PERBEDAAN EFEK ANTARA INTERVENSI TEKNIK ROLL GLIDE DENGAN MWM TERHADAP MOBILITAS SENDI DAN PENURUNAN DISABILITAS PADA OSTEOARTHRITIS LUTUT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBEDAAN EFEK ANTARA INTERVENSI TEKNIK ROLL GLIDE DENGAN MWM TERHADAP MOBILITAS SENDI DAN PENURUNAN DISABILITAS PADA OSTEOARTHRITIS LUTUT"

Transkripsi

1 PERBEDAAN EFEK ANTARA INTERVENSI TEKNIK ROLL GLIDE DENGAN MWM TERHADAP MOBILITAS SENDI DAN PENURUNAN DISABILITAS PADA OSTEOARTHRITIS LUTUT Michaela ( ) Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul, Jakarta ABSTRAK Terdiri dari VI Bab, 87 Halaman, 14 Tabel, 9 Gambar, 6 Grafik, 4 Skema, 11 Lampiran Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan efek antara intervensi teknik roll glide dengan MWM terhadap mobilitas sendi dan penurunan disabilitas pada osteoarthritis lutut. Metode: Penelitian bersifat eksperimental, dimana mobilitas sendi diukur menggunakan goniometer dan penurunan disabilitas diukur menggunakan the western Ontario and mcmaster universities osteoarthritis index (womac). Sampel terdiri dari 26 orang dan berdasarkan rumus pocock. Sampel yang dipilih berdasarkan teknik purposive sampling. Sampel dibagi kedalam 2 kelompok masing-masing 13 orang. Kelompok perlakuan I dengan roll glide, kelompok perlakuan II dengan MWM. Hasil: Uji normalitas dengan shapiro wilk test didapatkan data berdistribusi normal sedangkan uji homogenitas dengan independent sample t-test didapatkan data bervarian homogen. Hasil uji hipotesis pada kelompok perlakuan I dengan paried sample t-test didapatkan nilai p=0,0001 untuk mobilitas sendi dan p=0,0001 untuk penurunan disabilitas yang berarti ada efek intervensi teknik roll glide terhadap mobilitas sendi dan penurunan disabilitas pada osteoarthritis lutut. Pada kelompok perlakuan II dengan paried sample t-test didapatkan nilai p=0,0001 untuk mobilitas sendi dan p=0,0001 untuk penurunan disabilitas yang berarti ada efek MWM terhadap mobilitas sendi dan penurunan disabilitas pada osteoarthritis lutut. Hasil independent sample t-test menunjukkan nilai 0,005 untuk mobilitas sendi dan 0,005 untuk penurunan disabilitas yang berarti ada perbedaan efek antara intervensi teknik roll glide dengan MWM terhadap mobilitas sendi dan penurunan disabilitas pada osteoarthritis lutut.kesimpulan: Ada perbedaan efek yang signifikan antara intervensi teknik roll glide dengan MWM terhadap mobilitas sendi dan penurunan disabilitas pada osteoarthritis lutut Kata Kunci: Roll Glide, MWM,. PENDAHULUAN Osteoarthritis adalah penyakit degeneratif sendi yang bersifat kronik, berjalan progresif lambat, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan hilangnya tulang rawan sendi secara bertingkat dan diikuti dengan penebalan tulang subkhondral, pertumbuhan osteofit, penebalan kapsul sendi, melemahnya otot otot yang menghubungkan sendi, kerusakan ligament dan peradangan sinovium,

2 sehingga sendi bersangkutan membentuk efusi (Fytilli et al., 2005). Osteoartritis biasanya mengenai sendi penopang berat badan (weight bearing). Terjadinya osteoarthritis dipengaruhi oleh faktor-faktor resiko yaitu umur (proses penuaan atau degenerasi), obesitas, cedera sendi, pekerjaan, olah raga, anomali anatomi. Keluhan - keluhan pasien meliputi nyeri sendi yang merupakan keluhan utama, hambatan gerakan sendi, kaku pagi yang timbul setelah imobilitas, krepitasi, pembesaran sendi, tanda tanda peradangan dan perubahan gaya berjalan. Hambatan gerak yang sering kali sudah ada meskipun secara radiologis masih berada pada derajat awal dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik. Selain itu dapat ditemukan adanya krepitasi, pembengkakan sendi yang seringkali asimetris, nyeri tekan tulang, dan tak teraba hangat pada kulit.sedangkan gambaran berupa penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris, peningkatan densitas tulang subkondral, kista tulang, osteofit pada pinggir sendi, dan perubahan struktur anatomi sendi dapat ditemukan pada pemeriksaan radiologis yang menggunakan pemeriksaan foto polos. Osteoarthritis terdiri dari Osteoarthritis primer dan Osteoarthritis sekunder. Osteoarthritis Primer, dialami setelah usia 45 tahun, sebagai akibat dari proses penuaan alami, tidak diketahui penyebab pastinya, menyerang secara perlahan tapi progresif, dan dapat mengenai lebih dari satu persendian. Biasanya menyerang sendi yang menanggung berat badan seperti lutut dan panggul, bisa juga menyerang punggung, leher, dan jarijari. Osteoarthritis Sekunder, dialami sebelum usia 45 tahun, biasanya disebabkan oleh trauma dan instabilitas yang menyebabkan luka pada sendi (misalnya patah tulang atau permukaan sendi tidak sejajar), akibat sendi yang longgar, dan pembedahan pada sendi. Penyebab lainnya adalah faktor genetik dan penyakit metabolic (Soeroso, 2006). Osteoarthritis dapat terjadi berdasarkan dua mekanisme berikut, yaitu beban yang berlebihan pada komponen material kartilago sendi dan tulang subkondral yang normal, sehingga terjadi kerusakan atau kegagalan jaringan, dan kualitas komponen material kartilago yang jelek

3 sehingga dengan beban yang normal pun tetap terjadi kerusakan Osteoartritis diduga berawal dari kelainan yang terjadi pada sel yang membentuk komponen tulang rawan, seperti kolagen dan proteoglikan. Pada osteoartritis akan terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang progresif, akibatnya terjadi perubahan bentuk tulang rawan yang menipis, retak-retak dan akhirnya mengelupas. Selain itu akibat dari beban aksial yang diterima oleh sendi lutut maka tulang rawan yang rusak membentuk tulang dipinggiran sendi yang disebut osteofit. Apabila terjadi penekanan atau gesekan yang akan mengiritasi ujung saraf dan mengaktifkan reseptor nyeri pada jaringan sekitar. Timbulnya osteofit dapat mengiritasi jaringan sekitar sendi dan dapat pula menghambat gerak sendi lutut. Keadaan ini kemudian mengakibatkan inflamasi pada tulang rawan. Permukaan sendi akan menjadi kasar dan adanya fragmentasi pada keadaan tersebut permukaan sendi yang kasar bisa terlepas menjadi serpihanserpihan yang disebut corpus libera dan mengakibatkan penguncian pada sendi lutut. Kerusakan yang terjadi pada persendian juga menimbulkan inflamasi, dimana reseptor nyeri akan melepaskan zat-zat algogen yang dapat meningkatkan sensitifitas nosiceptor sehingga menimbulkan nyeri. Otot otot di sekitar sendi lutut seperti Musculus (M) rectus femoris, M.vastus medialis, M.vastus lateralis dan M.vastus intermedius akan menjadi lemah karena efusi sinovial dan atrophy pada satu sisi dan spasme otot pada sisi lainnya. Bersamaan dengan proses tersebut, penipisan tulang rawan yang terjadi akibat rusaknya kartilago menyebabkan jarak antar sendi menyempit dan ligament anterior cruciatum ligament, posterior cruciatum ligament, medial collateral ligament dan lateral collateral ligament yang mengikat sendi lutut akan mengendur dan terjadi laxity sehingga Menurunnya fleksibilitas dan menyebabkan hipomobilitas serta instabilitas. Keadaan tersebut mengakibatkan terhambatnya melakukan gerakan tertentu dan penderita akan cenderung melakukan gerakan yang salah, yang akan menyebabkan terjadinya cedera dan perubahan aligment sendi, yang selanjutnya akan menyebabkan deformitas genu valgus atau genu varus.

4 Adanya Osteoartritis pada sendi lutut mengakibatkan nyeri dan disabilitas sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari dan menimbulkan dampak sosial ekonomi bagi penderitanya. gerak dan fungsi gangguannya dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain, adanya nyeri (pain), gejala yang dimunculkan (symptoms), fungsi aktivitas sehari-hari atau Activity Daily Living (ADL function), fungsi olah raga dan rekreasi (sport and recreation function) dan kualitas hidup individu. Dengan berbagai gangguan mobilitas sendi dan fungsional atau disabilitas yang terjadi pada lutut akibat Osteoartritis, penulis menggunakan The Western Ontario and Mcmaster Universities Osteoarthritis Index (womac) dan goniometer sebagai alat ukur. Womac merupakan kuisioner untuk menilai pendapat pasien tentang masalah masalah yang terkait. Sedangkan goniometer untuk mengukur tingkat lingkup gerak sendi pasien. Penanganan yang akan diberikan dalam mengurangi masalah pada osteoartritis diantaranya dengan memberikan mobilization with movement (MWM) yang merupakan teknik manual terapi yang secara luas digunakan untuk manajemen nyeri pada muskuloskeletal (Collins et al, 2004). Pemberian MWM merupakan terapi yang menggunakan gerakan aktif co-contraction yang dikombinasi dengan kontrol gerakan dari terapis dengan prinsip tanpa nyeri saat metode diaplikasikan, sehingga memberikan suatu bentuk latihan aktif dengan perbaikan keseimbangan otot dan merangsang reedukasi propriosepsi gerak dan memberikan peregangan kapsul sendi, melepaskan perlekatan intraseluler kapsuloligamentair sendi sekaligus memberikan pumping reaksi untuk sirkulasi kapiler dan cairan persendian sehingga terjadi perpindahan atau sirkulasi sisa metabolisme penyebab nyeri, saat pemberian latihan akan diperoleh pengaruh terhadap peningkatan kadar air dan matrix sekaligus memberikan kestabilan gerak persendian dan mengurangi resiko terjadinya cedera berulang pada jaringan, Selain itu intervensi ini dapat meningkatnya mobilitas dan fungsi sendi serta menurunnya rasa nyeri. Sehingga pola gerak sendi lutut kembali normal (Mulligan, 2004). MWM akan dibandingkan dengan intervensi roll glide, bisa diberikan dengan gerakan pasif-aktif

5 lingkup gerak sendi (LGS), yang manfaatnya untuk melepaskan abnormal cross link antara serabutserabut kolagen sehingga terjadi perbaikan lingkup gerak dan juga pergegangan otot-otot lutut sehingga memperlancar peredaran darah dan dapat mengurangi nyeri. Pada kasus osteoarthritis lutut dilakukan intervensi mobilisasi roll glide. Bentuk pasif latihan ini dirancang untuk memulihkan sendi bermain gerakan roll dan meluncur. mempertimbangkan mobilisasi menjadi modalitas pilihan, untuk memulihkan atau mempertahankan gerak fisiologi sendi yang terjadi pada saat sendi melakukan gerakan fleksi ekstensi lutut dan analisis intra articular terdapat komponen gerak gelinding luncur dan spin sesuai dengan arthokinematika sendi lutut, tujuan utamanya adalah untuk meregangkan kapsul sendi dan ligament dengan proporsi tepat sesuai dengan gerak fisiologis sendi sehingga diperoleh peningkatan mobilitas sendi yang fungsional dan akan menurunkan nyeri gerak serta untuk memungkinkan pemulihan biomekanik tibiofemoral joint (anwar, 2012). Berdasarkan uraian latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengangkat topik diatas dalam bentuk penelitian dan memaparkannya dalam skripsi dengan maksud untuk mengetahui Perbedaan efek antara intervensi teknik roll glide dengan MWM terhadap mobilitas sendi dan penurunan disabilitas pada osteoarthritis lutut. METODE Sampel sebanyak 26 orang yang dipilih melalui assessmen fisioterapi dan kriteria yang telah ditentukan yakni penderita osteoarthritis lutut, berjenis kelamin wanita dengan usia tahun. Pemilihan sampel dilakukan secara matching alocation dan dibagi kedalam 2 kelompok dengan masingmasing kelompok berjumlah 13 orang. Dimana kelompok perlakuan I diberikan intervensi roll glide dan kelompok perlakuan II diberikan intervensi MWM. Sebelum diberikan perlakuan, peneliti melakukan pengukuran mobilitas sendi dengan alat ukur goniometer dan pengukuran disabilitas dengan alat ukur quisioner womac. Selanjutnya sampel diberikan perlakuan sebanyak 7 kali dengan frekuensi dua

6 kali seminggu selama 3 minggu. Kemudian dilakukan pengukuran mobilitas sendi dengan alat ukur minggu terakhir pemberian intervensi, hal ini dilakukan untuk Prosedur pelaksanaan intervensi roll glide a. Berikan penjelasan kepada pasien mengenai terapi yang akan dilakukan. b. Posisi pasien tidur terlentang dengan lutut fleksi ± 90º dan telapak kaki menempel pada alas. c. Terapis melakukan mobilisasi posteromedial dan anterolateral glide ke kepala fibula. d. Lakukan mobilisasi ini tanpa menimbulkan rasa sakit dengan repetisi 10 x pengulangan dalam 3 set goniometer dan pengukuran disabilitas dengan alat ukur quisioner womac pada menentukan tingkat keberhasilan dari perlakuan yang telah diberikan. e. Pada akhir range, terapis memberikan tekanan tambahan secara pasif tanpa rasa nyeri f. Lakukan mobilisasi ini dengan repetisi 10 x pengulangan dalam 3 set Prosedur pelaksanaan teknik MWM a. Berikan penjelasan kepada pasien mengenai terapi yang akan dilakukan b. Posisi pasien tidur telentang dengan lutut ipsilateral fleksi 90º c. Terapis melakukan mobilisasi tibia kearah internal rotasi terhadap femur d. Instruksikan kepada pasien untuk menekuk lututnya

7 HASIL Pengukuran Nilai Womac Pengukuran penurunan disabilitas dengan menggunakan Womac pada kelompok perlakuan I dan II. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah penelitian. Penelitian dilakukan 7 kali selama 3 minggu. Berikut ini adalah hasil pengukuran penurunan disabilitas Tabel I Pengukuran Nilai Womac pada Kelompok Perlakuan I Roll Glide dan perlakuan II MWM Sampel Distribusi nilai penurunan disabilitas Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Mean 54, ,77 19 SD 10,30 9,23 6,28 5,08 Pada tabel I diatas kelompok perlakuan I roll glide dengan jumlah sampel 13 orang diperoleh nilai sebelum intervensi 54,46±10,30 dan sesudah intervensi 28±9,23 Pengukuran penurunan disabilitas Pada kelompok perlakuan II MWM dengan jumlah 13 sampel diperoleh nilai sebelum intervensi 59,77±6,28 dan sesudah intervensi 19±5,0

8 Pengukuran Nilai Goniometer Pengukuran mobilitas sendi pada gerakan fleksi - ekstensi dengan menggunakan goniometer pada kelompok perlakuan I dan II. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah penelitian. Penelitian dilakukan 7 kali selama 3 minggu. Berikut ini adalah hasil pengukuran penurunan disabilitas Table II Perlakuan Nilai Goniometer pada Kelompok Perlakuan I Roll Glide dan Kelompok Perlakuan II MWM Distribusi nilai peningkatan mobilitas sendi (range fleksi-ekstensi) Sampel Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Mean 93,38 118,46 89,77 128,38 SD 15,61 10,219 10,826 5,501 Pada tabel II diatas kelompok perlakuan I roll glide dengan jumlah sampel 13 orang diperoleh nilai sebelum intervensi 93,38±15,602 dan sesudah intervensi 118,46 ±10,219. Pengukuran peningkatan mobilitas sendi Pada kelompok perlakuan II MWM dengan jumlah 13 sampel diperoleh nilai sebelum intervensi 89,77±10,826 dan sesudah intervensi 128,38±5,501.

9 Uji Normalitas Setelah di lakukan uji normalitas (saphiro wilk test) di dapatkan kesimpulan bahwa sampel terdistribusi secara normal pada uji normalitas womac, dimana pada kelompok perlakuan I sebelum perlakuan nilai p = 0,785 terdistribusi normal, dan sesudah perlakuan nilai p = 0,122 terdistribusi normal. Dan pada perlakuan kelompok II sebelum perlakuan nilai p = 0,554 terdistribusi normal, dan sesudah perlakuan nilai p = 0,456 terdistribusi normal. Selain itu sampel juga terdistribusi secara normal pada uji normalitas goniometer pada range gerakan fleksi ekstensi lutut, dimana pada kelompok perlakuan I sebelum perlakuan nilai p = 0,566 terdistribusi normal, sesudah perlakuan nilai p = 0,327 terdistribusi normal. Dan pada perlakuan kelompok II sebelum perlakuan nilai p = 0,056 terdistribusi normal, sesudah perlakuan nilai p = 0,327 terdistribusi normal. Data hasil uji normalitas dapat dilihat pada table berikut Table III Hasil Uji Normalitas Womac (Shapiro Wilk Test) Shapiro Wilk Test Variabel Kelompok Perlakuan I Keterangan Kelompok Perlakuan II Keterangan p Sebelum 0,785 Normal 0,554 Normal p Sesudah 0,122 Normal 0,456 Normal Table IV Hasil Uji Normalitas Goniometer (Shapiro Wilk Test) Variabel Kelompok Perlakuan I Shapiro Wilk Test Keterangan Kelompok Perlakuan II Keterangan p Sebelum 0,566 Normal 0,056 Normal p Sesudah 0,327 Normal 0,327 Normal

10 Uji Homogenitas perlakuan II nilai p = 0,095 yang berarti Setalah di lakukan uji data homogen. Data hasil uji homogenitas womac (Leven s test) didapatkan kesimpulan bahwa varian homogenitas womac dapat dilihat pada table berikut : data homogen, dimana nilai p pada kelompok perlakuan I dan kelompok Table V Uji Homogenitas Distribusi Nilai Disabilitas dengan Womac Variabel Mean±SD Leven s Test P Keterangan Sebelum I 54,46±10,31 Sebelum II 59,77±6,28 0,095 Homogen Sumber data : Data Pribadi Setalah di lakukan uji perlakuan II nilai p =0,238 yang berarti homogenitas goniometer (Leven s test) data homogen. Data hasil uji didapatkan kesimpulan bahwa varian data homogen, dimana nilai p pada homogenitas goniometer dapat dilihat pada table berikut : kelompok perlakuan I dan kelompok Table VI Uji Homogenitas Distribusi Nilai Mobilitas Sendi dengan Goniometer Variabel Mean±SD Leven s Test P Keterangan Sebelum I 93,38±15,602 Sebelum II 89,77±10,826 0,238 Homogen Sumber data : Data Pribadi Dari kedua hasil pengujian di atas (uji normalitas dan uji homogenitas) maka ditetapkan: 1. Pengujian hipotesis I dan II menggunakan uji parametrik yaitu Paired Sampel t-test 2. Pengujian hipotesis III menggunakan uji parametrik yaitu Independent Sampel t-test

11 Uji Hipotesa I Untuk menguji signifikasi dua sampel yang saling berpasangan pada kelompok perlakuan I, dengan data terdistibusi normal maka digunakan uji parametric yaitu paired sampel t-test. Dengan ketentuan hasil pengujian hipotesa Ho ditolak bila nilai p < nilai α (0,05) dan Ho diterima bilai nilai p > nilai α (0,05). Hipotesis yang ditegakan adalah Ho: Tidak ada efek intervensi roll glide terhadap mobilitas sendi dan penurunan disabilitas pada kasus osteoarthritis lutut. Ha: Ada efek intervensi Roll Glide terhadap mobilitas sendi dan penurunan disabilitas pada kasus osteoarthritis lutut. Tabel VII Nilai Uji Hipotesis I untuk Disabilitas ( Womac ) Variabel Mean±SD Paired t-test p-value Keterangan Sebelum 1 54,46 ± 10,30 0,000 Signifikan Sesudah 1 28 ± 9,23 Sumber data : Data Pribadi Tabel VIII Nilai Uji Hipotesis I untuk Mobilitas Sendi ( Goniometer ) Paired t-test p- Variabel Mean±SD Keterangan value Sebelum 1 93,38±15,602 0,000 Signifikan Sesudah 1 118,46±10,219 Sumber Data : Data Pribadi Berdasarkan tabel VII dan VIII di atas, didapatkan hasil Paired Sampel t-test yang diambil dari nilai sebelum dan sesudah untuk Disabilitas dan Mobilitas Sendi pada kelompok perlakuan I menghasilkan nilai p= 0,0001 dimana nilai p < nilai α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada efek Roll Glide terhadap mobilitas sendi dan penurunan disabilitas pada osteoarthritis lutut

12 Uji Hipotesa II Untuk menguji signifikasi dua sampel yang saling berpasangan pada kelompok perlakuan II, dengan data terdistibusi normal maka digunakan uji parametric yaitu paired sampel t-test. Dengan ketentuan hasil pengujian hipotesa Ho ditolak bila nilai p < nilai α (0,05) dan Ho diterima bilai nilai p > nilai α (0,05). Hipotesis yang ditegakan adalah : Ho: Tidak ada efek MWM terhadap mobilitas sendi dan penurunan disabilitas pada kasus osteoarthritis lutut. Ha: Ada efek MWM terhadap mobilitas sendi dan penurunan disabilitas pada kasus osteoarthritis lutut. Tabel IX Nilai Uji Hipotesis II untuk Disabilitas ( Womac ) Variabel Mean±SD Paired t-test p-value Keterangan Sebelum 2 59,77±6,28 0,000 Signifikan Sesudah 2 19±5,08 Sumber data : Data Pribadi Tabel X Nilai Uji Hipotesis II untuk Mobilitas Sendi ( Goniometer ) Variabel Mean±SD Paired t-test p-value Keterangan Sebelum 2 89,77±10,826 0,000 Signifikan Sesudah 2 128,38±5,501 Sumber data : Data Pribadi Berdasarkan tabel IX dan X di atas, didapatkan hasil Paired Sampel t- Test yang diambil dari nilai sebelum dan sesudah untuk nyeri dan disabilitas pada kelompok perlakuan II menghasilkan nilai p=0,0001 dimana nilai p < nilai α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada efek MWM terhadap mobilitas sendi dan penurunan disabilitas pada osteoarthritis lutut..

13 Uji hipotesa III Untuk menguji signifikasi dua sampel yang saling berpasangan pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II, dengan data terdistibusi normal maka digunakan uji parametric yaitu independent sampel t-test. Dengan ketentuan hasil pengujian hipotesa Ho ditolak bila nilai p < nilai α (0,05) dan Ho diterima bilai nilai p > nilai α (0,05). Hipotesis yang ditegakan adalah : Ho: Tidak ada perbedaan efek antara intervensi roll glide dengan MWM terhadap mobilitas sendi dan penurunan disabilitas pada kasus osteoarthritis lutut. Ha: Ada perbedaan efek antara intervensi roll glide dengan MWM terhadap mobilitas sendi dan penurunan disabilitas pada kasus osteoarthritis lutut. Tabel XI Nilai Uji Hipotesis III untuk Disabilitas ( Womac ) Variabel Mean±SD Nilai P Keterangan Sesudah I 28±9,23 0,005 Signifikan Sesudah 2 19±5,08 Sumber data : Data Pribadi Tabel XII Nilai Uji Hipotesis III untuk Mobilitas Sendi ( Goniometer ) Variabel Mean±SD Nilai P Keterangan Sesudah I 118,46±10, Signifikan Sesudah 2 128,38±5,501 Sumber data : Data Pribadi Berdasarkan dari tabel XI, didapatkan hasil uji Independent Sample t-test menunjukan bahwa nilai p=0,005 dan dari tabel XII diatas menunjukkan bahwa p=0,005 dimana nilai p > α (0,05). Hal ini menunjukan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga ada perbedaan efek antara Roll Glide dengan MWM terhadap mobilitas sendi dan penurunan disabilitas pada osteoarthritis lutut.

14 PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian ini peneliti membuktikan bahwa ada perbedaan efek antara intervensi teknik roll glide dengan MWM terhadap peningkatan mobilitas sendi dan penurunan disabilitas pada osteoarthritis lutut. Dalam penelitian ini sampel di bagi menjadi dua kelompok perlakuan yaitu kelompok perlakuan I dengan intervensi teknik roll glide dan kelompok perlakuan II dengan MWM. Hasil uji hipotesis III melalui uji T-test Independent didapatkan hasil uji Independent Sample t-test menunjukan bahwa nilai p=0,005 pada pengukuran disabilitas dan dari pengukuran mobilitas sendi menunjukkan bahwa p=0,005 dimana nilai p > α (0,05). Hal ini menunjukan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga ada perbedaan efek antara Roll Glide dengan MWM terhadap mobilitas sendi dan penurunan disabilitas pada osteoarthritis lutut. Intervensi MWM lebih baik dikarenakan memiliki beberapa perbedaan dengan intervensi roll glide. Diantaranya pada intervensi MWM diberikan gerak aktif co contraction dan input proprioceptive sesuai dengan gerak arthrokinematik dan osteokinematik dari sendi sehingga akan memperbaiki kesalahan posisional pada sendi. Kemudian gerak aktif fleksi lutut pada MWM akan memberikan efek pompa pada kapsul sendi, otot, pembuluh darah, dan cairan synovial, sehingga kapsul sendi akan teregang. Perubahan tekanan akan membantu sirkulasi cairan synovial sehingga pada saat lutut kembali ke posisi awal cairan synovial akan mendapatkan nutrisi yang baru dan terjadi peningkatan sirkulasi darah pada daerah sekitar lutut. Sedangkan pada intervensi roll glide diberikan mobilisasi pasif yang akan memberikan efek renggangan pada system kapsulo ligamentair. Meningkatnya elastisitas system kapsulo ligamentair dapat memperluas LGS dan mengurangi penekanan atau kompresi pada sendi. KESIMPULAN Berdasarkan uraian dan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Intervensi roll glide efektif dalam meningkatkan mobilitas sendi dan menurunkan disabilitas pada kasus osteoarthritis lutut. 2. Intervensi MWM efektif dalam meningkatkan mobilitas sendi dan

15 menurunkan disabilitas pada kasus osteoarthritis lutut. 3. Intervensi MWM lebih baik daripada intervensi roll glide terhadap peningkatan mobilitas sendi dan penurunan disabilitas pada kasus osteoarthritis lutut. REFERENSI Andrea J Johnson. The Effect Anterior- Posterior Glide Joint Mobilization on External Rotation Range of Motion in Patients With Shoulder Adhesive Capsulitis.2007;37:3. Anonim Anatomi lutut. Diakses tanggal 7 mei Anwar. Efek Penambahan Roll Slide Fleksi Ekstensi Terhadap Penurunan Nyeri Pada Osteoarthritis Sendi Lutut. 2012;12: Bigelow R. Mulligan s mobilization with movement a review of the tenets and prescription of mwms.2007;17: Chaganti RK dan Nancy EL. Journal Risk Factors for Incident Osteoarthritis of the Hip and Knee. Division of Rheumatology. Universitas of California.2011;3: Cheraladhan E Sanbandam et al. Effect of Mulligan Mobilization and Maitland Mobilization in Subjects with Unilateral Tibiofemoral Osteoarthritis - Randomized ControlledTrial. 2011;11:17. Collins N, Teys P, Vicenzino B. The initial effects of a Mulligan s mobilization with movement technique on dorsiflexion and pain in subacute ankle sprains. Man Ther. 2004;9: Corwin, Elizabeth J. (2007) Buku Saku patofisiologi Edisi 3. Jakarta : EGC. Fytilli P.Interkulin-10 G and Interkulin- 10 R Microsatellite Poly Morphisms and Osteoarthritis of the Knee. Journal Clinical dan Experimental

16 Rheumatology.2005; 23: Hadi Valgus dan varus BAB%20II.pdf. Diakses tanggal 19 mei Health Otot bagian anterior /. Diakses tanggal 7 mei Hiroshi Aplikasi MWM. Jurnal effects of Mulligan's mobilization with movement. Diakses tanggal 8 mei Houston Otot pes anterinus. pedics/where-does-ithurt/knee/pes-anserine-bursitis/. Diakses tanggal 7 mei Kementerian Kesehatan. 2013, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS Indonesia. Jakarta: Depkes. Kersten Paula, Peter J White, dan Alan Tennat. The Visual Analogue WOMAC 3.0 Scale Internal Validity And Responsiveness of The VAS Version. (Highfield Southamton, UK, 2010) Kisner C. Colby L,A Therapeutic Exercise : Foundation and Techniques six edition. Philadelphia. F A Davis Company. Kuntono, Heru P Nyeri Secara Umum dan dari Aspek Fisioterapi. Surakarta: Perpustakaan Nasional RI. Martha Otot bagian posterior. https//essential.com/2011/03/14/ lengthening-hamstrings-forknee-pain-relief/. Diakses tanggal 7 mei Medscape Kriteria Penilaian OA menurut Kellgren-Lawrence. rticle/ Diakses tanggal 8 mei Mulligan, B R Ebook ; Manual Therapy Nags, Snags, MWMs, etc., 4th Edn. New Zealand. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor 80, Tahun Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Dan Praktik Fisioterapis Mentri Kesehatan Republik

17 Indonesia. BAB I ketentuan umum, pasal 1 ayat 2. Pocock Clinical Trials A Practical Approach. A Willey Medical Publication : New York Putz, R dan Pabts, T. (2008). Sobbota Atlas Anatomi Manusia. Jakarta. Rabea Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Sendi: Jakarta: Gramedia Randall Otot iliotibial band. /massage-versus-foam-rollerfor-the-itb. Diakses tanggal 7 mei Sambandon E Effect of mulligan mobilization and maitland mobilization in subjects with unilateral tibiofemoral osteoarthritis. 2011; 11: 1-4. Sugijanto Kinesiology dan Biomekanik.UIEU. Jakarta. Sugijanto Kinesiology dan Biomekanik.UIEU. Jakarta. Syaifuddin Anatomi Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta. Vincenzino Bill et al. Mulligan s mobilization with movement positional fault and pain relief : current concept from a critical review literature. 2007;12: Wayne Hing.Mulligan s mobilisation with movement: a review of the tenets and prescription of MWMs. 2008; 36: Soeroso, Joewono, dkk Osteoartritis. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman dan pembangunan disegala bidang kehidupan menyebabkan perubahan dalam tingkah laku dan pola hidup manusia. Perkembangan tersebut memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif kronik non inflamasi yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Penyakit ini bersifat progresif lambat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan pembangunan dan teknologi memberikan dampak bagi segala bidang pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di era yang serba modern seperti sekarang ini maka mudah sekali untuk mendapatkan semua informasi baik dalam bidang teknologi, bisnis, serta bidang kesehatan. Setiap

Lebih terperinci

yang sangat penting dalam aktifitas berjalan, sebagai penompang berat tubuh dan memiliki mobilitas yang tinggi, menyebabkan OA lutut menjadi masalah

yang sangat penting dalam aktifitas berjalan, sebagai penompang berat tubuh dan memiliki mobilitas yang tinggi, menyebabkan OA lutut menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disabilitas (ketidakmampuan) baik secara langsung ataupun tidak dapat mempengaruhi kehidupan setiap orang. Adanya nyeri pada lutut yang disebabkan oleh osteoarthtritis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa sekarang banyak penduduk baik yang berusia produktif maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa sekarang banyak penduduk baik yang berusia produktif maupun BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa sekarang banyak penduduk baik yang berusia produktif maupun yang sudah usia non produktif yang mengalami gangguan kesehatan. Seiring dengan bertambahnya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan disegala bidang kehidupan. menyebabkan perubahan dalam tingkah laku dan pola hidup masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan disegala bidang kehidupan. menyebabkan perubahan dalam tingkah laku dan pola hidup masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pembangunan disegala bidang kehidupan menyebabkan perubahan dalam tingkah laku dan pola hidup masyarakat sehingga menimbulkan benbagai macam penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan disegala bidang kehidupan menyebabkan perubahan dalam tingkah laku dan pola hidup masyarakat. Berbagai macam penyakit yang banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya. tuntut untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia, karena banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya. tuntut untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia, karena banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya pengetahuan masyarakat akan arti hidup sehat, maka ilmu kedokteran selalu di tuntut untuk memperbaiki kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsionalnya. Kompleksnya suatu gerakan dalam aktifitas seperti. tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. fungsionalnya. Kompleksnya suatu gerakan dalam aktifitas seperti. tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia banyak melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia melakukan aktifitasnya tidak pernah lepas dari proses gerak,

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. vertebralis servikal dan lumbal merupakan sendi yang paling banyak

BAB I P E N D A H U L U A N. vertebralis servikal dan lumbal merupakan sendi yang paling banyak BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar belakang Sendi ekstremitas bawah, sendi panggul dan sendi lutut, juga kolumna vertebralis servikal dan lumbal merupakan sendi yang paling banyak gerakannya dan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dizaman globalisasi seperti sekarang ini, dimana perkembangan dan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Dizaman globalisasi seperti sekarang ini, dimana perkembangan dan ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dizaman globalisasi seperti sekarang ini, dimana perkembangan dan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat membawa dampak perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling banyak BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling banyak dijumpai dibanding dengan penyakit sendi lainnya. Semua sendi dapat terserang, tetapi yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional pada hakekatnya adalah penyelenggara upaya kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. nasional pada hakekatnya adalah penyelenggara upaya kesehatan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah penyelenggara upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5%

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif dan salah satu keluhan muskuloskeletal yang sering ditemui, dengan progresifitas yang lambat, bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas adalah berjalan. Untuk dapat menghasilkan mekanisme pola berjalan yang harmonis, maka kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010), BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010), menunjukkan bahwa kejadian osteoartritis lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria di antara semua

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL Oleh: SURATMAN NIM.J.100.050.005 Diajukan guna untuk melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perubahan akan terjadi pada tubuh sejalan dengan semakin meningkatnya usia manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada semua organ dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang berarti sendi dan itis yang berarti inflamasi. Osteoarthritis tergolong penyakit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. osteoarthritis. Usia paling muda terjadi pada usia 12 tahun, sedangkan usia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. osteoarthritis. Usia paling muda terjadi pada usia 12 tahun, sedangkan usia BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Responden Pada penelitian ini didapatkan 58 pasien osteoarthritis yang akan kami analisis berdasarkan karakteristik usia. Penentuan penyakit pasien

Lebih terperinci

OSTEOARTHRITIS GENU. 1. Definisi

OSTEOARTHRITIS GENU. 1. Definisi OSTEOARTHRITIS GENU 1. Definisi Osteoarthritis (OA) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang sendi berupa disintegritas dan perlunakan progesif, diikuti penambahan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan teori 1. Articulatio Genu Definisi umum articulatio genu Persendian pada articulatio genu, merupakan persendian sinovial berdasarkan klasifikasi struktural. Penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, manusia dituntut untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik. mengalami peningkatan yang begitu pesat.

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik. mengalami peningkatan yang begitu pesat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi dan pola pikir masyarakat yang terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik menjadi berkurang, yang mengakibatkanterjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan penting sebagai penopang berat badan dalam aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan penting sebagai penopang berat badan dalam aktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan bertambahnya usia menyebabkan penurunan fungsi tubuh termasuk sistim Musculuskeletal, diantaranya anggota gerak bawah yang sangat berperan penting sebagai penopang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Negara Indonesia merupakan negara dengan jumah penduduk yang memasuki peringkat 5 besar penduduk terbanyak didunia. Dengan banyaknya jumlah penduduk di Indonesia membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era yang lebih maju dan berkembang disertai dengan peningkatan teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan perilaku hidup, hal ini mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian telah banyak di kembangkan untuk mengatasi masalah-masalah penuaan.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian telah banyak di kembangkan untuk mengatasi masalah-masalah penuaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan pembangunan dan pengetahuan serta teknologi memberikan dampak bagi segala bidang, khususnya dalam bidang ilmu kesehatan dan informasi. Meningkatnya ilmu pengetahun

Lebih terperinci

OSTEOARTHRITIS GENU (http://www.diskdr-online.com/news/5/osteoarthritis-genu)

OSTEOARTHRITIS GENU (http://www.diskdr-online.com/news/5/osteoarthritis-genu) OSTEOARTHRITIS GENU (http://www.diskdr-online.com/news/5/osteoarthritis-genu) Definisi Osteoarthritis genu adalah suatu penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi lutut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan. Harapan Hidup (UHH). Data badan pusat statistik menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan. Harapan Hidup (UHH). Data badan pusat statistik menunjukkan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang, salah satunya pembangunan di bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSOP dr. SOEHARSO SURAKARTA

PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSOP dr. SOEHARSO SURAKARTA PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSOP dr. SOEHARSO SURAKARTA Oleh: FITRIA ENDAH WIDYASTUTI J 100 050 022 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara, termasuk masyarakat Indonesia. Salah satu

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan menjadi sekitar 11,34%. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan menjadi sekitar 11,34%. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 7,28% dan pada tahun 2020 diperkirakan menjadi sekitar 11,34%. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menyatakan bahwa

Lebih terperinci

The Influence of Microwave Diathermy and Range of motion exercise on Knee Osteoarthrits in Bandar Lampung

The Influence of Microwave Diathermy and Range of motion exercise on Knee Osteoarthrits in Bandar Lampung [ARTIKEL PENELITIAN] Pengaruh Microwave Diathermy dan Latihan Rentang Gerak Sendi pada Osteoarthritis Lutut di Bandar Lampung Rizky Indria Lestari, Ahmad Fauzi, Ratna Dewi Puspita Sari Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sosial masyarakat dan bangsa bertujuan untuk. memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sosial masyarakat dan bangsa bertujuan untuk. memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sosial masyarakat dan bangsa bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan yang telah kita laksanakan selama

Lebih terperinci

Penambahan Traksi Translasi Pada Intervensi Ultrasound, Transcutaneus Elektrikal Nerve Stimulation dan Quadriceps Exercise

Penambahan Traksi Translasi Pada Intervensi Ultrasound, Transcutaneus Elektrikal Nerve Stimulation dan Quadriceps Exercise Penambahan Traksi Translasi Pada Intervensi Ultrasound, Transcutaneus Elektrikal Nerve Stimulation dan Quadriceps Exercise Lebih Memperbaiki Lingkup Gerak Sendi Pada Osteoarthritis Lutut ISMAIL, Instalasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Gambaran Penelitian Pengambilan sampel penelitian dilakukan pada seluruh pasien yang terdiagnosis Osteoatritis lutut di RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Penelitian

Lebih terperinci

MANFAAT PEMBERIAN MODIFIED HOLD RELAXED DAN TRAKSI- TRANSLASI TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI

MANFAAT PEMBERIAN MODIFIED HOLD RELAXED DAN TRAKSI- TRANSLASI TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI MANFAAT PEMBERIAN MODIFIED HOLD RELAXED DAN TRAKSI- TRANSLASI TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran sehingga dapat memperbaiki kualitas kesehatan para penduduk

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran sehingga dapat memperbaiki kualitas kesehatan para penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan keberhasilan pemerintah Indonesia dalam pembanguan nasional, telah di wujudkan dengan hasil yang positif dalam berbagai bidang, seperti adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaman. Termasuk ilmu tentang kesehatan yang di dalamnya mencakup. manusia. Selama manusia hidup tidak pernah berhenti menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. jaman. Termasuk ilmu tentang kesehatan yang di dalamnya mencakup. manusia. Selama manusia hidup tidak pernah berhenti menggunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring perkembangan jaman. Termasuk ilmu tentang kesehatan yang di dalamnya mencakup bahasan tentang berbagai macam

Lebih terperinci

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan dianggap sebagai peristiwa fisiologis yang memang harus dialami oleh semua makhluk hidup. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. baru pada permukaan sendi (Khairani, 2012). Terjadinya osteoarthritis itu

I. PENDAHULUAN. baru pada permukaan sendi (Khairani, 2012). Terjadinya osteoarthritis itu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit osteoarthris (OA) adalah penyakit degeneratif yang bersifat kronis dan berjalan progresif lambat. Penyakit ini hanya menyebabkan inflamasi ringan, biasanya ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup produktif secara sosial dan ekonomis. individu untuk memenuhi kebutuhan gerak yang fungsional dalam

BAB I PENDAHULUAN. hidup produktif secara sosial dan ekonomis. individu untuk memenuhi kebutuhan gerak yang fungsional dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (1946), sehat dapat diartikan suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Kesehatan

Lebih terperinci

PENGARUH FREE ACTIVE EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN RANGE OF MOTION SENDI LUTUT WANITA LANJUT USIA

PENGARUH FREE ACTIVE EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN RANGE OF MOTION SENDI LUTUT WANITA LANJUT USIA PENGARUH FREE ACTIVE EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN RANGE OF MOTION SENDI LUTUT WANITA LANJUT USIA DI POSYANDU LANSIA SRIKANDI DESA SAMPANG GEDANG SARI GUNUNG KIDUL SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri sendi merupakan salah satu gangguan kesehatan yang bisa dialami oleh siapapun karena setiap orang di dalam tubuhnya memiliki persendian (Soeroso, 2006). Sendi

Lebih terperinci

Protokol Intervensi Fisioterapi Kelompok Perlakuan

Protokol Intervensi Fisioterapi Kelompok Perlakuan Lampiran 5 Protokol Intervensi Fisioterapi Kelompok Perlakuan Intervensi Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Ultrasound Frekuensi : 1MHz Intensitas : 1,0w/cm 2 Frekuensi : 1MHz Intensitas :1,0w/cm 2 Frekuensi :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persendian melakukan aktivitas atau gerakan (Helmi, 2012). Usia tua merupakan salah satu faktor risiko terjadi osteoarthritis.

BAB I PENDAHULUAN. persendian melakukan aktivitas atau gerakan (Helmi, 2012). Usia tua merupakan salah satu faktor risiko terjadi osteoarthritis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi osteoarthritis merupakan suatu penyakit degenaratif pada persendiaan yang disebabkan oleh beberapa macam faktor. Penyakit ini mempunyai karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. klinis, histologist, dan radiologi. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. klinis, histologist, dan radiologi. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Osteoarthritis disebut juga penyakit sendi degeneratif yaitu suatu kelainan pada kartilago (tulang rawan sendi) yang ditandai dengan perubahan klinis, histologist,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsional. Banyak faktor yang dapat menimbulkan gangguan aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. fungsional. Banyak faktor yang dapat menimbulkan gangguan aktifitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia sebagai mahluk biopsikososial membutuhkan suatu kondisi atau keadaan tubuh yang optimal untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupannya manusia memiliki banyak aktivitas untuk dilakukan baik itu rutin maupun tidak rutin. Ada berbagai macam aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS SEBAGAI FAKTOR RISIKO OSTEOARTHRITIS LUTUT DENGAN AKTIVITAS FUNGSIONAL

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS SEBAGAI FAKTOR RISIKO OSTEOARTHRITIS LUTUT DENGAN AKTIVITAS FUNGSIONAL HUBUNGAN ANTARA OBESITAS SEBAGAI FAKTOR RISIKO OSTEOARTHRITIS LUTUT DENGAN AKTIVITAS FUNGSIONAL NASKAH PUBLIKASI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI Disusun Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan produktif dibutuhkan status kesehatan yang tinggi dan. peningkatan sistem pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan produktif dibutuhkan status kesehatan yang tinggi dan. peningkatan sistem pelayanan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, pola kehidupan masyarakat Indonesia semakin hari semakin berkembang dan maju, dimana pola hidup tersebut dapat berpengaruh terhadap pembangunan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN INTERVENSI ULTRASOUND DENGAN MOBILISASI ROLL SLIDE

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN INTERVENSI ULTRASOUND DENGAN MOBILISASI ROLL SLIDE PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN INTERVENSI ULTRASOUND DENGAN MOBILISASI ROLL SLIDE FLEKSI-EKSTENSI DAN ULTRASOUND DENGAN MOBILISASI TRAKSI OSILASI AKHIR RANGE OF MOTION TERHADAP PENINGKATAN RANGE OF MOTION

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS NYERI DENGAN KEMAMPUAN AKTIVITAS FUNGSIONAL PENDERITA OSTEOARTRITIS LUTUT NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS NYERI DENGAN KEMAMPUAN AKTIVITAS FUNGSIONAL PENDERITA OSTEOARTRITIS LUTUT NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KUALITAS NYERI DENGAN KEMAMPUAN AKTIVITAS FUNGSIONAL PENDERITA OSTEOARTRITIS LUTUT NASKAH PUBLIKASI UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas. Aktivitas-aktivitas tersebut berlangsung di tempat kerja, sekolah, kampus

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas. Aktivitas-aktivitas tersebut berlangsung di tempat kerja, sekolah, kampus 15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sepanjang daur kehidupannya, manusia tidak akan terlepas dari gerak dan aktivitas. Aktivitas-aktivitas tersebut berlangsung di tempat kerja, sekolah, kampus maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif dan progresif yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang melindungi ujung

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN MWD DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP DENGAN TENS DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OA LUTUT

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN MWD DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP DENGAN TENS DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OA LUTUT PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN MWD DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP DENGAN TENS DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OA LUTUT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Maret quasi eksperimental (eksperimen semu), dimana sampel penelitian tidak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Maret quasi eksperimental (eksperimen semu), dimana sampel penelitian tidak 77 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 6,7% hingga 66,7%. Keluhan tentang keluhan bahu juga sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 6,7% hingga 66,7%. Keluhan tentang keluhan bahu juga sering terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluhan pada bahu merupakan masalah yang paling sering terjadi di masyarakat luas. Keluhan tentang masalah pada bahu tercatat dirasakan 0,9% hingga 2,5% yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, tingkat aktivitas masyarakat Indonesia semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas,

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Nama : Ariyanto Nim : J

Disusun Oleh : Nama : Ariyanto Nim : J STUDI KORELASI ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN TERJADINYA OSTEOARTRITIS (OA) SENDI LUTUT SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas-tugas dan Persyaratan Akhir Dalam Meraih Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA STIFFNESS ELBOW DEXTRA POST FRAKTUR SUPRACONDYLAR HUMERI DENGAN K-WIRE DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J 100 090 02

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE SINISTRA DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

KARYA TULIS ILMIAH. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE SINISTRA DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE SINISTRA DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di suatu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di suatu negara, seperti pada kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Osteoartritis (OA) penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertropi.

BAB I PENDAHULUAN. Osteoartritis (OA) penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertropi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoartritis (OA) penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertropi. Penyakit ini merupakan kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Osteoarthritis 1. Definisi Osteoarthritis merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinik ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang melibatkan kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan kekakuan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Osteoartritis Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian mengenai hubungan antara gejala klinis OA lutut dengan derajat OA lutut dilakukan pada bulan Oktober November 2016 di RSUD Tidar kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dewasa ini meliputi seluruh aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dewasa ini meliputi seluruh aspek kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dewasa ini meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, tak terkecuali bidang kesehatan. Pembangunan bidang kesehatan pada hakekatnya adalah membangun

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DI RUMKITAL dr. RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DI RUMKITAL dr. RAMELAN SURABAYA KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DI RUMKITAL dr. RAMELAN SURABAYA Disusun oleh : WURI RAHMAWATI NIM : J100 070 O26 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh umur, psikis dan keadaan lingkungan sosial individu. Banyak. terhadap gerak dan fungsi tubuh. (Depkes RI, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh umur, psikis dan keadaan lingkungan sosial individu. Banyak. terhadap gerak dan fungsi tubuh. (Depkes RI, 1999). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Republik Indonesia menetapkan kebijakan nasional mengenai pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia sehat 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi optimal untuk berinteraksi dengan lingkungan menjadi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi optimal untuk berinteraksi dengan lingkungan menjadi tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi optimal untuk berinteraksi dengan lingkungan menjadi tuntutan terhadap manusia, untuk dapat melakukan aktivitas dengan menggunakan kapasitas individu yang dimilikinya

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA OSTEOARTHRITIS KNEE SINISTRA DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA OSTEOARTHRITIS KNEE SINISTRA DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA OSTEOARTHRITIS KNEE SINISTRA DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA Naskah Publikasi Dianjukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan

Lebih terperinci

Kiat-Kiat Menjaga Kesehatan Sendi Lutut. Fanny Aliwarga Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

Kiat-Kiat Menjaga Kesehatan Sendi Lutut. Fanny Aliwarga Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Kiat-Kiat Menjaga Kesehatan Sendi Lutut Fanny Aliwarga Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi OSTEOARTRITIS Penyakit sendi paling banyak Sendi yang menopang berat badan (weight bearing) lutut, panggul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan sangat penting bagi manusia untuk hidup dan untuk melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Setiap orang mendambakan bebas dari penyakit, baik fisik maupun mental serta terhindar dari kecacatan. Sehat bukan suatu keadaan yang sifatnya statis tapi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas sehari-hari. Gangguan pada kaki bisa menghambat aktivitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas sehari-hari. Gangguan pada kaki bisa menghambat aktivitasnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kaki menjadi bagian penting bagi manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Gangguan pada kaki bisa menghambat aktivitasnya. Dibandingkan dengan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi yang sangat modern untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi yang sangat modern untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN Pada era globalisasi ini, ditandai dengan kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat modern untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Bangsa Indonesia sedang giat-giatnya

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA OSTEOARTHRITIS GENU BILLATERAL DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA OSTEOARTHRITIS GENU BILLATERAL DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA OSTEOARTHRITIS GENU BILLATERAL DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Sari Winda F S J100141131 Diajukan Guna Melengkapi Tugas Dan Memenuhi

Lebih terperinci

Dewasa ini didapati angka kehidupan masyarakat semakin meningkat. Hal ini

Dewasa ini didapati angka kehidupan masyarakat semakin meningkat. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini didapati angka kehidupan masyarakat semakin meningkat. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif dan progresif yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang melindungi ujung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang saling berinteraksi dengan lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal dalam bergerak atau beraktivitas.

Lebih terperinci

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik LAMPIRAN 1 Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Stroke Non Hemoragik A. Pengertian Latihan aktif dan pasif / ROM adalah merupakan suatu kebutuhan manusia untuk melakukan pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera ligamen kolateral medial sendi lutut merupakan salah satu gangguan yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas dan fungsional, sehingga menghambat aktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian akan dilakukan di Balai pertemuan warga villa tangerang elok rw 10 Pasarkemis-Tangerang. 2. Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang kehidupan manusia. Baik dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, sosial budaya, ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

PENGARUH FISIOTAPING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS

PENGARUH FISIOTAPING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS PENGARUH FISIOTAPING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS Afrianti Wahyu Widiarti, Sukadarwanto Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Fisioterapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya stress cell dan degradasi matriks ekstraseluler yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya stress cell dan degradasi matriks ekstraseluler yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Osteoarthritis (OA) adalah suatu gangguan yang melibatkan sendi gerak yang ditandai dengan adanya stress cell dan degradasi matriks ekstraseluler yang diinisiasi

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT BILATERAL DI RSUD SUKOHARJO

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT BILATERAL DI RSUD SUKOHARJO PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT BILATERAL DI RSUD SUKOHARJO Disusun oleh : YUYUN KURNIATI PAMUNGKAS NIM : J00 090 0 NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST FRAKTUR 1/3 DISTAL FIBULA SINISTRA DENGAN PEMASANGAN WIRE DI RSUD SUKOHARJO.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST FRAKTUR 1/3 DISTAL FIBULA SINISTRA DENGAN PEMASANGAN WIRE DI RSUD SUKOHARJO. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST FRAKTUR 1/3 DISTAL FIBULA SINISTRA DENGAN PEMASANGAN WIRE DI RSUD SUKOHARJO Naskah Publikasi Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DENGAN MODALITAS MICROWAVE DIATHERMI DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SRAGEN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DENGAN MODALITAS MICROWAVE DIATHERMI DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SRAGEN PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DENGAN MODALITAS MICROWAVE DIATHERMI DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SRAGEN Oleh: LAELATUL AZIZAH J 100 050 034 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan

Lebih terperinci

II. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI

II. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI OSTEOARTHRITIS Osteoartritis adalah gangguan yang terjadi pada satu atau lebih sendi, awalnya oleh adanya gangguan yang bersifat lokal pada kartilago dan bersifat progresif degeneratif dari kartilago,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 didunia. Dengan banyaknya jumlah penduduk, Indonesia memiliki sejumlah permasalahan baik dalam perekonomian,

Lebih terperinci