BAB I PENDAHULUAN. kepulauan (archipelago state) terbesar di dunia dimana dua pertiga wilayahnya
|
|
- Irwan Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan (archipelago state) terbesar di dunia dimana dua pertiga wilayahnya merupakan wilayah laut serta memiliki lebih dari pulau terletak diantara dua samudra dan dua benua. Keadaan tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelago state) terbesar di dunia. Dua pertiga wilayahnya merupakan wilayah laut dengan garis pantai kilometer, luas wilayah peraian mencapai 5,9 juta kilometer persegi, serta wilayah Zone Economic Eksklusif (ZEE) 4 juta kilometer persegi. Oleh karena itu Indonesia dikenal sabagai negara yang kaya akan pulaunya. Namun kekayaan sumber daya alam tersebut tidak didukung oleh kualitas sumber daya manusianya. Sumber daya manusia di Indonesia tidak dapat memanfaatkan kekayaan sumber daya alam tersebut untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Faktanya masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan. Negara Republik Indonesia telah meraih kemerdekaan selama 70 tahun lamanya tepatnya pada tahun 1945, namun sampai saat ini masih banyak wilayahwilayah di Indonesia yang terpencil. Keterpencilan tersebut membuat masyarakat tidak dapat berkembang menjadi lebih baik seperti masyarakat pada umumnya, dimana wilayahnya sangat terbatas dalam mengakses pelayanan sosial dasar, ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan serta sarana publik menjadi sesuatu hal yang sangat langka unuk dirasakan oleh kelompok masyarakat ini. 1
2 Pemerintah Indonesia masih memiliki keterbatasan dalam melakukan penanganan-penanganan wilayah secara geografis yang relatif sulit dijangkau. Dalam keadaan tersebut masih ada beberapa lokasi yang dihuni oleh masyarakat Indonesia yang disebut komunitas adat terpencil yang masih terisolir dari masyarakat lain yang ada di sekitarnya. Keberadaan Komunitas Adat Terpencil cenderung dianggap sebagai bagian pelengkap dari masyarakat pada umumnya. Fungsinya cenderung dijadikan sebagai kawasan khusus yang diperuntukkan bagi keperluan wisata dan untuk penelitian-penelitian yang sifatnya sosioantropologis. Keunikan dan keeksotisan adat istiadatnya hanya untuk tujuan ekonomis dengan melupakan pemenuhan hak-hanya sebagai komunitas yang harus dilindungi. Data statistik tahun 2005 menunjukkan bahwa 65 % penduduk Indonesia tinggal di wilayah pedesaan, dimana 35%-nya masih hidup di wilayah terpencil. Dari angka tersebut dapat diperkirakan bahwa keberadaan masyarakat di wilayah terpencil akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi pembangunan wilayah dalam skup yang lebih luas. Keberadaan masyarakat di wilayah terpencil - atau yang sekarang lazim disebut dengan istilah Komunitas Adat Terpencil tersebut pada umumnya berada pada kondisi miskin dan tidak sejahtera, serta jauh dari sentuhan pembangunan dan modernisasi. Hal tersebut disebabkan karena lemahnya sistem kebijakan pemerintah dalam hal pemerataan pembangunan. Komunitas adat terpencil menjalani kehidupan dalam kekhasan secara sosial, ekonomi, dan budaya, sehingga mudah dibedakan dengan masyarakat yang relatif lebih maju ( diakses pada tanggal 29 Januari 2015, pukul 12:19 WIB). 2
3 Sesuai dengan Kepres R.I Nomor 111 Tahun 1999 tentang Pembinaan Sosial Komunitas Adat Terpencil, yang dimaksud dengan Komunitas Adat Terpencil adalah kelompok sosial budaya yang bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan baik sosial, ekonomi, maupun politik. Komunitas Adat Terpencil menjalani kehidupan yang sangat sederhana serta mempertahankan cara-cara tradisional. Mereka hidup dengan sistem ekonomi yang lebih bersifat subsistem, yaitu melakukan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja (Departemen sosial RI, 2002) Berdasarkan data Kementerian Sosial untuk data komunitas adat terpencil di Indonesia tahun 2014 tersebar di 22 provinsi, 63 kabupaten, 80 kecamatan 83 desa dan 105 lokasi permukiman. Populasi Komunitas Adat Terpencil di Indonesia masih sangat besar yaitu sebanyak kepala keluarga. Dari jumlah tersebut populasi yang sudah diberdayakan berjumlah kepala keluarga (44%), sedangkan yang belum diberdayakan sama sekali berjumlah kepala keluarga (56%), dan target pemberdayaan 2014 yaitu sebanyak kepala keluarga (4%). Berdasarkan data ini kita bisa melihat bahwa sesungguhnya lebih dari setengah populasi Komunitas Adat Terpencil di seluruh Indonesia belum diberdayakan.( Seminar. Pemutahiran Data Nasional Komunitas Adat Terpencil ) Jumlah populasi komunitas adat terpencil yang belum diberdayakan masih cukup tinggi, hampir setengah dari populasi komunitas adat terpencil di Indonesia. Program-program yang dilakukan pemerintah belum cukup untuk menjamah semua wilayah komunitas adat terpencil salah satu program tersebut yaitu program pemberdayaan komunitas adat terpencil. Untuk itu perlunya kerjasama 3
4 dari berbagai pihak yang melibatkan instansi/dinas, perlu dilakukan koordinasi dan integritas program melalui kerjasama intern maupun lintas sektor terkait dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat dan organisasi sosial guna memaksimalkan program bantuan maupun pemberdayaan. Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu instansi pemerintah yang ikut berperan serta sangat besar dalam melaksanakan program pemberdayaan komunitas adat terpencil, khususnya komunitas adat terpencil yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Lingkup dari program pemberdayaan komunitas adat terpencil yang diselenggrakan oleh dinas kesejahteraan dan sosial yakni penataan perumahan dan pemukiman, kehidupan beragama, administrasi kependudukan, pendidikan, kesehatan, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan sosial. Adapun yang menjadi rencana lokasi pemberdayaan komunitas adat terpencil di Sumatera diantaranya yaitu; Dusun III Pansur Natolu, Desa Dolok Pantis, Kecamatan Sorkam, Kabupaten Tapanuli Tengah, Huta Godang& lumban sihobuk, Desa Liat Tondung, Kecamatan Nassau, Kabupate toba samosir; Huta tinggi saribu, Desa Bahapal Raya, kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun. (Direktorat Pemberdayaan KAT,2014) Kementerian Sosial menjadikan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil menjadi sebagian program prioritas untuk tahun Perhatian khusus akan diberikan bagi masyarakat yang umumnya tinggal secara terpisah-pisah. Ditemukan ada banyak titik di Indonesia tempat hunian Komunitas Adat Terpencil. Apabila masyarakat yang tempat tinggalnya terpisah-pisah tersebut memiliki keinginan untuk hidup secara berkelompok, tentu pemerintah akan lebih mudah dalam melaksanakan program pemberdayaan komunitas adat terpencil. 4
5 Dewasa ini masalah-masalah yang dialami oleh Komunitas Adat Terpencil tidak hanya menjadi persoalan nasional, akan tetapi sudah menjadi persoalan global. Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1995 telah mengeluarkan Declaration on the Rights of Indigenous Peoples sebagai landasan moral bagi setiap negara dalam rangka memberikan pelayanan dan perlindungan terhadap komunitas adat terpencil. Selain PBB, ada juga Konvensi International Labour Organization (ILO) Nomor 169 Tahun 1989 mengenai Masyarakat Hukum Adat dalam pasal 2 ayat 1 yang menyebutkan bahwa pemerintah harus bertanggung jawab untuk mengembangkan, dengan keikutsertaan masyarakat terkait, tindakan terkoordinasi dan sistematis untuk melindungi hak-hak masyarakat tersebut dan untuk menjamin rasa hormat terhadap integritas mereka. Sebagai sebuah komunitas mereka mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana warga negara lainnya. Keberadaan yang terisolasi bukanlah halangan untuk adanya persamaan hak dan kewajiban. Sebagai warga negara, komunitas adat terpencil memiliki hak untuk hidup sejahtera, hak memperoleh pendidikan, hak memperoleh pelayanan sosial dasar, hak partisipasi dalam pembangunan dan hak perlindungan dari berbagai kondisi yang mengganggu, baik secara sosial, budaya, ekonomi, hukum maupun politik. Berbagai hak yang dimiliki komunitas adat terpencil tersebut perlu mendapatkan perhatian dan perlakukan dari pemerintah secara wajar, sebagaimana perilaku negara dalam memenuhi hak-hak warga negara pada umumnya. Perhatian Negara terhadap komunitas adat terpencil ini merupakan implementasi dari kewajiban Negara dalam memenuhi kesejahteraan seluruh warga negaranya. 5
6 Salah satu hak masyarakat yang penting untuk diperhatikan yaitu bidang pendidikan. Pendidikan sangat penting di masa sekarang ini karena sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Pendidikan juga merupakan kebutuhan yang penting untuk mengembangkan potensi dirinya dalam kehidupannya. Hal ini dikarenakan setiap manusia memerlukan pendidikan agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan usia, bakat, minat dan kecerdasannya. Pendidikan wajib diberikan kepada seluruh masyarakat, tidak terkecuali masyarakat yang hidup di daerah terpencil. Lokasi daerah yang terpencil dan jauh dari kota tidak menjadi alasan bagi mereka untuk tidak mendapat pendidikan yang layak. Sehingga tujuan negara yang tercantum dalam Pembukan UUD 1945 alinea IV, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terwujud secara adil dan merata. Pendidikan sangat berkaitan erat dengan kemiskinan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Kemiskinan sudah pasti mempengaruhi pendidikan masyarakat, dimana masyarakat miskin sangat rentan tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Hal ini disebabkan oleh kurangnya minat untuk belajar, kurangnya rasa keingintahuan, lingkungan yang tidak mendukung untuk memperoleh pendidikan, serta biaya pendidikan yang relatif mahal sehingga tidak terjangkau oleh masyarakat miskin dan kurang mampu. Pendidikan juga mempengaruhi kemiskinan. Pendidikan perlu diperhatikan sebab pendidikan sangat penting dalam kehidupan. Pendidikan masyarakat yang tinggi akan menekan tingkat kemiskinan masyarakat sebab orang yang berpendidikan akan berpikiran lebih maju, rasa ingin tahu yang tinggi, tingkat produktivitas yang tinggi, sehingga dapat menekan angka pengangguran. 6
7 Masyarakat yang berpendidikan juga sudah pasti dikategorikan sebagai masyarakat yang sejahtera, karena dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik. Sebaliknya, apabila masyarakat berpendidikan rendah tentu mereka tidak dapat berpikiran lebih maju dan tidak memiliki rasa keingintahuan yang tinggi terhadap sesuatu, artinya tidak memiliki minat untuk memenuhi kebutuhan dasar secara layak dan menjalankan fungsi sosialnya dengan baik yang berujung pada tingkat kesejahteraan yang rendah. Anak sebagai penentu masa depan bangsa sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Pendidikan yang tinggi akan melahirkan generasi penerus bangsa yang berkualitas, sebaliknya pendidikan yang rendah akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang kurang berkualitas. Generasi bangsa yang berkualitas ini tentu akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas pula. Generasi ini juga menentukan kestabilan pembangunan nasional yaitu dalam rangka mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat. Berdasarkan hal tersebut di atas, anak sudah seharusnya memperoleh pendidikan yang layak. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Hal ini sangat mendukung betapa pentingnya pendidikan diberikan kepada anak sebagai generasi penerus bangsa dalam menentukan masa depan bangsa yang lebih baik dan lebih maju. 7
8 Pendidikan bagi setiap manusia termasuk warga komunitas adat terpencil adalah hak asasi yang dijamin oleh konstitusi. Untuk itu pendidikan merupakan kebutuhan yang penting untuk mengembangkan potensi dirinya dalam kehidupannya, karena setiap manusia memerlukan pendidikan agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan usia, bakat, minat dan kecerdasannya. Dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat 3 menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia. Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Meranti Barat merupakan salah satu lokasi pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil yang ada di Sumatera Utara. Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara tahun 2013 telah melakukan pemetaan sosial serta studi kelayakan pada desa ini kemudian dilaksanakan program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil dan sampai pada tahap terminasi pada tahun 2014 dengan menggandeng pemerintah setempat dan instansi terkait. Berdasarkan studi kelayakan yang dilakukan oleh supervisor Pemberdayaan komunitas adat terpencil Kementerian Sosial RI, peneliti dari Universitas Sumut, anggota Dinkessos Sumut dan Kabupaten Toba samosir beserta dinas kehutanan maka Desa meranti barat ditetapkan sebagai komunitas adat terpencil. 8
9 Terisolasinya Desa Meranti Barat ini otomatis dapat menghambat pembangunan nasional, salah satunya yaitu pada bidang pendidikan anak. Akses Pendidikan anak yang ada di Desa Meranti Barat termasuk pendidikan yang cukup memprihatinkan. Di desa Meranti Barat hanya terdapat satu sekolah dasar yang terdiri dari tiga kelas dan sudah menyelenggarakan pelayanan pendidikan sampai kelas enam. Untuk menuju jenjang pendidikan berikutnya biasanya anakanak desa akan bersekolah di luar desanya dan paling tidak bersekolah di dekat wilayah kecamatan Silaen atau ke Balige dan biasanya anak-anak tersebut akan tinggal dengan keluarganya yang berada di tempat tersebut. Selain itu kondisi sarana dan prasarana pendidikan yang tidak memadai serta ketidaksediaan maupun kerusakan gedung-gedung sekolah, fasilitas dan kekurangan jumlah guru yang memiliki kualifikasi yang menyebabkan kualitas pendidikan anak di Desa Meranti Barat rendah. Melalui program pemberdayaan komunitas adat terpencil, diharapkan mampu membawa perubahan pendidikan anak ke arah yang lebih baik. Terlaksananya program pendidikan komunitas adat terpencil ini otomatis berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan pendidikan anak. Tujuan dari program pendidikan komunitas adat terpencil tersebut mengarah pada pemenuhan hak pendidikan dasar anak di Desa Meranti Barat. Pemenuhan hak pendidikan dasar anak tersebut meliputi program wajib belajar 9 tahun, ketersediaan sarana dan prasarana sekolah, ketersediaan guru dan biaya operasional gratis. Anak merupakan individu yang nantinya kelak menjadi generasi muda yang melakukan pembaharuan di berbagai bidang pembangunan nasional. Untuk itu pendidikan sudah menjadi hak yang mutlak dimiliki oleh anak. Bagaimana 9
10 mungkin anak di Desa Meranti Barat mendapatkan pendidikan yang maksimal jika dalam suatu sekolah hanya memiliki tiga kelas dan memiliki guru yang snagat terbatas. Dengan terlaksananya program pemberdayaan komunitas adat terpencil, maka penulis tertarik untuk mengetahui adakah hubungan dari program pemberdayaan komunitas adat terpencil terhadap pendidikan anak di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir. Penulis tertarik untuk meneliti dan menyusun ke dalam bentuk skripsi yang berjudul Hubungan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil dengan Pemenuhan Hak Pendidikan Dasar Anak di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka peneliti merumusakan masalah sebagai berikut: Bagaimana hubungan program pemberdayaan komunitas adat terpencil dengan pemenuhan hak pendidikan anak di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujan untuk mengetahui hubungan program pemberdayaan komunitas adat terpencil dengan pemenuhan hak pendidikan dasar anak di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir Manfaat Penelitian 10
11 Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam rangka: 1. Menjadi referensi dalam rangka mengembangkan konsep-konsep, teori-teori pemberdayaan masyarakat khususnya pemberdayaan bagi komunitas adat terpencil. 2. Lebih memahami keterkaitan antara program pemberdayaan komunitas adat terpencil dengan pemenuhan pendidikan dasar anak 3. Memperkaya wawasan serta pengetahuan mengenai pemberdayaan komunitas adat terpencil serta dapat menjadi referensi dalam pelaksanaan program pemberdayaan komunitas adat terpencil di berbagai wilayah di Indonesia. 1.4 Sistematika Penulisan Rencana dan hasil penelitian ini akan dilaporkan menurut sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Berisi uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep, dan defenisi operasional BAB III : METODE PENELITIAN 11
12 Berisi tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisi data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Berisi tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian yang turut memperkaya karya ilmiah. BAB V :ANALISI DATA Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta analisinya. BAB VI : PENUTUP Berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan. 12
BAB I PENDAHULUAN. Keterpencilan membuat sebagian masyarakat Indonesia sampai saat ini masih
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Keterpencilan membuat sebagian masyarakat Indonesia sampai saat ini masih ada yang menjalani kehidupan sangat memprihatinkan. Mereka mendiami tempattempat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sosial Provinsi Sumatera Utara mereka itu disebut sebagai Komunitas Adat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan masyarakat yang tidak bisa hidup secara layak dan cenderung memprihatinkan sebenarnya masih dapat kita temui di berbagai daerah di Indonesia khususnya di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjalankan program tanggung jawab sosial perusahaan di berbagai bidang, seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia saat ini wajib menjalankan program tanggung jawab sosial perusahaan di berbagai bidang, seperti sosial, pendidikan,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Tengah di PalangkaRaya ini memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersangkutan dapat hidup secara wajar baik jasmani, rohani, maupun sosial. sehingga dapat berperan aktif dalam pembangunan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lokasi tempat tinggal suku bangsa yang terasing atau terpencil mengakibatkan akses terhadap pelayanan publik menjadi terhambat dan menjadi rendah. komunitas adat terpencil
Lebih terperinciGUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN KHUSUS TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL
GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN KHUSUS TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL KOMUNITAS ADAT TERPENCIL
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL KOMUNITAS ADAT TERPENCIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa komunitas adat terpencil yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan masyarakat akan mempengaruhi produktivitas kerja. Sehat adalah suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi dan kesehatan memiliki suatu keterkaitan yang sangat erat. Pembangunan ekonomi sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan masyarakat, dan perbaikan pada
Lebih terperinciPERANAN DINAS PENATARUANG DAN PERMUKIMAN PROPINSI SUMUT DALAM PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN DANAU TOBA
PERANAN DINAS PENATARUANG DAN PERMUKIMAN PROPINSI SUMUT DALAM PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN DANAU TOBA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Karena itu, kesehatan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai pemenuhan hak-hak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara berkembang seperti Indonesia secara berkelanjutan melakukan pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai pemenuhan hak-hak manusia yang tertuang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat maupun suatu bangsa. Bagaimana kondisi anak pada saat ini, sangat menentukan kondisi keluarga,
Lebih terperinci5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG
Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang
Lebih terperinci2 Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan D
No.794, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Tunjangan Khusus. Guru di Daerah Khusus. Pemberian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PMKS secara umum dan secara khusus menangani PMKS anak antara lain, anak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan sosial secara umum di Indonesia mencakup berbagai jenis masalah yang berkaitan dengan anak. Saat ini Departemen Sosial menangani 26 jenis PMKS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang kesehatan merupakan unsur yang sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan dibidang kesehatan merupakan unsur yang sangat penting dalam pembangunan nasional karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara tentang kesejahteraan sosial sudah pasti berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup. Upaya pemenuhan kebutuhan ini, pada dasarnya tak pernah berakhir, karena sifat kebutuhan
Lebih terperinciUU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA)
UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA) Tentang: KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PRESIDEN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan derap laju pembangunan. Berbagai permasalahan tersebut antara lain
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di abad 21 ini tidak bisa dipungkiri bahwa pembangunan dimana-mana sudah semakin cepat dan kompleks, guna memenuhi kebutuhan manusia yang juga semakin banyak. Namun
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan
Lebih terperinciEVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DI DESA SIONOM HUDON SELATAN KECAMATAN PARLILITAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DI DESA SIONOM HUDON SELATAN KECAMATAN PARLILITAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN EVI HARYATI SARAGIH 090902054 vee_evi@yahoo.com Abstrak
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 186 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN SOSIAL TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 186 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN SOSIAL TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa transmigrasi merupakan bagian integral dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sujarto (dalam Erick Sulestianson, 2014) peningkatan jumlah penduduk yang tinggi dan perpindahan penduduk ke daerah perkotaan, merupakan penyebab utama pesatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam membina
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam membina manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki sikap positif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia dan setiap individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, dijelaskan bahwa pendidikan
Lebih terperinciDAFTAR ISI PENGANTAR
DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Dasar Hukum 1.3. Gambaran Umum 1.3.1. Kondisi Geografis Daerah 1.3.2. Gambaran Umum Demografis 1.3.3.
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG
- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 186 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN SOSIAL TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 9 TAHUN 2008 SERI : D NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PRT/M/2015 TENTANG PENGELOLAAN ASET IRIGASI
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PRT/M/2015 TENTANG PENGELOLAAN ASET IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Lebih terperinci2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le
No.1279, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Pemberdayaan. Sosial. Adat. Terpencil. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPULIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR
Lebih terperinciDAFTAR ISI PENGANTAR
DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum B. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi 3. Status Pembangunan Manusia 4. Kondisi Ekonomi a. Potensi Unggulan
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu unsur penting yang harus dimiliki manusia untuk mencapai kesejahteraan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan faktor penentu bagi kesejahteraan sosial. Orang yang sejahtera bukan saja orang yang memiliki pendapatan atau rumah yang memadai. Melainkan pula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dijamin dalam kualitas maupun kuantitas yang cukup untuk pemenuhan aspirasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan pada dasarnya merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling asasi. Demikian asasinya pangan bagi kehidupan masyarakat, maka tersedianya harus dapat dijamin
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ASET IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ASET IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. data-data keluarga sejahtera yang dikumpulkannya. Menurut BKKBN yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah angka kemiskinan ini menjadi lebih banyak diperdebatkan oleh ekonom dan non-ekonom ketika BKKBN mengumumkan angka kemiskinan dari data-data keluarga
Lebih terperinciBAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA
BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Perumusan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan menegaskan tentang kondisi Kota Palembang yang diinginkan dan akan dicapai dalam lima tahun mendatang (2013-2018).
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Desa Tanjung Binga merupakan salah satu kawasan yang berada di zona pusat pengembangan pariwisata di Belitung yaitu terletak di Kecamatan Sijuk kawasan pesisir
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.244, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Otonomi. Pemilihan. Kepala Daerah. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciBAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7.1 Kebijakan Umum Perumusan arah kebijakan dan program pembangunan daerah bertujuan untuk menggambarkan keterkaitan antara bidang urusan pemerintahan
Lebih terperinciPENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN I. UMUM Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tercantum dalam
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konstitusi negara Republik Indonesia ditegaskan bahwa pendidikan merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tercantum dalam pembukaan undang-undang dasar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional merupakan salah satu faktor yang sangat strategis dalam membentuk dan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibahas karena tidak hanya menyangkut kehidupan seseorang, tetapi akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan sosial yang sangat kompleks di Indonesia adalah kemiskinan. Dari tahun ke tahun kemiskinan menjadi topik yang hangat untuk dibahas karena
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa transmigrasi merupakan bagian integral
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari
14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas Laut 3,1 juta km2. Konvensi
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: UU 3-1972 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 37, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3682) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.863, 2012 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Pengelolaan. Aset. Irigasi. Pedoman. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum... 1 B. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis dan Demografis... 4 2. Perkembangan Indikator Pembangunan Jawa Barat...
Lebih terperinciPARADIGMA BARU PEMBANGUNAN DAERAH 1
PARADIGMA BARU PEMBANGUNAN DAERAH 1 Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 2 URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH PASCA UU NO. 23/2014 1. Urusan Pemerintahan Absolut Menurut ketentuan UU baru, yaitu UU No. 23 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, gender, dan kondisi lingkungan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah global yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, satu sama lain seperti: tingkat pendapatan, pendidikan, akses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia telah menjadikan anggaran pendidikan sebagai prioritas utama dalam bidang pendidikan. Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2002:61) adalah pernyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang, karena pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk kehidupan setiap manusia. Dengan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. petani identik dengan kehidupan pedesaan. Sebagian besar petani yang ada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian yang merupakan pekerjaan bercocok tanam, dalam kehidupan petani identik dengan kehidupan pedesaan. Sebagian besar petani yang ada di Indonesia merupakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016-2035 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dimanapun dan kapanpun didunia ini pasti akan mengalami proses pendidikan, di era globalisasi
Lebih terperinci5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Mengacu kepada arah pembangunan jangka panjang daerah, serta memerhatikan kondisi riil, permasalahan, dan isu-isu strategis, dirumuskan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di banyak negara, fenomena kesenjangan perkembangan antara wilayah selalu ada sehingga ada wilayah-wilayah yang sudah maju dan berkembang dan ada wilayah-wilayah yang
Lebih terperinciRatifikasi Konvensi ILO Nomor 182 dengan UU No. 1 Tahun 2000 sebagai Politik Hukum Nasional untuk Mewujudkan Perlindungan Anak
Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 182 dengan UU No. 1 Tahun 2000 sebagai Politik Hukum Nasional untuk Mewujudkan Perlindungan Anak Novelina MS Hutapea* * Dosen Fakultas Hukum Universitas Simalungun Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu program pendidikan non formal dan dalam rangka ikut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu program pendidikan non formal dan dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan anak bangsa serta usaha melestarikan program pendidikan non formal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Kebangkitan dan keruntuhan suatu bangsa tergantung pada sikap dan tindakan mereka sendiri. Penulis melakukan penelitian studi komparatif sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan umat manusia. Setiap manusia yang lahir sudah melekat hak asasinya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak asasi manusia (HAM) merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Setiap manusia yang lahir sudah melekat hak asasinya. Orang lain tidak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan bersama dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa pendidikan tidak
Lebih terperinciPermasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia A. Pertumbuhan Penduduk Laju pertambahan penduduk secara nasional tinggi (2,3% per tahun) dan penurunan jumlah jiwa per keluarga dari 4,9 jiwa/keluarga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan kota yang selalu dinamis berkembang dengan segala fasilitasnya yang serba gemerlapan, lengkap dan menarik serta menjanjikan tetap saja menjadi suatu faktor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pengembangan di Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar Negara. sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci pengembangan bagi suatu bangsa untuk dapat unggul dalam persaingan global. Melakukan pembangunan di bidang pendidikan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diwujudkan pemerintah dalam Undang-Undang No. 32 dan No. 33 tahun dengan potensi unggulan dan karakteristik daerah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan di daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional yang berdasarkan prinsip otonomi daerah dengan pelaksanaan yang membuat masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Sebelumnya istilah Disabilitas. disebagian masyarakat Indonesia berbeda dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyandang cacat tubuh atau disabilitas tubuh merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Sebelumnya istilah Disabilitas mungkin kurang akrab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Karena itu, kesehatan adalah
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Bangsa Indonesia terkenal dengan kemajemukannya yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan hidup bersama dalam negara kesatuan RI dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Dalam keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahkan menjadi tolak ukur kemajuan Negara. Secara umum, Indonesia merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam kehidupan suatu negara dan bahkan menjadi tolak ukur kemajuan Negara. Secara umum, Indonesia merupakan negara yang mutu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi kesehatan sedunia, dan secara nasional dalam amandemen UUD 1945 pada Pasal 28-
Lebih terperinciREVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP.19651216 198903 2 012 Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan LEMBAGA PENJAMINAN MUTU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pengakuan dan penghormatan untuk memosisikan dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Dalam pandangan politik
Lebih terperinciUNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak
Lebih terperinciBAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN
BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN Menurut RPJPD Kabupaten Kampar 2005-2025, berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-1, maka RPJM ke-2 (2011-2016) ditujukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state of mind) dari suatu masyarakat yang telah melalui kombinasi tertentu dari proses sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf perekonomian masyarakat. Namun pengembangan sektor pariwisata juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan pendidikan nasional dilandasi oleh paradigma membangun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pendidikan nasional dilandasi oleh paradigma membangun Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang memiliki kapasitas untuk mengaktualisasikan potensi dan
Lebih terperinciMenteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional POKOK-POKOK PENJELASAN PERS MENTERI NEGARA PPN/ KEPALA BAPPENAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
Lebih terperinciIndonesia di Tangan Kaum Muda
Mimbar Mahasiswa Indonesia di Tangan Kaum Muda Aiman Nabilah Rahmadita - detiknews https://news.detik.com/kolom/d-3940969/indonesia-di-tangan-kaum-muda Rabu 28 Maret 2018, 12:20 WIB Ilustrasi: Mindra Purnomo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup dan faktor-faktor alam yang satu dengan yang lainnya. Kabupaten Simalungun memiliki 4 daerah kecamatan yang wilayahnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara yang diinginkan serta tujuan pembentukan pemerintahan. Negara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mempunyai rumusan mengenai sifat negara yang diinginkan serta tujuan pembentukan pemerintahan. Negara Indonesia yang diinginkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indoesia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyandang disabilitas memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indoesia, sudah sepantasnya
Lebih terperinciGUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG KURIKULUM MUATAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG KURIKULUM MUATAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat : a. bahwa pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting mengingat tujuan pendidikan adalah usaha untuk membentuk manusia yang berilmu, bermoral,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis multidimensi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 telah membawa dampak yang luar biasa pada mutu Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia dan juga pada
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan Pasal 18 ayat (7) Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam sehingga banyak sekali objek wisata di Indonesia yang patut untuk
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya Negara Indonesia adalah negara yang kaya dengan kekayaan alam sehingga banyak sekali objek wisata di Indonesia yang patut untuk diacung jempolkan. Objek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hak bagi setiap orang. Karena setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 BAB XA tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 28 H dijelaskan bahwa tempat tinggal dan lingkungan yang layak adalah hak bagi setiap
Lebih terperinci