KAJIAN EKONOMI PENGOLAHAN JATI DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI PENGOLAHAN JATI DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI PENGOLAHAN JATI DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Oleh : 1) 1) 1) Bambang Tejo Premono, Nur Arifatul Ulya, Edwin Martin, 2) Andi Nopriansyah ABSTRAK Tanaman jati ( Tectona grandis) banyak dikembangkan di Propinsi Lampung terutama Kabupaten Lampung Timur dan juga usaha pengolahan kayu jatinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi produk yang dihasilkan dan nilai tambah dari industri pengolahan kayu jati Penelitian ini dilakukan dengan metode snowball samping pada industri pengolahan kayu jati di Kabupaten Lampung Timur. Pemasaran jati rakyat sebagian besar dalam bentuk kayu bulat ( log) belum mengalami pengolahan menjadi produk lanjut. Untuk meningkatkan nilai tambah suatu barang dilakukan dengan menambahkan input tenaga kerja, modal, dan teknologi. Pengolahan kayu jati dapat meningkatkan nilai tambah produk yang dihasilkan dan variasi produk yang dihasilkan. Kayu jati di Kabupaten Lampung Timur diolah menjadi berbagai produk seperti pintu, jendela, lemari 2 pintu, lemari pintu, buffet dan tempat tidur. Nilai tambah terbesar pada produk jendela dan buffet yang masing-masing Rp ,00/m (1,87%) dan Rp ,00/m ( 1,81 %). Kata kunci : jati, nilai tambah, pengolahan kayu, I. Pendahuluan A. Latar Belakang Jati ( Tectona grandis) merupakan salah satu tanaman yang memiliki kualitas sangat bagus dan bernilai ekonomis sangat tinggi. Pernyebaran jati meliputi Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat (Sumbawa), Maluku, dan Lampung (Martawijaya et al., 1989). Jati di Jawa telah dikembangkan sejak jaman Belanda sampai sekarang secara komersial industri oleh PERHUTANI di Jawa dan secara komersial tradisional oleh masyarakat dalam bentuk hutan rakyat. Kayu jati merupakan jenis kayu indah ( fancy wood) sehingga banyak dimanfaatkan untuk bahan bangunan dan perabotan seperti meubel, kursi, pintu, jendela dan semacamnya. Secara teknis, kayu jati memiliki kelas kuat I dan kelas awet I (Heyne, 1987). Meskipun keras dan kuat, kayu jati mudah dipotong dan dikerjakan, sehingga disukai untuk membuat furniture dan ukir-ukiran. Kayu yang diampelas halus memiliki permukaan yang licin dan seperti berminyak. Pola-pola lingkaran tahun pada kayu teras nampak jelas, sehingga menghasilkan gambaran yang indah. Karena keindahan dan kekuatannya kayu jati banyak dimanfaatkan dalam industri perkayuan. 1) 2) Peneliti Balai Penelitian Kehutanan Palembang Teknisi Litkayasa Balai Penelitian Kehutanan Palembang 249

2 Perkembangan jati di Provinsi Lampung telah lama, hal ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang mengembangkan tanaman jati di lahan milik sebagai tanaman pagar, tanaman pengisi (sela) di antara tanaman pokok. Konon jati tersebut dibawa oleh orang-orang dari jawa yang bertransmigrasi ke Lampung. Propinsi Lampung sendiri sampai saat ini menjadi pemasok kayu jati untuk memenuhi industri furniture di Jawa. Selama ini sebagian besar kayu jati yang kirim ke jawa dalam bentuk kayu bulat ( log). Hal ini terkendala masalah perijinan dan rendahnya rendemen sortimen jati di Lampung. Pengolahan kayu jati lebih lanjut menjadi produk setengah jadi dan produk jadi sebenarnya dapat meningkatkan nilai tambah terhadap kayu itu sendiri Industri pengolahan kayu jati dapat memberikan peluang dan kesempatan lapangan kerja yang besar bagi masyarakat sekitar di samping dapat memberikan nilai tambah terhadap kayu jati dengan produk yang dihasilkan namun belum banyak informasi mengenai hal tersebut terutama di Lampung Timur. Untuk itulah perlu adanya penelitian mengenai nilai tambah dari pengolahan jati lebih lanjut. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui variasi produk yang dihasilkan dalam industri pengolahan kayu jati di Lampung Timur dan untuk mengetahui nilai tambah dari variasi produk yang dihasilkan oleh industri pengolahan kayu jati. II. Metodologi Penelitian A. Lokasi Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur Propinsi Lampung pada wilayah yang menjadi sentra pengolahan jati rakyat yang meliputi Kecamatan Sekampung Udik dan Kecamatan Sekampung. 2 Propinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 5.288,5 km termasuk pulaupulau yang terletak pada bagian sebelah paling ujung tenggara pulau Sumatera. Berdasarkan topografinya daerah Lampung memiliki 5 (lima) tipe atau jenis topografi, yaitu berbukit sampai bergunung, berombak sampai bergelombang, dataran aluvial, dataran rawa pasang surut dan muara sungai ( river basin). Secara umum jati banyak ditanam oleh masyarakat yang tinggal di daerah dengan topografi berombak sampai bergelombang seperti di Kabupaten Lampung Selatan dan Tanggamus, dan topografi aluvial yang merupakan daerah paling luas di propinsi Lampung meliputi Lampung Tengah sampai mendekati pantai di Lampung Timur (merupakan daerah bagian hilir sungai-sungai besar seperti Way Sekampung, Way Tulang Bawang dan Way Mesuji ) Secara administrasi pemerintahan Provinsi Lampung dibagi dalam 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota. Penduduk Provinsi Lampung tahun 2000 sebanyak orang dengan rata-rata kepadatan penduduk per kabupaten/kota 189 jiwa per Km. Propinsi Lampung memiliki luas daratan total ha dan ha diantaranya merupakan kawasan hutan. Sumberdaya hutan Lampung selama ini tidak saja dikenal sebagai penghasil kayu, tetapi juga hasil hutan lainnya seperti damar, arang, nibung dan rotan. Berdasarkan data Dinas Kehutanan Propinsi Lampung tahun 200 didapatkan bahwa produksi kayu bulat sebanyak ,75 m, kayu gergajian m dan 250 Vol. 7 No. 4 Desember Th. 2007,

3 kayu lapis m. Dari sejumlah ,75 m kayu bulat tersebut sebanyak m (11,6%) berasal dari jenis jati yang ditanam oleh masyarakat. B. Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei pada (tiga) sentra pengolahan produk kayu jati di Propinsi Lampung. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh di lapangan dari responden melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner terstruktur dan semi terstruktur. Data primer berupa harga kayu jati bulat, harga bahan baku kayu jati rakyat, variasi produk yang dihasilkan, harga produk kayu jati setengah jati, harga produk kayu jati, pemasaran hasil, biaya produksi, dan biaya investasi. Penentuan responden dilakukan melalui metode snowball sampling dimulai dari tingkat petani (produsen) hingga ke pedagang produk akhir kayu jati. Responden meliputi industri pengolahan kayu jati rakyat, pengrajin kayu jati rakyat, dan pedagang kayu jati rakyat pada lokasi yang terpilih Data sekunder diperoleh dari instansi kehutanan dan pemerintah daerah setempat berupa produksi kayu jati di propinsi Lampung dan data produksi kayu di kabupaten Lampung Timur. C. Analisis Data Untuk mengetahui nilai tambah produk olahan kayu jati, data primer akan dianalisis melalui formula: 1. Menghitung volume kayu jati q1 q2 Q 2 V Q2x 0,875 x L Dimana : q1 dan q2 : diameter pangkal dan ujung (m) Q : diameter (m) L : panjang (m) 2. Biaya produksi TC FC VC TC : Total cost (biaya total) (Rp./m ) FC : Biaya penyusutan alat, atau sewa, pajak, asuransi. (Rp./m ) VC: Biaya operasional alat, gaji/upah. (Rp./m ). Nilai tambah merupakan selisih antara harga bahan baku kayu jati ditambah biaya produksi (harga pokok produksi) dengan harga jual (nilai jual). Mengkaji besaran nilai tambah pemanfaatan kayu jati menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Prahasto dan Purnama, 1994) : 251

4 NT No Ni Vi NT : Nilai tambah (Rp/m ) No : Nilai output (Rp) Vi : Volume input (m ) Ni : Nilai input (Rp) 4. Mengkaji besarnya tambahan keuntungan dari pengolahan kayu jati mulai dari kayu bulat menjadi produk setengah jadi dan produk jadi. Hasil analisis ditampilkan dalam bentuk tabel. III. Hasil dan Pembahasan A. Kondisi Jati di Lampung Budidaya jati masyarakat di Provinsi Lampung dilaksanakan dengan pola campuran baik sebagai tanaman pagar maupun tanaman sela di tegalan, kebun maupun pekarangan rumah. Tidak banyak masyarakat yang menanam jati dengan pola monokultur (khusus jati). Masyarakat yang membudidayakan jati secara monokultur biasanya merupakan kelompok masyarakat yang tidak memiliki ketergantungan sosial ekonomi terhadap sumber daya lahan dan memiliki lahan yang luas. Sampai dengan saat ini, tidak ada data (sekunder) kuantitatif yang menginformasikan sebaran jati di masyarakat. Jika mengacu kepada Kepmenhut No. 101/Kpts-II/1996 bahwa hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik atau maupun hak lainnya dengan ketentuan luas minimum 0,25 ha dan penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan lebih dari 50% maka kebanyakan jati milik masyarakat di Provinsi Lampung tidak masuk dalam kategori hutan rakyat. Meskipun dibudidayakan dalam skala kecil oleh masyarakat, fakta menunjukkan bahwa jati asal Propinsi Lampung telah cukup dikenal dalam perdagangan kayu jati nasional. Tabel 1 produksi kayu jati di Propinsi Lampung. Tabel 1. Perkembangan Produksi Kayu Bulat Jenis Jati di Propinsi Lampung pada tahun 200 No K a b u p a t e n Jumlah Produksi (m ) Lampung Selatan Lampung Tengah Lampung Utara Lampung Barat Lampung Timur Tanggamus Tulang Bawang Way Kanan Sumber: Statistik Dinas Kehutanan Propinsi Lampung, , ,56 79, Tabel 1 menunjukkan bahwa jati dapat ditemukan pada hampir semua kabupaten di wilayah Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Timur pada tahun 200 memproduksi paling banyak kayu bulat jati diikuti Kabupaten Lampung Utara, 252 Vol. 7 No. 4 Desember Th. 2007,

5 Selatan, dan Tengah. Berdasarkan Tabel 1 dapat dinyatakan bahwa Kabupaten Lampung Timur sebagai sentra jati rakyat di Provinsi Lampung. Berdasarkan informasi yang diperoleh dapat diketahui bahwa masyarakat yang paling umum membudidayakan jati ada di Kabupaten Lampung Timur. Data yang diperoleh juga menunjukan bahwa produksi kayu jati rakyat mencapai 96.8 % dari total produksi kayu rakyat di Kabupaten Lampung Timur. Tabel 2. Produksi Kayu Bulat dari Hutan Rakyat di Kabupaten Lampung Timur Tahun 2004 No Jenis K ayu Bulat Jumlah produksi (m ) Persentase (%) 1 Rimba Campuran Kel. Meranti Sengon Acacia Jati 21, Sumber : Dinas kehutanan Lampung Timur tahun, 2004 B. Harga dan Ukuran Kayu Jati Sebagian besar petani menjual kayu jatinya dalam bentuk pohon masih berdiri karena dipandang praktis tanpa harus mengeluarkan biaya penebangan dan pengangkutan. Di sini tengkulak berperan penting dalam jalur pemasaran. Untuk kayu dengan ukuran diameter 15-0 cm dijual secara borongan kepada tengkulak dan harga kayu jati ditentukan oleh pembeli (tengkulak). Konsekuensinya para petani mempunyai daya tawar ( bargaining power) yang rendah. Harga jati di Lampung Timur sangat rendah dibandingkan harga kayu jati dari Perhutani. Harga kayu jati di Lampung Timur dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel. Harga pohon jati pada beberapa kelas diameter di Lampung Timur Keliling (cm) Diameter (m) Perkiraan Volume (m ) Harga (Rp/Pohon) 60 0,19 0, ,2 0, ,26 0, ,29 0, ,2 0, >100 0,5 0, Sumber : Data primer, 2006 Harga kayu jati Perhutani memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga jati rakyat di Lampung Timur karena kualitas kayu yang lebih baik. Harga jati Perhutani dapat dilihat pada Tabel 4. 25

6 Tabel 4. Harga kayu jati Perhutani No Bentuk Kayu Pertukangan Satuan Tahun Kayu jati b ulat Rp/m Kayu Jati gergajian Rp/m Sumber : Perum Perhutani 2002 Penjualan kayu jati dalam bentuk pohon berdiri mempunyai keuntungan yakni : (1) Petani tidak perlu mendatangi pembeli (tengkulak) karena secara aktif pembeli mendatangi para petani yang ingin menjual pohon jatinya; (2) Pembagian batang dilakukan di tempat penebangan sehingga mengurangi biaya pengangkutan dan petani dapat memperoleh bagian batang yang tidak dimanfaatkan oleh pembeli; () Petani tidak perlu mengeluarkan biaya penebangan dan biaya lainnya seperti biaya ijin pemanfaatan kayu. Berdasarkan wawancara dengan tengkulak penjualan kayu jati dalam bentuk (kayu bulat) ke Jawa lebih menguntungkan dan mudah dibandingkan dalam log bentuk papan (olahan) karena (1) Rumitnya perijinan untuk pengiriman kayu olahan dibanding kayu bulat; (2) Harga kayu jati olahan yang berasal dari Lampung lebih rendah dibandingkan harga kayu bulatnya, karena kualitas kayu jati dari Lampung kurang baik sehingga hanya digunakan sebagai campuran pada industri meubel di Jawa; () Rendemen kayu jati Lampung sangat rendah bila langsung diolah dalam bentuk papan. Selama ini para tengkulak lebih banyak mengirim jati dalam bentuk sortimen ke Pulau Jawa (Jakarta, Jepara) karena tingginya harga di Jawa dibandingkan dengan harga di Lampung. Selain itu pangsa pasarnya masih sangat terbuka, sebagai barang komplementer pada saat Perhutani tidak melakukan lelang kayunya. Perbandingan harga kayu jati bulat pada tingkat petani di Lampung sampai harga pada tingkat konsumen di Jawa dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perbandingan harga kayu jati berdasarkan sortimennya Ukuran Diameter (cm) Harga (Rp/M ) Lampung Jepara Jakarta A rb 450 rb 650 rb A rb 950 rb 950 rb A rb 1,65 jt 1,25 jt 0-9 1,80jt 2 jt 2,65 jt 2,25 jt 40-49,2 jt Sumber : Data primer, 2006 C. Pengolahan Kayu Jati Pengolahan dapat diartikan suatu proses untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi dan atau barang setengah jadi. Barang setengah jadi adalah barang yang telah mengalami proses sampai akhir sehingga dapat langsung dipergunakan, sedangkan barang setengah jadi adalah barang yang perlu dilakukan proses lebih lanjut untuk meningkatkan nilai gunanya. Pengolahan kayu jati merupakan suatu upaya untuk meningkatkan nilai guna dan nilai tambah dari bahan baku kayu jati (bulat/ log) 254 Vol. 7 No. 4 Desember Th. 2007,

7 menjadi barang jadi dan atau barang setengah jadi. Dengan adanya pengolahan akan mengasilkan produk yang bervariasi (diversifikasi produk). Adanya penambahan input tenaga kerja, modal (kapital) dan teknologi dalam pengolahan akan kayu jati akan mmberikan nilai tambah terhadap barang yang dihasilkan. Industri pengolahan kayu jati di Lampung Timur merupakan industri yang sifatnya usaha rumah tangga (skala kecil) karena orientasi pasarnya bersifat lokal, tenaga kerja yang dibutuhkan sedikit dan modal yang terbatas. Kebutuhan bahan baku berupa kayu jati untuk industri pengolahan kayu dipenuhi dari kayu jati masyarakat sekitar yang jumlahnya cukup banyak. Produk yang dihasilkan jumlahnya masih sangat terbatas, begitu pula variasi produknya Variasi produk yang dihasilkan antara lain pintu, jendela, tempat tidur, lemari 2 pintu, lemari pintu, dan buffet. Kebutuhan kayu jati sangat tergantung dengan produk yang dihasilkan, hal ini dapat dilihat dalam Tabel 6. Tabel. 6. Besarnya input dan output pengolahan jati pada beberapa variasi produk jati No Jenis Produk Jati Ongkos Biaya (Rp) Kebutuhan Kayu (m ) Harga Kayu (Rp) Harga jual Produk (Rp) Margin Keuntungan (Rp) 1 Pintu , Lemari 2 pintu Lemari pintu , , Buffet , Tempat Tidur , Jendela , Sumber data : hasil pengolahan data primer, 2006 Diversifikasi produk kayu jati dimaksudkan untuk meningkatkan nilai tambah ( added value) baik dari segi nilai maupun macam barang yang dihasilkan. Pemanfaatan kayu jati dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan memberi kesempatan kerja bagi masyarakat lokal dan menaikkan nilai dari kayu jati itu sendiri dengan variasi produk yang dihasilkan. Dengan diversifikasi produk ini setidaknya dapat menyerap 4 sampai 7 tenaga kerja lokal masyarakat untuk setiap pengrajin kayu jati yang ada dalam skala rumah tangga. Sehingga apabila diasumsikan ada 20 sampai 25 industri pengrajin kayu jati skala rumah tangga maka tenaga kerja yang dapat diserap sebesar 100 sampai 125 tenaga kerja. Kayu jati Lampung mempunyai rendemen yang cukup rendah karena kualitas kayu yang kurang baik, baik dari segi umur dan cacat pada kayu. Besar kecilnya rendemen kayu tergantung dengan kualitas kayu (umur, cacat), alat atau mesin pengolah (gergaji) yang digunakan. Alat yang digunakan untuk pengolahan kayu jati pada industri pengrajin rumah tangga masih bersifat tradisional sehingga perlu adanya modernisasi untuk meningkatkan rendemen dari kayu, memudahkan pekerjaan, dan mempercepat pekerjaan itu sendiri. Hasil dari pengolahan dengan mesin yang modern (canggih) juga lebih baik. Kualitas mesin pemotong (pengolah) yang baik akan memberikan sisa pengolahan ( waste of production) yang rendah. Alat ini dapat memanfaatkan kayu sampai ukuran yang terkecil sekalipun. Alat tersebut meliputi mesin serut elektrik, alat pemotong, alat penghalus dan pahat. 255

8 Rendemen kayu jati olahan (papan) di Lampung dengan menggunakan mesin pemotong gergaji pita dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Besarnya rendemen kayu jati berdasarkan sortimennya Jenis ukuran Diameter (cm) Rendemen Kayu A1 10,1, % A2 22, % A 0 up 75-85% Sumber data : hasil pengolahan data primer, 2006 D. Nilai Tambah Kayu Jati Pemasaran kayu jati ke Jawa selama ini lebih banyak dalam bentuk log (kayu bulat) sehingga kurang memberikan nilai tambah baik segi nilai jual maupun manfaat bagi masyarakat setempat. Pengolahan kayu jati lebih lanjut dengan diversifikasi produk diharapkan dapat menaikkan nilai tambah dari kayu jati tersebut. Kayu jati dapat dikerjakan dengan variasi produk yang lebih beragam dan design yang cukup menarik. Tidak hanya dijadikan produk seperti pintu, meubel, buffet, tempat tidur dan lainnya, namun dengan daya kreatifitas dapat dimanfaatkan untuk kerajinan lainnya. Limbah kayu jati dari pengolahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk membuat kerajianan kecil seperti jam dinding, tempat rokok, tempat tissue dan lain sebagainya. Selama ini kayu jati di daerah Lampung hanya digunakan untuk membuat produk seperti jendela, lemari, buffet, pintu belum dimanfaatkan untuk jenis pekerjaan lainnya. Adapun nilai tambah dari pengolahan kayu jati dari log (kayu bulat) menjadi barang seperti pintu, papan, lemari, buffet (lemari pajangan), dan lain-lain dapat dilihat pada Tabel 8 berikut. Tabel 8. Nilai tambah kayu jati untuk variasi produk yang dihasilkan Jenis Produk Jati Total Biaya (Rp m /) Harga Jual Produk (Rp m /) Nilai Tambah (Rp/m ) Added V alue (%) Papan ,06 Pintu ,6 Lemari 2 pintu ,50 Lemari pintu ,58 Buffet Tempat Tidur Jendela Sumber data : hasil pengolahan data primer, ,81 1,68 1,87 Pengolahan kayu jati bulat menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi dapat memberikan nilai tambah bagi suatu produk. Kenaikan terbesar dalam pengolahan lebih lanjut dari kayu jati bulat menjadi produk jadi maupun produk setengah jadi pada produk jendela dan buffet sebesar 1,87 % dan 1,81 %. Adanya input 256 Vol. 7 No. 4 Desember Th. 2007,

9 tenaga, modal dan teknologi dapat memberikan nilai tambah ( added value) yang cukup signifikan terhadap pengolahan kayu bulat jati. Untuk lebih meningkatkan nilai tambah kayu jati olahan pada tingkat pengrajin rumah tangga perlu adanya : 1. Modernisasi peralatan pengolahan yang digunakan Sebagian besar pengrajin di tingkat rumah tangga masih mengunakan alat yang sifatnya masih tradisional sehingga produk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang kurang dan rendemen kayu yang rendah. 2. Mengembangkan design produk olahan Nilai tambah suatu produk terutama produk kayu olahan akan sangat ditentukan oleh design produk yang ada. Para pengrajin perlu untuk mengembangkan design produk kayu olahan, menciptakan suatu trend setter ( patokan) agar mempunyai nilai jual lebih dibandingkan yang lain. Pengrajin perlu membuat design yang cenderung diluar pakem yang ada disamping membuat design (model) yang ada dan laku di masyarakat.. Pengembangan teknik pengawetan kayu jati Kayu jati Lampung dari segi kualitas kalah dengan jati Perhutani, namun dengan teknik pengawetan kayu dan pengerjaan yang baik akan memberikan nilai tambah tersendiri. Pengrajin di Lampung belum banyak yang menerapkan teknik pengawetan kayu yang sesuai standard sehingga perlu adanya pembinaan dari dinas kehutanan dan dinas perdagangan mengenai teknik pengawetan kayu. 4. Peningkatkan kualitas produk akhir kayu jati Finishing kayu kerajinan digunakan untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Para pengrajin di Lampung masih menggunakan teknik finishing yang sederhana dengan memoles produk dengan politur. Kualitas produk kerajianan harus diikuti juga dengan finishing yang tepat pula untuk meningkatkan harga dan nilai tambah barang. Sehingga konsumen akan tertarik dengan barang kerajian yang dihasilkan. IV. Kesimpulan 1. Pengolahan kayu dengan menambahkan input tenaga, modal (kapital) dan teknologi dapat memberikan nilai tambah yang bervariasi tergantung dengan produk yang dihasilkan. 2. Nilai tambah terbesar untuk produk kayu jati jendela dan buffet yang masingmasing sebesar Rp ,00/m (1,87%) dan Rp ,00/m ( 1,81 %). Untuk meningkatkan nilai tambah (harga jual) suatu produk hasil oleh pengrajin perlu adanya pembinaan mengenai pengembangan produk yang dihasilkan seperti peningkatan dan pengembangan design, teknik pengawetan kayu, peningkatan kualitas produk akhir kayu jati. 257

10 DAFTAR PUSTAKA Achmad B., S. Mulyana, U. Supriyadi dan D. S. Rachmat, Kajian Tataniaga Kayu Rakyat di Kabupaten Kuningan. Prosiding Ekspose Terpadu Hasil-Hasil Penelitian Dengan Tema Menuju Pembangunan Hutan Tanaman Produktivitas Tinggi dan Ramah Lingkungan, Yogyakarta Oktober Pusat Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Badan Litbang Kehutanan. Dephutbun, Pedoman Survei Sosial Ekonomi Kehutanan Indonesia. Jakarta. Dirjen RRL Departemen Kehutanan Hutan Rakyat dan Perannya Dalam Pembangunan Daerah. Dalam Majalah Kehutanan Indonesia Edisi No. 06 Tahun 1995/1996. Departemen Kehutanan. Jakarta. Heyne, K Tumbuhan Berguna Indonesia III. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan Martawaijaya, A.,I.Kartasujana., Y.I.Mandang, S. Amongprawira, K.Kadir Atlas Kayu Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. Martin, E. dan B. Winarno, Potensi dan Hambatan Pengembangan Jati Rakyat: Kasus di Kabupaten Kaur Propinsi Bengkulu.Makalah Dipresentasikan Pada Pertemuan Forum Komunikasi Jati, Yogyakarta 24 September Martin, E., B. Winarno, A. Nopriansyah, M. Suparman, Kajian Teknologi dan Kelembagaan Hutan Rakyat. Laporan Kegiatan Penelitian. Balai Litbang Hutan Tanaman Palembang. Tidak diterbitkan. Prahasto, H dan B.M. Purnama, Nilai Tambah Industri Pengolahan Kayu Jati Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 2 No 1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Bogor. Purwanto, S. Ekawati dan S.A. Cahyono, Kelembagaan Untuk Mendukung Pengembangan Hutan Rakyat Produktivitas Tinggi. Makalah Dipresentasikan Pada Ekspose Terpadu Hasil-Hasil Penelitian, Yogyakarta Oktober Soekartawi, Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Manajemen PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta. Sumarna, Y Budidaya Jati. Cetakan III. Penebar Swadaya. Jakarta. Sylviani, B.M.Purnama dan A. Saiban Nilai Ekonomi Kayu Dari Hutan Rakyat Di Sukabumi Jawa Barat. Buletin Penelitian Hasil Hutan Vo. 14 No. 9 pp Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan dalam Prahasto, H dan B. Purnama Nilai Tambah Industri Pengolahan Kayu Jati Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 12 No. 1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Bogor. 258 Vol. 7 No. 4 Desember Th. 2007,

11 Tim Fakultas Pertanian UNS Kajian Pembangunan Hutan Rakyat dalam Pemberdayaan Kelembagaan Sosial Ekonomi di Jawa Tengah. Universitas Negeri Sebelas Maret. Surakarta. Tini, Nia dan K. Amri Mengebunkan Jati Unggul Pilihan Investasi Prospektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta. Umar H, Metodologi Penelitian : Aplikasi dalam Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wibowo S., B.S. Dewi, Indriyanto Kajian daur finansial dan kelestarian hasil hutan Rakyat Jati di Desa Tambak Rejo dan Wates Kecamatan Gading Rejo Kab. Tanggamus. Jurnal Hutan Rakyat Volume V Nomor 1. Pustaka Hutan Rakyat. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta 259

KAJIAN PEMASARAN KAYU JATI RAKYAT DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

KAJIAN PEMASARAN KAYU JATI RAKYAT DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR KAJIAN PEMASARAN KAYU JATI RAKYAT DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Oleh : Nur Arifatul Ulya, Edwin Martin, Bambang Tejo Premono dan 1) Andi Nopriansyah ABSTRAK Jati ( Tectona grandis) merupakan salah satu jenis

Lebih terperinci

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI, KEGUNAAN DAN NILAI TAMBAH KAYU DARI HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN BOGOR

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI, KEGUNAAN DAN NILAI TAMBAH KAYU DARI HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN BOGOR POTENSI, KEGUNAAN DAN NILAI TAMBAH KAYU DARI HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN BOGOR Oleh : Achmad Supriadi 1) ABSTRAK Industri perkayuan di Indonesia saat ini banyak mengalami kekurangan bahan baku terutama kayu

Lebih terperinci

Secara Geografis Propinsi Lampung terletak pada kedudukan Timur-Barat. Lereng-lereng yang curam atau terjal dengan kemiringan berkisar antara 25% dan

Secara Geografis Propinsi Lampung terletak pada kedudukan Timur-Barat. Lereng-lereng yang curam atau terjal dengan kemiringan berkisar antara 25% dan IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITMN 4.1 Geografi Propinsi Lampung meliputi areal seluas 35.288,35 krn2 termasuk pulau-pulau yang terletak pada bagian sebelah paling ujung tenggara pulau Sumatera. Propinsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperlihatkan dan menguraikan keadaan dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Baku Kayu Gergajian Widarmana (1977) 6 menyatakan bahwa bahan mentah atau kayu penghara yang masuk di penggergajian adalah produk alam yang berupa dolok (log) yang berkeragaman

Lebih terperinci

EFISIENSI PEMASARAN KAYU JABON (Anthocephalus cadamba) (STUDI KASUS HASIL HUTAN RAKYAT DESA WAMBULU KECAMATAN KAPONTORI)

EFISIENSI PEMASARAN KAYU JABON (Anthocephalus cadamba) (STUDI KASUS HASIL HUTAN RAKYAT DESA WAMBULU KECAMATAN KAPONTORI) Ecogreen Vol. 1 No. 1, April 2015 Halaman 101 108 ISSN 2407-9049 EFISIENSI PEMASARAN KAYU JABON (Anthocephalus cadamba) (STUDI KASUS HASIL HUTAN RAKYAT DESA WAMBULU KECAMATAN KAPONTORI) Marketing eficient

Lebih terperinci

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : KAJIAN POTENSI KAYU PERTUKANGAN DARI HUTAN RAKYAT PADA BEBERAPA KABUPATEN DI JAWA BARAT

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : KAJIAN POTENSI KAYU PERTUKANGAN DARI HUTAN RAKYAT PADA BEBERAPA KABUPATEN DI JAWA BARAT KAJIAN POTENSI KAYU PERTUKANGAN DARI HUTAN RAKYAT PADA BEBERAPA KABUPATEN DI JAWA BARAT Oleh: Ridwan A. Pasaribu & Han Roliadi 1) ABSTRAK Departemen Kehutanan telah menetapkan salah satu kebijakan yaitu

Lebih terperinci

ASPEK SOSIAL EKONOMI JENIS: SUNGKAI

ASPEK SOSIAL EKONOMI JENIS: SUNGKAI ASPEK SOSIAL EKONOMI JENIS: SUNGKAI Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan Koordinator RPI : Drs. Riskan Efendi, MSc. Judul Kegiatan : Budidaya

Lebih terperinci

MENAKSIR VOLUME POHON BERDIRI DENGAN PITA VOLUME BUDIMAN

MENAKSIR VOLUME POHON BERDIRI DENGAN PITA VOLUME BUDIMAN MENAKSIR VOLUME POHON BERDIRI DENGAN PITA VOLUME BUDIMAN Oleh Budiman Achmad Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Ciamis HP : 081320628223 email : budah59@yahoo.com Disampaikan pada acara Gelar Teknologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif yaitu penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif yaitu penelitian dilakukan 45 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif yaitu penelitian dilakukan untuk memperlihatkan dan menguraikan keadaan dari objek penelitian. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang melimpah. Salah satunya adalah kekayaan sumber daya alam berupa hutan. Sebagian dari hutan tropis

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Provinsi Lampung dengan menggunakan data

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Provinsi Lampung dengan menggunakan data 46 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan pada Provinsi Lampung dengan menggunakan data sekunder yang ditunjang dengan studi kepustakaan. Data yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Jenis Bambang Lanang Analisis Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman penghasil kayu Jenis bawang Analisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) 6.1. Analisis Nilai Tambah Jenis kayu gergajian yang digunakan sebagai bahan baku dalam pengolahan kayu pada industri penggergajian kayu di Kecamatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Wilayah Propinsi Lampung 1. Geografi Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau Sumatera dengan luas wilayah 35.288,35 Km 2. Propinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN

KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN Oleh : Rachman Effendi 1) ABSTRAK Jumlah Industri Pengolahan Kayu di Kalimantan Selatan tidak sebanding dengan ketersediaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dikategorikan sebagai provinsi yang sedang berkembang.

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dikategorikan sebagai provinsi yang sedang berkembang. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung dikategorikan sebagai provinsi yang sedang berkembang. Provinsi lampung yang beribukota di Bandar Lampung memiliki areal dataran seluas 34623,80 Km 2 termasuk

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaku Pemasaran Kayu Rakyat Pelaku pemasaran kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung terdiri dari petani hutan rakyat, pedagang pengumpul dan sawmill (industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kayu juga merupakan komoditi ekspor, penghasil devisa, maka kualitas kayu

I. PENDAHULUAN. kayu juga merupakan komoditi ekspor, penghasil devisa, maka kualitas kayu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil kekayaan hutan adalah kayu. Kayu banyak dimanfaatkan di bidang properti, seperti rumah dan meubel. Disamping komoditi dalam negeri, kayu juga merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

BAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT

BAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT BAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT 6.1 Kelembagaan Pengurusan Hutan Rakyat Usaha kayu rakyat tidak menjadi mata pencaharian utama karena berbagai alasan antara lain usia panen yang lama, tidak dapat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi untuk memenuhi penyediaan pangan penduduk, mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kecamatan Conggeang 4.1.1 Letak geografis dan administrasi pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Kecamatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL 18 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur Geografis Secara geografis, Kabupaten Lampung Timur

Lebih terperinci

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari I. A. Latar Belakang dan Masalah Perioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (hardwood). Pohon jati memiliki batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. (hardwood). Pohon jati memiliki batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pohon Jati Pohon jati merupakan pohon yang memiliki kayu golongan kayu keras (hardwood). Pohon jati memiliki batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai 40 meter. Tinggi batang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 15 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Berdasarkan beberapa teori dalam Tinjauan Pustaka, terdapat lima variabel yang menjadi dasar pemikiran dalam penelitian ini. Variabel tersebut yaitu:

Lebih terperinci

Hutan Rakyat. Tonny Soehartono

Hutan Rakyat. Tonny Soehartono Tonny Soehartono 38 Bab 5 Hutan Rakyat Definisi dan Kelahiran Hutan Rakyat Istilah hutan rakyat atau hutan milik rakyat mulai dikenal secara luas pada pertengahan tahun 1970 saat pemerintah mendorong masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Industri pengolahan kayu merupakan industri yang mengolah kayu atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Industri pengolahan kayu merupakan industri yang mengolah kayu atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pengolahan kayu merupakan industri yang mengolah kayu atau bahan berkayu (hasil hutan atau hasil perkebunan, limbah pertanian dan lainnya) menjadi berbagai

Lebih terperinci

KAYULAPIS Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau

KAYULAPIS Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau KAYULAPIS Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau Penulis: : Prof. Ir. Tibertius Agus Prayitno, MFor., PhD. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2012 Hak Cipta 2012 pada penulis, Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu kekayaan alam bangsa Indonesia yang menjadi aset berharga dalam mendatangkan devisa bagi negara, sehingga dapat memberi kontribusi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara. 45 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota yang menjadi ibukota provinsi Lampung, Indonesia. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan jati merupakan bagian dari sejarah kehidupan manusia di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Hutan jati merupakan bagian dari sejarah kehidupan manusia di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan jati merupakan bagian dari sejarah kehidupan manusia di Indonesia khususnya di Pulau Jawa, karena kayu jati telah dianggap sebagai sejatining kayu (kayu yang sebenarnya).

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Tingkat pendidikan di Desa Babakanreuma masih tergolong rendah karena dari 36 responden sebagian besar hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam data ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam data ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data 42 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam data ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah diolah dan diterbitkan oleh lembaga yang berkaitan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Marga dan Hutan Rakyat 1. Hutan Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. kepustakaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Anggaran

METODE PENELITIAN. kepustakaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Anggaran 46 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan pada sepuluh kabupaten/kota yang ada di Provinsi Lampung dengan menggunakan data sekunder yang ditunjang dengan studi kepustakaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat 143 jenis bambu yang beranekaragam. manfaat kerna batangnya kuat, kerat dan elastis sehingga membuat bambu

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat 143 jenis bambu yang beranekaragam. manfaat kerna batangnya kuat, kerat dan elastis sehingga membuat bambu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia terdapat 143 jenis bambu yang beranekaragam. Keanekaragaman ini dapat disebabkan karena adanya perbedaan iklim, tanah, dan topografi. Tanaman bambu merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN 7 Latar Belakang Tekanan terhadap sumberdaya hutan menyebabkan terjadinya eksploitasi yang berlebihan, sehingga sumberdaya hutan tidak mampu lagi memberikan manfaat yang optimal. Tekanan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Teknologi Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu mengalami perkembangan

Lebih terperinci

ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM

ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan Koordinator RPI : Drs. Riskan Efendi, MSc. Judul Kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya yang melimpah di Indonesia adalah sumberdaya hutan.

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya yang melimpah di Indonesia adalah sumberdaya hutan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumberdaya alam. Salah satu sumberdaya yang melimpah di Indonesia adalah sumberdaya hutan. Indonesia adalah penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan milik masyarakat berangsur-angsur menjadi pemukiman, industri atau usaha kebun berorientasi komersil. Karena nilai ekonomi lahan yang semakin meningkat maka opportunity

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Bantul merupakan bagian integral dari wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang mempunyai 17 kecamatan. Letak astronominya antara 110º12 34 sampai 110º31

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim, kurang lebih 70 persen wilayah Indonesia terdiri dari laut yang pantainya kaya akan berbagai jenis sumber daya hayati dan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Oleh: Erwin Krisnandi 1, Soetoro 2, Mochamad Ramdan 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Galuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemerintah yang konsisten yang mendukung pembangunan pertanian. Sasaran pembangunan di sektor pertanian diarahkan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. pemerintah yang konsisten yang mendukung pembangunan pertanian. Sasaran pembangunan di sektor pertanian diarahkan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan pertanian pada era globalisasi seperti saat ini harus dibangun secara terintegrasi mulai dari pembangunan industri hulu, hilir dan kebijakan pemerintah yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang devisa,

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

226 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN

226 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN 226 ANALISIS USAHA TANI KELAPA SAWIT DI DESA HAMPALIT KECAMATAN KATINGAN HILIR KABUPATEN KATINGAN (Analysis of oil palm farming in Hampalit Village, Katingan Hilir Sub district, Katingan District) Asro

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pelaksanaan Tebang Habis Jati Kegiatan tebang habis jati di Perum Perhutani dilaksanakan setelah adanya teresan. Teresan merupakan salah satu dari beberapa rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Kayu Kelapa dari CV. UNIQUE Furniture Cibarusah Kab. Bekasi Sebagai Wadah Alat Tulis Modular

Pemanfaatan Limbah Kayu Kelapa dari CV. UNIQUE Furniture Cibarusah Kab. Bekasi Sebagai Wadah Alat Tulis Modular Pemanfaatan Limbah Kayu Kelapa dari CV. UNIQUE Furniture Cibarusah Kab. Bekasi Sebagai Wadah Alat Tulis Modular Iyus Susila 1,*, Fakhri Huseini 1 1 Institut Teknologi dan Sains Bandung, Deltamas, Bekasi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat di Desa Burat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat di Desa Burat V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat di Desa Burat Pengusahaan hutan rakyat di Desa Burat dapat diuraikan berdasarkan beberapa aspek seperti status lahan, modal, SDM, pelaksanaan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

M E M U T U S K A N :

M E M U T U S K A N : MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 6884 /KPTS-II/2002 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA EVALUASI TERHADAP INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU Menimbang : MENTERI KEHUTANAN,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan data sekunder yang berasal dari instansi atau dinas terkait.

III. METODE PENELITIAN. menggunakan data sekunder yang berasal dari instansi atau dinas terkait. 41 III. METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Sumber Data Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari

Lebih terperinci

Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September )

Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September ) KONSERVASI TANAH DAN AIR: PEMANFAATAN LIMBAH HUTAN DALAM REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN TERDEGRADASI 1) Oleh : Pratiwi 2) ABSTRAK Di hutan dan lahan terdegradasi, banyak dijumpai limbah hutan berupa bagian

Lebih terperinci

Lampiran 1 Data luas lahan yang dimiliki petani hutan rakyat di masing masing desa penelitian No Responden Desa Margajaya

Lampiran 1 Data luas lahan yang dimiliki petani hutan rakyat di masing masing desa penelitian No Responden Desa Margajaya LAMPIRAN 54 55 Lampiran 1 Data luas lahan yang dimiliki petani hutan rakyat di masing masing desa penelitian No Responden Luas Lahan Luas Hutan Jumlah Pohon Pertanian (m²) Rakyat (m²) yang Dimiliki Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor dan subsektor unggulan di

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor dan subsektor unggulan di III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor dan subsektor unggulan di Kabupaten Tulang Bawang adalah data sekunder berupa Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN. yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus dikembangkan dalam

I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN. yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus dikembangkan dalam 1 VI. I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Subsektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu dari sektor pertanian yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang menjadi sentra penanaman jati adalah puau Jawa (Sumarna, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang menjadi sentra penanaman jati adalah puau Jawa (Sumarna, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu jati dikenal sebagai kayu mewah karena kekuatan dan keawetannya dan merupakan salah satu tanaman yang berkembang baik di indonesia. Hal tersebut tercermin dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sektor ini memiliki share sebesar 14,9 % pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jati (Tectona grandis; famili Verbenacca) pada mulanya merupakan tanaman hutan yang tidak sengaja ditanam dan tumbuh liar di dalam hutan bersama jenis tanaman

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati Ringkasan Penelitian ini dilakukan terhadap anggota Kelompok Tani

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Kondisi Geografis Desa Suka Damai merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Gereudong Pase, Kabupaten Aceh Utara. Ibu kota kecamatan ini berada

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Para Aktor Dalam rantai nilai perdagangan kayu sengon yang berasal dari hutan rakyat, terlibat beberapa aktor (stakeholder) untuk menghasilkan suatu produk jadi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN PENEBANGAN POHON DI LUAR KAWASAN HUTAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin banyaknya jumlah angkatan kerja yang siap kerja tidak mampu

I. PENDAHULUAN. semakin banyaknya jumlah angkatan kerja yang siap kerja tidak mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lapangan pekerjaan merupakan wahana yang sangat penting bagi para tenaga kerja untuk mengeksplorasi kemampuan diri dalam bidang tertentu. Fenomena semakin banyaknya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat yang masih memiliki nilai-nilai dan kultur tradisional. Sejak jaman dahulu, mereka tidak hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Jati (Tectona grandis L.f) Menurut Sumarna (2002), klasifikasi tanaman jati digolongkan sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Legonkulon berada di sebelah utara kota Subang dengan jarak ± 50 km, secara geografis terletak pada 107 o 44 BT sampai 107 o 51 BT

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN 1. Orisinalitas Perbedaan karya rancangan penulis dengan karya desainer lain berdasarkan riset yang penulis kumpulkan adalah desainer lain ada juga yang membuat rancangan meja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN. Asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff) berasal dari kawasan Asia yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN. Asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff) berasal dari kawasan Asia yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff) berasal dari kawasan Asia yaitu semenanjung Malaysia, Thailand, Myanmar dan

Lebih terperinci

10jO15'-106"20' Bujur Timur dan 4"37'-j"37' Lintang Selatan, dengall batas-

10jO15'-10620' Bujur Timur dan 437'-j37' Lintang Selatan, dengall batas- V. GAMBARAN UMUM WLAYAH DAN PRODUKS UB KAYU D DAERAH PENELTAN 4.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat 11 Lampung Timur rnembentang pada posisi 10jO15'-106"20' Bujur Timur dan 4"37'-j"37' Lintang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya penduduk dan tenaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. air. Karena alasan tersebut maka pemerintah daerah setempat biasanya giat

I. PENDAHULUAN. air. Karena alasan tersebut maka pemerintah daerah setempat biasanya giat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) dikenal sebagai tanaman serbaguna. Bagi Indonesia, tanaman kelapa merupakan salah satu tanaman perkebunan yang bukan impor kolonialis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya dan ekonomi. Fungsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk

IV. KEADAAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk 33 IV. KEADAAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG A. Letak Geografis Dan Iklim Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk ibu kota Propinsi Lampung. Kota yang terletak di sebelah barat

Lebih terperinci

Analisis Potensi Limbah Penebangan dan Pemanfaatannya pada Hutan Jati Rakyat di Kabupaten Bone

Analisis Potensi Limbah Penebangan dan Pemanfaatannya pada Hutan Jati Rakyat di Kabupaten Bone Biocelebes, Juni 2010, hlm. 60-68 ISSN: 1978-6417 Vol. 4 No. 1 Analisis Potensi Limbah Penebangan dan Pemanfaatannya pada Hutan Jati Rakyat di Kabupaten Bone A. Mujetahid M. 1) 1) Laboratorium Keteknikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial yang diminati dan paling banyak dipakai oleh masyarakat, khususnya di Indonesia hingga

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci