5. URUSAN PENATAAN RUANG
|
|
- Veronika Sugiarto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 5. URUSAN PENATAAN RUANG Peningkatan kebutuhan ruang semakin bertambah sejalan dengan pertumbuhan ekonomi penduduk dan aktivitas penduduk, sementara itu keberadaan lahan tetap dan terbatas. Akibatnya terdapat konflik kepentingan lahan untuk mengakomodasi berbagai kebutuhan ruang penduduk. Oleh karena itu, diperlukan upaya penataan pada ruang yang tetap dan terbatas agar dapat mengakomodasi kebutuhan pembangunan yang ada secara serasi antara untuk kepentingan kawasan lindung dan kawasan budidaya serta efisiensi dalam alokasi investasi. Di samping itu, penataan ruang merupakan isu strategis dalam pembangunan wilayah dikarenakan semua kegiatan pembangunan khususnya yang memanfaatkan ruang harus mengacu pada rencana tata ruang dan menjadi salah satu jawaban dari persolan wilayah kabupaten yang semakin kompleks baik ekonomi maupun lingkungan. Melalui penataan ruang, pembangunan di daerah diharapkan dapat diselenggarakan secara terpadu baik lintas sektor, lintas wilayah, maupun lintas pemangku kepentingan agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Penataan ruang ini merupakan suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Urusan penataan ruang daerah menjadi salah satu urusan wajib dan penting dilakukan Pemerintah daerah untuk menata ruang-ruang yang ada secara cerdas dan peduli terhadap penataan ruang. Hal tersebut selaras dengan strategi dan kebijakan yang tercantum dalam RPJMD Kabupaten Wonosobo yang dalam misi meningkatkan kemajuan pembangunan menuju kemandirian daerah menyebutkan salah satu strategi dan arah kebijakannya yaitu dengan penyusunan rencana makro dan rencana rinci tata ruang. Hal tersebut didasari juga pada salah satu isu strategis RPJMD dalam ranah lingkungan hidup terdapat sub isu pertanahan dan tata ruang. Terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman yang tidak terkendali akan semakin menurunkan ketahanan pangan baik daerah maupun nasional. Selain itu masih adanya pemanfatan ruang yang tidak sesuai dengan peruntukannya karena kurangnya pemahaman, ketaatan, serta kedisiplinan masyarakat. Konsolidasi kebijakan penanganan dan pemanfaatan tanah untuk kepentingan umum secara menyeluruh dan pengelolaan tata ruang secara terpadu perlu dilakukan untuk mengantisipasi dampak yang kontra produktif dalam pembangunan. Kemudian jika dikaitkan dengan isu strategis pembangunan infrastruktur dalam RPJMD, salah satu program prioritas adalah peningkatan prasarana publik melalui kebijkan penanganan dan pemanfataan tanah untuk kepentingan umum secara menyeluruh dalam pengelolaan tata ruang secara terpadu. Untuk mendukung pelaksanaan urusan penataan ruang daerah, pada tahun 2013 telah dialokasikan anggaran untuk pelaksanaan program-program yang dijabarkan dalam berbagai kegiatan di bidang penataan ruang. a. Program dan Kegiatan Pada dasarnya urusan penataan ruang terdiri dari program perencanaan tata ruang, program pemanfaatan ruang dan program pengendalian pemanfaatan ruang. RPJMD baru menfokuskan pada penyusunan rencana makro dan mikro tata ruang. Jika pada tahun 2011 (tahun kedua RPJMD) telah dicapai penyusunan rencana makro yaitu rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Wonosobo yang telah dilegalisasi melalui peraturan daerah. Untuk tahun-tahun selanjutnya terkait program perencanaan tata LKPJ 2013 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 76
2 ruang diarahkan pada penyusunan rencana rinci tata ruang sebagai operasionalisasi RTRW yaitu dengan penyusunan Rencana detail tata ruang (RDTR). Pada tahun 2013 ini dapat dikatakan menjadi titik awal perkembangan program urusan penataan ruang karena adanya perkembangan dinamika penataan ruang wilayah dan geliat semangat SKPD DPU yang ikut andil dalam usaha menata ruang bersama dengan Bappeda yang selama ini menjadi leading sector penataan ruang. Peningkatan perhatian Pemerintah Kabupaten pada urusan penataan ruang diwujudkan dengan alokasi anggaran APBD Kabupaten Wonosobo 2013 Rp Alokasi tersebut naik sekitar 674% dari alokasi anggaran urusan penataan ruang pada tahun Jika pada tahun 2012 hanya ada satu (1) program urusan penataan ruang yaitu program perencanaan tata ruang, maka pada tahun 2013 ini telah ditambahkan alokasi anggaran untuk program pemanfaatan ruang serta program pemanfaatan pengendalian ruang yang juga dijabarkan dalam berbagai kegiatan. Berdasarkan perhitungan pada akhir tahun anggaran, dari alokasi tersebut telah terealisasi sejumlah Rp atau 0,33% dari total realisasi belanja Kabupaten Wonosobo tahun 2013 yang berjumlah Rp ,00 Tabel IV.B.5.1 Program, Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Penataan Ruang Tahun 2013 No. Program Alokasi (Rp) Realisasi (Rp) A Belanja Langsung Program Perencanaan Tata Ruang a. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RTDR) dan Studi Kebencanaan b. Fasilitasi Raperda RDTRK c. Fasilitasi Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah d. Review Penyusunan RDTR KawasanPerkotaan Program Pemanfaatan Ruang a. Penyusunan Peraturan Zonasi ( Zoning Regulation) b. Identifikasi Pemanfaatan Ruang Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang a. Penyusunan prosedur dan manual pengendalian pemanfaatan ruang b. Penataan Taman Makam Pahlawan B Belanja Tidak Langsung Belanja Gaji dan Pegawai - - Gaji dan Tunjangan - - Tambahan Penghasilan - - Insentif Pajak/Retribusi Daerah - - LKPJ 2013 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 77
3 No. Program Alokasi (Rp) Realisasi (Rp) 2 Belanja Hibah dan Bantuan Sosial Belanja Tak Terduga - - Jumlah Total Sumber: APBD Kabupaten Wonosobo Tahun 2013 (diolah) Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa alokasi anggaran porsi terbesar pada kegiatan Penataan Taman Makam Pahlawan yang mencapai 79% dari total alokasi anggaran untuk penataan ruang. Hal ini memang wajar karena kegiatan tersebut lebih mengarah pada implementasi fisik pembangunan ruang terbuka hijau perkotaan bernilai historis yang sudah terlihat nyata dan menjadi ikon baru wajah masuk kota Wonosobo dari sisi timur. Kegiatan tersebut merupakan perwujudan pembangunan fisik dari dokumen perencanaan tata ruang studi penataan taman makam pahlawan yang dilakukan pada tahun Alokasi terbesar kedua, yaitu pada program perencanaan tata ruang yang memang rutin dilaksanakan. Selanjutnya, hal baru dalam penataan ruang selain kegiatan penataan taman makam pahlawan adalah penyusunan peraturan zonasi; identifikasi pemanfaatan ruang (program pemanfaatan ruang) serta penyusunan prosedur dan manual pengendalian pemanfaatan ruang (program pengendalian pemanfaatan ruang). Kedua program terakhir tersebut baru dianggarkan kegiatannya mulai tahun Adapun ketiga dokumen tersebut menjadikan Perkotaan Mojotengah sebagai wilayah kajian yang dijadikan pilot project penyusunan dokumen yang terintegrasi dalam satu wilayah kajian. Pemilihan lokasi kajian didasarkan pada kondisi eksisting perkotaan Mojotengah yang masih belum tertata dengan optimal, keberadaan salah satu perguruan tinggi swasta unggulan Wonosobo, dan juga untuk dijadikan salah satu bahan revisi dokumen RDTR kawasan perkotaan Mojotengah yang disusun pada tahun 2010 untuk disesuaikan lagi dengan pedoman Menteri PU No 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi. b. Realisasi Program dan Kegiatan b.1. Program Perencanaan Tata Ruang Program perencanaan tata ruang mengedepankan suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Hasi pada program ini lebih banyak berupa dokumen akdemis yang digunakan sebagai bahan perumusan kebijakan penataan ruang. Hirarki rencana tata ruang pada lingkup wilayah kabupaten yaitu RTRW Kabupaten sebagai rencana makro dan diturunkan pada rencana rinci berupa RDTR kecamatan dan atau RDTR kawasan strategis. Pada tahun 2013, program perencanaan tata ruang, masih difokuskan pada upaya untuk penyusunan studi rencana rinci melalui kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Dan Studi Kebencanaan yang dijabarkan pada paket pekerjaan penyusunan RDTR Kecamatan Garung; Penyusunan RDTR Kecamatan Sukoharjo; Pemetaan Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Sukoharjo dan Watumalang. Selain itu, karena dengan adanya aturan pedoman terbaru, yaitu Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman LKPJ 2013 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 78
4 Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi, juga dialokasikan anggaran untuk Review Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan (Wonosobo). Hasil dari kegiatan ini masih berupa dokumen hasil studi yang nantinya akan dikaji lebih mendalam lagi untuk dirumuskan kedalam rancangan peraturan daerah tentang rencana detail tata ruang (RDTR). Dalam legalisasi raperda RDTR membutuhkan waktu dan proses yang panjang karena harus melibatkan dan koordinasi tentang materi substansi baik itu materi teknis dokumen akademik, dan materi raperda RDTR ke BKPRD Provinsi Jawa Tengah yang telah mendapatkan kewenangan pelimpahan pemberian persetujuan substansi Menteri yang membidangi penataan ruang, serta rekomendasi teknis aspek perpetaan dari instansi vertikal yang menangani yaitu Badan Informasi Geospasial (BIG) sebelum nantinya dibahas di DPRD Kabupaten. Untuk keperluan fasilitasi tersebut, pemerintah Kabupaten telah terbantu dengan adanya anggaran kegiatan Fasilitasi Raperda RDTRK, yang pada tahun 2013 lalu lebih banyak digunakan untuk asistensi, koordinasi dan fasilitasi, bimbingan teknis di tingkat provinsi maupun pusat. Meskipun demikian, Berdasarkan evaluasi dan dinamika perubahan kebijakan legalisasi raperda RDTR, di tingkat pusat dan provinsi, belum ada satu-pun raperda RDTR yang telah disusun Pemerintah kabupaten layak untuk dibahas di BKPRD Provinsi dalam rangka memperoleh persetujuan substansi. Selanjutnya secara tupoksi Organisasi Perangkat Daerah, urusan penataan ruang daerah berada di Bappeda dan juga DPU. Untuk kelembagaan ranah koordinatif dan teknis telah dijalankan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Kabupaten Wonosobo, yang terbentuk pada tahun 2010 meskipun belum berjalan secara optimal. Selain dukungan dari APBD Kabupaten, pada program perencanaan Tata ruang juga difasilitasi Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Alun-Alun Wonosobo melalui Dirjen Penataan Ruang Kementerian PU. b.2. Program Pemanfaatan Ruang Program pemanfaatan pemanfaatan ruang merupakan upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. Melalui program ini, telah dialokasikan anggaran untuk kegiatan penyusunan peraturan zonasi (zoning regulation) dan identifikasi pemanfaatan ruang. Program ini termasuk hal yang baru dapat dianggarkan di APBD Sebagai program baru, lokus kegiatan pada program tersebut dipilih pada skala kecil. Adapun kedua dokumen hasil kegiatan tersebut menjadikan Kawasan Perkotaan Mojotengah sebagai wilayah kajian yang dijadikan pilot project penyusunan dokumen yang terintegrasi dalam satu wilayah kajian. Pemilihan lokasi kajian didasarkan pada kondisi eksisting perkotaan Mojotengah yang masih belum tertata dengan optimal, keberadaan salah satu perguruan tinggi swasta unggulan Wonosobo, dan juga untuk dijadikan salah satu bahan revisi dokumen RDTR kawasan perkotaan Mojotengah yang disusun pada tahun 2010 untuk disesuaikan lagi dengan pedoman Menteri PU No 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi. LKPJ 2013 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 79
5 b.3. Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang Program pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan dalam upaya mewujudkan tertib tata ruang. Program tersebut diwujudkan melalui kegiatan Perwujudan tersebut dilakukan dalam bentuk kegiatan pertama berupa Penyusunan prosedur dan manual pengendalian pemanfaatan ruang, dengan output berupa dokumen yang berisikan penjabaran mengenai langkah-langkah dalam melaksanakan pengendalian pemanfaatan ruang dam sistem pengendalian pemanfaatan ruang meliputi kedudukan monitoring dan evaluasi pemanfaatan ruang dalam proses perijinan pembangunan, variabel dan formulasi perubahan pemanfaatan ruang. untuk lokasi kajian ini juga disamakan dengan program pemanfaatan ruang agar diperoleh dokumen yang terintegrasi dan melengkapi satu sama lainnya yaitu di kawasan perkotaan Mojotengah. Kegiatan kedua yaitu Penataan Taman Makam Pahlawan. Lokasi kegiatan ini yaitu di kompleks Taman Makam Pahlawan Wirapati dengan bentuk kegiatan berupa penataan pembangunan fisik kompleks TMP yang merupakan salah satu bentuk RTH kawasan perkotaan. Keberadaan RTH kawasan perkotaan dalam ranah penataan ruang daerah wajib disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan luasan minimal 30% dari luas perkotaan. Penataan TMP ini dengan tidak hanya dengan konsep beautifikasi ruang terbuka hijau (RTH), tetapi juga Penataan ulang furniture dan kelengkapan taman, peningkatan sarana dan prasarana pendukung nilai historis TMP misalnya dengan adanya ikon patung pahlawan revolusi nasional Letjen S. Parman yang berasal dari Wonosobo. c. Capaian Kinerja Urusan Penataan Ruang Dalam rangka mengetahui keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam urusan penataan ruang perlu dianalisis capaian kinerjanya khususnya yang terkait dengan fungsi untuk melayani masyaakat. Kinerja urusan penataan ruang merupakan capaian atas penyelenggaraan urusan penataan ruang di daerah yang diukur dari masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, dan/atau dampak. Hal tersebut dapat dilihat dari indikator capaian kinerja. Indikator capaian kinerja urusan penataan ruang sebagaimana dituangkan dalam dokumen RPJMD Kabupaten Wonosobo 2010 dan juga menggunakan indikator kinerja kunci yang ditetapkan Pemerintah melalui EKPPD, dan serta SPM Bidang Penataan Ruang (lihat tabel di bawah). Nilai indikator berkorelasi positif dan progresif. Jika nilai semakin tinggi, maka menunjukkan kinerja yang semakin baik. Tabel IV.B.5.2 Capaian kinerja Urusan Penataan Ruang Tahun 2013 berdasarkan Indikator Kinerja EKPPD No. Indikator Kinerja 1 Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber HPL/HGB (Luas ruang terbuka hijau) / (Luas wilayah ber HPL/HGB) Capaian Kinerja ,16 43,85 2 Perda RTRW Perda No 2/2011 Perda No 2/ Dokumen RDTR 10 RDTR 13 RDTR 4 Perda RDTR Proses 2 perda* 0 Sumber: Bappeda, BLH, DPU (analisis, 2014) LKPJ 2013 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 80
6 Tabel IV.B.5.3 Capaian kinerja Urusan Penataan Ruang Tahun 2013 berdasarkan Indikator Kinerja RPJMD No. 1 Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Ketersediaan dokumen dan regulasi tata ruang (Perda RTRW) Capaian Pembangunan Ada (Perda No. 2 Tahun 2011) Ada (Perda No. 2 Tahun 2011) 2 % Ketaatan pada RTRW 15% 25% 3 Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber HPL/HGB 44,16% 43,85 4 Dokumen RDTR 10 RDTR 13 RDTR 5 Perda RDTR 2 Proses perda 0 Sumber: Bappeda, BLH, DPU (analisis, 2014) Berdasarkan tabel IV.B.5.2 dan tabel IV.B.5.3 di atas, indikator kinerja hampir sama untuk rinciannya dengan hasil capaian yang bervariasi, ada yang tetap, meningkat dan menurun. Indikator tersebut pada intinya masih dalam tataran suprastruktur terkait regulasi. Untuk ketersediaan dokumen regulasi, masih tetap/stagnan, baru ada peraturan daerah terkait RTRW Kabupaten. Belum ada rencana rinci yang ditetapkan menjadi peraturan daerah, meskipun naskah studi akademik RDTR telah bertambah tiap tahunnya (meningkat dalam hal jumlah). Hal ini karena, terkait dinamika perubahan kebijakan di tingkat pusat dan provinsi terkait proses legalisasi raperda RDTR, dan waktu yang dibutuhkan sangat panjang karena proses yang rumit. Meskipun dalam kondisi capaian sampai dengan tahun 2012 telah ada dua (2) raperda yang pernah dibahas di DPRD, tapi karena selanjutnya ada dinamika kebijakan ditingkat pusat, raperda RDTR (Kertek dan Mojotengah) belum dapat dilanjut prosesnya untuk mendapatkan persetujuan substansi di tingkat provinsi. Selain itu, syarat kelengkapan terutama data spasial materi peta RDTR belum memenuhi syarat dari Badan Informasi Geospasial (BIG). Untuk indikator yang menurun adalah pada substansi rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah HPL/HGB. Meskipun ada penurunan, namun masih dijauh di atas angka 30% luasan sebagai syarat minimal luasan RTH di suatu wilayah. Penurunan ini lebih banyak disebabkan pada area-area hutan rakyat di perkotaan (jika masuk kategori RTH) yang notabene milik masyarakat yang dialihfungsikan untuk lahan terbangun. Asumsi perhitungan yang digunakan yaitu satuan luas wilayah HPL/HGB meliputi seluruh luasan wilayah Kabupaten, bukan kawasan perkotaan saja (umumnya indikator RTH lebih mengarah pada kawasan perkotaan), serta kategorisasi jenis RTH yang diluar kawasan perkotaan ikut dimasukkan dalam perhitungan. Dengan demikian, wajar saja jika dilihat dari tutupan lahan di seluruh Kabupaten Wonosobo yang berada di daerah pegunungan, untuk luasan RTH memang masih besar meskipun ada penurunan luas RTH. Hal yang patut dilakukan adalah, upaya untuk tetap mempertahankan luasan RTH minimal 30% dari luas kawasan perkotaan (bukan total luas kabupaten). Jika mengacu pada kabupaten dan batas ekologi DAS, yang mensyaratkan minimal 30% berupa hutan, maka Wonosobo masih mencukupi untuk ikut andil dalam pemenuhan kebutuhan hutan. Selanjutnya, terkait dengan indikator persentase ketaatan terhadap RTRW ada peningkatan cukup signifikan, yang ditandai dengan semakin meningkatnya masyarakat, instansi yang akan mengubah fungsi ruang dengan menanyakan informasi tata LKPJ 2013 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 81
7 ruangnya di Bappeda. Hal ini didukung pula oleh koordinasi yang baik antara Bappeda (selaku sekretaris BKPRD), KPPT (instansi pemberi ijin tertentu), dan kantor Pertanahan (terkait izin IPPT), yang mensyaratkan setiap proses sertfikasi, alih fungsi lahan agar menyertakan syarat surat informasi tata ruang. Penerapan kebijakan tersebut dinilai cukup efektif untuk membiasakan sekaligus mengkampanyekan kepada masyarakat untuk bersama menata ruang sesuai dengan arahan penataan ruang dalam Perda RTRW Kabupaten Wonosobo Selain capaian kinerja berdasar dua hal di atas, terkait kebijakan di tataran pusat sektoral terdapat capaian kinerja berdasarkan standar pelayanan minimal (SPM). SPM bidang penataan ruang merupakan hasil penyusunan NSPK Instansi Kementerian PU selaku pembina di pusat dalam urusan penataan ruang. capaian kinerja sebagai berikut: Tabel IV.B.5.4 Capaian kinerja Urusan Penataan Ruang Tahun 2013 berdasarkan SPM Bidang Penataan Ruang (Kementerian PU)*) No. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah 1 Informasi Penataan Ruang Tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya melalui peta analog dan peta digital. 2 Pelibatan Peran Masyarakat dalam Proses Penyusunan RTR Terlaksananya penjaringan aspirasi masyarakat melalui forum konsultasi publik yang memenuhi syarat inklusif dalam proses penyusunan RTR dan progam pemanfaatan ruang, yang dilakukan minimal 2 (dua) kali setiap disusunnya RTR dan program pemanfaatan ruang. 3 Izin Pemanfaatan Ruang Terlayaninya masyarakat dalam pengurusan izin pemanfaatan ruang sesuai dengan Peraturan Daerah tentang RTR wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya. (kondisi untuk di kab. Wonosobo masih sebatas pada informasi tata ruang, terkait proses IPPT di BPN dan IMB di KPPT) 4 Pelayanan Pengaduan Pelanggaran Tata Ruang Terlaksanakannya tindakan awal terhadap pengaduan masyarakat tentang pelanggaran di bidang penataan ruang dalam waktu 5 (lima) hari kerja. Capaian Pembangunan 2012** 2013 Ada (peta digital dan analog RTRW Kab. Wonosobo) 6 x FGD/konsultasi publik penyusunan studi RDTR (Kecamatan Selomerto, Sapuran, Kalikajar) Ada (dalam bentuk penerbitan 11 surat informasi tata ruang) Tidak ada aduan pelanggaran 5 Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) 12,82 13,58 Ada (peta digital dan analog RTRW Kab. Wonosobo) 6 x FGD/konsultasi publik penyusunan studi RDTR (Kawasan perkotaan, Kecamatan Garung, Kecamatan Sukoharjo) Ada (dalam bentuk penerbitan 40 surat informasi tata ruang) Tidak ada aduan pelanggaran LKPJ 2013 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 82
8 No. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Capaian Pembangunan 2012** 2013 Publik Tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luasan wilayah kota/kawasan perkotaan. *) SPM berdasarkan Permen PU Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang **) pada dokumen LKPJ 2012 belum dicantumkan angka SPM tersebut. Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat capaian kinerja Urusan Penataan Ruang berdasarkan SPM, kinerjanya sudah baik yang terlihat melalui berbagai ketersediaan materi yang dipersyaratkan indikator dan juga peningkatan permohonan informasi tata ruang hingga mencapai 300% dari tahun 2012 (10 menjadi 40 permohonan informasi tata ruang). Hal itu juga turut mengindikasikan peningkatan kesadaran dari masyarakat tentang kesesuaian tataruang, meskipun dilakukan dengan penerapan kebijakan syarat kesesuaian tata ruang untuk perijinan (di KPPT dan Kantor Pertanahan BPN) dan proses penyusunan dokumen UKL/UPL, AMDAL (BLH). Untuk kondisi yang stagnan adalah pelayanan aduan masyarakat yang melanggar tata ruang. selama kurun waktu , tidak ada aduan masyarakat terkait pelanggaran tata ruang. Hal ini karena boleh jadi indikasi adanya sikap apatis masyarakat terhadap pembangunan yang seakan terbiarkan tidak sesuai tata ruang karena terbatasnya lahan dan potensi konflik kepentingan ruang. Hal yang masih menjadi tantangan Pemerintah kabupaten adalah upaya lebih menyadarkan lagi pada masyarakat bahwa hak kepemilikan lahan memang diakui Pemerintah, namun penggunaannya yang diatur untuk keserasian fungsi kawasan lindung dan budidaya. Selama ini, ada anggapan dari sebagian masyarakat bahwa lahan milik mereka akan bebas untuk digunakan apa saja, tidak peduli arahan fungsi ruangnya sebagai kawasan lindung maupun kawasan budidaya. d. Permasalahan dan Solusi Permasalahan dalam urusan penataan ruang di Kabupaten Wonosobo 1) Aspek Suprastruktur Regulasi, Kelembagaan, Pendanaan - Belum selesainya penyusunan Norma, Standar, Pedoman, Kebijakan (NSPK) teknis khususnya aspek perpetaan sebagai data dasar awal penyusunan RDTR di tataran Pemerintah Pusat - Proses menuju legalisasi raperda RDTR masih panjang karena dinamika perubahan tataran kebijakan penataan ruang di tingkat pusat dan provinsi - Belum ada produk hukum skala rinci/detail (RDTR) yang dapat dijadikan operasional dan pertimbangan perijinan lebih tepat - Belum lengkapnya Syarat minimal raperda RDTR untuk dapat diajukan di BKPRD Provinsi - Belum optimalnya kelembagaan BKPRD sebagai lembaga adhoc dalam koordinasi penataan ruang - Rencana tata ruang belum sepenuhnya efektif menjadi acuan dalam pemanfaatan ruang - Masih lemahnya pengendalian dan penegakan hukum terhadap pemanfaatan LKPJ 2013 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 83
9 ruang karena belum didukung oleh penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) Penataan Ruang di Wonosobo - Tingginya biaya penyediaan peta dasar skala detail melaui citra satelit resolusi tinggi liputan seluruh kabupaten Wonosobo 2) Aspek Teknis - Sulitnya penerapan delineasi aspek pola ruang ideal karena Penyusunan rencana tata ruang kebanyakan dilakukan pada kawasan yang sudah terlanjur terbangun secara organik. - Masih terbatasnya kompatibilitas dan kesesuaian standar peta yang digunakan dalam perencanaan tata ruang wilayah pada berbagai macam skala (ketelitian peta), khususnya peta dasar. - Belum tersedianya peta dasar skala 1:5.000 yang disetujui Badan Informasi Geospasil (BIG) sebagai materi awal penyusunan RDTR - Aturan perolehan peta dasar untuk RDTR melalui citra satelit resolusi tinggi terbaru dan survei Ground Check Point (GCP) untuk koreksi geometrik baru muncul pada tahun 2013, sementara secara kumulatif, sudah banyak RDTR yang telah disusun. - Belum sesuainya materi naskah studi akademik RDTR yang telah disusun dengan pedoman RDTR terbaru (dari 12 naskah studi akademik yang disusun tahun , sebagian besar harus direvisi berat ). - Belum optimalnya kualitas hasil rencana tata ruang, baik disebabkan sulitnya memperoleh data dan peta dasar - kompetensi dan kapasitas penyusun dokumen tata ruang yang belum memadai terutama dalam aspek spasial/keruangan - Belum tersedianya sebaran data spasial yang pasti terkait lahan pertanian (lahan basah dan kering) yang akan ditetapkan menjadi Lahan pertanian pangan berkelanjuta (LP2B), meskipun secara angka sudah ditetapkan. 3) Aspek Sosial Budaya, pembangunan, lingkungan - Belum optimalnya partisipasi masyarakat dalam penataan ruang (masih terbatas pada partisipasi saat perencanaan tata ruang, belum meningkat pada tahap pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang). - Kesadaran masyarakat masih rendah dalam upaya pelaksanaan pembangunan ruang sesuai arahan tata ruang (hal ini ditandai dengan permohonan informasi tata ruang yang meningkat karena syarat mengikat atas hal-hal yang memang dibutuhkan masyarakat seperti proses perijinan IMB untuk syarat pinjaman di bank, proses sertifikasi lahan yang akan digunakan sebagai covernote di bank, jadi bukan atas kesadaran dan kemauan masyarakat sendiri untuk mengetahui rencana peruntukan lahan miliknya). - Belum dipahaminya secara benar terkait bahwa hak kepemilikan lahan pribadi yang diakui pemerintah, namun penggunaannya dibatasi mengikuti ketentuan ataupun arahan penataan ruang). - Pengembangan suatu kawasan acapkali tidak sejalan dengan rencana tata ruang yang telah disusun (rencana tata ruang akan tetap menjadi dokumen sedangkan pelaksanaan pembangunan tetap berjalan berdasarkan permintaan pasar). - Munculnya konflik sektoral dalam memanfaatkan ruang seperti: kehutanan, LKPJ 2013 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 84
10 pertambangan, perindustrian, pertanian, lingkungan hidup, pariwisata dan sebagainya. - Penurunan luas dan fungsi kawasan resapan air menjadi kawasan terbangun - Konversi lahan kawasan lindung menjadi kawasan budidaya - Meningkatnya fenomena bencana seperti longsor, banjir (genangan) di permukiman khususnya perkotaan maupun di jalan. Rumusan solusi yang dapat dilakukan, antara lain: 1) Peningkatan koordinasi penyelenggaraan penataan ruang antarsektor, antar wilayah, BKPRD Kabupaten, BKPRD Provinsi dan BKPRN 2) Asistensi, konsultasi dan supervisi secara intensif terkait materi raperda dan peta RDTR kepada instansi yang berwenang (fokus pada raperda RDTR Perkotaan) 3) Optimalisasi BKPRD Kabupaten dalam penyelenggaraan penataan ruang daerah 4) Peningkatan kapasitas SDM daerah dibidang penataan ruang melalui diklat dan bimtek penataan ruang tingkat pusat 5) Mengalokasikan anggaran untuk penyediaan peta dasar yang berkualitas dengan diawali penyediaan citra satelit resolusi tinggi (bukan dari google earth). Pada proses ini terintegrasi dari pengadaan citra satelit, koreksi geometrik, radiometrik, survei GCP, digitasi peta dasar) 6) Revisi ulang peta dasar dan naskah studi 13 RDTR kecamatan yang telah disusun 7) Identifikasi spasial awal sebagai bahan penetapan LP2B/sawah lestari 8) Penyusunan Aturan Teknis Persiapan Mekanisme Pemberian Insentif dan Disinsentif Tata Ruang 9) Pengendalian pemanfaatan ruang untuk mewujudkan tertib tata ruang dan memastikan bahwa proses pemanfaatan ruang telah sesuai dengan rencana tata ruang. 10) Intensifikasi sosialisasi penataan ruang sampai pada skala lingkungan RT 11) Kampanye dan Penyebaran Brosur/leaflet mekanisme permohonan informasi tataruang 12) Penyediaan informasi tata ruang berbasis teknologi informasi dan komunikasi dan SIG 13) Peningkatan level skala partisipasi masyarakat dalam penataan ruang 14) Mendorong terbentuknya Forum Tata Ruang sebagai wujud konsultasi publik LKPJ 2013 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 85
IV.B.5.Urusan Wajib Penataan Ruang
5. URUSAN PENATAAN RUANG Tujuan dari perencanaan tata ruang adalah mewujudkan ruang wilayah yang memenuhi kebutuhan pembangunan dengan senantiasa berwawasan lingkungan, efisiensi dalam alokasi investasi,
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang
Lebih terperinciMODUL 6 : PENILAIAN KELENGKAPAN SUBSTANSI MATERI TEKNIS, RAPERDA, DAN PETA UNTUK STANDAR REKOMENDASI GUBERNUR
0 2 5 12 15 24 25 PENDAHULUAN EVALUASI MATERI TEKNIS EVALUASI RAPERDA EVALUASI PETA PEMBENTUKAN TIM UNTUK PENILAIAN KEAN SUBSTANSI REFERENSI DASAR HUKUM PENILAIAN KEAN SUBSTANSI TUJUAN INSTRUKSIONAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang, penyelenggaran penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif,
Lebih terperinciMATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT
BAB VIII KELEMBAGAAN DAN PERAN MASYARAKAT 8.1 KELEMBAGAAN Lembaga penataan ruang memegang peran krusial dalam proses penyelenggaraan penataan ruang. Proses penyelenggaraan penataan ruang memerlukan lembaga
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten
Lebih terperinciIV.B.3. Urusan Wajib Lingkungan Hidup
3. URUSAN LINGKUNGAN HIDUP Pengelolaan lingkungan hidup merupakan isu strategis dan hal penting dalam pembangunan. Pada hakekatnya "pembangunan" itu mengandung implikasi perubahan yang direncanakan. Perubahan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menserasikan
Lebih terperinciW A L I K O T A Y O G Y A K A R T A
W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) M E D A N
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) 6619431 6623480 M E D A N - 20222 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN
BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. PEDOMAN TRANSISI Walaupun masa jabatan Walikota Lubuklinggau periode 2013 2018 akan berakhir pada bulan Pebruari 2018, namun pelaksanaan RPJMD Kota Lubuklinggau
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG
Lebih terperinci4.1.5 URUSAN WAJIB PENATAAN RUANG
4.1.5 URUSAN WAJIB PENATAAN RUANG 4.1.5.1 KONDISI UMUM Tujuan penyelenggaraan penataan ruang adalah terwujudnya ruang nusantara yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan akan dapat dicapai melaui
Lebih terperinciKEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Oleh : Ir. Bahal Edison Naiborhu, MT. Direktur Penataan Ruang Daerah Wilayah II Jakarta, 14 November 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Pendahuluan Outline Permasalahan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1490, 2014 KEMENPERA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Daerah. Pembangunan. Pengembangan. Rencana. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso
KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah
Lebih terperinciLKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
05. URUSAN WAJIB PENATAAN RUANG A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan dan program dalam Urusan Penataan Ruang diarahkan pada upaya untuk mengimplementasikan apa yang telah dirumuskan dalam dokumen rencana tata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Page 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Kerja (Renja) SKPD merupakan dokumen perencanaan dan pendanaan yang berisi program dan kegiatan SKPD sebagai penjabaran dari RKPD dan Renstra SKPD dalam satu
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG
Lebih terperinciRENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA
1.1 LATAR BELAKANG Proses perkembangan suatu kota ataupun wilayah merupakan implikasi dari dinamika kegiatan sosial ekonomi penduduk setempat, serta adanya pengaruh dari luar (eksternal) dari daerah sekitar.
Lebih terperinci1. Σ aparatur yg mengikuti sosialisasi / bimbingan teknis 120 Org 275 Org 225%
DATA REALISASI KINERJA SASARAN (OUTPUT/OUTCOME), PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2014 SKPD : BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SASARAN STRATEGIS: 1. Terlaksananya Penyusunan Perencanaan Pembangunan Yang
Lebih terperinciKAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan dalam acara: Workshop Perencanaan Pembangunan Daerah Metro Lampung, 30-31 Oktober 2017 Digunakan dalam perumusan: Rancangan awal RPJPD
Lebih terperinciDisampaikan oleh: DR. Dadang Rukmana
Disampaikan oleh: DR. Dadang Rukmana Denpasar, 15 Desember 2010 2 P E R M A S A L A H A N A. PERKOTAAN (URBAN) Kemacetan Sumber: http://beworosidarkas ih.wordpress.com/2010/06/29/beberapaide-untuk -mengatas
Lebih terperinci2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.62, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Daerah Aliran Sungai. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5292) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciPAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS
PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS SESI PANEL MENTERI - RAKERNAS BKPRN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Jakarta, 5 November 2015 DAFTAR ISI
Lebih terperinciWALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON
WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 74 TAHUN 2012
jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 74 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PENCAPAIAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA TASIKMALAYA DENGAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 21 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 43 TAHUN 2008
BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 21 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, TATA KERJA DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN BADAN PERENCANAAN
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PERSETUJUAN SUBSTANSI
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,
B U P A T I K U D U S PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya
Lebih terperinciSISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 6 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG:
MATERI 1. Pengertian tata ruang 2. Latar belakang penataan ruang 3. Definisi dan Tujuan penataan ruang 4. Substansi UU PenataanRuang 5. Dasar Kebijakan penataan ruang 6. Hal hal pokok yang diatur dalam
Lebih terperinciPenataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan
Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Disampaikan oleh: Direktur Jenderal Penataan Ruang Komisi Pemberantasan Korupsi - Jakarta, 13 Desember 2012 Outline I. Isu
Lebih terperinciKuesioner Pameran Musrenbangnas 2015: Hasil Pengolahan. Jakarta, April 2015
Kuesioner Pameran Musrenbangnas 2015: Hasil Pengolahan Jakarta, 28-29 April 2015 OUTLINE : I. Tujuan dan Komponen Kuesioner II. Muatan Kuesioner III. Data Responden IV. RPJMN 2015-2019 (Perpres No. 2 Tahun
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tamba
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.966, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Penetapan Perda tentang RTRWP dan RTRWK. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
257 BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis terhadap permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Menindaklanjuti ketentuan
Lebih terperinciWALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KOTA TEGAL
WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinci10. URUSAN KOPERASI DAN UKM
10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Disampaikan pada Rakor BKPRD Provinsi Jawa Tengah Tahun
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016-2035 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciMODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)
Modul Pelaksanaan Pemahaman Dasar SPPIP dan RPKPP MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)
Lebih terperinciPROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK)
PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK) Disampaikan oleh : Dr. H. Sjofjan Bakar, MSc Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup Pada Acara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penataan Ruang sebagai suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penataan Ruang sebagai suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan
Lebih terperinci7. URUSAN PERDAGANGAN
7. URUSAN PERDAGANGAN Perdagangan mempunyai peran strategis dalam pembangunan ekonomi daerah, utamanya dalam mendukung kelancaran penyaluran arus barang dan jasa, memenuhi kebutuhan pokok rakyat, serta
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBAB III AKUNTABILITAS KINERJA
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS PERUMAHAN, PENATAAN RUANG DAN KEBERSIHAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG DINAS PERUMAHAN, PENATAAN RUANG DAN KEBERSIHAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. memanifestasikan perbenturan antara kepentingan yang berbeda dan sering
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam proses penataan ruang, pergeseran fungsi lahan hampir mustahil untuk dihindarkan. Pergeseran fungsi lahan yang berlangsung pesat di berbagai daerah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 14 /PRT/M/2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
MENTERI PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 14 /PRT/M/2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 116 TAHUN 2017 TENTANG KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciMenetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN CILACAP BABI KETENTUAN UMUM.
BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR - TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a.
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN AUDIT
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KABUPATEN BADUNG TAHUN
KABUPATEN BADUNG RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KABUPATEN BADUNG TAHUN 2010-2015 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KABUPATEN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN KARAWANG
PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Misi adalah rumusan umum
Lebih terperinciDINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI
KATA PENGANTAR Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Penanaman Modal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD), adalah dokumen perencanaan
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom
No.1513, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Audit Tata Ruang. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinciKETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas
KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas I. Pendahuluan UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015
RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015 LAMPIRAN III INSTANSI : BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH No % dokumen 100% Penyusunan perencanaan perencanaan Rancangan RKPD * Dana Rp. 434,585,500 daerah sesuai
Lebih terperinciTATA RUANG KABUPATEN BANDUNG PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
TATA RUANG KABUPATEN BANDUNG PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Latar Belakang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sebagai salah satu pedoman perencanaan daerah yang bersifat
Lebih terperinciMateri Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya Bab VIII
Bab VIII 8.1 KELEMBAGAAN Lembaga penataan ruang memegang peran krusial dalam proses penataan ruang. Hal ini mengingat proses penataan ruang memerlukan lembaga yang kredibel terutama dalam pengendalian
Lebih terperinciStrategi Sanitasi Kabupaten Malaka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah
Lebih terperinci2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu
No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. Permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi
Lebih terperinciEVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013
BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG
PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN 2002-2011 I. PENJELASAN UMUM Pertumbuhan penduduk menyebabkan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciTabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan Tahun 2013
C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 1. URUSAN PERIKANAN Pembangunan pertanian khususnya sektor perikanan merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi, dalam hal ini sektor perikanan adalah sektor
Lebih terperinciKATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN
KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA DAN MEKANISME PEMBERIAN INSENTIF DAN DISINSENTIF PENATAAN RUANG PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPEDOMAN TATA KERJA BKPRD PROVINSI SUMATERA SELATAN
PEDOMAN TATA KERJA BKPRD PROVINSI SUMATERA SELATAN LATAR BELAKANG BKPRD merupakan lembaga ad-hoc lintas sektor yang dibentuk sebagai respon atas kebutuhan berbagai instansi pemerintah dalam menangani masalah
Lebih terperinciProfil Tata Ruang. Provinsi Jambi
Profil Tata Ruang Provinsi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Profil Tata Ruang Provinsi Direktorat Tata Ruang dan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 66 SERI D
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 66 SERI D PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 1220 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN
Lebih terperinciBUPATI BARITO KUALA KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR / 79 /KUM/2013 TENTANG
BUPATI BARITO KUALA KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 188.45/ 79 /KUM/2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KELOMPOK KERJA PERENCANAAN TATA RUANG, KELOMPOK KERJA PEMANFAATAN
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemanfaatan ruang wilayah nasional
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL RENCANA KERJA 2017 Rancangan Akhir Rencana Kerja KATA PENGANTAR Bidang kependudukan merupakan salah satu hal pokok dan penting
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN
RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN 2012-2017 PEMERINTAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2012 7 KATA PENGANTAR Bismillahhrahmaniff ahim
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 107 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH, SEKRETARIAT, DAN KELOMPOK KERJA PENATAAN RUANG DAERAH Menimbang : a. bahwa dalam rangka perencanaan,
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA. (IKU) Tahun
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Tahun 2010-2015 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TAHUN 2012 PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Kompleks Perkantoran
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) merupakan dokumen perencanaan yang bersifat jangka panjang sampai dengan tahun 2036. RUPM berfungsi untuk mensinergikan & mengoperasionalisasikan
Lebih terperinciKETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP
LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI
Lebih terperinciMemorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan
Lebih terperinciProfil Tata Ruang. Provinsi Gorontalo
Profil Tata Ruang Provinsi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Profil Tata Ruang Provinsi Direktorat Tata Ruang dan
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN
1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN Peletakan sendi-sendi dasar pembangunan Sulawesi Tenggara periode 2008 2013, telah memperlihatkan kerangka pembangunan yang jelas, terarah dan sistematis dalam menyongsong
Lebih terperinci