Bab Satu Pendahuluan
|
|
- Farida Wibowo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab Satu Pendahuluan Tanah Papua, tanah yang kaya, Surga kecil jatuh ke bumi, seluas tanah sebanyak batu adalah harta harapan.., Tanah Papua, tanah leluhur di sanalah aku lahir. Bersama angin bersama daun aku dibesarkan, Hitam kulit, keriting rambut aku Papua... Biar nanti langit terbelah aku Papua 1 Penggalan lirik lagu di atas, mencerminkan keindahan alam yang tiada tara yang dimiliki oleh pulau Papua, ibarat surga kecil yang jatuh ke bumi. Raja Ampat sebagai salah satu kepulauan di Papua, menjadi ikon keindahan bawah lautnya yang oleh para penyelam diibaratkan sebagai surga bawah laut yang tiada tara. Selain itu, keberadaan dan keindahan burung Cenderawasih (Paradise bird), dengan keunikan dan keindahannya membuat banyak kalangan menyebutnya, sebagai burung surga, yang ikut menegaskan kekayaan Tanah Papua, khususnya keindahan Raja Ampat. Keunikan alam potensi bahari - daerah ini, dipengaruhi oleh posisinya yang terletak di gugusan segitiga karang dunia, menjadikan kepulauan ini dilimpahi berbagai jenis karang dan ikan yang unik. Inilah yang kemudian membuat peneliti mengawali tulisan ini dengan lagu yang dipopulerkan oleh Edo Kondologit, sehingga keberadaan (makna) surga kecil ini dapat dimanfaatkan dan dinikmati oleh masyarakat lokal Papua yang sering diidentikkan dengan kulit hitam dan rambut keriting -, dan bukan dikomersialkan untuk kepentingan-kepentingan segelintir orang. Pada awalnya kepulauan Raja Ampat tidak begitu dikenal oleh publik internasional atau domestik. Raja Ampat mula-mula merupakan daerah kepulauan yang berbentuk distrik 2, dihuni oleh beberapa suku-suku pendatang 3, yang bermigrasi meninggalkan Syair lagu ini, diciptakan oleh (alm) Frangki Sahilatua, dan dinyanyikan (dipopulerkan) oleh Edo Kondologit. Distrik merupakan istilah yang telah diundangkan dalam UU.No 21 Tahun 2001 (Pasal 1 ayat k) Distrik yang dulu dikenal dengan kecamatan, Istilah Distrik sama dengan kecamatan dalam Era Desentralisasi (otonomi daerah). Suku-suku pendatang tersebut berasal dari suku Biak (salah satu suku yang berasal dari Pulau Biak Numfor di Provinsi Papua), serta beberapa suku dari Maluku dan Maluku Utara yang dalam sejarahnya tercatat meninggalkan 1
2 kampung halamannya untuk mencari tempat menetap yang baru 4. Dalam perjalanan waktu kepulauan ini menjadi terkenal di bidang kebaharian. Kepulauan Raja Ampat sebelumnya secara administrasi berada di wilayah Kabupaten Sorong (kabupaten induk). Baru kemudian pada tanggal 3 Mei 2003, kabupaten Raja Ampat dimekarkan dari kabupaten induk, berdasarkan Undang Undang Nomor 26 tahun Sebagai kabupaten yang sebagian besar wilayahnya dikelilingi oleh laut, kabupaten ini dikenal dengan istilah kabupaten bahari atau kabupaten seribu pulau. Kabupaten Raja Ampat memiliki potensi sumberdaya alam dan keragaman sosial budaya yang beranekaragam, menjadikannya salah satu kabupaten yang unik dan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan alternatif bahkan tujuan utama - wisata di wilayah kawasan timur Indonesia selain Bali, Sulawesi Utara dan NTB (Lombok). Sebagai daerah kepulauan, perkembangan Raja Ampat menjadi pilihan bagi para wisatawan (mancanegara dan domestik) untuk berkunjung. Proses berkembangnya daerah ini menjadi sangat mendunia, diawali ketika beberapa lembaga-lembaga perlindungan lingkungan hidup melakukan penelitiannya, dan menemukan potensi keindahan dan keanekaragaman hayati sebagai yang tertinggi di dunia daerah asalanya dan kemudian menetap di beberapa pulau di kepulauan Waigeo, Misool, dsb, yang kemudian dalam perkembangannya memberi nama dan tempat tinggal mereka dengan nama bahasa daerah (kampung) marga (fam) yang sesuai dengan marga dari tempat asal mereka. Bapeda Kab Raja Ampat, 2007, Profil Kabupaten Raja Ampat, Bapeda Raja Ampat, 2007 Pada akhir tahun 2003, Raja Ampat dideklarasikan sebagai kabupaten baru, berdasarkan UU No. 26 tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Kerom, Kabupaten Sorong Selatan, dan Kabupaten Raja Ampat, tanggal 3 Mei tahun Kabupaten Raja Ampat merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Sorong dan termasuk salah satu dari 14 kabupaten baru di Tanah Papua. Saat ini, Kabupaten Raja Ampat merupakan bagian dari Provinsi Irian Jaya Barat (sekarang Provinsi Papua Barat) dengan ibukota kabupaten berada di Kota Waisai (terletak di pulau Waigeo bagian Selatan) yang terdiri dari 4 pulau besar yaitu Pulau Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool, dan lebih dari 600 pulaupulau kecil. (Profil Kab. Raja Ampat, 2007) Pada tahun 2002, The Nature Conservancy (TNC) dan para mitra lainnya mengadakan suatu penelitian ilmiah untuk memperoleh data dan informasi tentang ekosistem laut, daerah bakau dan hutan Kepulauan Raja Ampat. Survei ini menunjukkan bahwa terdapat sejumlah 537 jenis karang, yang sungguh menakjubkan karena mewakili sekitar 75% jenis karang yang ada di dunia. Ditemukan pula 828 jenis ikan dan diperkirakan jumlah keseluruhan jenis ikan
3 Lembaga-lembaga penelitian dan pelestarian internasional inikemudian membuat kegiatan-kegiatan konservasi, yang pada akhirnya membawa para peneliti dan beberapa pemerhati lingkungan global ke Raja Ampat. Kondisi Raja Ampat sebagai pusat penelitian internasional, secara tidak langsung berdampak terhadap berbagai macam kebijakan dan program yang dilaksanakan bersama-sama dengan pemerintah daerah. Program kerjasama dengan berbagai LSM tersebut dilakukan dalam rangka penyelamatan dan perlindungan terhadap potensi keanekaragaman hayati yang dimiliki kabupaten ini. Sebagai sebuah kabupaten yang baru dimekarkan, sudah barang tentu pemerintah daerah akan melakukan berbagai promosi dan kegiatan/event yang semuanya bermuara untuk mendatangkan para investor dan para wisatawan ke kabupaten bahari ini. Berkunjungnya para investor dan wisatawan ke Kabupaten Raja Ampat, secara tidak langsung berdampak pada perkembangan pembangunan secara umum - dan sektor pariwisata secara khusus. Konsekuensi dari berkembangnya suatu daerah atau kawasan menjadi suatu daerah tujuan wisata ikut berpengaruh baik positif maupun negatif - terhadap perubahan struktur sosial ekonomi dan budaya pada masyarakat lokal maupun terhadap perkembangan pembangunan daerah secara keseluruhan. Perkembangan pariwisata di Raja Ampat, juga ikut berpengaruh terhadap perkembangan kampung-kampung di wilayah ini. Salah satu kampung yang juga mengalami dampak dari perkembangan pariwisata di Raja Ampat yaitu Kampung Sawinggrai. Kampung Sawinggrai menjadi salah satu kampung di kabupaten Raja Ampat, yang ditetapkan oleh pemerintah daerah pada tahun 2008 menjadi kampung (desa) wisata 7. Bersama-sama dengan empat kampung lainnya yaitu, kampung Saundarek, kampung Yebuba, kampung Yenwaupnour dan kampung Arborek, kampung Sawinggrai menjadi kampung terakhir di distrik Meosmansar, yang ditetapkan sebagai kampung wisata. Penetapan kampung ini sebagai kampung wisata, menjadi bermakna mengingat potensi keindahan alam dengan tempat pengamatan burung 7 di daerah ini Di darat, penelitian ini menemukan berbagai tumbuhan hutan, tumbuhan endemik dan jarang, tumbuhan di batuan kapur serta pantai peneluran ribuan penyu. (Laporan TNC, Raja Ampat, 2008). Untuk lebih jelas dan mendetail mengenai potret (sejarah) kampung dan dinamika komunitas di kampung Sawinggrai, akan dibahas pada bab 5. 3
4 Cenderawasihnya membuatnya berbeda dibandingkan kampung lainnya. Kampung ini menarik karena sebelum ditetapkan oleh pemerintah daerah sebagai kampung wisata, kampung ini sudah melakukan berbagai macam aktivitas dalam mendukung pengembangan pariwisata. Inisiatif yang dilakukan oleh masyarakat setempat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan kampung serta aktivitas pelaku-pelaku usaha wisata ada inisiator / actor - menjadi salah faktor pendorong mengapa kampung ini kemudian ditetapkan sebagai kampung percontohan wisata di Raja Ampat. Terlepas dari keindahan potensi alam berupa keindahan burung Cenderawasih (Paradise Rubra) 8 - dan beberapa obyek wisata alam lainnya, - yang menjadi ikon kampung Sawinggrai, menarik pula untuk dilihat (dikaji) bagaimana aktivitas komunitas masyarakat lokal dikampung ini dalam mendukung dan mengembangkan pariwisata di kampungnya. Peran komunitas masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata, menjadi penting mengingat konsep pengembangan pariwisata Raja Ampat yang mengandalkan potensi alam kebaharian -, perlu untuk dijaga kondisi lingkungan alamnya agar bermanfaat dari sisi ekonomi, sosial budaya - bukan hanya untuk saat ini, melainkan untuk kemanfaatan generasi yang akan datang. Oleh sebab itu penelitian ini menjadi relevan untuk melihat realita komunitas masyarakat lokal di Sawinggrai dalam menjaga dan mengembangkan konsep pariwisata berkelanjutan. Berbicara mengenai pariwisata disadari bahwa sektor ini, oleh pemerintah daerah baru ditetapkan sebagai sektor unggulan setelah periode kedua pemerintahan bupati Markus Wanma. Ini menjadi wajar-wajar saja jika kita mengacu pada pembentukan kabupaten yang tergolong baru di provinsi Papua Barat. Kebijakan penetapan pariwisata sebagai sektor unggulan bersama-sama dengan sektor perikanan dan kelautan di era otonomi khusus (otsus) di Tanah Papua, disambut baik oleh semua kalangan investor, LSM, masyarakat lokal mengingat setelah kabupaten Raja Ampat 8 Informasi yang diperoleh dari bapak Yesaya Mayor, bahwa di Sawinggrai ada beberapa jenis burung Cenderawasih antara lain, yaitu Cenderawasih merah (Paradisaea rubra), Cenderawasih belah rotan (Cicinnurus Magnificus), cenderawasih kecil (Paradisaea Minor), dan Cenderawasih besar (Paradisaea Apoda). Dari keempat jenis ini, cenderawasih merah merupakan maskot cenderawasih di kampung ini. 4
5 berkembang menjadi daerah otonom baru, daerah ini berkembang menjadi kabupaten yang maju dibandingkan dengan beberapa kabupaten lainnya dari sisi pembangunan sarana dan prasana publik (Darmawan, 2010). Fakta ini menunjukkan, bahwa, keseriusan pemerintah daerah untuk mengembangkan daerahnya menjadi titik tolak kemajuan daerah ini. Ada banyak sarana prasaranaa fisik (akan) dibangun untuk menunjang pembangunan di Raja Ampat. Salah satu contoh konkrit adalah dengan diresmikannya bandar udara (bandara) MARINDAH 9 di Waisai, pada tanggal 09 Mei 2012 oleh Menteri Perhubungan RI. Fakta ini menunjukkan bahwa, pemerintah daerah secara serius mempersiapkan sarana prasarana publik khususnya sektor perhubungan yang sampai saat ini masih menjadi kendala utama dalam memobilisasi pembangunan di Raja Ampat. Konsekuensi yang kemudian muncul adalah dari berbagai kebijakan pemerintah daerah membangun (secara fisik) serta mengundang berbagai investor khususnya investasi di bidang pariwisata - datang ke Raja Ampat, pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana dengan pengembangan masyarakatnya, ketika suatu saat, Raja Ampat akan didatangi oleh berbagai investor peneliti mengistilahkan dengan wisatawan investor? Kemudian, bagaimana posisi masyarakat lokal? Ketika proses pembangunan sarana parasaran - fasilitas pendukung pariwisata, seperti hotel, resort, restoran dan sebagainya - itu dengan gencar-gencarnya dibangun, bagaimana dengan kondisi daya dukung lingkungan alam akan menampung semua itu? Menarik untuk dikaji mengenai pengembangan pariwisata berkelanjutan di Raja Ampat, serta baik juga untuk diteliti tentang pengembangan pariwisata berbasis masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan masyarakat (ekonomi rumah tangga), 9 Marindah adalah istilah atau singkatan inisial dari Bapak Drs. Marcus Wanma, M.Si (Mar) dan Bapak Drs. Indah Arfan, M.Si (indah). Slogan Marindah digunakan sebagai slogan dalam kampanye-kampanye politik ketika kedua pasangan ini mencalonkan diri sebagai Bupati Raja Ampat periode pertama ( ) dan periode kedua kepemimpinan mereka ( ). Istilah ini kemudian seringkali digunakan dan dipakai dalam menyelenggarakan suatu kegiatan, baik itu kegiatan politik, pemerintahan maupun kegiatan-kegiatan sosial. Berdasarkan itulah, menurut peneliti nama bandara di Waisai, mengabadikan nama kolaborasi kedua tokoh tersebut, sebagai tokoh pembangunan di Raja Ampat. 5
6 dengan tetap menjaga kaidah-kaidah konservasi alam dalam kerangka keberlanjutan untuk generasi mendatang. Harapannya ketika itu dilakukan maka pengembangan Raja Ampat yang menjual potensi kebaharian dan keanekaragaman hayati menjadi relevan untuk dipertahankan. Namun, ketika kondisi lingkungan diabaikan untuk kepentingan ekonomi semata dalam jangka pendek, akibat pembangunan sarana prasaranaa dan demi kepentingan para investor (wisatawan rupiah), maka suatu ketika Raja Ampat akan ditinggalkan atau dilupakan sebagai surga bawah laut di dunia. Belajar dari pengalaman pengembangan pariwisata di Bali dan beberapa kawasan daerah tujuan wisata (DTW) lainnya di Indonesia seperti di Bunaken dan daerah lain -, yang bertahuntahun gencar dikembangkan oleh pemerintah aras daerah bahkan pusat dengan mengundang para investor untuk mengembangkannya, membuat daya dukung lingkungan menjadi berkurang, terjadi krisis air bersih dan kemerosotan budaya lokal (Arida, 2010) 10 akibat interaksi dengan budaya luar, menjadi sesuatu pelajaran berharga yang harus dilihat sebagai akibat dari terlalu fokus pada pengembangan pariwisata jangka pendek. Untuk itulah, pengembangan pariwisata berkelanjutan dan peran masyarakat lokal dibutuhkan dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup sebagai asset utama dalam pariwisata. Peran masyarakat dalam pengembangan pariwisata pada umumnya baru mendapat sedikit perhatian melalui beberapa kajian penelitian. Karena itu sebelum peneliti lebih jauh membahas tentang konsep penelitian ini, ada baiknya peneliti menyampaikan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui berbagai kajian atau penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti, baik yang terpublikasikan, maupun yang tidak terpublikasikan. Penelitian mengenai pengembangan pariwisata, di Raja Ampat dan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan pariwisata terbatas. Penelitian yang dilakukan oleh Rumbekwan (2011) 11, lebih memfokuskan penelitiannya pada persepsi wisatawan terhadap pengembangan Arida, Nyoman Sukma, Strategis Alternatif Untuk Keberlanjutan Pariwisata Bali ; dalam Pariwisata Berkelanjutan Dalam Pusaran Krisis Global. Denpasar : Penerbit : Udayana University Press. Rumbekwan, D. Kalasina, Persepsi Wisatawan Terhadap Pengembangan Pariwisata Di KAbupaten Raja Ampat Yogyakarta : Tesis Master Ekonomi Pembangunan UGM. 6
7 pariwisata di Raja Ampat. Penelitian Sayori (2009) 12 mengananalisis dampak pemekaran kabupaten Raja Ampat terhadap pembangunan di Raja Ampat. Dari penelitian ini, ada beberapa temuannya antara lain, Ada pengaruh positif dari pemekaran kabupaten Raja Ampat. Kedua, dari kajiannya, menggunakan analisis sektoral, menunjukan bahwa sektor perikanan dan kelautan serta pertambangan masih mendominasi terhadap sumbangsihnya terhadap PAD kabupaten Raja Ampat. Sedangkan sektor pariwisata belum menunjukkan kontribusinya terhadap PAD. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Darmawan (2010) 13 melihat dampak pemekaran dan pemberlakun otonomi khusus, berdampak positif terhadap percepatan pembangunan di kabupaten bahari ini. Hal itu dijumpai dengan pembangunan dan pemenuhan sarana dan prasarana fisik yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, misalnya sarana dan aksebilitas transportasi fasilitas-fasilitas publik pendidikan, kesehatan, dan sebagainya - dibangun di kabupaten ini. Selain itu, dalam penelitian Wanma (2011) 14, lebih memfokus penelitiannya kepada kelestarian dan pemanfaatan konservasi hutan, dalam rangka pemanfaatannya bagi pengembangan ekowisata di Raja Ampat. Penelitian yang dilakukan oleh Wanma berlokasi di lima desa wisata yang berada di distrik Meosmansar. Dari hasil penelitiannya lebih memfokuskan pada pengembangan ekowisata oleh masyarakat. Penelitian yang tidak berbeda dilakukan oleh Tafalas (2010) 15, dengan kajian yang dilakukan masih lebih memfokuskan pada pengembangan ekowisata dalam rangka melihat dampaknya terhadap sosial ekonomi Sayori, Nelson, Analisis Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Pemekaran Wilayah Kepulauan dan Pengembangan Pariwisata Bahari (Studi Kasus Di Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat) ; Bogor : Tesis Master Sekolah Pascasarjana IPB. Darmawan, Iksan, 2010, Perkembangan Raja Ampat Pasca Pemekaran Daerah dan Penerapan Otonomi Khusus, Disampaikan dalam Seminar Internasional ke XI: Dinamika Politik Lokal di Indonesia : tanggal Juli 2010, Yayasan Percik, Salatiga 2010; Hal : 24 Wanma, Y Fransiska, Strategi Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Distrik Meosmansar Kabupaten Raja Ampat ; Yogyakarta : Tesis Master Ekonomi Pembangunan UGM. Tafalas, Muhidin Dampak Pengembangan Ekowisata Terhadap Kehidupan Sosial Dan Ekonomi Masyarakat Lokal (Studi Kasus Ekowisata Bahari Pulau Mansuar Kabupaten Raja Ampat) ; Bogor : Tesis Master Sekolah Pascasarjana IPB. 7
8 masyarakat di pulau Mansuar distrik Meosmansar. Selain Tafalas (2010) lebih melihat pengaruh pengembangan pariwisata dari kehadiran investor dalam kaitannya dengan manfaat yang diterima oleh masyarakat, dimana ada manfaat positif dari pengembangan ekowisata bahari, namun juga ditemui adanya konflik yang ditimbulkan akibat pengembangan ekowisata itu sendiri. Penelitian Sayori (2009) dan Darmawan (2010) lebih menitik beratkan kajiannya terhadap dampak pemekaran kabupaten Raja Ampat, serta dampak pemberlakuan otonomi khusus (otsus), yang secara langsung telah membawa perubahan dalam pengembangan pembangunan secara umum di Raja Ampat. Sedangkan penelitian Wanma dan Tafalas, secara umum lebih melihat kajiannya terhadap pengembangan ekowisata dalam pengembangan pariwisata di lima desa wisata yang terdapat di distrik Meosmansar. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Rumbekwan (2011), berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh keempat peneliti sebelumnya, karena lebih fokus pada melihat perspektif wisatawan terhadap pelayanan dalam pengembangan pariwisata. Penelitian-penelitian yang telah disinggung di atas, secara umum tidak menjelaskan bagaimana proses awal pengembangan pariwisata di suatu kawasan atau kampung-kampung wisata yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah. Selain itu dalam penelitianpenelitian tersebut, tidak secara detil membahas bagaimana peran serta masyarakat lokal dalam mengembangkan pariwisata dalam pengertian bahwa mereka tidak melihat bagaimana peran komunitas masyarakat dalam menjaga lingkungan alamnya, atau bagaimana peran anggota masyarakat secara langsung terlibat sebagai pelaku usaha lokal dalam aktivitas pariwisata. Pada titik inilah, atau pada celah ilmiah inilah peneliti memposisikan diri dalam melihat dan memotret mengenai fenomena peran serta masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Kampung Sawinggrai distrik Meosmansar. Situasi sosial yang telah dikemukakan di atas, membuat munculnya suatu topik pertanyaan umum. Bagaimana pengalaman pengembangan pariwisata berkelanjutan di kampung Sawinggrai, kabupaten Raja Ampat? Untuk menjelaskannya secara kualitatif, maka beberapa pertanyaan emprisnya adalah sebagai berikut : Pertama, bagaimana proses awal terbentuknya kampung Sawinggrai sebagai kampung wisata di Raja Ampat? Kedua, bagaimana 8
9 dinamika partisipasi (peran serta) masyarakat lokal di kampung Sawinggrai dalam pengembangan pariwisata? Pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan di atas menjadi acuan untuk menggambarkan dan menjelaskan seluruh proses pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di kampung Sawinggrai. Pembahasan diawali dengan mendeskripsikan kondisi (potret) obyek pariwisata yang berada di kampung Sawinggrai. Kemudian, dilanjutkan dengan membahas proses pengembangan atau penetapan kampung Sawinggrai sebagai salah satu desa wisata di Raja Ampat. Pembahasan selanjutnya menggambarkan beberapa aktivitas masyarakat lokal dalam aktivitas kegiatan pariwisata, khsususnya, bagaimana peran komunitas lokal dalam menjalankan usaha homestay, serta peran pemimpin lokal dalam kapasitasnya mengembangkan pariwisata di kampung Sawinggrai. Organisasi Penulisan Setelah penulisan Bab Satu, kemudian dilanjutkan dengan bab Dua yang berisikan Kajian Pustaka (Review Literatur) yang memuat tentang dua konsep besar yang meliputi, pengembangan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism development) dan konsep pengembangan pariwisata berbasis kemasyarakatan (community based tourism). Dalam pembahasan di bab dua, juga dijelaskan beberapa konsep tentang peran komunitas dalam konservasi lingkungan, serta beberapa peran serta masyarakat dalam kegiatan kewirausahaan dan konsep peran pemimpin lokal dalam pengembangan pariwisata. Bab tiga merupakan rangkaian penjelasan tentang metode dan pengalaman peneliti selama melakukan proses penelitian. yang isinya menggambarkan prosedur yang digunakan dalam pengumpulan data lapangan, serta permasalahan-permasalanan yang dijumpai selama melakukan penelitian lapangan. Tentu, pengalaman yang tidak kalah menarik adalah ketika peneliti selama melakukan penelitian sambil berwisata di kepulauan Raja Ampat Bab empat, lebih membahas mengenai konteks. Isi dari bab ini, secara umum menjelaskan potret pariwisata Raja Ampat, dimulai dari proses pembentukan Raja Ampat sebagai kabupaten otonomi dan bagaimana perkembangan pariwisata di era otonomi khusus, serta trend pemasaran pariwisata yang berimplikasi pada pariwisata Raja Ampat. Selain itu, juga dibahas berbagai kebijakan- 9
10 kebijakan pemerintah daerah dalam rangka mendukung pengembangan pariwisata sebagai sektor unggulan. Serta dijelaskan pula karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Raja Ampat. Bab lima, merupakan bab empirik yang didalamnya mengulas atau mendeskripsikan situasi dinamika masyarakat lokal di kampung Sawinggrai dalam pengembangan pariwisata. Isi bab ini diawali dengan mengulas proses awal kampung Sawinggrai ditetapkan sebagai salah satu kampung wisata di Raja Ampat. Kemudian, pembahasan dilanjutkan dengan melihat potret aktivitas masyarakat lokal dalam menjalankan usaha-usaha mereka dalam aktivitas pariwisata. Pada bagian lain dari bab ini juga dimunculkan peran inisiator dari salah satu anggota masyarakat yang secara serius mengawali dan berusaha memanfaatkan potensi alam di kampung Sawinggrai untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Akhir dari bab ini (bab lima) juga digambarkan berbagai persoalan yang ditimbulkan akibat pengembangan pariwisata di kampung Sawinggrai. Dan terakhir adalah bab 6, sebagai bab kesimpulan dari semua rangkaian penulisan Tesis. 10
pengembangan pariwisata di kampung Sawinggrai bisa dijadikan sebagai buktinya.
Bab Enam Kesimpulan Masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata di suatu kawasan atau daerah tujuan wisata (DTW), seringkali diabaikan dan kurang diberikan peran dan tanggung jawab dalam mendukung aktivitas
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Anom, I Putu, Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan ; Denpasar : Penerbit Udayana University Press.
DAFTAR PUSTAKA Anom, I Putu, 2010. Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan ; Denpasar : Penerbit Udayana University Press. Arismayanti, Ni Ketut, 2010. Arah Pembangunan Dan Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan adalah melalui pengembangan kegiatan wisata bahari. Berbicara wisata bahari, berarti kita berbicara tentang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan
PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan adanya kecenderungan menipis (data FAO, 2000) terutama produksi perikanan tangkap dunia diperkirakan hanya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem
Lebih terperinciKebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat
Bab Empat Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat Kabupaten Raja Ampat letaknya terpencil di Papua Barat. Kawasan ini menyimpan sejuta keindahan bawah laut. Wisata bahari Raja Ampat dikenal sebagai salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik, memiliki ruang lingkup, komponen dan proses pengelolaan tersendiri. Terkait dengan sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepulauan Raja Ampat merupakan kepulauan yang berada di Barat pulau Papua di Provinsi Papua Barat, tepatnya di bagian kepala burung Papua. Pada akhir tahun 2003, Raja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diantaranya banyak yang dihuni oleh manusia, salah satunya adalah Pulau Maratua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari beberapa gugusan pulau mulai dari yang besar hingga pulau yang kecil. Diantara pulau kecil tersebut beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah suatu fenomena yang kompleks karena banyak faktor yang berinteraksi, didukung berbagai fasilitas serta layanan yang melibatkan seluruh lapisan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas 49 307,19 km 2 memiliki potensi sumberdaya hayati laut yang tinggi. Luas laut 29 159,04 Km 2, sedangkan luas daratan meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya alam maupun kebudayaan unik dan tidak dimiliki oleh Negara lain. Oleh karena itu, Indonesia menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan pada umumnya diarahkan sebagai sektor potensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Nasional menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di provinsi ini adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang mempunyai pesisir dan lautan yang sangat luas, dengan garis pantai sepanjang 95.181 km dan 17.480 pulau (Idris, 2007). Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem
Lebih terperinciBAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN
BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi objek wisata yang tersebar di seluruh pulau yang ada. Salah satu objek wisata yang berpotensi dikembangkan adalah kawasan konservasi hutan
Lebih terperinciMengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap
TEMA : Pengembangan Pariwisata (Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap Oleh Kartika Pemilia Lestari Ekowisata menjadi salah satu
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Desa Tanjung Binga merupakan salah satu kawasan yang berada di zona pusat pengembangan pariwisata di Belitung yaitu terletak di Kecamatan Sijuk kawasan pesisir
Lebih terperinciDAMPAK PENGEMBANGAN EKOWISATA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT LOKAL MUHIDDIN TAFALAS
DAMPAK PENGEMBANGAN EKOWISATA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT LOKAL (Studi Kasus Ekowisata Bahari Pulau Mansuar Kabupaten Raja Ampat ) MUHIDDIN TAFALAS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan paradigma pengembangan wilayah dari era comparative advantage ke competitive advantage, menjadi suatu fenomena baru dalam perencanaan wilayah saat ini. Di era kompetitif,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tual adalah salah satu kota kepulauan yang ada di Provinsi Maluku dengan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang cukup melimpah serta potensi pariwisata yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Kekayaan hayati tersebut bukan hanya
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, wilayah daratan Indonesia ( 1,9 juta km 2 ) tersebar pada sekitar 17.500 pulau yang disatukan oleh laut yang sangat luas sekitar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dan tersebar dari pulau Sumatera sampai ke ujung timur
Lebih terperinciStrategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap.
Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap. Bersyukurlah, tanah kelahiran kita Cilacap Bercahaya dianugerahi wilayah dengan alam yang terbentang luas yang kaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan perencana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik
Lebih terperinciLaporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN
BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini akan membahas mengenai (1) latar belakang; (2) rumusan permasalahan; (3) tujuan dan kegunaan; (4) ruang lingkup penelitian; (5) kerangka pemikiran; dan (6) sistematika
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepulauan Wakatobi merupakan salah satu ekosistem pulau-pulau kecil di Indonesia, yang terdiri atas 48 pulau, 3 gosong, dan 5 atol. Terletak antara 5 o 12 Lintang Selatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan gaya hidup dan tatanan dalam masyarakat saat kini ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi yang memacu perkembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di banyak negara berkembang pada umumnya ditekankan pada pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan karena yang paling terasa adalah keterbelakangan
Lebih terperinciKetika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari
Ketika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari Kuwati, M. Martosupono dan J.C. Mangimbulude Magister Biologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Email: kuwatifolley@yahoo.co.id Pendahuluan Kabupaten
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan
16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pulau-Pulau Kecil 2.1.1 Karakteristik Pulau-Pulau Kecil Definisi pulau menurut UNCLOS (1982) dalam Jaelani dkk (2012) adalah daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk memperoleh devisa dari penghasilan non migas. Peranan pariwisata dalam pembangunan nasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi geografis yang dimiliki Indonesia berpengaruh terhadap pembangunan bangsa dan negara. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2011 menunjukkan bahwa
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung
PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia kaya dan beranekaragam sumberdaya alam. Satu diantara sumberdaya alam di wilayah pesisir adalah ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem
Lebih terperinciRaja Ampat. Surga kecil yang jatuh ke bumi
Raja Ampat Surga kecil yang jatuh ke bumi - 4 Pulau Besar, 1800 Pulau-Pulau Kecil - Luas wilayah 46,108 km 2 (87 % - laut) - Population: 60,00 penduduk - Bagian dari Provinsi Papua Barat - 24 Distrik,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,
34 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki sekitar 17.504 pulau, dengan panjang garis pantai kurang lebih 91.524 km, dan luas perairan laut
Lebih terperinciPENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR
PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR Oleh: MULIANI CHAERUN NISA L2D 305 137 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI V. 1. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempegaruhi pengembangan produk wisata bahari dan konservasi penyu di Kabupaten
Lebih terperinci2 Pada tahun 2010, Provinsi Bangka Belitung menyelenggarakan Tahun Kunjungan Bangka Belitung yang disebut dengan Visit Babel Archipelago 2010 untuk me
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian World Tourist Destination mencatat bahwa Eropa merupakan daerah tujuan wisata nomor satu di dunia sehingga banyak dikunjungi wisatawan global. Namun, krisis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) merupakan salah satu kawasan pelestarian alam memiliki potensi untuk pengembangan ekowisata. Pengembangan ekowisata di TNTC tidak
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan pulau pulau kecil merupakan arah kebijakan baru nasional dibidang kelautan. Berawal dari munculnya Peraturan Presiden No. 78 tahun 2005 tentang Pengelolaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan pemerintah untuk rakyatnya. manusia/sdm) cenderung tidak merata yang pada akhirnya memunculkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah proses penyusunan, perbaikan, perubahan, dan pengembangan negara yang dilakukan pemerintah untuk rakyatnya. Pembangunan merupakan rangkaian
Lebih terperinciBENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR
BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Beberap tahun terakhir ini perkembangan sektor pariwisata di Indonesia telah tumbuh dan berkembang.berbagai usaha telah diupayakan untuk menumbuhkembangkan industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditengarai terdapat pergeseran orientasi, dari mass tourism menuju ke alternative
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam konteks perkembangan industri kepariwisataan dewasa ini ditengarai terdapat pergeseran orientasi, dari mass tourism menuju ke alternative tourism. Terjadinya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan
BAB V KESIMPULAN Mencermati perkembangan global dengan kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan arus perjalanan manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Potensi sumber daya alam hutan serta perairannya berupa flora, fauna dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa
Lebih terperinciPENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua di dunia
Lebih terperinciANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO
Sabua Vol.7, No.1: 383 388, Maret 2015 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO Verry Lahamendu Staf Pengajar JurusanArsitektur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, hal ini terjadi karena pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan kekayaan keindahan alam yang beraneka ragam yang tersebar di berbagai kepulauan yang ada di Indonesia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara dua benua Asia dan Autralia serta antara Samudera Pasifik dan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Kekayaan alam ini, hampir merata terdapat di seluruh wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk Indonesia sebagai sektor yang dapat diandalkan dalam pembangunan ekonomi. Bahkan tidak berlebihan,
Lebih terperinciSTUDI PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN SEKITAR KARS GOMBONG SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN WILAYAH TUGAS AKHIR
STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN SEKITAR KARS GOMBONG SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN WILAYAH TUGAS AKHIR Oleh: WISNU DWI ATMOKO L2D 004 358 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia dan terletak pada iklim tropis memiliki jenis hutan yang beragam. Salah satu jenis hutan
Lebih terperinciVII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA
VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA 7.1 Kerangka Umum Analytical Network Process (ANP) Prioritas strategi pengembangan TN Karimunjawa ditetapkan berdasarkan pilihan atas variabel-variabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atraksi-atraksi yang memikat sebagai tujuan kunjungan wisata. Terdapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu daerah wisata, di samping akomodasi (hotel atau tempat menginap sementara lainnya) akan disebut daerah tujuan wisata apabila ia memiliki atraksi-atraksi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Project Pada zaman sekarang ini, manusia selalu memperoleh tekanan untuk bertahan hidup. Tekanan untuk bertahan hidup ini mendorong manusia
Lebih terperinciPariwisata Bagi Masyarakat Lokal
Bab 9 Kesimpulan Sambutan masyarakat sangat positif terhadap kehadiran pariwisata di Bunaken, Kimabajo, dan Tangkoko. Kehadiran pariwisata mempunyai dampak langsung terhadap pemenuhan kebutuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World Tourism Organization (WTO), telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang tidak
Lebih terperinciBAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR
BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak potensi alam baik di daratan maupun di lautan. Keanekaragaman alam, flora, fauna dan, karya cipta manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terletak di ujung barat laut semananjung kepala burung di Papua, Provinsi Papua Barat, Indonesia. Kabupaten Raja Ampat adalah kepulauan yang yang terdiri dari lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dalam beberapa dekade terakhir merupakan suatu sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi bangsa-bangsa di dunia. Sektor pariwisata diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang menyumbangkan pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak wisatawan mancanegara yang berkunjung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memiliki peran yang semakin penting dan memiliki dampak positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). Dengan adanya misi
Lebih terperinciKAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH Keputusan pemerintah dalam pelaksanaan program Otonomi Daerah memberikan peluang kepada berbagai propinsi di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Travel and Tourism Council mencatat bahwa Australia memiiki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Travel and Tourism Council mencatat bahwa Australia memiiki pertumbuhan ekowisata paling cepat di dunia sehingga mendapatkan devisa Negara yang tinggi. Sejak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi yang masih relatif muda. Perjuangan keras Babel untuk menjadi provinsi yang telah dirintis sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam dengan berbagai manfaat baik manfaat yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung berupa produk jasa lingkungan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu pulau yang terletak di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta dua samudera,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jelas. Setiap kali mendengar nama Pulau Bali, yang langsung terlintas di kepala
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaung Pulau Bali sebagai daerah tujuan wisata di Indonesia sangat terdengar jelas. Setiap kali mendengar nama Pulau Bali, yang langsung terlintas di kepala setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki 17.504 pulau besar dan kecil, tiga perempat wilayahnya terdiri atas laut. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
101111111111105 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumberdaya alam hayati laut yang potensial seperti sumberdaya terumbu karang. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dinilai banyak pihak memiliki banyak arti penting sebagai salah satu alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki keterbatasan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR
PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Letaknya berdekatan dengan tempat wisata makam raja-raja Mataram. Menurut cerita
Lebih terperinciKAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)
KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) Oleh : GITA ALFA ARSYADHA L2D 097 444 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional. Jumlah kunjungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.1.1 Perkembangan Industri Pariwisata Dunia Industri pariwisata dunia pada tahun 2015 mengalami perkembangan yang mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat membutuhkan devisa untuk membiayai pembangunan Nasional. Amanat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pengembangan pariwisata sebagai industri, adalah untuk meningkatkan perolehan devisa. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, sangat membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan perekonomian nasional maupun daerah. Seperti yang dituangkan dalam konsep Masterplan Percepatan
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG
BAB 1 Pendahuluan Bab ini berisi uraian mengenai hal-hal yang melatarbelakangi pelaksanaan kegiatan meliputi latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, ruang lingkup, dan sistematika pembahasan 1.1. LATAR
Lebih terperinciEkowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi sumber daya alam hutan serta perairannya berupa flora, fauna dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini pariwisata bukan hal yang asing untuk masyarakat. Banyak wisatawan baik domestik maupun asing yang datang berlibur untuk menghabiskan waktu dan menikmati keindahan
Lebih terperincicenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati dan dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversitas terbesar
Lebih terperinci