PROSES STEAM REFORMING PRODUKSI HIDROGEN DENGAN PANAS NUKLIR TEMPERATUR RENDAH DAN MENENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSES STEAM REFORMING PRODUKSI HIDROGEN DENGAN PANAS NUKLIR TEMPERATUR RENDAH DAN MENENGAH"

Transkripsi

1 PROSES STEAM REFORMING PRODUKSI HIDROGEN DENGAN PANAS NUKLIR TEMPERATUR RENDAH DAN MENENGAH Djati H. Salimy (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Telp./Fax. : , djatihs@batan.go.id ABSTRAK PROSES STEAM REFORMING PRODUKSI HIDROGEN DENGAN PANAS NUKLIR TEMPERATUR RENDAH DAN MENENGAH. Telah dilakukan studi proses steam reforming produksi hidrogen dengan panas nuklir temperatur rendah dan menengah. Tujuan studi adalah untuk memahami karakteristika proses steam reforming temperatur rendah dan menengah, serta kemungkinan kopel dengan panas nuklir. Proses steam reforming temperatur rendah dimungkinkan dengan bahan baku dimethyl-ether (DME). Proses ini berlangsung pada temperatur rendah (300 o C), dan tidak membutuhkan unit desulfurizer sehingga lebih kompak. Untuk negara yang tidak memiliki gas alam, harga DME sampai di tempat (cif, cost insurance and freight) cukup kompetitif dibanding LNG, sehingga diharapkan biaya produksi hidrogen bisa lebih murah. Proses steam reforming temperatur medium (500 o C), dilakukan dengan modifikasi proses konvensional steam reforming gas alam menggunakan reaktor membran. Pemisahan hidrogen dengan membran di dalam reaktor akan mendorong keseimbangan reaksi bergeser ke kanan, sehingga reaksi optimal dapat tercapai pada temperatur 500 o C. Pemisahan hidrogen dengan membran di dalam reaktor akan menguntungkan karena tidak lagi diperlukan unit pemisah hidrogen dan unit shift converter. Secara umum kedua proses menguntungkan dibanding proses konvensional yang beroperasi pada temperatur tinggi ( o C), karena dapat mengurangi pemakaian material tahan panas yang mahal, serta meningkatkan masa pakai marterial. Dari sisi aplikasi panas nuklir, kedua proses membuka peluang pemanfaatan reaktor nuklir temperatur menengah dan rendah. Kata kunci: steam reforming DME, reaktor membran, panas nuklir ABSTRACT STEAM REFORMING PROCESS OF HYDROGEN PRODUCTION WITH UTILIZATION OF LOW AND MEDIUM NUCLEAR HEAT. The study of hydrogen production by steam reforming process which utilization of low and medium nuclear heat has been carried out. The goal of the study is to understand the characteristic of steam reforming of hydrogen production at low and medium temperature, and the possibility of coupling them with nuclear reactor. Low temperature of steam reforming process enable by using dimethyl-ether (DME) as raw material. The temperature process is about 300 o C and the plant unit is more compact because desulfurizer unit is not required. For the country that doesn t have natural gas resources, the cost of DME is very competitive compare to natural gas. Medium temperature of steam reforming can be done by modification of conventional process of natural gas steam reforming by using membrane reformer. Hydrogen separation by membrane in reactor, drive the reaction equilibrium to the product side, so optimum reaction can be achieved at temperature of 500 o C. In this process, the unit of hydrogen separation and shift converter are not required; make the plant getting more compact. Compared to the conventional process that operate at high temperature ( o C), both of two processes give benefits of avoiding use of expensive heat resistant materials and increased long-term durability. From the point of nuclear 445

2 reactor utilization, the two processes open the opportunity of low and medium temperature of nuclear reactors. Keywords: DME steam reforming, membrane reactor, nuclear heat 1. PENDAHULUAN Diperkirakan kebutuhan hidrogen pada masa yang akan datang terus meningkat. Semakin sempitnya lahan pertanian, akan mendorong intensifikasi pertanian yang berimplikasi meningkatnya permintaan pupuk, yang berarti akan menambah laju permintaan hidrogen. Semakin langkanya minyak primer dan sekunder mendorong eksplorasi minyak berat (shell, bitumen) yang pada pengolahannya membutuhkan hidrogen jauh lebih banyak [1]. Di samping itu, berbagai ujicoba mobil hidrogen yang menunjukkan hasil menggembirakan, menjadi indikasi bahwa akan terjadi ledakan permintaan hidrogen yang luar biasa besar [2]. Untuk mengantisipasi lonjakan permintaan hidrogen di era hidrogen, berbagai teknologi produksi terus dikembangkan. Isu lingkungan juga menjadi isu menarik yang mendorong para ahli hidrogen untuk mengembangkan sistem produksi yang lebih ramah lingkungan. Substitusi kebutuhan energi panas temperatur tinggi dalam jumlah besar dengan energi lain (nuklir, surya) diperkirakan mampu menurunkan laju emisi CO2 dalam jumlah yang signifikan. Sampai saat ini, sekitar 85% kebutuhan hidrogen dipasok dari produksi berbasis proses steam reforming gas alam [2]. Proses ini berlangsung pada temperatur sangat tinggi ( o C), yang berimplikasi membutuhkan energi panas dalam jumlah besar. Sebagai modifikasi proses steam reforming gas alam, beberapa dasawarsa terakhir ini, dilakukan pengembangan proses steam reforming gas alam dengan memanfaatkan perm-selective membrane sebagai media reaktor. Di dalam reaktor, membran berfungsi memisahkan produk hidrogen dari campuran pereaksi sisa, dan produk samping. Dengan cara ini, reaksi pembentukan hidrogen dan pemungutan hidrogen dilakukan secara simultan. Hal ini menguntungkan ditinjau dari sisi keseimbangan reaksi. Dengan dipisahkannya hidrogen menggunakan membran perm-selective palladium, keseimbangan reaksi bergeser ke kanan seolah tanpa batas, sehingga reaksi optimal bisa dicapai pada temperatur 500 o C [3]. Dari sisi operasi, unit pabrik tidak lagi membutuhkan unit pemisahan produk dan unit shift-converter karena fungsinya telah diambil alih oleh membran. Teknologi produksi hidrogen berbasis proses steam reforming yang lain adalah proses steam reforming dimethyl ether (DME). Proses ini berlangsung pada temperatur sekitar 300 o C, jauh lebih rendah daripada proses konvensional steam reforming gas alam. Dimethyl ether merupakan senyawa organik bentuk gas tak berwarna dengan rumus kimia CH3OCH3. Pembakaran DME mengemisi NOx dan CO dalam jumlah yang relatif sangat sedikit dan bebas emisi SOx, sehingga DME sangat potensial sebagai bahanbakar transportasi yang menjanjikan di masa depan [4]. Dimethyl ether dalam skala besar dapat diproduksi dari gas alam dan batubara. Bagi negara yang tidak memiliki cadangan gas alam, biaya CIF (cost, insurance, freight) dari DME sangat kompetitif sehingga DME mulai dipertimbangkan sebagai bahan baku proses steam reforming [5]. Di samping beroperasi pada temperatur yang jauh lebih rendah, karena DME tidak mengandung belerang, unit pabrik produksi hidrogen berbahan baku DME tidak memerlukan unit desulfurisasi. Kedua teknologi steam reforming produksi hidrogen, yang merupakan modifikasi penurunan temperatur operasi dibanding proses konvensional, menjanjikan peluang yang lebih luas untuk pemanfaatan energi nuklir sebagai sumber energi panas proses. Teknologi konvensional steam reforming gas alam yang beroperasi pada temperatur tinggi hanya dimungkinkan dikopel dengan reaktor nuklir temperatur tinggi. Untuk proses steam 446

3 reforming gas alam dengan reaktor membran yang beroperasi pada temperatur 500 o C dapat memanfaatkan reaktor nuklir temperatur menengah dan tinggi, sedang proses steam reforming DME yang beroperasi pada temperatur 300 o C, dapat memanfaatkan semua jenis reaktor daya yang ada sebagai sumber energi panas penggerak proses. Dalam studi ini dipelajari proses steam reforming gas alam dengan reaktor membran dan proses steam reforming DME, dengan memanfaatkan energi nuklir sebagai sumber energi panas penggerak proses. Tujuan dari studi adalah untuk memahami karakteristika kedua proses, dibandingkan dengan proses konvensional yang sudah ada, serta kemungkinan kople dengan reaktor nuklir. Hasil studi diharapkan dapat menjadi masukan dalam menyusun program pengembangan energi nuklir di masa yang akan datang. 2. PROSES STEAM REFORMING DENGAN PANAS NUKLIR 2.1. Steam Reforming Gas Alam dengan Reaktor Membran Teknologi membran sudah banyak dipakai sejak lama untuk proses pemisahan yang tidak bisa dilakukan dengan teknologi pemisahan konvensional. Sebagai contoh, pemisahan campuran larutan azeotrop yang sangat tidak efisien dilakukan dengan proses distilasi, dapat dilakukan dengan efisien menggunakan teknologi membran. Pada perkembangannya, teknologi membran mulai dipakai pada reaktor kimia. Dalam reaktor kimia, membran berfungsi memisahkan produk dari pereaksi sisa dan produk samping yang tak diinginkan. Pemisahan produk secara simultan dengan reaksi kimia, akan mendorong keseimbangan reaksi ke arah produk, sehingga temperatur operasi dapat dicapai lebih rendah dibanding pada reaktor konvensional. Di samping itu, karena kemampuan membran dalam memisahkan produk dengan kemurnian tinggi, proses kimia yang memanfaatkan reaktor membran biasanya menghasilkan produk yang lebih murni [3]. Proses konvensional steam reforming gas alam untuk produksi hidrogen, melibatkan 2 buah reaksi, yaitu reaksi reforming yang sangat endotermis (Persamaan 1) dan dan reaksi water-gas shift yang sedikit eksotermis (Persamaan 2) [3,6]. CH H O CO H - 206kJ / mole (1) H 2O CO2 H 2 CO 41kJ / mole (2) Sedangkan total reaksi (1) dan reaksi (2) sering disebut sebagai reaksi reforming-shift dengan persamaan reaksi: CH H O CO 4H -165kJ / mole (3) Pada proses konvensional, reaktor reformer bentuk tabung fixed-bed yang beroperasi pada temperatur o C digunakan untuk menjalankan reaksi. Produk reaksi berupa campuran H2O, CO, CO2, CH4 dan H2 diumpankan ke unit shift converter untuk memperkaya hidrogen, kemudian masuk ke unit pemisah untuk memisahkan hidrogen sebagai produk dan mendaur ulang komponen lain ke reformer. Kemampuan konversi dibatasi oleh keseimbangan reaksi, dan operasi optimal baru dicapai pada temperatur yang sangat tinggi. Steam reforming gas alam dengan reaktor membran, dilakukan dengan memanfaatkan membran palladium yang bersifat perm-selective tinggi terhadap hidrogen. Proses dilangsungkan pada reaktor fixed-bed bentuk shell and tube. Tabung luar berfungsi sebagai zona reaksi, sedang tabung bagian dalam (shell) terbuat dari membran palladium yang berfungsi menyerap hidrogen secara selektif. Produk hidrogen dengan kemurnian tinggi mengalir ke luar dari tabung bagian dalam. Pemisahan hidrogen secara simultan, menyebabkan keseimbangan reaksi cenderung bergeser ke arah produk, sehingga operasi optimal dapat dicapai pada kisaran temperatur o C. Skema proses steam reforming gas alam dalam reaktor membran dapat dilihat pada Gambar

4 Gambar 1. Skema membrane reformer untuk steam reforming gas alam [7]. Proses steam reforming dengan reaktor membran yang temperaturnya lebih rendah dibanding proses konvensional, membuka peluang pemanfaatan reaktor nuklir temperatur menengah sebagai sumber energi panas untuk mengoperasikan proses. Tujuan pemanfaatan energi panas reaktor nuklir adalah untuk mengurangi laju pembakaran bahan bakar fosil sebagai sumber energi panas. Pengurangan pembakaran bahan bakar fosil akan berimplikasi pada penghematan cadangan bahan bakar fosil, dan berpotensi menurunkan laju emisi CO2 dalam jumlah yang signifikan. Di samping itu, pemanfaatan reaktor nuklir untuk proses kimia juga merupakan diversifikasi pemanfaatan reaktor nuklir. Berbagai studi aplikasi reaktor temperatur menengah untuk produksi hidrogen dengan proses steam reforming gas alam dengan reaktor membran telah dilakukan [7,8,9]. Bahrum dkk., melakukan studi kopel reaktor cepat berdaya rendah dengan pendingin timbal-bismuth untuk menjalankan proses [8]. Chikazawa dkk., mengkopel proses dengan reaktor temperatur menengah berpendingin sodium cair (SCFR, Sodium cooled fast reactor) [9]. Sedangkan Mori, memodifikasi studi Chikazawa dengan model recirculation type untuk menekan emisi CO2 [7]. Pada Gambar 2, ditunjukkan salah satu diagram kopel reaktor nuklir temperatur menengah dengan proses steam reforming gas alam menggunakan reaktor membran. Gambar 2. Kopel Reaktor Nuklir dengan Proses Steam Reforming Gas Alam dengan Reaktor Membran [7,9]. Proses panas yang dibawa oleh pendingin reaktor nuklir yang dapat berupa sodium cair atau timbal bismuth cair, pada kisaran temperatur 550 o C dialirkan ke Intermediate Heat Exhcanger (IHX) untuk memindahkan panasnya ke media sekunder. Panas yang dibawa media sekunder pada kisaran temperatur 540 o C inilah yang dimanfaatkan untuk mengoperasikan proses steam reforming. Panas media sekunder yang keluar dari reformer 448

5 pada temperatur sekitar 485 o C dimanfaatkan untuk membangkitkan kukus sebelum diumpankan kembali ke IHX. Kukus yang dihasilkan sebagian dimanfaatkan sebagai bahan baku bersama-sama dengan CH4, sebagian lagi dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik Proses Steam Reforming DME Dimethyl ether, atau sering dikenal sebagai DME, merupakan senyawa organik bentuk gas tak berwarna dengan rumus kimia CH3OCH3. Dengan angka cetane sekitar 55, lebih besar dibanding angka cetane bahan bakar diesel konvensional yang hanya berkisar 40-53, DME dapat menggantikan bahan bakar mesin diesel tanpa terlalu banyak diperlukan modifikasi [4]. Emisi gas bakar yang jauh lebih bersih dibanding bahan bakar diesel, mengakibatkan DME sebagai bahan bakar transportasi memenuhi syarat emisi lingkungan di negara-negara maju seperti Jepang, Amerika, dan negara-negara Eropa. Di samping sebagai bahan bakar transportasi, DME juga dapat digunakan sebagai bahan bakar gas turbin pada pembangkit listrik, maupun bahan bakar rumah tangga menggantikan LPG [10]. Pada industri kimia, DME merupakan bahan baku (chemical feedstock) yang mudah dikonversi menjadi bahan lain, salah satunya menjadi hidrogen. DME sebagai bahan baku produksi hidrogen, mulai dipertimbangkan oleh negaranegara yang tidak mempunyai sumber energi LNG. Studi di Jepang menunjukkan bahwa sintesis DME dari gas alam relatif lebih murah dibanding proses pencairan gas alam. Proses pencairan gas alam memerlukan sistem tekanan tinggi dan pendinginan yang mahal untuk mencairkannya karena titik uap gas alam sangat rendah (-125 o C). Sementara DME (dengan titik uap -25 o C) dapat dicairkan hanya dengan memberikan tekanan tanpa memerlukan pendinginan yang mahal seperti halnya gas alam. DME dapat diangkut dengan kapal LPG biasa, dan didistribusikan dengan infrastruktur yang sama dengan LPG, sementara LNG harus diangkut menggunakan kapal tanker khusus. Penyimpanan LNG juga memerlukan perlakuan khusus yang secara ekonomi lebih mahal. Hal ini mengakibatkan biaya CIF (cost, insurance, freight) DME lebih rendah dibanding LNG, bagi negara-negara yang tidak memiliki sumber daya gas alam seperti Jepang [5]. Dengan pertimbangan tersebut, diharapkan proses produksi hidrogen dengan proses steam reforming DME dapat lebih murah daripada proses konvensional berbahan baku gas alam. Proses steam reforming DME melibatkan 2 reaksi penting, yaitu reaksi reforming pembentukan gas sintesis (campuran CO dan H2), dan reaksi water-gas shift yang merupakan reaksi pembentukan CO2 dan pengayaan H2 [5,11,12,13]. CH OCH H O CO 4H 163,59kJ / mole (5) H 2O CO2 H 2 41kJ CO / mole (6) Sedangkan total reaksi (5) dan reaksi (6) sering disebut sebagai reaksi reforming-sift dengan persamaan reaksi: CH OCH H O 2CO 6H 122,59kJ / mole (7) Berbagai studi steam reforming DME menjadi hidrogen telah dilakukan di beberapa negara maju. Kemudahan konversi DME menjadi hidrogen memainkan peranan penting dalam teknologi transfer energi carrier ke bentuk energi lain [11,12]. Teknologi fuel cell yang banyak dipakai saat ini, membuka peluang memanfaatkan proses steam reforming DME menjadi hidrogen. Proses steam reforming DME beroperasi pada temperatur 300 o C. Hal ini menguntungkan karena operasi pada temperatur yang jauh lebih rendah dibanding temperatur operasi proses konvensional steam reforming gas alam ( o C), membuka peluang pemanfaatan panas nuklir dari jenis reaktor dengan range temperatur yang lebih luas. Di samping itu, karena DME merupakan produk antara yang relatif bersih tidak 449

6 mengandung belerang, operasi pabrik steam reforming DME tidak memerlukan unit desulfurisasi, sehingga pabriknya lebih kompak. Dari sisi aplikasi panas reaktor nuklir, reaktor daya nuklir konvensional yang beroperasi pada temperatur rendah seperti LWR (light water reactor), maupun reaktor temperatur menengah (Fast Breeder Reactor, FBR), maupun reaktor temperatur tinggi (HTGR, high temperature gas-cooled reactor) yang masih dalam proses pengembangan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi panas. Toshiba bekerjasama dengan Westinghouse telah melakukan analisis konfigurasi kopel nuklir dengan proses steam reforming DME [12,14]. Panas reaktor berpendingin air ringan tipe PWR (pressurized water reactor) jenis AP1000 yang dibawa pendingin air, dimanfaatkan untuk menjalankan proses reaksi steam reforming di reformer secara up-stream turbine. Sedangkan luaran panas sisa dari reformer, setelah dimanfaatkan sebagai pemanas umpan (DME dan kukus) dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik. Hal ini mengakibatkan rendahnya efisiensi termal produksi listrik hanya sekitar 23%. Tetapi karena efisiensi termal proses steam reforming sekitar 30%, diperoleh total efisiensi termal sekitar 53%, jauh lebih tinggi daripada efisiensi termal PLTN komersial yang hanya sekitar 33%. Konfigurasi kopel reaktor nuklir temperatur rendah dengan proses steam reforming DME ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3. Kopel Reaktor Nuklir dengan Proses Steam Reforming DME [12]. Analisis kopel nuklir dengan proses steam reforming DME juga dilakukan dengan memanfaatkan reaktor nuklir temperatur medium (FBR). Berbeda dengan reaktor nuklir temperatur rendah, proses steam reforming disusun secara downstream dari turbin [12]. Panas reaktor mula-mula dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik, kemudian panas luaran turbin digunakan untuk menjalankan proses steam reforming DME di reformer. Analisis awal menunjukkan bahwa dengan konfigurasi ini, total efisiensi termal dapat mencapai 75%, yang masing-masing adalah 49% efisiensi produksi hidrogen dan 26% efisiensi termal produsi listrik di turbin. 3. DISKUSI DAN PEMBAHASAN Sampai saat ini, lebih dari 90% hidrogen digunakan sebagai bahan baku industri pupuk dan minyak [15]. Hanya dalam jumlah kecil saja yang digunakan untuk keperluan bahan bakar jet, dan bahan baku produk kimia. Berbagai uji-coba mobil hidrogen yang saat ini banyak dilakukan mengindikasikan hidrogen sangat potensial sebagai bahan bakar transportasi. Jika era hidrogen sebagai bahan bakar transportasi menjadi kenyataan, pada saat itu diperkirakan akan terjadi lonjakan permintaan hidrogen yang sangat besar. Untuk itu berbagai teknologi produksi hidrogen perlu terus dikembangkan untuk memenuhi permintaan yang sangat besar. Produksi hidrogen dengan bahan baku air, merupakan solusi 450

7 yang diharapkan dapat memenuhi permintaan hidrogen. Sebagai bahan baku, air jumlahnya melimpah dan terbarukan, proses produksinya juga tidak mengemisi CO2 ke lingkungan. Sayangnya sampai saat ini, produksi hidrogen dengan bahan baku air belum mencapai tingkat efisiensi yang memadai. Untuk itu, produksi hidrogen dari sumber energi bahan bakar fosil yang menjadi andalan teknologi selama ini perlu terus dikembangkan. Produksi hidrogen dengan proses steam reforming gas alam, sampai saat ini memasok lebih dari 85% kebutuhan hidrogen dunia. Prosesnya beroperasi pada temperatur tinggi ( o C), yang berarti membutuhkan gas alam bukan saja sebagai bahan baku tetapi juga sebagai bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan panas produksi dalam jumlah sangat banyak. Substitusi panas pembakaran bahan bakar fosil dengan reaktor nuklir temperatur tinggi diperkirakan mampu menghemat sepertiga kebutuhan gas alam [7], tetapi karena beroperasi pada temperatur sangat tinggi, hanya reaktor nuklir temperatur tinggi saja yang mampu menyediakan panas untuk proses. Berbagai studi terus dilakukan untuk mengembangkan proses steam reforming produksi hidrogen, dengan tujuan diperoleh proses dengan temperatur operasi yang lebih rendah dan unit operasi pabrik yang lebih kompak. Salah satu modifikasi proses steam reforming adalah proses steam reforming gas alam dengan reaktor membran. Pemanfaatan membran palladium yang mempunyai sifat permselective sangat tinggi terhadap hidrogen, akan mendorong keseimbangan reaksi bergeser ke arah produk sehingga operasi optimal dapat dicapai pada temperatur 500 o C. Sedang pemisahan produk yang berlangsung secara simultan di dalam reaktor, dapat mengeliminasi unit shift converter dan unit pemisahan hidrogen, sehingga pabriknya jauh lebih kompak. Gambar 4. Perbandingan Unit Operasi Proses Steam Reforming [7,16]. Steam reforming DME juga merupakan modifikasi pengembangan proses konvensional steam reforming produksi hidrogen. Prosesnya berlangsung pada temperatur relatif rendah (300 o C), dan dalam proses produksinya tidak diperlukan unit desulfurisasi karena bahan baku DME relatif tidak mengandung belerang. Hal ini berimplikasi unit operasi dapat menjadi lebih kompak [7]. Pada Gambar 4, ditunjukkan ilustrasi penyederhanaan unit pabrik proses steam reforming produksi hidrogen dibanding proses konvensional. Modifikasi yang 451

8 mampu menurunkan temperatur operasi juga berimplikasi pada berkurangnya kebutuhan material tahan panas yang berharga mahal dan kurang tahan lama. Dari sisi aplikasi reaktor nuklir, penurunan temperatur operasi proses steam reforming akan membuka peluang pemanfaatan reaktor nuklir yang lebih luas. Jika berbagai studi steam reforming gas alam dengan panas nuklir selama ini selalu bertumpu pada aplikasi reaktor nuklir temperatur tinggi, pemanfaatan teknologi membran pada proses steam reforming akan dimungkinkan untuk memanfaatkan reaktor nuklir temperatur tinggi atau menengah sebagai sumber energi panas. Bahkan untuk steam reforming DME, karena beroperasi pada temperatur rendah (300 o C), semua jenis reaktor daya nuklir akan mampu menyediakan energi panas. Reaktor daya komersial yang telah memiliki pengalaman komersial lebih dari 50 tahun, dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi panas proses. Kebijakan pemanfaatan energi nuklir guna pembangkitan listrik dan kogenerasi di Indonesia adalah terwujudnya peran energi nuklir secara simbiotik dan sinergistik dengan sumberdaya energi tak terbarukan maupun terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional guna mendukung pembangunan berkelanjutan [17]. Untuk itu, disamping mendorong terwujudnya PLTN pertama di Indonesia, BATAN juga harus terus melakukan berbagai kajian reaktor nuklir masa depan seperti: konsep reaktor kogenerasi produksi air bersih (desalinasi), penggunaan panas proses untuk operasi industri temperatur tinggi dan medium seperti produksi hidrogen, gasifikasi batubara, dan lain-lain. Sampai saat ini, PLTN pertama di Indonesia belum juga terwujud. Meskipun begitu, berbagai studi terkait aplikasi PLTN generasi 4 harus selalu diikuti, karena begitu PLTN pertama di Indonesia terwujud, diperkirakan teknologi nuklir sudah memasuki era reaktor nuklir Generasi 4. Teknologi reaktor nuklir Generasi-4 merupakan teknologi yang memanfaatkan reaktor nuklir tidak saja untuk membangkitkan listrik, tetapi juga sebagai sumber energi panas untuk aplikasi industri. 4. KESIMPULAN Dari uraian di atas dapat disimpulkan: Sebagai modifikasi proses steam reforming konvensional, proses steam reforming dengan membran dan proses steam reforming DME mampu menurunkan temperatur operasi. Penurunan temperatur operasi berimplikasi pada berkurangnya kebutuhan material tahan panas yang berharga mahal dan kurang tahan lama. Pemanfaatan reaktor membran mampu menyederhakan unit operasi pabrik karena tidak lagi memerlukan unit shift converter dan unit pemisah hidrogen. Sementara steam reforming DME juga menyederhanakn unit operasi karena tidak lagi membutuhkan unit desulfurisasi. Penurunan temperatur steam reforming membuka peluang pemanfaatan reaktor nuklir dengan kisaran temperatur yang lebih luas. DAFTAR PUSTAKA [1]. HORI, M., NUMATA, M., AMAYA, T., FUJIMURA, Y., Synergy of Fossil Fuels and Nuclear Energy for the Energy Future, Proceedings of OECD/NEA Third Information Exchange Meeting on Nuclear Production of Hydrogen, Japan, [2]. US-DOE, National Hydrogen Energy Roadmap, National Hydrogen Energy Roadmap Workshop, Washington DC, [3]. SILVA, L. C., MURATA, V. V., HORI, C. E., ASSIS, A. J., Optimization of a Membrane Reactor for Hydrogen Production Through Methane Steam Reforming Using 452

9 Experimental Design Techniques and NPSOL, Proceedings of International Conference on Engineering Optimization, Rio de Janeiro, Brazil, [4]., Dimethyl ether, diakses 16 Maret [5]. FUKUSHIMA, K., OOTA, H., YAMADA, K., MAKINO, S., OGAWA, T., YOSHINO, M., Development of a Nuclear Hydrogen Production System by Dimethyl Ether (DME) Steam Reforming and Related Technology, Journal of Power and Energy System, Vol.2, No. 2, [6]. DE FALCO, M., IAQUANIELLO, G., MARRELLI, L., Reformer and membrane modules plant for natural gas conversion to hydrogen: performance assessment, AIDIC Conferene Series, Vol. 9, 2009, DOI: /ACOS [7]. HORI, M., MATSUI, K., TASHIMO, M., YASUDA, I., Synergistic Hydrogen Production by Nuclear-Heated Steam Reforming of Fossil Fuels, of Fossil Fuels and Nuclear Energy for the Energy Future, Proceedings of The 1st COE-INES International Symposium INES-1, November 1, Tokyo, JAPAN, [8]. BAHRUM, A. S., SU UD, Z., WARIS, A., WAHJOEDI, B. A., Design Study and Analysis of Pb-Bi Cooled Fast Reactor for Hydrogen Production, Proceedings of International Conference on Advances in Nuclear Science and Engineering in Conjunction with LKSTN, [9]. CHIKAZAWA, Y., KONOMURA, M., UCHIDA, S., SATO, H., A Feasibility Study of A Steam Methane Reforming Hydrogen Production Plant With A Sodium-Cooled Fast Reactor, Journal of Nuclear Technology, Vol. 152, No. 3, December [10]. LARSON, E. D., YANG, H., Dimethyl ether (DME) from coal as a household cooking fuel in China, Energy for Sustainable Development, Vol. VIII No. 3, September [11]. SUKHE, V.A., SOBYANIN, V. D., BELYAEV, G. G., VOLKOVA, E. A., Production of Hydrogen by Steam Reforming of Dimethyl Ether, Proceedings International Hydrogen Energy Congress and Exhibition IHEC 2005, Istambul, Turkey, [12]. FUKUSHIMA, K., OGAWA, T., Conceptual Design of Low-Temperature Hydrogen Production and High-Efficiency Nuclear Reactor Technology, JSME International Journal, Series B, Vol. 17, No. 2, [13]. SEMELSBERGER, T. A., BORUP, R. L., Thermodynamics of Hydrogen Production from Dimethyl Ether Steam Reforming and Hydrolysis, Los Alamos National Laboratory, [14]. SHIGA, S., AP1000 and Other Reactors Developed by Toshiba and Westinghouse, Proc. of ICAPP 2007 Nice, France, May 13-18, 2007 [15]. HORI, M., SHIOZAWA, S., Research and Development for Nuclear Production of Hydrogen in Japan, OECD/NEA 3 rd Information Exchange Meeting on the Nuclear Production of Hydrogen, Oarai, [16]. SALIMY, D. H., Produksi Hidrogen Proses Steam Reforming Dimethyl Ether (DME) dengan Reaktor Nuklir Temperatur Rendah, Jurnal Pengembangan Energi Nuklir, [accepted], [17]. SOENTONO, S., Peran BATAN dalam Alih Teknologi Energi Nuklir di Indonesia, Seminar Nasional ke-12 Keselamatan PLTN serta Fasilitas Nuklir, Yogyakarta, September

10 DISKUSI 1. Pertanyaan dari Sdr. Soedarmono (PTRKN-BATAN) Bagaimana status teknologi kedua proses tersebut? Jawaban : Untuk skala kecil, Tokyo Gas Company telah mengoperasikan unit demonstration plant kedua proses tersebut. Sejauh ini proses berlangsung dengan baik. 2. Pertanyaan dari Sdr. Ign. Djoko Irianto (PTRKN-BATAN) Kira-kira kendala apa yang masih dihadapi untuk komersialisasi kedua proses untuk produksi hidrogen skala besar? Jawaban : Untuk produksi skala besar, steam reforming DME membutuhkan bahan baku DME dalam jumlah banyak. Sejauh ini produksinya masih skala kecil, sebagai produk samping industri kimia. Dalam waktu dekat baru akan ada produksi DME dalam jumlah besar. Jepang sebagai pengimpor LNG terbesar, berminat mengembangkan teknologi berbasis DME, dengan mengimpor DME dalam jumlah besar. Untuk proses steam reforming dengan reaktor membran, diperkirakan ketersediaan membran paladium dengan kapasitas besar dan daya tahan cukup lama akan menjadi kendala tersendiri. Litbang membran untuk mengatasi hal tersebut terus dikembangkan di Jepang, dan negara-negara maju lainnya. 454

STEAM REFORMING GAS ALAM DENGAN REAKTOR MEMBRAN MENGGUNAKAN REAKTOR NUKLIR TEMPERATUR MEDIUM

STEAM REFORMING GAS ALAM DENGAN REAKTOR MEMBRAN MENGGUNAKAN REAKTOR NUKLIR TEMPERATUR MEDIUM STEAM REFORMING GAS ALAM DENGAN REAKTOR MEMBRAN MENGGUNAKAN REAKTOR NUKLIR TEMPERATUR MEDIUM Djati H. Salimy Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) - BATAN Jl. Abdul Rohim Kuningan Barat, Mampang Prapatan,

Lebih terperinci

PRODUKSI HIDROGEN PROSES STEAM REFORMING DIMETHYL ETHER (DME) DENGAN REAKTOR NUKLIR TEMPERATUR RENDAH

PRODUKSI HIDROGEN PROSES STEAM REFORMING DIMETHYL ETHER (DME) DENGAN REAKTOR NUKLIR TEMPERATUR RENDAH Produksi Hidrogen Proses Steam Reforming Dimethyl Ether (DME) dengan Reaktor Nuklir Temperatur Rendah (Djati H. Salimy) PRODUKSI HIDROGEN PROSES STEAM REFORMING DIMETHYL ETHER (DME) DENGAN REAKTOR NUKLIR

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PRODUKSI HIDROGEN DENGAN ENERGI NUKLIR PROSES ELEKTROLISIS DAN STEAM REFORMING

PERBANDINGAN PRODUKSI HIDROGEN DENGAN ENERGI NUKLIR PROSES ELEKTROLISIS DAN STEAM REFORMING PERBANDINGAN PRODUKSI HIDROGEN DENGAN ENERGI NUKLIR PROSES ELEKTROLISIS DAN STEAM REFORMING DJATI H. SALIMY, IDA N. FINAHARI Pusat Pengembangan Energi Nuklir - BATAN Jl. Abdul Rohim Kuningan Barat, Mampang

Lebih terperinci

CH 3 -O-CH 3. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis. Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M.

CH 3 -O-CH 3. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis. Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis CH 3 -O-CH 3 Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M.Eng 1. Agistira Regia Valakis 2310 030 009 2. Sigit Priyanto

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM ABSTRAK

PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM ABSTRAK PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM Ign. Djoko Irianto Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN) BATAN ABSTRAK PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI

Lebih terperinci

ENERGI NUKLIR SEBAGAI SUMBER ENERGI PANAS ALTERNATIF PADA KILANG MINYAK

ENERGI NUKLIR SEBAGAI SUMBER ENERGI PANAS ALTERNATIF PADA KILANG MINYAK Energi Nuklir sebagai Sumber Energi Panas Alternatif pada Kilang Minyak (Sunardi, Djati H Salimy, Edwaren Liun, Sahala M Lumbanraja) ENERGI NUKLIR SEBAGAI SUMBER ENERGI PANAS ALTERNATIF PADA KILANG MINYAK

Lebih terperinci

ASPEK KESELAMATAN PADA APLIKASI REAKTOR NUKLIR SUHU TINGGI UNTUK PROSES STEAM REFORMING GAS ALAM

ASPEK KESELAMATAN PADA APLIKASI REAKTOR NUKLIR SUHU TINGGI UNTUK PROSES STEAM REFORMING GAS ALAM ASPEK KESELAMATAN PADA APLIKASI REAKTOR NUKLIR SUHU TINGGI UNTUK PROSES STEAM REFORMING GAS ALAM Djati H. Salimy Pusat Pengembangan Energi nuklir (PPEN-BATAN) ABSTRACT SAFETY ASPECT OF HIGH TEMPERATURE

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Saat ini hidrogen diproyeksikan sebagai unsur penting untuk memenuhi kebutuhan clean energy di masa depan. Salah satunya adalah fuel cell. Sebagai bahan bakar, jika hidrogen

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA

KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA Kontribusi PLTN dalam Mengurangi Emisi Gas CO2 Pada Studi Optimasi Pengembangan Sistem KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA

Lebih terperinci

SIMULASI PRODUKSI HIDROGEN MELALUI CO2 METHANE REFORMING DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR MEMBRAN TESIS IRA SANTRINA JC NIM:

SIMULASI PRODUKSI HIDROGEN MELALUI CO2 METHANE REFORMING DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR MEMBRAN TESIS IRA SANTRINA JC NIM: SIMULASI PRODUKSI HIDROGEN MELALUI CO2 METHANE REFORMING DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR MEMBRAN TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh:

Lebih terperinci

Analisis netronik 3-D tentang Skenario SUPEL pada BWR

Analisis netronik 3-D tentang Skenario SUPEL pada BWR 1 DESKRIPSI RISET I (Daur Ulang Secara Langsung Limbah Nuklir dengan Metode SUPEL Menuju Zero Release Waste) 1.1 Deskripsi singkat Kebutuhan energi global yang terus meningkat menjadi salah satu pendorong

Lebih terperinci

APLIKASI REAKTOR NUKLIR TEMPERATUR TINGGI PADA PRODUKSI HIDROGEN DARI AIR PROSES HIBRIDA SIKLUS BELERANG

APLIKASI REAKTOR NUKLIR TEMPERATUR TINGGI PADA PRODUKSI HIDROGEN DARI AIR PROSES HIBRIDA SIKLUS BELERANG APLIKASI REAKTOR NUKLIR TEMPERATUR TINGGI PADA PRODUKSI HIDROGEN DARI AIR PROSES HIBRIDA SIKLUS BELERANG Djati H. Salimy (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan Jakarta 12710 Telp/Faks. (021)

Lebih terperinci

Harry Rachmadi (12/329784/TK/39050) ` 1 Zulfikar Pangestu (12/333834/TK/40176) Asia/Pasific North America Wesern Europe Other Regions 23% 33% 16% 28%

Harry Rachmadi (12/329784/TK/39050) ` 1 Zulfikar Pangestu (12/333834/TK/40176) Asia/Pasific North America Wesern Europe Other Regions 23% 33% 16% 28% BAB I PENGANTAR I.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan sumber daya energi yang terbarukan dan ramah lingkungan, pemanfaatan hidrogen sebagai sumber pembawa energi (energy carrier)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia karena hampir semua aktivitas kehidupan manusia sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia karena hampir semua aktivitas kehidupan manusia sangat tergantung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kebutuhan energy di Indonesia merupakan masalah yang serius dalam kehidupan manusia.energy merupakan komponen penting bagi kelangsungan hidup manusia karena

Lebih terperinci

ANALISIS PASOKAN PANAS PADA PRODUKSI HIDROGEN PROSES STEAM REFORMING KONVENSIONAL DAN NUKLIR

ANALISIS PASOKAN PANAS PADA PRODUKSI HIDROGEN PROSES STEAM REFORMING KONVENSIONAL DAN NUKLIR Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Volume 17, Nomor 1, Juni 2015 ANALISIS PASOKAN PANAS PADA PRODUKSI HIDROGEN PROSES STEAM REFORMING KONVENSIONAL DAN NUKLIR Siti Alimah, Djati Hoesen Salimy Pusat Kajian

Lebih terperinci

ENERGI NUKLIR SEBAGAI SUMBER ENERGI PANAS ALTERNATIF PADA INDUSTRI PETROKIMIA

ENERGI NUKLIR SEBAGAI SUMBER ENERGI PANAS ALTERNATIF PADA INDUSTRI PETROKIMIA ENERGI NUKLIR SEBAGAI SUMBER ENERGI PANAS ALTERNATIF PADA INDUSTRI PETROKIMIA Djati H. Salimy, Sunardi Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan,

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metanol dari Low Rank Coal Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Metanol dari Low Rank Coal Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Metanol sangat dibutuhkan dalam dunia industry, karena banyak produk yang dihasilkan berbahan metanol. Metanol digunakan oleh berbagai industri seperti industri plywood,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun. 1 Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Dalam era perdagangan bebas, Indonesia dituntut untuk mampu bersaing dengan negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya cadangan minyak bumi, gas dan batubara di Indonesia,membuat kita harus segera memikirkan

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK TERMAL INTERMEDIATE HEAT EXCHANGER PADA RGTT200K

ANALISIS KARAKTERISTIK TERMAL INTERMEDIATE HEAT EXCHANGER PADA RGTT200K ANALISIS KARAKTERISTIK TERMAL INTERMEDIATE HEAT EXCHANGER PADA RGTT200K Ign. Djoko Irianto Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN) - BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang 15310 Telp./Fax:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa mendatang penggunaan bahan bakar berbasis minyak bumi harus dikurangi karena semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan dampak

Lebih terperinci

APLIKASI KOGENERASI NUKLIR UNTUK DEKOMPOSISI AIR PADA KONVERSI CO2 MENJADI PUPUK UREA

APLIKASI KOGENERASI NUKLIR UNTUK DEKOMPOSISI AIR PADA KONVERSI CO2 MENJADI PUPUK UREA Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Volume 16, Nomor 2, Desember 2014 APLIKASI KOGENERASI NUKLIR UNTUK DEKOMPOSISI AIR PADA KONVERSI CO2 MENJADI PUPUK UREA Djati H. Salimy Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian pabrik metanol merupakan hal yang sangat menjanjikan dengan alasan:

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian pabrik metanol merupakan hal yang sangat menjanjikan dengan alasan: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Metil alkohol atau yang lebih dikenal dengan sebutan metanol merupakan produk industri hulu petrokimia yang mempunyai rumus molekul CH3OH. Metanol mempunyai berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, ketersediaan sumber energi fosil dunia semakin menipis, sumber energi ini semakin langka dan harganya pun semakin melambung tinggi. Hal ini tidak dapat dihindarkan

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI HIDROGEN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI NUKLIR

SISTEM PRODUKSI HIDROGEN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI NUKLIR YOGY AKARTA, 21-22 DESEMBER 2006 SISTEM PRODUKSI HIDROGEN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI NUKLIR DJA TI H. SALIMY, IDA N.FINAHARI, Em SARTONO Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) BATAN Gedung Batan Pusat

Lebih terperinci

KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI

KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI KODE KEAHLIAN DESKRIPSI KEAHLIAN 03 BIDANG ENERGI 03.01 PERENCANAAN ENERGI 03.01.01 PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI Keahlian

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Temperatur Keluaran Molten Salt Reactor Terhadap Efisiensi Produksi Hidrogen dengan Sistem High Temperature Electrolysis (HTE)

Pengaruh Variasi Temperatur Keluaran Molten Salt Reactor Terhadap Efisiensi Produksi Hidrogen dengan Sistem High Temperature Electrolysis (HTE) Pengaruh Variasi Temperatur Keluaran Molten Salt Reactor Terhadap Efisiensi Produksi Hidrogen dengan Sistem High Temperature Electrolysis (HTE) Elsa Melfiana *, Andang Widi Harto,, Alexander Agung, * Program

Lebih terperinci

PEMILIHAN TEKNOLOGI PRODUKSI HIDROGEN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI NUKLIR

PEMILIHAN TEKNOLOGI PRODUKSI HIDROGEN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI NUKLIR Pemilihan Teknologi Produksi Hidrogen dengan Memanfaatkan Energi Nuklir (Siti Alimah, Erlan Dewita) PEMILIHAN TEKNOLOGI PRODUKSI HIDROGEN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI NUKLIR Siti Alimah, Erlan Dewita Pusat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah energi merupakan salah satu hal yang sedang hangat dibicarakan saat ini. Di Indonesia, ketergantungan kepada energi fosil masih cukup tinggi hampir 50 persen

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Gasoline dari Metanol dengan Fixed Bed MTG Process dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Gasoline dari Metanol dengan Fixed Bed MTG Process dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Energi merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia di samping sandang, pangan, dan papan. Keberlangsungan hidup manusia bergantung pada ketersediaan energi. Selama

Lebih terperinci

KAJIAN PRODUKSI HIDROGEN DENGAN ENERGI NUKLIR PROSES TERMOKIMIA SIKLUS IODINE-SULFUR DAN PROSES HIBRIDA SIKLUS BELERANG

KAJIAN PRODUKSI HIDROGEN DENGAN ENERGI NUKLIR PROSES TERMOKIMIA SIKLUS IODINE-SULFUR DAN PROSES HIBRIDA SIKLUS BELERANG KAJIAN PRODUKSI HIDROGEN DENGAN ENERGI NUKLIR PROSES TERMOKIMIA SIKLUS IODINE-SULFUR DAN PROSES HIBRIDA SIKLUS BELERANG Djati H. Salimy Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) BATAN Jl. Abdul Rohim Kuningan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN INTEGRASI PROSES KIMIA

SINTESIS DAN INTEGRASI PROSES KIMIA SINTESIS DAN INTEGRASI PROSES KIMIA Design 2 1. Conceptual design: develop a preliminary flowsheet using approximate methods. 2. Preliminary design: use rigorous simulators to evaluate steady- state and

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan - 1 -

Bab I Pendahuluan - 1 - Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pada saat ini, pengoperasian reaktor unggun diam secara tak tunak telah membuka cara baru dalam intensifikasi proses (Budhi, 2005). Dalam mode operasi ini, reaktor

Lebih terperinci

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR RINGKASAN Beberapa tipe Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah Reaktor Air Tekan (Pressurized Water Reactor, PWR), Reaktor Air Tekan Rusia (VVER),

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PRECOOLER PADA SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK PROSES DESALINASI

ANALISIS KINERJA PRECOOLER PADA SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK PROSES DESALINASI ANALISIS KINERJA PRECOOLER PADA SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK PROSES DESALINASI Ign. Djoko Irianto Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN) BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang

Lebih terperinci

OPTIMASI KINERJA IHX UNTUK SISTEM KOGENERASI RGTT200K

OPTIMASI KINERJA IHX UNTUK SISTEM KOGENERASI RGTT200K Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014 Pontianak, 19 Juni 2014 OPTIMASI KINERJA IHX UNTUK SISTEM KOGENERASI RGTT200K Ign. Djoko Irianto, Sri Sudadiyo, Sukmanto Dibyo Pusat Teknologi dan

Lebih terperinci

PENENTUAN KAPASITAS PRODUKSI HIDROGEN DARI PERENGKAHAN AIR BERDASARKAN DISTRIBUSI KALOR RGTT-KOGENERASI ABSTRAK

PENENTUAN KAPASITAS PRODUKSI HIDROGEN DARI PERENGKAHAN AIR BERDASARKAN DISTRIBUSI KALOR RGTT-KOGENERASI ABSTRAK PENENTUAN KAPASITAS PRODUKSI HIDROGEN DARI PERENGKAHAN AIR BERDASARKAN DISTRIBUSI KALOR RGTT-KOGENERASI Nurul Huda Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir ABSTRAK PENENTUAN KAPASITAS PRODUKSI HIDROGEN

Lebih terperinci

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Daur bahan bakar nuklir merupakan rangkaian proses yang terdiri dari penambangan bijih uranium, pemurnian, konversi, pengayaan uranium dan konversi ulang menjadi

Lebih terperinci

I. BAB I PENDAHULUAN

I. BAB I PENDAHULUAN I. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Energi merupakan sektor yang sangat penting dalam menunjang berbagai aspek di bidang ekonomi dan sosial. Seringkali energi digunakan sebagai tolok ukur kesejahteraan

Lebih terperinci

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) Bab 2 Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Prinsip kerja dari pembangkit listrik tenaga nuklir secara umum tidak berbeda dengan pembangkit listrik

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SISTEM KONVERSI ENERGI KOGENERASI RGTT200K UNTUK PRODUKSI HIDROGEN

ANALISIS KINERJA SISTEM KONVERSI ENERGI KOGENERASI RGTT200K UNTUK PRODUKSI HIDROGEN PTNBR BATAN Bandung, 4 Juli 03 ANALISIS KINERJA SISTEM KNVERSI ENERGI KGENERASI RGTT00K UNTUK PRDUKSI HIDRGEN Ign. Djoko Irianto Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN) BATAN Kawasan Puspiptek,

Lebih terperinci

SISTEM GASIFIKASI FLUIDIZED BED BERBAHAN BAKAR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DENGAN INERT GAS CO2

SISTEM GASIFIKASI FLUIDIZED BED BERBAHAN BAKAR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DENGAN INERT GAS CO2 SISTEM GASIFIKASI FLUIDIZED BED BERBAHAN BAKAR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DENGAN INERT GAS CO2 Oleh : I Gede Sudiantara Pembimbing : Prof. I Nyoman Suprapta Winaya, ST.,Masc.,Ph.D. I Gusti Ngurah Putu Tenaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi yang sangat tinggi pada saat ini menimbulkan suatu pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu mengurangi pemakaian bahan

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. JENIS-JENIS PROSES Proses pembuatan metil klorida dalam skala industri terbagi dalam dua proses, yaitu : a. Klorinasi Metana (Methane Chlorination) Reaksi klorinasi metana terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Metanol merupakan senyawa yang sangat esensial sekarang ini. Metanol merupakan senyawa intermediate yang menjadi bahan baku untuk berbagai industri antara lain industri

Lebih terperinci

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Penggunaan uranium sebagai bahan bakar pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) selain menghasilkan tenaga listrik dapat juga menghasilkan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketergantungan masyarakat pada energi terus meningkat setiap tahunnya. Kebutuhan yang terus meningkat mendorong para peneliti untuk terus berinovasi menciptakan teknologi-teknologi

Lebih terperinci

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR PENGENALAN (PLTN) PEMBANGKIT L STR KTENAGANUKLTR I _ Sampai saat ini nuklir khususnya zat radioaktif telah dipergunakan secara luas dalam berbagai bidang seperti industri, kesehatan, pertanian, peternakan,

Lebih terperinci

RANCANGAN EVAPORATOR DAN KONDENSOR PADA PROTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS AIR LAUT (OCEAN THERMAL ENERGY CONVERSION/ OTEC)

RANCANGAN EVAPORATOR DAN KONDENSOR PADA PROTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS AIR LAUT (OCEAN THERMAL ENERGY CONVERSION/ OTEC) RANCANGAN EVAPORATOR DAN KONDENSOR PADA PROTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS AIR LAUT (OCEAN THERMAL ENERGY CONVERSION/ OTEC) Aep Saepul Uyun 1, Dhimas Satria, Ashari Darius 2 1 Sekolah Pasca Sarjana

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Gasifikasi Batubara Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Gasifikasi Batubara Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar energi yang digunakan rakyat Indonesia saat ini berasal dari bahan bakar fosil yaitu minyak bumi, gas dan batu bara. Pada masa mendatang, produksi batubara

Lebih terperinci

Secara umum tahapan-tahapan proses pembuatan Amoniak dapat diuraikan sebagai berikut :

Secara umum tahapan-tahapan proses pembuatan Amoniak dapat diuraikan sebagai berikut : PROSES PEMBUATAN AMONIAK ( NH3 ) Amoniak diproduksi dengan mereaksikan gas Hydrogen (H 2) dan Nitrogen (N 2) dengan rasio H 2/N 2 = 3 : 1. Disamping dua komponen tersebut campuran juga berisi inlet dan

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK PERANCANGAN PROSES KIMIA (4 th Week May 2009)

TUGAS KELOMPOK PERANCANGAN PROSES KIMIA (4 th Week May 2009) TUGAS KELOMPOK PERANCANGAN PROSES KIMIA (4 th Week May 2009) Tugas kelompok ini bertujuan: Melatih mahasiswa berkreasi dalam perancangan proses dari hasil-hasil penelitian laboratorium untuk dapat dipakai

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMA UNTUK SISTEM TURBIN DAN KOMPRESOR. Oleh Sri Sudadiyo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir - BATAN

ANALISIS PERFORMA UNTUK SISTEM TURBIN DAN KOMPRESOR. Oleh Sri Sudadiyo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir - BATAN ANALISIS PERFORMA UNTUK SISTEM TURBIN DAN KOMPRESOR Oleh Sri Sudadiyo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir - BATAN Sigma Epsilon ISSN 0853-9103 ABSTRAK ANALISIS PERFORMA UNTUK SISTEM TURBIN DAN

Lebih terperinci

HTGR KOGENERASI PRODUKSI HIDROGEN UNTUK KONVERSI CO2 MENJADI METANOL

HTGR KOGENERASI PRODUKSI HIDROGEN UNTUK KONVERSI CO2 MENJADI METANOL HTGR KOGENERASI PRODUKSI HIDROGEN UNTUK KONVERSI CO2 MENJADI METANOL Djati H. Salimy, Siti Alimah Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir (PKSEN), BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan,

Lebih terperinci

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) RINGKASAN Reaktor Grafit Berpendingin Gas (Gas Cooled Reactor, GCR) adalah reaktor berbahan bakar uranium alam dengan moderator grafit dan berpendingin

Lebih terperinci

Pengaruh Densitas Arus Listrik Terhadap Kinerja Sistem Elektrolisis Air Suhu Tinggi Menggunakan Molten Salt Nuclear Reactor (MSR)

Pengaruh Densitas Arus Listrik Terhadap Kinerja Sistem Elektrolisis Air Suhu Tinggi Menggunakan Molten Salt Nuclear Reactor (MSR) Pengaruh Densitas Arus Listrik Terhadap Kinerja Sistem Elektrolisis Air Suhu Tinggi Menggunakan Molten Salt Nuclear Reactor (MSR) Andang Widi Harto 1), Arnoldus Lambertus Dipu 2), Alexander Agung 3) 1)

Lebih terperinci

OPTIMASI SUPLAI ENERGI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK JANGKA PANJANG DI INDONESIA

OPTIMASI SUPLAI ENERGI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK JANGKA PANJANG DI INDONESIA OPTIMASI SUPLAI ENERGI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK JANGKA PANJANG DI INDONESIA M. Sidik Boedoyo dan Agus Sugiyono Abstract Energy supply optimation is aimed to meet electricity demand for domestic

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN BATUBARA DI PABRIK PUPUK

STUDI PEMANFAATAN BATUBARA DI PABRIK PUPUK STUDI PEMANFAATAN BATUBARA DI PABRIK PUPUK TESIS Karya tulis sebagi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh RATIH DEWI ANDRIANNY NIM : 23005015 Program Studi

Lebih terperinci

KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES

KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES 1. Umum Subagyo Rencana dan Evaluasi Produksi, PT. Kertas Leces Leces-Probolinggo, Jawa Timur e-mail: ptkl@idola.net.id Abstrak Biaya energi di PT. Kertas Leces (PTKL)

Lebih terperinci

PRARENCANA PABRIK PRARENCANA PABRIK DIMETHYL ETHER (DME) DARI GAS ALAM DENGAN PROSES SINTESA LANGSUNG KAPASITAS TON/TAHUN

PRARENCANA PABRIK PRARENCANA PABRIK DIMETHYL ETHER (DME) DARI GAS ALAM DENGAN PROSES SINTESA LANGSUNG KAPASITAS TON/TAHUN PRARENCANA PABRIK PRARENCANA PABRIK DIMETHYL ETHER (DME) DARI GAS ALAM DENGAN PROSES SINTESA LANGSUNG KAPASITAS 7.200 TON/TAHUN Diajukan oleh: Cicilia Setyabudi NRP: 5203011014 Stefani Tanda NRP: 5203011022

Lebih terperinci

ANALISIS TERMODINAMIKA UNTUK OPTIMASI SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K

ANALISIS TERMODINAMIKA UNTUK OPTIMASI SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K ISSN 0-8 Ign. Djoko Irianto ANALISIS TERMODINAMIKA UNTUK OPTIMASI SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT00K Ign. Djoko Irianto Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang

Lebih terperinci

PRODUKSI DIMETHYL ETHER DARI GAS SINTESA

PRODUKSI DIMETHYL ETHER DARI GAS SINTESA PRODUKSI DIMETHYL ETHER DARI GAS SINTESA Mohamad Youvial Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) BPPT, Kawasan Puspiptek, Tangerang 15314, Indonesia Email : jouvial_b2te@webmail.bppt.go.id ABSTRAK Untuk masa

Lebih terperinci

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) RINGKASAN Setelah perang dunia kedua berakhir, Kanada mulai mengembangkan PLTN tipe reaktor air berat (air berat: D 2 O, D: deuterium) berbahan bakar uranium alam. Reaktor

Lebih terperinci

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia Soal-soal Open Ended Bidang Kimia 1. Fuel cell Permintaan energi di dunia terus meningkat sepanjang tahun, dan menurut Proyek International Energy Outlook 2013 (IEO-2013) konsumsi energi dari 2010 sampai

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA TURBIN KOMPRESOR UNTUK DESAIN KONSEPTUAL UNIT KONVERSI DAYA RGTT200K

ANALISIS KINERJA TURBIN KOMPRESOR UNTUK DESAIN KONSEPTUAL UNIT KONVERSI DAYA RGTT200K ANALISIS KINERJA TURBIN KOMPRESOR UNTUK DESAIN KONSEPTUAL UNIT KONVERSI DAYA RGTT200K Oleh Ign. Djoko Irianto Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir ABSTRAK ANALISIS KINERJA TURBIN KOMPRESOR UNTUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. UU Presiden RI Kegiatan Pokok RKP 2009: b. Pengembangan Material Baru dan Nano Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1. UU Presiden RI Kegiatan Pokok RKP 2009: b. Pengembangan Material Baru dan Nano Teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gas hidrogen banyak dimanfaatkan di berbagai industri, seperti dalam industri minyak dan gas pada proses desulfurisasi bahan bakar minyak dan bensin, industri makanan

Lebih terperinci

ASPEK TERMODINAMIKA PRODUKSI HIDROGEN DENGAN PROSES STEAM REFORMING GAS ALAM

ASPEK TERMODINAMIKA PRODUKSI HIDROGEN DENGAN PROSES STEAM REFORMING GAS ALAM ASPEK TERMODINAMIKA PRODUKSI HIDROGEN DENGAN PROSES STEAM REFORMING GAS ALAM Siti Alimah a, Dedy Priambodo b, Erlan Dewita c a,b,c Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) - BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan potensial/ Potential Reserve. Cadangan Terbukti/ Proven Reserve. Tahun/ Year. Total

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan potensial/ Potential Reserve. Cadangan Terbukti/ Proven Reserve. Tahun/ Year. Total BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan komponen yang selalu dibutuhkan manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya karena hampir semua kegiatan manusia bergantung pada ketersediaan energi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkurangnya cadangan sumber energi dan kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi di Indonesia dewasa ini membutuhkan solusi yang tepat, terbukti dengan dikeluarkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pengembangan pemanfaatan energi nuklir dalam berbagai sektor saat ini kian pesat. Hal ini dikarenakan energi nuklir dapat menghasilkan daya dalam jumlah besar secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan iklim global akibat efek rumah kaca merupakan permasalahan lingkungan serius yang saat ini sedang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan iklim global akibat efek rumah kaca merupakan permasalahan lingkungan serius yang saat ini sedang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan iklim global akibat efek rumah kaca merupakan permasalahan lingkungan serius yang saat ini sedang dihadapi oleh manusia. Dampak yang ditimbulkan oleh pembakaran

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bising energi listrik juga memiliki efisiensi yang tinggi, yaitu 98%, Namun

BAB I PENDAHULUAN. bising energi listrik juga memiliki efisiensi yang tinggi, yaitu 98%, Namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan energi paling cocok dan nyaman bagi rumah tangga dan berbagai bidang industri karena selain energi llistrik itu tidak menimmbulkan bising energi listrik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. Tabel. II.1 Karakteristik Hidrogen, Attilio Pigneri (2004) Gambar. II.1 Aplikasi hidrogen sebagai fuell cell

Tinjauan Pustaka. Tabel. II.1 Karakteristik Hidrogen, Attilio Pigneri (2004) Gambar. II.1 Aplikasi hidrogen sebagai fuell cell Bab II Tinjauan Pustaka II. Aplikasi Hidrogen Karakteristik hidrogen ditampilkan pada tabel II.. Hidrogen dapat diaplikasikan salah satunya sebagai fuel cells seperti ditunjukkan oleh gambar II.. Fuel

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia mengalami peningkatan secara kualitatif maupun kuantitatif, khususnya industri kimia. Hal ini menyebabkan kebutuhan bahan baku dan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi merupakan faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis industri didirikan guna memenuhi

Lebih terperinci

Kekayaan Energi Indonesia dan Pengembangannya Rabu, 28 November 2012

Kekayaan Energi Indonesia dan Pengembangannya Rabu, 28 November 2012 Kekayaan Energi Indonesia dan Pengembangannya Rabu, 28 November 2012 Kebutuhan energi dunia terus mengalami peningkatan. Menurut proyeksi Badan Energi Dunia (International Energy Agency-IEA), hingga tahun

Lebih terperinci

Biomas Kayu Pellet. Oleh FX Tanos

Biomas Kayu Pellet. Oleh FX Tanos Biomas Kayu Pellet Energi Pemanas Rumah Tangga (winter) Energi Dapur Masak Energi Pembangkit Tenaga Listrik Ramah Lingkungan Karbon Neutral Menurunkan Emisi Karbon Oleh FX Tanos Pendahuluan Beberapa tahun

Lebih terperinci

Gambar 1. 1 Pola konsumsi energi di Indonesia ditinjau dari sumbernya

Gambar 1. 1 Pola konsumsi energi di Indonesia ditinjau dari sumbernya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah berkaitan mengenai pengurangan subsidi BBM, yang saat ini relatif meningkat perlu mendapatkan dukungan dari semua unsur masyarakat. Perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) saat ini terus mengalami peningkatan, baik bensin (gasoline), minyak solar (diesel), maupun minyak mentah (kerosene). Peningkaan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI Dosen : Hasbullah, S.Pd., MT. Di susun oleh : Umar Wijaksono 1101563 PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Energi Nuklir : Pemasok Energi Panas Alternatif untuk Perumahan dan Kawasan Industri

Energi Nuklir : Pemasok Energi Panas Alternatif untuk Perumahan dan Kawasan Industri ELEKTRO INDONESIA Edisi ke Tiga Belas, Juni 1998 Energi Nuklir : Pemasok Energi Panas Alternatif untuk Perumahan dan Kawasan Industri Terlepas dari pro dan kontra terhadap energi nuklir, sumber energi

Lebih terperinci

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar - Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. - PLTN dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat di dunia. Saat ini Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbesar ke 16 di dunia dan dalam

Lebih terperinci

KATALIS LTS LK SEBAGAI SULFUR GUARD UNIT DESULFURIZER PABRIK AMONIAK KALTIM 2 PUPUK KALTIM

KATALIS LTS LK SEBAGAI SULFUR GUARD UNIT DESULFURIZER PABRIK AMONIAK KALTIM 2 PUPUK KALTIM KATALIS LTS LK-821-2 SEBAGAI SULFUR GUARD UNIT DESULFURIZER PABRIK AMONIAK KALTIM 2 PUPUK KALTIM Anton Sri Widodo, Suharyoso Departemen Pengendalian Proses PT Pupuk Kalimantan Timur Jl. Ir. James Simandjuntak

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI INTISARI Oleh: Ir. Agus Sugiyono *) PLN sebagai penyedia tenaga listrik yang terbesar mempunyai kapasitas terpasang sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumsi energi listrik dunia dari tahun ke tahun terus meningkat. Dalam hal ini industri memegang peranan penting dalam kenaikan konsumsi listrik dunia. Di Indonesia,

Lebih terperinci

Analisis Konfigurasi Sistem Produksi Hidrogen dari Etanol Produk Fermentasi yang Melibatkan Unit Membran

Analisis Konfigurasi Sistem Produksi Hidrogen dari Etanol Produk Fermentasi yang Melibatkan Unit Membran Analisis Sistem Produksi Hidrogen dari Etanol Produk Fermentasi yang Melibatkan Unit Membran Lisa Legawati, Hari Rionaldo, Zulfansyah Laboratorium Pengendalian dan Perancangan Proses Jurusan Teknik Kimia,

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI BERBASIS KOGENERASI REAKTOR TIPE RGTT UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PRODUKSI HIDROGEN

PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI BERBASIS KOGENERASI REAKTOR TIPE RGTT UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PRODUKSI HIDROGEN PEMODELAN SISEM KONVERSI ENERGI BERBASIS KOGENERASI REAKOR IPE RG UNUK PEMBANGKI LISRIK DAN PRODUKSI HIDROGEN Ign. Djoko Irianto Pusat eknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PRKN) BAAN Kawasan Puspiptek,

Lebih terperinci

Potensi Pengembangan Bio-Compressed Methane Gases (Bio-CMG) dari Biomassa sebagai Pengganti LPG dan BBG

Potensi Pengembangan Bio-Compressed Methane Gases (Bio-CMG) dari Biomassa sebagai Pengganti LPG dan BBG Potensi Pengembangan Bio-Compressed Methane Gases (Bio-CMG) dari Biomassa sebagai Pengganti LPG dan BBG Prof. Ir. Arief Budiman, MS, D.Eng Pusat Studi Energi, UGM Disampaikan pada Seminar Nasional Pemanfaatan

Lebih terperinci

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT. PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN UDARA- BAHAN BAKAR TERHADAP KUALITAS API PADA GASIFIKASI REAKTOR DOWNDRAFT DENGAN SUPLAI BIOMASSA SERABUT KELAPA SECARA KONTINYU OLEH : SHOLEHUL HADI (2108 100 701) DOSEN

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Tabel I. Produsen Batu Bara Terbesar di Dunia. 1. Cina Mt. 2. Amerika Serikat Mt. 3. Indonesia 281.

BAB I PENGANTAR. Tabel I. Produsen Batu Bara Terbesar di Dunia. 1. Cina Mt. 2. Amerika Serikat Mt. 3. Indonesia 281. BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Sumber daya berupa bahan tambang di Indonesia bisa dikatakan melimpah. Salah satunya adalah batubara. Indonesia merupakan salah satu penghasil batubara terbesar di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan karena efisiensinya tinggi sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis. PLTU

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dewasa ini permasalahan krisis energi cukup menjadi perhatian utama dunia, hal ini disebabkan menipisnya sumber daya persediaan energi tak terbarukan seperti minyak bumi

Lebih terperinci

GEOTHERMAL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF

GEOTHERMAL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF GEOTHERMAL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas MID AMISCA 2008 Disusun oleh: Kelompok 1 Kelompok 2 Fazri Azhar (10507001) Dinda Husna (10507057) Mila Vanesa (10507013) Sukmawati

Lebih terperinci

KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW

KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW Suliono 1) dan Bambang Sudarmanta 2) 1) Program Studi Magister Rekayasa Energi, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PROTOTYPE POWER GENERATION

LAPORAN TUGAS AKHIR PROTOTYPE POWER GENERATION LAPORAN TUGAS AKHIR PROTOTYPE POWER GENERATION (Interpretasi Saturated Burning Zone ditinjau dari Flame Temperatur pada Steam Power Generation Closed Cycle System) Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan

Lebih terperinci

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) DAN JENIS-JENIS REAKTOR PLTN (Yopiter L.A.Titi, NRP:1114201016, PascaSarjana Fisika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh November (ITS Surabaya) 1. Pendahuluan Nuklir

Lebih terperinci