaga kerja pertanian sebesar, Y = e μ it e X X X (X 1,i X 1,i ) persen dengan diasumsikan peubah penjelas lainnya konstan. Hal ini sejalan dengan teori ekonomi yang dijelaskan Sukirno (2004) dan Bellante dan Jackson (1983) yang menyatakan bahwa banyaknya penduduk yang bertambah akan memperbesar banyaknya tenaga kerja, dan penambahan tersebut memungkinkan suatu wilayah dapat menambah produksinya. Kenaikan banyaknya penduduk usia kerja sebesar 1 persen akan meningkatkan banyaknya tenaga kerja pertanian sebesar, Y = e μ it e X X X (X 2,i X 2,i ) persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan banyaknya penduduk usia kerja pada setiap provinsi dapat meningkatkan banyaknya tenaga kerja yang menggantungkan harapannya pada sektor pertanian. Menurut Sukirno (2004), para pelaku usaha tani sebaiknya mempersiapkan sarana dan prasarana yang memadai dan berkualitas sehingga mampu menyerap tenaga kerja dengan baik. Adapun peningkatan peubah banyaknya desa dan besarnya upah tidak sejalan dengan peningkatan banyaknya tenaga kerja pertanian. Peningkatan banyaknya desa dan besarnya upah sebesar 1 persen mengakibatkan penurunan banyaknya tenaga kerja pertanian masing-masing sebesar, Y = e μ it e X X X Y = e μ it e X X X X 3,i X 3,i X 5,i X 5,i persen dan persen. Peningkatan upah buruh tani menurut penelitian Rusastra dan Suryadi (2004) berdampak pada menurunnya keuntungan usaha tani. Untuk meningkatkan keuntungan dalam usaha tani, umumnya para pengusaha tani menaikkan harga jual produknya. Hal ini mengakibatkan impor produksi sektor pertanian yang dilakukan pemerintah semakin meningkat sehingga produksi pertanian yang dihasilkan dalam negeri tidak laku di pasaran. Kerugian tersebut kemudian berdampak pada penurunan banyaknya tenaga kerja pertanian. Model yang hanya melibatkan peubah penjelas yang siginifikan tidak mengubah tanda koefisien regresi pada peubah banyaknya penduduk, banyaknya penduduk usia kerja, banyaknya desa dan besarnya upah pada model sebelumnya. Besarnya perubahan koefisien regresi tidak mengalami perubahan yang signifikan. Arah dan besarnya pengaruh individu terhadap model juga tidak mengalami perubahan yang cukup siginifikan. Hal ini ditunjukkan dari tidak adanya perubahan tanda pengaruh dan perubahan besarnya pengaruh yang sangat kecil pada pengaruh individu model ini. Nilai R 2 yang dihasilkan dari model ini menghasilkan nilai R 2 yang sama dengan model sebelum direduksi peubah penjelasnya, yaitu sebesar 99.88%. MAPE yang dihasilkan sebesar 0.412%. Pada 13

25 14 model ini, terjadi kenaikan nilai MAPE sebesar 0.002% dari model sebelumnya. Namun, model ini masih dapat dikatakan cukup baik. Adapun hasil analisis model dan pengaruh spesifik individu dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 4. SIMPULAN Terdapat 23 provinsi dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi pertanian sejalan dengan penyerapan tenaga kerja pertanian. Pada 10 provinsi lainnya, peningkatan pertumbuhan ekonomi pertanian tidak diikuti dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja pertanian. Model yang sesuai dan memenuhi seluruh pengujian asumsi pada analisis data panel adalah model pengaruh tetap individu dengan pembobotan bagi setiap individu. Adapun peubah penjelas yang mempengaruhi banyaknya tenaga kerja pertanian adalah peubah banyaknya penduduk, banyaknya penduduk usia kerja, banyaknya desa, dan besarnya upah. DAFTAR PUSTAKA Baltagi BH Econometric Of Analysis Of Panel Data. Ed ke-3. England: JohnWiley&Sons Ltd. Bellante D, Jackson M Ekonomi Ketenagakerjaan. Liotohe WK, Yasin M, penerjemah; Rahardja P, editor. Depok (ID): Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia. Terjemahan dari: Labor Economics, Choice in Labor Markets. Ed ke-2. Firdaus M Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series. Bogor: IPB Press. Gujarati DN, Porter DC Basic Econometrics. Ed ke-5. New York:The McGraw-Hill Companies,Inc. Nur S Adakah Anomali Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja?[Thesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Rusastra IW, Suryadi M Ekonomi Tenaga Kerja Pertanian dan Implikasinya dalam Peningkatan Produksi dan Kesejahteraan Buruh Tani. Jurnal Litbang Pertanian. 23(3): Sarana dan Prasarana Pertanian Statistik SDM Pertanian, Banyaknya penduduk, Kemiskinan dan Kelembagaan Petani. Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian. Sukirno S Teori Pengantar Makroekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

26 Lampiran 1 Rataan dan simpangan baku laju pertumbuhan ekonomi pertanian serta laju penyerapan tenaga kerja pertanian menurut provinsi selama Laju PDRB (%) Laju TKP (%) Provinsi Simpangan Simpangan Rataan Rataan baku baku Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kep.Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Jogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua

27 16 Lampiran 2 Daftar provinsi di Indonesia dengan notasi angka No Provinsi 1 Aceh 2 Sumatera Utara 3 Sumatera Barat 4 Riau 5 Jambi 6 Sumatera Selatan 7 Bengkulu 8 Lampung 9 Bangka Belitung 10 Kep.Riau 11 DKI Jakarta 12 Jawa Barat 13 Jawa Tengah 14 DI Jogyakarta 15 Jawa Timur 16 Banten 17 Bali 18 Nusa Tenggara Barat 19 Nusa Tenggara Timur 20 Kalimantan Barat 21 Kalimantan Tengah 22 Kalimantan Selatan 23 Kalimantan Timur 24 Sulawesi Utara 25 Sulawesi Tengah 26 Sulawesi Selatan 27 Sulawesi Tenggara 28 Gorontalo 29 Sulawesi Barat 30 Maluku 31 Maluku Utara 32 Papua Barat 33 Papua

28 17 Lampiran 3 Hasil analisis data panel 3.1 Hasil analisis model gabungan Spesifikasi setiap peubah Peubah Koefisien Sisaan Baku t-hitung Nilai-p C X X X X X Spesifikasi model gabungan R Durbin-Watson stat R 2 Adjusted Prob(F-statistic) Jumlah Kuadrat Sisaan Hasil analisis model pengaruh tetap individu Spesifikasi setiap peubah Peubah Koefisien Sisaan Baku t-hitung Nilai-p C X X X X X Spesifikasi model pengaruh tetap R Durbin-Watson stat R 2 Adjusted Prob(F-statistic) Jumlah Kuadrat Sisaan Hasil analisis model pengaruh acak individu Spesifikasi setiap peubah Peubah Koefisien Sisaan Baku t-hitung Nilai-p C X X X X X Spesifikasi model pengaruh acak S.D Rho Efek individu acak Idiosyncratic acak R Durbin-Watson stat R 2 Adjusted Prob(F-statistic) Jumlah Kuadrat Sisaan

29 18 Lampiran 4 Pengaruh spesifik individu model pengaruh tetap individu, model pengaruh tetap individu dengan pembobotan bagi setiap individu dan model dengan peubah penjelas yang signifikan Individu Pengaruh A Pengaruh B Pengaruh C Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kep.Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Jogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Keterangan : A : model pengaruh tetap individu awal B : model pengaruh tetap individu dengan pembobotan bagi setiap individu C : model pengaruh tetap individu dengan pembobotan bagi setiap individu dan peubah penjelas yang signikan

30 Lampiran 5 Hasil analisis model pengaruh tetap individu dengan pembobotan bagi setiap individu Spesifikasi setiap peubah Peubah Koefisien Sisaan Baku t-hitung Nilai-p C X X X X X Spesifikasi model pengaruh tetap R Durbin-Watson stat R 2 Adjusted Prob(F-statistic) Jumlah Kuadrat Sisaan Lampiran 6 Hasil analisis model pengaruh tetap individu dengan pembobotan bagi setiap individu dan peubah penjelas yang signifikan Spesifikasi setiap peubah Peubah Koefisien Sisaan Baku t-hitung Nilai-p C X X X X Spesifikasi model pengaruh tetap R Durbin-Watson stat R 2 Adjusted Prob(F-statistic) Jumlah Kuadrat Sisaan

31 20 Lampiran 7 Hasil uji Glejser model pengaruh tetap individu dengan pembobotan bagi setiap individu dan peubah penjelas yang siginfikan Peubah t-hitung Nilai-p C X X X X Lampiran 8 Hasil uji Durbin-Watson model pengaruh tetap individu dengan pembobotan bagi setiap individu dan peubah penjelas yang siginfikan du dw 4-dU Lampiran 9 Hasil uji multikolinieritas model pengaruh tetap individu dengan pembobotan bagi setiap individu dan peubah penjelas yang siginfikan Peubah VIF X X X X

32 21 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Wonogiri pada tanggal 8 Agustus 1991 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Soeyadi dan Ibu Sugiarni. Penulis menempuh pendidikan formal di SMP Negeri 1 Wonogiri, Jawa Tengah dan lulus pada tahun Kemudian melanjutkan di SMA Negeri 1 Wonogiri dan berhasil menyelesaikan pendidikan pada tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi maupun kepanitiaan. Pada tahun 2010, penulis menjadi pengurus Serum G pada divisi Economic Management. Tahun berikutnya penulis aktif di organisasi Himpunan Keprofesian Gamma Sigma Beta pada divisi Survey and Research. Penulis tergabung dalam berbagai kepanitiaan seperti Statistika Ria, Pesta Sains Nasional dan Kompetisi Statistika Junior. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Perancangan Percobaan I dan menjadi pengajar Metode Statistika dan Kalkulus di bimbingan belajar MSC College. Pada Februari-Maret 2013 penulis melaksanakan kegiatan Praktik Lapang di Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (PUSDATIN) Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN. mengambil objek di seluruh provinsi di Indonesia, yang berjumlah 33 provinsi

BAB III METODE PENELITIAN. mengambil objek di seluruh provinsi di Indonesia, yang berjumlah 33 provinsi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis mengambil objek di seluruh provinsi di Indonesia, yang berjumlah 33 provinsi di 5 pulau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa data panel, yaitu data yang terdiri dari dua bagian : (1)

Lebih terperinci

pendekatan dalam penelitian ini dinilai cukup beralasan.

pendekatan dalam penelitian ini dinilai cukup beralasan. Tabel Hasil pendugaan model pengaruh tetap dengan Y sebagai peubah respon dan X, X dan X sebagai C -. 00 X -5 0.50 X.05 00 X 00 R 0.6 Adjusted R 0.6 Hasil pendugaan model data panel dengan Y sebagai peubah

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

ANGGREVITA MANALU DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

ANGGREVITA MANALU DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 ` ANALISIS DATA PANEL UNTUK MENGETAHUI PEUBAH- PEUBAH YANG MEMPENGARUHI JUMLAH EKSPOR UDANG INDONESIA (Studi pada Negara Tujuan Utama Ekspor Udang Indonesia Periode 2005-2012) ANGGREVITA MANALU DEPARTEMEN

Lebih terperinci

APLIKASI REGRESI DATA PANEL UNTUK PEMODELAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH

APLIKASI REGRESI DATA PANEL UNTUK PEMODELAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH APLIKASI REGRESI DATA PANEL UNTUK PEMODELAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI Disusun Oleh : TYAS AYU PRASANTI 24010211130029 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menganalisis pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia tahun 2010-2014. Alat analisis yang digunakan adalah data panel dengan model

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan 49 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, inflasi dan kualitas sumber daya manusia terhadap tingkat pengangguran

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, EKSPOR, DAN KONSUMSI PEMERINTAH TERHADAP PDRB KALIMANTAN BARAT DENGAN MODEL DATA PANEL INTISARI

ANALISIS FAKTOR PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, EKSPOR, DAN KONSUMSI PEMERINTAH TERHADAP PDRB KALIMANTAN BARAT DENGAN MODEL DATA PANEL INTISARI Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume xx, No. x (tahun), hal xx xx. ANALISIS FAKTOR PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, EKSPOR, DAN KONSUMSI PEMERINTAH TERHADAP PDRB KALIMANTAN BARAT DENGAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012: 13), penelitian deskriptif

Lebih terperinci

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M. JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Seminar hasil TUGAS AKHIR Ayunanda Melliana 1309100104 Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.Si PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu berkaitan dengan data yang waktu dikumpulkannya bukan (tidak harus) untuk

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Pemilihan Bank Melalui Kriteria Berdasarkan Purposive Sampling

Lampiran 1 : Pemilihan Bank Melalui Kriteria Berdasarkan Purposive Sampling Lampiran 1 : Pemilihan Bank Melalui Kriteria Berdasarkan Purposive Sampling No Nama Bank Kriteria 1 Kriteria 2 Yang memenuhi kriteria 1 dan 2 1 PT. BPD Aceh 2 PT. BPD Bali 3 PT. BPD Bengkulu - - 4 PT.

Lebih terperinci

Abstrak. Abstract. Pendahuluan

Abstrak. Abstract. Pendahuluan Ryan Z., Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Jumlah Angkatan Kerja dan... 187 Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Jumlah Angkatan Kerja dan Upah Minimum Regional Terhadap Pengangguran Terdidik di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. topik penelitian secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan hal ini, metode

III. METODE PENELITIAN. topik penelitian secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan hal ini, metode III. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan pendekatan umum untuk membangun topik penelitian secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan hal ini, metode penelitian merupakan sistem atas peraturan-peraturan

Lebih terperinci

1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga.

1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga. LAMPIRAN Lampiran 1. Evaluasi Model Evaluasi Model Keterangan 1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga. 2)

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, BAB III METODELOGI PENELTIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini meliputi seluruh wilayah atau 33 provinsi yang ada di Indonesia, meliputi : Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan kementrian terkait. Data yang

BAB III METODOLOGI. berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan kementrian terkait. Data yang BAB III METODOLOGI 3.1. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan kementrian terkait. Data yang bersumber dari BPS adalah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Regional Bruto tiap provinsi dan dari segi demografi adalah jumlah penduduk dari

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Regional Bruto tiap provinsi dan dari segi demografi adalah jumlah penduduk dari 54 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas hasil dari estimasi faktor-faktor yang memengaruhi migrasi ke Provinsi DKI Jakarta sebagai bagian dari investasi sumber daya manusia. Adapun variabel

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Pergerakan laju inflasi kelompok ASEAN-5

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Pergerakan laju inflasi kelompok ASEAN-5 5 yaitu Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Viet Nam. Oleh karena itu, jumlah pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 90. Peubah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia yaitu provinsi

Lebih terperinci

3. METODE. Kerangka Pemikiran

3. METODE. Kerangka Pemikiran 25 3. METODE 3.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu serta mengacu kepada latar belakang penelitian, rumusan masalah, dan tujuan penelitian maka dapat dibuat suatu bentuk kerangka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia dan BPS Provinsi Maluku Utara.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan secara tidak langsung oleh peneliti

Lebih terperinci

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010. Data tersebut didapat dari beberapa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Klasik 1. Uji heteroskedastisitas Berdasarkan hasil Uji Park, nilai probabilitas dari semua variable independen tidak signifikan pada tingkat 5 %. Keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DATA PANEL DEWI SARTIKA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DATA PANEL DEWI SARTIKA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DATA PANEL DEWI SARTIKA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series tahunan 2002-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung. Adapun data

Lebih terperinci

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor), Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi Biplot Kanonik dan Analisis Procrustes dengan Mathematica Biplot biasa dengan sistem perintah telah terintegrasi ke dalam beberapa program paket statistika seperti SAS,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 66 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Badan Pusat Statistik dengan mengambil data Laporan Realisasi Anggaran Penerimaan dan Pengeluaran pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yaitu infrastruktur listrik, infrastruktur jalan, infrastruktur air, dan tenaga kerja.

III. METODE PENELITIAN. yaitu infrastruktur listrik, infrastruktur jalan, infrastruktur air, dan tenaga kerja. III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan variabel terikat yaitu PDRB, dan variabel bebas yaitu infrastruktur listrik, infrastruktur jalan, infrastruktur air,

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No.39/07/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR

Lebih terperinci

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga

Lebih terperinci

Provincial Comparison

Provincial Comparison Provincial Comparison Maluku Papua 3% Sulawesi 7% Kalimantan Bali, Nusa 6% Tenggara 6% Sumatera 21% Persentase Penduduk Indonesia Menurut Pulau 2010 Percentage Indonesia Population by Island 2010 Jawa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data panel (pooled data) yang merupakan gabungan data silang (cross section)

Lebih terperinci

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi, yang Tersedia pada Menurut, 2000-2015 2015 yang Tersedia pada ACEH 17 1278 2137 SUMATERA UTARA 111 9988 15448 SUMATERA BARAT 60 3611 5924 RIAU 55 4912 7481 JAMBI 29 1973 2727 SUMATERA SELATAN 61 4506 6443

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan

Lebih terperinci

PEMODELAN REGRESI PANEL TERHADAP BELANJA DAERAH DI KABUPATEN/KOTA JAWA BARAT

PEMODELAN REGRESI PANEL TERHADAP BELANJA DAERAH DI KABUPATEN/KOTA JAWA BARAT Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Statistika, hal. 60-68 PEMODELAN REGRESI PANEL TERHADAP BELANJA DAERAH DI KABUPATEN/KOTA JAWA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Apakah investasi mempengaruhi kesempatan kerja pada sektor Industri alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Apakah investasi mempengaruhi kesempatan kerja pada sektor Industri alat 43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah-masalah yang telah peneliti rumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Apakah investasi mempengaruhi kesempatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Kerangka pikir konseptual yang digunakan dalam studi ini secara rinci tergambarkan dalam Gambar 3.1 berikut ini: LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI. Kerangka pikir konseptual yang digunakan dalam studi ini secara rinci tergambarkan dalam Gambar 3.1 berikut ini: LATAR BELAKANG 3.1. Kerangka Pikir Konseptual BAB III METODOLOGI Kerangka pikir konseptual yang digunakan dalam studi ini secara rinci tergambarkan dalam Gambar 3.1 berikut ini: LATAR BELAKANG Fakta: Penggunaan listrik

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman Online di: ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 345-354 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PEMODELAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI JAWA TENGAN

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI TOTAL PENERIMAAN INDONESIA HUMAN CAPITAL STUDY 2012 CARISSA DESSY RIANTI

ANALISIS REGRESI TOTAL PENERIMAAN INDONESIA HUMAN CAPITAL STUDY 2012 CARISSA DESSY RIANTI ANALISIS REGRESI TOTAL PENERIMAAN INDONESIA HUMAN CAPITAL STUDY 0 CARISSA DESSY RIANTI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 04 PERNYATAAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross

III. METODE PENELITIAN. berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross 36 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. data sudah dikompilasi ke dalam bentuk digital file, publikasi, buku, laporan dan

III. METODE PENELITIAN. data sudah dikompilasi ke dalam bentuk digital file, publikasi, buku, laporan dan III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, dimana data sudah dikompilasi ke dalam bentuk digital file, publikasi, buku, laporan dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari tahun 2005-2012, yang diperoleh dari data yang dipublikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan taraf hidup atau mensejahterakan seluruh rakyat melalui pembangunan ekonomi. Dengan kata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dan sampel merupakan kumpulan dari seluruh elemen

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dan sampel merupakan kumpulan dari seluruh elemen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dan sampel merupakan kumpulan dari seluruh elemen atau individu yang merupakan sumber informasi dalam sebuah penelitian. Sampel diartikan sebagai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan studi kasus Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86

Lebih terperinci

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi, Menurut, 2000-2016 2015 ACEH 17 1.278 2.137 20 1.503 2.579 SUMATERA UTARA 111 9.988 15.448 116 10.732 16.418 SUMATERA BARAT 60 3.611 5.924 61 3.653 6.015 RIAU 55 4.912 7.481 58 5.206 7.832 JAMBI 29 1.973

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan

Halaman ini sengaja dikosongkan 156 Halaman ini sengaja dikosongkan 157 Lampiran 1 Hasil pengujian antara fixed effect dengan random effect (Uji Hausman) untuk model peran pendidikan terhadap kemiskinan di Indonesia, tahun 2007-2010.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang merupakan data deret waktu mulai dari tahun

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang merupakan data deret waktu mulai dari tahun 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data deret waktu mulai dari tahun 2001-2010. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

menggunakan analisis regresi dengan metode kuadrat terkecil. Model analisis data panel yang dievaluasi kemudian adalah model gabungan, model

menggunakan analisis regresi dengan metode kuadrat terkecil. Model analisis data panel yang dievaluasi kemudian adalah model gabungan, model 4 kurang dari 10, maka peubah bebas tersebut tidak mengalami masalah multikolinearitas dengan peubah bebas lainnya. Selanjutnya Uji ARCH atau White digunakan untuk menguji asumsi kehomogenan ragam sisaan.

Lebih terperinci

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154 ALOKASI ANGGARAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN YANG DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR (Alokasi Anggaran Dekonsentrasi Per Menurut Program dan Kegiatan) (ribuan rupiah) 1 010022 : DKI Jakarta 484,909,154

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Kriteria Sampel Nama Provinsi

DAFTAR LAMPIRAN. Kriteria Sampel Nama Provinsi DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Proses Pemilihan Sampel Penelitian Kriteria Sampel No Nama Provinsi Sampel 1 2 3 4 1 Provinsi Aceh 1 2 Provinsi Sumatera Utara 2 3 Provinsi Sumatera Barat 3 4 Provinsi Riau 4

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

Penerapan Regresi Data Panel Komponen Satu Arah untuk Menentukan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia

Penerapan Regresi Data Panel Komponen Satu Arah untuk Menentukan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia Jurnal Matematika Integratif Volume 13 o 1, April 017, pp 1-10 p-iss:141-6184, e-iss:549-903 doi :10.4198/jmi.v13.n1.11383.1-10 Penerapan Regresi Data Panel Komponen Satu Arah untuk Menentukan Faktor-Faktor

Lebih terperinci

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada masalah-masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini antara lain untuk: 1. Mengetahui besarnya pengaruh tenaga kerja

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berkaitan dengan data yang waktu dikumpulkannya bukan (tidak harus) untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Penghitungan kesenjangan pendapatan regional antar kabupaten/kota di Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sumber Data Metode penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang berbentuk time series selama periode waktu 2005-2015 di Sumatera Barat yang diperoleh dari

Lebih terperinci

PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H

PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H 14104053 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah 63 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Belanja Barang dan Jasa (BBJ) terhadap pembangunan

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 13/02/12/Th. XX, 06 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,312 Pada ember

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari 46 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainya. Dari satu periode ke periode lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya upaya pembangunan Negara Sedang Berkembang (NSB) diidentikkan dengan upaya meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan meningkatnya pendapatan perkapita diharapkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN No.54/09/17/I, 1 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,357 Daerah Perkotaan 0,385 dan Perdesaan 0,302 Pada

Lebih terperinci

Kata Kunci : Common Effect, Fixed Effect, Tingkat Kesejahteraan Masyarakat (IPM), Regresi Data Panel

Kata Kunci : Common Effect, Fixed Effect, Tingkat Kesejahteraan Masyarakat (IPM), Regresi Data Panel Judul Nama Pembimbing : Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten/Kota di Provinsi Bali : Kadek Ari Lestari : 1. Ir. I Putu Eka Nila Kencana, M.T. 2. Ir. I Komang Gde Sukarsa, M.Si. ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017 No. 41/07/36/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017 GINI RATIO PROVINSI BANTEN MARET 2017 MENURUN Pada 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Banten yang diukur

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Ketimpangan Pendapatan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Ketimpangan Pendapatan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Ketimpangan Pendapatan Identifikasi pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan dilakukan melalui analisa data panel dengan model

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A

PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A14104585 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data panel (pooled data) yang merupakan gabungan data silang (cross section)

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TENGAH DENGAN METODE REGRESI LINIER BERGANDA DAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION SKRIPSI

PERBANDINGAN MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TENGAH DENGAN METODE REGRESI LINIER BERGANDA DAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION SKRIPSI PERBANDINGAN MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TENGAH DENGAN METODE REGRESI LINIER BERGANDA DAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION SKRIPSI Oleh: KELIK ISBIYANTORO J2E 008 029 JURUSAN STATISTIKA

Lebih terperinci

PEMODELAN LAJU INFLASI DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI DATA PANEL

PEMODELAN LAJU INFLASI DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI DATA PANEL PEMODELAN LAJU INFLASI DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI DATA PANEL SKRIPSI Disusun oleh : DODY APRILIAWAN J2E 009 045 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sampai 2015 menunjukkan kenaikan setiap tahun. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementrian Keuangan. Data

BAB III METODE PENELITIAN. yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementrian Keuangan. Data BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diambil dari publikasi resmi pemerintah. Data yang digunakan adalah data panel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder 42 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang mempunyai sifat runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan/Desain Penelitian Penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel yang akan diukur serta mengetahui sejauh mana variasi-variasi pada suatu

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN No.54/9/13/Th. XIX, 1 ember 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,331 Pada 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

Analisis pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pembangunan di Wilayah Sumatera

Analisis pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pembangunan di Wilayah Sumatera Analisis pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pembangunan di Wilayah Sumatera Kartira Dorcas Andhiani; Erfit; Adi Bhakti Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi E-mail korespondensi:

Lebih terperinci

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN IV. DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Bertambahnya jumlah penduduk berarti pula bertambahnya kebutuhan konsumsi secara agregat. Peningkatan pendapatan diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri atas Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sektor perekonomian yang

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh No.1368, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Hasil Pemetaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG HASIL PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Spesifikasi Model Guna mencapai tujuan penelitian, analisa data dalam penelitian ini akan dilakukan melalui model ekonometrika dengan menggunakan analisis data panel.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel 30 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan dengan ruang lingkup nasional, yang dilihat adalah migrasi antar provinsi di Indonesia dengan daerah tujuan DKI Jakarta, sedangkan

Lebih terperinci