PERILAKU MEMILIH WARGA BULELENG DALAM PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL BUPATI BULELENG TAHUN 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERILAKU MEMILIH WARGA BULELENG DALAM PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL BUPATI BULELENG TAHUN 2012"

Transkripsi

1 LAPORAN PENELITIAN PERILAKU MEMILIH WARGA BULELENG DALAM PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL BUPATI BULELENG TAHUN 2012 OLEH: Dr. I NENGAH SUASTIKA Prof. Dr. SUKADI, M.Pd.,M.Ed. KERJA SAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) KABUPATEN BULELENG DAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2015 i

2 HALAMAN PENGESAHAN 1. Judul Penelitian : Perilaku Memilih Warga Buleleng dalam Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Buleleng Tahun Identitas Ketua Peneliti a. Nama : Dr. I Nengah Suastika. b. Jenis Kelamin : Laki-laki c. NIP : d. Pangkat / Golongan : Penata/ IIId e. Jabatan Struktural : - f. Jabatan Fungsional : Lektor g. Fakultas / Jurusan : FIS / PPKN h. Telepon/Faks : (0362) i. Alamat Rumah : Jln Pulau Nila No. 17 X Singaraja j. Telepon / Faks : (0362) 29346/ k. suastikainengah85@yahoo.com 3. Jumlah Anggota : 1 Orang Nama Anggota : Prof. Dr. Sukadi, M.Pd.,M.Ed. 4. Lama Penelitian : 3 (Tiga) bulan 5. Biaya Penelitian : Rp ,- (Sepuluh Juta Rupiah) Mengetahui: Dekan FIS Undiksha, Singaraja, 28 Agustus 2015 Peneliti, Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, MA. Dr. I Nengah Suastika. NIP NIP ii

3 Perilaku Memilih Warga Buleleng dalam Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Buleleng Tahun 2012 Oleh: Suastika dan Sukadi Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik perilaku memilih warga Kabupaten Buleleng pada pemilukada Buleleng Tahun 2012 dan menjelaskan faktorfaktor yang menentukan perilaku memilih warga Kabupaten Buleleng pada pemilukada Buleleng Tahun Untuk mencapai tujuan tersebut penelitian ini dilakukan dengan penelitian kuantitatif melalui studi survey. Penelitian dilakukan di 15 Desa/Kelurahan Kabupaten Buleleng dengan melibatkan 400 orang responden sebagai sampel yang dipilih menggunakan teknik multistage random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan penyebaran kuesioner / angket. Data dalam penelitian ini dianalisis secara kuantitatif menggunakan statistik deskriptif dan teknik korelasi kontingensi. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagai berikut. Pertama, perilaku memilih warga pada Pemilukada Tahun 2012 tergolong pemilih rasional dan kritis. Kedua, faktor sosiologis memiliki korelasi yang signifikan dengan perilaku memilih warga yang cenderung rasional. Ketiga, faktor psikologis juga memiliki korelasi yang signifikan dengan perilaku memilih warga yang cenderung rasional. Terakhir, faktor pendekatan rasional juga memiliki korelasi yang signifikan dengan perilaku memilih warga yang cenderung rasional. Kata-kata kunci: perilaku memilih warga, faktor sosiologis, faktor psikologis, dan pendekatan rasional iii

4 KATA PENGANTAR Puja dan puji syukur tim penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Waca (Tuhan Yang Maha Esa) atas asung kertha waranugrahanya, sehingga laporan penelitian tentang Perilaku Memilih Warga Buleleng dalam Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Buleleng Tahun 2012 dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan penelitian ini disusun atas dasar pentingnya mempelajari gejala perilaku memilih warga pada Pemilukada Kabupaten Buleleng Tahun Permasalahan yang dibahas meliputi: mendeskripsikan gambaran atau karakteristik perilaku memilih warga Kabupaten Buleleng pada pemilihan umum Bupati dan Wakil Bupati Buleleng Tahun 2012 dan menjelaskan faktor-faktor yang menentukan perilaku memilih warga Kabupaten Buleleng dalam pemilihan umum Bupati dan Wakil Bupati Buleleng Tahun Faktorfaktor yang dikaji meliputi: faktor sosiologis dan demografis, faktor psikologis, dan faktor pilihan rasional. Laporan Penelitian ini disusun sesuai dengan format laporan penelitian kuantitatif pada umumnya. Bab pertama menjelaskan bagian permasalahan yang menjadi dasar perlunya melaksanakan penelitian ini. Bab kedua menjalaskan bagian kajian pustaka. Bab ketiga menjelaskan bagian metodologi penelitian yang digunakan. Bab keempat menjelaskan hasil penelitian dan pembahasannya. Bab kelima menjelaskan bagian penutup yang memformulasikan simpulan dan saran/rekomendasi. Laporan penelitian ini berhasil diselesaikan dan dilaporkan tepat pada waktunya adalah berkat sumbangan / kontribusi berbagai pihak. Karena itu melalui pengantar ini tim penulis ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dekan FIS Undiksha atas kepercayaan dan persetujuannya kepada Tim peneliti untuk melakukan penelitian ini; 2. Kepala KPU Kabupaten Buleleng atas kepercayaan dan pemberian tugas untuk melakukan dan melaporkan hasil penelitian ini dengan dukungan dananya; 3. Rektor Undiksha yang diwakili oleh Pembantu Rektor IV Bidang Kerja Sama atas dukungannya kepada Tim Penelitis dalam bentuk pemberian Surat Tugas yang resmi kepada Tim Peneliti. 4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan identitasnya satu persatu atas segala bantuan dukungan moril sehingga tim peneliti dapat menyelesaikan laporan penelitian ini tepat pada waktunya. Tim peneliti menyadari bahwa isi laporan penelitian ini masih penuh dengan berbagai kelemahan dalam penulisan baik kelemahan penggunaan standar bahasa maupun iv

5 kandungan substansi materi kajiannya. Karena itu sumbangan pemikiran dari berbagai pihak untuk menyempurnakan kualitas laporan penelitian ini masih sangat dibutuhkan. Semoga laporan penelitian ini dapat berguna sebaik-baiknya untuk kepentingan publik di Kabupaten Buleleng, khususnya yang terkait dengan penyelenggaraan pemilu di kabupaten Buleleng. Singaraja, 28 Agustus 2015 Tim Peneliti, v

6 DAFTAR ISI Halaman Depan... i Lembar Pengesahan... ii Abstrak... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang dan Identifikasi Masalah.. 1 B. Rumusan Masalah.. 5 C. Tujuan Penelitian.. 5 D. Manfaat Penelitian.. 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA... 6 A. Perilaku Memilih dalam Pemilu... 6 B. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Memilih... 9 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian C. Populasi dan Sampel Penelitian D. Variabel Penelitian dan Definisinya E. Metode Pengumpulan Data F. Teknik Analisis Data 15 G. Luaran Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 16 A. Karakteristik Perilaku Memilih Warga. 16 B. Faktor Sosiologis / Demografis 24 C. Faktor Psikologis D. Faktor Pilihan Rasional 34 E. Pembahasan 36 BAB V PENUTUP 39 A. Simpulan 39 B. Saran Rekomendasi 40 DAFTAR PUSTAKA.. 43 LAMPIRAN-LAMPIRAN. 44 vi

7 DAFTAR TABEL Tabel Hal. 3.1: Sebaran Jumlah Desa/Kelurahan dan Sampel Penelitian : Kisi-kisi Pengembangan Instrumen : Perilaku Memilih Warga pada Pilkada Buleleng Tahun : Alasan Warga Memilih pada Pilkada Buleleng Tahun : Tingkat Mengenal Kandidat : Sosialisasi Kandidat Menurut Penilaian Warga : Media yang Digunakan untuk Sosialisasi oleh Kandidat : Kecocokan Program Kerja Kandidat Bupati dan Wakil Bupati : Kecocokan Program Kerja Partai Politik : Kecocokan Ideologi Partai Politik dengan Ideologi Warga : Kesetiaan Warga terhadap Pilihan Partai Politik : Tingkat Kepercayaan Warga terhadap Kinerja Partai Politik : Tingkat Kepercayaan Warga terhadap Komitmen dan Kinerja Kandidat : Harapan Warga terhadap Kandidat Bupati dan Wakil Bupati : Pemilih pada Pemilukada Buleleng Tahun : Jumlah Pemilih Laki-laki dan Perempuan pada Pemilukada Buleleng : Jumlah Pemilih Menurut Agama/Keyakinannya pada Pemilukada Buleleng : Jumlah Pemilih Menurut Faktor Kelompok wangsa : Jumlah Pemilih Menurut Faktor Tingkat Pendidikan : Jumlah Pemilih Menurut Faktor Jenis Pekerjaan : Jumlah Pemilih Menurut Faktor Tempat Tinggal : Jumlah Pemilih Menurut Faktor Pengalaman Memilih vii

8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Identifikasi Masalah Disadari atau tidak bahwa dalam Pemilu (Pileg, Pilpres, maupun Pilkada) peran serta masyarakat menjadi sangat penting dalam sebuah negara demokrasi. Kesuksesan pelaksanaan pemilu merupakan salah satu barometer kesuksesan negara yang menganut sistem demokrasi. Sukses tidaknya pelaksanaan Pemilu salah satunya ditentukan oleh bagaimana partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya secara cerdas. Partisipasi merupakan proses aktif dan inisiatif yang muncul dari masyarakat dalam suatu kegiatan. Di Indonesia berpartisipasi dalam politik dijamin oleh negara. Hal ini tercantum dalam UUD 1945 pasal 28 yang berbunyi kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. Selain itu, diatur pula dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 mengenai jaminan hak-hak sipil dan politik, dimana poin-poin hak yang harus dilindungi oleh negara mengenai hak berpendapat, hak berserikat, hak memilih dan dipilih, hak yang sama dihadapan hukum dan pemerintahan, dan hak mendapatkan keadilan. Menurut Budiardjo (2009) partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara secara langsung atau tidak langsung dan memengaruhi kebijakan pemerintah ( public policy). Dengan demikian partisipasi politik erat kaitanya dengan kesadaran politik dan kesukarelaan politik warga negara, karena semakin warga negara sadar bahwa dirinya diperintah, maka warga negara kemudian menuntut diberikan hak bersuara dalam penyelenggaraan pemerintahan. Sedangkan menurut Herbert Mc Closky dalam International Encyclopedia of The Social Sciences (Budiardjo,1996) partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana 1

9 mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukkan kebijakan umum. Terkait dengan hal tersebut, salah satu tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraan Pemilu di tanah air dewasa ini adalah kompleksnya fenomena perilaku memilih (voting behavior) warga dalam pemilu karena setiap warga yang memiliki hak memilih dalam pemilu memiliki kebebasan pula dalam melakukan pilihan sesuai dengan apa yang dianggapnya atau dinilainya berguna. Dalam setiap pemilu paling tidak ada tiga kepentingan yang berhubungan satu sama lain, yaitu: partai politik, kandidat, dan warga/rakyat. Partai politik berkepentingan dalam pemilu untuk menarik sebanyak mungkin simpati rakyat agar mendukung partai memegang kekuasaan pemerintahan, sehingga partai memiliki legitimasi untuk menjalankan roda pemerintahan untuk kepentingan rakyat. Para kandidat dari setiap partai atau gabungan partai atau dari kelompok independen menjadikan pemilu sebagai momentum untuk memperoleh suara yang memadai untuk mengesahkan mereka menjadi pemimpin yang akan melaksanakan atau menjalan kedaulatan rakyat. Sementara itu, rakyat sebagai pemberi mandat untuk pemerintahan berkepentingan untuk memilih dan memberikan suaranya kepada para calon wakil rakyat yang akan duduk di pemerintahan. Banyaknya partai politik yang ikut sebagai kontestan dalam pemilu/pilkada dengan latar ideologi/flatform partai serta program kerja yang berbeda-beda serta banyaknya kandidat partai yang ikut bertarung dalam pemilu dengan latar ideologi, kemampuan dan pengalaman politik, motivasi, serta track record yang berbeda-beda tentu dapat mempengaruhi sikap dan perilaku memilih warga/rakyat yang jumlahnya banyak dengan latar belakang yang berbeda-beda pula. Dalam teori ilmu politik dan hasil-hasil penelitian yang relevan, perilaku memilih warga/rakyat dalam pemilu/pilkada adalah keputusan dan tindakan pemilih untuk memilih / memberikan suaranya kepada partai politik dan atau para kandidat yang dipercaya atau yang disukai dalam pemilu/pilkada. Perilaku memilih warga dalam pemilu/pilkada dapat berbeda-beda setiap individunya atau kelompok warga tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhinya. 2

10 Perilaku memilih warga dalam pemilu/pilkada dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori. Pertama adalah kategori pemilih rasional. Pemilih tipe ini lebih melihat faktor program kerja partai atau kandidat sebagai acuan dalam memilih. Partai politik atau kandidat yang memiliki program kerja paling rasional adalah yang akan mendapat pilihan. Kedua adalah tipe pemilih kritis. Pemilih tipe ini tidak saja hanya mengandalkan program kerja partai politik atau kandidat yang paling rasional, tetapi secara kritis juga memperhatikan faktor-faktor ketertarikan, kedekatan, dan kesamaan. Ketiga adalah tipe pemilih tradisional. Pemilih tipe ini cenderung lebih berorientasi pada ikatan-ikatan primordialisme, seperti kesamaan suku, agama, dan ideologi partai. Keempat adalah tipe pemilih skeptis. Tipe pemilih ini cenderung kurang memiliki kepercayaan terhadap partai politik atau kandidat akan mampu membawa aspirasi rakyat atau akan mampu memperjuangkan nasib rakyat. Karena itu, tipe pemilih ini cenderung bersifat apatis dan kemungkinan menjadi kelompok golput. Dalam realitanya, perilaku pemilih dalam pemilu atau pilkada tidaklah cukup hanya dikelompokkan ke dalam empat kategori tersebut. Ada tiga pendekatan yang umum telah digunakan untuk menganalisis perilaku pemilih dalam pemilu, yaitu: pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis, dan pendekatan pilihan rasional. Pendekatan sosiologis lebih mengedepankan faktor kelas sosial dan struktur dalam masyarakat yang lebih menentukan perilaku memilih warga dalam pemilu. Contohnya, kelompok warga dengan tingkat pendidikan sarjana akan berbeda pilihan politiknya dalam pemilu jika dibandingkan dengan warga dengan pendidikan yang lebih rendah. Begitu pula, pilihan politik kelompok laki-laki mungkin akan berbeda dengan pilihan kelompok warga perempuan. Pendekatan psikologis, sebaliknya, lebih menekankan pada respon politik individu warga terhadap berbagai stimulasi politik yang diterimanya selama masa sebelum pemilu dilaksanakan. Hal ini memungkinkan terjadi perubahan-perubahan keputusan memilih secara politik dari waktu ke waktu, tergantung pada stimulasi yang diterimanya. Terakhir, model pilihan rasional menjelaskan bahwa pilihan politik warga dalam pemilu lebih ditentukan oleh sikap dan tindakan rasional pemilih dalam menilai kinerja 3

11 pemerintah sebagai cerminan kompetisi politik sebelum pemilu diadakan. Dalam hal ini pemilih rasional lebih mengutamakan untuk memberikan pilihan politiknya kepada partai politik atau kandidat yang telah memberikan manfaat ekonomi yang besar, baik kepada warga secara individu maupun dalam skala lokal, nasional, maupun global. Pemilih rasional juga mungkin akan memberikan pilihannya kepada partai politik atau kandidat yang masuk dalam kelompok oposisi tergantung bagaimana kelompok oposisi telah memberikan informasi tentang evaluasi hasil kinerja pemerintah selama periode pemerintahan sebalum pemilu yang baru dilakukan. Mengacu kepada ketiga pendekatan tersebut, Saiful Mujani pernah menguji enam faktor yang memengaruhi perilaku memilih, yaitu kepemimpinan, identifikasi partai, orientasi religius, ekonomi politik, sosiologis, dan demografis dalam Pemilu 1999 dan 2004 di Indonesia. Menurut kesimpulannya, faktor identifikasi partai dan kepemimpinan signifikan memengaruhi perilaku pemilih dalam menentukan pilihan pada pemilu legislatif dan pilpres. Sejak era reformasi, warga Kabupaten Buleleng telah pernah mengikuti empat kali pemilu legislatif, yaitu Pemilu 1999, Pemilu 2004, Pemilu 2009, dan Pemilu Sementara itu, sesuai dengan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas UU 32/ 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur pula tentang mekanisme Pilkada, warga Kabupaten Buleleng telah pernah melaksanakan pemilihan langsung kepala daerah (Bupati dan Wakil Bupati) sebanyak sekali, yaitu pada Pilkada Tahun Sayangnya, belum pernah ada kajian melalui hasil penelitian empiris yang menjelaskan bagaimana perilaku memilih warga di Kabupaten Buleleng dalam berbagai pemilu yang telah dilakukan. Gejala yang terjadi adalah warga Kabupaten Buleleng tampak masih tetap konsisten memilih PDI-P sebagai pilihan politiknya baik pada pemilu legislative maupun pada Pilkada Tahun Apakah ini berarti bahwa perilaku memilih warga di Kabupaten Buleleng dalam pemilu/pilkada cenderung dapat dikelompokkan sebagai pemilih 4

12 tradisional. Penelitian ini sesungguhnya dilatarbelakangi oleh isu yang tampak dalam fenomena ini. B. Rumusan Masalah Penelitian Sesuai dengan latar belakang di atas, dua pertanyaan yang dapat diajukan sebagai rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah gambaran atau karakteristik perilaku memilih warga Kabupaten Buleleng dalam pemilihan umum Bupati dan Wakil Bupati Buleleng Tahun 2012? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang menentukan perilaku memilih warga Kabupaten Buleleng dalam pemilihan umum Bupati dan Wakil Bupati Buleleng Tahun 2012? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, dapatlah diajukan dua rumusan tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan gambaran atau karakteristik perilaku memilih warga Kabupaten Buleleng dalam pemilihan umum Bupati dan Wakil Bupati Buleleng Tahun Menjelaskan faktor-faktor yang menentukan perilaku memilih warga Kabupaten Buleleng dalam pemilihan umum Bupati dan Wakil Bupati Buleleng Tahun 2012 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak terkait dalam memberikan kontribusi untuk mempelajari perilaku memilih warga di Kabupaten Buleleng dalam pilkada. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat menjadi dasar bagi KPU dan partai-partai politik di Kabupaten Buleleng dalam melaksanakan sosialisasi dan pemasaran politik tentang pemilu dalam rangka meningkatkan kecerdasan dan partisipasi politik warga dalam pemilu di Kabupaten Buleleng. 5

13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Memilih dalam Pemilu Perilaku memilih menurut Surbakti (1997:170) adalah aktivitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat dengan kegiatan pengambilan keputusan untuk memilih atau tidak memilih di dalam suatu pemilihan umum. Bila pemilih memutuskan untuk memilih, maka pemilih akan memilih atau mendukung kandidat tertentu. Dari definisi tersebut dapat dianalisis bahwa perilaku memilih pada dasarnya adalah tindakan memberikan pilihan dalam pemilu. Tindakan tersebut tentu telah didahului oleh pengambilan keputusan untuk memilih atau memberikan suara atau memberikan dukungan atau justru sebaliknya untuk tidak memilih (golput). Yang dipilih dalam pemilu tersebut adalah partai politik atau kandidat yang diyakini akan mampu membawa aspirasi warga dan yang akan memegang dan menjalankan kekuasaan pemerintahan secara legitimate. Dalam setiap pemilu, baik pemilu legislative maupun pemilu presiden dan kepala daerah, paling tidak ada tiga komponen yang saling berkaitan, yaitu: partai politik, kandidat, dan warga/rakyat. Upaya untuk memahami perilaku memilih dalam pemilu tidak dapat dilepaskan dari hubungan ketiga unsur penting tersebut. Partai politik berkepentingan dalam pemilu untuk menarik sebanyak mungkin simpati rakyat agar mendukung partai memegang kekuasaan pemerintahan, sehingga partai memiliki legitimasi untuk menjalankan roda pemerintahan untuk kepentingan rakyat. Para kandidat dari setiap partai atau gabungan partai atau dari kelompok independen menjadikan pemilu sebagai momentum untuk memperoleh suara yang memadai untuk mengesahkan mereka menjadi pemimpin yang akan melaksanakan atau menjalan kedaulatan rakyat. Sementara itu, rakyat sebagai pemberi mandat untuk pemerintahan berkepentingan untuk memilih 6

14 dan memberikan suaranya kepada para calon wakil rakyat yang akan duduk di pemerintahan. Banyaknya partai politik yang ikut sebagai kontestan dalam pemilu/pilkada dengan latar ideologi/flatform partai serta program kerja yang berbeda-beda serta banyaknya kandidat partai yang ikut bertarung dalam pemilu dengan latar ideologi, kemampuan dan pengalaman politik, motivasi, serta track record yang berbeda-beda tentu dapat mempengaruhi sikap, keputusan, dan perilaku memilih warga/rakyat yang jumlahnya banyak dengan latar belakang yang berbeda-beda pula. Perilaku memilih warga dalam pemilu/pilkada dapat berbeda-beda setiap individunya atau kelompok warga tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Perilaku memilih warga dalam pemilu/pilkada dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori. Pertama adalah kategori pemilih rasional. Pemilih tipe ini lebih melihat faktor program kerja partai atau kandidat sebagai acuan dalam memilih. Partai politik atau kandidat yang memiliki program kerja paling rasional adalah yang akan mendapat pilihan. Kedua adalah tipe pemilih kritis. Pemilih tipe ini tidak saja hanya mengandalkan program kerja partai politik atau kandidat yang paling rasional, tetapi secara kritis juga memperhatikan faktor-faktor ketertarikan, kedekatan, dan kesamaan. Ketiga adalah tipe pemilih tradisional. Pemilih tipe ini cenderung lebih berorientasi pada ikatan-ikatan primordialisme, seperti kesamaan suku, agama, dan ideologi partai. Keempat adalah tipe pemilih skeptis. Tipe pemilih ini cenderung kurang memiliki kepercayaan terhadap partai politik atau kandidat akan mampu membawa aspirasi rakyat atau akan mampu memperjuangkan nasib rakyat. Karena itu, tipe pemilih ini cenderung bersifat apatis dan kemungkinan menjadi kelompok golput. Dalam realitanya, perilaku pemilih dalam pemilu atau pilkada tidaklah cukup hanya dikelompokkan ke dalam empat kategori tersebut. Ada tiga pendekatan yang umum telah digunakan untuk menganalisis perilaku pemilih dalam pemilu, yaitu: pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis, dan pendekatan pilihan rasional. Pendekatan sosiologis 7

15 lebih mengedepankan faktor kelas sosial dan struktur dalam masyarakat yang lebih menentukan perilaku memilih warga dalam pemilu. Contohnya, kelompok warga dengan tingkat pendidikan sarjana akan berbeda pilihan politiknya dalam pemilu jika dibandingkan dengan warga dengan pendidikan yang lebih rendah. Begitu pula, pilihan politik kelompok laki-laki mungkin akan berbeda dengan pilihan kelompok warga perempuan. Pendekatan psikologis, sebaliknya, lebih menekankan pada respon politik individu warga terhadap berbagai stimulasi politik yang diterimanya selama masa sebelum pemilu dilaksanakan. Hal ini memungkinkan terjadi perubahan-perubahan keputusan memilih secara politik dari waktu ke waktu, tergantung pada stimulasi yang diterimanya. Terakhir, model pilihan rasional menjelaskan bahwa pilihan politik warga dalam pemilu lebih ditentukan oleh sikap dan tindakan rasional pemilih dalam menilai kinerja pemerintah sebagai cerminan kompetisi politik sebelum pemilu diadakan. Dalam hal ini pemilih rasional lebih mengutamakan untuk memberikan pilihan politiknya kepada partai politik atau kandidat yang telah memberikan manfaat ekonomi yang besar, baik kepada warga secara individu maupun dalam skala lokal, nasional, maupun global. Pemilih rasional juga mungkin akan memberikan pilihannya kepada partai politik atau kandidat yang masuk dalam kelompok oposisi tergantung bagaimana kelompok oposisi telah memberikan informasi tentang evaluasi hasil kinerja pemerintah selama periode pemerintahan sebelum pemilu yang baru dilakukan. Mengacu kepada ketiga pendekatan tersebut, Saiful Mujani pernah menguji enam faktor yang memengaruhi perilaku memilih, yaitu kepemimpinan, identifikasi partai, orientasi religius, ekonomi politik, sosiologis, dan demografis dalam Pemilu 1999 dan 2004 di Indonesia. Menurut kesimpulannya, faktor identifikasi partai dan kepemimpinan signifikan memengaruhi perilaku pemilih dalam menentukan pilihan pada pemilu legislatif dan pilpres. 8

16 B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Memilih Warga dalam Pemilu Jika dianalisis dengan baik pandangan ketiga pendekatan yang digunakan untuk menjelaskan variabilitas perilaku memilih warga dalam pemilu serta dikaitkan pula dengan empat tipe pemilih dalam pemilu, maka tampaknya dapat diduga bahwa cukup banyak faktor yang dapat diduga dapat mempengaruhi variabilitas perilaku memilih warga dalam pemilu. Walau begitu, faktor-faktor tersebut dapat dikategorikan ke dalam tiga pendekatan di atas, yaitu faktor sosiologis, faktor psikologis, dan faktor pilihan rasional. Faktor pertama adalah yang berasal dari faktor-faktor sosiologis. Identifikasi terhadap faktor-faktor ini pada dasarnya bertujuan untuk menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokan-pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih seseorang. Karakteristik sosial (seperti pekerjaan, pendidikan dsb) dan karekteristik atau latar belakang sosiologis (seperti agama, wilayah, jenis kelamin,umur dsb) merupakan faktor penting dalam menentukan pilihan politik. Pendek kata, pengelompokan sosial seperti umur (tua muda); jenis kelamin (lakiperempuan); agama dan semacamnya dianggap mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam membentuk pengelompokan sosial baik secara formal seperti keanggotaan seseorang dalam organisasi-organisasi keagamaan, organisasi-organisasi frofesi; maupun pengelompokan informal seperti keluarga, pertemanan, ataupun kelompok-kelompok kecil lainnya merupakan sesuatu yang sangat vital dalam memahami perilaku politik seseorang, karena kelompok-kelompok inilah yang mempunyai peranan besar dalam membentuk sikap, persepsi dan orientasi seseorang (Ramlan Surbakti,1992). Faktor kedua adalah faktor-faktor yang berasal dari pendekatan psikologis. Pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi terutama konsep sosialisasi dan sikap untuk menjelaskan perilaku pemilih. Variabel-variabel itu tidak dapat dihubungkan dengan perilaku memilih kalau ada proses sosialisasi. Oleh karena itu, menurut pendekatan ini sosialisasilah sebenarnya yang menentukan perilaku memilih (politik) seseorang. Penganut pendekatan ini menjelaskan sikap seseorang sebagai refleksi 9

17 dari kepribadian seseorang merupakan variabel yang cukup menentukan dalam mempengaruhi perilaku politik seseorang. Oleh karena itu, pendekatan psikologi menekankan pada tiga aspek psikologis sebagai kajian utama yaitu ikatan emosional pada suatu partai politik, orientasi terhadap isu-isu dan orientasi terhadap kandidat (Ramlan Surbakti,1992). Faktor ketiga adalah yang berasal dari pendekatan rasional. Penggunaan pendekatan rasional dalam menjelaskan perilaku pemilih oleh ilmuwan politik sebenarnya diadaptasi dari ilmu ekonomi. Mereka melihat adanya analogi antara pasar (ekonomi) dan perilaku memilih (politik). Apabila secara ekonomi masyarakat dapat bertindak secara rasional, yaitu menekan ongkos sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, maka dalam perilaku politikpun masyarakat akan dapat bertindak secara rasional, yakni memberikan suara ke OPP yang dianggap mendatangkan keuntungan yang sebesar-besarnya dan menekan kerugian. Beberapa variabel kemudian dapat diidentifikasi sebagai faktor yang menentukan perilaku memilih warga dalam pemilu, seperti: tingkat literasi politik warga, peran media massa, kualitas program kerja partai, kualitas dan integritas kandidat, peningkatan kesejahteraan ekonomi warga dan ekonomi daerah/nasional, kepekaan terhadap isu-isu kebijakan publik dan dampaknya terhadap masyarakat, kinerja partai politik dan kandidat pada masa pemerintahan sebelum pemilu, dan sebagainya. 10

18 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini direncanakan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode survey. Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan dalam skala populasi yang relatif besar yang tujuan umumnya mendeskripsikan dan atau menjelaskan fenomena sosial yang telah terjadi di masa lampau (expost facto). Penggunaan jenis penelitian ini karena masalah dalam penelitian ini adalah bermaksud untuk mendeskripsikan perilaku memilih warga dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhinya dimana perilaku memilih tersebut telah terjadi di masa lampau pada pemilu kepala daerah di Kabupaten Buleleng Tahun Penelitian akan dilaksanakan pada wilayah populasi yang luas di Kabupaten Buleleng. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada penduduk wilayah desa/kelurahan di Kabupaten Buleleng yang ikut berperan serta dalam pemilihan umum kepala daerah di Kabupaten Buleleng Tahun Pelaksanaan penelitian dilakukan selama bulan Juli tahun C. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh penduduk Kabupaten Buleleng yang memiliki hak memilih dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan yang menggunakan hak pilihnya dalam Pilkada Kabupaten Buleleng Tahun Jumlahnya adalah orang. Unit analisis yang digunakan adalah individu penduduk. Dalam pemilihan sampel penelitian, teknik sampling yang digunakan adalah multistage random sampling. Pada level pertama akan dipilih desa-desa/kelurahan secara random yang merepresentasikan karakteristik populasi desa/kelurahan Kabupaten Buleleng. Jumlah desa yang dipilih 11

19 diharapkan proporsional pada setiap kecamatan. Jumlah sampel desa/kelurahan yang dipilih sesuai dengan kategori pengambilan sampel menurut Yount (1999) sebesar 10% adalah 15 desa/kelurahan. Di sini dipilih 1 desa/kelurahan di kota kecamatan dan 1 desa di daerah pedesaan. Setiap kecamatan diwakili oleh 1-3 desa/kelurahan. Pada tingkat kedua akan dipilih secara random minimal 30% jumlah TPS di setiap desa. Pada tingkat ketiga akan dipilih secara random rumah tangga yang memiliki hak pilih yang minimal memiliki 1 pemilih pria dan 1 pemilih wanita (pemilih pria dan wanita diharapkan proporsional). Langkah terakhir menetapkan individu sampel secara random. Jumah sampel yang digunakan adalah menggunakan formula Slovin (Sujarweni, 2008:10), sehingga diperoleh jumlah sampel genap sebesar 400 orang. Berikut adalah tabel sebaran jumlah desa dan jumlah sampel yang dipilih dalam penelitian ini. Tabel 3.1 Sebaran Jumlah Desa/Kelurahan dan Sampel Penelitian No Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Sampel 1 Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Buleleng Sukasada Sawan Kubutambahan Tejakula 1 38 JUMLAH

20 D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Karena itu tidak ada hubungan antar variable yang dijelaskan di sini. Seluruh variable merupakan fokus penelitian. Ada beberapa variable yang dilibatkan dalam penelitian, yaitu variable perilaku memilih dalam pemilu dan beberapa variable lainnya, yaitu: faktor demografis/sosiologis, faktor psikologis, dan faktor pilihan rasional. Pertama, perilaku memilih warga dalam pemilu didefisnisikan secara operasional sebagai penggolongan individu pemilih ke dalam kategori pemilih rasional, pemilih kritis, pemilih tradisional, pemilih skeptis, dan pemilih pragmatis/transaksional. Kedua, faktor demografis/sosiologis dalam penelitian ini adalah faktor jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan/profesi, kelompok agama, kelompok kekerabatan/klen/trah, faktor tempat tinggal (desa/kota), dan faktor pengalaman dalam pemilu (pemula, pengalaman sekali, dan pengalaman dua kali atau lebih). Ketiga, faktor psikologis adalah ikatan emosional terhadap partai politik, ikatan emosional terhadap pemimpin partai, kesesuaian keyakinan dengan ideologi partai, dan ikatan persahabatan/persaudaraan terhadap kandidat. Keempat, faktor-faktor pilihan rasional adalah faktor-faktor yang terkait dengan tingkat literasi politik warga, akses informasi media massa, penilaian terhadap kualitas program kerja partai, penilaian terhadap kualitas kinerja kandidat, dan penilaian terhadap manfaat ekonomi yang akan diperoleh dari hasil pemilu. E. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian Pengumpulan data utama dalam penelitian ini akan dilakukan dengan metode pemberian kuesioner kepada responden subjek penelitian. Sedangkan data skunder dikumpulkan dengan teknik pencatatan dokumen. Karena itu, instrumen utama yang akan digunakan adalah angket/kuesioner yang disusun sendiri oleh tim peneliti berdasarkan 13

21 definisi operasional variabel penelitian dan kisi-kisi pengembangan instrument. Berikut adalah kisi-kisi instrumen tersebut. Tabel 3.2: Kisi-kisi Pengembangan Instrumen Variabel Penelitian Perilaku memilih Faktor demografis / Sosiologis Faktor Psikologis Faktor rasional pilihan Indikator Deskriptor Item Kuesioner 1 Rasional 2 Kritis 3 Tradisional 4 Skeptis 5 Pragmatis / transaksional 1.jenis kelamin, 2.tingkat pendidikan, 3.jenis pekerjaan /profesi, 4.kelompok agama, 5.kelompok kekerabatan/klen/ trah, 6.tempat tinggal (desa/kota), 7.pengalaman dalam pemilu (pemula, pengalaman sekali, dan pengalaman dua kali atau lebih) 1.Ikatan partai 2.Ikatan pemimpin partai 3.Sesuai ideologi partai 4.Ikatan persahabatan /persaudaraan dgn kandidat 1. Tingkat literasi politik warga 2. Akses informasi media massa, 3. penilaian terhadap kualitas program kerja partai, 4. penilaian terhadap kualitas kinerja kandidat, Pilihan dan alasan memilih: 1.Program Kerja 2.Ideologi dan program kerja 3.Ideologi, nilai-nilai 4.Ketidakpercayaan 5.Imbalan langsung materi / uang / janji politik 1. Laki / Perempuan 2. SD, SMP, SMA/K, Diploma, Sarjana 3. Buruh, tani, karyawan, PNS, Wirausaha 4. H, I, Kr, P, B, Ko 5. Tri Wangsa, Jaba 6. Desa / Kota 7. Pemula, 1x, >2x 1. Orientasi ikatan partai 2. Orientasi ke pemimpin partai 3. Kesesuaian ideologis partai 4. Hubungan persahabatan / persaudaraan dgn kandidat 1. Tingkat literasi politik warga 2. Akses informasi media massa, 3. penilaian terhadap kualitas program kerja partai, 4. penilaian terhadap kualitas kinerja kandidat, 5. penilaian terhadap manfaat ekonomi yang 3 item 7 item 2 item 10 tem 14

22 Jumlah Item 5. penilaian terhadap manfaat ekonomi yang akan diperoleh dari hasil pemilu akan diperoleh dari hasil pemilu 22 tem F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan analisis data deskriptif dengan prosentase. Proses analisis dilakukan dengan bantuan program statistic SPSSPC+ G. Luaran Penelitian Penelitian ini diharapkan menghasilkan beberapa luaran produk berupa laporan penelitian, artikel jurnal untuk dimuat di jurnal nasional terakreditasi, dan menghasilkan rancangan produk kebijakan publik untuk meningkatkan kualitas perilaku memilih warga negara dalam pemilu di Kabupaten Buleleng. 15

23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Perilaku Memilih Warga pada Pilkada Buleleng Tahun 2012 Perilaku memilih sebagaimana telah dijelaskan pada Bab II adalah aktivitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat dengan kegiatan pengambilan keputusan untuk memilih atau tidak memilih di dalam suatu pemilihan umum. Bila pemilih memutuskan untuk memilih, maka pemilih akan memilih atau mendukung kandidat tertentu. Dari definisi tersebut dapat dianalisis bahwa perilaku memilih pada dasarnya adalah tindakan memberikan pilihan pada pemilu. Tindakan tersebut tentu telah didahului oleh pengambilan keputusan untuk memilih atau memberikan suara atau memberikan dukungan atau justru sebaliknya untuk tidak memilih (golput). Yang dipilih dalam pemilu tersebut adalah partai politik atau kandidat yang diyakini akan mampu membawa aspirasi warga dan yang akan memegang dan menjalankan kekuasaan pemerintahan secara legitimate. Pada penelitian ini perilaku memilih adalah keputusan dan tindakan warga untuk memberikan suara kepada kandidat atau partai politik pengusung kandidat dengan pertimbangan tertentu pada Pilkada Bupati-Wakil Bupati Buleleng Tahun Berdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh warga dapat diketahui bahwa karakteristik perilaku memilih warga Buleleng cenderung memilih berorientasi pada kualitas kandidatnya dari pada kualitas partai politik pengusungnya. Berikut adalah gambaran perilaku memilih warga Buleleng pada Pilkada Buleleng Tahun Tabel 4.1: Perilaku Memilih Warga pada Pilkada Buleleng Tahun 2012 Valid Pasangan Calon Frekuensi Persen Valid Persen Kumulatif Pasannga Pas-Sutjidra (PDI-P) Pasangan Ariadi-Artha (P. Golkar, PKPB,PAN) Pasangan Tutik-Nova (P. Demokrat) Total

24 Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa perilaku memilih warga pada Pilkada Buleleng Tahun 2012 cenderung rasional. Ini dapat diketahui dari perspektif partai politik, warga Buleleng lebih memilih partai oposisi di pemerintahan dari pada memilih partai pemilik status quo. Dari perspektif kandidat, warga Buleleng juga cenderung memilih pasangan baru yang rasional dan independen dari pada pasangan yang ada hubungannya dengan pemegang kekuasaan terdahulu (status quo). Tipe perilaku memilih warga pada Pilkada Buleleng Tahun 2012 dapat juga diketahui dari respon responden terhadap kuesioner tentang alasan warga memilih kandidat bupati dan wakil bupati Buleleng, sebagai berikut. Tabel 4.2: Alasan Warga Memilih pada Pilkada Buleleng Tahun 2012 Alasan memilih Frekuensi Persen Valid Kumulatif Valid Visi, misi, dan program kerja kandidat Visi, misi, dan program kerja partai politik Simpati kepada kandidatnya Suka sama ideology partai pengusungnya Ideologi dan program kerja partai tepat Ikut pilihan orang banyak Iming-iming politik uang Lain-lain Total Data pada tabel 4.2 tersebut menunjukkan bahwa 63,2% responden memberikan pilihannya pada Pilkada Buleleng Tahun 2012 dengan alasan melihat visi, misi, dan program kerja kandidat. Hanya 13,2% warga memilih kandidat karena mempertimbangkan visi, misi, dan program kerja partai politik pengusung kandidat. Dari data pada tabel tersebut dapat diketahui juga bahwa ada 9,5% warga memilih karena faktor suka kepada kandidatnya, sedangkan faktor suka dengan ideology partai politik pengusungnya hanya terjadi sebesar 3,8%. Cukup membahagiakan bahwa sangat sedikit warga memilih kandidat karena ikut-ikutan dengan orang lain (0,2%) dan karena faktor iming -iming politik uang ( 1,2%). Walau begitu ternyata praktik politik uang masih ada terjadi pada Pilkada Buleleng Tahun Dari data-data tersebut dapatlah disimpulkan bahwa 17

25 pemilih di Buleleng sesungguhnya sudah cukup rasional dalam memberikan suaranya pada Pilkada Buleleng tahun Rasionalnya pemilih di Buleleng pada Pilkada Tahun 2012 dapat juga diketahui dari data berikut. Tabel 4.3: Tingkat Mengenal Kandidat Valid Tingkat Mengenal Kandidat Frekuensi Valid Kumulatif Sangat mengenal dengan baik Mengenal dengan baik Cukup mengenal baik Mengenal, sekadar tahu Tidak mengenal Total Data tersebut menunjukkan bahwa hanya 15% warga yang telah sangat mengenal dan mengenal dengan baik kandidat sebelum pemilihan. Sedangkan warga yang cukup mengenal sampai tidak mengenal sebesar 85%. Ini berarti bahwa walaupun warga sebelumnya belum begitu mengenal baik kandidat pasangan Bupati dan Wakil Bupati yang dipilih, tetapi mereka bersedia dan berani memilih pasangan tersebut sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati Buleleng. Ini jelas menunjukkan bahwa walaupun tidak begitu mengenal baik kandidat, tetapi karena visi, misi, dan program kerjanya dinilai tepat, warga dapat memilih kandidat secara rasional. Pertanyaan yang segera muncul dari data tersebut adalah bahwa jika warga belum mengenal dengan baik kandidat sebelum pemilihan dilaksanakan, lalu bagaimana kemudian warga mengetahui dan memahami dengan baik kandidat dengan visi, misi, dan program kerjanya. Terkait dengan hal ini ternyata kandidat telah melakukan sosialisasi kepada warga untuk memperkenalkan diri sekaligus mensosialisasikan visi, misi, dan program kerjanya sebagai calon bupati dan wakil bupati Buleleng periode Hal ini ditegaskan oleh warga sebagaimana tertera dalam data pada tabel berikut. 18

26 Tabel 4.4: Sosialisasi Kandidat Menurut Penilaian Warga Apakah Kandidat Telah Bersosialisasi Frekuensi Valid Kumulatif Valid Ya Tidak Tidak tahu Total Dari data pada tabel 4.4 tersebut dapat diketahui bahwa 74% warga menyatakan bahwa kandidat Bupati dan Wakil Bupati Buleleng telah melakukan sosialisasi diri dan program kerjanya dengan baik, sehingga dapat diterima oleh warga. Hanya 6% warga yang menyatakan tidak mengetahui program sosialisasi itu, dan 20% menilai tidak tahu. Program sosialisasi yang dilakukan oleh kandidat juga sudah cukup baik karena menggunakan media sosialisasi seperti: media massa atau media elektronik, spanduk/balihoo, dan melalui media kampanye langsung dan terbuka. Berikut adalah data sosialisasi dan media yang digunakan kandidat Bupati dan Wakil Bupati Buleleng pada Pilkada Tahun Tabel 4.5: Media yang Digunakan untuk Sosialisasi oleh Kandidat Media Sosialisasi Frekuensi Valid Kumulatif Valid Media Massa / Elektronik Spanduk / Balihoo Kampanye Politik langsung dan Terbuka Website Pertemanan / Persaudaraan Sebagai tokoh masyarakat Lain-lain Total Melalui program dan media sosialisasi yang tepat warga dapat menilai kandidat dan partai politik pengusungnya dengan baik. Berdasarkan hasil penilaiannya, warga ternyata menilai bahwa program kerja kandidat dan partai politik pengusungnya sudah cocok dan dapat menguntungkan warga. Berikut dapat ditunjukkan data hasil penilaian 19

27 warga terhadap kualitas program kerja kandidat dan partai pengusung kandidat pada berbagai kegiatan sosialisasi yang dilakukan ke masyarakat. Tabel 4.6: Kecocokan Program Kerja Kandidat Bupati dan Wakil Bupati Kecocokan Program Kerja Kandidat Frekuensi Valid Kumulatif Valid Sangat cocok dan menguntungkan warga Cocok dan menguntungkan warga Cukup cocok dan menguntungkan Kurang cocok dan kurang menguntungkan Tidak cocok dan tidak menguntungkan Tidak tahu Total Menurut data pada tabel 4.6 tersebut dapat diketahui bahwa sebanyak 82,8% warga menilai bahwa program kerja kandidat Bupati dan Wakil Bupati Buleleng pada Pilkada Buleleng Tahuun 2012 telah cukup sampai sangat cocok dengan harapan warga dan diharapkan dapat memberikan keuntungan pada warga terutama diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan warga Buleleng. Tidak jauh berbeda dengan data tersebut, penilaian warga terhadap program kerja partai politik pengusung kandidat Bupati/Wakil Bupati Buleleng ternyata dinilai cukup cocok sampai sangat cocok. Berikut adalah gambaran sepenuhnya dari data tersebut. Tabel 4.7: Kecocokan Program Kerja Partai Politik Kandidat Bupati dan Wakil Bupati Kecocokan Program Kerja Partai Frekuensi Valid Kumulatif Valid Sangat cocok dan menguntungkan warga Cocok dan menguntungkan warga Cukup cocok dan menguntungkan Kurang cocok dan kurang menguntungkan Tidak cocok dan tidak menguntungkan Tidak tahu Total

28 Dari data pada Tabel 4.7 tersebut dapat diketahui bahwa tidak kurang dari 85% warga menilai program kerja partai politik pengusung kandidat Bupati dan Wakil Bupati Buleleng pada Pilkada Tahun 2012 cukup cocok sampai sangat cocok dengan harapan warga dan diharapkan dapat menguntungkan warga terutama dalam upaya pemerintah kabupaten meningkatkan kesejahteraan rakyat Buleleng. Dari data ini juga dapat ditafsirkan bahwa warga Buleleng pada umumnya telah dapat menilai cukup baik kualitas kandidat Bupati dan Wakil Bupati Buleleng yang akan dipilihnya. Dengan demikian pilihan warga Buleleng pada Pilkada Tahun 2012 sesungguhnya sudah mencerminkan pemilih yang rasional. Pilihan warga Buleleng pada Pilkada Buleleng Tahun 2012 ternyata tidak saja sekadar rasional, melainkan juga kritis. Hal ini dapat diketahui dari penilaian warga terhadap ideologi/platform partai politik pengusung kandidat Bupati dan Wakil Bupati ternyata dianggap cocok. Tidak kurang dari 89,2% warga Buleleng ternyata menilai bahwa ideologi/platform partai politik cukup cocok sampai sangat cocok dengan ideologi warga itu sendiri baik dari sudut ideologi kelompok warga, ideologi orang Bali, maupun dari sudut pandang ideologi bangsa dan negaranya. Tabel 4.8: Kecocokan Ideologi Partai Politik dengan Ideologi Warga Tingkat Kecocokan Ideologi Partai Frekuensi Valid Kumulatif Valid Sangat cocok Cocok Cukup cocok Kurang cocok Tidak cocok Total Dengan kecocokan itu warga bahkan menilai bahwa mereka akan setia kepada partai dan kandidatnya; dan karena itu, mereka berjanji akan tetap memilihnya pada pilkada di masa yang akan datang. Berikut adalah data tingkat kesetiaan warga kepada partai pengusung kandidat Bupati dan Wakil Bupati pada Pilkada Buleleng Tahun

29 Dari data tersebut dapat diketahui bahwa tidak kurang dari 94% warga menyatakan akan memilih lagi partai pengusung dan kandidat pada pilkada di masa yang akan datang dari tingkat kesetiaan yang tergantung situasi sampai tingkat menyatakan sangat setia dan akan terus memilih. Tabel 4.9: Kesetiaan Warga terhadap Pilihan Partai Politik Pengusung dan Kandidat Bupati dan Wakil Bupati pada Pilkada Buleleng Tingkat Kesetiaan terhadap Pilihan Partai dan Kandidat Frekuensi Valid Kumulatif Valid Sangat setia untuk terus memilih lagi Setia dan akan memilih lagi Cukup setia untuk memilih lagi Memilihnya lagi tergantung situasi Tidak memilihnya lagi Lain-lain tidak disebutkan Total Kesetiaan seperti tersebut dimungkinkan karena warga memiliki kepercayaan yang tinggi baik kepada kinerja partai politik pengusung maupun kepercayaan terhadap prediksi kemampuan kandidat Bupati dan Wakil Bupatinya untuk mensejahterakan rakyat Buleleng. Berikut dapat ditunjukkan data tingkat kepercayaan warga terhadap partai politik pengusung dan kandidat Bupati dan Wakil Bupati pada Pilkada Buleleng Tahun 2012 dalam usaha untuk mensejahterakan masyarakat Buleleng. Dari data pada Tabel 10 dan 11 tersebut dapat diketahui bahwa tidak kurang dari 83% warga memiliki tingkat kepercayaan cukup sampai dengan sangat yakin dan percaya bahwa partai politik pengusung kandidat Bupati dan Wakil Bupati akan mampu untuk mensejahterakan rakyat. Selanjutnya, tidak kurang dari 84,5% warga memiliki tingkat kepercayaan cukup sampai dengan sangat yakin dan percaya bahwa kandidat Bupati dan Wakil Bupati akan mampu dan memiliki komitmen yang kuat akan mensejahterakan rakyat Buleleng. 22

30 Tabel 4.10: Tingkat Kepercayaan Warga terhadap Kinerja Partai Politik Pengusung dalam Usaha Mensejahterakan Rakyat Tingkat Kepercayaan Frekuensi Valid Kumulatif Valid Sangat yakin dan percaya Percaya Cukup percaya Kurang percaya Tidak percaya sama sekali Tidak tahu Total Tabel 4.11: Tingkat Kepercayaan Warga terhadap Komitmen dan Kinerja Kandidat Bupati dan Wakil Bupati dalam Usaha untuk Mensejahterakan Rakyat Tingkat Kepercayaan Frekuensi Valid Kumulatif Valid Sangat yakin dan percaya Percaya Cukup percaya Kurang percaya Tidak percaya sama sekali Tidak tahu Total Dengan kepercayaan tersebut, warga sesungguhnya memiliki harapan yang tinggi pula bahwa kandidat Bupati dan Wakil Bupati yang dipilihnya pada Pilkada Buleleng Tahun 2012 akan memiliki komitmen yang kuat dan berkinerja keras untuk melakukan hal-hal seperti dicandrakan pada tabel berikut. Dari data pada tabel 12 tersebut dapat diketahui bahwa tidak kurang dari 96% warga memiliki harapan yang tinggi kepada kandidat Bupati dan Wakil Bupati pada Pilkada Tahun 2012 untuk melakukan beberapa usaha mewujudkan pembangunan Buleleng, antara lain: mewujudkan tujuan pembangunan Buleleng seluruhnya/seutuhnya dengan kerja keras (22,2%); mewujudkan pemerataan kesempatan pendidikan, akses kesehatan, peluang kerja dan berusaha, dan kesejahteraan ekonomi rakyat (52,5%); meningkatkan kesejahteraan ekonomi rakyat miskin di Buleleng 23

31 (9,2%); membantu pembangunan fisik (pembuatan/perbaikan jalan, pembangunan pura, bantuan uang tunai untuk upacara besar, dll) di desa (9,5%); mewujudkan janji politik memberikan bantuan langsung tunai (uang) kepada warga desa (2,5%); tidak ada yang bisa diharapkan apa-apa (2,5%); dan lain-lain, yang tidak disebutkan (1,5%). Tabel 4.12: Harapan Warga terhadap Kandidat Bupati dan Wakil Bupati Jika mereka Menag dalam Pilkada Buleleng Tahun 2012 Harapan Warga kepada Kandidat Bupati dan Wakil Bupati Frekuensi Valid Kumulatif Valid 1. Mewujudkan Tujuan Pembangunan Bll Mewujudkan pemerataan pendidikan, kesehatan, peluang kerja, dan kesejahteraan Meningkatkan kesejahteraan rakyat miskin Melanjutkan pembangunan sarana fisik Memberikan bantuang langsung tunai Tidak berharap apa-apa Lain-lain tidak disebutkan Total B. Faktor Sosiologis / Demografis yang Berkontribusi terhadap Perilaku Memilih Warga Pada Bab II tentang Kajian Pustaka telah diidentifikasi dan dijelaskan bahwa ada faktor-faktor sosiologis dan demografis ikut mempengaruhi perilaku memilih seseorang pada kegiatan pemilu, baik pemilu legislative, pemilu presiden, maupun pemilukada gubernus, bupati, dan wali kota. Dalam faktor ini, karakteristik sosial dan pengelompokan sosial adalah faktor-faktor penting yang ikut berkontribusi menjelaskan variabilitas perilaku memilih warga. Dalam penelitian ini ada beberapa faktor sosiologis yang dapat diidentifikasi untuk menjelaskan perilaku memilih warga pada pemilukada Kabupaten Buleleng Tahun 2012, yaitu: faktor usia pemilih, jenis kelamin, agama/keyakinan pemilih, kelompok wangsa/klen warga, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, lokasi tempat tinggal (desa/kota), dan pengalaman memilih. Ditinjau dari faktor usianya, pemilih pada pemilukada Buleleng Tahun 2012 dapat digambarkan sebagai teretra pada tabel berikut. 24

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Tingkat Partisipasi Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Pada Pemilu Presiden 2014 Partisipasi merupakan salah satu aspek penting dalam

Lebih terperinci

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK Modul ke: 12 Dr. Fakultas PASCASARJANA Perilaku Pemilih Heri Budianto.M.Si Program Studi Magister Ilmu Komunikasi http://mercubuana.ac.id Konsep dan Definisi Perilaku Pemilih

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego Buay Subing di Desa Labuhan Ratu Kecamatan Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur yang

Lebih terperinci

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 JURNAL PENELITIAN OLEH: NILUH VITA PRATIWI G2G115106 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I 1.1.Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Reformasi yang dimulai sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru pada bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di segala bidang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam hubungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Juanda, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Juanda, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Para siswa yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), adalah mereka yang berumur 17 sampai dengan 21 tahun merupakan pemilih pemula yang baru

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu negara yang menganut paham demokrasi. Pemilu menjadi sarana pembelajaran dalam mempraktikkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2014 merupakan tahun politik bagi Indonesia. Disebut tahun politik antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang melibatkan setidaknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, kepala daerah,

Lebih terperinci

FINAL REPORT RISET PERILAKU POLITIK PEMILIH PADA PEMILU KEPALA DAERAH, PEMILU LEGISLATIF DAN PEMILU PRESIDEN DI WILAYAH KABUPATEN MADIUN

FINAL REPORT RISET PERILAKU POLITIK PEMILIH PADA PEMILU KEPALA DAERAH, PEMILU LEGISLATIF DAN PEMILU PRESIDEN DI WILAYAH KABUPATEN MADIUN FINAL REPORT RISET PERILAKU POLITIK PEMILIH PADA PEMILU KEPALA DAERAH, PEMILU LEGISLATIF DAN PEMILU PRESIDEN DI WILAYAH KABUPATEN MADIUN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MADIUN Alamat e-mail Website : Jl.Raya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi bagian utama dari gagasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang

BAB II KAJIAN TEORETIK. Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang BAB II KAJIAN TEORETIK Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang teori-teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian ang akan dilakukan, adalah teori mengenai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. LAPORAN SURVEI PILKADA KAB. Sumedang Temuan Survei : Agustus 2017

PENDAHULUAN. LAPORAN SURVEI PILKADA KAB. Sumedang Temuan Survei : Agustus 2017 2 PENDAHULUAN 3 L A T A R B E L A K A N G Calon kepala daerah yang akan dipilih masyarakat menjadi sangat bergantung pada persepsi dan perilaku politik yang berkembang dan dipengaruhi oleh faktor-faktor

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Kediri berumur 17

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Kediri berumur 17 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Kediri berumur 17 tahun ke atas atau telah menikah. Responden tersebut telah memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN 83 BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Persepsi Masyarakat Pada Hasil Survei Tentang Elektabilitas Calon Presiden & Calon Wakil Presiden 2014 Di negara-negara demokrasi, ada berbagai cara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan khususnya dalam negara. Sistem politik

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir 59 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden Responden dalam penelitian ini adalah para pemilih pemula yang tercatat dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir Tengah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILUKADA KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2015 DI KECAMATAN SAMBOJA

PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILUKADA KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2015 DI KECAMATAN SAMBOJA ejournal Ilmu Pemerintahan, 2017, 5 (4): 1693-1704 ISSN 2477-2458 (Online), ISSN 2477-2631 (cetak) ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILUKADA KUTAI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR,

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR, DPRD, dan DPD) dan Gubernur Provinsi Lampung. Sedangkan di bulan Juli 2014, masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN Secara umum partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotanya

BAB IV PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN Secara umum partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotanya BAB IV PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN 2014 A. Perilaku Pemilih Dan Pilpres 2014 Secara umum partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotanya mempunyai orientasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Partisipasi politik masyarakat merupakan syarat pokok yang harus dilakukan oleh setiap warga negara terutama pada negara yang menganut paham demokrasi. Tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia setiap 5 tahun sekali mempunyai agenda besar dalam pesta demokrasinya dan agenda besar tersebut tak lain adalah Pemilu. Terhitung sejak tahun 2004

Lebih terperinci

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA Profile Singkat SPIN SPIN (Survey & Polling Indonesia) adalah lembaga riset independen yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan global yang begitu cepat terjadi di masa sekarang disebabkan oleh bertambah tingginya tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pendapatan, arus informasi serta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan 32 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran dalam kemajuan bangsa. Pentingya peran generasi muda, didasari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya heterogen. Salah satu ciri sistem demokrasi adalah adanya

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya heterogen. Salah satu ciri sistem demokrasi adalah adanya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi, dan kondisi masyarakatnya heterogen. Salah satu ciri sistem demokrasi adalah adanya partisipasi politik.

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. - Media Elektronik : Internet, tv, dan radio. - Survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilih kelompok pemula di Indonesia dari pemilu ke pemilu terus bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap yang terdaftar tahun

Lebih terperinci

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Politik Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lebih terperinci

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014 Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif Mei 2014 Head to Head Jokowi-JK Vs Prabowo-Hatta dan Kampanye Negatif Geliat partai politik dan capres menggalang koalisi telah usai. Aneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang baru pertama kali dilakukan di dalam perpolitikan di Indonesia, proses politik itu adalah Pemilihan

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH Policy Brief [05] Kodifikasi Undang-undang Pemilu Oleh Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu MASALAH Demokrasi bukanlah bentuk pemerintahan yang terbaik, namun demokrasi adalah bentuk pemerintahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan masyarakat yang memiliki kebebasan berekspresi dan berkehendak, serta menyampaikan hak nya sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN SURVEY PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN LAMONGAN

LAPORAN SURVEY PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN LAMONGAN LAPORAN SURVEY PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN LAMONGAN Oleh: PUSAT STUDI DEMOKRASI DAN HAM ( PuSDekHAM ) FISIP UNISDA LAMONGAN 2015 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI....2 PENGANTAR..3 METODE....5 TEMUAN.6

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan pemilu merupakan agenda politik yang diadakan oleh negara setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan pemilu merupakan agenda politik yang diadakan oleh negara setiap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pemilu merupakan agenda politik yang diadakan oleh negara setiap 5 tahun sekali. Kegiatan ini merupakan salah satu saran penyampaian aspirasi rakyat yang paling

Lebih terperinci

ETNISITAS DAN PERILAKU PEMILIH

ETNISITAS DAN PERILAKU PEMILIH ETNISITAS DAN PERILAKU PEMILIH (STUDI KASUS : PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT ETNIS BATAK TOBA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG KABUPATEN KARO TAHUN 2010) SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.

METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. 31 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pemilihan tipe penelitian deskriptif ini dimaksudkan untuk melakukan pengukuran

Lebih terperinci

MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014.

MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014. MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014. HASIL RISET PARTISIPASI MASYARAKAT OLEH KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MUSI

Lebih terperinci

QUICK COUNT PILPRES & PILKADA PALING PRESISI PROPOSAL SURVEI PILKADA SERENTAK 2018

QUICK COUNT PILPRES & PILKADA PALING PRESISI PROPOSAL SURVEI PILKADA SERENTAK 2018 SURVEI PILKADA PALING AKURAT DAN KREDIBEL QUICK COUNT PILPRES & PILKADA PALING PRESISI SISTEM PENGOLAHAN DATA BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MODERN PROPOSAL SURVEI PILKADA SERENTAK 2018 POLTRACKING INDONESIA

Lebih terperinci

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada oleh AA Gde Putra, SH.MH Demokrasi (pengertian Umum) Bentuk sistem pemerintahan yang setiap warganya memiliki kesetaraan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan BAB VI PENUTUP Setelah menjelaskan berbagai hal pada bab 3, 4, dan 5, pada bab akhir ini saya akan menutup tulisan ini dengan merangkum jawaban atas beberapa pertanyaan penelitian. Untuk tujuan itu, saya

Lebih terperinci

xiv digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

xiv digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac. DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Indikator Variabel... 13 Tabel 3.1 Jumlah Populasi Mahasiswa... 41 Tabel 3.2 Jumlah Sampel Mahasiswa... 43 Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r... 50 Tabel 4.1 Perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik,

Lebih terperinci

BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014

BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014 BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014 1 Rebutan dukungan di 5 Kantong Suara Terbesar (NU, Muhammadiyah, Petani, Buruh, dan Ibu Rumah Tangga) Empat puluh hari

Lebih terperinci

BAB 7 PENUTUP. dalam studi ini berikut argumentasinya. Saya juga akan membingkai temuantemuan

BAB 7 PENUTUP. dalam studi ini berikut argumentasinya. Saya juga akan membingkai temuantemuan BAB 7 PENUTUP 7.1. Kesimpulan Dalam bab ini, saya akan akan mengambarkan ikhtisar temuan-temuan dalam studi ini berikut argumentasinya. Saya juga akan membingkai temuantemuan ini dari sudut metodologi

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Karakteristik demografi pemilih yang mencakup usia antara 20-49 tahun, berpendidikan SLTA dan di atasnya, memiliki status pekerjaan tetap (pegawai negeri sipil, pengusaha/wiraswasta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab pertama ini, peneliti akan memberikan paparan mengenai latar belakang permasalahan dan fenomena yang terkait. Selanjutnya, peneliti akan memaparkan rumusan masalah berupa pertanyaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum adalah suatu proses dari sistem demokrasi, hal ini juga sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan penuh untuk memilih

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed methods). Metode penelitian kombinasi adalah metode penelitian yang menggabungkan antara metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi sebagai pilar penting dalam sistem politik sebuah Negara, termasuk Indonesia yang sudah diterapkan dalam pemilihan secara langsung seperti legislatif, Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman segala sesuatu aktifitas kerja dilakukan secara efektif dan efisien serta dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokrasi, dimana rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi pada suatu negara tersebut. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi electoral atau demokrasi formal. Demokrasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi electoral atau demokrasi formal. Demokrasi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara demokrasi. Josep Schumpeter, mengartikan demokrasi sebagai kompetisi memperoleh suara rakyat. Pengertian pada esensi itu merupakan pengertian

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demokrasi merupakan suatu sistem yang mengatur pemerintahan berlandaskan pada semboyan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Untuk mewujudkan sistem demokrasi

Lebih terperinci

DUKUNGAN TERHADAP CALON INDEPENDEN

DUKUNGAN TERHADAP CALON INDEPENDEN DUKUNGAN TERHADAP CALON INDEPENDEN Temuan Survei Nasional Juli 2007 LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI) www.lsi.or.id Tujuan Survei Mendekatkan desain institusional, UU dan UUD, dengan aspirasi publik agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Pemilu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokrasi dimana pemerintahan berdasarkan atas kedaulatan rakyat (Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum presiden 2014 semakin ketat dan sangat bersaing tidak hanya dibutuhkan kemampuan dari kandidat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

LAPORAN TELESURVEI PERSEPSI PUBLIK TERHADAP PILKADA DKI JAKARTA JULI 2016

LAPORAN TELESURVEI PERSEPSI PUBLIK TERHADAP PILKADA DKI JAKARTA JULI 2016 1 1 29 JULI 2016 2 METODOLOGI Populasi survei ini adalah warga negara Indonesia di Provinsi DKI Jakarta yang sudah mempunyai hak pilih berdasarkan peraturan yang berlaku, yaitu warga yang minimal berusia

Lebih terperinci

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD September 2014 Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada Oleh DPRD Bandul RUU Pilkada kini

Lebih terperinci

Ketua. Asep Kurnia, S.H., M.H

Ketua. Asep Kurnia, S.H., M.H KATA PENGANTAR Pelaksanaan pemilu di Kabupaten Sumedang, khususnya yang berkenaan dengan tingkat kehadiran dan ketidakhadiran pemilih di TPS (voter turn-out), menyisakan beberapa fenomena yang perlu dikaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). pelaksanaan pemilihan kepala daerah ( pilkada ).

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). pelaksanaan pemilihan kepala daerah ( pilkada ). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pilkada merupakan pesta demokrasi rakyat dalam memilih kepala daerah beserta wakilnya yang berasal dari usulan partai politik tertentu, gabungan partai politik

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Dieter, Roth.2008.Studi Pemilu Empiris, Sumber, Teori-teori, Instrumen dan Metode. Jakarta: Friedrich-Nauman-Stiftung Die Freiheit.

DAFTAR PUSTAKA. Dieter, Roth.2008.Studi Pemilu Empiris, Sumber, Teori-teori, Instrumen dan Metode. Jakarta: Friedrich-Nauman-Stiftung Die Freiheit. DAFTAR PUSTAKA Abdul Munir Mulkhan, 2009. Politik Santri. Kanisius, Yogyakarta Almond. A Gabrriel dan Verba. 1990. Budaya Politik Tingkah laku Politik dan Demokrasi di Lima Negara. Jakarta : Bumi Aksara.

Lebih terperinci

PENGADILAN TINGGI DENPASAR

PENGADILAN TINGGI DENPASAR PENGADILAN TINGGI DENPASAR Alamat : Jalan Tantular Barat No. 1 Denpasar 80000 Telp. (0361) 222952 Fax. (0361) 225761 Website : http://www.pt-denpasar.go.id e-mail : pt.denpasar@yahoo.co.id HASIL INDIKATOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Voting Behavior. Perilaku pemilih (voting behavior) merupakan tingkah laku seseorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Voting Behavior. Perilaku pemilih (voting behavior) merupakan tingkah laku seseorang 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Voting Behavior 1. Definisi Voting Behavior Perilaku pemilih (voting behavior) merupakan tingkah laku seseorang dalam menentukan pilihannya yang dirasa paling disukai atau

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251). BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi secara sederhana dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang dianggap paling

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN TERPAAN PROGRAM PENDIDIKAN DEMOKRASI PEMILOS TVKU, INTENSITAS KETERLIBATAN PEMILIH DAN SOSIALISASI KPU KOTA SEMARANG TERHADAP

BAB III HASIL PENELITIAN TERPAAN PROGRAM PENDIDIKAN DEMOKRASI PEMILOS TVKU, INTENSITAS KETERLIBATAN PEMILIH DAN SOSIALISASI KPU KOTA SEMARANG TERHADAP BAB III HASIL PENELITIAN TERPAAN PROGRAM PENDIDIKAN DEMOKRASI PEMILOS TVKU, INTENSITAS KETERLIBATAN PEMILIH DAN SOSIALISASI KPU KOTA SEMARANG TERHADAP PARTISIPASI PEMILIH PEMULA 3.1 Validitas dan Reliabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyedot perhatian yang luar biasa dari masyarakat Indonesia. Penentuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyedot perhatian yang luar biasa dari masyarakat Indonesia. Penentuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilu 2014 sebentar lagi akan digelar.perhelatan politik ini akan menyedot perhatian yang luar biasa dari masyarakat Indonesia. Penentuan berlangsungnya kekuasaan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat yang diselenggarkan secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan adil guna menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya Pemilu legislatif adalah untuk memilih anggota DPR dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa atau yang disebut dangan nama lainnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah suatu kesatuan masyarakat

Lebih terperinci

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL oleh : Timbul Hari Kencana NPM. 10144300021 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi merupakan suatu proses dalam pembentukan dan pelaksanaan pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu negara yang menjalankan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan

BAB V PENUTUP. Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan perilaku pemilih memiliki signifikansi yang kuat. Terdapat hubungan positif antara konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara lebih Luber (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) dan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara lebih Luber (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga setelah Amerika dan India menjadikan Pemilihan Kepala Daerah sebagai salah satu indikator pelaksanaan demokrasi berbasis

Lebih terperinci

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018 MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018 Disampakain pada acara Jogja Campus Fair Keluarga Kudus Yogyakarta 28 JANUARI 2018 Oleh

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Way Petai yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Way Petai yang V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Way Petai yang telah memiliki hak pilih (17 tahun keatas atau telah menikah) dan telah

Lebih terperinci

PENDIDIKAN POLITIK BAGI PEMILIH PEMULA. Oleh RANGGA Kamis, 19 Juni :56

PENDIDIKAN POLITIK BAGI PEMILIH PEMULA. Oleh RANGGA Kamis, 19 Juni :56 Generasi muda merupakan asset terpenting bagi masa depan suatu bangsa. Disadari atau tidak bahwa peran pemuda sangat berpengaruh dalamp roses pembangunan bangsa serta proses kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lebih terperinci

PERILAKU MEMILIH GENERASI MUDA KELUARGA ANGGOTA POLRI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA TENGAH 2013 Studi di Asrama Polisi Sendangmulyo Kota Semarang

PERILAKU MEMILIH GENERASI MUDA KELUARGA ANGGOTA POLRI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA TENGAH 2013 Studi di Asrama Polisi Sendangmulyo Kota Semarang PERILAKU MEMILIH GENERASI MUDA KELUARGA ANGGOTA POLRI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA TENGAH 2013 Studi di Asrama Polisi Sendangmulyo Kota Semarang Oleh : Radityo Pambayun Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Demokrasi di Indonesia Definisi demokrasi menurut Murod (1999:59), sebagai suatu policy di mana semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, mempunyai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. KPUD sebagai penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah harus. menjunjung tinggi netralitas. KPUD adalah birokrasi

BAB V PENUTUP. 1. KPUD sebagai penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah harus. menjunjung tinggi netralitas. KPUD adalah birokrasi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. KPUD sebagai penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah harus menjunjung tinggi netralitas. KPUD adalah birokrasi harusnya bersikap netral. Tudingan tidak netral yang dialamatkan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN Abstrak

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN Abstrak FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN 2013 Andika Dirsa 1, Nurharmi 1, Hendrizal 1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.

I. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepercayaan itu adalah kemauan seseorang atau sekelompok orang untuk mau memberi keyakinan pada seseorang yang ditujunya. Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan rakyat didalam konstitusinya. Hal ini menunjukkan bahwa kedaulatan rakyat merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan sebuah negara dengan sistem pemerintahan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan sebuah negara dengan sistem pemerintahan BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara dengan sistem pemerintahan demokrasi. Partisipasi masyarakat diperlukan sebagai penunjang sistem dalam pemilihan presiden setiap periodenya.

Lebih terperinci

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei Sejak reformasi dan era pemilihan langsung di Indonesia, aturan tentang pemilu telah beberapa kali mengalami penyesuaian. Saat ini, empat UU Pemilu yang berlaku di Indonesia kembali dirasa perlu untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perjalanan politik di Indonesia selama ini telah menorehkan sejarah panjang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perjalanan politik di Indonesia selama ini telah menorehkan sejarah panjang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perjalanan politik di Indonesia selama ini telah menorehkan sejarah panjang di tanah air. Setiap perubahan regulasi yang menyangkut kebijakan tentang partai

Lebih terperinci

PARTISIPASI POLITIK PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH MINAHASA TENGGARA (SUATU STUDI DI KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA) Oleh :

PARTISIPASI POLITIK PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH MINAHASA TENGGARA (SUATU STUDI DI KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA) Oleh : PARTISIPASI POLITIK PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH MINAHASA TENGGARA (SUATU STUDI DI KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA) Oleh : Topan Umboh Abstrak Partsipasi politik politik pemula

Lebih terperinci