e. Tersedianya sistem jaringan dokumentasi dan informasi yang sama di pusat dan daerah.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "e. Tersedianya sistem jaringan dokumentasi dan informasi yang sama di pusat dan daerah."

Transkripsi

1 C. MATRIKS RENCANA TINDAK No. 1. Memantapkan Perwujudan Otonomi Daerah 1.1 Peningkatan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah 1. Menyusun pengelolaan SDM aparatur daerah melalui penyediaan sistem informasi, instrumen analisis, sistem penghargaan dan penghukuman. 2. Memberikan fasilitasi penyelenggaraan diklat kepada lembaga diklat daerah dalam bentuk penyusunan manual dan pedoman. a. Tersedianya sistem informasi pengelolaan SDM aparatur pemerintah b. Terlaksananya analisis kebutuhan peningkatan kapasitas aparat pemerintahan daerah (analisis kebutuhan diklat, sarana prasarana, dan kesejahteraan) dan teridentifikasinya kebutuhan diklat prioritas. c. Tersedianya sistem penghargaan dan penghukuman disertai pemberian insentif moril/material yang memadai maupun pemberian disinsentif moril/material. d. Tersusunnya pedoman standar kompetensi aparatur daerah dan analisa kinerja jabatan. e. Tersedianya sistem jaringan dokumentasi dan informasi yang sama di pusat dan a. Tersusunnya manual dan pedoman diklat b. Tersusunnya desain pedoman sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar dan karakteristik aparatur pemerintah c. Terbentuknya jaringan kerja antar lembaga diklat daerah dengan lembaga diklat lainnya, lembaga profesi dan perguruan tinggi. Kantor Meneg PAN, Depdagri, BKN, Pemda. Depdagri, Instansi Teknis, LAN, Kantor Meneg PPN/Bappenas, Pemda. Kantor Meneg PAN. Kantor Meneg PAN, Instansi Teknis, Kantor Meneg PPN/Bappenas, Pemda. PAN, Kantor Meneg PPN/Bappenas, Pemda, Instansi Teknis. LAN, Depdagri, Instansi Teknis. LAN, Depdagri, Instansi Teknis. LAN, Depdagri, Instansi Teknis. 2. Peningkatan Kapasitas SDM. 3. Peningkatan Kapasitas dan Pengembangan Kemampuan Sumber Daya Iptek. 2. Peningkatan Kapasitas SDM. IX-24

2 3. Melaksanakan bimbingan teknis dan a. Tersusunnya modul diklat dan media fungsional aparatur daerah dan asosiasi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan daerah, terutama untuk aparatur di daerahdaerah belajar. pemekaran baru, perbatasan, daerah b. Tersedianya tenaga pengajar yang cukup untuk miskin dan daerah yang sumberdaya alamnya penyelenggaraan diklat di terbatas, serta daerah pasca konflik. c. Terlaksananya diklat dengan prioritas tinggi bagi target grup strategis pimpinan pemerintah daerah, yaitu: i. Diklat kepemimpinan ii. Diklat bagi pimpinan dan anggota DPRD iii. Diklat bagi calon anggota DPRD iv. Diklat hasil rencana tindak lanjut bagi pejabat eselon II propinsi, kabupaten/kota. d. Terlaksananya diklat yang bertujuan untuk percepatan penerapan desentralisasi dan otonomi daerah serta ketahanan NKRI pada wilayah baru hasil pemekaran, perbatasan, daerah miskin, daerah dengan SDA terbatas dan daerah pasca konflik. e. Terlaksananya diklat di bidang penyelenggaraan pemerintahan yang bebas KKN dan pelayanan publik yang baik. 4. Mengembangkan pelayanan sistem informasi pengaduan masyarakat. 5. Menyiapkan/evaluasi kerangka kebijakan pelatihan nasional SDM aparatur a. Tersusunnya sistem penanganan pengaduan masyarakat. b. Meningkatnya kemampuan aparatur dalam menangani pengaduan masyarakat. a. Tersedianya instrumen monev diklat yang dapat mengukur efektivitas input, proses, hasil dan dampak diklat. b. Terlaksananya monitoring dan evaluasi diklat. c. Terlaksananya kaji ulang terhadap pedoman dan kurikulum silabi diklat prioritas bagi pemerintah LAN, Pemda, Depdagri, Instansi Teknis. LAN, Depdagri, Pemda, Instansi Teknis. Depdagri, Pemda, Instansi Teknis. Depdagri, Pemda, Instansi Teknis. LAN, Depdagri, Instansi Teknis. Kantor Meneg PAN, Depdagri, Pemda, Instansi Teknis. Kantor Meneg PAN, Pemda, Depdagri, Instansi Teknis. Kantor Meneg PAN, Depdagri, Pemda, Instansi Teknis, Kantor Meneg PPN/Bappenas. Depdagri, Instansi Teknis, Kantor Meneg PPN/Bappenas. PPN/Bappenas, Instansi Teknis. 2. Peningkatan Kapasitas SDM. 2. Peningkatan Kapasitas SDM. 3. Pengawasan Aparatur Negara. 4. Peningkatan Kapasitas dan Pengembangan Kemampuan Sumberdaya Iptek. 2. Peningkatan Kapasitas SDM. IX-25

3 1. Menata dan memantapkan struktur dan kelembagaan manajemen pemerintah daerah terutama yang dapat meningkatkan kredibilitas kelembagaan menjadi bebas KKN guna mendukung perwujudan pemerintahan yang baik (good governance). 1.2 Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintahan Daerah 2. Mengembangkan hubungan kerja lembaga di lingkungan pemerintah daerah secara horizontal dan vertikal serta antara pemerintah daerah dengan masyarakat. 3. Melaksanakan evaluasi kelembagaan yang dikembangkan dalam rangka penyesuaianpenyesuaian untuk dukungan kepentingan kebijakan nasional dalam kerangka NKRI. a. Tersedianya revisi pedoman dan analisa penetapan pemekaran, penggabungan dan penghapusan daerah otonom. b. Tersusunnya model kelembagaan bagi daerah otonom baru. c. Terbentuknya struktur organisasi dan manajemen pemerintah daerah yang mengikuti kaidah organisasi yang maju dan norma pemerintahan yang baik. d. Terlaksananya sosialisasi dan implementasi kerangka nasional pengembangan dan peningkatan kapasitas dalam rangka desentralisasi. e. Terfasilitasi kebijakan otonomi daerah bagi daerah otonom pemekaran. f. Tersusunnya hasil pengkajian dan penetapan pedoman tentang kewenangan wajib per-bidang pada daerah otonom. g. Tersedianya hasil pengkajian pengembangan daerah untuk peningkatan status administrasi pemerintahan. h. Terlaksananya sosialisasi dan kodefikasi administrasi pemerintahan pemerintah a. Tersusunnya Rancangan Keppres tentang hubungan eksekutif dan legislatif. b. Tersosialisasinya pedoman umum hubungan eksekutif dan legislatif. a. Tersusunnya sistem evaluasi dan pelaporan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah yang desentralistik. b. Terlaksananya evaluasi terhadap implementasi kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh DPOD, seperti evaluasi pelaksanaan pembentukan daerah otonom baru, evaluasi kemampuan pelaksanaan kewenangan daerah dan kajian harmonisasi dan sosialisasi otonomi. Depdagri, Depkeu, Setneg, Kantor Meneg PAN, Kantor Meneg PPN/Bappenas. Depdagri, Depkeu, Kantor Meneg PAN. Depdagri, Depkeu, Kantor Meneg PAN, Pemda, BKN, LAN. Kantor Meneg PPN/Bappenas, Depdagri, Instansi Teknis. PPN/Bappenas, Depkeu. Depdagri, LAN, Kantor Meneg PAN. Depdagri, Pemda. Depdagri, BPN, BPS, BAKOSURTANAL, Kantor Meneg PPN/Bappenas. Depdagri, Depkeu, Kantor Meneg PPN/Bappenas, Pemda. Depdagri, Pemda, LAN. Kantor Meneg PPN/Bappenas, Depdagri, Pemda. Kantor Meneg PPN/Bappenas, Depdagri, Kantor Meneg PAN, Depkeu, Setneg. 2. Penataan Kelembagaan dan 3. Peningkatan Pelayanan Publik. 2. Penataan Kelembagaan dan 3. Peningkatan Pelayanan Publik. 4. Pemberdayaan 2. Penataan Kelembagaan dan IX-26

4 Meningkatkan kapasitas kelembagaan a. Terlaksananya pembinaan umum terhadap pemerintah perumusan mekanisme kerja antar legislatif dan eksekutif di daerah dalam perencanaan, penganggaran, pengawasan dan pertanggungjawaban. b. Terlaksananya pembinaan dan bimbingan pelaksanaan kewenangan antar strata pemerintahan serta antar legislatif dan eksekutif di daerah dalam menjalankan fungsi pemerintahan. c. Meningkatnya peran dan fungsi pemerintah propinsi sebagai wakil pemerintah pusat di Penataan Pengelolaan Keuangan Daerah 5. Menyusun standar operasional kerja masingmasing unit pemerntah daerah dan standar pelayanan minimum. 1. Menyusun manual keuangan daerah berbasis kinerja (MAKUDA) terutama untuk meningkatkan pengelolaan keuangan daerah secara baik, transparan, dan bebas KKN. 2. Mengembangkan pedoman dan menganalisis kapasitas dalam penyusunan rencana peningkatan pendapatan 3. Merestrukturisasi pengelolaan BUMD dan unit usaha daerah lainnya yang menjadi sumber pendapatan d. Meningkatnya peran badan perencanaan di a. Tersusunnya pedoman pelayanan dasar dan standar pelayanan minimal sebagai acuan daerah dalam menjalankan fungsi pemerintahan di b. Tersusunan standar penyusunan daftar kewenangan dan kewenangan wajib daerah otonom. Tersusunnya manual keuangan daerah (MAKUDA). a. Tersusunnya pedoman dan analisa kapasitas dalam penyusunan rencana peningkatan pendapatan daerah yang dapat memberikan kemudahan dan kepastian investasi di b. Terfasilitasinya daerah dalam penyusunan perda pajak dan retribusi, serta mekanisme perijinan yang tidak memberatkan investasi di Tersedianya struktur baru model pengelolaan BUMD dan unit usaha daerah lainnya yang menjadi sumber pendapatan Depdagri, Depkeu, LAN, Kantor Meneg PPN/Bappenas, Kantor Meneg PAN. Depdagri, LAN, Kantor Meneg PAN. PPN/Bappenas, Kantor Meneg PAN, Instansi Teknis, Pemda. PPN/Bappenas, Instansi Teknis, Pemda PAN, Depkeu. PPN/Bappenas. Depdagri, Pemda, LAN, Depkeu. Depkeu, Depdagri, Depperindag, Kantor Meneg PPN/Bappenas, Pemda. Depkeu, Depdagri, Depperindag, BKPM, Pemda. Depkeu, Depdagri, Pemda. 2. Penataan Kelembagaan dan 3. Peningkatan Pelayanan Publik. 2. Peningkatan Pelayanan Publik. 2. Pengembangan Kelembagaan Keuangan. 3. Penataan Kelembagaan dan Daerah 2. Peningkatan Penerimaan Negara 3. Penataan Kelembagaan dan Daerah 2. Peningkatan Penerimaan Negara. 3. Pengembangan Kelembagaan Keuangan. IX-27

5 4. Menata pengelolaan keuangan daerah yang Terbentuknya struktur kelembagaan pengelolaan lebih akuntabel (good governance). keuangan daerah yang lebih akuntabel (good governance). 1.4 Penguatan Lembaga Non Pemerintah 5. Memperbaiki berbagai instrumen pengelolaan keuangan daerah yang berkaitan dengan perencanaan anggaran, pengelolaan aset daerah, sistem akuntansi dan informasi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran daerah dan instrumen penganggaran serta pengawasan keuangan yang transparan dan bertanggungjawab. 6. Menyusun mekanisme tindak lanjut pinjaman daerah, sumber pinjaman, dan penerbitan obligasi a. Tersusunnya mekanisme dan dokumen perencanaan anggaran. b. Tersedianya instrumen pengelolaan aset c. Tersusunnya sistem akuntasi dan informasi keuangan d. Terselenggaranya pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran e. Tersedianya instrumen penganggaran dan pengawasan yang transparan dan bertanggung jawab. Tersusunnya konsepsi perbaikan mekanisme pinjaman daerah, sumber pinjaman, dan penerbitan obligasi 1. Menguatkan lembaga non pemerintah. Terlaksananya bimbingan teknis lembaga non pemerintah. 2. Meningkatkan sistem komunikasi dan informasi program-program pembangunan. 3. Meningkatkan kemampuan teknis anggota DPRD. 4. Melaksanakan sosialisasi berbagai produk hukum kepada LSM. 5. Mengembangkan model komunikasi lintas pelaku dalam perumusan kebijakan publik, perencanaan pembangunan, dan pemantauan (good governance). Terciptanya komunikasi dan konsultasi antar lembaga non pemerintah, pemerintah, dunia usaha, asosiasi dan masyarakat, dan meningkatnya informasi program pembangunan. Meningkatnya kemampuan DPRD dalam merumuskan kebijakan politik dan komunikasi politik. Terselenggaranya sosialisasi berbagai produk hukum kepada LSM. Tersusunnya model komunikasi lintas pelaku dalam perumusan kebijakan publik, perencanaan pembangunan, dan pemantauan (good governance). Depdagri, BPKP, Pemda. Depdagri, Depkeu, Pemda, BPKP. Depkeu. Depdagri, Pemda. Depdagri, Pemda, BPKP. BPKP, Depdagri, Pemda. Depdagri, Pemda. PPN/Bappenas Bappenas, BPKP, Pemda. 2. Pengembangan Kelembagaan Keuangan. 3. Penataan Kelembagaan dan 2. Penataan Kelembagaan dan 3. Peningkatan Kapasitas SDM. Daerah 2. Peningkatan Penerimaan Negara. 3. Penataan Kelembagaan dan Daerah 2. Pemberdayaan Masyarakat Daerah 2. Penataan Kelembagaan dan 3. Pemberdayaan Daerah 2. Pemberdayaan Daerah 2. Pemberdayaan Daerah 2. Penataan Kelembagaan dan 3. Pemberdayaan IX-28

6 6. Mengembangkan kerjasama dengan PT dan a. Tersedianya berbagai analisa terhadap lembaga lainnya dalam analisa kebijakan kebijakan publik. publik. b. Meningkatnya partisipasi lembaga non pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan. c. Terbentuknya kerjasama dengan lembaga profesi dan perguruan tinggi dalam menangani pengaduan masyarakat. 2. Meningkatkan Pengembangan Potensi Wilayah 2.1 Peningkatan Ekonomi Wilayah 1. Menyiapkan sarana dan prasarana, dan mengembangkan keterpaduan jaringan dan pengelolaan prasarana dan sarana ekonomi wilayah, termasuk kawasan transmigrasi. 2. Mengembangkan sistem informasi pengembangan ekonomi wilayah: data base, jaringan promosi dan publikasi. 3. Meningkatkan koordinasi dalam penyediaan akses bagi daerah dan masyarakat lokal untuk mendapatkan modal, alih teknologi, dan manajemen produksi serta pemasaran. Terbangunnya sarana dan prasarana, terciptanya akses, dan terciptanya keterpaduan jaringan dan pengelolaan prasarana dan sarana ekonomi inter dan antar a. Terwujudnya sistem informasi pengembangan ekonomi wilayah dan terbukanya informasi bagi daerah dan masyarakat lokal untuk mendapatkan modal, alih teknologi, dan manajemen produksi serta pemasaran, dalam rangka pengembangan potensi ekonomi lokal. b. Terselenggaranya kesempatan bagi masyarakat untuk mendapatkan modal dalam pengembangan potensi ekonominya. c. Terselenggaranya promosi dan publikasi peluang investasi. Terciptanya forum temu usaha antara pemerintah, pengusaha dan masyarakat dan antar PPN/Bappenas, Pemda. Depdagri, Pemda. Depdagri, Pemda. Depkimpraswil, Depperindag, Pemda, Depnakertrans, Dept. Kelautan dan Perikanan, BKPM, Kantor Meneg PPKTI. Depperindag, Deptan, Kantor Meneg Koperasi dan UKM, Kantor Meneg PPKTI, Pemda. Pemda, Kantor Meneg Koperasi dan UKM. Daerah 2. Penataan Kelembagaan dan 3. Pemberdayaan 1. Pengembangan Wilayah. 2. Pemberdayaan 3. Pengembangan Prasarana dan Sarana Permukiman. 4. Transmigrasi. 4. Meningkatkan kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dalam dan luar negeri dalam pengembangan kawasan, termasuk menyediakan informasi terpadu kemitraan di bidang agribisnis dan agroindustri di kawasan transmigrasi. 5. Mengembangkan kelembagaan dan pola kemitraan antarpelaku ekonomi. 6. Mengembangkan area produksi baru dan optimalisasi pemanfaatan areal yang kurang produktif. a. Terciptanya usaha-usaha ekonomi dan peluang berusaha masyarakat. b. Terkoordinasinya pembiayaan untuk pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk peningkatan ekonomi di Terciptanya kelembagaan dan pola kemitraan antar pelaku ekonomi. a. Terwujudnya ekstensifikasi dan intensifikasi areal produksi/wilayah/kawasan. b. Berkembang dan tumbuhnya pusat-pusat pertumbuhan baru. Depperindag, BKPM, Pemda, Depnakertrans. Depperindag, Deptan, BKPM, Kantor Meneg Kop & UKM. Pemda, Deptan, Depnakertrans, Kantor Meneg PPKTI. IX-29

7 7. Mengembangkan/ menumbuhkan pusatpusat a. Berkembangnya usaha ekonomi masyarakat. pertumbuhan baru. b. Berkembangnya/tumbuhnya pusat-pusat pertumbuhan baru. Pemda, Deptan, Depkimpraswil, Kantor Meneg PPKTI, Depnakertrans. 8. Menumbuhkembangkan potensi ekonomi Meningkatnya pertumbuhan ekonomi pedesaan. Pemda, Depdagri, Deptan. perdesaan. 9. Meningkatkan aksesibilitas antar a. Meningkatnya mobilitas penduduk ke daerah terpencil dan terisolasi. b. Terbukanya daerah terpencil. Pemda, 10. Mengembangkan SDM untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja melalui pengembangan pendidikan dan pelatihan serta pemerataan pelayanan kesehatan. Tersedianya SDM yang berkualitas dalamrangka pengembangan ekonomi Depdiknas, Depkes, Pemda. 11. Mengembangkan ekonomi dan pengelolaan SDA sesuai dengan spesialisasi sektorsektor ekonomi produktif dan unggulan dari wilayah yang bersangkutan, terutama pada kawasan-kawasan yang berpotensi untuk cepat tumbuh seperti Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET), kawasan andalan, kawasan pembangunan strategis (strategic development region) termasuk kawasan pelabuhan dan perdagangan bebas Sabang. 12. Mengembangkan kelembagaan melalui penguatan kelembagaan sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi, dengan meningkatkan peran lembaga-lembaga seperti Kerjasama Ekonomi Subregional (BIMP-EAGA, AIDA, IMS-GT dan IMT-GT), Badan Pengelola KAPET, Dewan Maritim, Dewan Ketahanan Pangan, Komite Penganggulangan Kemiskinan, forum kerjasama antara a. Terciptanya iklim investasi kawasan yang kondusif untuk memacu ekonomi wilayah. b. Tersedianya rencana pengembangan kawasan pada setiap kawasan andalan bagi pengembangan ekonomi wilayah. a. Terciptanya sinergi kemitraan yang saling menguntungkan di b. Terjalinnya kerjasama Sub Regional BIMP- EAGA, AIDA, dan lain-lain. c. Terselenggaranya kerjasama investasi kawasan. Deptan, Depperindag, Dephut, Depnakertrans, Kantor Meneg Koperasi dan UKM, Dept. Kelautan dan Perikanan, BKPM, Deptan, Depperindag, Dephut, Depnakertrans, Kantor Meneg Koperasi dan UKM, Dept. Kelautan dan Perikanan, BKPM, IX-30

8 1. Memfasilitasi pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh antara lain melalui pemberian bantuan teknis, pembinaan, penyediaan prasarana dasar, pengembangan skim transmigrasi, pengkajian. 2.2 Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh 2. Mendorong penyelenggaraan forum-forum peningkatan koordinasi dan sinkronisasi antarprogram dan antarinstansi dalam kerangka kerjasama dan kemitraan antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat luas. 3. Membantu pengembangan jaringan perdagangan antardaerah dan antarnegara, dengan kerjasama ekonomi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat, dan antarnegara, seperti IMT-GT, IMS-GT, BIMP-EAGA, AIDA. 4. Meningkatkan kualitas SDM dan institusi pengelola pengembangan ekonomi wilayah, serta memfasilitasi peningkatan akses masyarakat dan pengusaha lokal terhadap sumber-sumber permodalan, pasar, peluang usaha dan minat investasi. 5. Mendorong pengembangan sistem dan jaringan data dan informasi serta promosi potensi unggulan Meningkatnya perkembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh. Terselenggaranya forum-forum peningkatan koordinasi dan sinkronisasi antarprogram dan antarinstansi dalam kerangka kerjasama dan kemitraan antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat luas. a. Berkembangnya jaringan perdagangan antardaerah dan antarnegara, dengan kerjasama ekonomi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat, dan antarnegara, seperti IMT-GT, IMS-GT, BIMP-EAGA, AIDA, dan lainnya. b. Terlaksananya SKB pengawasan pengangkutan kayu. Meningkatnya kualitas SDM dan manajemen institusi pengelola pengembangan ekonomi wilayah, meningkatnya akses terhadap sumbersumber permodalan, teknologi, pasar, peluang usaha dan minat investasi. Berkembangnya sistem dan jaringan data dan informasi serta promosi potensi unggulan Deptan, Depperindag, Dephut, Depnakertrans, Kantor Meneg Koperasi dan UKM, Dept. Kelautan dan Perikanan. Deptan, Depperindag, Dephut, Depnakertrans, Kantor Meneg Koperasi dan UKM, Dept. Kelautan dan Perikanan, Depdagri, Kantor Meneg PPKTI. Depperindag, Depkimpraswil, Depdagri. Kantor Meneg Koperasi dan UKM. Kantor Meneg Kominfo. 1. Pembangunan dan Pembinaan Kehutanan. 2. Transmigrasi. 3. Pengembangan Agribisnis. 4. Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah. 5. Pengembangan Sumberdaya Perikanan. 6. Pengelolaan dan Pendayagunaan Pulaupulau Kecil. 7. Pengembangan Sistem Pendukung Usaha PKMK. 1. Peningkatan Ketahanan Pangan dan Agribisnis. 2. Pengembangan Kewirausahaan dan Dayasaing PKMK. 3. Pengembangan Wilayah. 4. Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Tenaga Kerja. 5. Penataan Struktur Industri. 6. Pengembangan Sumberdaya Perikanan. 1. Pengembangan Ekspor. 2. Peningkatan Kerjasama Ekonomi Luar Negeri. 3. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah. 4. Pengembangan Wilayah. 5. Pengembangan Prasarana dan Sarana Permukiman. 6. Pembangunan dan Pembinaan Kehutanan. Pengembangan Kewirausahaan dan Daya Saing PKMK. Pengembangan Informasi Komunikasi dan Media Massa. IX-31

9 6. Mengembangkan dan menerapkan riset dan Berkembangnya penerapan riset dan teknologi teknologi yang antisipatif terhadap kebutuhan pengembangan produk unggulan pengembangan produk unggulan Kantor Meneg Ristek, BPPT. Peningkatan Iptek Dunia Usaha dan 2.3 Pembangunan Perdesaan 7. Memfasilitasi pengembangan jaringan dan peningkatan pelayanan dan pengelolaan sarana dan prasarana fisik dan ekonomi. 8. Memfasilitasi penciptaan iklim usaha melalui penyederhanaan perijinan, pemberian insentif, pembuatan peraturan dan standardisasi produk-produk unggulan 1. Membangun prasarana dan sarana sosial ekonomi di perdesaan. 2. Menguatkan lembaga dan organisasi ekonomi masyarakat. 3. Mengembangkan jaringan produksi dan pemasaran. 4. Mengelola pemanfaatan SDA yang berkelanjutan. Berkembangnya jaringan, pelayanan dan pengelolaan sarana dan prasarana fisik dan ekonomi. Membaiknya iklim usaha yang mendorong peluang berusaha dan investasi di Terpenuhinya kebutuhan prasarana dan sarana sosial ekonomi. Meningkatnya kemampuan manajemen usaha ekonomi kelompok masyarakat. a. Berfungsinya lembaga dan organisasi ekonomi masyarakat. b. Berkembangnya jaringan produksi dan pemasaran. Terjaganya kelestarian SDA dan berkurangnya kerusakan lingkungan hidup. 5. Mengembangkan data dasar profil desa. Terwujudnya data dasar profil desa dan teridentifikasinya bentuk-bentuk penanganan sesuai dengan tipologi desa. Depkimpraswil, Dephub. Depperindag. Depkimpraswil, Depdagri, Pemda. Depdagri, Depkimpraswil, Deptan, Pemda. Depdagri, Depkimpraswil, Deptan, Pemda. Depdagri, Depkimpraswil, Deptan, Pemda. Depdagri, Depkimpraswil, Deptan. 1. Pengembangan Wilayah. 2. Peningkatan/Pembangunan Transportasi Jalan. 3. Pemberdayaan 4. Pengembangan Lalu Lintas Angkutan Jalan. 5. Pengembangan Transportasi Sungai, Danau, dan Penyeberangan. Pengembangan Lembaga Usaha dan Lembaga Perdagangan. 2. Program Pemberdayaan 3. Program Pengembangan Prasarana dan Sarana. 2. Program Pemberdayaan 2. Program Pemberdayaan 1. Program Pemberdayaan Program Pengembangan IX-32

10 Mempercepat pengembangan prasarana dan Meningkatnya aksesibilitas di desa-desa tertinggal, sarana perdesaan di desa tertinggal. terutama terhadap pelayanan dasar. Pembangunan Perkotaan 7. Mengembangkan desa pusat pertumbuhan dan kawasan agropolitan untuk mendukung sistem agribisnis melalui pendekatan urbanrural linkages dan pengembangan ekonomi lokal. 8. Menyiapkan penyempurnaan NSPM bidang prasarana dan sarana serta pelayanan dasar perdesaan. 9. Menyempurnakan struktur organisasi pemerintahan desa dan organisasi sosial masyarakat. 10. Mengembangkan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang kawasan perdesaan. 11. Mengembangkan industri kecil dan rumah tangga di kawasan perdesaan. 1. Meningkatkan penanggulangan kemiskinan di perkotaan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat. 2. Mendukung pengembangan kawasan agropolitan. 2. Menyempurnakan RPP Pengelolaan Kawasan Perkotaan. a. Berkembangnya desa pusat pertumbuhan dan kawasan agropolitan untuk mendukung sistem agribisnis. b. Berkembangnya jaringan kerja sistem agribisnis. c. Meningkatnya kesempatan kerja di perdesaan. d. Terlaksananya kajian keterkaitan perkotaan dan perdesaan Tersusunnya NSPM bidang prasarana dan sarana serta pelayanan dasar perdesaan. Terwujudnya struktur organisasi pemerintahan desa dan organisasi sosial masyarakat. Meningkatnya kapasitas organisasi pemerintahan desa dan organisasi sosial masyarakat. a. Meningkatnya jumlah industri kecil dan rumah tangga di kawasan perdesaan. b. Meningkatnya kesempatan kerja di perdesaan. Bertambahnya cakupan lokasi kegiatan penanggulangan kemiskinan. a. Bertambahnya dukungan terhadap pengembangan kawasan agropolitan. b. Terlaksananya kajian keterkaitan perkotaan dan perdesaan. Terwujudnya Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Kawasan Perkotaan. Depkimpraswil, Deptan, Depdagri, Pemda. Depdagri, Depkimpraswil, Deptan, Pemda. Depdagri, Depkimpraswil, Deptan. Depdagri, Pemda. Depdagri, Pemda. Depdagri, Depkimpraswil, Kantor Meneg Koperasi dan UKM, Pemda. Depkimpraswil, Depdagri. Depkimpraswil, Depdagri, Deptan, Pemda. Depkimpraswil, Depdagri. 2. Program Pemberdayaan 3. Program Pengembangan Wilayah. 4. Program Pengembangan Prasarana dan Sarana. 2. Program Pemberdayaan 3. Program Pengembangan Wilayah. 2. Program Pengembangan Prasarana dan Sarana. 2. Program Pemberdayaan 2. Program Pemberdayaan 2. Program Pemberdayaan 1. Program Pemberdayaan Masyarakat 2. Program Pengembangan 2. Program Pengembangan Wilayah. 3. Program Pengembangan Prasarana dan Sarana. 2. Program Penataan Ruang. IX-33

11 3. Menyusun kebijakan dan strategi nasional Tersusunnya kebijakan dan strategi nasional pengembangan kawasan perkotaan pengembangan kawasan perkotaan metropolitan metropolitan yang berkembang pesat. yang berkembang pesat. 2.5 Pengembangan Perumahan 1. IX Menyiapkan dan menyempurnakan NSPM pelayanan publik serta prasarana dan sarana perkotaan. 5. Meningkatkan kualitas dan pelaksanaan rencana tata ruang kota. 6. Mengembangkan fasilitasi penguatan kapasitas aparat pengelolaan kota. 7. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan perkotaan. 8. Merumuskan pola pengelolaan sektor ekonomi informal. 9. Meningkatkan produktifitas ekonomi dan budaya kota melalui peningkatan fungsi kawasan dan revitalisasi kota. 10. Memfungsikan kembali prasarana dan sarana perkotaan yang rusak akibat bencana alam dan kerusuhan sosial. 11. Mengembangkan sarana dan prasarana perkotaan terutama di kota-kota kecil dan menengah yang tertinggal. Memfasilitasi pembangunan rumah secara swadaya bagi masyarakat berpenghasilan sangat rendah. 2. Memfasilitasi penyediaan rumah susun sederhana sewa. 3. Memfasilitasi kepemilikan rumah sederhana dan sangat sederhana. 4. Meningkatkan efisiensi pasar perumahan primer dan sekunder. Tersedianya rumusan peraturan dan standar pelayanan perkotaan. Terwujudnya perbaikan kawasan permukiman di perkotaan berdasarkan rencana tata ruang kota. Terselenggaranya fasilitasi untuk peningkatan kapasitas dan kinerja pengelolaan kota. Terselenggaranya forum-forum lintas pelaku dalam pembangunan perkotaan. Terlaksananya kajian pola-pola pengelolaan sektor ekonomi formal di perkotaan. a. Terwujudnya perbaikan permukiman di perkotaan melalui revitalisasi kota. b. Terwujudnya kota-kota dengan fungsi kawasan baru. Terwujudnya prasarana dan sarana kota yang direhabilitasi akibat bencana alam dan kerusuhan sosial. Terwujudnya prasarana pengelolaan limbah,sistem pengelolaan sampah, pengembangan sistem drainase di perkotaan dan pembangunan jalan baru, terutama di kota menengah dan kota kecil. Terselenggaranya mekanisme dan sistem penyediaan perumahan yang bertumpu pada swadaya masyarakat. Depkimpraswil, Depdagri. Depkimpraswil, Depdagri. Depkimpraswil, Depdagri, Pemda. Depkimpraswil, Depdagri, Pemda. Depkimpraswil, Depdagri, Pemda. Depkimpraswil, Depdagri, Depnakertrans, Pemda. Depkimpraswil, Pemda. Depkimpraswil, Depdagri, Pemda. Depkimpraswil, Depdagri, Pemda. Jumlah rumah susun sederhana sewa. Depkimpraswil, Perumnas. Jumlah RS/RSS yang dibangun. Depkimpraswil, Perumnas. a. Peningkatan jumlah masyarakat yang memiliki hunian yang layak. b. Tersedianya konsep sistem pembiayaan perumahan nasional. Depkimpraswil, Depkeu. Program Pengembangan Program Pengembangan 2. Program Pengembangan Prasarana dan Sarana. 3. Program Peningkatan Kualitas Lingkungan. 4. Program Penataan Ruang. Program Pengembangan 2. Program Pemberdayaan Program Pengembangan 2. Program Pengembangan Prasarana dan Sarana. 3. Program Peningkatan Kualitas Lingkungan. 2. Program Pengembangan Prasarana dan Sarana. 2. Program Pengembangan Prasarana dan Sarana. Pengembangan Perumahan.

12 5. Membentuk lembaga pembiayaan Terbentuknya lembaga pembiayaan perumahan. perumahan. 6. Memperkuat lembaga dan SDM di daerah dalam kelembagaan penyelenggaraan bidang perumahan termasuk pembiayaan perumahan. 7. Mengembangkan regulasi dan kebijakan insentif fiskal bagi swasta yang berkiprah dalam penyediaan hunian bagi karyawannya. 8. Memutakhirkan dan menyusun peraturan, perundangan, norma, pedoman dan standar teknis bangunan dan lingkungan perumahan - permukiman. 9. Mengembangkan mekanisme subsidi hunian perumahan bagi masyarakat miskin dan berpendapatan rendah, antara lain melalui subsidi bunga dan/atau subsidi uang muka. 10. Menyediakan prasarana dan sarana dasar perumahan - permukiman yang layak huni bagi pengungsi akibat kerusuhan sosial dan bencana alam termasuk transmigrasi. 11. Memfasilitasi akses mendapatkan hunian bagi masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah 12. Menata dan meningkatkan kualitas lingkungan permukiman kumuh. 13. Memberikan dukungan prasarana dan sarana perumahan dan permukiman untuk penyiapan kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun oleh pemerintah 14. Memfasilitasi terbangunnya lembaga informasi dan komunikasi penyelenggaraan perumahan. 15. Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pengembangan kebijakan dan program perumahan. 16. Memperkuat lembaga pengawasan konstruksi, keselamatan bangunan dan pemadam kebakaran Mantapnya kelembagaan penyelenggaraan bidang perumahan serta terbentuknya lembaga dan sistem pembiayaan perumahan di propinsi/kabupaten/kota Depkimpraswil, Depkeu, Perumnas, Kantor Meneg BUMN, Pemda. Depkimpraswil Tersedianya insentif fiskal bagi swasta. Termutakhirkannya peraturan, perundangan, norma, pedoman dan standar teknis bangunan dan lingkungan perumahan - permukiman. a. Tersusunnya pola-pola subsidi yang tepat sasaran. b. Peningkatan jumlah masyarakat yang tinggal pada hunian yang layak. Tersedianya prasarana dan sarana dasar perumahan yang layak huni bagi pengungsi akibat kerusuhan sosial dan bencana alam termasuk transmigrasi. Tersedianya akses bagi masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah dalam mendapatkan perumahan. Meningkatnya kualitas lingkungan permukiman kumuh. Terwujudnya lingkungan permukiman yang tertata dalam bentuk Kasiba/Lisiba. Tersedianya informasi dan wadah komunikasi dalam penyelenggaraan perumahan bagi seluruh lapisan masyarakat. Terwujudnya sinergi kebijakan dan program perumahan. Meningkatnya kinerja lembaga pengawasan konstruksi. Depkimpraswil IX-35

13 1. Meningkatkan kualitas pelayanan prasarana dan sarana permukiman seperti jalan, air minum, air limbah, drainase dan pengendalian banjir serta persampahan di kota metropolitan, besar, sedang dan kecil. 2.6 Pengembangan Permukiman 2.7 Pembangunan Wilayah Tertinggal 2. Meningkatkan pelayanan air minum dan sanitasi untuk masyarakat miskin, daerah rawan air dan kawasan nelayan. 3. Memberikan bantuan teknis peningkatan pengelolaan PDAM. 4. Meningkatkan kemampuan pengelolaan prasarana dan sarana permukiman. 5. Revitalisasi kawasan melalui peningkatan pelayanan sarana dan prasarana. 6. Mendayagunakan kawasan strategis perkotaan dan perdesaan. 7. Melestarikan bangunan bersejarah dan kawasan tradisional. 8. Menyempurnakan norma, standar, dan pedoman teknis prasarana dan sarana permukiman. 9. Melaksanakan penguatan lembaga pengawas konstruksi, keselamatan bangunan dan pemadam kebakaran. 10. Menerapkan tata lingkungan permukiman melalui pengembangan permukiman skala besar. 11. Melaksanakan kajian pembentukan lembaga regulasi independen di bidang penyelenggaraan prasarana dan sarana dengan kerjasama pemerintah swasta. 1. Memfasilitasi pengembangan usaha ekonomi lokal, termasuk sarana pemasarannya yang bertumpu pada pemanfaatan SDA, budaya, adat istiadat, dan kearifan tradisional dengan pemberian bantuan DAK. a. Meningkatnya rasio pelayanan prasarana dan sarana permukiman. b. Meningkatnya usia pakai prasarana dan sarana permukiman. c. Tersedianya sistem pengelolaan sampah di kota metropolitan, besar, sedang, dan kecil. d. Terwujudnya prasarana pengelolaan limbah di perkotaan. e. Terwujudnya pengembangan sistem drainase perkotaan di kota besar, sedang, dan kecil. f. Bekurangnya kawasan banjir/daerah genangan. Meningkatnya cakupan pelayanan air minum dan sanitasi untuk masyarakat miskin, daerah rawan air dan kawasan nelayan. Meningkatnya efisiensi pengelolaan PDAM. a. Meningkatnya kualitas pengelolaan prasarana dan sarana permukiman. b. Terwujudnya lingkungan permukiman yang sehat, aman teratur dan serasi. Meningkatnya kualitas kawasan. Meningkatnya fungsi dan kualitas kawasan strategis perkotaan dan perdesaan. Meningkatnya kualitas dan meningkatnya kelestarian kawasan bersejarah dan tradisional. Diperbaharuinya norma, standar, dan pedoman teknis prasarana dan sarana permukiman. Meningkatnya kinerja lembaga pengawas konstruksi. Terwujudnya lingkungan permukiman yang sehat, aman teratur dan serasi. Terbentuknya badan regulator penyelenggaraan pelayanan air bersih/minum, sanitasi dan persampahan. Meningkatnya perkembangan usaha ekonomi lokal yang bertumpu pada pemanfaatan sumberdaya alam, budaya, adat istiadat dan kearifan tradisional secara berkelanjutan. Depkimpraswil, Pemda. Depkimpraswil Depkimpraswil Depkeu, Depdagri, Depsos 1. Pengembangan Prasarana dan Sarana Permukiman. 2. Pengembangan Perkotaan dan Perdesaan. 3. Peningkatan Kualitas Lingkungan. 4. Pengembangan Perumahan. 1. Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah. 2. Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA dan LH. IX-36

14 2. Memfasilitasi pengembangan wilayah a. Meningkatnya perkembangan wilayah tertinggal, khususnya di KTI termasuk di tertinggal. permukiman transmigrasi lama, melalui b. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat suku penyediaan permukiman, sarana dan terasing. prasarana dasar, transportasi dan c. Tersedianya cadangan kawasan hutan untuk komunikasi. permukiman baru/transmigrasi. Kantor Menneg PP-KTI, Depnakertrans, Dephub, Depkimpraswil, Dephut, Depsos. 1. Pengembangan dan Pembinaan Usaha Nasional 2. Transmigrasi. 3. Pengembangan Wilayah. 4. Pengembangan Usaha Perhutanan Rakyat. 5. Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa, dan Jaringan Pengairan Lainnya. 6. Pengembangan Potensi Kesejahteraan Sosial. 2.8 Pengembangan Daerah Perbatasan 3. Mendorong pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tertinggal melalui pengembangan kegiatan pariwisata bahari dengan basis panorama, budaya lokal dan ekowisata serta berbagai kegiatan lain. 4. Memfasilitasi penataan ruang termasuk pemanfaatan potensi wilayah melalui bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi mengenai rencana tata ruang. 5. Mengidentifikasi permasalahan sosial, ekonomi, politik dan keamanan di KTI dan wilayah tertinggal lainnya, serta merumuskan strategi pembangunannya. 1. Melaksanakan perundingan dan penetapan batas maritim dengan negara tetangga, pengajuan amandemen alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) kepada IMO, menyelesaikan masalah perbatasan. Berkembangnya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil termasuk kawasan pelestarian alam laut dengan meningkatnya perkembangan kegiatan pariwisata bahari dan berbagai kegiatan lain. Terselenggaranya pemanfaatan ruang wilayah tertinggal secara optimal. Teridentifikasinya permasalahan sosial, ekonomi, politik dan keamanan serta rumusan kebijakan pelaksanaan pengembangan KTI dan wilayah tertinggal lainnya. Disepakatinya garis batas maritim dengan negara tetangga, amandemen alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) disahkan, berkurangnya sengketa perbatasan. Dept. Kelautan dan Perikanan, Kantor Meneg Budpar, Dephut. Kantor Menneg PP-KTI, Depdagri Deplu, Depdagri, Mabes TNI. 1. Pengembangan Produk Pariwisata 2. Peningkatan Efektivitas Pengelolaan, Konservasi, dan Rehabilitasi SDA. 3. Pengembangan dan Pengelolaan Konservasi Sungai, Danau, dan Sumber Air Lainnya. 4. Pengembangan Sumberdaya Perikanan. 5. Pengembangan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan. 1. Penataan Ruang. 2. Pengembangan Wilayah. Pengembangan Wilayah Peningkatan Kerjasama Internasional. IX-37

15 2. Meratifikasi konvensi PBB tentang hukum Terlaksananya ratifikasi konvensi hukum perjanjian internasional dan batas wilayah internasional tentang batas wilayah antar negara antar negara berupa delimitasi dan berupa delimitasi dan demarkasi batas dalam demarkasi batas dalam bentuk peta dan titik bentuk peta dan titik koordinat batas, tersedianya koordinat batas, meningkatkan penentuan peta ALKI dan peta lingkungan pantai Indonesia peta ALKI dan peta lingkungan pantai (LPI). Indonesia (LPI). 3. Menyelesaikan garis batas landas kontinen di wilayah perbatasan, penetapan perjanjian batas ZEE dengan Thailand dan PNG. 4. Memberi nama geografi, menyusun RUU tentang batas wilayah kedaulatan NKRI, menyelesaikan masalah wilayah perbatasan RI dengan negara tetangga. 5. Membangun tugu batas, dermaga, suar, sarana komunikasi, pos TNI; meningkatkan patroli udara dan maritim; melaksanakan survei hidrografi dan memutakhirkan peta ALKI; pemeliharaan titik-titik koordinat. 6. Membuka dan meningkatkan pelayanan imigrasi, bea cukai, dan karantina di pos lintas batas. 7. Meningkatkan kerjasama ekonomi subregional secara bilateral dan multilateral kawasan. 8. Memfasilitasi penyusunan, legalisasi peraturan penataan ruang dan pengembangan kawasan; bantuan pembangunan dan rehabilitasi jaringan jalan, jaringan irigasi, prasarana air baku dan sarana permukiman di beberapa wilayah perbatasan. 9. Memberikan bantuan pembangunan permukiman transmigrasi, bantuan pendirian balai latihan kerja di beberapa wilayah perbatasan. Terselesaikannya garis batas landas kontinen di wilayah perbatasan. a. Berkurangnya pulau tanpa nama. b. Ditetapkannya UU batas wilayah kedaulatan NKRI. c. Terselesaikannya masalah wilayah perbatasan RI dengan negara tetangga. a. Berkurangnya gangguan keamanan. b. Berkurangnya pencurian sumberdaya laut dan darat. c. Tersedianya data hidrografi dan peta ALKI. Terbukanya pos-pos baru dan lancarnya pelayanan imigrasi, bea cukai, dan karantina. a. Terlaksananya kerjasama ekonomi. b. Terlaksananya pengelolaan sumberdaya. c. Terbangunnya prasarana. d. Meningkatnya kegiatan ekonomi masyarakat di wilayah perbatasan. a. Tersusunnya peraturan penataan ruang. b. Semakin berkembangnya kawasan perbatasan. c. Meningkatnya aksesibilitas ke/dari wilayah perbatasan. d. Meningkatnya luas lahan pertanian. e. Tersedianya air bersih. f. Terbangunnya permukiman layak huni. a. Berkembangnya permukiman transmigrasi. b. Berdirinya BLK. BAKOSURTANAL. Deplu, Dept. Energi dan SD Mineral, Mabes TNI, Dept. Kelautan dan Perikanan. Depdagri. Dephan, Mabes TNI, Dept. Kelautan dan Perikanan, Depdagri. Dept. Kehakiman dan HAM, Depkeu, Deptan, Dephut, Mabes TNI. Deplu, Depkimpraswil, Depperindag, Deptan, Dephut, Dept. Kelautan dan Perikanan, Kantor Meneg PPKTI. Depnakertrans. Peningkatan Akses Informasi SDA dan LH. 1. Peningkatan Kerjasama Internasional. 2. Pengembangan Wilayah. 3. Pengembangan Dukungan Pertahanan. 1. Pembentukan Peraturan dan Perundang-undangan. 2. Pengembangan Otonomi 1. Pengembangan Dukungan Pertahanan. 2. Pengembangan Wilayah. 1. Pengembangan Wilayah. 2. Pembentukan Peraturan Perundangan-undangan. 3. Pembangunan dan Pembinaan Kehutanan. 4. Pengembangan Agribisnis. 1. Pengembangan Wilayah. 2. Peningkatan Kerjasama Ekonomi Luar Negeri. 1. Pengembangan Wilayah. 2. Pengembangan Sarana dan Prasarana Permukiman. 3. Pengembangan Perumahan. 4. Pengembangan Jalan dan Jembatan. 1. Transmigrasi. 2. Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja. IX-38

16 10. Memberikan bantuan pembangunan dan a. Terbangunnya prasarana dan sarana pengadaan prasarana dan sarana transportasi transportasi darat, laut dan udara. darat, laut dan udara; menyediakan subsidi b. Meningkatnya lalulintas orang, barang dan angkutan di wilayah perbatasan tertentu; informasi ke/dari wilayah perbatasan. membangun pos dan telekomunikasi di sejumlah desa perbatasan. 11. Mengembangkan IKM, meningkatkan kemampuan teknologi industri, menata struktur industri, mengembangkan distribusi nasional, mengembangkan ekspor, memberikan bantuan pembangunan peralatan, membangun pasar di beberapa kawasan perbatasan; mengkaji pendirian kawasan berikat di Sangihe Talaud, mengkaji pengembangan daerah Entikong, Nunukan, Sangir, Talaud dan Belu. 12. Perencanaan, pengelolaan, dan rehabilitasi kawasan konservasi. 13. Memfasilitasi pengelolaan pulau-pulau perbatasan di 8 propinsi; mengendalikan sumberdaya ikan, ekosistem laut dan jasa kelautan nasional; meratifikasi STCW-F dan Torremolinos serta sosialisasi konvensi hukum laut internasional. 2.9 Penataan Ruang 1. Menyusun peraturan perundang-undangan pelaksanaan UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. 2. Menyusun dan meninjau kembali rencana tata ruang pulau, propinsi, kabupaten, kota, dan kawasan-kawasan khusus untuk menjamin keterpaduan pembangunan antar wilayah dan antar sektor serta untuk mencegah kerusakan lingkungan. Meningkatnya aktivitas industri dan perdagangan di beberapa kawasan perbatasan. a. Terpeliharanya kawasan konservasi. b. Mantapnya status hukum kawasan hutan secara internasional. a. Meningkatnya kesejahteraan keluarga nelayan di 8 propinsi. b. Terpeliharanya sumberdaya kelautan. c. Diundangkannya STCW-F dan Torremolinos. d. Memasyarakatnya konvensi hukum laut internasional. a. Ditetapkannya amandemen UU No. 24/1992. b. Tersusunnya peraturan penjelasan UU No. 24/1992. a. Tersusunnya rencana tata ruang pulau, propinsi, kota, kabupaten, dan kawasan yang terpadu dan dapat mencegah kerusakan lingkungan. b. Tersusunnya peraturan tentang rencana tata ruang pulau untuk menjamin keterpaduan pembangunan antar wilayah dan antar sektor. Dephub. Depperindag. Dephut. Dept. Kelautan dan Perikanan. Depdagri, Depkimpraswil, Dept. Kelautan dan Perikanan., Dephan, LAPAN, BPN, Kantor Meneg PPN/Bappenas. Depkimpraswil, Dept. Kelautan dan Perikanan., Depdagri. 1. Pengembangan Lalu Lintas Angkutan Jalan. 2. Pengembangan Transportasi Sungai, Danau, dan Penyebarangan. 3. Pengembangan Pelayanan Transportasi Udara. 1. Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah. 2. Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri. 3. Penataan Struktur Industri. 4. Pengembangan Distribusi Nasional. 5. Peningkatan Kerjasama Ekonomi Luar Negeri. 6. Pengembangan Ekspor. Pembangunan dan Pembinaan Kelautan. 1. Pengelolaan dan Pendayagunaan Pulaupulau Kecil. 2. Peningkatan Pertambahan Ekonomi Sektor Kelautan dan Perikanan. 1. Penataan Ruang. 2. Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Penataan Ruang. IX-39

17 Mendayagunakan RTRWN, RTRWP, dan a. Pendayagunaan RTRWN dalam pembangunan RTRWK terutama di kawasan strategis nasional yang sinkron dengan penataan ruang nasional. maritim dan sumberdaya kelautan serta di kawasan strategis nasional terutama kawasan rawan bencana alam dan daerah perbatasan. b. Tersusunnya rencana zonasi pesisir dan pulaupulau kecil pada 5 gugus pulau terluar dan Pengelolaan Pertanahan 4. Menyusun pedoman, pemberian bimbingan, arahan, supervisi mengenai kebijakan dan rencana tata ruang. 5. Meningkatkan kapasitas aparat daerah khususnya dalam pengendalian pemanfaatan ruang dan pelayanan informasi penataan ruang kepada masyarakat luas. 6. Melaksanakan sosialisasi rencana dan kebijakan penataan ruang terutama di kawasan strategis nasional dan kawasan lindung untuk memantapkan sistem monitoring yang melibatkan masyarakat. 7. Memantapkan koordinasi dan konsultasi antara pusat dan daerah serta antar lembaga eksekutif dan legislatif, kerjasama antar daerah dan konsultasi dengan lembaga dan organisasi masyarakat dalam kegiatan penataan ruang di tingkat nasional dan 1. Memantapkan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan dan SDM pertanahan di pusat dan khususnya daerah dalam rangka pelaksanaan program-program pembaruan agraria dan otonomi bidang pertanahan. pada 2 wilayah perbatasan darat. a. Tersusunnya 5 pedoman dan panduan untuk penataan ruang pesisir dan pulau-pulau kecil. b. Tersusunnya NSPM penataan ruang daratan untuk mendorong otonomi c. Terselenggaranya forum penataan ruang untuk konsultasi publik. a. Terbentuknya kelembagaan penataan ruang di b. Tersusunnya basis data dan profil tata ruang kawasan tertentu. c. Terselenggaranya pelatihan penataan ruang dan GIS di 10 propinsi dan 25 kabupaten. d. Tersusunnya data dasar spasial kawasan khususnya kawasan perbatasan. a. Terselenggaranya kampanye pada masyarakat, pendampingan kelompok masyarakat. b. Terbentuknya sistem informasi publik dalam kegiatan penataan ruang di tingkat nasional dan c. Terselenggaranya sosialisasi dan orientasi penataan ruang daratan, pesisir dan pulaupulau kecil. a. Terwujudnya koordinasi penataan ruang melalui BKTRN. b. Mantapnya koordinasi dan konsultasi antara pusat-daerah, antara eksekutif-legislatif, pemerintah-organisasi masyarakat. c. Terpantaunya kegiatan penataan di pusat dan a. Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan tata laksana agraria/pertanahan di pusat dan daerah untuk mengemban tugas pembangunan dan pembaruan agraria serta pelayanan pertanahan dalam rangka otonomi b. Meningkatnya SDM di bidang agraria/ pertanahan yang handal dan profesional khususnya di Depkimpraswil, Dept. Kelautan dan Perikanan.. Depdagri, Depkimpraswil, Dept. Kelautan dan Perikanan, Pemda. Depkimpraswil, Dept. Kelautan dan Perikanan., BPN, BAKOSURTANAL, Depdagri, Pemda. Depdagri, Depkimpraswil, Dept. Kelautan dan Perikanan, LAPAN, BAKOSURTANAL. Kantor Meneg PPN/Bappenas, Depdagri, Depkimpraswil, Pemda. BPN, Pemda (Kanwil BPN, Kantor/Dinas Pertanahan serta Pemda Propinsi dan Kabupaten/Kota). Penataan Ruang. Penataan Ruang. 1. Penataan Ruang. 2. Pengembangan dan Peningkatan Akses Informasi SDA dan LH. Penataan Ruang. Penataan Ruang. 1. Pengelolaan Pertanahan. 2. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara. IX-40

18 2. Melanjutkan peningkatan pelayanan a. Meningkatnya kualitas pelayanan pertanahan pertanahan di daerah yang didukung sistem yang dilakukan secara sederhana, aman informasi pertanahan yang handal dan terjangkau dan transparan baik di pusat dan transparan termasuk melaksanakan inventarisasi dan registrasi pertanahan. b. Meningkatnya ketersediaan data dan informasi pertanahan yang lengkap, akurat dan mutakhir untuk menunjang pelayanan dan pembangunan serta dapat diakses masyarakat secara mudah, murah dan cepat. 3. Melanjutkan pengendalian penggunaan tanah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah termasuk pemantapan sistem perijinan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang atau penggunaan tanah di daerah, termasuk lokasi transmigrasi. 4. Melanjutkan penataan penguasaan dan pemilikan tanah agar sesuai dengan prinsip keadilan dan menjunjung supremasi hukum, dengan mengacu pada hasil inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T). 5. Melanjutkan kegiatan inventarisasi dan penyelesaian masalah/ kasus pertanahan. Meningkatnya pelaksanaan penatagunaan tanah dan pengendalian pemanfaatan tanah yang tertib hukum dan berwawasan lingkungan. a. Tersedianya data penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah. b. Berkurangnya ketimpangan struktur penguasaan, pemilikan dan pemanfaatan tanah. Meningkatnya penyelesaian konflik dan masalah pertanahan secara sistimatis dan mendasar. BPN, Kementerian Lingkungan Hidup, Pemda (Kanwil BPN, Kantor/Dinas Pertanahan serta Pemda Propinsi dan Kabupaten/Kota). BPN, Depnakertrans. BPN. BPN. 1. Pengelolaan Pertanahan. 2. Pengembangan dan Peningkatan Akses Informasi SDA dan LH. 3. Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 1. Pengelolaan Pertanahan. 2. Transmigrasi. Pengelolaan Pertanahan. 1. Pengelolaan Pertanahan. 2. Peningkatan Kesadaran Hukum dan Pengembangan Budaya Hukum. 6. Melanjutkan pelaksanaan pengkajian dan penjabaran peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pembaruan agraria dan otonomi bidang pertanahan. 7. Melanjutkan pengkajian dan sinkronisasi kebijakan tata ruang dan pertanahan. a. Meningkatnya kelengkapan peraturan perundang-undangan dibidang agraria/pertanahan nasional yang mengakomodasi rasa keadilan masyarakat, kebutuhan pembangunan dan otonomi b. Meningkatnya kesadaran dalam penerapan hukum agraria/pertanahan disemua sektor pembangunan dan masyarakat. Meningkatnya keserasian kebijakan penataan ruang dan penggunaan tanah. BPN, Dept. Kehakiman dan HAM BPN. 1. Pembentukan Peraturan Perundangan-undangan. 2. Peningkatan Kesadaran Hukum dan Pengembangan Budaya Hukum. Pengelolaan Pertanahan. 3. Meningkatkan Keberdayaan Masyarakat 3.1 Penguatan Organisasi Masyarakat 1. Melakukan promosi model kerjasama pembangunan sektoral dan daerah (formal dan informal) dalam rangka pemberdayaan masyarakat melalui seminar, lokakarya, dan komunikasi elektronik (website). Tersusunnya model (blue print) model kerjasama pembangunan sektoral dan daerah dalam rangka pemberdayaan masyarakat. PPN/Bappenas, Kantor Meneg Kominfo. 1. Program Pemberdayaan 2. Program Pengembangan Otonomi 3. Program Pengembangan Wilayah Tertinggal. IX-41

19 Memberntuk forum pemerhati kerjasama Terbentuknya forum pemerhati kerjasama pembangunan sektoral dan daerah dalam pembangunan sektoral dan daerah dalam rangka rangka pemberdayaan masyarakat tingkat pemberdayaan masyarakat tingkat nasional dan nasional dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin 5. Mengidentifikasi dan menganalisis regulasi dan kebijakan pembangunan sektoral dan daerah yang ditujukan bagi pemberdayaan masyarakat. 6. Memfasilitasi penghapusan berbagai peraturan (regulasi) yang menghambat perkembangan sosial, ekonomi, dan politik masyarakat. 7. Menguatkan peran dan fungsi lembaga masyarakat sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunan. 1. Merumuskan strategi penanggulangan kemiskinan secara partisipatif dengan masyarakat. 2. Mengembangkan model pemberdayaan masyarakat yang meliputi percepatan pemulihan sosial ekonomi masyarakat di daerah pasca konflik, pengembangan kolaborasi LSM dan pemerintah untuk pemberdayaan masyarakat, peningkatan jaringan kerja untuk pembangunan ekonomi lokal, pengembangan investasi sosial ekonomi daerah untuk pemberdayaan masyarakat. 3. Menajamkan targeting dan penguatan delivery system program kemiskinan. Terinventarisasi regulasi dan kebijakan pembangunan sektoral dan daerah yang ditujukan bagi pemberdayaan masyarakat. Berkurangnya berbagai peraturan (regulasi) yang menghambat perkembangan sosial, ekonomi, dan politik masyarakat. Meningkatnya peran dan fungsi lembaga masyarakat sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunan. a. Terbangunnya konsensus diantara stakeholder untuk bersama-sama menanggulangi kemiskinan. b. Tersedianya data dan informasi tentang fenomena kemiskinan. c. Terumuskannya strategi, kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan. d. Terumuskannya sistem monitoring dan evaluasi dalam penanggulangan kemiskinan. a. Tersusunnya model pemberdayaan masyrakat di daerah pasca konflik. b. Terbangunnya kerjasama antar pemerintah dan LSM. c. Terbentuknya jaringan antar stakeholder dan antar institusi. d. Termobilisasinya investasi berbasis kemitraan. e. Berkembangnya lembaga keuangan mikro. Terbangunnya sistem targeting dan delivery system yang dengan tepat diterima oleh sasaran. Depdagri. Kantor Meneg PPN/Bappenas, Depdagri, Kantor Menko Kesra, Kantor Menko Perekonomian. PPN/Bappenas, Dept. Kehakiman dan HAM, Kantor Menko Kesra, Kantor Menko Perekonomian. Depdagri. Kantor Menko Kesra, Kantor Menko Perekonomian, PPN/Bappenas. Depdagri, Bappenas, Kantor Menko Perekonomian, Kantor Menko Kesra, Kantor Menko Polkam,Depsos, Depkes, Depkimpraswil, Depdiknas. PPN/Bappenas. Depdagri, KADIN, Deperindag. Depdagri, KADIN, Deperindag. Bank Indonesia, Kantor Meneg Koperasi dan UKM. Depkes, Depdiknas, BULOG, Depkimpraswil, Dept. Kelautan dan Perikanan, Deptan, Depsos, BKKBN, Depdagri, Depkes, Deperindag, Kantor Meneg Koperasi dan UKM. 4. Perdesaan. 1. Program Pemberdayaan 2. Program Pengembangan Otonomi 3. Program Pengembangan Wilayah Tertinggal. 4. Perdesaan. IX-42

C. MATRIKS RENCANA TINDAK IX REPETA 2002 Program Pembangunan Nasional PROPENAS Rencana Tindak Indikator Kinerja

C. MATRIKS RENCANA TINDAK IX REPETA 2002 Program Pembangunan Nasional PROPENAS Rencana Tindak Indikator Kinerja C. MATRIKS RENCANA TINDAK No 1 Peningkatan Kapasitas Aparat Pemerintah Menyusun standardisasi kompetensi jabatan aparatur daerah Menganalisis kebutuhan peningkatan sumberdaya manusia aparatur daerah Memperbaik

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 65.095.787.348 29.550.471.790 13.569.606.845 2.844.103.829 111.059.969.812 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 64.772.302.460

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.583.925.475 29.611.683.617 8.624.554.612 766.706.038 105.586.869.742 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.571.946.166

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.396.506.021 27.495.554.957 7.892.014.873 639.818.161 102.423.894.012 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.384.518.779

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok Program Pengembangan Otonomi Daerah pada tahun 2004, yaitu

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2010 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2010 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 70.623.211.429 31.273.319.583 8.012.737.962 316.844.352 110.226.113.326 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 70.609.451.524

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010 MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN BIDANG: WILAYAH DAN TATA RUANG (dalam miliar rupiah) PRIORITAS/ KEGIATAN PRIORITAS 2012 2013 2014 I PRIORITAS BIDANG PEMBANGUNAN DATA DAN INFORMASI SPASIAL A

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA A. KONDISI UMUM Hingga tahun 2004, berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan situasi keamanan dan ketertiban

Lebih terperinci

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMD 2013-2017 baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan Standar Pelayanan

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Untuk mewujudkan misi pembangunan daerah Kabupaten Sintang yang selaras dengan strategi kebijakan, maka dibutuhkan adanya kebijakan umum dan program

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Lampiran 6. Menteri Keuangan RI DAFTAR BIDANG DAN PROGRAM. Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 13/PMK.06/2005 URAIAN BIDANG DAN PROGRAM

Lampiran 6. Menteri Keuangan RI DAFTAR BIDANG DAN PROGRAM. Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 13/PMK.06/2005 URAIAN BIDANG DAN PROGRAM 6 KODE POLITIK DAFTAR BIDANG DAN PROGRAM URAIAN BIDANG DAN PROGRAM 01 01 Program Penyempurnaan dan Penguatan Kelembagaan Politik 01 02 Program Peningkatan Kapasitas Poltik dan Hubungan Luar Negeri 01 03

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : IKHTISAR EKSEKUTIF Sistem AKIP/LAKIP Kabupaten Sukabumi adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban yang baik, transparan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN INDONESIA

PENYUSUNAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN INDONESIA PENYUSUNAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN INDONESIA Oleh Staf Ahli Menneg PPN Bidang Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia dan Kawasan Tertinggal ikhwanuddin@bappenas.go.id

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN.

A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN. LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR : 10 TAHUN 2007 TANGGAL : 28 Desember 2007 A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN. 1. Kebijakan : 1.1. Kebijakan dan Standar : a. Penetapan

Lebih terperinci

PEMERINTAH. sumber daya air pada wilayah sungai kabupaten/kota.

PEMERINTAH. sumber daya air pada wilayah sungai kabupaten/kota. - 20 - C. PEMBAGIAN URUSAN AN PEKERJAAN UMUM 1. Sumber Daya Air 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan nasional sumber daya air. 2. Penetapan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi,

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

NO LD.27 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2008 TANGGAL 16SEPTEMBER 2008 DAFTAR URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN GARUT

NO LD.27 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2008 TANGGAL 16SEPTEMBER 2008 DAFTAR URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN GARUT LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2008 TANGGAL 16SEPTEMBER 2008 DAFTAR URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN GARUT A. URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG SUB-SUB BIDANG PEMERINTAH

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP A. UMUM Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan di dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

Anggaran (Sebelum Perubahan) , , ,00 98, , ,

Anggaran (Sebelum Perubahan) , , ,00 98, , , Anggaran (Sebelum 21 Program Pengadaan, Peningkatan Sarana Dan 4.654.875.000,00 18.759.324.259,00 15.731.681.490,00 83,86 Prasarana Rumah Sakit 22 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Rumah 39.808.727.000,00

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA REPUBLIK INDONESIA MATERI PEMAPARAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA PADA RAKORBANGPUS 16 SEPTEMBER 2002 KEMENTERIAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN KAWASAN

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 6.1. STRATEGI Untuk mewujudkan visi dan misi daerah Kabupaten Tojo Una-una lima tahun ke depan, strategi dan arah

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Rencana program dan kegiatan Prioritas Dearah Tahun 2013 yang dituangkan dalam Bab V, adalah merupakan formulasi dari rangkaian pembahasan substansi

Lebih terperinci

LAYANAN UTAMA DAN LAYANAN PENDUKUNG. Untuk Rancangan Lampiran RPP-PUPK

LAYANAN UTAMA DAN LAYANAN PENDUKUNG. Untuk Rancangan Lampiran RPP-PUPK LAYANAN UTAMA DAN LAYANAN Untuk Rancangan Lampiran RPP-PUPK LATAR BELAKANG Konsideran UU 23/ 2014 : Huruf b.: bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

Matrik Keterkaitan Dukungan Kelembagaan Dalam Pembangunan Pertanian

Matrik Keterkaitan Dukungan Kelembagaan Dalam Pembangunan Pertanian Matrik Keterkaitan Dukungan Kelembagaan Dalam Pembangunan Pertanian Menko Kesra BI Deptan, Dephut, Kelautan /Kan KLH/ BPN No Kebijakan Menko Perekonomian Depkes, BSN Karantina Kem- Ristek/ BPPT /LIPI 1

Lebih terperinci

BAB.III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB.III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB.III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Berdasarkan mandat yang diemban oleh Kementerian Pekerjaan Umum sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan

Lebih terperinci

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (TIPE A) LAMPIRAN I NOMOR 21 TAHUN 2016 LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH TENTANG NOMOR : PERENCANAAN, DAN BMD PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PEMBINAAN SMA PEMBINAAN SMK PEMBINAAN

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

REVITALISASI KEHUTANAN

REVITALISASI KEHUTANAN REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan

Lebih terperinci

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU DINAS PENDIDIKAN PROGRAM UMUM PENDIDIKAN DASAR PENDIDIKAN MENENGAH PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN FORMAL

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam upaya mewujudkan Misi maka strategi dan arah kebijakan yang akan dilaksanakan tahun 2011-2016 adalah sebagai berikut. 6.1. MISI 1 : MENINGKATKAN PENEGAKAN SUPREMASI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.244, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Otonomi. Pemilihan. Kepala Daerah. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB VI KEBIJAKAN UMUM

BAB VI KEBIJAKAN UMUM BAB VI KEBIJAKAN UMUM Visi sekaligus tujuan pembangunan jangka menengah Kota Semarang tahun 2005-2010 adalah SEMARANG KOTA METROPOLITAN YANG RELIGIUS BERBASIS PERDAGANGAN DAN JASA sebagai landasan bagi

Lebih terperinci

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan Pasal 18 ayat (7) Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

1. Makna dari infrastruktur bidang pekerjaan umum dan permukiman yang andal

1. Makna dari infrastruktur bidang pekerjaan umum dan permukiman yang andal RENCANA STRATEGIS TAHUN 2012- DINAS PUP-ESDM DIY VISI layanan pekerjaan umum yang memadai, jumlah rumah layak huni, serta sumber daya mineral yang ramah 1. Makna dari big pekerjaan umum yang andal memadai,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan Pasal 18 ayat (7) Undang-Undang

Lebih terperinci

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang

Lebih terperinci

2 C. SUB BIDANG KURIKULUM 1. Koordinasi dan supervisi pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada pendidikan dasar. 2. Sosialisasi kerangka

2 C. SUB BIDANG KURIKULUM 1. Koordinasi dan supervisi pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada pendidikan dasar. 2. Sosialisasi kerangka LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 9 TAHUN 2008 TANGGAL 19 NOPEMBER 2008 URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO I. BIDANG PENDIDIKAN A. SUB

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum... 1 B. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis dan Demografis... 4 2. Perkembangan Indikator Pembangunan Jawa Barat...

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan Pasal 18 ayat (7) Undang-Undang

Lebih terperinci

Menteri Keuangan RI KLASIFIKASI MENURUT ORGANISASI

Menteri Keuangan RI KLASIFIKASI MENURUT ORGANISASI KLASIFIKASI MENURUT ORGANISASI 1 01 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 01 01 SEKRETARIAT JENDERAL 01 02 M A J E L I S 02 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 02 01 SEKRETARIAT JENDERAL 02 02 D E W A N 04 BADAN PEMERIKSA

Lebih terperinci

KEPALA DINAS. Subbagian Perencanaan Program. Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Seksi. Kurikulum dan Pembelajaran

KEPALA DINAS. Subbagian Perencanaan Program. Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Seksi. Kurikulum dan Pembelajaran DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU 1 : PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU PAUD dan Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Non

Lebih terperinci

BAB 25 PEMBANGUNAN PERDESAAN

BAB 25 PEMBANGUNAN PERDESAAN BAB 25 PEMBANGUNAN PERDESAAN Kawasan perdesaan adalah kawasan yang memiliki fungsi sebagai tempat permukiman, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi utama

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. Permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

2. Makna dari ketersediaan jumlah rumah layak huni bagi pemenuhan visi Perumahan :

2. Makna dari ketersediaan jumlah rumah layak huni bagi pemenuhan visi Perumahan : VISI Terwujudnya kualitas layanan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang memadai, peningkatan jumlah rumah layak huni, serta pengelolaan energi dan sumber daya mineral yang ramah lingkungan 1.

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

BAB X PEMBANGUNAN BIDANG DAERAH

BAB X PEMBANGUNAN BIDANG DAERAH BAB X PEMBANGUNAN BIDANG DAERAH A. KONDISI UMUM Pembangunan yang berlangsung selama ini ternyata masih belum merata, masih terdapat kesenjangan antar daerah, seperti antara Jawa luar Jawa, antara Kawasan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Dasar Hukum 1.3. Gambaran Umum 1.3.1. Kondisi Geografis Daerah 1.3.2. Gambaran Umum Demografis 1.3.3.

Lebih terperinci

Rencana Strategis

Rencana Strategis kesempatan kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Berdasarkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum B. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi 3. Status Pembangunan Manusia 4. Kondisi Ekonomi a. Potensi Unggulan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1 Visi 2014-2018 adalah : Visi pembangunan Kabupaten Bondowoso tahun 2014-2018 TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

RPJM PROVINSI JAWA TIMUR (1) Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

RPJM PROVINSI JAWA TIMUR (1) Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia LEVEL : VISI MISI LEVEL : ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN RPJM PROVINSI JAWA TIMUR Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia Misi 1) Meningkatkan

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG 1 SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG,

Lebih terperinci

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN 2009-2014 No AGENDA PROGRAM Pagu Indikatif Tahunan dan Satu Tahun Transisi (%) 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Meningkatkan Kualitas

Lebih terperinci

- 26 - PEMERINTAH. 3. Penetapan rencana. 3. Penetapan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai

- 26 - PEMERINTAH. 3. Penetapan rencana. 3. Penetapan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai - 26 - C. PEMBAGIAN URUSAN AN PEKERJAAN UMUM 1. Sumber Daya Air 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan nasional sumber daya air. 2. Penetapan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi,

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR : 9 TAHUN 2008 TANGGAL : 28 Juni 2008 URUSAN WAJIB KABUPATEN BANYUMAS A. BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 1. Kebijakan

Lebih terperinci