BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di banyak negara, fenomena kesenjangan perkembangan antara wilayah selalu ada sehingga ada wilayah-wilayah yang sudah maju dan berkembang dan ada wilayah-wilayah yang masih kurang berkembang dan tertinggal. Untuk mengatasi kesenjangan itu, setiap negara mencoba melakukan tindakan intervensi untuk mengurangi tingkat kesenjangan antara wilayah tersebut agar pembangunan yang dilaksanan merata disetiap wilayah. Pembangunan yang dilaksanakan selama ini ternyata belum mampu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama yang bermukim di daerah perdesaan. Terjadinya kesenjangan antara daerah perdesaan dan perkotaan disebabkan karena bias dan distorsi pembangunan yang lebih banyak berpihak kepada ekonomi perkotaan. Akibatnya adalah timbul desa-desa yang miskin dan terbelakang. Pembangunan daerah tertinggal merupakan upaya terencana untuk mengubah suatu daerah yang dihuni oleh komunitas dengan berbagai permasalahan sosial ekonomi dan keterbatasan fisik, menjadi daerah yang maju dengan komunitas yang kualitas hidupnya sama atau tidak jauh tertinggal dibandingkan dengan masyarakat Indonesia lainnya. Pembangunan daerah tertinggal ini berbeda dengan penanggulangan kemiskinan dalam hal cakupan pembangunannya. Pembangunan daerah tertinggal tidak hanya meliputi aspek ekonomi, tetapi juga aspek sosial, budaya, dan keamanan (bahkan menyangkut hubungan antara daerah tertinggal dengan daerah maju). Di samping itu kesejahteraan kelompok masyarakat yang hidup di daerah tertinggal memerlukan perhatian dan keberpihakan yang besar dari pemerintah. Pada daerah tertinggal tersebut terdapat desa yang memiliki ketersediaan fasilitas, sarana dan prasarana umum yang memadai, ada juga desa yang belum tersentuh oleh fasilitas yang memadai. Desa-desa tersebut sulit untuk ditingkatkan kesejahteraannya karena selain pembangunan yang selama ini distortif juga karena masyarakat perdesaan tersebut berada dalam posisi yang tidak me- 1

2 nguntungkan; seperti pendidikan dan keterampilan yang rendah, tidak ada modal usaha, tidak punya tanah atau luasnya yang tidak layak dan lain-lain. Disamping itu masyarakat desa tersebut relatif terisolir dengan jumlah penduduk yang relatif jarang sehingga potensinya untuk berkembang menjadi terhambat. Mengatasi kesenjangan ini maka perlu dilakukan terebosan berupa program seperti: penyempurnaan sarana dan prasarana sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan. Beberapa dari daerah miskin ini sebenarnya memiliki sumberdaya alam yang cukup kaya tetapi masyarakat tidak mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan kekayaan alam tersebut. Kesenjangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan ditunjukkan oleh rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat desa, tertinggalnya pembangunan kawasan perdesaan dibanding dengan perkotaan dan tingginya ketergantungan kawasan perdesaan terhadap kawasan perkotaan. Dilain pihak kawasan perkotaan mengalami pertumbuhan penduduk yang relatif sangat cepat karena urbanisasi. Masyarakat di perdesaan banyak memilih kawasan perkotaan menjadi tujuan utama untuk mencari lapangan pekerjaan tanpa memperhatikan kualitas ataupun potensi diri. Disisi lain, sumberdaya yang terdapat di perdesaan tidak dikelola dengan baik karena kurangnya potensi sumberdaya manusia yang ada. Azas pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia ialah azas pembangunan desentralisasi. Azas pembangunan desentralisasi merupakan suatu kebijakan pembangunan dari pemerintah pusat yang memberi wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri dalam menyelenggarakan pemerintah sendiri termasuk dalam rencana dan melaksanakan pembangunan. Pembangunan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor fisik, geografis, penduduk, sistem administrasi dan sistem politik (Sujali, 1985). Pelaksanaan pembangunan akan berdampak terhadap terwujudnya pekembangan suatu wilayah. Tingkat perkembangan suatu wilayah merupakan ukuran tingkat perkembangan yang dicapai suatu wilayah sebagai hasil dari aktivitas pembangunan. Muta ali (2013) mengatakan bahwa tingkat perkembangan wilayah pada dasarnya merupakan fungsi dari lingkungan alam, penduduk, kegiatan ekonomi dan sosial. Interaksi antara lingkungan alam, penduduk, kegiatan 2

3 ekonomi dan sosial selanjutnya akan mempengaruhi tingkat perkembangan suatu wilayah (Angke Winnetou, 2007). Kesenjangan pembangunan perdesaan (rural development) menjadi topik dan bahan studi yang menarik sebagai salah satu cara mengatasi ketidakmerataan antara pembangunan perkotaan yang selalu lebih cepat dan dimanja dengan pembangunan pedesaan yang terlantar. Wilayah Perdesaan menghadapi permasalahan-permasalahan internal dan eksternal yang menghambat perwujudan tujuan pengembangan wilayah perdesaaan yang produktif, berdaya saing dan nyaman (Muta ali, 2013). Defenisi ini menimbulkan dua implikasi. Pertama, peningkatan kemampuan penduduk perdesaan dalam menguasai lingkungan sosialnya karena pembangunan pedesaan merupakan proses pembangunan kemandirian mereka; dan kedua, peningkatan pendapatan sebagai akibat peningkatan kemampuan menguasai lingkungan tersebut tidak terbatas pada kelompok di dalam perdesaan melainkan harus merata diantara penduduk perdesaan dan penduduk disekitar perdesaan tersebut. Pembangunan perdesaan selalu berkaitan erat dengan kebijakan penanggulangan kemiskinan (Suhandoyo, 2000). Sebagai negara yang sedang berkembang, hal di atas sejalan dengan penekanan pokok pembangunan indonesia yaitu untuk mendobrak masalah kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi, serta meletakkan landasan bagi perbaikan tingkat kemiskinan dan keterbelakangan tersebut. Kemiskinan di Indoneisa dan negara-negara lainnya tidak dapat dimaknai hanya sebagi akibat dari rendahnya produktivitas penduduk miskin ataupun sebab-sebab internal lainnya. Kemiskinan yang sudah ada tidak lepas dari akibat tatanan politik-ekonomi baik global maupun nasional yang kurang memberi ruang gerak kepada pelaku ekonomi rakyat yang umumnya penduduk miskin. Tatanan ekonomi politik yang lebih bias kepada konglomerat (pemilik modal besar) telah meminggirkan kesempatan pelaku-pelaku ekonomi rakyat yang sebenarnya lebih dapat dipercaya, mandiri, tahan banting, bermoral, dan memiliki semangat nasionalisme yang tinggi (Mubyarto, 2003). 3

4 Dalam pembangunan desa, pembangunan sistem ekonomi rakyat merupakan hal yang harus diutamakan, sistem ekonomi rakyat disini merupakan sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan rakyat. Ekonomi rakyat sendiri adalah segala kegiatan dan upaya rakyat untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya yaitu sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan. Dengan kata lain, ekonomi rakyat adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh rakyat dengan secara swadaya mengelola sumberdaya apa yang dapat dikuasainya, dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya beserta keluarga (Mubyarto,2003). Sebagaimana amanat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasioanal (RPJMN) , pembangunan daerah tertinggal telah ditetapkan sebagai salah satu prioritas nasional ke-10 yaitu Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-konflik, dalam rangka pengutamaan dan penjaminan pertumbuhan di daerah tertinggal, terluar, serta keberlangusan kehidupan pascakonflik. Pembangunan desa ini menjadi lebih penting karena sebagian besar penduduk hidup di wilayah pedesaan (60%), dan hanya sekitar 40% saja yang tinggal di perkotaan pada tahun 2001 (Jayadinata 2006). Sebagaimana kita ketahui bahwa desa mempunyai peranan srategis dalam pelaksanaan pembangunan nasional, bukan saja karena sebagian besar mesyarakat indonesia bertempat tinggal di pedesaan, tetapi justru dari desalah yang memberikan sumbangan yang besar dalam rangkaian menciptakan stabilitas nasional. Berbicara pembangunan desa, sesungguhnya ada keterkaitan antara perkotaan dan perdesaan dalam hal perekonomian. Perekonomian desa-kota saling terkait sehingga seharusnya pemberdayaan perekonomian rakyat dilakukan baik di perdesaan maupun perkotaan, yang berarti tidak mungkin membangun ekonomi perdesaan tanpa membangun ekonomi perkotaan atau sebaliknya, naum prioritas harus diberikan pada wilayah perdesaan khususnya daerah yang tertinggal. Dalam UU No tentang Penataan Ruang, yang dimaksudkan dengan kawasan pedesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 4

5 Kajian kesejahteraan di perdesaan mempunyai ulasan tersendiri karena menyangkut tentang karakteristik fisik, sosial dan budaya maupun penduduk perdesaan (Ibrahim, 2008). Keberadaan perdesaan secara fisik tersebar dalam berbagai macam fisiografi dengan potensi dan permasalahan serta pola pengembangan yang berbeda. Hal ini berpengaruh terhadap analisis, pendekatan serta penentuan program dalam upaya peningkatan kesejahteraan penduduk. Permasalahan penduduk daerah perdesaan dapat berasal dari tidak adanya potensi sumber daya alam, sumber daya manusia ataupun karena suatu pola sistem pengelolaan pemerintah yang kurang memperhatikan pembangunan di daerah perdesaan. Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) mencatat saat ini terdapat 183 kabupaten yang dikategorikan sebagai Daerah Tertinggal di Indonesia. Daftar kabupaten tersebut telah dimasukkan dalam RPJMN sebagai target Pembangunan Daerah Tertinggal. KPDT menargetkan 69 dari 183 kabupaten tertinggal di berbagai wilayah Indonesia akan dientaskan hingga akhir 2013, saat ini masih terdapat sekitar desa tertinggal dan 70% berada di kawasan Indonesia Timur, sedangkan selebihnya terbagi di berbagai wilayah seperti Sumatera dan Jawa (KPDT, 2013) Pemerintah telah menetapkan Sasaran Pembangunan Daerah Tertinggal (RPJM Nasional ), yaitu: 1) peningkatan rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal sebesar 6,6 persen pada tahun 2010 menjadi 7,1 persen pada tahun 2014; 2) berkurangnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal pada tahun 2010 sebesar 18,8 persen menjadi 14,2 persen pada tahun 2014; 3) meningkatnya indeks pembangunan manusia (IPM) pada tahun 2010 sebesar 67,7 menjadi 72,2 pada tahun 2014; serta 4) target pengentasan daerah tertinggal paling sedikit 50 kabupaten yang harus dicapai paling lambat Sasaran Strategis Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun yang telah ditetapkan Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal adalah: 1) berkurangnya status kabupaten tertinggal paling sedikit 50 kabupaten pada akhir Tahun 2014; 2) meningkatnya kualitas sumberdaya manusia yang ditunjukkan oleh IPM pada Tahun 2010 sebesar 67,7 meningkat menjadi 72,2 pada Tahun 5

6 2014; 3) meningkatnya rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal sebesar 6,6 persen pada tahun 2010 meningkat menjadi 7,1 persen pada Tahun 2014; 4) berkurangnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal sebesar pada tahun 2010 sebesar 18,8 % berkurang menjadi 14,2 %; dan 5) berkurangnya pengangguran di daerah tertinggal sebesar 2,2% per tahun. 1.2 Rumusan Masalah Wilayah Desa Pesisir di Indonesia umumya dihadapkan pada empat persoalan pokok, yakni: 1) tingginya tingkat kemiskinan masyarakat pesisir; pada tahun 2010 kemiskinan di desa-desa pesisir mencapai angka 7,8 juta jiwa (BPS, 2010); 2) tingginya kerusakan sumber daya pesisir; 3) rendahnya kemandirian organisasi sosial desa dan lunturnya nilai-nilai budaya lokal; dan 4) minim dan rendahnya kualitas infrastruktur desa dan kesehatan lingkungan pemukiman termasuk didalamnya desa pesisir. Keempat persoalan pokok ini juga berdampak pada tingginya tingkat kerentanan terhadap bencana di kawasan pesisir. Wilayah Pesisir Pantai Selatan Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat 35 desa pesisir yang tersebar dari Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, sampai Kabupaten Gunung Kidul. Di Kabupaten Kulon Progo terdapat 10 desa pesisir yang tersebar di 4 kecamatan. Di Kabupaten Bantul terdapat 5 desa pesisir yang tersebar di 3 kecamatan. Sedangkan di Kabupaten Gunung Kidul terdapat 20 desa pesisir yang tersebar di 6 kecamatan. Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu daerah yang memiliki lahan kritis cukup luas di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini terlihat dari kondisi lahan yang terdiri atas tanah berbatu serta selalu kekurangan sumber air bersih di daerah hulu. Potensi sumber daya air yang dapat dimanfaatkan hanyalah sumber air yang ada di atas permukaan, yang sebagian besar merupakan sungai yang hanya ada airnya pada saat musim penghujan, sedangkan sumber air bawah tanah sulit dimanfaatkan karena letaknya yang terlalu dalam dari permukaan bumi. Sementara itu, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulonprogo, memiliki kawasan pesisir yang lebih sedikit di bandingkan kawasan pesisir Gnnungkidul, kawasan 6

7 pesisir Bantul dan Kulonprogo memiliki potensi alam yang cukup besar sebagai sumber peningkatan kesejahteraan masyarakat, akan tetapi kawasan pesisir di dua kabupaten tersebut mengalami penurunan kualitas lingkungan sebagai dampak abrasi yang menyebabkan kawasan tersebut mengalami kerusakan. Melihat arti strategis desa, dan masalah yang ditimbulkan adanya kesenjangan wilayah perdesaan dan perkotaan, dalam hal ini desa tertinggal dibandingkan daerah lainnya, serta besarnya anggaran pemerintah untuk pembangunan desa tertinggal, sekaligus untuk pembangunan desa tertinggal merupakan hal penting yang harus diperhatikan sehingga dibutuhkan pengidentifikasian desa-desa tertinggal yang lebih baru secara cermat. Oleh karena itu, perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai masalah desa tertinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya desa yang terdapat di kawasan pesisir, sehingga diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran dan masukan bagi pemerintah setempat dalam pengambilan kebijakan, serta implikasi pengembangan yang tepat sehingga pembangunan dapat dilaksanakan secara tepat sasaran dan merata sesuai dengan kebijakan-kebijakan dan tata ruang yang berlaku. Berdasarkan perumusan masalah diatas, muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. bagaimana tingkat perkembangan desa di kawasan pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta? 2. faktor apa yang mempengaruhi perbedaan tingkat perkembangan desa khususnya penyebab ketertinggalan desa di kawasan pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta? 3. bagaimana arahan kebijakan pembangunan desa tertinggal yang sesuai di kawasan pesisir di Daerah Istimewa Yogyakarta? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui tingkat perkembangan desa di kawasan pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta. 7

8 2. Mengetahui faktor yang membentuk perbedaan tingkat perkembangan desa khususnya penyebab ketertinggalan suatu desa di kawasan pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta. 3. Menentukan arahan kebijakan pembangunan desa tertinggal yang sesuai di kawasan pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta. 1.4 Kegunaan Penelitian Tujuan studi pada dasarnya adalah untuk mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi, kelayakan teknis dan fisik, serta kelayakan usaha desa-desa yang diperkirakan potensial untuk dijadikan proyek pengembangan pedesaan. Selain itu studi ini juga mengidentifikasi kelayakan dari desa-desa potensial tersebut dilihat dari kemungkinannya untuk berkembang sebagai pusat pertumbuhan baru pada masa mendatang. Sasaran akhir dari studi ini adalah untuk menghasilkan calon lokasi dari proyek pengembangan pedesaan. Secara spesifik keluaran (output) yang akan dihasilkan adalah: 1) diketahuinya jumlah desa tertinggal yang terdapat di kawasan pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta 2) menentukan prioritas program untuk pengembangan wilayah; 3) sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijaksanaan (birokrasi pemerintahan) 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian tentang perdesaan sudah banyak dilakukan, penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya sebagai tambahan sumber data dan bahan perbandingan. Penelitian sebelumnya antara lain : 1) penelitian tentang distribusi keruangan desa desa tertinggal di Sumbawa Barat oleh Ibrahim (2008), 2) penelitian tentang identifikasi desa tertinggal di Kabupaten Kebumen oleh Dedi Surachman (2009), 3) penelitian tentang penyusunan sistem informasi desa tertinggal Kabupaten Boyolali oleh Andika Kusuma (2005) 8

9 Ibrahim (2008) dalam tesisnya yang berjudul Distribusi Keruangan Desa- Desa Tertinggal di Kabupaten Sumbawa Barat membahas tentang karakteristik geografis desa-desa tertinggal yang terdapat di Kabupaten Sumbawa Barat. Tujuannya untuk mengidentifikasi karaktersitrik geografis desa-desa tertinggal di Sumbawa Barata, mempelajari distribusi keruangan desa-desa tertinggal, serta menentukan faktor penentu dan besarnya faktor tersebut berpengaruh terhadap predikat desa tertinggal di Kabupaten Sumbawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik geografis desa tertinggal lebih dominan di daerah perbukitan daripada di daerah dataran serta di antara faktor-faktor aksesibilitas, jumlah sarana prasarana sosial ekonomi desa, proporsi luas lahan pertanian, faktor aksesibilitas yang paling berpengaruh terhadap desa tertinggal. Di Sumbawa Barat desa tertinggal belum tentu merupakan desa yang sebagian besar berkesejahteraan rendah serta semakin tinggi tingkat aksesibilitas desa tertinggal semakin besar proporsi penduduk sejahtera. Dedi Surachman (2009) dalam skripsinya yang berjudul Identifikasi Desa Tertinggal di Kabupaten Kebumen membahas tentang persebaran desa tertinggal yang terdapat di Kabupaten Kebumen tahun Tujuannya adalah untuk menentukan dan menganalisis tingkat kemajuan desa khususnya sebaran desa tertinggal di Kabupaten Kebumen tahun 2008, menentukan aspek yang paling berpengaruh terhadap perbedaan tingkat kemajuan desa khususnya penyebab ketertinggalan suatu desa di Kabupaten Kebumen tahun 2008, serta menentukan arahan kebijakan pembangunan yang sesuai dan dapat diterapkan dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Kebumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 6 kecamatan yang termasuk dalam kategori tertinggal tahun 2008, secara keseluruhan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemajuan desa di Kabupaten Kebumen adalah faktor pendidikan masyarakat, tingkat kesejahteraan masyarakat, penguasaan lahan pertanian keluarga, faktor jarak desa ke pusat wilayah, faktor fasiliitas kesehatan wilayah, tingkat rawan bencana wilayah, kondisi karakteristik rumah penduduk dan lingkungan, potenssi sumberdaya ekonomi wilayah, dan faktor jumlah fasilitas umum wilayah. Prioritas program pembangunan untuk meningkatkan kemjuan desa di Kabupaten Kebumen tahun 9

10 2008 adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan produktivitas lahan pertanian keluarga, pembangunan pusat pertumbuhan, perbaikan karakteristik rumah penduduk dan lingkungan, penanggulangan rawan bencana, peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas kesehatan. Andika Kusuma (2007) dalam skripsinya yang berjudul Penyusunan sistem informasi desa tertinggal Kabupaten Boyolali membahas tentang persebaran desa tertinggal dan membangun suatu sistem informasi desa tertinggal di Kabupaten Boyolali. Tujuannya adalah mengidentifikasi pola distribusi desa-desa tertinggal kabupaten Boyolali beserta potensinya secara komprehensif (menyeluruh), menyusun sistem informasi desa desa tertinggal kabupaten Boyolali dan menyusun strategi yang tepat dalam pengembangan desa-desa kabupaten Boyolali. Hasil penelitian menunjukkan identifikasi pola distribusi dan klasifikasi desa tertinggal kabupaten Boyolali, sistem Informasi Desa Tertinggal Kabupaten Boyolali dan strategi pengembangan desa-desa tertinggal Kabupaten Boyolali 10

11 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul Penelitian Nama Penulis Tujuan Penelitian Analisis Data Hasil Penelitian 1 Distribusi keruangan Ibrahim - Identifikasi karakteristik geografis - Analisis - Karakterisktik geografis desa-desa tertinggal (23965/1- desa desa tertinggal di Sumbawa kuantitatif desa tertinggal di di Kabupaten 5/313/06 Barat dan kualitatif Kabupaten Sumbawa Sumbawa Barat - Mempelajarai distribusi keruangan desa-desa tertinggal di Sumbawa Barat - Menentukan faktor penentu dan - Analisis faktor Barat - Distribusi desa tertinggal di Kabaupaten Sumbawa Barat besarnya faktor faktor tersebut - Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap predikat desadesa mempengaruhi predikat tertinggal Kabupaten Sumbawa desa tertinggal di Barat Kabupaten Sumbawa 2 Identifikasi desa tertinggal di Kabupaten Kebumen Dedi Surachman (05/187642/GE /05822) - Menentukan dan menganalisis tingkat kemajuan desa tertinggal di Kabuapaten Kebumen tahun Menentukan aspek yang paling berpengaruh terhadap perbedaan tingkat kemajuan desa khususnya penyebab ketertinggalan suatu desa di Kabuapten Kebumen tahun Menentukan arahan kebijakan pembangunan yang sesuai dan dapat diterapkan dalam pengembangan wilayah di Kabupetn Kebumen. - Analisis kuantitatif - Analisis Faktor - Analsisi Diskriminan Barat - Persebaran desa tertinggal di Kabupaten Kebumen tahun Aspek-aspek yang mempengaruhin tingkat kemajuan desa dan penyebab desa tertinggal di Kabupaten Kebumen tahun Arahan kebijakan pembangunan desa tertinggal di Kabupaten 11

12 No Judul Penelitian Nama Tujuan Penelitian Analisis Data Hasil Penelitian Kebumen 3 Penyusunan sistem Andika - Mengindentifikasi pola distribusi - Analisis - Distribusi dan klasifikasi informasi desa Kusuma N desa-desa tertinggal kabupaten Kualitatif desa tertinggal kabupaten tertinggal kabupaten boyolali (01/150481/GE /05080) Boyolali beserta potensinya secara komprehensif (menyeluruh) - Analsiis Peta - Kuantitatif Boyolali - Sistem Informasi Desa - Menyusun sistem informasi desa desa tertinggal kabupaten Boyolali Tertinggal Boyolali Kabupaten - Menyusun strategi yang tepat dalam pengembangan desa-desa kabupaten - Strategi desa-desa pengembangan tertinggal 4 Identifikasi dan analisis desa tertinggal kawasan pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta Sutrisno Lbn Tobing (08/267823/GE /6524) Boyolali - Mengetahui tingkat kemajuan desa di kawasan pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta - Mengetahui faktor yang mempengaruhi perbedaan tingkat kemajuan desa khususnya penyebab ketertinggalan suatu desa di kawasan pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta. - Menganalisis potensi pengembangan desa tertinggal Yogyakarta Daerah Istimewa - Analisis kuantitatif - Analisis Faktor Kabupaten Boyolali - Identifikasi pesebaran desa tertinggal dikawasan pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta - Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemajuan desa khususnya desa tertinggal di kawasan pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta - Arahan kebijakan pembangunan desa tertinggal Kawasan pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta - 12

Badan Pusat Statistik Provinsi DIY Kecamatan Kretek Dalam Angka. Yogyakarta: Badan Pusat Statistik Badan Pusat Statistik Provinsi DIY

Badan Pusat Statistik Provinsi DIY Kecamatan Kretek Dalam Angka. Yogyakarta: Badan Pusat Statistik Badan Pusat Statistik Provinsi DIY aksesibilitas yang baik, pemerintah dapat menciptakan pusat pertumbuhan baru, pembangunan pasar serta pengembangan obyek wisata baru untuk meningkatkan perekonomian masyarakat pesisr DIY. 6.2 Saran Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal yang terdiri dari beberapa tempat hunian. Rumah adalah bagian yang utuh

BAB I PENDAHULUAN. tinggal yang terdiri dari beberapa tempat hunian. Rumah adalah bagian yang utuh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup. Sumber daya manusia yang masih di bawah standar juga melatar belakangi. kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. cukup. Sumber daya manusia yang masih di bawah standar juga melatar belakangi. kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya sumber daya manusia dan sumber daya alamnya. Namun sebagian wilayah yang ada di Indonesia rakyatnya tergolong miskin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kesatuan, Negara Indonesia masih termasuk dalam kategori negara berkembang yang terdiri dari 33 Provinsi di dalamnya. Hingga saat ini permasalahan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk. meningkatkan kualitas hidup dengan cara menggunakan potensi yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk. meningkatkan kualitas hidup dengan cara menggunakan potensi yang dimiliki. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan cara menggunakan potensi yang dimiliki. Potensi tersebut dapat dikatakan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan desa merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, dengan demikian pembangunan desa mempunyai peranan yang penting dan bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kawasan pedesaan di Indonesia akan semakin menantang dimasa depan dengan kondisi perekonomian daerah yang semakin terbuka dan kehidupan berpolitik yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kehidupan yang baik merupakan kehendak manusia yang paling hakiki. Tiada satu pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang dijalaninya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia, terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs).

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, () ISSN: 7-59 (-97 Print) Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal Yennita Hana Ridwan dan Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam melaksanakan pembangunan daerah yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dimana prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Memperoleh pangan yang cukup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia agar berada dalam kondisi sehat, produktif dan sejahtera. Oleh karena itu hak untuk memperoleh

Lebih terperinci

STRATEGI PENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN PADA RUMAH TANGGA MISKIN DI PROVINSI DIY. Oleh : Suhadi Purwantoro, M.Si. Jurusan Pendidikan Geografi FISE UNY

STRATEGI PENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN PADA RUMAH TANGGA MISKIN DI PROVINSI DIY. Oleh : Suhadi Purwantoro, M.Si. Jurusan Pendidikan Geografi FISE UNY SEMINAR PROPOSAL & INSTRUMEN PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009 STRATEGI PENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN PADA RUMAH TANGGA MISKIN DI PROVINSI DIY Oleh : Suhadi Purwantoro, M.Si. Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN RENSTRA ( RENCANA STRATEGIS ) DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2011 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Sejalan dengan arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni

Lebih terperinci

KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH

KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH (Studi Kasus: Kelurahan Tanjungmas, Kec. Semarang Utara Kota Semarang) TUGAS AKHIR Oleh: INDRI NOVITANINGTYAS L2D

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang mempunyai 13.466 pulau dan mempunyai panjang garis pantai sebesar 99.093 km. Luasan daratan di Indonesia sebesar 1,91 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama di negara berkembang, artinya kemiskinan menjadi masalah yang dihadapi dan menjadi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS 3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kondisi Saat Ini sebagaimana tercantum dalam BAB II maka dapat diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Penerapan desentralisasi di Indonesia sejak tahun 1998 menuntut daerah untuk mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki secara arif dan bijaksana agar peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan dan ketahanan pangan merupakan isu terkini yang menjadi perhatian di dunia, khususnya bagi negara berkembang, termasuk di Indonesia. Kedua fenomena tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan 16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang terintegrasi dan komprehensif dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang tidak terpisahkan. Di samping mengandalkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 Butir 7 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa

PENDAHULUAN. 1 Butir 7 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang tentunya terus melakukan pembangunan daerah. Salah satu solusi pemerintah dalam meratakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mewujudkan ketahanan pangan, penciptaan lapangan kerja,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mewujudkan ketahanan pangan, penciptaan lapangan kerja, 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan yang sangat besar dalam perekonomian nasional. Sektor ini mendorong pencapaian tujuan pembangunan perekonomian nasional secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk kemakmuran rakyat, memerlukan keseimbangan antar berbagai sektor. Sektor pertanian yang selama ini merupakan aset penting karena

Lebih terperinci

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik senantiasa melaksanakan perbaikan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, khususnya dalam Pasal 1, angka 12 disebutkankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan segala aktivitasnnya. Permukiman berada dimanapun di

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan segala aktivitasnnya. Permukiman berada dimanapun di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permukiman tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia karena permukiman salah satu kebutuhan pokok, tempat manusia tinggal, berinteraksi dan melakukan segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan selama tiga dekade belakangan ternyata belum mampu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama yang berdiam di daerah pedesaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK)

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) atau Support for Poor and Disadvantaged Area (SPADA) merupakan salah satu program dari pemerintah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DESA TERTINGGAL KAWASAN PESISIR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Sutrisno LBN Tobing

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DESA TERTINGGAL KAWASAN PESISIR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Sutrisno LBN Tobing IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DESA TERTINGGAL KAWASAN PESISIR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Sutrisno LBN Tobing inotobing@yahoo.com Joko Christanto joko_yogya@yahoo.com Abstract There are 35 villages in the coastal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia dengan melakukan proses desentralisasi terhadap daerah-daerah otonom memiliki potensi yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang dilaksanakan secara berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Tujuan utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dialami oleh hampir atau keseluruhan negara di dunia. Indonesia, salah satu dari sekian negara di dunia,

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA YANG BERBASIS SUMBER DAYA DAN KONTRIBUSINYA UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL

PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA YANG BERBASIS SUMBER DAYA DAN KONTRIBUSINYA UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA YANG BERBASIS SUMBER DAYA DAN KONTRIBUSINYA UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL Ir. H.A. Helmy Faishal Zaini (Disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan derap laju pembangunan. Berbagai permasalahan tersebut antara lain

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan derap laju pembangunan. Berbagai permasalahan tersebut antara lain BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di abad 21 ini tidak bisa dipungkiri bahwa pembangunan dimana-mana sudah semakin cepat dan kompleks, guna memenuhi kebutuhan manusia yang juga semakin banyak. Namun

Lebih terperinci

VISI DAN MISI CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI PEMALANG PERIODE

VISI DAN MISI CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI PEMALANG PERIODE VISI DAN MISI CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI PEMALANG PERIODE 2016-2021 VISI : TERWUJUDNYA PEMALANG HEBAT YANG BERDAULAT, BERJATIDIRI, MANDIRI DAN SEJAHTERA MISI : 1. Menjunjung tinggi kedaulatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan mempunyai fungsi tertentu, dimana kegiatan ekonominya, sektor dan produk unggulannya, mempunyai potensi mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya. Kawasan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi Daerah sebagai wujud dari sistem demokrasi dan desentralisasi merupakan landasan dalam pelaksanaan strategi pembangunan yang berkeadilan, merata, dan inklusif. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk besar. Perhatian terhadap ketahanan pangan (food security) mutlak

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk besar. Perhatian terhadap ketahanan pangan (food security) mutlak BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Ketahanan pangan merupakan salah satu isu paling strategis dalam pembangunan nasional, terlebih lagi negara berkembang seperti Indonesia yang berpenduduk besar. Perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pikir Penelitian Kemiskinan adalah fenomena yang begitu mudah ditemukan dimanamana. Fakta kemiskinan baik menyangkut individu maupun masyarakat akan mudah dilihat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini bangsa Indonesia harus menghadapi perubahan internal dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi dengan berbagai masalah yang belum tuntas terpecahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan juga didefinisikan

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010 MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN BIDANG: WILAYAH DAN TATA RUANG (dalam miliar rupiah) PRIORITAS/ KEGIATAN PRIORITAS 2012 2013 2014 I PRIORITAS BIDANG PEMBANGUNAN DATA DAN INFORMASI SPASIAL A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR Oleh: NUR HIDAYAH L2D 005 387 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya BAB III Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya Potensi pariwisata di Indonesia sangat tinggi, dari Aceh hingga Papua dengan semua macam obyek pariwisata, industri pariwisata Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan hasil alam, kondisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 telah menggariskan bahwa Visi Pembangunan 2010-2014 adalah Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi BAB V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran 5.1 Visi Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction). Visi juga menjawab

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

TANGGAPAN UNTUK PROFIL PEKERJAAN YANG LAYAK INDONESIA

TANGGAPAN UNTUK PROFIL PEKERJAAN YANG LAYAK INDONESIA TANGGAPAN UNTUK PROFIL PEKERJAAN YANG LAYAK INDONESIA Ir. Djuharsa M.D, MM KEPALA BADAN LITBANG DAN INFOMASI A G E N D A I. PROFIL PEKERJAAN LAYAK INDONESIA II. PERBANDINGAN RTKN DAN PROFIL DW INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia saat ini berada dalam tahap yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia saat ini berada dalam tahap yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota-kota besar di Indonesia saat ini berada dalam tahap yang relatif tinggi sebagai akibat pertumbuhan ekonomi yang pesat, peningkatan aktivitas

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 20 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada awalnya ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita, dengan asumsi pada saat pertumbuhan dan pendapatan perkapita tinggi,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk pola

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia sekarang masih tergolong tinggi berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu 1,49 % per tahun, akibatnya diperlukan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana untuk mendirikan provinsi-provinsi baru di Indonesia. Pembentukan provinsi baru ini didasari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan menjadi salah satu isu permasalahan penting pada skala global, apalagi jika dihubungkan dengan isu perubahan iklim yang secara langsung mengancam pola

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebangkitan dan keruntuhan suatu bangsa tergantung pada sikap dan tindakan mereka sendiri. Penulis melakukan penelitian studi komparatif sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pelaksanaan kegiatan pembangunan nasional di Indonesia sesungguhnya merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Mereka menggantungkan hidupnya dari hasil bercocok tanam atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pemerintah pusat sehingga dengan demikian pembangunan daerah diupayakan sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Peta Daerah Istimewa Yogyakarta BAB IV GAMBARAN UMUM GAMBAR 4.1 Peta Daerah Istimewa Yogyakarta B. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi

Lebih terperinci

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Konsep pengembangan wilayah mengandung prinsip pelaksanaan kebijakan desentralisasi dalam rangka peningkatan pelaksanaan pembangunan untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011, penduduk Indonesia pada Tahun 2010 menunjukkan bahwa proporsi penduduk yang bertempat tinggal di perdesaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan perbaikan yang secara terus menerus menuju pada pencapaian tujuan yang diinginkan. Secara umum tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan menjadi salah satu ukuran terpenting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan nasional merupakan gambaran umum yang memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies) dalam rangka menyeimbangkan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagi setiap manusia untuk tercukupi kebutuhannya. Pangan merupakan bahan

I. PENDAHULUAN. bagi setiap manusia untuk tercukupi kebutuhannya. Pangan merupakan bahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia yang wajib terpenuhi, pemenuhan pangan begitu penting mengingat pangan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia untuk

Lebih terperinci

Implementasi Kebijakan Pengembangan Pertanian dalam Revitalisasi Pertanian Daerah Tertinggal Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan.

Implementasi Kebijakan Pengembangan Pertanian dalam Revitalisasi Pertanian Daerah Tertinggal Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan. Implementasi Kebijakan Pengembangan Pertanian dalam Revitalisasi Pertanian Daerah Tertinggal Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan Tugas Akhir Oleh : Rian Ganesha NIM.L2D 005 393 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berpenghasilan rendah (MBR) dapat juga dikatakan sebagai masyarakat miskin atau

BAB 1 PENDAHULUAN. berpenghasilan rendah (MBR) dapat juga dikatakan sebagai masyarakat miskin atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sampai dengan saat ini masalah kemiskinan masih menjadi persoalan yang belum tertuntaskan bagi negara berkembang seperti Indonesia. Masyarakat yang berpenghasilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma pembangunan pada masa orde baru, dari sistem sentralistik ke sistem desentralistik bertujuan untuk memberikan pelimpahan wewenang kepada otonomi daerah

Lebih terperinci

Pelaksanaan Green Jobs di Indonesia

Pelaksanaan Green Jobs di Indonesia Pelaksanaan Green Jobs di Indonesia Maruli A. Hasoloan Ses. Badan Penelitian Pengembangan & Informasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi The National Conference on Green Jobs the Way Forward Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibahas karena tidak hanya menyangkut kehidupan seseorang, tetapi akan

BAB I PENDAHULUAN. dibahas karena tidak hanya menyangkut kehidupan seseorang, tetapi akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan sosial yang sangat kompleks di Indonesia adalah kemiskinan. Dari tahun ke tahun kemiskinan menjadi topik yang hangat untuk dibahas karena

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring dengan laju pertambahan penduduk yang terus meningkat. Pertambahan penduduk ini menjadi ancaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang banyak memberikan sumber kehidupan bagi rakyat Indonesia dan penting dalam pertumbuhan perekonomian. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi

Lebih terperinci