SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :"

Transkripsi

1 SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh : VITA AYU OKTAVIANI J PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARATA 2009 i

2 VITA AYU OKTAVIANI. J ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI xviii Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), merupakan salah satu penyebab kesakitan utama pada balita di negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sanitasi fisik rumah yang meliputi ventilasi rumah, pencahayaan alami rumah, kelembaban rumah, lantai rumah, dinding rumah, dan atap rumah dengan kejadian ISPA. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Nopember 2009 di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Subjek yang diteliti yaitu seluruh rumah yang di dalamnya terdapat balita berusia nol sampai lima tahun dengan besar sampel 62 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling. Uji statistik menggunakan uji chi square dengan menggunakan program SPSS versi 11. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara ventilasi rumah (p=0,046), pencahayaan alami rumah (p=0,001), lantai rumah (p=0,025), dinding rumah (p=0,00), dan atap rumah (p=0,026) dengan kejadian ISPA, sedangkan kelembaban rumah (p=0,883) tidak ada hubungan dengan kejadian ISPA. Kata kunci : Infeksi Saluran Pernafasan Atas, Balita, Sanitasi Fisik Rumah. Kepustakaan : 33, Surakarta, Oktober 2009 Pembimbing I Pembimbing II Ambarwati, S.Pd, M.Si Sri Darnoto, SKM NIK. 757 NIK Mengetahui, Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes(Epid) NIK. 863 ii

3 Vita Ayu Oktaviani. J The Relationship Between House Physical Sanitation with the Occurrence of Exhalation Chanel Infenction (ISPA) Children Under Five Years Old in Cepogo Village, Cepogo District, Boyolali Sub-Province ABSTRACT Infection of exhalation Channel (ISPA), is one of the main painfulness cause in children under five years old in developing countries. The aim of this research was to know the relationship between house physical sanitation included house ventilation, house natural illumination, house dampness, house floor, house wall, and house roof with the occurrence of exhalation chanel infenction (ISPA) In Cepogo Village, Cepogo District, Boyolali Sub-Province. This research was done in November 2009 In Cepogo Village, Cepogo District, Boyolali Sub-Province. The type of this research was observational research with cross sectional approach. The subject were all of the house which have children under five years old with 62 respondents sample. The technique of intake sampel used cluster random sampling. The statistical test used chi square test by using SPSS version 11 program. The result of this research indicated that there was a relationship between house ventilation (p=0,046), house natural illumination (p=0,01), house floor (p=0,025), house wall (p=0,00), and house roof (p=0,026) with the occurrence of ISPA, but there was not relationship between house dampness (p=0,883) with the occurrence of ISPA. Keywords : The Infection of Exhalation Channel, Children Under Five Years Old, House Physical Sanitation. iii

4 HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh : VITA AYU OKTAVIANI J PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARATA 2009 iv

5 @ 2009 Hak Cipta Pada Penulis v

6 PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi dengan judul : HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI Disusun oleh : Vita Ayu Oktaviani Nim : J Telah kami setujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta, Oktober 2009 Pembimbing I Pembimbing II Ambarwati, S.Pd, M.Si Sri Darnoto, SKM NIK. 757 NIK vi

7 HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul: HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI Disusun oleh : Vita Ayu Oktaviani Nim : J Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 08 November 2009 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim Penguji. Surakarta, November 2009 Ketua Penguji : Ambarwati, S.Pd, M.Si (...) Anggota Penguji I : Sri Darnoto, SKM (...) Anggota Penguji II : Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes (...) Mengesahkan, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (Arif Widodo, A.Kep, M.Kes) NIK. 630 vii

8 MOTTO Orang yang cerdas adalah orang yang mau introspeksi diri dan beramal untuk bekal setelah mati. Adapun orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada ALLAH SWT {HR, Al-Tirmidzi dan Ibnu Majah} Bermimpi adalah langkah pertama, kerja keras dan ketekunan adalah langkahlangkah selanjutnya, Rahmat dan Cinta ALLAH SWT adalah sumber keberuntungan yang membuat mimpi-mimpi menjadi nyata {Penulis} Janganlah menjadi yang pertama jika hanya membuatmu sombong, tetapi jadilah yang terbaik jika itu mampu membuatmu bersyukur. {Penulis} Jangan pernah menyesali keadaan, karena menyesali keadaan berarti menyesali keadilan Tuhan, merusak hati dan melenyapkan harapan. {Made S} viii

9 PERSEMBAHAN Karya ini ku persembahkan untuk kedua orang tuaku yang menjadi motivator dalam pencapaian tujuan hidup ini. Kalian adalah pemberi inspirasi terhebat di dunia, pemberi kasih sayang yang terkuat dan terkokoh, yang tak pernah bosan menyebutkan namaku dalam setiap sujud dan do a kalian. Untuk kakak dan adikku yang menjadi penyemangat dan pemberi canda tawa serta kasih sayang yang telah tercurah di setiap langkah ku. Sahabat-sahabatku yang aku sayangi karena kebaikkan dan ketulusan kalian menerima aku apa adanya. Almamater tercinta ix

10 RIWAYAT HIDUP Nama : Vita Ayu Oktaviani Tempat/Tanggal Lahir : Pemalang, 6 Oktober 1987 Jenis Kelamin Agama Alamat : Perempuan : Islam : Jl. Arbei 03 Bojongnangka, RT 03 RW 09 Desa Bojongnangka, Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang. Riwayat Pendidikan :1. Lulus TK Pertiwi Bojongbata tahun Lulus SDN 05 Bojongnangka tahun Lulus SLTPN 02 Pemalang tahun Lulus MAN Pemalang tahun Menempuh pendidikan di Program Studi Kesehatan Masyarakat FIK UMS sejak tahun 2005 x

11 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan antara Sanitasi Fisik Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada Balita di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penulis menyadari tanpa bantuan berbagai pihak tidak banyak yang bisa penulis lakukan dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih atas semua bantuan dan dukungannya selama pelaksanaan dan penyusunan laporan skripsi ini kepada : 1. Bpk. Arif Widodo, A.Kep, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2. Ibu Yuli Kusumawati, SKM., M.Kes (Epid) selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 3. Ibu Ambarwati, S.Pd, M.Si selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bpk. Sri Darnoto, SKM selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Ibu Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes selaku penguji skripsi yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu tersayang yang telah memberikan doa tanpa kenal waktu, semangat, nasihat, dukungan, dan kasih sayang yang tak terhitung banyaknya. Kalian adalah inspirator terbesar dalam pencapaian tujuan hidupku. xi

12 7. Kakak dan adikku tersayang yang telah memberikan inspirasi untuk segala hal, dorongan, nasihat, rasa sayang, dan selalu membuatku tersenyum. 8. Emill tersayang yang telah membantu dan memberikan motivasi, semangat pantang menyerah dan masih banyak yang tidak bisa penulis katakan. 9. Vella, Ninik, Nani, Yanti, Yeni, Vita, Kini, Nita, Rini, Diah, Bayu dan Yantri mereka adalah penghuni kost yang menjadi teman setia di kosan dan menjadi penghilang sedikit penat dan lelah selama kuliah. 10. Mba Rina, Mba Wita, Mas Rozi, dan Mba Nana yang telah memberikan banyak pengalaman tentang hidup jauh dari orang tua, nasihat, semangat, do a serta mengajarkan penulis tentang arti sebuah persahabatan. 11. Melown, Idul, Junet, Rindem, dan Cumi adalah sahabatku yang selalu membantu, memberikan dukungan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini. 12. Semua teman-teman seperjuangan kesmas Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini. Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin. Wassalamu alaikum Wr. Wb Surakarta, November 2009 Penulis xii

13 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i ABSTRAK... i HALAMAN JUDUL... iv HAK CIPTA... v PERNYATAAN PERSETUJUAN... vi PERNYATAAN PENGESAHAN... vii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... viii RIWAYAT HIDUP... x KATA PENGANTAR... xi DAFTAR ISI... xiii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvii DAFTAR SINGKATAN... xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah Masalah umum Masalah khusus... 4 C. Tujuan Penelitian Tujuan umum Tujuan khusus... 5 D. Manfaat Penelitian... 6 E. Ruang Lingkup... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) Pengertian ISPA Klasifikasi ISPA Etiologi ISPA Cara penularan ISPA Pertolongan pertama penderita ISPA Pencegahan ISPA B. Sanitasi Fisik Rumah Pengertian rumah Ventilasi Pencahayaan Alami Kelembaban Lantai xiii

14 6. Dinding Atap C. Kerangka teori D. Kerangka Konsep E. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian B. Subjek Penelitian C. Lokasi dan Waktu Penelitian D. Populasi dan Sampel Populasi Sampel E. Variabel Penelitian F. Definisi Operasional Variabel G. Pengumpulan Data Jenis data Sumber data Cara pengumpulan data Instrumen Penelitian H. Jalannya Penelitian I. Pengolahan data J. Analisis Data Analisis univariat Analisis bivariat BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian B. Hasil Analisis Univariat C. Hasil Analisis Bivariat BAB V PEMBAHASAN A. Hubungan antara Ventilasi Rumah dengan Kejadian ISPA B. Hubungan antara Pencahayaan Alami Rumah dengan Kejadian ISPA. 41 C. Hubungan antara Kelembaban Rumah dengan Kejadian ISPA D. Hubungan antara Lantai Rumah dengan Kejadian ISPA E. Hubungan antara Dinding Rumah dengan Kejadian ISPA F. Hubungan antara Atap Rumah dengan Kejadian ISPA G. Keterbatasan Penelitian BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiv

15 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1 Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Cepogo Tahun Mata Pencaharian penduduk di Desa Cepogo tahun Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Pekerjaan dan Pendapatan Perilaku Responden terhadap Sanitasi Fisik Rumah di Desa Cepogo Ventilasi Rumah, Pencahayaan Alami Rumah dan Kelembaban Rumah Responden di Desa Cepogo Lantai Rumah, Dinding Rumah dan Atap Rumah Responden di Desa... Cepogo xv

16 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1 Kerangka Teori Penelitian Kerangka Konsep Penelitian Grafik hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA Grafik hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan kejadian ISPA 35 5 Grafik hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian ISPA Grafik hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA Grafik hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA Grafik hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA xvi

17 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuisioner penelitian 2. Pedoman Observasi Sanitasi Fisik Rumah 3. Hasil Pengolahan Data 4. Hasil Analisis 5. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian 6. Peta Desa Cepogo 7. Dokumentasi Penelitian xvii

18 DAFTAR SINGKATAN AC ARI DOV IR ISPA KK RW SD SMA SMP SPAL SUSENAS TBC WHO : Air Conditioner : Acute Respiratory Infections : Definisi Operasional Variabel : Incidence Rate : Infeksi Saluran Pernafasan Atas : Kartu Keluarga : Rukun Warga : Sekolah Dasar : Sekolah Menengah Atas : Sekolah Menengah Pertama : Sarana Pembuangan Air Limbah : Survei Sosial Ekonomi Nasional : Tuberculosis : World Health Organization xviii

19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) di Indonesia masih tinggi terutama pada balita, kasus kesakitan tiap tahun mencapai balita. Pada akhir tahun 2000, ISPA mencapai enam kasus di antara 1000 bayi dan balita. Tahun 2003 kasus kesakitan balita akibat ISPA sebanyak lima dari 1000 balita, salah satu penyebab ISPA pada balita yaitu sanitasi rumah yang tidak sehat (Supraptini, 2006). Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2004, di Indonesia rumah sehat dibagi menjadi tiga kategori yaitu kategori baik, kategori sedang dan kategori kurang. Persentase rumah sehat di Indonesia kategori baik mencapai 35,3%, kategori sedang 39,8% dan kategori kurang 24,9%. Target rumah sehat di Indonesia sebesar 80%, dari kategori rumah sehat di atas tidak ada yang memenuhi target, sehingga rumah sehat di Indonesia belum tercapai (Depkes RI, 2000). Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Boyolali (2006), rumah penduduk di Boyolali dapat dibedakan berdasarkan sifat bahannya yaitu yang terbuat dari batu atau gedung permanen sebanyak 6146 rumah, terbuat dari setengah batu atau semi permanen sebanyak 2399 rumah, terbuat dari kayu atau papan sebanyak 989 rumah, dan terbuat dari bambu 3187 rumah. Berdasarkan data tersebut rumah penduduk Kabupaten Boyolali masih banyak yang berkategori rendah, hal ini dapat memicu timbulnya penyakit ISPA (Dinas Kesehatan dan Sosial Boyolali, 2007).

20 Desa Cepogo merupakan desa yang terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Mata pencaharian masyarakat di desa tersebut rata-rata bertani dan berternak sapi. Kondisi fisik rumah di desa tersebut yang berdinding bambu sebanyak 314 rumah, berdinding kayu 290 rumah, berdinding semi permanen 674 rumah, dan permanen 320 rumah. Berdasarkan profil Puskesmas Cepogo (2006), angka kejadian ISPA di Desa Cepogo sebanyak kasus yang di dominasi pada golongan umur satu sampai 59 bulan dengan Incidence Rate (IR) sebesar 1,09% dan tahun 2007 sebanyak 898 kasus yang didominasi pada umur satu sampai empat tahun dengan IR 1,99%. Pada tahun 2008 kasus ISPA sebanyak 1092 kasus sedangkan tahun 2009 dari bulan Januari sampai bulan Juli ISPA sebanyak 203 kasus (Kelurahan Cepogo 2007; Puskesmas Cepogo ). Menurut Notoatmodjo (2003), rumah yang luas ventilasinya tidak memenuhi syarat kesehatan akan mempengaruhi kesehatan penghuni rumah, hal ini disebabkan karena proses pertukaran aliran udara dari luar ke dalam rumah tidak lancar, sehingga bakteri penyebab penyakit ISPA yang ada di dalam rumah tidak dapat keluar. Ventilasi juga menyebabkan peningkatan kelembaban ruangan karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit, oleh karena itu kelembaban ruangan yang tinggi akan menjadi media yang baik untuk perkembangbiakan bakteri penyebab penyakit ISPA. Sanitasi rumah dan lingkungan erat kaitannya dengan angka kejadian penyakit menular, terutama ISPA (Taylor, 2002). Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit ISPA pada balita adalah kondisi fisik rumah, 2

21 kebersihan rumah, kepadatan penghuni dan pencemaran udara dalam rumah (Iswarini dan Wahyu, 2006). Selain itu juga faktor kepadatan penghuni, ventilasi, suhu dan pencahayaan (Ambarwati dan Dina, 2007). Menurut Ranuh (1997), rumah yang jendelanya tidak memenuhi persyaratan menyebabkan pertukaran udara tidak dapat berlangsung dengan baik, akibatnya asap dapur dan asap rokok dapat terkumpul dalam rumah, bayi dan anak yang sering menghisap asap tersebut di dalam rumah lebih mudah terserang ISPA. Rumah yang lembab dan basah karena banyak air yang terserap di dinding tembok dan cahaya matahari pagi yang sulit masuk dalam rumah juga memudahkan anak-anak terserang ISPA. Berdasarkan hasil penelitian Yusup dan Sulistyorini (2005), diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara ventilasi, pencahayaan dan kepadatan penghuni dengan kejadian ISPA pada balita. Berdasarkan hasil survei pendahuluan pada tanggal September 2008, perilaku dan pengetahuan ibu tentang ISPA dibagi menjadi tiga kategori dengan menggunakan metode hanlon kuantitatif yang meliputi kategori baik antara %, kategori kurang baik antara 30-50% dan kategori tidak baik kurang dari 30%. Pengetahuan ibu tentang ISPA sebanyak 73,1% dan perilaku ibu sebanyak 86%, sehingga pengetahuan dan perilaku ibu tentang ISPA di Desa Cepogo baik, sedangkan kasus ISPA tahun 2009 dari bulan Januari sampai bulan Juli masih banyak yaitu 203 kasus. Berdasarkan uraian hasil survei pendahuluan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan sanitasi fisik rumah yang meliputi ventilasi rumah, 3

22 pencahayaan alami, kelembaban, lantai, dinding, dan atap rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. B. Perumusan Masalah 1. Masalah umum Apakah ada hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali? 2. Masalah khusus a. Apakah ada hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali? b. Apakah ada hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali? c. Apakah ada hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali? d. Apakah ada hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali? e. Apakah ada hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali? f. Apakah ada hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali? 4

23 C. Tujuan 1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. b. Mengetahui hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. c. Mengetahui hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. d. Mengetahui hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. e. Mengetahui hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. f. Mengetahui hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. 5

24 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat yang mempunyai balita yang menderita ISPA tentang pentingnya menjaga kondisi fisik rumah seperti ventilasi yang memenuhi standar, pencahayaan yang cukup, kelembaban yang cukup, lantai, dinding, dan atap rumah yang baik. 2. Bagi instansi terkait khususnya Puskesmas Cepogo Memberikan informasi agar dapat dijadikan pedoman dalam pengambilan kebijakan pada program kepedulian pada balita yang terkena ISPA. 3. Bagi peneliti lain Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya misalnya mengenai hubungan antara asap dapur di rumah dengan kejadian ISPA pada balita. E. Ruang Lingkup Ruang lingkup materi pada penelitian ini dibatasi pada hubungan sanitasi fisik rumah yang meliputi ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban, lantai, dinding, dan atap rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupataen Boyolali. 6

25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) 1. Pengertian ISPA Menurut Khaidirmuhaj (2008), ISPA adalah penyakit infeksi saluran pernafasan atas yang meliputi infeksi mulai dari rongga hidung sampai dengan epiglottis dan laring seperti demam, batuk, pilek, infeksi telinga (otitis media), dan radang tenggorokan (faringitis). Menurut Anonim (2008), ISPA adalah penyakit ringan yang akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu satu sampai dua minggu, tetapi penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi (gejala gawat) jika dibiarkan dan tidak segera ditangani. 2. Klasifikasi ISPA Klasifikasi ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan golongannya dan golongannya umur yaitu : a. Menurut Anonim (2008), ISPA berdasarkan golongannya : 1) Pneumonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan paruparu (alveoli). 2) Bukan pneumonia meliputi batuk pilek biasa (common cold), radang tenggorokan (pharyngitis), tonsilitis dan infeksi telinga (otitis media). b. Menurut Khaidirmuhaj (2008), ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan golongan umur yaitu:

26 1) Untuk anak usia 2-59 bulan : a) Bukan pneumonia bila frekuensi pernafasan kurang dari 50 kali permenit untuk usia 2-11 bulan dan kurang dari 40 kali permenit untuk usia bulan, serta tidak ada tarikan pada dinding dada. b) Pneumonia yaitu ditandai dengan nafas cepat (frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 50 kali permenit untuk usia 2-11 bulan dan frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 40 kali permenit untuk usia bulan), serta tidak ada tarikan pada dinding dada. c) Pneumonia berat yaitu adanya batuk dan nafas cepat (fast breathing) dan tarikan dinding pada bagian bawah ke arah dalam (servere chest indrawing). 2) Untuk anak usia kurang dari dua bulan : a) Bukan pneumonia yaitu frekuensi pernafasan kurang dari 60 kali permenit dan tidak ada tarikan dinding dada. b) Pneumonia berat yaitu frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 60 kali permenit (fast breathing) atau adanya tarikan dinding dada tanpa nafas cepat. 3. Etiologi ISPA ISPA dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus, Hemofilus, Bordetella, dan Corynebacterium. Virus penyebabnya antara lain 8

27 golongan Mexovirus, Adenovirus, Coronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus, dan lain-lain (Depkes RI, 2000). 4. Cara penularan ISPA dapat terjadi karena transmisi organisme melalui AC (air conditioner), droplet dan melalui tangan yang dapat menjadi jalan masuk bagi virus. Penularan faringitis terjadi melalui droplet, kuman menginfiltrasi lapisan epitel, jika epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi sehingga terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada sinusitis, saat terjadi ISPA melalui virus, hidung akan mengeluarkan ingus yang dapat menghasilkan superinfeksi bakteri, sehingga dapat menyebabkan bakteri-bakteri patogen masuk ke dalam rongga-rongga sinus (WHO, 2008). 5. Pertolongan pertama penderita ISPA Menurut Benih (2008), untuk perawatan ISPA di rumah ada beberapa hal yang dapat dilakukan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA yaitu : a. Mengatasi panas (demam) Untuk anak usia dua bulan sampai lima tahun, demam dapat diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi di bawah dua bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan sehari empat kali setiap enam jam untuk waktu dua hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. 9

28 Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih dengan cara kain dicelupkan pada air (tidak perlu di tambah air es). b. Mengatasi batuk Dianjurkan untuk memberikan obat batuk yang aman misalnya ramuan tradisional yaitu jeruk nipis setengah sendok teh dicampur dengan kecap atau madu setengah sendok teh dan diberikan tiga kali sehari. c. Pemberian makanan Dianjurkan memberikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika terjadi muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan. d. Pemberian minuman Diusahakan memberikan cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Hal ini akan membantu mengencerkan dahak, selain itu kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita. e. Lain-lain Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak yang demam. Membersihkan hidung pada saat pilek akan berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Diusahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan di rumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa ke dokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang 10

29 mendapat obat antibiotik, selain tindakan di atas diusahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama lima hari penuh dan setelah dua hari anak perlu dibawa kembali ke petugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang. 6. Pencegahan ISPA Menurut Benih (2008), pencegahan ISPA ada empat yaitu : a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik b. Melakukan immunisasi c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA B. Sanitasi Fisik Rumah 1. Pengertian rumah Menurut Notoatmodjo (2003), rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Menurut Dinkes (2005), secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria yaitu: a. Memenuhi kebutuhan fisiologis meliputi pencahayaan, penghawaan, ruang gerak yang cukup, dan terhindar dari kebisingan yang mengganggu. b. Memenuhi kebutuhan psikologis meliputi privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah. 11

30 c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan tinja, limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, dan cukup sinar matahari pagi. d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain fisik rumah yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir. Menurut Dinkes (2005), rumah sehat adalah proporsi rumah yang memenuhi kriteria sehat minimum komponen rumah dan sarana sanitasi dari tiga komponen (rumah, sarana sanitasi dan perilaku) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Minimum yang memenuhi kriteria sehat pada masingmasing parameter adalah sebagai berikut : 1) Minimum dari kelompok komponen rumah adalah langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur, dan pencahayaan. 2) Minimum dari kelompok sarana sanitasi adalah sarana air bersih, jamban (sarana pembuangan kotoran), sarana pembuangan air limbah (SPAL), dan sarana pembuangan sampah. 3) Perilaku Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik yang digunakan 12

31 sebagai tempat berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Azwar, 1990). Sarana sanitasi tersebut antara lain ventilasi, suhu, kelembaban, kepadatan hunian, penerangan alami, konstruksi bangunan rumah, sarana pembuangan sampah, sarana pembuangan kotoran manusia, dan penyediaan air. Sanitasi rumah sangat erat kaitannya dengan angka kesakitan penyakit menular, terutama ISPA. Lingkungan perumahan sangat berpengaruh pada terjadinya dan tersebarnya ISPA (Azwar, 1990). Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi daya kerja atau daya produktif seseorang. Rumah tidak sehat ini dapat menjadi reservoir penyakit bagi seluruh lingkungan, jika kondisi tidak sehat bukan hanya pada satu rumah tetapi pada kumpulan rumah (lingkungan pemukiman). Timbulnya permasalahan kesehatan di lingkungan pemukiman pada dasarnya disebabkan karena tingkat kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah, karena rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya (Notoatmodjo, 2003). 2. Ventilasi Menurut Sukar (1996), ventilasi adalah proses pergantian udara segar ke dalam dan mengeluarkan udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah maupun buatan. Berdasarkan kejadianya ventilasi dibagi menjadi dua yaitu: 13

32 a. Ventilasi alamiah Ventilasi alamiah berguna untuk mengalirkan udara di dalam ruangan yang terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu dan lubang angin. Selain itu ventilasi alamiah dapat juga menggerakan udara sebagai hasil sifat porous dinding ruangan, atap dan lantai. b. Ventilasi buatan Ventilasi buatan dapat dilakukan dengan menggunakan alat mekanis maupun elektrik. Alat-alat tersebut diantaranya adalah kipas angin, exhauster dan AC. Menurut Dinata (2007), syarat ventilasi yang baik adalah sebagai berikut: 1) Luas lubang ventilasi tetap minimal lima persen dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimal lima persen dari luas lantai. Jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai ruangan. 2) Udara yang masuk harus bersih, tidak dicemari asap dari sampah atau pabrik, knalpot kendaraan, debu, dan lain-lain. 3) Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang ventilasi berhadapan antar dua dinding. Aliran udara ini jangan sampai terhalang oleh barang-barang besar, misalnya lemari, dinding, sekat, dan lain-lain. 14

33 Menurut Dinata (2007), secara umum penilaian ventilasi rumah dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara luas ventilasi dan luas lantai rumah, dengan menggunakan rollmeter. Berdasarkan indikator penghawaan rumah, luas ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan adalah lebih dari sama dengan 10% dari luas lantai rumah dan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah kurang dari 10% dari luas lantai rumah. 3. Pencahayaan Alami Cahaya matahari sangat penting, karena dapat membunuh bakteribakteri patogen di dalam rumah, misalnya bakteri penyebab penyakit ISPA dan TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan rumah (Azwar, 1990). Pencahayaan alami menurut Suryanto (2003), dianggap baik jika besarnya antara lux dan buruk jika kurang dari 60 lux atau lebih dari 120 lux. Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat jendela, perlu diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, dan tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela di sini, di samping sebagai ventilasi juga sebagai jalan masuk cahaya. Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan diusahakan agar sinar matahari lebih lama menyinari 15

34 lantai (bukan menyinari dinding), maka sebaiknya jendela itu harus di tengahtengah tinggi dinding (tembok). 4. Kelembaban kelembaban rumah yang tinggi dapat mempengaruhi penurunan daya tahan tubuh seseorang dan meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Kelembaban juga dapat meningkatkan daya tahan hidup bakteri. Menurut Suryanto (2003), kelembaban dianggap baik jika memenuhi 40-70% dan buruk jika kurang dari 40% atau lebih dari 70%. Kelembaban berkaitan erat dengan ventilasi karena sirkulasi udara yang tidak lancar akan mempengaruhi suhu udara dalam rumah menjadi rendah sehingga kelembaban udaranya tinggi. Sebuah rumah yang memiliki kelembaban udara tinggi memungkinkan adanya tikus, kecoa dan jamur yang semuanya memiliki peran besar dalam patogenesis penyakit pernafasan (Krieger dan Higgins, 2002). 5. Lantai Lantai rumah dapat mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA karena lantai yang tidak memenuhi standar merupakan media yang baik untuk perkembangbiakan bakteri atau virus penyebab ISPA. Lantai yang baik adalah lantai yang dalam keadaan kering dan tidak lembab. Bahan lantai harus kedap air dan mudah dibersihkan, jadi paling tidak lantai perlu diplester dan akan 16

35 lebih baik kalau dilapisi ubin atau keramik yang mudah dibersihkan (Ditjen PPM dan PL, 2002). 6. Dinding Dinding rumah yang baik menggunakan tembok, tetapi dinding rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan banyak yang berdinding papan, kayu dan bambu. Hal ini disebabkan masyarakat pedesaan perekonomiannya kurang. Rumah yang berdinding tidak rapat seperti papan, kayu dan bambu dapat menyebabkan penyakit pernafasan yang berkelanjutan seperti ISPA, karena angin malam yang langsung masuk ke dalam rumah. Jenis dinding mempengaruhi terjadinya ISPA, karena dinding yang sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu, sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik bagi berkembangbiaknya kuman (Suryanto, 2003). 7. Atap Salah satu fungsi atap rumah yaitu melindungi masuknya debu dalam rumah. Atap sebaiknya diberi plafon atau langit-langit, agar debu tidak langsung masuk ke dalam rumah (Nurhidayah, 2007). Menurut Suryanto (2003), atap juga berfungsi sebagai jalan masuknya cahaya alamiah dengan menggunakan genteng kaca. Genteng kaca pun dapat dibuat secara sederhana, yaitu dengan melubangi genteng, biasanya dilakukan pada waktu pembuatannya, kemudian lubang pada genteng ditutup dengan pecahan kaca. 17

36 C. Kerangka Teori Rumah Sanitasi Fisik Rumah Status Ekonomi masyarakat 1. Ventilasi 2. Pencahayaan alami 3. Kelembabaan 4. Lantai 5. Dinding 6. Atap Kejadian ISPA : Variabel diteliti : Variabel tidak diteliti Gambar 1. Kerangka Teori D. Kerangka Konsep Variabel Bebas Sanitasi fisik Rumah : 1. Ventilasi 2. Pencahayaan alami 3. Kelembaban 4. Lantai 5. Dinding 6. Atap Variabel Terikat Kejadian ISPA pada balita Gambar 2. Kerangka Konsep E. Hipotesis 1. Ada hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupataen Boyolali. 18

37 2. Ada hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupataen Boyolali. 3. Ada hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupataen Boyolali. 4. Ada hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupataen Boyolali. 5. Ada hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupataen Boyolali. 6. Ada hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupataen Boyolali. 19

38 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit serentak pada individu-individu dari populasi tunggal, pada suatu saat atau periode (Murti, 1997). B. Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah seluruh rumah yang di dalamnya terdapat balita berusia nol sampai lima tahun di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. C. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali dan di laksanakan pada bulan Agustus D. Populasi dan Sampel 1. Populasi penelitian ini adalah semua kartu keluarga (KK) yang mempunyai balita berusia nol sampai lima tahun di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali yang berjumlah 426 KK 2. Sampel pada penelitian ini adalah sebagian KK yang mempunyai balita berusia nol sampai lima tahun.

39 a. Besar sampel dapat dihitung dengan rumus Khotari (1990) dalam Murti (2006) sebagai berikut : Jadi sampel yang diambil sebanyak 62 responden. Keterangan : n N P : Besar sampel : Besar populasi : Perkiraan proporsi (prevalensi) variabel dependen pada q : 1-p populasi (95%) Z1-α/2 : Statistik Z (Z = 1,96 untuk α = 0,05) d : Delta presisi absolut atau margin of error yang diinginkan di kedua sisi proporsi (±5%). b. Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan adalah cluster random sampling yaitu suatu pencuplikan di mana unit pencuplikan 21

40 adalah kelompok (misalnya dukuh atau rumah tangga) bukan individu dan klaster yang dipilih secara random dari populasi (Murti, 2006). Karena pencuplikan sampel adalah cluster random sampling dengan jumlah sampel 62 responden, maka sampel akan dibagi menjadi 16 klaster. Jumlah klaster diambil dari jumlah rukun warga (RW) yang masing-masing klaster terdiri dari tiga sampai empat responden. c. Kriteria inklusi atau kriteria subjek yang memenuhi syarat sebagai sampel penelitian ini adalah : 1) Merupakan warga yang berdomisili (tinggal menetap) dan memiliki rumah di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Cepogo. 2) Mempunyai balita berusia nol sampai lima tahun dalam setiap KK 3) Bersedia menjadi responden. d. Kriteria eksklusi atau kriteria subjek yang tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian ini adalah : 1) Bukan merupakan warga yang berdomisili (tinggal menetap) dan tidak memiliki rumah di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Cepogo. 2) Tidak mempunyai balita berusia nol sampai lima tahun dalam setiap KK 3) Tidak bersedia menjadi responden. 22

41 E. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sanitasi fisik rumah yang meliputi ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban, lantai, dinding, dan atap rumah. 2. Variabel terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian ISPA pada balita. F. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel bebas a. Ventilasi merupakan lubang angin untuk proses pergantian udara segar ke dalam dan mengeluarkan udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah maupun buatan. Dengan kategori : 1) Baik ( 10% dari luas lantai) 2) Tidak baik (<10% dari luas lantai) Skala : nominal b. Pencahayaan alami merupakan penerangan rumah secara alami oleh sinar matahari untuk mengurangi kelembaban dan membunuh bakteri penyebab ISPA. Dengan kategori : 1) Baik ( lux) 2) Tidak baik (<60 lux atau >120 lux) Skala : nominal 23

42 c. Kelembaban merupakan kandungan uap air yang dapat dipengaruhi oleh sirkulasi udara dalam rumah dan pencahayaan yang masuk dalam rumah. Dengan kategori : 1) Baik (40-70%) 2) Tidak baik (<40% atau >70%)) Skala : nominal d. Lantai merupakan salah satu bahan bangunan rumah untuk melengkapi sebuah rumah. Dengan kategori : 1) Baik : kedap air dan tidak lembab (kramik dan ubin) 2) Tidak baik : menghasilkan debu dan lembab (semen dan tanah) Skala : nominal e. Dinding merupakan salah satu bahan bangunan rumah untuk mendirikan sebuah rumah. Dengan kategori : 1) Baik : Permanen atau tembok 2) Tidak baik : semi permanen, bambu dan kayu atau papan Skala : nominal f. Atap merupakan salah satu bahan bangunan rumah yang berfungsi untuk melindungi agar debu tidak langsung masuk ke dalam rumah. Dengan kategori : 1) Baik : Genting dan menggunakan langit-langit 2) Tidak baik : asbes atau seng dan tidak menggunakan langit-langit Skala : nominal 24

43 2. Variabel terikat Kejadian ISPA merupakan infeksi saluran pernafasan atas pada balita usia nol sampai lima tahun yang di tandai dengan batuk pilek, demam, sakit telinga (otitis media), dan radang tenggorokan (faringitis), yang terjadi pada saat ini atau enam bulan yang lalu dari bulan februari sampai bulan juni di Desa Cepogo. Dengan kategori : 1) Pernah 2) Tidak pernah Skala : nominal G. Pengumpulan Data 1. Jenis data Jenis data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang meliputi ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban, lantai, dinding, dan atap. 2. Sumber data a. Data primer Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada responden dengan menggunakan pedoman wawancara semi terstruktur, observasi dan pengukuran dilakukan pada sanitasi fisik rumah. b. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi kesehatan seperti dinas kesehatan kabupaten atau kota, puskesmas serta kantor kepala 25

44 desa yang meliputi data jumlah kasus, gambaran umum lokasi penelitian dan data demografi. 3. Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan pengukuran. Wawancara secara langsung ditujukan kepada ibu yang memiliki balita dengan menggunakan pedoman wawancara semi terstruktur, observasi dan pengukuran mengenai sanitasi fisik rumah dilakukan dengan menggunakan peralatan untuk mengukur luas ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban, lantai, dinding, dan atap rumah. 4. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, pedoman observasi, formulir isian pengukuran, rollmeter, luxmeter, hygrometer atau psychrometer sling, dan alat tulis. Cara menggunakan luxmeter dalam pengukuran pencahayaan alami rumah yaitu dengan mengukur pada setiap bagian ruangan yang akan diukur melalui lima titik pada ruangan yang diukur dan hasilnya diratarata. Cara menggunakan sling psychrometer sling untuk mengukur kelembaban rumah yaitu dengan memutarkan alat dan mengitari ruangan yang akan diukur, dan dilakukan sebanyak tiga kali dan hasilnya diratarata. H. Jalannya Penelitian Peneliti mengadakan survei awal ke Puskesmas Cepogo untuk meminta ijin mencari data Desa dengan jumlah kasus ISPA selama 3 tahun terakhir. 26

45 Kemudian datang ke kantor Kelurahan Cepogo untuk mencari data monografi, dan datang ke Posyandu pada setiap dusun untuk mencari data jumlah KK yang mempunyai balita. Penelitian dilakukan dengan mengadakan observasi langsung pada lantai, dinding dan atap rumah, sedangkan pengukuran langsung pada ventilasi, pencahayaan alami dan kelembaban rumah. I. Pengolahan Data Menurut Budiarto (2001), kegiatan dalam proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry, dan tabulating data. 1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan, kejelasan makna jawaban, konsistensi maupun kesalahan antar jawaban pada kuesioner. 2. Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses pengolahan data. 3. Entry, memasukkan data untuk diolah menggunakan komputer. 4. Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti guna memudahkan analisis data. J. Analisis Data Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan program SPSS 11. Analisis data meliputi : 1. Analisis univariat Analisis univariat (analisis persentase) dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi masing-masing, baik variabel bebas 27

46 (independen), variabel terikat (dependen) maupun deskripsi karakteristik responden. 2. Analisis bivariat Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi square dengan rumus : Keterangan : x² : chi square O E : frekuensi observasi : frekuensi harapan Menurut Budiarto (2001), dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis dengan tingkat kepercayaan 95% : a. Jika nilai sig p > 0,05 maka hipotesis penelitian diterima. b. Jika nilai sig p 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak. 28

47 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Keadaan geografis Desa Cepogo memiliki luas wilayah Ha dengan jumlah penduduk orang dan kepadatan penduduk 500 Km/jiwa. Dilihat dari topografi, Desa Cepogo termasuk wilayah dataran tinggi dengan suhu udara rata-rata 20 C. Adapun batas wilayah Desa Cepogo sebagai berikut : a. Sebelah utara : Desa Kembang Kuning, Kecamatan Cepogo. b. Sebelah timur : Desa Cabean Kunti, Kecamatan Cepogo. c. Sebelah selatan : Desa Sukabumi, Kecamatan Cepogo dan Desa Mliwis, Kecamatan Cepogo. d. Sebelah barat : Desa Genting, Kecamatan Cepogo. 2. Keadaan demografi Desa Cepogo terdiri dari jiwa dengan perincian penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan penduduk perempuan sebanyak jiwa. Data mengenai tingkat pendidikan penduduk di Desa Cepogo disajikan pada Tabel 1, sedangkan data mengenai mata pencaharian penduduk di Desa Cepogo disajikan pada Tabel 2.

48 Tabel 1. Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Cepogo Tahun 2008 No Tingkat Pendidikan Jumlah Orang % 1. Tidak sekolah/tidak tamat SD ,7 2. Tamat SD ,8 3. Tamat SMP 639 9,4 4. Tamat SMA Tamat Perguruan tinggi 80 1,1 Total Sumber : Data Monografi Desa Cepogo. Tabel 1, menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan penduduk Desa Cepogo adalah tidak sekolah atau tidak tamat SD (Sekolah Dasar) yaitu sebanyak orang (57,7%) dan paling sedikit tamat perguruan tinggi sebanyak 80 orang (1,1%). Tabel 2. Mata Pencaharian penduduk di Desa Cepogo tahun 2008 No Mata Pencaharian Jumlah Orang % 1. Peternak ,8 2. Petani ,4 3. Swasta ,1 4. Buruh 162 3,4 5. PNS 62 1,3 Total Sumber : Data Monografi Desa Cepogo. Tabel 2, menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Cepogo bekerja sebagai peternak sebanyak orang (45,8%) dan paling sedikit PNS sebanyak 62 orang (1,3%). 29

49 B. Hasil Analisis Univariat Berdasarkan tabulasi data skor hasil kuisioner diperoleh gambaran data tiap variabel yang disajikan pada Tabel 3, sedangkan gambaran data mengenai perilaku responden terhadap sanitasi fisik rumah di Desa Cepogo disajikan pada Tabel 4. Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Pekerjaan dan Pendapatan Karakteristik Jumlah Orang % Pendidikan Tidak sekolah/tidak tamat SD 15 24,2 Tamat SD 30 48,4 Tamat SMP 8 12,9 Tamat SMA 4 6,5 Tamat perguruan tinggi 5 8,1 Pekerjaan Tidak bekerja/ibu rumah tangga 27 43,5 Petani Buruh 10 16,1 Swasta 12 19,4 PNS 0 0 Pendapatan < Rp ,- 9 14,5 Rp ,- sampai Rp , ,3 > Rp , ,2 Tabel 3, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah tamat SD sebanyak 30 orang (48,4%) dan paling sedikit tamat SMA sebanyak empat orang (6,5%). Pekerjaan responden sebagian besar ibu rumah tangga atau tidak bekerja sebanyak 27 orang (43,5%) dan paling sedikit buruh yaitu 10 orang (16,1%). Sedangkan pendapatan responden tiap bulan sebagian 30

50 besar antara rupiah sampai rupiah sebanyak 38 orang (61,3%) dan paling sedikit kurang dari rupiah sebanyak 9 orang (14,5%). Tabel 4. Perilaku Responden terhadap Sanitasi Fisik Rumah di Desa Cepogo Perilaku Orang % Baik 54 87,1 Tidak baik 8 12,9 Total Tabel 4, menunjukkan bahwa perilaku responden terhadap sanitasi fisik rumah sebagian besar termasuk kategori baik, yaitu sebanyak 54 orang (87,1%). 1. Kondisi Sanitasi Fisik Rumah a. Ventilasi, pencahayaan alami dan kelembaban Kondisi ventilasi rumah, pencahayaan alami rumah dan kelembaban rumah responden disajikan pada Tabel 5 berikut ini : Tabel 5. Ventilasi Rumah, Pencahayaan Alami Rumah dan Kelembaban Rumah Responden di Desa Cepogo Variabel Rumah % Ventilasi Baik 23 37,1 Tidak baik 39 62,9 Pencahayaan alami Baik 27 43,5 Tidak baik 35 56,5 Kelembaban Baik Tidak baik Tabel 5, menunjukkan bahwa ventilasi rumah responden sebagian besar termasuk kategori tidak baik sebanyak 39 rumah (37,1%). Pencahayaan alami rumah responden sebagian besar termasuk kategori 31

51 tidak baik sebanyak 35 rumah (56,5%). Sedangkan kelembaban rumah responden sebagian besar termasuk kategori baik sebanyak 44 rumah (71%). b. Lantai, Dinding dan Atap Rumah Konstruksi rumah responden yang meliputi lantai, dinding dan atap disajikan pada Tabel 6 berikut ini : Tabel 6. Lantai Rumah, Dinding Rumah dan Atap Rumah Responden di Desa Cepogo Variabel Rumah % Lantai Memenuhi syarat 29 46,8 Tidak Memenuhi syarat 33 53,2 Dinding Memenuhi syarat 28 45,2 Tidak Memenuhi syarat 34 54,8 Atap Memenuhi syarat 34 54,8 Tidak Memenuhi syarat 28 45,2 Tabel 6, menunjukkan bahwa lantai rumah responden sebagian besar tidak memenuhi syarat sebanyak 33 rumah (53,2%). Dilihat dari dinding rumah sebagian besar tidak memenuhi syarat sebanyak 34 rumah (54,8%). Sedangkan dilihat dari atap rumah sebagian besar memenuhi syarat sebanyak 34 rumah (54,8%). C. Hasil Analisis Bivariat Analisis bivariat untuk mencari besar hubungan pada masing-masing variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji Chi square. 32

52 1. Pola hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian ISPA a. Pola hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA Pola hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA disajikan pada Gambar 3 sebagai berikut : ambar 3. Grafik Hubungan antara Ventilasi Rumah dengan Kejadian ISPA G Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui bahwa ventilasi rumah yang tidak baik menyebabkan balita responden yang terkena ISPA lebih banyak. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali (nilai p sebesar 0,046). b. Pola hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan kejadian ISPA 33

BAB IV METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian observasional, karena di dalam penelitian ini dilakukan observasi berupa pengamatan, wawancara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas) 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas) Puskesmas yang ada di Kabupeten Pohuwato, dimana

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KESEHATAN RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA LABUHAN KECAMATAN LABUHAN BADAS KABUPATEN SUMBAWA

HUBUNGAN TINGKAT KESEHATAN RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA LABUHAN KECAMATAN LABUHAN BADAS KABUPATEN SUMBAWA Aprinda D.S. dan Soedjajadi K., Hubungan Tingkat Kesehatan Rumah HUBUNGAN TINGKAT KESEHATAN RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA LABUHAN KECAMATAN LABUHAN BADAS KABUPATEN SUMBAWA Association

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit yang menyerang pada balita yang terjadi di saluran napas dan kebanyakan merupakan infeksi virus.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1 HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1 Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Melakukan penelitian Bidang Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian / lebih dari saluran nafas mulai hidung alveoli termasuk adneksanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang mempengaruhi atau mungkin dipengaruhi, sehingga merugikan perkembangan fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama penyakit pada bayi usia 1-6 tahun. ISPA merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Penyakit ISPA 1. Definisi ISPA Istilah ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut mengandung tiga unsur yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut. Pengertian atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel bebas dan variabel terikat melalui pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan.

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja Puskesmas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN STATUS PEMBERIAN ASI DI KECAMATAN JATIPURO KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RSUD Dr. MOEWARDI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RSUD Dr. MOEWARDI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RSUD Dr. MOEWARDI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

KESEHATAN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEAKTIFAN LANSIA DALAM MENGIKUTI POSYANDU LANSIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA

KESEHATAN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEAKTIFAN LANSIA DALAM MENGIKUTI POSYANDU LANSIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA KESEHATAN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEAKTIFAN LANSIA DALAM MENGIKUTI POSYANDU LANSIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran Pernapasan Akut 2.1.1 Pengertian ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah istilah yang berasal dari bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).

Lebih terperinci

AFNITA PANCASAKTI DEWI J

AFNITA PANCASAKTI DEWI J FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUDONO 1 KABUPATEN BOYOLALI Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian cross sectional yaitu mempelajari hubungan penyakit dan

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian cross sectional yaitu mempelajari hubungan penyakit dan 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian bersifat obsevasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu mempelajari hubungan penyakit dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Pneumonia 1. Definisi Pneumonia Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli) yang disebabkan terutama oleh bakteri dan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dependent. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dependent. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah descriptive correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antara variabel independent dan variabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran umum penyakit ISPA 1. Definisi ISPA Istilah ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut mengandung tiga unsur yaitu infeksi, Saluran Pernafasan dan Akut. Pengertian atau

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah D III Gizi. Disusun Oleh :

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah D III Gizi. Disusun Oleh : KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI BALITA USIA 6-24 BULAN DI POSYANDU PERMATA DESA BAKI PANDEYAN KABUPATEN SUKOHARJO Karya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. juga merupakan status lambang sosial (Keman, 2005). Perumahan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. juga merupakan status lambang sosial (Keman, 2005). Perumahan merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul dan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini adalah ilmu kesehatan anak terutama pada penyakit pneumonia. 2. Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia.ispa menyebabkan hampir 4 juta orang meninggal setiap

Lebih terperinci

DINA WAHYU ROSYADI J

DINA WAHYU ROSYADI J HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU BEKERJA, JAM KERJA IBU DAN DUKUNGAN TEMPAT KERJA DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUDONO I Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAILANG KECAMATAN BUNAKEN KOTA MANADO TAHUN 2014 Merry M. Senduk*, Ricky C. Sondakh*,

Lebih terperinci

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya PENGARUH KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBAKREJO KECAMATAN SIMOKERTO SURABAYA The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA ANGKA KEJADIAN ISPA DI RW. 03 KELURAHAN SUKAWARNA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWARNA KOTA BANDUNG TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA ANGKA KEJADIAN ISPA DI RW. 03 KELURAHAN SUKAWARNA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWARNA KOTA BANDUNG TAHUN 64 LAMPIRAN Arie Wahyudi 0410034 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA ANGKA KEJADIAN ISPA DI RW. 03 KELURAHAN SUKAWARNA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWARNA KOTA BANDUNG TAHUN 2007 IDENTIRTAS RESPONDEN

Lebih terperinci

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida Rumah Sehat edited by Ratna Farida Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel bebas

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETERATURAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETERATURAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD SKRIPSI BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETERATURAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN DAN DISIPLIN KERJA DENGAN KINERJA PETUGAS SURVEILANS DIARE DI DINAS KESEHATAN KOTA SALATIGA

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN DAN DISIPLIN KERJA DENGAN KINERJA PETUGAS SURVEILANS DIARE DI DINAS KESEHATAN KOTA SALATIGA HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN DAN DISIPLIN KERJA DENGAN KINERJA PETUGAS SURVEILANS DIARE DI DINAS KESEHATAN KOTA SALATIGA Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah SI Kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA SD NEGERI IV BATURETNO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA SD NEGERI IV BATURETNO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA SD NEGERI IV BATURETNO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akut dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akut dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 1. Definisi ISPA Istilah ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran pernapasan Akut dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah

Lebih terperinci

Berapa penghasilan rata-rata keluarga perbulan? a. < Rp b. Rp Rp c. > Rp

Berapa penghasilan rata-rata keluarga perbulan? a. < Rp b. Rp Rp c. > Rp LAMPIRAN 1 LEMBAR PERTANYAAN ANALISIS PENILAIAN RUMAH SEHAT DAN RIWAYAT PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA BALITA DI DESA SIHONONGAN KECAMATAN PARANGINAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2016 I. Identitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Tabumela Kecamatan Tilango

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Tabumela Kecamatan Tilango 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan selama 10 hari

Lebih terperinci

SKRIPSI FAKTOR LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA SUMBER BENING KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN NGAWI

SKRIPSI FAKTOR LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA SUMBER BENING KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN NGAWI SKRIPSI FAKTOR LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA SUMBER BENING KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN NGAWI Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BALITA DI DESA BALEGONDO KECAMATAN NGARIBOYO KABUPATEN MAGETAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BALITA DI DESA BALEGONDO KECAMATAN NGARIBOYO KABUPATEN MAGETAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BALITA DI DESA BALEGONDO KECAMATAN NGARIBOYO KABUPATEN MAGETAN Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI SURAKARTA

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI SURAKARTA HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI SURAKARTA Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS MANUAL HANDLING DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA PEMBUATAN BATU BATA

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS MANUAL HANDLING DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA PEMBUATAN BATU BATA HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS MANUAL HANDLING DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA PEMBUATAN BATU BATA Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Disusun Oleh : LUTHFI

Lebih terperinci

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012 Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012 ABSTRAK Likyanto Karim. 2012. Hubungan Sanitasi Rumah Dengan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variable bebas

BAB III METODE PENELITIAN. Variable bebas 56 BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variable bebas Intensitas Pencahayaan Luas Ventilasi JenisLantai Jenis dinding Kepadatan hunian Kelembaban Variabel Terikat Kejadian Kusta Suhu Frekwensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN VENTILASI, LANTAI, DINDING, DAN ATAP DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI BLANG MUKO

HUBUNGAN VENTILASI, LANTAI, DINDING, DAN ATAP DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI BLANG MUKO HUBUNGAN VENTILASI, LANTAI, DINDING, DAN ATAP DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI BLANG MUKO Safrizal.SA Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Teuku Umar E-mail: friza.maulanaboet@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi syarat fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi syarat fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumah Sehat 2.1.1. Defenisi Rumah Sehat Menurut Winslow dalam Chandra (2007), rumah sehat adalah suatu tempat untuk tinggal permanen, berfungsi sebagai tempat bermukim, beristirahat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan Nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan yang tercantum dalam Sistem

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKULOSIS (TB) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKULOSIS (TB) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKULOSIS (TB) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Definisi Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA ) Infections disingkat ARI. Dalam lokakarya ISPA I tersebut ada dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Definisi Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA ) Infections disingkat ARI. Dalam lokakarya ISPA I tersebut ada dua BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA ) Istilah ISPA yang merupakan singkatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Menurut anatomi, pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia

Lebih terperinci

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar RUMAH SEHAT Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar Pengertian Rumah Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI DI KELURAHAN MOJOSONGO KECAMATAN JEBRES Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ORGAN GENITALIA PADA PELAJAR PUTRI DI SMK N 7 SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ORGAN GENITALIA PADA PELAJAR PUTRI DI SMK N 7 SURAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ORGAN GENITALIA PADA PELAJAR PUTRI DI SMK N 7 SURAKARTA Skripsi ini disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN Skripsi ini disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumah Sehat 2.1.1. Defenisi Rumah Sehat Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping kebutuhan sandang, pangan dan kesehatan. Rumah berfungsi sebagai tempat

Lebih terperinci

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : AHMAD NASRULLOH J

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : AHMAD NASRULLOH J HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DALAM BER-KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI KOTA SURAKARTA Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA SISWA KELAS IV DAN V SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KURIPAN-PURWODADI

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA SISWA KELAS IV DAN V SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KURIPAN-PURWODADI PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA SISWA KELAS IV DAN V SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KURIPAN-PURWODADI Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang ISPA (Inspeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas)

Lebih terperinci

Keywords : House physical condition, Child under five years old, Acute Respiratory Infection

