Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 2 Agustus 2012 : 63-74
|
|
- Suparman Sugiarto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 2 Agustus 2012 : PEMANFAATAN WASTE DAN TAILING UNTUK PEMBUATAN BATA CETAK DARI KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH EMAS DAERAH CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA DAN WALURAN KABUPATEN SUKABUMI (UTILIZATION OF WASTE DAN TAILING FOR MAKING MOULDED BRICK GOLD FROM ORE MINING ACTIVITY IN CINEAM AREA TASIKMALAYA REDENCY AND WALURAN AREA SUKABUMI REGENCY) Widodo 1, Priyo Hartanto 1, Danang Nor Arifin 2, Firman Arifianto 2 1). Puslit Geoteknologi-LIPI Komplek LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung ). UPT Loka Uji Teknik Penambangan Jampang Kulon-LIPI Jl. Cihaur No. 2 Desa Kertajaya, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi Pos-el: Widodo <wwwidodo01@gmail.com>; (Diterima 06 Juni 2012; Disetujui 01 Agustus 2012) ABSTRAK Telah dilakukan percobaan pemanfaatan batuan hasil penambangan yang tidak diolah (waste) dan ampas (tailing) hasil pengolahan bijih emas metode amalgamasi dari Sukabumi dan Tasikmalaya sebagai bahan baku untuk pembuatan bata cetak. Percobaan ini dilakukan untuk mengkaji kemungkinan pemanfaatan waste dan tailing sebagai bahan baku pembuatan bata cetak berdasarkan ukuran butir dan kuat tekan. Dalam percobaan tahap pertama dan kedua, komponen utama waste dan tailing, serta bahan tambahan felsfar dan binder WG (waterglass) dibuat dengan perbandingan volume tetap; sedangkan binder PC (portland cement) yang ditambahkan dalam percobaan tahap ketiga dibuat sebagai variabel. Perbandingan bahan campuran waste : tailing : felsfar : binder masing-masing 3,3 : 9,1 : 3,3 : 1,0 untuk percobaan tahap pertama, dan 2,4 : 6,67 : 2,4 : 1,0 untuk percobaan tahap kedua. Percobaan tahap kedua merupakan perbaikan dari percobaan tahap pertama. Percobaan tahap ketiga yaitu menggunakan campuran bahan yang terbaik berdasarkan hasil percobaan tahap kedua, binder PC dengan tujuan supaya lebih sesuai untuk diterapkan dalam masyarakat. Berdasarkan kuat tekan, hasil percobaan tahap pertama belum memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bata cetak, sedangkan percobaan tahap kedua sebagian (50 %) telah memenuhi syarat, dan percobaan tahap ketiga telah memenuhi syarat sebagai bata cetak dengan nilai kuat tekan minimal 50 kg/cm2 menurut SNI No Kanta kunci: penambangan, pengolahan, waste, tailing, bata cetak ABSTRACT An experiments has been carried out to utilize untreated mined rock (waste) and tailings in processing gold ore using amalgamation method as raw material for making moulded brick in Sukabumi and Tasikmalaya. The experiment was conducted to asses the likely utilization of waste and tailing as raw material for making moulded brick by particle size and compressive strength. In the first and the second steps of the experimentation, the main component of waste and tailing as well as additional materials felsfar and WG binder were done with the constant volume ratio, while the PC binder was added in the third step of the experimentation as the variable ratio. The Comparison of the mixed material were : tailings: felsfar = binder 3.3: 9.1: 3.3: 1.0 respectively for the first step of the experimentation and 2.4: 6.67: 2.4: 1.0 for the second step of the experimentation as the improvement from the first step of the experimentation. The third step of the experimentation used the best mixture ratio based on the results of the second step of the experimentation by using a PC binder with the objective to be suitable in application in the society. Based on the compressive strength of the experimental results of moulded brick it shows that the first step of the experimentation is not suitable for moulded brick, while the 50 % result of the second step of the experimentation is suitable for moulded brick, and the third step of the experimentation is suitable for moulded brick with the minimum compressive strength of 50 kg/cm2 according to SNI No Key words : mining, processing, waste, tailings, moulded brick 63
2 Pemanfaatan Waste Dan Tailing Untuk Pembuatan Bata Cetak Dari Kegiatan Pertambangan Bijih Emas Daerah Cineam Kabupaten Tasikmalaya Dan Waluran Kabupaten Sukabumi (Widodo 1, Priyo Hartanto 2, Danang Nor Arifin 3, dan Firman Arifianto 4 ) PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan nasional yang berwawasan lingkungan adalah terciptanya keserasian hubungan antara manusia dengan lingkungan alam di sekitarnya, melalui pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, pengelolaan bahan galian harus diupayakan secara optimal sesuai dengan azas konservasi dan berwawasan lingkungan, dengan menekan dampak negatif yang ditimbulkan sampai seminimal mungkin. Usaha pertambangan, oleh sebagian masyarakat sering dianggap sebagai penyebab kerusakan dan pencemaran lingkungan. Sebagai percontoh di kawasan Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Tasikmalaya, Sukabumi, dan Bogor, terdapat pertambangan bijih emas skala kecil yang masih menggunakan metode pengolahan bijih emas sederhana (amalgamasi). Pada pengolahan bijih emas metode amalgamasi, merkuri (Hg) dicampur dengan bijih emas yang berukuran halus, sehingga terbentuk ikatan emas dengan merkuri yang dikenal sebagai amalgam. Merkuri ini tidak membentuk amalgam dengan silika dan mineral-mineral pengotor seperti besi sulfida (pirit) dan mineral-mineral oksida lainnya, sehingga silika dan mineral-mineral pengotor tersebut dipisahkan sebagai residu. Residu ini berupa limbah padat, yang disebut juga dengan istilah tailing (ampas). Tailing secara teknis didefinisikan sebagai material halus, yaitu merupakan mineral yang tersisa setelah mineral berharganya diambil dalam suatu proses pengolahan bijih (Wills, 1988). Dalam kamus istilah teknik pertambangan umum, tailing diidentikkan dengan ampas. Tailing juga didefinisikan sebagai limbah proses pengolahan mineral yang butirannya berukuran relatif halus (Marcus, 1997). Sementara waste adalah material buangan yang berupa batuan yang dipisahkan dari bijih (batuan yang mengandung logam). Buangan yang berupa waste dan tailing ini belum dimanfaatkan, sehingga semakin hari semakin banyak dan berpotensi mencemari lingkungan. Konsep pengelolaan lingkungan dalam penelitian ini adalah pemanfaatan limbah melalui rekayasa dengan teknologi sederhana agar dapat diterapkan oleh masyarakat di lingkungan pertambangan skala kecil. Prinsip dasar kerangka pikir adalah mengubah karakter limbah (material buangan) melalui proses teknologi secara sederhana dengan menambahkan bahan aditif untuk membentuk material baru. Karena proses teknologinya sederhana dan efektif, diharapkan pemanfaatan limbah dapat diapresiasi oleh para penambang dan pengolah bijih emas skala kecil maupun masyarakat di sekitarnya. Untuk itu dilakukan percobaan pembuatan bata cetak dengan campuran waste dan tailing dengan anorganik binder dan air. Binder adalah istilah untuk bahan pengikat. Termasuk bahan binder adalah portland cement (PC) dan water glass (WG). Apabila portland cement atau waterglass ditambah dengan air, campuran ini dapat berfungsi sebagai binder (Sumarnadi, 2007). Percobaan meliputi proses pembuatan benda uji bata cetak yang terdiri atas penyiapan bahan, formulasi, pencampuran untuk membuat adonan, pencetakan, dan pengeringan. Hasil percobaan tersebut kemudian diuji kuat tekan dan dievaluasi menggunakan standar SNI tentang bata sebagai bahan bangunan. Tujuan penelitian ini adalah mencari solusi pemanfaatan waste dan tailing untuk pembuatan bata cetak. Dengan pemanfaatan limbah padat sebagai bata cetak diharapkan dapat mengurangi jumlah material buangan dan kerusakan lingkungan. Pembuatan bata cetak sebagai bahan bangunan memberikan nilai tambah dari sisi ekonomi, dan menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat di sekitarnya. Batasan masalah dalam penelitian adalah pemanfaatan waste dan tailing dengan penambahan anorganik binder sebagai bahan pengikat untuk pembuatan bata cetak. Unsur-unsur pencemar merkuri (Hg) dan logam-logam berat seperti Mn, Cu, Cd, Zn, Pb, Cr, dan As serta komposisi mineral tidak dibahas. Metodologi penelitian terdiri atas penelitian di lapangan dan laboratorium. Penelitian lapangan terdiri atas pengambilan percontoh waste dan tailing, sedangkan penelitian laboratorium terdiri atas karakterisasi percontoh, percobaan pembuatan benda uji bata cetak, dan pengujian kuat tekan benda uji bata cetak. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat mengurangi jumlah waste dan tailing serta kerusakan lingkungan. Keuntungan pembuatan bata cetak ini dibandingkan dengan batu bata yang terbuat dari lempung atau batako dengan bahan baku pasir/trass adalah (1). memanfaatkan waste dan tailing sebagai bahan baku pembuatan bata cetak. Selama ini waste dan tailing tidak laku untuk dijual dibandingkan dengan lempung/pasir/trass yang memiliki harga jual, dan (2) pembuatan bata cetak dengan bahan baku waste dan tailing tidak memerlukan pemanasan seperti halnya pada pembuatan batu bata (bata merah). Dengan pembuatan bata cetak, waste dan tailing yang selama ini belum dimanfaatkan akan mempunyai nilai tambah ekonomi dan menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat di sekitar lokasi penambangan dan pengolahan bijih emas. 64
3 Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 2 Agustus 2012 : Selain itu diharapkan juga dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam perencanaan reklamasi pascatambang emas skala kecil pada khususnya, dan penerapannya dalam industri pertambangan maupun bahan bangunan pada umumnya. KEADAAN UMUM DAERAH PERTAMBANGAN EMAS Lokasi dan kesampaian daerah pertambangan emas terletak di Kecamatan Simpenan, Kecamatan Waluran Kabupaten Sukabumi, dan Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya (Gambar 1). Kecamatan Simpenan dan Kecamatan Waluran Kabupaten Sukabumi dapat dicapai dengan kendaraan roda empat dari Kecamatan Pelabuhan Ratu kearah Kiaradua-Surade (Ujung Genteng). Jarak Kota Bandung - Kota Sukabumi sekitar 90 km, sedangkan Kota Sukabumi-Kecamatan Simpenan diperkirakan 80 km dan Kota Sukabumi- Kecamatan Waluran diperkirakan 100 km. Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya juga dapat dicapai dengan kendaraan roda empat, melalaui Kecamatan Manonjaya dengan jarak kurang lebih 40 km dari Kabupaten Tasikmalaya. Kota Kabupaten Ibukota Kabupaten Gambar 1. Lokasi Penelitian. Secara geologis daerah Simpenan termasuk ke dalam Formasi Jampang Tmjv (Sukamto, 1975) sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2. Formasi Jampang terdiri atas batuan hasil kegunungapian bawah laut berbutir halus hingga sangat kasar yang berumur Miosen Bawah. Formasi Jampang mengalami proses perlipatan yang disebabkan oleh gaya kompresi, adanya gaya kompresi menimbulkan sesar mendatar dengan arah sekitar N30 o E dan N320 o -355 o E. Berdasarkan percontoh urat kuarsa yang mengandung logam yang diteliti dengan mikroskopik bijih, diketemukan 65
4 Pemanfaatan Waste Dan Tailing Untuk Pembuatan Bata Cetak Dari Kegiatan Pertambangan Bijih Emas Daerah Cineam Kabupaten Tasikmalaya Dan Waluran Kabupaten Sukabumi (Widodo 1, Priyo Hartanto 2, Danang Nor Arifin 3, dan Firman Arifianto 4 ) emas berukuran halus - sedang yang terletak di dalam atau mengisi (cavity fillings) retakan atau batas kristal-kristal pirit dan masa dasar kuarsa (Indarto drr., 1987). Endapan bijih emas primer terdiri atas zona urat hasil pengisian retakan oleh larutan hidrotermal (fracture filling vein) dan zona urat hasil pengisian rekahan (fissure filling vein); urat umumnya berupa veinlet. B U S T Aluminiun Dan Endapan Pantai Sedimen Pantai Citanglar Endapan Undak Muda Endapan Undak Tua Bagian Bawah Forasi Bentang Formasi Lengong Formasi Jampang Anggota Cikarang Anggota Ciseureuh Formasi Rajamandala Breksi Gunung Api Peta Indeks Gambar 2. Peta geologi daerah kertajaya dan sekitarnya (Sukamto, 1975). Daerah Waluran termasuk ke dalam Formasi Jampang Tmjv (Gambar 3). Formasi Jampang terdiri atas tiga satuan, yaitu bagian utama sebagian besar adalah breksi gunung api berbutir halus hingga kasar, Anggota Formasi Cikarang (Tmjc) yang terdiri atas tufa dan tufa lapili, dan Anggota Ciseureuh (Tmja) terdiri atas aliran andesit dan basal (Sukamto, 1975). Mineralisasi di daerah Waluran dijumpai pada lava andesit dan intrusi dasit, yang ditandai oleh munculnya ubahan klorit, karbonat, mineral lempung, dan kuarsa. Kuarsa banyak dijumpai dalam bentuk veinlets maupun urat berukuran tebal antara 0,1 1,0 m, yang di beberapa tempat mengandung mineral bijih sulfida. Jurus urat U 300 o T - U 340 o T dengan kemiringan 50 o sampai mendekati 90 o. Kuarsa veinlets mempunyai ketebalan beberapa cm dengan arah tidak teratur, yang memotong kedudukan urat kuarsa. Urat dan veinlets kuarsa ini terdapat dalam dasit yang di beberapa tempat menerobos lava andesit. B U S T Aluminiun Dan Endapan Pantai Sedimen Pantai Citanglar Endapan Undak Muda Endapan Undak Tua Bagian Bawah Forasi Bentang Formasi Lengong Formasi Jampang Anggota Cikarang Anggota Ciseureuh Formasi Rajamandala Breksi Gunung Api Peta Indeks Gambar 3. Peta geologi daerah waluran dan sekitarnya (Sukamto, 1975) 66
5 Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 2 Agustus 2012 : Daerah Cineam termasuk ke dalam Hasil Gunung Api Tua (QTvs) sebagaimana tercantum pada Gambar 4. Hasil Gunung Api Tua terdiri atas perselingan breksi, lava, tufa, dan lahar, bersusunan andesit sampai basal hasil kegiatan gunung api strato Sawal (Budhitrisna, 1987). Mineralisasi di daerah Cikondang Kecamatan Cineam dijumpai pada lava andesit, urat kuarsa banyak dijumpai dalam bentuk veinlets maupun urat berukuran tebal antara 0,5-1,1 m umumnya mengandung mineral bijih sulfida, jurus urat U 300 o T - U 345 o T dengan kemiringan 40 o sampai 80 o. Breksi Gunung Api Gunung Galunggung Hasil Gunungapi Muda Hasil Gunungapi Tua Forasi Halang Formasi Bentang Batugamping Kalipucung Formasi Jampang Sungai Jalan Peta Indeks Gambar 4. Peta Geologi Daerah Cineam dan sekitarnya (Budhitrisna, 1987). Kegiatan Pertambangan Penambangan bijih emas di daerah Simpenan, Waluran, dan Cineam dilakukan dengan membuat sumuran (shaft). Kegiatan penambangan diawali dengan menggali lubang tambang secara vertikal (sumuran), kemudian penggalian diteruskan dengan mengikuti arah urat kuarsa yang mengandung emas. Penggalian batuan/bijih emas menggunakan palu dan pahat, batuan/bijih emas yang didapat diangkut ke permukaan bumi menggunakan bak (jerigen) yang ditarik dengan katrol (goelan) seperti disajikan pada Gambar 5. Bijih emas hasil penambangan kemudian diolah menggunakan metode amalgamasi. Gambar 5. Sumuran untuk menambang bijih emas (Foto diambil di Cineam Tahun 2010). 67
6 Pemanfaatan Waste Dan Tailing Untuk Pembuatan Bata Cetak Dari Kegiatan Pertambangan Bijih Emas Daerah Cineam Kabupaten Tasikmalaya Dan Waluran Kabupaten Sukabumi (Widodo 1, Priyo Hartanto 2, Danang Nor Arifin 3, dan Firman Arifianto 4 ) Kegiatan penggalian bijih emas ini menghasilkan material buangan (waste) yang ditimbun di sekitar lubang penambangan, masyarakat setempat menyebutnya dengan istilah gampingan dan piritan. Gampingan sebetulnya tufa, sedangkan piritan adalah batuan yang mengandung pirit. Semakin dalam lubang penggalian dan semakin banyak lubang yang digali, semakin banyak limbah padatan yang terkumpul (Gambar 6). Gambar 6. Waste hasil penambangan bijih emas (Foto diambil di Cineam Tahun 2010). Setelah bijih emas didapatkan dari dalam lubang tambang, proses selanjutnya melakukan pengurangan / pengecilan ukuran bijih emas untuk memudahkan / mempercepat dalam proses pengolahan selanjutnya. Pengolahan bijih emas dengan metode amalgamasi yang menggunakan gelundung juga menghasilkan limbah (tailing), tailing dari gelundung ini ditampung dalam suatu bak penampungan (Gambar 7). Gampingan, piritan, dan andesit sebagai waste hasil penambangan dan tailing hasil pengolahan bijih emas menggunakan gelundung inilah yang berpotensi merusak dan mencemari lingkungan di sekitarnya. Gambar 7. Gelundung (Foto diambil di Cineam Tahun 2010). METODOLOGI PENELITIAN Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan bata cetak adalah sebagai berikut: a. Pengumpulan data sekunder Dalam tahap awal penelitian, dilakukan pencarian data sekunder baik melalui media internet, bukubuku, maupun literatur-literatur yang telah ada. Data ini digunakan sebagai data pendukung saat dilakukan kegiatan penelitian, baik saat pelaksanaan penelitian di lapangan maupun dalam mencari solusi dari masalah dalam penelitian ini. Dengan adanya data sekunder, maka dapat diketahui gambaran awal kondisi di lapangan dan solusi-solusi yang akan diambil nantinya. b. Pengambilan percontoh waste dan Tailing. c. Penelitian di laboratorium meliputi karakterisasi waste dan tailing, uji coba pembuatan benda uji bata cetak (Gambar 8), dan pengujian kuat tekan benda uji bata cetak. 68
7 Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 2 Agustus 2012 : PENAMBANGAN BATUAN (WASTE) BIJIH EMAS PENGOLAHAN (AMALGAMASI) TAILING AMALGAM BAHAN PENGIKAT (BINDER) BATA CETAK AIR RAKSA PENGERINGAN UDARA BEBAS EMAS ANALISIS KUAT TEKANAN Gambar 8. Diagram alir pemanfaatan waste dan tailing untuk bata cetak BAHAN DAN PERALATAN Bahan percobaan yang digunakan adalah percontoh waste dan tailing yang diambil dari pertambangan emas skala kecil di Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya, Kecamatan Simpenan dan Kecamatan Waluran Kabupaten Sukabumi. Felsfar sebagai bahan tambahan diambil dari Pasir Malangati Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya. Sebagai pengikat bahan campuran digunakan binder waterglass (binder WG) dan binder portland cement (binder PC). Percontoh tailing dikeringkan dalam oven pada temperatur o C selama 2 jam untuk menghilangkan kadar airnya, kemudian dilakukan homogenisasi dan pembagian percontoh (Gambar 9) (TCM) (TWN) (TSN) Gambar 9. Percontoh tailing yang telah dikeringkan Keterangan: TCM = Tailing Cineam; TWN = Tailing Waluran; TSN=Tailing Simpenan). Untuk mengetahui distribusi ukuran butirnya, waste dan tailing diayak menggunakan ayakan getar (sieve shaker) standar ASTM (American Society fot Testing and Materials) ukuran 4 mesh, 8 mesh, 16 mesh, 40 mesh, 60 mesh, 80 mesh, 100 mesh, 140 mesh, dan 200 mesh. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui variasi jumlah (berat) dan ukuran butir masing-masing percontoh. Analisis kimia percontoh waste dan tailing dilakukan untuk mengetahui komposisi kimianya, seperti SiO 2, Al 2, Fe 2 O3, TiO 2, MgO, CaO, Na2O, K2O, dan Lost of Ignition (LOI). Sementara analisi fisika meliputi analisis besar butir waste dan tailing serta kuat tekan benda uji bata cetak. Peralatan yang digunakan adalah alat cetak tekan yang dioperasikan secara manual, alat tersebut dilengkapi dengan dua jenis matras dengan bentuk dan ukuran tertentu. Dalam percobaan ini menggunakan matras persegi panjang dengan ukuran 10 cm x 20 cm, dan tebal 5 cm (Gambar 9). 69
8 Pemanfaatan Waste Dan Tailing Untuk Pembuatan Bata Cetak Dari Kegiatan Pertambangan Bijih Emas Daerah Cineam Kabupaten Tasikmalaya Dan Waluran Kabupaten Sukabumi (Widodo 1, Priyo Hartanto 2, Danang Nor Arifin 3, dan Firman Arifianto 4 ) 20 Cm 20 Cm 10 Cm 10 Cm 4 Cm 8 Cm Gambar 10. Alat cetak tekan dan bentuk matras. PEMBENTUKAN BENDA UJI BATA CETAK Pembentukan benda uji bata cetak dari waste dan tailing menggunakan alat cetak tekan manual (Gambar 10) dan kondisi percontoh adonan siap cetak yang mempunyai kelembaban sesuai dengan formula yang telah ditentukan (Tabel 1). Sebagai bahan pengikat material campuran bata cetak, digunakan pengikat (binder) water glass (WG) dan portland cement (PC). Menurut Sumarnadi (2007) water glass (WG) dan portland cement (PC), rice hush carbon (RHC), dan flay ash (FA) apabila ditambah air dapat berperan sebagai binder. Mekanisme proses pembentukan benda uji bata cetak melalui tahapan kegiatan sebagai berikut: (1) pencampuran dan pengadukan, (2) pengepresan dengan alat cetak tekan manual, dan (3) pengeringan pada suhu kamar/udara terbuka. Tabel 1. Formula Bata Cetak Percobaan Tahap 1 Tahap 2 Perbandingan Bahan (volume) Tailing Waste Feldspar Binder WG 9,10 3,30-1,00 9,10-3,30 1,00 9,10 3,30-1,00 9,10-3,30 1,00 9,10 3,30-1,00 9,10-3,30 1,00 6,67 2,40-1,00 6,67-2,40 1,00 6,67 2,40-1,00 6,67-2,40 1,00 6,67 2,40-1,00 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis kimia percontoh unsur oksida waste dari daerah Cineam (WCM), Simpenan (WSN) dan Waluran (WWN) menunjukkan waste tersebut mengandung SiO 2 dan Al 2 yang cukup tinggi, masing-masing sebesar 66,60 % - 69,66 % untuk SiO 2 dan 12,20 % - 14,25 % untuk Al 2, sedangkan felsfar dari Pasir Malangati Cipatujah (FCH) mengandung SiO 2 = 76,80 % dan Al 2 = 13,39 % (Tabel 2). 70
9 Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 2 Agustus 2012 : Tabel 2. Kandungan Oksida Dalam Waste dan Felsfar Kandungan (%) Oksida WCM WSN WWN FCH SiO 2 68,02 66,60 69,66 76,80 Al 2 14,25 11,45 12,20 13,39 Fe 2 3,01 4,57 2,01 0,33 TiO 2 0,08 0,05 0,02 0,46 CaO 6,44 5,90 6,62 0,89 MgO 0,32 0,28 0,28 0,76 K 2 O 0,01 2,44 0,44 0,21 Na 2 O 0,24 1,87 0,87 5,21 HP 7,63 6,84 7,89 1,93 Begitu juga hasil analisis kimia percontoh unsur oksida tailing dari daerah Cineam (TCM), Simpenan (TSN) dan Waluran (TWN) menunjukkan tailing tersebut mengandung SiO2 dan Al 2 O3 yang cukup tinggi, masing-masing sebesar 71,06 % - 76,55 % untuk SiO2 dan 14,86 % - 15,68 % untuk Al 2 (lihat Tabel 3). Kandungan SiO 2 dan Al 2 dalam waste, tailing dan felsfar merupakan unsurunsur penting yang berfungsi sebagai kekuatan campuran bahan untuk pembuatan bata cetak. Kandungan SiO 2 yang lebih dari 40% akan berperan dalam pengerasan campuran, sedangkan Al 2 juga berperan meningkatkan kekerasan campuran (Fahruddin, 2010). Tabel 3. Hasil Analisis Kimia Tailing Kode Percontoh Unsur No. TCM TSN TWN Oksida Jumlah (%) 1 SiO 2 72,62 71,06 76,55 2 Al 2 15,17 14,86 15,68 3 Ca,86 2,92 1,94 Logam Jumlah (gr/ton) 4 Au 1,05 0,88 0,75 5 Ag 4,45 5,57 3,03 6 Hg 1,49 0,95 0,88 7 Fe 2,02 4,04 2,96 8 Zn 0,05 0,02-9 Mn 0, Pb 0,03 0,01 0,02 11 Cu 0,09 0,12 0,05 12 Cd As 0, Penggunaan campuran waste dan tailing untuk pembuatan bata cetak, perlu ditambah bahan yang mempunyai sifat mengikat (binder) seperti water glass, abu terbang, kapur atau semen (Sappanen, 1995; Sumarnadi, 2007). Dalam penelitian ini ditambahkan water glass (WG) dan semen portland (PC) yang memiliki sifat penyemenan, sehingga dapat mengikat campuran waste dan tailing serta memperbaiki luas permukaan dan kekuatan bata cetak. Masing-masing gr material waste dan tailing sebagai percontoh dikeringkan dalam oven pada temperatur 100 o C selama dua jam untuk waste dan 5 jam untuk tailing, kemudian diayak selama 30 menit. Berdasarkan hasil analisis besar butir diketahui bahwa waste didominasi oleh material ukuran kasar ( mesh) sebesar 49,840-51,850 % (Tabel 4), dan tailing didominasi material ukuran halus ( mesh) masing-masing sebesar 46,715 % - 73,247 % seperti yang dapat dilihat pada Tabel 5. 71
10 Pemanfaatan Waste Dan Tailing Untuk Pembuatan Bata Cetak Dari Kegiatan Pertambangan Bijih Emas Daerah Cineam Kabupaten Tasikmalaya Dan Waluran Kabupaten Sukabumi (Widodo 1, Priyo Hartanto 2, Danang Nor Arifin 3, dan Firman Arifianto 4 ) Tabel 4. Berat Fraksi Besar Butir Waste No. Ukuran Butir (mesh) Berat Fraksi WCM WSN WWN gram % gram % gram % ,60 2,060 8,75 0,875 17,05 1, ,24 50, ,50 51, ,40 49, ,02 18, ,18 22, ,28 25, ,44 8, ,48 10,548 82,80 8, ,10 4,910 43,90 4,390 42,76 4, ,06 4,806 35,25 3,525 21,15 2, ,22 4,822 18,08 1,808 25,60 2, ,08 3,108 12,46 1,246 37,78 3, ,18 3,618 30,40 3,040 19,18 1,918 Tabel 5. Berat Fraksi Besar Butir Tailing No. Ukuran Butir (mesh) Berat Fraksi TCM TSN TWN gram % gram % gram % ,98 1, ,74 1, ,40 0, ,73 1, ,54 1, ,13 1, ,26 4, ,26 2,026 13,13 1,313 12,69 1, ,99 6,599 16,26 1,626 20,44 2, ,08 8,908 13,17 1,317 71,23 7, ,15 46, ,47 73, ,16 71, ,94 29, ,97 22, ,28 11,628 Hasil percobaan pembuatan bata cetak pada tahap pertama menggunakan formula campuran bahan dengan perbandingan volume waste : tailing : felsfar : binder WG = 3,30 ; 9,10 : 3,30 : 1,00 dapat dikatakan gagal karena bata cetak bersifat rapuh, hancur, retak-ratak, dan terbelah pada saat dikeluarkan dari cetakan (Tabel 6). Kegagalan ini disebabkan karena jumlah binder WG yang digunakan dalam campuran jumlahnya kurang, untuk itu dilakukan perbaikan jumlah campuran bahan pada percobaan tahap kedua. Tabel 6. Hasil Pembuatan Bata Cetak Tahap Pertama No. Kode Perbandingan Bahan (volume) Waste Tailing Felsfar Binder WG Hasil Keterangan 1. CM1.1-9,10 3,30 1,00 Gagal Hancur saat dikeluarkan dari cetakan 2. CM1.2 3,30 9,10-1,00 Gagal Hancur saat dikeluarkan dari cetakan 3. SN1.1-9,10 3,30 1,00 Berhasil dicetak 4. SN1.2 3,30 9,10-1,00 Berhasil dicetak 5. WN1.1-9,10 3,30 1,00 Gagal 6. WN1.2 3,30 9,10-1,00 Berhasil dicetak Rapuh, hancur saat dilakukan pengeringan (50 %) Rapuh, hancur sebagian pada bagian pinggir bata saat dilakukan pengeringan (40 %) Terbelah saat dikeluarkan dari cetakan Rapuh, retak-retak pada saat dilakukan pengeringan (40 %) 72
11 Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 2 Agustus 2012 : Hasil percobaan pembuatan bata cetak pada tahap pertama menggunakan formula campuran bahan dengan perbandingan volume waste : tailing : felsfar : binder WG = 3,30 ; 9,10 : 3,30 : 1,00 dapat dikatakan gagal karena bata cetak bersifat rapuh, hancur, retak-ratak, dan terbelah pada saat dikeluarkan dari cetakan (Tabel 6). Kegagalan ini karena jumlah binder WG yang digunakan dalam campuran jumlahnya kurang, untuk itu dilakukan perbaikan jumlah campuran bahan pada percobaan tahap kedua. Hasil percobaan tahap kedua menggunakan formula campuran bahan dengan perbandingan volume waste Tabel 7. Pembuatan Bata Cetak Tahap Kedua : tailing : felsfar : binder WG = 2,40 ; 6,67 : 2,40 : 1,00 secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa bata berhasil dicetak dengan baik. Berdasarkan hasil uji kuat tekan bata cetak diketahui bahwa ternyata penambahan felsfar tidak berpengaruh terhadap kenaikan kuat tekan, dengan penambahan felsfar kuat tekan bata cetak 28,00-37,30 kg/cm2 dan tanpa penambahan felsfar kuat tekan bata cetak 48,85-69,60 kg/cm2 (Tabel 7). Hal ini disebabkan karena jumlah kandungan unsur SiO2 yang lebih dari 40% dan Al2O3 yang berperan meningkatkan kekerasan campuran bata dapat terpenuhi dari campuran bahan waste dan tailing. No. Kode Percontoh Perbandingan Bahan (volume) Waste Tailing Felsfar Binder WG Hasil Kuat Tekan (kg/cm2) 1. CM2.1-6,67 2,40 1,00 Berhasil dicetak 28,00 2. CM2.2 2,40 6,67-1,00 Berhasil dicetak 37,30 3. SN2.1-6,67 2,40 1,00 Berhasil dicetak 34,55 4. SN2.1 2,40 6,67-1,00 Berhasil dicetak 60,75 5. WN2.1-6,67 2,40 1,00 Berhasil dicetak 48,85 6. WN2.2 2,40 6,67-1,00 Berhasil dicetak 69,60 Prinsip dasar kerangka pikir dalam penelitian ini adalah mengubah karakter material buangan dan limbah melalui proses sederhana dengan menambahkan bahan aditif untuk membentuk material baru, dan diharapkan dapat diapresiasi/ dikembangkan oleh para penambang dan pengolah bijih emas skala kecil maupun masyarakat di sekitarnya. Supaya mudah dikembangkan oleh masyarakat di sekitar tambang, maka dalam percobaan pembuatan bata cetak tahap ketiga dipilih bahan aditif yang mudah dalam pengadaan dan pengerjaannya. Bahan aditif yang mudah dalam pengadaan dan pengerjaannya adalah binder PC. Penggunanan binder PC ini dipilih sebagai alternatif pengganti binder WG. Percobaan pembuatan bata cetak tahap ketiga menggunakan dasar hasil kuat tekan yang paling tinggi pada percobaan tahap kedua (Tabel 7) yaitu 60,75 kg/cm2 dengan percontoh dari Simpenan (SN2.1) dan 69,60 kg/cm2 dengan percontoh dari Waluran (WN.2.2). Formula yang digunakan dalam percobaan pembuatan bata cetak tahap ketiga adalah waste : tailing = 2,40 : 6,67 dibuat tetap, sedangkan binder PC 1,00 : 1,25 : 1,50 : 1,75 sebagai variabel (Tabel 8). Tabel 8. Pembuatan Bata Cetak Tahap Ketiga No. Kode Percontoh Perbandingan Bahan (volume) Waste Tailing Binder PC Kuat Tekan (kg/cm2) 1. SN-P1 2,40 6,67 1,00 52,50 2. WN-P1 2,40 6,67 1,00 59,35 3. SN-P2 2,40 6,67 1,25 54,60 4. WN-P2 2,40 6,67 1,25 61,80 5. SN-P3 2,40 6,67 1,50 60,05 6. WN-P3 2,40 6,67 1,50 66,30 7. SN-P4 2,40 6,67 1,75 65,50 8. WN-P4 2,40 6,67 1,75 71,15 Berdasarkan hasil percobaan pembuatan bata cetak tahap ketiga (Tabel 8, dan Gambar 9) kuat tekan bata cetak dengan binder PC (kuat tekan 52,50-65,50 kg/cm2) cenderung lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan binder WG (kuat tekan 59,35-71,15 kg/cm2), tetapi sama-sama masih memenuhi persyaratan SNI No (Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 1991) tentang bata merah pejal untuk pasangan dinding di bawah kelas 100 dan di atas kelas
12 Pemanfaatan Waste Dan Tailing Untuk Pembuatan Bata Cetak Dari Kegiatan Pertambangan Bijih Emas Daerah Cineam Kabupaten Tasikmalaya Dan Waluran Kabupaten Sukabumi (Widodo 1, Priyo Hartanto 2, Danang Nor Arifin 3, dan Firman Arifianto 4 ) ACUAN Kuat Tekan (kg/cm 2 ) 65,50 66,30 60,05 61,80 54,60 59,35 52,50 Gambar 10. Kuat tekan sebagai fungsi penambahan binder PC. SIMPULAN Binder PC SN-P1-SN-P4 WN-P1_WN-P4 Dari uraian dan analisis hasil percobaan tersebut di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut : Material waste dan tailing yang melimpah sebagai limbah dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bata cetak melalui proses teknologi secara sederhana dengan menambahkan bahan aditif untuk membentuk material baru. Agar pembuatan bata cetak ini mudah dikembangkan oleh masyarakat disekitar tambang, baik dalam pengadaan maupun pengerjaannya bahan aditif, dipilih bahan aditif binder PC sebagai alternatif pengganti binder WG. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kuat tekan bata cetak dengan binder PC cenderung lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan binder WG, tetapi masih memenuhi persyaratan SNI No tentang bata merah pejal untuk pasangan dinding di bawah kelas 100 dan di atas kelas 50. Hasil percobaan mengenai pemanfaatan material waste dan tailing ini diharapkan dapat memberi nilai tambah dari sisi lingkungan maupun dari sisi ekonomi. Selain ikut membantu pemerintah dalam mencegah/mengendalikan kerusakan lingkungan, juga dapat menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat di sekitar lokasi pertambangan. Budhitrisna, T., Geologi Lembar Tasikmalaya Jawa Barat, Skala 1 : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Bata Merah Pejal Untuk Pasangan Dinding. SNI No Fahruddin M., Pemanfaatan Abu Sekam Padi (Rice Husk Ash) Pada Pembuatan Batako Dengan Tambahan Perekat Limbah Padat Abu Terbang Batubara (Fly Ash) Sibolga. ( /19919/5/Chapter%20I.pdf, diakses tgl 14 November 2010). Indarto, S., Dharma, S.K., dan Sudaryanto, Penelitian Mineralisasi di Daerah Waluran, Kabupaten Sukabumi. Laporan Penelitian No. 11/PPPG/1987, Puslitbang Geoteknologi- LIPI, Bandung. Marcus, J. (Ed), Mining Environmental Handbook: Effects of Mining on the Environment and American Environmental Controls on Mining. Imperial College Press, London. Sappanen, P., Mining Industry. Transaction of the Institute of Mining and Metallurgy. Section : V. 104 (September-December). Sukamto, R., Geologi Lembar Jampang dan Balekambang Jawa, Skala 1: Direktorat Geologi, Bandung. Sumarnadi, E.T., Bata Keramik Suhu Bakar Rendah Sebagai Bahan Bangunan Konstruksi Ringan. Prosiding Seminar Geoteknologi. LIPI Press, Jakarta. Wills, B.A., Mineral Processing Technology: An Introduction to the Practical Aspects of Ore Treatment and Mineral Recovery. 4th edition, Pergamon Press. Ucapan Terima Kasih Dengan tersusunnya makalah ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Kepala UPT Loka Uji Teknik Penambangan Jampang Kulon - LIPI, atas kepercayaan dan dukungan yang diberikan selama penelitian dilakukan. Selain itu ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Luthfi Kurniawan, ST., Ir. Beladini, Asep Mulyono, ST., MT., dan Sugiman atas bantuan selama penelitian dilakukan; serta Jakah, AMd. atas penyempurnaan gambar peta. 74
PEMANFAATAN LIMBAH PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN BIJIH EMAS UNTUK PENGISI LUBANG BEKAS TAMBANG
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 21 No. 3 Desember 2011: 127 138 PEMANFAATAN LIMBAH PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN BIJIH EMAS UNTUK PENGISI LUBANG BEKAS TAMBANG Widodo
Lebih terperinciBuletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 83 96
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 83 96 UPAYA PENINGKATAN PEROLEHAN EMAS DENGAN METODE AMALGAMASI TIDAK LANGSUNG (Studi Kasus: Pertambangan
Lebih terperinciKONSEP PENGELOLAAN LINGKUNGAN KAWASAN INDUSTRI PANAS BUMI GUNA MENDUKUNG PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN : Aspek Pemanfaatan Limbah Padat
KONSEP PENGELOLAAN LINGKUNGAN KAWASAN INDUSTRI PANAS BUMI GUNA MENDUKUNG PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN : Aspek Pemanfaatan Limbah Padat Mutia Dewi Yuniati 1, Eko Tri Sumarnadi 1, Igna Hadi 1, Dyah Marganingrum
Lebih terperinciPencemaran air raksa (Hg) sebagai dampak pengolahan bijih emas di Sungai Ciliunggunung, Waluran, Kabupaten Sukabumi
Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 3 September 2008: 139-149 Pencemaran air raksa (Hg) sebagai dampak pengolahan bijih emas di Ciliunggunung, Waluran, Kabupaten Sukabumi Wi d o d o UPT Loka Uji Teknik Penambangan
Lebih terperinciSOLIDIFIKASI/STABILISASI LIMBAH TAILING YANG MENGANDUNG MERKURI (Hg) DARI PERTAMBANGAN EMAS SEBAGAI CAMPURAN DALAM PEMBUATAN CONCRETE (BETON) SKRIPSI
SOLIDIFIKASI/STABILISASI LIMBAH TAILING YANG MENGANDUNG MERKURI (Hg) DARI PERTAMBANGAN EMAS SEBAGAI CAMPURAN DALAM PEMBUATAN CONCRETE (BETON) SKRIPSI Oleh SUSI VIVIANA SIGIRO 130425009 DEPARTEMEN TEKNIK
Lebih terperinciPEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON
PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON Maria 1, Chris 2, Handoko 3, dan Paravita 4 ABSTRAK : Beton pozzolanic merupakan beton dengan penambahan material
Lebih terperinciKARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia
KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT Riski Febriani 1, Usman Malik 2, Antonius Surbakti 2 1 Mahasiswa Program Studi S1Fisika 2 Dosen Jurusan Fisika 2 Dosen Jurusan Fisika Fakultas Matematika
Lebih terperinciPemanfaatan Pasir Telaga Sari dan Styrofoam untuk Pembuatan Batako Ringan
Pemanfaatan Pasir Telaga Sari dan Styrofoam untuk Pembuatan Batako Ringan Sunarno, Nuzulul Fauzan Abadan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Balikpapan Jl. Soekarno-Hatta Km.8 Balikpapan, Telp. (0542)
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR
POLI-TEKNOLOGI VOL.11 NO.1, JANUARI 2012 PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR Amalia dan Broto AB Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang sudah pernah dilakukan dan dapat di jadikan literatur untuk penyusunan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ishaq Maulana
Lebih terperinciGravitasi Vol. 14 No.1 (Januari-Juni 2015) ISSN: ABSTRAK
PENGARUH VARIASI UKURAN PANJANG SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BATAKO The effect of the addition of coconut fiberto compressive strength and flexural strength on brick. Sitti Hajrah
Lebih terperinciPengaruh Perlakuan Amalgamasi Terhadap Tingkat Perolehan Emas dan Kehilangan Merkuri
Makalah Teknis Pengaruh Perlakuan Amalgamasi Terhadap Tingkat Perolehan Emas dan Kehilangan Merkuri Widodo a a UPT Loka Uji Teknik Penambangan Jampang Kulon-LIPI ABSTRACT The gold ore as the result from
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, inovasi dalam dunia konstruksi terus meningkat, seperti perkembangan kontruksi pada beton. Beton adalah salah satu bahan konstruksi yang
Lebih terperinciPENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT
PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT Abdul Halim, M. Cakrawala dan Naif Fuhaid Jurusan Teknik Sipil 1,2), Jurusan Teknik Mesin 3), Fak. Teknik, Universitas
Lebih terperinciINVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Armin Tampubolon Kelompok Program Penelitian Mineral SARI Secara regional, Pulau Sumba disusun oleh litologi yang berdasar
Lebih terperinciPENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate
14 Spektrum Sipil, ISSN 58-4896 Vol. 1, No. 2 : 14-149, September 214 PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate Joedono, Mudji Wahyudi
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian
11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan
Lebih terperinciKUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN
KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN Rudolvo Wenno Steenie E. Wallah, Ronny Pandaleke Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas
Lebih terperinciINVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT
INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT Oleh: Armin Tampubolon P2K Sub Direktorat Mineral Logam SARI Pada tahun anggaran 2005, kegiatan inventarisasi mineral
Lebih terperinciKARAKTERISTIK MORTAR DAN BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO
KARAKTERISTIK MORTAR DAN BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO Permana Putra Prasetio 1, Gary Kartadinata 2, Djwantoro Hardjito 3, dan Antoni 4 ABSTRAK : Penelitian ini membahas pengaruh ukuran
Lebih terperinciBeton Ringan Berbahan Dasar Lumpur Bakar Sidoarjo dengan Campuran Fly Ash dan Foam
Beton Ringan Berbahan Dasar Lumpur Bakar Sidoarjo dengan Campuran Fly Ash dan Foam Arie hadiwinata, Triwulan dan Pujo Aji Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo,
III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo, Kecamatan Metro Timur, Metro. Pengambilan sampel dilakukan pada awal musim penghujan namun
Lebih terperinciRESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:
RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:250.000 OLEH: Dr.Ir. Muhammad Wafid A.N, M.Sc. Ir. Sugiyanto Tulus Pramudyo, ST, MT Sarwondo, ST, MT PUSAT SUMBER DAYA AIR TANAH DAN
Lebih terperinciVol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK
PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK Oleh: Mulyati*, Saryeni Maliar** *Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ** Mahasiswa Jurusan
Lebih terperinciPROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Oktober 2014
M1O-01 MENGENALI INTERAKSI AIR SUNGAI DAN AIR TANAH, SERTA ANALISIS HUBUNGAN SIFAT KIMIA DAN FISIK AIR MELALUI METODA GRAFIK (ANALISIS NILAI R 2 ) DALAM PENYELESAIAN MASALAH KEKURANGAN AIR BERSIH WARGA
Lebih terperinciLIMBAH PADAT PABRIK KERAMIK SEBAGAI BAHAN CAMPURAN BATAKO DITINJAU TERHADAP KUAT TEKAN
LIMBAH PADAT PABRIK KERAMIK SEBAGAI BAHAN CAMPURAN BATAKO DITINJAU TERHADAP KUAT TEKAN Srie Subekti Dosen,Program studi D3 Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga
20 III. METODE PENELITIAN A. Umum Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Struktur Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Obyek dalam penelitian ini adalah paving block dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah padat abu terbang batubara ( fly ash ) Abu batubara sebagai limbah tidak seperti gas hasil pembakaran, karena merupakan bahan padat yang tidak mudah larut dan tidak
Lebih terperinciKEDUDUKAN STRATIGRAFI DAN REKAYASA PEMANFAATAN BALL CLAY
KEDUDUKAN STRATIGRAFI DAN REKAYASA PEMANFAATAN BALL CLAY UNTUK INDUSTRI KERAMIK (Studi Kasus : Desa Cicantayan dan Sekitarnya, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) Oleh Iit Adhitia
Lebih terperinciPOTENSI PEMANFAATAN LIMBAH PENGOLAHAN EMAS PROSES HEAP LEACHING
POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH PENGOLAHAN EMAS PROSES HEAP LEACHING Eko Sulistiyono 1*, Agus Budi Prasetyo 2, Ariyo Suharyanto 3 *123 Pusat Penelitian Metalurgi LIPI, Kawasan Puspiptek Serpong Tangerang Selatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pembangunan. Dengan meningkatnya pembangunan akan. dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan adanya pencemaran.
1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Di Indonesia pembangunan disektor industri terus meningkat sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan manusia di dalam mengelola dan mengolah
Lebih terperinciIII METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai bulan
525 III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai bulan oktober 2012 di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan spesimen
Lebih terperinciMANFAAT LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA Alisastromijoyo, ST, MT
MANFAAT LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA Alisastromijoyo, ST, MT Fly Ash dan Bottom Ash Fly ash dan bottom ash merupakan limbah padat yang dihasilkan dari pembakaran batubara pada pembangkit tenaga listrik.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai bulan
24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai bulan November 2012 di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan spesimen
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH MARMER UNTUK PEMBUATAN PAVING STONE
54 NEUTRON, VOL.10, NO.2, AGUSTUS 2010: 54-59 PEMANFAATAN LIMBAH MARMER UNTUK PEMBUATAN PAVING STONE Sri Utami ABSTRAK Limbah marmer di Campurdarat Kabupaten Tulungagung sangat berlimpah, karena Tulungagung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Limbah merupakan sisa yang tidak digunakan pada proses pengolahan suatu industri atau pabrik. Salah satu industri penghasil limbah batubara adalah industri oleokimia,
Lebih terperinciPEMANFAATAN BOTTOM ASH SEBAGAI AGREGAT BUATAN
PEMANFAATAN BOTTOM ASH SEBAGAI AGREGAT BUATAN Felicia Tria Nuciferani, Antoni, Djwantoro Hardjito ABSTRACT: The aim of this study is to explore the possible use of bottom ash as artificial aggregates.
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Geopolimer Geopolimer adalah bentuk anorganik alumina-silika yang disintesa melalui material yang mengandung banyak Silika (Si) dan Alumina (Al) yang berasal dari alam
Lebih terperinciPENELITIAN SEBARAN MERKURI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT, KABUPATEN MINAHASA UTARA, PROVINSI SULAWESI UTARA S A R I
PENELITIAN SEBARAN MERKURI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT, KABUPATEN MINAHASA UTARA, PROVINSI SULAWESI UTARA Rudy Gunradi Kelompok Penyelidikan Konservasi, Pusat Sumber Daya Geologi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian Pengaruh Substitusi Pasir Dengan Bottom Ash Terhadap Kuat Tekan, dilakukan di Laboratorium Material dan Struktur DPTS FPTK UPI,
Lebih terperinciEfek Substitusi Semen dengan Limbah Padat Industri Pupuk PT. Petrokimia terhadap Kuat Lentur Genteng Beton di PT.
Efek Substitusi Semen dengan Limbah Padat Industri Pupuk PT. Petrokimia terhadap Kuat Lentur Genteng Beton di PT. Varia Usaha Beton Oleh : Yultino Syaifullah F 3110030087 M. Rohim Lathiif 3110030091 Pembimbing
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat
III. METODE PENELITIAN A. Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat tekan paving block. Di Indonesia, paving block pada umumnya dibuat dari campuran semen, pasir, dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR SEMEN TIPE PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) DENGAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM.
PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR SEMEN TIPE PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) DENGAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM Skripsi Oleh Yani Maretisa No. Bp 0810411017 JURUSAN KIMIA FAKULTAS
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. didukung oleh hasil pengujian laboratorium.
II. TINJAUAN PUSTAKA II. a. Pozolan Pozolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika atau silika alumina dan alumina, yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen akan tetapi dalam bentuk yang
Lebih terperinciPENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH.
PENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik
Lebih terperinciBuletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 3 Desember 2012 :
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : 155-168 PEMANFAATAN ZEOLIT SEBAGAI PENYERAP HG DARI AIR SUNGAI CITAMBAL KECAMATAN CINEAM, KABUPATEN TASIKMALAYA
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN
BAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan yang di gunakan dalam pembuatan sampel bata skala lab adalah : 1. Lumpur Sidoarjo yang sudah dipasahkan dan dikeringkan dari airnya, 2. Lempung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland. dan air dengan perbandingan 1 semen : 7 pasir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batako 2.1.1 Pengertian Batako Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Menurut Tjokrodimuljo (1996), beton merupakan hasil pencampuran portland cement, air, dan agregat. Terkadang ditambah menggunakan bahan tambah dengan perbandingan tertentu,
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Semen Semen merupakan bahan yang bersifat hirolis yang bila dicampur air akan berubah menjadi bahan yang mempunyai sifat perekat. Penggunaannya antara lain meliputi beton, adukan
Lebih terperinciBahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit
III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. udara, air dan tanah berupa kegiatan industri dan pertambangan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, pencemaran logam berat cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya proses industrialisasi. Lajunya pembangunan dan penggunaan berbagai bahan baku
Lebih terperinciPENDATAAN PENYEBARAN UNSUR MERKURI PADA WILAYAH PERTAMBANGAN CIBALIUNG, KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN
PENDATAAN PENYEBARAN UNSUR MERKURI PADA WILAYAH PERTAMBANGAN CIBALIUNG, KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN Nixon Juliawan, Denni Widhiyatna, Junizar Jatim Sari Pengolahan emas dengan cara amalgamasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kaolin merupakan massa batuan yang tersusun dari mineral lempung dengan kandungan besi yang rendah, memiliki komposisi hidrous aluminium silikat (Al2O3.2SiO2.2H2O)
Lebih terperinciKARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO
KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO Sifat Umum Lumpur Sidoarjo merupakan lumpur yang keluar dari perut bumi, berasal dari bagian sedimentasi formasi Kujung, formasi Kalibeng dan formasi Pucangan. Sedimen formasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. A. Karakteristik Tanah Lempung
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Karakteristik Tanah Lempung Tanah selalu mempunyai peranan yang sangat penting pada suatu lokasi pekerjaan konstruksi. Kebanyakan problem tanah dalam keteknikan
Lebih terperinciBAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2.
BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian mortar dengan bahan tambahan abu merang dilakukan di Laboratorium Struktur dan Teknologi Bahan Konstruksi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciPERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR
PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, pembangunan infrastruktur bidang teknik sipil berkembang sangat pesat. Peningkatan pembangunan tersebut merupakan upaya memenuhi kebutuhan penduduk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Batako semen atau batako pres merupakan batako yang dibuat dari campuran semen, pasir atau dapat juga diberi bahan tambah seperti abu batu dan bahan lainya. Ada yang dibuat secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Batako merupakan salah satu jenis batu yang biasanya digunakan sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batako merupakan salah satu jenis batu yang biasanya digunakan sebagai dinding dalam sebuah konstruksi. Batako terbuat dari campuran antara semen, pasir dan air yang
Lebih terperinciKAJIAN KARAKTERISTIK MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN TAILING DAN ADDITIVE SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN
KAJIAN KARAKTERISTIK MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN TAILING DAN ADDITIVE SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN RONNY PANDALEKE Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado Email:ronny_pandaleke@yahoo.com
Lebih terperinciSTUDI AWAL PEMBUATAN HIGH VOLUME LIGHT WEIGHT SIDOARJO MUD CONCRETE BRICK
STUDI AWAL PEMBUATAN HIGH VOLUME LIGHT WEIGHT SIDOARJO MUD CONCRETE BRICK R. Susanto 1, A. S. Goey 2, D. Hardjito 3, Antoni 4 ABSTRAK : Penelitian ini menggunakan kadar lumpur Sidoarjo yang tinggi dan
Lebih terperinciKAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK
Media Teknik Sipil, Volume IX, Januari 2009 ISSN 1412-0976 KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK Endah Safitri, Djumari Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Lebih terperinciKARAKTERISTIK FISIK CAMPURAN BATU BATA DENGAN MEMANFAATKAN ABU SISA PEMBAKARAN LIMBAH KAYU Oleh : I Made Nada. Ida Bagus Suryatmaja.
KARAKTERISTIK FISIK CAMPURAN BATU BATA DENGAN MEMANFAATKAN ABU SISA PEMBAKARAN LIMBAH KAYU Oleh : I Made Nada. Ida Bagus Suryatmaja. Abstrak Industri pengolahan kayu didalam proses produksinya akan menghasilkan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 di
25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Karakterisasi sampel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam bangunan konstruksi. Beton memiliki berbagai kelebihan, salah satunya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton merupakan material yang sangat sering digunakan dalam berbagai macam bangunan konstruksi. Beton memiliki berbagai kelebihan, salah satunya adalah beton mempunyai
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Beton Konvensional Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat (semen). Beton mempunyai karakteristik tegangan hancur tekan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya beton digunakan sebagai salah satu bahan konstruksi yang sering dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material penyusunnya
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Geopolimer Beton geopolimer adalah senyawa silikat alumino anorganik, yang disintesiskan dari bahan-bahan produk sampingan seperti abu terbang (fly ash) dan abu sekam padi
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH ABU SEKAM PADI MENJADI NATRIUM SILIKAT
PEMANFAATAN LIMBAH ABU SEKAM PADI MENJADI NATRIUM SILIKAT Bambang Soeswanto, Ninik Lintang Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir Ds Ciwaruga, Bandung 40012 Telp/fax : (022) 2016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batu bata biasa digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan dinding
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batu bata merupakan salah satu komponen yang penting pada suatu bangunan. Batu bata biasa digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan dinding rumah/gedung. Batu bata
Lebih terperinciselanjutnya penulis mengolah data dan kemudian menyusun tugas akhir sampai
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dipakai adalah laboratorium BKT FTSP UII, laboratorium Teknik Lingkungan dan laboratorium terpadu Universitas Islam Indonesia. Adapun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Batako merupakan salah satu alternatif bahan dinding yang murah dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batako merupakan salah satu alternatif bahan dinding yang murah dan relatif kuat. Batako terbuat dari campuran pasir, semen dan air yang dipress dengan ukuran standard.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.
III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel 1. Tanah Lempung Anorganik Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN WATERGLASS PADA SIFAT MEKANIK BETON. Oleh: Anita Setyowati Srie Gunarti, Subari, Guntur Alam ABSTRAK
PENGARUH PENAMBAHAN WATERGLASS PADA SIFAT MEKANIK BETON Oleh: Anita Setyowati Srie Gunarti, Subari, Guntur Alam ABSTRAK Berbagai penelitian dan percobaan dibidang beton dilakukan sebagai upaya untuk meningkatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Non Pasir Beton merupakan bahan bangunan yang amat populer di masyarakat karena bahan dasarnya mudah diperoleh. Salah satu kekurangan dari beton adalah berat jenisnya
Lebih terperinciPENGARUH PEMANFAATAN ABU KERAK BOILER CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN (ADMIXTURE) SEMEN TERHADAP KUATTEKAN MORTAR
66 PENGARUH PEMANFAATAN ABU KERAK BOILER CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN (ADMIXTURE) SEMEN TERHADAP KUATTEKAN MORTAR (Jamizar *, Iskandar G. Rani **, Prima Yane Putri *** Email: Jamizar.civil07@gmail.com
Lebih terperinciStudi Awal Pemanfaatan Lusi sebagai Bahan Bangunan dengan Tambahan Tanah Sawah, Semen dan Kapur ABSTRAK
Studi Awal Pemanfaatan Lusi sebagai Bahan Bangunan dengan Tambahan Tanah Sawah, Semen dan Kapur Endang Kasiati, Boedi Wibowo Staf Pengajar Program Studi Diploma Teknik Sipil FTSP ITS en_kas @ce.its.ac.id
Lebih terperinciPENELITIAN PEMANFAATAN SERBUK BEKAS PENGGERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN BATA BETON (BATAKO) UNTUK PEMASANGAN DINDING
WAHANA INOVASI VOLUME 5 No.2 JULI-DES 16 ISSN : 89-8592 PENELITIAN PEMANFAATAN SERBUK BEKAS PENGGERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN BATA BETON (BATAKO) UNTUK PEMASANGAN DINDING Heri Sujatmiko
Lebih terperinciPEMBUATAN BATAKO DENGAN CAMPURAN FLY ASH DAN STYROFOAM. Brick Making with a Mixture of Fly Ash and Styrofoam
Jurnal Ilmiah Teknik Kimia UNPAM, Vol. 1 No. 1 (Januari, 2017) ISSN 2549-0699 PEMBUATAN BATAKO DENGAN CAMPURAN FLY ASH DAN STYROFOAM Brick Making with a Mixture of Fly Ash and Styrofoam Agustina Dyah Setyowati*,
Lebih terperinciSTUDI PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI PENGISI DALAM PEMBUATAN BETON
STUDI PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI PENGISI DALAM PEMBUATAN BETON Ir. Marthen Luther Paembonan, MT Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, UKI Toraja ABSTRAK Beton adalah campuran
Lebih terperinciPemanfaatan Limbah Sekam Padi Untuk Pembuatan Bata Beton Berlobang
Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Untuk Pembuatan Bata Beton Berlobang Hartono Guntur 1) 1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil STTR Cepu Jl. Kampus Ronggolawe Blok B No. 1. Mentul Cepu Abstrak Sekam padi adalah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.4 Umum 3.5 Alat dan Bahan 3.6 Proses pembuatan sampel 3.6.1 Tahap persiapan material 3.6.2 Tahap pencetakan dan pembakaran 3.6.3 Tahap pengujian Bab ini akan menjelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring perkembangan jumlah perumahan yang semakin meningkat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan jumlah perumahan yang semakin meningkat, permintaan konsumen terhadap unsur bangunan juga meningkat. Salah satunya adalah keramik lantai sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat beton itu. Departemen Pekerjaan Umum 1989-(SNI ). Batako terdiri dari beberapa jenis batako:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Batako Batako atau juga disebut bata beton ialah suatu jenis unsur bangunan berbentuk bata yang dibuat dari campuran bahan perekat hidrolis atau sejenisnya, air dan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Pozzolan Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina, yang tidak mempunyai sifat semen, akan tetapi dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air dapat menjadi
Lebih terperincia. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis
BAB III LANDASAN TEORI A. Pozzolan Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina, yang tidak mempunyai sifat semen, akan tetapi dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air dapat menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perencanaan konstruksi dengan sifat-sifat yang ada di dalamnya seperti. plastisitas serta kekuatan geser dari tanah tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tanah memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perencanaan suatu konstruksi maka tanah menjadi komponen yang perlu diperhatikan dalam perencanaan konstruksi dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Umum Feldspar adalah mineral alumina anhidrat silikat yang berasosiasi dengan unsur kalium (K), natrium (Na), dan kalsium (Ca) dalam perbandingan yang beragam (Wills,B.A.,
Lebih terperinciPRESENTASI SEMINAR SKRIPSI
PRESENTASI SEMINAR SKRIPSI LATAR BELAKANG STUDI PENGARUH PENAMBAHAN SLAG DAN FLY ASH SEBAGAI BAHAN ADITIF DI FINISH MILL PABRIK SEMEN KOMPOSIT Diusulkan oleh : Eka Partana 2305 100 008 Aries Purijatmiko
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak memadai, dan kadar air tanah yang melebihi, Permasalahan umum yang sering dijumpai dalam pelaksanaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang sering terjadi pada proyek pembangunan jalan adalah terjadinya penurunan tanah timbunan jalan, sehingga terjadi kerusakan pada aspal. Terjadinya penurunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batu bata adalah bahan bangunan yang telah lama dikenal dan banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batu bata adalah bahan bangunan yang telah lama dikenal dan banyak digunakan oleh masyarakat seiring dengan meningkatnya jumlah dan laju perkembangan penduduk. Penggunaan
Lebih terperinciPengolahan Rafinat Hasil Ekstraksi Spent Catalyst Sebagai Bahan Baku Pembuatan Semen
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan ISSN 1693 4393 Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia Yogyakarta, 22 Februari 2011 Pengolahan Rafinat Hasil Ekstraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi punggungpunggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah aliran sungai akan ditampung oleh punggung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan infrastruktur di tiap-tiap wilayah semakin meningkat, seiring dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan infrastruktur di tiap-tiap wilayah semakin meningkat, seiring dengan bertambah nya jumlah penduduk, seperti pembangunan perumahan dan sarana sarana lain pada
Lebih terperinciPENGARUH AIR LIMBAH PADA ADUKAN BETON TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL
PENGARUH AIR LIMBAH PADA ADUKAN BETON TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL Oleh : Armeyn Dosen Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Padang Abstrak Penggunaan air untuk campuran
Lebih terperinciPenentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond. Jl. Tamansari No. 1 Bandung
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond 1 Teja Sukmana 1 Prodi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung, Jl.
Lebih terperinciKartika Purwitasari, Achfas Zacoeb, Siti Nurlina ABSTRAK Kata Kunci : 1. Pendahuluan
PERBANDINGAN BERAT ISI DAN REMBESAN BATA BETON RINGAN DENGAN PENAMBAHAN MINERAL ALAMI ZEOLIT ALAM BERGRADASI TERTENTU DENGAN DAN TANPA PERAWATAN KHUSUS Kartika Purwitasari, Achfas Zacoeb, Siti Nurlina
Lebih terperinci