PARTISIPASI POLITIK ETNIS ARAB (Studi Pilgub Gorontalo Tahun 2011 di Kota Gorontalo) Kamelia Alhasni Mahasiswa Prodi PKn Universitas Negeri Gorontalo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PARTISIPASI POLITIK ETNIS ARAB (Studi Pilgub Gorontalo Tahun 2011 di Kota Gorontalo) Kamelia Alhasni Mahasiswa Prodi PKn Universitas Negeri Gorontalo"

Transkripsi

1

2 PARTISIPASI POLITIK ETNIS ARAB (Studi Pilgub Gorontalo Tahun 2011 di Kota Gorontalo) Kamelia Alhasni Mahasiswa Prodi PKn Universitas Negeri Gorontalo ABSTRACT The title of written is ethnic Arab politic participation in election Gorontalo s governor 2011 in Gorontalo city that purpose to find how ethnic Arab politic participation as well as in which factors influence the ethnic Arab politic participation in election Gorontalo s governor which using qualitative research with phenomenologist approach. This approach is purpose to make descriptively, describing systematically, factual and accurate with support data about ethnic Arab politic participation. To make strong argumentation of the research, so theory is applied to observe the problem is using politic participation theory, ethnic theory and Pemilu/Pilkada theory. In conventionally, ethnic Arab in Gorontalo city is too enthusiastic in politic participation in election Governor. There are two indicators which being reference in participating, first, ethnic Arab in Gorontalo City have a high politic consciousness. Second is the degree reliance of the previous Governor. Beside of explanation above, there are two factors which influence the degree of ethnic Arab politic participation in politic support form. First, figure of Fadel Muhammad. Second is identification of party factors. Support on NKRI couple causes of politic party consideration, there are Golkar and PPP. However, as notes that most factor establish is there is Fadel Mohammad as a figure of Arab as well as Golkar. They chose Golkar because of consideration between Fadel Muhammad, it is also otherwise chose NKRi because support from Fadel Muhammad. Key Words: Participation, Politic, Ethnic, Party

3 Pengantar Dalam mewujudkan partisipasi politik, masyarakat memiliki dua ciri atau bentuk dari partisipasi politik berdasarkan sifat yaitu yang dimobilisasi dan otonom. Dimobilisasi adalah banyak diantara orang-orang yang memberikan suara, berdemonstrasi atau mengambil tindakan lain yang kelihatannya sebagai partisipasi politik tidaklah bertindak dengan niat pribadi untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintahan bahkan mereka menggunakan hak pilihnya, karena disuruh dan dipaksa berbuat demikian padahal mereka tidak mengerti makna tindakan mereka. Sedangkan partisipasi politik otonom mengikuti dengan saksama, menganalisa baik buruknya dan pilihan atau kebijaksanaan yang diambil (Rahman, 2007 : 288). Bentuk partisipasi masyarakat yang lebih jelas terlihat dalam pemilihan umum, dalam kegiatan ini masyarakat berperan serta dalam menentukan wakil yang akan duduk di pemerintahan. Pemberian suara dapat dianggap sebagai suatu bentuk partisipasi politik aktif yang paling kecil, karena akan menurut keterlibatan minimal yang akan berhenti jika pemberian suara telah terlaksana. Pemilihan umum merupakan sarana tidak terpisahkan dari kehidupan politik negara demokratis modern. Pemilihan umum dilakukan sebagai tata cara untuk memperoleh kedudukan atau status sebagai wakil rakyat atau sebagai anggota badan perwakilan dengan memanfaatkan pemilihan umum sebagai usaha pembentukan dan pertumbuhan sistem perwakilan politik rakyat (Lance, 2004 : 11). Oleh sebab itu pemahaman kita tentang pemilihan umum terutama dalam konteks demokrasi yakni pemilihan umum dapat dipandang sebagai suatu prosedur untuk mengumpulkan datadata tertentu. Partisipasi politik tidak hanya dibina melalui partai politik, tetapi juga melalui organisasi-organisasi yang mencakup golongan pemuda, golongan buruh, serta organisasi-organisasi kebudayaan dengan melalui pembinaan yang ketat potensi masyarakat dapat dimanfaatkan secara terkendali. Ada beberapa faktor utama yang membentuk partisipasi di Indonesia salah satunya adalah faktor etnisitas. Kelompok etnis mempunyai peranan besar dalam membentuk sikap, persepsi, dan orientasi seseorang. Dengan adanya rasa kesukuan atau kedaerahan sehingga dapat mempengaruhi dukungan seseorang terhadap partai politik. Etnis juga dapat mempengaruhi loyalitas terhadap partai tertentu. Keterlibatan etnis Arab di Kota Gorontalo dalam perhelatan Pemilihan Gubernur Gorontalo Periode cukup signifikan tingkat partisipasinya. Sesuai dengan observasi awal yang dilakukan oleh penulis tergambarkan bahwa pasangan Rusli Habibi dan Idris Rahim yang diusung oleh Partai Golkar dan PPP mendapat dukungan besar dari kalangan Jamaa di Provinsi Gorontalo, oleh sebab itu hampir keseluruhan etnis Arab khususnya di Kota Gorontalo mendukung kandidat tersebut. Akan tetapi yang menjadi pernyataan penting dalam membaca fenomena ini adalah; apakah keterlibatan dan partisipasi itu diakibatkan dari proses identifikasi partai ataukah karena ketokohan dari elit politik Arab (Fadel Muhamad) yang membuat etnis Arab di Kota Gorontalo

