BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi. Ada beberapa pendapat terkait dengan pengelolaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi. Ada beberapa pendapat terkait dengan pengelolaan"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA Sumber daya manusia, semakin marak di perbincangkan dalam lingkungan organisasi. Ada beberapa pendapat terkait dengan pengelolaan sumber daya manusia, dalam menunjang peningkatan kinerja karyawan. Beberapa hal yang mempengaruhi kinerja sumber daya manusia dantaranya adalah kepemimpinan dan motivasi kerja. 2.1 Kepemimpinan Pengertian Kepemimpinan Terry (1960) dalam Thoha (2006) mengatakan bahwa, kepemimpinan itu adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai perilaku seorang individu sementara ia terlibat dalam pengarahan kegiatan-kegiatan kelompok. Sedangkan menurut Rauch & Behling (1984) dalam Gorda (2006), kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasikan ke arah pencapaian tujuan. Suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagian besar ditentukan oleh pemimpin dan kepemimpinannya. Pemimpinlah yang bertanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan. Day dan Lord (1998) dalam Siagian (2004) menyatakan bahwa, keberhasilan atau kegagalan yang dialami sebagian besar organisasi ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki orang-orang yang diserahi tugas memimpin organisasi. 11

2 12 Salah satu dari elemen kunci kepemimpinan adalah influence (pengaruh). Pertimbangan utama dari para pemimpin adalah mempengaruhi orang lain untuk melakukan hal-hal yang diperlukan dalam mencapai goal yang spesifik dan pertimbangan lainnya adalah dengan membangun hubungan dengan para pengikutnya berdasarkan kepercayaan, harapan atau rasa ketergantungan dan kepedulian yang sebenarnya satu sama lain. Menurut Joseph C. Rost (1993) dalam Safaria (2004) mendefinisikan bahwa, kepemimpinan merupakan sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya. Kepemimpinan berkaitan dengan proses yang disengaja dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing, membuat struktur, memfasilitasi aktifitas dan hubungan didalam kelompok atau organisasi (Yukl, 2005). Kepemimpinan merupakan kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Jadi dapat dikatakan bahwa kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan, tidak harus diikat dalam suatu organisasi tertentu, kepemimpinan bisa terjadi dimana saja, kapan saja asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi perilaku orang lain (Thoha, 2006). Di dalam mencapai tujuan organisasi, manajemen merupakan proses yang memiliki fungsi-fungsi tertentu, meliputi: perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, dan pengendalian. Secara tersendiri manajemen merupakan proses

3 13 kerjasama dengan dan melalui orang-orang dan sekelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Dari fungsi perencanaan dan pengorganisasian, kepemimpinan dalam pembahasan ini berada dalam fungsi pemotivasian. Reksohadiprojo dan Handoko (1991) menyatakan, Sebutan pemimpin atau manajer tak perlu dicampuradukan, sebab kepemimpinan (leadership) adalah bagian tersendiri dari manajemen. Manajer melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, memotivasi, komunikasi, dan pengendalian. Termasuk dalam fungsi-fungsi ini adalah memimpin dan mengarahkan. Hersey dan Blachart (1995) menyatakan, mengenai esensinya konsep kepemimpinan lebih luas dari konsep manajemen. Manajemen dipandang sebagai jenis khusus kepemimpinan di mana yang terpenting adalah pencapaian tujuan organisasi. Perbedaan pokok kedua konsep ini terletak pada istilah organisasi. Kepemimpinan terjadi pada setiap saat seseorang berusaha mempengaruhi perilaku seseoranga atau kelompok orang apapun alasannya. Dari dua pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa, dalam lingkup yang lebih sempit, kepemimpinan sebagai bagian dari proses manajemen dalam mencapai tujuan. Sedangkan dalam lingkungan yang lebih luas manajemen merupakan bagian dari kepemimpinan. Artinya kepemimpinan tidak mutlak memerankan semua fungsi manajemen, tetapi sifat dan tujuan ataupun fokus dari kepemimpinan adalah bagaimana seseorang sebagai pemimpin dapat mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lainnya. Dalam kajiannya penulis memfokuskan pada fungsi kepemimpinan dalam proses memotivasi, seperti telah dikemukan sebelumnya mengenai peran kepemimpinan dalam

4 14 motivasi. Bagian terpenting dalam hal ini terkait dengan bagaimana seorang pemimpin dapat dan mampu mengarahkan bawahannya dalam mencapati suatu tujuan yang ditargetkan untuk dicapai. Pentingnya kepemimpinan dalam organisasi diungkapkan oleh Davis and Newstrom (2002). Mereka menyatakan, tanpa kepemimpinan suatu organisasi adalah kumpulan orang-orang dan mesin-mesin yang tidak teratur (kacau balau). Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengatasi atau membujuk orang-orang lain untuk mencapai tujuan dengan antusias. Ini merupakan faktor manusiawi yang mengikat sebagai suatu kelompok bersama dan memotivasi mereka dalam mencapai tujuan. Reksohadiprojo dan Handoko (1991) menyatakan, kegiatankegiatan manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, dan pengambilan keputusan merupakan sebuah kepompong yang tidur (tidak efektif) sampai pemimpin cepat bertindak untuk menghidupkan motivasi dalam setiap orang dan mengarahkan mereka mencapai tujuan. Kepemimpinan merubah sesuatu yang potensial menjadi suatu kenyataan. Ini adalah kegiatan pokok yang memberikan sukses bagi semua hal yang potensial, yaitu sesuatu organisasi dan anggotaanggotanya. Arti kepemimpinan tercemin sebagai suatu fungsi pengendali organisasi, yang memiliki nilai potensial baik secara individu maupun organisasi dalam pencapaian tujuan. Arah yang menjadi bagian pembahasan disini termuat peran dari fungsi seorang pemimpin itu sendiri. Bagaimana seorang pemimpin mampu menetapkan dan memanfaatkan segala fungsi atau sistim menjadi suatu sistem dalam pencapaian suatu tujuan. Dalam fungsinya seorang pemimpin memiliki

5 15 peran yang sangat potensial, dalam hal ini usaha penciptaannya bagaimana agar suatu organisasi yang terdiri dari satuan-satuan kecil dapat disatukan secara bersama untuk mencapati tujuan bersama suatu organisasi ataupun perusahaan. Berarti hal penting disini bagaimana seorang pemimpin mampu menimbulkan motivasi bagi pekerja ataupun bawahannya untuk menajalankan suatau usaha untuk mencapati target ataupun tujuan yang diharapkan. Peran tersebut tidak begitu sempit bagaimana mengorganisasi untuk menjalankan agar dapat mencapai suatu target, tapi kondisi yang lebih penting, yang saat sekarang lebih dominan diperlukan adalah bagaimana seorang pemimpin mampu menciptakan kondisi agar kreativitas dapat timbul sehingga gambaran ide untuk pengembangan ke arah yang lebih mapan dan baik akan terbaca dan muncul ke permukaan. Bagaimanakah gaya kepemimpinan dapat menimbulkan suatu hasil yang berbeda dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Gaya kepemimpinan (style of leadership), merupakan salah satu cara bagaimana seorang pemimpin (manajer) menjalankan tugasnya. Pendekatan dalam memahami gaya kepemimpinan secara khas dilihat dari sudut pandang atau persepsi bawahannya, yaitu bagaimana seorang pemimpin mengarahkan bawahannya, seperti dikatakan oleh Reksohadiprodjo dan Handoko, Gaya kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya gaya kepemimpinan merupakan teknik atau cara memotivasi bawahan. Pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat dan disertai dengan motivasi eksternal yang tepat dapat mengarahkan tujuan perseorangan dan tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan yang tidak tepat menghasilkan perilaku

6 16 pemimpin yang tidak efektif dalam mempengaruhi bawahannya. Secara relatif gaya kepemimpinan terbagai menjadi tiga, yaitu : otokratis, demokratis, atau partisipatif, dan laissez-fair. (Reksohadiprodjo dan Handoko, 1991). Pengaruh intern seperti kepribadian pemimpin, situasional, serta persepsi dari para bawahan terhadap pimpinannya akan berpengaruh terhadap perilaku ataupun gaya kepemimpinannya. Hersey dan Blanchart (1995) menyatakan, gaya pemimpin adalah pola-pola perilaku konsumen yang mereka terapkan dalam bekerja dengan dan melalui orang lain seperti yang dipersepsikan oleh orangorang itu. Pola-pola itu timbul pada diri orang-orang pada waktu mereka mulai memberikan tanggapan dengan cara yang sama dalam kondisi yang serupa; pola itu membentuk kebiasaan tindakan yang setidaknya dapat diperkirakan bagi mereka yang bekerja dengan orang-orang itu Teori Kepemimpinan Transformasional & Transaksional Salah satu teori yang menekankan suatu perubahan dan yang paling komprehensip berkaitan dengan kepemimpinan adalah teori kepemimpinan transpormasional dan transaksional (Bass, 1998). Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Burn yang mengidentifikasikan dua tipe kepemimpinan politik, yaitu kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional. Juga dikemukakan bahwa gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional dapat dipilih secara tegas dan keduanya merupakan gaya kepemimpinan yang saling bertentangan. Kepemimpinan transformasional dan transaksional sangat penting dan dibutuhkan setiap organisasi (Bass, 1998). Selanjutnya Burns (1978), mengembangkan konsep kepemimpinan transformasional dan transaksional

7 17 dengan berlandaskan pada pendapat Maslow mengenai hirarki kebutuhan manusia. Menurut Burn keterkaitan tersebut dapat dipahami dengan gagasan bahwa kebutuhan karyawan yang lebih rendah, seperti kebutuhan fisiologis dan rasa aman hanya dapat dipenuhi melalui praktik gaya kepemimpinan transaksional sebaliknya kebutuhan yang lebih tinggi, seperti harga diri dan aktualisasi diri, hanya dapat dipenuhi melalui praktek gaya kepemimpinan transformasional Gaya Kepemimpinan Gaya-gaya kepemimpinan mengacu kepada pola-pola prilaku yang dominan dan menentukan dari seorang pemimpin. Untuk mudahnya, orang dapat berbicara mengenai suatu gaya tunggal, keseluruhan bagi seorang pemimpin, namun dalam kenyataannya amat sedikit para pemimpin efektif memiliki suatu gaya tunggal yang mereka selalu gunakan, Vanwart (2004). Vanwart (2004) menyatakan, para pemimpin yang efektif meragamkan gaya mereka dari satu kondisi ke kondisi yang lainnya. Para pemimpin mungkin menggunakan gaya kepemimpinan mereka secara sadar; karena mereka sering tidak sadar dalam penggunaan gaya mereka dan bahkan bisa jadi terlupa terhadap fakta bahwa tindakan mereka mengingkari gaya yang didukung (yaitu, gaya yang mereka pikirkan dan yang mereka miliki). Para pengikut juga menghubungkan gaya-gaya dengan para pemimpin dari perilaku yang mereka amati; sekala lagi, pengamatan-pengamatan ini mungkin atau mungkin saling tidak konsisten karena perbedaan pengamatan dan perspektif dari pemimpin bersangkutan. Banyak faktor yang berkaitan dengan gaya-gaya pemimpin; di antaranya karakteristik pengikut, kemungkinan lingkungan, dan struktur kekuatan pimpinan

8 18 di antara mereka. Seorang pemimpin umumnya tidak harus menggunakan gaya yang sama dengan sekelompok karyawan baru dan sekelompok karyawan lama. Orang juga tidak akan menggunakan gaya yang sama terhadap seorang karyawan yang akan digantikan karena ia akan mempekerjakan seorang karyawan yang teladan. Dari segi kemungkinan lingkungan, yang paling penting adalah krisis, yang mana lebih banyak model yang memberikan arahan dan ketegegasan yang lebih besar umumnya dibutuhkan. Bahkan budaya organisasi atau kesatuan akan mempengaruhi gaya yang digunakan. Demikian pula orang-orang memiliki karakteristik kepribadian yang melekat yang menegaskan model-model yang lebih disukai dan kepribadian sekunder, orang-orang juga memiliki gaya kepemimpinan sekunder. Model yang lebih disukai adalah model yang pemimpin rasakan paling nyaman dan akan cenderung sangat mengandalkan keadaan yang bermakna ganda. Gaya-gaya sekunder adalah gaya-gaya yang pemimpin dapat gunakan, namum umumnya pada hal-hal yang merupakan kegiatan yang lebih sadar. Cakupan gaya tersebut adalah tingkat sejauh mana pemimpin dapat menggunakan gaya-gaya beragam. Kapasitas gaya adalah kemampuan seorang pemimpin untuk menggunakan suatu gaya secara efektif, tak peduli apakah itu gaya yang lebih disukai atau gaya sekunder. Sangatlah mungkin bahwa seorang pemimpin akan memiliki kapasitas yang besar dalam satu gaya saja, dan jarang menggunakan gaya-gaya sekunder, dan untuk yang lain memiliki suatu cakupan yang relatif komprehensif dan menggunakan semuanya dengan sangat buruk dan secara keseluruhan kurang efektif. Tentu saja para pemimpin yang sangat efektif tidak hanya memiliki

9 19 kompetensi dalam cakupan gaya yang luas, namun mampu mengubah gaya-gaya secara strategis sesuai dengan situasi yang berbeda-beda. Ada suatu perdebatan mengenai seberapa banyak pemimpin dapat mengubah gayanya atau harus mencoba menyesuaikan dengan keadaan, Fielder, Chemers dan Mahar (1976) dalam Vanwart (2004). Bahkan menyesuaikan suatu pandangan sempit dari kemampuan beradaptasi pemimpin, pemimpin masih bertanggung jawab untuk menemukan orang yang tepat untuk menangani keadaan khusus atau beradaptasi dengan keadaan dengan cara-cara yang yang sesuai dengan gaya-gaya mereka. 1) Gaya kepemimpinan transformasional Gaya kepemimpinan transformasional dicirikan sebagai pemimpin yang berfokus pada pencapaian perubahan nilai-nilai, kepercayaan, sikap, perilaku, emosional, dan kebutuhan bawahan menuju perubahan yang lebih baik di masa depan. Kepemimpinan transformasional memotivasi karyawan untuk melakukan pekerjaan atau tugas lebih baik dari apa yang bawahan inginkan dan bahkan lebih tinggi dari apa yang sudah diperkirakan sebelumnya. Kepemimpinan seperti ini akan sejak awal menimbulkan kesadaran dan komitmen yang tinggi dari kelompok terhadap tujuan dan misi organisasi serta akan membangkitkan komitmen para pekerja untuk melihat dunia kerja melampaui batas-batas kepentingan pribadi demi untuk kepentingan organisasi. Bass (1998) mengemukakan bahwa pemimpin transformasional dapat diukur dalam hubungan dengan pengaruh pemimpin tersebut terhadap karyawan. Oleh karena itu Bass (1998) mengemukakan, ada tiga cara seorang pemimpin transformasional memotivasi karyawannya, yaitu dengan:

10 20 (1) mendorong karyawan untuk lebih menyadari arti penting hasil usaha (2) mendorong karyawan untuk mendahulukan kepentingan kelompok (3) meningkatkan kebutuhan karyawan yang lebih tinggi seperti harga diri dan aktualisasi diri. Bass (1998) mengemukakan adanya empat karakteristik gaya kepemimpinan transformasional, yaitu sebagai berikut. (1) Karisma (2) Inspirasional (3) Stimulasi intelektual (4) Perhatian individual Pemimpin transformasasional bertujuan untuk menghasilkan suatu hasil yang superior dengan perilaku atau salah satu atau lebih faktor-faktor berikut. (1) Simulasi Individu (Individual Stomulation). Pemimpin transformasional menstimulasi usaha bawahannya untuk berlaku inovatif dan kreatif dengan mempertanyakan asumsi, pembatasan masalah dan pendekatan dari situasi lama dengan cara yang baru. (2) Konsiderasi Individual (Individual Consideration). Pemimpin transformasional memiliki perhatian khusus terhadap kebutuhan individu dalam pencapaiannya dan pertumbuhan yang mereka harapkan dengan berperilaku sebagai pelatih atau mentor. (3) Motivasi Inspirasional (Inspirasional Motivation). Pemimpin transformasional berperilaku dengan tujuan untuk memberi motivasi dengan inspirasi terhadap orang-orang disekitarnya.

11 21 (4) Pengaruh Idealis (Idealized Influence). Pemimpin transformasional berperilaku sebagai model bagi bawahannya. Pemimpin seperti ini biasanya dihormati dan dipercaya. Kekuasaannya berdasarkan pemberian hadiah dan hukuman, penegakan aturan dan standar kerja organisasi yang harus dipatuhi oleh setiap bawahannya tanpa kecuali. Menurut Bass, pemimpin transformasional ini mampu membawa organisasi menuju kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemimpin transaksional. Iklim dan akibat yang diperoleh bawahan dari pemimpin transformasional adalah meningkatnya motivasi kerja, antusiasme, komitmen, kepuasan kerja, kesejahteraan dan kesehatan bawahan. (2) Gaya kepemimpinan transaksional Gaya kepemimpinan transaksional lebih berfokus pada hubungan pemimpin dan bawahan, mereka lebih banyak mengawasi, mengontrol dan memberikan perintah-perintah untuk diselesaikan oleh bawahannya. Selanjutnya Bass (1998) mengemukakan bahwa hubungan kepemimpinan transaksional dengan karyawan tercermin dari tiga hal yakni: 1) Pemimpin mengetahui apa yang diinginkan karyawan dan menjelaskan apa yang akan mereka dapatkan apabila kerjanya sesuai dengan harapan. 2) Pemimpin menukar usah-usaha yang dilakukan oleh karyawan dengan imbalan 3) Pemimpin responsif terhadap kepentingan pribadi karyawan selama kepentingan tersebut sebanding dengan nilai pekerjaan yang telah dilakukan karyawan.

12 22 Kepemimpinan transaksional menekankan pada transaksi atau pertukaran yang terjadi antar pemimpin, rekan kerja dan bawahannya. Pertukaran ini didasarkan pada diskusi pemimpin dengan pihak-pihak terkait untuk menentukan apa yang dibutuhkan dan bagaimana spesifikasi kondisi dan upah/hadiah jika bawahan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Karakteristik gaya kepemimpinan transaksional ditunjukkan dengan gambaran perilaku atasan sebagai berikut (1) Imbalan Kontinjen (Contingensi Reward). Pemimpin melakukan kesepakatan tentang hal-hal apa saja yang dilakukan oleh bawahan dan menjanjikan imbalan apa yang akan diperoleh bila hal tersebut dicapai. (2) Manajemen dengan eksepsi (Manajemen By exception). Pada manajemen eksepsi pemimpin memantau deviasi dari standar yang telah ditetapkan dan melakukan tindakan perbaikan. Selain secara aktif, manajemen dengan eksepsi juga bisa dilakukan secara pasif Perbedaan Kepemimpinan Transformasional Dan Transaksional Bass (1998) dalam Duckett dan Macfarlane (2003) menyatakan bahwa, mengembangkan hasil penelitian Burns (1978) menjadi sebuah model kepemimpinan transformasional dan transaksional. Kedua kategori memiliki suatu jelajah perilaku yang berkaitan dengan kepemimpinan tersebut. Bass (1998) mengajukan hipotesis bahwa, para pemimpin transformasional lebih mungkin dilihat karena memuaskan dan efektif serta menguji hasil ini dengan kuesioner kepemimpinan multifaktor di seluruh jelajah sektor publik, swasta, kesehatan dan pertahanan. Perbedaan hasil pengukuran produktivitas bebas dan kinerja

13 23 finansial. Temuan-temuannya menyatakan bahwa para pemimpin transformasional memiliki hubungan yang lebih baik dengan para pengawas mereka dan memberikan lebih banyak kontribusi kepada organisasi daripada mereka yang hanya menerapkan kepemimpinan transaksional Duckett dan Macfarlane (2003). Di samping itu, ditemukan bahwa para karyawan bersedia menggunakan lebih banyak upaya dan meningkatkan standar untuk para pemimpin transformasional. Sebuah fokus pada pertimbangan terindividualisasi dimaksudkan bahwa secara umum kepemimpinan transformasional membawa lebih banyak risiko dan tingkat kegiatan kewirausahaan yang lebih tinggi. Dalam simpulannya Bass (1998) menyatakan bahwa, ketika sebuah perusahaan dihadapkan pada pasar yang tengah bergejolak, kemudian kepemimpinan transformasional perlu dibantu pada semua tingkatan di dalam perusahaan. Temuan-temuan Bass (1998) didukung oleh penelitian baru-baru ini yang dilakukan oleh Krishnan (2001) dalam Duckett dan Macfarlane (2003) yang menyatakan bahwa, kinerja unggulan hanya mungkin melalui perangsangan dan pemberian motivasi kepada para pengikut menuju ke tingkat kinerja yang lebih tinggi melalui kepemimpinan transformasional. Penelitiannya menemukan bahwa nilai-nilai pemimpin transformasional dan pemimpin transaksional berbeda yang transformasional dicirikan oleh suatu fokus pada kesejahteraan dan kesetaraan bersama, perubahan diorientasikan dan moral dinilai, sementara pemimpin transaksional berorientasi pada nilai-nilai rutin dan kompetensi. Perbedaan gaya

14 24 kepemimpinan transformasional dengan gaya kepemimpinan transaksional diuraikan seperti pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional Kepemimpinan transformasional Kepemimpinan transaksional Karisma: memberikan visi dan pengertian misi, Penghargaan tim kerja: kontrak sebagai mendorong kebanggaan, mendapat penghormatan pengganti terhadap penghargaan atas upaya, dan kepercayaan janji berupa pengargaan atas kinerja yang baik, mengakui prestasi yang baik Inspirasi: mengkomunikasikan harapan yg tinggi, Manajemen dengan pengecualian (aktif): menggunakan simbol-simbol untuk usaha-usaha melihat dan mencari penyimpangan dari yang fokus, mengungkapkan tujuan-tujuan penting aturan dan standar, mengambil tindakan dalam bahasa sederhana korektif Stimulasi intelektual: mempromosikan Manajemen dengan pengecualian (pasif): kecerdasan, rasionalitas dan penyelesaian campur tangan hanya bila standar tidak permasalahan yang berhati-hati dipenuhi Pertimbangan terindividualisasi: memberikan Tanpa campur tangan: melepaskan perhatian pribadi, memperlakukan masing-masing tanggung jawab, menghindari membuat karyawan secara pribadi, membimbing dan keputusan menasehati Sumber: Bass 1998, dan Duckett and Macfarlane, Mengacu pada beberapa gaya kepemimpinan yang telah dikemukakan, maka dalam penelitian ini akan dipergunakan pendapat dari (Bass, 1998) tentang teori kepemimpinan transpormasional dan transaksional yang merupakan salah satu teori yang menekankan suatu perubahan dan yang paling komprehensip berkaitan dengan kepemimpinan Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Chen (2004) dalam penelitiannya menyatakan bahwa, terdapat pengaruh dari pola kepemimpinan pada komitmen organisasi. Bahwa idealized influence

15 25 leaders dengan budaya inovatif akan menghasilkan karyawan yang lebih termotivasi untuk mencapai kepuasan kerja atau kinerja yang diinginkan. Mariatni (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa, kepemimpinan secara signifikan berpengaruh secara langsung dan tidak langsung melalui disiplin kerja terhadap kinerja dosen Universitas Warmadewa. Anoop dan Lokman, (2009) menyatakan, gaya kepemimpinan transformasional adalah positif berhubungan dengan kinerja non-keuangan dan kinerja keuangan departemen/organisasi. Sudiarta (2007) menyatakan, variabel pendidikan dan pelatihan, motivasi, kompensasi, kepemimpinan, penegakan disiplin dan kepuasan kerja secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Sedangkan Mawar (2007) menyatakan bahwa, kompensasi, pelatihan, kepemimpinan dan lingkungan kerja secara simultan mempengaruhi kinerja pegawai. Demikian juga Stashevsky and Meni (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Leadership team Choesiveness and Team Ferformance menyimpulkan bahwa, kekompakan tim dan pengetahuan (transformational leadership) berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Demikian juga Balthazard et al. (2009) menyatakan, kepemimpinan transformasional berpengaruh signifikan dalam pengambilan keputusan team yang menyebabkan peningkatan kinerja karyawan. Vadeveloo et al. (2009) menyatakan, efektivitas pemimpin dalam melakukan komunikasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Lievens et al. (2005) menyatakan bahwa, kepemimpinan transformasional yang mecerminkan kualitas pemimpin, berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

16 26 Francisco et al. (2005), melakukan studi tentang perubahan orientasi kepemimpinan dalam kaitannya dengan kinerja karyawan. Dalam penelitiannya dinyatakan bahwa perubahan orientasi pemimpin (melakukan transformasi nilainilai) menyebebkan adanya peningkatan kinerja karyawan. Gilley et al. (2009) menyatakan bahwa, kepemimpinan yang efektif dalam perubahan organisasi menyebabkan adanya peningkatan kinerja karyawan Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Motivasi Xiaomeng and Kathryn (2010) menyatakan, kepemimpinan yang memiliki power berpengaruh terhadap kinerja karyawan dengan motivasi sebagai variabel mediasi. John and Gregory (2012) menyatakan bahwa, kepemimpinan berperan penting dalam memotivasi karyawan, serta motivasi karyawan berdampak pada kinerja karyawan. Anne et al. (2008) menyatakan bahwa, kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan dengan motivasi sebagai variabel intervening. 2.2 Motivasi Pengertian Motivasi Dalam pemahaman kita sehubungan dengan istilah motivasi kerja yang terkait dengan pemahaman terhadap apa itu motif. Motif diartikan sebagai dorongan atau tenaga yang menggerakan jiwa dan jasmani untuk berbuat sesuatu. Jadi motif merupakan pendorong (driving force) yang menggerakan manusia untuk bertikah laku yang di dalam perbuatan tersebut terdapat tujuan-tujuan tertentu (As ad, 1995).

17 27 Sedangkan menurut Wexley dan Yulk, seperti dikutip Moh. As ad motivasi didefinisikan sebagai the process by which behavior is energized and directed. (Moch. As ad, 1995) yang artinya bahwa motivasi adalah merupakan proses dengan mana perilaku digerakkan atau diarahkan. Dari batasan di atas dapat disimpulkan bahwa motif adalah yang melatar belakangi individu dalam berbuat untuk mencapati tujuan tertentu atau dapat dikatakan motif merupakan pendorong dalam mencapai suatu tujuan tertentu dan motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan motif. Jadi motivasi kerja adalah sesuatu yang memberikan semangat atau dorongan seseorang untuk bekerja. Kuat lemahnya motivasi kerja seseorang akan ikut menentukan besar kecil kinerja karyawannya Ciri-Ciri Motivasi Sebagai upaya menimbulkan motivasi kerja bagi karyawan atau bawahannya tentunya seorang manajer atau pemimpin perlu dalam memahami motif itu sendiri. Tentunya pemahaman motif tersebut akan membawa dampak positif dalam usaha memotivasi karyawan, maka seorang manajer perlu untuk mengetahui ciri-ciri dari motif tersebut. Moch. As ad memberikan ciri-ciri motif sebagai berikut : 1. Motif adalah majemuk Pendorong dan tujuan karyawan untuk bertindak tidak hanya satu, tetapi memiliki beberapa pendorong dan tujuan yang berlangsung secara bersamasama. Misal, seorang karyawan yang melakukan kerja giat, ia tidak hanya ingin mendapat imbalan yang lebih tinggi, tetapi juga menghendaki promosi, mendapat pujian, dan sebagainya.

18 28 1. Motif dapat berubah-ubah Motif bagi seseorang seringkali mengalami perubahan. Ini disebabkan karena keinginan manusia seringkali berubah-ubah pula. Seorang karyawan suatu saat menghendaki kenaikan gaji, tapi pada saat yang lain menghendaki penyelia yang simpati, pada saat yang lain menghendaki peraturan kerja yang lebih longgar, dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa motif bersifat dinamis dan geraknya mengikuti kepentingan individu. 2. Motif berbeda-beda bagi individu Karyawan-karyawan dari pekerjaan yang sama bisa memiliki motif yang berbeda. Misal, dua orang karyawan yang memiliki job description yang sama, satu motifnya mencari persahabatan (afiliasi) dan yang lain motifnya mencari tantangan (prestasi). 3. Beberapa motif tidak disadari oleh individu Banyak tingkah laku karyawan yang tidak dipahami oleh pelakunya sendiri. Seringkali dorongan (needs) yang muncul, lahir karena berhadapan dengan situasi yang kurang menguntungkan dan ditekan di bawah sadarnya. Sehingga bila ada dorongan dari dalam yang kuat, menjadikan individu yang bersangkutan tidak lagi bisa memahami motifnya sendiri Beberapa Teori Motivasi Dalam kaitannya dengan teori motivasi yang pada intinya menjelaskan kenapa seseorang dalam aktivitasnya berprilaku tertentu. Dalam gambaran tersebut beberapa teori motivasi yang menjadi pertimbangan dalam kaitannya dengan penulisan ini adalah:

19 29 1) Teori kebutuhan Maslow Maslow menyatakan bahwa kebutuhan manusia tersusun dalam lima tingkatan, dimana kebutuhan yang telah terpenuhi akan menjadi pendorong bagi seseorang untuk memenuhi kebutuhan tingkat berikutnya. Teori kebutuhan manusia menurut pandangan Maslow ini dikenal dengan hierarki kebutuhan. Teori ini berlandaskan pada asumsi bahwa yang mendorong seseorang untuk bertindak adalah kebutuhan yang belum terpenuhi. Menurut Maslow, manusia adalah otonomi dan mewujudkan diri, yang termotivasi oleh kebutuhan intern sendiri (Davis, and Newstrom, 2002). Artinya setiap manusia adalah memiliki karsa dan dengan karsa tersebut berusaha untuk mencapai tujuannya sendiri-sendiri. Lima tingkat kebutuhan menurut Maslow tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 2.2 Hierarki Kebutuhan Maslow Tingkat Kebuhan Uraian Kebutuhan Ke-V : Kebutuhan perwujudan diri dan pemenuhan Ke-IV : Kebutuhan penghargaan dan status Ke-III : Kebutuhan rasa memiliki dan kebutuhan sosial Ke-II : Kebutuhan rasa aman dan jaminan Ke-I : Kebutuhan fisik yang dasar Lima tingkatan dari Hirarchy of needs Abraham Maslow yaitu : 1. Physiological Needs, yang merupakan kebutuhan dasar dari manusia. Kebutuhan ini terkait dengan kebutuhan dalam pemenuhan kehidupannya. Yang meliputi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang kesemuanya diukur dengan uang. Kebutuhanb tersebut merupakan prioritas pertama seseorang dalam melakukan aktivitasnya.

20 30 2. Safety needs, merupakan kebutuhan manusia setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk dapat bebas atau terhindar dari bahaya yang mengancam kehidupan seseorang, seperti dalam hal kecelakaan kerja, terhadap pemutusan hubungan kerja, kedudukan atau status dalam pekerjaan dan lainnya. 3. Social atau affiliation, kebutuhan ini muncul setelah kebutuhan rasa aman sudah terpenuhi atau terpuaskan. Kebutuhan ini tidak terlepas dari sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial, yang berarti suka berhubungan dengan orang lain diluar dirinya. Berarti dalam kaitannya dengan para pekerja atau karyawan merupakan kebutuhan akan rasa kebersamaan atau kebutuhan untuk diterima dalam kelompoknya (belongingess). 4. Esteem needs, kebutuhan ini muncul setelah kebutuhan sosial terpenuhi atau terpuaskan. Penghargaan dalam hal ini merupakan pengakuan mengenai dirinya dari orang-orang atau masyarakat diluar dirinya baik yang berkaitan dengan prestise maupun kekuasaannya (dalam artian positif). 5. Self actualization needs, merupakan kebutuhan terakhir yang timbul pada manusia tentang kompetensi dan prestasi yang ingin dipenuhinya. Motif dari kompetensi merupakan aktivitas yang diarahkan untuk mengatasi tantangan-tantangan dalam pekerjaan-pekerjaan yang tidak rutin melalui kemampuan dan keterampilannya. Motif berprestasi disini adalah merupakan prestasi pribadi sehingga motif ini kurang menonjolkan faktor sosialnya.

21 31 Menurut McClelland, dalam hubungannya dengan kebutuhan aktualisasi diri, maka seorang mengejar prestasi yang realistis dan optimis berdasarkan kemampuan dan keterampilan yang ia miliki. Hierarki lima tingakatan kebutuhan tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu kebutuhan tingkat rendah dan kebutuhan tingkat tinggi. Kebutuhan tingkat rendah merupakan kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan fisik yang dasar (fisiologis) dan kebutuhan jaminan rasa aman. Kelompok kebutuhan tingkat tinggi meliputi kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan dan status, kebutuhan perwujudan diri (aktualisasi diri). Penjelasan dari masing-masing tingakt kebutuhan tersebut sebagai berikut : 1. Kebutuhan tingkat rendah Pada dasarnya kebutuhan tingkat pertama tersebut adalah kebutuhan untuk kelangsungan hidup atau untuk mempertahankan hidup (survival of living). Dalam dunia kerja kebutuhan tingkat pertama ini sebagian besar karyawan telah terpenuhi. Namun dalam masyarakat yang perekonomiannya masih terbelakang kebutuhan karyawan tipe ini masih dominan, seperti buruh pabrik, petani, karyawan tingkat rendah, dan sebagainya. Maslow menyatakan pemenuhan kebutuhan tingkat pertama ini akan mendorong seseorang untuk mengejar kebutuhan tingkat berikutnya, yaitu jaminan rasa aman. Setiap orang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya. Tingkat kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan jaminan rasa aman. Proses lahirnya kebutuhan ini adalah sebagai berikut : Setelah seseorang tercukupi kebutuhan dasarnya hari ini, orang-orang ingin ada jaminan tertentu bahwa

22 32 kebutuhan tersebut bisa terpenuhi untuk hari esok dan selanjutnya. Untuk itu orang berusaha untuk menyimpan makanan, menabung, dan lain-lian. Mereka menginginkan keamanan fisik dan jaminan ekonomi. Keamanan tersebut pada dasarnya merupakan jaminan bahwa kebutuhan dasar dapat terpenuhi untuk besok dan selanjutnya. Dengan demikian kebutuhan tingkat kedua berkaitan dengan kebutuhan tingkat pertama. Namun karena terdapat perbedaan individu, maka seseorang berusaha memenuhi kebutuhan rasa aman dengan wujud yang berbedabeda. 2. Kebutuhan tingkat tinggi Menurut Maslow, terdapat tiga tingkatan kebutuhan tingkat tinggi. Pemenuhan kebutuhan tingkat ketiga; pemilikan dan keterlibatan sosial, sebagian besar telah terpenuhi di luar pekerjaan. Orang-orang bekerja dalam lingkungan sosial, dan sebagian telah terpenuhi di lingkungan kerja dan sebagaian yang lain di luar kerja. Kebutuhan tingkat keempat; kebutuhan akan penghargaan dan status, berkaitan dengan seseorang untuk diterima, dihargai, dan memiliki. Setiap orang merasakan bahwa dirinya berharga, ingin dirinya dipandang berharga, dan percaya bahwa orang lain juga berharga. Davis dan Newstorm (1992) menyatakan bahwa, ada bukti kuat yang mendukung pandangan bahwa kebutuhan eksistensi (kebutuhan fisik yang pokok) tidak terpenuhi, tidak satupun kebutuhan tingkat selanjutnya yang lebih tinggi akan muncul. Ada pula beberapa bukti yang mendukung bahwa apabila kebutuhan rasa aman tidak terpenuhi, orang-orang tidak akan sampai pada kebutuhan tingkat

23 33 selanjutnya. Teori hierarki kebutuhan Maslow ini memberikan implikasi bahwa seorang manajer atau pimpinan perlu memahami tingkatan-tingkatan kebutuhan bawahannya, sehingga bisa memberikan sarana motivasi yang tepat dan memahami motif-motif yang mendasari perilakunya. 2) Teori motivasi Hertzberg Herzberg membagi faktor kebutuhan menjadi dua faktor penting dalam lingkungan kerja, yaitu dissatisfer s atau hygiene factors dan satisfier s atau motivators. 1. Dissatisfers atau hygiene factors, yaitu suatu kondisi pekerjaan dimana apabila suatu faktor tidak dipenuhi akan dapat menimbulkan ketidakpuasan para karyawan, tetapi bila kondisi tersebuat ada tidak akan memotivasi karyawan. 2. Satisfers atau motivators, yaitu suatu kondisi yang apabila dipenuhi akan menimbulkan kepuasan kerja dan akan menggerakkan motivasi yang kuat sehingga dapat menghasilkan prestasi yang baik, tetapi bila faktor-faktor tersebut tidak ada, tidak akan menimbulkan rasa ketidakpuasan yang berlebihan. Masing-masing faktor tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3 sebagai berikut :

24 34 Tabel 2.3 Hertzberg s Two Factor Theory Hygiene Factors (Instrinsik) Kebijakan perusahaan & administrasi (company policy and administration) Pengawasan (supervision) Kondisi kerja (working condition) Hubungan perseorangan (interpersonal interaction) Gaji/upah (salary) Keamanan kerja (job security) Motivators (Ekstrinsik) Pencapaian keinginan (achievement) Pengakuan (recognation) Pertumbuhan (growth) Pekerjaan itu sendiri (the work itself) Peningkatan (advancement) Tanggung jawab (responsitbility) 3) Teori motivasi existence relatedness dan growth (ERG) Alderfer Teori ERG (keberadaan, bergaul, dan kemajuan) merupakan teori yang merupakan penajaman terori Maslow, dimana Alderfer yang mengajukan teori tersebut meringkas lima tingakatan kebutuhan dari Maslow menjadi tiga kelompok kebutuhan (Luthans, 2006) yang diidentifikasikan sebagai, Exsistence, relatedness, and growt (ERG Teory). The existence needs concerned with survival (physiological wel being). The relatedness needs stress the importance of interpersonal, social relationships. The Growth needs are concerned with the individual s instrinsic desire fot personal development. Maksud dari tingkatan kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut : a. Existence needs (Kebutuhan keberadaan) Dalam existence needs yang termasuk kelompok kebutuhan ini adalah kebutuhan yang dapat dipuaskan oleh sejumlah kondisi material. Kebutuhan ini sangat dekat dengan kebutuhan fisiologis (tingkat dasar) dan safety needs (kebutuhan rasa aman) yang lebih terpuaskan dengan kondisi material daripada hubungan antar pribadi serta faktor hygiene dari Hertzberg.

25 35 b. Relatedness needs (kebutuhan untuk bergaul), merupakan suatu kebutuhan yang akan terpuaskan melalui adanya komunikasi terbuka dan pertukaran pikiran antara orang-orang yang berhubungan dan bekerja sama. Kebutuhan ini sama atau sesuai dengan tahap kebutuhan akan sosial pada hierarki Maslow ataupun hygiene dari Hertzberg. c. Growth needs (kebutuhan untuk berkembang atau maju), kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk berkembang dalam lingkungannya,yang meliputi kemampuan individu menghadapi tantangan-tantangan dan berkembang dalam lingkungannya sehingga membentuk kepercayaan diri yang kuat dan mampu untuk lebih produktif. Kebutuhan ini jika dikaitkan dengan tingkat tahapan kebutuhan Maslow adalah sesuai dengan kebutuhan aktualisasi diri dan sebagian dari kebutuhan harga diri dan terkait dengan kebutuhan motivator dari Hertzberg. 4) Teori motivasi McClelland Menurut David McClelland dalam Saydam (1996), mengemukakan teori kebutuhan yang disebut juga dengan teori motivasi prestasi ini mempunyai tiga komponen dasar yang dapat digunakan untuk memotivasi orang untuk bekerja. McClelland membagi kebutuhan pokok yang berhubungan dengan perilaku pekerja menjadi tiga yaitu : a. The need for affiliation, yaitu kebutuhan akan hubungan dengan individu atau lingkungan lain yang mirip dengan kebutuhan sosial dari Maslow. b. The need for power, yaitu kebutuhan akan kekuasan yang mirip kebutuhan akan tumbuh yang mirip dengan kebutuhan akan penghargaan dari Maslow.

26 36 c. The need for achievement, yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang mirip dengan kebutuhan aktualisasi diri dari Maslow. Reksohadiprojo dan Handoko (1991), menyatakan bahwa, seseorang dianggap mempunyai motivasi untuk berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk melakukan suatu karya yabng berprestasi lebih baik dari prestasi orang lain. McClelland juga mengatakan, apabila seseorang mempunyai kebutuhan yang mendesak maka akan memotivasi dirinya untuk berusaha lebih keras dalam pemenuhan kebutuhannya. Teori ini sedikit dalam perhatiannya akan kebutuhan fisiologis dan rasa aman jika dibandingkan dengan kebutuhan yang lainnya. (Gibson et. al, 1996) Faktor-Faktor Motivasi Faktor-faktor yang menjadi motivasi seperti yang dikemukakan Maslow terdiri sebagai berikut, dimana faktor tersebut yang akan diteliti akan langsung diterjemahkan dalam kebutuhan pokok karyawan operasional, meliputi : Tabel 2.4 Kebutuhan Pokok Karyawan Dalam Perusahaan Kebutuhan Pokok Karyawan Unsur Penentu 1. Fisiologis - Upah/gaji 2. Jaminan keselamatan - Kebutuhan keamanan dan keselamatan kerja 3. Sosial - Kebutuhan sosial 4. Pengakuan dan penghargaan - Kebutuhan penghargaan 5. Kesempatan pengembangan diri - Kebutuhan aktualitasi diri Sumber : Davis and Newstrom, 2002.

27 37 1) Upah / gaji Gaji atau upah merupakan imbalan yang diberikan kepada karyawan dalam bentuk yang mempunyai kecenderungan diberikan secara tetap. Ranupandojo dan Husnan (1990) berpendapat bahwa, gaji atau upah merupakan suatu pemberian sebagai suatu imbalan dari pemberi kerja kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau yang akan dilakukan, yang berfungsi sebagai jaminan hidup yang layak bagi kemanusiaan dan produksi, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut perjanjian, undang-undang dan dibayarkan atas dasar waktu perjanjian kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja. Selanjutnya, Nitisemito (2002) menyatakan bahwa kompensasi yang diterima karyawan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal. Dari dua pendapat tersebut penilaian dalam hal upah akan terkait dengan rasa cukup atau tidaknya besarnya gaji atau upah yang diterima untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. 2) Kebutuhan Keamanan Dan Keselamatan Kerja Pengertian kebutuhan keamanan dan keselamatan kerja adalah kebutuhan akan rasa aman tentram yang ada pada diri pekerja, bebas dari rasa ketakutan dan penghidupannya dimasa yang akan datang, jaminan akan pekerjaan, jika terjadi sesuatu atas dirinya, karena milik yang paling berharga bagi manusia adalah keamanan diri yaitu keamanan terhadap keselamatan diri. Keselamatan dan keamanan kerja adalah suatu kondisi dimana para pekerja dalam menjalankan kegiatannya merasa aman baik secara fisik maupun mental.

28 38 Nitisemito (2002) menyatakan bahwa, sebaiknya setiap perusahaan berusaha agar usahanya stabil, dengan kestabilan, maka masa depan perusahaan akan terjamin. Perusahaan yang usahanya tidak stabil akan menimbulkan kekecewaan atau kekhawatiran para karyawannya. Mereka mungkin khawatir memikirkan tentang apa kapan saatnya mendapatkan giliran untuk dipecat. Adanya kondisi rasa aman disini menimbulkan ketenangan, dan ketenangan akan mendorong timbulnya semangat dan kegairahan kerja karyawan, sehingga diharapkan kinerja karyawan akan meningkat. 3) Kebutuhan Sosial Perilaku seseorang sering kali dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial tertentu seperti kelompok referensi, keluarga, status dan peranan sosial mereka. Sedangkan secara formal adalah kegiatan-kegiatan yang disponsori oleh perusahaan atau pun acara peringatan- peringatan hari bersejarah. Ranuprandojo dan Suad Husnan (1990), antara lain mengatakan bahwa manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan persahabatan, untuk itu maka ia akan melakukan hubungan dengan teman-temannya. Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat dinyatakan bahwa, manusia adalah makhluk sosial, manusia membutuhkan adanya persahabatan dan tidak dapat hidup sendiri dalam jangka waktu yang lama. Orang-orang sering berhubungan dengan teman-temannya karena adanya dorongan ingin memiliki sahabat. Jadi dalam pekerjaan sebenarnya memberikan bagian terbesar dalam memuaskan kebutuhan sosial mereka, apalagi dengan kerjasama yang baik dalam bekerja dalam suatu tim, hal ini sangat membatu dalam memperbaiki moral

29 39 manusia yang bersangkutan. Ditambah adanya perhatian dari atasan yang memperlakukan mereka dengan adil, menanggapi keluhan-keluhan dan usualanusulan mereka untuk memperbaiki nasib dan masa depan mereka. 4) Kebutuhan Penghargaan Penghargaan merupakan salah satu kebutuhan manusia, hal ini merupakan kebutuhan untuk dihargai oleh orang lain. Karyawan operasional yang pekerjaannya sudah sewajarnya, sudah bekerja keras dan membutuhkan untuk dihargai dengan sebaik-baiknya oleh atasannya. Penghargaan ini dapat berupa reward atau hadiah, pujian ataupun pengakuan atas prestasi yang telah dicapai. Nitisemito (2002) mengatakan bahwa, setiap perusahaan hendaknya memberikan kesempatan dan penghargaan kepada para karyawan atauy karyawan yang berprestasi. Penghargaan itu dapat berupa hadiah, kenaikan gaji, kenaikan pangkat, piagam dan sebagainya. Penghargaan sesuai dengan namanya dimaksudkan untuk menghargai terhadap jasa atau prestasi seseorang, sematamata dari segi manusiawi. Insentip sebagai misal diberikan kepada seseorang, bukan karena jasa atau prestasi, tetapi ditujukan agar orang bersangkutan dapat lebih berprestasi atau berjasa lebih baik dari sebelumnhya. Jadi penghargaan mengandung unsur masa lalu, sedangkan insentip mengandung unsur masa depan. Penghargaan pada dasarbta ada dua yaitu penghargaan fisik dalam bentuk benda atau uang. Penghargaan fisik ini pada umumnya dibutuhkan oleh karyawan dengan tingkat sosial rendah. Penghargaan non fisik memiliki pengertian yang sangat luas mencakup semua hal yang berhubungan dengan kepuasan rohani

30 40 seseorang. Sehingga dapat dikatakan bahwa rasa bangga atas pribadi atau prestasi merupakan salah satu bentuk kepuasan manusia. 5) Kebutuhan Aktualisasi Diri Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan dari perwujudan ingin menggunakan potensi diri untuk mencapai yang diinginkan. Reksohadiprojo dan Handoko (1991) menyatakan, kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan pemenuhan diri, untuk mempergunakan potensi diri, pengembangan diri, dan melakukan apa yang paling cocok, serta menyelesaikan pekerjaannya sendiri. As ad (1995) menyatakan bahwa, manusia ingin mengembangkan kapasitas mental dan kapasitas kerjanya melalui pengembangan pribadinya. Oleh sebab itu pada tingkatan ini orang cenderung untuk selalu mengembangkan diri dan berbuat yang paling baik. Saydam (1995) mengemukakan bahwa, kebutuhan untuk perwujutan diri merupakan tingakt kebutuhan yang paling tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan puncak ini biasanya seseorang bertindak bukan atas dorongan orang lian, tetapi karena kesadaran dan keinginan diri sendiri. Dalam kondisi ini seseorang ingin memperlihatkan kemampuan dirinya secara optimal ditempat masing-masing.aktualisasi diri merupakan kebutuhan untuk mewujudkan kemampuan serta mengembangkan diri dari pekerjaan yang bersangkutan ditempat dia bekerja dan selama dia bekerja.

31 Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Chen (2004) menyatakan bahwa, terdapat pengaruh dari pola kepemimpinan pada komitmen organisasi. Bahwa idealized influence leaders dengan budaya inovatif akan menghasilkan karyawan yang lebih termotivasi untuk mencapai kepuasan kerja atau kineja yang diinginkan. Sudiarta (2007), menyatakan variabel pendidikan dan pelatihan, motivasi, kompensasi, kepemimpinan, penegakan disiplin dan kepuasan kerja secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Marifah (2004) menyatakan bahwa, motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja pekerja sosial secara parsial dan simultan. Neal dan Griffin (1999) menyimpulkan kinerja dipengaruhi oleh motivasi karyawan dan motivasi mempunyai pengaruh lebih kuat terhadap kinerja kontekstual. Sedangkan Güngör (2011) menyatakan system penghargaan berpengaruh terhadap kinerja karyawan, dimana motivasi sebagai variable mediasi memiliki peran terhadap kinerja keryawan. Selanjutnya Clinton dan Kohlmeyer (2005) menyatakan bahwa, ada perbedaan kinerja antara dua jenis kelompok yang memiliki motivasi berbeda. Grant et al. (2011) menyatakan bahwa, motivasi otonom signifikan terhadap inisiatif dan kinerja. motivasi terkendali tidak signifikan terhadap inisiatif dan kinerja. Sedangkan Suryantoro (1999) menyatakan bahwa, faktor-faktor motivasi secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kinerja karyawan operasional perusahaan. Faktor kebutuhan fisiologis adalah merupakan faktor dominan dalam mempengaruhi kinerja karyawan. Demikian juga Budiyanto (1991), menyatakan terdapat pengaruh tingkat jabatan kelompok pekerja terhadap

32 42 tingkat kebutuhan mereka yang berbeda antara tingkat kelompok pekerja; cukup terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap produktivitas kerja pekerja operasional. 2.3 Kinerja Karyawan Pengertian Kinerja Karyawan Kinerja dapat diasumsikan sebagah hasil dari suatu proses atau pekerjaan. Karena itu setiap karyawan dituntut untuk memiliki kompetensi yaitu kemampuan atau kecakapan melaksanakan tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya atau yang dipercayakan. Setiap pelaksanaan tugas atau pekerjaan ada suatu kegiatan memproses atau mengubah input (masukan) menjadi suatu output (keluaran) yang bernilai tambah sebagai produk atau hasil kerja. Mangkunegara (2006) menyatakan, kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, sedangkan Hariandja (2002) menyatakan, kinerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan karyawam/pegawai atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Gorda (2006), kinerja adalah hasil kerja yang disumbangkan Seseorang karyawan yang berkaitan dengan tugas dan tanggungjawabnya kepada Organisasi (perusahaan) yang didasari atas kecerdasan spiritual, intelegensia, emosional dan kecerdasan mengubah kendala menjadi peluang serta ketrampilan fisik yang diarahkan kepada pemanfaatan sumber daya yang disediakan oleh organisasi (perusahaan).

33 43 Kinerja karyawan atau job performance tidak bisa dilepaskan dengan motivasi kerja. Sebab motivasi kerja pada prakteknya memperlihatkan perilaku kerja dari seorang karyawan. Kinerja karyawan atau job performance menurut Moh. As ad (1995) didefinisikan sebagai kesuksesan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan, atau successfull role achievement yang diperoleh seseorang dari perbuatan-perbuatannya. Pendapat ini dikutip dari pendapat dua orang ahli yaitu pertama dari Maier (1965), yang memberi batasan kinerja karyawan sebagai kesuksesan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan. Kedua, dari pendapat Porter and Lawler (2004) yang menyatakan bahwa, kinerja adalah successful role achievement yang diperoleh seseorang dari perbuatanperbuatannya. Berdasarkan dua pendapat tersebut As ad menyimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku terhadap pekerjaan yang bersangkutan. Werther (1996) dinyatakan bahwa, masih terdapat hal yang sulit didapatkan jawaban yang memuaskan, yaitu apakah tingkat kepuasan akan menyebabkan kinerja meningkat ataukan kinerja karyawan menghasilkan tingkat kepuasan yang lebih baik. Menurut Werther, kinerja (kinerja karyawan ) sangat berhubungan erat dengan tingkat kepuasan. Kepuasan akan meningkat tergantung apakah hasil yang diharapkan sesuai dengan harapan, kebutuhan dan semangan kerja dan kinerja yang lebih baik akan menghasilkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Dari batasan-batasan tersebut jelaslah yang dimaksud dengan kinerja karyawan atau job performance adalah hasil yang dicapai oleh seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Dengan demikian

34 44 ukuran kinerja karyawan akan berbeda-beda antar pekerjaan yang berbeda dan ukurannya juga akan berbeda. Untuk mengukur kinerja, masalah yang paling penting adalah menentukan kriterianya. Menurut Belows seperti dikutip As ad (1995) syarat kriteria yang baik adalah reliable, realistis, representatif, dan bisa memprediksi (predictable). Apabila kriteria untuk suatu pekerjaan sudah ditentukan, maka langkah berikutnya dalam mengukur job performance adalah mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan hal tersebut dari seseorang selama periode tertentu. Dengan membandingkan hasil ini dengan standar yang dibuat untuk periode waktu yang bersangkutan, akan didapatkan level of performance seseorang. Dari beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa penilaian kinerja karyawan sangat dibutuhkan di dalam perusahaan dengan diketahuinya hasil penilaian tersebut akan merupakan umpan balik bagi manajemen untuk pengambilan keputusan dalam usaha meningkatkan kinerja karyawan dan juga menempatkan karyawan sesuai dengan proporsinya Pengukuran Kinerja Penilaian kinerja karyawan adalah salah satu tugas penting yang dilakukan seorang pemimpin. Karena kegiatan tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik bagi karyawan dalam hal kinerja mereka. Karena penilai kinerja sangat penting maka dapat dikatakan pula tidak mudah untuk memberikan penilaian tersebut. Martoyo S. (2000) menjelaskan, penilaian kinerja karyawan adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai kinerja karyawan. Penilaian yang

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Mangkunegara (2006) menyatakan bahwa kinerja karyawan merupakan

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Mangkunegara (2006) menyatakan bahwa kinerja karyawan merupakan BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Pikir dan Konseptual Mangkunegara (2006) menyatakan bahwa kinerja karyawan merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Terbentuknya persepsi positif pekerja terhadap organisasi, secara teoritis merupakan determinan penting terbentuknya motivasi kerja yang tinggi. Para pekerja adalah manusia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Gaya Kepemimpinan Fungsi kepemimpinan dalam suatu organisasi, tidak dapat dibantah merupakan suatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II A. LANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA 1. Gaya kepemimpinan Gaya kepemimpinan adalah perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Junaidi (2000) dengan judul Pengaruh motivasi terhadap prestasi kerja karyawan bagian produksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan (Steers

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan (Steers BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Motivasi Kerja 1.1 Definisi Motivasi Kerja Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan (Steers & Porter, 1975 dalam Wijono, 2010). Motivasi juga sering

Lebih terperinci

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI BAB XIII TEKNIK MOTIVASI Tim LPTP FIA - UB 13.1 Pendahuluan Tantangan : 1. Volume kerja yang meningkat 2. Interaksi manusia yang lebih kompleks 3. Tuntutan pengembangan kemampuan sumber daya insani 4.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan BAB II URAIAN TEORITIS A. PENELITIAN TERDAHULU Menurut Febya (2008) Motivasi dapat diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola, mengatur, dan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional 2.1.1 Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional Menurut Bass dalam Robbins & Judge (2009:90) gaya kepemimpinan transaksional adalah model kepemimpinan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk 13 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaya Kepemimpinan 2.1.1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah

Lebih terperinci

BAB X KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL

BAB X KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL BAB X KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL Salah satu teori yang menekankan suatu perubahan dan yang paling komprehensif berkaitan dengan kepemimpinan adalah teori kepemimpinan transformasional,..

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Veithzal Rivai (2004:309) mendefinisikan penilaian kinerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Veithzal Rivai (2004:309) mendefinisikan penilaian kinerja BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penilaian Kinerja 2.1.1.1 Pengertian Penilaian Kinerja Menurut Veithzal Rivai (2004:309) mendefinisikan penilaian kinerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku seseorang untuk berbuat. Sedangkan motif dapat dikatakan suatu driving force yang

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku seseorang untuk berbuat. Sedangkan motif dapat dikatakan suatu driving force yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian motivasi Motivasi didefinisikan sebagai dorongan. Dorongan merupakan suatu gerak jiwa dan perilaku seseorang untuk berbuat. Sedangkan motif dapat dikatakan suatu driving

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Motivasi Dalam menghadapi kehidupan serba modern dengan teknologi yang canggih, peranan karyawan sebagai sumber tenaga kerja dalam suatu unit organisasi sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA.1

II. TINJAUAN PUSTAKA.1 16 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan, kompensasi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kinerja Kinerja menurut Soetjipto (1997) merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu

Lebih terperinci

Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7

Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7 Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7 Konsep Motivasi Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana

Lebih terperinci

Konsep Dasar Motivasi. (Perilaku Keorganisasian, Dr. M.M. Nilam Widyarini)

Konsep Dasar Motivasi. (Perilaku Keorganisasian, Dr. M.M. Nilam Widyarini) Konsep Dasar Motivasi (Perilaku Keorganisasian, Dr. M.M. Nilam Widyarini) Motif Alasan yang disadari oleh indv untuk bertingkah laku pada suatu tujuan Motivasi Suatu proses dimana kebutuhan2 mendorong

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. untuk melakukan atau bertindak sesuatu. Keberadaan pegawai tentunya

BAB II KAJIAN TEORI. untuk melakukan atau bertindak sesuatu. Keberadaan pegawai tentunya BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Motivasi Kerja Motivasi adalah proses seseorang untuk mendorong mereka melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Sedangkan motivasi kerja adalah keinginan yang timbul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek dengan sumber daya tertentu untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Kerja Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an employee feels about his or her job. Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya organisasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya organisasi yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap organisasi baik itu swasta maupun pemerintah akan berupaya dan berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya organisasi yang diindikasikan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Kepemimpinan Menurut Veithzal Rivai (2006:2) mendefinisikan kepemimpinan adalah seni mempengaruhi dan mengarahkan orang lain dengan cara kepatuhan, kepercayaan,

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. sumbernya. Dalam hal ini diperoleh dari responden yang menjawab pertanyaan

III. METODELOGI PENELITIAN. sumbernya. Dalam hal ini diperoleh dari responden yang menjawab pertanyaan 43 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Data Primer Data yang dikelompokan melalui penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumbernya. Dalam hal ini diperoleh dari responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal penting dalam agenda bisnis. Para pemimpin perusahaan yang berhasil adalah mereka yang mampu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Tugas utama pihak manajerial adalah memberikan motivasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Tugas utama pihak manajerial adalah memberikan motivasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Inisiatif manajerial Tugas utama pihak manajerial adalah memberikan motivasi kepada tenaga kerja perusahaan untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Divisi Regional Wilayah Barat Medan. Hasil penelitian menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Divisi Regional Wilayah Barat Medan. Hasil penelitian menunjukkan 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Panggaribuan (2008) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Pada PT. Indosat, Tbk. Divisi Regional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kajian berbagai aspek, baik secara teoritis maupun empiris yang mendasari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kajian berbagai aspek, baik secara teoritis maupun empiris yang mendasari 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka merupakan kerangka acuan yang disusun berdasarkan kajian berbagai aspek, baik secara teoritis maupun empiris yang mendasari penelitian ini. Kajian pustaka memberikan

Lebih terperinci

TEORI MOTIVASI & TEKNIK MEMOTIVASI

TEORI MOTIVASI & TEKNIK MEMOTIVASI PERILAKU ORGANISASI TEORI MOTIVASI & TEKNIK MEMOTIVASI Manager yang berhasil adalah yang mampu menggerakkan bawahannya dengan menciptakan motivasi yang tepat bagi bawahannya PEMBAGIAN TEORI MOTIVASI TEORI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, inovasi teknologi, berakibat pada persaingan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, inovasi teknologi, berakibat pada persaingan bisnis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi, inovasi teknologi, berakibat pada persaingan bisnis yang semakin kompetitif. Akibatnya lingkungan organisasi berubah serba cepat dan sulit untuk diprediksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Kinerja 1. Pengertian Efektivitas (efectiveness) secara umum dapat diartikan melakukan sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

Lebih terperinci

Motivasi dan Kepemimpinan

Motivasi dan Kepemimpinan Motivasi dan Kepemimpinan Manajemen Industri Ponco WP PTI FT UNY 2014 (Diambil dari beberapa sumber) Pentingnya motivasi Salah satu faktor penting yang mempengaruhi Kinerja karyawan adalah motivasi. Motivasi

Lebih terperinci

Riset Per iila il k O u rgan isas

Riset Per iila il k O u rgan isas Riset Perilaku Organisasi i Perilaku organisasi merupakan telaah dan penerapan pengetahuan tentang bagaimana orang-orang bertindak dalam organisasi 3 unsur perilaku organisasi: Orang Struktur Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Manajemen merupakan inti dari organisasi, oleh karena itu penulis menganggap perlu untuk mengemukakan pengertian manajemen, manajemen dari kata to manage

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KARIER SEBAGAI MOTIVATOR KERJA KARYAWAN

PENGEMBANGAN KARIER SEBAGAI MOTIVATOR KERJA KARYAWAN PENGEMBANGAN KARIER SEBAGAI MOTIVATOR KERJA KARYAWAN Laksmi Sito Dwi Irvianti 1 ABSTRACT Regarding the importance of employee s work motivation and how it affects the productivity and the performance of

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. pada bidang sumber daya manusia yang tidak lagi dianggap sebagai faktor

II. LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. pada bidang sumber daya manusia yang tidak lagi dianggap sebagai faktor 17 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia secara khusus menitikberatkan perhatiannya pada bidang sumber daya manusia yang tidak lagi dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian yang dilakukan oleh Agusafitri (2006) dengan judul Peranan

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian yang dilakukan oleh Agusafitri (2006) dengan judul Peranan BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Agusafitri (2006) dengan judul Peranan Sistim Penilaian Kinerja Dalam Memotivasi Karyawan Pada PT. PLN (Persero) Kitlur Sumbagut.

Lebih terperinci

MOTIVASI, PENGELOLAAN INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM ORGANISASI BISNIS. Minggu ke tujuh

MOTIVASI, PENGELOLAAN INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM ORGANISASI BISNIS. Minggu ke tujuh MOTIVASI, PENGELOLAAN INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM ORGANISASI BISNIS Minggu ke tujuh MOTIVASI Dalam melaksanakan fungsi penggerakan (actuating) seorang manajer harus memotivasi para bawahannya agar mau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam menjalankan roda aktivitasnya, suatu perusahaan maupun organisasi tidak lepas dari kebutuhan akan sumber daya. Sumber daya manusia (SDM)

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Motivasi Kerja 2.1.1 Definisi Motivasi Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan usaha yang tinggi untuk tujuan organisasi, yang dikondisikan dalam memenuhi beberapa kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Setiap manusia mempunyai potensi untuk bertindak dalam berbagai bentuk ativitas. Brahmasari (2004) mengemukakan bahwa kinerja adalah pencapaian atas tujuan organisasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI

TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI II. TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI Motivasi berasal dari kata dasar motif yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain itu, proyek konstruksi

Lebih terperinci

PERANAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA

PERANAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA PERANAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA Oleh : Suhartapa Dosen Akademi Manajemen Putra Jaya ABSTRAK Kemampuan manajer dalam memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawannya untuk melakukan jenis-jenis perilaku tertentu. Perilaku seseorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawannya untuk melakukan jenis-jenis perilaku tertentu. Perilaku seseorang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motivasi 2.1.1. Pengertian Seperti halnya karyawan mempunyai keinginan-keinginan tertentu yang diharapkan akan dipenuhi oleh perusahaan, perusahaan juga mengharapkan karyawannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Kerja 2.1.1 Defenisi Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan sikap positif terhadap pekerjaan pada diri seseorang. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pegawai jika tidak mendapatkan kepuasan dalam bekerja, akan

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pegawai jika tidak mendapatkan kepuasan dalam bekerja, akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang pegawai jika tidak mendapatkan kepuasan dalam bekerja, akan berdampak terhadap kegagalan perwujudan visi dan misi organisasi. Kepuasan kerja pegawai merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas yang menjadi tanggung jawab guru tersebut secara tepat waktu, disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai berbagai macam tujuan. Aktifitas di dalam suatu perusahaan selalu diarahkan untuk mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Manajemen SDM Dewasa ini dalam dunia praktik, manajer SDM semakin terlibat dalam komite strategis untuk menentukan arah strategis perusahaan. Manajemen SDM telah menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen proyek kontruksi Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksananakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Proyek konstruksi juga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepuasan Kerja 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja bukanlah berarti seberapa keras atau seberapa baik seseorang bekerja, melainkan seberapa jauh seseorang menyukai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Pengertian Motivasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Pengertian Motivasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Sedarmayanti (2010) mengatakan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yaitu suatu kebijakan dan praktik menentukan aspek "manusia"

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu perusahaan terdapat sumber daya sebagai potensi penggerak aktivitasnya. Sumber daya ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 7 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia sebagai salah satu unsur dalam organisasi dapat diartikan sebagai manusia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Bab ini berisi uraian berbagai teori tentang kepuasan kerja yang menjadi dasar dalam penelitian ini. Pertama-tama akan dibahas tentang kepuasan kerja, kemudian diikuti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Guru 2.1.1. Tugas Guru Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 PRODUKTIVITAS KERJA 1.1.1 Pengertian Produktivitas Kerja Produktivitas kerja adalah suatu ukuran dari pada hasil kerja atau kinerja seseorang dengan proses input sebagai masukan

Lebih terperinci

NEEDS DRIVES INCENTIVES

NEEDS DRIVES INCENTIVES Motivasi kerja merupakan proses yang menyebabkan seseorang berperilaku dengan cara tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan yang sangat individu untuk bertahan hidup, keamanan, kehormatan, pencapaian,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas tentang teori dari kepuasan kerja dan komitmen organisasi yang akan mendasari penelitian ini. Pemabahasan ini akan menjadi panduan dalam memahami secara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kepemimpinan Definisi kepemimpinan menurut Robbins & Judge (2008) menyebutkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai

Lebih terperinci

10. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.

10. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Motivasi Menurut Samsudin (2009:81), motivasi adalah proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok pekerja agar mereka mau melaksanakan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak 12 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak atau menggerakkan. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan sumber daya yang menggerakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Rivai (2009:1) Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi perencanaan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan demikian dalam menggunakan tenaga kerja perlu adanya insentif yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan demikian dalam menggunakan tenaga kerja perlu adanya insentif yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Insentif 2.1.1. Pengertian Insentif Suatu perusahaan di dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan tenaga kerja, oleh karena itu faktor tenaga kerja perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kepuasan Kerja Kepuasan kerja (job satisfaction) menurut Handoko (1996) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan bagaimana para pekerja memandang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Kerja 2.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja Menurut Sunyoto (2012), kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan di mana para karyawan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum 2.1.1. Kinerja karyawan Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Wirawan (2009) menyatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab mempunyai pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab mempunyai pengaruh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian Yustina (2000) dengan judul Analisis Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pabrik Gula Djatiroto Lumajang. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

Psikologi Industri & Organisasi

Psikologi Industri & Organisasi Modul ke: Psikologi Industri & Organisasi Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Kepemimpinan Fakultas PSIKOLOGI Irfan Aulia, M.Psi. Psi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Modul 4 Abstract Mahasiswa

Lebih terperinci

Peranan & Fungsi Motivasi Kerja

Peranan & Fungsi Motivasi Kerja MOTIVASI KERJA LATAR BELAKANG Setiap individu di perusahaan bekerja dengan motif berbeda-beda Pemicu semangat kerja & turnover Jika berefek (-) akan menimbulkan masalah di dalam organisasi Peranan & Fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Inovatif Kerja 1. Definisi Perilaku Inovatif Kerja West dan Farr (dalam West, 2006) mengatakan inovasi bisa diartikan sebagai pengenalan dan pengaplikasian ide, proses,

Lebih terperinci

Motivasi : proses yg berperan pada intensitas, arah, dan lamanya berlangsung upaya individu, ke arah pencapaian sasaran.

Motivasi : proses yg berperan pada intensitas, arah, dan lamanya berlangsung upaya individu, ke arah pencapaian sasaran. Motivasi Oleh : Rino A Nugroho rinoan@gmail.com Definisi Motivasi : proses yg berperan pada intensitas, arah, dan lamanya berlangsung upaya individu, ke arah pencapaian sasaran. Forces acting on an employee

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu perusahaan terdapat sumber daya sebagai potensi penggerak aktivitasnya. Sumber daya ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi di hari esok, segalanya serba tak menentu, akan tetapi kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi di hari esok, segalanya serba tak menentu, akan tetapi kondisi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Belakangan ini, lingkunagn bisnis mengalami perubahan yang sangat cepat. Globalisasi, libealisasi perdagangan, dan kemajuan teknologi informasi menciptakan realitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sutrisno (2013:109) mengemukakan motivasi adalah faktor yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sutrisno (2013:109) mengemukakan motivasi adalah faktor yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Sutrisno (2013:109) mengemukakan motivasi adalah faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, motivasi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan manusia sebagai sumber daya dalam organisasi semakin diyakini kepentingannya baik sekarang maupun di kemudian hari, sehingga makin mendorong perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia ( MSDM ) Pengertian Sumber Daya manusia

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia ( MSDM ) Pengertian Sumber Daya manusia BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia ( MSDM ) 2.1.1 Pengertian Sumber Daya manusia Sumber Daya manusia merupakan satu satunya sumber daya yang memiliki

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Menurut Rivai (2004:455) motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang

LANDASAN TEORI. Menurut Rivai (2004:455) motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang 12 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Motivasi Menurut Rivai (2004:455) motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai tujuan individu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia untuk bertindak atau bergerak dan secara langsung melalui saluran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia untuk bertindak atau bergerak dan secara langsung melalui saluran BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Motivasi 2. 1. 1.Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata latin Movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi berasal dari kata dasar motif yang berarti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen 2.1.1.1 Definisi Manajemen Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan pengarahan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Era globalisasi yang ditandai dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan,

Lebih terperinci

MOTIVASI KONTEN TEORI/ TEORI KEPUASAN

MOTIVASI KONTEN TEORI/ TEORI KEPUASAN MOTIVASI KONTEN TEORI/ TEORI KEPUASAN PENGERTIAN Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya bergerak Istilah lain yang dipergunakan secara bergantian dengan istilah motivasi antara lain: desire

Lebih terperinci

Modul ke: MOTIVASI SUKSES. 12Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Aldizar, LSQ, MA. Program Studi Akuntansi

Modul ke: MOTIVASI SUKSES. 12Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Aldizar, LSQ, MA. Program Studi Akuntansi Modul ke: 12Fakultas Addys EKONOMI DAN BISNIS MOTIVASI SUKSES Aldizar, LSQ, MA Program Studi Akuntansi Pengertian Motivasi Motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan orang melakukan sesuatu atau dorongan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kinerja Guru 2.1.1 Pengertian Kinerja Guru Kinerja atau performance merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia merupakan faktor yang terpenting dalam suatu perusahaan maupun instansi pemerintah, hal ini disebabkan semua aktivitas dari suatu instansi

Lebih terperinci

Faktor Individu dalam Organisasi dan Motivasi

Faktor Individu dalam Organisasi dan Motivasi Faktor Individu dalam Organisasi dan Pertemuan ke sembilan dan kesepuluh Kontribusi dan Kompensasi Kontribusi apa yang dapat diberikan oleh individu bagi organisasi atau perusahaan Kompensasi apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perusahaan menyadari akan pentingnya sumber daya manusia. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh sumber daya yang ada di dalamnya,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI PADA DINAS PERTAMBANGAN PEMDA KABUPATEN BOGOR

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI PADA DINAS PERTAMBANGAN PEMDA KABUPATEN BOGOR ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI PADA DINAS PERTAMBANGAN PEMDA KABUPATEN BOGOR Oleh ASTRID WIANGGA DEWI H24103086 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan seorang manajer di tempat kerjanya adalah melakukan penyeliaan

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan seorang manajer di tempat kerjanya adalah melakukan penyeliaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerjaan seorang manajer di tempat kerjanya adalah melakukan penyeliaan terhadap para karyawannya dengan intensif. Tujuannya, agar karyawan bekerja dan berkinerja

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI PADA KARYAWAN PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TIMUR AREA PELAYANAN DAN JARINGAN MALANG)

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI PADA KARYAWAN PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TIMUR AREA PELAYANAN DAN JARINGAN MALANG) PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI PADA KARYAWAN PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TIMUR AREA PELAYANAN DAN JARINGAN MALANG) Alfarez Fajar Sandhria Kusdi Rahardjo Hamidah Nayati Utami Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya kepemimpinan suatu organisasi merupakan salah satu faktor lingkungan intern yang sangat jelas mempunyai pengaruh terhadap perumusan kebijaksanaan dan penentuan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Path Goal Theory Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi bawahan, kepuasan dan kinerjanya (Luthans, 2006) dan

Lebih terperinci

BAB II RERANGKA TEORITIS

BAB II RERANGKA TEORITIS BAB II RERANGKA TEORITIS 2.1. Konsep Dasar 2.1.1. Keterlibatan Kerja Konsep keterlibatan kerja pertama kali diperkenalkan oleh Lodahl dan Kejner (1965). Mereka menghubungkan keterlibatan kerja pada identifikasi

Lebih terperinci

DEFINISI MOTIVASI. Proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha seorang. Komponen Motivasi : Intensitas, arah dan ketekunan

DEFINISI MOTIVASI. Proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha seorang. Komponen Motivasi : Intensitas, arah dan ketekunan MOTIVASI DEFINISI MOTIVASI Proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha seorang individu untuk mencapai suatu tujuan. Komponen Motivasi : Intensitas, arah dan ketekunan INTENSITAS Berhubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membagikan tugas kepada tenaga kerjanya. Hal ini berarti pimpinan harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membagikan tugas kepada tenaga kerjanya. Hal ini berarti pimpinan harus BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Motivasi Kerja Pimpinan adalah orang yang bekerja dengan bantuan orang lain atau bawahan. Pimpinan tidak dapat bekerja sendiri, tetapi harus dibantu orang lain dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Bab ini menguraikan tentang beberapa teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian. Selain itu akan disertakan pula penelitian terdahulu yang pernah

Lebih terperinci

DETERMINAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT. X MEDAN. BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan

DETERMINAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT. X MEDAN. BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan DETERMINAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT. X MEDAN BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan baguscipta@gmail.com ABSTRAK This research aimed to find out the correlation between motivation

Lebih terperinci