BAB I PENDAHULUAN. secara konvensional di pasar fisik dengan harga pasar yang terdapat saat itu.
|
|
- Sucianty Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya, komoditi di Indonesia hanya sebatas diperdagangkan secara konvensional di pasar fisik dengan harga pasar yang terdapat saat itu. Namun mulai tahun 1997 terbitlah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 Tentang Perdagangan Berjangka Komoditi yang memperkenalkan perdagangan komoditi secara derivatif melalui sistem Perdagangan Berjangka. Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) di Indonesia kemudian mulai dilakukan di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) yang didirikan pada 21 November 2000, dan mulai resmi melakukan perdagangan pertama sejak 15 Desember Perdagangan berjangka dapat dilakukan di dalam bursa berjangka atau diluar bursa berjangka atau yang disebut over the counter (OTC Market). 2 Dalam bahasa Indonesia, istilah OTC Market dikenal dengan sebutan Sistem Perdagangan Alternatif (SPA). 1 R. Serfiyanto Dibyo Purno mo, 2013, Pasar Komoditi: Perdagangan Berjangka & Pasar Lelang Komoditi, Jogja Bangkit Publisher, Yogyakarta, Hlm Mohamad Samsul, 2010, Pasar Berjangka Komoditas dan Derivatif, Salemba Empat, Jakarta, Hlm. 50
2 2 Jenis perdagangan SPA dalam beberapa tahun terakhir mendominasi transaksi perdagangan berjangka di Indonesia. 3 Setiap tahunnya, terjadi peningkatan jumlah Nasabah yang mentransaksikan dananya melalui SPA. Hal ini dapat dilihat dari dominannya transaksi SPA dibandingkan dengan transaksi secara multilateral dalam bursa dan transaksi Penyaluran Amanat Nasabah ke Luar Negeri (PALN). Dari total volume transaksi sebesar lot pada tahun 2010, transaksi SPA tercatat sebesar lot atau 95,74%, transaksi multilateral tercatat sebesar lot atau 4,13%, sementara transaksi PALN hanya sebesar lot atau 0,13%. 4 Bagi para Nasabah, kegiatan Perdagangan Berjangka Komoditi, dapat dijadikan pilihan investasi yang cukup menarik, karena adanya faktor leverage. Leverage adalah suatu keadaan, dimana dengan penempatan sejumlah dana yang kecil dapat diperoleh keuntungan atau kerugian, sebagai akibat dari perubahan harga komoditi yang terjadi, yang besarnya diperhitungkan dari nilai dana yang ditempatkan. 5 Meskipun terkesan menarik, perdagangan berjangka sering disebut sebagai kegiatan yang beresiko, komplek, dan sangat bergejolak. Setiap saat investasi yang dilakukan oleh Nasabah dapat berubah secara drastis, karena berubahnya harga komoditi secara tiba-tiba. Karena adanya faktor leverage, maka 3 R. Serfianto Dibyo Purnomo, 2013, Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Hlm Bappebti, 2010, Annual Report 2010, dalam R. Serfiyanto Dibyo Purnomo, 2013, Pasar Komoditi: Perdagangan Berjangka & Pasar Lelang Komoditi, Jogja Bangkit Publisher, Yogyakarta, Hlm Bappebti, 2012, Penting Diketahui: Sebelum Melakukan Transaksi Kontrak Berjangka, Diakses Pada Tanggal 29 Maret 2016 Pukul 11:45 WIB.
3 3 perubahan harga yang kecil saja yang berlawanan dengan posisi terbuka Kontrak Berjangka dapat mengakibatkan kerugian yang besar, termasuk habisnya seluruh pembayaran margin awal. 6 Risiko tersebutlah yang menyebabkan perlunya perlindungan Nasabah dalam melakukan transaksi perdagangan berjangka. Dari segi hukum, perlindungan Nasabah telah terdapat dan diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 Tentang Perdagangan Berjangka Komoditi yang kemudian diamandemen dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 Tentang Pedagangan Berjangka Komoditi. Selain melalui Undang-Undang, perlindungan bagi Nasabah juga terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi juga dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. (Perka Bappebti). Salah satu contoh perlindungan yang diberikan oleh hukum adalah terdapat larangan pemberian kuasa secara penuh bagi Pialang Berjangka dalam mentransaksikan dana Nasabahnya. Larangan tersebut secara tersirat disebutkan dalam Pasal 52 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun Disebutkan dalam pasal tersebut bahwa Pialang Berjangka dilarang melakukan transaksi untuk rekening Nasabah, kecuali telah menerima perintah untuk setiap kali transaksinya. Dalam penjelasannya disebutkan bahwa perintah tersebut berisi sekurang-kurangnya jenis dan jumlah kontrak yang akan dibeli atau dijual oleh Nasabah yang bersangkutan. 6 Ibid.
4 4 Pemberian kuasa penuh bagi Pialang Berjangka dalam mentransaksikan dana Nasabahnya secara tidak langsung melanggar ketentuan pasal tersebut. Apabila sejak awal Nasabah telah memberikan kuasanya secara penuh kepada Pialang Berjangka, maka tidak ada perintah yang diberikan oleh Nasabah dalam setiap kali transaksinya karena Nasabah mempercayakan dananya untuk ditransaksikan oleh Pialang Berjangka. Selain itu Nasabah tidak perlu memberikan perintah mengenai jenis dan jumlah kontrak yang ingin dibeli atau dijualnya. Dengan memberikan kuasa penuh bagi Pialang Berjangka, maka Pialang Berjangka yang nantinya akan menentukan jumlah dan jenis kontrak yang akan dijual atau dibeli Nasabahnya. Selain disebutkan dalam Undang-Undang Perdagangan Berjangka Komoditi, larangan tersebut disebutkan pula dalam Peraturan Pemerintah serta Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Perka Bappebti). Disebutkan dalam Pasal 146 huruf n Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi, Pialang Berjangka dilarang untuk menerima kuasa penuh dari Nasabah untuk melakukan transaksi atas nama Nasabah yang bersangkutan. Kemudian dalam Perka Bappebti Nomor 63/BAPPEBTI/Per/9/2008 tentang Ketentuan Teknis Perilaku Pialang Berjangka, larangan tersebut juga disinggung dalam Pasal 4 huruf i. Isi dari pasal tersebut sama persis dengan isi dari Pasal 146 huruf n Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun Pemberian kuasa penuh pada Pialang Berjangka untuk mentransaksikan dana Nasabah juga melanggar ketentuan Pasal 4 huruf g Perka Bappebti mengenai
5 5 Ketentuan Teknis Perilaku Pialang tersebut. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa Pialang Berjangka dilarang untuk menerima kode akses transaksi Nasabah (Personal Access Password). Dengan memberikan kuasanya kepada Pialang Berjangka, Nasabah secara otomatis memberikan username dan password akun rekeningnya agar dapat ditransaksikan oleh Pialang Berjangka. Hal tersebut berarti, pemberian kuasa bagi Pialang Berjangka juga melanggar ketentuan Pasal 4 huruf g Perka Bappebti tersebut. Namun ternyata, tidak semua Pialang Berjangka menerapkan ketentuan dari pasal tersebut. Pada kenyataannya terdapat banyak Nasabah yang memberikan kuasanya secara penuh kepada suatu Pialang Berjangka untuk melakukan transaksi atas nama dirinyai. Sebanyak 60% dari total 100% Nasabah pada perusahaan Pialang Berjangka PT. Central Capital Futures Yogyakarta ingin agar dananya ditransaksikan oleh Pialang Berjangka. 7 PT. Central Capital Futures merupakan perusahaan Pialang Berjangka yang telah memiliki sertifikasi dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi dan memiliki legalitas dalam melakukan kegiatan perdagangan berjangka. Namun sayangnya, ketentuan mengenai larangan pemberian kuasa penuh dari Nasabah kepada Pialang Berjangka masih belum dapat dilakukan secara penuh oleh PT. Central Capital Futures. PT. Central Capital Futures dalam menyalurkan amanat Nasabahnya, menerima pula kuasa penuh yang diberikan kepadanya. Meskipun telah adanya 7 Merupakan hasil dari Pra Penelitian Penulis yang dilakukan di PT. Central Capital Futures pada tanggal 25 Februari 2016 pukul WIB.
6 6 larangan pemberian kuasa, dalam praktiknya, pemberian kuasa tersebut masih dilakukan oleh Pialang Berjangka. Seperti contohnya pada PT. Central Capital Futures tersbeut. Para pembentuk Undang-Undang memberikan ketetapan tersebut untuk meminimalisir kerugian yang mungkin dapat diderita oleh Nasabah karena kesalahan dari Pialang Berjangka. Pelanggaran berupa pemberian kuasa penuh dari Nasabah kepada Pialang Berjangka tersebut dapat membuka kesempatan bagi Pialang Berjangka untuk menyalahgunakan kewenangannya. Apabila Pialang Berjangka tersebut merupakan Pialang Berjangka nakal, dana Nasabah dapat dipermainkan dan menimbulkan kerugian bagi diri Nasabah. Salah satu kerugian Nasabah yang disebabkan oleh Pialang Berjangka adalah hilangnya dana Nasabah bernama Sugiarto Hadi sebesar Rp 34 Miliar ketika Nasabah tersebut melakukan transaksi secara SPA. 8 Rocky Nainggolan, selaku kuasa hukum Nasabah tersebut mengklaim, dana milik kliennya tersangkut pada perusahaan pialang berjangka PT MIF dan pedagang berjangka PT SAM. Hal tersebut diduga karena adanya tiga kecurangan antara lain Split 9, Delay 10, dan Reject. 11 Pemberian kuasa secara penuh kepada Pialang Berjangka 8 Edwin Firdaus, 2015, Pendemo Lempar Telur ke Gedung Bappebti, Diakses Pada Tanggal 28 Maret 2016 Pukul 21:12 WIB. 9 Split adalah tindakan sengaja memecah dan merekayasa order atau transaksi Nasabah. Modusnya dengan cara memodifikasi order Nasabah dan menciptakan satu transaksi baru seolah-olah Nasabah yang melakukan transaksi tersebut, padahal Nasabah tidak pernah melakukannya. 10 Delay adalah tindakan dengan sengaja memperlambat respon atas order Nasabah. 11 Reject adalah Tindakan sengaja menolak order Nasabah, baik itu terhadap open position order maupun close position order
7 7 dapat membuka peluang kerugian Nasabah yang disebabkan oleh Pialang Berjangka seperti halnya contoh tersebut di atas. Dengan adanya pemberian kuasa tersebut, maka keabsahan perjanjian yang dilakukan oleh Nasabah dengan Pialang Berjangka tersebut menjadi dipertanyakan. Selain itu, keabsahan perjanjian tersebut juga berpengaruh terhadap konsekuensi hukumnya. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Penulis kemudian tertarik untuk melakukan Penulisan Hukum dengan judul, Penerapan Larangan Pemberian Kuasa Penuh Bagi Pialang Berjangka Dalam Mentransaksikan Dana Nasabah Pada Transaksi Derivatif Dalam Sistem Perdagangan Alternatif Di PT. Central Capital Futures Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Bedasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penulis menetapkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa yang menyebabkan terjadinya pelanggaran berupa pemberian kuasa penuh oleh Nasabah kepada PT. Central Capital Futures dalam mentransaksikan dananya? 2. Bagaimana keabsahan dan konsekuensi hukum sehubungan dengan adanya pemberian kuasa penuh yang bertentangan dengan Undang-Undang?
8 8 C. Tujuan Penelitian Berangkat dari permasalahan yang ada, maka Penulis menemukan tujuan dari dilakukannya penelitian hukum ini dari segi subjektif Penulis dan segi objektif permasalahan. 1. Tujuan subjektif Dengan dibuatnya penelitian ini diharapkan Penulis dapat menguasai regulasi mengenai Perdagangan Berjangka Komoditi. Selain itu, penelitian yang akan dilakukan Penulis ini merupakan pemenuhan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.). 2. Tujuan objektif Tujuan Objektif dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji masalah yang berhubungan dengan hukum dagang khususnya dalam bidang hukum perdagangan berjangka komoditi, yang pada intinya membahas mengenai: a. Latar belakang dan pokok-pokok pengaturan Perdagangan Berjangka Komoditi melalui Sistem Perdagangan Alternatif yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 Tentang Perdagangan Berjangka Komiditi. b. Proses dan tata cara melakukan Transaksi Derivatif melalui Perdagangan Berjangka Komoditi dalam Sistem Perdagangan Alternatif c. Penerapan larangan pemberian kuasa penuh bagi Pialang Berjangka dalam mentransaksikan dana Nasabah pada Pialang Berjangka PT.
9 9 Central Capital Futures Yogyakarta d. Keabsahan dan konsekuensi dari perjajian antara Nasabah dengan Pialang Berjangka PT Central Capital Futures Yogyakarta apabila Nasabah memberikan kuasa penuh kepada Pialang Berjangka untuk mentransaksikan dananya pada Transaksi Derivatif dalam Sistem Perdagangan Alternatif D. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang dilakukan oleh penulis di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, belum terdapat penulisan hukum yang membahas mengenai Penerapan Larangan Pemberian Kuasa Penuh Bagi Pialang Berjangka Dalam Mentransaksikan Dana Nasabah Pada Transaksi Derivatif Dalam Sistem Perdagangan Alternatif Di PT. Central Capital Futures Yogyakarta, namun terdapat penulisan yang juga mengkaji mengenai Transaksi Derivatif, yaitu: I. ANALYSIS ON THE APPLICATION ISDA MASTER AGREEMENT ON DERIVATIVE TRANSACTION Merupakan penulisan hukum yang ditulis oleh Namiraisir Endah Asmar dengan NIM: 10/298736/HK/18391, Program Studi Sarjana Hukum Konsentrasi Hukum Dagang pada tahun Permasalahan utama yang diangkat dalam penulisan hukum tersebut adalah: a. Bagaimana legitimasi dari Transaksi Derivatif dari perspektif Hukum Indonesia dan Peraturannya?
10 10 b. Bagaimana Bank Danamon menerapkan ISDA Master Agreement untuk Transaksi Derivatifnya dilihat dari Hukum Indonesia dan Pengaturannya? Dalam penelitian ini terdapat kesimpulan bahwa: 1. Transaksi Derivatif merupakan transaksi yang legitimate dari perspektif Hukum di Indonesia dan Peraturannya berdasarkan: a. Transaksi Derivatif diperbolehkan dalam industri perbankan asalkan transaksi tersebut tidak bertentangan dengan peraturan dari industri perbankan tersebut. b. Transaksi Derivatif yang disebutkan diatas dilakukan melalui Mark to Market, maksudnya adalah dalam menerapkan manajemen risiko, Transaksi Derivatif tidak boleh mengandung produk terstruktur. c. Transaksi Derivatif didasarkan pada perjanjian antara para pihak, dan perjanjian tersebut dibuat dibawah asas kebebasan berkontrak. 2. Penerapan ISDA Master Agreement oleh Bank Danamon untuk Transaksi Derivatifnya complies dengan Hukum Indonesia dan Pengaturannya, berdasarkan: a. Bank Danamon menerapkan ISDA Master Agreement untuk Transaksi Derivatifnya berdasarkan asas kebebasan berkontrak. b. ISDA Master Agreement yang dugunakan oleh Bank Danamon memenuhi syarat validitas sebuah kontrak dibawah Hukum Indonesia dan Peraturannya. Hal yang membedakan penulisan hukum ini dengan penulisan hukum yang telah dilaksanakan sebelumnya adalah pokok bahasan yang
11 11 terkandung pada penulisan hukum diatas dimana pokok bahasan yang terkandung dalam penulisan hukum diatas adalah mengenai penerapan ISDA Master Agreement dalam Transaksi Derivatif. Penulisan hukum tersebut lebih menitikberatkan pada penerapan ISDA Master Agreement dalam Transaksi Derivatif pada Bank Danamon. Sementara penulisan hukum yang ditulis oleh penulis lebih menitikberatkan pada penerapan larangan pemberian kuasa penuh bagi Pialang Berjangka dalam mentransaksikan dana Nasabah pada Transaksi Derivatif dalam Sistem Perdagangan Alternatif berikut pula beserta keabsahan dan konsekuensi dari perjanjian antara Nasabah dengan Pialang Berjangka ketika terjadi pemberian kuasa penuh yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat atau kegunaan teoritis dan praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Mengembangkan pengetahuan dan menambah wawasan mengenai proses Transaksi Derivatif juga peranan Pialang Berjangka dalam mengemban kuasa dari Nasabah pada Sistem Perdagangan Alternatif. b. Membandingkan kebenaran pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah dengan pelaksanaan di lapangan sehingga mengetahui perbedaan dan persamaan yang jelas antara teori dan praktik tentang proses
12 12 Transaksi Derivatif juga peranan Pialang Berjangka dalam mengemban kuasa dari Nasabah pada Sistem Perdagangan Alternatif. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis: Selain untuk memenuhi persyaratan tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana, penelitian ini akan sangat bermanfaat dalam menambah pengetahuan penulis akan proses Transaksi Derivatif juga peranan Pialang Berjangka dalam mengemban kuasa dari Nasabah pada Sistem Perdagangan Alternatif, dan dapat menumbuhkan pendapat maupun masukan kritis atas ketentuan-ketentuan yang diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan. b. Bagi Pemerintah: Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pemerintah dalam mengambil langkah untuk menangani permasalahan-permasalahan yang akan ditemui kemudian dengan merevisi atau membuat suatu peraturan baru yang dapat lebih memberikan kepastian hukum mengenai pengaturan tata cara Transaksi Derivatif dalam Sistem Perdagangan Alternatif. c. Bagi Masyarakat: Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat, terutama bagi para calon Nasabah yang ingin menginvestasikan dananya dalam Perdagangan Berjangka Komoditi ini. d. Bagi Ilmu Pengetahuan:
13 13 Penelitian ini akan semakin memperkaya khasanah informasi dan wawasan pemikiran khususnya dalam mempelajari Transaksi Derivatif dalam Sistem Perdagangan Alternatif.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor: 107/BAPPEBTI/PER/11/2013
8. Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 63/BAPPEBTI/Per/9/2008 tentang Ketentuan Teknis Perilaku Pialang Berjangka sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan
Lebih terperinciBAB VII PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA. Bagian Kesatu Pedoman Perilaku. Pasal 49
BAB VII PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA Bagian Kesatu Pedoman Perilaku Pasal 49 1. Setiap Pihak dilarang melakukan kegiatan Perdagangan Berjangka, kecuali kegiatan tersebut dilakukan berdasarkan ketentuan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
122 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Penyebab Terjadinya Pelanggaran Larangan
Lebih terperinciBAB X PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA. Bagian Kesatu Pedoman Perilaku Pialang Berjangka. Pasal 102
BAB X PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA Bagian Kesatu Pedoman Perilaku Pialang Berjangka Pasal 102 Pialang Berjangka wajib mempertahankan Modal Bersih Disesuaikan sebagaimana ditetapkan oleh Bappebti.
Lebih terperinciPASAR KOMODITI: Perdagangan Berjangka & Pasar Lelang Komoditi
RINGKASAN BUKU: PASAR KOMODITI: Perdagangan Berjangka & Pasar Lelang Komoditi Oleh: IR. R. SERFIANTO D. PURNOMO CITA YUSTISIA SERFIYANI, SH ISWI HARIYANI, SH, MH Penerbit: JOGJA BANGKIT PUBLISHER (GALANGPRESS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi, transformasi, dan transaksi melalui media internet. Sehingga saat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia sedang menghadapi era globalisasi yang berkelanjutan. Perdagangan bebas yang semakin pesat, dengan diiringi kemajuan teknologi yang serba canggih dan inovatif.
Lebih terperinci6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 93, Tambahan Lembaran
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720); 7. Peraturan
Lebih terperinciBAB 6 PROSEDUR KLIRING
BAB 6 PROSEDUR KLIRING 600. PENYERAHAN KONTRAK UNTUK PENDAFTARAN Melalui jaringan sistem ATP, seluruh volume dan spesifikasi Kontrak Berjangka yang terjadi akan disampaikan kepada Lembaga Kliring oleh
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciM E M U T U S K A N :
7. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 01/M-DAG/PER/3/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perdagangan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri
Lebih terperinciNOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciM E M U T U S K A N : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG KETENTUAN TEKNIS PERILAKU PIALANG BERJANGKA.
6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 60/M Tahun 2008 tentang Pengangkatan Pejabat Eselon I di lingkungan Departemen Perdagangan; 7. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 01/M-DAG/PER/3/2005
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciMekanisme Transaksi Perdagangan Berjangka
Mekanisme Transaksi Perdagangan Berjangka DAFTAR ISI Deskripsi... 2 Manfaat Perdagangan Berjangka Komoditi.. 3 Mekanisme Transaksi Multilateral... 4 Produk Multilateral... 5 Perbedaan Multilateral dan
Lebih terperinciPanduan Penerimaan Nasabah Secara Elektronik Online PT Kresna Investa Futures :
1 Panduan Penerimaan Nasabah Secara Elektronik Online PT Kresna Investa Futures : LANGKAH 1 LANGKAH 2 LANGKAH 3 Lakukan pembukaan MT4 Demo Account untuk melengkapi data registrasi yang diperlukan pada
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720)
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA
Lebih terperinciBUKU PANDUAN REGISTRASI PENERIMAAN NASABAH SECARA ELEKTRONIK (ONLINE)
BUKU PANDUAN REGISTRASI PENERIMAAN NASABAH SECARA ELEKTRONIK (ONLINE) Copyright 2014 I PT. Victory International Futures INFORMASI Buku Panduan ini dibuat untuk menerangkan Tahapan Penerimaan Nasabah secara
Lebih terperinciBAB IX PEMBUKUAN DAN PELAPORAN. Pasal 87
BAB IX PEMBUKUAN DAN PELAPORAN Pasal 87 1. Bursa Berjangka, Lembaga Kliring Berjangka, Pialang Berjangka, Penasihat Berjangka, dan Pengelola Sentra Dana Berjangka wajib membuat, menyimpan, dan memelihara
Lebih terperinciBUKU PANDUAN REGISTRASI NASABAH SECARA ELEKTRONIK (ONLINE)
BUKU PANDUAN REGISTRASI NASABAH SECARA ELEKTRONIK (ONLINE) PT. Starpeak Equity Futures l Copyright 2014 INFORMASI Buku Panduan ini dibuat untuk menerangkan Tahapan Penerimaan Nasabah secara elektronik
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720]
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720] Bagian Kedua Ketentuan Pidana Pasal 71 (1) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan Perdagangan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENYALURAN AMANAT NASABAH KE BURSA BERJANGKA LUAR NEGERI.
Peraturan Kepala Badan Pengawas MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENYALURAN AMANAT NASABAH KE BURSA BERJANGKA LUAR NEGERI. Pasal
Lebih terperinciPeraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor: 99/BAPPEBTI/PER/11/2012
Pengangkatan Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Perdagangan; 5. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI,
Lebih terperinciBAB I KETENTUAN UMUM
BAB I KETENTUAN UMUM 100. DEFINISI Kecuali konteksnya menunjukkan makna yang lain, istilah-istilah yang ditulis dalam huruf kapital dalam Peraturan ini akan mengandung pengertian-pengertian sebagai berikut:
Lebih terperinciPeraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 117/BAPPEBTI/PER/03/2015
7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57/M-DAG/PER/10/2012;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia perekonomian yang telah memasuki era modern mendorong berbagai bentuk bisnis finansial untuk berkembang pesat. Dengan situasi perekonomian
Lebih terperinciDi Indonesia, badan pemerintahan yang mengatur perizinan dan pengawasan kegiatan investasi forex dan komoditi trading dipegang oleh :
PERDAGANGAN BERJANGKA Perdagangan berjangka adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual dan beli dengan penyerahan kemudian berdasarkan kontrak berjangka dan Opini atas kontrak berjangka. Kontrak
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN DANA KOMPENSASI.
7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M- DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor
Lebih terperinciBUKU PANDUAN PENERIMAAN NASABAH SECARA ELEKTRONIK / ONLINE
BUKU PANDUAN PENERIMAAN NASABAH SECARA ELEKTRONIK / ONLINE November 2015 INFORMASI PENTING Buku panduan ini dibuat untuk menerangkan Tahapan penerimaan nasabah secara elektronik / online bagi calon nasabah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa. berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan
Lebih terperinciBUKU PANDUAN REGISTRASI NASABAH SECARA ELEKTRONIK (ONLINE)
BUKU PANDUAN REGISTRASI NASABAH SECARA ELEKTRONIK (ONLINE) PT. Starpeak Equity Futures l Copyright 2014 INFORMASI Buku Panduan ini dibuat untuk menerangkan Tahapan Penerimaan Nasabah secara elektronik
Lebih terperinciPP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA
Copyright (C) 2000 BPHN PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA *36161 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 9 TAHUN 1999 (9/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI
Lebih terperinciM E M U T U S K A N :
7. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 01/M-DAG/PER/3/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perdagangan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri
Lebih terperinciBAB 6 TATA CARA PEDAGANGAN ELEKTRONIS SERTA PERSYARATAN DAN PRAKTEK PERDAGANGAN
BAB 6 TATA CARA PEDAGANGAN ELEKTRONIS SERTA PERSYARATAN DAN PRAKTEK PERDAGANGAN TATA CARA PERDAGANGAN MELALUI ATP 600. JENIS PELAKSANAAN AMANAT Jenis pelaksanaan amanat yang dimasukkan ke dalam ATP, terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar Modal mempunyai peran strategis dalam pembangunan Perekonomian Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pasar Modal mempunyai peran strategis dalam pembangunan Perekonomian Indonesia yaitu sebagai wadah pemodal melakukan investasi serta sumber dana perseroan yang ingin
Lebih terperinci109 Jasa Kliring dan Penjaminan serta Penyelesaian Transaksi Kontrak Berjangka. 110 Wewenang Lembaga Kliring Dalam Penyelesaian Kontrak Berjangka
BAB 1 KETENTUAN UMUM 100 Kepatuhan Terhadap Undang-Undang 101 Perubahan Peraturan 102 Kewajiban Anggota Kliring 103 Batasan Tanggung Jawab 104 Larangan terhadap Pejabat atau Pegawai 105 Larangan Penyalahgunaan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UMUM Untuk mewujudkan terlaksananya kegiatan Perdagangan Berjangka Komoditi
Lebih terperinciBUKU PANDUAN REGISTRASI PENERIMAAN NASABAH SECARA ELEKTRONIK (ONLINE) Copyright 2017 PT. Victory International Futures
BUKU PANDUAN REGISTRASI PENERIMAAN NASABAH SECARA ELEKTRONIK (ONLINE) Copyright 2017 PT. Victory International Futures INFORMASI Buku Panduan ini dibuat untuk menerangkan Tahapan Penerimaan Nasabah secara
Lebih terperinciBAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA INVESTASI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PEDAGANGAN BERJANGKA
Lebih terperinciBursa Berjangka didirikan dengan tujuan menyelenggarakan transaksi Kontrak Berjangka yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan.
BAB III BURSA BERJANGKA DAN LEMBAGA KLIRING BERJANGKA Bagian Kesatu Bursa Berjangka Paragraf I Tujuan Pasal 10 Bursa Berjangka didirikan dengan tujuan menyelenggarakan transaksi Kontrak Berjangka yang
Lebih terperinciPERATURAN TRANSAKSI PERDAGANGAN MULTILATERAL KOMODITI BURSA BERJANGKA JAKARTA
*update 15 May 2014 PERATURAN TRANSAKSI PERDAGANGAN MULTILATERAL KOMODITI BURSA BERJANGKA JAKARTA Gedung Graha Arda Lt.2 Suite B Jl.H.R.Rasuna Said Kav.B-6 Kuningan Jakarta Selatan Phone: 021-5277707 Fax:
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Menimbang UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa pembangunan bidang ekonomi khususnya kelancaran
Lebih terperinciINFORMASI. Penerimaan Nasabah Secara Elektronik (Online) dapat dilakukan melalui 3 Tahap :
INFORMASI Buku Panduan ini dibuat untuk menerangkan Tahapan Penerimaan Nasabah secara elektronik (Online) bagi calon nasabah di PT. HIG INTERNASIONAL BERJANGKA. Registrasi Nasabah secara Elektronik (Online)
Lebih terperinci-16- Formulir Nomor: I.DK.1 Nomor :..., Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan
-16- LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PERSYARATAN, TUGAS, WEWENANG, DAN KEWAJIBAN DIREKTUR KEPATUHAN PIALANG BERJANGKA Formulir Nomor:
Lebih terperinciMengetahui tujuan dan sumber finansial Anda. Siapa saja yang melakukan perdagangan berjangka dan mengapa?
Bagi para investor, kegiatan perdagangan berjangka komoditi, yang selanjutnya disebut perdagangan berjangka, dapat dijadikan pilihan investasi yang cukup menarik, karena adanya faktor leverage. Leverage
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan bidang ekonomi khususnya kelancaran produksi dan distribusi barang
Lebih terperinciPANDUAN APLIKASI PENERIMAAN NASABAH SECARA ELEKTRONIK ONLINE
PANDUAN APLIKASI PENERIMAAN NASABAH SECARA ELEKTRONIK ONLINE Berikut tahapan-tahapan pembukaan rekening elektronik online PT. Megagrowth Futures: Masuk kedalam website www.megagrowth.co.id/online Setelah
Lebih terperinciPERATURAN PERDAGANGAN (TRADING RULES) INDEKS SAHAM SECARA ELEKTRONIK ON-LINE TRADING
PERATURAN PERDAGANGAN (TRADING RULES) INDEKS SAHAM SECARA ELEKTRONIK ON-LINE TRADING PEMBUKAAN ACCOUNT ( REKENING ) Aplikasi Penerimaan Nasabah Secara Elektronik On-Line Untuk keperluan pembukaan rekening,
Lebih terperinciPanduan Registrasi Online
Pendahuluan Buku ini merupakan panduan bagi calon nasabah PT. Asia Trade Point Futures yang menerangkan tahapan tahapan registrasi pembukaan real account secara online. Calon nasabah diharapkan membaca
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PERSYARATAN, TUGAS, WEWENANG, DAN KEWAJIBAN DIREKTUR KEPATUHAN PIALANG BERJANGKA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPENERAPAN ASAS-ASAS PERJANJIAN JUAL BELI DALAM TRANSAKSI KONTRAK BERJANGKA (FUTURES CONTRACT) DI BURSA BERJANGKA BAB I PENDAHULUAN
PENERAPAN ASAS-ASAS PERJANJIAN JUAL BELI DALAM TRANSAKSI KONTRAK BERJANGKA (FUTURES CONTRACT) DI BURSA BERJANGKA BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Perdagangan berjangka komoditi (yang selanjutnya
Lebih terperinciPeraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 119/BAPPEBTI/PER/03/2015
Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 119/BAPPEBTI/PER/03/2015 5. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan berjangka di berbagai negara saat ini melaju sangat pesat dan telah menjadi salah satu penunjang pertumbuhan perekonomian suatu negara. Dengan kehadiran
Lebih terperinciPERATURAN TRANSAKSI INDEX ONLINE (MT4) PT AGRODANA FUTURES Effective : November 2013
PERATURAN TRANSAKSI INDEX ONLINE (MT4) PT AGRODANA FUTURES Effective : November 2013 1. Trading Time Table JEPANG HONGKONG KOREA 1 st SESSION: 06:45 13:25 (WIB) 08:15 11:00 (WIB) 07:00 13:05 (WIB) 2 nd
Lebih terperinciBAB 14 SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF
BAB 14 SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF 1400. KETENTUAN UMUM Tanpa mengesampingkan pengertian yang tercantum dalam Bab 1 Peraturan dan Tata Tertib Lembaga Kliring, maka setiap istilah yang tercantum dalam
Lebih terperinciT R A D I N G R U L E S INDEX SECARA ELEKTRONIK DAN ONLINE TRADING
PEMBUKAAN ACCOUNT ( REKENING ) T R A D I N G R U L E S INDEX SECARA ELEKTRONIK DAN ONLINE TRADING Aplikasi Penerimaan Nasabah Secara Elektronik dan Online Untuk keperluan pembukaan rekening, maka nasabah
Lebih terperinciBAB III PERJANJIAN INVESTASI ANTARA INVESTOR DENGAN PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA. A. Dasar Hukum Untuk Melaksanakan Perjanjian Kerjasama Investasi
BAB III PERJANJIAN INVESTASI ANTARA INVESTOR DENGAN PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA A. Dasar Hukum Untuk Melaksanakan Perjanjian Kerjasama Investasi Perjanjian secara umum diatur dalam dalam Buku III Kitab
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.143, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Perdagangan. Berjangka. Komoditi. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5548) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciT R A D I N G R U L E S INDEX SECARA ELEKTRONIK DAN ONLINE TRADING
PEMBUKAAN ACCOUNT ( REKENING ) T R A D I N G R U L E S INDEX SECARA ELEKTRONIK DAN ONLINE TRADING Aplikasi Penerimaan Nasabah Secara Elektronik dan Online Untuk keperluan pembukaan rekening, maka nasabah
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI
KEMENTERIA PER DAGAN REPUBLIK INDONESI INISTRY OF TRAD BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI Gedung Bappebti Lantai 3-5 JI. Kramat Raya No. 172 Jakarta 10430 Telephone: (021) 31924744 Faxsimile
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI EKONOMI. Perdagangan. Berjangka. Komoditi. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 143) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undangundang Nomor
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor
Lebih terperinciBAB 5 PENEGAKAN PERATURAN
BAB 5 PENEGAKAN PERATURAN OTORITAS PENEGAK PERATURAN DAN TATA TERTIB BURSA 500. DIVISI AUDIT DAN PENGAWASAN PASAR 1. Direksi menunjuk kepala Divisi Audit Dan Pengawasan Pasar untuk melaksanakan penegakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tolok ukur kemajuan perekonomian negara. Salah satu ciri-ciri negara industri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal (capital market) merupakan salah satu elemen penting dan tolok ukur kemajuan perekonomian negara. Salah satu ciri-ciri negara industri maju maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kesepakatan Indonesia dalam WTO, APEC, dan AFTA serta Paket
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha semakin berkembang dengan adanya era perdagangan bebas, 107 maka untuk menghadapi era perdagangan bebas tersebut yang sejalan dengan kesepakatan
Lebih terperinciBAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING
BAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING 300. STRUKTUR ORGANISASI Secara umum tugas dan tanggung jawab Dewan Direksi adalah sebagaimana yang ditetapkan Anggaran Dasar Perseroan. Dewan Direksi mewakili Lembaga Kliring
Lebih terperinciTAMBAHAN PERATURAN DAN KETENTUAN PERDAGANGAN ON-LINE KONTRAK BERJANGKA INDEKS SAHAM US DOLLAR
TAMBAHAN PERATURAN DAN KETENTUAN PERDAGANGAN ON-LINE KONTRAK BERJANGKA INDEKS SAHAM US DOLLAR I. SIMBOL DAN KODE KONTRAK (CONTRACT CODE AND SYMBOL) - Kode Kontrak Berjangka Indeks Saham (Karakter Pertama,
Lebih terperinci2017, No undangan mengenai pencegahan dan pemberatasan tindak pidana pencucian uang dan wajib melakukan pemblokiran sebagaimana dimaksud dalam
No.587, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPEPTI. Pelaksanaan Pemblokiran. Orang atau Korporasi yang Identitasnya Tercantum dalam Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris. Pedoman. PERATURAN
Lebih terperinciFormulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN)
Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN) DOKUMEN PEMBERITAHUAN ADANYA RISIKO YANG HARUS DISAMPAIKAN OLEH PIALANG BERJANGKA UNTUK TRANSAKSI KONTRAK DERIVATIF DALAM SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF Dokumen
Lebih terperinci2017, No Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5232);
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1453, 2017 BAPPEPTI. Direktur Kepatuhan. Tugas, Wewenang, dan Kewajiban. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup sendiri, jadi manusia untuk bisa melangsungkan hidupnya harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Manusia pada kenyataannya adalah makhluk hidup yang tidak bisa hidup sendiri, jadi manusia untuk bisa melangsungkan hidupnya harus berinteraksi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka menunjang pembangunan nasional, pembangunan dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan. Atas
Lebih terperinciBUKU PANDUAN REGISTRASI NASABAH SECARA ELEKTRONIK (ONLINE)
BUKU PANDUAN REGISTRASI NASABAH SECARA ELEKTRONIK (ONLINE) PT. Starpeak Equity Futures l Copyright 2014 INFORMASI Buku Panduan ini dibuat untuk menerangkan Tahapan Penerimaan Nasabah secara elektronik
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS SISTEM PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI PT. FIRST STATE FUTURES SURABAYA
BAB IV ANALISIS SISTEM PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI PT. FIRST STATE FUTURES SURABAYA A. Analisis Sistem Transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi di PT. First State Futures Surabaya Sistem transaksi
Lebih terperinciBAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA YANG DIBUBARKAN
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA YANG DIBUBARKAN A. Faktor Penyebab Dibubarkannya Perusahaan Pialang Berjangka Komoditi Secara umum penyebab dibubarkannya suatu
Lebih terperinciBAB III KELEMBAGAAN. Bagian Kesatu Umum. Pasal 19. Bagian Kedua Badan Pengawas. Pasal 20
BAB III KELEMBAGAAN Bagian Kesatu Umum Pasal 19 Kebijakan umum di bidang Sistem Resi Gudang ditetapkan oleh Menteri. Bagian Kedua Badan Pengawas Pasal 20 (1) Badan Pengawas bertugas melakukan pembinaan,
Lebih terperinciLex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017
PENERAPAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2011 1 Oleh : Tiara Putri Asmara Lepong 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME PADA PIALANG
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI TRANSAKSI NASABAH (SITNa)
SISTEM INFORMASI TRANSAKSI NASABAH (SITNa) Direktur Utama KBI, Bapak Tris Sudarto menyampaikan materi dalam Sosial 1 / 7 Berinvestasi atau melakukan lindung nilai dalam bentuk kontrak berjangka komoditi
Lebih terperinciPERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PORTOFOLIO EFEK UNTUK KEPENTINGAN NASABAH SECARA INDIVIDUAL
Rancangan PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PORTOFOLIO EFEK UNTUK KEPENTINGAN NASABAH SECARA INDIVIDUAL DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar berjangka (futures market) merupakan bagian dari pasar derivatif yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar berjangka (futures market) merupakan bagian dari pasar derivatif yang digunakan oleh berbagai pihak untuk mengelola resiko. Di Indonesia pasar ini sudah lama dirasakan
Lebih terperinciBAB III DESAIN PENELITIAN. III.1.1 Sejarah Perdagangan Loco-London Gold (XAUUSD). perdagangan dan penyelesaian emas dan perak internasional di London.
BAB III DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian. III.1.1 Sejarah Perdagangan Loco-London Gold (XAUUSD). Di dalam pasar komoditas istilah loco berarti di. Berasal dari bahasa latin locus yang berarti tempat.
Lebih terperinciPERJANJIAN MITRA PEMASAR
PERJANJIAN MITRA PEMASAR Pada hari ini,... tanggal... bulan... tahun... (... ) bertempat di Jakarta, telah diadakan kesepakatan antara pihak-pihak : 1. PT. JAVA GLOBAL FUTURES, berkedudukan di Jakarta,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena itu kembali berulang. Setelah 10 tahun redup, skandal derivatif kembali menggema. Krisis keuangan global yang melanda akhir tahun 2008 memicu maraknya
Lebih terperinciTUTORIAL PENGISIAN APLIKASI ON-LINE
TUTORIAL PENGISIAN APLIKASI ON-LINE I. Pembukaan Aplikasi Website 1. Buka Internet Browser Anda. 2. Ketik www.gaf.co.id 3. Akan tampil we bsite PT.Global Artha Futures (gambar dibawah ini) 4. Ada 2 cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia sebagai negara yang berkembang memang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di Indonesia sebagai negara yang berkembang memang menghadapi tantangan yang begitu besar, baik berasal dari luar maupun dari dalam negeri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut perdagangan berjangka, dapat dijadikan pilihan investasi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bagi para investor, kegiatan perdagangan berjangka komoditi, yang selanjutnya disebut perdagangan berjangka, dapat dijadikan pilihan investasi yang cukup menarik,
Lebih terperinci