KONFLIK IDEOLOGI DI TUBUH PARTAI KOMUNIS INDONESIA PERIODE : MARXIS-LENINIS VERSUS REVISIONISME MODERN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONFLIK IDEOLOGI DI TUBUH PARTAI KOMUNIS INDONESIA PERIODE : MARXIS-LENINIS VERSUS REVISIONISME MODERN"

Transkripsi

1 KONFLIK IDEOLOGI DI TUBUH PARTAI KOMUNIS INDONESIA PERIODE : MARXIS-LENINIS VERSUS REVISIONISME MODERN Skripsi Diajukan untuk Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik (S.I.P.) Oleh : LENDY RAMADHAN NIM: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/2012

2

3

4

5 ABSTRAK Lendy Ramadhan Konflik Ideologi Di Tubuh Partai Komunis Indonesia Periode : Maxis- Leninis Versus Revisionis Modern Skripsi ini difokuskan pada konflik ideologi yang terjadi di dalam tubuh PKI (Partai Komunis Indonesia). Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Pengumpulan data-data dilakukan dengan cara wawancara dengan para nara-sumber yang terkait dan studi pustaka melalui buku-buku serta karya tulis-karya tulis lainnya yang terkait. Dalam sejarahnya, PKI memang lahir dari konflik ideologi. Pada saat lahir, PKI merupakan jelmaan dari Sarekat Islam (SI) Merah, yang merupakan salah satu faksi dari organisasi Sarekat Islam. Pada saat itu, SI terpecah menjadi dua faksi, SI Merah berideologi komunisme dan SI Putih berideologi Islam. Setelah SI Merah berubah menjadi PKI, konflik ideologi terjadi lagi. Konflik ideologi dalam tubuh PKI, terjadi karena perbedaan ideologi di antara elit partai. Konflik tersebut berawal dari gagasan-gagasan Aidit, yang dilontarkan pada Sidang Pleno CC (Comite Central) 6 Oktober Dalam sidang tersebut, Aidit menegaskan gagasan yang pernah dilontarkan pada Sidang Pleno CC 7 Januari 1951, yaitu koalisi permanen dengan partai yang berkhianat pada pemberontakan Madiun 1948, PSI (Partai Sosialis Indonesia) dan MURBA (Musyawarah Rakyat Banyak). Dalam sidang pleno tersebut, perdebatan terjadi dalam menetapkan strategi perjuangan. Menurut Aidit, Jalan Baru baru yang digagas Musso sebagai strategi perjuangan mengalami jalan buntu. Oleh sebab itu, Aidit ingin menggantinya dengan strategi yang digagas pada Sidang Pleno CC 7 Januari 1951, sebagaiamana telah dijelaskan sebelumnya. Strategi Aidit mendapat penolakan dari Tan Ling Djie, yang mempertahankan Jalan Baru sebagai strategi perjuangan partai (PKI). Namun pada akhirnya, pendapat Aidit yang disahkan sebagai strategi perjuangan PKI yang baru. Konflik ideologi di kalangan internal PKI terjadi pada puncaknya pada saat Kongres Nasional PKI ke V digelar. Dalam kongres tersebut, terjadi perdebatan tentang partisipasi dalam pemilu. Aidit sepakat bahwa, pemilu dilakukan sebagai tujuan akhir. Sedangkan Njono berpendapat bahwa, pemilu merupakan tujuan sementara. Namun, kongres menetapkan bahwa pemilu dijadikan tujuan akhir. Dengan demikian, dalam tubuh PKI terdapat dua ideologi yang saling berlawanan, Marxisme-Leninisme dan Revisionisme Modern. Marxisme-Leninisme meniscayakan revolusi untuk menuju masyarakat komunis, sedangkan revisionisme modern menghilangkan cita-cita membangu masyarakat komunis dan menggunakan parlemen sebagai media perjuangan. i

6 KATA PENGANTAR Segala puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan segala nikmat bagi penulis, untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam, penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, sebgai tauladan bagi seluruh manusia. Tidak mudah bagi penulis untuk menyelesaikan tema tentang sejarah dalam pembuatan skripsi sebagai tugas akhir perkuliahan. Meskipun, referensi dan nara-sumber banyak yang bisa diakses. Karena penulis harus mengambil sudut pandang yang berbeda. Perjalanan panjang selama sembilan bulan dalam memahami setiap referensi sebagai data yang siap diolah menjadi sebuah gagasan, dan dituangkan ke dalam lembar-lembar halaman, merupakan pengalaman yang sangat menyenangkan. Selesainya penulisan tugas akhir ini, bukan merupakan sebuah akhir dari kreatifitas penulis, khususnya dalam bidang pendidikan. Tetapi selesainya penulisan karya tulis ini, merupakan sebuah pintu gerbang lahirnya karya-karya berikutnya. Oleh sebab itu, kritik dan saran dari para pembaca, khususnya para dosen dan teman-teman yang terlibat langsung dalam penyempurnaan skripsi ini sangat dibutuhkan, sebagai pengembangan-pengembangan karya berikutnya. Penulis sadar, bahwa dengan bantuan beberapa pihak, skripsi ini bisa diselesaikan. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat selaku rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, serta seluruh jajarannya. 2. Bapak Prof. Dr. Bahtiar Effendy selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, serta seluruh jajarannya. 3. Ali Munhanif, Ph.D selaku ketua jurusan ilmu politik. 4. M. Zaki Mubarok, M.Si selaku sekretaris jurusan ilmu politik. ii

7 iii 5. Bapak Idris Thaha, M.Si selaku pembimbing dalam penyelesaian skripsi ini, yang telah berjasa memberikan kritikan-kritikan serta saran-saran. 6. Bapak Herry Herland Suryakusuma dan Ibu Sri Suryantini, selaku orang tua saya yang telah memberikan bantuan moral dan material kepada saya. 7. Seluruh nara-sumber yang telah rela meluangkan waktu untuk diwawancara, Rewang selaku mantan politbiro CC PKI dan Esempe (samaran) selaku mantan anggota CC PKI. 8. Seluruh pihak pengelola Perustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan seluruh pihak pengelola Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah meminjamkan buku-buku. 9. Seluruh kawan Kedai Pemikiran sebagai partner diskusi dan tempat meminjam buku-buku.

8 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 8 C. Tujuan Penelitian... 9 D. Metode Penelitian... 9 E. Sistematika Penulisan...10 BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik B. Ideologi B. 1. Marxisme B. 2. Marxisme Leninisme B. 3. Revisionisme Modern C. Partai Politik BAB III SEJARAH SINGKAT PARTAI KOMUNIS INDONESIA A. Awal Pembentukan (Orang Belanda Sang Pemula) B. Pemberontakan PKI 1926 (Awal Konflik Internal) C. Peristiwa Madiun 1948 (Memanfaatkan Tentara) iv

9 v BAB IV PEREBUTAN PENGARUH ANTARA MARXIS-LENINIS DAN REVISIONIS MODERN A. Masuknya Pengaruh Remo (Gagasan-gagasan Aidit) B. Konflik Antar Elit (Perebutan Program) C. Kemenangan Remo (PKI Berubah Haluan) BAB V KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Transkrip Wawancara Dengan Anggota Politbiro PKI Tahun 1964, Rewang Tentang Konflik Internal PKI Tahun Transkrip Wawancara Dengan Anggota CC PKI Tahun 1963, Esempe (samaran) Tentang Konflik Dalam Tubuh PKI Tahun

10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah gagalnya pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun pada 1948, para anggota partai tercerai-berai akibat penumpasan yang dilakukan oleh pemerintah. 1 Pada 1950, Alimin 2 sebagai tokoh senior dalam PKI pada saat itu mencoba membangun kembali PKI yang hancur pasca kegagalan pemberontakan Madiun, hingga pada Sidang Pleno Comite Central 3 (CC) PKI yang diselenggarakan pada 7 Januari Pada saat itu (7 Januari 1951), golongan muda 5 PKI yang diwakili oleh Aidit 6 berhasil menggeser kepemimpinan Alimin dalam Politbiro, 7 karena Aidit dianggap masih memegang prinsip Jalan Baru 8 Muso 9 sebagai 1 Pada saat itu, yang menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) adalah Ir. Soekarno. Sedangkan Wakil Presiden dan Perdana Mentri dijabat oleh Mohammad Hatta. Lihat George McTurnan Kahin, Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik: Nasionalisme dan Revolusi Di Indonesia (Solo: UNS Press dan Pustaka Sinar Harapan, 1995), h Alimin Prawirodirdjo ( ) adalah wakil ketua Perserikatan Pegawai Pegadaian Bumiputera (PPPB). Sudah menjadi anggota PKI pada skitar tahun Pada saat itu, PKI masih bernama Indische Sociaal-Democratische Vereniging (ISDV). Lihat Ruth T. Mcvey, Kemunculan Komunisme Indonesia (Depok: Komunitas Bambu, 2010), h Comite Central (CC) merupakan sebuah lembaga perwakilan partai di tingkat pusat. CC bertanggung jawab atas pemilihan anggota Politbiro dan pengadaan kongres. Lihat Wikipedia The Free Encyclopedia, Central Committee, artikel diakses pada 16 Januari 2011 dari wiki/central_committee 4 Soegiarso Soerojo, Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai: G30S/PKI dan Peran Bung Karno (Jakarta: C.V. Sri Murni, 1988), h Ibid, h. xx. Golongan muda PKI diwakili tokoh-tokoh terkenal yaitu: Aidit, Njoto, Lukman, Sudisman, dan Njono. Sedangkan golongan tua, diwakili oleh: Alimin, Sardjono, dan Tan Ling Djie. 6 Dipa Nusantara Aidit ( ) masuk PKI ilegal pada Sebelum menjabat sebagai sekretariat jendral (sekjen) pada 1953, ia sempat menjadi koordinator perburuhan PKI pada pertengahan Lihat Soerojo, Siapa Menabur Angin, h. 16 dan 57. Lihat juga Wenseslaus Manggut, dkk., ed., Seri Buku Tempo Aidit: Dua Wajah Dipa Nusantara (Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2010), h Politbiro merupakan Biro Politik dari Comite Central (CC). Politbiro mempunyai fungsi merancang orientasi partai. Lihat Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Politbiro, artikel diakses pada 16 Januari 2011 dari 8 Jalan Baru Untuk Republik Indonesia merupakan program-program karya Musso yang disusun setelah kembali dari Uni Soviet 9 Musso ( ) sudah menjadi anggota PKI ketika PKI masih bernama ISDV. Ia pernah memimpin PKI cabang Batavia pada masa penjajahan Jepang. Lihat McVey, Kemunculan Komunisme Indonesia, h

11 2 platform PKI. 10 Sedangkan Alimin mencoba jalan lain. Inilah awal konflik antar para elit PKI dimulai. Dan inilah yang akan dibahas dalam skripsi ini. Mengapa para elit PKI berbeda pandangan? Marxisme 11 sebagai ideologi dasar partai komunis di seluruh dunia, dalam sejarah perkembangannya penuh dengan pertentangan. Khususnya tentang permasalahan revolusi. Marx 12 tidak memberikan ajaran spesifik tentang cara-cara revolusi dan bagaimana revolusi itu terjadi. Hal ini memicu konflik antar pengikut Marxisme dalam hal menafsirkan revolusi. Misalnya, yang terjadi dalam Internasionale II. 13 Dalam Internasionale II ada tiga tokoh penafsir Marxisme yang sangat terkenal, yaitu: Kautsky, 14 Rosa Luxemburg, 15 Bernstein, 16 dan Lenin. 17 Mengenai revolusi, Kautsky berpendapat bahwa revolusi akan datang dengan sendirinya karena kondisi sosial yang terjadi yaitu kaum borjuis 18 terus memeras kaum proletar, Ibid, h Marxisme merupakan ajaran-ajaran yang diklaim bersumber dari ajaran-ajaran Karl Marx. Lihat Franz Magnis-Suseno, Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Permasalahan Revisionisme (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999), h Penjelasan tentang Marxisme juga dibahas pada Bab II. 12 Karl Marx ( ) adalah filosof kelahiran Prusia. Ajaran-ajarannya termaktub dalam Kapital, Manifesto Partai Komunis, Kemiskinan Filsafat, dll. Ajaran-ajarannya terkenal dengan istilah sosialisme ilmiah. Lihat Suseno, Pemikiran Karl Marx, h Para sosiolog sering menyingkat nama Karl Marx dengan sebutan Marx. Lihat David McLelland, Ideologi Tanpa Akhir (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005), h. 8. lihat juga E. Stepanova, Karl Marx: Nabi Kaum Proletar (Yogyakarta: Mata Angin, 2004) h Suseno, Pemikiran Karl Marx, h Internasionale II merupakan asosiasi buruh internasional kedua yang didirikan pada 1889 oleh partai-partai sosialis setiap negara. 14 Suseno, Pemikiran Karl Marx, h Karl Kautsky ( ) adalah kader Partai Sosial Demokrat Jerman (SPD). Ia yang menulis program-program SPD. 15 Suseno, Pemikiran Karl Marx, h Rosa Luxemburg ( ) adalah pendiri Serikat Spartakus yang kemudian menjadi induk Partai Komunis Jerman. 16 Suseno, Pemikiran Karl Marx, h Eduard Bernstein ( ) adalah pemimpin kaum reformis dalam tubuh SPD. Pada 1901, ia terpilih menjadi anggota Parlemen Kekaisaran Jerman mewakili SPD. 17 Vladimir Ilyich Ulyanov ( ) adalah pemimpin Partai Bolshevik di Uni Soviet ( ). Ia juga merupakan perdana mentri Uni Soviet pertama kali ( ). Lihat Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Vladimir Lenin, artikel diakses pada 20 Januari 2011 dari org/wiki/vladimirlenin 18 Istilah borjuis dipakai Karl Marx untuk menyebut para pemilik modal.

12 3 sehingga kaum proletar bangkit dengan sendirinya melawan kaum borjuis untuk menguasai faktor-faktor produksi. 20 Dalam hal ini, Kautsky mengkritik penafsirpenafsir lainnya, Lenin dan Rosa Luxemburg yang menyatakan bahwa revolusi harus dipersiapkan. Lain halnya dengan Bernstein, salah satu revisionis ajaran Marx. Bernstein berpendapat bahwa, revolusi adalah suatu angan-angan yang utopis dan merupakan sisa metafisika Hegel. 21 Menurut Bernstein, kaum sosialis harus menyadari bahwa sosialisme hanya dapat dicapai dari hasil-hasil ekonomis, politis, dan etis masyarakat borjuasi. 22 Revolusi harus diganti dengan reformasi. Dalam hal ini, Bernstein sangat berbeda dengan ajaran Marx tentang tahap menuju masyarakat Sosialis yang meniscayakan revolusi. Oleh sebab itu, ajaran-ajaran Bernstein disebut revisionisme. 23 Dari sinilah pertentangan pemikiran antar penafsir-penafsir Marxisme menajam. Tokoh-tokoh Internasionale II menganggap bahwa, Bernstein telah menyimpang dari ajaran-ajaran Marx, yang meniscayakan berakhirnya dominasi kaum borjuis melalui revolusi proletar. Perkembangan Marxisme mulai mengalami masa yang gemilang setelah Lenin menyumbangkan pemikiran-pemikarannya. Lenin berpendapat bahwa revolusi tidak mungkin ditunggu, karena kaum buruh tidak mungkin sadar dengan sendirinya. 24 Sifat alamiah kaum buruh, menurut Lenin, yaitu selalu memikirkan kenaikan upah dan pengurangan jam kerja, inilah yang membuat kaum buruh berpotensi menerima 19 Istilah proletar dipakai Karl Marx untuk menyebut para pekerja (buruh). Tetapi Lenin menafsirkan kata proletar lebih luas, yaitu orang-orang miskin yang tertindas. 20 Suseno, Pemikiran Karl Marx, h Georg Wilhelm Friedrich Hegel ( ) adalah filosof kelahiran Stuttgart (Jerman). Ia merupakan pencetus hukum dialektika. Lihat Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Georg Wilhelm Friedrich Hegel, artikel diakses pada 21 Januari 2011 dari 22 Suseno, Pemikiran Karl Marx, h Ibid., h Ibid., h. 233.

13 4 sogokan dari para pemilik modal yang menghilangkan semangat revolusionernya. 25 Oleh sebab itu, Lenin berpendapat bahwa, revolusi harus terorganisasi dalam sebuah partai yang terdiri dari kader-kader revolusioner, yang mengerti tentang teori-teori revolusioner Karl Marx, yaitu para kaum yang terpelajar. 26 Tafsiran-tafsiran Lenin tentang ajaran-ajaran Marx, diklaim sebagai ajaran Marx murni, dan ajaran ini dikenal di seluruh dunia dengan sebutan Marxisme- Leninisme atau dengan sebutan pendek komunisme. 27 Dengan ajaran ini, Lenin berhasil meraih banyak pengikut di Uni Soviet khususnya kaum buruh, lalu melakukan revolusi di Uni Soviet (1917). Setelah itu, mendirikan Internasionale ke III atau biasa disebut Komunis Internasional (Komintern) pada 1919, yang menjadi kiblat bagi Partai Komunis di hampir seluruh dunia, termasuk Indonesia. 28 Tafsiran-tafsiran Lenin tentang revolusi, dikritik oleh Rosa Luxemburg yang menyatakan bahwa, revolusi harus dipimpin oleh kaum buruh yang mengerti tentang permasalahan buruh yang sudah mengalami penindasan oleh kaum kapitalis. 29 Menurut Rosa Luxemburg, tidak mungkin para elit intelektual yang belum pernah mengalami penindasan oleh Kapitalis mempunyai militansi yang tinggi untuk memimpin suatu revolusi. 30 Sejarah telah membuktikan, bahwa penafsiran-penafsiran tentang ajaranajaran Marx telah membuahkan pandangan-pandangan baru yang bertentangan antar sesama para penafsir. Ini memberikan efek yang sangat besar pada peristiwa-peristiwa pertentangan pandangan berikutnya. 25 Ibid. 26 Ibid. 27 Ibid, h Mcvey, Kemunculan Komunisme Indonesia, h Suseno, Pemikiran Karl Marx, h Ibid.

14 5 Tak jarang pertentangan itu terjadi antar sesama anggota suatu organisasi dan membuat organisasi itu sendiri terpecah, bahkan bubar. Misalnya,saja di Uni Soviet. Sejak meninggalnya pemimpin Komunis Internasional (Komintern), Lenin pada 1924, para elit Komintern saling bertentangan mengenai pandangan organisasi. Konflik antar elit Komintern meruncing, ketika perbedaan pendapat antara Trotsky 31 dan Stalin 32 dalam menyikapi revolusi yang terjadi di Tiongkok, 33 pada Sebelumnya, Trotsky mengkritik keras kebijakan Stalin dalam Partai Komunis Uni Soviet (PKUS). Trotsky menganggap bahwa, penekanan demokrasi birokrat di dalam PKUS dan teori dua tahap yang mniscayakan ketundukan kaum pekerja kepada kaum borjuis nasionalis adalah kontra revolusi. 35 Inilah yang menjadi cikal-bakal timbulnya ideologi revisionisme modern (remo). Sejak saat itulah Komintern dan PKUS terbelah menjadi dua kubu, kubu Stalin dan kubu Trotsky, hingga bubarnya Komintern dan terbunuhnya Trotsky. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Di Indonesia, para kader komunisme yang tergabung dalam PKI juga tidak terlepas dari konflik. Sebelum peristiwa Madiun 1948, PKI sempat keluar dari bayangbayang Lenin dengan langkah yang konroversial, yaitu dengan menganut politik independen, dan akan bekerja sama dengan Belanda untuk membentuk Republik 31 Lev Davidovich Trotski ( ) adalah mentri pertahanan Uni Soviet ( ) dan menteri luar negeri Uni Soviet ( ). Ia juga menjabat sebagai ketua Dewan Buruh Petrogard pada Lihat Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Leon Trotsky, artikel diakses pada 20 Januari 2011 dari 32 Ioseb Jughashvili ( ) adalah penggagas jabatan sekjen dalam struktur organisasi PKUS dan sekaligus menjabatnya ( ). Ia pernah menjadi perdana menteri Uni Soviet ( ). Lihat Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Josef Stalin, artikel diakses pada 21 Januari 2011 dari 33 Sebelum tahun 1967, istilah Tiongkok dalam bahasa Indonesia digunakan untuk menyebut negara China. Lihat Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Tiongkok, artikel diakses pada 24 Januari 2011 dari 34 Leon Trotsky, Revolusi yang Dikhianati: Sebab-sebab Kebangkrutan Uni Soviet, (Yogyakarta: Resist Book, 2010), h. xiii. 35 Ibid.

15 6 Indonesia Serikat (RIS), yang digagas oleh Alimin dan Sardjono. 36 Langkah Alimin ini, dapat diluruskan oleh Muso dengan keputusan pemberontakan revolusioner pada 1948 di Madiun. 37 Walaupun gagal, Muso telah mengembalikan khittah PKI ke jalan revolusi yang didominasi oleh kaum tani dan kaum buruh atau masyarakat proletar. Pada tahun , dinamika pergerakan pemikiran para elit PKI terus berlanjut. Misalnya, antara kelompok pemuda yang diwakili Aidit dan kelompok tua yang diwakili oleh Alimin, yang telah saya sebut pada paragraf awal. Lalu konflik antara Tan Ling Djie, 38 yang menginginkan prinsip-prinsip lama dalam program PKI dan Aidit yang menginginkan PKI menjadi populer dengan mengubah prinsip-prinsip lama, mengesampingkan revolusi dan mengikuti pemilu pada Revolusi sangatlah sesuai dengan keaadan di Indonesia. Setelah peristiwa kemerdekaan 17 Agustus 1945 hingga pada 1959, Indonesia belum menggunakan sistem diktator proletariat ala komunisme. Oleh sebab itu, menurut ajaran komunisme revolusi harus terus berjalan hingga sistem diktator proletariat berdiri. Pada , negara yang menjadi kiblat komunisme di dunia terbelah menjadi dua kubu, antara Tiongkok yang dipimpin oleh Mao Tse-Tung, 40 dengan Uni Soviet yang dipimpin Krushcev. 41 Pada saat itu, Mao Tse-Tung mengkritik strategi 36 Soerojo, Siapa Menabur Angin, h Ibid., h Tan Ling Djie merupakan sekretaris Musso. Menjadi pimpinan Sidang Pleno CC pada 7 Januari Menjabat sebagai anggota CC pada tahun Wawancara pribadi dengan anggota CC- PKI, Esempe (samaran), Jakarta 22 Juli Ibid, h Mao Zedong ( ) adalah presiden pertama Republik Rakyat Tiongkok (RRT) ( ) dan pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT) pada Lihat Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Mao Zedong, artikel diakses pada 20 Januari 2011 dari Zedong 41 Nikita Sergeyevich Krushchev ( ) adalah sekjen PKUS ( ) dan perdana mentri Uni Soviet ( ). Lihat Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Nikita Khrushchev artikel diakses pada 22 Januari 2011 dari

16 7 kanan yang disahkan dalam kongres ke 20 PKUS, yang dipimpin oleh Krushcev dengan mengambil langkah bekerja sama dengan kaum borjuis kecil. Inilah yang disebut Revisionisme Modern (Remo). 42 Kemunculan remo merupakan faktor yang sangat mengganggu perjuangan PKI dalam mewujudkan cita-cita yang sudah ditetapkan, karena ajaran-ajaran remo sangat bertentangan dengan komunisme. Misalnya, perjuangan buruh hanya sebatas kenaikan upah, tidak harus meruntuhkan sistem kapitalisme dan aspirasi diperjuangkan melalui parlemen, tidak revolusi. Konflik antar kedua negara yang menjadi kiblat komunisme dunia itu memberi kontribusi besar atas konflik antara Aidit dan Njono 43 sebagai elit PKI. Inilah yang menjadi fokus dalam skripsi ini. PKI layak diangkat sebagai sebuah studi kasus karena, PKI merupakan salah satu partai komunis terbesar di dunia pada Komunisme sebagai ideologi pada saat itu, mendapat apresiasi yang sangat besar di dunia, karena ajaran revolusinya yang dapat menggerakkan suatu masyarakat yang dijajah untuk berjuang meraih kemerdekaan, termasuk di Indonesia. Oleh sebab itu, penulis mengangkat judul Konflik Ideologi Di Tubuh Partai Komunis Indonesia (PKI) Periode : Marxis-Leninis Versus Revisionis Modern, guna memahami sejarah pertarungan pemikiran dalam sebuah partai politik dan sejarah berdirinya serta berkembangnya sebuah partai politik di Indonesia. PKI merupakan partai yang solid. Walaupun terjadi konflik ideologi di antara para kadernya, namun para kader tersebut tidak melakukan sebuah gerakan untuk memisahkan diri terhadap para kader lain yang berlainan pendapat atau ideologi. 42 Blog Proletar, Tentang Imperialisme, artikel diakses pada 13 Januari 2011 dari blogproletar.blogspot.com/2010/06/tentang-imperialisme.html 43 Njono merupakan pimpinan SOBSI (Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia). Menjadi anggota CC-PKI fraksi SOBSI. Lihat Soerojo, Siapa Menabur Angin, h. 56.

17 8 Inilah yang menarik diteliti dari PKI, di mana konflik pemikiran antar sesama kader tidak berdampak perusakan solidaritas. Dalam dinamika politik Indonesia baru-baru ini, masyarakat dipertontonkan pada perpecahan partai-partai politik hingga lahir partai politik baru dari perpecahan tersebut. Misalnya, perpecahan Partai Golkar yang disebabkan oleh dua pimpinannya yang melahirkan Partai Nasional Demokrat sebagai partai baru. Oleh sebab itu penulis mengangkat judul yang berkaitan dengan PKI. PKI patut dijadikan tauladan bagi partai-partai politik di Indonesia saat ini, khususnya dalam bidang pemeliharaan soliditas antar kader dan pengelolaan konflik. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Terjadinya konflik internal PKI antara Marxis-Leninis dan Revisionis Modern, memberikan gagasan-gagasan baru dalam kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan PKI. Dengan demikian, yang menjadi inti permasalahan adalah mengapa konflik kedua ideologi itu terjadi di dalam tubuh PKI? Oleh karena itu, perlu sekali mengetahui tentang ideologi Marxisme-Leninisme dan Remo. Perlu juga mengetahui tentang latar belakang berdirinya PKI. Karena luasnya sejarah tentang PKI, maka penulis membatasi pembahasan dari periode 1951 sampai dengan Dengan demikian, pembahasan dirumuskan pada seputar: 1. Mengapa terjadi konflik ideologi antar para elit PKI? 2. Apa dampaknya pada perkembangan PKI setelah konflik internal PKI?

18 9 C. Tujuan Penelitian Ada dua macam tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian skripsi ini, yaitu: pertama, tujuan secara praktis, ditujukan untuk memenuhi tugas akademik yang merupakan syarat dan kewajiban bagi setiap mahasiswa, dalam rangka menyelesaikan studi tingkat sarjana program Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN Syahid), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), jurusan Ilmu Politik dengan gelar Sarjana Ilmu Politik (S.I.P.); sedangkan yang kedua, tujuan akademis yang mempunyai dua sub tujuan, yang pertama untuk memahami secara langsung ideologi Marxisme-Leninisme dan revisionisme modern dan yang kedua untuk mengetahui sejarah konflik internal PKI. D. Metode Penelitian Untuk mengkaji permasalahan ini, penulis menggunakan tipe penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang cenderung digunakan dalam ilmu-ilmu sosial yang berhubungan dengan perilaku. Teknik pengumpulan data yang digunakan, dilakukan dengan wawancara, salah satunya dengan mantan anggota PKI yang masih hidup dan sempat menjadi menteri muda bidang pendidikan pada masa kabinet seratus menteri, bernama Esempe (samaran). Selain itu, wawancara dengan seorang pelaku sejarah, yang merupakan anggota Politbiro CC PKI bernama Rewang. Kedua tokoh tersebut dipilih sebagai narasumber karena, mereka mengalami langsung peristiwa-peristiwa yang akan diteliti. Pengumpulan data juga dilakukan dengan mengumpulkan bahan pustaka, yaitu: buku, media masa, artikel, jurnal dan semacamnya. Selain itu, pengumpulan

19 10 data juga dilakukan dengan mengunduh situs-situs yang berisi tentang hal-hal yang terkait sebagai pendukung. Agar lebih paham dan mencapai target dalam sasaran pembahasan itu, maka penulis menggunakan metode deskriptif-analisis. Metode deskriptif merupakan metode yang dipergunakan sebagai prosedur pemecahan masalah, dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak, apa adanya. Sedangkan teknik analisis merupakan salah satu teknik dalam penelitian dengan melakukan analisa-analisa dari data yang didapat. Mengenai teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu sepenuhnya pada standar penulisan skripsi dengan buku, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007, dengan pengecualian sebagai berikut: 1. Dalam daftar pustaka sumber-sumber yang berasal dari buku-buku dan artikelartikel ditulis dalam bagian paling atas sesuai dengan abjad. 2. Sedangakan sumber-sumber yang berasal dari internet menyusul kemudian sesuai abjad pula. E. Sistematika Penulisan Pembahasan akan disusun sebagai berikut: Bab I membahas seputar uraian singkat tentang materi dan signifikansinya, yang terdapat pada latar belakang masalah, kemudian secara berurutan akan dibahas tentang pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian,

20 11 teknik penulisan, dan sistematika penulisan yang semuanya tercakup dalam pendahuluan. Bab II membahas tentang teori-teori dan beberap ideologi terkait. Didahului dengan penjelasan tentang teori konflik lalu diikuti dengan ideologi yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: Marxisme, Marxisme-Leninisme, dan Remo. Setelah itu, penjelasan tentang partai politik sebagai penutup Bab II. Bab III membahas tentang sejarah singkat PKI dan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Indonesia yang digerakkan oleh PKI. Diawali dengan pembahasan tentang sejarah berdirinya PKI, lalu diikuti dengan pemberontakan pertama kali yang digerakkan oleh PKI pada Setelah itu, pembahasan tentang peristiwa Madiun 1948 sebagai penutup Bab III. Bab IV membahas tentang perebutan pengaruh dua ideologi besar, Marxisme- Leninisme dan Remo yang sedang menghegemoni PKI. Diawali dengan maskunya ideologi Remo ke dalam tubuh PKI, lalu diikuti dengan jalannya konflik yang berakhir dengan kemenangan Remo. Setelah itu, ditutup dengan dampak dari kemenangan Remo terhadap PKI dan dinamika perpolitikan Indonesia saat ini. Dan penulisan ini diakhiri dengan kesimpulan sebagai penutup pada Bab V. Konflik ideologi di dalam tubuh PKI terjadi karena perbedaan beberapa pandangan, di antaranya tentang revolusi. Beberapa anggota PKI, khususnya para elit golongan tua, menghendaki cara untuk mengganti sistem kenegaraan dan kepemimpinan nasional itu harus dengan cara revolusi. Sedangkan para elit golongan muda menghendaki dengan cara mengikuti pemilu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa para kelompok Remo yang memenangi konflik.

21 BAB II LANDASAN TEORI Dalam membedah kasus konflik internal yang terjadi dalam tubuh PKI (Partai Komunis Indonesia), dibutuhkan beberapa pisau analisis berupa beberapa teori dan beberapa ideologi. Teori-teori tersebut mencakup: konflik dan partai politik. Sedangkan ideologi-ideologi mencakup: Marxisme, Marxisme-Leninisme, dan Revisionisme Modern (Remo). Tentang teori-teori dan ideologi-ideologi tersebut, dijelaskan dalam paragraf selanjutnya. A. Konflik Dalam Sosiologi, terdapat banyak teori konflik. Namun, Dalam kasus konflik yang terjadi dalam tubuh PKI yang dibahas dalam skripsi ini, merupakan teori konflik yang dirumuskan oleh Marx (Karl Marx). 1 Konflik internal PKI ini merupakan konflik yang bersifat konstruktif, bukan yang bersifat destruktif. Karena, pihak-pihak yang terlibat konflik mengeluarkan kesepakatan damai. 2 Dalam kasus konflik yang terjadi dalam tubuh PKI yang dibahas dalam skripsi ini, melibatkan dua kelompok yang berbeda penafsiran tentang ajaran-ajaran Marx, yaitu Marxisme-Leninisme dan (Remo). Yang berpihak pada Marxisme-Leninisme, yaitu golongan tua yang diwakili Tang Ling Djie dan Njono, sedangkan kelompok 1 Marx menyatakan bahwa, konflik muncul dalam suatu masyarakat karena perbedaan kelas, yaitu kelas para pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja/buruh (proletar). Maurice Duverger, Sosiologi Politik (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), h Konflik bersifat destruktif artinya, konflik tersebut membawa pihak-pihak yang terlibat dalam konflik pada sebuah perang terbuka atau saling menghancurkan. Konflik bersifat konstruktif artinya, konflik tersebut tidak sampai membawa pihak-pihak yang terlibat konflik untuk saling menghancurkan. Tetapi justeru membawa mereka untuk membangun peradaban baru, dengan konsensus yang dibuat pasca konflik. Lewis Coser menggunakan istilah konflik realistis dan konflik non-realistis. Lihat Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1992), h

22 12 Remo yaitu golongan muda yang diwakili oleh Aidit, Lukman, dan Njoto, seperti yang sudah dijelaskan dalam Bab I, skripsi ini. Jadi, konflik yang dimaksud dalam hal ini, yaitu konflik sebagai eksperesi antara dua kelompok yang bertikai. 3 Supaya lebih fokus, penjelasan mengenai teori konflik hanya terkonsentrasi kepada teori konflik yang berkaitan dengan permasalahan konflik internal PKI khususnya, teori konflik Marx. Marx menyatakan bahwa, konflik muncul dalam suatu masyarakat karena perbedaan kelas, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Marx berpendapat bahwa, para pemilik modal memeras para pekerja dengan cara memperpanjang jam kerja dan upah yang tidak layak, atau dikenal dengan istilah kerja lebih. 4 Dengan keadaan seperti itu, para pekerja merasa diperas. Lalu muncul aksi-aksi perlawanan, dan konflik menjadi keniscayaan yang memuncak hingga peristiwa revolusi. Berdasarkan pemikiran-pemikiran Marx tentang konflik, seorang sosiolog asal Jerman, Ralf Dahrendorf mengembangkan teori konflik pada Ralf Dahrendorf menyatakan bahwa, konflik yang terjadi di abad 20, tidak hanya antara kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja/buruh (proletar). Karena dalam abad 20, terjadi dekomposisi modal. Artinya, para pemilik modal tidak harus mengelola modalnya sendiri. Ia dapat menggunakan jasa orang lain untuk mengelola modalnya. 6 Pada abad 20, terjadi perubahan pola pikir (mind set) masyarakat, menurut Ralf Dahrendorf. Yaitu terjadinya sepsialisasi bidang dalam dunia kerja. 7 Artinya, seseorang yang bekerja dalam suatu perusahaan, secara formal ia hanya terkonsentrasi 3 Tentang definisi konflik lihat Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Konflik, artikel diakses pada 18 Februari 2011 dari 4 Karl Marx, Kapital: Sebuah Kritik Ekonomi Buku II Proses Sirkulasi Kapital (Jakarta- Bandung: Hasta Mitra-Ultimus & Institute For Global Justice, 2006), h Poloma, Sosiologi Kontemporer, h Ibid, h Ibid, h. 129.

23 13 dalam satu bidang. Sistem pengelolaan perusahaan di abad 20, tidak semuanya tertutup. Ada yang terbuka bagi para pekerja untuk memiliki saham perusahaan tempat para pekerja itu bekerja. Dengan demikian, timbul kelas menengah baru. Oleh sebab itu, para pemilik modal dan pekerja jadi sulit dibedakan. Ketika dekomposisi modal terjadi, pada saat yang bersamaan terjadi dekomposisi tenaga kerja. Artinya, para pekerja terpecah menjadi dua bagian yaitu, pekerja yang terampil atau mempunyai keahlian dibidang tertentu berada pada kelas atas dan pekerja biasa atau pekerja yang hanya mengandalkan tenaga tanpa keahlian tertentu berada di kelas bawah. 8 Seiring dengan berkembangnya spesialisasi pekerjaan yang berjenjang di abad 20, struktur sosial masyarakat menjadi semakin rumit. Hampir di setiap interaksi sosial, antar manusia mempunyai struktur hierarki antara penguasa dan yang dikuasai, antara atasan dan bawahan. Oleh sebab itu, Ralf Dahrendorf berpendapat bahwa, dasar pembentukan kelas adalah kekuasaan. 9 Berdasarkan dasar pembentukan kelas tersebut, Ralf Dahrendorf berpendapat bahwa, konflik terjadi karena kepentingan-kepentingan penguasa dan yang dikuasai berbeda dan saling berlawanan. 10 Misalnya, kaum pemilik modal sebagai penguasa atas pemberian upah para pekerja dan pengaturan jam kerja menginginkan upah ditekan serendah mungkin. Supaya keuntungan yang didapat semakin besar dan jam kerja diperpanjang, supaya perusahaan lebih produktif. Sedangkan buruh, menginginkan upah yang layak dan jam kerja yang manusiawi. 8 Ibid, h Ibid, h Ibid, h

24 14 Contoh lain, misalnya atasan dan bawahan dalam sebuah kantor, atasan menginginkan kinerja yang baik kepada bawahan, lalu bawahan menolak, karena fasilitas tidak menunjang. Dalam hal ini, terlihat jelas bahwa kepentingankepentingan pemilik modal, sebagai pihak penguasa dan kepentingan-kepentingan para pekerja sebagai pihak yang dikuasai, mengalami perbedaan dan saling berlawanan. Oleh sebab itu, konflik terjadi. Akhir dari sebuah konflik inilah yang menjadi perbedaan antara Marx dan Ralf Dahrendorf. Marx berpendapat bahwa revolusi merupakan suatu hal yang niscaya, karena perundingan-perundingan dengan kaum pemilik modal tidak akan mencapai keadilan dan berakhir dengan kebuntuan. Karena, sudah menjadi wataknya bahwa para pemilik modal akan selalu menumpuk keuntungan sebanyak-banyaknya. 11 Sedangkan Ralf Dahrendorf, mempunyai pandangan yang berbeda. Keadaan sosial masyarakat yang berkembang pada abad 20, di mana Ralf Dahrendorf memulai penelitiannya mengenai teori konflik, menunjukkan bahwa antara para pemilik modal dan pekerja saling bertukar keuntungan dengan adanya dekomposisi modal. 12 Jadi, ada sebuah pilihan lain untuk menyelsaikan konflik selain revolusi, yaitu dekomposisi modal. Inilah yang tidak diketahui Marx pada zamannya. Dengan demikian, revolusi sudah tidak menjadi keniscayaan. 13 Di sini terlihat bahwa, Ralf Dahrendorf telah mengkritik dan memodifikasi beberapa pemikiran Marx. Dalam teori kelas, Ralf Dahrendorf menghadirkan kelas 11 Ruth T. Mcvey, Kemunculan Komunisme Indonesia (Depok: Komunitas Bambu, 2010), h Poloma, Sosiologi Kontemporer, h Perundingan-perundingan untuk mencapai kesepakatan-kesepakatan (konsensus) baru yang lebih adil merupakan suatu ciri khas masyarakat industri di abad 20. Lihat Anthony Giddens, Studies In Social and Political Theory (Londres: Hutchinson, 1977), yang dikutip oleh Firmanzah Ph.D., Mengelola Partai Politik (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), h. xli. Jauh sebelum Ralf Dahrendorf, gagasan tentang adanya kesepakatan-kesepakatan untuk menghindari revolusi sudah dicetuskan oleh Eduard Bernstein. Lihat Bab I, h. 3.

25 15 menengah baru dengan adanya dekomposisi modal. Berdasarkan hal itu, konflik tidak hanya terjadi antara kelas pemilik modal dan kelas pekerja, tetapi konflik juga bisa terjadi antar sesama kelas pekerja dan para pemilik modal. Lalu Ralf Dahrendorf membangun dasar pembentukan kelas dengan dasar lebih umum, yaitu kekuasaan. Ralf Dahrendorf juga tidak menutup kemungkinan terjadinya konflik, antara kaum mayoritas dengan kaum minoritas. Karena, yang menjadi sebab terjadinya konflik adalah kepantingan. B. Ideologi Beberapa ilmuwan mempunyai pendapat tentang ideologi. Namun, yang dimaksud ideologi dalam membedah kasus konflik internal PKI dalam skripsi ini, yaitu ideologi yang rumuskan oleh Marx. Dalam mendefinisikan ideologi, Marx berpijak pada analisis sosialnya berdasarkan, kepemilikan faktor-faktor produksi dan ketidaksetaraan distribusi kekayaan, sebagaiamana telah dijelaskan sebelumnya. 14 Berdasarkan ketidaksetaraan tersebut, Marx berpendapat bahwa, keadaan sosial yang ideal merupakan suatu keadaan, di mana faktor-faktor produksi dapat diakses oleh semua masyarakat. Sehingga, distribusi kekayaan mengalir secara adil. Oleh sebab itu, Marx berpendapat bahwa, Ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat. 15 Dalam merumuskan ideologi, Marx tidak berawal dari ruang yang kosong. Ia mempelajari hal-hal mendasar tentang sebuah ideologi, yang sudah dirumuskan oleh 14 David McLelland, Ideologi Tanpa Akhir (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005), h. 2, 17, dan Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Ideologi, artikel diakses pada 2 Maret 2011 dari wikipedia.org/wiki/ideologi

26 16 para pendahulunya. Oleh sebab itu, sangat penting untuk mrngetahui tentang dasardasar ideologi. Ideologi secara kebahasaan, berasal dari bahasa Yunani, yaitu eidos yang memiliki arti gagasan atau konsep dan logos yang memiliki arti ilmu. 16 Secara istilah, banyak ahli ilmu sosial mendefinisikan ideologi. Ideologi sendiri digagas pertama kali oleh seorang filosof, yang ditugaskan untuk menyebarkan gagasan-gagasan pencerahan pada 1797, bernama Antoine Destutt de Tracy. 17 Dalam mendefinisikan ideologi, de Tracy berpijak pada inti suku kata yang pertama yaitu ide. Menurut de Tracy, ide-ide rasional dari seorang manusia yang tak terikat oleh prasangka agama dan metafisika, akan menjadi landasan bagi masyarakat yang adil dan damai. 18 De Tracy juga berpendapat bahwa, posisi alam dalam hubungannya dengan manusia adalah sebagai partner bukan sebagai objek. Oleh karena itu, rasionalitas manusia dalam mengeksplorasi alam menjadi penting. 19 Dengan demikian, de Tracy menganggap bahwa ideologi merupakan dominasi rasionalitas manusia atas sikap-sikapnya terhadap hal-hal tertentu. Oleh sebab itu, de Tracy berpendapat bahwa Ideologi adalah studi terhadap ide ide/pemikiran tertentu. 20 Lain halnya dengan Marx. Marx telah membangun sebuah anggapan bahwa, ideologi meniscayakan kesadaran bagi para penganutnya untuk diperjuangkan. Bukan hanya sekedar mempelajari ide-ide tertentu di ruang-ruang akademik. 16 Shvoong.com The Global Source for Summeries & Reviews, Pengertian Ideologi, artikel diakses pada 24 Februari 2011 dari pengertian-ideologi/ Bandingkan dengan Scribd, Pengertian dan Fungsi Ideologi, artikel diakses pada 26 Februari 2011 dari 17 McLelland, Ideologi Tanpa Akhir, h Ibid. 19 Ibid. 20 Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Ideologi, artikel diakses pada 28 Februari 2011 dari

27 17 B.1. Marxisme Bagi sebagian kalangan, pemberian istilah untuk ajaran-ajaran atau ide-ide, identik dengan nama pencetus ajaran-ajaran atau ide-ide itu sendiri. Misalnya: Maoisme 21, Castroisme 22, Stalinisme 23, dan semacamnya. Lalu bagaimana dengan Marxisme? Apakah Marxisme berasal dari ajaran-ajaran Karl Marx? Padahal Marx sendiri menyebut ajaran-ajarannya dengan istilah sosialisme ilmiah (scientific socialism). 24 Menurut Franz Magnis-Suseno, Marxisme adalah ajaran-ajaran Marx yang dibakukan oleh Friedrich Engels 25 dan Karl Kautsky. 26 Namun, Ada juga yang berpendapat bahwa, Marxisme merupakan ajaran-ajaran yang berasal dari pemikiranpemikiran Marx. 27 Lalu yang dimaksud Marxisme dalam skripsi ini, yaitu ajaranajaran Marx yang dibakukan Friedrich Engels. Sedangkan, ajaran-ajaran Marx yang dibakukan Karl Kautsky disebut Kautskysme Maoisme adalah ajaran-ajaran Mao Tse-Tung yang digunakan PKT sebagai ajaran resmi. Maoisme merupakan varian dari Marxisme-Leninisme. Tentang Mao Tse Tung lihat bab I, h. 6. Lihat juga Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Maoisme, diakses pada 3 Maret 2011 dari org/wiki/maoisme 22 Castroisme merupakan ajaran-ajaran yang berasal dari pemikiran-pemikira pemimpin Kuba, Fidel Castro. Ajaran-ajaran ini dipengaruhi oleh beberapa filososf diantaranya: Karl Marx, Freidrich Engels, Vladimir Lenin, dan terutama José Martí. Lihat Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Castroisme, artikel diakses pada 3 Maret 2011 dari 23 Stalinisme merupakan ideologi politik yang dicetuskan oleh pemimpin Uni Soviet pada 1929 sampai 1953, Joseph Stalin. Stalinisme berisi tentang pemerintahan yang represif. Lihat Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Stalinisme artikel diakses pada 3 Maret 2011 dari org/wiki/stalinisme 24 Suseno, Pemikiran Karl Marx, h Friedrich Engels lahir di Barmen, Wuppertal, Jerman, 28 November 1820 dan meninggal di London, 5 Agustus Ia adalah teman setia Karl Marx baik dalam perjuangan maupun pemikiran. Bersama Marx menulis Manifesto Partai Komunis pada Ia juga seorang pengusaha tekstil di inggris. Lihat Paul Lafargue, Mengenang Marx, dalam Erich Fromm, Konsep Manusia Menurut Marx (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h Lihat juga Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Friedrich Engels, artikel diakses pada 3 Maret 2011 dari 26 Ibid, h Suseno Pemikiran Karl Marx, h W.I. Lenin, Negara dan Revolusi: Adjaran Marxis Tentang Negara Dan Tugas Proletariat Di Dalam Revolusi (Djakarta: Jajasan Pembaharuan, 1961), h. 9. Tentang ajaran-ajaran Karl Kautsky lihat Bab I, h. 2-3.

28 18 Salah satu ajaran Marx yang dibakukan Friedrich Engels, Misalnya tentang negara. Negara dalam ajaran ini dianggap sebagai hasil dari kontradiksi yang tak terpecahkan dalam sebuah masyarakat. 29 Salah satu faktor yang paling dominan yang menyebabkan terjadinya kontradiksi tersebut, sebagaimana diajarkan Marx, yaitu kepemilikan alat-alat produksi. Dalam perkembangannya, Marxisme banyak ditafsirkan oleh para teoritikus menjadi ajaran baru. Beberapa diantaranya yaitu Marxisme-Leninisme dan Remo, yang merupakan ideologi-ideologi para anggota PKI yang menjadi pembahasan dalam skripsi ini. B.2. Marxisme-Leninisme Semua kaum komunis menganggap bahwa, interpretasi ajaran-ajaran Marx yang paling benar, adalah ajaran-ajaran Marx yang diinterpretasi oleh Lenin atau disebut dengan Marxisme-Leninisme. 30 Lenin mempersingkatnya dengan istilah komunisme. 31 Sebelum digunakan Lenin untuk menamai ajaran-ajarannya, istilah komunisme digunakan untuk cita-cita utopis masyarakat yang menganggap bahwa, kepemilikan pribadi akan digantikan oleh kepemilikan bersama. 32 Lenin mempunyai beberapa interpretasi tentang ajaran-ajaran Marx, misalnya tentang revolusi yang telah dipaparkan dalam Bab I skripsi ini. Penafsiran yang penting lainnya yang dilakukan Lenin terhadap ajaran Marx yaitu tentang negara. 29 F. Engels, Asal-Usul Keluarga Milik Perseorangan dan Negara (K. Marx dan F. Engels, Pilihan Karja, edisi dua djilid bahasa Inggris, djil. II, Moskow, 1949, h ). Dikutip dari Lenin, Negara dan Revolusi, h Setelah revoulusi oktober dan berdirinya Komintern, Marxisme-Leninisme menjadi kiblat bagi seluruh partai komunis di dunia, termasuk PKI. Pada awalnya PKI memegang sepenuhnya ideologi Marxisme-Leninisme. Tetapi, terjadi konflik ketika remo masuk dan mengubah garis partai. 31 Pada awalnya, istilah komunisme dan sosialisme memiliki arti yang sama. Dalam perkembangannya, istilah komunisme mengacu pada aliran sosialisme yang lebih radikal. Suseno Pemikiran Karl Marx, h. 7 dan Ibid.

29 19 Kemunculan sebuah negara menurut Lenin, disebabkan oleh konflik yang tak terdamaikan di dalam masyarakat. 33 Berdasarkan kemunculannya, negara hanya berfungsi sebagai pendamai konflik antar masyarakat. Oleh sebab itu, negara tidak dapat bertahan jika masyarakat telah damai. Dalam hal ini, negara dianggap sebagai pihak yang netral dan dapat berbuat adil. Tetapi dalam perkembangannya, negara cendrung melegitimasi masyarakat kelas borjuis untuk menindas masyarakat proletar. Sebagaimana dikatakan Lenin: Menurut Marx, negara adalah suatu alat dari kekuasaan klas, suatu alat untuk menindas klas jang satu oleh klas lainnja; Berdasarkan pendapat ini, Lenin meniscayakan negara harus dapat menghapus kelas dalam masyarakat. Karena, yang menjadi inti permasalahan dalam masyarakat, yaitu terjadinya kelas dalam masyarakat yang disebabkan oleh kepemilikan alat-alat produksi. Oleh sebab itu, menurut Lenin, negara harus menguasai seluruh alat-alat produksi dan mengatur secara adil kepada masyarakat, hingga tercapai keteraturan secara otomatis, dalam penggunaan alat-alat produksi oleh masyarakat itu sendiri. Bila dominasi atas kepemilikan alat-alat produksi tidak ada lagi dalam masyarakat, maka masyarakat tidak lagi terpecah atas proletar dan borjuis. Dalam keadaan seperti itu, maka negara akan dilupakan oleh masyarakat, dan akan bubar secara perlahan dengan sendirinya. 35 Inilah yang dinamakan masyarakat komunis. Lenin juga menggagas sebuah sistem pemerintahan, sebagai peralihan dari sistem pemerintahan borjuis hingga melenyapnya sebuah negara. Sistem tersebut 33 Tentu saja dalam hal ini masyarakat sudah terbagi menjadi masyarakat borjuis dan masyarakat proletar. Lihat Lenin, Negara dan Revolusi, h Ibid, h Ibid, h

30 20 dikenal dengan sistem diktator proletariat. Sistem diktator-proletariat menyatakan bahwa, suatu negera dalam masa peralihan harus dipimpin oleh seorang diktator yang berpihak pada proletar (rakyat miskin yang tertindas). 36 Diktator yang berpihak pada proletar diharapakan akan menjadikan demokrasi kembali kepada rakyat. Lenin beranggapan bahwa, demokrasi yang dijalankan melalui perwakilan-perwakilan di gedung parlemen, merupakan sebuah demokrasi yang terdistorsi dari rakyat kecil. Mayoritas dari mereka yang menjalani demokrasi lewat parlemen, hanya memperjuangkan sgelintir orang-orang yang bisa mengakses perwakilan di parlemen, khususnya para pemilik modal. 37 Menurut Lenin, demokrasi tidak seharusnya melalui perwakilan-perwakilan parlemen borjuis, demokrasi harus didistribusikan langsung kepada rakyat. Jadi setiap warga negara, dapat menyampaikan langsung aspirasi, tanpa harus terdistorsi melalui perwakilan-perwakilan yang bersifat borjuis. 38 Di Indonesia, yang terlihat paling dominan untuk digunakan oleh kaum komunis Indonesia, yang tergabung dalam PKI dari ajaran-ajaran Marxisme- Leninisme, yaitu teori penjajahan. Teori penjajahan menyatakan bahwa, melesetnya ramalan Marx tentang jatuhnya negara-negara industri maju Eropa, karena, sistem kapitalis telah memaksakan diri untuk menambah modal melalui penjajahan kepada negara-negara yang belum maju Ibid, h Ibid, h Ibid, h Dengan demikian, Lenin mempunyai tafsiran sendiri tentang demokrasi, dalam gagasannya tentang sistem diktator proletariat. Oleh sebab itu, sistem diktator proletariat dapat disebut juga sistem demokrasi kerakyatan. 39 Mcvey, Kemunculan Komunisme Indonesia, h. 4.

31 21 B.3. Revisionisme Modern (Remo) Revisionisme Modern (Remo) merupakan kumpulan ajaran yang merevisi ajaran-ajaran Marxisme-Leninisme. 40 Remo terinspirasi dari ajaran-ajaran revisionis Bernstein dalam Internasionale II. Ajaran Remo menghilangkan karakter kelas dalam masyarakat demokrasi borjuis. 41 Ajaran Remo juga menghilangkan revolusi, dan menggantinya dengan koeksistensi damai dengan diktator borjuis dalam memperjuangkan hak-hak kaum proletar. 42 Para pengikut Remo menyerang kaum komunis dengan sebutan kaum dogmatik. 43 Karena, terlalu kaku dalam menafsirkan ajaran-ajaran Marx. Tokoh yang terkenal dalam mengembangkan ajaran-ajaran remo yaitu Kruschev dan Josip Broz Tito. 44 Sedangkan yang menemukan istilah remo yaitu Mao Tse-Tung. Ajaran remo yang terpenting, yaitu menghilangkan cita-cita untuk menciptakan masyarakat komunis. Remo yang berhasil menyusup dalam PKI, yaitu remo yang berawal dari pemikiran subjektif. Pemikiran subjektif ini disebabkan oleh lingkungan para kader PKI serta para pengikut dan para simpatisan, yang lemah dalam penguasaan ajaranajaran Marxisme-Leninisme. Pada waktu itu memang PKI didominasi oleh buruh tani 40 Foreign Languages Press, Leninism and Modern Revisionism (Peking: Foreign Languages Press, 1963), h Ibid, h Ibid. 43 Ibid, h Josip Broz Tito ( ) adalah presiden Yugoslavia setelah Ivan Ribar. Ia menjabat presiden dari tahun 1953 hingga akhir hayatnya. Sebelum menjadi presiden, ia adalah perdana menteri merangkap menteri pertahanan Yugoslavia yang pertama pada tahun Ia juga merupakan salah satu penggagas Gerakan Non-Blok (GNB). Lihat Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Josip Broz Tito, artikel diakses pada 18 Mei 2011 dari

32 22 dan nelayan tradisional yang bekerja hanya dengan alat-alat sederhana dan belum menggunakan mesin. 45 Pemikiran-pemikiran subjektif ini, bertemu dengan pemikiran-pemikiran oportunisme kanan. 46 Percampuran antara pemikiran subjektif dan oportunisme kanan inilah, yang membawa PKI ke jalur parlemen melalui pemilu dan berdamai dengan kaum borjuis. Selain itu, pemikiran-pemikiran oportunisme kanan, juga menggiring PKI berkoalisi secara permanen dengan lawan-lawan politik. Pengaruh pemikiranpemikiran oportunisme kanan, juga menyebabkan PKI bergantung kepada orang yang tidak seideologi dengan PKI, sebagai pemimpin besar revolusi. 47 C. Partai Politik Dalam sistem demokrasi maupun sistem komunis, partai politik menjadi lembaga penting bagi kedua sistem tersebut. Namun kedua sistem tersebut, mempunyai konsep yang berbeda tentang partai politik. Yang dimaksud partai politik dalam skripsi ini, yaitu partai politik yang sesuai dengan ajaran komunisme. 48 Partai politik mempunyai definisi yang lebih umum, yaitu organisasi yang bertujuan merebut kekuasaan. 49 Untuk mendapatkan kekuasaan, partai politik 45 Alat-alat produksi tradisional sederhana seperti cangkul, tidak perlu berpikir rumit untuk mengoperasikan dan memeliharanya. Sedangkan mesin butuh oli, butuh listrik, dan cara menggunakannya lebih rumit dibanding alat-alat tradisional. Oleh sebab itu, buruh tani tradisional cendrung sempit cara berpikirnya daripada buruh pabrik modern. Wawancara pribadi dengan Rewang, Jakarta 30 Maret Pemikiran-pemikiran oportunisme kanan yaitu pemikiran yang mempunyai watak kekanankananan. Istilah ini ditujukan kepada orang-orang yang berpikir bahwa revolusi sudah tidak relevan lagi dan menganggap parlemen sebagai solusi terbaik dan tujuan akhir. Wawancara pribadi dengan Rewang, Jakarta 30 Maret Pada saat itu, PKI terpengaruh oleh popularitas Soekarno yang pada saat itu menjabat sebagai Presiden. Wawancara pribadi dengan anggota CC-PKI, Esempe (samaran), Jakarta 22 Juli Dalam ajaran komunisme, partai politik berperan tidak hanya sebagai alat perampas kekuasaan, tetapi juga sebagai pengatur segala hal yang berpengaruh terhadap masyarakat luas. Prof. Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1977), h Ibid h

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Dampak Nasakom Terhadap Keadaan Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1966, penulis menarik kesimpulan bahwa Sukarno sebagi

Lebih terperinci

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi berjudul Perbandingan pemikiran sosialisme Joseph Stalin dengan Leon Trotsky di Uni Soviet 1924-1929. Kesimpulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke 20 bukan hanya menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia, akan tetapi dalam hal gerakan-gerakan anti penjajahan yang bermunculan di masa ini menarik perhatian

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. pengaruh kapitalisme guna mewujudkan revolusi sosialis di Indonesia, berangkat dari

BAB V. Penutup. pengaruh kapitalisme guna mewujudkan revolusi sosialis di Indonesia, berangkat dari BAB V Penutup 5.1. Kesimpulan PKI lahir sebagai organisasi kepartaian yang memiliki banyak tujuan. Di samping untuk menguasasi politik domestik negara, PKI juga memiliki misi untuk menghapus pengaruh kapitalisme

Lebih terperinci

PERADABAN EROPA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

PERADABAN EROPA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 PERADABAN EROPA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Revolusi Industri / Inggris Revolusi Perancis Revolusi Bolshevik / Rusia 2 INDUSTRI TERJADI PADA ABAD 18 DAN 19 TEPATNYA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara studi literatur yang data-datanya diperoleh

Lebih terperinci

Modul ke: Pancasila. Pancasila sebagai Ideologi Negara. Fakultas MKCU. Finy F. Basarah, M.Si. Program Studi MKCU

Modul ke: Pancasila. Pancasila sebagai Ideologi Negara. Fakultas MKCU. Finy F. Basarah, M.Si. Program Studi MKCU Modul ke: Pancasila Pancasila sebagai Ideologi Negara Fakultas MKCU Finy F. Basarah, M.Si Program Studi MKCU Pancasila sebagai Ideologi Negara Pancasila Abstract: Pancasila sebagai Ideologi, dan ideologi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pemikiran dua tokoh tersebut, tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan masa lalunya yang

BAB V KESIMPULAN. pemikiran dua tokoh tersebut, tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan masa lalunya yang BAB V KESIMPULAN Sutan Sjahrir dan Tan Malaka merupakan dua contoh tokoh nasional yang memberikan segenap tenaga dan pikirannya pada masa kemerdekaan. Kajian terhadap pemikiran dua tokoh tersebut, tidak

Lebih terperinci

Sosialisme Indonesia

Sosialisme Indonesia Sosialisme Indonesia http://sinarharapan.co/news/read/140819049/sosialisme-indonesia 19 Agustus 2014 12:50 Ivan Hadar* OPINI Sosialisme-kerakyatan bisa diterapkan di Indonesia. Terpilihnya Jokowi sebagai

Lebih terperinci

Komunisme dan Pan-Islamisme

Komunisme dan Pan-Islamisme Komunisme dan Pan-Islamisme Tan Malaka (1922) Penerjemah: Ted Sprague, Agustus 2009 Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis Internasional ke-empat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan analisis pembahasan dalam penelitian pemikiran Musso dan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan analisis pembahasan dalam penelitian pemikiran Musso dan 122 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan analisis pembahasan dalam penelitian pemikiran Musso dan Aidit tentang komunisme di Indonesia, maka penulis menyusun kesimpulan. Adapun Kesimpulan yang dapat ditarik adalah

Lebih terperinci

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar. Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komunis di Indonesia mengalami perubahan yang garis

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komunis di Indonesia mengalami perubahan yang garis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan komunis di Indonesia mengalami perubahan yang garis politiknya. Pada masa awal berdiri, PKI bernama Indische Sociaal Democratische Vereeninging

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

PENGARUH LIMA ALIRAN TERHADAP KEPEMIMPINAN DI INDONESIA. Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri

PENGARUH LIMA ALIRAN TERHADAP KEPEMIMPINAN DI INDONESIA. Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri PENGARUH LIMA ALIRAN TERHADAP KEPEMIMPINAN DI INDONESIA Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri LIMA ALIRAN PEMIKIRAN POLITIK DI INDONESIA Terdapat lima aliran pemikiran politik di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan terlupakan oleh masyarakat kota Madiun, terutama bagi umat Islam di Madiun. Pada bulan September tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ideologi marxisme pada saat ini telah meninggalkan pemahaman-pemahaman pertentangan antar kelas yang dikemukakan oleh Marx, dan menjadi landasan

Lebih terperinci

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

SAMSURI SEMESTER GASAL 2011/2012 YOGYAKARTA

SAMSURI SEMESTER GASAL 2011/2012 YOGYAKARTA PENDIDIKAN PANCASILA SAMSURI SEMESTER GASAL 2011/2012 YOGYAKARTA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA PENGERTIAN IDEOLOGI DAN IDEOLOGI TERBUKA IDEOLOGI-IDEOLOGI BESAR DI DUNIA: LIBERALISME-KAPITALISME, SOSIALISME,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Sosialisme di China Tahun , maka dapat diambil kesimpulan baik dari segi

BAB V KESIMPULAN. Sosialisme di China Tahun , maka dapat diambil kesimpulan baik dari segi BAB V KESIMPULAN Dari pembahasan mengenai Pemikiran Mao Tse Tung Dalam Menanamkan Sosialisme di China Tahun 1935-1976, maka dapat diambil kesimpulan baik dari segi historis maupun dari segi pedagogis sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini,

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

TUJUAN NEGARA. Sesuai dengan tujuan bersama yang disepakati Tujuan negara sesuai dengan ideologi yang digunakan dalam negara

TUJUAN NEGARA. Sesuai dengan tujuan bersama yang disepakati Tujuan negara sesuai dengan ideologi yang digunakan dalam negara IDEOLOGI POLITIK TUJUAN NEGARA Sesuai dengan tujuan bersama yang disepakati Tujuan negara sesuai dengan ideologi yang digunakan dalam negara tersebut MINGGU DEPAN 1. Ideologi : Anarkisme dan Komunisme

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ami Abdullah Fahmi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ami Abdullah Fahmi, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terbentuknya sebuah negara pada esensinya adalah untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai bersama oleh sekelompok orang. Begitupun yang terjadi di Indonesia,

Lebih terperinci

2016 PERBAND INGAN SOSIALISME JOSEPH STALIN D AN LEON TROTSKY D I UNI SOVIET

2016 PERBAND INGAN SOSIALISME JOSEPH STALIN D AN LEON TROTSKY D I UNI SOVIET BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Eropa adalah tempat yang sangat unik, banyak paham-paham yang lahir di benua tersebut. Membicarakan tentang sosialisme tidak terlepas dari pahampaham seperti

Lebih terperinci

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Handout 4 Pendidikan PANCASILA SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PANCASILA sebagai Sistem Filsafat Kita simak Pengakuan Bung Karno tentang Pancasila Pancasila memuat nilai-nilai universal Nilai-nilai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjuangan bangsa Indonesia untuk menciptakan keadilan bagi masyarakatnya sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun 1950-1959 di Indonesia berlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negarawan merupakan karakter yang sangat penting bagi kepemimpinan nasional Indonesia. Kepemimpinan negarawan diharapkan dapat dikembangkan pada pemimpin pemuda Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Komunisme adalah ideologi dan gerakan yang bersifat internasional.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Komunisme adalah ideologi dan gerakan yang bersifat internasional. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Komunisme adalah ideologi dan gerakan yang bersifat internasional. Komunisme adalah sebuah paham yang menekankan kepemilikan bersama atas alat-alat produksi yaitu tanah,

Lebih terperinci

Tatanan Politik Komunisme dan teoriteori. marxism. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM

Tatanan Politik Komunisme dan teoriteori. marxism. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM Tatanan Politik Komunisme dan teoriteori marxism This diagram from 1867 perfectly illustrates the inherent genius within the capitalist system and how it is indestructible: it has a strong base built on

Lebih terperinci

MAKALAH IDEOLOGI KOMUNISME Pendidikan Pancasila Adi Bayu Mahadian M. I. Kom.

MAKALAH IDEOLOGI KOMUNISME Pendidikan Pancasila Adi Bayu Mahadian M. I. Kom. MAKALAH IDEOLOGI KOMUNISME Pendidikan Pancasila Adi Bayu Mahadian M. I. Kom. - Disusun Oleh ; Atef Fahrudin Erwanto Rahadian A Indra Wandi Okta Nurhilmi PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK

PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi Pendidikan Sejarah Pada

Lebih terperinci

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

SOSIOLOGI PENDIDIKAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF STRUKTURAL KONFLIK TOKOH PEMIKIR ANTARA LAIN: 1. KARL MARX (1818-1883) 5. JURGEN HABERMAS 2. HEGEL 6. ANTONIO GRAMSCI 3. MAX HORKHEIMER (1895-1973) 7. HERBERT

Lebih terperinci

CHAPTER 5 SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Letters. English Department. Strata I Program

CHAPTER 5 SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Letters. English Department. Strata I Program CHAPTER 5 SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY Faculty of Letters English Department Strata I Program 2003 THE POSITIVE AND NEGATIVE EFFECTS OF MARXISM IN GEORGE i,., ORWELL'S ANIMAL FARM Skripsi mengkaji

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Suseno, paradigma sosialisme sebagian besar muncul sebagai reaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Suseno, paradigma sosialisme sebagian besar muncul sebagai reaksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Suseno, paradigma sosialisme sebagian besar muncul sebagai reaksi atas dampak peristiwa Revolusi Perancis (1789-1795) dan Revolusi Industri (1750-1850). Para

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi duta besar pertama Amerika untuk RIS. Sementara pemerintahan Truman di Amerika Serikat sedang berusaha

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi duta besar pertama Amerika untuk RIS. Sementara pemerintahan Truman di Amerika Serikat sedang berusaha BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia telah memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden RIS Pada tanggal 16 Desember 1949, Jakarta ibu kota Republik Indonesia Serikat yang baru, rakyat Indonesia secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah pusat politik RI dipindahkan ke Yogyakarta pada awal tahun 1946,

BAB I PENDAHULUAN. Setelah pusat politik RI dipindahkan ke Yogyakarta pada awal tahun 1946, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah pusat politik RI dipindahkan ke Yogyakarta pada awal tahun 1946, dua jenis sistem pers muncul di Nusantara (Lee, 1971:35). Pertama, terdiri dari surat kabar-surat

Lebih terperinci

TENTANG KOEKSISTENSI SECARA DAMAI ANTARA SOSIALISME DAN KAPITALISME DARI LENIN SAMPAI SEKARANG..

TENTANG KOEKSISTENSI SECARA DAMAI ANTARA SOSIALISME DAN KAPITALISME DARI LENIN SAMPAI SEKARANG.. TENTANG KOEKSISTENSI SECARA DAMAI ANTARA SOSIALISME DAN KAPITALISME DARI LENIN SAMPAI SEKARANG.. Suar Suroso Jauh di tahun 1916, sebelum kemenangan Revolusi Oktober 1917, Lenin sudah memiliki gagasan tentang

Lebih terperinci

CRITICAL THEORIES Bagian II

CRITICAL THEORIES Bagian II CRITICAL THEORIES Bagian II 1 MARXISME Jalur Pengaruh Pemikiran Karl Mark & Teori Kritis Hegel Neo Marxisme Teori Kritis II Marks Muda Karl Mark Marks Tua Engels Kautsky Korsch Lukacs Gramsci Hokheimer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001) hal 44. Universitas Indonesia. 1 S.Suroso, Asal Usul Teori Sosialisme, Marxisme sampai Komune Paris (Jakarta : Pustaka Pena,

BAB I PENDAHULUAN. 2001) hal 44. Universitas Indonesia. 1 S.Suroso, Asal Usul Teori Sosialisme, Marxisme sampai Komune Paris (Jakarta : Pustaka Pena, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak kemenangan Partai Komunis Cina (PKC) dan berdirinya Republik Rakyat Cina (Cina) pada tahun 1949, Cina secara resmi menggunakan ideologi sosialis-komunis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis).

BAB I PENDAHULUAN. PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Analisis Masalah PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis). Partai Komunis Indonesia merupakan partai komunis terbesar ketiga di dunia

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Marhaenisme merupakan salah satu paham yang pernah ada dan berkembang di Indonesia. Paham ini merupakan gagasan pemikiran dari Soekarno yang menjadi tonggak

Lebih terperinci

PANCASILA PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

PANCASILA PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi. PANCASILA Modul ke: PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA ABSTRACT Menjelaskan ideologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah biasanya menimbulkan berbagai permasalahan yang berawal dari ketidakpuasan suatu golongan masyarakat, misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan manusia menjadi penunjang keberlangsungan hidup manusia. Manusia dengan akal budinya

Lebih terperinci

PANCASILA MENGATASI KONFLIK IDEOLOGI-IDEOLOGI NEGARA

PANCASILA MENGATASI KONFLIK IDEOLOGI-IDEOLOGI NEGARA PANCASILA MENGATASI KONFLIK IDEOLOGI-IDEOLOGI NEGARA Dosen Nama : M.Khalis Purwanto, Drs, MM : Dion Indra Mustofa NIM : 10.02.7763 Kelompok Jurusan : A : D3 - Manajemen Informatika SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN

Lebih terperinci

Tiga Komponen Marhaenisme

Tiga Komponen Marhaenisme Tiga Komponen Marhaenisme http://www.berdikarionline.com/bung-karnoisme/20150630/tiga-komponen-marhaenisme.html?fb_ref=default Selasa, 30 Juni 2015 21:57 WIB 0 Komentar 541 Views Salah satu karya agung

Lebih terperinci

170 TAHUN KARYA MARX-ENGELS: "IDEOLOGI JERMAN"

170 TAHUN KARYA MARX-ENGELS: IDEOLOGI JERMAN Suar Suroso: 170 TAHUN KARYA MARX-ENGELS: "IDEOLOGI JERMAN" Lahirnya Materialisme Historis, Senjata filsafat klas pekerja demi pembebasan dan pembangunan sosialisme.. Pada tahun 1845-1846 Marx dan Engels

Lebih terperinci

Sejarah umum - kelas XII BAB 9 Revolusi perancis. Revolusi Amerika, Revolusi Rusia, dan Indonesia

Sejarah umum - kelas XII BAB 9 Revolusi perancis. Revolusi Amerika, Revolusi Rusia, dan Indonesia Sejarah umum - kelas XII BAB 9 Revolusi perancis. Revolusi Amerika, Revolusi Rusia, dan Indonesia KEADAAN RUSIA SEBELUM REVOLUSI 1917 Tahun Pemimpin Politik Sosial Ekonomi Even Dampak (1894-1917) Tsar

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN TEORI DEPENDENSI Dr. Azwar, M.Si & Drs. Alfitri, MS JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS Latar Belakang Sejarah Teori Modernisasi

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia 68 BAB IV KESIMPULAN Pasca berakhirnya perang saudara di Spanyol pada tahun 1939, Francisco Franco langsung menyatakan dirinya sebagai El Claudilo atau pemimpin yang menggunakan kekuasaannya dengan menerapkan

Lebih terperinci

Pijar-Pijar Gagasan Soekarno

Pijar-Pijar Gagasan Soekarno Peringatan Hari Lahir Pancasila - 01 Juni 2015 11:20 wib Pijar-Pijar Gagasan Soekarno Faisal Ismail, Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta PADA sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis

Lebih terperinci

EKONOMI POLITIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 426 )

EKONOMI POLITIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 426 ) EKONOMI POLITIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 426 ) Dosen: 1. Dr. Ir. Aceng Hidiayat MT (Koordinator) 2. Dessy Rachmawatie SPt, MSi 3. Prima Gandhi SP, MSi KULIAH 3 : Teori Ekonomi Politik Marxian

Lebih terperinci

ZAMAN BURUK BAGI PUISI : SAJAK-SAJAK MARXIS BERTOLT BRECHT OLEH: NURJAMIATI NIM: A1B12001 PENDAHULUAN Muniroh dalam Membongkar Selubung Ideologi (No

ZAMAN BURUK BAGI PUISI : SAJAK-SAJAK MARXIS BERTOLT BRECHT OLEH: NURJAMIATI NIM: A1B12001 PENDAHULUAN Muniroh dalam Membongkar Selubung Ideologi (No ZAMAN BURUK BAGI PUISI : SAJAK-SAJAK MARXIS BERTOLT BRECHT OLEH: NURJAMIATI NIM: A1B12001 PENDAHULUAN Muniroh dalam Membongkar Selubung Ideologi (No Compromise edisi April 2004) menyimpulkan bahwa manusia,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONFLIK KARL MARX DAN DAHRENDORLF. proletar yang memperebutkan sumber-sumber ekonomi (alat-alat produksi).

BAB II TEORI KONFLIK KARL MARX DAN DAHRENDORLF. proletar yang memperebutkan sumber-sumber ekonomi (alat-alat produksi). 37 BAB II TEORI KONFLIK KARL MARX DAN DAHRENDORLF A. Teori Konflik Karl Marx Konflik merupakan pertentangan antara kelas borjuis melawan kelas proletar yang memperebutkan sumber-sumber ekonomi (alat-alat

Lebih terperinci

KOMUNIS; SEJARAH GERAKAN SOSIAL DAN IDIOLOGI KEKUASAAN. Oleh: Erdi Rujikartawi. Kata Kunci : Komunisme, Idiologi, dan Gerakan Sosial

KOMUNIS; SEJARAH GERAKAN SOSIAL DAN IDIOLOGI KEKUASAAN. Oleh: Erdi Rujikartawi. Kata Kunci : Komunisme, Idiologi, dan Gerakan Sosial KOMUNIS; SEJARAH GERAKAN SOSIAL DAN IDIOLOGI KEKUASAAN Oleh: Erdi Rujikartawi Abstrak Kekuasaan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari hirukpikuk kehidupan dunia. Dalam kekuasaan dominasi idiologi menjadi

Lebih terperinci

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para BAB 5 KESIMPULAN Gerwani adalah organisasi perempuan yang disegani pada masa tahun 1950- an. Gerwani bergerak di berbagai bidang. Yang menjadi fokus adalah membantu perempuan-perempuan terutama yang tinggal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Gerakan Partai Komunis Indonesia : Strategi Partai Dalam Mencapai Kekuasaan Politik Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, bebas dan jujur.tetapi pemilihan umum 1955 menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Skripsi ini berjudul Perbandingan Pemikiran Musso dan Dipa Nusantara

BAB III METODE PENELITIAN. Skripsi ini berjudul Perbandingan Pemikiran Musso dan Dipa Nusantara 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Skripsi ini berjudul Perbandingan Pemikiran Musso dan Dipa Nusantara Aidit tentang Komunisme di Indonesia. Dari judul tersebut, maka penulis mencari

Lebih terperinci

Presiden Seumur Hidup

Presiden Seumur Hidup Presiden Seumur Hidup Wawancara Suhardiman : "Tidak Ada Rekayasa dari Bung Karno Agar Diangkat Menjadi Presiden Seumur Hidup" http://tempo.co.id/ang/min/02/18/nas1.htm Bung Karno, nama yang menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemuda sebagai generasi penerus sebuah bangsa, kader Selakigus aset. pengawasan pelaksanaan kenegaraan hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pemuda sebagai generasi penerus sebuah bangsa, kader Selakigus aset. pengawasan pelaksanaan kenegaraan hingga saat ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus sebuah bangsa, kader Selakigus aset masyarakat. Seseorang atau komunitas manusia muda yang biasa di identikan dengan ke dinamisan

Lebih terperinci

Hubungan Aliansi Rusia-Iran dan Upaya Mencapai Hegemoni Rusia

Hubungan Aliansi Rusia-Iran dan Upaya Mencapai Hegemoni Rusia Hubungan Aliansi Rusia-Iran dan Upaya Mencapai Hegemoni Rusia Lebih dari dua abad lamanya Negara Rusia tidak pernah jauh dari pusat perpolitikan Iran, baik itu sebagai musuh politik dan terkadang menjadi

Lebih terperinci

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK KISI-KISI UKG 2015 SEJARAH Indikator Pencapaian b c d e 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, 1.1 Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Desain Negara Indonesia Merdeka terbentuk sebagai Negara modern, dengan kerelaan berbagai komponen pembentuk bangsa atas ciri dan kepentingan primordialismenya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada awal abad ke-20, sewaktu mulai timbul akan kesadaran dan paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan pembuka jalan bagi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Terdapat beberapa hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Terdapat beberapa hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang 168 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam bab sebelumnya. Terdapat

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. Jika melihat negara Cina sekarang, kita akan melihat negara yang maju.

BAB I PEDAHULUAN. Jika melihat negara Cina sekarang, kita akan melihat negara yang maju. BAB I PEDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Jika melihat negara Cina sekarang, kita akan melihat negara yang maju. Kemajuan negara Cina tentu tidak terjadi begitu saja, ada suatu proses yang cukup panjang untuk

Lebih terperinci

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: 05 Fakultas DESAIN SENI KREATIF Pancasila Sebagai Dasar Negara Modul ini membahas mengenai Pancasila Sebagai Dasar Negara Yang Merupakan Ideologi Terbuka, Batasan keterbukaan Pancasila sebagai

Lebih terperinci

Kelompok 10. Nama :- Maria Yuni Artha (197) - Neni Lastanti (209) - Sutarni (185) Kelas : A5-14

Kelompok 10. Nama :- Maria Yuni Artha (197) - Neni Lastanti (209) - Sutarni (185) Kelas : A5-14 Kelompok 10 Nama :- Maria Yuni Artha (197) - Neni Lastanti (209) - Sutarni (185) Kelas : A5-14 SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIIL 1959-1966 1. Pengertian Sistem Pemerintahan Presidensial Sistem presidensial

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan Revolusi merupakan perlawanan penjajah terhadap Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan Revolusi merupakan perlawanan penjajah terhadap Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Revolusi adalah pergolakan politik, sosial ekonomi dan kebudayaan yang membawa perubahan terhadap keadaan sebelum terjadinya Revolusi. Tujuan sebuah revolusi

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR AJARAN IDEOLOGI KOMUNISME. Ideologi berasal dari kata idea dan logos, secara harfiah dapat diartikan sebagai

BAB II DASAR-DASAR AJARAN IDEOLOGI KOMUNISME. Ideologi berasal dari kata idea dan logos, secara harfiah dapat diartikan sebagai 29 BAB II DASAR-DASAR AJARAN IDEOLOGI KOMUNISME A. Pengertian Ideologi Ideologi berasal dari kata idea dan logos, secara harfiah dapat diartikan sebagai aturan atau hukum tentang ide. Istilah ideologi

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: DEMOKRASI ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1. MENYEBUTKAN PENGERTIAN, MAKNA DAN MANFAAT

Lebih terperinci

Relevansi Pemikiran Bung Karno dalam Era Globalisasi. Oleh Max Lane. Oldefo vs Nefo

Relevansi Pemikiran Bung Karno dalam Era Globalisasi. Oleh Max Lane. Oldefo vs Nefo Relevansi Pemikiran Bung Karno dalam Era Globalisasi Oleh Max Lane Oldefo vs Nefo Indonesia sekarang menghadapi serangan dari negara-negara industri, terutama Amerika Serikat, Eropa Barat, Jepang, dan

Lebih terperinci

A. Pengertian Orde Lama

A. Pengertian Orde Lama A. Pengertian Orde Lama Orde lama adalah sebuah sebutan yang ditujukan bagi Indonesia di bawah kepemimpinan presiden Soekarno. Soekarno memerintah Indonesia dimulai sejak tahun 1945-1968. Pada periode

Lebih terperinci

Pendekatan Historis Struktural

Pendekatan Historis Struktural Teori modernisasi ternyata mempunyai banyak kelemahan sehingga timbul sebuah alternatif teori yang merupakan antitesis dari teori modernisasi. Kegagalan modernisasi membawa kenajuan bagi negara dunia ketiga

Lebih terperinci

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA NAMA : FELIX PRASTYO NIM : 11.12.6219 KELOMPOK : J PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PERANG SAUDARA DI RUSIA

PERANG SAUDARA DI RUSIA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada tahun 1917, Rusia mengalami sebuah peristiwa yang menandai munculnya sebuah pemerintahan baru yang berbentuk Republik Sosialis. Peristiwa itu yakni

Lebih terperinci

Resensi buku: Barrington Jr Moore.1967 SOCIAL ORIGINS OF DICTATORSHIP AND DEMOCRACY: LORD AND PEASENT IN THE MAKING OF THE MODERN WORLD

Resensi buku: Barrington Jr Moore.1967 SOCIAL ORIGINS OF DICTATORSHIP AND DEMOCRACY: LORD AND PEASENT IN THE MAKING OF THE MODERN WORLD Resensi buku: Barrington Jr Moore.1967 SOCIAL ORIGINS OF DICTATORSHIP AND DEMOCRACY: LORD AND PEASENT IN THE MAKING OF THE MODERN WORLD 11 Oleh: Sulthan Zainuddin ABSTRAK Dalam bukunya Social Origins of

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan pemaparan mengenai metode penelitian yang penulis gunakan dalam menganalisis masalah dalam karya ilmiah ini. Penulis membuat skripsi dengan judul Strategi Mao

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasca revolusi. Revolusi Indonesia yang juga dikenal sebagai revolusi nasional

BAB I PENDAHULUAN. pasca revolusi. Revolusi Indonesia yang juga dikenal sebagai revolusi nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Revolusi Indonesia, umumnya dipahami sebagai perubahan radikal dalam kehidupan bermasyarakat. Ini terlihat dari perubahan struktur sosial masyarakat pasca revolusi.

Lebih terperinci

Pengrtian demokrasi paling klasik dan masih di akui akurasi defenisinya sampai sekarang adalah pengertian demokrasi seperti disampaikan pada masa

Pengrtian demokrasi paling klasik dan masih di akui akurasi defenisinya sampai sekarang adalah pengertian demokrasi seperti disampaikan pada masa Pengrtian demokrasi paling klasik dan masih di akui akurasi defenisinya sampai sekarang adalah pengertian demokrasi seperti disampaikan pada masa yunani kuno, dimana demokrasi di sebutkan sebagai kekuasaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai BAB V KESIMPULAN Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai masa penjajahan Belanda merupakan hal yang sangat kompleks. Tan Malaka sedikit memberikan gambaran mengenai kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN SOSIAL KARL MARX. menunjuk pada perubahan sosial yang telah terjadi pada masyarakat

BAB II PERUBAHAN SOSIAL KARL MARX. menunjuk pada perubahan sosial yang telah terjadi pada masyarakat 40 A. Teori Perubahan Sosial BAB II PERUBAHAN SOSIAL KARL MARX Kehidupan sosial itu sendiri tidak pernah bisa terlepas dari adanya suatu proses untuk menuju dalam perkembangan. Sebagaimana perubahan sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bila masa depan adalah kenyataan, apakah masa depan akan dialami oleh setiap orang? Jawabannya bisa iya bisa tidak. Tetapi yang paling terpenting adalah masa depan itu

Lebih terperinci

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk

Lebih terperinci