Keywords : House physical condition, Child under five years old, Acute Respiratory Infection HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH NELAYAN DENGAN KELUHAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI LINGKUNGAN PINTU ANGIN KELURAHAN SIBOLGA HILIR KECAMATAN SIBOLGA UTARA KOTA SIBOLGA TAHUN 2013

Lebih terperinci

Kode. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Kode. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Kode Hubungan Peran Orang Tua dalam Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dengan Kekambuhan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita

Lebih terperinci

OLEH: IMA PUSPITA NIM:

OLEH: IMA PUSPITA NIM: FORMULIR PERMOHONAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU ORANG TUA DALAM MERAWAT BALITA DENGAN ISPA DI RW 03 KELURAHAN WIJAYA KUSUMU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATANGROGOL PETAMBURAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian atas seperti rhinitis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian atas seperti rhinitis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 2.1.1 Definisi ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian utama pada balita (Kartasasmita, 2010). Terdapat 15 negara dengan prediksi kasus

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN CUTTING PT. DAN LIRIS BANARAN KABUPATEN SUKOHARJO

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN CUTTING PT. DAN LIRIS BANARAN KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN CUTTING PT. DAN LIRIS BANARAN KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran

Lebih terperinci

KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA BAGIAN DAILY CHECK

KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA BAGIAN DAILY CHECK HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA BAGIAN DAILY CHECK DI PT. KERETA API DAERAH OPERASI VI YOGYAKARTA DIPO KERETA API SOLO BALAPAN Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Nuangan terletak di Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow. a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tutuyan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Nuangan terletak di Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow. a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tutuyan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil A. Gambaran Umum Lokasi Puskesmas Nuangan terletak di Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan luas wilayah 337,80 KM 2, dengan batas wilayah: a. Sebelah Utara

Lebih terperinci

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI DIRI TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA SISWA-SISWI SMA PERKOTAAN DI KABUPATEN SRAGEN

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI DIRI TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA SISWA-SISWI SMA PERKOTAAN DI KABUPATEN SRAGEN PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI DIRI TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA SISWA-SISWI SMA PERKOTAAN DI KABUPATEN SRAGEN Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Kejadian TBC Usia Produktif Kepadatan Hunian Riwayat Imunisasi BCG Sikap Pencegahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Kecamatan Candisari Kota Semarang) Esty Kurniasih, Suhartono, Nurjazuli Kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Demografis Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo, dan memiliki

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO KABUPATEN PACITAN

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO KABUPATEN PACITAN SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO KABUPATEN PACITAN Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL KASUS ISPA AKIBAT KABUT ASAP DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KECAMATAN PONTIANAK UTARA TAHUN 2015

ANALISIS SPASIAL KASUS ISPA AKIBAT KABUT ASAP DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KECAMATAN PONTIANAK UTARA TAHUN 2015 ANALISIS SPASIAL KASUS ISPA AKIBAT KABUT ASAP DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KECAMATAN PONTIANAK UTARA TAHUN 2015 SkripsiiniDisusunGunaMemenuhi Salah SatuSyarat UntukMemperolehIjazah SI DisusunOleh :

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEGIATAN POSYANDU LANSIA DAN KELUHAN FISIK TERHADAP KEAKTIFAN LANSIA DALAM MENGIKUTI POSYANDU LANSIA DI DESA LENGKING KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi ini Disusun

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MASA KERJA BIDAN DENGAN KELENGKAPAN PENDOKUMENTASIAN LEMBAR PARTOGRAF DI WILAYAH KERJA IBI RANTING NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MASA KERJA BIDAN DENGAN KELENGKAPAN PENDOKUMENTASIAN LEMBAR PARTOGRAF DI WILAYAH KERJA IBI RANTING NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MASA KERJA BIDAN DENGAN KELENGKAPAN PENDOKUMENTASIAN LEMBAR PARTOGRAF DI WILAYAH KERJA IBI RANTING NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN 2013 Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

HUBUNGAN KELENGKAPAN ANAMNESIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN KASUS KECELAKAAN BERDASARKAN ICD-10 DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

HUBUNGAN KELENGKAPAN ANAMNESIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN KASUS KECELAKAAN BERDASARKAN ICD-10 DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA HUBUNGAN KELENGKAPAN ANAMNESIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN KASUS KECELAKAAN BERDASARKAN ICD-10 DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SANITASI RUMAH WARGA DENGAN JUMLAH TIKUS DAN KEPADATAN PINJAL DI DESA SELO KECAMATAN SELO BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA SANITASI RUMAH WARGA DENGAN JUMLAH TIKUS DAN KEPADATAN PINJAL DI DESA SELO KECAMATAN SELO BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA SANITASI RUMAH WARGA DENGAN JUMLAH TIKUS DAN KEPADATAN PINJAL DI DESA SELO KECAMATAN SELO BOYOLALI Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA USIA 1-4 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GETASAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA USIA 1-4 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GETASAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA USIA 1-4 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GETASAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu agar bisa dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel

Lebih terperinci

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat HUBUNGAN MUTU PELAYANAN DENGAN MINAT PEMANFAATAN KEMBALI PELAYANAN POLIKLINIK DALAM PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD SURAKARTA TAHUN 2013 Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN RUMAH DAN FAKTOR ANAK DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA WAY HUWI PUSKESMAS KARANG ANYAR KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2012 Ernawati 1 dan Achmad

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Gambaran umum Penelitian ini dilakukan di desa Kebondalem Kabupaten Batang dengan batas wilayah barat berbatasan dengan desa Yosorejo, sebelah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KEAKTIFAN DI POSYANDU LANSIA DESA KLASEMAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KEAKTIFAN DI POSYANDU LANSIA DESA KLASEMAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2016 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KEAKTIFAN DI POSYANDU LANSIA DESA KLASEMAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2016 Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MELONGUANE KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MELONGUANE KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MELONGUANE KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD Junitje I. Pangemanan*, Oksfriani J.Sumampouw*, Rahayu H. Akili* *Fakultas

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDIDIKAN, USIA DAN LAMA MENJADI KADER POSYANDU DENGAN KUALITAS LAPORAN BULANAN DATA KEGIATAN POSYANDU

SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDIDIKAN, USIA DAN LAMA MENJADI KADER POSYANDU DENGAN KUALITAS LAPORAN BULANAN DATA KEGIATAN POSYANDU SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDIDIKAN, USIA DAN LAMA MENJADI KADER POSYANDU DENGAN KUALITAS LAPORAN BULANAN DATA KEGIATAN POSYANDU Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN KERJA FISIK TERHADAP KELELAHAN KERJA DI BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON PT. WIJAYA KARYA Tbk. BETON BOYOLALI

PENGARUH BEBAN KERJA FISIK TERHADAP KELELAHAN KERJA DI BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON PT. WIJAYA KARYA Tbk. BETON BOYOLALI PENGARUH BEBAN KERJA FISIK TERHADAP KELELAHAN KERJA DI BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON PT. WIJAYA KARYA Tbk. BETON BOYOLALI Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BALITA DI DESA TALAWAAN ATAS DAN DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI KABUPATEN MINAHASA UTARA Ade Frits Supit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernafasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernafasan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernafasan yang paling lazim terjadi pada anak. ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi

Lebih terperinci

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : TINA WIDIASTUTI J

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : TINA WIDIASTUTI J ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN PENCATATAN ANAK BALITA PADA SISTEM INFORMASI POSYANDU (SIP) DI PUSKESMAS SIDOREJO KIDUL KOTA SALATIGA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Wongkaditi

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Wongkaditi 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Wongkaditi Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo, yang terdiri dari

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI, DUKUNGAN SUAMI, DAN TINGKAT PENGHASILAN DENGAN PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI DI DESA JETAK KECAMATAN SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci