II. TINJAUAN PUSTAKA. tambahan dana pada masa yang akan datang. Penanaman modal yang dilakukan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA. tambahan dana pada masa yang akan datang. Penanaman modal yang dilakukan"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Investasi Investasi adalah penanaman modal yang diharapkan dapat menghasilkan tambahan dana pada masa yang akan datang. Penanaman modal yang dilakukan biasanya berjangka panjang dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang sebagai kompensasi secara profesional atas penundaan konsumsi, dampak inflasi dan resiko yang ditanggung. Keputusan investasi dapat dilakukan individu. Alasan seorang investor melakukan investasi adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang serta untuk menghindari merosotnya nilai kekayaan yang dimiliki. Saham merupakan salah satu alternatif dalam aset finansial (Anissa, 2013). Investasi dalam ekonomi makro dapat diartikan sebagai pengeluaran masyarakat untuk memperoleh alat-alat kapital baru, oleh karena itu investasi total yang terjadi di suatu perekonomian sebagian berupa pembelian alat-alat baru untuk menggantikan alat-alat kapital yang tidak ekonomis untuk dipakai lagi dan sebagian lain berupa pembelian alat-alat kapital yang baru untuk memperbesar stok kapital. Disisi lain investasi diartikan sebagai pengeluaran dari sektor produsen (swasta) untuk pembelian barang atau jasa untuk menambah stock barang dan perluasan perusahaan. Kebutuhan akan informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan investasi dalam aset finansial di pasar modal sangat dibutuhkan oleh investor. Suatu pendekatan dalam menganalisis harga saham dipasar modal sangat dibutuhkan oleh investor dalam membuat keputusan investasi, investor menggunakan pendekatan fundamental dan teknikal. 11

2 12 Pendekatan secara fundamental mendasarkan analisa pada suatu anggapan bahwa setiap saham mempunyai nilai intrinstik yang dihasilkan. Salah satu indikator yang dapat digunakan yaitu apabila semakin rendah harga suatu saham maka semakin bagus untuk melakukan investasi, hal tersebut dikarenakan harga saham dapat terjangkau oleh kemampuan investor dan memiliki nilai resiko yang kecil. Investasi ada dua macam yaitu investasi tetap (Outonomous Invesment) dan investasi terpacu (Inoced Invesment). Investasi tetap umumnya digunakan untuk memperoleh faktor - faktor produksi yang bersifat tetap seperti: mesin, bangunan, tanah, atau investasi untuk mendirikan usaha. Investasi ini tidak ditentukan dengan pendapatan, tetapi dapat meningkatkan pendapatan nasional. Investasi terpacu adalah investasi yang besarnya tergantung pendapatan nasional artinya jika pendapatan meningkat maka nilai investasi akan meningkat pula (Anissa, 2013). Perhitungan Investasi yang dilakukan harus konsisten dengan perhitungan pendapatan nasional yang diperoleh. Karana yang dimasukkan dalam perhitungan investasi adalah barang modal, bangunan/kontruksi, maupun persediaan barang jadi yang masih baru. Investasi merupakan konsep aliran (flow concept), karena dihitung selama satu internal periode tertentu atau selama siklus produksi yang sudah dilakukan. Investasi akan mempengaruhi jumlah barang modal yang tersedia (capital stock) pada satu periode tertentu. Tambahan stok barang modal adalah sebesar pengeluaran investasi satu periode sebelumnya.

3 Kelayakan Investasi Sofyan (2003) mengemukakan kelayakan investasi merupakan suatu konsep yang dikembangkan dari konsep menajemen keuangan, terutama ditujukan dalam rangka mencari atau menemukan inovasi baru dalam perusahan. Studi kelayakan bisnis merupakan bahan pertimbangan yang digunakan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha atau proyek yang telah direncanakan. Tujuan dilakukannya studi kelayakan bisnis adalah untuk menghindari keberlanjutan penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang tidak terlalu menguntungkan, dengan kata lain mencegah terbuangnya dana yang sia sia (Afandi, 2015), dalam studi kelayakan tersebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1. Ruang lingkup proyek yang dilakukan, untuk menentukan apakah proyek akan beroprasi atau layak untuk dilaksanakan. 2. Cara kegiatan proyek dapat dilakukan, untuk menentukan apakah proyek yang akan ditangani sendiri atau diserahkan kepada pihak lain. 3. Evaluasi terhadap aspek aspek yang menentukan berhasilnya seluruh proyek, untuk mengidentifikasi faktor faktor keberhasilan usaha. 4. Sarana yang diperlukan oleh proyek, menyangkut kebutuhan proyek dan fasilitas fasilitas pendukung. 5. Hasil kegiatan proyek tersebut serta biaya biaya yang harus ditanggung untuk memperoleh hasil tersebut. 6. Memperhitungkan akibat akibat yang ditimbulkan baik itu yang berdampak positif maupun negatif dari dilaksakannya suatu proyek tersebut (ekonomis dan sosial).

4 14 7. Memperhitungkan langkah langkah yang diperlukan dalam mendirikan/memulai suatu proyek. Kelayakan finansial dapat diukur dari berbagai kriteria, yang dalam hal ini menggunakan aspek non discounting yang terdiri dari break even point, payback period dan aspek discounting yang terdiri dari net present value, net benefit/cost ratio, gross benefit/cost ratio, internal rate of return, dan analisis sensitivitas. Untuk mengetahui batas maksimal kemampuan proyek menghasilkan keuntungan dilakukan perhitungan perbandingan dengan menggunakan discount factor 12% dan discount factor 19% Non discounting Non discounting merupakan analisis kelayakan investasi yang tidak mempergunakan suku bunga compounding factor maupun discount factor. Compounding factor (bunga majemeuk) digunakan untuk mencari nilai yang akan datang (F) dari nilai uang saat ini (P) jika diketahui besarnya bunga (i) dan lamanya periode investasi (n), sedangkan discount factor digunakan untuk menghitung jumlah uang saat ini (Firdaus, 2007:120). Aspek aspek yang termasuk dalam kategori perhitungan non discounting yaitu: 1. Break even point Merupakan suatu keadaan titik impas apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian, dengan kata lain break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan

5 15 produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Break event point biasanya digunakan untuk mengetahui hubungan antar beberapa variabel di dalam kegiatan perusahaan seperti, luas produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta pendapatan yang diterima perusahaan dari kegiatannya. Keadaan pulang pokok merupakan keadaan dimana penerimaan pendapatan (total revenue) yang disingkat TR adalah biaya yang ditanggungnya (total cost) yang disingkat TC. Penentuan break even point didasarkan pada persamaan penjualan dengan total biaya (Anwar dan Asmawarn, 2013). Adapun rumus perhitungan break even point adalah sebagai berikut: BEP Harga jual : R FC VC PxQ FC VC P P * * FC VC Q AFC AVC BEP Kuantitas : Dimana: R FC VC PxQ FC VC PxQ FC AVCxQ PxQ AVCxQ FC Q( P AVC) FC Q * FC P AVC FC = Biaya tetap VC = Biaya variabel total P = Harga jual P * = Harga pada saat break even point AFC = Rata-rata biaya tetap AVC = Rata-rata biaya variabel Q = Kuantitas penjualan Q * = Kuantitas pada saat break even point

6 16 Apabila: a) P * < P pasar maka usaha ternak babi dikatakan menguntungkan. b) P * > P pasar maka usaha ternak babi dikatakan mengalami kerugian. c) P * = P pasar maka usaha ternak babi tidak mengalami keuntungan maupun Kerugian. 2. Payback period Merupakan waktu yang dibutuhkan atas suatu investasi yang menghasilkan cash flow yang dapat menutupi biaya investasi yang telah dikeluarkan. Teknik ini digunakan untuk menentukan berapa lama modal yang ditanamkan dalam usaha itu akan kembali jika alternatif aliran kas (CF) yang didapat dari usaha yang diusulkan itu akan kembali, maka alternatrif usulan usaha yang memberikan masa yang terpendek adalah yang terbaik (Sofyan 2002: 19). Perhitungan didapat dari perhitungan nilai kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan (dengan catatan jika investasi 100% menggunakan modal sendiri) Rumus yang digunakan dalam perhitungan payback period adalah sebagai berikut: Keterangan: t b c = Tahun ke-t dimana cash in flow belum menutupi investasi awal. = Nilai net cash flow kumulatif saat tahun ke-1 = Nilai net cash flow saat tahun ke-(t+1) Discounting Discounting merupakan analisis kelayakan investasi yang mempergunakan suku bunga compounding factor maupun discount factor. Compounding factor (bunga majemeuk) digunakan untuk mencari nilai yang akan datang (F) dari nilai uang saat ini (P) jika diketahui besarnya bunga (i) dan lamanya periode

7 17 investasi (n), sedangkan discount factor digunakan untuk menghitung jumlah uang saat ini (Firdaus, 2007:120). Aspek aspek yang termasuk dalam kategori perhitungan discounting yaitu : 1. Net present value Merupakan pengukuran berapa nilai yang dihasilkan saat ini seandainya menanamkan sebuah investasi. NPV juga merupakan perbedaan di antara nilai pasar investasi dan biaya yang dikeluarkan. Discounted cash flow valuation adalah proses penilaian investasi melalui tingkat diskonto cash flow pada masa datang, untuk mengintepretasikan kelayakan suatu usaha dapat dilihat dari hasil perhitungan NPV. Jika nilai NPV positif maka investasi layak dilakukan, sebaliknya jika negatif maka investasi ditolak atau tidak layak. Menurut Sofyan (2002: 180), NPV adalah nilai netto sekarang dari dana yang diinvestasikan selama umur proyek. NPV mencerminkan besarnya tingkat pengembalian dari usulan usaha atau proyek, oleh karena itu usulan proyek yang layak diterima haruslah memiliki nilai NPV > 0, jika tidak maka proyek itu akan mengalami kerugian. Rumus yang digunakan dalam perhitungan net present value adalah sebagai berikut: n Bt Ct NPV t (1 i t 0 ) Ko Dimana: NPV = Nilai sekarang netto Bt = Benefit Ct = Cost n = Umur ekonomis t = Tahun, mulai tahun 1 (pertama) Ko = Modal pada tahun ke 0

8 18 Kriteria untuk menerima dan menolak rencana investasi dengan metode NPV adalah sebagai berikut: a) Apabila NPV > 0, maka usaha ternak babi proyek diterima, b) Apabila NPV < 0, maka usaha ternak babi ditolak, dan c) Apabila NPV = 0, kemungkinan usaha ternak babi akan diterima atau nilai perusahaan tetap walaupun usulan proyek diterima atau ditolak. 2. Net benefit/cost ratio Merupakan perbandingan antara NPV total dari benefit bersih terhadap total dari biaya bersih. Net benefit/cost ratio menunjukan manfaat bersih yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih. Semua aliran biaya dan manfaat selama umur ekonomis, diukur dengan nilai uang sekarang, artinya dilakukan discount nilai dikemudian hari dengan suatu discount factor. Benefit Cost Ratio atau B/C ratio disebut juga dengan istilah profitability index. Selama B/C ratio 1 maka usulan proyek dapat diterima, tetapi apabila sebaliknya maka usulan proyek tersebut harus ditolak (Cahyosatrio, 2014). Rumus yang digunakan dalam perhitungan net benefit/cost ratio adalah sebagai berikut: Untuk Bt Ct > 0 Untuk Bt Ct < 0 Dimana: Net B/C Net Bt-Ct N T : Rasio benefit cost : Dalam nilai mutlak : Umur ekonomis : 0 sampai n tahun Penilaian kelayakan finansial berdasarkan net benefit/cost ratio, yaitu: a) Net B/C Ratio > 1, maka usaha ternak babi layak dilaksanakan. b) Net B/C Ratio < 1, maka usaha ternak babi tidak layak atau tidak dapat dilakukan.

9 19 c) Net B/C Ratio = 1, maka usaha ternak babi impas antara biaya dan manfaat sehingga terserah kepada pengambil keputusan untuk dilaksanakan atau tidak. 3. Gross benefit/cost ratio Merupakan rasio perbandingan antara penerimaan (benefit) yang diperoleh dari tahun ke tahun setelah didiskonto dengan biaya yang telah didiskonto, yang dikorbankan selama umur ekonomis suatu proyek. Rasio ini menunjukan kemampuan inputs (biaya) untuk menghasilkan penerimaan selama umur ekonomis (Cahyosatrio, 2014). Rumus yang digunkan untuk menghitung gross benefit/cost ratio dapat digunakan rumus sebagai berikut: Gross B/C Dimana: B - C n t 1 n t 1 Bt (1 i) Ct (1 i) t t a) Gross B/C > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak dikerjakan b) Gross B/C < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan c) Gross B/C = 1 (satu) berarti proyek dalam keadaan BEP. 4. Internal rate of return (IRR) Merupakan tingkat diskonto yang menyebabkan NPV investasi sama dengan nol. IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dari suatu usaha, sepanjang setiap benefit bersih diperoleh secara otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang sama dan diberi bunga selama sisa umur usaha. Sebuah investasi layak jika nilai IRR melebihi tingkat return yang dipersyaratkan. IRR dapat menggambarkan besarnya suku bunga tingkat pengembalian atas modal yang diinvestasikan. Dalam kriteria investasi IRR harus lebih besar dari OCC atau opportunity cost of

10 20 capital agar rencana atau usulan investasi dapat layak dilaksanakan (Sofyan 2002: 178). Rumus yang digunakan untuk IRR adalah sebagai berikut: NPV1 IRR = i1 ( )( i2 i1 ) NPV NPV Dimana: 1 2 NPV 1 NPV 2 i 1 i 2 = Jumlah nilai NPV yang bertanda positif. = Jumlah nilai NPV yang betanda negatif. = Tingkat bunga pada NPV yang bertanda positif. = Tingkat bunga pada NPV yang bertanda negatif 5. Analisis sensitivitas Merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari perubahan parameter - parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem produksi dalam menghasilkan keuntungan, dengan melakukan analisis sentivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisifikasi sebelumnya (Departemen Agribisnis IPB, 2015). Alasan dilakukannya analisis sensitivitas adalah untuk mengantisipasi adanya perubahan-perubahan berikut: a) Memperbaiki cara pelaksanan proyek yang sedang berlangsung, sehingga dapat meningkatkan nilai net present value. b) Mengurangi resiko kerugian dengan melakukan beberapa tindakan pencegahan yang mesti diambil. c) Melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis yang dilakukan. d) Adanya cost overrun, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti biaya konstruksi, biaya bahan-baku, produksi, dan sebagainya. e) Penurunan produktivitas siklus produksi. f) Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek / siklus produksi.

11 21 Setelah melakukan analisis sensitivitas dapat diketahui seberapa jauh dampak perubahan terhadap suatu siklus produksi yang dilakukan, sekaligus untuk mengetahui pada tingkat mana proyek masih layak untuk dilaksanakan Batas maksimal proyek menghasilkan keuntungan Perhitungan perbandingan dilakukan dengan menggunakan discount factor 12% dan discount factor 19% untuk mengetahui batas maksimal kemampuan proyek menghasilkan keuntungan. Penelitian ini juga mempergunakan analisis non finansial untuk mengetahui kelayakan usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri yang meliputi aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek legal/hukum, dan aspek lingkungan Deskriptif kualitatif Data kualitatif adalah data yang tidak dalam bentuk angka tetapi merupakan uraian maupun penjelasan yang tidak dapat dihitung. Data kualitatif ini sifatnya menunjang dan berhubungan dengan masalah yang diteliti. 1. Aspek teknis Membahas tentang kesiagaan perusahaan dalam menjalankan usahanya. Penilaian terhadap aspek ini sangat penting karena menyangkut hal-hal seperti masalah penentuan lokasi, luas produksi, tata letak (layout), penyusunan peralatan pabrik dan proses produksinya termasuk pemilihan teknologi. Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek teknis dan teknologi jika berdasarkan hasil analisis ide bisnis dapat dibangun dan dijalankan

12 22 (dioperasionalkan) dengan baik. Kelengkapan kajian aspek operasi sangat tergantung dari jenis usaha yang akan dijalankan, karena setiap jenis usaha memiliki prioritas tersendiri (Suliyanto, 2010). 2. Aspek pemasaran Membahas tentang menganalisis jenis produk yang akan diproduksi, banyaknya produk yang diminta oleh konsumen, serta menganalisis banyaknya produk yang ditawarkan oleh pesaing dan menganalisis cara atau strategi agar produk yang dihasilkan dapat sampai ke konsumen dengan lebih efesien dibandingkan pesaing (Suliyanto, 2010). 3. Aspek manajemen Membahas tentang pelaksanaan suatu pekerjaan melalui orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan - tujuan organisasional atau maksud maksud yang nyata. Keberhasilan suatu proyek/kegiatan yang telah dinyatakan layak (feasible) untuk dikembangkan, sangat dipengaruhi oleh peranan manajemen dalam pencapaian tujuan proyek/kegiatan. Orang yang melaksankan manajemen disebut sebagai manajer. Aspek manajemen dalam studi kelayakan bisnis menyangkut fungsi fungsi manajemen secara umum/makro, yang meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan (Zaini, 2014). 4. Aspek legal/hukum Membahas tentang ketentuan hukum yang harus dipenuhi sebelum menjalankan suatu usaha. Ketentuan hukum untuk setiap ijin usaha berbeda beda, tergantung pada kompleksitas bisnis tersebut. Adanya otonomi daerah

13 23 menyebabkan ketentuan hukum dan perizinan antara daerah satu dan lainya berbeda beda. Suatu ide bisnis dikatakan layak jika ide bisnis tersebut sesuai dengan ketentuan hukum dan mampu memenuhi segala persyaratan perizinan di wilayah tersebut (Suliyanto, 2010). 5. Aspek lingkungan Membahas tentang dampak yang ditimbulkan jika suatu investasi atau proyek jadi dilakukan, baik dampak negatif maupun positif. Sebelum usaha dijalankan perlu dilakukan studi tentang dampak lingkungan untuk mengetahui dampak yang akan timbul dan dicari jalan keluarnya untuk mengatasinya, studi ini dinamakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Keberadaan bisnis/proyek dapat berpengaruh terhadap lingkungan, baik lingkungan masyarakat maupun lingkungan ekologi tempat bisnis/proyek yang akan dijalankan (Suliyanto, 2010). 2.3 Peternakan Babi Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip - prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal. Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, babi, kerbau, dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci, dan bebek.

14 24 Menurut Sihobing (1997) sejarah peternakan babi di indonesia tidak diketahui secara pasti, karana catatan catatan mengenai hal itu tidak ditemukan. Namun yang pasti tujuan utama dari usaha peternakan babi adalah memperoleh keuntungan yang memuaskan dari penjualan bibit babi, babi sapihan, babi potong atau hasil daging dan pupuk dari pengolahan limbah babi. Baberapa jenis babi yang diusahkan peternak indonesia seperti: landrace, pietrain, duroc, saddle back dan babi lokal. Jenis babi landrace merupakan jenis babi yang umum diternakan di indonesia, babi landrace merupakan hasil persilangan antara pejantan large white dengan induk / betina lokal. Babi ini berasal dari Denmark dan merupakan jenis babi pedaging (bacon) berkualitas tinggi. Babi landrace memiliki ciri ciri karkas sangat panjang, paha besar, daging dibawah dagu gemuk dan kaki yang pendek, konversi pakannya baik dan sangat besar, sehingga cocok untuk memperbaiki mutu genetik ternak babi di daerah tropis seperti indonesia. Untuk peternakan babi yang terdapat di negara indonesia paling banyak dikembangkan masyarakat Bali selain karana sosial budaya masyarakat Bali, juga disebabkan oleh Bali merupakan sebagai daerah tujuan wisata, dan berkembangnya usaha kuliner menggunakan bahan baku daging babi, segi ekonomis peternakan babi di Bali antara lain: 1. Babi memiliki konversi terhadap makanan yang cukup tinggi. Semua bahan makanan bisa diubah menjadi daging, dan lemak dengan sangat efesien, untuk proses pembentukan 1 Kg daging rata rata diperlukan 3,5 Kg makanan.

15 25 2. Babi sangat peridi (prolific), satu kali beranak seokor indukan babi dapat menghasilkan 6 12 ekor dan setiap induk mampu beranak 2 kali dalam waktu setahun. 3. Kandungan fat atau lemak pada daging babi paling tinggi dibandingkan daging hewan ternak lainnya. 4. Babi mudah beradaptasi terhadap sistem pemakaian peralatan kandang seperti tempat makan dan minum yang otomatis, sehingga efesien biaya. Peternak babi rakyat secara umum menjual ternaknya dalam bentuk ternak hidup, bukan dalam bentuk daging olahannya. Ternak babi sudah bisa dijual pada umur 6 8 bulan dengan berat hidup 100 kg 150 kg/ekor. Penjualan ternak babi dilakuakan melalui Gabungan Usaha Perternak Babi Indonesia (GUPBI)/Rekan Bisnis (Rumah Pemotongan Hewan), pedagang atau tengkulak yang membeli langsung ke lokasi peternakan atau langsung ke pembeli. Penjualan yang melalui kelompok, peternak cukup melapor ke seksi pemasaran dan mereka yang akan mengkordinir untuk mencarikan pembeli. Cara pembayaran dari gapoktan ke peternak secara tunai, sedangkan dari pedagang atau tengkulak, ada yang secara tunai ada juga yang secara tempo (hutang). Harga babi dan daging babi berfluktuasi tergantung berbagai faktor. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi harga jual daging babi yakni jumlah persediaan babi yang akan dijual akan berpengaruh terhadap jaminan pasar yaitu dalam hubungan produksi dan kebutuhan. Jika pasar mengalami kebanjiran produksi, maka akan terjadi penurunan harga per satuan produksi, sebaliknya apabila permintaan pasar meningkat, sedangkan jumlah produksi tidak mengikutinya, maka akan terjadi kenaikan harga persatuan produksi.

16 26 Kestabilan harga relatif dicapai apabila jumlah produksi dan kebutuhan pasar selalu dipertahankan. Persedian babi juga dipengaruhi oleh persedian pakan yang berkualitas dan berkelanjutan. Jika harga pakan naik, maka secara otomatis usaha produksi akan menyesuaikan yaitu dengan cara mengurangi jumlah babi yang akan dipelihara. Upaya ini dilakukan untuk mencegah kerugian yang lebih besar bagi usahanya, selain itu harga dipasaran juga dipengaruhi oleh adanya peningkatan permintaan pasar pada saat hari hari besar (Hari Raya Galungan dan Kuningan). Peningkatan permintaan daging babi juga dipengaruhi oleh meningkatnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya konsumsi daging babi untuk kebutuhan upacara keagamaan. Hal ini membuka peluang usaha penggemukan dan peternakan babi di Bali. 2.4 Manajemen Limbah Peternakan Babi Perencanaan lokasi usaha peternakan babi terutama usaha yang besar, perlu disiapkan untuk jangka panjang, misalnya harus dipersiapkan untuk jangka waktu tahun masa yang akan datang, karena modal yang diinvestasikan relatif tinggi. Penting pula diperhatikan dari faktor fisik, ekonomis, dan sosial, terutama di Indonesia agar sesuai dengan makna yang terkandung dalam peraturan yang berlaku. Undang-undang RI No. 4 tahun terutama Pasal 16: setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) yang pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam mengatasi menejemen limbah peternakan babi:

17 27 1. Luas lahan peternakan babi, Lahan untuk peternakan harus cukup luas dengan besar usaha peternakan, selain untuk peruntukan bagi peternakan; sedapat mungkin ada lahan untuk memanfaatkan limbah ternak untuk tanaman pangan ataupun pakan ternak. Akses jalan yang layak agar memudahkan dalam proses pendistribusian hewan, yakni mengangkut ternak, pakan ternak dan limbah peternakan. 2. Kotoran, limbah dari kotoran babi baik itu berupa kotoran cair atau padat dapat di olah menjadi pupuk dengan menggunakan proses atau prosedur tertentu selain mengurangi limbah dari peternakan juga sekaligus peluang untuk meningkatkan pendapatan dari penjualan pupuk yang berbahan baku kotoran dari peternakan babi. 3. Topografi lahan, lahan harus dipilih yang bertopografi yang memungkinkan digunakan untuk peternakan babi. Sedapat mungkin dari areal perkandangan dapat disalurkan limbah ternak ke tempat penampungan limbah oleh grafitasi saja. Air permukaan diarahkan menjauh dari kandang dan dari penampungan limbah sedapat mungkin tinggal di lahan peternakan itu sendiri dan jangan mencemari lahan milik orang lain agar tidak mencemari lingkungan. 4. Permukaan air dalam tanah, dengan semakin banyak masyarakat menggunakan persediaan air tanah untuk dipakai sehari-hari, penting untuk menghindari sumber ini dari pencemaran. Bila perlu diuji menggali satu atau dua lubang untuk mengetahui ambang air tanah, sehingga mempermudah memilih lokasi penampungan limbah ternak.

18 28 5. Jarak kandang dari pemukiman, ternak dapat mencemari lingkungan dalam bentuk pencemaran air permukaan maupun air dalam tanah, udara, maupun bising oleh suara ternak. Dari sebab itu jarak peternakan, dalam hal ini kandang tempat mengurung ternak, harus diperhatikan jarak minimalnya dari pemukiman. Bangunan kandang harus cukup jauh jaraknya dari rumah-rumah pemukiman untuk menghindari polusi kebisingan, udara dan air bagi penghuni rumah tempat tinggal bangunan - bangunan atau pusat - pusat kegiatan lain. 2.5 Penelitian Sebelumnya Pengkajian terhadap hasil hasil peneitian yang telah dilakukan peneliti sebelumnya sangat perlu dilakukan mengingat pentingnya bagi peneliti untuk menelaah masalah yang dihadapi peneliti dalam penelitianya. Adapun penelitaian yang sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu: Kusuma (2014) dalam penelitiannya yang berjudul analisis kelayakan finansial pengembangan usaha produksi komoditas lokal: mie berbasis jagung menggunakan metode analisis finansial dengan menghitung biaya investasi, biaya produksi, struktur finansial, estimasi penjualan, estimasi biaya produksi, cash flow, pemenuhan kriteria finansial yang meliputi: Analisa break even point (BEP), net present value NPV), incrementalrate of return (IRR), net benefit cost ratio (Rasio B/C), payback period (PBP), dan analisis sensitivitas. Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Pengolahan Pangan Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna-LIPI Subang. Analisa finansial yang dilakukan memperoleh hasil Net Present Value bernilai positif sebesar Rp ,00

19 29 Internal Rate of Return sebesar 59,19% menunjukkan bahwa tingkat pengembalian lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang ditentukan. Payback Period selama 13 bulan apabila asumsi yang direncanakan terpenuhi, Profitability Index sebesar 1,01 dan Rasio B/C sebesar 1,3 lebih besar dari > 1 sehingga dari segi finansial rencana usaha mie jagung layak dijalankan. Analisa sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan pendapatan 5% dan kenaikan biaya operasional 5% sangat berpengaruh terhadap kelayakan proyek, dari pertimbangan kriteria investasi di atas menunjukkan bahwa kegiatan usaha produksi mie jagung instan layak untuk dijalankan selama proyek berjalan sesuai dengan asumsi dan parameter teknis yang ditentukan. Narendra (2011) dalam penelitiannya yang berjudul analisis kelayakan finansial rencana pembangunan gedung parkir bertingkat di pasar lokitasari menggunakan metode net present value, benefit cost ratio, internal rate of return, payback period, dan analisis sensitivitas. Hasil analisis menunjukkan untuk alternatif satu biaya sebesar Rp dengan tingkat suku bunga 18%, nilai NPV < 1 yang artinya proyek tidak layak, nilai benefit cost ratio < 1 yang artinya proyek tidak layak, dan nilai internal rate of return sebesar 9.59% lebih kecil dari tingkat suku bunga. Pada alternatif dua biaya parkir sebesar Rp , nilai NPV > 1 yang artinya proyek layak untuk dilaksanakan, nilai benefit cost ratio > 1 yang artinya proyek layak untuk dilaksanakan, nilai IRR sebesar 18,41%, dan payback period pada tahun Pada penelitian ini pemerintah direkomendasikan untuk memilih harga alternatif kedua agar proyek yang akan dilaksanakan ini layak secara finansial.

20 30 Agus Suryadi dkk. (2014) dalam penelitiannya yang berjudul analisis kelayakan usaha ternak babi sancaya ditinjau dari metode net present value di Br. Ponggang, Payangan, Gianyar. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada Usaha Ternak Babi Sancaya di Br. Ponggang, Payangan menggunakan metode deskriptif kuantitatif, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu (1) Usaha Ternak Babi Sancaya di Banjar Ponggang, Payangan layak dikembangkan karena nilai NPV yang dihasilkan lebih besar dari nol (0) yaitu sebesar Rp ,00. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah sama sama menganalisis aspek finansial dengan metode kelayak finansial yang meliputi break event point, payback periode, net benefit/cost ratio, net present value, internal rate of return dan analisis sensitivitas. Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah lokasi penelitian, waktu penelitian dan pada penelitian ini juga dibahas mengenai aspek non finansial yang meliputi aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek legal /hukum, dan aspek lingkungan, selain itu juga dilakukan wawancara dan obeservasi untuk mengetahui kendala kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha ternak babi di UD. Sindi Mandiri. 2.6 Kerangka Pemikiran Daging babi menjadi salah satu komonditas yang penting ditinjau dari sosial budaya masyarakat Bali. Hal tersebut berdampak pada perkembangan usaha peternakan babi di Desa Bongan, dalam menjalankan usaha ternaknya peternak memegang peranan penting dalam mengelola dan pengambilan keputusan dalam menjalankan usaha ternak babi agar sesuai rencana dan tujuan

21 31 yang sudah ditetapkan. Kendala yang sering dihadapi dalam mejalankan usaha ternak babi, harga pakan ternak yang mengalami kenaikan namun tidak diikuti meningkatnya harga jual ternak dipasaran yang membuat harga daging babi berfluktuasi di pasaran. Serta adanya serangan virus dan penyakit terhadap hewan ternak dan kurang luasnya pangsa pasar untuk menjual ternak babi juga mempengaruhi berkembang atau tidaknya usaha ternak babi di Provinsi Bali. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan metode deskriptif kualitatif, untuk mengetahui kelayakan usaha ternak babi UD Sindi Mandiri di Desa Bongan yang ditinjau dari sektor produksi, pemasaran, keuangan, titik impas, dan keuntungan, dengan menggunakan analisis finansial dan analisis non finansial. Analisis finansial yang meliputi aspek non discounting yang terdiri dari break event point dan payback period sedangkan aspek discounting yang terdiri dari net present value, net benefit/cost ratio, gross benefit/cost ratio, internal rate of returns, dan analisis sensitivitas, untuk mengetahui batas maksimal kemampuan proyek menghasilkan keuntungan dilakukan perhitungan perbandingan dengan menggunakan discount factor 12% dan discount factor 19%. Sedangkan analisis non finansial meliputi aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek legal/hukum, dan aspek lingkungan. Metode wawancara dan obeservasi digunakan untuk mengetahui kendala kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri. Alur kerangka pemikiran penelitian ini ditunjukan pada gambar 2.1

22 32 Peternak Usaha Ternak Babi UD. Sindi Mandiri Produksi Teknis Peternakan Analisis Finansial Non Discounting 1. BEP 2. Payback Period Discounting 1. NPV 2. Net B/C ratio 3. Gross B/C ratio 4. IRR 5. Analisis Sensitivitas Analisis Non Finansial 1. Aspek Teknis 2. Aspek Pemasaran 3. Aspek Manajemen 4. Aspek Legal/Hukum 5. Aspek Lingkungan Kendala 1. Kenaikan Harga pakan Ternak Metode Analisis Finansial Metode Analisis Deskriptif Layak / Tidak Saran Kebijakan Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Prospek Pengembangan Usaha Ternak Babi di Desa Bongan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan

I. PENDAHULUAN. atau sumber energi, serta pengelolaan lingkungan hidupnya. Kegiatan pengolahan

I. PENDAHULUAN. atau sumber energi, serta pengelolaan lingkungan hidupnya. Kegiatan pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri atau sumber energi, serta

Lebih terperinci

Kelayakan Usaha Ternak Babi di UD Sindi Mandiri Desa Bongan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan

Kelayakan Usaha Ternak Babi di UD Sindi Mandiri Desa Bongan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan Kelayakan Usaha Ternak Babi di UD Sindi Mandiri Desa Bongan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan I PUTU TEGUH PARAMARTA, I MADE ANTARA, PUTU UDAYANI WIJAYANTI Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Kelayakan Investasi Evaluasi terhadap kelayakan ekonomi proyek didasarkan pada 2 (dua) konsep analisa, yaitu analisa ekonomi dan analisa finansial. Analisa ekomoni bertujuan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usaha Menurut Gittinger (1986) bisnis atau usaha adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan jaman dimana masyarakat mulai sadar akan pentingnya kebutuhan pangan yang harus terpenuhi. Salah satu faktor yang paling di lirik oleh masyarakat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. Tempat Pengambilan sampel harga pokok produksi kopi luwak dilakukan di usaha agroindustri

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Investasi Kasmir dan Jakfar (2009) menyatakan bahwa investasi adalah penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi daging ayam dinilai masih kurang. Berkenaan dengan hal itu, maka

BAB I PENDAHULUAN. produksi daging ayam dinilai masih kurang. Berkenaan dengan hal itu, maka 1 BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Peluang usaha di bidang peternakan ayam pada saat ini terbilang cukup baik, karena kebutuhan akan daging ayam setiap tahunnya meningkat, sementara produksi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ STUDI KELAYAKAN BISNIS Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ http://adamjulian.web.unej.ac.id/ PENDAHULUAN Arti Studi Kelayakan Bisnis??? Peranan Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan Bisnis memerlukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHA TERNAK BABI DI UD SINDI MANDIRI DESA BONGAN KECAMATAN TABANAN KABUPATEN TABANAN

KELAYAKAN USAHA TERNAK BABI DI UD SINDI MANDIRI DESA BONGAN KECAMATAN TABANAN KABUPATEN TABANAN KELAYAKAN USAHA TERNAK BABI DI UD SINDI MANDIRI DESA BONGAN KECAMATAN TABANAN KABUPATEN TABANAN SKRIPSI Oleh : I PUTU TEGUH PARAMARTA KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

MODUL 13 PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI 1. PENDAHULUAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT

MODUL 13 PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI 1. PENDAHULUAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI Silvana Maulidah, SP, MP Lab of Agribusiness Analysis and Management, Faculty of Agriculture, Universitas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha ANALISIS BISNIS DAN STUDI KELAYAKAN USAHA MAKALAH ARTI PENTING DAN ANALISIS DALAM STUDI KELAYAKAN BISNIS OLEH ALI SUDIRMAN KELAS REGULER 3 SEMESTER 5 KATA

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1)

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) M a n a j e m e n K e u a n g a n 96 Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menghitung, dan menjelaskan mengenai penggunaan teknik penganggaran modal yaitu Payback

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA PULLET (Studi Kasus pada UD Prapta di Desa Pasedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem) Arta, I M. G., I W. Sukanata dan R.R Indrawati Program Studi Peternakan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Investasi dan Depresiasi Menurut Husein Umar (2000,p1), investasi adalah upaya menanamkan faktor produksi langka yakni dana, kekayaan alam, tenaga ahli dan terampil, teknologi

Lebih terperinci

TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR

TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Produksi Perikanan dan Kelautan Disusun Oleh: Ludfi Dwi 230110120120 Sofan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di penggilingan padi Sinar Ginanjar milik Bapak Candran di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi 23 III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian yaitu tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengkajian pengembangan produk, tahap pengkajian teknologi, tahap uji coba dan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usahatani Bachtiar Rifai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal yang

Lebih terperinci

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

Bab XIII STUDI KELAYAKAN Bab XIII STUDI KELAYAKAN STUDI KELAYAKAN DIPERLUKAN 1. Pemrakarsa sebagai bahan pertimbangan a. Investasi - Merencanakan investasi - Merevisi investasi - Membatalkan investasi b. Tolak ukur kegiatan/investasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Studi kelayakan pengembangan bisnis merupakan suatu analisis mendalam mengenai aspek-aspek bisnis yang akan atau sedang dijalankan, untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Disarikan Gitman dan Sumber lain yang relevan Pendahuluan Investasi merupakan penanaman kembali dana yang dimiliki oleh perusahaan ke dalam suatu aset dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis/Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dan tipe data yang digunakan adalah data kualitatif dan kuantitatif. Sehingga penelitian ini bersifat deskriptif

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali pada tanggal 16 Desember 2015 sampai 29 Januari 2016. B. Desain Penelitian Metode dasar

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin. meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin. meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini menyebabkan banyak perusahaan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 41 BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Pilihan Analisis Untuk menganalisis kelayakan usaha untuk dapat melakukan investasi dalam rangka melakukan ekspansi adalah dengan melakukan penerapan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor dari pertanian yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan hasil ternak seperti daging,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG Financial Analysis In Fresh Milk Collecting Unit Of Tani Wilis Dairy Cooperatives At Sendang Sub District

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 46 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab empat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebelum melakukan analisis

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Laboratorium Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika (LPPM PKBT) yang berlokasi di Tajur sebagai sumber informasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ketersediaan bahan baku ikan hasil tangkap sampingan yang melimpah merupakan potensi yang besar untuk dijadikan surimi. Akan tetapi, belum banyak industri di Indonesia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

Oleh : Ani Hidayati. Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi

Oleh : Ani Hidayati. Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Oleh : Ani Hidayati Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Keputusan Investasi (capital investment decisions) Berkaitan dengan proses perencanaan, penentuan tujuan

Lebih terperinci

layak atau tidak maka digunakan beberapa metode dengan harapan mendapatkan

layak atau tidak maka digunakan beberapa metode dengan harapan mendapatkan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Umum Analisis kelayakan investasi proyek jalan tol pada dasaraya adalah mencoba mengkaji ulang suatu rencana penanaman sejumlah uang dengan memperhatikan manfaat yang dinikmati oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari semakin menginginkan pola hidup yang sehat, membuat adanya perbedaan dalam pola konsumsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber data secara langsung.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci