BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kegiatan penanganan atas

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kegiatan penanganan atas"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kegiatan penanganan atas kredit bermasalah pada PT. Bank Mandiri studi kasus Regional Credit Recovery Jakarta Sudirman. Dalam melaksanakan suatu kegiatan atas penanganan kredit bermasalah diperlukan penerapan, pengembangan, dan peningkatan yang terus-menerus untuk mendapatkan hasil yang baik. Pelaksanaan atas penanganan kredit bermasalah yang dilakukan oleh PT. Bank Mandiri studi kasus Regional Credit Recovery Jakarta Sudirman didapatkan melalui beberapa tahapan antara lain adalah mengidentifikasikan permasalah yang terjadi pada debitur, memanggil dan pengurus semua keperluan, dan mengetahui langkah dalam rangka penanganan awal pada kredit bermasalah. IV.1 Tahap-tahap Audit Operasional Kredit Bermasalah IV.1.1 Survei Pendahuluan (Preliminary Survey) Survei pendahuluan merupakan kegiatan untuk mendapatkan informasi mengenai bagian atau fungsi yang akan diteliti. Survei pendahuluan ini dilakukan untuk mendapatkan hal yang bersifat umum mengenai latar belakang dan operasi kredit bermasalah PT. Bank Mandiri studi kasus Regional Credit Recovery Jakarta Sudirman.

2 Prosedur pemeriksaan pendahuluan yang dilakukan untuk melakukan wawancara dan kuesioner antara lain: 1. Mengumpulkan data dan informasi mengenai struktur organisasi perusahaan, uraian tugas pada bagian yang terkait dengan kredit bermasalah. 2. Melakukan daftar pertanyaan kuesioner dan melakukan wawancara dengan pihak yang berwenang terkait dengan kredit bermasalah. 3. Memahami dan menaati peraturan yang berlaku yang dibuat oleh manajemen perusahaan. 4. Mempelajari prosedur kredit bermasalah yang berlaku dalam perusahaan. IV.1.2 Review Terhadap Sistem Pengendalian Manajemen Salah satu tujuan manajemen yang penting dalam setiap tujuan usaha yaitu penanganan, begitu juga dengan proses dari kredit bermasalah. Karena kegiatan ini merupakan penanganan dari kredit bermasalah terhadap debitur. Secar umum pengendalian manajemen yang dilakukan oleh PT. Bank Mandiri studi kasus Regional Credit Recovery Jakarta Sudirman adalah sebagai berikut: 1. Pengawasan terhadap syarat administrative dan kelayakan usaha yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan kredit bermasalah.

3 2. Proses analisis dan putusan pemberian atas penanganan kredit bermasalah yang dilakukan secara bertahap oleh pejabat bank yang sesuai dengan kewenangan dan tanggungjawab masing-masing. 3. Pembinaan terhadap kredit bermasalah sampai selesainya kredit bermasalah tersebut. IV.1.3 Audit Lanjutan 1. Mengumpulkan informasi yang cukup kompeten dan relevan serta kemudian memberikan tanggapan dari informasi yang telah diperoleh. 2. Prosedur pemeriksaan termasuk teknik pengujian dan penarikan contohnya yang dipergunakan, dalam hal ini teknik pengujian dan penarikan yang dilakukan dengan diseleksi dan diarahkan sesuai dengan penanganan kredit bermasalah. 3. Setelah informasi yang diperlukan terkumpul, bagian pengawasan kredit menyiapkan kerta kerja audit yang berfungsi membantu dalam pencatatan seluruh aktivitas dari kredit bermasalah. IV.1.4 Pelaporan 1. Tahap ini meliputi kegiatan mengumpulkan, menganalisis, memgindentifikasi dan mendokumentasikan bukti-bukti audit dan informasi lain yang dibutuhkan, sesuai dengan prosedur yang digariskan dalam program audit untuk mendukung hasil audit.

4 2. PT. Bank Mandiri studi kasus Regional Credit Recovery Jakarta Sudirman dalam tugasnya membekali dirinya dengan data akuntasi formal, terutama data laporan keuangan atau data laporan pencapaian target dengan lampiran-lampirannya pada posisi terakhir serta posisi periode audit. 3. Setelah melakukan pemeriksaan maka membuat laporan hasil pemeriksaan yang dilakukan disertai rekomendasi. IV.1.5 Tindak Lanjut Pada PT. Bank Mandiri studi kasus Regional Credit Recovery Jakarta Sudirman ini memantau dan menganalisis serta melaporkan perkembangan pelaksanaan tidak lanjut perbaikan yang telah dilakukan oleh auditee dalam hal ini adalah PT. Bank Mandiri studi kasus Regional Credit Recovery Jakarta Sudirman. Tindak lanjut ini meliputi: 1. Pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut Pemantauan ini harus dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan mengingatkan auditee bila belum dapat melaksanakan komitmen perbaikan menjelang atau sampai batas waktu yang dijanjikan. 2. Analisis kecukupan tindak lanjut Analisis ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana auditee telah melaksanakan perbaikan dan untuk mengetahui apakah terdapat kesulitan atau hambatan yang menyebabkan tindak lanjut tersebut tidak dapat dilakukan sebagaimana mestinya.

5 3. Laporan tindak lanjut Bila tindak lanjut tidak dilaksanakan oleh auditee, maka PT. Bank Mandiri studi kasus Regional Credit Recovery Jakarta Sudirman dapat memberikan laporan tertulis kepada Direktur Utama atau Dewan audit untuk ditindak lanjut. IV.2 Penyebab Terjadinya Kredit Bermasalah Pada PT. Bank Mandiri Regional Credit Recovery Jakarta Sudirman Sebab terjadinya kredit bermasalah pada PT. Bank Mandiri di unit kerja Regional Credit Recovery Jakarta Sudirman adalah sebagai berikut: 1. mengalami kerugian yang disebabkan kalah bersaing dengan kompetitor lain yang bergerak dibidang industri yang sama sehingga menyebabkan debitur mengalami masalah dalam pembayaran kredit. 2. Terjadi pengelolaan keuangan yang tidak baik dalam suatu perusahaan debitur sehingga menyebabkan pembayaran yang dilakukan debitur mengalami masalah 3. Terjadi perubahan kebijaksanaan perdagangan dalam negri yang menyebabkan perusahaan mengalami gangguan yang dapat menggangu keuangan perusahaan sehingga debitur mengalami masalah dalam pembayaran kredit. 4. Gejolak kondisi moneter internasional yang sering terjadi menyebabkan usaha dari debitur terganggu yang menyebabkan pembayaran yang dilakukan terganggu.

6 5. yang melakukan kredit mengalami musibah meninggal dunia namun ahli waris yang ditinggalkan usaha dari debitur tidak dapat melanjutkan usahanya sehingga debitur mengalami masalah pembayaran. Hal ini tidak termasuk debitur membayar lunas setelah perpanjangan jangka waktu kredit yang telah disetujui bank atas permohonan debitur, karena telah terjadi perubahan perjanjian yang disepakati bersama. IV.3 Penanganan Kredit Bermasalah PT. Bank Mandiri Regional Credit Recovery Wilayah V Jakarta Sudirman Berikut ini merupakan hasil dari wawancara mengenai gambaran penanganan kredit bermasalah yang dilakukan PT. Bank Mandiri studi kasus Regional Credit Recovery Wilayah V Jakarta Sudirman adalah sebagai berikut: 1. Penanganan kredit bermasalah dapat dilakukan melalui pembinaan, penyelamatan, dan penyelesaian kredit bermasalah. 2. Pembinaan kredit bermasalah, merupakan upaya-upaya yang dilakukan bank dalam rangka pemenuhan kententuan dan syarat-syarat oleh debitur yang tercantum dalam perjanjian kredit. 3. Pembagian kategori golongan berdasarkan tunggakan angsuran bulanan kredit. 4. Strategi penagihan, agar tujuan proses penagihan berjalan lancar maka harus dilakukan hasil yang maksimal, diperlukan prosedur pelaksanaan penagihan terhadapan tunggakan. yang menunggak akan dapat ditagih dengan sukses hanya berdasarkan strategi tertentu.

7 5. Penyelamatan kredit, upaya yang dilakukan oleh bank terhadap kredit bermasalah yang masih mempunyai prospek dan kinerja usaha serta kemampuan membayar. 6. Tindakan penyelamatan kredit, yaitu restrukturisasi merupakan perbaikan yang dilakukan oleh bank dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya, yaitu penurunan suku bunga kredit, perpanjang jangka waktu kredit atau penjadwal kembali kredit, pemberian keringanan bunga, denda, dan ongkos dalam restrukturisasi, penambahan pemberian nilai agunan kredit. 7. Penyelesaian kredit bermasalah, upaya yang dilakukan bank untuk menyelesaikan kredit bermasalah setelah usaha pembinaan dan penyelamatan kredit yang dilakukan. Penyelesaian kredit bermasalah ini dilakukan untuk mencegah risiko bank yang semakin besar serta mendapatkan pelunasan kembali atas kredit tersebut dari debitur. 8. Penyelesaian kredit bermasalah dilaksanakan, yaitu pelunasan kredit, penggantian debitur oleh pihak ketiga yang selanjutnya menjadi debitur baru, pencairan agunan kredit debitur dalam rangka melunasi kewajiban kredit debitur kepada bank, penjualan dengan cara lelang. 9. Penjualan agunan yang disita Bank Mandiri berupa usaha yang dimiliki debitur yaitu berupa tanah, pabrik, serta jaminan tambahan berupa rumah atau lainnya. Penjualan agunan dilakukan secara lelang, melakukan lelang sukarela yang dilakukan terhadap agunan kredit yang belum atau tidak dilakukan pengikatan

8 sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Lelang eksekusi dilakukan terhadap agunan kredit yang telah dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku dan untuk pelaksanaannya tidak memerlukan persetujuan debitur atau pemilik agunan. 10. Hapus buku (write off), merupakan tindakan administrative bank untuk menghapus buku kredit bermasalah dari neraca sebesar kewajiban debitur tanpa menghapus hak tagih bank kepada debitur dimaksud dan penghapusan bukuan tersebut tidak diperolehkan untuk diberitahukan oleh debitur. 11. Penanganan hapus buku (write off) kepada debitur, pengadministrasian rekening terhadap fasilitas kredit ke dalam sistem sehingga akivitas keuangan dan datadata dapat tercatat dengan baik, penagihan terhadap debitur terhadap pengawasan posisi kredit atas aktivitas setoran di rekening debitur dan penagihan atas sisa kewajiban debitur. IV.4 Kuesioner Tahap pengumpulan informasi yang memungkinkan analisis mempelajari sikapsikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada. Dalam pengisian kuesioner yang dilakukan dapat diperoleh informasi kegiatan dalam penanganan kredit bermasalah, penyelamatan kredit bermasalah, dan penyelesaian kredit bermasalah yang merupakan topik utama dalam penulisan skripsi ini.

9 Pengumpulan kuesioner akan dikatakan berhasil apabila dapat mengidentifikasikan suatu kegiatan yang memperlihatkan kekuatan dan kelemahan pada kegiatan tersebut. Tahapan pengumpulan kuesioner pada umumnya merupakan studi singkat terhadap apa yang berlangsung pada saat itu, serta membantu dan mengarahkan perhatian penulis pada kejadian kegiatan penting di perusahaan tersebut. IV.4.1 Daftar Pertanyaan Kuesioner Penulis memperoleh data-data yang berkaitan dengan kinerja manajemen atas kredit bermasalah diperoleh melalui pengisian kuesioner. Selain itu penulis membuat suatu daftar pertanyaan mengenai kinerja manajemen untuk membantu mempermudah dan memperjelas pertanyaan yang bersifat umum dan disertai dengan jawaban yang singkat dari masing-masing pertanyaan. Jawaban yang diperoleh dari daftar pertanyaan tersebut akan menggambarkan adanya kemungkinan kekuatan dan kelemahan atas kredit bermasalah yang selama ini ditetapkan oleh perusahaan. Kelemahan yang ditemukan akan memberikan saran-saran untuk adanya suatu perbaikan. Daftar pertanyaan ini untuk evaluasi kinerja PT. Bank Mandiri studi kasus Regional Credit Recovery Jakarta Sudirman, adalah sebagai berikut:

10 Tabel IV.1 Daftar Pertanyaan Kredit Bermasalah No. Daftar Pertanyaan Kredit Bermasalah Ya Tidak Keterangan 1. Apakah kegiatan dan pelaksanaan prosedur pada kredit bermasalah yang telah ditetapkan dan dilaksanakan dengan baik? 2. Apakah pelaksanaan prosedur kredit bermasalah yang telah ditetapkan, dilakukan oleh orang-orang yang ahli dibidangnya? 3. Apakah manajemen memiliki gaya tertentu yang cukup menunjukkan tindakan-tindakan yang kreatif? 4. Apakah dalam perusahaan memiliki struktur organisasi yang jelas menerangkan pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab masingmasing? 5. Apakah dalam penanganan kredit bermasalah banyak atau dikitnya jumlah karyawan dalam satu divisi sudah dapat melaksanakan penaganan kredit bermasalah dengan baik?

11 6. Apakah terdapat deskripsi tugas karyawan dan kebijakan terkait dalam hubungannya dengan wewenang dan tanggung jawab? 7. Apakah manajemen melakukan aktivitas pemantauan untuk menilai efektivitas rancangan dan operasi pengendalian manajemen atas kredit bermasalah? 8. Apakah program peningkatan kemampuan karyawan telah dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan dilakukan secara efektif dan efisien? 9. Apakah sejauh ini kebijakan kredit bermasalah telah dilakukan secara efektif dan efisien? 10. Apakah kebijakan yang dibuat telah sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan dilaksanakan peninjauan serta revisi secara berkala? 11. Apakah kebijakan yang dibuat untuk melaksanakan kegiatan/aktivitas secara efektif dan efisien? 12. Apakah kebijakan yang dibuat sesuai aturan kepentingan berbagai pihak dalam perusahaan? 13. Apakah kebijakan mengenai pengendalian

12 tugas atas pelaksanaan kredit bermasalah telah ditaati? 14. Apakah aktivitas kredit bermasalah telah aman dari resiko kecurangan? 15. Apakah ada tindakan manajemen yang dilaksanakan secara intensif untuk mengurangi tindakan kecurangan pegawai yang berbuat tidak jujur? 16. Apakah saldo dalam pembayaran kredit bermasalah yang ada dapat dijamin perlindungannya dari kemungkinan penipuan? 17. Apakah dalam kredit bermasalah terdapat resiko kegagalan dalam penagihan kewajiban pembayaran? 18. Apakah manajemen melakukan kebijakan resiko atas kemungkinan salah saji pada data atau dokumen pada penagihan kewajiban pembayaran? 19. Apakah dapat terjadinya keterlambatan atau kegagalan pembayaran kredit yang dilakukan debitur? 20. Apakah dapat terjadi keterlambatan pengiriman surat tagihan kepada debitur yang

13 dilakukan oleh pihak bank? 21. Apakah terjadinya tidak terbayarnya penagihan kredit sebagian atau keseluruhan kredit oleh debitur? 22. Apakah pencapaian target kerja dari debitur yang telah ditetapkan dari awal pemberian kredit? 23. Apakah adanya keputusan yang dilakukan bukan oleh pemegang kewenangan yang seharusnya? 24. Apakah penurunan nilai agunan sehingga hasil penjualan agunan tidak sesuai dengan kewajiban seharusnya dibayar? 25. Apakah restruktuasi harus dilakukan dalam menyelesaikan masalah kredit ini? 26. Apakah lelang harus diperlukan dalam kredit bermasalah ini?

14 IV.4.2 Hasil dari Kuesioner Hasil yang dilakukan pada saat pengisian kuesioner yang diberikan terhadap sampel 100% dari 10 orang karyawan Regional Credit Recovery Jakarta Sudirman terhadapat informasi yang didapat mengenai suatu kondisi dan keadaan secara umum, antara lain sebagai berikut: 1. Seluruh kegiatan dan pelaksanaan prosedur penanganan kredit bermasalah yang telah ditetapkan oleh perusahaan dilakukan sesuai dengan standar yang diberikan perusahaan tersebut. 2. Pelaksanaan prosedur kredit bermasalah yang dilakukan telah ditetapkan, dilakukan oleh orang-orang yang ahli dibidangnya dalam penanganan kredit bermasalah. 3. Manajemen juga memiliki gaya tertentu untuk menunjukkan tindakan-tindakan yang kreatif dalam penanganan kredit bermasalah agar para debitur tidak merasa terganggu pada saat penagihan yang dilakukan oleh bank. 4. Perusahaan juga memiliki struktur organisasi untuk menerangkan pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari masing-masing karyawan, agar karyawan tidak bisa menyalahgunakan wewenang yang diberikan. 5. Penanganan kredit bermasalah dalam jumlah karyawan di dalam Regional Credit Recovery Jakarta Sudirman sudah dilakukan dengan baik dan efektif, karena dapat mengurangi pengeluaran-pengeluaran yang seharusnya tidak perlu dilakukan. 6. Dalam deskripsi tugas karyawan dan kebijakan yang terkait dalam hubungannya dengan wewenang dan tanggung jawab. Karena apabila wewenag dan tanggung

15 jawab disalah gunakan dalam hal penanganan kredit bermasalah dapat merugikan pihak bank. 7. Manajemen akan melakukan pemantauan untuk menilai efektivitas atas rancangan dan operasi pengendalian manajemen atas kredit bermasalah yang dilakukan oleh manajemen dan karyawan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. 8. Program peningkatan kemampuan karyawan dilakukan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam penanganan kredit bermasalah dan dilakukan secara efektif dan efisien. 9. Kebijakan kredit bermasalah sejauh ini sudah efektif dan efisien, karena efektif dalam penanganan kredit bermasalah ini sudah mencapai target yang diinginkan oleh perusahaan dan efisien yang dilakukan pada tanggung jawab, wewenang, dan tugas sudah dilakukan dengan baik dalam penanganan kredit bermasalah ini. 10. Kebijakan yang dibuat pasti sudah sesuai peraturan dan perundang-undangan yang ada. Apabila perundang-undangan terjadi perubahan maka peraturan akan dilakukan revisi untuk menyesuaikan peraturan yang berlaku. 11. Kebijakan yang dibuat untuk melaksanakan secara efektif dan efisien agar pelaksanaan penanganan kredit bermasalah bisa berjalan dengan baik. 12. Kebijakan akan dibuat untuk kepentingan dari berbagai pihak yang terkait dalam perusahaan sesuai aturan yang ada. 13. Kebijakan yang yang dibuat atas penanganan kredit bermasalah sudah ditaati sesuai peraturan yang ada, karena kebijakan dibuat untuk ditaati oleh pihak-pihak yang terkait dalam kredit bermasalah ni.

16 14. Aktivitas dari kredit bermasalah sudah aman dari risiko kecurangan, karena setiap terjadi transaksi selalu di kontrol dan dicatat dibagian dimana transaksi itu terjadi. 15. Manajemen akan mengurangi tindakan kecurangan karyawan yang berbuat tidak jujur, karena manajemen akan selalu melakukan kontrol kepada karyawan. 16. Dalam saldo pembayaran kredit bermasalah akan dapat dijamin perlindungan dari kemungkinan penipuan, karena pembayaran yang dilakukan debitur langsung ditransfer ke rekening Bank Mandiri jadi dapat mengurangi penipuan yang dilakukan. 17. Kredit bermasalah dapat risiko kegagalan dalam proses penagihan pembayaran pada debitur, karena debitur pasti beralasan dalam proses penagihan pembayara ini. 18. Manajemen tidak akan mengambil risiko atas kemungkinan salah saji pada data dan dokumen pada saat penagihan pembayaran berlangsung, karena akan berisiko atas kesalahan yang terjadi dalam hal ini yang akan merugikan beberapa pihak. 19. Dapat terjadi keterlambatan atau gagal pembayaran kredit yang dilakukan debitur, karena bank beranggapan bahwa debitur akan membayar tepat waktu. 20. Keterlambatan pengiriman surat tagihan yang dilakukan oleh pihak bank kepada debitur yang dapat memperlambat penyelesaian kredit bermasalah. 21. Tidak terbayarnya penagihan kredit sebagian atau keseluruhan kredit oleh debitur, karena tugas, wewenang, tanggung jawab tidak dilakukan secara cepat atas pengambilan keputusan dan debitur yang tidak terbuka terhadap bank.

17 22. Target yang dilakukan debitur akan terjadi pada saat pemberian kredit, tetapi target tersebut tidak dapat tercapai yang berakibat pada kredit bermasalah bagi debitur itu sendiri. 23. Keputusan yang dilakukan harus sesuai dengan pemegang kewenangan yang dilakukan bukan kepada orang lain yang bukan tugasnya untuk memutuskan sesuatu dari kredit bermsalah, karena tugas, wewenang, dan tanggung jawab sudah terdapat pada prosedur pemeriksaan. 24. Penurunan nilai agunan dari hasil penjualan agunan yang tidak sesuai dengan kewajiban yang seharusnya dibayar pada saat pertama pemberian kredit. 25. Restrukturisasi harus dilakukan apabila debitur mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban pembayaran. 26. Melakukan lelang merupakan mekanisme dalam penjualan agunan untuk kredit bermasalah. IV.4.3 Kesimpulan dari Hasil Kuesioner Berdasarkan hasil dari Kuesioner yang didapatkan penulis dalam mendapatkan informasi tentang kredit bermasalah, adalah sebagai berikut: 1. Prosedur penanganan kredit bermasalah yang dilakukan Regional Credit Recovery Jakarta Sudirman sudah baik sehingga kredit bermasalah yang terjadi dapat terselesaikan dengan baik. 2. Regional Credit Recovery Jakarta Sudirman mempunyai cara sendiri yang sesuai dengan standar prosedur dalam penanganan kredit bermasalah.

18 3. Dengan adanya karyawan yang sedikit memberi kesan bahwa perusahaan dapat terlaksana dalam menangani kredit bermasalah yang efektif dan efisien. 4. Pengendalian manajemen yang dilakukan oleh perusahaan sudah terlaksana dengan baik dan ini memberikan dampak yang baik dalam penanganan kredit bermasalah. 5. Kebijakan yang dikeluarkan perusahaan terhadap penanganan kredit bermasalah sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. 6. Keterlambatan pengiriman surat tagihan oleh bank kepada debitur menimbulkan terjadinya keterlambatan pembayaran yang dilakukan oleh debitur dari tanggal yang seharusnya debitur melakukan pembayaran kredit. 7. Tanggung jawab dan kesadaran yang dimiliki debitur kurang baik dalam menyelesaikan pembayaran kreditnya sehingga terjadinya keterlambatan pembayaran. 8. Pengambilan keputusan sepenuhnya dilakukan oleh Manajer yang bersangkutan dan tidak dapat diwakilkan oleh pihak lain. 9. Penurunan nilai agunan pada hasil penjualan harus sesuai dengan kewajiban yang dibayarkan oleh debitur.

19 IV.5 Pencapaian atas Efektifitas dan Efisiensi Kredit Bermasalah IV.5.1 Pencapaian Target Key Performance Indicator Dari hasil yang didapatkan atas penanganan kredit bermasalah dapat dilihat pencapaian target kinerja yang diharapkan pencapaian efektivitas dan efisiensi untuk penanganan kredit bermasalah. Berikut adalah target yang ingin dicapai Bank Mandiri Regional Credit Recovery Jakarta Sudirman dalam penanganan kredit bermasalah pada 3 tahun terakhir yaitu 2009, 2010, dan 2011: Tabel IV.2 Pencapaian Target KPI (Key Performance Indicator) 2009 No. Uraian Target KPI 2009 Target Realisasi % 1. Penagihan Pokok Intrakomtabel 22,383 M 32,199 M 144% 2. Penagihan Bunga Intrakomtabel 8,142 M 13,996 M 172% 3. Penagihan Ekstrakomtabel 53,301 M 77,095 M 145% Untuk tahun 2009 Bank Mandiri Regional Credit Recovery Jakarta Sudirman menentukan target yang ingin dicapai untuk penagihan pokok intrakomtabel, Penagihan bunga intrakomtabel dan penagihan ekstrakomtabel sebesar Rp , RP , dan Rp dari semua target yang telah ditentukan semuanya telah terealisasi melebihi dari yang seharusnya ini menunjukan untuk tahun 2009 kinerja usaha dalam penanganan kredit bermasalah yang ditunjukan oleh bank mandiri sudah baik.

20 Tabel IV.3 Pencapaian Target KPI (Key Performance Indicator) 2010 No. Uraian Target KPI 2010 Target Realisasi % 1. Penagihan Pokok Intrakomtabel 29,235 M 29,545 M 101% 2. Penagihan Bunga Intrakomtabel 7,850 M 9,667 M 123% 3. Penagihan Ekstrakomtabel 140,000 M 117,263 M 84% Untuk tahun 2010 Bank Mandiri Regional Credit Recovery Jakarta Sudirman menentukan target yang ingin dicapai untuk penagihan pokok intrakomtabel. Penagihan bunga intrakomtabel dan penagihan ekstrakomtabel sebesar Rp , Rp , dan Rp dari semua target yang telah ditentukan semuanya untuk penagihan ekstrakomtabel tidak mencapai target yang diinginkan karena realisasinya dibawah target yang telah ditentukan yaitu dari Rp hanya terealisasi Rp Untuk ini kewajiban pembayaran debitur telah dihapus bukukan oleh bank namun masih ada kewajiban yang harus dipenuhi debitur tetapi tidak terpenuhi kewajibannya sehingga target yang ingin dicapai tidak sesuai.

21 Tabel IV.4 Pencapaian Target KPI (Key Performance Indicator) 2011 No. Uraian Target KPI 2011 Target Realisasi % 1. Penagihan Pokok Intrakomtabel 2,909 M 8,389 M 288% 2. Penagihan Bunga Intrakomtabel 3,256 M 4,834 M 148% 3. Penagihan Ekstrakomtabel 87,442 M 129,204 M 148% Untuk tahun 2011 Bank Mandiri Regional Credit Recovery Jakarta Sudirman menentukan target yang ingin dicapai untuk penagihan pokok intrakomtabel, Penagihan bunga intrakomtabel dan penagihan ekstrakomtabel sebesar Rp , Rp , dan Rp dari semua target yang telah ditentukan semuanya telah terealisasi melebihi dari yang seharusnya ini menunjukan untuk tahun 2011 kinerja usaha yang ditunjukan oleh bank mandiri sudah baik. Dari target 3 tahun terakhir Bank Mandiri Regional Credit Recovery Sudirman menunjukan hasil kinerja yang baik. Pencapaian efektivitas dan efisiensi atas penanganan kredit bermasalah sudah baik tetapi untuk tahun 2010 ada satu indicator yaitu penagihan ekstrakomtabel yang tidak mencapai target.

22 IV.5.2 Portofolio Ekstrakomtabel Dari segi aspek yang akan dibahas beberapa indikator yang menunjukkan ukuran unit kerja untuk aspek ini. Akan ditampilkan Portofolio Ekstrakomtabel Tahun 2009, 2010, dan 2011, adalah sebagai berikut: Tabel IV.5 Portofolio Ekstrakomtabel Tahun 2009 Posisi Kredit Ekstrakomtabel Posisi 31 Desember 2009 Pengelola Bank Mandiri DJPLN Jumlah Jumlah Total Saldo Jumlah Total Saldo Jumlah Total Saldo Jakarta Sudirman ,283 M ,516 M ,063,799 M Tabel IV.6 Portofolio Ekstrakomtabel Tahun 2010 Posisi Kredit Ekstrakomtabel Posisi 31 Desember 2010 Pengelola Bank Mandiri DJPLN Jumlah Jumlah Total Saldo Jumlah Total Saldo Jumlah Total Saldo Jakarta Sudirman ,004 M ,728 M ,049,732 M

23 Tabel IV.7 Portofolio Ekstrakomtabel Tahun 2011 Posisi Kredit Ekstrakomtabel Posisi 31 Desember 2011 Pengelola Bank Mandiri DJPLN Jumlah Jumlah Total Saldo Jumlah Total Saldo Jumlah Total Saldo Jakarta Sudirman ,457 M ,077 M ,534 M Pada portofolio debitur ekstrakomtabel yang dilakukan selama 3 tahun yaitu untuk tahun 2009, 2010, dan 2011 mendapatkan hasil dari Jakarta Sudirman pada Bank Mandiri tahun 2009 yaitu sebanyak 1682 debitur dengan saldo Rp dan tahun 2010 yaitu sebanyak 1566 debitur dengan saldo Rp dan tahun 2011 yaitu sebanyak 1533 debitur dengan saldo Rp Dilihat dari 3 tahun terakhir dari tahun 2009, 2010, dan 2011 yaitu mengalamani penurunan yang cukup banyak dalam penanganan debitur dan jumlah saldo pada transaksi yang dilakukan oleh Bank Mandiri untuk penanganan kredit ekstrakomtabel ini yang akan dilakukan hapus buku. Pada portofolio debitur ekstrakomtabel yang dilakukan selama 3 tahun yaitu untuk tahun 2009, 2010, dan 2011 mendapatkan hasil dari Jakarta Sudirman pada Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara tahun 2009 yaitu sebanyak sebanyak 1384 debitur dengan saldo Rp dan tahun 2010 yaitu sebanyak 1354 debitur dengan saldo Rp dan tahun

24 2011 yaitu sebanyak 1339 debitur dengan saldo Rp Dilihat dari 3 tahun terakhir dari tahun 2009, 2010, dan 2011 yaitu mengalamani penurunan yang cukup banyak dalam penanganan debitur dan jumlah saldo pada transaksi yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara yang akan dilakukan hapus buku pada neraca dari kewajiban debitur dan tanpa menghapus hak tagih debitur itu sendiri. IV.6 Risiko-risiko yang Dihadapi atas Penanganan Kredit bermasalah Dalam hasil kuesioner dan wawancara yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa pengendalian telah dilakukan dengan cukup baik oleh perusahaan. Berikut ini adalah risiko-risiko yang didapat dalam penelitian atas penanganan kredit bermasalah: a. Terjadinya keterlambatan atau kegagalan pembayaran kredit yang dilakukan debitur. Kondisi :Keterlambatan atau kegagalan pembayaran kredit yang dilakukan debitur. Kriteria :Pencatatan pembayaran kredit pada debitur harus dilakukan secara tepat waktu dan harus sesuai. Sebab :Karena bank beranggapan debitur akan melakukan pembayaran kredit tepat waktu tanpa melebihi jatuh tempo yang disepakati.

25 Akibat :Kepercayaan bank terhadap debitur dalam pembayar kredit akan semakin menunggak dan mengakibatkan debitur tersebut tidak mampu membayar dan akan terjadi kredit bermasalah. Rekomendasi :Seharusnya hal ini harus diatasi oleh bank yaitu bank harus melakukan penagihan dan pengawasan pada saat pembayaran kredit yang lebih ketat, demi menghindari terjadinya hal yang tidak diinginkan atau menghindari adanya tunggakan kredit. b. Terjadi keterlambatan pengiriman surat tagihan kepada debitur yang dilakukan oleh pihak bank. Kondisi :Keterlambatan pengiriman surat tagihan kepada debitur. Kriteria :Surat tagihan yang harusnya dikirim tepat waktu sesuai dengan jatuh temponya pembayaran. Sebab :Petugas yang terlambat mengirim surat panggilan untuk debitur. Akibat :Pada debitur yang perusahaannya terlambat menerima pembayaran sehingga menggangu arus kas tersebut yang dapat memperlambat proses penyelesaian kredit masalah tersebut. Rekomendasi :Seharusnya hal ini dapat diatasi dengan melalui mengirimi surat tagihan kepada debitur agar hal ini dapat diatasi dan tidak merugikan pihak debitur itu sendiri dalam menyelesaikan kredit bermasalah yang dihadapi oleh debitur itu sendiri.

26 c. Terjadinya tidak terbayarnya penagihan kredit sebagian atau keseluruhan kredit oleh debitur. Kondisi :Tidak terbayarnya hutang debitur atas penagihan kredit atau keseluruhan kredit oleh debitur. Kriteria :Harusnya pembayaran hutang debitur harus diselesaikan secara tuntas dan pengambilan keputusan atas penagihan kredit ini harus diberikan usulan yang lebih baik lagi. Sebab :Adanya keterlambatan pengambilan keputusan usulan atas penyelesaian kredit, penyambilan keputusan yang tidak dilakukan secara cepat, karena sulitnya data dan persyaratan yang haru dipenuhi terkait dengan penyelesaian kredit ini, dan strategi debitur yang tidak terbuka kepada bank sehingga menyulitkan bank dalam pengambilam keputusan Akibat :Kerugian pada pihak bank atas kesulitan yang terjadi pada debitur yang tidak terbuka pada bank dalam memperoleh datadata dan informasi yang jelas dari debitur itu sendiri. Rekomendasi :Seharusnya hal ini dapat diatasi dengan mengenali karakter debitur dari berbagai informasi dan sumber yang didapat, melakukan negosiasi dengan debitur secara konsisten sehingga keputusan penyelesaian kredit dapat diselesaikan lebih cepat dilakukan.

27 d. Terjadinya tidak terpenuhinya pencapaian target kerja debitur yang telah ditetapkan dari awal pemberian kredit. Kondisi :Tidak terpenuhinya pencapaian target kerja yang sebelumnya sudah ditetapkan. Kriteria :Pencapaian target kerja harus dirancangan dengan baik dalam proses tercapainya tersebut atau ada program kerja yang tidak baik yang dilakukan oleh pihak-pihak lain. Sebab :Karena debitur memiliki itikad yang tidak baik dan kondisi ekonomi yang tidak kondusif yang mempengaruhi usaha yang dijalankan oleh debitur dalam pencapaian target kerja yang menghambat proses pembayar debitur pada bank itu sendiri. Akibat :Pada usaha debitur yang tidak sesuai dengan kriteria dalam pemberian kredit harus melakukan pengawasan kepada debitur atas usaha yang dilakukan agar usaha tersebut dapat berjalan dan debitur dapat membayar anggunannya tepat waktu yang sudah ditentukan. Rekomendasi :Seharusnya hal ini harus diatasi oleh pihak bank yaitu dengan melihat secara bertahap dan melakukan kunjungan kepada usaha yang dijalankan debitur agar dapat mengetahui proses dari usaha itu sendiri.

28 e. Penurunan nilai agunan sehingga hasil penjualan agunan tidak sesuai dengan kewajiban seharusnya dibayar. Kondisi :Penurunan nilai agunan sehingga hasil penjualan agunan tidak sesuai dengan kewajiban yang seharusnya dibayarkan oleh debitur. Kriteria :Nilai anggunan atas jaminan yang diberikan debitur kepada bank dalam menurunkan nilai anggunan tersebut untuk melunasi kewajiban kredit debitur. Sebab :Karena agunan yang diserahkan debitur lebih rendah dari jumlah kewajibannya yang berakibat menurunnya nilai angunan sesuai berjalannya waktu, terjadinya kerusakan pada objek agunan yang bersangkutan, dan berkurangnya umur ekonomis angunan. Akibat :Terjadinya kerugian pada pihak bank atas nilai angunan yang tidak sesuai dengan kewajiban pembayaran, mulai rusaknya nilai anggunan dan berkurangnya umur dari angunan tersebut. Rekomendasi :Seharusnya hal ini dapat diatasi dengan melakukan review atas ketentuan nilai anggunan dan apabila ketentuan yang tidak sesuai atas data yang diberika debitur atas nilai angunan maka harus diperbaiki. Penilaian nilai agunan harus dilakukan secara berkala yaitu satu tahun ataupun dua tahun sekali. Meminta kepada debitur untuk menambah nilai agunan agar sesuai dengan kewajiban kredit yang diambil.

29 f. Ketidak akuratan data agunan dalam dokumen kredit. Kondisi :Ketidak akuratan data agunan dalam file kredit yang berakibat susahnya eksekusi yang dilakukan bank. Kriteria :Sebaiknya data, dokumen, atau informasi harus dilakukan secara benar agar tidak terjadi kesalahan. Sebab :Sertifikat atas dokumen bermasalah, debitur tidak bersedia memperpanjang karena terkait biaya dan tidak adanya itikad baik dari debitur. Akibat :Terjadinya susahnya tertagihnya kredit bermasalah yang terjadi pada debitur yang tidak memiliki itikad baik dari debitur itu sendiri. Rekomendasi :Harus menyampaikan informasi terkait sertifikat agunan yang telah jatuh tempo, mengawasi nilai yang terkait dengan perkembangan nilai pasar pada saat restrukturisasi. g. Adanya kesalahan dalam menetapkan penanganan debitur bermasalah. Kondisi :Risiko kesalahan dalam memberikan perlakukan penyelesaian kredit kepada debitur yang baru diterima dari unit bisnis. Kriteria :Sebaiknya memperkecil terjadinya kesalahan yang terjadi dengan melihat kasus dalam debitur. Sebab :Karyawan tidak menguasai permasalahan yang terjadi pada debitur dengan baik.

30 Akibat :Kurangnya pengalaman karyawan dalam proses penanganan kredit bermasalah dalam usaha debitur. Rekomendasi :Melakukan identifikasi kondisi usaha debitur, memastikan bahwa penetapan penanganan telah mempertimbangkan aspek kondisi usaha, itikad baik debitur dan kemampuan membayar.

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL. (Variabel Independen)

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL. (Variabel Independen) DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL (Variabel Independen) No Pertanyaan Jawaban Kuesioner I. 1. 2. 3. 4. 5. II. 6. 7. 8. 9. Independensi Auditor internal mengemukakan pendapatnya dengan bebas tanpa mendapat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan.

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Evaluasi IV.1.1. Ruang Lingkup Evaluasi Ruang lingkup pengendalian internal atas siklus pendapatan adalah : 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA Audit operasional adalah audit yang dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektivitas,

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap audit operasional atas fungsi penjualan dan penerimaan kas pada PT. Dwimukti Graha Elektrindo yang telah di bahas pada Bab 4

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki BAB 4 PEMBAHASAN Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki pengendalian internal yang memadai, terutama pada siklus pendapatannya. Siklus pendapatan terdiri dari kegiatan

Lebih terperinci

PENANGANAN KREDIT BERMASALAH. Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

PENANGANAN KREDIT BERMASALAH. Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM PENANGANAN KREDIT BERMASALAH KREDIT BERMASALAH Non-Performance Loan / NPL KONDISI DIMANA DEBITUR MENGINGKARI JANJINYA MEMBAYAR BUNGA DAN / ATAU KREDIT INDUK YANG TELAH JATUH TEMPO, SEHINGGA TERJADI KETERLAMBATAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Risiko Pembiayaan di KSPPS Marhamah Cabang Wonosobo Dalam setiap pembiayaan yang terjadi di lembaga keuangan baik Bank maupun

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan.

BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Kegiatan Audit Operasional Sebelum memulai pemeriksaan operasional terhadap salah satu fungsi dalam perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN UMUM BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN... 14

DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN UMUM BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN... 14 -8- LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN BANK BAGI BANK UMUM -9- DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN

Lebih terperinci

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR LAMPIRAN I PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR PEDOMAN STANDAR KEBIJAKAN PERKREDITAN BANK PERKREDITAN

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan pengamatan dan evaluasi penelusuran atas fungsi penjualan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan pengamatan dan evaluasi penelusuran atas fungsi penjualan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Setelah melakukan pengamatan dan evaluasi penelusuran atas fungsi penjualan dan penerimaan kas PT Kurnia Mulia Citra Lestari, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan data yang diperoleh melalui penelitian, maka bab ini akan dijelaskan hasil pengolahan data beserta pembahasannya. Hasil penelitian tersebut untuk menjawab

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. 15 Januari 2010, dengan Akta Pendirian Koperasi No. 44 dan mendapat

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. 15 Januari 2010, dengan Akta Pendirian Koperasi No. 44 dan mendapat BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Koperasi 3.1.1 Sejarah Singkat Koperasi Koperasi Buana Indonesia adalah Koperasi yang berikrar pada tanggal 15 Januari 2010, dengan Akta Pendirian

Lebih terperinci

serta mencatat semua transaksi pemberian kredit bank secara lengkap

serta mencatat semua transaksi pemberian kredit bank secara lengkap DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Operasionalisasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Strategi Mengatasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Strategi Mengatasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) dalam 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Strategi Mengatasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) dalam Pemberian Pinjaman Kredit Usaha Rakyat di PT. Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Mlati Kredit bermasalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit secara umum, kredit adalah sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis pada saat sekarang ini atas dasar kepercayaan sebagai pengganti

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH A. Strategi Pencegahan Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna Bermasalah Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Resiko

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBIAYAAN BERMASALAH PRODUK KPR AKAD DAN PENYELESAIANNYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBIAYAAN BERMASALAH PRODUK KPR AKAD DAN PENYELESAIANNYA 102 BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBIAYAAN BERMASALAH PRODUK KPR AKAD MURA@BAH}AH DAN PENYELESAIANNYA A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Bermasalah Produk KPR Akad Mura@bah}ah Faktor-faktor

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN KUESIONER. bagian B merupakan pertanyaan khusus. Jika Bapak/Ibu berkeberatan untuk

DAFTAR PERTANYAAN KUESIONER. bagian B merupakan pertanyaan khusus. Jika Bapak/Ibu berkeberatan untuk DAFTAR PERTANYAAN KUESIONER Petunjuk pengisian Pertanyaan terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian A merupakan pertsnyaan umum dan bagian B merupakan pertanyaan khusus. Jika Bapak/Ibu berkeberatan untuk mencantumkan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan membandingkan penagihan pajak yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Untuk memulai suatu pemeriksaan, seorang auditor harus terlebih dahulu mengadakan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Untuk memulai suatu pemeriksaan, seorang auditor harus terlebih dahulu mengadakan BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Audit Operasional Untuk memulai suatu pemeriksaan, seorang auditor harus terlebih dahulu mengadakan perencanaan pemeriksaan. Perencanaan pemeriksaan merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Kebijakan BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan Dalam. Upaya Menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah.

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Kebijakan BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan Dalam. Upaya Menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Kebijakan BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan Dalam Upaya Menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah. Dalam suatu pembiayaan memang mengandung resiko, meskipun BMT Citra Keuangan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. audit operasional pada objek yang dimaksud yakni PT. Centa Brasindo Abadi. Sebelum

BAB IV PEMBAHASAN. audit operasional pada objek yang dimaksud yakni PT. Centa Brasindo Abadi. Sebelum BAB IV PEMBAHASAN Pembahasan yang akan dijabarkan pada bab ke empat ini mengenai pelaksanaan audit operasional pada objek yang dimaksud yakni PT. Centa Brasindo Abadi. Sebelum dilakukannya kegiatan audit

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN AUDIT OPERASIONAL UNTUK MENILAI KINERJA BAGIAN PENJUALAN PADA PT. OPTIMA INFOCITRA UNIVERSAL

BAB IV PELAKSANAAN AUDIT OPERASIONAL UNTUK MENILAI KINERJA BAGIAN PENJUALAN PADA PT. OPTIMA INFOCITRA UNIVERSAL BAB IV PELAKSANAAN AUDIT OPERASIONAL UNTUK MENILAI KINERJA BAGIAN PENJUALAN PADA PT. OPTIMA INFOCITRA UNIVERSAL IV.1. Survei Pendahuluan (Preliminary Survey) Sesuai dengan ruang lingkup pembahasan audit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. nasabahnya. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal tentang pembiayaan

BAB IV HASIL PENELITIAN. nasabahnya. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal tentang pembiayaan 60 BAB IV HASIL PENELITIAN Pembiayaan merupakan salah satu diantara produk yang ditawarkan pada bank syariah. Di Bank Syariah Mandiri Cabang Solok, pembiayaan warung mikro syariah merupakan diantara produk

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pengendalian intern siklus penjualan pada PT. Sukabumi Trading Coy serta

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pengendalian intern siklus penjualan pada PT. Sukabumi Trading Coy serta BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap pengauditan internal atas pengendalian intern siklus penjualan pada PT. Sukabumi Trading Coy serta berdasarkan pembahasan

Lebih terperinci

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth Syarat dan Ketentuan Umum untuk Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth 1. Definisi Syarat dan Ketentuan Umum ANGSURAN adalah suatu

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. fungsi penjualan dan penerimaan kas pada PT. Metaplas Harmoni. Dalam melaksanakan

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. fungsi penjualan dan penerimaan kas pada PT. Metaplas Harmoni. Dalam melaksanakan BAB 4 HASIL DAN BAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pelaksanaan audit kecurangan terhadap fungsi penjualan dan penerimaan kas pada PT. Metaplas Harmoni. Dalam melaksanakan audit kecurangan diperlukan

Lebih terperinci

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN UMUM BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tujuan Evaluasi. Tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui pengendalian internal

BAB IV PEMBAHASAN. Tujuan Evaluasi. Tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui pengendalian internal BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Tujuan Evaluasi Tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui pengendalian internal atas siklus pendapatan pada PT Kartina Tri Satria sudah baik atau belum, dan mengetahui kelemahan-kelemahannya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit 1. Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit Pada PT. Anugrah. Sistem penjualan yang dilakukan oleh PT. Anugrah

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 3.1...Sejarah singkat PT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk Tabel 3.2...Indikator Variabel X dan Variabel Y Tabel 3.3...Bobot atau Kuesioner Tabel 3.4... Data Responden Tabel 4.1...Data

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR: 43 /PB/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA YANG BERSUMBER

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan membandingkan penagihan pajak yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II Pengertian Audit Operasional. melainkan untuk menvalidasikan efektivitas prosedur. II Tujuan Audit Operasional

BAB II LANDASAN TEORI. II Pengertian Audit Operasional. melainkan untuk menvalidasikan efektivitas prosedur. II Tujuan Audit Operasional BAB II LANDASAN TEORI II.1 Kerangka Teori dan Literatur II.1.1 Audit Operasional II.1.1.1 Pengertian Audit Operasional Mengacu pada pendapat McLeod dan Schell (2008), pengertian Audit Operasional adalah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan kas. Supaya tujuan tercapai dilakukan audit operasional pada PT

BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan kas. Supaya tujuan tercapai dilakukan audit operasional pada PT BAB IV PEMBAHASAN Bab ini membahas peranan pengendalian intern atas penjualan, piutang, dan penerimaan kas. Supaya tujuan tercapai dilakukan audit operasional pada PT Geotechnical Systemindo yang dibatasi

Lebih terperinci

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang 134 Struktur Organisasi PT. Akari Indonesia Pusat dan Cabang Dewan Komisaris Direktur Internal Audit General Manager Manajer Pemasaran Manajer Operasi Manajer Keuangan Manajer Sumber Daya Manusia Kepala

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor Penyebab Pembiayaan Ijarah Bermasalah di BMT Amanah Mulia Magelang Setelah melakukan realisasi pembiayaan ijarah, BMT Amanah Mulia menghadapi beberapa resiko

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perkembangan dunia usaha bertumbuh sangat pesat, hal ini ditunjukan dengan banyaknya perusahaan baru yang bermunculan di kawasaan industri diberbagai kota

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Penjualan Unsur Pengendalian Internal Pada PT. Tiga Putra Adhi Mandiri

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Penjualan Unsur Pengendalian Internal Pada PT. Tiga Putra Adhi Mandiri BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Penjualan 4.1.1 Unsur Pengendalian Internal Pada PT. Tiga Putra Adhi Mandiri Penulis mempunyai kriteria tersendiri untuk menilai unsur pengendalian internal dalam perusahaan. Kriteria

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap ini dikumpulkan informasi mengenai sistem pembelian dan pengelolaan persediaan

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT CHAROEN POKPHAN INDONESIA TBK

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT CHAROEN POKPHAN INDONESIA TBK BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT CHAROEN POKPHAN INDONESIA TBK IV.1. Perencanaan dan Tujuan Audit Operasional atas fungsi Penjualan, Piutang Usaha

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI SYARIAH KANTOR CABANG PEMBANTU MOJOKERTO A. Analisis Mekanisme Penanganan Pembiayaan Macet

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mengubah: UU 6-1983 lihat: UU 9-1994::UU 28-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 126, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN BANK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. PT Sumber Karunia Anugerah. Pembahasan ini dibatasi pada fungsi penjualan dan

BAB IV PEMBAHASAN. PT Sumber Karunia Anugerah. Pembahasan ini dibatasi pada fungsi penjualan dan BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional pada PT Sumber Karunia Anugerah. Pembahasan ini dibatasi pada fungsi penjualan dan piutang usaha modern market seperti

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN

SYARAT DAN KETENTUAN SYARAT DAN KETENTUAN 1. DEFINISI (1) Bank adalah PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk., yang berkantor pusat di Bandung, dan dalam hal ini bertindak melalui kantor-kantor cabangnya, meliputi kantor cabang,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo Dalam sebuah lembaga keuangan pembiayaan bermasalah bukanlah hal yang baru atau asing lagi untuk didengarkan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto Mandiri dibatasi pada hal-hal berikut ini: a. Mengidentifikasikan kelemahan sistem pengendalian

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT KURNIA MULIA CITRA LESTARI IV. 1. PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN AUDIT

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT KURNIA MULIA CITRA LESTARI IV. 1. PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN AUDIT BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT KURNIA MULIA CITRA LESTARI IV. 1. PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN AUDIT Untuk memulai suatu pemeriksaan, seorang auditor harus terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No.10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No.10 tahun 1998 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini bank memiliki peranan yang strategis dalam menunjang roda perekonomian. Bank sebagai lembaga keuangan, merupakan wadah yang menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan

BAB IV PEMBAHASAN. Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan BAB IV PEMBAHASAN Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan keekonomisan suatu perusahaan. Untuk memulai suatu pemeriksaan, seorang auditor harus terlebih dahulu mengadakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.06/2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 128/PMK.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.06/2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 128/PMK. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.06/2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 128/PMK.06/2007 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROCEDURE ADMINISTRASI KREDIT PEMILIKAN RUMAH DALAM RANGKA SEKURITISASI

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROCEDURE ADMINISTRASI KREDIT PEMILIKAN RUMAH DALAM RANGKA SEKURITISASI Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/ 38 /DPNP tanggal 31 Desember 2010 PEDOMAN PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROCEDURE ADMINISTRASI KREDIT PEMILIKAN RUMAH DALAM RANGKA SEKURITISASI Lampiran Surat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Berdasarkan bagan struktur organisasi yang dimiliki oleh perusahaan PT.Petra

BAB IV PEMBAHASAN. Berdasarkan bagan struktur organisasi yang dimiliki oleh perusahaan PT.Petra BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Evaluasi Struktur Organisasi Perusahaan Berdasarkan bagan struktur organisasi yang dimiliki oleh perusahaan PT.Petra Energy International, terdapat beberapa evaluasi yang dapat dijabarkan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN, PIUTANG, DAN PENERIMAAN KAS PT. AROMATECH INTERNATIONAL

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN, PIUTANG, DAN PENERIMAAN KAS PT. AROMATECH INTERNATIONAL BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN, PIUTANG, DAN PENERIMAAN KAS PT. AROMATECH INTERNATIONAL 3.1 Analisis Sistem Informasi Akuntansi Penjualan dan Piutang Usaha PT. Aromatech International

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI Airlangga ABSTRAK Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 8 /PBI/2004 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 8 /PBI/2004 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA, -1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 8 /PBI/2004 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung tercapainya sistem pembayaran

Lebih terperinci

2014, No c. bahwa guna memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan Pencegahan dalam rangka pengurusan Piutang Negara dan tidak dilaksanakannya

2014, No c. bahwa guna memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan Pencegahan dalam rangka pengurusan Piutang Negara dan tidak dilaksanakannya No.323, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Piutang Negara. Pengurusan. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 /PMK.06/2014 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

1 of 6 18/12/ :54

1 of 6 18/12/ :54 1 of 6 18/12/2015 15:54 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 163/PMK.06/2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 128/PMK.06/2007 TENTANG

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Piutang 2.1.1 Definisi Piutang Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009) adalah: Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang Dalam proses pengajuan pembiayaan murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang, terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang Pembiayaan merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan. Menyadari

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.53, 2016 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5861). PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2016 KEUANGAN OJK. BPR. Badan Kredit Desa. Transformasi. Status. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5847) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Kas Pada umumnya kas dikenal juga dengan uang tunai yang didalam neraca kas masuk dalam golongan aktiva lancar yang sering mengalami perubahan akibat transaksi keuangan

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap

Lebih terperinci

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu No.298, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Syariah. Unit Usaha. Bank Umum. Manajemen Risiko. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5988) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN SISTEM YANG BERJALAN. bermotor. Produk-produk yang dihasilkan dipasarkan

BAB 3 GAMBARAN SISTEM YANG BERJALAN. bermotor. Produk-produk yang dihasilkan dipasarkan BAB 3 GAMBARAN SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan perorangan Speed Power Racing adalah perusahaan yang bergerak dalam industri pembuatan spare parts (perlengkapan) kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laba yang maksimal. Laba yang maksimal tersebut dapat diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN. laba yang maksimal. Laba yang maksimal tersebut dapat diperoleh melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan mempunyai tujuan utama yang sama yaitu mencapai laba yang maksimal. Laba yang maksimal tersebut dapat diperoleh melalui peningkatan volume penjualan.

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 153/PMK.05/2008 TENTANG PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA YANG BERSUMBER DARI PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI, REKENING DANA INVESTASI,

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT PRIMA JABAR STEEL

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT PRIMA JABAR STEEL BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT PRIMA JABAR STEEL Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional pada PT Prima Jabar Steel.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Audit internal muncul pertama kali dalam dunia usaha sesudah adanya audit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Audit internal muncul pertama kali dalam dunia usaha sesudah adanya audit BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Audit Internal Audit internal muncul pertama kali dalam dunia usaha sesudah adanya audit eksternal. Faktor utama diperlukannya audit internal adalah meluasnya rentang kendali

Lebih terperinci

Penyusunan Prospektus Penawaran Umum Terbatas Dalam Rangka Penerbitan HMETD

Penyusunan Prospektus Penawaran Umum Terbatas Dalam Rangka Penerbitan HMETD Penyusunan Prospektus Penawaran Umum Terbatas Dalam Rangka Penerbitan HMETD Oleh: Genio Atyanto Equity Tower 49th Floor, Jalan Jenderal Sudirman, Kav. 52-53 P / +62 21 2965 1262 SCBD, Jakarta 12190, indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Penelitian. Dunia bisnis di Indonesia mengalami kemunduran setelah terjadi krisis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Penelitian. Dunia bisnis di Indonesia mengalami kemunduran setelah terjadi krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Dunia bisnis di Indonesia mengalami kemunduran setelah terjadi krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997. Dampak yang ditimbulkan dari krisis tersebut diantaranya

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambah

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1529, 2017 KEMENKEU. LRT Jabodetabek. Pemberian Jaminan Pemerintah. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148/PMK.08/2017 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Struktur Organisasi Perusahaan. merupakan salah satu dari unsur pengendalian internal. Struktur organisasi

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Struktur Organisasi Perusahaan. merupakan salah satu dari unsur pengendalian internal. Struktur organisasi BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Evaluasi Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas merupakan salah satu dari unsur pengendalian internal. Struktur

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 301/KMK.01/2002 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA KREDIT PERUMAHAN BANK TABUNGAN NEGARA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 301/KMK.01/2002 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA KREDIT PERUMAHAN BANK TABUNGAN NEGARA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 301/KMK.01/2002 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA KREDIT PERUMAHAN BANK TABUNGAN NEGARA Menimbang : MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Piutang

Lebih terperinci

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 2 - PEDOMAN STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentan

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentan No.197, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Kehati-hatian. Perekonomian Nasional. Bank Umum. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5734). PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ITAS JASA K OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN INDONESIA SA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11/POJK.03/2015 TENTANG KETENTUAN KEHATI-HATIAN DALAM RANGKA STIMULUS PEREKONOMIAN NASIONAL

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No. 2024,2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pemberian. Jaminan. Percepatan. Jalan Tol Sumatera. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 253/ PMK.08/2015 TENTANG TATA

Lebih terperinci

BUKTI PENERIMAAN KAS BUKTI SETORAN KAS

BUKTI PENERIMAAN KAS BUKTI SETORAN KAS L1 BUKTI PENERIMAAN KAS BUKTI SETORAN KAS L2 BUKTI TIMBANG SURAT JALAN L3 SURAT JALAN BATAL NOTA DEBIT NOTA KREDIT L4 FAKTUR PENJUALAN L5 L6 PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA INTERNAL CONTROL QUESTIONNARIES

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN Bp/ Ibu/ Sdr dimohon untuk mengisi data demografi pada kotak di samping pertanyaan atau memberikan tanda ( ) pada tempat yang telah disediakan : Nama Responden : Nama KAP : Jenis Kelamin

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur. No.515, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 229/PMK. 01/2009 TENTANG TATACARA PELAKSANAAN PEMBERIAN

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT GITA MANDIRI TEHNIK

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT GITA MANDIRI TEHNIK BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT GITA MANDIRI TEHNIK Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan ekonomis suatu perusahaan.

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT ERAFONE ARTHA RETAILINDO

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT ERAFONE ARTHA RETAILINDO BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT ERAFONE ARTHA RETAILINDO IV.1. Survey Pendahuluan Pemeriksaan operasional dimulai dari tahap perencanaan awal atau yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Perencanaan Kegiatan Audit Operasional. pemeriksaan lebih sistematis dan terarah. Oleh karena itu, sesuai dengan ruang

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Perencanaan Kegiatan Audit Operasional. pemeriksaan lebih sistematis dan terarah. Oleh karena itu, sesuai dengan ruang BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Perencanaan Kegiatan Audit Operasional Sesuai dengan penentuan ruang lingkup yang telah ditetapkan dari penelitian ini, audit operasional akan dilakukan pada fungsi penjualan serta

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP) SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan data data hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh penulis mengenai pengendalian intern terhadap pelaksanaan pemberian kredit usaha kecil

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal Evaluasi pengendalian internal adalah suatu kegiatan untuk menilai dan mengevaluasi pengendalian internal perusahaan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Fungsi dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi. Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Fungsi dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi. Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori-teori 1. Pengertian Fungsi dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu memberikan yang bermanfaat bagi para pemakainya.

Lebih terperinci