4 berpartisipasi dan memberikan dukungan begitu besar kepada pasangan calon yang diusung dari partai Golkar dan PPP. Berangkat dari latar belakang pemikiran di atas maka, formulasikan judul dalam tulisan ini adalah Partisipasi Politik Etnis Arab Pada Pemilihan Gubernur Gorontalo Periode Di Kota Gorontalo dengan fokus pembahasannya pada pertisipasi politik beserta faktor-faktor apa yang mempengaruhi partisipasi politik Etnis Arab pada pemilihan Gubernur di Kota Gorontalo. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat partisipasi politik Etnis Arab di Kota Gorontalo serta faktor-faktor yang melatarbelakangi partisipasi politik tersebut. Etnisitas Menurut Em Zul Fajri dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia bahwa etnis berkenaan dengan kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Sedangkan menurut Ariyuno Sunoyo dalam Kamus Antropologi (1989), bahwa: Etnis adalah suatu kesatuan budaya dan teritorial yang tersusun rapi dan dapat digambarkan ke dalam suatu peta etnografi. Setiap kelompok memiliki batasan-batasan yang jelas untuk memisahkan antara satu kelompok etnis dengan etnis lainnya. Menurut Koentjaraningrat, konsep yang tercakup dalam istilah etnis adalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan, sedangkan kesadaran dan identitas seringkali dikuatkan oleh kesatuan bahasa juga (Koentjaranigrat, 1982 : 58). Etnisitas secara substansial bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya tetapi keberadaannya terjadi secara bertahap. Etnisitas adalah sebuah proses kesadaran yang kemudian membedakan kelompok kita dengan mereka. Basis sebuah etnisitas adalah berupa aspek kesamaan dan kemiripan dari berbagai unsur kebudayaan yang dimiliki, seperti misalnya adanya kesamaan dan kemiripan dari berbagai unsur kebudayaan yang dimiliki, ada kesamaan struktural sosial, bahasa, upacara adat, akar keturunan, dan sebagainya. Berbagai ciri kesamaan tersebut, dalam kehidupan sehari-hari tidak begitu berperan dan dianggap biasa. Dalam kaitannya, etnisitas menjadi persyaratan utama bagi munculnya strategi politik dalam membedakan kita dengan mereka (Ivan Hadar, 2000). Dari beberapa macam argumentasi menganai etnis tersebut di atas, dapat ditarik benang merah bahwa yang mana etnis adalah sebuah komunitas masyarakat yang memiliki berbagai macam kesamaan dalam kehidupan sosio-kulturalnya, kesamaan tersebut yang membedakan mereka dengan komunitas-komunitas lainnya dalam masyarakat. Olehnya itu yang muncul dalam kehidupan sehari-hari lebih menjurus pada pengklaiman keakukan dan kekitaan. Partispasi Politik Partisipasi merupakan salah satu aspek penting demokrasi. Partisipasi merupakan taraf partisipasi politik warga masyarakat dalam kegiatan-kegiatan politik

5 baik yang bersifat aktif maupun pasif dan bersifat langsung maupun yang bersifat tidak langsung guna mempengaruhi kebijakan pemerintah. Partisipasi politik yang meluas merupakan ciri khas modernisasi politik. Istilah partisipasi politik telah digunakan dalam berbagai pengertian yang berkaitan dengan perilaku, sikap dan persepsi yang merupakan syarat mutlak bagi partisipasi politik. Huntington dan Nelson dalam bukunya Partisipasi Politik di Negara Berkembang memaknai partisipasi politik sebagai : By political participation we mean activity by private citizens designed to influence government decision-making. Participation may be individual or collective, organized or spontaneous, sustained or sporadic, peaceful or violent, legal or illegal, effective or ineffective. (partisipasi politik adalah kegiatan warga Negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh Pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadik, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal, efektif atau tidak efektif (Huntington, 1994 : 4). Dengan demikian, pengertian Hutington dan Nelson dibatasi beberapa hal, yaitu : pertama, Huntington dan Nelson mengartikan partisipasi politik hanyalah mencakup kegiatan-kegiatan dan bukan sikap-sikap. Dalam hal ini, mereka tidak memasukkan komponen-komponen subjektif seperti pengetahuan tentang politik, keefektifan politik, tetapi yang lebih ditekankan adalah bagaimana berbagai sikap dan perasaan tersebut berkaitan dengan bentuk tindakan politik. Kedua, yang dimaksud dengan partisipasi politik adalah warga negara biasa, bukan pejabat-pejabat pemerintah. Ketiga, kegiatan politik adalah kegiatan yang dimaksud untuk mempengaruhi keputusan pemerintah. Kegiatan yang dimaksudkan misalnya membujuk atau menekan pejabat pemerintah untuk bertindak dengan cara-cara tertentu untuk menggagalkan keputusan, bahkan dengan cara mengubah aspek-aspek sistem politik. Keempat, partisipasi juga mencakup semua kegiatan yang mempengaruhi pemerintah, terlepas tindakan itu efektif atau tidak, berhasil atau gagal. Kelima, partisipasi politik dilakukan langsung atau tidak langsung, artinya langsung oleh pelakunya sendiri tanpa menggunakan perantara, tetapi ada pula yang tidak langsung melalui orang-orang yang dianggap dapat menyalurkan ke pemerintah. Dalam definisi tersebut partisipasi politik lebih berfokus pada kegiatan politik rakyat secara pribadi dalam proses politik, seperti memberikan hak suara atau kegiatan politik lain yang dipandang dapat mempengaruhi pembuatan kebijakan politik oleh Pemerintah dalam konteks berperan serta dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dengan demikian partisipasi politik tidak mencakup kegiatan pejabat-pejabat birokrasi, pejabat partai, dan lobbyist professional yang bertindak dalam konteks jabatan yang diembannya. Partisipasi Politik Etnis Arab Bentuk partisipasi politik seseorang dapat dilihat dengan jelas melalui aktivitasaktivitas politiknya, begitu juga dalam masyarakat dapat dilihat dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan bersama oleh masyarakat etnis Arab di Kota Gorontalo berdasarkan

6 pendapat Mas oed (2001:47) kegiatan politik konvensional adalah bentuk partisipasi politik yang normal dalam demokrasi modern. Bentuk nonkonvensional termasuk beberapa yang mungkin legal maupun yang illegal, penuh kekerasan, dan revolusioner. Bentuk-bentuk partisipasi politik konvensional menurut Mas oed adalah pemberian suara (voting), diskusi politik, kegiatan kampanye, membentuk dan bergabung dalam kelompok. Untuk melihat partisipasi politik masyarakat kota Gorontalo dalam memberikan suara pada saat Pilgub 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1 Data Pemilih Tetap dan pemilih yang menggunakan hak pilih No Kecamatan Jumlah suara Hak pilih Memilih Golput 1 Kota Selatan Hulonthalangi Kota Timur Dumbo Raya Kota Utara Sipatana Kota Tengah Kota Barat Dungingi Jumlah Presentase 83 % 23 % Sumber : KPU Kota Gorontalo 2011 Dari tabel tersebut tergambarkan tingkat partisipasi politik masyarakat Gorontalo pada pemilihan Gubernur Gorontalo 2011 sangat tinggi. Dimana berkisar pemilih yang masuk dalam Daftar pemilih Tetap (DPT), akan tetapi yang menggunakan hak pilihnya berjumlah jiwa. Hal ini menandakan bahwa partisipasi politik masyarakat dalam bentuk pemberian suara dikategorikan sangat baik, karena berkisar 83 % pemilih yang memberikan hak suaranya, sedangkan hanya 23 % yang tidak menggunakan hak pilih. Dari totalitas pemberian suara tersebut dapat dipetakan pada masing-masing kandidat yang memperoleh suara pada masing-masing kecamatan seperti apa yang digambarkan pada tabel berikut : Tabel 3 Presentase Perolehan Suara pasangan Calon 44% 2 41% % NKRI GT Davidson

7 Sumber : hasil rekapitulasi data dari KPUD Kota Gorontalo 2011 Dari data tersebut di atas, yang telah ditabulasi dari data perolehan suara tingkat kecamatan dapat dikatakan bahwa pasangan NKRI memperoleh dukungan suara berkisar 44 % disusul pasangan GT dengan perolehan suara 41 % dan pasangan Davidson 15 %. Olehnya itu terdapat perbedaan perolehan suara antara NKRI dan GT berkisar 3 % suara. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa walaupun pasangan GT menang di 6 kecamatan dari 9 kecamatan di Kota Gorontalo akan tetapi pada segi rekapitulasi terakhir pasangan NKRI yang unggul di Kota Gorontalo. Selain dari hal di atas, dalam bagian ini, penulis lebih fokus dalam melihat bagaimana partisipasi politik etnis Arab dalam bentuk dukungan politik dan pilihannya pada saat pemilihan Gubernur Gorontalo tahun Telah dijabarkan sebelumnya dan bahkan pada bagian terakhir tulisan ini tentang keberadaan etnis Arab Gorontalo. Arab Gorontalo adalah komunitas etnik terkecil yang hidup sejak lama dalam komunitas etnik Gorontalo. Dalam hubungan sosial dengan masyarakat Gorontalo, terlihat ada hubungan yang sangat baik diantara keduanya. Untuk lebih jelasnya tabel dibawah ini dapat menggambarkan komposisi etnik di Kota Gorontalo 1, yakni : Tabel 4 Komposisi etnik di Kota Gorontalo No Etnik Jumlah Persen % 1 Gorontalo Cina ,75 3 Arab 987 0,57 4 Ternate 995 0,57 5 Bolaang Mongondow 679 0,39 6 Bugis Makassar 654 0,37 7 Papua 357 0,21 8 Minahasa 569 0,33 9 Sangir 693 0,40 10 Buol/ Toli-Toli 157 0,09 11 Jawa 654 0,38 12 Madura 297 0,17 13 lainnya ,78 Total % Sumber : Badan Statistik Kota Gorontalo, 2011 Sebagai warga negara yang baik, masyarakat etnis Arab merasa penting dalam berpartisipasi pada segala aspek yang berhubungan dengan pembangunan negara bangsa maupun daerah. Pada segi partisipasi politik, etnis Arab Gorontalo sangat antusias dalam setiap hajatan politik baik nasional maupun lokal. Momentum politik nasional seperti pemilu baik Pilpres maupun pemilihan legislatif pusat hampir secara keseluruhan 1 Data ini diambil dari tesis : Asmun Wantu, Interaksi Sosial Antara Etnik Pendatang dengan Etnik Lokal dan Implikasinya terhadap Ketahanan Wilayah Studi Kasus di Kota Gorontalo. Pascasarjana UGM 2010.

8 masyarakat etnis Arab terlibat langsung dalam melakukan pemberian suara untuk memilih presiden maupun partai politik tertentu. Sesuai dengan temuan dari beberapa responden, intensitas partisipasi politik etnis Arab juga bisa dilihat pada saat kampanye politik hingga pada diskusi politik yang selalu dilakoni pada saat pemilihan, khususnya pemilihan Gubernur Gorontalo Dalam konteks ini bisa dijabarkan bahwa keterlibatan masyarakat etnis Arab Gorontalo juga terlihat pada saat kampanye politik maupun diskusi-diskusi politik. khususnya dalam diskusi-diskusi politik, dapat kita temukan beberapa komunitas Arab di sudutsudut kota yang hampir setiap saat berdiskusi masalah fenomena politik, apalagi pada saat pemilu atau pilkada. Komunitas tersebut dapat kita jumpai dikompleks jalan Raden Saleh, jalan Sepuluh November, Kompleks Alkhairat kota Gorontalo, kompleks mesjid Arab di pusat pertokoan Gorontalo. Atas hal tersebut dapat dikatakan bahwa yang mana partisipasi politik etnis Arab lebih khusus pada saat pemilihan Gubernur Gorontalo tahun 2011 di kota Gorontalo bisa dikategorikan sangat baik. Dalam artian bahwa secara konvensional, partisipasi politik etnis Arab sangat relevan dengan apa yang menjadi tuntutan dalam segi partisipasi politik itu sendiri. Selanjutnya jika dilihat dari segi model partisipasi politik, ada dua pertimbangan yang menjadi rujukan oleh masyarakat etnis Arab di kota Gorontalo dalam memberikan dukungan politiknya. Diantara model tersebut adalah kesadaran politik yang tinggi serta kepercayan kepada pemerintah. yang dimaksud dengan kesadaran politik adalah kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, sedangkan yang dimaksud dengan kepercayaan kepada pemerintah ialah penilaian seseorang terhadap pemerintah: apakah ia menilai pemerintah yang akan datang dapat dipercaya, dan dipengaruhi atau tidak 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Politik Etnis Arab Di Kota Gorontalo Pada bagian ini, penulis mengelaborasi hasil temuan lapangan sesuai dengan rujukan utama dalam proposal penelitian dengan spesifikasi pada aspek ketokohohan dan fanatisme partai politik dalam memberikan dukungan politik pada saat Pemilihan Gubernur Gorontalo Tahun 2011 di Kota Gorontalo. Dari hasil temuan lapangan diidentifikasikan bahwa terdapat dua faktor yang membuat hampir keseluruhan etnis Arab berpartisipasi dalam pilkada Gubernur khususnya dukungan politik. - Faktor Ketokohan Sebagai etnis minoritas di Gorontalo, etnis Arab memiliki sumber daya yang memadai, baik pada aspek sosial, politik dan ekonomi. Secara populasi, bisa dikatakan bahwa pemberian suara etnis Arab bukan merupakan faktor kunci, akan tetapi keberadaan mereka yang lebih banyak menguasai sumber ekonomi di kota Gorontalo membuat keberadaan mereka sangat strategis. Dalam komunitas sebagai etnis minoritas, 2 Bacaan yang bisa membantu kita untuk mehamai model partisipasi politik adalah Ramlan Surbekti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta : Grasindo, 1992 hal

9 akan tetapi pada setiap hajatan pilkada maupun pemilu di daerah ini, etnis arab merupakan komunitas yang diperhitungkan dalam dinamika ini. Tokoh-tokoh etnis arab mempunyai peran sentral dalam setiap perhelatan politik lokal Gorontalo. diantara tokoh-tokoh tersebut adalah Fadel Muhammad, Sofyan Alhadar, Abdurrahman Bahmid,Fuad Basalama,Faisal Alamri, H Ali Baladraf, Abdullah Almashur, dan Hamid Basalama. Sejumlah tokoh Arab tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar pada komunitasnya maupun diluar komunitas arab. Figuritas Fadel Muhammad bukan hanya diidamkan oleh masyarakat etnis Arab saja, akan tetapi ketokohan Fadel Muhammad menjadi prioritas sikap bagi sebagian besar masyarakat Gorontalo. Jika dipetakkan dengan seksama, patut diakui bahwa secara geopolitik, pasangan Gusnar Ismail dan Toni Uloli mempunyai basis terkuat di Kota Gorontalo pada saat Pilgub 2011, akan tetapi pengklaiman basis tersebut bisa dibalikkan dengan begitu mudah ketika Fadel Muhammad tiba di Gorontalo dan memberikan dukungan kepada pasangan Rusli-Idris 3. Dalam konteks ini menurut Richard dan David (2006) mengkategorikan masyarakat seperti ini dalam Model Fast and Frugal Decision Making, dimana dalam memberikan dukungan politik kepada seseorang biasanya mereka membatasi diri dengan semua informasi yang berkaitan dengan fenomena politik yang berkembang. Informasi yang mereka dapatkan hanya pada batasan kebutuhan antara mereka dengan figur atau tokoh-tokoh yang mereka anggap perlu. Dari pendapat tersebut, sangat jelaslah buat kita bahwa yang mana masyarakat etnis Arab lebih cenderung memberikan pilihan politiknya berdasarkan pada aspek kedekatan dan pengaruh dari seorang tokoh sentral. Akibat dari ketertutupan diri dengan berbagai informasi yang berhubungan dengan politik membuat dukungan dan sikap mereka berdasarkan pada sikap yang diambil oleh tokoh sentralnya. partisipasi politik etnis Arab pada pemilihan Gubernur Gorontalo 2011 sangatlah tinggi. Sebahagian besar komunitas ini memberikan dukungan politiknya kepada pasangan Rusli Habibi dan Idris Rahim yang di usung oleh Partai Golkar dan PPP. Dukungan politik tersebut berangkat dari pertimbangan sikap dan dukungan dari tokoh sentral etnis Arab yaitu Fadel Muhammad. Olehnya itu, dukungan dan sikap yang diambil oleh sebagian besar etnis Arab tersebut berangkat dari pertimbangan Fadel Muhammad. Dari segi partisipasi politik teridentifikasi bahwa antusias yang begitu tinggi dari komunitas ini adalah bagian dari kesadaran kolektif individu sebagai warga masyarakat, akan tetapi dari segi pengambilan keputusan politik terindikasi digerakkan dari pihak diluar individu tersebut. - Faktor Identifikasi Partai Identifikasi partai dalam perspektif perilaku memilih kenal dengan Pendekatan psikologis, khususnya sikap seseorang terhadap isu-isu politik, calon presiden atau anggota parlemen. Hal ini sangat relevan dengan kehidupan politik Indonesia saat ini 3 Masih terginag dalam memori kita sebelum hari pencoblosan, disetiap sudut kota Gorontalo, ketika kita ketemu dengan masyarakat, sebagian besar hanya satu jawaban ketika kita bertanya mengenai dukungan politik. maka jawabannya adalah te aba uti, torang tetap te aba, dimana te aba, torang pasti ikut bahasa aba yang dimaksudkan adalah Fadel Muhammad.

10 khususnya pada saat kampanye pemilu legislatif maupun pemilu presiden, dimana isuisu politik ditawarkan untuk menjadi pilihan alternatif dalam pemilu. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa dominasi isu politik masih dipegang oleh kekuatan sosial-politik tertentu. Atas hal tersebut tergambarkan dengan jelas pada saat pilgub Gorontalo, khususnya etnis Arab, dalam mengambil sikap politik berbentuk partisipasi konvensional yang menitikberatkan pada aspek pertimbangan partai politik.selain pertimbangan partai politik, proses dukungan politik etnis Arab juga tidak terlepas dari ketokohan Fadel Muhammad dan tokoh-tokoh lainnya. Jika mencermati apa yang dikemukakan oleh Greinstein dapat dilihat secara jelas bahwa yang mana sikap untuk menyesuaikan dengan berdasarkan pada kepentingan dan keinginan dalam individu maupun dipelopori oleh gaya ketokohan. Sangatlah jelas bahwa yang mana walaupun partai politik dijadikan sebagai rujukan dalam memberikan dukungan politik, akan tetapi dukungan tersebut terintegrasi dengan ketokohan sentral seperti Fadel Muhammad dan yang lainnya, keputusan dan dukungan etnis Arab sebahagian besar berangkat dari pertimbangan ketokohan. Berangkat dari hal di atas, Richard, David (2006) mengelaborasi lewat pendekatan model Early Socialization and Cognitive Consistency (sosialisasi dan konsistensi pengetahuan), dimana keputusan model ini sedang mencoba untuk mengkonfirmasikan sebuah kecenderungan terdahulu yang diterapkan. Dengan demikian, keterbukaan informasi politik secara umum dipandang sebagai tak disengaja, dan kebanyakan masyarakat belajar hanya intisari dasar isu-isu terkemuka yang ditutupi oleh media. Pengumpulan informasi pemilih secara jelas diimpikan sebagai bagian besar dari suatu proses yang pasif (penggerak media), hanya satu pengecualian yang besar adalah pemilih perlu mencoba untuk belajar suatu keanggotaan kandidat partai secepat mungkin 4. Identifikasi partai merupakan warisan yang diterima sejak lahir, banyak hal yang dapat dilihat seperti etnis, jenis kelamin, kelas dan identifikasi yang bersifat religius. Identifikasi tersebut cenderung diterima tanpa pertimbangan, masyarakat termotivasi mencari informasi hanya untuk memelihara keyakinan mereka sejak lahir. masyarakat menjadi pasif dalam pencarian informasi diluar keyakinannya, mereka akan loyal terhadap partai atau kandidat. Kesimpulan Berangkat dari hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan menyangkut dengan partisipasi politik etnis Arab pada pemilihan Gubernur Gorontalo Tahun 2011 di kota Gorontalo, maka ada beberapa point penting yang dapat dilihat, diantaranya Partisipasi politik etnis Arab di kota Gorontalo pada saat 4Logika dibalik ramalan ini datang dari teori disonansi, satu teori yang sangat penting dalam psikologis sosial. Teori ini mengasumsikan orang-orang betul betul untuk menghindari desonansi kognitif, contohnya, satu arah untuk menghindari pengamatan-pengamatan yang tidak enak seperti mengubah persepsi pemilih terhadap calon (ia benar-benar tidak sayang sekali-atau sedikitnya ia menjadi lebih baik bila dibanding dengan yang lain )

11 pemilihan gubernur Gorontalo sangatlah baik. Partisipasi mereka dilatarbelakangi oleh dua hal yakni; Pertama, kesadaran politik sebagai warga negara dan Kedua, pertimbangan akan adanya kepercayaan terhadap pemerintah. Selain itu terdapat dua faktor yang mendorong partisipasi politik etnis Arab, diantaranya adalah : Faktor ketokohan, partisipasi politik etnis Arab banyak dipengaruhi oleh keberadaan Fadel Muhammad sebagai tokoh sentral dalam komunitas etnis Arab di Kota Gorontalo. Faktor Identifikasi Partai, pertimbangan partai Politik. masyarakat etnis Arab di kota Gorontalo hanya terfragmen pada tiga partai politik, yakni Golkar, PPP dan PKS. Akan tetapi patut dicatat bahwa pertimbangan dukungan politik yang berorientasi pada partai politik sebahagian besar terintegrasi dengan keberadaan Fadel Muhammad.

12 Daftar Pustaka A.Rahman H.I, Sistem Politik Indonesia, Jakarta : Graha Ilmu Ariyuno Sunoyo, Kamus Antropologi, Jakarta, Antropologi Press Koentjaranigrat, 1982Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Penerbit Djambatan Lance, Castles, Pemilu 2004, Yogyakarta; Pustaka Pelajar. Leo Suryadinata, Penduduk Indonesia, Etnis dan Agama Dalam Era Perubahan Politik, Jakarta; LP3S Lisa, Horrizon,2007. Metodelogi Penelitian Politik, Jakarta : Kencana Prenada Media Grop Joko J. Prihatmoko, 2005.Pemilihan kepala Daerah Langsung, (Filosofi, Sistem dan Problema Penerapan di Indonesia), Yogyakarta, Pustaka Pelajar Maleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosdakarya Mochatar Mas oed dan Collin MacAndrews, Perbandingan sistem politik, Gajahmada University, Yogyakarta Mas oed, Mohtar dan MacAndrews Perbandingan Sistem Politik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Samuel P Huntington dan Joan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Jakarta : Rineka Cipta Sihab, Alwi, Sejarah Pendatang Hadramaut ke Indonesia, dalam Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama. Bandung : Mizan Singaribuan dan Sofian Effendi, (editor), 1989Metode Penelitian Survey, Edisi Revisi, LP3ES, Jakarta Richard R, Lau, David. Redlawsk, How Voters Decide Information Processing During Election Compaings, Cambridge Universtity Press Ivan, A, Hadar, Etnisitas dan Negara Bangsa, Kompas, 29 Mei (diakses tgl ).

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan Partisipasi merupakan aspek yang penting dari demokrasi, partisipasi politik yang meluas merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Partisipasi politik

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013 TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013 Yuliantika 1, Nurharmi 1, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. taraf partisipasi politik warga masyarakat dalam kegiatan-kegiatan politik baik yang bersifat

BAB II KAJIAN TEORI. taraf partisipasi politik warga masyarakat dalam kegiatan-kegiatan politik baik yang bersifat BAB II KAJIAN TEORI 1.1. Partisipasi Politik Partisipasi merupakan salah satu aspek penting demokrasi. Partisipasi merupakan taraf partisipasi politik warga masyarakat dalam kegiatan-kegiatan politik baik

Lebih terperinci

ANALISIS PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT KOTA PEKANBARU PADA PEMILUKADA 2011 ( STUDI PADA KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN ) ABSTRACT

ANALISIS PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT KOTA PEKANBARU PADA PEMILUKADA 2011 ( STUDI PADA KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN ) ABSTRACT NAMA : MONANG SIMARMATA NIM : 0601113930 DOSEN PEMBIMBING : DR. Hasanuddin, M.Si ANALISIS PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT KOTA PEKANBARU PADA PEMILUKADA 2011 ( STUDI PADA KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Dieter, Roth.2008.Studi Pemilu Empiris, Sumber, Teori-teori, Instrumen dan Metode. Jakarta: Friedrich-Nauman-Stiftung Die Freiheit.

DAFTAR PUSTAKA. Dieter, Roth.2008.Studi Pemilu Empiris, Sumber, Teori-teori, Instrumen dan Metode. Jakarta: Friedrich-Nauman-Stiftung Die Freiheit. DAFTAR PUSTAKA Abdul Munir Mulkhan, 2009. Politik Santri. Kanisius, Yogyakarta Almond. A Gabrriel dan Verba. 1990. Budaya Politik Tingkah laku Politik dan Demokrasi di Lima Negara. Jakarta : Bumi Aksara.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. wilayahnya 64,79 KM atau sekitar 0,53% dari luas Propinsi Gorontalo. Curah hujan di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. wilayahnya 64,79 KM atau sekitar 0,53% dari luas Propinsi Gorontalo. Curah hujan di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian 4.1.1. Demografi Kota Gorontalo Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari propinsi Gorontalo yang luas wilayahnya 64,79 KM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memperoleh dan menambah dukungan suara bagi para kandidat kepala daerah. Partai politik

I. PENDAHULUAN. memperoleh dan menambah dukungan suara bagi para kandidat kepala daerah. Partai politik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis sering kali dijadikan isu atau komoditi utama untuk mencapai suatu tujuan dalam masyarakat. Dalam konteks Pilkada, etnis dimobilisasi dan dimanipulasi sedemikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa

Lebih terperinci

PERILAKU PEMILIH MASYARAKAT PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN 2015 (Studi di Kecamatan Amurang Timur)

PERILAKU PEMILIH MASYARAKAT PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN 2015 (Studi di Kecamatan Amurang Timur) PERILAKU PEMILIH MASYARAKAT PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN 2015 (Studi di Kecamatan Amurang Timur) Ray Steve Rumondor 1 Marlien Lapian 2 Alfon Kimbal 3 Abstrak Pelaksanaan

Lebih terperinci

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 JURNAL PENELITIAN OLEH: NILUH VITA PRATIWI G2G115106 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Tingkat Partisipasi Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Pada Pemilu Presiden 2014 Partisipasi merupakan salah satu aspek penting dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam hubungannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau bukan tingkat kenegaraan, masih tingkat desa yang disebut demokrasi desa. Contoh pelaksanaan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1 PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL Muryanto Amin 1 Pendahuluan Konstitusi Negara Republik Indonesia menuliskan kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego Buay Subing di Desa Labuhan Ratu Kecamatan Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pemilihan kepala daerah (pilkada) berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan

Lebih terperinci

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILUKADA DI KECAMATAN SIAU BARAT SELATAN KABUPATEN SITARO 1. 0leh : Arther Muhaling 2

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILUKADA DI KECAMATAN SIAU BARAT SELATAN KABUPATEN SITARO 1. 0leh : Arther Muhaling 2 PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILUKADA DI KECAMATAN SIAU BARAT SELATAN KABUPATEN SITARO 1 0leh : Arther Muhaling 2 ABSTRAK Kabupaten Sitaro telah dua kali melaksanakan pemilukada secara langsung.

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan BAB VI PENUTUP Setelah menjelaskan berbagai hal pada bab 3, 4, dan 5, pada bab akhir ini saya akan menutup tulisan ini dengan merangkum jawaban atas beberapa pertanyaan penelitian. Untuk tujuan itu, saya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar.

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. 106 BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi dari tingkat pusat sama tingkat daerah. Setiap daerah banyak mencalonkan dirinya dan

Lebih terperinci

Roly, Dr Sastro M Wantu, SH M.Si, Dr. Udin Hamim, S.Pd. SH. M.Si, jurusan ilmu hukum kemasyarakatan prodi PKN, Fakultas ilmu sosial.

Roly, Dr Sastro M Wantu, SH M.Si, Dr. Udin Hamim, S.Pd. SH. M.Si, jurusan ilmu hukum kemasyarakatan prodi PKN, Fakultas ilmu sosial. 1 2 Partisisipasi Politik Masyarakat Pada Pemilu Legislatif (DPRD) di Kelurahan Lemo, Kecamatan Kulisusu, Kabupaten Buton Utara R o l y Dr. Sastro M. Wantu, SH. M.Si, Dr. Udin Hamim, S.Pd, SH. M.Si ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena pemilih pemula selalu menarik untuk didiskusikan pada setiap momen pemilihan umum baik nasional maupun di daerah. Jumlah mereka yang sangat besar bagaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perilaku Pemilih 1. Perilaku Pemilih Sikap politik seseorang terhadap objek politik yang terwujud dalam tindakan atau aktivitas politik merupakan perilaku politik

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Situasi perkembangan politik yang berkembang di Indonesia dewasa ini telah membawa perubahan sistem yang mengakomodasi semakin luasnya keterlibatan masyarakat dalam

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik

BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik Bab ini menjelaskan tentang: A. Ketahui Visi, Misi dan Program Peserta Pemilu. B. Kenali Riwayat Hidup Calon.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang baru pertama kali dilakukan di dalam perpolitikan di Indonesia, proses politik itu adalah Pemilihan

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMETAAN PERSEPSI ATAS PENYELENGGARAAN SOSIALISASI KEPEMILUAN, PARTISIPASI DAN PERILAKU PEMILIH DI KABUPATEN BANGLI Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli dan Fakultas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v i DAFTAR ISI Daftar isi... i Daftar Tabel....... iv Daftar Gambar... v I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 12 C. Tujuan Penelitian... 12 D. Kegunaan Penelitian... 12 II.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Parameter paling utama untuk melihat ada atau tidaknya pembangunan politik di sebuah negara adalah demokrasi. Meskipun sebenarnya demokrasi tidak sepenuhnya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum Pengertian Budaya Politik adalah pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum,

Lebih terperinci

Partisipasi Politik dan Pemilihan Umum

Partisipasi Politik dan Pemilihan Umum Partisipasi Politik dan Pemilihan Umum Cecep Hidayat cecep.hidayat@ui.ac.id - www.cecep.hidayat.com Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Materi Bahasan Definisi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Peran Menurut Abdulsyani (1994) peran atau peranan adalah apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Peran merupakan suatu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Pengaruh, sosialisasi politik, orientasi politik, pemilih

ABSTRAK. Kata Kunci: Pengaruh, sosialisasi politik, orientasi politik, pemilih ABSTRAK Rahmi Hanifa, 07193024, skripsi dengan judul Pengaruh Sosialisasi Politik Terhadap Orientasi Politik Pemilih (Studi Terhadap Guru dan Dosen di Kota Padang). Sebagai Pembimbing I Dr. Sri Zulchairiyah,

Lebih terperinci

ANDRI AFRIYANTO NIM UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA

ANDRI AFRIYANTO NIM UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA PARTISIPASI POLITIK DI INDONESIA YANG MENCAKUP KESIAPAN INFRASTRUKTUR POLITIK MEWADAHI PARTISIPASI, MODEL MODEL PARTISIPASI, DAN KEDEWASAAN MASYARAKAT BERPOLITIK PENGANTAR Partisipasi Politik Partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilih kelompok pemula di Indonesia dari pemilu ke pemilu terus bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap yang terdaftar tahun

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demokrasi merupakan suatu sistem yang mengatur pemerintahan berlandaskan pada semboyan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Untuk mewujudkan sistem demokrasi

Lebih terperinci

BAB IV PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN Secara umum partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotanya

BAB IV PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN Secara umum partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotanya BAB IV PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN 2014 A. Perilaku Pemilih Dan Pilpres 2014 Secara umum partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotanya mempunyai orientasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I 1.1.Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Reformasi yang dimulai sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru pada bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di segala bidang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokrasi, dimana rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi pada suatu negara tersebut. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan 32 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya Pemilu legislatif adalah untuk memilih anggota DPR dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Surakarta, 01 Oktober 2011 Ketua Tim Peneliti. Nurhadiantomo. iii

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Surakarta, 01 Oktober 2011 Ketua Tim Peneliti. Nurhadiantomo. iii KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, laporan penelitian Hibah Penelitian Tim Pascasarjana HPTP (Hibah Pasca) Tahun III (2011), dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di seluruh dunia. Saking derasnya arus wacana mengenai demokrasi, hanya sedikit saja negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi merupakan suatu proses dalam pembentukan dan pelaksanaan pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu negara yang menjalankan

Lebih terperinci

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH 67 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH Komperensi dan Yoserizal FISIP Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293 Abstract: Community Participation

Lebih terperinci

Pola Surat Suara Tidak Sah dalam Pemilu Presiden 2014 di Daerah Istimewa Yogyakarta

Pola Surat Suara Tidak Sah dalam Pemilu Presiden 2014 di Daerah Istimewa Yogyakarta Pola Surat Suara Tidak Sah dalam Pemilu Presiden 2014 di Daerah Istimewa Yogyakarta Laporan Akhir Penelitian Pola Surat Suara Tidak Sah dalam Pemilu Presiden 2014 di Daerah Istimewa Yogyakarta kerjasama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pola perilaku yang berkenaan dengan proses internal individu atau kelompok

I. PENDAHULUAN. pola perilaku yang berkenaan dengan proses internal individu atau kelompok 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengkajian Perilaku pemilih di Indonesia secara spesifik memberi perhatian mendalam tentang pemungutan suara, khususnya mengenai dukungan dan pola perilaku yang berkenaan

Lebih terperinci

Dewi Masita Umar, NIM: ,**Jusdin Puluhulawa., SH, M.Si***Dr.Udin Hamim, S.Pd.,SH, M.Si, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Program Studi

Dewi Masita Umar, NIM: ,**Jusdin Puluhulawa., SH, M.Si***Dr.Udin Hamim, S.Pd.,SH, M.Si, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial Page 1 Golongan Putih ( Golput ) Pada Pemilihan Kepala Daerah di Gorontalo Utara ( Studi Kasus Bagi Warga Pemilih di Kecamatan Atinggola) Oleh Dewi Masita

Lebih terperinci

Oleh : Eka Budiawan 2, Daud M. Liando 3, Stefanus Sampe 4

Oleh : Eka Budiawan 2, Daud M. Liando 3, Stefanus Sampe 4 SOSIALISASI POLITIK PASANGAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR MELALUI ALAT PERAGA KAMPANYE DAN BAHAN KAMPANYE OLEH KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI SULAWESI UTARA 1 Oleh : Eka Budiawan 2, Daud M. Liando

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum adalah suatu proses dari sistem demokrasi, hal ini juga sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan penuh untuk memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu pemilihan umum (pemilu) ataupun pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) di daerah-daerah semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia setiap 5 tahun sekali mempunyai agenda besar dalam pesta demokrasinya dan agenda besar tersebut tak lain adalah Pemilu. Terhitung sejak tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan global yang begitu cepat terjadi di masa sekarang disebabkan oleh bertambah tingginya tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pendapatan, arus informasi serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa atau yang disebut dangan nama lainnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah suatu kesatuan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Voting Behavior. Perilaku pemilih (voting behavior) merupakan tingkah laku seseorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Voting Behavior. Perilaku pemilih (voting behavior) merupakan tingkah laku seseorang 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Voting Behavior 1. Definisi Voting Behavior Perilaku pemilih (voting behavior) merupakan tingkah laku seseorang dalam menentukan pilihannya yang dirasa paling disukai atau

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251). BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi secara sederhana dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang dianggap paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan politik suatu negara, negara tidak lepas dari corak budaya yang ada dalam masyarakatnya. Peran masyarakat dalam kehidupan politik sangat tergantung

Lebih terperinci

Peran Sekolah Sebagai Sarana Sosialisasi Politik untuk Meningkatkan Partisipasi Politik Pada Pemilih Pemula

Peran Sekolah Sebagai Sarana Sosialisasi Politik untuk Meningkatkan Partisipasi Politik Pada Pemilih Pemula Peran Sekolah Sebagai Sarana Sosialisasi Politik untuk Meningkatkan Partisipasi Politik Pada Pemilih Pemula Asmika Rahman Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang unik. Bali dipandang sebagai daerah yang multikultur dan multibudaya. Kota dari provinsi Bali adalah

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Karakteristik demografi pemilih yang mencakup usia antara 20-49 tahun, berpendidikan SLTA dan di atasnya, memiliki status pekerjaan tetap (pegawai negeri sipil, pengusaha/wiraswasta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap Pemilihan Kepala Daerah. Hal ini dikarenakan etnis bisa saja

I. PENDAHULUAN. setiap Pemilihan Kepala Daerah. Hal ini dikarenakan etnis bisa saja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu Etnisitas adalah isu yang sangat rentan menjadi komoditi politik pada setiap Pemilihan Kepala Daerah. Hal ini dikarenakan etnis bisa saja dimobilisasi dan dimanipulasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik BAB 1 PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah institusi yang mutlak diperlukan dalam dunia demokrasi, apabila sudah memilih sistem demokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan

Lebih terperinci

IMPLIKASI GOLONGAN PUTIH DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN DEMOKRASI DI INDONESIA

IMPLIKASI GOLONGAN PUTIH DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN DEMOKRASI DI INDONESIA MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 82-86 IMPLIKASI GOLONGAN PUTIH DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN DEMOKRASI DI INDONESIA H. Soebagio Program Pascasarjana, Universitas Islam Syekh Yusuf,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan disebagianbesar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN

Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 EISSN 2303-2472 PENDIDIKAN PEMILIH (VOTER S EDUCATION) BAGI PEMILIH PEMULA SERTA URGENSINYA DALAM PEMBANGUNAN DEMOKRASI 1 Suryanef, 2 Al

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan pemilu merupakan agenda politik yang diadakan oleh negara setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan pemilu merupakan agenda politik yang diadakan oleh negara setiap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pemilu merupakan agenda politik yang diadakan oleh negara setiap 5 tahun sekali. Kegiatan ini merupakan salah satu saran penyampaian aspirasi rakyat yang paling

Lebih terperinci

BAB 7 PENUTUP. dalam studi ini berikut argumentasinya. Saya juga akan membingkai temuantemuan

BAB 7 PENUTUP. dalam studi ini berikut argumentasinya. Saya juga akan membingkai temuantemuan BAB 7 PENUTUP 7.1. Kesimpulan Dalam bab ini, saya akan akan mengambarkan ikhtisar temuan-temuan dalam studi ini berikut argumentasinya. Saya juga akan membingkai temuantemuan ini dari sudut metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka. 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Reformasi 1998 menghadirkan perubahan proses demokrasi di Indonesia. Pemilihan Presiden/ Wakil Presiden hingga Kepala Daerah dilaksanakan secara langsung,

Lebih terperinci

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL oleh : Timbul Hari Kencana NPM. 10144300021 PROGRAM

Lebih terperinci

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan RZF / Kompas Images Selasa, 6 Januari 2009 03:00 WIB J KRISTIADI Pemilu 2009 sejak semula dirancang untuk mencapai beberapa tujuan sekaligus. Pertama, menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik dalam arti luas. Masyarakat sebagai kumpulan individu-individu

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor BAB 5 KESIMPULAN Sebagaimana dirumuskan pada Bab 1, tesis ini bertugas untuk memberikan jawaban atas dua pertanyaan pokok. Pertanyaan pertama mengenai kemungkinan adanya variasi karakter kapasitas politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari peranan media yang menyebarkan visi dan misi mereka dalam kampanye untuk meraih suara pemilih.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan politik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, diawali dengan politik pada era orde baru yang bersifat sentralistik dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut berbagai kajiannya tentang politik, para sarjana politik sepakat bahwa demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang paling baik. Sistem ini telah memberikan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Key Words : Direct local election, determinant factor of the triumph of candidate, personality factor

ABSTRACT. Key Words : Direct local election, determinant factor of the triumph of candidate, personality factor ABSTRACT Diversity of the determinant factors of the triumph of the candidate encouraged to researched of The Determinant Factors of the Triumph of Couple Candidate of Ridho Yahya and Andriansyah Fikri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. Istilah tersebut baru muncul pada abad 19 Masehi, seiring dengan berkembangnya lembaga-lembaga

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. masyarakat yang diberikan pada kandidat-kandidat partai politik.

BAB V PENUTUP. masyarakat yang diberikan pada kandidat-kandidat partai politik. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dalam sistem demokrasi prosedural sebagaimana diterapkan di Indonesia, tidak dapat dipungkiri salah satu implikasinya adalah akan hadir partai politik yang ingin meraih kekuasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan kesempatan yang seluas-luasnya dalam mengikutsertakan warga negaranya dalam proses politik, termasuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang pemilihan umum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang pemilihan umum 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Pemilih 1. Definisi Pemilih Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden, pemilih diartikan sebagai Warga Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan kepala daerah (pemilukada) adalah rangkaian panjang dari proses penentuan kepala daerah yang bakal menjadi pemimpin suatu daerah untuk lima tahun (satu periode).

Lebih terperinci

Muhamad Ramli Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat

Muhamad Ramli Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat 320 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013 PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DESA KADUNDUNG KECAMATAN LABUAN AMAS UTARA DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi sebagai pilar penting dalam sistem politik sebuah Negara, termasuk Indonesia yang sudah diterapkan dalam pemilihan secara langsung seperti legislatif, Presiden

Lebih terperinci

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014 Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif Mei 2014 Head to Head Jokowi-JK Vs Prabowo-Hatta dan Kampanye Negatif Geliat partai politik dan capres menggalang koalisi telah usai. Aneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik sendiri hakikatnya adalah sebagai sarana bagi masyarakat atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang sama dengan mengusung

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Latar belakang KPU Kabupaten Sleman melaksanakan pendidikan politik. UU No. 15 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemilu.

BAB V PENUTUP. 1. Latar belakang KPU Kabupaten Sleman melaksanakan pendidikan politik. UU No. 15 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemilu. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Latar belakang KPU Kabupaten Sleman melaksanakan pendidikan politik adalah sebagai pelaksanaan fungsi sosialisasi politik yang diamanatkan UU No. 15 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2014 merupakan tahun politik bagi Indonesia. Disebut tahun politik antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang melibatkan setidaknya

Lebih terperinci

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Women can be very effective in navigating political processes. But there is always a fear that they can become pawns and symbols, especially if quotas are used. (Sawer,

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan lapangan, terdapat beberapa persoalan mendasar yang secara teoritis maupun praksis dapat disimpulkan sebagai jawaban dari pertanyaan penelitian.

Lebih terperinci

xiv digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

xiv digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac. DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Indikator Variabel... 13 Tabel 3.1 Jumlah Populasi Mahasiswa... 41 Tabel 3.2 Jumlah Sampel Mahasiswa... 43 Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r... 50 Tabel 4.1 Perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi bagian utama dari gagasan

Lebih terperinci

ETNISITAS DAN PERILAKU PEMILIH

ETNISITAS DAN PERILAKU PEMILIH ETNISITAS DAN PERILAKU PEMILIH (STUDI KASUS : PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT ETNIS BATAK TOBA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG KABUPATEN KARO TAHUN 2010) SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci