ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV Diajukan Guna memenuhi salah satu syarat Dalam menempuh gelar SARJANA TEKNIK ELEKTRO Jenjang Pendidikan Strata Satu ( S-1 ) Disusun Oleh: Nama : Kurdani Nim : Jurusan : Teknik Elektro Peminatan : Teknik Tenaga Listrik Pembimbing : Ir. Badaruddin, MT PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009

2 LEMBAR PENGESAHAN ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV Disusun Oleh : Nama : Kurdani Nim : Program Studi : Teknik Elektro Peminatan : Teknik Tenaga Listrik Mengetahui : Dosen Pembimbing Kordinator Tugas Akhir/ Kaprodi Teknik Elektro ( Ir. Badaruddin, MT ) ( Yudhi Gunardi,ST, MT ) i

3 LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, Saya: Nama : Kurdani NIM : Jurusan : Teknik Elektro Peminatan : Teknik Tenaga Listrik Fakultas : Teknologi Industri Judul Skripsi : Analisa Perencanaan Instalasi Distribusi Saluran Udara Tegangan Menengah 20 KV Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas Mercu Buana. Demikianlah, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan dari pihak manapun Penulis, ( Kurdani ) ii

4 mm 2. Dalam menganalisa menentukan kesimpulan jenis kabel AAAC 95 mm 2 ABSTRAK ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV Salah satu bagian dari proses penyediaan tenaga listrik bagi pelanggan listrik adalah sistem jaringan distribusi, yang merupakan titik pertemuan antara beban pelanggan dengan sistem penyaluran tenaga listrik, oleh karena itu harus ada perhitungan-perhitungan teknis dan analisis perencanaan yang matang agar didapat suatu saluran distribusi yang baik dan dapat diandalkan dengan biaya yang ekonomis, tetapi tidak melanggar syarat batas yang telah ditentukan oleh peraturan yang berlaku. Salah satu komponen yang memerlukan biaya besar pada sistem penyaluran tenaga listrik adalah penghantar (konduktor). Oleh karena itu diperlukan analisa perencanaan yang matang agar dapat ditentukan jenis ukuran konduktor yang paling tepat sesuai kebutuhan beban pelanggan, sehingga didapat juga biaya yang ekonomis.. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menganalisa sebuah jaringan distribusi saluran udara tegangan menengah 20 KV, 3 fasa, yang akan ditarik ke jaringan baru sepanjang jarak 3 km, dengan beban 1600 KVA, maka penghantar kabel yang paling cocok digunakan adalah penghantar kabel jenis AAAC 95 yang dipilih untuk dipakai, penulis membandingkannya dengan penghantar AAAC ukuran 70 mm 2 dan 150 mm 2. ketiga ukuran kabel tersebut dianalisa dari segi biaya penyaluran, rugi-rugi listrik dan jatuh tegangan. iii

5 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN.. LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK.. KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... i ii iii iv vi ix x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Batasan Masalah Metode Penulisan Sistematika Penulisan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Alokasi biaya investasi penyaluran tenaga listrik Sistem Jaringan distribusi Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) Gardu Distribusi vi

6 2.4. Konfigurasi Jaringan Distribusi Sistem Jaringan Distribusi Radial Sistem Radial dengan PSO atau PBO di tengah Sistem Jaringan Distribusi Ring (LOOP) Sistem Jaringan Distribusi Spindel Perkiraan Kelompok Beban Membuat Perkiraan Beban Perkiraan Besarnya Beban Besar Beban Karakteristik Beban Memperkirakan Beban Memperkirakan Beban Jangka Panjang Memperkirakan Beban Jangka Menengah Memperkirakan Beban Jangka Pendek Padat dan Distribusi Beban Penghantar Jaringan Tegangan Menengah BAB III BIAYA SALURAN DISTRIBUSI 3.1 Biaya Saluran Biaya Tetap Biaya Penampang Kabel Biaya Rugi (susut) Listrik Optimasi Ukuran Penampang Penghantar (konduktor) Optimasi Biaya Dengan Ukuran Konduktor Sebagai Variabel.. 27 vii

7 3.3 Pengaruh Pertumbuhan dan Distribusi Arus Beban Pengaruh Distribusi Beban Pengaruh Pertumbuhan Beban Arus Ekivalen Karena Pengaruh Distribusi Arus dan Pertumbuhan Beban Jatuh Tegangan ( V) dan Faktor Distribusi (d) Arus Beban Efektif Beberapa Pola Penyaluran Langkah-langkah Untuk Menghitung Rugi Rata-rata Total per Tahun BAB IV ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV 4.1 Tinjauan Lokasi Lapangan Perhitungan Biaya Penyaluran Untuk Penampang Penghantar (Q) = 95 mm² Biaya Tetap Biaya Penghantar Kabel Biaya Rugi Listrik Total Biaya Penyaluran Menghitung Rugi-rugi Total Per Tahun Pada Saluran BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA.. 51 viii

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Diagram satu garis skema penyaluran tegangan listrik 3 Gambar 2.2 Alokasi biaya penyaluran tenaga listrik 5 Gambar 2.3 Sistem Radial 8 Gambar 2.4 Sistem Radial dengan PSO dan PBO di tengah 9 Gambar 2.5 Sistem Ring 10 Gambar 2.6 Sistem Spindle 11 Gambar 2.7 Kurva Exponensial 13 Gambar 2.8 Kurva Linier 14 Gambar 2.9 Kurva Kejenuhan 14 Gambar 2.10 Kurva Beban Harian 17 Gambar 2.11 Distribusi Merata 18 Gambar 2.12 Distribusi Berat Dipangkal 18 Gambar 2.13 Distribusi Berat Diujung 18 Gambar 2.14 Distribusi Berat Ditengah 19 Gambar 3.1 Kondisi Optimum (Q Opt) Terhadap Arus 28 Gambar 3.2 Biaya (H) Terhadap Arus ( I ) 29 Gambar 3.3 Profil Arus Sepanjang Saluran 30 Gambar 3.4 Profil Arus Pada Saluran 34 Gambar 4.1 Penyulang Tegangan Menengah Untuk Mensuplay Pelanggan Tegangan Menengah 39 ix

9 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kemampuan Hantar Arus Penghantar Tembaga 20 Tabel 2.2 Kemampuan Hantar Arus Penghantar Aluminium 21 Tabel 4.1 Biaya Investasi 41 Tabel 4.2 Total Biaya Penyaluran 44 Tabel 4.3 Jatuh Tegangan Dan Rugi Total Rata-rata Pertahun 47 x

10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu bagian dari proses penyediaan tenaga listrik bagi konsumen pelanggan listrik adalah operasi jaringan distribusi. Sistem distribusi merupakan titik pertemuan dari para pemakai tenaga listrik. Oleh karena itu ada beberapa kriteria persyaratan dalam penyambungan agar tercapai keserasian dalam penyaluran dan penyediaan tenaga listrik antara konsumen dan produsen yang meliputi beberapa aspek antara lain sbb: - Kesinambungan penyaluran, - Batas rugi tegangan yang diijinkan pada beban puncak, - Batas kedip tegangan pada saat menjalankan motor di tempat yang paling jauh dari titik penyaluran, - Rugi-rugi jaringan. Memperhatikan persyaratan penyaluran tersebut di atas, maka setiap perusahaan penyedia tenaga listrik harus dapat memenuhi permintaan konsumen secara optimum. Yaitu memenuhi kebutuhan konsumen dengan biaya minimal tanpa melanggar syarat batas yang ditentukan, dan yang dimaksud biaya minimal disini adalah jumlah nilai tunai waktu tertentu yang terdiri atas biaya modal, biaya kerugian daya dan energi serta biaya keandalan. Salah satu komponen yang membutuhkan biaya yang besar pada saluran udara distribusi tegangan menengah adalah penghantar (konduktor), untuk itu perlu ditentukan ukuran konduktor yang sesuai dengan kebutuhan permintaan agar didapat biaya yang ekonomis tanpa mengurangi persyaratan penyaluran tenaga listrik. 1.2 TUJUAN PENULISAN Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk menganalisis pengaruh ukuran penampang (konduktor) pada rancangan suatu saluran udara dari jaringan distribusi tegangan menengah dalam upaya mendapatkan biaya penyaluran yang 1

11 paling ekonomis, dilihat dari segi investasi dan operasinya, termasuk biaya rugirugi atau susut jaringan yang mengiringinya dengan pendekatan linearisasi. 1.3 BATASAN MASALAH Pada tugas akhir ini pembahasan dibatasi pada penentuan optimalisasi ukuran penampang penghantar pada saluran udara jaringan distribusi tegangan menengah dan masalah teknis yang berkaitan dengan ukuran penghantar dengan harga yang ekonomis. 1.4 METODE PENULISAN Metodologi penulisan yang digunakan pada penulisan tugas akhir ini adalah: a. Mempelajari dan mengumpulkan data-data secara teoritis yang bersumber dari buku-buku, literatur-literatur, majalah serta bacaan lainnya yang berkaitan dengan penyusunan tugas akhir ini. b. Melakukan metode tanya jawab dengan staff PT. PLN Persero Cabang Tangerang. 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan tugas akhir ini dibuat dalam lima bab. Dimana pada BAB 1 PENDAHULUAN berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, batasan masalah, metodologi penulisan dan sistematika penulisan. BAB 2 dijelaskan mengenai pengertian umum sistem distribusi tenaga listrik, klasifikasi dan karakteristik beban serta penghantar tegangan menengah. Selanjutnya pada BAB 3 diuraikan mengenai biaya suatu saluran, dimana dibahas mengenai biaya tetap, harga konduktor dan rugi-rugi (susut listrik) dan langkah-langkah perhitungan untuk menentukan rugi-rugi total pertahun. Sedangkan dalam BAB 4 berisikan tentang analisis ekonomis dan teknis dari pengaruh pilihan ukuran konduktor dalam upaya mendapatkan biaya penyaluran yang paling ekonomis. BAB 5 berisi tentang kesimpulan dari penulisan tugas akhir. 2

12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENDAHULUAN Energi listrik pada umumnya dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik yang letaknya jauh dari tempat para pelanggan listrik. Untuk menyalurkan tenaga listrik tersebut secara ekonomis pada jarak yang cukup jauh, perlu di buat analisa dan perencanaan yang baik dan matang. Pada umumnya sistem supplay tenaga listrik terdiri dari tiga bagian : a) Pusat Pembangkit Tenaga Listrik b) Instalasi Jaringan Transmisi c) Instalasi Jaringan Distribusi. Penyaluran listrik kepada para pelanggan secara skematis digambarkan seperti gambar 2.1. Dalam gambar 2.1 sudah tercakup ketiga unsur dari sistem supplay tenaga listrik, sebagaimana yang dimaksud diatas. Gambar 2.1 Diagram satu garis skema penyaluran tegangan listrik 3

13 Tegangan kerja pada bagian-bagian sistem diatas adalah sbb: a. Pusat Pembangkit: Terdiri dari PLTA, PLTU, PLTD, PLTP, PLTN dll, umumnya menghasilkan tegangan antara 6 KV, 15 KV sampai dengan 33 KV. b. Transmisi - Tegangan transmisi : 220 KV, 400 KV, 500 KV, 750 KV, 765 KV, 800 KV dan sebagainya.sedangkan di Indonesia pada umumnya menggunakan tegangan antara 150 KV dan 500 KV. - Tegangan sub-transmisi : 33 KV, 66 KV, 110 KV, 132 KV dan sebagainya. c. Distribusi - Tegangan sisi primer gardu distribusi : 3,3 KV; 6,6 KV; 22 KV; 66 KV dan sebagainya. Di Indonesia pada umumnya memakai 6 KVdan 20 KV. - Tegangan sisi skunder gardu distribusi : 240/415 dan 250/431 volt, tiga fasa empat kawat 220/440 volt fasa tunggal ke netral. Di Indonesia digunakan tiga fasa empat kawat 220/380 volt Alokasi Biaya Investasi Penyaluran Tenaga Listrik Dalam menyalurkan tenaga listrik ke para pelanggan, mulai dari pusat pembangkit tenaga listrik, transmisi dan distribusinya ternyata bahwa bagian distribusinya menyerap biaya investasi kira-kira 45% dari biaya investasi keseluruhannya, seperti yang dilukiskan pada gambar 2.2. Ke 45% dari biaya investasi itu, diserap di bagian distribusi yang terdiri dari sebagian besar rangkaian primernya (JTM) dan rangkaian sekunder (JTR) dan 4

14 trafo distribusinya. Dari gambar dimaksud jelaslah bahwa sistem distribusi mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, oleh sebab itu diperlukan perencanaan teknis yang matang agar didapat biaya keseluruhan yang efisien. Trafo Penaik Tegangan Tsansmisi Trafo Penurunan Tegangan Sub Transmisi Trafo Penurun Tegangan Jaringan Tegangan Menengah Jaringan Tegangan Rendah Pelanggan TR Gambar 2.2 Alokasi biaya penyaluran tenaga listrik Selanjutnya dalam pembahasan tugas akhir ini hanya dibahas saluran distribusi tegangan menengah (SUTM). 2.2 SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI Distribusi adalah bagian dari sistem tenaga listrik yang menyalurkan tegangan listrik dari gardu induk ke gardu distribusi yang kemudian disalurkan ke pemakai tenaga listrik (konsumen). Saluran tegangan menengah atau disebut juga Jaringan Tegangan Menengah (JTM), berfungsi untuk menyalurkan listrik dari gardu induk tegangan tinggi/tegangan menengah ke gardu distribusi tegangan menengah/tegangan rendah ataupun dapat juga menyalurkan listrik dari gardu TT/TM langsung ke pelanggan tegangan menengah. Karena fungsi menyalurkan listrik langsung ke pusat (mulut) beban, Jaringan Tegangan Menengah biasa disebut juga sebagai penyulang (feeder). Konstruksi JTM dapat berupa saluran udara maupun saluran bawah tanah. Saluran 5

15 Udara Tegangan Menengah (SUTM) biasanya berupa kawat berisolasi 6kV (insulated single core 6kV) atau tanpa isolasi. Sedangkan saluran bawah tanah menggunakan kawat berisolasi penuh (kabel) dan karenanya disebut Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) SUTM disebut saluran udara tegangan menengah karena kawat hantarnya yang bertegangan menengah berada di udara. SUTM yang berfungsi menghantarkan listrik biasanya berupa kawat tanpa isolasi dari jenis AAAC (All Alumunium Alloy Conductor). Kawat penghantar AAAC yang ditumpu/bergantung pada isolator,digelar dari satu tiang listrik ke tiang listrik lainnya. Salah satu kelemahan paling menonjol dari SUTM adalah tingginya angka gangguan temporer. Lebih dari 80% gangguan pada SUTM tercatat sebagai gangguan temporer. Gangguan temporer adalah gangguan yang terjadi hanya sesaat namun cukup untuk membuat alat pemutus bekerja sehingga jaringan padam. Karena gangguan ini bersifat sementara, maka biasanya setelah beberapa saat padam, kemudian pemutus tenaga penyulang dimasukkan kembali maka penyulang akan menyala kembali dengan aman tanpa diketahui penyebab gangguan dengan jelas Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) Fungsi SKTM sama dengan SUTM, yaitu memasok daya ke pusat beban. Bedanya, SKTM konstruksinya ada di bawah tanah dan karenanya penghantarnya berupa kabel (kabel berisolasi penuh). Kabel untuk SKTM ada yang berisolasi kertas (PILC), tetapi saat ini yang banyak digunakan adalah kabel berisolasi XLPE. Biaya investasi per kilometer SKTM sangat jauh lebih mahal dibandingkan biaya investasi SUTM. Karenanya keputusan pemilihan 6

16 penggunaan SKTM menggantikan SUTM sebagai penyulang harus benar-benar melalui pertimbangan yang teliti, baik pertimbangan teknis, finansial maupun pertimbangan ekonomis. SKTM banyak dipilih untuk pasokan daya ke pusat beban di daerah padat beban, daerah perkotaan yang padat atau di tengah kota, daerah yang pertumbuhan bebannya menunjukkan kejenuhan, daerah yang sangat banyak gangguan temporer dan daerah rawan petir. 2.3 GARDU DISTRIBUSI Gardu distribusi merupakan titik beban di penyulang. Gardu distribusi berfungsi sebagai terminal switching yang memungkinkan penyaluran listrik ke beban tegangan menengah, penyaluran listrik ke gardu lainnya, penurunan tegangan menggunakan trafo distribusi dari tegangan menengah ke tegangan rendah. Secara umum, fungsi gardu distribusi dikenal sebagai penurun tegangan dari tegangan menengah ke tegangan pelayanan, yaitu tegangan rendah. Karenanya, kecuali untuk pelanggan tegangan menengah, pada gardu distribusi ada trafo distribusi penurun tegangan dari tegangan menengah ke tegangan rendah. Ukuran trafo distribusi bervariasi, tergantung dari besarnya beban yang dilayani disekitarnya. Ukuran trafo distribusi yang banyak digunakan antara lain : 630kVA, 400kVA, 315kVA, 100kVA dan 50kVA. 7

17 2.4.KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH Pada dasarnya, adanya variasi konfigurasi ini adalah untuk alasan peningkatan kualitas jaringan sehingga diperoleh keandalan yang lebih tinggi dan dihasilkan kualitas listrik yang lebih baik. Konfigurasi jaringan distribusi tegangan menengah yang umum adalah sistem radial, ring dan spindle Sistem Radial Sistem ini merupakan sistem distribusi tegangan menengah yang paling sederhana. Sistem ini ditandai dengan model JTM yang berawal dari GI dan berakhir di pusat-pusat beban, seperti terlihat pada gambar 2.3. Gambar 2.3 Sistem Radial Investasi sistem jaringan ini relatif rendah karena, misalnya apabila hanya menggunakan satu pemutus beban/pmt (circuit breaker). Semakin kearah beban, ukuran penghantar semakin kecil karena memang penghantar yang paling dekat dengan gardu induknya yang dilewati oleh arus yang besar. Kelemahan dari sistem ini adalah keandalan sangat rendah. Jika ada gangguan di jaringan, baik dekat GI maupun di ujung JTM, maka semua jaringan yang dilayani satu penyulang ini akan padam. Untuk memperbaiki keandalan jaringan sistem radial, dilakukan beberapa usaha antara lain: memisahkan saluran utama dengan saluran pencabangan menggunakan seksi-seksi pengamanan, menarik jaringan mendekati JTM dari sumber lainnya sehingga jika ada gangguan disisi sumber, JTM yang 8

18 terganggu masih bisa dipasok dari JTM lainnya. Sistem radial ini sangat tepat untuk melayani area yang masih berkembang pesat Sistem Radial Dengan PSO atau PBO di Tengah Sistem ini pada dasarnya adalah sama seperti sistem radial, namun di tengah penyulang dipasang PSO/PBO (pemisah saluran/beban otomatis) untuk mengurangi area padam jika sisi setelah PSO atau PBO mengalami gangguan, seperti terlihat pada gambar 2.4. Gambar 2.4 Sistem Radial dengan PSO atau PBO di tengah Sistem Ring (LOOP) Sistem ini merupakan usaha perbaikan sistem dari sistem distribusi radial. Pola ini ditandai dengan pola JTM berawal dari satu GI, keluar melewati pusat/mulut beban,kemudian kembali ke GI semula, seperti terlihat pada gambar 2.5. Sistem ring ini dalam keadaan normal biasanya beroperasi dengan sistem radial. Jika terganggu disalah satu seksi jaringan, barulah sistem ring ini berfungsi sebagai sumber bantuan. Investasi sistem ring ini relatif lebih mahal dari sistem radial, namun keandalannya relatif lebih tinggi. 9

19 Gambar 2.5 Sistem ring (loop) Sistem Spindle Sistem ini pada dasarnya sama dengan sistem ring, hanya saja pada sistem spindle ada 7 penyulang, dimana satu penyulang berfungsi sebagai kabel cadangan (express feeder), seperti terlihat pada gambar 2.6. Konfigurasi sistem spindle ditandai dengan 7 penyulang atau kelipatannya keluar dari GI dan kemudian menyatu disatu gardu hubung (GH). Dari satu spindle, enam penyulang yang berbeban posisinya terbuka di GH. Sedangkan satu kabel cadangan yang tak berbeban (express feeder) selalu pada posisi menutup (normaly closed) di GH. Keandalan sistem spindle lebih baik dari sistem ring, karena jika satu penyulang terganggu, tersedia satu kabel cadangan utama dan lima kabel cadangan tambahan (lima kabel berbeban lainnya). Kelemahan sistem spindle antara lain: i. Biaya investasinya relatif lebih mahal ii. Pada SKTM spindle, jika terjadi gangguan di express feeder, pencarian gangguan sangat sulit karena kabel terlalu panjang 10

20 iii. Jika gangguan terjadi antara gardu pertama ke arah GI, maka pasokan ke penyulang yang terganggu berasal dari express feeder, akibatnya gardu yang dekat dengan GI sangat mungkin merasakan tegangan rendah iv. Jika terjadi dua gangguan di dua lokasi berjauhan di satu penyulang, maka sementara perbaikan dilakukan akan terjadi pemadaman aliran listrik kepada pelanggan. PMT LBS GD GI PMT LBS Feeder expres Gambar 2.6 Sistem spindle 2.5 PERKIRAAN KELOMPOK BEBAN. Untuk bisa merencanakan jaringan distribusi secara optimum, perlu diperkirakan terlebih dahulu beban yang akan dilayani oleh jaringan distribusi tersebut. Oleh karena itu masalah perkiraan beban merupakan masalah yang penting dalam merencanakan perkembangan jaringan. Macam-macam beban yang dilayani oleh jaringan distribusi secara garis besar adalah sebagai berikut: 1. Kelompok beban daerah rumah tangga 2. Kelompok beban daerah perkantoran 3. Kelompok beban daerah usaha/perdagangan 4. Kelompok beban daerah industri 11

21 Perkiraan beban tersebut diatas meliputi besarnya beban sebagai fungsi waktu dan juga karakteristiknya. Dengan memperhatikan hal-hal ini kemudian perencanaan teknis dari jaringan distribusi dilakukan. Dalam praktek perkiraan beban ini tidak sederhana karena kelompok-kelompok beban tersebut diatas seringkali tidak bisa dipisahkan secara jelas. Perencanaan jaringan distribusi juga harus mempertimbangkan pertumbuhan beban karena beban pada umumnya tidak bersifat statis tetapi naik sebagai fungsi waktu. Persentase kenaikan beban sebagai fungsi waktu perlu diperhatikan dengan mengacu pada angka statistik beban. Dimensi dari jaringan distribusi tergantung kepada padatnya beban yang harus dilayani. Makin padatnya beban, makin besar tegangan atau konduktor yang harus dipergunakan. Dari uraian diatas disimpulkan bahwa untuk merencanakan jaringan distribusi perlu diperhatikan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut: 1. Besar dan karakteristik beban yang dilayani 2. Perkembangan beban sebagai fungsi waktu 3. Besar beban persatuan luas (padat beban), hal ini diperlukan untuk menentukan tegangan dan dimensi jaringan Membuat Perkiraan Beban Perkiraan beban untuk perkiraan membuat suatu jaringan distribusi, meliputi: 1. Besar beban 2. Karakteristik beban 12

22 Memperkirakan besar beban Untuk memperkirakan besar beban disuatu wilayah distribusi bisa dilakukan dengan cara ekstrapolasi, kurva beban puncak tahunan untuk lima tahun terakhir, kemudian dilakukan ekstrapolasi atas kurva tersebut. Secara garis besar ada tiga kelompok daerah perkembangan beban yang perlu diekstrapolasi dengan kurva yang berbeda. a. Daerah perkembangan baru, dimana pada daerah perkembangan baru kenaikkan bebannya relatif cepat, perkiraan bebannya dilakukan dengan kurva eksponensial. Gambar 2.7 Kurva Eksponensial b. Daerah perkembangan sedang, dimana daerah ini telah dihuni oleh para konsumen, namun secara geografis masih memungkinkan perkembangan adanya konsumen-konsumen baru. Perkiraan beban disini bisa dilakukan dengan metode pendekatan linier. 13

23 Gambar 2.8 Kurva Linier c. Daerah perkembangan padat, dimana pada daerah ini perluasan secara geografis tidak lagi mungkin dilakukan. Penambahan atau perluasan konsumen dilakukan ke arah udara, dalam arti hanya bisa dilakukan jika ada bangunan yang dirobohkan kemudian dibangun lagi lebih tinggi. Perkiraan penggunaan beban bisa dilakukan dengan kurva kejenuhan (curve fit). Gambar 2.9 Kurva kejenuhan Karakteristik beban Karakteristik beban dipengaruhi oleh sifat konsumsi dari kelompokkelompok konsumen. a. Kelompok konsumen rumah tangga 14

24 b. Kelompok rumah tangga besar c. Kelompok konsumen usaha/perdagangan d. Kelompok konsumen industri Memperkirakan beban Memperkirakan beban jangka panjang Perkiraan beban jangka panjang adalah untuk jangka waktu di atas satu tahun. Dalam perkiraan beban jangka panjang, masalah-masalah makro ekonomi yang merupakan masalah ekstern perusahaan listrik, adalah sebagai faktor utama yang menentukan arah perkiraan beban. Faktor makro tersebut diatas misalnya pendapatan perkapita penduduk Indonesia. Kenaikan beban serta produksi tenaga listrik untuk jangka panjang di Indonesia masih akan relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara maju, misalnya negara-negara Eropa. Karena perhitungan beban jangka panjang banyak menyangkut masalah makro ekonomi yang bersifat ekstern perusahaan listrik, maka penyusunannya perlu ada kerja sama dengan pihak pemerintah Memperkirakan beban jangka menengah Perkiraan beban jangka menengah adalah untuk jangka waktu dari satu bulan sampai dengan satu tahun. Poros untuk perkiraan beban jangka menengah adalah perkiraan beban jangka panjang. Sehingga perkiraan beban jangka menengah tidak dapat menyimpang terlalu jauh terhadap perkiraan beban jangka panjang. Dalam perkiraan beban jangka menengah, masalah-masalah manajerial perusahaan, misalnya kemampuan teknis memperluas jaringan distribusi, 15

25 kemampuan teknis menyelesaikan proyek pembangkit listrik yang baru serta juga kemampuan teknis menyelesaikan proyek saluran transmisi. Masalah penyelesaian proyek ini sesungguhnya tidak sepenuhnya merupakan masalah intern perusahaan listrik, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor ekstern khususnya jika menyangkut masalah pembebasan tanah dan masalah penyediaan dana Dalam perkiraan beban jangka panjang biasanya hanya diperkirakan beban puncak yang tertinggi yang akan terjadi dalam sistem tenaga listrik, karena perkiraan beban jangka panjang lebih banyak dipergunakan untuk keperluan perencanaan pengembangan sistem. Tetapi dalam perkiraan beban jangka menengah, maka aspek operasional yang menonjol, karena dalam jangka menengah (kurang dari satu tahun) tidak banyak lagi yang dapat dilakukan dalam segi pengembangan. Oleh sebab itu perkiraan mengenai besarnya beban minimum juga diperlukan karena beban yang rendah dapat menimbulkan persoalan operasional seperti timbulnya tegangan yang berlebihan serta perlunya untuk memberhentikan unit PLTU. Penyambungan langganan baru yang mempunyai daya tersambung dengan nilai antara satu sampai dengan tiga persen dari beban puncak sistem, perlu diperhitungkan dalam perkiraan beban jangka menengah, karena hal ini selain mempengaruhi beban yang akan terjadi dalam sistem, juga terutama perlu dianalisa dari segi aliran daya. Untuk langganan baru dengan daya tersambung diatas tiga persen dari beban puncak sistem, perlu diperhitungkan dalam perkiraan beban jangka panjang, karena selain masalah segi aliran daya yang akan terjadi dalam sistem juga masalah penyediaan dayanya perlu dipersiapkan dalam jangka panjang (lebih dari satu tahun) dengan perhatian khusus. 16

26 Memperkirakan Beban Jangka Pendek Perkiraan beban jangka pendek adalah untuk jangka waktu beberapa jam sampai satu minggu (168 jam). Dalam perkiraan beban jangka pendek terdapat batas atas untuk beban maksimum dan batas bawah untuk beban minimum yang ditentukan oleh perkiraan beban jangka menengah. Besarnya beban untuk setiap jam ditentukan dengan memperhatikan karakteristik beban diwaktu lalu dengan memperhatikan berbagai informasi yang dapat mempengaruhi beban sistem, seperti acara televisi, cuaca dan suhu udara. Mengenai karakteristik beban harian dapat dilihat pada gambar 2.9. Gambar 2.10 Kurva beban harian 17

27 2.6 PADAT DAN DISTRIBUSI BEBAN Setelah diperkirakan besar dan karakteristik beban, perencanaan jaringan distribusi harus memperhatikan pula distribusi pada beban. Secara garis besar, distribusi padat beban adalah sebagai berikut: a. Distribusi merata, dimana arus yang mengalir adalah merata sepanjang saluran. Gambar 2.11 Distribusi merata b. Distribusi berat di pangkal, dimana arus yang mengalir lebih besar didekat gardu distribusi. Gambar 2.12 Distribusi berat di pangkal c. Distribusi berat di ujung, dimana arus yang mengalir diujung saluran lebih besar daripada di pangkal saluran. 18

28 Gambar 2.13 distribusi berat di ujung d. Distribusi berat di tengah, dimana arus yang mengalir di tengah saluran lebih besar daipada di ujung atau di pangkal saluran. Gambar 2.14 Distribusi berat di tengah 2.7 PENGHANTAR JARINGAN TEGANGAN MENENGAH Dilihat dari jenis logamnya penghantar listrik yang digunakan oleh PT. PLN Persero dewasa ini terdiri dari logam tembaga, aluminium dan aluminium campuran. Penghantar yang terbuat dari logam tembaga yang sering disebut dengan BC atau BCC (Bare Copper Conductor) merupakan penghantar yang baik untuk menghantarkan energi listrik, meskipun penghantar ini mempunyai bobot yang lebih besar dan mempunyai harga yang lebih mahal. Penghantar yang terbuat dari aluminium murni yang sering disebut dengan AAC (all Aluminium Conductor) adalah penghantar listrik yang cukup baik. Keuntungan penghantar ini adalah bobotnya lebih ringan dari tembaga dan 19

29 harganya lebih murah, namun demikian aluminium mempunyai kuat tarik yang lebih kecil dari tembaga dan juga lebih rapuh. Untuk mengurangi kelemahan tersebut dibuat penghantar aluminium campuran yang sering disebut AAAC (All Aluminium Alloy Conductor) dimana jenis penghantar ini mempunyai kuat tarik yang lebih besar daripada AAC. Kuat tarik suatu penghantar listrik perlu mendapat perhatian sewaktu melakukan penarikan kawat. Selain itu perlu juga diperhatikan pada suatu penghantar adalah kuat hantar arusnya (KHA), dimana masing-masing penghantar mempunyai kuat hantar arus yang berbeda-beda seperti terlihat pada tabel 2.1 dan tabel 2.2. Tabel 2.1 Kemampuan hantar arus penghantar tembaga Luas Penampang (mm 2 ) KHA terus-menerus (A)

30 Tabel 2.2 Kemampuan hantar arus penghantar alumunium Luas Penampang (mm2) KHA terus-menerus (A) Penghantar udara telanjang terbuat dari tembaga atau aluminium. Untuk penghantar dengan luas penampang nominal 6 mm2 terdiri dari satu kawat untuk satu penghantar. Penghantar dengan luas nominal 10, 16, 25, 50 mm2 adalah kawat berlilit, dimana satu penghantar terdiri dari tujuh kawat. Pemilihan luas penampang penghantar selalu dikaitkan dengan kepadatan arus dari penghantar tersebut. Arus yang selalu padat dalam suatu penghantar akan 21

31 mengakibatkan panas yang berlebihan, lebih tinggi dari panas yang diijinkan dalam penghantar. Kepadatan arus pada penghantar berakibat juga pada arus penghantar maksimum yang diperbolehkan melalui penghantar tersebut, serta berakibat dibatasi kemampuan membawa daya maksimum dari penghantar. Secara optimal kepadatan arus penghantar mengikuti persamaan berikut: Untuk tembaga, sbb: I= 1,5 2 Amper/mm 2 (2.1) Dan untuk aluminium, sbb: I = 2,5 Amper/mm 2 (2.2) 22

32 BAB III BIAYA SALURAN DISTRIBUSI 3.1 BIAYA SALURAN Biaya saluran terdiri dari dua komponen utama yaitu biaya investasi dan biaya operasional, termasuk dalam biaya operasional adalah biaya pemeliharaan dan rugi-rugi (susut) teknis. Biaya-biaya tersebut harus dinilai dengan memperhitungkan faktor diskon selama selang waktu umur ekonomisnya. Untuk itu perhitungan biasanya didasarkan pada harga sekarang atau harga rata-rata pertahun. Dalam penulisan ini digunakan biaya rata-rata pertahun. Biaya terbagi atas beberapa komponen sesuai ketergantungannya dengan penampang konduktor, karena ukuran konduktor diambil sebagai variabel, maka komponen-komponen biaya tersebut antara lain sbb: a, Biaya-biaya tetap yang sama sekali (dianggap) tidak tergantung pada ukuran penampang kabel, yaitu : 1) Biaya investasi, seperti harga tiang, travers, isolator dan ongkos pemasangan, kecuali harga konduktor 2) Biaya pemeliharaan. b. Harga konduktor yang (dianggap) tergantung secara linier dengan penampang konduktor. c. Biaya rugi-rugi listrik yang berbanding terbalik dengan penampang konduktor. 23

33 Dimana : Maka persamaan biaya saluran adalah sebagai berikut : H = Ho + Hq + Hr (3.1) H : Biaya saluran per satuan panjang per tahun (Rp/km/th) Ho : Biaya tetap yang bukan konduktor per satuan panjang per tahun (Rp/km/th) terdiri dari : - Harga material, antara lain : tiang, isolator dll. - Biaya pemasangan - Biaya pemeliharaan Hq : Harga konduktor per satuan panjang per tahun (Rp/km/th) Hr : Harga rugi-rugi listrik (energi dan daya) per tahun (Rp/km/th) Biaya Tetap Biaya investasi meliputi biaya yang harus dikeluarkan untuk pengadaan jaringan, yaitu biaya pembangunan yang terdiri dari : - Biaya konstruksi - Biaya material - Biaya pemeliharaan Maka biaya investasi dapat dinyatakan dalam persamaan : Ho = Hi + Hh (3.2) dimana : Ho : Biaya tetap Hh : Biaya pemeliharaan (Rp/km/th) Hi : Biaya investasi tetap (Rp/km/th), dengan 24

34 Hi = (Ha + Hp) x Fc, (3.3) dimana : Ha : biaya investasi awal/harga material (diluar konduktor) [Rp/km] Hp : Biaya pemasangan (Rp/km) Fc : faktor cicilan tahunan (unit/tahun) dengan Fc = n i(1 + i) n (1 + i) 1 dimana : i = faktor diskon n = cacah tahun masa manfaat ekonomis dari saluran (25 tahun) dengan mensubtitusi persamaan (3.3) ke persamaan (3.2) didapat : Ho = Ha x Hp x n i(1 + i) n (1 + i) 1 + Hh (3.4) Biaya Penampang Kabel Biaya penampang konduktor dapat diformulasikan sebagai berikut : Hq = kq x Q (3.5) dimana : Q = penampang konduktor (mm 2 ) kq = faktor diskon penampang, kq diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : kq = N x hq x Fc (3.6) N = cacah konduktor per sirkuit hq = harga konduktor ( 1 kawat) per km perluas penampang (Rp/km/mm 2 ) 25

35 3.1.3 Biaya Rugi-rugi Listrik Biaya rugi (susut) listrik terdiri dari harga rugi-rugi listrik dan rugi-rugi energi pada saluran, diformulasikan pada persamaan sebagai berikut : Hr = hr x Er (3.7) dimana : hr = harga rugi-rugi listrik (daya + energi) per satuan energi (Rp/kwh) Er = energi rugi-rugi per km per tahun (kwh/km/th) Er didapat dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Er = p x r x I 2 x Fr x T (3.8) p = cacah konduktor yang dilewati arus seimbang per sirkuit (kawat) I = arus beban puncak (ampere) T = jumlah jam dalam setahun 24 jam/hari x 365 hari/th (8760 jam/th) r = Q p = resistansi konduktor per km per kawat (Ohm/km/kawat) dengan, ρ = Tahanan jenis konduktor (Ohm/mm 2 /km), Fr = faktor rugi-rugi, Fr didapat dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Fr = 0,3 Fb + 0,7 (Fb) 2 (3.9) dimana : Fb = faktor beban maka : Er = p x Q p x I 2 x Fr x 8,76 kwh/km/th; (3.10) 26

36 dengan demikian : Hr = Kr x Q I 2 dengan, Kr = hr x p x ρ x Fr x 8,76 (3.11) Maka persamaan harga atau biaya saluran per satuan panjang sebagai fungsi dari ukuran luas penampang konduktor (Q) dan arus beban puncak (I), adalah sebagai berikut : H = Ho + kq x Q + kr x Q I 2 (3.12) 3.2 OPTIMASI UKURAN PENAMPANG PENGHANTAR (KONDUKTOR) Optimasi Biaya dengan Ukuran Konduktor sebagai variabel Untuk suatu nilai arus I tertentu, ukuran konduktor yang optimum adalah 2 H kr. I apabila : = kq. = 0 2 Q Q atau Q opt = Kr. I (3.13) Kq Dari persamaan (3.13) terlihat bila terjadi kenaikan harga energi yang relatif lebih tinggi dari pada harga konduktor, yang berarti kr kq menjadi lebih besar, maka Q opt cenderung pula naik (konduktor dengan ukuran lebih besar) untuk arus (I) yang sama seperti terlihat pada gambar

37 Gambar 3.1 Kondisi optimum (Q opt) terhadap arus Dengan memasukkan Q optimal dari persamaan [3.13] ke dalam persamaan [3.12], diperoleh : Hq opt = Ho + 2 (kr x kq x I) Tempat kedudukan H untuk Q yang optimum bagi I tertentu dapat dilihat pada gambar

38 Dari persamaan (3.13) maupun gambar 3.2 terlihat yang mempengaruhi pilihan ukuran konduktor optimum untuk suatu harga arus hanyalah harga konduktor, termasuk faktor diskonnya (kq) dan harga rugi-rugi listrik, termasuk tahanan jenis dan faktor rugi-rugi (kr), biaya tetap seperti tiang, isolator dan biaya pemeliharaan tidak berpengaruh (dalam metode pendekatan ini). 29

39 3.3 PENGARUH PERTUMBUHAN DAN DISTRIBUSI ARUS BEBAN Karena tidak praktis atau hampir tidak mungkin membuat diameter konduktor mengikuti besarnya arus, dan mengganti konduktor setiap ada pertumbuhan arus tertentu, maka untuk perhitungan ditentukanlah arus ekivalen (I eq) yang nilainya tetap dan pengaruhnya terhadap biaya sama dengan pengaruh arus yang sebenarnya yang bervariasi dari ujung sumber sampai ujung hilir saluran serta tumbuh dari saat awal operasi sampai mencapai batas umur ekonomis saluran Pengaruh Distribusi Beban Arus yang mengalir sepanjang saluran umumnya tidak merata, melainkan makin mengecil ke arah ujung hilir atau beban saluran, menurut garis persamaan tertentu (lihat gambar 3.3). Asumsi distribusi arus yang biasa dipakai yang mendekati kenyataan di lapangan ialah linier sepanjang saluran seperti terlihat pada persamaan (3.14). I s I 1 I b l Gambar 3.3 Profil arus sepanjang saluran L I 1 = (( I s I b ).( L I)) + I L b 30

40 atau : I 1 = I s - dimana : ( I s I b ). I L (3.14) I 1 = arus beban puncak pada jarak l dari sumber atau pangkal saluran (A); arus sebagai fungsi dari variabel jarak l. Is = arus beban puncak pada sisi sumber atau pangkal saluran (A) Ib = arus beban puncak pada ujung sisi beban atau hilir saluran (A) L = panjang saluran (km) l = jarak l dari pangkal saluran (km); l sebagai variabel Guna mempermudah perhitungan dalam menentukan ukuran konduktor yang optimum, ditentukanlah arus ekivalen (I eq ) yang nilainya tetap dan mengalir sepanjang saluran yang memberikan pengaruh rugi-rugi yang sama dengan pengaruh arus sebenarnya yang nilainya menurun secara linier dari pangkal menuju hilir saluran. Rugi energi listrik per tahun karena arus mengalir sepanjang saluran adalah : E eq = p x r x L x T x Fr x I eq 2 (3.15) E nyata = p x r x T x Fr x (I l 2 ) x dl (3.16) dimana : E eq = rugi energi karena Ie (Wh/th) E nyata = rugi energi karena I l (Wh/th) dl : 1 0 dengan memasukkan harga I 1 dari persamaan (3.15) ke dalam persamaan (3.16) dan mengintegralkannya, akan didapat : E nyata = p.r.t.fr.l(i 2 s -I 2 b -I s I b )/3 (3.17) Kemudian dengan pengertian E eq = E nyata, diperoleh : 31

41 I eq 2 = I s 2.(1+I b /I s +I b 2 /I s 2 )/3 atau I eq 2 = I s2.(1+b+b 2 )/3 dan I eq = I s.d (3.18) dimana : D = 2 ( 1+ b b ) + 3 1/ 2 (3.19) D = faktor distribusi dengan : b = I b /I s b = perbandingan arus ujung hilir terhadap arus pangkal saluran Pengaruh Pertumbuhan Beban Arus beban puncak yang melalui saluran tidak akan selalu tetap selama masa operasinya, melainkan tumbuh menurut garis persamaan tertentu; asumsi yang lazim digunakan ialah pertumbuhan menurut garis eksponensial : I t = I a.(1+g) t (3.20) dimana : I t = arus beban puncak pada tahun ke-t (A) I a = arus beban puncak awal pada tahun ke-0 (A) g = laju pertumbuhan per tahun t = selang waktu Kenaikan arus beban menimbulkan pula kenaikan rugi-rugi yang perlu diperhitungkan dalam biaya tahunan saluran untuk menentukan ukuran konduktor yang optimum.untuk memperhitungkan pengaruh rugi-rugi karena kenaikan 32

42 beban selama masa operasi (umur ekonomis) saluran, dapat diambil suatu nilai arus yang tetap ( I ekivalen), yang menimbulkan rugi-rugi karena arus yang sebenarnya selama masa operasi saluran (n th). Rugi energi karena arus ekivalen selama masa operasi, adalah : E eq = p.r.t.fr.n.i eq 2 (3.21) E sebenarnya = p.r.t.fr. n I 2 t. dt (3.22) 0 dimana : E = rugi energi selama n th (Wh/km) Dengan memasukkan harga I t dari persamaan (3.20) kedalam persamaan (3.22), dan diintegralkan dari 0 sampai n tahun, kemudian persamaan : Maka diperoleh : E eq = E sebenarnya 2n 2 I eq = I 2 (1 + g) 1 a. 2n l.(1 + g) n (3.23) dengan memasukkan : dan a = I n /I a = (1+g) n 2 a 1 G = 2. l a n 1/ 2 (3.24) maka : I eq = I a.g dimana : G = faktor pertumbuhan 33

43 a = perbandingan atau rasio antara arus prakiraan yang ada pada tahun ke-n dengan arus pada saat awal, tahun ke Arus Ekivalen Karena Pengaruh Distribusi Arus dan Pertumbuhan Beban Bila arus beban tersalur sepanjang saluran menurut faktor distribusi D dan mengalami pertumbuhan dari awal sampai akhir masa ekonomis saluran menurut faktor pertumbuhan G, maka perhitungan arus ekivalen (I eq ) yang berlaku secara bersamaan untuk kedua kondisi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Ie karena pengaruh distribusi arus saja, maka sesuai persamaan (3.18) : I ed = I s.d 2. Ie karena pengaruh distribusi arus sekaligus pertumbuhan beban : I eq = I ed.g, atau I eq = I sa.d.g, atau (3.25) Ieqxa I sn = DxG (3.26) dengan a = I n /I a = I sn /I sa 34

44 3.4 JATUH TEGANGAN ( V) DAN FAKTOR DISTRIBUSI (d) berikut : dimana : Gambar 3.4 Profil arus pada saluran Rumus dasar jatuh tegangan ditentukan dengan menggunakan persamaan V =Z x L x I V =jatuh tegangan (v) Z = impedansi jatuh tegangan (ohm/km) maka jatuh tegangan pada sepotong kecil saluran dl adalah : dv = z.i 1.dl dimana I 1 (persamaan 3.14) fungsi dari I, maka jatuh tegangan total sepanjang saluran : L V L = Z. I dl = Z [ I L ] 1.. s. 1/.2 ( I I ) s b. L 0 V L = Z.L I s.½(1+i b /I s ) V L = Z.L.I sn.d x 100% (3.27) V 35

45 dimana : d = ½.(1+Is a /I sn ) = faktor distribusi jatuh tegangan 3.5 ARUS BEBAN EFEKTIF Arus beban total rata-rata per tahun sepanjang umur jaringan (n tahun) atau I eff dapat dihitung sebagai berikut : I eff. n = I sa. ( 1+ n 0 t g). dt I eff = I sa n (1 + g) 1 n ln(1 + g) atau I eff = I sn. a 1 a.ln. a (3.28) 3.6 POLA PENYALURAN Ada beberapa pola perencanaan penyaluran yang perlu diperhitungkan : a. Dari awal tahun ke-0 operasi sampai tahun ke-25, hanya direncanakan ada satu sirkuit saluran. Dalam hal demikian, laju pertumbuhan (g) sangat kecil atau beban pada awal operasi sangat kecil. - Pada kasus pertama, beban awal (I sa ) lebih besar atau sama dengan separuh beban tahun ke-25 (I sn ), atau 1 a 2, sehingga g = a1/n -1 3 %. Dalam hal demikian, konduktor saluran cukup efisien (I sa rata-rata 72 % I sn ) - Pada kasus kedua, a 4 dengan g 6 %. Dalam hal ini pemakaian konduktor saluran secara keseluruhan kurang efisien (I sa rata-rata 54 % I sn ), terlebih lagi jika b < ½ 36

46 b. Pada awalnya hanya ada 1 sirkuit, kemudian pada pertengahan umur ekonomisnya (tahun ke-12,5) dibangun sirkuit kedua paralel dengan yang pertama dan bebannya dibagi dua. Pada pola ini profil arus sebagai fungsi dari waktu berbentuk mata gergaji dimana a = 2 untuk tiap selang waktu m = 12,5 tahun. Untuk faktor pertumbuhan : 1/ 2 2 a 1 G = 2 = 1, 47 ln. a 2 dan g = a / n 1 = 0,057 = 6% dan I rata-rata =72% I sm = I sn Bagi laju pertumbuhan yang tinggi (g = 6%) pola ini lebih efisien dari pola a. c. Faktor distribusi yang terlalu rendah dimana b = I b /I s < ½, penggunaan konduktor saluran kurang efisien. Untuk itu sebaliknya mulai titik dimana I < 0,5I s, penampang konduktor dapat dipilih ukuran 2 tingkat dibawahnya (= ½ luas penampang konduktor sisi hulunya). Dengan demikian agar efisiensi penggunaan konduktor cukup baik, perlu dirancang agar : 1 G 1,5-1,9 atau 1 a 2-3, serta 1 D 0,75-0,7 atau 1 b ½ - ⅓ sehingga : 1 G. D 1,25-1, LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENGHITUNG RUGI RATA-RATA TOTAL PER TAHUN SEBAGAI BERIKUT : a. Menghitung rugi per tahun rata-rata (E u ) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : 37

47 E u = 3. (I eq ) 2. r.l.fr.8,76 kwh/th (3.29) b. Menghitung arus effektif (I eff ) dengan menggunakan persamaan (3.28). c. Menghitung energi rata-rata per tahun (U) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : U = 3. V. I eff. cos θ. Fb. 8,76 (3.30) d. Menghitung rugi total rata-rata per tahun (E t %) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : E t % = E u x100% U (3.31) 38

48 BAB IV ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV Pada bab ini akan dibahas analisa perhitungan biaya instalasi saluran udara pada jaringn distribusi berdasarkan besarnya beban pada pelanggan, panjang saluran dari Gardu Induk ke Gardu Distribusi yang akan ditarik, besarnya penampang kabel yang akan digunakan dan beberapa komponen peralatan teknis yang lainnya. Juga disertai dengan perhitungan rugi-rugi listrik. Sehingga akan di dapatkan biaya investasi awal dan biaya penyaluran yang optimum dan ekonomis. Dalam membuat rancangan instalasi jaringan distribusi dibutuhkan datadata dasar seperti: Harga satuan, konstanta, koefisien, asumsi dan prakiraan beban yang harus cukup andal dan tepat sesuai dengan tujuan perencanaan. Sedangkan untuk menganalisa perhitungan teknis dan ekonomis pada jaringan distribusi, akan dilakukan dengan cara memperbesar atau memperkecil ukuran penampang kabel yang digunakan. Sehingga akan didapat biaya yang ekonomis, dan ukuran kabel yang dapat diandalkan tanpa mengurangi batasanbatasan yang layak sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Untuk mempermudah dalam melakukan analisis maka pembahasan akan dibagi dalam beberapa bagian, yaitu : a. Analisis teknis dari penampang konduktor, yang menghasilkan besaran penampang kabel yang digunakan aman dan dapat diandalkan sesuai dengan kenaikan arus beban dan kenaikan pertumbuhan pelanggan b. Analisis ekonomi dari penampang konduktor, yang menghasilkan biaya penyaluran yang ekonomis. 39

49 4.1 TINJAUAN LOKASI LAPANGAN Sebagai bahan analisis perencanaan, diambil contoh sebuah Gardu Induk (GI) di Cengkareng yang merupakan penyulang 20 kv, 3 fasa, saluran udara tegangan menengah yang menggunakan penghantar AAAC 150 mm 2 seperti terlihat pada gambar 4.1. Direncanakan akan ditarik instalasi jaringan distribusi baru dari Gardu Distribusi 14B (titik B) ke Gardu Distribusi MK290 (titik C) untuk mensuplai beban ke pelanggan tegangan menengah sebesar 1600 kva yang berjarak 3 km, gardu distribusi berfungsi untuk melayani beban industri. Sesuai dengan kebutuhan beban yang ada, maka Transformator yang digunakan adalah sesuai yang ada dipasaran yaitu 1600 kva, maka besar arus (I) adalah : I = 1600kVA 3.20kV = 46,2 A Gambar 4.1 Penyulang tegangan menengah 40

50 4.2 PERHITUNGAN BIAYA INSTALASI UNTUK PENAMPANG KABEL (Q) = 95 mm Biaya Tetap Biaya investasi penarikan jaringan distribusi saluran udara untuk pelanggan tegangan menengah 20 kv, dengan jarak 3 km dan jarak tiap tiang 50 m, sebanyak 60 tiang, harga keseluruhan biaya investasi dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Biaya investasi Material Volume Harga Satuan Harga Total a. Trafo 20 kv 1600 kva 1 buah Rp Rp b.tiang beban 11/500 dan 60 buah Rp Rp c. IBS/Pole Top Switch 10 buah Rp Rp d. Cut Out 24 kv, 100 A 2 buah Rp Rp e. Terminal outdoor TM 2 set Rp Rp f. Isolator tumpu 150 buah Rp Rp g. Isolator tarik 30 buah Rp Rp Total biaya investasi Rp Sumber PT. PLN Cabang Tangerang Dari tabel 4.1 didapat biaya investasi awal (Ha) = Rp ,- / 3km = Rp ,- / km Biaya pemasangan (Hp) = 20% x biaya investasi = 20% x Rp ,-/km = Rp ,- 41

51 Maka biaya tetap/th (Ho) dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan (3.4) untuk faktor diskon (i) = 15%, masa ekonomis (n) = 5 tahun, Ha = Rp ,-/km, Hp = Rp ,- dan Hh = Rp ,-/km Sebagai berikut: Ho = {Rp( , ,-)} x Rp ,- = Rp ,-/km/th 0,15 ( )5 + ( ) Biaya Penghantar Kabel Berdasarkan gambar 3.1 untuk mendapatkan desain yang optimum, untuk I = 46,2 A maka penampang kabel ( Q ) yang tepat digunakan = 95 mm 2, faktor rugi-rugi penampang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3.6) untuk N = 3, hq = Rp ,-/km.mm 2, n = 5 th dan Fc = 0,15, maka faktor rugi penampang sebagai berikut: Kq = 3 x Rp ,-/km/mm 2 x 0,15 = Rp ,-/km/mm 2 /th Maka harga konduktor dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3.5) untuk Kq = Rp ,-/km/mm 2 /th dan Q = 95 mm 2 sebagai berikut: Hq = Rp ,- x 95 mm 2 = Rp ,-/km/th Biaya Rugi Listrik Faktor rugi-rugi listrik didapat dengan menggunakan persamaan (3.9) untuk Fb = 0,5 sebagai berikut: 42

52 Fr = 0,3 x (0,5) + 0,7 x (0,5) 2 = 0,325 Dengan menggunakan persamaan (3.10) energi rugi-rugi per km per tahun (Er) dapat dihitung untuk p = 3; ρ = 32,26 ohm/mm 2 /km; Fr = 0,325, I = 46,2 A dan Q = 95 mm 2; yaitu: Er = 3 x 32,26 x (46,2) 2 x 0,325 x 8,76 95 = 6190 kwh/km/th Maka biaya rugi (susut) listrik selama satu tahun dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3.7) untuk hr = Rp 495,-/kWh (TDL) dan Er = 6190 kwh/km/th, sebagai berikut: Hr = 6190 kwh/km/th x Rp 495,-/kWh = Rp ,-/km/th Total Biaya Penyaluran Total biaya penyaluran untuk periode satu tahun diperoleh dengan menggunakan persamaan (3.1) sebagai berikut: H = Rp ( , ) /km/th = Rp ,-/km/th Dari perhitungan di atas, biaya penyaluran per tahun untuk Q = 95 mm 2 adalah Rp ,-/km/th, selanjutnya dengan cara yang sama dapat dihitung biaya penyaluran untuk ukuran penampang yang berbeda dengan arus beban tetap, seperti terlihat pada tabel

53 Tabel 4.2 Total biaya penyaluran Q (mm 2 ) Ho Hq Hr H (Rp/km/th) (Rp/km/th) (Rp/km/th) (Rp/km/th) MENGHITUNG RUGI-RUGI TOTAL PER TAHUN PADA SALURAN Untuk mempermudah analisis, maka perhitungan biaya hanya dilakukan pada satu jurusan, yaitu titik A-C, dan parameter yang digunakan untuk mendapatkan pola penyaluran yang baik seperti dijelaskan pada bagian 3.6 adalah a = 2, b = 0,5 sehingga untuk menghitung jatuh tegangan pada titik B C ( V BC ) dengan penampang Q = 95 mm 2 dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menghitung faktor pertumbuhan (G). dengan menggunakan persamaan (3.24) untuk a = 2, sebagai berikut: G = 2 (2 1) (2.ln 2 1/ 2 = 1,4711 b. Menghitung faktor distribusi rugi-rugi (D) dengan menggunakan persamaan (3.19) untuk b = 0,5, sebagai berikut: 44

54 D = 2 (1 + 0,5 + (0,5) ) 3 1/ 2 = 0,76 c. Menghitung Z (impedansi), untuk r = 0,3396, x = 0,3449, cos θ = 0,85 dan sin θ = 0,53 sebagai berikut: Z = r. cos θ + x. sin θ = (0,3396 x 0,85) + (0,3449 0,53) = 0,4715 d. Menghitung arus ekivalen karena pengaruh distribusi arus dan pertumbuhan beban dengan menggunakan persamaan (3.25) untuk I sa = 46,2 A, G = 1,4711 dan D = 0,76, sebagai berikut: I eq = 46,2 x 1,4711 x 0,76 = 51,65 A Maka arus pangkal tahun ke-n (I sn ) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3.26) untuk a = 2, G = 1,4711 dan D = 0,76, sebagai berikut: I sn = 51,65x2 1,4711x0,76 = 92,39 A e. Menghitung jatuh tegangan titik B C ( V BC ) sepanjang saluran dengan menggunakan persamaan (3.27) untuk Z = 0,4715, L = 3 km, I sn = 92,39 A dan d = (1+0,5)/2 = 0,75, maka: 3x0,4715x92,39x0,75 V B-C (%) = x100% = 0,49% 45

55 Selanjutnya dengan cara yang sama dihitung jatuh tegangan pada saluran utama titik A B ( V A-B ) untuk L = 6 km, Z = 0,4715, I sn = 577 A dan d = 0,76, yaitu sebagai berikut: 0,4715x6x577x0,76 V A-B (%) = x100% = 6,2 % Maka total jatuh tegangan pada titik C terhadap titik A adalah: V A-C (%) = V A-B (%) + V B-C (%) = 6,2 % + 0,49 % = 6,69 % Selanjutnya untuk menghitung rata-rata rugi total per tahun, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menghitung rata-rata rugi per tahun (Eu BC ) pada titik B C dengan menggunakan persamaan (3.29) untuk I eq = 51,65, r = 0,3396 ohm, L = 3 km dan Fr = 0,325 sebagai berikut: E u = 3 x (51,65) 2 x 0,3396 x 3 x 0,325 x 8,76 = ,3 kwh Selanjutnya dengan cara yang sama dihitung rugi per tahun rata-rata (E u A-B ) pada titik A B dengan menggunakan persamaan (3.29) untuk I eq = 322, r = 0,4715 Ω, L = 6 km dan Fr = 0,325 sebagai berikut: E u = 3 x (322) 2 x 0,3626 x 6 x 0,325 x 8,76 = ,31 kwh b. Menghitung arus efektif (I eff ) pada titik B C dengan menggunakan persamaan (3.28) untuk I sn = 577 A dan a = 2, sebagai berikut: 46

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENDAHULUAN Energi listrik pada umumnya dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik yang letaknya jauh dari tempat para pelanggan listrik. Untuk menyalurkan tanaga listik

Lebih terperinci

BAB III BIAYA SALURAN DISTRIBUSI

BAB III BIAYA SALURAN DISTRIBUSI BAB III BIAYA SALURAN DISTRIBUSI 3.1. BIAYA SALURAN Biaya saluran terdiri dua komponen utama yaitu biaya investasi dan biaya operasional, termasuk dalam biaya operasional adalah biaya pemeliharaan dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV

BAB IV ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV BAB IV ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV Pada bab ini akan dibahas analisa perhitungan biaya instalasi saluran udara pada jaringan distribusi berdasarkan besarnya

Lebih terperinci

STUDI ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 20 KV. Badaruddin 1, Heri Kiswanto 2

STUDI ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 20 KV. Badaruddin 1, Heri Kiswanto 2 Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 286 9479 STUDI ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 2 KV Badaruddin 1, Heri Kiswanto 2 1,2 Program Studi

Lebih terperinci

STUDI ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 20 KV. Badaruddin 1, Heri Kiswanto 2

STUDI ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 20 KV. Badaruddin 1, Heri Kiswanto 2 ISSN : 286 9479 STUDI ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 2 KV Badaruddin 1, Heri Kiswanto 2 1,2 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Mercu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 DESKRIPSI SISTEM TENAGA LISTRIK Energi listrik dari tempat dibangkitkan hingga sampai kepada pelanggan memerlukan jaringan penghubung yang biasa disebut jaringan transmisi atau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi)

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proses Penyaluran Tenaga Listrik Gambar 2.1. Proses Tenaga Listrik Energi listrik dihasilkan dari pusat pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, gas, panas

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI TUGAS AKHIR ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI Oleh Senando Rangga Pitoy NIM : 12 023 030 Dosen Pembimbing Deitje Pongoh, ST. M.pd NIP. 19641216 199103 2 001 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 20 KV

ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 20 KV ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 20 KV Diajukan untuk memenuhi persyaratan strata satu Disusun oleh: Nama : HERI KISWANTO Nim : 4140401-013 FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV 2.1. UMUM Gardu Induk adalah suatu instalasi tempat peralatan peralatan listrik saling berhubungan antara peralatan yang satu dengan peralatan

Lebih terperinci

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI Bab V JARINGAN DISTRIBUSI JARINGAN DISTRIBUSI Pengertian: bagian dari sistem tenaga listrik yang berupa jaringan penghantar yang menghubungkan antara gardu induk pusat beban dengan pelanggan. Fungsi: mendistribusikan

Lebih terperinci

JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Pengertian dan fungsi distribusi tenaga listrik : Pembagian /pengiriman/pendistribusian/pengiriman energi listrik dari instalasi penyediaan (pemasok) ke instalasi pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,

Lebih terperinci

ANALISA JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv DI FEEDER PENYU DI PT. PLN (PERSERO) RAYON BINJAI TIMUR AREA BINJAI LAPORAN TUGAS AKHIR

ANALISA JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv DI FEEDER PENYU DI PT. PLN (PERSERO) RAYON BINJAI TIMUR AREA BINJAI LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv DI FEEDER PENYU DI PT. PLN (PERSERO) RAYON BINJAI TIMUR AREA BINJAI LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Awalnya energi listrik dibangkitkan di pusat-pusat pembangkit listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTD dengan tegangan menengah 13-20 kv. Umumnya pusat

Lebih terperinci

Pengelompokan Sistem Tenaga Listrik

Pengelompokan Sistem Tenaga Listrik SISTEM DISTRIBUSI Sistem Distribusi Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN JARINGAN TERHADAP DROP TEGANGAN PADA SUTM 20 KV FEEDER KERSIK TUO RAYON KERSIK TUO KABUPATEN KERINCI

PENGARUH PENAMBAHAN JARINGAN TERHADAP DROP TEGANGAN PADA SUTM 20 KV FEEDER KERSIK TUO RAYON KERSIK TUO KABUPATEN KERINCI PENGARUH PENAMBAHAN JARINGAN TERHADAP DROP TEGANGAN PADA SUTM 0 KV FEEDER KERSIK TUO RAYON KERSIK TUO KABUPATEN KERINCI Erhaneli (1), Aldi Riski () (1) Dosen Jurusan Teknik Elektro () Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Penyaluran Tenaga Listrik Ke Konsumen Didalam dunia kelistrikan sering timbul persoalan teknis, dimana tenaga listrik dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Berdasarkan topik skripsi yang diambil, terdapat beberapa referensi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna menentukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI 4.1 UMUM Proses distribusi adalah kegiatan penyaluran dan membagi energi listrik dari pembangkit ke tingkat konsumen. Jika proses distribusi buruk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Dalam penyusunan penelitian ini digunakan metodologi yang ditunjukan pada gambar 3.1. Gambar 3. 1 Diagram alir penelitian 38 39 3.2 Studi Literatur

Lebih terperinci

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem terpadu yang terbentuk oleh hubungan-hubungan peralatan dan komponen - komponen listrik, seperti generator,

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Kinerja Distribusi PT. PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang Secara umum kinerja distribusi di PT. PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang mengalami penurunan yang baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum sistem tenaga listrik tersusun atas tiga subsistem pokok, yaitu subsistem pembangkit, subsistem transmisi, dan subsistem distribusi.

Lebih terperinci

STUDI PERKIRAAN SUSUT TEKNIS DAN ALTERNATIF PERBAIKAN PADA PENYULANG KAYOMAN GARDU INDUK SUKOREJO

STUDI PERKIRAAN SUSUT TEKNIS DAN ALTERNATIF PERBAIKAN PADA PENYULANG KAYOMAN GARDU INDUK SUKOREJO STUDI PERKIRAAN SUSUT TEKNIS DAN ALTERNATIF PERBAIKAN PADA PENYULANG KAYOMAN GARDU INDUK SUKOREJO Primanda Arief Yuntyansyah 1, Ir. Unggul Wibawa, M.Sc., Ir. Teguh Utomo, MT. 3 1 Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang berhasil dikumpulkan sejauh yang diketahui, penelitian tetang rugi energi pada jaringan tegangan rendah (JTR) dengan penggatian jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Pada dasarnya, definisi dari sebuah sistem tenaga listrik mencakup tiga bagian penting, yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi, seperti dapat terlihat

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK

TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertiam Sistem Distribusi Tenaga Listrik (1) Sekalipun tidak terdapat suatu sistem tenaga listrik yang tipikal namun pada umumnya dapat dikembalikan batasan pada suatu sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sumber daya besar tersebut terletak pada daerah yang dilayani oleh sistem distribusi atau dapat juga terletak didekatnya. Sistem distribusi adalah semua

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK Hendra Rudianto (5113131020) Pryo Utomo (5113131035) Sapridahani Harahap (5113131037) Taruna Iswara (5113131038) Teddy Firmansyah (5113131040) Oleh : Kelompok

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK PEMELIHARAAN JUMPER SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH DENGAN PDKB-TM METODE BERJARAK

LAPORAN KERJA PRAKTEK PEMELIHARAAN JUMPER SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH DENGAN PDKB-TM METODE BERJARAK LAPORAN KERJA PRAKTEK PEMELIHARAAN JUMPER SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH DENGAN PDKB-TM METODE BERJARAK Diajukan untuk memenuhi persyaratan Penyelesaian Kerja Praktek (S1) Oleh : FAISAL AKHMAD 41412110031

Lebih terperinci

BAB III OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI

BAB III OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI BAB III OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI 3.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik sangatlah besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan bentuk energi yang cocok untuk dan nyaman bagi manusia. Tanpa listrik, infrastruktur masyarakat sekarang tidak akan menyenangkan. Pemanfaatan secara

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PROFIL TEGANGAN PADA SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN MATRIX ADMITANSI DAN MATRIX IMPEDANSI BUS

PERHITUNGAN PROFIL TEGANGAN PADA SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN MATRIX ADMITANSI DAN MATRIX IMPEDANSI BUS JETri, Volume 7, Nomor 2, Februari 2008, Halaman 21-40, ISSN 1412-0372 PERHITUNGAN PROFIL TEGANGAN PADA SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN MATRIX ADMITANSI DAN MATRIX IMPEDANSI BUS Maula Sukmawidjaja Dosen

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Sistem Distibusi Tenaga Listrik Saluran distribusi adalah saluran yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan dari gardu distribusi ke trafo distribusi ataupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi 1 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang

Lebih terperinci

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan A. SALURAN TRANSMISI Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. saluran udara (overhead lines); saluran transmisi

Lebih terperinci

USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK

USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK Beban tidak seimbang pada jaringan distribusi tenaga listrik

Lebih terperinci

Jurnal Media Elektro, Vol. 1, No. 3, April 2013 ISSN

Jurnal Media Elektro, Vol. 1, No. 3, April 2013 ISSN Analisis Jatuh Pada Penyulang 20 kv Berdasarkan pada Perubahan Beban (Studi Kasus Penyulang Penfui dan Penyulang Oebobo PT. PLN Persero Rayon Kupang) Agusthinus S. Sampeallo, Wellem F. Galla, Rendi A.

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB 1 PENDAHULUAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan modern dewasa ini. Dimana energi listrik mempunyai suatu fungsi yang dapat memberikan suatu kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP LOSSES JARINGAN TEGANGAN RENDAH (JTR) PADA GARDU DISTRIBUSI DT-1 DAERAH KERJA PT.PLN (Persero) RAYON DELITUA

ANALISIS BEBAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP LOSSES JARINGAN TEGANGAN RENDAH (JTR) PADA GARDU DISTRIBUSI DT-1 DAERAH KERJA PT.PLN (Persero) RAYON DELITUA ANALISIS BEBAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP LOSSES JARINGAN TEGANGAN RENDAH (JTR) PADA GARDU DISTRIBUSI DT-1 DAERAH KERJA PT.PLN (Persero) RAYON DELITUA LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Guna Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak BAB I PENDAHULUAN 1-1. Latar Belakang Masalah Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak sering terjadi, karena hal ini akan mengganggu suatu proses produksi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA 3.1. Pengertian Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu induk, dimana pemutus tenaga dari penyulang-penyulang

Lebih terperinci

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) TUGAS AKHIR ANALISA PERHITUNGAN DAN PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH TEGANGAN PADA SISI 20 kv (Studi Kasus Pada PT. PLN (PERSERO) Area Cikokol) Diajukan guna melengkapi sebagian syarat

Lebih terperinci

PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN SUTM 20 KV PADA PENYULANG SOKA DI PT. PLN ( PERSERO ) CABANG JAYAPURA. PARLINDUNGAN DOLOKSARIBU

PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN SUTM 20 KV PADA PENYULANG SOKA DI PT. PLN ( PERSERO ) CABANG JAYAPURA. PARLINDUNGAN DOLOKSARIBU PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN SUTM 20 KV PADA PENYULANG SOKA DI PT. PLN ( PERSERO ) CABANG JAYAPURA. PARLINDUNGAN DOLOKSARIBU Jurnal Cartenz, Vol.4, No. 6, Desember 2013 ISSN 2088-8031 PERHITUNGAN JATUH

Lebih terperinci

PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN SUTM 20 KV PADA PENYULANG SOKA DI PT. PLN ( PERSERO ) CABANG JAYAPURA. Parlindungan Doloksaribu.

PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN SUTM 20 KV PADA PENYULANG SOKA DI PT. PLN ( PERSERO ) CABANG JAYAPURA. Parlindungan Doloksaribu. PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN SUTM 20 KV PADA PENYULANG SOKA DI PT. PLN ( PERSERO ) CABANG JAYAPURA Parlindungan Doloksaribu Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih Abstrak Jatuh

Lebih terperinci

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN Distribusi Tenaga Listrik Ahmad Afif Fahmi 2209 100 130 2011 REGULASI TEGANGAN Dalam Penyediaan

Lebih terperinci

ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU INDUK NGAGEL

ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU INDUK NGAGEL Analisis Teoritis Penempatan Transformator Distribusi Menurut Jatuh Tegangan Di Penyulang Bagong ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 3.1. JENIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT Gangguan hubung singkat yang mungkin terjadi di dalam Jaringan (Sistem Kelistrikan) ada 3, yaitu: a. Gangguan Hubung

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Arus Pemutusan Pemutus Tenaga Sisi 20 KV pada Gardu Induk 30 MVA Pangururan

Penentuan Nilai Arus Pemutusan Pemutus Tenaga Sisi 20 KV pada Gardu Induk 30 MVA Pangururan Yusmartato, Ramayulis, Abdurrozzaq Hsb., Penentuan... ISSN : 598 1099 (Online) ISSN : 50 364 (Cetak) Penentuan Nilai Arus Pemutusan Pemutus Tenaga Sisi 0 KV pada Gardu Induk 30 MVA Pangururan Yusmartato

Lebih terperinci

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA KABEL TANAH SINGLE CORE DENGAN KABEL LAUT THREE CORE 150 KV JAWA MADURA Nurlita Chandra Mukti 1, Mahfudz Shidiq, Ir., MT. 2, Soemarwanto, Ir., MT. 3 ¹Mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

STUDI PERHITUNGAN DAN ANALISA RUGI RUGI JARINGAN DISTRIBUSI (STUDI KASUS: DAERAH KAMPUNG DOBI PADANG)

STUDI PERHITUNGAN DAN ANALISA RUGI RUGI JARINGAN DISTRIBUSI (STUDI KASUS: DAERAH KAMPUNG DOBI PADANG) PPM-POTEKNK BENGKAS STUD PERHTUNGAN DAN ANASA RUG RUG JARNGAN DSTRBUS (STUD KASUS: DAERAH KAMPUNG DOB PADANG) Adri Senen Dosen Program Studi Teknik Elektro Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei. Alam

Lebih terperinci

TEORI LISTRIK TERAPAN

TEORI LISTRIK TERAPAN TEORI LISTRIK TERAPAN 1. RUGI TEGANGAN 1.1. PENDAHULUAN Kerugian tegangan atau susut tegangan dalam saluran tenaga listrik adalah berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban, berbanding terbalik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik dapat dibagi menjadi menjadi tiga bagian utama, yaitu sistem pembangkitan, sistem transimisi dan sistem distribusi. Sistem pembangkitan

Lebih terperinci

Muh Nasir Malik, Analisis Loses Jaringan Distribusi Primer Penyulang Adhyaksa Makassar

Muh Nasir Malik, Analisis Loses Jaringan Distribusi Primer Penyulang Adhyaksa Makassar MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 1, Juni 2009 ANALISIS LOSES JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER PADA PENYULANG ADHYAKSA MAKASSAR Muh. Nasir Malik Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNM Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akhir akhir ini di PT. PLN (Persero) RAYON RATAHAN seringkali di dapati gangguan atau pemadaman yang tidak direncanakan yang membuat lampu sering padam kebanyakan penyebabnya

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir. Judul

Makalah Seminar Tugas Akhir. Judul 1 Judul ANALISA PENGGUNAAN ECLOSE 3 PHASA 20 KV UNTUK PENGAMAN AUS LEBIH PADA SUTM 20 KV SISTEM 3 PHASA 4 KAWAT DI PT. PLN (PESEO) APJ SEMAANG Disusun oleh : Kunto Herwin Bono NIM : L2F 303513 Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Menurut Kadir (2006) bahwa suatu sistem tenaga listrik yang lengkap terdiri atas empat komponen, yaitu : 1. Pembangkit tenaga listrik. 2. Sistem transmisi.

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Metodologi Penelitian Ada dua jenis metode penelitian, yaitu metode riset ilmiah (scientific) dan metode riset naturalis (naturalist approach). Metode riset

Lebih terperinci

BAB II SALURAN DISTRIBUSI

BAB II SALURAN DISTRIBUSI BAB II SALURAN DISTRIBUSI 2.1 Umum Jaringan distribusi adalah salah satu bagian dari sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit listrik ke konsumen. Secara umum, sistem penyaluran tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Elektro ISSN

Jurnal Teknik Elektro ISSN STUDI ANALISIS PERBANDINGAN RUGI DAYA PADA TITIK SAMBUNG PIERCHING CONNECTOR DENGAN LINE TAP CONNECTOR PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH 220 V DI PT. PLN (PERSERO) RAYON LAMONGAN Ulul Ilmi *), Arief Budi Laksono

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Tenaga listrik dibangkitkan dari pusat-pusat pembangkit seperti PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Monte Carlo, nilai yang didapat telah mencapai standar yang sudah diterapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Monte Carlo, nilai yang didapat telah mencapai standar yang sudah diterapkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Menurut Agung Arief Wibowo dalam penelitiannya yang berjudul Analisa Keandalan Transformator Gardu Induk Wilayah Surabaya Menggunakan Metode

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan fakta yang terdapat dilapangan, diketahui bahwa energy listrik yang dikonsumsi oleh konsumen berasal berasal dari sebuah pembangkit listrik dan melalui

Lebih terperinci

12 Gambar 3.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan ol

12 Gambar 3.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan ol BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengertian Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Suatu sistem tenaga listrik pada dasarnya dapat dikelompokan atas tiga bagian utama, yaitu: sistem pembangkitan, sistem transmisi dan sistem distribusi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Sistem Tenaga listrik di Indonesia tersebar dibeberapa tempat, maka dalam penyaluran tenaga listrik dari tempat yang dibangkitkan sampai ke tempat

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117

PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117 Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 1, Nomor 1, Januari 2013, Hal 17-26 PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117 Di PT PLN (PERSERO) AREA BANGKA Lisma [1], Yusro Hakimah [2] Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saluran Transmisi Saluran transmisi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berperan menyalurkan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik ke gardu induk.

Lebih terperinci

SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) DAN GARDU DISTRIBUSI Oleh : Rusiyanto, SPd. MPd.

SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) DAN GARDU DISTRIBUSI Oleh : Rusiyanto, SPd. MPd. SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) DAN GARDU DISTRIBUSI Oleh : Rusiyanto, SPd. MPd. Artikel Elektronika I. Sistem Distribusi Merupakan system listrik tenaga yang diawali dari sisi tegangan menengah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEOR. Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan dapat mengakibatkan kerusakan yang cukup besar pada sistem tenaga listrik. Banyak sekali studi, pengembangan alat dan desain sistem perlindungan

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik 1 Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber

Lebih terperinci

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Jaringan Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI Oleh: OFRIADI MAKANGIRAS 13-021-014 KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MANADO 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tenaga listrik dibangkitkan pada dalam pusat-pusat pembangkit listrik (power plant) seperti PLTA, PLTU, PLTG, dan PLTD lalu disalurkan melalui saluran transmisi setelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna menentukan batasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna menentukan batasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Berdasarkan topik skripsi yang diambil, terdapat beberapa referensi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna menentukan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN SUSUT TEGANGAN DAN RUGI DAYA PADA PENYULANG MG-3 DI PT. PLN (PERSERO) AREA BINJAI RAYON KUALA LAPORAN TUGAS AKHIR

PERHITUNGAN SUSUT TEGANGAN DAN RUGI DAYA PADA PENYULANG MG-3 DI PT. PLN (PERSERO) AREA BINJAI RAYON KUALA LAPORAN TUGAS AKHIR 55 PERHITUNGAN SUSUT TEGANGAN DAN RUGI DAYA PADA PENYULANG MG-3 DI PT. PLN (PERSERO) AREA BINJAI RAYON KUALA LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai konstruksi termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Konstruksi

Lebih terperinci

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi yang semakin maju dan persaingan dunia kerja yang semakin ketat menuntut para lulusan perguruan tinggi untuk menguasai bidangnya. Penguasaan

Lebih terperinci

KOKO SURYONO D

KOKO SURYONO D ANALISIS DROP TEGANGAN SALURAN DISTRIBUSI 20 KV PADA PENYULANG WONOGIRI 8 TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Kenyamanan dan keamanan pada konsumen perusahaan maupun rumah tangga sangat ditentukan oleh keandalan sistem distribusi tenaga listrik. Indeks keandalan merupakan

Lebih terperinci