BAB I PENDAHULUAN. (Kabupaten Buleleng Barat dan sebagian Karangasem) tergolong lahan kering

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. (Kabupaten Buleleng Barat dan sebagian Karangasem) tergolong lahan kering"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian wilayah di Provinsi Bali terutama di bagian Utara dan Timur (Kabupaten Buleleng Barat dan sebagian Karangasem) tergolong lahan kering (Antara, 2004 ; Daryana, 2010). Para petani di daerah tersebut menggunakan sistem pertanian yang sangat bergantung pada musim (Aditya, 2011). Pada musim penghujan para petani menanam tanaman jenis kacang-kacangan (Kacang Tanah, Kacang Hijau, Kacang Panjang, Kacang Undis, Kacang Koma), Cabai dan Jagung. Pada musim kemarau petani mengandalkan tanaman Singkong atau bahkan untuk lahan yang sangat kering tidak ditanami tanaman pertanian sama sekali (Arsana et al., 2010). Kondisi tanah pertanian yang tersebut diatas merupakan faktor utama yang menyebabkan hasil pertaniannya kurang produktif (Suprapto et al., 2001). Salah satu jenis tanaman yang dikembangkan di lahan kering adalah mente. (A. occidentale L). Tanaman mente merupakan salah satu komoditas ekspor yang ekonomis dan mampu menghasilkan produksi biji (gelondong) mente yang relatif stabil harganya sehingga status tanaman mente yang sebelumnya merupakan tanaman penghijauan beralih menjadi tanaman komoditas unggulan (Zaubin dan Daras, 2002). Salah satu usaha untuk menstabilkan produktifitas tanaman mente diperlukan suatu pengembangan berorientasi agribisnis agar dapat memberikan dampak positif kepada para petani dan industri (Hadad et al., 2000). Kendala yang dihadapi para petani mente di Bali dan Nusa Tenggara adalah hasil produksi buah mente tidak stabil karena petani cenderung

2 2 mempertahankan pohon mente yang sudah berumur tua tanpa melakukan peremajaan pohon induk (Suharto, 2011). Dinas Perkebunan Provinsi Bali selama ini melakukan pembibitan mente dengan para petani plasma. Berdasarkan hasil survey di lapangan terdapat beberapa kendala yang dihadapi para petani mente dalam melakukan pembibitan mente antara lain: akar bibit mente mudah patah pada waktu pemindahan dari kebun bibit ke areal perkebunan, bibit mudah mati bila sudah dipindahkan ke areal perkebunan, pertumbuhan bibit yang tidak seragam, jumlah perakaran (serabut) yang dihasilkan bibit mente sangat sedikit sehingga menyebabkan kemampuan absorbsi hara dan mineral dari tanah rendah (Sukawidana, 2010 ; Darmais, 2011 pers.com). Kendala-kendala tersebut pada akhirnya menyebabkan produktivitas mente di Bali dan Nusatenggara, khususnya di lahan kering perkebunan mente Desa Sendang Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng dan Desa Sukadana Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem khususnya menjadi tidak/kurang maksimum. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tanaman pertanian khususnya mente di lahan kering tersebut adalah penggunaan cendawan endomikoriza. Spora-spora cendawan endomikoriza yang diinokulasikan pada akar tanaman inang pada fase pembibitan diharapkan dapat mengatasi salah satu kendala pertumbuhan mente di lahan kering dengan asumsi bibit yang telah diinokulasi dengan cendawan endomikoriza pada fase pembibitan, bibit mente tersebut akan terkolonisasi oleh cendawan endomikoriza sehingga terbantu dalam absorbsi air dari tanah dan terlindungi dari serangan penyakit sejak dipembibitan sampai di areal perkebunan. Menurut Smith et al. (2010),

3 3 simbiosis cendawan endomikoriza dengan akar tanaman dapat meningkatkan absorbsi air dan mineral seperti P, N, K, Cu, Mo, Zn, menstimulasi pertumbuhan, meningkatkan resistensi tanaman terhadap kekeringan dan serangan / infeksi mikroba patogen di tanah. Penelitian tentang peran penting endomikoriza telah banyak dilakukan antara lain; inokulasi cendawan endomikoriza untuk meningkatkan laju pertumbuhan dan produktivitas tanaman jagung (Zea mays) di lahan kritis (Idwar dan Ali. 2000); Inokulasi spora dan propagul endomikoriza Acaulospora tuberculata dan Gigaspora margarita untuk meningkatkan serapan hara pada bibit kelapa sawit yang dibudidayakan di tanah masam (Widiastuti et al., 2002); Inokulasi spora endomikoriza untuk memacu proses reproduksi tanaman Barley (Hordeum vulgare L.) (Therrien, 2008); Penggunaan endomikoriza untuk meningkatkan produksi kedelai di lahan kering (Hapsoh, 2008); penambahan endomikoriza Acaulospora sp. untuk meningkatkan produksi umbi pada tanaman ubi kayu (Jauhari dan Sumarno, 1995); penambahan spora Glomus sp. untuk meningkatkan toleransi tanaman hias yang ditanam pada tanah pertanian pasca bioremediasi (Al-Zalzaleh et al., 2009). Hasil-hasil penelitian oleh Cruzz et al. (2000) ; Hameeda et al. (2007) dan Douds et al. (2010) mampu membuktikan bahwa simbiosis cendawan mikoriza dengan tanaman dapat mengurangi ketergantungan tanaman tersebut pada pupuk dan pestisida sintetik sehingga penggunaan mikoriza merupakan salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk ataupun pestisida kimia. Penggunaan endomikoriza komersial sudah diaplikasikan pada tanaman pertanian di Bali meskipun masih dalam taraf skala uji coba ( pilot project),

4 4 misalnya: pemberiaan pupuk mikoriza komersial Biosfer pada pembibitan tanaman Vanili (Tirta, 2006); kombinasi mikoriza komersial dan cendawan Trichoderma sp untuk mengurangi infeksi Jamur Akar Putih (JAP ) pada tanaman Mente (Priono, 2008); Aplikasi pupuk mikoriza Technofert untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman pakan ternak (Sukasta et al., 2010). Penelitian aplikasi mikoriza komersial pada tanaman pertanian dan perkebunan di Bali telah banyak dilakukan, namun penggunaan mikoriza komersial tersebut belum terlihat hasilsecara nyata dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktifitas tanaman (pertanian dan per kebunan) ataupun menurunkan intensitas infeksi tanaman yang terinfeksi oleh mikroba patogen tersebut. Kurang berhasilnya kemampuan endomikoriza komersial tersebut untuk aplikasi tanaman pertanian atau perkebunan diduga bahwa endomikoriza komersial yang berasal dari pabrik atau Balai penelitian dengan sumber inokulum bukan berasal dari daerah setempat sehingga diasumsikan akan memerlukan waktu adaptasi lebih lama terhadap kondisi lingkungan yang baru. Menurut Bohrer dan Amon (2004); Thamsurakul dan Charoensook (2006) dan Suryatmana et al. (2009), mikoriza indigenus memiliki potensi yang tinggi untuk dijadikan sebagai pupuk hayati atau Biofertilizer tanaman pertanian di lahan kering daerah setempat karena jenis-jenis endomikoriza indigenus lebih adaptif sehingga hifa dan spora cendawan tersebut dapat dengan cepat bergerminasi dan mengkolonisasi sistem perakaran tanaman disekitarnya khususnya tanaman yang merupakan inang dari endomikoriza tersebut. Penelitian ekplorasi endomikoriza di alam diperlukan faktor lingkungan yang sehingga dapat diketahui jenis-jenis dan kepadatan populasi organisme

5 5 tersebut pada musim dan tempat yang berbeda (Begon et al., 1990 ; Brundrett et al., 1996). Penelitian Bohrer et.al. (2001) yang dilakukan di Boswana mengindikasikan bahwa kepadatan atau kerapatan jumlah spora endomikoriza di alam sangat dipengaruhi oleh perbedaan tempat, musim dan curah hujan. Hasil penelitian Danesh et al. (2007) di Iran mengindikasikan bahwa keanekaragaman endomikoriza pada suatu kawasan sangat dipengaruhi porositas dan tingkat kejenuhan tanah. Hal ini menjadi suatu alur pemikiran bahwa untuk mengetahui kerapatan jumlah spora, kemampuan kolonisasi endomikoriza pada tanaman inangnya dan jenis-jenis endomikoriza di Bali, penelitian eksplorasi perlu dilakukan dalam satu siklus musim dan tempat yang berbeda sehingga akan dapat diketahui apakah perbedaan tempat dan musim akan berpengaruh terhadap keberadaan jumlah spora, persen kolonisasi pada tanaman inang dan jenis endomikoriza tersebut di alam. Kendala pada aplikasi endomikoriza di lapangan adalah keterbatasan akan ketersediaan isolat mikoriza dalam bentuk pupuk hayati dan merupakan masalah yang belum dapat terselesaikan sehingga kalangan petani sulit mendapatkan pupuk hayati mikoriza tersebut. Pupuk hayati dapat dibeli atau disediakan oleh produsen tetapi harganya mahal sehingga aplikasi di kalangan petani sulit dilakukan (Aryantha et al., 2002; Sukasta et al., 2010). Berdasarkan uraian tersebut diatas, diperlukan suatu penelitian bagaimana caranya memperbanyak endomikoriza indigenus Bali (spora dan atau propagul) sehingga endomikoriza hasil eksplorasi tersebut dapat diaplikasikan atau siap digunakan sebagai pupuk hayati yang dapat digunakan langsung oleh kalangan petani, khususnya pada tahap pembibitan.

6 6 Perbanyakan spora dan propagul dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor internal (kemampuan germinasi dari spesies endomikoriza) dan faktor eksternal ( bahan organik tanah dan ketersediaan hara). Penambahan pupuk sebagai sumber hara dan mineral sangat diperlukan dalam perbanyakan spora endomikoriza terutama untuk pertumbuhan akar tanaman inang ( Novriani dan Madjid, 2009Chalimah, 2007; Lukiwati, 2007). Salah satu sumber hara yang standar digunakan sebagai pupuk untuk perbanyakan atau propagsi spora endomikoriza adalah larutan Hara Johnson. Hara Johnson mempunyai kandungan unsur hara makro dan mikro yang sudah standard namun larutan ini dapat dimodifikasi konsentrasi hara makro dan mikro didalamnya sehingga hara ini sering digunakan untuk memperbanyak spora dan hifa endomikoriza pada tanaman inang (Widiastuti, 2002; Simanungkalit, 2003). Jenis tanaman inang yang umum digunakan untuk memperbanyak spora adalah tanaman semusim karena cepat tumbuh dan menghasilkan banyak akar serabut dibanding tanaman perenial sehingga perbanyakan endomikoriza tidak membutuhkan waktu lama (Widiastuti, 2004). Tanaman semusim seperti Jagung dan Shorgum merupakan inang sangat kompatibel dengan endomikoriza (Simanungkalit, 2003; Hap soh, 2008,) sehingga tanaman Jagung dan Shorgum merupakan inang yang digunakan untuk perbanyakan spora endomikoriza (Widiastuti, 2004). Berdasarkan paparan latar belakang tersebut di atas perlu dilakukan penelitian tentang Pemanfaatan Endomikoriza Indigenus pada Lahan Kering di Bali untuk Memacu Pertumbuhan Mente (Anacardium occidentale L.) 1.2. Rumusan Masalah Beberapa masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

7 7 1. Apa saja spesies endomikoriza dan bagaimana kerapatan spora serta kolonisasi pada tanaman di lahan kering Buleleng dan Karangasem Bali. 2. Berapakah konsentrasi P dalam hara Johnson yang optimum untuk perbanyakan spora endomikoriza indigenus Bali pada tanaman Jagung? 3. Bagaimanakah respon pertumbuhan bibit mente terhadap inokulasi endomikoriza dalam bentuk spora tunggal dan campuran spora-propagul? 4. Bagaimanakah respon pertumbuhan bibit mente terhadap spora dan propagul endomikoriza pada media pembawa yang berbeda? 1.3.Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui spesies, kerapatan spora endomikoriza dan persentase kolonisasi endomikoriza indigenus pada tanaman di lahan kering Buleleng dan Karangasem Bali 2. Mengetahui konsentrasi P optimum dalam hara Johnson untuk perbanyakan spora endomikoriza indigenus Bali pada tanaman Jagung 3. Mengetahui respon pertumbuhan bibit mente ( A. occidentale L.) terhadap inokulasi endomikoriza indigenus Bali dalam bentuk spora, propagul saja dan campuran spora-propagul 4. Mengetahui pengaruh spora dan propagul endomikoriza dalam media pembawa berbeda terhadap pertumbuhan bibit mente Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan temuan yang baru tentang spesies cendawan endomikoriza yang terdapat di lahan kering Bali dan

8 8 inokulasi cendawan endomikoriza terhadap respon pertumbuhan bibit mente serta memberikan kontribusi secara akademik (untuk perkembang an ilmu pengetahuan dan teknologi) dan manfaat praktis (dapat digunakan untuk memberikan solusi atau memecahkan masalah pertanian yang terdapat di masyarakat), yaitu: Manfaat akademik 1. Memberikan informasi spesies apa saja, kerapatan jumlah spora dan kolonisasi endomikoriza indigenus pada tanaman-tanaman di lahan kering Buleleng dan Karangasem Bali 2. Perbanyakan spora endomikoriza pada tanaman Jagung dengan variasi P hara Johnson dapat memberikan informasi tentang propagasi spora. 3. Hasil uji coba endomikoriza pada tanaman mente memberikan informasi tentang penggunaan endomikoriza indigenus Bali untuk memacu pertumbuhan bibit mente Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam pembuatan dan pengembangan pupuk hayati berbasis spora dan propagul endomikoriza Indigenus Bali untuk diaplikasikan pada pembibitan mente sehingga dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan dan ketahanan hidup bibit tersebut pada lahan kering di Bali.

9 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Biologi Cendawan Endomikoriza Mikoriza berasal dari bahasa Yunani yang secara harfiah berarti cendawan akar ( mykos = miko= cendawan dan rhiza = akar ) atau cendawan tanah karena hifa dan sporanya selalu berada di tanah terutama areal rhizosfer tanaman ( Mikola, 1980; Smith and Read, 1997). Asosiasi antara cendawan mikoriza dengan tanaman inang merupakan hubungan simbiosis mutualisme (Simanungkalit, 2003; Brundrett et al., 2008). Simbiosis tersebut bermanfaat bagi keduanya, yaitu cendawan mikoriza memperoleh karbohidrat dalam bentuk gula sederhana (glukosa) dan Karbon (C) dari tumbuhan, sebalik nya cendawan melalui hifa eksternal yang terdistribusi di dalam tanah dapat menyalurkan air, mineral dan hara tanah untuk membantu aktifitas metabolisme tumbuhan inangnya (Brundrett et al., 2008; Smith et al., 2010). Cendawan mikoriza terutama kelompok endomikoriza mendapat banyak perhatian para peneliti karena beberapa spesies dari cendawan endomikoriza di alam mampu bersimbiosis secara mutualistik dengan lebih dari 80% spesies tanaman berpembuluh (Smith dan Read, 1997 ; Hapsoh, 2008; Brundrett et al., 2008). Simbiosis cendawan mikoriza dapat terjadi secara alami atau dengan cara diinokulasikan pada tanaman inangnya dan proses kolonisasi secara intensif terjadi pada fase pembibitan tanaman tersebut (Alizadeh, 2011). Tanaman yang telah terkolonisasi atau terinfeksi oleh cendawan mikoriza pada fase pembibitan, tanaman tersebut akan membawa hifa ataupun spora cendawan

10 10 mikoriza tersebut selama tanaman tersebut tumbuh (Brundrett et al., 2008). Peran simbiosis endomikoriza yang terutama adalah membantu tanamantanaman yang terdapat pada tanah atau lahan yang miskin air dan hara (Simanungkalit, 2003 ; Delvian, 2006a), khususnya tanah yang miskin akan kandungan Fosfat, Zink, Nitrogen (Smith et.al., 2010). Kondisi tanah pertanian atau perkebunan di Indonesia umumnya memiliki kandungan Fosfat yang cukup tinggi (jenuh) (Delvian, 2006b). Kandungan Fosfat yang terdapat di alam seringkali terikat dalam bentuk senyawa pada mineral liat tanah sehingga menyebabkan P yang melimpah ditanah namun tidak tersedia bagi tanaman (Brundrett et al., 2008; Smith et.al., 2010). Cendawan mikoriza adalah salah satu mikroba yang dapat menghasilkan enzim fosfatase sehingga dengan enzim tersebut hifa-hifa cendawan mampu melepaskan ikatan P dari mineral liat pada tanah dan merombak P bentuk ion fosfor sehingga dapat dimanfaatkan bagi tanaman (Novriani dan Madjid, 2009). Pertumbuhan dan aktivitas endomikoriza di tanah atau rhizosfer tanaman sangat tergantung oleh keberadaan jenis-jenis atau spesies endomikoriza yang terdapat pada areal tersebut, lingkungan yang mendukung pertumbuhan spesies endomikoriza dan tanaman inang yang kompatibel (Widiastuti et al., 2002 ; Smith dan Read, 2008). Menurut Abbott dan Robson (1984) dan Danesh et al., (2007), setiap spesies endomikoriza mempunyai innate effectiveness atau kemampuan yang spesifik dari spesies tersebut untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman pada kondisi tanah yang kurang menguntungkan dengan cara membentuk hifa ekstensif di dalam tanah dan pada seluruh sistem perakaran tanaman untuk menyerap fosfor dari larutan tanah.

11 11 Cendawan mikoriza dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu ektomikoriza, ektendomikoriza dan endomikoriza. Pengelompokan ini berdasarkan pada bentuk morfologi hifa mikoriza yang mengkolonisasi akar (Smith and read, 1997 ; Brundrett, 2008). Cendawan Ektomikoriza merupakan kolonisasi hifa mikoriza di luar kortek akar dengan cara membentuk jaringan hifa (mantel hifa) yang menyelimuti bagian luar epidermis akar tanaman sebaliknya endomikoriza merupakan cendawan yang mampu membentuk eksternal hifa dan internal hifa. Kolonisasi internal hifa berkembang di dalam kortek akar dengan membentuk vesikel dan atau arbuskula tergantung pada tiap genera (Brundrett et al., 2008; Smith dan Read, 2008). Ektendomikoriza adalah cendawan mikoriza yang mampu mengkolonisasi perakaran baik secara internal hifa di kortek maupun eksternal hifa yang menyelimuti epidermis akar. Hifa yang terbentuk baik ekternal maupun internal sangat sedikit atau tipis sehingga simbiosis ektendomikoriza tidak jelas peran dan fungisinya bagi tanaman (Mikola, 1980 ; Smith dan Read, 1997). Beberapa ahli dan peneliti yang fokus dalam cendawan endomikoriza mengelompokkan cendawan endomikoriza dengan beberapa istilah yaitu, Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) atau cendawan endomikoriza (Simanungkalit, 2003; Kramadibrata, 2008), Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) ( Delvian, 2006; Novriani dan Madjid, 2009, Hapsoh, 2008) atau Vesicular Arbuscular Mycorrhiza (VAM)-fungi (Smith and Read, 1997; Schϋβler et al., 2001; INVAM, 2005; Brundrett et al., 2008). Menurut Smith dan Read (1997) dan Brundrett et al., (2008), Arbuskula/Arbuscular adalah struktur hifa yang berasal dari percabangan hifa di

12 12 dalam korteks akar inang. Bentuk arbuskula menyerupai pohon kecil dan berfungsi sebagai tempat pertukaran zat-zat metabolit primer (terutama Glukosa dan Fosfor) antara cendawan endomikoriza dan akar tanaman. Brundrett et al (2008) dan Hapsoh (2008) menyatakan bahwa arbuskula mempunyai peran yang sangat vital dari cendawan endomikoriza karena berfungsi sebagai tempat masuknya hara mineral dari tanah yang diabsorbsi oleh akar dan hifa ke dalam sel inang. Proses tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan sitoplasma, respirasi dan aktivitas enzim pada kedua organisme tersebut sehingga tanaman/inang akan dapat memanfaatkan fosfor dari cendawan dan sebaliknya cendawan endomikoriza mengabsorbsi glukosa dan karbon dari inangnya. Vesikula atau vesikel ( vesicular/vesicle) adalah merupakan hifa cendawan endomikoriza yang mengalami penggembungan (melebar). Penggembungan hifa bisa terjadi secara internal di dalam sel atau keluar dari sel akar inang yang terbentuk pada hifa terminal dan interkalar. Bentuk vesikel bulat atau oval/lonjong, berisi senyawa lemak sehingga vesikel merupakan organ penyimpanan cadangan makanan bagi cendawan endomikoriza (Brundrett et. al., 2008). Pada kondisi tertentu terutama vesikel yang telah dewasa dapat berperan sebagai spora atau alat pertahanan cendawan tersebut jika berada pada lingkungan yang tidak menguntungkan (Pattimahu, 2004; Mosse, 1991). Vesikular Arbuskular Mikoriza (VAM-fungi) atau cendawan endomikoriza yang dapat membentuk arbuskel dan atau vesikel merupakan kelompok cendawan yang awal pengklasifikasiannya termasuk ke dalam kelas Zygomycetes, ordo dan Glomales. Ordo Glomales terdiri dari dua (2) sub ordo, yaitu Gigasporinea dan Glomineae. Sub-ordo Gigasporineae hanya

13 13 mempunyai satu famili Gigasporacaeae dan hanya terdiri 2 genus, yaitu Gigaspora dan Scutellospora. Pada sub-ordo Glominea mempunyai 4 familia, yaitu famili Glomaceae dengan genus Glomus, famili Acaulosporaceae dengan genus Acaulospora dan Entrophospora, famili Paraglomaceae dengan genus Paraglomus, dan famili Archaeosporaceae dengan genus Archaespora. (INVAM, 2009). Menurut Schϋβler et al (2012) perkembangan klasifikasi dan identifikasi terbaru, genus Sclerocystis mempunyai kemiripan atau homolog dengan genus Glomus, sehingga Sclerocystis pada beberapa acuan klasifikasi tidak lagi sebagai genus tersendiri tetapi termasuk dalam genus Glomus Menurut Schϋβler et al. (2001) dan INVAM (2005), perkembangan klasifikasi dari cendawan endomikoriza dikelompokkan sebagai berikut: Kingdom : Mycota Phyllum Kelas Ordo : Glomeromycota : Glomeromycetes : Glomales Familia 1 : Glomaceae Genus Famili 2 Genus Famili 3 Genus : Entrophospora, Glomus, Paraglomus, Sclerocystis. : Gigasporineae : Gigaspora, Scutellospora. : Acaulosporaceae : Acaulospora Pada cendawan endomikoriza, terbentuknya vesikel memiliki fungsi dan karakter yang paling menonjol dibandingkan tipe cendawan mikoriza lainnya

14 14 (ektomikoriza) karena salah satu spesies cendawan endomikoriza yaitu Glomus sp., merupakan cendawan endomikoriza yang selalu membentuk vesikel struktur tersebut merupakan salah satu struktur inti untuk identifikasi sampai pada tingkat genera pada Glomus (Mosse, 1991; Brundrett et al., 1996)). Glomus sp. mempunyai spora yang tumbuh pada ujung hifa (hifa terminal) dapat berupa spora tunggal, berkelompok (cluster) atau spora-sporanya tersimpan dalam sporokarp (Smith dan Read, 1997). Gigaspora sp. merupakan endomikoriza yang tidak menghasilkan vesikel dalam kortek akar inangnya (Walker, 1983). Salah satu karakter yang menarik dari endomikoriza adalah pada sporanya karena spora-spora endomikoriza mampu bertahan di dalam tanah tanpa inang sampai 6 bulan bahkan beberapa spesies seperti Scutelospora sp, Gigaspora sp. dapat bertahan sampai satu dua tahun (Brundrett et al., 2008). Spora-spora yang dihasilkan secara aseksual maupun seksual pada prinsipnya merupakan salah satu bentuk atau alat pertahanan diri di alam yang dapat berfungsi untuk proses adaptasi terutama apabila mikoriza tersebut belum menemukan tanaman inang yang kompatibel (Smith dan Read, 2008). Spora-spora endomikoriza yang telah menemukan inang yang kompatibel akan segera bergerminasi dengan cara membentuk appresorium pada permukaan dinding sel akar inangya dan selanjutnya akan membentuk juluran-juluran hifa. Hifa-hifa tersebut selanjutnya akan menginfeksi/mengkolonisasi ke dalam akar tanaman inang dengan cara menembus atau melalui celah antar sel epidermis dan akhirnya membentuk hifa yang dapat tersebar secara inter-intraseluler dalam korteks akar tanaman (Mosse, 1991; Smith and Read, 1997 ; Brundrett et al., 2008).

15 Perkembangan dan Penyebaran Endomikoriza Faktor biotik dan abiotik dapat mempengaruhi perkembangan dan penyebaran endomikoriza di alam (Smith dan Read, 1997). Faktor lingkungan abiotik mencakup faktor fisika-kimia antara lain: periode musim, perbedaan tempat, suhu, tekstur tanah, intensitas cahaya, kadar air tanah, bahan organik, ketersediaan hara-mineral tanah, logam berat dan fungisida (Sieverding, 1991). Faktor lingkungan biotik adalah mikroorganisme tanah dan tanaman inang (Smith dan Read, 2008) Perbedaan musim dan lokasi Perbedaan musim atau waktu (temporal) dan tempat (spatial) dapat mempengaruhi persentasi kolonisasi hifa, pembentukan arbuskular,vesikel endomikoriza pada akar-akar inangnya (Proborini, 1998; Reddy et al., 1998). Menurut Oehl, et al.(2006) eksplorasi spora dan jenis-jenis endomikoriza pada tanah dan rhizosfer tanaman inang yang dilakukan pada waktu atau musim yang berbeda akan memperlihatkan keberadaan atau kerapatan jumlah spora dan jenis-jenis endomikoriza karena keberadaan jenis-jenis mikoriza di alam sangat dipengaruhi oleh perbedaan musim, temperatur yang ekstrim (minus 5 o C atau diatas 40 o C), banyak sedikitnya curah hujan dan tekstur tanah pada daerah tersebut..wilayah yang memiliki empat musim (temperate season) dalam satu siklus musimnya (12 bulan) menunjukkan bahwa persentase dan laju kolonisasi endomikoriza pada akar tanaman pada saat musim dingin sangat rendah tetapi kolonisasi tampak tinggi pada saat musim semi karena pada musim semi, hampir semua tanaman tumbuh secara pesat dan diasumsikan hifa-hifa

16 16 endomikoriza tersebar di dalam korteks akar untuk mengabsorbsi gula hasil fotosintesis tanaman inang (Proborini, 1998). Menurut Delvian (2006b) dan Hartoyo et al. (2011) pada saat musim kemarau, kolonisasi endomikoriza terlihat sangat sedikit atau menurun dibandingkan pada saat musim penghujan. Musim penghujan spora-spora endomikoriza akan germinasi membentuk hifa dan hifa akan tersebar ditanah dan akan mengkolonisasi akar-akar tanaman disekitarnya, karena menurut hapsoh (2008) dan Smith et al (2010) cendawan endomikoriza mampu mengkolonisasi lebih dari 80% tanaman, namun lahan atau tanah yang selalu terendam air sepanjang tahun tidak terdapat kolonisasi endomikoriza pada sistem perakarannya ( Proborini, 1998). Perbedaan kolonisasi endomikoriza pada akar tanaman areal kering dan terendam air dilaporkan oleh Carvalho et al. (2001), infeksi/kolonisas i hifa endomikoriza tanaman Aster tripolium, Puccinellia maritima dan Inula crithmoides yang di tanam pada areal yang basah ( wet areas) hanya terdapat kolonisasi <10 %, sebaliknya tanaman Spartina maritima, Halimione portulacoides, Arthrocnemum fruticosum dan Arthrocnemum perenne yang hidup di daerah cukup kering ( semi-arid areas) >25%. Disimpulkan bahwa ekplorasi endomikoriza pada suatu kawasan dan dilakukan secara periodic dalam satu musim dan kondisi tanah yang berbeda akan sangat bermanfaat untuk melihat tanaman jenis apa saja yang mampu bersimbiosis dengan endomikoriza Tanaman inang Pertumbuhan dan aktivitas mikoriza dapat berbeda antar spesies dan lingkungan. Cendawan mikoriza akan mengkolonisasi inang yang kompatibel (Brundrett et al., 2008). Cendawan mikoriza arbuskular (endomikoriza) adalah

17 17 mikroorganisme yang bersifat obligat karena tanpa tanaman inang (asimbiotik) pertumbuhan hifanya sangat sedikit dan hifa hanya mampu bertahan hidup diluar inang selama hari (Smith et al., 2003). Menurut Hapsoh (2008) dan Gautam et al. (2009) leb ih dari 80% tanaman berpembuluh atau tanaman tingkat tinggi dapat bersimbiosis dengan endomikoriza. Shorgum dan Gandum merupakan contoh tanaman Tanaman Jagung, inang yang sangat kompatibel yang dapat terkolonisasi sangat efektif oleh endomikoriza. Beberapa tanaman budidaya dan tanaman perkebunan lainnya yang dapat terkolonisasi endomikoriza adalah jenis Kacang-kacangan, Kedelai, Barley, Bawang, Nenas, Padi Gogo, Pepaya, Singkong, Tebu, Teh, Tembakau, Palem, Kopi, Karet, Kapas, Jeruk, Kakao, Apel, Mente dan Anggur (Adiningsih et al., 1994; Setiadi, 2002, Hapsoh, 2008) Suhu Perkembangan dan aktifitas cendawan endomikoriza dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Suhu yang sangat rendah (< 0 0 C) akan menghambat germinasi spora (Brundrett et al., 2008). Menurut Smith et al. (2010), aktivitas dan perkecambahan spora endomikoriza di daerah tropis relatif lebih tinggi dibandingkan daerah sub-tropis karena daerah tropis memiliki kisaran suhu rata-rata diatas 28 0 C dan endomikoriza relatif lebih tahan pada suhu yang cukup tinggi ( C). Suhu optimum untuk perkecambahan spora endomikoriza bervariasi dan tergantung jenis mikoriza yang dikultur. Mosse (1991) menyatakan bahwa suhu yang cukup tinggi pada siang hari namun masih dibawah 35 0 C tidak menghambat perkembangan akar dan aktivitas fisiologi endomikoriza. Aktifitas

18 18 mikoriza menurun pada suhu diatas 40 o C karena pada suhu tersebut akan mengganggu proses metabolisme dan fisiologis tanaman inang sehingga akan berpengaruh pula terhadap aktifitas endomikoriza di dalam korteks akar tanaman inangnya. Perbedaan suhu yang sangat sangat rendah ( C) atau terlalu tinggi dapat (> 50 0 C) akan mempengaruhi perkecambahan spora endomikoriza, namun secara genetis ada perbedaan ketahanan enzim pada masing-masing spesies mikoriza terhadap kisaran suhu yang bervariasi sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor suhu terhadap perkembangan mikoriza bersifat spesies spesificity (Smith dan Read, 1997). Pada proses perkecambahan spora Gigaspora coralloidea akan optimum jika spora tersebut ditumbuhkan pada media yang mempunyai kisaran suhu 34 0 C, sedangkan untuk spesies Gigaspora margarita dan Gigaspora gigantea akan optimum bergeminasi pada suhu 31 0 C dan tidak berkecambah pada suhu 15 0 C. Pada Glomus epigaeum berkecambah pada suhu o C, sedangkan Glomus moseae mempunyai toleransi suhu berkisar o C. Secara umum spora-spora endomikoriza akan mati pada suhu 60 o C hanya dalam kurun waktu 5-15 menit (Mosse, 1981) Kadar air tanah Hasil survey di lapangan menunjukkan bahwa tanaman-tanaman semusim dan perennial (menahun) yang tumbuh di lahan kering Bali Utara (Gerograk Buleleng dan Kubu Karang Asem) mengalami kekurangan air bahkan hampir tidak memperoleh air sama sekali terutama pada saat musim kemarau. Kolonisasi hifa-hifa endomikoriza dalam kortek akar-akar serabutnya sangat menguntungkan tanaman-tanaman tersebut karena dengan adanya hifa-hifa

19 19 endomikoriza dapat menjaga kemampuan tanaman untuk bertahan hidup pada kondisi tanah yang kekeringan. Hal ini didukung Smith dan Read (1997) dan Smith et al. (2010), bahwa assosiasi tanaman dengan endomikoriza dapat memperbaiki dan meningkatkan kapasitas serapan air oleh tanaman inang terutama tanaman-tanaman yang tumbuh didaerah marginal atau lahan kering karena hifa eksternal mikoriza dalam menembus dan menyebar ke dalam tanah lebih dari 8 meter yang memungkinkan masih terdapat kandungan air tanah pada kedalaman tersebut. Hasil penelitian Geeta et al. (2007 ) menunjukkan bahwa terdapat anomali pada struktur morfologi dan anatomi bibit tanaman alpukat yang diinokulasi endomikoriza. Pada tengah hari saat kadar air rendah, daun bibit alpukat yang diinokulasi endomikoriza tetap terbuka (tidak la yu) sedangkan tanaman yang tidak dinokulasi endomikoriza (tanaman kontrol) tertutup daunnya (layu). Hal ini menunjukkan bahwa akar tanaman yang tidak terkolonisasi oleh endomikoriza mempunyai kapasitas serapan air yang lebih rendah dibanding dengan akar tanaman yang berendomikoriza karena hifa-hifa eksternal endomikoriza membantu dalam absorbsi air sedangkan hifa internal yang terdapat dalam kortek akar akan membantu dalam peyimpanan ketersediaan air. Meningkatnya kapasitas serapan air pada tanaman alpukat yang telah diinokulasi endomikoriza dapat meningkatkan ketahanan bibit terhadap kekeringan dan bibit lebih cepat beradaptasi apabila dipindahkan dari areal pembibitan ( nursery ground) kedaerah lain atau di perkebunan ( field areas). Hasil penelitian membuktikan bahwa tanaman yang terkolonisasi endomikoriza lebih tahan terhadap kekeringan dibanding tanaman tidak terkolonisasi antara

20 20 lain: (1) mampu menurunkan resistensi akar terhadap gerakan air sehingga transpor air ke akar meningkat, (2) meningkatka n status/kadar Fosfor pada tanaman dan (3) hifa-hifa ekternal endomikoriza mampu berekspansi sehingga dapat membantu tanaman memperluas radius penyerapan air diareal-areal marginal yang sangat tandus (Smith dan Read, 2000). Menurut Smith et al. (201 0), penemuan yang menarik adalah adanya korelasi positif antara potensial air tanah dan aktivitas hidup endomikoriza. Tanaman bermikoriza memerlukan jumlah air lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman yang tidak bermikoriza untuk memproduksi satu (1) gram bobot kering tanaman. Hal ini disebabkan tanaman bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan dan lebih ekonomis dalam pemakaian air. Selain itu, adanya miselium eksternal pada perakaran tanaman yang bermikoriza menyebabkan endomikoriza lebih efektif dalam mengagregasi butir-butir tanah sehingga hifa-hifa (miselium) endomikoriza dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air dibandingkan kondisi tanah tanpa miselium eksternal Tingkat keasamam tanah (ph) Tingkat keasaman tanah memiliki peranan penting dalam perkecambahan spora endomikoriza. Menurut Powell dan Bagyaraj (1984), ph mempengaruhi aktifitas enzim pada proses germinasi spora mikoriza arbuskula. Menurut Widiastuti ( 2004), pada tanah dengan kondisi ph rendah ( keadaan asam) dapat menghambat hifa eksternal endomikoriza untuk dapat mengabsorbsi P yang penting untuk germinasi spora mikoriza. Hal ini berdampak pada proses perkecambahan spora endomikoriza. Perkecambahan spora-spora mikoriza

21 21 termasuk endomikoriza bersifat spesies spesifik, misalnya Glomus mosseae dapat berkecambah pada ph 6 9, sedangkan Gigaspora coralloidea dan G. heterogama mampu berkecambah pada kisaran ph 4-6 (Mikola, 1980) Bahan organik dalam tanah Bahan organik merupakan komponen penyusun tanah yang penting selain bahan anorganik, air dan udara. Jumlah spora endomikoriza (VA -Mikoriza) yang maksimum akan ditemukan pada tanah yang mengandung bahan organik 1-2 persen dan jumlah spora ditemukan dalam jumlah sedikit pada tanah berbahan organik kurang dari 0.5 persen (Hameeda et.al., 2007). Serasah pada permukaan dan di dalam tanah yang terkolonisasi oleh hifa mikoriza dapat berperan sebagai media atau inokulum mikoriza sehingga dapat mengkolonisasi akar tanaman lainnya pada satu areal (Adiningsih et al., 1994) Mikroba tanah Mikroba tanah memiliki pengaruh terhadap perkecambahan spora mikoriza. Percobaan menggunakan spesies Glomus sp. yang ditumbuhkan pada media agar ditambahkan tanah non steril dan air secukupnya diperoleh hasil perkecambahan meningkat namun pada serangkaian percobaan lainnya menggunakan spora Glomus epigaeum yang ditumbuhkan pada tanah steril tidak terjadi perkecambahan spora mikoriza (Mikola, 1980 ; Imas et al., 1989 ).. Menurut Daniel dan Trappe (19 80), kegagalan germinasi pada spora endomikoriza dikarenakan pada tanah yang steril tidak terdapat kehidupan berbagai mikroba tanah termasuk bakteri endofitik diazotrop. Bakteri tersebut mampu memproduksi zat perangsang mirip dengan hormon pertumbuhan yang berguna untuk memacu perkecambahan spora mikoriza. Hal serupa

22 22 dikemukakan oleh Hameeda et al. (2007) bahwa peningkatan perkecambahan terjadi dikarenakan pada tanah nonsteril terdapat mikroba tanah yang memberikan zat perangsang pertumbuhan bagi perkecambahan spora mikoriza. Namun hasil penelitian Douds et al. (2010) menunjukkan bahwa diperoleh jenis-jenis mikroba patogen baik bakteri maupun cendawan yang terdapat dalam tanah non steril. Bakteri dan cendawan patogen tersebut cukup significan dalam menghambat perkecambahan spora endomikoriza karena mikroba tersebut banyak menginfeksi hifa dan spora mikoriza sehingga menyebabkan kemampuan germinasi spora-spora tersebut terhambat Cahaya dan ketersediaan hara Intensitas cahaya yang tinggi, kekurangan Nitrogen ataupun Fosfor pada level/konsentrasi sedang akan meningkatkan jumlah karbohidrat di dalam akar sehingga tanaman lebih peka terhadap kolonisasi endomikoriza. Prosentase kolonisasi yang tinggi ditemukan pada tanah-tanah yang mempunyai kesuburan rendah (Smith et al., 2010). Tanaman yang tumbuh pada daerah subur dan memiliki pertumbuhan perakaran yang sangat intensif justru akan mengalami penurunan jumlah persentase kolonisasi endomikoriza pada akar tersebut, sebaliknya jika tanaman tumbuh pada lahan miskin hara mineral ditanah dengan intensitas pertumbuhan cabang akar yang rendah menunjukkan peningkatan kolonisasi endomikoriza pada akar, terutama akar-akar serabut (Oehl et al., 2004). Hal ini membuktikan bahwa endomikoriza sangat bermanfaat pada tanaman yang tiumbuh pada daerah kurang subur atau miskin hara. Peran endomikoriza diasumsikan terkait dengan penyedian dan status Fosfor dalam tanah. Daerah atau lahanberiklim sedang yang mengandung

23 23 konsentrasi Fosfor yang tinggi, kolonisasi endomikoriza pada perakaran tanaman disekitarnya akan menurun atau rendah. Hal ini mungkin disebabkan konsentrasi Fosfor internal yang tinggi dalam jaringan inang sehingga iang tidak mengadakan simbiosis dengan endomikoriza (Smith dan Read, 2008). Menurut Miyasaka et al. (2009), cendawan endomikoriza mampu mengeluarkan enzim fosfatase dan asam-asam organik sehingga apabila terdapat banyak hifa atau spora dari cendawan endomikoriza pada tanah yang miskin unsur fosfor (P), endomikoriza dapat melepas P yang terikat sehingga membantu penyediaan unsur P bagi tanaman inangnya. Hifa-hifa dari cendawan mikoriza akan mengkolonisasi bagian apoplast dan sel korteks untuk memperoleh karbon hasil fotosintesis dari tanaman inangnya sebagai satu keuntungan yang diperoleh oleh cendawan endomikoriza apabila bersimbiosis dengan tanaman inangnya (Delvian, 2006b) Pengaruh logam berat dan unsur lain di tanah Menurut Delvian (2006 b), tanah -tanah di lahan tropis sering mengalami permasalahan dalam hal salinitas baik tanaman yang hidup pada lahan dengan kadar garam yang tinggi atau rendah.atau terdapatnya kontaminasi Alumunium maupun Mangan pada tanah. Pengaruh unsur-unsur Sodium, Klorida, Aluminium dan Mangan pada keberadaan endomikoriza baik jumlah spora atau kolonisasi pada tanaman masih sedikit diketahui. Menurut Setiadi (2000) pengaruh secara langsung maupun tidak langsung dari masing-masing ion tersebut terhadap perkembangan endomikoriza berkaitan dengan proses fotosintesis dan pertumbuhan tanaman ataupun metabolisme inang. Selanjutnya Widiastuti et al. (2002) menyatakan bahwa infeksi atau kolonisasi

24 24 endomikoriza terlihat lebih tinggi pada tanaman yang tumbuh dan hidup di tanah dengan kandungan logam rendah karena pada tanah dengan kandungan logam yang tinggi dapat meracuni tanaman tersebut, namun dengan inokulasi spora dan propagul endomikoriza pada fase pembibitan, tanaman tumbuh dengan baik pada tanah dengan kondisi yang keasamannya tinggi karena pengaruh logam Fe Fungisida Fungisida memiliki pengaruh terhadap perkecambahan endomikoriza. Menurut Cruz et al. (2000), pemberian konsentrasi pestisida benomyl yang relatif rendah (0,001-0,1μm/ml) dapat meningkatkan perkecambahan spora Glomus mosseae, pada konsentrasi yang relatif tinggi (1-2,12μm/ml) akan menghambat perkecambahan spora namun konsentrasi yang sangat tinggi (10-21,25μm/ml) dapat menyebabkan kegagalan spora untuk berkecambah. Proses perkecambahan spora Glomus mosseae pada pemberian fungisida benomyl konsentrasi relatif rendah (0,00 1-0,1μm/ml) tidak mempengaruhi perkecambahan spora. Hal ini dikarenakan konsentrasi tersebut masih belum menghalangi osmosis air dari larutan fungisida ke larutan sel spora, dan pemberian fungisida tersebut diduga justru akan merangsang tanaman inang menghasilkan eksudat akar yang berpengaruh dalam mempercepat perkecambahan spora G. mosseae. Eksudat akar tersebut kemudian dikenal dengan faktor M yang berfungsi seperti halnya hormon. Faktor M yang dihasilkan eksudat akar dan spora endomikoriza dapat meningkatkan terjadinya kolonisasi mikoriza dengan inang. Akar-akar tanaman dan endomikoriza yang telah bersimbiosis membentuk kolinisasi/infeksi pada kortek akar dapat pula

25 25 meningkatkan produksi hormon pertumbuhan seperti auksin, sitokinin dan giberelin bagi tanaman inangnya (Imas et al., 1989 ; Smith and Read, 1997). Auksin berfungsi memperlambat proses penuaan akar sehingga fungsi akar sebagai penyerap unsur hara dan air akan bertahan lebih lama (Imas, et al., 1989). Hal ini tentunya akan sangat menguntungkan tanaman sehingga tanaman akan lebih lama melakukan aktifitas hidupnya. Pemberian fungisida jenis benomyl dengan konsentrasi yang cukup rendah (1-2,12μm/ml) dapat berpengaruh pada penurunan laju osmosis air dari larutan fungisida ke larutan sel spora sehingga pada konsentrasi fungisida yang rendahpun sudah mampu menghambat perkecambahan spora endomikoriza. Konsentrasi benomyl yang sangat tinggi (10-21,25μm/ml) sangat tidak direkomendasikan karena akan menghentikan osmosis air pada spora sehingga menggagalkan germinasi spora endomikoriza (Alizadeh, 2011). Fungisida jenis Agrosan, Benlate, Plantavax dalam konsentrasi yang sangat rendah (2.5 mg/g tanah) dapat menurunkan kolonisasi endomikoriza pada akar tanaman sehingga mengakibatkan penghambatan pertumbuhan tanaman (tahap pembibitan) karena kemampuan penyerapan Fosfat yang rendah pada tanaman tersebut. ( Brundrett et al., 2008 ; Smith et al., 2003). Penelitian lapangan yang bersifat sinergis dan terpadu pada pengendalian penyakit tanaman secara biologis perlu dikembangkan sehingga tidak memberikan efek negatif terhadap kolonisasi endomikoriza pada akar. Hal ini disebabkan spora dan hifa cendawan mikoriza peka terhadap fungisida sintetik (Powell dan Bagyaraj, 1984; Alizadeh, 2011).

26 Tanaman mente (Anacardium occidentale L.) Tanaman mente bukan merupakan tanaman asli Indonesia, Tanaman ini berasai dari pegunungan di benua Amerika yang beriklim tropis (Brasil ia). Tanaman mente tersebar di daerah tropis, terutama di Asia Selatan seperti India, Burma, Filipina, Semenanjung Melayu dan Indonesia. Mente memiliki banyak nama/istilah seperti Cashew-nut (Inggris), Jambu Moyet, Jambu Mente (Indonesia); Jambu Mente (Jawa), Jambu Mede (Sunda), Gaju (Lampung) (Mandal, 2000). Penyebaran mente ke Indonesia dibawa oleh pelaut Portugis sekitar 400 tahun yang lalu, dan dibudidayakan di wilayah-lahankering di Kawasan Timur Indonesia. Produktivitas jambu mente dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain mutu/kualitas benih yang digunakan, faktor abiotik (tekstur tanah, kelembaban, suhu, cahaya) (Opoku -Ameyaw, et.al., 2007) faktor biotik (mikrobia) (Zaubin dan Daras, 2002). Tanaman mente diketahui sebagai tanaman budidaya tahunan. Tanaman tersebut seringkali akan mengalami gagal panen apabila dalam periode generative (periode pembungaan) kondisi lingkungannya tidak mendukung seperti curah hujan tidak memadai dan tidak menentu atau terjadi kekeringan selama 1-2 minggu berturut-turut (Mandal, 2000; Sudarto et al., 2004). Selain hal tersebut diatas, salah satu kendala yang mempengaruhi kegagalan dalam pembibitan yaitu pada periode penyimpanan biji mente (Ibiremo, 2010). Periode penyimpanan biji mente yang terlalu lama (lebih dari 12 bulan) dapat menurunkan kemampuan biji mente dalam berkecambah (Aliyu and Akintaro, 2007 ; Ibiremo, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

27 27 penyimpanan biji mente yang dilakukan dari satu tahun setelah pemanenan menghasilkan viabilitas yang rendah (<75%) dalam perkecambahan biji. Berdasarkan pengamatan pada uji pendahuluan penelitian ini, biji mente hasil penyimpanan produk panen yang disimpan lebih dari 12 bulan sangat terhambat kemampuan germinasinya. Hasil pengamatan terlihat jelas bahwa meskipun biji-biji mente tersebut mampu bergerminasi dan tumbuh menjadi bibit namun membutuhkan waktu yang lama yaitu antara hari. Berdasarkan survey dilapangan, faktor dominan yang sangat mempengaruhi produktivitas tanaman mente masih sulit diketahui. Hal ini karena adanya keterkaitan antara satu faktor dengan faktor lainnya. Rendahnya produktivitas buah mente diduga berawal dari persepsi umum bahwa jambu mente tidak menuntut persyaratan tumbuh yang ketat karena tanaman mente mampu beradaptasi baik pada berbagai kondisi tanah baik tanah yang subur, tidak subur, basah atau kering sehingga problem pada produktivitas mente belum terselesaikan sampai saat ini (Sukawidana, 2010). Hasil studi lapangan diketahui bahwa bibit jambu mente terutama yang berumur kurang dari 1 tahun memiliki sistem perakaran yang sangat sedikit dibanding bibit tanaman berkayu lainnya (misal : jati belanda dan intaran) sehingga kemampuan bibit untuk bisa tumbuh sangat lambat pada periode tanam yang sama. Salah satu alternatif untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan cara memanipulasi daerah disekitar perakaran tanaman (daerah rhizosfer) dengan menginokulasi endomikoriza terutama pada fase pembibitan mente (Sukawidana, 2010). Inokulasi endomikoriza akan efektif dan mampu mengkolonisasi akar jika biji-biji atau gelondong mente ditanam pada

28 28 kedalaman 7 10 cm (Kartini, 1997; Darmais, pers.com., 2011). Menurut Baon (1997), bibit mente yang telah diinokulasi dengan spora cendawan mikoriza dan akarnya telah terkolonisasi oleh hifa endomikoriza, bibit tersebut dapat dipindahkan ke lapangan dan endomikoriza akan terkolonisasi terus pada system perakaran tanaman tersebut sampai tanaman dewasa. Pengembangan jambu mente di Indonesia umumnya ditanam pada lahan/areal marginal yang memiliki kandungan bahan organik rendah. Penggunaan pupuk organik sangat dianjurkan dalam budi daya jambu mente di lahan marginal. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pemupukan dengan menggunakan bahan organik dan non organik serta ditambahkan inoklasi spora dan propagul endomikoriza dapat memperbaiki kandungan hara tanah dan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil produksi jambu mente (Daras, 2007; Opoku-Ameyaw et.al., 2007) Manfaat Mikoriza Bagi Tanaman Keuntungan yang didapat dari simbiosis mutualistik antara cendawan endomikriza dan tanaman adalah tanaman memberi gula dan karbon untuk cendawan dan cendawan membantu dalam penyerapan air, fosfat, mineral dan nutrisi lainnya yang diperlukan bagi tumbuhan (Brundrett et al., 2008 ; Smith et al., 2010). Fosfat merupakan unsur essensial yang diperlukan tanaman dalam jumlah banyak ( Smith dan Read, 2008 ; Smith et.al., 2010). Sementara pada areal yang memiliki kondisi tanah cenderung bersifat asam dapat menyebabkan fosfat yang terdapat ditanah dalam bentuk tidak tersedia bagi tanaman karena kondisi asam menyebabkan fosfat terikat kuat dengan Fe sebagai senyawa. Keberadaan endomikoriza pada tanah tanah tersebut mampu mengubah fosfat

29 29 yang tidak tersedia menjadi tersedia bagi tanaman (Powell dan Bagyaraj, 1984; Widiastuti, 2004). Akar-akar tanaman yang telah terkolonisasi oleh mikoriza mampu melakukan aktifitas fotosintesis dengan baik sehingga tanaman lebih sehat dan pada akhirnya mampu menghambat infeksi patogen melalui mekanisme enzimatis yang dihasilkan oleh tanaman dan mikoriza. Proses penghambatan masuknya patogen ke akar tanaman yaitu dengan memanipulasi kondisi yang tidak menguntungkan untuk pertumbuhan patogen pada tanaman yaitu dengan jalan menggunakan karbohidrat dan eksudat akar oleh mikoriza, sehingga mikoriza dapat memanfaatkan karbohidrat dan eksudat-eksudat untuk selanjutnya mikoriza mampu mengeluarkan zat-zat tertentu yang dapat berfungsi untuk menekan atau mematikan patogen sehingga patogen tidak mampu menginfeksi akar tanaman (Smith dan Read, 1997).

30 30 BAB III. KERANGKA BERFIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Kawasan di Bali yang tergolong lahan kering misalnya sebagian Kabupaten Buleleng dan Karangasem sangat mengandalkan musim hujan dan pupuk untuk meningkatkan hasil pertaniannya karena kawasan tersebut relatif tidak subur (Antara, 2004 ; Daryana, 2010). meningkatkan produksi pertanian lahan kering Salah satu upaya dalam dapat dilakukan dengan pengembangan model pertanian organik menggunakan pupuk hayati mikoriza (Anas, 2000 ; Priono, 2008 ; Sukasta et al., 2010). Salah satu tanaman yang banyak dibudiyakan pada lahan kering di Bali adalah tanaman mente (A. occidentale L ). Para petani mente umumnya jarang melakukan regenarasi tanaman mente yang telah tua (beru mur lebih dari 25 tahun) dan mengganti tanaman tua dengan melakukan pembibitan mente (Suharto, 2012). Hasil survey di lapangan, beberapa kendala yang dihadapi para petani mente dalam melakukan pembibitan mente antara lain: akar bibit mente mudah sekali patah pada waktu pemindahan dari kebun bibit ke areal perkebunan, bibit mudah layu dan mati bila sudah dipindahkan ke areal perkebunan. Menurut Sukawidana (2010), pembibitan mente terdapat banyak kendala antara lain pertumbuhan bibit yang tidak seragam, jumlah perakaran (serabut) yang dihasilkan sangat sedikit sehingga menyebabkan kemampuan absorbsi hara dan mineral dari tanah rendah Kendala-kendala tersebut pada akhirnya menyebabkan produktivitas mente di Bali dan Nusatenggara, termasuk

31 31 di lahan kering perkebunan mente Desa Sendang Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng dan Desa Sukadana Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem menjadi tidak/kurang maksimum. Meskipun sejauh ini belum diketahui secara pasti penyebab kematian tersebut, diduga bahwa kematian bibit mente tersebut disebabkan oleh rendahnya kemampuan dan daya tahan bibit mente setelah fase pemindahan dari persemaian terutama di Sukadana yang kondisi tanahnya sangat kering (Sukawidana, 2010 ; Darmais-2011 pers com). Mengacu pada kemampuan mikoriza dalam membantu absorbsi air dan mineral tanaman di lahan kering (Novriani dan Madjid, 2009), pemanfaatan mikoriza untuk peningkatan kualitas produk pertanian perlu dikembangkan sehingga diharapkan penelitian ini dapat mengatasi salah satu faktor pembatas pertumbuhan mente pada lahan kering di Bali, Cendawan endomikoriza mampu berasosiasi pada lebih dari 80% jenis-jenis tanaman berpembuluh. Kolonisasi cendawan endomikoriza pada akar tanaman inang dapat membantu dalam meningkatkan efisiensi penyerapan unsur hara Fosfat pada lahan kering atau lahan marginal (Hapsoh, 2008, Smith et al., 2010) Tanaman yang bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan karena adanya peranan hifa-hifa ekternal mikoriza mampu menyerap air pada pori-pori tanah yang tidak bisa dicapai oleh akar tanaman inangnya (Smith dan Read, 1997). Pemanfaatan endomikoriza sebagai pupuk hayati telah dicoba pada beberapa tanaman pertanian dan perkebunan di Bali namun endomikoriza yang digunakan sebagai pupuk tersebut adalah merupakan produk komersial yang diperoleh dari luar Bali, yaitu pupuk mikoriza Biosfer dalam pembibitan tanaman Panili (Tirta, 2006); kombinasi spora endomikoriza komersial dan

32 32 cendawan Trichoderma untuk mengurangi laju infeksi Jamur Akar Putih (JAP) pada tanaman Mente (Priono, 2008); penggunaan pupuk mikoriza Technofert meningkatkan produksi tanaman pakan sapi (Sukasta et al., 2010); pemupukan mikoriza pada tanaman gamal di Karangasem (Antara, 2010). Penelitian tentang pemanfaatan pupuk hayati endomikoriza indigenus yang dieksplorasi dari lahan kering di Bali masih sangat sedikit bahkan bisa dikatakan belum ada data datanya. Penelitian ekplorasi endomikoriza di lahanlahan kering di Bali khususnya di rhizosfer mente adalah sangat diperlukan untuk dapat mengetahui isolat endomikoriza jenis apa yang bisa diaplikasikan pada tanaman mente pertanian lahan kering di Bali karena menurut Suryatmana,et al. (2009), sebagian besar mikroba bersifat spesifik area, artinya mikroba yang dieksplorasi dari daerah setempat relatif lebih cepat beradaptasi dan tumbuh pada daerah tersebut dibanding mikroba yang diambil dari daerah lain Konsep Penelitian Salah satu kendala pemanfaatan endomikoriza untuk pemupukan tanaman yang dibudidayakan di lahan kering termasuk Bali adalah ketersediaan isolat indigenus endomikoriza sebagai pupuk yang sudah siap dalam bentuk pupuk hayati. Cendawan endomikoriza mampu bersimbiosis dengan berbagai tanaman (pertanian, kehutanan dan perkebunan) dan membantu dalam meningkatkan efisiensi penyerapan air dari dalam tanah serta meningkatkan serapan hara mineral pada lahan marginal (Hapsoh, 2008; Suryatmana et al.,2009; Ibiremo, 2010). Keanekaragaman jenis endomikoriza`di alam sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah yang basah, kering, tingkat porositas tanah atau bahkan tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikoriza merupakan asosiasi mutualistik antara jamur dengan akar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikoriza merupakan asosiasi mutualistik antara jamur dengan akar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikoriza Mikoriza merupakan asosiasi mutualistik antara jamur dengan akar tumbuhan tingkat tinggi (Smith dan Read, 1997). Mikoriza banyak mendapat perhatian karena kemampuannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan suatu bentuk asoasiasi mutualisme antara cendawan (myces)

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan suatu bentuk asoasiasi mutualisme antara cendawan (myces) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Mikoriza merupakan suatu bentuk asoasiasi mutualisme antara cendawan (myces) dan perakaran (rhiza) tumbuhan tingkat tinggi. Simbiosis mikoriza melibatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan fungi akar yang memiliki peran dan manfaat yang penting

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan fungi akar yang memiliki peran dan manfaat yang penting I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Mikoriza merupakan fungi akar yang memiliki peran dan manfaat yang penting dalam dunia pertanian, karena mikoriza memiliki kemampuan menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. jamur (mykos = miko) dan akar (rhiza). Jamur ini membentuk simbiosa

TINJAUAN PUSTAKA. jamur (mykos = miko) dan akar (rhiza). Jamur ini membentuk simbiosa TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Mikoriza Istilah mikoriza diambil dari Bahasa Yunani yang secara harfiah berarti jamur (mykos = miko) dan akar (rhiza). Jamur ini membentuk simbiosa mutualisme antara jamur dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu memberikan

I. PENDAHULUAN. Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu memberikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Komoditas kakao menempati peringkat ke tiga ekspor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan dari tahun ke tahun meningkat, hal ini sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan dari tahun ke tahun meningkat, hal ini sejalan dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan pangan dari tahun ke tahun meningkat, hal ini sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang juga meningkat. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula, etanol, vetsin dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula, etanol, vetsin dan 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tebu Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula, etanol, vetsin dan lain-lain. Tanaman tebu hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Umur tanaman sejak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berbagai upaya perbaikan tanah ultisol yang mendominasi tanah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Berbagai upaya perbaikan tanah ultisol yang mendominasi tanah di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Berbagai upaya perbaikan tanah ultisol yang mendominasi tanah di Indonesia berupa konservasi tanah dan air secara fisik, kimia, dan biologi telah banyak dilakukan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. endomikoriza atau FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) pada jenis tanaman. (Harley and Smith, 1983 dalam Dewi, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. endomikoriza atau FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) pada jenis tanaman. (Harley and Smith, 1983 dalam Dewi, 2007). TINJAUAN PUSTAKA Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jamur dan akar tanaman (Brundrett, 1991). Hampir pada semua jenis tanaman terdapat bentuk simbiosis ini. Umumya mikoriza dibedakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungi Mikoriza Arbuskular Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk kelangsungan hidupnya fungi berasosiasi dengan akar tanaman. Spora berkecambah dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Mykes (cendawan) dan Rhiza (akar). Kata mikoriza pertama kali dikemukakan

TINJAUAN PUSTAKA. Mykes (cendawan) dan Rhiza (akar). Kata mikoriza pertama kali dikemukakan TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Pembagian Mikoriza Kata mikoriza terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu Mykes (cendawan) dan Rhiza (akar). Kata mikoriza pertama kali dikemukakan oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Mikoriza berasal dari bahasa Yunani yaitu mycos yang berarti cendawan, dan rhiza yang berarti akar. Mikoriza dikenal sebagai jamur tanah, karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman yang berasal dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman yang berasal dari daratan Afrika. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan sebuah istilah yang mendeskripsikan adanya hubungan

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan sebuah istilah yang mendeskripsikan adanya hubungan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Mikoriza merupakan sebuah istilah yang mendeskripsikan adanya hubungan simbiosis yang saling menguntungkan antara akar tanaman dengan fungi tertentu. Melalui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikorhiza Vesikular Arbuskular ( MVA) Mikorhiza vesikular arbuskular (MVA) adalah salah satu tipe endomikorhiza yang termasuk ke dalam Glomeromycota, dengan ordo Glomales yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk tanaman monokotil tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk tanaman monokotil tidak II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk tanaman monokotil tidak bercabang dan tidak mempunyai kambium. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dengan akar tumbuhan tingkat tinggi, yang mencerminkan adanya interaksi

TINJAUAN PUSTAKA. dengan akar tumbuhan tingkat tinggi, yang mencerminkan adanya interaksi TINJAUAN PUSTAKA A. Fungi Mikoriza Arbuskula Fungi mikoriza arbuskula merupakan suatu bentuk asosiasi antara fungi dengan akar tumbuhan tingkat tinggi, yang mencerminkan adanya interaksi fungsional yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembibitan Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit, yang sangat menentukan keberhasilan budidaya pertanaman. Melalui tahap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Mikoriza adalah simbiosis mutualistik, hubungan antara fungi dan akar

TINJAUAN PUSTAKA. Mikoriza adalah simbiosis mutualistik, hubungan antara fungi dan akar 14 TINJAUAN PUSTAKA Fungi Mikoriza Arbuskula Mikoriza adalah simbiosis mutualistik, hubungan antara fungi dan akar tanaman. Beberapa fungi membentuk mantel yang melindungi akar, kadangkadang berambut,

Lebih terperinci

MIKORIZA DAN PERANANNYA MIKORIZA LABORATORIUM PENGAMATAN HAMA DAN PENYAKIT BANYUMAS

MIKORIZA DAN PERANANNYA MIKORIZA LABORATORIUM PENGAMATAN HAMA DAN PENYAKIT BANYUMAS MIKORIZA DAN PERANANNYA MIKORIZA LABORATORIUM PENGAMATAN HAMA DAN PENYAKIT BANYUMAS Mikoriza Adalah suatu bentuk asosiasi simbiotik antara akar tumbuhan tingkat tinggi dan miselium cendawan tertentu. Nama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) merupakan asosiasi antara fungi tertentu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) merupakan asosiasi antara fungi tertentu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fungi Mikoriza Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) merupakan asosiasi antara fungi tertentu dengan akar tanaman dengan membentuk jalinan interaksi yang komplek. Mikoriza

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) Jenis A. cadamba Miq. ini bersinonim dengan A.chinensis Lamk. dan A. indicus A. Rich. Jabon (A. cadamba Miq.) merupakan pohon yang dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah hutan di Indonesia pada umumnya berjenis ultisol. Menurut Buckman dan Brady (1982), di ultisol kesuburan tanah rendah, pertumbuhan tanaman dibatasi oleh faktor-faktor yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu komoditi sektor non-migas andalan yang berperan penting dalam menunjang pembangunan Indonesia. Produksi minyak sawit

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nama mikoriza pertama kali digunakan oleh Frank pada tahun 1885 untuk menunjukkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nama mikoriza pertama kali digunakan oleh Frank pada tahun 1885 untuk menunjukkan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikoriza 2.1.1 Pengenalan Mikoriza Nama mikoriza pertama kali digunakan oleh Frank pada tahun 1885 untuk menunjukkan suatu struktur yang merupakan gabungan jamur akar pada Cupuliferae,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu primadona tanaman

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu primadona tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah. Kelapa sawit menghasilkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dirusak, baik melalui penebangan pohon, perladangan berpindah maupun

TINJAUAN PUSTAKA. dirusak, baik melalui penebangan pohon, perladangan berpindah maupun TINJAUAN PUSTAKA 1. Lahan Produktif dan Lahan Non Produktif Ketika hutan yang merupakan vegetasi klimaks yang asli dan alami dirusak, baik melalui penebangan pohon, perladangan berpindah maupun kebakaran,

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditi yang sangat

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditi yang sangat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditi yang sangat penting setelah padi, karena jagung merupakan salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit termasuk tanaman tahunan yang mulai menghasilkan pada umur 3

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit termasuk tanaman tahunan yang mulai menghasilkan pada umur 3 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit termasuk tanaman tahunan yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan usia produktif mencapai 25 30 tahun. Tinggi tanaman monokotil ini dapat mencapai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dapat bersimbiosis dengan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA). Namun pada

TINJAUAN PUSTAKA. dapat bersimbiosis dengan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA). Namun pada TINJAUAN PUSTAKA Sengon (Paraserienthes falcataria) adalah tanaman yang secara alami dapat bersimbiosis dengan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA). Namun pada kondisi lapangan keaktifan maksimal simbiosis tersebut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kedelai Varietas Detam-1. Kegunaan utama kedelai hitam di Indonesia yaitu sebagai bahan baku

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kedelai Varietas Detam-1. Kegunaan utama kedelai hitam di Indonesia yaitu sebagai bahan baku II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kedelai Varietas Detam-1 Kegunaan utama kedelai hitam di Indonesia yaitu sebagai bahan baku industri kecap. Keuntungannya selain meningkatkan kualitas kecap, juga berpotensi meningkatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular merupakan suatu bentuk asosiasi antara fungi dan akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular merupakan suatu bentuk asosiasi antara fungi dan akar II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungi Mikoriza Arbuskular Fungi mikoriza arbuskular merupakan suatu bentuk asosiasi antara fungi dan akar tumbuhan tingkat tinggi. Bentuk asosiasi yang terjadi antara fungi dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum. L) dimanfaatkan sebagai bahan baku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum. L) dimanfaatkan sebagai bahan baku BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu (Saccharum officinarum L.) Tanaman tebu (Saccharum officinarum. L) dimanfaatkan sebagai bahan baku utama dalam industri gula. Bagian lainnya dapat pula dimanfaatkan dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kakao (Theobroma cacao L.) termasuk salah satu komoditas perkebunan

TINJAUAN PUSTAKA. Kakao (Theobroma cacao L.) termasuk salah satu komoditas perkebunan TINJAUAN PUSTAKA Kakao Kakao (Theobroma cacao L.) termasuk salah satu komoditas perkebunan yang dikembangkan untuk kepentingan ekspor dan untuk memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman dalam negeri.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kopi (Coffea sp.) Kopi di Indonesia dapat tumbuh baik pada ketinggian 700 m di atas permukaan laut (dpl). Beberapa klon tanaman kopi hasil introduksi dari luar negeri dapat

Lebih terperinci

II. TNJAUAN PUSTAKA. klasifikasinya termasuk famili Meliaceae. Ada dua spesies yang cukup dikenal yaitu:

II. TNJAUAN PUSTAKA. klasifikasinya termasuk famili Meliaceae. Ada dua spesies yang cukup dikenal yaitu: 4 II. TNJAUAN PUSTAKA A. Mahoni Tanaman mahoni (Swietenia mahagoni Jack) merupakan salah satu tanaman yang dianjurkan untuk pengembangan HTI (Hutan Tanaman Industri). Mahoni dalam klasifikasinya termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi Lahan Gambut. beserta vegetasi yang terdapat diatasnya, terbentuk di daerah yang topografinya

TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi Lahan Gambut. beserta vegetasi yang terdapat diatasnya, terbentuk di daerah yang topografinya 4 TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Lahan Gambut Lahan gambut merupakan lahan yang berasal dari bentukan gambut beserta vegetasi yang terdapat diatasnya, terbentuk di daerah yang topografinya rendah dan bercurah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merill.), merupakan salah satu sumber protein penting di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman kedelai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ini kemudian disepakati oleh para pakar sebagai titik awal sejarah mikoriza.

TINJAUAN PUSTAKA. ini kemudian disepakati oleh para pakar sebagai titik awal sejarah mikoriza. TINJAUAN PUSTAKA Cendawan Mikoriza Mikoriza adalah suatu bentuk asosiasi simbiotik antara akar tumbuhan tingkat tinggi dan miselium cendawan tertentu. Nama mikoriza pertama kali dikemukakan oleh ilmuwan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang sangat dibutuhkan di Indonesia, baik sebagai bahan makanan manusia, pakan ternak maupun bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan tanaman semusim yang membentuk rumpun, tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 15-50 cm (Rahayu, 1999). Menurut

Lebih terperinci

MIKORIZA & POHON JATI

MIKORIZA & POHON JATI MIKORIZA & POHON JATI Kelompok 6 Faisal Aziz Prihantoro Aiditya Pamungkas Rischa Jayanty Amelia Islamiati Faifta Nandika Maya Ahmad Rizqi Kurniawan Septa Tri Farisna 1511100001 1511100011 1511100025 1511100027

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan pangan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan pangan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan pertumbuhan penduduk yang besar. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk akan berakibat meningkatnya kebutuhan akan pangan. Untuk

Lebih terperinci

MIKORIZA MATERI KULIAH BIOLOGI TANAH UPNVY. Mikoriza (Mycorrhizae): Oleh: Ir. Sri Sumarsih, MP.

MIKORIZA MATERI KULIAH BIOLOGI TANAH UPNVY. Mikoriza (Mycorrhizae): Oleh: Ir. Sri Sumarsih, MP. MATERI KULIAH BIOLOGI TANAH UPNVY MIKORIZA Oleh: Ir. Sri Sumarsih, MP. Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta Jl. Ring Road Utara, Condongcatur, Sleman, Yogyakarta e-mail: Sumarsih_03@yahoo.com

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pemanfaatan Endomikoriza Indigenus dari Lahan Kering di Bali untuk Memacu Pertumbuhan Bibit Mente (Anacardium Occidentale L.

ABSTRAK. Pemanfaatan Endomikoriza Indigenus dari Lahan Kering di Bali untuk Memacu Pertumbuhan Bibit Mente (Anacardium Occidentale L. ABSTRAK Pemanfaatan Endomikoriza Indigenus dari Lahan Kering di Bali untuk Memacu Pertumbuhan Bibit Mente (Anacardium Occidentale L.) Pertumbuhan bibit mente ( A.occidentale L.) di lahan kering masih rendah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sektor perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sektor perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia berkembang dengan sangat pesat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Jika pada tahun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Cabai (Capsicum annuum L) merupakan salah satu komoditas sayuran yang bernilai ekonomi tinggi. Hal ini terlihat dari areal pertanaman cabai yang menempati areal terluas diantara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Kedelai. diberi nama nodul atau nodul akar. Nodul akar tanaman kedelai umumnya dapat

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Kedelai. diberi nama nodul atau nodul akar. Nodul akar tanaman kedelai umumnya dapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Kedelai Tanaman kedelai dapat mengikat Nitrogen di atmosfer melalui aktivitas bakteri Rhizobium japonicum. Bakteri ini terbentuk di dalam akar tanaman yang diberi nama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pemanfaatan cendawan mikoriza arbuskula (CMA) dalam produksi semai di daerah-daerah tropis telah banyak diketahui dan diuji. Diantara jenis pohon yang diuji, sebagian besar adalah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover Crop) merupakan jenis tanaman kacang-kacangan yang biasanya digunakan untuk memperbaiki sifat fisik,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap trapping mikoriza. jagung pada tiga media tanam yaitu indigenous tanah Mediteran

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap trapping mikoriza. jagung pada tiga media tanam yaitu indigenous tanah Mediteran IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tahap trapping mikoriza Tahap trapping atau perbanyakan mikoriza dilakukan dengan menanam jagung pada tiga media tanam yaitu indigenous tanah Mediteran Gunungkidul, rhizosfer

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan bulan-bulan kering untuk pembungaannya. Di Indonesia tanaman kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan bulan-bulan kering untuk pembungaannya. Di Indonesia tanaman kopi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kopi Arabika Kopi Arabika merupakan jenis kopi tertua yang dikenal dan dibudidayakan di dunia dengan varietas-varietasnya. Kopi Arabika menghendaki iklim subtropik dengan

Lebih terperinci

SULISTIYOWATI A

SULISTIYOWATI A KOMPATIBILITAS TANAMAN TOMAT DAN CABAI DENGAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN HAYATI (CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA) NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : SULISTIYOWATI A 420 090 161 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Tanaman Cabai Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Tanaman ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berubah kembali ke asal karena adanya tambahan substansi, dan perubahan bentuk

TINJAUAN PUSTAKA. berubah kembali ke asal karena adanya tambahan substansi, dan perubahan bentuk TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Tanaman Pertumbuhan adalah peristiwa perubahan biologis yang terjadi pada makhluk hidup, berupa perubahan ukuran yang bersifat ireversibel. Ireversibel artinya tidak berubah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan yang salah satunya adalah cokelat. Cokelat dihasilkan dari biji buah kakao yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lamtoro atau yang sering disebut petai cina, atau petai selong adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lamtoro atau yang sering disebut petai cina, atau petai selong adalah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lamtoro (Leucaena leucocephala) Lamtoro atau yang sering disebut petai cina, atau petai selong adalah sejenis perdu dari famili Fabaceae (Leguminoseae, polong-polongan), yang kerap

Lebih terperinci

POTENSI PEMANFAATAN MIKORISA VESIKULAR ARBUSKULAR DALAM PENGELOLAAN KESUBURAN LAHAN KERING MASAM

POTENSI PEMANFAATAN MIKORISA VESIKULAR ARBUSKULAR DALAM PENGELOLAAN KESUBURAN LAHAN KERING MASAM POTENSI PEMANFAATAN MIKORISA VESIKULAR ARBUSKULAR DALAM PENGELOLAAN KESUBURAN LAHAN KERING MASAM Lahan kering masam merupakan salah satu jenis lahan marginal dengan produktivitas rendah, mempunyai nilai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kacang Tanah Tanaman kacang tanah memiliki perakaran yang banyak, dalam, dan berbintil. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun majemuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengenal Cendawan Mikoriza Arbuskular (CMA) Mikoriza tersebar hampir di seluruh permukaan bumi dan dapat berasosiasi dengan sebagian besar tumbuhan. Menurut Smith dan Read (1997),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan cabai terus meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku cabai. Data statistik menunjukkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosales, Famili: Leguminosae, Genus: Glycine, Species: Glycine max (L.) Merrill

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosales, Famili: Leguminosae, Genus: Glycine, Species: Glycine max (L.) Merrill II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Botani Tanaman Kedelai Berdasarkan taksonominya, tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Klas: Dicotyledonae,

Lebih terperinci

Gambar 2. Centrosema pubescens

Gambar 2. Centrosema pubescens TINJAUAN PUSTAKA Pengaruh Cekaman Kekeringan pada Tanaman Cekaman kekeringan merupakan istilah untuk menyatakan bahwa tanaman mengalami kekurangan air akibat keterbatasan air dari lingkungannya yaitu media

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Mofologi Tanaman Jagung Menurut Samadi dan Cahyono (1996), tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae (Tumbuhan ) Divisi Kelas Sub Kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah penduduk, sehingga bahan pangan yang tersedia harus

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah penduduk, sehingga bahan pangan yang tersedia harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan produk pertanian semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, sehingga bahan pangan yang tersedia harus mencukupi kebutuhan masyarakat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penggunaan pupuk anorganik telah menjadi tradisi pada sistem. pertanian yang ada pada saat ini. Hal ini mulai dilakukan sejak

I. PENDAHULUAN. Penggunaan pupuk anorganik telah menjadi tradisi pada sistem. pertanian yang ada pada saat ini. Hal ini mulai dilakukan sejak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan pupuk anorganik telah menjadi tradisi pada sistem pertanian yang ada pada saat ini. Hal ini mulai dilakukan sejak revolusi hijau mulai digemakan ke seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. allin dan allisin yang bersifat bakterisida (Rukmana, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. allin dan allisin yang bersifat bakterisida (Rukmana, 1994). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan salah satu komoditas unggulan di beberapa daerah di Indonesia, meskipun bukan merupakan kebutuhan pokok tetapi hampir selalu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikoriza adalah suatu organisme yang hidup secara simbiosis mutualistik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikoriza adalah suatu organisme yang hidup secara simbiosis mutualistik 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Manfaat Mikoriza Mikoriza adalah suatu organisme yang hidup secara simbiosis mutualistik antara cendawan dan akar tanaman tingkat tinggi. Bentuk asosiasi antara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Forastero (bulk cocoa atau kakao lindak), Criolo (fine cocoa atau kakao mulia),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Forastero (bulk cocoa atau kakao lindak), Criolo (fine cocoa atau kakao mulia), 16 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kakao Tanaman kakao yang ditanam di perkebunan pada umumnya adalah kakao jenis Forastero (bulk cocoa atau kakao lindak), Criolo (fine cocoa atau kakao mulia),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang termasuk ke dalam kelompok legum merambat (cover crop). Legum pakan

I. PENDAHULUAN. yang termasuk ke dalam kelompok legum merambat (cover crop). Legum pakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Centrocema pubescens merupakan salah satu sumber hijauan tanaman pakan yang termasuk ke dalam kelompok legum merambat (cover crop). Legum pakan merupakan sumber protein

Lebih terperinci

Kompos, Mikroorganisme Fungsional dan Kesuburan Tanah

Kompos, Mikroorganisme Fungsional dan Kesuburan Tanah Kompos, Mikroorganisme Fungsional dan Kesuburan Tanah Oleh Embriani BBPPTP Surabaya Latar Belakang Mikroorganisme fungsional yang dikenal sebagai biofungisida adalah jamur Trichoderma sp. dan jamur vesikular

Lebih terperinci

JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DI LAHAN GAMBUT DESA AEK NAULI, KECAMATAN POLLUNG, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DI LAHAN GAMBUT DESA AEK NAULI, KECAMATAN POLLUNG, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DI LAHAN GAMBUT DESA AEK NAULI, KECAMATAN POLLUNG, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Deni Elfiati Delvian PS KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN USU PENDAHULUAN Mikoriza merupakan bentuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan lahan-lahan yang subur lebih banyak

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan lahan-lahan yang subur lebih banyak I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan lahan-lahan yang subur lebih banyak digunakan untuk kegiatan pertanian dan perkebunan yang lebih berorientasi pada penyediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput Gajah Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) adalah tanaman yang dapat tumbuh di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa tambahan nutrien

Lebih terperinci

Eksplorasi Mikorizaa Vesikular Arbuskular (MVA) Indigenous pada Tanah Regosol di Pamekasan - Madura

Eksplorasi Mikorizaa Vesikular Arbuskular (MVA) Indigenous pada Tanah Regosol di Pamekasan - Madura Eksplorasi Mikorizaa Vesikular Arbuskular (MVA) Indigenous pada Tanah Regosol di Pamekasan - Madura Oleh Tugas Akhir (SB 091358) Siti Nurhalimah (1509 100 048) Dosen Pembimbing : Ir. Sri Nurhatika, MP

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Tanaman Suren. Sistematika tumbuhan jenis surian atau suren menurut Dephut (2002) diklasifikasikan ke dalam:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Tanaman Suren. Sistematika tumbuhan jenis surian atau suren menurut Dephut (2002) diklasifikasikan ke dalam: TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Suren Sistematika tumbuhan jenis surian atau suren menurut Dephut (2002) diklasifikasikan ke dalam: Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. itu strategi dalam mengatasi hal tersebut perlu diupayakan. Namun demikian,

BAB I. PENDAHULUAN. itu strategi dalam mengatasi hal tersebut perlu diupayakan. Namun demikian, 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peternakan mempunyai harapan baik dimasa depan karena permintaan akan bahan-bahan yang berasal dari ternak terus meningkat, oleh sebab itu strategi

Lebih terperinci

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara

Lebih terperinci

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Hasil análisis data penelitian dari masing-masing parameter adalah sebagai berikut: a. Hasil Analisis Kandungan Tabel 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit *) Parameter

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Syarat Tumbuh Tembakau Deli. Tembakau termasuk klas Dikotil, famili Solanaceae, genus Nicotiana dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Syarat Tumbuh Tembakau Deli. Tembakau termasuk klas Dikotil, famili Solanaceae, genus Nicotiana dan TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tembakau Deli Tembakau termasuk klas Dikotil, famili Solanaceae, genus Nicotiana dan spesies Nicotiana tabacum. Memiliki akar tunggang, panjangnya sekitar 0-75

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas tanaman ditentukan oleh interaksi antara lingkungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas tanaman ditentukan oleh interaksi antara lingkungan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan salah satu jenis buah tropika yang mempunyai potensi cukup tinggi untuk dikelola secara intensif dengan berorientasi agribisnis,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon TINJAUAN PUSTAKA Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi baik untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti

Lebih terperinci

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang AgroinovasI Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale. L.) merupakan salah satu tanaman

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan alam Papua, dengan potensi merbaunya yang tinggi, merupakan satusatunya hutan alam di Indonesia yang dianggap masih relatif utuh setelah hutan alam Kalimantan dieksploitasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal

PENDAHULUAN. kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki areal lahan perkebunan kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal perkebunan kelapa sawit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menduduki urutan kedua setelah kedelai (Marzuki, 2007), Kebutuhan kacang tanah di Indonesia mencapai

BAB I PENDAHULUAN. yang menduduki urutan kedua setelah kedelai (Marzuki, 2007), Kebutuhan kacang tanah di Indonesia mencapai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman kacangkacangan yang menduduki urutan kedua setelah kedelai (Marzuki, 2007), berpotensi untuk dikembangkan karena

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kacang Tanah Kacang tanah berasal dari Amerika Selatan, namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropis. Cina dan India merupakan penghasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Umum Kacang Tanah. Kacang tanah (Arachis hypogaea,l.) merupakan tanaman polong-polongan atau

TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Umum Kacang Tanah. Kacang tanah (Arachis hypogaea,l.) merupakan tanaman polong-polongan atau TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea,l.) merupakan tanaman polong-polongan atau legume yang berasal dari Amerika Selatan yang merupakan legume kedua yang terpenting

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo 3 TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo Padi gogo adalah budidaya padi di lahan kering. Lahan kering yang digunakan untuk tanaman padi gogo rata-rata lahan marjinal yang kurang sesuai untuk tanaman. Tanaman padi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci