TINJAUAN PUSTAKA. Mykes (cendawan) dan Rhiza (akar). Kata mikoriza pertama kali dikemukakan
|
|
- Yanti Hadiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Pembagian Mikoriza Kata mikoriza terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu Mykes (cendawan) dan Rhiza (akar). Kata mikoriza pertama kali dikemukakan oleh Frank (1885) yang melihat cendawan di dalam sel akar tumbuhan yang ditelitinya di Jawa antara lain akar jati. Mikoriza secara harfiah berarti cendawan akar. Dalam konteks ini merupakan kandungan simbiotik dan mutualistik menguntungkan antara cendawan non patogen dengan sel-sel akar yang hidup, terutama sel epidermis dan korteks. Frank membedakannya menjadi dua golongan yakni ekto dan endomikoriza. Kebanyakan simbiosis yang tersebar luas diantara tanaman adalah mikoriza yang meliputi berbagai macam cendawan yang menempati akar dan akar penyerap (Fakuara, 1988; Suhardi, 1989). Cendawan mikoriza arbuskula termasuk golongan endomikoriza merupakan cendawan yang bersimbiosis dengan akar tanaman. Cendawan ini membentuk vesikula dan arbuskula di dalam korteks tanaman. Maka cendawan ini disebut juga dengan cendawan mikoriza vesikula arbuskula. Vesikula merupakan ujung hifa berbentuk bulat, berfungsi sebagai organ penyimpanan, sedangkan arbuskula merupakan hifa yang berperan dalam transfer hara dari tanah ke tanaman. Berdasarkan struktur tumbuh dan cara infeksinya pada sistem perakaran inang (host), mikoriza dikelompokkan ke dalam 2 golongan besar yaitu ektomikoriza dan endomikoriza (Setiadi, 2000). Cendawan ini memperoleh senyawa organik (terutama gula) dari tanaman, sedangkan tanaman memperoleh keuntungan karena penyerapan unsur hara dan
2 air dapat berlangsung lebih baik. Bagian sistem perakaran tanaman yang terinfeksi adalah bagian akar yang masih muda. Cendawan mikoriza ini mengharapkan karbohidrat dari tanaman, maka untuk tanaman yang ternaungi (sehingga hasil fotosintesisnya rendah) akan sedikit mikoriza yang terbentuk pada sistem perakarannya. Juga tanaman yang tumbuh pada tanah-tanah yang subur, tidak dijumpai banyak mikoriza pada sistem perakarannya (Haryantini dan Santoso, 2003). Cendawan mikoriza arbuskula adalah salah satu tipe cendawan mikoriza dan termasuk kedalam golongan endomikoriza. Cendawan mikoriza arbuskula termasuk kedalam kelas Zygomycetes, dengan ordo Glomales. Terdiri dari dua sub ordo yaitu Gigasporineae dan Glomineae. Gigasporineae dengan famili Gigasporaceae mempunyai dua genus yaitu Gigaspora dan Scutelospora. Glomineae mempunyai empat famili, yaitu Glomaceae dengan genus Glomus, famili Acaulospora dengan genus Acaulospora dan Entrophospora, Paraglomaceae dengan genus Paraglomus, dan Archaeosporaceae dengan genus Archaeospora. Terdapat sekitar 150 jenis (spesies) spora cendawan CMA yang telah dideskripsi (INVAM, 2004). Cendawan mikoriza arbuskula tergolong dalam kelompok khusus dari populasi mikoriza yang sangat banyak mengkolonisasi rizosfer, yaitu di dalam akar, permukaan akar, dan di daerah sekitar akar. Hifa eksternal yang berhubungan dengan tanah dan struktur infeksi seperti arbuskula di dalam akar menjamin adanya perluasan penyerapan unsur-unsur hara dari tanah dan peningkatan transfer hara (khususnya P) ke tumbuhan, sedangkan cendawan memperoleh C organik dari tumbuhan inangnya (Fakuara,1988).
3 Struktur Umum Cendawan Mikoriza Arbuskula Endomikoriza dicirikan oleh hifa yang intraseluler, yaitu hifa yang menembus kedalam sel-sel korteks dan dari sel yang satu ke sel yang lain. Di antara sel-sel terdapat hifa yang membelit atau struktur hifa yang bercabangcabang yang disebut arbuskula dan pembengkakan yang terbentuk pada hifa yang mengandung minyak yang disebut vesikula. Vesikula berfungsi sebagai tempat penyimpanan yang diameternya lebih kecil dari 1mm, sedangkan arbuskula tersebut berperan dalam transfer hara dari tanah ketanaman untuk membebaskan karbon (C) dan posphor (P) dan fungsinya yang lebih utama adalah menyediakan unsur tersebut menjadi tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Walaupun seolah-olah cendawan ini melakukan penetrasi langsung kedalam sitosol sel korteks membentuk struktur vesikula-arbuskula, tetapi sesungguhnya terdapat pembatas antara vesikula dan arbuskula dengan sitosol sel korteks yakni suatu membran plasma (Fitter dan Hay, 1991; Lakitan, 2000). Cendawan mikoriza arbuskula dapat dibedakan dari ektendomikoriza. Hal ini dapat kita perhatikan bahwa sistem perakaran yang terinfeksi tidak membesar, cendawannya membentuk struktur lapisan hifa tipis dan tidak merata pada permukaan akar, hifa menyerang ke dalam individu sel jaringan korteks, pada umumnya ditemukan struktur khusus berbentuk oval yang disebut vesikel (Setiadi, 2001).
4 Ciri utama arbuskular mikoriza adalah terdapatnya arbuskula di dalam korteks akar. Awalnya cendawan tumbuh di antara sel-sel korteks, tetapi kemudian segera menembus dinding sel inang dan berkembang di dalam sel. Istilah umum bagi semua tipe mikoriza yang cendawannya berkembang di dalam sel korteks adalah endomikoriza, sebagaimana perkembangan cendawan, sel membran inang membungkus cendawan (Brundrett dkk, 1996). Struktur umum dari CMA dapat dilihat pada Gambar 1. dibawah ini: Gambar 1. Penampang Longitudinal Akar yang Terinfeksi CMA (Sumber : Brundett et al. 1996) Menurut Abbot dan Robson (1984), infektivitas mikoriza adalah sebagai daya atau kemampuan cendawan mikoriza untuk menginfeksi dan mengkoloni akar tanaman. Dalam pengertian itu dicakup perkembangan dan aktivitas cendawan sebelum dan setelah infeksi terjadi, arti infektivitas dimaksud dapat
5 juga diacu sebagai ukuran suksesi dari cendawan dalam berinteraksi dengan tanaman dan kondisi tanah. Infektivitas dalam hal ini dinyatakan sebagai proporsi akar tanaman yang terinfeksi (Giovanetti dan Mosse, 1980). Peranan Cendawan Mikoriza Arbuskula Secara umum peranan mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman adalah : adanya mikoriza sangat penting bagi ketersediaan unsur hara dan pertumbuhan tanaman dimana hal ini terjadi melalui pembentukan hifa pada permukaan akar yang berfungsi sebagai perpanjangan akar terutama di daerah yang kondisinya sangat miskin unsur hara, ph rendah, dan kurang air. Peranan yang lain yaitu melindungi tanaman inang terhadap cendawan patogen akar dengan cara mengeluarkan zat antibiotik, menghasilkan hormon tumbuh auksin, sitokinin, giberelin, dan vitamin yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman inang. Zat pengatur tumbuh ini sangat diperlukan dalam proses pembelahan sel, memacu pertumbuhan serta mencegah atau memperlambat proses penuaan daun sehingga menambah fungsi akar sebagai penyerap unsur hara dan air. Manfaat cendawan ini akan secara nyata terlihat jika kondisi tanahnya miskin hara atau kering; sedangkan pada kondisi tanah yang subur, peran cendawan mikoriza ini tidak akan begitu nyata (Setiadi, 2001; Lakitan, 2000). Keuntungan dari keberadaan mikoriza yang telah banyak diketahui adalah meningkatkan serapan fosfat oleh tanaman walaupun sesungguhnya serapan unsur-unsur hara yang lain dan air juga ikut meningkat. Keuntungan tersebut secara umum adalah dalam penyerapan ion-ion essensial yang secara normal
6 berdifusi secara lambat ke permukaan akar, tetapi dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tanaman, misalnya fosfat, ammonium, kalium, dan nitrat ( Lakitan, 2000). Angkutan nutrien merupakan sentral mutualisme mikoriza, dimana nutrien diangkut CMA ke tumbuhan dan C organic dari tumbuhan ke cendawan. Ada dua tipe hifa eksternal pada CMA yaitu absorber hypae (hifa-hifa besar) dan runner hypae (hifa-hifa dengan diameter yang lebih besar, absorber hypae merupakan kunci dalam absorpsi nutrien sedangkan runner hypae merupakan jalur utama translokasi di dalam miselium eksternal) (Smith dan Read, 1997 dalam Ekamawanti, 1998). Perbaikan hasil tanaman dengan isolasi CMA juga berkaitan dengan perbaikan mikoriza itu sendiri. Meski pada beberapa kasus isolasi cendawan ini meningkatkan hasil tanaman tapi gagal memperbaiki status mikoriza. Pada saat yang sama pada beberapa kasus isolasi gagal memperbaiki hasil tanaman, walaupun mampu meningkatkan kondisi mikoriza (Kehri and Chandra, 1990). Peranan mikoriza tersebut secara spesifik dalam membantu pertumbuhan tanaman antara lain membantu memperbaiki nutrisi tanaman dengan meningkatkan serapan hara terutama fosfor, sebagai pelindung hayati dengan melindungi akar dari patogen akar, mencegah tanaman terhindar dari keracunan logam berat, serta membantu meningkatkan resistensi tanaman terhadap kekeringan (Muin, 2004; Hanafiah dkk, 2003). Secara fisik pada tanah yang dikatakan subur terdapat sejumlah besar agregat, baik makro ataupun mikro yang stabil. Hifa eksternal CMA yang berkembang kedalam tanah dapat mengikat partikel-partikel tanah dan membentuk agregat sehingga jumlah partikel tanah yang terdegradasi jauh lebih
7 banyak dibandingkan tanaman yang bermikoriza. Pembentukan agregat tanah yang stabil dengan CMA merupakan faktor penting dalam meningkatkan kesuburan fisik tanah (Baon, 1998). Distribusi dan Ekologi Cendawan Mikoriza Arbuskula Cendawan mikoriza arbuskula merupakan cendawan tanah yang digolongkan kedalam famili Endogonaceae, cendawan ini dapat bersimbiosis dengan akar banyak jenis tanaman. Dan ciri paling menonjol dari tipe CMA dibanding jenis lainnya adalah kemampuannya bersimbiosis dengan hampir 90 % jenis tanaman. CMA pada umumnya dapat ditemukan pada sebagian besar spesies tanaman tingkat tinggi yang tumbuh pada berbagai habitat dengan berbagai macam iklim. Sebaran spesies CMA bervariasi menurut iklim, lingkungan dan tipe penggunaan lahan (Setiadi, 2001). Lingkungan dan faktor biotik diketahui memiliki pengaruh terhadap pembentukan CMA dan derajat infeksi dari sel korteks inang. Perbedaan waktu yang diperlukan untuk infeksi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: kerapatan akar, rata-rata pertumbuhan akar, jumlah spora / unit volume tanah, persentase perkecambahan spora dan rata-rata pertumbuhan hifa. Interaksi antara faktor-faktor biotik memiliki efek yang signifikan dalam merespon pertumbuhan tanaman yang diinokulasi. Faktor lingkungan berpengaruh terhadap pembentukan CMA dalam hal suplai dan keseimbangan hara, kelembaban dan ph tanah (Rao, 1994). Peningkatan persentase infeksi CMA akibat inokulasi dapat dihubungkan dengan peningkatan jumlah spora di dalam tanah. Infeksi terjadi karena adanya
8 eksudat atau senyawa khas yang dihasilkan dan dikeluarkan oleh akar tanaman yang menyebabkan perkembangan CMA terangsang. Peningkatan persentase infeksi akibat inokulasi ini sangat dipengaruhi oleh rhizobium (Fakuara, 1988). Perbedaan lokasi dan rhizosfer menyebabkan perbedaan keanekaragaman spesies dan populasi CMA. Tanah yang didominasi oleh fraksi lempung (clay) merupakan kondisi yang diduga sesuai untuk perkembangan spora Glomus, dan tanah berpasir genus Gigaspora ditemukan dalam jumlah tinggi. Pada tanah berpasir, pori-pori tanah terbentuk lebih besar dibanding tanah lempung dan keadaan ini diduga sesuai untuk perkembangan spora Gigaspora yang berukuran lebih besar daripada spora Glomus (Baon, 1998). Suksesi CMA umumnya dipengaruhi oleh umur tanaman, infeksi yang tertinggi terutama pada akar tanaman muda, dan faktor lain yang mempengaruhinya adalah faktor lingkungan seperti cahaya, kesuburan tanah (unsur P dan N tersedia), kadar air, drainase tanah dan ph tanah. Di samping itu CMA dapat berkembang dengan baik pada tanah yang mempunyai kandungan P lebih rendah dan aerasi tanah yang lebih baik (Husien dkk., 2000). Penyebaran dari CMA dapat terjadi melalui berbagai cara, penyebaran aktif micelya melalui tanah. Penyebaran mikoriza melalui inokulasi agak berkurang pada tanah yang sudah bermikoriza, tetapi meningkat pada tanah yang tidak bermikoriza. Dengan kata lain, CMA baru akan tersebar pada tanah-tanah yang kandungan mikorizanya rendah. Sedangkan penyebaran pasif dapat dilakukan oleh beberapa binatang dan juga oleh angin (Suhardi, 1989; Setiadi, 2001).
9 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan dan Penyebaran CMA Menurut Suhardi (1989), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan penyebaran CMA adalah sebagai berikut : A. Pengaruh dari Mikro Flora Tanah Perkecambahan dari spora CMA invitro sulit untuk diduga. Pada media agar terdapat faktor yang menghambat perkecambahan dan menyebabkan dormansi. Daniels dan Trappe (1980) menemukan bahwa ternyata spora dari Glomus epigaeum gagal berkecambah pada tanah yang disterilkan dengan autoclaf, dipanaskan dengan uap, diberi radiasi sinar gamma sebaliknya perkecambahan yang tinggi terdapat pada tanah-tanah yang non steril. Faktorfaktor penghambat yang hilang setelah sterilisasi ini justru merangsang perkecambahan pada tanah non steril. B. Pengaruh dari Faktor Lingkungan 1. Potensial Air Dari Tanah Percobaan-percobaan telah dilakukan pada tanah-tanah dengan berbedabeda kadar airnya. Daniels dan Trappe (1980) menggunakan Glomus epigaeum dikecambahkan pada debu geluh (silt loam) pada berbagai kandungan air. Glomus epigaeum ternyata berkecambah paling baik pada kandungan air di antara kapasitas lapang dan kandungan air jenuh. Perkecambahan Gigaspora spp. akan menurun pada kondisi potensial air (-31 bar) yang rendah juga ini mempengaruhi pertumbuhan hifanya. Pada -10 bar perkecambahan sangat drastis menurun.
10 Mikoriza akan berkembang baik bila tidak ada hambatan aerase. Oleh karena itu mikoriza akan dapat berkembang lebih baik pada tanah berpasir dibandingkan tanah berliat atau gambut (Islami dan Wani, 1995). 2. Kandungan Nutrien Di Dalam Tanah Perkecambahan dari spora tidak begitu dipengaruhi oleh kesuburan tanah. Penambahan nitrogen dan potasium ternyata dapat merangsang atau menghambat perkecambahan. Penambahan fosfor dapat meningkatkan pertumbuhan/ perkecambahan tetapi penambahan nitrogen dan potasium kurang ada pengaruhnya. Bahan organik dapat mengurangi kemampuan berkecambah dari spora baik pada medium agar maupun pada media tanah tidak steril, kelihatannya dengan jalan mempengaruhi langsung terhadap perkecambahan spora. Pengaruh tidak langsung yaitu dengan menggiatkan kegiatan mikrobia tanah untuk kemudian menghambat perkecambahan spora. Ketersediaan hara terutama nitrogen dan fosfat yang rendah akan mendorong pertumbuhan mikoriza. Akan tetapi kandungan hara yang terlalu rendah atau tinggi menghambat pertumbuhan mikoriza. Perkecambahan spora tidak hanya bergantung pada spesies dari CMA tetapi juga kandungan nutrien di dalam tanah ( Islami dan Wani, 1995). 3.pH Tanah Tidak sama dengan jasad renik lainnya cendawan pada umumnya lebih tahan terhadap perubahan ph tanah. Meskipun demikian daya adaptasi pada tiap
11 jenis spesies cendawan terhadap ph tanah berbeda-beda, karena ph tanah mempengaruhi perkecambahan, perkembangan dan peran mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman (Suhardi, 1989). Untuk perkecambahan spora, ph optimum dapat berbeda-beda untuk masing-masing spesies CMA dan untuk lingkungan yang berbeda pula. Derajat keasaman (ph) optimum untuk perkecambahan spora tidak hanya tergantung pada spesies cendawan tetapi juga kandungan nutrien di dalam tanah. Derajat keasaman berpengaruh langsung terhadap aktivitas enzim yang berperan dalam perkecambahan spora (Abbot dan Robson, 1984). Derajat keasaman optimum untuk perkecambahan spora berbeda-beda untuk masing-masing spesies CMA dan untuk lingkungan yang berbeda-beda. Misalnya untuk Glomus mosseae biasanya pada tanah alkali dapat berkecambah dengan baik pada air atau pada ph 6 sampai 9. Sedangkan spora dari Gigaspora coralloidea dan G. Heterogama dari jenis yang lebih asam dapat berkecambah dengan baik pada ph 4 sampai 6, Glomus epigaeum perkecambahannya lebih baik pada ph 6 sampai dengan 8 (Abbot dan Robson, 1984). 4. Suhu Udara Baik suhu maupun sinar menunjukkan pengaruh nyata terhadap koloni dan perkembangan spora CMA di dalam rumah kaca. Semakin tinggi suhu semakin besar terbentuknya kolonisasi dan meningkatnya produksi spora. Suhu terbaik untuk perkembangan CMA adalah pada suhu 30 C, tetapi untuk kolonisasi miselia yang terbaik pada suhu 28 C -34 C (Suhardi, 1989; Setiadi, 2001).
12 5. Kesuburan Tanah Sudah merupakan kesepakatan bahwa kolonisasi akar yang maksimum akan dicapai pada tanah yang kurang subur kondisinya. Fakuara (1988) menyatakan bahwa tingginya persentase infeksi pada tanah-tanah yang tidak subur mungkin sebagian besar dipengaruhi oleh terbatasnya pertumbuhan akar dan mungkin total infeksi di dalam tanah-tanah subur lebih banyak dimana persentase panjang akar yang diinfeksi lebih rendah. Jumlah spora dapat dihubungkan dengan infeksi akar, pada umumnya pada waktu spora membentuk miselium di sekeliling akar yang menghambat perkembangan miselium bagian luar atau pertumbuhan akar dihambat oleh miskinnya suplai unsur hara. Spora lebih banyak pada tingkat fosfat sedang daripada tingkat fosfat rendah, jika kekurangan fosfat dapat membatasi pertumbuhan spora, dan mempengaruhi keseluruhannya. Pembentukan spora umumnya berkurang dengan perlahan-lahan atau pertumbuhan akar berhenti dan pada musim ini spora dapat dihitung untuk mengetahui tingkat infeksi CMA. 6. Tanaman Inang Ada tidaknya tanaman inang yang sesuai ternyata berpengaruh terhadap ada atau tidaknya koloni CMA dan produksi sporanya. Cendawan mikoriza arbuskula sebenarnya bukan merupakan jenis cendawan yang sangat spesifik pada tanaman inang tertentu. Mungkin satu spesies dapat lebih efisien membentuk asosiasi pada tanaman tertentu, tetapi sebenarnya cendawan CMA dapat membentuk koloni pada hampir setiap tanaman inang. Pada penelitian lebih lanjut memang ada kemungkinan bahwa ada spesies CMA yang hanya berkecambah
13 pada jenis tanaman inang yang terbatas saja serta kondisi lingkungan yang khusus, tetapi ini hanya merupakan kekecualian saja. Cendawan mikoriza arbuskula ini diketahui berasosiasi dengan berbagai macam tanaman angiospermae, baik dikotil maupun monokotil, tanaman tahunan atau semusim dan tanaman-tanaman lokal (Fitter dan Hay, 1991; Lakitan 2000). C. Pengaruh dari Organisme Tanah yang Lain Spora dapat mensuplai kebutuhan nutrien organisme di dalam tanah. Binatang di dalam tanah seperti semut atau colembola, dan cacing dapat memakan cendawan atau spora dari cendawan CMA. Nematoda mungkin juga dapat memparasiti spora namun penelitian ini belum banyak dilakukan. Bakteri juga dapat masuk ke dalam spora, biasanya mereka mula-mula hanya berada pada permukaan dari spora dan kemudian menghasilkan enzim penghancur dinding sel untuk ke dalam protoplasma dari cendawan. Cendawan arbuskula mungkin menjadi kurang aktif apabila disitu terdapat juga colembola (springtail). Adanya serangga yang hidup di dalam tanah juga akan mengurangi populasi CMA di dalam tanah (Suhardi, 1989).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikoriza merupakan asosiasi mutualistik antara jamur dengan akar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikoriza Mikoriza merupakan asosiasi mutualistik antara jamur dengan akar tumbuhan tingkat tinggi (Smith dan Read, 1997). Mikoriza banyak mendapat perhatian karena kemampuannya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. jamur (mykos = miko) dan akar (rhiza). Jamur ini membentuk simbiosa
TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Mikoriza Istilah mikoriza diambil dari Bahasa Yunani yang secara harfiah berarti jamur (mykos = miko) dan akar (rhiza). Jamur ini membentuk simbiosa mutualisme antara jamur dan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dengan akar tumbuhan tingkat tinggi, yang mencerminkan adanya interaksi
TINJAUAN PUSTAKA A. Fungi Mikoriza Arbuskula Fungi mikoriza arbuskula merupakan suatu bentuk asosiasi antara fungi dengan akar tumbuhan tingkat tinggi, yang mencerminkan adanya interaksi fungsional yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan fungi akar yang memiliki peran dan manfaat yang penting
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Mikoriza merupakan fungi akar yang memiliki peran dan manfaat yang penting dalam dunia pertanian, karena mikoriza memiliki kemampuan menunjang pertumbuhan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Mikoriza adalah simbiosis mutualistik, hubungan antara fungi dan akar
14 TINJAUAN PUSTAKA Fungi Mikoriza Arbuskula Mikoriza adalah simbiosis mutualistik, hubungan antara fungi dan akar tanaman. Beberapa fungi membentuk mantel yang melindungi akar, kadangkadang berambut,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk tanaman monokotil tidak
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk tanaman monokotil tidak bercabang dan tidak mempunyai kambium. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. ini kemudian disepakati oleh para pakar sebagai titik awal sejarah mikoriza.
TINJAUAN PUSTAKA Cendawan Mikoriza Mikoriza adalah suatu bentuk asosiasi simbiotik antara akar tumbuhan tingkat tinggi dan miselium cendawan tertentu. Nama mikoriza pertama kali dikemukakan oleh ilmuwan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. endomikoriza atau FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) pada jenis tanaman. (Harley and Smith, 1983 dalam Dewi, 2007).
TINJAUAN PUSTAKA Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jamur dan akar tanaman (Brundrett, 1991). Hampir pada semua jenis tanaman terdapat bentuk simbiosis ini. Umumya mikoriza dibedakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan dari tahun ke tahun meningkat, hal ini sejalan dengan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan pangan dari tahun ke tahun meningkat, hal ini sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang juga meningkat. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan suatu bentuk asoasiasi mutualisme antara cendawan (myces)
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Mikoriza merupakan suatu bentuk asoasiasi mutualisme antara cendawan (myces) dan perakaran (rhiza) tumbuhan tingkat tinggi. Simbiosis mikoriza melibatkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dirusak, baik melalui penebangan pohon, perladangan berpindah maupun
TINJAUAN PUSTAKA 1. Lahan Produktif dan Lahan Non Produktif Ketika hutan yang merupakan vegetasi klimaks yang asli dan alami dirusak, baik melalui penebangan pohon, perladangan berpindah maupun kebakaran,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dapat bersimbiosis dengan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA). Namun pada
TINJAUAN PUSTAKA Sengon (Paraserienthes falcataria) adalah tanaman yang secara alami dapat bersimbiosis dengan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA). Namun pada kondisi lapangan keaktifan maksimal simbiosis tersebut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan sebuah istilah yang mendeskripsikan adanya hubungan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Mikoriza merupakan sebuah istilah yang mendeskripsikan adanya hubungan simbiosis yang saling menguntungkan antara akar tanaman dengan fungi tertentu. Melalui
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu memberikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Komoditas kakao menempati peringkat ke tiga ekspor
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembibitan Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit, yang sangat menentukan keberhasilan budidaya pertanaman. Melalui tahap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kopi (Coffea sp.) Kopi di Indonesia dapat tumbuh baik pada ketinggian 700 m di atas permukaan laut (dpl). Beberapa klon tanaman kopi hasil introduksi dari luar negeri dapat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Nama mikoriza pertama kali digunakan oleh Frank pada tahun 1885 untuk menunjukkan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikoriza 2.1.1 Pengenalan Mikoriza Nama mikoriza pertama kali digunakan oleh Frank pada tahun 1885 untuk menunjukkan suatu struktur yang merupakan gabungan jamur akar pada Cupuliferae,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dengan bulan-bulan kering untuk pembungaannya. Di Indonesia tanaman kopi
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kopi Arabika Kopi Arabika merupakan jenis kopi tertua yang dikenal dan dibudidayakan di dunia dengan varietas-varietasnya. Kopi Arabika menghendaki iklim subtropik dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Tanaman Suren. Sistematika tumbuhan jenis surian atau suren menurut Dephut (2002) diklasifikasikan ke dalam:
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Suren Sistematika tumbuhan jenis surian atau suren menurut Dephut (2002) diklasifikasikan ke dalam: Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Mikoriza berasal dari bahasa Yunani yaitu mycos yang berarti cendawan, dan rhiza yang berarti akar. Mikoriza dikenal sebagai jamur tanah, karena
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum. L) dimanfaatkan sebagai bahan baku
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu (Saccharum officinarum L.) Tanaman tebu (Saccharum officinarum. L) dimanfaatkan sebagai bahan baku utama dalam industri gula. Bagian lainnya dapat pula dimanfaatkan dalam
Lebih terperinciII. TNJAUAN PUSTAKA. klasifikasinya termasuk famili Meliaceae. Ada dua spesies yang cukup dikenal yaitu:
4 II. TNJAUAN PUSTAKA A. Mahoni Tanaman mahoni (Swietenia mahagoni Jack) merupakan salah satu tanaman yang dianjurkan untuk pengembangan HTI (Hutan Tanaman Industri). Mahoni dalam klasifikasinya termasuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kondisi Lahan Gambut. beserta vegetasi yang terdapat diatasnya, terbentuk di daerah yang topografinya
4 TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Lahan Gambut Lahan gambut merupakan lahan yang berasal dari bentukan gambut beserta vegetasi yang terdapat diatasnya, terbentuk di daerah yang topografinya rendah dan bercurah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungi Mikoriza Arbuskular Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk kelangsungan hidupnya fungi berasosiasi dengan akar tanaman. Spora berkecambah dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular merupakan suatu bentuk asosiasi antara fungi dan akar
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungi Mikoriza Arbuskular Fungi mikoriza arbuskular merupakan suatu bentuk asosiasi antara fungi dan akar tumbuhan tingkat tinggi. Bentuk asosiasi yang terjadi antara fungi dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula, etanol, vetsin dan
15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tebu Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula, etanol, vetsin dan lain-lain. Tanaman tebu hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Umur tanaman sejak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kakao (Theobroma cacao L.) termasuk salah satu komoditas perkebunan
TINJAUAN PUSTAKA Kakao Kakao (Theobroma cacao L.) termasuk salah satu komoditas perkebunan yang dikembangkan untuk kepentingan ekspor dan untuk memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman dalam negeri.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikoriza adalah suatu organisme yang hidup secara simbiosis mutualistik
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Manfaat Mikoriza Mikoriza adalah suatu organisme yang hidup secara simbiosis mutualistik antara cendawan dan akar tanaman tingkat tinggi. Bentuk asosiasi antara
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Lamtoro atau yang sering disebut petai cina, atau petai selong adalah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lamtoro (Leucaena leucocephala) Lamtoro atau yang sering disebut petai cina, atau petai selong adalah sejenis perdu dari famili Fabaceae (Leguminoseae, polong-polongan), yang kerap
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) merupakan asosiasi antara fungi tertentu
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fungi Mikoriza Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) merupakan asosiasi antara fungi tertentu dengan akar tanaman dengan membentuk jalinan interaksi yang komplek. Mikoriza
Lebih terperinciMIKORIZA DAN PERANANNYA MIKORIZA LABORATORIUM PENGAMATAN HAMA DAN PENYAKIT BANYUMAS
MIKORIZA DAN PERANANNYA MIKORIZA LABORATORIUM PENGAMATAN HAMA DAN PENYAKIT BANYUMAS Mikoriza Adalah suatu bentuk asosiasi simbiotik antara akar tumbuhan tingkat tinggi dan miselium cendawan tertentu. Nama
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) Jenis A. cadamba Miq. ini bersinonim dengan A.chinensis Lamk. dan A. indicus A. Rich. Jabon (A. cadamba Miq.) merupakan pohon yang dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu primadona tanaman
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah. Kelapa sawit menghasilkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengenal Cendawan Mikoriza Arbuskular (CMA) Mikoriza tersebar hampir di seluruh permukaan bumi dan dapat berasosiasi dengan sebagian besar tumbuhan. Menurut Smith dan Read (1997),
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman yang berasal dari
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman yang berasal dari daratan Afrika. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berbagai upaya perbaikan tanah ultisol yang mendominasi tanah di Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Berbagai upaya perbaikan tanah ultisol yang mendominasi tanah di Indonesia berupa konservasi tanah dan air secara fisik, kimia, dan biologi telah banyak dilakukan.
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Jumlah Spora Sebelum Trapping Hasil pengamatan jumlah spora pada kedua jenis lahan sayur dan semak sebelum trapping disajikan pada Tabel 3. Lahan sayuran
Lebih terperinciMIKORIZA MATERI KULIAH BIOLOGI TANAH UPNVY. Mikoriza (Mycorrhizae): Oleh: Ir. Sri Sumarsih, MP.
MATERI KULIAH BIOLOGI TANAH UPNVY MIKORIZA Oleh: Ir. Sri Sumarsih, MP. Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta Jl. Ring Road Utara, Condongcatur, Sleman, Yogyakarta e-mail: Sumarsih_03@yahoo.com
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penggunaan pupuk anorganik telah menjadi tradisi pada sistem. pertanian yang ada pada saat ini. Hal ini mulai dilakukan sejak
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan pupuk anorganik telah menjadi tradisi pada sistem pertanian yang ada pada saat ini. Hal ini mulai dilakukan sejak revolusi hijau mulai digemakan ke seluruh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan tanaman semusim yang membentuk rumpun, tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 15-50 cm (Rahayu, 1999). Menurut
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Kedelai. diberi nama nodul atau nodul akar. Nodul akar tanaman kedelai umumnya dapat
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Kedelai Tanaman kedelai dapat mengikat Nitrogen di atmosfer melalui aktivitas bakteri Rhizobium japonicum. Bakteri ini terbentuk di dalam akar tanaman yang diberi nama
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Forastero (bulk cocoa atau kakao lindak), Criolo (fine cocoa atau kakao mulia),
16 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kakao Tanaman kakao yang ditanam di perkebunan pada umumnya adalah kakao jenis Forastero (bulk cocoa atau kakao lindak), Criolo (fine cocoa atau kakao mulia),
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Botanis Tanaman Pinus (Pinus merkusii) P. merkusii Jungh et De Vriese pertama kali ditemukan dengan nama
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Botanis Tanaman Pinus (Pinus merkusii) P. merkusii Jungh et De Vriese pertama kali ditemukan dengan nama tusam di daerah Sipirok, Tapanuli Selatan oleh ahli botani dari Jerman
Lebih terperinciMIKORIZA & POHON JATI
MIKORIZA & POHON JATI Kelompok 6 Faisal Aziz Prihantoro Aiditya Pamungkas Rischa Jayanty Amelia Islamiati Faifta Nandika Maya Ahmad Rizqi Kurniawan Septa Tri Farisna 1511100001 1511100011 1511100025 1511100027
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditi yang sangat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditi yang sangat penting setelah padi, karena jagung merupakan salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Kedelai Varietas Detam-1. Kegunaan utama kedelai hitam di Indonesia yaitu sebagai bahan baku
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kedelai Varietas Detam-1 Kegunaan utama kedelai hitam di Indonesia yaitu sebagai bahan baku industri kecap. Keuntungannya selain meningkatkan kualitas kecap, juga berpotensi meningkatkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Mikoriza berasal dari bahasa Yunani yang secara harfiah berarti fungi akar
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mikoriza Mikoriza berasal dari bahasa Yunani yang secara harfiah berarti fungi akar (mykos = miko= fungi dan rhiza = akar ) atau fungi tanah karena hifa dan sporanya
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap trapping mikoriza. jagung pada tiga media tanam yaitu indigenous tanah Mediteran
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tahap trapping mikoriza Tahap trapping atau perbanyakan mikoriza dilakukan dengan menanam jagung pada tiga media tanam yaitu indigenous tanah Mediteran Gunungkidul, rhizosfer
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. yang sangat tergantung pada curah hujan, sehingga produktivitas tanaman di lahan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Permasalahan lahan kering adalah keterbatasan kandungan lengas tanah yang sangat tergantung pada curah hujan, sehingga produktivitas tanaman di lahan kering terutama di Gunungkidul
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 30%), Papua (sekitar 30%) dan Sulawesi (sekitar 3%) seperti pada Tabel 1.
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki lahan gambut tropika terluas di dunia. Noor dan Heyde (2007), menyatakan luas lahan gambut Indonesia adalah 20,6 juta hektar. Luas tersebut berarti sekitar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. berubah kembali ke asal karena adanya tambahan substansi, dan perubahan bentuk
TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Tanaman Pertumbuhan adalah peristiwa perubahan biologis yang terjadi pada makhluk hidup, berupa perubahan ukuran yang bersifat ireversibel. Ireversibel artinya tidak berubah
Lebih terperinciJENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DI LAHAN GAMBUT DESA AEK NAULI, KECAMATAN POLLUNG, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DI LAHAN GAMBUT DESA AEK NAULI, KECAMATAN POLLUNG, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Deni Elfiati Delvian PS KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN USU PENDAHULUAN Mikoriza merupakan bentuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Deskripsi dan Syarat Tumbuh Jagung
5 TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi dan Syarat Tumbuh Jagung Jagung (Zea mays L.) termasuk tanaman semusim dari jenis graminae yang memiliki batang tunggal dan termasuk tanaman monoceous. Siklus hidup tanaman
Lebih terperinciGambar 2. Centrosema pubescens
TINJAUAN PUSTAKA Pengaruh Cekaman Kekeringan pada Tanaman Cekaman kekeringan merupakan istilah untuk menyatakan bahwa tanaman mengalami kekurangan air akibat keterbatasan air dari lingkungannya yaitu media
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. patologi hutan dari Jerman (Handayanto & Hairiah, 2007). dikelompokkan menjadi ektomikoriza (ECM) dan endomikoriza/arbuscular
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) Mikoriza adalah asosiasi simbiotik antara akar tanaman dengan jamur (Hajoeningtijas, 2012). Istilah mikoriza (jamur akar) pertama kali diterapkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pertumbuhan tanaman buncis Setelah dilakukan penyiraman dengan volume penyiraman 121 ml (setengah kapasitas lapang), 242 ml (satu kapasitas lapang), dan 363 ml
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikorhiza Vesikular Arbuskular ( MVA) Mikorhiza vesikular arbuskular (MVA) adalah salah satu tipe endomikorhiza yang termasuk ke dalam Glomeromycota, dengan ordo Glomales yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dapat mencapai cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Bawang Merah Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dan tinggi hingga dapat mencapai 15 50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum
Lebih terperinciNi Kadek Marina Dwi Cahyani
Ni Kadek Marina Dwi Cahyani 1509 100 067 Dosen Pembimbing: Ir. Sri Nurhatika, MP Dr. Ir. Anton Muhibuddin, SP., MP JURUSAN BIOLOGI Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah hutan di Indonesia pada umumnya berjenis ultisol. Menurut Buckman dan Brady (1982), di ultisol kesuburan tanah rendah, pertumbuhan tanaman dibatasi oleh faktor-faktor yang
Lebih terperinciStatus Cendawan Mikoriza Vesikular-Arbuskular (MVA) pada Tanaman
Status Cendawan Mikoriza Vesikular-Arbuskular (MVA) pada Tanaman Abstract Haris Talanca Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi 274 Maros, Sulawesi Selatan Cendawan MVA (Mikoriza Vesikular
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan yang salah satunya adalah cokelat. Cokelat dihasilkan dari biji buah kakao yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Mofologi Tanaman Jagung Menurut Samadi dan Cahyono (1996), tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae (Tumbuhan ) Divisi Kelas Sub Kelas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sektor perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia berkembang dengan sangat pesat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Jika pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. allin dan allisin yang bersifat bakterisida (Rukmana, 1994).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan salah satu komoditas unggulan di beberapa daerah di Indonesia, meskipun bukan merupakan kebutuhan pokok tetapi hampir selalu
Lebih terperinciKompos, Mikroorganisme Fungsional dan Kesuburan Tanah
Kompos, Mikroorganisme Fungsional dan Kesuburan Tanah Oleh Embriani BBPPTP Surabaya Latar Belakang Mikroorganisme fungsional yang dikenal sebagai biofungisida adalah jamur Trichoderma sp. dan jamur vesikular
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani dan Persyaratan Tumbuh Kelapa sawit. Kelapa sawit memiliki banyak jenis. Berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Persyaratan Tumbuh Kelapa sawit Kelapa sawit memiliki banyak jenis. Berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibagi menjadi jenis Dura, Pisifera, dan Tenera. Dura
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kelapa sawit termasuk tanaman tahunan yang mulai menghasilkan pada umur 3
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit termasuk tanaman tahunan yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan usia produktif mencapai 25 30 tahun. Tinggi tanaman monokotil ini dapat mencapai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. yang dikukuhkan seluas 33,9 juta ha. Kalau asas pelestarian (preservation) plasma
TINJAUAN PUSTAKA Hutan Tanaman Industri (HTI) Kebijakan pembangunan kehutanan menyebutkan hutan produksi tetap yang dikukuhkan seluas 33,9 juta ha. Kalau asas pelestarian (preservation) plasma nutfah akan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan
4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikoriza Nama mikoriza pertama kali digunakan oleh frank pada tahun 1885 untuk menunjukkan suatu struktur yang merupakan gabungan jamur akar pada tanaman, struktur yang serupa
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fungi Mikoriza Arbuskula
2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fungi Mikoriza Arbuskula Mikoriza pada hakikatnya adalah struktur yang terbentuk oleh akar dan fungi secara simbiotik. Kedua simbion mendapat manfaat. Umumnya tumbuhan yang
Lebih terperinciTEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA
MATERI KULIAH BIOTEKNOLOGI TANAH UPNVY TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA Oleh: Ir. Sri Sumarsih, MP. Jurusan Manajemen Sumber Daya Lahan UPN Veteran Yogyakarta Jl. Ring Road Utara, Condongcatur,
Lebih terperinciIDENTIFIKASI MIKORIZA INDIGENOUS DESA POTERAN, PULAU POTERAN, SUMENEP MADURA DAN APLIKASINYA SEBAGAI BIOFERTILIZER PADA TANAMAN CABAI RAWIT
Tugas Akhir IDENTIFIKASI MIKORIZA INDIGENOUS DESA POTERAN, PULAU POTERAN, SUMENEP MADURA DAN APLIKASINYA SEBAGAI BIOFERTILIZER PADA TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens) Disusun Oleh : Eka Novi Octavianti
Lebih terperinciTEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA. 2. Pemilihan mikroba pelarut fosfat CONTOH ISOLAT DARI TANAH VERTISOL GADING GUNUNG KIDUL
MATERI KULIAH BIOTEKNOLOGI PERTANIAN UPNVY TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA Oleh: Ir. Sri Sumarsih, MP. FP UPN Veteran Yogyakarta Jl. Ring Road Utara, Condongcatur, Sleman, Yogyakarta Telp:
Lebih terperinciTEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA
MATERI KULIAH BIOLOGI TANAH UPNVY TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA Oleh: Ir. Sri Sumarsih, MP. Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta Jl. Ring Road Utara, Condongcatur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merill.), merupakan salah satu sumber protein penting di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman kedelai
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu komoditi sektor non-migas andalan yang berperan penting dalam menunjang pembangunan Indonesia. Produksi minyak sawit
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Rosales, Famili: Leguminosae, Genus: Glycine, Species: Glycine max (L.) Merrill
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Botani Tanaman Kedelai Berdasarkan taksonominya, tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Klas: Dicotyledonae,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh Tanaman. Tanaman kedelai tumbuh di daerah khatulistiwa antara 55ºLU-55ºLS. Kedelai juga
TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Iklim Tanaman kedelai tumbuh di daerah khatulistiwa antara 55ºLU-55ºLS. Kedelai juga tumbuh pada ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut. Tanaman kedelai adalah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. venire, alat musik, kayu lapis, venir, dan mebel. Bagian tanaman suren khususnya
TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Suren (Toona sureni Merr) Suren (Toona sureni Merr) merupakan tanaman yang cepat tumbuh dan kayunya dapat digunakan untuk papan dan bahan bangunan perumahan, peti, venire, alat
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 9 a)
16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman Berdasarkan hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 9 a) menunjukkan bahwa pengaruh utama mikoriza maupun interaksi antara mikoriza dan jenis
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Mikoriza adalah suatu struktur khas pada sistem perakaran yang terbentuk sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Mikoriza adalah suatu struktur khas pada sistem perakaran yang terbentuk sebagai manifestasi adanya simbiosis mutualisme antara cendawan (myces) dan perakaran
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,
Lebih terperinciPOTENSI PEMANFAATAN MIKORISA VESIKULAR ARBUSKULAR DALAM PENGELOLAAN KESUBURAN LAHAN KERING MASAM
POTENSI PEMANFAATAN MIKORISA VESIKULAR ARBUSKULAR DALAM PENGELOLAAN KESUBURAN LAHAN KERING MASAM Lahan kering masam merupakan salah satu jenis lahan marginal dengan produktivitas rendah, mempunyai nilai
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sistematika kenaf menurut Ben-Hill, et al. (1960) sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sistematika kenaf menurut Ben-Hill, et al. (1960) sebagai berikut: Kingdom : Plantae; Divisio : Spermatophyta; Subdivisio: Angiospermae; Kelas: Dicotyledoneae; Ordo: Malvales;
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Syarat Tumbuh Tembakau Deli. Tembakau termasuk klas Dikotil, famili Solanaceae, genus Nicotiana dan
TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tembakau Deli Tembakau termasuk klas Dikotil, famili Solanaceae, genus Nicotiana dan spesies Nicotiana tabacum. Memiliki akar tunggang, panjangnya sekitar 0-75
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Botani dan Klasifikasi Tanaman Gandum Tanaman gandum dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kelas : Monokotil Ordo : Graminales Famili : Graminae atau
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam pengamatan tinggi tanaman berpengaruh nyata (Lampiran 7), setelah dilakukan uji lanjut didapatkan hasil seperti Tabel 1. Tabel 1. Rerata tinggi
Lebih terperinciMANFAAT PUPUK ORGANIK KASCING DAN CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) PADA TANAH DAN TANAMAN
MANFAAT PUPUK ORGANIK KASCING DAN CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) PADA TANAH DAN TANAMAN Dahlia Simanjuntak ABSTRAK Pupuk kascing adalah bahan organik hasil kotoran cacing yang bercampur dengan tanah
Lebih terperincirv. HASIL DAN PEMBAHASAN
17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Cendawan Mikoriza Arbuskula
4 TINJAUAN PUSTAKA Cendawan Mikoriza Arbuskula Berdasarkan struktur tubuh dan fungsinya, mikoriza dikelompokkan ke dalam lima tipe, yaitu Ektomikoriza, Arbuskula, Ericaceous, Orchidaceous, dan Ektendomikoriza
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kelapa sawit menurut Pahan (2012):
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informasi Umum Mengenai Kelapa Sawit Klasifikasi tanaman kelapa sawit menurut Pahan (2012): Divisi Kelas Ordo Famili Subfamili Genus Spesies : Embryophyta Siphonagama : Angiospermae
Lebih terperinciRESPON TANAMAN RAMI (Boehmeria nivea L.Gaud) TERHADAP PEMBERIAN BEBERAPA DOSIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA) PADA ULTISOL
RESPON TANAMAN RAMI (Boehmeria nivea L.Gaud) TERHADAP PEMBERIAN BEBERAPA DOSIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA) PADA ULTISOL Defirman Prodi S-1 Agroekoteknologi, BKI Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kacang Tanah Kacang tanah berasal dari Amerika Selatan, namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropis. Cina dan India merupakan penghasil
Lebih terperinciIdentifikasi Cendawan Mikoriza Arbuskula Dari Perakaran Tanaman Pertanian
ISSN 2302-1616 Vol 4, No. 1, Juni 2016, hal 16-20 Available online http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/biogenesis Identifikasi Cendawan Mikoriza Arbuskula Dari Perakaran Tanaman Pertanian EKA SUKMAWATY
Lebih terperinci