ANALISIS KINERJA AUDITOR INTERNAL DALAM PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH PADA BPR SHINTA PUTRA PENGASIH KULON PROGO SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KINERJA AUDITOR INTERNAL DALAM PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH PADA BPR SHINTA PUTRA PENGASIH KULON PROGO SKRIPSI"

Transkripsi

1 ANALISIS KINERJA AUDITOR INTERNAL DALAM PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH PADA BPR SHINTA PUTRA PENGASIH KULON PROGO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi oleh : Yuli Purwanti PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016 i

2 ANALISIS KINERJA AUDITOR INTERNAL DALAM PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH PADA BPR SHINTA PUTRA PENGASIH KULON PROGO Oleh: Yuli Purwanti ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja auditor internal dalam hal penyelesaian kredit bermasalah pada BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang terkait dengan masalah penelitian dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah mengembangkan deskripsi yang dalam prosesnya mengembangkan kerangka kerja deskriptif. Metode kualitatif dilakukan dengan mendeskripsikan kinerja auditor internal dalam kaitannya dengan penyelesaian kredit bermasalah. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja Auditor Internal dalam Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo belum efektif. Hal ini ditunjukkan (1) bahwa kebijakan manajemen atas pemberian tugas dan wewenang pada auditor internal telah sesuai dengan prosedur dan standar auditor internal yang ada, yaitu dimana posisi auditor internal telah dalam struktur organisasi yang independen atau terpisah kedudukannya dari semua kegaiatan operasi dalam perusahaan. (2) Bentuk pengendalian dan pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal pada BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo adalah dengan melakukan semua fungsi audit internal seperti compliance, dimana auditor internal melakukan pengecekan sekaligus melakukan penilaian ketaatan karyawan bagian kredit setiap harinya atas prosedur kredit yang telah ditetapkan, dimana auditor internal melakukan pengecekan sekaligus melakukan penilaian ketaatan karyawan bagian kredit setiap harinya atas prosedur kredit yang telah ditetapkan. Verification, Auditor internal pada BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo telah melakukan pengecekan secara rutin atas kesesuaian data nasabah yang telah tercatat dalam sistem komputer di BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo, Evaluation, dimana auditor internal selalu melakukan evaluasi atas temuan-temuan auditnya dalam hal kegiatan kredit. (3) Kinerja Auditor Internal Belum dilaksanakan secara efektif di BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo. Hal ini bisa dilihat dari presentase Non Perfoming Loan (NPL) hanya turun 1% dalam kurun 1 periode hal ini BPR Shinta Pengasih Kulon Progo tingkat Kredit bermasalahnya masih dikatakan tinggi. Kata kunci: Kinerja, Auditor internal, Kredit Bermasalah. ii

3 ANALYSIS OF PERFORMANCE OF INTERNAL AUDITORS IN THE RESOLUTION OF PROBLEM LOANS AT BPR SHINTA PUTRA PENGASIH KULON PROGO By: Yuli Purwanti ABSTRACT This research was conducted in order to determine how is the performance of auditors in terms of settlement of non-performing loans at BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo. This research is a descriptive qualitative approach. Data collection Method related to the research conducted using interviews, questionnaires, and documentation. The data analysis technique that was used is to bring a description of the process of develop a framework descriptive. Qualitative methods is performed by describing the performance of the internal auditor in relation to the settlement of non-performing loans. Results of this study showed that the performance of Internal Auditors in the Settlement of Non Performing loans In Shinta Putra Pengasih BPR Kulon Progo has not implemented effectively. It is shown (1) that the management policy on granting duty and authority of the internal auditor in accordance with standard procedures and internal auditors are there, that is where the position of internal auditor has been in the organizational structure that is independent or separate position of all operations within the company. (2) The form of control and supervision carried out by the internal auditors on BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo is to perform all internal audit functions such as compliance, where the internal auditor checks simultaneously assessing adherence employees of the credit every day that has been assigned. Verification, is where the internal auditor checks on the accuracy of documents for a loan, either the customer's data and record loan officers work plan each day. Internal auditors at BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo been doing routine checks on the suitability of customer data that has been recorded in the computer system, Evaluation, is where the internal auditor is always evaluating the findings of the audit in terms of credit activity. (3) Performance of Internal Auditor BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo is not effective that can be seen from performance internal auditor Keywords: Performance, internal auditors,non-performing loan. iii

4 ANALISIS KINERJA AUDITOR INTERNAL DALAM PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH PADA BPR SHINTA PUTRA PENGASm KULON PROGO SKRIPSI Oleh: Yuh Purwanti Telah disetujui dan disahkan Pada tanggal 22 Desember 2015 Untukdipertahankan di depan TIM Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta Disetujui Dosen Pembimbing Rr. Indah Mustikwati, M.Si., Ak. NIP iii

5 PENGESAHAN Skripsi yang berjudul: ANALISIS KINERJA AUDITOR INTERNAL DALAM PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH PADA BPR SIDNTA PUTRA PENGASIH KULON PROGO Yang disusun 0leh: Yuli Purwanti NIM telah dipertahankan di depan Dewan Penguji padatanggalll Januari 2016 dan dinyatakad lulus. Nama Tanggal Yogyakarta, \8 Januari 2016 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta NIP Y v

6 PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Yang bertandatangart di bawah Nama NIM : Jurusan : Akuntansi Fakultas : Ekonomi Judul Skripsi : ANALISIS KINERJA AUDITOR INTERNAL DALAM PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH PADA BPR SHINTA PUTRA PENGASIH KULON PROGO Menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang sudah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah digunakan sebagai persyaratan penyelesaian Studi PerguruanTinggi ini, kecuali pada bagain tertentu yang saya ambil sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim. Apabila temyata terbukti pemyataan saya ini tidak bellar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya. Yogyakarta,22 Desember 2015 Y vi

7 MOTTO Tanah yang digadaikan bisa kembali dalam keadaan lebih berharga, tetapi kejujuran yang pernah digadaikan tidak pernah bisa ditebus kembali. (Muhammad Arwani) Seseorang berubah pikiran melalui pengalaman, bukan melalui perdebatan. (Will Rogers) Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah dilaksanakan atau diperbuatnya. (Ali Bin Abi Thalib) Jika hari ini aku beruntung, itu semua karena doa ibu. (Yuli Purwanti) PERSEMBAHAN 1. Ibuku tercinta, yang telah melahirkanku ke dunia dan tiada henti-hentinya mendoakan serta memotivasiku. Terimakasih atas kasih sayang, perhatian serta doa yang selalu terucap demi masa depanku yang cerah dan bermanfaat. 2. Ayahku tercinta, yang selalu siap memberikan dukuangan dan bantuan moril dan materil untuk anak-anaknya, terimakasih untuk perhatian dan motivasinya, tanpamu saya tidak dapat melangkah sampai sini. 3. Almamater yang sangat saya banggakan vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan tugas akhir ini dapat terselesaikan. Proposal skripsi yang berjudul Analisis Kinerja Auditor Internal dalam Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada BPR Shinta Putra ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat penyelesaian studi S1 Fakultas Ekonomi Universitas negeri Yogyakarta, untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Peyelesaian proposal skripsi ini berjalan lancar berkat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., Rektor Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Bapak Dr. Sugiharsono, M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Ibu Dhyah Setyorini, M.Si., Ak., Ketua Program Studi Akuntansi S1 FE Universitas Negeri Yogyakarta 4. Ibu Rr Indah Mustikawati, M.Si., Ak., Dosen Pembimbing yang dengan sabar meluangkan waktu dan pemikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi. 5. Semua pihak yang tdak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi bantuan selama penyusunan skripsi. viii

9 Disadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempumaan. Oleh karena itu, saran dan kritik selalu diharapkan demi perbaikan lebih lanjut. Yogyakarta, 22 Desember ix

10 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i ABSTRAK. ii ABSTRACT... iii HALAMAN PERSETUJUAN iv HALAMAN PENGESAHAN.. v PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. vi MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL. xiii DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR LAMPIRAN. xv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah C. Pembatasan Masalah D. Rumusan Masalah E. Tujuan Penelitian F. Manfaat Penelitian BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Deskripsi Teori Audit Internal Kinerja Audit Internal Kredit Bermasalah Pengoptimalan Kinerja Audit Internal x

11 B. Penelitian yang Relevan C. Kerangka Berfikir D. Paradigma Penelitian E. Pertanyaan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Jenis Penelitian C. Subjek dan Objek Penelitian D. Definisi Operasional Variabel E. Teknik Pengumpulan Data F. Instrumen Penelitian G. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Data Umum.. 48 a. Sejarah Berdirinya Perusahaan b. Letak Perusahaan 49 c. Tujuan Perusahaan.. 49 d. Visi dan Misi Perusahaan e. Struktur Organisasi Data Khusus.. 57 a. Kebijakan Manajemen atas Pemberian Tugas dan Wewenang Auditor Internal b. Bentuk Pengendalian dan Pengawasan Auditor atas Kegiatan Usaha Kredit c. Program kerja Audit Internal Lanjutan Oleh Audit Internal untuk Menyelesaikan Kredit Bermasalah. 64 B. Pembahasan 65 BAB V KESIMPULAN. 76 A. Kesimpulan. 76 xi

12 B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Kisi-kisi untuk Menganalisis Kinerja Audit Internal dalam Penyelesaian Kredit Bermasalah BPR Shinta Putra Rincian Pemberian Kredit 65 xiii

14 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Paradigma Penelitian Struktur Organisasi BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo. 51 xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Pedoman Wawancara Kuesioner Laporan Kunjungan Lapangan Paska Realisasi Kredit Laporan Kunjuangan Lapangan Terkait Operasional Kredit 92 xv

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan sasaran pembangunan ekonomi, dimana perbankan diharapkan mampu mengembangkan dan menunjukkan perekonomian di Indonesia, khususnya dalam meningkatkan pemerataan kesejahteraan rakyat banyak, dalam hal ini bukan kesejahteraan rakyat Indonesia tanpa terkecuali. Perbankan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam membangun dengan mengadakan pengumpulan dana melalui usahausaha yang dijalankan perbankan, seperti tabungan, deposito, giro maupun kredit. Adanya tabungan, deposito maupun kredit menimbulkan terjadinya perputaran uang di masyarakat sehingga dapat dipergunakan untuk pembangunan. Bidang perkreditan di Indonesia sampai saat ini masih merupakan bidang kegiatan perbankan yang mempunyai proporsi asset atau pendapatan bunga yang besar dibandingkan dengan berbagai kegiatan lainnya. Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pemberian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan pada jangka waktu yang disepakati. Usaha perkreditan dalam dunia perbankan merupakan kegiatan usaha yang paling utama, karena pendapatan terbesar dalam usaha perbankan berasal dari kegiatan usaha kredit. Ruang lingkup kredit sebagai kegiatan perbankan tidak semata-mata hanya menyangkut kegiatan peminjaman kepada nasabah, melainkan sangat 1

17 2 komplek dan menyangkut keterkaitan unsur yang cukup banyak diantaranya meliputi: alokasi dana, perjanjian kredit, organisasi dan manajemen perkreditan, kredit bermasalah dan penyelesaian kredit bermasalah tersebut, dan salah satu lembaga keuangan perbankan yang memeberikan kredit adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka dan tabungan. Sumber dana masyarakat dari tabungan dan deposito selain sumber dana internal BPR cenderung akan banyak dialokasikan kepada kegiatan kredit, karena kegiatan kredit bersifat produktif yang juga dikenal dengan istilah aktiva produktif. Kredit yang bersifat produktif menghasilkan pendapatan bunga atas kredit sekaligus merupakan pendapatan terbesar bagi bank, yang akhirnya berpengaruh terhadap kinerja rentabilitas bank. Akan tetapi, pemberian kredit yang berlebihan mengandung suatu risiko yang tidak kecil juga bagi pihak manajemen. Kemungkinan resiko yang timbul dalam penyaluran kredit adalah terjadi transaksi pembayaran kembali yang atas kredit dalam kondisi tidak terbayar atau pembayaran kembali dari debitur tersendat, dengan kata lain ada suatu indikasi terjadi kredit bermasalah. Kondisi ini akan menimbulkan kinerja likuiditas BPR terganggu dan berakibat buruk sehingga akan menjadikan BPR tersebut beku operasi, oleh sebab itu dibutuhkan suatu pengawasan pada kegiatan kredit tersebut oleh pihak menejemen, dari awal proses kegiatan hingga penyelesaian kegiatan kredit tersebut. Dengan pengendalian internal yang memadai diharapkan

18 3 dapat menjamin proses pemberian kredit tersebut akan dapat terhindar dari kesalahan-kesalahan dan penyelewengan-penyelewengan yang akan terjadi. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap pengendalian internal, yaitu dengan melakukan pemeriksaan internal atau audit internal. Aktivitas pengendalian internal merupakan salah satu kegiatan yang penting di dalam perusahaan, termasuk dalam hal ini adalah pada sektor perbankan. Apabila terjadi pengelolaan yang kurang tepat, maka akan menyebabkan kerugian yang besar untuk perusahaan. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penyimpangan, maka diperlukan staf audit internal yang dapat membantu manajemen dalam mengawasi pelaksanaan pengendalian internal dalam aktivitas perusahaan. Dalam mengawasi pelaksanaan pengendalian internal dalam aktivitas perusahaan. Dalam peaksanaan aktivitas manajemen, tidak cukup hanya mengandalkan kebijakan dan pengendalian internal saja, tetapi harus dengan bantuan auditor internal yang dapat mengukur sejauh mana ketaatan pelaksanaan manajemen perusahaan, sehingga manajemen dapat memperbaiki kelemahan atau kekurangan yang ada berdasarkan laporan hasil pemeriksaan. BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo merupakan salah satu perusahaan perbankan yang memiliki tingkat perkembangan kredit cukup baik, namun 2 tahun terakhir ini tinggkat perkembangan kredit pada BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo dapat dikatakan dalam kondisi yang stagnant. Hal ini dikarenakan oleh adanya kendala sumber daya manusia yang ada. Staf atau

19 4 karyawan tetap pada bagian perkreditan BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo hanya terdapat satu orang karyawan. Dalam menjalankan usahanya, BPR melakukan kegiatan yaitu menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat. Pada kegiatan menyalurkan dana dalam bentuk kredit tersebut, tentunya terdapat suatu resiko berupa tidak terbayar kembali baik sebagian atau seluruhnya atas dana yang telah tersalurkan. Berapapun kecilnya resiko tersebut akan selalu ada dalam kehidupan suatu bank, termasuk pada PT. BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo. Adanya permasalahan dalam proses pengembalian dana yang telah tersalurkan dapat menimbulkan kredit bermasalah. Kredit bermasalah adalah suatu keadaan di mana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan. Persentase terjadinya kredit bermasalah pada BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo sebesar 15%. Tinggginya persentase atas kredit bermasalah yang ada pada BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo disebabkan adannya berbagai hal. Salah satunya adalah adanya kasus kredit bermasalah yang tidak bisa diselesaikan secara non ligitasi yaitu penanganan kredit bermasalah secara kekeluargaan, dalam artian diselesaikan melalui jalur hukum yang berlaku. Dengan adanya pengembalian kewajiban atas kredit yang tidak terbayarkan tersebut, maka akan sangat memberikan dampak pada BPR, yaitu semakin meningkatnya persentase kredit bermasalah yang ada dan

20 5 menyebabkan perkreditan pada BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo cenderung stagnant, sehingga target dan tujuan perusahaan akan sulit dicapai. Setiap karyawan pada BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo memiliki standar kinerja yang digunakan sebagai pedoman dalam menjalankan tugasnya, pedoman kerja yang dipakai biasa disebut dengan Job Description. Dalam pedoman kerja tersebut telah dituliskan secara lengkap tugas dan wewenang masing-masing karyawan pada BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo. Namun di BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo belum ada penilaian kinerja yang dilakukan secara formal atau tertulis. Penilaian kinerja yang biasa dilakukan adalah hanya secara lisan pada saat adanya evaluasi kerja bersamaan setiap tiga bulan sekali atau tiap enam bulan sekali. Kinerja audit internal pada BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo juga menjadi salah satu hal yang menjadi bahan evaluasi. Dalam hal ini, yang dievaluasi adalah temuan-temuan Auditor internal dari hasil pengawasan dan pengendalian auditor pada setiap bentuk kerja karyawan BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo, khususnya dalam hal ini adalah bagian perkreditan. Karena persentase terjadinya kredit bermasalah pada BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo cukup tinggi, tentunya terdapat berbagai macam indikator-indikator inilah yang menjadi pantauan atau pengawasan utama bagi auditor internal. Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh audit internal BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo lebih dikhususkan dengan melakukan pengendalian penyalahgunaan petugas. Hal tersebut dikarenakan adanya kekurangan

21 6 sumber daya manusia pada bagian audit internal. Karyawan pada bagian audit internal BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo hanya ada satu orang karyawan, hal tersebut menyebabkan kurang intensifnya pengawasan audit internal terhadap seluruh kegiatan yang ada pada BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo. Namun karena masalah utama pada BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo adalah mengenai kredit bermasalah, maka bentuk pengendalian auditor internal yang dilakukan adalah dengan melihat indikasi-indikasi terjadinya kredit bermasalah dan lebih difokuskan pada penyalahgunaan petugas bagian kredit. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melakuan pengecekan atas dokumen-dokumen angsuran oleh nasabah yang sudah tercatat dalam sistem di BPR. Apabila terlihat indikasi-indikasi nasabah yang bermasalah, auditor internal segera melakukan pencatatan atas temuan tersebut dan kemudian dilaporkan pada bagian direksi dan kemudian pada bagian kredit untuk dilakukan koordinasi. Koordinasi tersebut dilakukan guna mencari solusi serta menyelesaikan atas masalah yang ada, hal tersebut dapat dijadikan sebagai pengendalian dini sebeblum terjadinya kredit bermasalah yang berkepanjangan dan tentunya dapat mencegah terganggunya kegiatan operasional BPR Shinta Putra Pengasih Kulon Progo untuk kedepannya. Menurut Sawyer (2005), Audit internal adalah sebuah aktivitas konsultasi dan keyakinanobjektif yang dikelola secara indenpenden di dalam organisasi dan diarahkan untuk meningkatkan operasional perusahaan. Audit tersebut membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi

22 7 dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko, kecukupan kontrol dan pengelolaan organisasi, sedangkan auditor internal adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tanggungjawab auditor internal adalah pada berbagai perusahaan sangat beranekaragam tergantung pada kebutuhan perusahaan yang bersangkutan. Kadang-kadang staf auditor internal hanya terdiri dari satu atau dua orang yang sebagian besar waktunya digunakan untuk melakukan tugas rutin berupa audit kesesuaian. Auditor internal harus memiliki kompetensi profesional dalam mengumpulkan informasi,menganalisis keadaan dan mengidentifikasi permasalahan merupakan calon utama untuk memainkan calon sebagai wakil manajer. Hal itu bukan satu satunya peran auditor internal, tetapi merupakan peran yang sangat berguna bagi manajer. Namun demikian peran auditor internal terbatas, yaitu berperan dalam pengukuran, penilaian dan rekomendasi.auditor internal tidak berwenang dan tidak bisa melangkahi batas antar staf dan manajemen dengan jalan memerintahkan orang untuk melakukan sesuatu,membuat kebijakan dan prosedur atau dengan membuat keputusan manajemen, karena dengan melakukan hal-hal tersebut auditor internal telah merebut peran manajer. Selain itu, auditor internal juga akan kehilangan obyektivitas esensialnya,sehingga auditor internal tidak akan bisa mengevaluasi secara objektif peraturan-peraturan atau keputusan manajemen yang mereka buat sendiri.

23 8 Audit internal merupakan alat bantu pengendalian manajemen yaitu dengan melakukan penilaian atas pelaksanaan system tersebut serta memberikan saran-saran perbaikan. Audit internal merupakan bagian dari sistem pengendalian internal. Adapun fungsi dari adanya audit internal pada BPR Shinta Putra dari mulai perencanaan sampai dengan pelaksanaan, serta melakukan tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki penyimpangan yang terjadi agar sesuai dengan rencana pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Audit internal merupakan sebuah aktivitas konsultasi dan keyakinan objektif yang dikelola secara independen didalam organisasi perusahaan. Audit tersebut membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan resiko, kecukupan, kontrol, dan pengendalian organisasi. Kinerja adalah suatu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam memperlihatkan prestasinya dalam kemampuan kerja pada suatu organisasi. Audit internal terlibat dalam memenuhi kebutuhan manajemen, dan staf audit yang paling efektif meletakkan tujuan manajemen, sehingga auditor internal itu sendiri berada dalam posisi untuk menghasilkan nilai tertinggi pada hal-hal yang dianggap manajemen paling penting bagi kesuksesan organisasi. Kontribusi auditor internal menjadi semakin penting seiring dengan makin berkembang dan makin kompleksnya sistem usaha dan pemerintah.tidak mungkin bagian

24 9 eksekutif mengawasi semua kegiatan yang menjadi tangungjawabnya.tetap saja ada hal-hal yang mungkin dapat luput dari perhatiannya. Kegiatan yang tidak diawasi akan kehilangan efisien dan efektivitasnya. Sayangnya, beberapa manajer belum menyadari manfaat yang menanti mereka.kadang kala auditor sendiri tidak memberi pengetahuan ke manajemen tentang manfaat tersebut.hal ini berlaku juga didunia perbankan termasukbpr Shinta Putra.Setiap perusahaan memiliki satuan pengendalian internal atau dapat disebut dengan SPI, termasuk dalam dunia perbankan, khususnya pada BPR Shinta Putra. Salah satu bentuk pengelolaan dana ke masyarakat yang paling sering ditemui dalam dunia perbankan adalah perkreditan. Kegiatan penyaluran kredit oleh bank dengan bunga kompetitif dan serta agunan yang tidak memberatkan, merupakan fasilitas atau bentuk pelayanan yang paling disukai oleh masyarakat luas pada umumnya.terutama untuk kalangan masyarakat yang mempunyai usaha dan ingin berwirausaha namun kesulitan dalam masalah permodalan.hal inilah yang memacu kegiatan penyaluran perkreditan menjadi aktivitas yang paling harus mendapatkan perhatian serta pengawasan penuh dari pihak bank.pemberian kredit kepada masyarakat memang sangat riskan dan berhati-hati dalam melayani nasabah,khususnya dalam hal pemberian kredit.hal ini disebabkan karena banyak terjadi masalah dalam proses pemberian kredit tersebut kepada nasabah. Masalah yang paling signifikan dan paling berpengaruh bagi jalannya operasi perusahaan adalah tentang

25 10 pengembalian dan kreditnya atau bisa dikatakan sebagai kredit bermasalah.peran auditor internal memang sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah semacam ini. Auditor internal akan membantu menemukan akar masalah dari terjadinya kredit bermasalah tersebut dan akan mencarikan solusinya atas kelemahan dari aktivitas tersebut. Tentunya berupa perbaikan-perbaikan yang akan sangat mendukung berkurangnya masalah nasabah, dalam hal ini adalah kredit bermasalah. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Analisis Kinerja Auditor Internal Dalam Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada BPR Shinta Putra. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Terdapat kemungkinan risiko yang akan muncul dalam penyaluran kredit seperti pembayaran kembali yang tersendat bahkan tidak terbayar atau yang disebut dengan kredit bermasalah 2. Terdapat suatu indikasi terjadi kredit bermasalah yang dampaknya akanmengganggu kinerja likuiditas bank dan mengakibatkan BPR Shinta Putra menjadi beku operasi. 3. Bentuk Pengawasan oleh Audit Internal belum maksimal terhadap kredit bermasalah.

26 11 C. Pembatasan Masalah Pemerintah memperluas pemberian kredit untuk pengusaha golongan ekonomi lemah dan bidang permodalan melalui kebijaksanaan pemberian kredit atas dasar kelayakan dengan keringanan jaminan.salah satu sarana untuk mewujudkan program pemberian kredit tersebut adalah melalui BPR. Dengan adanya kebijakan dari pemerintah yang meringankan tersebut tidak menutup kemungkinan terjadinya masalah dalam hal pengembalian kredit akan tersendat atau disebut dengan kredit bermasalah,oleh sebab ituperan auditor internal akan sangat membantu dalam hal pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha kredit pada BPR Shinta Putra. Apabila dikaji lebih dalam maka penulis akan dapat melihat luasnya permasalahan pada penelitian ini, maka agar mendapatkan temuan yang terfokus, penelitian ini diarahkan pada analisis kinerja auditor internal dalam penyelesaian kredit bermasalah pada BPR Shinta Putra pada tahun D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut : Bagaimana kinerja auditor internal dalam penyelesaian kredit bermasalah pada BPR Shinta Putra tahun 2014?

27 12 E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kinerja auditor internal dalam penyelesaian kredit bermasalah pada BPR Shinta Putra tahun F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a) Memberi sumbangan teoritis pada bidang ilmu akuntansi khususnya bidang audit yaitu mengenai audit internal pada industri perbankan khususnya dalam hal ini adalah BPR Shinta Putra. b) Memperkaya kepustakaan dan menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya sesuai dengan penelitian ini. 2. Manfaat Praktis a) Bagi Perusahaan Diharapkan dari penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan unutuk menentukan kebijakan manajemen pada BPR Shinta Putra, khususnya dalam penyaluran kredit. b) Bagi Penulis Menjadi saran penerapan ilmu-ilmu yang dipelajari oleh penulis selama berada di bangku perkuliahan ke dalam kehidupan nyata.

28 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Deskripsi Teori 1. Audit Internal Audit merupakan ruang lingkup dari tugas manajemen suatu perusahaan sejalan dengan pengawasan.didalam pengelolaan kegiatan perusahaan baik itu perbankan atau perusahaan non perbankan maka dituntut untuk menjaga eksistensinya dan pengembangan perusahaan.untuk dapat mengukur sampai mana kemampuan manajemen perusahaan mampu meningkatkan profitabilitas secara optimal, maka diperlukan adanya suatu pemeriksaan atau audit atas aktivitas tersebut. Kegiatan audit sebaiknya tidak dirangkap secara fungsional oleh para manajer karena akan kehilangan objektivitas dan independensi dalam melaksanakan tugasnya. Menurut Haryono Jusup (2001:11), Audit adalah: Proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian kejadian ekonomi secara objectif untu menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pengauditan didasarkan pada disiplin dan filosofi metode ilmiah, karena audit adalah menyangkut perumusan dan pengujian hipotesa. 13

29 14 Tujuan audit yaitu untuk mengetahui kekayaan yang diinvestasikan oleh para pemilik modal apakah mengalami perkembangan atau kemunduran. Dengan semakin besar dan kompleksnya suatu kegiatan bank, maka konsepsi dari audit itu sendiri juga mengalami perkembangan, sehingga maksud dan tujuan yang akan dicapainya juga mengalami perkembangan pula. Tujuan audit yang pokok adalah untuk memberikan jasa kepada manajemen yang bersifat protektif dan konstruktif. Menurut Tri Yatmoko (2009), tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Untuk mencapai hal ini, auditor internal perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup, dengan cara mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk setiap akun laporan keuangan. Dengan melihat tujuan audit tersebut, auditor akan dapat mengidentifikasi bukti apa yang dapat dihimpun. Audit internal juga merupakan elemen monitoring dari struktur pengendalian internal dalam suatu organisasi, yang dibuat untuk memantau efektivitas dari elemen-elemen struktur pengendalian internal lainnya.selain itu, Audit internaljuga merupakan suatu aktivitas konsultasi dan keyakinan obyektif yang dikelola secara independen.didalam organisasi dan diarahkan oleh filosofi penambahan nilai untuk meningkatkan operasional perusahaan.audit membantu

30 15 organisasi mencapai tujuan dengan menerapkan pendekatan yang sistematis. 2. Kinerja Audit Internal a. Definisi Kinerja Kinerja seorang karyawan merupakan hal yang bersifat individual, karena setiap karyawan mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugasnya.pihak manajemen dapat mengukur karyawan atas hasil dari pekerjaanya.kinerja merupakan sebuah aksi yang terdiri dari banyak komponen dan bukan merupakan hasil yang dapat dilihat pada saat itu juga.kinerja tergantung pada kombinasi antara kemampuan, usaha, dan kesempatan yang diperoleh.hal ini berarti bahwa kinerja merupakan hasil kerja karyawan dalam bekerja untuk periode tertentu dan penekanannya pada hasil kerja yang diselesaikan karyawan dalam periode tertentu.kinerja juga dapat diartikan sebagai seluruh hasil yang diproduksi poada fungsi pekerjaan atau aktivitas khusus selama periode khusus. Menurut Wirawan, Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu (2009: 5). Dalam arti lain kinerja merupakan kemampuan kerja dan hasil atau prestasi yang dicapai dalam melaksanakan suatu pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan.

31 16 Pabundu Tika (2006) mendefinisikan kinerja sebagai hasilhasil fungsi pekerjaan atau kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu orgaanisasi yang dipenuhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode tertentu, dimana yang dimaksudkan fungsi pekerjaan atau kegiatan di sini adalah pelaksanaan hasil pekerjaan atau kegiatan seseorang sekelompok atau sekelompok yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya dalam suatu organisasi. Menurut Pabundu Tika (2006: 122), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil pekerjaan atau prestasi kerja seseorang terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kinerja karyawan terdiri dari kecerdasan, keterampilan, kestabilan emosi, motivasi, persepsi peran, kondisi keluarga, kondisi fisik seseorang dan karakteristik kelompok kerja, sedangkan pengaruh eksternal antaralain berupa aturan ketenagakerjaan, Kinerja yang tinggi dapat tercapai oleh karena kepercayaan dan timbal balik yang tinggi di antara anggota-anggota, dalam artian para anggota yang percaya akan integritas, kemampuan, dan karakteristik setiap anggota lainnya. Untuk mencapai kinerja yang tinggi tentunya juga memerlukan waktu yang lama untuk membangunnya, memerlukan kepercayaan, serta menuntut perhatian yang seksama juga dari pihak manajemen.

32 17 b. Pengukuran Kinerja Audit Internal Auditor internal terlibat langsung dalam memenuhi kebutuhan manajemen, dan staf audit yang paling efektif meletakkan tujuan manajemen dan organisasi diatas rencana dan aktivitas mereka.kinerja auditor internal dapat diukur atau dilihat dari bagaimana auditor dapat menemukan berbagai kelemahan atau penyimpanan yang ada pada berbagai aktivitas yang ada di perusahaan. Dewan komisaris dalam banyak perusahaan dimasa yang lalu relatif berlaku pasif dalam proses pengambilan keputusan. Keadaan telah berubah dengan munculnya sikap dewan komisaris yang menuntut anggota dewan komisaris untuk membiasakan diri tanggap pada perubahan-perubahan dinamis yang terjadi pada perusahaan. Oleh sebab itu, agar supaya anggota dewan komisaris dapat lebih terlibat aktif dalam proses pengambilan keputusan, mendorong dewan komisaris membentuk subkomite yang beranggotakan anggota dewan komisaris yang tidak aktif dalam manajemen untuk memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan pemeriksaan kinerja. Menurut Sawyer(2005:267), audit internal melakukan pemeriksaan dokumen, transaksi, kondisi dan proses untuk mendapatkan fakta-fakta dan untuk mencapai kesimpulan. Istilah pemeriksaan mencakup baik pengukuran maupun evaluasi.auditor internal memiliki banyak teknik untuk membantu mereka mencapai

33 18 tujuannya.kinerja auditor internal dapat diukur dari teknik-teknik di lapangan pada saat mengaudit. Berikut adalah teknik-teknik tersebut: 1) Mengamati Bagi auditor internal, mengamati berarti melihat, memerhatikan, tidak melewatkan hal-hal yang dianggap penting. Hal ini mengimplikasikan diterapkannya pandangan yang berhati-hati dan berpengetahuan pada orang, fasilitas, proses, dan barangbarang. Hal ini juga berarti pemeriksaan visual yang memiliki tujuan, memiliki nuansa perbandingan dengan standar dan suatu pandangan yang evaluatif. Mengamati berbeda dari menganalisis karena analisis berarti menetapkan, menyusun, dan menginterpretasikan data. Mengamati di sisi lain berarti melihat dan membuat catatan dan pertimbangan. Pengamatan ini dapat dilakukan atas catatan dokumen, diagram, ataupun bagan, karena semua prosedur audit termasuk mengamati sebagian besar berisi pengukuran, maka observasi yang layak merupakan salah satu teknik audit yang paling sulit. 2) Mengajukan Pertanyaan Mengajukan pertanyaan merupakan teknik yang paling pervasif bagi auditor internal. Pertanyaan yang diajukan selama audit dilakukan bisa secara lisan maupun tertulis. Pertanyaan lisan adalah yang paling sering digunakan namun yang paling sulit dikemukakan. Perolehan informasi bisa menjadi suatu seni

34 19 tersendiri. Mendapatkan fakta tanpa membuat klien tersinggung kadang-kadang bukanlah tugas yang mudah. Jika klien merasa dicecar atau merasa diperiksa silang, mereka cenderung bertahan dan enggan berperan menyingkap kebenaran. Jika auditor internal memahami pandangan kebanyakan rekan kerja mereka (klien) terhadap mereka, yaitu dipandang sebagai ancaman potensial bagi posisi mereka dan bisa mengubah sikap mereka untuk mengurangi ketakutan, peluang untuk mendapatkan informasi yang berguna akan meningkat. 3) Menganalisis Menganalisis berarti memeriksa secara rinci, artinya memecah entitas yang kompleks ke dalam bagian-bagian kecil untuk menentukan karakteristiknya yang sebenarnya. Istilah ini juga berarti melihat lebih dalam beberapa fungsi, aktivitas, atau kelompok transaksi yang menentukan hubungan masing-masing. Analisis dimaksudkan untuk mengetahui kuaalitas, penyebab, dampak, motif, dan kemungkinan-kemungkinan seringkali sebagai fasilitator bagi penelitian selanjutnya atau sebagai dasar pertimbangan. 4) Memverifikasi Memverifikasi berarti mengkonfirmasi kebenaran, akurasi, keaslian, atau validitas sesuatu. Hal ini merupakan sarana tertua yang dimiliki oleh auditor internal. Cara ini paling sering

35 20 digunakan untuk mendapatkan kebenaran fakta atau rincia dalam suatu akun atau suatu subjek yang diaudit. Hal ini mengimplikasikan upaya yang disengaja untuk menentukan akurasi atau validitas beberapa laporan atas apa yang diaudit dengan mengujinya, serta membandingkan dengan fakta yang diketahui dan data yang asli dengan standar yang ada. Verifikasi mencakup konfirmasi dan perbandingan yaitu pernyataan dari seseorang dikonfirmasi melalui pembahasan dengan orang lain, atau suatu dokumen lain yang valid. Verifikasi juga mencakup konfirmasi yang artinya menghapuskan semua keraguan melalui validasi independen oleh pihak-pihak objektif. 5) Menginvestigasi Menginvestigasi merupakan istilah yang secara umum diterapkan pada pelaksanaan tanya jawab untuk menemukan fakta-fakta yang tersembunyi dan mencari kebenaran. Hal ini mengimplikasikan penelusuran informasi yang sistematis yang diharapkan dapat diketahui oleh auditor internal. Cara ini mencakup namun tidak terbatas pada penyidikan yang menyelidiki lebih dalam dan ekstensif dengan maksud mendektesi kesalahan. Investigasi berarti berupaya mencari bahan bukti atas terjadinya kesalahan. Oleh karena itu, investigasi memiliki lebih banyak petunjuk dibandingkan analisis dan verivikasi, yang berarti penelaahan data yang memiliki karakteristik yang relatif tidak diketahui sampai

36 21 diperiksa. Penyidik secara khusus di sini, auditor harus berhatihati agar tidak melampaui kewenangannya. 6) Mengevaluasi Mengevaluasi berarti menuju suatu pertimbangan, yang artinya menimbang apa yang telah dianalisi dan menentukan kecukupan, efisiensi, dan efektivitasnya. Hal ini merupakan langkah yang berada di antara analisis dan verifikasi di satu sisi dan opini audit di sisi lain. Hal ini meruoakan kesimpulam yang dihasilkan auditor internal berdasarkan fakta-fakta yang telah dikumpulkan. Evaluasi mengimplikasikan pertimbangan profesional dan merupakan rangkaian yang berjalan melewati keseluruhan proses audit. Pada tahap awal pemeriksaan audit, auditor internal harus mengevaluasi suatu risiko khusus yaitu risiko menghilangkan suatu aktivitas dari penelaahan mereka dibandingkan dengan risiko audit. Dalam program audit, auditor harus mengevaluasi perlunya pengujian rinci sebagai pengganti survei. Auditor harus mengevaluasi ketepatan dan tingkat keyakinan yang dibutuhkan untuk mencapai kenandalan sampel yang mereka yakin dibutuhkan. Audit internal adalah aktivitas pemberian keyakinan objektif yang independen dan aktivitas konsultasi yang dilakukan untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kinerja operasi organisasi. Aktivitas tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya dengan melaksanakan

37 22 pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, kecukupan, kontrol, dan proses tata kelola. Sawyer (2005:39) mengungkapkan standar kinerja audit Internal, sebagai berikut: 1) Merencanakan penugasan konsultasi. 2) Meninjau risiko dengan tujuan penugasan, selama penugasan konsultasi. 3) Menerapkan pengetahuan risiko yang didapat dari konsultasi ke dalam fungsi pemberian keyakinan yang biasa dilakukan. 4) Menilai kontrol sesuai dengan tujuan penugasan selama penugasan konsultasi. 5) Mencapai kesepakatan dengan klien mengenai tujuan, ruang lingkup, tanggung jawab dan ekspetasi dari penugasan. 6) Mempertimbangkan risiko, kontrol, dan proses pengelolaan sepanjang disetujui oleh klien. 7) Mempertahankan lingkup penugasan yang akan dibahas dengan klien. 8) Program kerja bisa bervariasi dalam bentuk dan isi. 9) Penetapan kebijakan mencakup penyimpanan catatan dan juga pemberian catatan atau dokumen ke pihak luar dan dalam perusahaan. 10) Komunikasi perkembangan dan hasil bervariasi sesuai kebutuhan.

38 23 11) Tanggung jawab komunikasi hasil akhir 12) Manajemen resiko, kontrol, dan pengelolaan, jika signifikan, harus dikomunikasikan ke manajemen senior dan dewan komisaris. 13) Mengawasi penyebaran hasil audit sesuai persetujuan klien. Menurut Arthur Holmes (1996:152), indikator-indikator audit internal adalah sebagai berikut: 1) Mereview dan menilai kelayakan, kecukupan, dan penerapan pengendalian akuntansi, pengendalian keuangan, dan pengendalian operasi lainnya, dan meningkatkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang wajar. 2) Memastikan sampai mana kebijakan, rencana, dan prosedur yang sudah digariskan ditaati. 3) Memastikan sampai mana aktiva perusahaan dipertanggungjawabkan dan diamankan dari segala macam kehilangan. 4) Memastikan keterandalan data manajemen yang dibuat didalam perusahaan. 5) Menilai mutu prestasi dalam pelaksanaan tanggung jawab yang dibebankan. 6) Merekomendasikan perbaikan-perbaikan operasi. 3. Kredit Bermasalah a. Definisi Kredit Bermasalah Dengan berkembangnya kegiatan perekonomian, maka akan diperlukan adanya sumber-sumber penyedia dana guna membiayai

39 24 kegiatan usaha yang semakin berkembang tersebut. Dilihat dari sudut pandang perbankan atau lembaga keuangan yang menyediakan sumber dana yang berbentuk perkreditan, maka kredit akan mempunyai suatu kedudukan yang penting.industri perbankan memiliki peran penting salah satunya adalah menyediakan dana untuk masyarakat atau pengusaha yang memerlukan dana pembiayaan untuk kegiatan usaha. Dana perkreditan akan dapat bermanfaat untuk mendorong perkembangan perekonomian nasional. Perbankan memiliki kedudukan yang penting dalam memberikan pelayanan dibidang perkreditan. Kredit perbankan membantu tersedianya dana untuk membiayai kegiatan produksi nasional, penyimpanan bahan, pembiayaan kredit penjualan,transportasi barang, kegiatan perdagangan. Jika pemberian kredit berjalan lancar, maka kegiatan perekonomian dapat berkembang dan terus ditingkatkan. Namun ketika pemberian kredit berkurang akan membuat kegiatan ekonomi mengalami kelambatan. Pada umumnya pihak bank telah menyediakan formulir kredit tertentu disertai syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh permohonan kredit.meskipun permohonan kredit sudah memenuhi syarat, belum tentu pihak bank memberikan fasilitas kredit. Pihak bank harus meneliti dan menganalisis keadaan pemohon kredit terlebih dahulu.dalam memberikan kredit pihak bank harus diperhatikan asas pemberian kredit yang sehat.

40 25 Adapun prinsip-prinsip untuk melaksanakan kegiatan perkreditan secara sehat menurut Teguh Pudjo (2007:11) meliputi: 1) Character (penilaian watak) Manfaat dari penilaian soal karakter ini untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kejujuran dan intergritas serta tekad baik yaitu kemauan untuk memenuhi kewajibannya dari calon debitur. Hal ini dapat diperoleh dari hubungan antara bank dan debitur atau diperoleh dari pihak lain yang mengetahui kepribadian dan perilaku keseharian. 2) Capacity (penilaian kemampuan) Penilaian terhadap capacity intinya adalah penilaian terhadap kemampuan debitur dalam bidang usahanyadan kemampuan managerialnya. Hal ini berfungsi menilai sampai sejauh mana hasil usaha yang akan diperolehnya, akan mampu melunasi tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang disepakati. 3) Capital (penilaian terhadap modal) Analisis terhadap posisi keuangan perusahaan (calon debitur secara menyeluruh baik posisi keuangan pada masa lalu maupun masa yang akan datang, sehingga dapat diketahui kemampuan permodalan calon debitur untuk membiayai usaha yang bersangkutan, dan dalam prakteknya bank tidak memberikan kredit secara utuh dari apa yang diajukan calon debitur. Bank hanya

41 26 membantu kekurangannya dari jumlah mmodal yang dipunyai calon debitur. 4) Collateral (penilaian terhadap jaminan atau agunan) Yang dimaksud dengan collateral yaitu barang-barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya.fungsinya untuk antisipasi terhadap terjadi kredit bermasalah.calon debitur wajib memberikan dan menyediakan jaminan yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit yang diberikan, agar bisa dicairkan serta dapat menutupi uang kekurangan kewajiban yang tidak terbayarkan. 5) Condition of economy (penilian terhadap prospek usaha nasabah debitur) Bank harus melakukan analisis keadaan pasar baik pada masa lampau maupun pada masa akan datang karena analisis tersebut dapat diketahui perkembangan usaha yang dibiayai oleh bank tersebut. Walaupun tahap dalam proses pemberian kredit telah dilakukan secara hati-hati dan telah dilakukan pengawasan dan pembinaan kredit secara berkesinambungan, namun dengan demikian tidak semua kredit berjalan dengan lancar. Suatu kredit digolongkan sebagai kredit bermasalah adalah kredit-kredit yang tergolong kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet. Istilah kredit bermasalah telah digunakan di dunia perbankan Indonesia sebagai terjemahan problem

42 27 loan yang merupakan istilah yang sudah lazim digunakan di dunia internasional, sedangkan istilah lain dalam bahasa Inggris yang biasa dipakai juga bagi istilah kredit bermasalah adalah non perfoming loan (Rachmadi Usman, 2003:259). b. Penggolongan Kredit dan Indikator Terjadinya Kredit Bermasalah Kredit bermasalah adalah kredit yang tidak dapat kembali tepat pada waktunya.kredit bermasalah selalu ada dalam kegiatan perkreditan bank karena bank tidak mungkin menhindarkan adanya kredit bermasalah.bank hanya berusaha menekan seminimal mungkin besarnya kredit bermasalah agar tidak melebihi ketentuan Bank Indonesia sebagai pengawas perbankan. Menurut Mudrajat Kuncoro (2002: 462), kredit bermasalah adalah suatu keadaan di mana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan sebelumnya. Sebelum mengetahui tentang implikasi yang timbul bagi bank sebagai akibat dari timbulnya kredit bermasalah, terlebih dahulu harus dijelaskan beberapa pengertian mengenai kategori kolektibilitas kredit berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank Indonesia, adalah sebagai berikut: 1) Kredit Lancar Kredit lancar adalah kredit yang tidak mengalami penundaan pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga.selain itu,

43 28 dapat dikatakan kredit lancar apabila terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga namun belum melampaui 3 bulan. 2) Kredit Kurang Lancar Kredit kurang lancar adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 3 (tiga) bulan dari waktu yang diperjanjikan, namun belum melampaui 6 bulan. 3) Kredit diragukan Kredit diragukan adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 6 (enam) bulan atau dua kali dari jadwal yang telah diperjanjikan. 4) Kredit macet Kredit diragukan adalah kredit yang mengembalikan pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selam lebih dari 1 tahun dari jadwal yang telah diperjanjikan (Lukman Dendawijaya: 2003). Kredit bermasalah menurut ketentuan Bank Indonesia, merupakan kredit yang digolongkan ke dalam kolektibilitas Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), dan Macet (M), sedangkan penilaian atau penggolongan suatu kredit ke dalam tingkat kolektibilitas kredit tertentu didasarkan pada kriteria kuantitatif dan kualitatif. Kriteria penilaian secara kuantitaif didasarkan pada keadaan pembayaran kredit oleh nasabah yang tercermin dalam catatan pembukuan bank, yaitu mencakup ketepatan pembayaran

44 29 pokok. Bunga maupun kewajiban lainnya. Penilaian tersebut dapat dilihat dari data historis dari masing-masing rekening pinjaman. Kriteria penilaian secara kualitatif didasarkan pada prospek usaha debitur dan kondisi keuangan usaha debitur. Dalam menentukan penilaian usaha debitur yang dinilai adalah kemampuan debitur membayar kembali pinjaman dari hasil usahanya sesuai perjanjian. Sesuai dengan ketentuan direksi Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998, yang tercantum dalam buku Mudrajat Kuncoro (2012: 463), kualitas aktiva produktif (Kredit) dinilai berdasarkan tiga kriteria: yaitu berdasarkan prospek usaha, kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur dan kemampuan membayar. Dengan tiga kriteria tersebut kualitas kredit digolongkan menjadi Lancar (L), Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), dan Macet (M). Perhitungan untuk presentase kredit bermasalah adalah sebagai berikut: a) Non Perfoming Loan (NPL) Rasio = KL + D + M Total Kredit yang diberikan (KYD) Keterangan : Apabila NPL > 5% dan kecenderungannya meninglat, maka dapat disimpulkan: - Penanganan tagihan atas angsuran tidak efektif. - PPAP yang harus dibentuk juga naik.

45 30 - Adanya indikasasi kredit bermasalah - Penyelesaian kredit tidak terjadwal dengan baik. Apabila terjadi kredit bermasalah dalam aktivitas perkreditan pada bank, maka pihak bank tidak boleh begitu saja memaksakan kepada debitur untuk segera melunasi hutangnya, walaupun juga pihak debitur berkewajiban untuk mengembalikan kredit yang telah diterimanya berikut dengan bunga sesuai yang tercantumkan dalam perjanjian awal. Untuk mengatasi kredit bermasalah tersebut upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh pihak bank pada tahapan pertama adalah upaya penyelamatan kredit dengan syarat apabila bank mempunyai keyakinan bahwa usaha nasabah masih mempunyai prospek untuk berkembang. Bekti Kretiantoro (2006) menjelaskan beberapa tindakan penyelamatan untuk mengatasi timbulnya kredit bermasalah adalah sebagai berikut: 1) Rescheduling (Penjadwalan Kembali) Rescheduling merupakan upaya pertama dari pihak bank untuk menyelamatkan kredit yang diberikannya kepada debitur dengan cara melakukan perubahan syarat kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran dana atau jangka waktunya. Cara ini dilakukan jika ternyata pihak debitur tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya dal hal pembayaran kembali angsuran pokok maupun bunga kredit. 2) Reconditioning (Persyaratan Kembali) Reconditioning merupakan usaha pihak bank untuk menyelamatkan kredit yang diberikan dengan cara mengubah sebagian atau seluruh

ANALISIS KINERJA AUDITOR INTERNAL DALAM PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH PADA BPR SHINTA PUTRA KULON PROGO

ANALISIS KINERJA AUDITOR INTERNAL DALAM PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH PADA BPR SHINTA PUTRA KULON PROGO Analisis Kinerja Auditor (Yuli Purwanti) 1 ANALISIS KINERJA AUDITOR INTERNAL DALAM PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH PADA BPR SHINTA PUTRA KULON PROGO ANALYSIS OF PERFORMANCE OF INTERNAL AUDITORS IN THE RESOLUTION

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pengendalian internal dalam perusahaan besar sangat sulit, dikarenakan banyaknya anggota dari perusahaan tersebut. Oleh karena itu di perlukan pengendalian

Lebih terperinci

Oleh : NUR WAHYUNTORO

Oleh : NUR WAHYUNTORO FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KREDIT MACET DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA PADA PT. BPR KURNIA SEWON BANTUL PERIODE 2007-2011 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring berkembangnya kebutuhan masyarakat dalam mencapai suatu kebutuhan, maka terjadi peningkatan kebutuhan dari segi finansial. Untuk mendapatkan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2007 hingga 2010 proporsi jumlah bank gagal dari jumlah bank yang ditetapkan dalam pengawasan khusus cenderung meningkat sesuai dengan Laporan Tahunan Lembaga

Lebih terperinci

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 2 - PEDOMAN STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Untuk memelihara kesinambungan pembangunan nasional guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 3.1...Sejarah singkat PT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk Tabel 3.2...Indikator Variabel X dan Variabel Y Tabel 3.3...Bobot atau Kuesioner Tabel 3.4... Data Responden Tabel 4.1...Data

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank dan Produk Bank 2.1.1 Pengertian Bank Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan disalurkan dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya

Lebih terperinci

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang 134 Struktur Organisasi PT. Akari Indonesia Pusat dan Cabang Dewan Komisaris Direktur Internal Audit General Manager Manajer Pemasaran Manajer Operasi Manajer Keuangan Manajer Sumber Daya Manusia Kepala

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II Pengertian Audit Operasional. melainkan untuk menvalidasikan efektivitas prosedur. II Tujuan Audit Operasional

BAB II LANDASAN TEORI. II Pengertian Audit Operasional. melainkan untuk menvalidasikan efektivitas prosedur. II Tujuan Audit Operasional BAB II LANDASAN TEORI II.1 Kerangka Teori dan Literatur II.1.1 Audit Operasional II.1.1.1 Pengertian Audit Operasional Mengacu pada pendapat McLeod dan Schell (2008), pengertian Audit Operasional adalah

Lebih terperinci

PERSEPSI NASABAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SWADHARMA ARTHA NUSA YOGYAKARTA TENTANG CORPORATE GOVERNANCE

PERSEPSI NASABAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SWADHARMA ARTHA NUSA YOGYAKARTA TENTANG CORPORATE GOVERNANCE PERSEPSI NASABAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SWADHARMA ARTHA NUSA YOGYAKARTA TENTANG CORPORATE GOVERNANCE SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di tengah tekanan ekonomi global, dunia perbankan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu bangsa. Perbankan, khususnya bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini bank memiliki peranan yang strategis dalam menunjang roda perekonomian. Bank sebagai lembaga keuangan, merupakan wadah yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini begitu banyak perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini begitu banyak perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini begitu banyak perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis dengan berbagai macam bidang usaha. Dalam menjalankan usahanya setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Orang yang melaksanakan fungsi auditing dinamakan pemeriksa atau auditor. Pada mulanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Orang yang melaksanakan fungsi auditing dinamakan pemeriksa atau auditor. Pada mulanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis a. Pengertian Auditing dan Internal Auditing Istilah auditing dikenal berasal dari bahasa latin yaitu : audire, yang artinya mendengar. Orang yang melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Semakin tingginya tingkat persaingan antar bank dan resiko perkreditan, menyebabkan pihak manajemen Bank perlu menerapkan suatu pengendalian yang memadai. Pengendalian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk membiayai,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit secara umum, kredit adalah sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis pada saat sekarang ini atas dasar kepercayaan sebagai pengganti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian bank secara otentik telah dirumuskan di dalam Undangundang Perbankan 7 Tahun 1992 yang telah diubah menjadi Undangundang Perbankan Nomor 10 Tahun

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PENJUALAN

KUESIONER PENELITIAN PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PENJUALAN Lampiran 20 KUESIONER PENELITIAN PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PENJUALAN Kepada Yth, Bapak/ibu respoden Di tempat Bandung, 17 Desember 2007 Dengan hormat, Melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan suatu pembangunan yang berhasil maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perekonomian. Bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perekonomian. Bank 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perekonomian. Bank menghimpun dana dan menyalurkannya ke masyarakat. Pada usaha perbankan, potensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kredit Macet 1. Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan, oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengertian Bank menurut Kasmir (2011 : 3), Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jasa keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam roda

BAB I PENDAHULUAN. Jasa keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam roda 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jasa keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam roda perekonomian, suatu bangsa akan berkembang apabila fungsi dari jasa keuangan sudah berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang bertindak sebagai sumber permodalan dan perantara keuangan dengan menyediakan mekanisme transaksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam dunia perekonomian menyebabkan persaingan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam dunia perekonomian menyebabkan persaingan dunia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi dalam dunia perekonomian menyebabkan persaingan dunia usaha semakin ketat. Untuk meningkatkan daya saingnya, perusahaan hendaknya menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No.10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No.10 tahun 1998 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini bank memiliki peranan yang strategis dalam menunjang roda perekonomian. Bank sebagai lembaga keuangan, merupakan wadah yang menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR... LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR... PERNYATAAN ORISINAL TUGAS AKHIR... ABSTRAK... ABSTRACT... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR LAMPIRAN I PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR PEDOMAN STANDAR KEBIJAKAN PERKREDITAN BANK PERKREDITAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan sarana yang strategis dalam rangka pembangunan ekonomi, peran yang strategis tersebut disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai penghimpun

Lebih terperinci

dapat diperoleh dengan dana kredit yang ditawarkan oleh bank.

dapat diperoleh dengan dana kredit yang ditawarkan oleh bank. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis senantiasa berjalan secara dinamis untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Aktivitas bisnis merupakan salah satu bagian dari

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.53, 2016 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5861). PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN ATAS PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANTUL PERIODE TAHUN TUGAS AKHIR

TINJAUAN ATAS PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANTUL PERIODE TAHUN TUGAS AKHIR TINJAUAN ATAS PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANTUL PERIODE TAHUN 2009-2010 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

ANALISIS AUDIT OPERASIONAL ATAS KINERJA INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA SKRIPSI

ANALISIS AUDIT OPERASIONAL ATAS KINERJA INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA SKRIPSI ANALISIS AUDIT OPERASIONAL ATAS KINERJA INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH A. Strategi Pencegahan Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna Bermasalah Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Resiko

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Perusahaan memerlukan sistem untuk menunjang kegiatan perusahaan dengan kata lain sistem merupakan rangkaian dari prosedur yang saling berkaitan dan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi kondisi persaingan bisnis dalam keadaan yang tidak menentu ditambah dengan krisis perekonomian, membuat setiap perusahaan dituntut untuk mempersiapkan

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI PEMBERIAN KREDIT PADA PT PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) ULAMM UNIT BINJAI

SISTEM AKUNTANSI PEMBERIAN KREDIT PADA PT PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) ULAMM UNIT BINJAI SISTEM AKUNTANSI PEMBERIAN KREDIT PADA PT PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) ULAMM UNIT BINJAI TUGAS AKHIR Ditulis untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma 3 Diajukan Oleh ISMAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan sebaik-baiknya dari perencanaan jumlah kredit, pengorganisasian,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan sebaik-baiknya dari perencanaan jumlah kredit, pengorganisasian, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Bank sebagai lembaga intermediasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi yang terjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi yang terjadi BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Menurut Baridwan (2002: 17), laporan keuangan didefinisikan sebagai ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan ekonomi nasional sesuai dengan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan ekonomi nasional sesuai dengan yang diharapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur semerata baik materil maupun spiritual berdasarkan pancasila dan UUD 1945 mutlak dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan merupakan lembaga yang paling berpengaruh terhadap kelangsungan perekonomian suatu negara dan bank adalah salah satunya. Bank berperan sebagai

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN FAKTOR PERMODALAN, KUALITAS ASET, RENTABILITAS DAN LIKUIDITAS PT. BANK MUAMALAT INDONESIA TAHUN

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN FAKTOR PERMODALAN, KUALITAS ASET, RENTABILITAS DAN LIKUIDITAS PT. BANK MUAMALAT INDONESIA TAHUN PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN FAKTOR PERMODALAN, KUALITAS ASET, RENTABILITAS DAN LIKUIDITAS PT. BANK MUAMALAT INDONESIA TAHUN 2009-2011 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit Usaha Mikro Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Efektif berkaitan dengan banyaknya hasil yang dicapai. Menurut Yamit

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Efektif berkaitan dengan banyaknya hasil yang dicapai. Menurut Yamit BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Efektivitas Efektif berkaitan dengan banyaknya hasil yang dicapai. Menurut Yamit (1998:14) efektivitas adalah suatu ukuran

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENYALURAN KREDIT BERDASARKAN METODE 5C PADA PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK KANTOR CABANG PEMBANTU M.

ANALISIS KELAYAKAN PENYALURAN KREDIT BERDASARKAN METODE 5C PADA PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK KANTOR CABANG PEMBANTU M. ANALISIS KELAYAKAN PENYALURAN KREDIT BERDASARKAN METODE 5C PADA PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK KANTOR CABANG PEMBANTU M. YAMIN MEDAN TUGAS AKHIR Ditulis untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kegiatan penanganan atas

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kegiatan penanganan atas BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kegiatan penanganan atas kredit bermasalah pada PT. Bank Mandiri studi kasus Regional Credit Recovery Jakarta Sudirman. Dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga financial intermediary yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana serta sebagai

Lebih terperinci

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA A. Pengertian Pengalokasian Dana Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk tabungan, simpanan giro dan deposito adalah menyalurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian nasional dan perubahan lingkungan strategis yang dihadapi dunia usaha termasuk koperasi dan usaha kecil menengah saat ini sangat

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS PENGENDALIAN KREDIT (STUDI PADA KOPERASI MARSUDI MULYO)

ANALISIS EFEKTIVITAS PENGENDALIAN KREDIT (STUDI PADA KOPERASI MARSUDI MULYO) ANALISIS EFEKTIVITAS PENGENDALIAN KREDIT (STUDI PADA KOPERASI MARSUDI MULYO) DAFI ARMAHEDI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang E-mail: dafiarmahedi@gmail.com ABSTRACT This

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan Bank Kinerja keuangan adalah penentuan secara periodik tampilan keuangan berdasarkan sasaran, standar dan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Mengukur

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan yang berdasarkan Demokrasi Ekonomi dengan fungsi utamanya yaitu sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, memiliki peranan yang strategis untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah di KJKS BTM Kajen, kabupaten Pekalongan Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap lembaga keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan menciptakan kemakmuran, kesejahteraan, dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kemakmuran, kesejahteraan,

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian Andrian Fauline Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan suatu lembaga yang menerima dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang kekurangan dana. Sedangkan pengertian bank menurut

Lebih terperinci

KEGIATAN BANK DALAM PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT. Oleh : Fatmah Paparang 1

KEGIATAN BANK DALAM PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT. Oleh : Fatmah Paparang 1 KEGIATAN BANK DALAM PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT Oleh : Fatmah Paparang 1 A. PENDAHULUAN Dalam berbagai teksbook yang lama, selalu dikemukakan bahwa kegiatan utama dari suatu Bank adalah menghimpun dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian Negara yang semakin berkembang dan maju, dunia perbankan memiliki peran yang sangat besar dalam pembangunan nasional. Sektor perbankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGENDALIAN MANAJEMEN PEMBERIAN KREDIT MODAL KERJA DALAM UPAYA MEMINIMALKAN NON PERFORMING LOAN

EVALUASI PENGENDALIAN MANAJEMEN PEMBERIAN KREDIT MODAL KERJA DALAM UPAYA MEMINIMALKAN NON PERFORMING LOAN EVALUASI PENGENDALIAN MANAJEMEN PEMBERIAN KREDIT MODAL KERJA DALAM UPAYA MEMINIMALKAN NON PERFORMING LOAN (NPL) (Studi Pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Nusamba Wlingi) Rina Malinda Moch. Dzulkirom AR Dwiatmanto

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK 2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dalam dunia usaha dan bisnis saat ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dalam dunia usaha dan bisnis saat ini mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam dunia usaha dan bisnis saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut menciptakan persaingan yang sangat ketat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam usaha mewujudkan tujuan pembangunan nasional yang merata dan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat maka pemerintah mengarahkan khusunya pada bidang ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pemerintah berkewajiban mensejahterakan rakyatnya secara adil dan merata. Ukuran sejahtera biasanya dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup signifikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup signifikan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup signifikan pada awal abad 21, sejak munculnya kasus Enron yang menghebohkan kalangan dunia usaha. Meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi menuntut pertumbuhan perekonomian khususnya dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi menuntut pertumbuhan perekonomian khususnya dunia usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi menuntut pertumbuhan perekonomian khususnya dunia usaha untuk semakin maju lebih efektif. Semakin maju dunia usaha dan semakin berhasilnya perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini banyak perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk memulai investasi atau memperbesar usahanya. Untuk memperoleh dana tersebut perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian Indonesia dewasa ini cenderung menurun dikarenakan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan, yang di mulai pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM AKUNTANSI PENGGAJIAN TERKOMPUTERISASI PADA AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGYAKARTA SKRIPSI

PERANCANGAN SISTEM AKUNTANSI PENGGAJIAN TERKOMPUTERISASI PADA AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGYAKARTA SKRIPSI PERANCANGAN SISTEM AKUNTANSI PENGGAJIAN TERKOMPUTERISASI PADA AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 29 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 29 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 29 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 288 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya adalah proses yang terus menerus, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya adalah proses yang terus menerus, yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan pada hakekatnya adalah proses yang terus menerus, yang merupakan kemajuan dan perbaikan menuju kearah tujuan yang ingin dicapai. Dalam Garis-garis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Perbankan Indonesia Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998, Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Kredit 2.1.1. Pengertian Kredit Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai tempat meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya.

Lebih terperinci

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu No.298, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Syariah. Unit Usaha. Bank Umum. Manajemen Risiko. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5988) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi Populasi adalah jumlah dari keseleruhan objek yang karakteristiknya hendak diduga. Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini Indonesia mengalami krisis ekonomi, untuk keluar dari krisis ini maka Indonesia meningkatkan pembangunan di segala sektor, baik sektor ekonomi,

Lebih terperinci

serta mencatat semua transaksi pemberian kredit bank secara lengkap

serta mencatat semua transaksi pemberian kredit bank secara lengkap DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Operasionalisasi

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

Lebih terperinci

Disusun oleh : DEWI MASITOH

Disusun oleh : DEWI MASITOH AUDIT MANAJEMEN ATAS PEMBAYARAN PROGRAM PENSIUN PADA PT TASPEN (PERSERO) KANTOR CABANG PURWOKERTO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

yang bertugas melakukan kegiatan pemeriksaaan yang meliputi perencanaan pemeriksaaan, pengujian dan pengevaluasian informasi, pemberitahuan

yang bertugas melakukan kegiatan pemeriksaaan yang meliputi perencanaan pemeriksaaan, pengujian dan pengevaluasian informasi, pemberitahuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia pada saat ini sedang mengalami keadaan yang tidak menentu, hal ini dikarenakan ketidakpastian keadaan politik dan perekonomian dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena hal tersebut terkait dengan pola bisnis yang berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena hal tersebut terkait dengan pola bisnis yang berkembang di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan memiliki peran yang penting dalam perkembangan perekonomian Indonesia, karena hal tersebut terkait dengan pola bisnis yang berkembang di Indonesia yaitu jika

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN UMUM BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN... 14

DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN UMUM BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN... 14 -8- LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN BANK BAGI BANK UMUM -9- DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN KREDIT INVESTASI OLEH PD. BPR GRESIK SKRIPSI. Oleh :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN KREDIT INVESTASI OLEH PD. BPR GRESIK SKRIPSI. Oleh : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN KREDIT INVESTASI OLEH PD. BPR GRESIK SKRIPSI Oleh : RAGIL ARIF RAKHMAWAN 1013010089 / FE / EA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo Para calon penerima dana bergulir yang ingin mendapatkan fasilitas kredit dana bergulir dari Dinas

Lebih terperinci

PIAGAM INTERNAL AUDIT

PIAGAM INTERNAL AUDIT PIAGAM INTERNAL AUDIT PT INTILAND DEVELOPMENT TBK. 1 dari 8 INTERNAL AUDIT 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Piagam Audit Internal merupakan dokumen penegasan komitmen Direksi dan Komisaris serta

Lebih terperinci