SBY: Berjuang Menjadi Pahlawan. Oleh: Bagus Takwin, Niniek L. Karim, Nurlyta Hafiyah, dan Dicky C. Pelupessy
|
|
- Budi Sudirman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SBY: Berjuang Menjadi Pahlawan Oleh: Bagus Takwin, Niniek L. Karim, Nurlyta Hafiyah, dan Dicky C. Pelupessy SBY, anak tunggal yang charming itu telah jadi presiden RI selama hampir 5 tahun dan mencalonkan lagi diri untuk periode tahun Dengan suara yang lebih keras dan tegas, ia menyerukan program-programnya. Penampilannya tetap santun, hati-hati, dan penuh pertimbangan. Dengan keyakinan diri terkesan lebih kuat, ia lebih berani menanggapi secara langsung kritik dan tantangan pesaing politiknya. Di beberapa acara televisi, SBY menangkis tanggapan orang tentang dirinya, mempertahankan sepak-terjangnya sebagai presiden. Ia mendengar dan ingat kalimat yang sering dilontarkan orang kepadanya dan punya jawaban untuk itu semua. Dari situ bisa dinilai, SBY punya kepekaan terhadap yang berlangsung di masyarakat, terutama yang terkait dengan dirinya. Sejalan dengan teori Alfred Adler ( ), anak tunggal seperti SBY punya minat sosial tinggi dan rasa komunalitas yang kuat. Itulah caranya mengatasi konflik masa lalu secara positif. Seperti dijabarkan dalam laporan penelitian kami di tahun 2004, fenomena yang sering muncul pada tipologi anak tunggal adalah cenderung menjaga perhatian tetap tertuju kepadanya, menghindari konflik yang bisa membuatnya jadi tidak disukai orang. Ketika menjadi pemimpin ia bisa terkesan pasif, seakan kurang inisiatif, terlalu hati-hati, dan tidak tegas, meskipun di ruang yang tak tertangkap publik mungkin saja yang terjadi berbeda. Di masa-masa awal menjabat Presiden RI, kesan-kesan itu sempat sering tertangkap dari diri SBY. Ia terkesan cenderung lambat menghadapi persoalan yang dianggap sebagian masyarakat genting dan prinsipil, lebih memberi kesan aktif mengurusi hal-hal di permukaan. Responden penelitian (n=2198) menganggap dari tiga capres itu, SBY yang paling taat pada konvensi, mampu berkompromi; memahami rakyat; mampu berkomunikasi dengan rakyat. Carl Gustav Jung ( ) memberi istilah bagi yang berciri demikian sebagai orang innocent, polos tanpa salah. Intinya, orang yang cenderung berusaha tampil sesuai dan pas dengan norma masyarakatnya. Jung menambahkan ciri lain dari innocent, berusaha menjaga agar kualitas yang jahat tidak tampil dan tertangkap oleh orang lain. Begitulah tertangkap dari SBY, terutama di awal pemerintahan periode Semula ia tampak 1
2 selalu berusaha mempertahankan citra diri sebagai orang yang baik, taat pada norma sosial dan berusaha tidak menyakiti orang lain dalam menjalankan peran sosial. Kesan innocent tersebut ternyata tidak seterusnya mendominasi SBY. Belakangan, ia lebih sering menampilkan tanda-tanda sebagai orang yang kuat, punya kompetensi, dan punya kuasa. Di tengah berbagai bencana alam, situasi politik yang riuh dan sarat persaingan, krisis minyak dunia, ancaman krisis keuangan global yang berdampak ke lokal, penampilannya perlahan-lahan mengalami perubahan menjadi orang yang berani menghadapi tantangan. Ia mengingatkan bahwa berbagai persoalan yang dihadapi Indonesia bisa diselesaikan asalkan ada tekad kemauan. Merujuk lagi kepada Jung, strategi penampilan seperti itu terlihat pada orang yang dikenal sebagai pahlawan. Dalam sebuah artikel tentang pahlawan yang ditulisnya di majalah Time Asia (10 Oktober 2005), SBY bertanya kepada dirinya, jika ia dihadapkan dalam situasi yang dijalani para pahlawan, apakah ia akan menampilkan tindakan yang sama. Jawabannya, Mungkin memang terdapat sosok seorang pahlawan dalam diri kita masing-masing. Kita hanyalah perlu untuk mengejawantahkannya. Apakah SBY sedang berusaha mengejawantahkan potensinya untuk jadi pahlawan? Karakter anak tunggal sebenarnya bisa jadi modal untuk membawa SBY melangkah sebagai pejuang, sebagai pahlawan. Banyak pahlawan besar dalam sejarah peradaban dunia, juga dalam kisah-kisah mitologi, berangkat dari kondisi awal hidup yang polos-tanpa-salah. Tapi ikhtiar untuk menjadi pahlawan tidak mudah. Pertama sekali, sang tokoh perlu berdamai dengan diri sendiri. Ia harus memanfaatkan kekuatan otonom ego-nya untuk lepas dari konflik personal dan interpersonal di masa lalu. Tampaknya, SBY sedang berusaha untuk itu. Keberaniannya menentukan sendiri siapa calon wakil presidennya, mengambil risiko ditinggalkan partai yang berkoalisi dengan partainya, tanggapan terbuka terhadap pesaing yang mengkritik, seruannya yang mungkin menyinggung banyak orang, merupakan indikasi dari usaha itu. Carl Gustav Jung menjelaskan, pembebasan dari topeng sosial (persona) memang perjuangan terberat. Menegaskan inilah aku dengan segala kekurangan dan kelebihanku, akan menghadapkan individu kepada luka masa lalu, rasa kehilangan dan terlantar yang menyakitkan, menimbulkan rasa cemas sakit itu akan terulang lagi. Kecemasan dalam usaha melepas topeng ini dapat diatasi dengan kemampuan bekerja sama, sifat realistik, dan menggalang solidaritas. Kemampuan dan sifat ini dimiliki oleh SBY, ditambah keutamaan trust dan optimisme yang sering ia tunjukkan di berbagai aktivitas pencapaian prestasinya. Semua kemampuan itu menjadi modal kuat bagi SBY untuk menampilkan pedang 2
3 kepemimpinannya guna memotong putus segala yang mengancam integritas sosial dan keberlangsungan hidup negara Indonesia, sekaligus menemukan diri sendiri yang mandiri dan otentik. Dengan kata lain, SBY punya potensi untuk menjadi pahlawan, pejuang dengan karakter kuat berciri keutamaan untuk memberi sumbangan menjaga kesejahteraan diri dan masyarakat dalam hal ini terutama bangsa Indonesia. Akar dari karakter yang kuat itu bersifat psikososial: potensi yang ada dalam diri yang aktualitanya dipengaruhi oleh lingkungan sosial. SBY pada dasarnya punya potensi sejenis itu, namun memang perlu usaha lebih keras agar aktualisasinya bisa lebih optimal. Pencanangan ekonomi jalan tengah, ajakan melanjutkan yang sudah dilakukan, frekuensi rujukan yang tinggi kepada etika, dan kecenderungan mengikuti yang dianggap wajar oleh kebanyakan orang, itu semua lebih menunjukkan sifat innocent. Pilihan, ajakan, rujukan, dan kecenderungan itu mengindikasikan adanya kecenderungan pandangan yang selalu positif terhadap dunia pada diri SBY. Di sisi lain, pahlawan adalah orang yang selalu berusaha menemukan ada yang tidak beres pada dunia, ada yang salah dan perlu diperbaiki, ada yang perlu diubah agar menjadi lebih baik. Untuk jadi pahlawan, seseorang harus berani mengambil risiko dan terus-menerus berusaha meningkatkan usahanya tersebut. Kesan yang kadang masih tertangkap dari SBY adalah kurang berani mengambil risiko. Walau demikian, indikasi-indikasi dari keberanian mengambil risiko dan menghadapi konflik tampak sudah mulai tampil pada diri SBY. Artinya, ia sedang berjuang untuk menjadi pahlawan yang dapat diandalkan banyak orang. Meski, ada indikasi dari keinginan untuk jadi pahlawan pada diri SBY, seperti gencarnya pemberantasan korupsi atas perintahnya adalah indikasi dari pengejawantahan sifat pahlawan. Namun aktualita ini terkesan masih belum optimal. Sikap kepahlawanan masih banyak yang diharapkan dari SBY. Dalam arti, masyarakat masih sangat mengharapkan tindakan nyata SBY. Harapan ini juga tertampil dalam FGD dan penilaian 46 psikolog. Contoh, harapan terhadap SBY memperjuangkan keselamatan dan kesejahteraan bagi mereka yang terkena musibah, seperti para korban Lumpur Sidoardjo, serta korbankorban penculikan dan pembunuhan yang melibatkan aparat pemerintah. Aspek Kognitif: Trait (sifat), Belief (kepercayaan), Kompleksitas Pikiran - Pola Penalaran SBY tetap menampilkan diri sebagai orang yang menaati norma-norma sosial. Ia menghargai tradisi masyarakatnya, menghormati atasan dan orang yang lebih tua, 3
4 mengutamakan sopan santun, menjunjung tinggi kehormatan, menilai tinggi moralitas, disiplin ketat, dan memanfaatkan waktu secara efisien. Di awal hidup seorang anak tunggal cenderung menjadikan sifat-sifat itu sebagai alat untuk memperoleh perhatian simpati sosial, dalam perkembangannya sangat mungkin sifat-sifat itu terinternalisasi jadi bagian dari kepribadiannya. Pada kepribadian SBY pun, hal itu tampak sudah menyatu. Kebetulan atau memang mewakili, sebagian besar responden FGD dan survei (n=2198) adalah kelompok yang menjunjung sifat serupa, maka klop lah ia dengan harapan mereka. SBY terbuka pada ide-ide baru sejauh itu tak bertentangan dengan norma masyarakat. Meski iapun bisa mengambil keputusan yang tidak populer, namun saat dilakukannya ia akan berusaha sedemikian rupa agar keputusan itu tidak mengancam harmoni dan merusak citra diri. Kepercayaannya kepada harmoni yang dapat dicapai dalam kehidupan politik, menjadi dasar dari tindakannya. Pola penalarannya didasari oleh kepercayaan ini. Kompleksitas pikiran yang tinggi dan sistematik membantunya menemukan hubungan dari berbagai hal dalam kehidupan sosial yang mendukung kepercayaannya tersebut. Strategi penampilan diri yang digunakannya pun didasari oleh kepercayaan politiknya itu. Setiap kata, kalimat, dan tindakan SBY selalu ia ukur agar tepat dan tidak mengandung kesalahan. Ia juga mengusahakan agar yang diungkapkannya tidak merusak harmoni masyarakat. Menurutnya, dalam sebuah wawancara di Metro TV, kebiasaan hati-hati adalah kepribadiannya dan ia tidak ingin mengubahnya. Ciri yang memang melekat pada SBY dan melebur dalam karakternya itu, bisa memberi kesan pada orang yang mengamati bahwa ia tidak menampilkan diri apa adanya. Hal ini terwakili juga dalam FGD. Sedangkan menurut Zebrovitz (1990), sebagai psikolog awam, tiap orang cenderung menilai orang lain berdasarkan rajutan pengalamannya. Bila tak disikapi dengan bijak, ini bisa jadi pondasi ketidakpercayaan masyarakat kepada SBY di masa depan. Kecenderungan menjadi pemimpi yang juga menandai orang innocent tampak indikasinya pada diri SBY. Kecenderungan yang membuatnya bisa tergugah oleh ide-ide dan program inovatif, bahkan ketika ide atau program itu belum jelas bukti kebenarannya. Sebagai contoh, dalam rangka mengantisipasi krisis energi dan pangan, SBY berusaha menggugah para ahli untuk dapat menemukan energi alternatif dan cara-cara untuk menghasilkan produk pangan unggul. Dalam usaha itu, SBY antusias menanggapi beberapa usulan yang tampak brilian dengan agak mengabaikan keraguan ilmiah dari beberapa ilmuwan, seperti blue enegy dan padi supertoy yang dapat dipanen beberapa kali dalam setahun, yang ternyata tak terbukti kebenarannya. 4
5 Motif Sosial Kebutuhan untuk berprestasi masih menonjol pada diri SBY. Indikasinya: senang belajar dan berusaha mendapat hasil terbaik dengan cara melakukan usaha pencapaian tujuan secara bertahap dan berisiko moderat. Orientasi kepada kemajuan tampak jelas pada diri SBY. Baginya, meski pelan dan bertahap, kemajuan harus selalu dicapai. Apa yang dianggapnya baik selalu berusaha untuk dilanjutkan. Slogan Lanjutkan mencerminkan motif berprestasi SBY. Seiring dengan kebutuhan berprestasi, kebutuhan afiliasinya pun tetap mengarahkan tindakannya. Ketika bertemu dengan orang yang secara terang-terangan mengajaknya berkonflik atau menentangnya, tanda-tanda nonverbal yang ditampilkannya mengindikasikan rasa tak nyaman. SBY bisa tampil kaku, tegang, tidak lepas, serta tidak antusias untuk terlibat interaksi dengan orang tersebut. Contohnya tampak pada saat ia bersalaman dengan Megawati Soekarnoputri, yang bertahun-tahun tidak berbicara dengannya. Belakangan, indikasi kebutuhan kekuasaan menguat pada diri SBY. Ini merupakan implikasi dari posisi politik yang menuntutnya untuk memiliki pengaruh terhadap orang lain dalam situasi-situasi yang ia jalani. Dikaitkan dengan kebutuhan afiliasi pada anak tunggal, indikasi kebutuhan kekuasaan pada SBY bisa merupakan bagian dari usahanya mendapatkan perhatian dan penghargaan karena, pandangan umum menyatakan bahwa seorang pemimpin semestinya punya pengaruh terhadap orang lain. Indikasi kebutuhan kekuasaan juga dapat dikaitkan dengan perjuangannya untuk menjadi pahlawan: menghasilkan perubahan yang memberi pengaruh positif pada banyak orang. Kepribadian dan Kepemimpinan SBY Selama menjadi presiden RI, perilaku SBY tampak masih dibayangi oleh sifat dasarnya. Ia masih membutuhkan dasar formal yang kuat bagi tindakan politiknya, berkonsultasi dengan banyak pihak sebelum mengambil keputusan, dan berusaha tampil populer. Dalam situasi yang mengambang dan tak jelas, ia masih belum berani mengambil keputusan yang tegas. Jalan tengah menjadi alternatif terbaik baginya. Kebijakan dan keputusan yang merupakan terobosan baru belum cukup banyak dihasilkan oleh SBY. Untuk menjadi pemimpin yang sekaligus pahlawan bagi orang yang dipimpin, SBY masih perlu mengatasi konflik antara ego dan lingkungan sosial. Ia harus berani mengambil kembali kekuasaan dan kebebasan pribadinya dari kelompok dan sistem sosial agar bisa memberi sumbangan yang lebih bermakna baik bagi dirinya sendiri maupun bagi keseluruhan bangsa. Secara psikologis, ia punya modal dan potensi untuk itu. Dapatkah ia memanfaatkan modal dan potensi psikologisnya untuk melakukan perubahan bagi rakyat Indonesia? Ini 5
6 bergantung pada kehendaknya untuk melampaui nilai dan norma warisan yang konvensional dan norma lingkungan yang tidak selalu sesuai dengan Indonesia masa kini. Bukan berarti meninggalkan nilai dan norma itu, melainkan melampaui itu semua untuk menciptakan gambaran yang lebih tepat tentang Indonesia di masa depan. Dengan semangat tersebut, yang bila diwujudkan dalam tindakan nyata dan kongkret, SBY bisa tampil sebagai pahlawan yang mensejahterakan rakyat Indonesia.*** Tabel Aspek Kepribadian yang menonjol, kekuatan dan kelemahan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai pemimpin politik Aspek yang Menonjol Kekuatan Kelemahan Bersifat moderat, bersedia berubah dengan alasan realistis, menilai tinggi moralitas - memandang manusia setara Dengan pemahaman kesetaraan, ia bersedia berargumentasi, mampu menerima kritik,demi perbaikan Bisa memberi kesan kurang gigih dalam mempertahankan pendapat Mementingkan intelektualitas Keterbukaan pikiran Pola penalaran sistematik Kebutuhan untuk berprestasi Kebutuhan afiliasi Penampilan yang selalu terjaga, berwibawa dan dapat diandalkan Kemampuan abstraksi konseptual tinggi, percaya pada ilmu pengetahuan Mampu menyerap, memahami, mengayomi perbedaan. Selesaikan masalah menggunakan berbagai sudut pandang Pemahaman masalah secara tertata dan menyeluruh Pekerja keras, berusaha dapatkan yang didamba dengan hasil terbaik Senang berdialog, usaha mendengar dengan empati. bersimpati kepada kesusahan orang Disegani, dituruti dan mampu menjadi teladan Merasa butuh banyak pertimbangan, bisa memberi kesan lambat mengambil keputusan Bisa memberi kesan peragu, cenderung menunggu banyak masukan dari pihak lain Bisa memberi kesan terlalu hati-hati Emosi tidak lepas berpenampilan kurang santai Kurang tegas dan kurang memiliki kontrol terhadap beberapa kalangan Karena kurang spontan dan kurang lepas dalam mengekspresikan emosi,, bisa memberi kesan berpura-pura 6
SBY Boediono: Paduan Kehatian-Hatian dan Kecermatan yang Menonjol Oleh: Nurlyta Hafiyah, Niniek L. Karim, Bagus Takwin, dan Dicky Pelupessy
SBY Boediono: Paduan Kehatian-Hatian dan Kecermatan yang Menonjol Oleh: Nurlyta Hafiyah, Niniek L. Karim, Bagus Takwin, dan Dicky Pelupessy Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono adalah orang yang sama-sama
Lebih terperinciMuhammad Jusuf Kalla: Investor Yang Progresif
Muhammad Jusuf Kalla: Investor Yang Progresif Oleh: Bagus Takwin, Niniek L. Karim, Dicky C.P, dan Nurlyta Hafiyah Sekiranya ada keputusan wapres (kepwapres), tentu semua kebijakan sudah saya ambil sehingga
Lebih terperinciAdang Daradjatun: Penjaga Harmoni Masyarakat. Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah
Adang Daradjatun: Penjaga Harmoni Masyarakat Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah Bayangkan seorang lelaki berumur 57 tahun dengan badan tegap, perut rata, dan wajah tanpa
Lebih terperinciPRIJANTO: TANGAN KEDUA YANG SETIA DAN BISA DIANDALKAN. Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah
PRIJANTO: TANGAN KEDUA YANG SETIA DAN BISA DIANDALKAN Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah Muncul dari kalangan perwira militer, Prijanto adalah sosok yang sebelumnya tidak
Lebih terperinciDani Anwar: Pekerja Keras dengan Ekspresi Selektif. Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah
Dani Anwar: Pekerja Keras dengan Ekspresi Selektif Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah Meretas jalur dari sebuah perubahan politik yang tak terduga di tahun 1998, Dani
Lebih terperinciJusuf Kalla dan Wiranto: Perpaduan progresitas dan loyalitas. Oleh: Nurlyta Hafiyah, Niniek L. Karim, Bagus Takwin, dan Dicky Pelupessy
Jusuf Kalla dan Wiranto: Perpaduan progresitas dan loyalitas Oleh: Nurlyta Hafiyah, Niniek L. Karim, Bagus Takwin, dan Dicky Pelupessy Mr. Get Things Done barangkali adalah sebutan yang tepat bagi Jusuf
Lebih terperinciBoediono: Resi Yang Terpanggil Menertibkan Dunia
Boediono: Resi Yang Terpanggil Menertibkan Dunia Oleh: Bagus Takwin, Niniek L. Karim, Nurlyta Hafiyah, dan Dicky Pelupessy Jika kebanyakan orang mengharap burung terbang, burung di tangan dilepaskan maka
Lebih terperinciWiranto: Pengawal Setia Yang Ingin Terus Mengabdi
Wiranto: Pengawal Setia Yang Ingin Terus Mengabdi Oleh: Bagus Takwin, Niniek L. Karim, Nurlyta Hafiyah, dan Dicky Pelupessy Wiranto hampir selalu tampil mengedepankan pentingnya pengabdian dan pelayanan,
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan
56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan
Lebih terperinciPemimpin Berjiwa Kepemimpinan (Bukan Pemimpi) Adalah Impian Rakyat Indonesia (601/M)
KOPI - Presiden Indonesia saat ini, Susilo Bambang Yudhoyono, kian waktu kian mengalami penurunan kepercayaan dari masyarakat. Beliau dinilai kurang tegas dalam mengambil tindakan atas kasus-kasus yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diberikan pada bab-bab sebelumnya, karakter setiap pemain dan menciptakan kekompakan.
99 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diberikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut: 5.1.1. Sifat-Sifat Pemimpin a. Intelejensi
Lebih terperinci5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)
Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,
Lebih terperinciPRESENTASI KEPRIBADIAN CAPRES. Keterpilihan Susilo Bambang Yudhoyono dalam pemilu presiden tahun
PRESENTASI KEPRIBADIAN CAPRES Keterpilihan Susilo Bambang Yudhoyono dalam pemilu presiden tahun 2004 seakan menjadi fatwa dimulainya suatu era baru dalam kampanye politik di Indonesia, era politik pencitraan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinci2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA
BAB V KESIMPULAN Media massa di Indonesia berkembang seiring dengan bergantinya pemerintahan. Kebijakan pemerintah turut mempengaruhi kinerja para penggiat media massa (jurnalis) dalam menjalankan tugas
Lebih terperinciSikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3
Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3 Pengenalan Diri Instropeksi SALAH Dilazimkan Menyalahkan: Orang lain Lingkungan akibatnya Tidak percaya diri Tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat telah melalui perjalanan sejarah panjang dalam kepemimpinan nasional sejak kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis :
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan Pemilu 2014 akan menjadi cermin bagi kualitas yang merujuk pada prinsip demokrasi yang selama ini dianut oleh Negara kita Indonesia. Sistem Pelaksanaan
Lebih terperinciWALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016
SALINAN WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MATARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Penelitian yang berjudul Kemampuan Berbicara Argumentatif Anak
181 BAB V PENUTUP Penelitian yang berjudul Kemampuan Berbicara Argumentatif Anak dalam Keluarga Multikiultural dengan Pola Asuh Otoritatif ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung pula oleh sumber daya manusia yang berkualitas, baik dari segi mental, spritual maupun
Lebih terperinciPIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003
PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA New York, 23 September 2003 Yang Mulia Ketua Sidang Umum, Para Yang Mulia Ketua Perwakilan Negara-negara Anggota,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pemaparan maka diperoleh simpulan sebagai berikut: Komitmen Afektif guru di SMP Negeri Kecamatan Tanah Jawa mayoritas tergolong
Lebih terperinciKode Etik Pegawai Negeri Sipil
Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Norma Dasar Pribadi Setiap Pelayan Publik dan Penyelenggara Pelayanan Publik wajib menganut, membina, mengembangkan, dan menjunjung tinggi norma dasar pribadi sebagai berikut:
Lebih terperinciOleh: DUSKI SAMAD. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol
Oleh: DUSKI SAMAD Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) serentak yang sudah berjalan proses saat ini adalah sarana demokrasi untuk melahirkan pemimpin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Kristen Protestan merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Pada Agama Kristen biasanya memiliki suatu organisasi di gereja yang melibatkan
Lebih terperinciPENDIDIKAN RASA. Yeni Rachmawati. Juni 2006
PENDIDIKAN RASA Yeni Rachmawati Juni 2006 LATAR BELAKANG Fenomena-fenomena perilaku anti sosial, ketidakpedulian terhadap orang lain, mementingkan diri sendiri, sikap agresif dan destruktif yang tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan di bidang pendidikan yang dialami bangsa Indonesia pada saat ini adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pembentukan watak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Nusantara yang berjumlah 166 karyawan. Berikut karakteristik responden. Tabel 1.Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Way Seputih Bumi Nusantara yang berjumlah 166 karyawan. Berikut karakteristik responden penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengacu pada berbagai macam aktifitas, mulai dari yang sifatnya produktif-material sampai kreatif-spiritual, mulai dari proses peningkatan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyebab gagalnya penanaman nilai dan moral pada siswa dan generasi. muda pada umumnya. Menurunnya moralitas, pejabat yang korup,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini dunia pendidikan banyak mendapat sorotan sebagai penyebab gagalnya penanaman nilai dan moral pada siswa dan generasi muda pada umumnya. Menurunnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan mitra tuturnya baik dari segi makna ataupun maksud tuturannya. Manusia berbicara dengan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal
117 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan positif dan signifikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak reformasi digulirkan akhir Mei 1998, kebebasan media massa di Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pemberitaan media tidak lagi didominasi
Lebih terperinci3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?
Pedoman Observasi 1. Kesan umum subyek secara fisik dan penampilan 2. Relasi sosial subyek dengan teman-temannya 3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview Pedoman Wawancara 1. Bagaimana hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh negara, telah terjadi pula perkembangan penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak selalu ada kebutuhan untuk dikasihi dan merasakan bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya. Keluarga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai
1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai
Lebih terperinciProgram Pembangunan Karakter Klinik Abu Albani Centre
Program Pembangunan Karakter Klinik Abu Albani Centre Tujuan Pembangunan Karakter Anak : Membangun sikap dan watak seseorang sehingga mempunyai sebuah sikap yang dapat dinilai sebagai sikap yang baik menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu. sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu sangat penting bagi
Lebih terperinciMENJADI PEMIMPIN BISNIS
MENJADI PEMIMPIN BISNIS ? ANDA PASTI BISA MENJADI PEMIMPIN BISNIS ANDA BISA MENJADI MOTIVATOR GUNAKAN SISI MANUSIA ANDA GUNAKAN TEKNIK MENAMBAH SEMANGAT TIM FOKUS PADA SISI TUGAS TIM MENGELOLA KONFLIK
Lebih terperinciSOENARJO-ALI MASCHAN MUSA (SALAM): Sebuah Desa yang Teratur
SOENARJO-ALI MASCHAN MUSA (SALAM): Sebuah Desa yang Teratur Sebuah desa yang teratur dibayangkan sebagai suatu tempat yang sejuk, harmonis, dengan tata aturan (modern-rasional) yang jelas sehingga anggota-anggota
Lebih terperinciMATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG
MATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG 1. Hakekat Perilaku Menyimpang Sebelum masuk ke dalam materi perubahan sosial budaya, saudara dapat menyaksikan video terkait dengan perilaku menyimpang di masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Pribadi Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah kepemilikan sebuah nilai dalam diri seseorang yang mengarah kepada kedewasaan, sehingga dia mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat
Lebih terperinciEMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.
EQ KEMAMPUAN EMOTIONAL INTELLIGENCE UNTUK MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN. Laporan untuk Sam Poole ID HC560419 Tanggal 23 Februari 2017 2013 Hogan Assessment Systems Inc. Pendahuluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan. pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Manusia sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan komunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Manusia sebagai makhluk individual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurun waktu terdekat ini kemajuan disegala aspek kehidupan menuntut masyarakat untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam
Lebih terperinci1) Nasionalis. 2) Pemberani
KOPI - Seorang presiden adalah sosok yang terpenting di Indonesia karena presiden di negara ini tak hanya berperan sebagai kepala negara, tetapi juga sebagai kepala pemerintahan. Negara ini dapat menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penting dalam suatu proses penjualan. Fungsi SPG antara lain melaksanakan promosi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sales promotion girl atau SPG merupakan sumber daya manusia dengan peran penting dalam suatu proses penjualan. Fungsi SPG antara lain melaksanakan promosi suatu
Lebih terperinciLEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2010 UN TENTANG
LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2010 UN TENTANG PENILAIAN PRIBADI SANDIMAN DI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada orangtua dan orang-orang yang ada di lingkungannya hingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan bergantung kepada orangtua dan orang-orang yang ada di lingkungannya hingga waktu tertentu.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. norma yang berlaku di masyarakat ataukah tidak. faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Sebagai pengajar dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya para orang tua siswa sangat setuju dengan peran guru dalam menyisipkan pendidikan nilai, etika, moral dan sopan santun, tentunya orang tua siswa
Lebih terperinciPOKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA
POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA SISTEMATIKA (JUMLAH BAB: 13 JUMLAH PASAL: 89 ) BAB I KETENTUAN UMUM BAB II JENIS, STATUS, DAN KEDUDUKAN Bagian
Lebih terperinciJawaban Soal-soal Untuk Menguji Diri
TAMBAHAN 267 Jawaban Soal-soal Untuk Menguji Diri Pasal I 1 c) mempunyai suatu cara khusus untuk melaksanakan maksud-nya. 2 b) orang-orang yang dipilih, dibimbing dan diberi kuasa oleh-nya untuk melaksanakan
Lebih terperinci2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.263, 2015 LIPI. Pegawai. Kode Etik. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat peka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan yang kuat diperlukan agar organisasi dapat mencapai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepemimpinan yang kuat diperlukan agar organisasi dapat mencapai sasarannya. Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang lain untuk melakukan pekerjaannya
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Simpulan
BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seorang pemimpin bukan hanya menduduki jabatan saja, tapi harus dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seorang pemimpin bukan hanya menduduki jabatan saja, tapi harus dapat membuat karyawan menerima pemimpin tersebut sebagai atasannya antara lain dengan melakukan
Lebih terperinciA. Kegunaan Mempelajari Moral Kelompok
A. Kegunaan Mempelajari Moral Kelompok Sebagaimana telah diutarakan, bahwa hubungan interpersonal yang cukup lama dapat meninggalkan kesan-kesan yang mendalam terhadap sesama anggota kelompok dan juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu
Lebih terperinciMENDENGARKAN HATI NURANI
Mengejawantahkan Keputusan Kongres Nomor Kep-IX / Kongres XIX /2013 tentang Partisipasi Dalam Partai Politik dan Pemilu Wanita Katolik Republik Indonesia MENDENGARKAN HATI NURANI Ibu-ibu segenap Anggota
Lebih terperinciETIKA BISNIS DAN PROFESI PPAK
ETIKA BISNIS DAN PROFESI 1 PPAK Pengertian Etika Etika bisa berarti sama atau berbeda dengan moralitas. Pengertian 1: Etika = moralitas Etika berasal dari kata Yunani Ethos (jamak: ta etha) yang berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga memasuki dunia pendidikan di negara-negara berkembang termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan gelombang globalisasi yang melanda dunia, standarisasi juga memasuki dunia pendidikan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Artinya
Lebih terperincib. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciEMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.
EQ KEMAMPUAN EMOTIONAL INTELLIGENCE UNTUK MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN. Laporan untuk John Doe ID UH555438 Tanggal Oktober 20, 2014 2013 Hogan Assessment Systems Inc. Pendahuluan
Lebih terperinciPERBEDAAN PERILAKU ASERTIF ANTARA ETNIS JAWA DENGAN ETNIS DAYAK
PERBEDAAN PERILAKU ASERTIF ANTARA ETNIS JAWA DENGAN ETNIS DAYAK SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan Oleh : UMIYATI F 100 050 239 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu organisasi tentunya tidak terlepas dari sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya suatu organisasi tentunya tidak terlepas dari sumber daya yang ada di organisasi tersebut, baik dari segi teknologi maupun sumber daya manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikatakan pencitraan menjadi point penting dalam penunjang karir perpolitikan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pencitraan dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal penting dalam kehidupan bersosial. Melalui pencitraan, manusia memilih hal yang akan dilakukan dan juga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan yang ketat antar Negara. Dalam persaingan global yang semakin terbuka saat ini memiliki banyak tantangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan
Lebih terperinciPenyesuaian Diri Menantu Perempuan Mean empirik: 49,67 SD Empirik: 6,026 SD: 6/5 x : 7,2312
Penyesuaian Diri Menantu Perempuan Mean empirik: 49,67 SD Empirik: 6,026 SD: 6/5 x 6.026 : 7,2312 Perhitungan: M+ 0.5 SD = 49,67 + 0.5 (7,2312) = 53,2856 M+1,5 SD = 49,67 + 1,5 (7,2312) = 60,5168 M+2,5
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang bermutu. Berkat pendidikan, orang terbebaskan dari
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita karena melalui pendidikan dapat mencetak generasi penerus yang berkualitas. Akan tetapi kompleksitas
Lebih terperinciRESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO
RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO Membangun kembali fundamental ekonomi yang sehat dan mantap demi meningkatkan pertumbuhan, memperluas pemerataan,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS. memengaruhi tersebut. Berdasarkan pengertian diatas dan dikaitkan dengan kegiatan
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Kepemimpinan Pembahasan tentang kepemimpinan secara umum dapat dijelaskan bahwa Kepemimpinan adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh orang untuk mempengaruhi orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut
Lebih terperinciTeam Building & Manajeman Konflik
Team Building & Manajeman Konflik www.kahlilpooh.wordpress.com SEMUA TENTANG PASKIBRA, PASKIBRAKA & OSIS KOTA MAGELANG PERSAHABATAN, YANG MERUPAKAN IKATAN SUCI, AKAN LEBIH SAKRAL DENGAN ADANYA KESULITAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dan komunikasi berkembang secara cepat seiring dengan globalisasi sehingga interaksi dan penyampaian informasi akan berkembang dengan cepat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Organisasi merupakan sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dengan harapan dapat mewujudkan tujuan tersebut. Tercapai atau tidaknya
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN. FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana-S1 Psikologi Disusun oleh: YULIANA FATMA SARI F 100 040
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut salah satunya adalah sumber daya manusia. Tumbuh lebih baik, bahkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam berbagai industri merupakan bagian yang tidak bisa dihi ndari. Banyak faktor yang mendukung tingginya persaingan di berbagai industri tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.
Lebih terperinciJl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) , Fax (021) Website:
WARISAN POLITIK SOEHARTO Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) 391-9582, Fax (021) 391-9528 Website: www.lsi.or.id, Email: info@lsi.or.id Latar belakang Cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan
Lebih terperinciHubungan Interpersonal Antara Petugas Pajak dan Wajib Pajak. Sumber: Djamaludin Ancok, Psikologi Terapan, Yogyakarta, Darussalam, 2004
Hubungan Interpersonal Antara Petugas Pajak dan Wajib Pajak Sumber: Djamaludin Ancok, Psikologi Terapan, Yogyakarta, Darussalam, 2004 Pengantar Salah satu ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang penyuluh
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.271, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Kode Etik. PNS. Kementerian. Hukum. HAM. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-07.KP.05.02
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan bagian penting dalam kehidupan bermasyarakat. Penggunaan bahasa yang baik menunjukkan jati diri masyarakat yang baik. Agar dapat menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional mengharapkan upaya pendidikan formal di sekolah mampu membentuk pribadi peserta didik menjadi manusia yang sehat dan produktif. Pribadi
Lebih terperinciAnnisa Restu Purwanti, 2015 MANAJEMEN PEMBINAAN PESERTA DIDIK FULL DAY SCHOOL
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil suatu kesimpulan berikut : manajemen pembinaan peserta didik di SDIT
Lebih terperinciJangan takut menjawab ya, jawaban anda sangat berarti
LAMPIRAN 1. Self Confidence Scale Nama : Usia : Kelas : Sekolah : L / P : Berilah tanda X pada jawaban yang sesuai dengan diri anda. Tersedia 4 pilihan jawaban yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan
Lebih terperinci