1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Dasar Hukum Manfaat 4
|
|
- Leony Iskandar
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Simulasi Audio Animasi Teks Narasi Video 1
2 ii
3 DAFTAR ISI DAFTAR ISI I 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Dasar Hukum Manfaat 4 2. RAMBU-RAMBU PENGEMBANGAN Rencana Pembelajaran Substansi dan Isi Metoda pembelajaran Kerangka dan Sistematika e-materi Rancangan e-materi Pendekatan Sharing dan Reusing Taksonomi Objek Pembelajaran Model Rancangan e-matapelajaran Anatomi Objek Pembelajaran Teknologi dan Standar yang Digunakan PROSEDUR PENGEMBANGAN E-MATERI Tahap Analisa Tahap Perancangan Tahap Pengembangan Tahap Penyampaian Tahap Evaluasi Tahap Pemeliharaan HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL PENUTUP 21 DAFTAR ISTILAH 23 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI iii
4 iv
5 Pedoman Pengembangan e-materi 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini membawa berbagai perubahan dalam kehidupan manusia. Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi ((TIK) semakin dirasakan di berbagai sektor, utamanya di bidang pendidikan. Peran TIK dalam pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan sebagai salah satu pilar pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan menjadi prioritas dengan kesadaran bahwa keberhasilan suatu bangsa di masa depan sangat tergantung pada kualitas pendidikan. Oleh karena itu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sangat serius menempatkan pilar-pilar pendidikan melalui misinya yang dikenal dengan 5 K yaitu Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas dan Relevansi, Kesetaraan dan Kepastian. Sumber belajar merupakan salah satu aspek dalam pendidikan yag harus tersedia, terjangkau, berkualitas, relevan dengan kebutuhan dunia kehidupan bermasyarakat, dan dapat diakses oleh semua, dengan tidak membedakan jenis kelamin, usia, agama, ras, serta dijamin kepastian dalam aksesibilitinya. Saat ini ketercapaian cita-cita tersebut dapat dilakukan hanya dengan satu kata yaitu TEKNOLOGI. Perkembangan Teknologi informasi dan komunikasi sudah sedemikian pesatnya, yang berdampak pada mudahnya orang berjejaring sosial, dan mendapat akses informasi, serta beinteraksi langsung tanpa batas ruang dan waktu. Dalam rangka menjalankan misinya untuk mencapai visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah berupaya membuka akses dengan menggunakan teknologi jaringan, dan teknologi komunikasi. Adanya Buku Sekolah Elektronik, dan Rumah Belajar merupakan sarana yang ampuh bagi siswa dan mahasiswa untuk belajar tanpa mengenal keberadaannya dan waktunya. Pembelajaran ini sangat efisien, karena sumber belajar yang sama dapat digunakan oleh ribuan orang dalam waktu yang bersamaan. Pembelajaran akan menarik terutama bagi siswa, jika informasi yang dihadirkan dalam sarana tersebut mudah dipahami, menyenangkan, membuat peserta belajar semakin penasaran untuk lebih tahu, dan murah. Konten yang lengkap, jelas, menumbuhkan minat belajar, akan semakin digemari sampai tumbuhnya masyarakat yang cerdas, kaya pengetahuan, bahkan sampai berkemampuan Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI 1
6 Membudayakan Berbagi Pengetahuan mengembangkan ilmu pengetahuannya melalui percobaan, penelitian, kajian yang akhirnya akan berdaya dengan pengembangan kompetensinya. Untuk memperkaya konten sumber belajar ini diperlukan campur tangan perguruan tinggi yang memiliki ilmuwan, peneliti, innovator, dan co-kreator dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi serta berpengetahuan dalam bidangnya. Idealnya, apabila sumber belajar ini mampu diakses oleh banyak pengguna, murah, dan dinamis, seyogyanya dapat diproduksi oleh dosen di perguruan tinggi dalam rangka menumbuh kembangkan technopreneurship perguruan tinggi. Dalam rangka inilah, Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Dikti mengajak para dosen yang berkemampuan tinggi dalam pengembangan teknologi digital dan berjiwa entrepreneur untuk berkolaborasi dengan pengembang konten pembelajaran untuk siswa SMA/SMK, SMP, atau SD guna mengembangkan digital asset dalam e-pembelajaran. Pada periode ini akan diberikan kesempatan untuk mengembangkan digital asset untuk materi-materi pembelajaran yang akan diujikan secara nasional di tingkat dasar dan menengah. Ujicoba ini sekaligus menguji pedoman Pengembangan e-materi guna penyempurnaan lebih lanjut. Rencananya pedoman ini akan digunakan untuk pengembangan e-materi di tahun 2012 dan seterusnya Tujuan Pedoman Pengembangan e-materi ini diharapkan dapat memberikan: 1. Informasi tentang rambu-rambu proses pengembangan Materi e- Pembelajaran yang sistematis dan akuntabel; 2. Acuan pengendalian mutu materi e-pembelajaran; 3. Acuan pengambilan keputusan tentang hal-hal berkenaan dengan materi e-pembelajaran. 2 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI
7 Pedoman Pengembangan e-materi 1.3. Dasar Hukum Pedoman pengembangan e-materi ini disusun berdasarkan peraturan dan undang-undang yang berlaku di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai berikut: 1. Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; 3. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen: 4. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 129a/U/2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan; 5. Permendiknas Nomor 38 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional; 6. UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak atas Kekayaan Intelektual; 7. Peraturan Presiden Detiknas tentang Pemanfaatan TIK (KEPRES RI NOMOR 20 TAHUN 2006) 8. Dokumen Rencana Strategis Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional Tahun ; 9. Renstra Strategis Direktorat Pendididkan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional Tahun ; Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI 3
8 Membudayakan Berbagi Pengetahuan 1.4. Manfaat Pedoman Pengembangan e-materi diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Pengembang e-materi untuk mengembangkan e-materi secara sistematis dan akuntabel agar mencapai standar mutu. 2. Penilai e-materi untuk memeriksa tingkat pencapaian standar mutu yang berakibat pada pengakuan terhadap e-materi yang digolongkan sebagai bahan pembelajaran dengan menggunakan TIK. 3. Pengambil kebijakan untuk menetapkan langkah/strategi baru dalam pengembangan pembelajaran yang berbasis TIK. 4 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI
9 Pedoman Pengembangan e-materi 2. RAMBU-RAMBU PENGEMBANGAN E-Pembelajaran merupakan proses pembelajaran yang memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi secara efektif untuk memperoleh capaian pembelajaran (learning outcomes) sesuai dengan yang telah direncanakan. E-Pembelajaran berkembang karena ada perkembangan perubahan paradigma strategi pembelajaran yang berpusat pada pendidik (teacher centered) menjadi berpusat pada peserta didik (learner centered). Pemanfaatan e-learning diharapkan dapat memotivasi peningkatan kualitas pembelajaran, kualitas materi ajar, kualitas kegiatan pembelajaran, dan kemandirian peserta didik, serta interaksi antara pendidik dengan peserta didik, antar peserta didik, maupun peserta didik dengan berbagai sumber belajar. e-pembelajaran memiliki fitur luwes yang memungkinkan pemanfaatannya lintas ruang dan waktu untuk mengatasi keterbatasan ruang kelas serta hambatan jarak dan waktu dalam pelaksanaan pembelajaran. Komponen utama e-pembelajaran adalah e-materi yang dikembangkan secara sistematis dan akuntabel sehingga mampu menumbuhkembangkan minat belajar sekaligus memelihara kualitas pembelajaran. e-materi yang tersedia mempunyai karakteristik tingkat akses oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja secara bersamaan atau secara individual. Sistem e- Pembelajaran memungkinkan untuk pemerataan kualitas materi pembelajaran secara terstandar, sehingga memungkinkan terjadinya pemanfaatan fasilitas bersama (resource sharing) antar institusi pendidikan, dan lembaga lainnya di seluruh Indonesia. Dengan demikian e- Pembelajaran memberikan harapan baru sebagai salah satu alternatif solusi atas sebagian besar permasalahan pendidikan di Indonesia, yaitu keterbatasan akses, fasilitas, keterbatasan pemahaman terhadap materi tertentu dan akses terhadap sumber daya pendidikan. Sistem e- Pembelajaran terdiri dari berbagai fitur materi yang disebut e-materi. Pengertian e-materi yaitu seperangkat informasi bidang ilmu yang terstruktur untuk pembelajaran yang disajikan dalam bentuk elektronik. Seperangkat informasi bidang ilmu yang terstruktur meliputi capaian pembelajaran (learning outcomes), beragam bentuk informasi (textual, gambar, audio, video, simulasi, multimedia), ruang lingkup informasi (mata Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI 5
10 Membudayakan Berbagi Pengetahuan kuliah, topik, pokokbahasan), perangkat asesmen dan evaluasi. E-Materi dapat berupa aset-aset yang terpisah dan disusun secara bermakna sehingga dapat diakses untuk memperkaya penjelasan agar pembelajar lebih memahami bagian yang diterangkan dalam sebuah buku ajar. Kepemilikan aset ini harus secara resmi berada di tangan Kemdikbud, sehingga pembelajaran dapat dilakukan dengan lebih murah. Aspek yang paling penting dalam e-materi ini yaitu sarat dan padat dengan teknologi komunikasi dan perangkat lunak yang digunakan seharusnya berupa perangkat yang sudah umum digunakan oleh orang pada umumnya dan bebas diunduh tanpa biaya. Pedoman ini berisi rambu-rambu tentang pengertian e-materi dan tahapan pengembangan e-materi, standar mutu, serta Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI). Dengan demikian pedoman Pengembangan Materi e- Pembelajaran diharapkan menjadi acuan bagi pengembang e-materi untuk mencapai standar mutu, penilai e-materi, pengambil kebijakan dalam bidang pendidikan, serta pihak-pihak yang berkepentingan dalam e- Pembelajaran. Rambu-rambu pengembangan dibagi menjadi enam bagian yaitu: rencana pembelajaran, substansi / isi, metode pembelajaran, kerangka / sistematika penyajian, rancangan e-materi, dan teknologi serta standar yang digunakan Rencana Pembelajaran Hal pertama yang harus diperhatikan dalam pengembangan e-materi adalah terkait dengan rencana pembelajaran. Terkait dengan rencana pembelajaran, berikut ini poin-poin yang harus dipenuhi: 1. Menuliskan rumusan capaian pembelajaran dengan jelas. 2. Menyusun urutan kemampuan yang akan dicapai dalam satuan waktu. 3. Menyusun tahapan materi ajar yang akan disajikan. 4. Menetapkan metode pembelajaran yang dipilih untuk mencapai kemampuan yang sudah direncanakan. 6 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI
11 Pedoman Pengembangan e-materi 5. Menetapkan indikator pencapaiannya dan bobot penilaian dalam sebuah tahapan pembelajaran (apabila e-pembelajaran merupakan pembelajaran satu semester) 6. Menetapkan bentuk pengalaman belajar yang harus dilakukan oleh peserta didik Substansi dan Isi Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam hal substansi dan isi dari e-materi: 1. Materi pembelajaran disajikan secara sistematis dan terstruktur mengikuti kerangka dasar dan satuan kurikulum. 2. Materi pembelajaran memuat informasi beban belajar tiap pembelajar. 3. Materi pembelajaran berisi KTSP yang terdiri atas beberapa Kelompok e-matapelajaran, tiap Kelompok e-matapelajaran terdiri atas beberapa e-matapelajaran sesuai dengan Standar Isi tiap Satuan Pendidikan. 4. Materi pembelajaran dapat disampaikan sesuai jadwal yang mengikuti kalender pendidikan. 5. Memuat pemetaan bidang keilmuan yang dibahas yang dapat menunjukan posisi materi ajar yang akan disusun. 6. Memuat uraian tingkat kedalaman dan keluasan materi yang akan disusun menjadi materi e-pembelajaran. 7. Materi pembelajaran baik pada tahap pembuka maupun pesan utama materi yang disajikan diharapkan menumbuhkan gagasan baru dari peserta didik. 8. Sajian yang ditayangkan terkait dengan capaian pembelajaran yang akan dicapai sebagaimana yang dirancang sebelumnya. 9. Memuat kejelasan sistem asesmen yang menunjukkan indikator keberhasilan pembelajaran peserta didik. Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI 7
12 Membudayakan Berbagi Pengetahuan 10. Menggunakan bahasa yang dapat menjembatani bahasa kelimuan dengan bahasa sehari-hari, mengingat kemampuan peserta didik yang beragam dan pengertian yang dapat dipahami dalam konteks tertentu. 11. Menuliskan semua referensi yang digunakan Metoda pembelajaran Hal yang lain yang harus diperhatikan adalah metode pembelajaran yang diuraikan dalam poin-poin berikut: 1. Menyediakan petunjuk cara mempelajari e-materi (apakah peserta didik dapat mempelajari secara acak ataukah harus berurutan sesuai dengan urutan subtopic/topic, atau pembelajaran ini bertaut dengan materi tertentu) 2. Penyajian dapat menggugah keinginan peserta didik untuk belajar melalui ilustrasi dalam bentuk multi media 3. Menumbuhkan gagasan baru (bukan jawaban tunggal) dalam bentuk petanyaan kritis, ilustrasi, isyu yang aktual, problematik yang memerlukan pemikiran lanjutan/ solusi kreatif. 4. Menggunakan bahasa yang dapat menjembatani bahasa keilmuan dengan bahasa sehari hari sesuai tingkat intelektual mahasiswa dan konteks pembahasannya. 5. Menyediakan sistem komunikasi bagi peserta didik. 8 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI
13 2.4. Kerangka dan Sistematika e-materi Pedoman Pengembangan e-materi E-Materi dikembangkan berorientasi objek pembelajaran (OP), untuk lebih jelasnya dibahas pada bagian rancangan e-materi. Kemudian, untuk menjamin konsistensi struktur lintas e-matapelajaran, OP e-matapelajaran secara umum dikelompokkan ke dalam tiga level OP, yaitu: a. Matapelajaran b. Pokokbahasan c. Subpokokbahasan Spesifikasi struktural untuk level e-materi yang berbeda dalam e- Matapelajaran diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1 Spesifikasi Struktural OP pada e-matapelajaran Level Struktur Matapelajaran Pengenalan (k) Pengantar (k) - Deskripsi Singkat (k) - Kegunaan (k) - Capaian pembelajaran (k) - Kerangka Pembahasan (k) Prasyarat (k) Petunjuk Penggunaan (k) Peta Konsep (k) Daftar Notasi dan Simbol (k) Evaluasi (k) Pokokbahasan (p) Subpokokbahasan (k) Latihan (p) * Asesmen (p) * Pokokbahasan Pengantar (k) Pengenalan (k) Capaian Pembelajaran (k) Kerangka Pembahasan (k) Subpokokbahasan (k) Ringkasan (p) Poin-poin Utama (k) Latihan (p) * Subpokokbahasan (OP Fundamental) Asesmen (p) * Pengantar (k) Pengantar (k) Kepentingan (k) Capaian Pembelajaran (k) Prasyarat (k) Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI 9
14 Membudayakan Berbagi Pengetahuan OI Konsep OI Fakta OI Prosedur OI Proses OI Prinsip Objek Informasi (k) Ringkasan (k) Latihan (p) * Asesmen (p) * Pengenalan (k) Fakta (p) Definisi (k) Contoh (k) Bukan Contoh (p) Analogi (p) Latihan (p) * Asesmen (p) * Pengenalan (k) Fakta (k) Latihan (p) * Asesmen (p) * Pengenalan (k) Fakta (p) Tabel Prosedur (s) Tabel Keputusan (s) Tabel Kombinasi (s) Demonstrasi (p) Latihan (p) * Asesmen (p) * Pengenalan (k) Fakta (p) Tabel Bertahap (s) Diagram Blok (s) Diagram Siklus (s) Latihan (p)* Asesmen (p)* Pengenalan (k) Fakta (p) Pernyataan Prinsip (p) Petunjuk (k) Contoh (k) Bukan Contoh (p) Latihan (p)* Asesmen (p)* Skenario (p) Kerangka Pembahasan (k) Tinjauan (k) Tindak Lanjut (p) Sumber Belajar Tambahan (p) Keterangan: (k) = kebutuhan, (p) = pilihan, (s) = salah satu * Item latihan & asesmen untuk topik tertentu dapat dikelompokkan dalam aktivitas level subpokokbahasan, pokokbahasan atau matapelajaran. 10 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI
15 Pedoman Pengembangan e-materi 2.5. Rancangan e-materi Untuk mewujudkan budaya berbagi pengetahuan perlu didukung melalui rancangan e-materi yang memungkinkan mekanisme share dan reuse. Suatu strategi yang memungkinkan mekanisme share dan reuse e-materi adalah pengembangan berorientasi objek pembelajaran. Strategi objek pembelajaran mengubah materi pembelajaran menjadi sebuah objek yang reusable, sharable dan interoperable. Kumpulan objek pembelajaran yang dikemas mengikuti standard dan spesifikasi e-pembelajaran menjadikannya dapat dioperasikan pada berbagai platform e-pembelajaran yang berbeda. Objek pembelajaran dapat dirangkai, dilepas dan dirangkai kembali dan digunakan bersama dalam konteks pembelajaran yang berbeda Pendekatan Sharing dan Reusing Reuse (penggunaan kembali) merupakan kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi pengembangan e-materi dan memberikan keuntungan secara ekonomis. Pengembang konten perlu mempertimbangkan pemakaian kembali e-materi dan hal tersebut direncanakan secara sistematis. Dalam pendekatan ini, persiapan atau pembuatan e-matapelajaran baru dilakukan melalui pencarian e-materi yang sudah ada dari berbagai sumber dan menggunakannya bersama-sama ke dalam e-matapelajaran baru. Mekanisme ini diilustrasikan pada Gambar 1. e-matapelajaran B e-matapelajaran C Konten Baru e-matapelajaran A e-matapelajaran Baru Konten Baru Gambar 1 Pendekatan Reuse dalam Pembuatan e-materi Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI 11
16 Membudayakan Berbagi Pengetahuan Taksonomi Objek Pembelajaran Taksonomi OP adalah perbedaan level OP yang digunakan dalam penyusunan e-materi pada sistem e-pembelajaran sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 2. Tabel 2 Taksonomi Objek Pembelajaran No Konten Pembelajaran Keterangan 1 Aset Digital Media digital yang berupa teks, grafik, audio, video, animasi dan sebagainya. 2 Objek Informasi Objek yang menggabungkan media digital (teks, gambar, video) ke dalam unit didaktik tertentu, dapat berupa pengantar, ringkasan, fakta, konsep, prosedur, proses atau prinsip. OP Fundamental yang merupakan kumpulan Objek 3 Subpokok-bahasan Informasi sebagai sebuah unit pembe-lajaran untuk mencapai Kompetensi Dasar. 4 Pokokbahasan Kumpulan OP Fundamental sebagai sebuah unit pembelajaran untuk mencapai Standar Kompetensi. 5 Matapelajaran Kumpulan OP Pokokbahasan sebagai sebuah unit pembelajaran untuk mencapai SKL Matapelajaran. 6 Kumpulan OP Matapelajaran sebagai sebuah unit Kelompok pembelajaran untuk mencapai SKL Kelompok Matapelajaran Matapelajaran. 7 KTSP Kumpulan Kelompok Matapelajaran sebagai sebuah unit pembelajaran untuk mencapai SKL Satuan Pendidikan Model Rancangan e-matapelajaran E-Matapelajaran dirancang dengan menerapkan prinsip keberbutiran (granularity), seperti diilustrasikan pada Gambar 2. Dengan demikian memungkinkan butiran OP dirangkai, dilepas, dan dirangkai kembali dengan cara yang berbeda dalam konteks yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Pengembang konten harus dapat mendekomposisi sebuah matapelajaran hingga terdefinisi OP fundamental yang tersusun dari aset digital dengan memperhatikan prinsip sharability dan reusability. 12 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI
17 Pedoman Pengembangan e-materi OP e-matapelajaran OP Pokokbahasan OP Pokokbahasan OP Fundamental OP Fundamental OP Fundamental Objek Informasi Objek Informasi Objek Informasi Objek Informasi Objek Informasi Aset Digital Aset Digital Aset Digital Aset Digital Aset Digital Aset Digital Aset Digital Aset Digital Aset Digital Aset Digital Gambar 2 Model Desain e-matapelajaran Anatomi Objek Pembelajaran Untuk mendukung proses pembelajaran dalam mencapai objektif tertentu, setiap objek pembelajaran sebaiknya menyediakan modul untuk belajar, latihan, dan asesmen sebagai media melaksanakan satu siklus pembelajaran. Materi untuk belajar diklasifikasikan ke dalam lima tipe objek informasi di luar pengantar & ringkasan. Pengklasifikasian ini penting karena tipe-tipe informasi ini menyediakan metodologi untuk memfasilitasi pembelajarannya. Anatomi OP ini diperlihatkan pada Gambar 3. Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI 13
18 Membudayakan Berbagi Pengetahuan Gambar 3 Anatomi Objek Pembelajaran Anatomi OP menyertakan pengantar dan ringkasan ke dalam objek pembelajaran ibaratnya sebagai pembungkus. Bagian awal atau pengantar mempersiapkan pembelajar untuk memperoleh pengetahuan baru, dan bagian akhir atau ringkasan membantu pembelajar merefleksikan pelajaran yang baru saja mereka selesaikan. Metadata merupakan deskripsi dari OP yang dituliskan dalam bahasa XML. Untuk merancang OP pada level Pokokbahasan dapat menggunakan formula berikut ini: Pokokbahasan = Pengantar + Beberapa Subpokokbahasan + Ringkasan + Latihan + Asesmen Latihan atau soal seringkali sudah disertakan di dalam Subpokokbahasan yang terkait, sehingga formula tersebut dapat ditulis kembali menjadi: Pokokbahasan = Pengantar + Beberapa Subpokokbahasan dengan Latihan + Ringkasan + Asesmen 14 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI
19 Pedoman Pengembangan e-materi Demikian juga, kita dapat mengkombinasikan asesmen pada level Pokokbahasan dan menyajikannya di dalam asesmen di akhir Matapelajaran. Sehingga, formula untuk OP pada level Pokokbahasan adalah sebagai berikut: Pokokbahasan = Pengantar + Subpokokbahasan dengan Latihan + Ringkasan 2.6. Teknologi dan Standar yang Digunakan E-Materi berbeda dengan materi pembelajaran konvensional. Teknologi adalah yang menjadi pembeda. Untuk itu, dalam pengembangan e-materi hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Menggunakan teknologi digital, teknologi informasi dan komunikasi yang murah dan tersedia saat ini. Apabila teknologi yang digunakan membutuhkan perangkat lunak tertentu untuk menjalankannya, maka perangkat lunak tersebut harus dapat disediakan secara gratis. 2. Menggunakan teknologi yang memungkinkan interaksi langsung di laman tersebut, dan merekam jejak penggunaan e-materi untuk dapat membandingkan kemajuan pengguna dalam memahami materi yang disampaikan. 3. Menggunakan teknologi yang bersifat device independent, sehingga dapat diakses dengan perangkat PC, notebook, tablet, ataupun smartphone. 4. Menggunakan teknologi multimedia untuk memberikan ilustrasi yang menarik sehingga dapat menggugah peserta didik agar tertarik mempelajari e-materi. 5. Mendeskripsikan informasi tentang e-materi dalam bentuk metadata dalam bahasa Extensible Markup Language (XML). 6. Mengemas E-Materi sehingga compliant terhadap ISO/IEC TR tentang Sharable Content Object Reference Model. Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI 15
20 Membudayakan Berbagi Pengetahuan 3. PROSEDUR PENGEMBANGAN e-materi Pengembangan e-materi hendaknya mengikuti rambu-rambu yang diberikan di Bab 2. Pengembangan e-materi terdiri atas 6 (enam) tahapan, yaitu: a) tahap analisa, b) tahap perancangan, c) tahap pengembangan, d) tahap penyampaian, e) tahap evaluasi, dan f) tahap pemeliharaan. Kedalaman masing-masing tahapan ini dapat disesuaikan dengan kepentingan pengembang e-materi yang disesuaikan dengan tujuan penyajian e-materi. Keenam tahapan ini memuat karakteristik unik dalam merealisasikan e-materi berorientasi objek pembelajaran. Analisa Perancangan Pengembangan Penyampaian Evaluasi Pemeliharaan Gambar 4 Prosedur Pengembangan e-materi 16 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI
21 Pedoman Pengembangan e-materi 3.1. Tahap Analisa Analisis diawali dengan melakukan proses berikut: 1. Menentukan penyebab dari permasalahan berkaitan dengan hasil belajar atau kebutuhan untuk pengalaman belajar. 2. Mencari penyelesaian yang dapat berupa media atau alat belajar, substansi materi, strategi pembelajaran, peningkatan motivasi, dan manajemen pembelajaran. 3. Mendefinisikan kegiatan atau tugas-tugas dan indikator hasil belajar yang hendak dicapai melalui penyelesaian tersebut. Pengembang konten perlu melakukan analisis granularity (keberbutiran) yang mana satu matapelajaran diurai ke dalam bentuk objek-objek lepasan yang lebih kecil melalui proses berikut. 1. Menganalisis kompetensi matapelajaran atau satu kurikulum dengan mempertimbangkan prinsip reuse dan repurpose sehingga dapat dijabarkan sebagai objek-objek lepasan (OP) yang sharable dan reusable. 2. Menganalisis struktur kompetensi OP dalam satu matapelajaran bahkan dalam satu kurikulum, sehingga OP terhubung dalam struktur prasyarat, prosedural, pengelompokan atau gabungan. 3. Menganalisis alternatif struktur kompetensi dalam satu matapelajaran bergantung pada entry beaviour matapelajaran tersebut Tahap Perancangan Berdasarkan hasil analisis, tahap desain dilakukan melalui proses berikut. 1. Mendefinisikan OP pada setiap level. 2. Mendefinisikan prasyarat dan kompetensi tiap OP. 3. Mendefinisikan relasi tiap OP. 4. Merancang metadata OP. 5. Merancang strategi pembelajaran OP. Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI 17
22 Membudayakan Berbagi Pengetahuan 6. Merancang media pembelajaran OP. 7. Menyelaraskan kompetensi, latihan, dan asesmen 3.3. Tahap Pengembangan Fase pengembangan dilaksanakan mengacu pada hasil desain yang mana perlu memperhatikan hal-hal berikut ini: 1. Mengembangkan e-materi dengan menerapkan reuse dan repurpose OP pada setiap level, serta menerapkan reuse dan repurpose objek informasi dan aset digital. 2. Mengembangkan e-materi menggunakan teknologi yang bersifat netral terhadap mode penyampaian (delivery). 3. Mengembangkan e-materi menggunakan teknologi yang bersifat independen terhadap perangkat yang digunakan untuk mengakses. 4. Mengemas e-materi mengikuti standar dan spesifikasi e- Pembelajaran Tahap Penyampaian Pada fase ini, kegiatannya adalah mempersiapkan lingkungan pembelajaran atau sistem e-pembelajaran yang mampu mendukung implementasi e-materi untuk persiapan, pelaksanaan, dan pengawasan proses pembelajaran serta penilaian hasil belajar. Penyampaian e-materi dapat diberikan dalam beragam format dokumen, misalkan: buku elektronik, buku cetak, berbasis web, atau dalam bentuk CD. Disamping itu, e-materi dapat disampaikan dalam beragam bentuk pembelajaran, antara lain: 1. Pembelajaran Mandiri 2. Pembelajaran Jarak-jauh 3. Pembelajaran Blended 4. Pembelajaran Berbasis Guru 18 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI
23 Pedoman Pengembangan e-materi 3.5. Tahap Evaluasi Pada model pengembangan e-materi berorientasi objek pembelajaran, evaluasi dilakukan pada setiap tahapan. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dilakukan: 1. Pada pendekatan OP, umpanbalik dapat berasal dari sesama guru/dosen yang me-reuse/me-repurpose OP. 2. Mengevaluasi pelaksanaan dan hasil dari setiap tahapan. 3. Mengevaluasi OP. 4. Mengevaluasi metadata. 5. Menentukan dampak dari pengalaman belajar kepada pembelajar. 6. Menganalisis kepuasan pembelajar, hasil belajar, kelulusan, dan sebagainya Tahap Pemeliharaan Pengembangan materi e-pembelajaran berorientasi objek pembelajaran memungkinkan kontribusi dari semua pemangku kepentingan untuk mengakses repositori, menambahkan, menggunakan kembali dan merangkai objek pembelajaran dengan mudah sehingga pemeliharaan materi e-pembelajaran menjadi lebih mudah dan lebih efisien. Meskipun tahap ini tidak nampak pada model pengembangan yang lain, namun sebenarnya tahapan ini sudah umum dilakukan, antara lain: 1. Menjaga e-materi selalu relevan. 2. Menjaga e-materi selalu up-to-date. 3. Mengupdate metadata e-materi. 4. Memanfaatkan hasil evaluasi untuk perbaikan dan pemeliharaan e- Materi. Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI 19
24 Membudayakan Berbagi Pengetahuan 4. HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan memberikan dana untuk pengembangan e-materi. Dengan demikian Hak atas Kekayaan Intelektual dari e-materi tersebut menjadi milik Kemdikbud yang dapat diakses secara gratis oleh siapa saja. Penyerahan hak cipta kepada Kemdikbud dibuktikan dengan penandatanganan Pakta Serah Terima Hak Cipta. Sebagai bentuk penghargaan dan pengakuan atas kontribusi pengembang/penyusun e- Materi, maka nama pengembang/penyusun akan dicantumkan dalam karyanya. Apabila pengembang/penyusun e-materi bermaksud untuk mengadaptasi atau mengadopsi karya yang telah ada, maka pengadaptasian dan pengadosian tersebut harus dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 20 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI
25 Pedoman Pengembangan e-materi 5. PENUTUP E-Pembelajaran merupakan proses pembelajaran yang memanfaatkan TIK secara efektif untuk memperoleh capaian pembelajaran (learning outcomes) sesuai dengan yang telah direncanakan. E-Pembelajaran memungkinkan untuk pemerataan kualitas e-materi pembelajaran, dan memungkinkan terjadinya pemanfaatan fasilitas bersama (resource sharing) antar institusi pendidikan, dan lembaga lainnya di seluruh Indonesia. Pedoman pengembangan e-materi ini diharapkan menjadi acuan bagi pengembang e-materi untuk mencapai kualitas produk, penilaian e-materi, serta pihak-pihak yang berkepentingan dalam e-pembelajaran. Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI 21
26 Membudayakan Berbagi Pengetahuan 22 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI
27 Pedoman Pengembangan e-materi DAFTAR ISTILAH ISTILAH Accessibility Adaptability Affordability Asesmen Butir Asesmen Durability e-matapelajaran e-materi e-pembelajaran Elemen Evaluasi Fakta Granularity PENGERTIAN kemampuan untuk mencari dan mengakses komponen instruksional dari suatu lokasi remote & mengirimkannya ke banyak lokasi lain. kemampuan untuk menyesuaikan instruksi kepada kebutuhan personal dan organisasi. kemampuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas dengan mengurangi biaya dan waktu yang dibutuhkan dalam pengiriman instruksi. proses yang digunakan untuk mengevaluasi tingkat pengetahuan atau keahlian pembelajar dibandingkan terhadap pengetahuan atau keahlian yang diharapkan untuk dicapai sebuah pertanyaan atau aktivitas yang dapat diukur yang digunakan untuk menentukan apakah pembelajar telah menguasai sasaran belajar. kemampuan bertahan dari perkembangan dan perubahan teknologi tanpa banyak mengeluarkan biaya untuk mendesain, mengkonfigurasi serta penyimpanan ulang matapelajaran berbasis teknologi sambung jaring. materi pembelajaran berbasis teknologi sambung jaring. pembelajaran berbasis teknologi sambung jaring. grafik individual, blok dari teks, atau inetraksi yang disimpan di dalam database objek pembelajaran yang dikombinasikan dalam cara yang bermakna untuk membentuk konteks dari objek informasi dan objek pembelajaran. upaya untuk menentukan harga (nilai) terhadap hasil yang dicapai peserta didik setelah menyelesaikan tugas-tugas belajar perwujudan yang unik dari sesuatu; segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya keberbutiran, menunjukkan seberapa detail pemecahan e- Materi ke dalam bentuk objek lepasan yang lebih kecil. Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI 23
28 Membudayakan Berbagi Pengetahuan Interoperability Kompetensi Konsep Konten KTSP Kurikulum Latihan Materi Pembelajaran Metadata Monolitik Objek Informasi Objek Pembelajaran kemampuan untuk mengambil komponen-komponen instruksional yang dikembangkan pada suatu lokasi dengan kelengkapan tool atau platformnya dan menggunakannya di tempat lain dengan tool atau platform yang berbeda. kecakapan yang memadai untuk melakukan suatu tugas atau dapat diartikan sebagai memiliki ketrampilan & kecakapan yang diisyaratkan. kumpulan objek atau ide yang berbagi fitur-fitur yang penting bersama sementara masing-masing juga memiliki perbedaan; segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakekat, inti /isi dan sebagainya. konten merupakan bahan-bahan yang mengisi situs web. Konten dapat bersifat tekstual, visual atau aural dalam bentuk: teks, gambar, suara, video dan animasi. kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masingmasing satuan pendidikan. seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. aktivitas penguatan yang memberi kesempatan bagi pembelajar untuk menerapkan pengetahuan dan kemampuannya. bahan yang diperlukan untuk pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. informasi tentang sesuatu, seperti halnya orang, tempat, objek, elemen, grafik dan sebagainya. Metadata terdiri atas dua bagian, item (nama, tanggal, tipe, judul) dan nilainya (Ahmad, 20 oktober 2010, Fakta, Kimia Atom ). sudah di satukan dalam satu kesatuan, tidak ada bagianbagian yang lebih kecil atau tidak ada modul-modulnya. objek yang cukup kecil, tanpa struktur logika yang kompleks, yang menggabungkan media digital (teks, gambar, video) ke dalam unit didaktik tertentu, dapat berupa pengantar, fakta, konsep, prinsip, prosedur, proses dan ringkasan. merupakan suatu kumpulan konten dan elemen media, pendekatan pembelajaran (interaktivitas, model pembelajaran, konteks), dan metadata (untuk keperluan penyimpanan dan pencarian). 24 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI
29 Pedoman Pengembangan e-materi Pelatihan Pembelajaran Pendidikan Penilaian Prinsip Prosedur Proses Repurpose Reusability Reuse Sharability keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan. (UU 13/2003) proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU 20/2003) usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU 20/2003) proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. kumpulan aturan yang harus diikuti dalam menyelesaikan sebuah tugas; berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat. serangkaian instruksi langkah demi langkah untuk menyelesaikan sebuah tugas; meliputi langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. rangkaian kejadian atau aksi untuk menyelesaikan suatu aktivitas atau siklus. memodifikasi untuk tujuan yang berbeda sebelum digunakan kembali kemudahan menggabungkan komponen-komponen instruksional dalam aplikasi-aplikasi dan konteks-konteks yang bertingkat. menggunakan kembali objek pembelajaran. kemampuan/kemudahan untuk berbagi objek pembelajaran dalam beberapa konteks pembelajaran atau multi-aplikasi. Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI 25
30 Membudayakan Berbagi Pengetahuan 26 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI
31 Pedoman Pengembangan e-materi Lampiran 1: PRAKTIK PENGEMBANGAN E-MATERI Pada bagian ini disampaikan contoh praktik yang direkomendasikan dalam pengembangan e-materi berorientasi objek pembelajaran. Contoh ini untuk memberikan gambaran apa yang hendaknya dilakukan dalam siklus pengembangan e-materi yang mencakup tiga tahap yang pertama: analisa, perancangan dan pengembangan. Pada contoh ini disampaikan pengembangan e-materi untuk topik Reaksi Redoks dan Elektrokimia dalam matapelajaran Kimia kelas XII Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah. Analisa Pada tahap ini dianalisis penyebab dari permasalahan berkaitan dengan pembelajaran dan mencari penyelesaian yang dapat berupa media atau alat belajar, substansi materi, strategi pembelajaran, peningkatan motivasi, dan manajemen pembelajaran. Untuk topik Reaksi Redoks dan Elektrokimia didapatkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD) dari Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2006 (lampiran, halaman 465) sebagai berikut: Menerapkan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari Menerapkan konsep reaksi oksidasireduksi dalam sistem elektrokimia yang melibatkan energi listrik dan kegunaannya dalam mencegah korosi dan dalam industri Menjelaskan reaksi oksidasireduksi dalam sel elektrolisis Menerapkan hukum Faraday untuk elektrolisis larutan elektrolit Dari SK-KD tersebut di atas dapat disusun berupa Peta Kompetensi sebagai berikut: Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI 27
32 Membudayakan Berbagi Pengetahuan SK Menerapkan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari KD 3. Menerapkan hukum Faraday untuk elektrolisis larutan elektrolit 2. Menjelaskan reaksi oksidasi-reduksi dalam sel elektrolisis 1. Menerapkan konsep reaksi oksidasi-reduksi dalam sistem elektrokimia yang melibatkan energi listrik & kegunaannya dalam mencegah korosi & di industri Berdasar hasil analisis terhadap SK-KD dan Peta Kompetensi yang diperlihatkan di atas, perlu dilakukan rekontruksi SK-KD dan Peta Kompetensi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran Reaksi Redoks dan Elektrokimia. Hasil Rekonstruksi Peta Kompetensi Standar Kompetensi Menerapkan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari. 2. Menerapkan konsep oksidasireduksi dalam sistem elektrokimia yang melibatkan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar 1. Menyetarakan reaksi oksidasireduksi 28 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI
33 Pedoman Pengembangan e-materi Kemudian, berdasarkan peta kompetensi di atas dapat disusun organisasi materi Reaksi Redoks dan Elektrokimia. Organisasi Materi Jadi, untuk pembahasan topik ini diwujudkan ke dalam 2 (dua) bab berikut: 1. Reaksi Oksidasi-Reduksi 2. Elektrokimia Reaksi Redoks dan Elektrokimia Reaksi Oksidasi-Reduksi Elektrokimia Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI 29
34 Membudayakan Berbagi Pengetahuan Perancangan Berdasarkan hasil analisis pembelajaran, telah diperoleh organisasi materi yang tidak lain merepresentasikan objek pembelajaran pada level SK-KD. Selanjutnya, tiap OP didekomposisi ke dalam bentuk OP pada level yang lebih rendah hingga pada level OP fundamental. Selengkapnya, hasil penjabaran OP ini merepresentasikan sebagai rancangan e-materi yang ditunjukkan pada Gambar di bawah ini. Rancangan E-Materi Reaksi Redoks dan Elektrokimia 1. Reaksi Reduksi-Oksidasi 2. Elektrokimia 1.2 Penyetaraan Reaksi Redoks 2.1 Sel Volta/Galvani 2.2 Sel Elektrolisis 2.3 Korosi 1.1 Definisi Reaksi Redoks Metode Bilangan Oksidasi Metode Setengah Reaksi Anode/katode Potensial Sel Reaksi Sel Aplikasi Sel Volta Hukum Faraday Aplikasi Sel Elektrolisis Penyebab Korosi Pencegahan Korosi Aplikasi Pencegahan Korosi Pada Gambar di atas telah diperlihatkan rancangan e-materi yang dibangun oleh OP pada berbagai level secara lengkap. Tiap OP dirancang terdiri atas materi untuk belajar, latihan dan asesmen. Materi untuk belajar diklasifikasikan berdasarkan bentuk pengetahuannya: fakta, konsep, prinsip, proses dan prosedur dan direpresentasikan sebagai objek informasi (OI) untuk memudahkan pemilihan bentuk multimedia atau aset digital yang dibutuhkan. Pada tahapan ini kemudian dirancang OI yang membangun tiap OP dan menentukan aset-aset digital yang membangun tiap OI. 30 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI
35 Pedoman Pengembangan e-materi Selengkapnya, hal ini di rancang dalam bentuk tabel seperti diberikan contohnya di bawah ini. Rancangan Objek Pembelajaran Pokokbahasan Objek Pembelajaran SubPB Sub2PB Objek Informasi Aset Digital Reaksi Oksidasi- Reduksi Definisi Reaksi Redoks - Fakta Gambar, Video Konsep Teks, Reaksi Prinsip Teks Penyetaraan Reaksi Redoks Metode Bilangan Oksidasi Prinsip Prosedur Tabel Simulator Metode Setengah Reaksi Prinsip Prosedur Tabel Simulator Elektrokimia Sel Volta / Galvani Anode/katode Fakta Ilustrasi Konsep Teks, Reaksi Potensial Sel Fakta Ilustrasi Konsep Teks, Reaksi, Tabel Reaksi Sel Konsep Teks, Reaksi Aplikasi Sel Volta Fakta Ilustrasi Proses Demonstrasi Sel Elektrolisis Hukum Faraday Prinsip Pernyataan Prosedur Diagram, Tabel Aplikasi Sel Elektrolisis Fakta Demonstrasi Korosi Penyebab Korosi Fakta Ilustrasi Konsep Teks, Reaksi Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI 31
36 Membudayakan Berbagi Pengetahuan Pencegahan Korosi Aplikasi Pencegahan Korosi Fakta Konsep Fakta Ilustrasi Teks, Reaksi Demonstrasi Video Rancangan e-materi ini kemudian dilengkapi pula dengan rancangan metadata untuk tiap OP, OI, dan aset digital. 32 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI
37 Pedoman Pengembangan e-materi Pengembangan Pengembangan e-materi berdasarkan hasil perancangan sebagaimana diuraikan di atas. Tiap bagian dibungkus dengan pengantar dan ringkasan dan direalisasikan dalam bentuk materi untuk belajar, latihan dan asesmen. Untuk selengkapnya mengacu pada Tabel 1 Spesifikasi Struktural OP pada e-matapelajaran. e-matapelajaran Struktur e-matapelajaran Pengenalan (k) Pengantar (k) Capaian Pembelajaran (k) Kerangka Pembahasan (k) Prasyarat (k) Petunjuk Penggunaan (k) Peta Konsep (k) Daftar Notasi & Simbol (k) Evaluasi (k) Pokokbahasan (p) Pengantar (k) Pengenalan (k) Tujuan Pembelajaran (k) Kerangkan Pembahasan (k) Subpokok-bahasan (k) Latihan (p) * Asesmen (p) * Subpokokbahasan (k) Ringkasan (p) Latihan (p) * Asesmen (p) * Pengantar (k) Objek Informasi (k) Ringkasan (k) Latihan (p) * Asesmen (p) * Poin-poin Utama (k) Pengantar (k) Kepentingan (k) Tujuan Pembelajaran (k) Prasyarat (k) Skenario (p) Kerangka Pembahasan (k) Tinjauan (k) Tindak Lanjut (p) Sumber Belajar Lain (p) OI Konsep Reaksi Oksidasi-Reduksi Pengenalan (k) Topik reaksi oksidasi-reduksi ini telah Anda pelajari di kelas X pada topik bahasan Daya Hantar dan Reaksi Redoks. Pada bahasan di kelas X tersebut, Anda mempelajari konsep reaksi redoks yang diterapkan dalam memberi tatanama suatu senyawa dan dalam contoh untuk masalah lingkungan. Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI 33
38 Membudayakan Berbagi Pengetahuan Fakta (p) Definisi (k) Konsep reaksi oksidasi-reduksi atau dikenal dengan reaksi redoks adalah berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen, penyerahan dan penerimaan elektron serta peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi. Contoh (k) Reaksi yang terjadi ketika logam seng ditambahkan ke dalam asam klorida adalah Zn (s) + 2H + (aq) Zn 2+ (aq) + H 2(g) Selama reaksi tersebut berlangsung terjadi kenaikan bilangan oksidasi atom Zn dari 0 menjadi +2 dan penurunan bilangan oksidasi atom hidrogen dari +1 menjadi 0. 0 oksidasi +2 Zn (s) + 2H + (aq) Zn 2+ (aq) + H 2(g) +1 reduksi 0 Bukan Contoh (p) Analogi (p) Latihan (p) * Asesmen (p) * 34 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI
39 Pedoman Pengembangan e-materi OI Fakta Korosi Pengenalan (k) Salah satu proses perkaratan yang paling sering terjadi dialam adalah perkaratan besi. Perkaratan besi dapat terjadi secara spontan bila ada oksigen. Perkaratan ini juga membutuhkan air. Reaksi yang terjadi pada proses perkaratan dapat dilihat pada Gambar 30. Perkaratan besi tidak akan terjadi dalam minyak, meskipun minyak itu mengandung oksigen, kecuali bila ada air didalam sistem lingkungan tersebut. Fakta (k) Ilustrasi terjadi korosi pada besi. OI Prosedur Latihan (p) * Asesmen (p) * Penyetaraan Reaksi Oksidasi-Reduksi Pengenalan (k) Seperti halnya reaksi kimia umumnya, untuk menyetarakan reaksi oksidasi-reduksi haruslah memenuhi kesetimbangan massa, yaitu jumlah setiap element/atom harus sama antara kedua sisi. Khusus untuk reaksi oksidasi-reduksi, ketika kita akan menyetarakannya, terdapat suatu aturan tambahan, yaitu jumlah elektron yang terlibat selama reaksi, baik yang dilepas oleh agen pereduksi maupun yang diterima oleh agen pengoksidasi haruslah sama. Fakta (p): tidak ada. Tabel Prosedur (s) Penyetaraan dengan Metode Setengah Reaksi Tabel Keputusan (s) - Tabel Kombinasi (s) Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI 35
40 Membudayakan Berbagi Pengetahuan Demonstrasi (p) Latihan (p) * Latihan untuk demonstrasi di atas. Asesmen (p) * 36 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI
41 Pedoman Pengembangan e-materi OI Proses Produksi Aluminium Pengenalan (k) Aluminum merupakan salah satu unsur yang melimpah di alam. Di bumi ini jumlahnya menduduki peringkat ketiga setelah setelah oksigen dan silikon. Aluminum adalah logam yang sangat aktif. Ditemukan dialam dalam bentuk oksidanya, yaitu Al 2 O 3 yang dikenal bijinya dengan nama bauksit (berasal dari nama penemunya Les Baux, dari Perancis pada tahun 1821). Fakta (p) Tabel Bertahap (s) Diagram (s) Diagram Siklus (s) Catatan Penulis (p) Latihan (p)* Asesmen (p)* Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI 37
42 Membudayakan Berbagi Pengetahuan OI Prinsip Perkaratan dan Pencegahannya Pengenalan (k) Sebelum kita menutup diskusi kita tentang elektrokimia, marilah kita lihat penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu korosi atau perkaratan logam. Reaksi korosi adalah reaksi oksidasi-reduksi, dimana logam diserang oleh beberapa zat di lingkungannya dan diubah ke bentuk yang tidak diinginkan. Fakta (p) Pernyataan Prinsip (p) Sel elektrokimia menjelaskan proses perkaratan, sedangkan sel elektrolisis menjelaskan proses pencegahan perkaratan logam. Petunjuk (k) Terdapat di ilustrasi fakta dalam video 18. Contoh (k) Terdapat di ilustrasi fakta dalam video 18. Bukan Contoh (p) Latihan (p)* Asesmen (p)* 38 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI
43 Pedoman Pengembangan e-materi Lampiran 2: TEKNOLOGI PENDUKUNG Untuk membuat / mengemas e-materi mengikuti Standar SCORM Opensource Exe ScenariChain Xerte Freeware Reload Content Shaper CourseLab ispring MyUdutu Commercial ActivePresenter Articulate Camtasia Captivate Composica Learning Essentials for MS Office Microsoft LCDS FamilyID=e5f4f9c7-1a6a-484b-99fdc231442deaa4&displaylang=en Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI 39
44 Membudayakan Berbagi Pengetahuan 40 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI
45 Pedoman Pengembangan e-materi Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI 41
46 Membudayakan Berbagi Pengetahuan 42 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan - DIKTI
Pedoman Pengembangan Materi e- Pembelajaran
Pedoman Pengembangan Materi e- Pembelajaran Membudayakan Berbagi Pengetahuan dan Mengubah Perilaku Pembelajaran dari Pengajaran ke Pembelajaran DIREKTORAT PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciInfo awal, ringkasan, pemandu, mind map, dll 1 per babak. Latihan, contoh soal, contoh tugas 2 per semester
PANDUAN HIBAH MODUL MATA KULIAH BERBASIS E-LEARNING THE SUPPORT TO THE DEVELOPMENT OF HIGHER EDUCATION" 7IN1 IDB PROJECT PROJECT IMPLEMENTATION UNIT (PIU) UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO TAHUN 2015 I. Ketentuan-Ketentuan
Lebih terperinciInfo awal, ringkasan, pemandu, mind map, dll 1 per babak. Latihan, contoh soal, contoh tugas 2 per semester
PANDUAN HIBAH MATA KULIAH MODUL BERBASIS E-LEARNING THE SUPPORT TO THE DEVELOPMENT OF HIGHER EDUCATION" 7IN1 IDB PROJECT PROJECT IMPLEMENTATION UNIT (PIU) UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO TAHUN 2017 I. Ketentuan-Ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar ini dapat dikelola dalam beberapa cara, salah satunya adalah dengan
[Type here] BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan kebutuhan pokok setiap manusia. Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam memperoleh ilmu pengetahuan, belajar bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciKISI KISI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016
KISI KISI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 205/206 MATA PELAJARAN KELAS : KIMIA : XII IPA No Stansar Materi Jumlah Bentuk No Kompetensi Dasar Inikator Silabus Indikator
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsep, aturan, hukum, prinsip, teori, soal-soal. Dari cangkupan materi ilmu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia menurut Middle Camp dan Kean seperti yang dikutip oleh Erlina (2005:631) mencangkup materi yang amat luas yang terdiri dari fakta, konsep, aturan,
Lebih terperinciSel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4
KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN Sel Volta (Bagian I) Pada sesi 3 sebelumnya, kita telah mempelajari reaksi redoks. Kita telah memahami bahwa reaksi redoks adalah gabungan dari reaksi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data-data yang telah dikumpulkan dapat dikaji lebih lanjut untuk dilihat
32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Data-data yang telah dikumpulkan dapat dikaji lebih lanjut untuk dilihat bagaimana komposisi soal berdasarkan domain kognitif Taksonomi Bloom
Lebih terperinciPenyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK
Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi Satriananda *) ABSTRAK Air yang mengandung Besi (Fe) dapat mengganggu kesehatan, sehingga ion-ion Fe berlebihan dalam air harus disisihkan.
Lebih terperinciBAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.
BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis
Lebih terperinciLOGO. Menyusun E - Materi. Workshop Pengembangan Multimedia Pembelajaran
LOGO Menyusun E - Materi Workshop Pengembangan Multimedia Pembelajaran Rancangan Pembelajaran Bagaimana Menyusun E- Materi Tahapan Analisis Perancangan Pengembangan Penyampaian Evaluasi Pemeliharaan Pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sampai kapanpun, manusia tanpa pendidikan mustahil dapat hidup berkembang sejalan dengan perkembangan jaman.
Lebih terperinciHandout. Bahan Ajar Korosi
Handout Bahan Ajar Korosi PENDAHULUAN Aplikasi lain dari prinsip elektrokimia adalah pemahaman terhadap gejala korosi pada logam dan pengendaliannya. Berdasarkan data potensial reduksi standar, diketahui
Lebih terperinci9. KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR KIMIA SMA/MA KELAS: X
9. KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR KIMIA SMA/MA KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
32 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Data Eksperimen dan Perhitungan Eksperimen dilakukan di laboratorium penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia, ITB. Eksperimen dilakukan dalam rentang waktu antara
Lebih terperinciK T S P KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
K T S P KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN T. Widhiyanti 2008 KURIKULUM Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional sedang mengalami perubahan yang cukup mendasar,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional sedang mengalami perubahan yang cukup mendasar, terutama berkaitan dengan undang-undang sistem pendidikan nasional (Undangundang sisdiknas),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Lebih terperinciLAPORAN PILOTING JURUSAN KIMIA UPI 2003 BAHAN KAJIAN : ELEKTROKIMIA
LAPORAN PILOTING JURUSAN KIMIA UPI 2003 BAHAN KAJIAN : ELEKTROKIMIA 1. Tujuan a. Tujuan Umum: 1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran Matematika dan IPA di sekolah lanjutan/menengah 2. Memperbaiki
Lebih terperinciTransformasi Nilai Kepahlawanan dalam Membagun Nasionalisme
Pembelajaran Berbasis TIK Disampaikan oleh: Awan Sundiawan pada BIMTEK Transformasi Nilai Kepahlawanan dalam Membagun Nasionalisme Ribuan aplikasi baru akan muncul secara online Sumber: http://socialbakers.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan bahan ajar inovatif berbasis multimedia perlu mendapat perhatian dalam memenuhi tuntutan peningkatan kualitas pendidikan dan mendukung pembelajaran
Lebih terperinci11. Mata Pelajaran Kimia Untuk Paket C Program IPA
11. Mata Pelajaran Kimia Untuk Paket C Program IPA A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga pendidikan IPA bukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Inggris yang dipelajari sebagai bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Inggris yang dipelajari sebagai bahasa asing di sekolah adalah penguasaan keterampilan berbicara dengan lancar dan berterima.
Lebih terperinciDAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 25 B. TUJUAN 25 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 25 D. UNSUR YANG TERLIBAT 26 E. REFERENSI 26 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 26
DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 25 B. TUJUAN 25 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 25 D. UNSUR YANG TERLIBAT 26 E. REFERENSI 26 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 26 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 27 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upaya perwujudan kompetensi siswa, dibangun oleh berbagai unsur, yaitu unsur
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan aktifitas dalam upaya perwujudan kompetensi siswa, dibangun oleh berbagai unsur, yaitu unsur raw input (siswa)
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN
SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA... mata Pelajaran : KIMIA Kelas/Semester : XII/1 Standar Kompetensi : 1. Menjelaskan sifat-sifat koligatif non elektrolit dan elektrolit. Alokasi waktu : 16 JP (UH
Lebih terperinciRedoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP
Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kurikulum yang dipergunakan sebagai acuan pembelajaran sekarang ialah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP dikembangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip
Lebih terperinciStandar Kompetensi Guru Kompetensi Dasar Indikator Esensial Kompetensi Inti Kompetensi Guru Mapel. mata pelajaran yang diampu
KISI KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN KIMIA Kompetensi Utama Standar Kompetensi Guru Kompetensi Dasar Indikator Esensial Kompetensi Inti Kompetensi Guru Mapel 1 1. Menguasai karakteristik peserta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang tugas akhir mahasiswa, permasalahan, serta tujuan pembuatan tugas akhir. Selain itu akan dibahas pula mengenai ruang lingkup tugas akhir, metodologi
Lebih terperinciAPLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4
APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4 A. DESKRIPSI Anda tentu pernah mengalami kekecewaan, karena barang yang anda miliki rusak karena berkarat. Sepeda,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bahan ajar inovatif dan interaktif dibutuhkan oleh siswa dan guru agar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahan ajar inovatif dan interaktif dibutuhkan oleh siswa dan guru agar kegiatan belajar mengajar menarik, pengadaan bahan ajar yang bermutu menjadi salah
Lebih terperinciElektrokimia. Tim Kimia FTP
Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis ini merupakan
Lebih terperinciSulistyani, M.Si.
Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Reaksi oksidasi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur, molekul) melepaskan elektron. Cu Cu 2+ + 2e Reaksi reduksi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum di sekolah, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas
Lebih terperinciDigital Library & Distance Learning Lab. Petunjuk Teknis Pengembangan Konten Pembelajaran
Petunjuk Teknis Pengembangan Konten Pembelajaran KATA PENGANTAR Pendidikan merupakan salah satu pilar bangsa yang perlu diselenggarakan dan ditingkatkan pelaksanaannya. Perguruan Tinggu (PT) dan Sekolah
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS KECIL
Lampiran 1 SILABUS Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS KECIL Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X-TSM/2 Pertemuan ke- : I Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. Standar Kompetensi Memahami
Lebih terperinciMengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif
TUGAS 1 ELEKTROKIMIA Di kelas X, anda telah mempelajari bilangan oksidasi dan reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi
Lebih terperinciDAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 25 B. TUJUAN 25 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 25 D. UNSUR YANG TERLIBAT 26 E. REFERENSI 26 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 26
DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 25 B. TUJUAN 25 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 25 D. UNSUR YANG TERLIBAT 26 E. REFERENSI 26 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 26 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 27 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pendekatan pengajaran, yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlakunya kurikulum 2004 berbasis kompetensi, yang telah direvisi melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini persoalan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Berbagai upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya penting untuk mencerdaskan Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu upaya itu adalah dengan adanya pendidikan formal maupun informal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kebutuhan pokok dalam menciptakan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kebutuhan pokok dalam menciptakan sumber daya manusia yang bermutu dan dapat diandalkan dalam kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan investasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciSAP DAN SILABI KIMIA DASAR PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS PASUNDAN
SAP DAN SILABI KIMIA DASAR PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS PASUNDAN KATA PENGANTAR Satuan acara perkuliahan (SAP) atau garis besar program pembelajaran (GBPP)merupakan panduan bagi dosen dan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. pembelajaran. Teknologi komputer dapat di gunakan sebagi alat untuk
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komputer sebagai hasil teknologi moderen sangat membuka kemungkinankemungkinan yang besar untuk menjadi alat pendidikan khususnya dalam pembelajaran. Teknologi
Lebih terperinciMODUL SEL ELEKTROLISIS
MODUL SEL ELEKTROLISIS Standar Kompetensi : 2. Menerapkan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari. Kompetensi dasar : 2.2. Menjelaskan reaksi oksidasi-reduksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam yang merupakan ciptaan Tuhan yang maha kuasa secara sistematis, sehingga IPA bukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masuk dalam kurikulum pendidikan menengah di Indonesia. Ilmu kimia memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang masuk dalam kurikulum pendidikan menengah di Indonesia. Ilmu kimia memiliki peran yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada suatu lingkungan belajar. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa,
Lebih terperinciUNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS MIPA JURUSAN KIMIA Mata Kuliah Service Untuk Jurusan Biologi
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS MIPA JURUSAN KIMIA Mata Kuliah Service Untuk Jurusan Biologi RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESETER (RPKPS) Mata Kuliah Kimia
Lebih terperinciBAB V STUDI KASUS. Pada bab ini dilakukan studi kasus untuk menerapkan model komunitas belajar learnercentered hasil perancangan pada bab IV.
BAB V STUDI KASUS Pada bab ini dilakukan studi kasus untuk menerapkan model komunitas belajar learnercentered hasil perancangan pada bab IV. V.1 Deskripsi Umum Studi Kasus Studi kasus dipilih adalah forum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang dikembangkan, dan keterbatasan produk yang dikembangkan.
Lebih terperinciKONSEP KURIKULUM 2013
Oleh : Pratiwi Pujiastuti pratiwi@uny.ac.id KONSEP KURIKULUM 2013 Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 20 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber
Lebih terperinciKisi UKG berdasarkan Pemetaan Standar Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru KIMIA SMA. 1 Kimia
Kisi UKG berdasarkan Pemetaan Standar dan Guru KIMIA SMA 1 Kimia Inti 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual Standar Guru
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa pendidik diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Lebih terperinciEsensi Penyusunan Materi Pembelajaran Daring. Panduan Berstandar Penyusunan Materi Pembelajaran Daring untuk Pendidikan dan Pelatihan
Esensi Penyusunan Materi Pembelajaran Daring Panduan Berstandar Penyusunan Materi Pembelajaran Daring untuk Pendidikan dan Pelatihan UU No 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Fungsi dan Sifat hak Cipta Pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu dan teknologi bekembang dengan pesat. Perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini ilmu dan teknologi bekembang dengan pesat. Perkembangan ini memiliki dampak dengan semakin terbuka dan tersebarnya informasi dan pengetahuan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap satuan pendidikan diharapkan membuat Kurikulum Tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia, nomor: 20 tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 (PP. 19/2005)
Lebih terperinci54. Mata Pelajaran Kimia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara
54. Mata Pelajaran Kimia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disiratkan bahwa di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disiratkan bahwa di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) menghendaki penyelenggaraan pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciELEKTROKIMIA Reaksi Reduksi - Oksidasi
Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) ELEKTROKIMIA Reaksi Reduksi - Oksidasi Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Lebih terperinciSERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Panduan Penyusunan KTSP jenjang Dikdasmen BSNP KURIKULUM 2013? (Berbasis Scientific Approach)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga ilmu kimia bukan hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fariz Eka Nurfu ad, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang semakin pesat, menuntut masyarakat untuk mengikuti perkembangannya. Salah satu bidang yang mendapatkan dampak
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPENGEMBANGAN COURSEWARE
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari materi dan sifatnya, perubahan materi yang terjadi dan energi yang menyertai perubahan tersebut (Silberberg, 2007).
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA SEL VOLTA SEDERHANA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA SEL VOLTA SEDERHANA 17 September 2016 1. TUJUAN Membuat baterai sederhana yang menghasilkan arus listrik 2. LANDASAN TEORI Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aspek elektronik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat berubah saat ini membutuhkan manusia yang siap dan tanggap. Salah satu cara untuk menghasilkan manusia yang
Lebih terperinciPENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013
1 PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 Pendahuluan Oleh: Bambang Prihadi*) Implementasi Kurikulum 2013 dicirikan dengan perubahan yang sangat mendasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peralatan praktik, penyempurnaan kurikulum maupun peningkatan. profesionalisme guru yang dilakukan secara nasional.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan sebagai tuntutan akan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang dapat berkompetisi di era globalisasi akan terus berlangsung diupayakan. Perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan dewasa ini dapat dilihat dari peningkatan sistem pelaksanaan pendidikan dan pengembangan pembelajaran yang selalu diusahakan
Lebih terperinciREDOKS dan ELEKTROKIMIA
REDOKS dan ELEKTROKIMIA Overview Konsep termodinamika tidak hanya berhubungan dengan mesin uap, atau transfer energi berupa kalor dan kerja Dalam konteks kehidupan sehari-hari aplikasinya sangat luas mulai
Lebih terperinciDIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1
PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran kimia di sekolah, umumnya masih berorientasi kepada materi yang tercantum pada kurikulum. Bagi para siswa, belajar kimia hanya untuk keperluan menghadapi ulangan
Lebih terperinciMULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS MODEL ASSURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STRUCTURED QUERY LANGUANGE (SQL)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan dunia, terutama Indonesia. Usaha pemerintah untuk mewujudkan peningkatan kualitas Indonesia
Lebih terperinciDESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 (BUKU SISWA) BUKU TEKS PELAJARAN SOSIOLOGI SMA/MA KELAS X
DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 (BUKU SISWA) BUKU TEKS PELAJARAN SOSIOLOGI SMA/MA KELAS X I. KOMPONEN KELAYAKAN ISI A. Kelengkapan Materi Butir 1 Butir 2 Kelengkapan kompetensi Materi yang disajikan mengandung
Lebih terperinciHasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
1 No. Dokumen : F/751/WKS1/P/5 No. Revisi : 1 Tanggal Berlaku : 1 Juli 2016 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Godean Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XII/ Gasal
Lebih terperinciPanduan. Pengembangan dan Penyelenggaraan Kuliah Daring Indonesia Terbuka & Terpadu. Rumah Belajar
Draf 17 Januari 2014 Panduan Pengembangan dan Penyelenggaraan KDITT Panduan Pengembangan dan Penyelenggaraan Kuliah Daring Indonesia Terbuka & Terpadu Rumah Belajar Untuk & Oleh Siapa saja Belajar Kapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar berupa pembinaan (pengajaran) pikiran dan jasmani anak didik berlangsung sepanjang hayat untuk meningkatkan
Lebih terperinci2014 PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBELAJARAN CERITA PENDEK BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Potret pembelajaran sastra di berbagai sekolah (di Indonesia) selama ini terlihat buram dan sedih. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian Alwasilah (dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Fauzi Sya bana, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sangatlah pesat, salah satu perkembangan tersebut adalah internet. Internet, singkatan dari interconnection
Lebih terperinciIMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENDIDIK DAN KEMANDIRIAN MAHASISWA.
IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENDIDIK DAN KEMANDIRIAN MAHASISWA munir@upi.edu PENGANTAR Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya media pembelajaran dapat menghantarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan
Lebih terperinciI.1 Latar Belakang Masalah
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah Topik stoikiometri terdiri dari konsep-konsep, prinsip, aturan, dan hukum dasar kimia yang cukup penting dan mendasar untuk mendukung pemahaman konsepkonsep
Lebih terperinciSel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr
Sel Volta A. PENDAHULUAN Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi kimia. Sel elektrokimia adalah suatu sel yang disusun untuk mengubah energi kimia menjadi energi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan peserta didik melalui bahasa verbal sebagai media utama penyampaian materi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk mendukung kemajuan bangsa dan Negara seperti yang tertuang dalam Undang-undang
Lebih terperinci9/30/2015 ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA. Elektrokimia? Elektrokimia?
Elektrokimia? Elektrokimia? Hukum Faraday : The amount of a substance produced or consumed in an electrolysis reaction is directly proportional to the quantity of electricity that flows through the circuit.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. adalah Metode Penelitian dan Pengembangan atau dikenal juga dengan istilah
20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian dan Pengembangan (R&D) Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan suatu media. Metode penelitian yang tepat untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu perkembangan dan. Kemajuan teknologi yang terjadi belakangan ini telah mempengaruhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan yang memungkinkan baginya untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun ajaran 2013/2014. Pencapaian tujuan dari Kurikulum 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai bentuk penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
Lebih terperinciTEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 Penegasan Istilah Istilah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan terutama untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. energi yang ditinjau dari aspek struktur dan kereaktifan senyawa. Struktur dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kajian ilmu kimia mengkhususkan pembahasan pada perubahan materi dan energi yang ditinjau dari aspek struktur dan kereaktifan senyawa. Struktur dan komposisi zat menggambarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi komputer menjadi suatu teknologi yang menjadi kebutuhan diberbagai bidang. Salah satunya dalam konteks pendidikan, komputer bukan hanya mampu membantu dalam
Lebih terperinciOleh: Drs.NANA DJUMHANA M.Pd PRODI PGSD FIP UPI
Oleh: Drs.NANA DJUMHANA M.Pd PRODI PGSD FIP UPI MENGAPA GURU PERLU MEMAHAMI METODOLOGI PEMBELAJARAN? S elain faktor penguasaan materi, salah satu faktor lain yang dapat mempengaruhi profesionalisme guru
Lebih terperinci