BAB I PENDAHULUAN. Internasional Mengenai Kebebasan Beragama sebagai judul penelitian karena
|
|
- Hendri Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 A. Alasan Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN Penulis memilih Perspektif Hukum Nasional Indonesia dan Hukum Internasional Mengenai Kebebasan Beragama sebagai judul penelitian karena didorong oleh alasan: Pertama, kebebasan beragama merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) di mana negara memiliki kewajibkan untuk menjamin, melindungi, serta menghormati hak tersebut. Bentuk perlindungan tersebut adalah melalui pengaturan hukum. Dalam rangka pengembanan Ilmu Hukum maka substansi/materi muatan pengaturan hukum tersebut perlu untuk dimengerti/dipahami lewat penelitian ini. Kedua, sebagai HAM, kebebebasan beragama dilindungi oleh hukum nasional dan hukum internasional. Dalam kaitan dengan pemberian perlindungan terhadap kebebasan beragama tersebut, hukum nasional dan hukum internasional adalah sebuah sistem, a body of law, yang seyogianya koheren. Namun penulis menemukan inkoherensi dalam pengaturan mengenai hak atas kebebasan beragama di dalam hukum nasional Indonesia dan hukum internasional (hal ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam Latar Belakang Masalah). Alasan tersebut mendorong penulis untuk mengkaji aspek-aspek pengaturan kebebasan beragama di dalam hukum nasional Indonesia dan hukum internasional supaya pengaturan tersebut membentuk keterhubungan sebagai a 1
2 coherent body of law. Untuk itu, bagian-bagian dari pengaturan yang menurut penulis inkoheren harus ditiadakan. Makna dari koheren dalam penelitian ini ialah kesesuaian bagian-bagian dalam sebuah sistem, yakni sistem hukum. Sebagai sebuah sistem, seyogianya segala macam ketidaksesuaian harus dihilangkan karena akan mempengaruhi jalannya sebuah sistem yang berupa pengaturan mengenai hak atas kebebasan beragama. B. Latar Belakang Masalah HAM merupakan seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. 1 Salah satu bentuk HAM adalah hak atas kebebasan beragama. 2 Hak atas kebebasan beragama mencakup kebebasan untuk meyakini agama serta kebebasan dalam menjalankan dan mengekspresikan agama/keyakinannya tersebut. 3 Kebebasan meyakini agama tersebut adalah kebebasan untuk meyakini atau tidak meyakini agama tertentu. Sementara kebebasan mengekspresikan agama/keyakinan mencakup kebebasan baik 1 Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. 2 Franklin D. Roosvelt dalam Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004, hlm.170. Hak dasar yang dimiliki oleh setiap individu meliputi freedom of speech, freedom of religion, freedom from want, freedom from fear. 3 Fulthoni et. al, Jaminan Hukum dan HAM Kebebasan Beragama, Jakarta: The Indonesian Legal Resource Center (ILRC), 2009, Hlm. 9. 2
3 individual atau dalam komunitas dan di depan umum atau pribadi, untuk memanifestasikan agama/keyakinannya dalam pengajaran, praktik ibadah dan ketaatan. Hak atas kebebasan beragama merupakan salah satu non derogable rights 4 yang bermakna bahwa hak tersebut tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun oleh siapapun. 5 Non derogable rights menempati posisi teratas dalam hirarki HAM, 6 dan diakui merupakan rules of jus cogens dalam hukum internasional. 7 Mengingat urgensi dari hak atas kebebasan beragama tersebut, maka diadakanlah pengaturan di level nasional dan internasional yang memberikan perlindungan terhadap hak atas kebebasan beragama. Hukum nasional Indonesia menyediakan ketentuan mengenai kebebasan beragama di dalam: Pertama, Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 jis. Pasal 28E ayat (1) jo. ayat (2) UUD 1945 dan Pasal 28I ayat (1) UUD Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 menyatakan, Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Pasal 28E ayat (1) UUD 1945 menyatakan, Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,.... Pasal 28E ayat (2) UUD 1945 menyatakan, Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, 4 Pasal 28I ayat (1) UUD 1945; Pasal 4 UU No. 39 Tahun 1999; Article 18 International on Civil and Political Rights; Malcolm N. Shaw, International Law, New York: Cambridge University Press, 2008, hlm Manfred Nowak dan Tanja Vospernik, dalam Tore Lindholm et. al, Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan: Seberapa Jauh?, Yogyakarta: Kanisius, 2010, hlm Ibid. 7 Article 53 Vienna Convention on The Law and Treaties 1969; Shaw, Malcolm N. Shaw, Op. Cit., hlm Rules of jus cogens are substantive rules recognised to be of a higher status. 3
4 sesuai dengan hati nuraninya. Serta Pasal 28I ayat (1) UUD 1945 menyatakan, Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun. Kedua, pengaturan konstitusional tersebut dipertegas dengan adanya Pasal 4 jo. Pasal 22 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM. Pasal 4 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM menyatakan... hak beragama adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun. Sedangkan Pasal 22 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM menyatakan Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannnya itu. Pengaturan hukum nasional Indonesia tersebut memberikan pengakuan dan kebebasan bagi setiap warga negara untuk memeluk serta menjalankan agama dan kepercayaannya sebagai bentuk HAM yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun. Hukum internasional juga menyediakan pengaturan yang bermuatan perlindungan terhadap hak atas kebebasan beragama. Article 18 The Universal Declaration of Human Rights menyatakan: Everyone has the right to freedom of thought, conscience and religion; this right includes freedom to change his religion or belief, and freedom, either alone or in community with others and in public or private, to manifest his religion or belief in teaching, practice, worship and observance. 4
5 Article 18 International Covenant on Civil and Political Rights yang sudah diratifikasi Indonesia dengan UU No. 12 Tahun 2005, menyatakan: 1. Everyone shall have the right to freedom of thought, conscience and religion. This right shall include freedom to have or to adopt a religion or belief of his choice, and freedom, either individually or in community with others and in public or private, to manifest his religion or belief in worship, observance, practice and teaching; 2. No one shall be subject to coercion which would impair his freedom to have or to adopt a religion or belief of his choice; 3. Freedom to manifest one's religion or beliefs may be subject only to such limitations as are prescribed by law and are necessary to protect public safety, order, health, or morals or the fundamental rights and freedoms of others; 4. The States Parties to the present Covenant undertake to have respect for the liberty of parents and, when applicable, legal guardians to ensure the religious and moral education of their children in conformity with their own convictions. Hal ini menunjukkan bahwa hak setiap individu untuk memeluk agama dan keyakinannya masing-masing dilindungi secara universal. 8 Indonesia terikat oleh ketentuan tersebut karena telah berpartisipasi dengan jalan melakukan ratifikasi, 9 atau manakala ketentuan tersebut telah berstatus sebagai customary international law 10 (seperti Article 18 the Universal Declaration of Human Rights). Sebagai tambahan, sumber hukum internasional lain yang statusnya dapat dipandang sebagai customary international law adalah Declaration on the Elimination of all Forms of Intolerance and of Discrimination Based on Religion or Belief Tore Lindholm, et al. Op. Cit. Hlm Sesuai dengan prinsip consent to be bound by treaty dalam Article 11 dan Article 14 Vienna Convention on the Law of Treaties Customary international law adalah salah satu sumber hukum internasional berdasarkan Pasal 38 ayat (1) Statuta ICJ. 5
6 Aturan-aturan hukum internasional tersebut memberikan kebebasan, baik individual atau dalam komunitas dan di depan umum atau pribadi, untuk memanifestasikan agama/keyakinannya dalam pengajaran, praktik ibadah, dan ketaatan. 11 Esensi dari substansi pengaturan nasional Indonesia dan internasional di atas adalah adanya perlindungan, jaminan, serta penghormatan terhadap hak atas kebebasan beragama sebagai non derogable human rights. Aturan hukum nasional dan internasional harus koheren sebagai suatu sistem. 12 Akan tetapi penulis mendapati terjadinya inkoherensi dalam existing laws (hukum nasional Indonesia dan hukum internasional) sehingga a body of law yang seharusnya koheren tersebut tidak terjadi. 13 Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan pengaturan atas kebebasan beragama di Indonesia yang antikebebasan yang membatasi secara ekstrem praktik kebebasan beragama di Indonesia, baik secara individu ataupun kolektif di depan umum ataupun secara pribadi. Pertama, UU No. 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama secara keseluruhan menutup kemungkinan seseorang ataupun sekelompok orang untuk menafsirkan suatu agama sesuai keyakinannya masing-masing secara individu, serta terdapat ketentuan pidana atas tindakan 11 Paul Taylor, Freedom of Religion, New York: Cambridge University Press, 2005, hlm Peter Malanczuk, Modern Introduction to International Law, London: Routledge, 1997, hlm. 69; Lihat Hans Kelsen, Principles of International Law, New York: Rinehart & Company Inc, 1966, hlm ; Lihat juga Titon Slamet Kurnia, Pengantar Sistem Hukum Indonesia, Bandung: Alumni, 2009, hlm Theodor Kampschulte, Situasi HAM di Indonesia: Kebebasan Beragama dan Aksi Kekerasan, Internationales Katholisches Missionswerk e.v. Fachstelle Menschenrechte, 2001, hlm
7 tersebut. 14 Kedua, pengaturan mengenai kebebasan beragama di Indonesia yang berupa SKB No: 3 Tahun 2008, No: Kep-033/A/JA/6/2008, dan No: 199 Tahun 2008 tentang Peringatan dan Perintah Kepada Penganut, Anggota, dan/atau Anggota Pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) dan Warga Masyarakat oleh Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri dan Jaksa Agung; SKB Menteri Agama Dan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1979 tentang Tatacara Pelaksanaan Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri Kepada Lembaga Keagamaan di Indonesia; Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No: 9 Tahun 2006 dan No: 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat juga membatasi kebebasan umat beragama mengekspresikan agama/keyakinannya secara publik termasuk di dalamnya untuk melaksanakan ibadah secara kolektif dan menyebarkan agamanya. Atas dasar problematik yang dikemukakan di atas maka fokus penelitian penulis adalah mengenai aspek-aspek hukum dalam rangka perlindungan kebebasan beragama melalui hukum nasional Indonesia dan hukum internasional. Dalam melakukan penelitian tersebut penulis menempatkan hukum nasional Indonesia dan hukum internasional sebagai sebuah sistem (a body of law). Sebagai sebuah sistem maka inkoherensi/disharmoni yang ada harus dieliminir. Dalam kaitan dengan itu maka melalui penelitian ini penulis hendak 14 Lihat Jazim Hamidi & Husnu Abadi, Intervensi Negara Terhadap Agama, Yogyakarta: UII Press, 2001, hlm. 8. 7
8 mereformulasi a body of laws yang ada, hukum nasional Indonesia dan hukum internasional, supaya koheren. C. Rumusan Masalah 1. Konsep yuridis (legal concept) kebebasan beragama sebagai Hak Asasi Manusia. 2. Aspek-aspek hukum nasional Indonesia dan internasional mengenai kebebasan beragama sebagai a coherent body of law. D. Tujuan Penelitian 1. Menjelaskan konsep yuridis kebebasan beragama sebagai HAM yang meliputi: pengertian, fundasi, ruang lingkup/cakupan, kewajiban negara dan prinsip-prinsipnya. 2. Memaparkan dan menjelaskan materi muatan aturan hukum nasional Indonesia dan hukum internasional berkenaan dengan hak atas kebebasan beragama, identifikasi inkoherensi yang terjadi, serta solusi atas inkoherensi untuk menjadikannya a coherent body of law. E. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian hukum (legal research). Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah statute approach, comparative approach dan conceptual approach. Statute approach digunakan karena a coherent body of law dalam penelitian ini bahan- 8
9 bahan/material-material penyusunnya adalah peraturan perundang-undangan nasional maupun internasional. 15 Comparative approach digunakan dalam rangka memahami persoalan kebebasan beragama dengan dibantu oleh praktik yang berlangsung di negara lain, baik berupa peraturan perundang-undangan maupun putusan-putusan pengadilan. 16 Comparative approach digunakan karena kebebasan beragama adalah isu universal sebagai HAM. Terakhir, conceptual approach digunakan untuk mengetahui pendapat hukum dari sarjana atau yuris yang relevan berkenaan dengan kebebasan beragama. 17 Sehubungan dengan pendekatan-pendekatan tersebut maka bahan-bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah peraturan perundangundangan Indonesia dan aturan-aturan hukum internasional yang relevan, aturanaturan hukum atau putusan-putusan pengadilan negara lain dan buku-buku hukum yang relevan dengan topik dan permasalahan penelitian. Adapun unit-unit analisa penelitian adalah: 1. Konsep yuridis mengenai kebebasan beragama sebagai HAM. - Pengertian kebebasan beragama sebagai HAM. - Fundasi/ratio legis kebebasan beragama sebagai HAM. 15 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2005, hlm Ibid., hlm Ibid., hlm Lihat juga Johny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Malang: Banyumedia Publishing, 2006, hlm
10 - Ruang lingkup/cakupan hak atas kebebasan beragama sebagai HAM. - Kewajiban-kewajiban negara berkenaan dengan hak atas kebebasan beragama sebagai HAM. - Prinsip-prinsip hukum mengenai hak atas kebebasan beragama sebagai HAM. 2. Hukum nasional Indonesia dan hukum internasional sebagai a body of law yang koheren dalam rangka perlindungan terhadap kebebasan beragama sebagai HAM. - Pengaturan hukum nasional Indonesia mengenai kebebasan beragama. - Pengaturan hukum internasional mengenai kebebasan beragama. - Identifikasi adanya inkoherensi dan solusi atas inkoherensi dalam rangka a coherent body of law. 10
Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan
Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan Oleh Rumadi Peneliti Senior the WAHID Institute Disampaikan dalam Kursus HAM untuk Pengacara Angkatan XVII, oleh ELSAM ; Kelas Khusus Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan,
Lebih terperinciPerspektif Hukum Nasional Indonesia dan Hukum Internasional. Mengenai Kebebasan Beragama SKRIPSI
Perspektif Hukum Nasional Indonesia dan Hukum Internasional Mengenai Kebebasan Beragama SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum di Fakultas
Lebih terperinciHak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015
Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) menyebut istilah basic human rights (hak-hak asasi
Lebih terperinciMemutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin
Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Saat ini, jaminan hak asasi manusia di Indonesia dalam tataran normatif pada satu sisi semakin maju yang ditandai dengan semakin lengkapnya
Lebih terperinciProgram Kekhususan Hukum Internasional dan Hukum Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana
PENYELESAIAN KASUS KEKERASAN TERHADAP JEMAAT AHMADIYAH DI WILAYAH CIKEUSIK INDONESIA DALAM PERSPEKTIF KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK- HAK SIPIL DAN POLITIK Oleh: I Made Juli Untung Pratama I Gede Pasek
Lebih terperinciOleh: Robi Dharmawan, S. IP. Pusat Studi HAM Surabaya
Oleh: Robi Dharmawan, S. IP Pusat Studi HAM Surabaya Disampaikan dalam TRAINING POLMAS DAN HAM BAGI TARUNA AKADEMI KEPOLISIAN DEN 47 TAHUN 2015 oleh PUSHAM UII Yogyakarta bekerjasama dengan AKPOL Semarang,
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 032 TAHUN 2016 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 032 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN KEGIATAN KEAGAMAAN DAN PENGAWASAN ALIRAN SESAT DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN
Lebih terperinciHAK-HAK SIPIL DAN POLITIK: Sebuah Pengantar
HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK: Sebuah Pengantar (Civil and Political Rights: An Introduction) R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Hak Asasi Manusia Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciBab IV Penutup. A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media
Bab IV Penutup A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media Keberadaan Pasal 28 dan Pasal 28F UUD 1945 tidak dapat dilepaskan dari peristiwa diratifikasinya Universal Declaration of Human Rights (UDHR) 108
Lebih terperinciBAB III HUKUM NASIONAL INDONESIA DAN HUKUM INTERNASIONAL SEBAGAI A BODY OF LAW YANG KOHEREN DALAM RANGKA PERLINDUNGAN TERHADAP KEBEBASAN BERAGAMA
BAB III HUKUM NASIONAL INDONESIA DAN HUKUM INTERNASIONAL SEBAGAI A BODY OF LAW YANG KOHEREN DALAM RANGKA PERLINDUNGAN TERHADAP KEBEBASAN BERAGAMA SEBAGAI HAM Mengingat urgensi kebebasan beragama yang merupakan
Lebih terperinciBAB II KONSEP YURIDIS KEBEBASAN BERAGAMA SEBAGAI HAM
BAB II KONSEP YURIDIS KEBEBASAN BERAGAMA SEBAGAI HAM Bab ini hendak mendiskusikan mengenai konsep yuridis kebebasan beragama sebagai HAM. Sebagai konsep yuridis, HAM adalah hak hukum, yaitu hak yang menimbulkan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG PERLINDUNGAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG PERLINDUNGAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. Bahwa setiap manusia,
Lebih terperinciLEGAL OPINI: PROBLEM HUKUM DALAM SK NO: 188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAWA TIMUR
LEGAL OPINI: PROBLEM HUKUM DALAM SK NO: 188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAWA TIMUR A. FAKTA HUKUM 1. Bahwa Keputusan Bersama Menteri Agama, Jaksa Agung
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN 2011-2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciKEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93 Tahun 2016 NOMOR : KEP-043/A/JA/02/2016 NOMOR : 223-865 Tahun 2016 TENTANG
Lebih terperinciKEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA, JAKSA AGUNG, DAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA, JAKSA AGUNG, DAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 3 Tahun 2008 NOMOR : KEP-033/A/JA/6/2008 NOMOR : 199 Tahun 2008 TENTANG PERINGATAN DAN PERINTAH KEPADA
Lebih terperinciEKONOMI DAN INDUSTRI KEUANGAN SYARIAH: PERSPEKTIF HUKUM KONSTITUSI DAN HAK ASASI MANUSIA 1
EKONOMI DAN INDUSTRI KEUANGAN SYARIAH: PERSPEKTIF HUKUM KONSTITUSI DAN HAK ASASI MANUSIA 1 Oleh : Manunggal K. Wardaya 2 manunggal.wardaya@gmail.com 1. Pendahuluan Industri keuangan syariah di tanah air
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak kodrati. HAM dimiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak kodrati. HAM dimiliki manusia karena dirinya manusia. HAM menjadi dasar suatu Negara dalam membentuk ketentuan-ketentuan dalam
Lebih terperinciHAK AZASI MANUSIA DAN PENEGAKAN SUPREMASI HUKUM
HAK AZASI MANUSIA DAN PENEGAKAN SUPREMASI HUKUM Oleh : ANI PURWANTI, SH.M.Hum. FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008 PENGERTIAN HAM HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat
Lebih terperinciHAK-HAK SIPIL DAN POLITIK: Sebuah Pengantar
HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK: Sebuah Pengantar (Civil and Political Rights: An Introduction) R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Hak Asasi Manusia Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciDEFINISI, TEORI, DAN RUANG LINGKUP HAK AZASI MANUSIA
DEFINISI, TEORI, DAN RUANG LINGKUP HAK AZASI MANUSIA Materi Perkuliahan Hukum dan HAM ke-1 FH Unsri DEFINISI HAK ASASI MANUSIA Seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan setiap manusia sebagai
Lebih terperinciCivil and Political Rights (Hak-Hak Sipil dan Politik) Herlambang P. Wiratraman 2016
Civil and Political Rights (Hak-Hak Sipil dan Politik) Herlambang P. Wiratraman 2016 Pokok Bahasan Memahami substansi hak-hak sipil dan politik Memahami teori dan aturan hukum hak- hak sipil dan politik
Lebih terperinciRingkasan Putusan.
Ringkasan Putusan Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 140/PUU-VII/2009 tanggal 19 April 2010 atas Undang- Undang Nomor 1/PNPS/Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan
Lebih terperinciTEOLOGI KONSTITUSI; HAK WARGA NEGARA ATAS KEBEBASAN BERAGAMA BERDASARKAN UUD NRI Adam Muhshi
TEOLOGI KONSTITUSI; HAK WARGA NEGARA ATAS KEBEBASAN BERAGAMA BERDASARKAN UUD NRI 1945 Adam Muhshi Mahasiswa Magister Hukum Pemerintahan Universitas Airlangga e-mail: adam_troyan@yahoo.com Abstrak Negara
Lebih terperinciMAKALAH. HAM dan Kebebasan Beragama. Oleh: M. syafi ie, S.H., M.H.
TRAINING OF TRAINER (TOT) PENGEMBANGAN PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA BAGI GADIK SATUAN PENDIDIKAN POLRI Hotel Jogjakarta Plaza, 21 24 Maret 2016 MAKALAH HAM dan Kebebasan Beragama Oleh: M. syafi ie, S.H.,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN
PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN Oleh : I Gusti Ngurah Ketut Triadi Yuliardana I Made Walesa Putra Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK
Lebih terperinciKEBIJAKAN PUBLIK BAGI PEMBINAAN KEGIATAN KEAGAMAAN DAN PENGAWASAN ALIRAN SESAT
KEBIJAKAN PUBLIK BAGI PEMBINAAN KEGIATAN KEAGAMAAN DAN PENGAWASAN ALIRAN SESAT Woro Winandi Fakultas Hukum Universitas Narotama Surabaya woro_winandi@yahoo.co.id Abstrak Masyarakat Indonesia dahulu sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. HAM yang disediakan oleh pemerintah, media masa, institusi pendidikan, dan berbagai lembaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat ini Hak Asasi Manusia (HAM) adalah sebuah konsep yang dikenal oleh semua orang di dunia. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah- Nya yang wajib dihormati,
Lebih terperinciPelatihan Hukum GKJ Tuntang Timur Juni 2013
UNIT PELAYANAN DAN BANTUAN HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711 Phone 0298-321212 Facs 0298-321433 Telex 22364 Pelatihan Hukum GKJ Tuntang Timur 29-30
Lebih terperinciHAK AZASI MANUSIA. Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM
HAK AZASI MANUSIA Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri Latar Historis dan Filosofis (1) Kepentingan paling mendasar dari setiap warga negara adalah perlindungan terhadap hak-haknya sebagai manusia.
Lebih terperinciJakarta, 6 Agustus Kepada Yang Terhormat:
Jakarta, 6 Agustus 2008 Kepada Yang Terhormat: 1. Gubernur 2. Kepala Kejaksaan Tinggi 3. Kepala Kanwil Departemen Agama Provinsi 4. Bupati/Walikota Di Seluruh Indonesia SURAT EDARAN BERSAMA SEKRETARIS
Lebih terperinciHAK ASASI MANUSIA dalam UUD Negara RI tahun Dr.Hj. Hesti
HAK ASASI MANUSIA dalam UUD Negara RI tahun 1945 Dr.Hj. Hesti HAK ASASI MANUSIA NASIONAL INTERNASIONAL LOKAL / DAERAH INTERNASIONAL dalam konteks pergaulan antar bangsa (Internasional) Penghargaan dan
Lebih terperinciAnalisa HAM Peraturan Gubernur Nomor 55 Tahun 2012 tentang Pembinaan Kegiatan Keagamaan dan Pengawasan Aliran Sesat di Jawa Timur
Analisa HAM Peraturan Gubernur Nomor 55 Tahun 2012 tentang Pembinaan Kegiatan Keagamaan dan Pengawasan Aliran Sesat di Jawa Timur Oleh : Aloysia Herawati, Hwian Christianto, Inge Christanti Abstrak Peraturan
Lebih terperinciMODUL VII HAK AZAZI MANUSIA
MODUL VII HAK AZAZI MANUSIA Pengertian Hak Azazi Manusia Hak asasi Manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam kandungan. HAM berlaku secara universal Dasar-dasar HAM tertuang dalam
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB III HAK ASASI MANUSIA DAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra. Nurfaizah, M.Hum. Drs. Latri S,
Lebih terperinciANALISA KASUS PERKOSAAN DISERTAI PEMBUNUHAN TERHADAP YUYUN DARI SUDUT PANDANG HUKUM HAK ASASI MANUSIA
ANALISA KASUS PERKOSAAN DISERTAI PEMBUNUHAN TERHADAP YUYUN DARI SUDUT PANDANG HUKUM HAK ASASI MANUSIA Oleh: Brian Edward Samuel Sorongan I Ketut Keneng, SH., MH. Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciPEMIKIRAN DEMOKRASI DI INDONESIA. Antara Pembatasan dan Kebebasan Beragama * OLEH ABU HAFSIN **
PEMIKIRAN DEMOKRASI DI INDONESIA Antara Pembatasan dan Kebebasan Beragama * OLEH ABU HAFSIN ** Abstract : Democracy has been understood differently. Law no.1/pnps/1965 which is previously recognized as
Lebih terperinciKompetensi. Hukum Dan Hak Asasi Manusia Hak Turut Serta dalam Pemerintahan (HTSdP) Hak Turut Serta dalam Pemerintahan. hukum dengan HTSdP.
Hukum Dan Hak Asasi Manusia Hak Turut Serta dalam Pemerintahan (HTSdP) Andhika Danesjvara & Nur Widyastanti Kompetensi 1. Mampu menjelaskan pengertian tentang Hak Turut Serta dalam Pemerintahan. 2. Mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan dan berkedudukan sama di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan dan berkedudukan sama di hadapan Tuhan. Manusia dianugerahi akal budi dan hati nurani sehingga mampu membedakan yang
Lebih terperinciMengkritisi RUU Kerukunan Umat Beragama: Menjamin atau Membatasi Kebebasan?
Mengkritisi RUU Kerukunan Umat Beragama: Menjamin atau Membatasi Kebebasan? Pengakuan terhadap kebebasan untuk beragama dan berkeyakinan, merupakan sebuah penegasan terhadap prinsip bahwa kebebasan beragama
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipersiapkan sebagai subjek pelaksana cita-cita perjuangan bangsa. Berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembicaraan tentang anak dan perlindungannya tidak akan pernah berhenti sepanjang sejarah kehidupan, karena anak adalah generasi penerus bangsa yang dipersiapkan sebagai
Lebih terperinciHAM DAN PERLINDUNGAN HAK KEBEBASAN BERAGAMA DAN BERKEYAKINAN. Oleh: Johan Avie, S.H.
HAM DAN PERLINDUNGAN HAK KEBEBASAN BERAGAMA DAN BERKEYAKINAN Oleh: Johan Avie, S.H. Disampaikan dalam TRAINING POLMAS DAN HAM BAGI TARUNA AKADEMI KEPOLISIAN DEN 47 TAHUN 2015 oleh PUSHAM UII Yogyakarta
Lebih terperinciC. Konsep HAM dalam UU. No. 39 tahun 1999
6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan Hak mendapatkan pengajaran Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat C. Konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hak Asasi merupakan isu pesat berkembang pada akhir abad ke-20 dan pada permulaan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hak Asasi merupakan isu pesat berkembang pada akhir abad ke-20 dan pada permulaan abad ke-21 ini, baik secara nasional maupun internasional. Hak Asasi Manusia telah
Lebih terperinciPANCASILA & KEBEBASAN BERAGAMA STMIK AMIKOM Yogyakarta
PANCASILA & KEBEBASAN BERAGAMA STMIK AMIKOM Yogyakarta Nama Lengkap : Tasyrifah Santi R NIM : 11.02.8030 Kelompok : A Program Studi : Diploma 3 Jurusan Dosen : Manajemen Informatika : M Khalis Purwanto,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sama oleh hakim tersebut (audi et alterampartem). Persamaan dihadapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum (Pasal 1 ayat (3) UUD 1945). Terdapat tiga prinsip dasar negara hukum yaitu: supremasi hukum, persamaan dihadapan
Lebih terperinciGubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN KEGIATAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI JAWA BARAT
1 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN KEGIATAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa hak beragama adalah
Lebih terperinciWALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI KOTA BANJAR
WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR, Menimbang : a. bahwa hak beragama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan negara tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Menurut Mac Iver, negara
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG MASALAH Keberadaan negara tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Menurut Mac Iver, negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan ketertiban masyarakat dalam suatu wilayah
Lebih terperinciMAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR XVII /MPR/1998
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA -------------- KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR XVII /MPR/1998 TENTANG HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciUU No. 11 Tahun 2005
PENERAPAN KOVENAN ECOSOC DALAM PEMENUHAN HAK PENDIDIKAN & KESEHATAN MELALUI INTERNALISASI KOVENAN ECOSOC DALAM KEBIJAKAN PUBLIK DI DAERAH Teguh Kurniawan, S.Sos, M.Sc Departemen Ilmu Administrasi FISIP
Lebih terperinciPentingnya Keterlibatan Komnas Perempuan dalam Judicial Review UU Penodaan Agama
Pentingnya Keterlibatan Komnas Perempuan dalam Judicial Review UU Penodaan Agama Oleh Danielle Samsoeri (Koordinator Divisi Reformasi Hukum dan Kabijakan Komnas Perempuan) Pendahuluan Sudah hampir 5 bulan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
22 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penahanan Aung San Suu Kyi 1. Pengertian Penahanan Penahanan merupakan proses atau perbuatan untuk menahan serta menghambat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 2006),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana dan pemidanaan) karya Cesare Beccaria pada tahun 1764 yang menjadi argumen moderen pertama dalam
Lebih terperinciHAK ASASI MANUSIA. Pengertian HAM
HAK ASASI MANUSIA Pengertian HAM HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati yang fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPOLRI KONSITITUSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA, BERKEYAKINAN DAN BERIBADAH
SEMINAR Peran Polisi, Masyarakat dan Tokoh Agama dalam Penanggulangan Isu Keamanan: Studi Kasus Kekerasan Bernuansa Keagamaan Jogjakarta Plaza Hotel, 23 September 2013 MAKALAH POLRI KONSITITUSI DAN KEBEBASAN
Lebih terperinciHAK AZASI MANUSIA. Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd
HAK AZASI MANUSIA Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd Hak Asasi Manusia (HAM) Universal Declaration of Human Right UU RI No. 39 Tahun 1999 Landasan Hukum HAM di Indonesia Universal Declaration of Human
Lebih terperinciPERLAKUAN DISKRIMINASI TERHADAP ETNIS ROHINGYA OLEH MYANMAR DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL
PERLAKUAN DISKRIMINASI TERHADAP ETNIS ROHINGYA OLEH MYANMAR DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL Oleh: Gita Wanandi I Made Pasek Diantha I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK)
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciTUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA
TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA DOSEN PENGAMPU : HARI SUDIBYO S.KOM UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA NAMA: HERI SANTOSO NIM: 11.11.5151
Lebih terperinciPELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si
PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS 2017 Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si KOALISI PEREMPUAN INDONESIA Hotel Ambara, 19 Januari 2017 Pengertian Keadilan dan Kesetaraan Gender
Lebih terperinciPENGERTIAN HAM Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi menunjukkan bahwa kekua
Hak Azazi Manusia 2012 PENGERTIAN HAM Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi menunjukkan bahwa kekuasaan atau wewenang yang dimiliki
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XV/2017 Kewenangan Pemerintah dalam Menetapkan Aliran Kepercayaan Terlarang
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XV/2017 Kewenangan Pemerintah dalam Menetapkan Aliran Kepercayaan Terlarang I. PEMOHON Anisa Dewi, Ary Wijanarko, Asep Saepudin S.Ag., Dedeh Kurniasih, Dikki Shadiq
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan untuk tesis ini adalah penelitian hukum normatif
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan untuk tesis ini adalah penelitian hukum normatif (normative legal research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengkaji
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION ON THE PROTECTION OF THE RIGHTS OF ALL MIGRANT WORKERS AND MEMBERS OF THEIR FAMILIES (KONVENSI INTERNASIONAL
Lebih terperinciNAMA : WAHYU IFAN AGASTYO NIM : KELOMPOK : I (NUSA) DOSEN : Drs.Muhammad Idris STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
MAKALAH RANCANGAN PANCASILA MENYANGKUT `HAM` NAMA : WAHYU IFAN AGASTYO NIM : 11.12.5850 KELOMPOK : I (NUSA) PROGRAM STUDI: S1 SISTEM INFORMASI DOSEN : Drs.Muhammad Idris STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Latar Belakang
Lebih terperinci(Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia)
86 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Materi Kuliah HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA (Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia) Modul 11 Oleh : Rohdearni Tetty Yulietty Munthe, SH/08124446335 86 87 1. Tujuan Pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hak asasi manusia ( selanjutnya disingkat dengan HAM ) adalah seperangkat hak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak asasi manusia ( selanjutnya disingkat dengan HAM ) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENT ANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciVolume 20. Nomor 1. Bulan Januari Juni 2014 ISSN Jurnal Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Pattimura Ambon
Volume 20. Nomor 1. Bulan Januari Juni 2014 ISSN 1693-0061 s a s i Jurnal Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Pattimura Ambon Keabsahan Keterangan Ahli Dalam Tindak Pidana Korupsi Erwin Ubwarin Tinjauan
Lebih terperinciNo ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkel
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 4919 DISKRIMINASI.Ras dan Etnis. Penghapusan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 170) PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 119, 2005 AGREEMENT. Pengesahan. Perjanjian. Hak Sipil. Politik (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-1
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-1 Konsep Hak dan Kewajiban asasi Manusia Apa itu HAK? Apa itu Kewajiban? HAK adalah suatu yang kita terima, dapat berupa
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG PEMBINAAN KEGIATAN KEAGAMAAN DAN PENGAWASAN ALIRAN SESAT DI JAWA TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG PEMBINAAN KEGIATAN KEAGAMAAN DAN PENGAWASAN ALIRAN SESAT DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 19/PUU-VI/2008
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 19/PUU-VI/2008 I. PEMOHON Nama pekerjaan Alamat : Suryani : Buruh sesuai dengan KTP : Serang Propinsi Banten II. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI : Pemohon dalam
Lebih terperinciRingkasan Putusan.
Ringkasan Putusan Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 10-17-23/PUU-VII/2009 tanggal 25 Maret 2010 atas Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi, dengan hormat
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin NEGARA = State (Inggris), Staat (Belanda),Etat (Perancis) Organisasi tertinggi
Lebih terperinciHak Asasi Manusia. Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK
Hak Asasi Manusia Modul ke: Pada Modul ini kita akan membahas tentang pengertian, tujuan, perkembangan pemikiran, permasalahan penegakan dan lembaga penegak hak asasi manusia neg Fakultas DESAIN SENI KREATIF
Lebih terperinciA. Instrumen Perlindungan Hukum PLRT
A. Instrumen Perlindungan Hukum PLRT Perlindungan hukum merupakan perlindungan yang diberikan oleh negara terhadap warga negaranya dengan menggunakan sarana hukum atau berlandaskan pada hukum dan aturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai dampak negatif bagi generasi penerus bangsa. terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara Hukum yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, sehingga sudah seharusnya setiap manusia baik dewasa maupun anak-anak
Lebih terperinciBAB I. memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah. dan membutuhkan penanganan segera supaya tidak semakin membelit dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki jumlah penduduk
Lebih terperinciMengetahui hak manusia yang melekat sejak lahir RINA KURNIAWATI, SHI, MH
Modul ke: HAK ASASI MANUSIA Mengetahui hak manusia yang melekat sejak lahir Fakultas FAKULTAS www.mercubuana.ac.id RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi DEFINISI Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Hal tersebut dibuktikkan dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya, Indonesia merupakan salah satu Negara yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Hal tersebut dibuktikkan dengan adanya pengakuan terhadap hak-hak asasi
Lebih terperinciJURNAL DISKRIMINASI HAM TERHADAP HAK BEKERJA BAGI MANTAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL
JURNAL DISKRIMINASI HAM TERHADAP HAK BEKERJA BAGI MANTAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL Diajukan Oleh : Maria Assumpta Anindita Suryaningrum NPM : 120510836 Program Studi
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA PASAL 1
PENGERTIAN HAM Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi menunjukkan bahwa kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Land is fundamental resource of the nation state. Without land, without territory there can be no nation state. Housing,agriculture, natural resource use, and
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menyatakan bahwa permohonan pengujian materiil Undang-Undang Nomor
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penelitian ini dilatarbelakangi oleh Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 2-3/PUU-V/2007 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika (selanjutnya
Lebih terperinciPERLINDUNGAN WARGA NEGARA DARI DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS. Triyanto Prodi PPKn FKIP Universitas Sebelas Maret
PERLINDUNGAN WARGA NEGARA DARI DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS Triyanto Prodi PPKn FKIP Universitas Sebelas Maret E-mail: try_uns@yahoo.com ABSTRACT All human beings are born free and equal in dignity and rights.
Lebih terperinciPERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HAK TENAGA KERJA DALAM HAK ASASI MANUSIA. Oleh : I Wayan Artana ABSTRACT
PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HAK TENAGA KERJA DALAM HAK ASASI MANUSIA Oleh : I Wayan Artana ABSTRACT Freedom is something that is owned by each individual is essential. Rights for workers, as mandated in
Lebih terperinciMAKALAH HAK SIPOL & HAK EKOSOB. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta
PEMERKUATAN PEMAHAMAN HAK ASASI MANUSIA UNTUK HAKIM SELURUH INDONESIA Hotel Santika Makassar, 30 Mei 2 Juni 2011 MAKALAH HAK SIPOL & HAK EKOSOB Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta Ifdhal Kasim
Lebih terperinciPancasila; sistem filsafat dan ideologi Negara
Pancasila; sistem filsafat dan ideologi Negara FILSAFAT PANCASILA Filsafat Harafiah; mencintai kebijaksanaan, mencintai hikmat atau mencintai pengetahuan. Filsafat Pancasila; refleksi kritis dan rasional
Lebih terperinciBAHAN AJAR KEWARGANEGARAAN
BAHAN AJAR KEWARGANEGARAAN DISAMPAIKAN PADA ACARA WORKSHOP E-LEARNING OLEH : TATIK ROHMAWATI, S.IP. DOSEN TETAP ILMU PEMERINTAHAN 15 Desember 2007 1 PENGERTIAN HAM Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar
Lebih terperinciH. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI
H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI HUKUM INTERNASIONAL INTERNATIONAL LAW : 1. PUBLIC INTERNATIONAL LAW ( UNITED NATIONS LAW, WORLD LAW, LAW of NATIONS) 2. PRIVATE INTERNATIONAL LAW 2 DEFINISI "The Law of Nations,
Lebih terperinciMAKALAH HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA HAK ASASI MANUSIA
MAKALAH HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA HAK ASASI MANUSIA DISUSUN OLEH Nama : Brian kristover NIM : 11.11.5282 Kelompok : E Program Studi : S1 Jurusan : Teknik Informatika Dosen Pembimbing : Dr Abidarin
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENT ANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci