UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN MAGANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN MAGANG"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENYUSUNAN ANGGARAN KEGIATAN SEKOLAH KHUSUS OLAHRAGAWAN (SKO) RAGUNAN DI KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA INDONESIA LAPORAN MAGANG ANITA FEBRIANI NPM : FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI S1 EKSTENSI DEPOK JANUARI 2013

2 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENYUSUNAN ANGGARAN KEGIATAN SEKOLAH KHUSUS OLAHRAGAWAN (SKO) RAGUNAN DI KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA INDONESIA LAPORAN MAGANG Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi ANITA FEBRIANI NPM : FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI S1 EKSTENSI DEPOK JANUARI 2013 i

3 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Laporan magang ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Anita Febriani NPM : Tanda Tangan : Tanggal : Januari 2013 ii

4 HALAMAN PENGESAHAN Laporan Magang ini diajukan oleh : Nama : Anita Febriani NPM : Program Studi : Ekstensi Akuntansi Kekhususan : - Judul Laporan Magang : Analisis Proses Penyusunan Anggaran Kegiatan Sekolah Khsusu Ragunan (SKO) Ragunan di Kementerian Pemuda dan Olahraga Indonesia Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi. DEWAN PENGUJI Pembimbing : Emil Bachtiar S.E., M.Com ( ) Penguji : Enan Hasan Sjadili Ak., MBA ( ) Penguji : Dedi Nordiawan SE., MM ( ) Ditetapkan di : Depok Tanggal : Januari 2013 Ketua Program Ekstensi Akuntansi Sri Nurhayati, S.E., M.M., SAS. NIP: iii

5 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji syukur ke hadirat Allah SWT, terima kasih yang tak terhingga kepada-nya. Juga atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana pada Program Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi. Dalam pembuatan laporan magang ini penulis mengalami banyak kesulitan dan segala keterbatasan, tetapi dengan segala bantuan, dorongan, dan semangat dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Allah SWT atas segala sesuatu yang ada dan terjadi dalam hidup saya. 2. Bapak Emil Bachtiar S.E., M.Com selaku dosen pembimbing. Terimakasih atas waktu dan bimbingan yang diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan magang ini. 3. Pihak Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI. Asisten Deputi Sentra Keolahragaan, Bapak R. Isnanta, yang telah memberikan waktu dan kesempatan untuk dapat melaksanakan magang. Bapak Garincha, Bapak Adhi, Ibu Mila, Bapak Pura, Bapak A.Rajab, Bapak Margono, Bapak Catur, Mbak Uni, Mas Sugeng, Mas Arya, Mas Dwi, dan terutama Mas Miswan, yang telah membantu dalam pengumpulan datadata yang diperlukan dalam penyusunan laporan magang ini. 4. Orang Tua, Kakak, dan Adik atas segala dukungan dan doa, langsung maupun tidak langsung, mental maupun materil, yang telah diberikan kepada penulis. 5. Terimakasih sebanyak-banyaknya kepada seluruh rekan-rekan FEUI yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, atas hari hari yang tidak tergantikan. 6. Serta terimakasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu Penulis menyelesaikan laporan magang ini. iv

6 Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan saudara-saudara semua. Dan semoga laporan magang ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu Depok, Januari 2013 Anita Febriani v

7 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Anita Febriani NPM : Program Studi : S1 Ekstensi Akuntansi Departemen : Akuntansi Fakultas : Ekonomi Jenis Karya : Laporan Magang demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive-Royalti- Fee Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Analisis Penyusunan Anggaran Kegiatan Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) Ragunan di Kementerian Pemuda dan Olahraga Indonesia. beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non- Eksklusif ini berhak menyimpan, mengalihkan media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : Januari 2013 Yang menyatakan ( Anita Febriani ) vi

8 ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Anita Febriani : Akuntansi : Analisis Penyusunan Anggaran Kegiatan Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) Ragunan di Kementerian Pemuda dan Olahraga Indonesia Laporan magang ini berisikan tentang analisis proses pernyusunan anggaran kegiatan Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) Ragunan di Kementerian Pemuda dan Olahraga Indonesia, pada bagian Asisten Deputi Sentra Keolahragaan tahun anggaran Anggaran disusun berdasarkan pendekatan Penganggaran Berbeasis Kinerja. Proses penyusunan anggaran ini dimulai dengan penyusunan Kerangka Acuan Kegiatan (KAK), pembuatan Rincian Anggaran Biaya (RAB), penyusunan kertas kerja Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara / Lembaga (RKA-K/L), dan pembuatan Pedoman Operasional Kerja (POK). Pembuatan KAK disusun sesuai dengan Petunjuk Penyusunan Standar Biaya Khusus (SBK), sementara penyusunan RAB dibuat berdasarkan format dalam PMK No. 112/PMK.02/2012. Untuk penyusunan RKA-K/L dan POK dibuat dengan menggunakan aplikasi DIPA RKA-K/L tahun Kata Kunci: Anggaran, Anggaran Berbasis Kinerja, Sekolah Khusus Olahragawan, Ragunan, PMK No. 112/PMK.02/2012, Standar Biaya Khusus, TOR, RAB, Kertas Kerja RKA-K/L, POK, RKA-KL DIPA, 2013 vii

9 Name Study Program Title ABSTRACT : Anita Febriani : Accounting : The Analysis of Budgeting Process Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) Ragunan in the Ministry of Sports and Youth Affairs Indonesia. This internship report consist of the analysis of budgeting process Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) Ragunan in the Ministry of Sports and Youth Affairs Indonesia, in Deputy Assistant of Sports Center for budget year This budgeting system prepared based on Performance Budgeting Approach. The budgeting process begin with preparation of Term of Reference (TOR), Rincian Anggaran Biaya (RAB), working paper of Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L), and Petunjuk Operasional Kegiatan (POK). Deputy Assistant of Sports Center prepared TOR based on a Preparation Instruction of Standar Biaya Khusus (SBK), and prepare RAB based on PMK No. 112/PMK.02/2012. Deputy Assistant of Sports Center is using an Aplikasi RKA- K/L DIPA for 2013 to create working paper of Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L), and Petunjuk Operasional Kegiatan (POK). Key words: Budgeting, Performance Budgeting, Sekolah Khusus Olahragawan, Ragunan, PMK No. 112/PMK.02/2012, Standar Biaya Khusus, TOR, RAB, Kertas Kerja RKA-K/L, POK, RKA-KL DIPA, 2013 viii

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vi ABSTRAK...vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR...xii 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Program Magang Tujuan Pelaksanaan Program Magang Tempat dan Waktu Pelaksanaan Program Magang Pelaksanaan Kegiatan Program Magang Latar Belakang Penulisan Laporan Magang Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang Sistematika Penulisan Laporan Magang LANDASAN TEORI Definisi Anggaran Sistem Penganggaran Pendekatan Penyusunan Anggaran Klasifikasi Anggaran Klasifikasi Anggaran Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja Tingkat Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja Struktur Anggaran dalam Penganggaran Berbasis Kinerja Dokumen Pendukung Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau Term of Reference (TOR) Rincian Anggaran Biaya (RAB) Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) Standar Biaya Khusus (SBK) Format KAK/TOR dengan Standar Biaya Khusus (SBK) Format RAB dengan Standar Biaya Khusus (SBK) Dukungan TI dalam Penyusunan dan Penelaahan RKA-K/L AKTIVITAS PELAKSANAAN MAGANG Gambaran Umum Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Sejarah Singkat Kemenpora Struktur Organisasi Kemenpora Struktur Organisasi Deputi III dan Asdep Sentra keolahragaan Gambaran Umum Sekolah Khusus Olahragawan Ragunan Proses Perencanaan Anggaran Kegiatan SKO Ragunan ix

11 3.2.1 Term of Reference (TOR) Rincian Anggaran Biaya (RAB) Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Panduan Operasional Kerja (POK) Proses Penarikan Dana Anggaran Kegiatan SKO Ragunan PEMBAHASAN DAN ANALISIS Analisis Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau Term of Reference (TOR) Perbandingan Dengan PMK No. 112 Tahun Perbandingan Dengan Petunjuk Penyusunan SBK Analisis Rincian Anggaran Biaya (RAB) Perbandingan Dengan PMK No. 112 Tahun Perbandingan Dengan Petunjuk Penyusunan SBK KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran Saran untuk Bagian Asdep Sentra Keolahragaan Saran untuk Universitas DAFTAR REFERENSI x

12 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Petunjuk Pengisian KAK Tabel 2.2 Format RAB Menurut PMK No. 112 tahun Tabel 2.3 Petunjuk Pengisian RAB Tabel 2.3 Petunjuk Pengisian RAB (Sambungan) Tabel 2.4 Format POK Tabel 2.5 Format RAB Menurut Petunjuk Penyusunan SBK Tabel 2.6 Contoh Satuan Ukur Tabel 3.1 Daftar Jumlah Atlet Tabel 4.1 Perbandingan Format TOR SKO dengan Format TOR PMK Tabel 4.1 Perbandingan Format TOR SKO dengan Format TOR PMK (Sambungan) Tabel 4.1 Perbandingan Format TOR SKO dengan Format TOR PMK (Sambungan) Tabel 4.1 Perbandingan Format TOR SKO dengan Format TOR PMK (Sambungan) Tabel 4.2 Perbandingan Format TOR SKO dengan Format SBK Tabel 4.2 Perbandingan Format TOR SKO dengan Format SBK (Sambungan) Tabel 4.2 Perbandingan Format TOR SKO dengan Format SBK (Sambungan) Tabel 4.3 Perbandingan Format RAB SKO dengan Format RAB PMK Tabel 4.3 Perbandingan Format RAB SKO dengan Format RAB PMK (Sambungan) Tabel 4.4 Tabel RAB SKO Ragunan Tabel 4.5 Tabel RAB dalam PMK No. 112 tahun Tabel 4.6 Perbandingan Format RAB SKO dengan Format RAB dengan SBK Tabel 4.6 Perbandingan Format RAB SKO dengan Format RAB dengan SBK (Sambungan) Tabel 4.6 Perbandingan Format RAB SKO dengan Format RAB dengan SBK (Sambungan) xi

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Pendekatan Berbasis Kinerja (PBK) Gambar 2.2 Struktur Anggaran dalam Penerapan PBK Gambar 2.3 Format KAK Menurut PMK No. 112 tahun Gambar 2.4 Format TOR Menurut Petunjuk Penyusunan SBK Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kemenpora Gambar 3.2 Struktur Organisasi Deputi III / Asdep sentra Keolahragaan Gambar 3.3 Struktur Organisasi SKO Ragunan Gambar 3.4 RKA-K/L DIPA Gambar 3.5 Menu Form Belanja Gambar 3.6 Menu Pemilihan Satker Gambar 3.7 Menu Pengisian Program Gambar 3.8 Daftar Pilihan Output Gambar 3.9 Menu pilihan KodeIB Gambar 3.10 Menu Pemilihan Lokasi Gambar 3.11 Menu Pemilihan Kewenangan Gambar 3.12 Hasil Pemasukkan Program Gambar 3.13 Menu Rekam Sub Output Gambar 3.14 Menu Rekam Komponen Gambar 3.15 Menu Rekam Sub Komponen Gambar 3.16 Menu Rekam Akun Gambar 3.17 Menu Rekam Detil Gambar 3.18 Hasil Pemasukkan Detil Komponen Gambar 3.19 Hasil Pemasukkan Detil Satu Akun Gambar 3.20 RKA-K/L Siap Dicetak Gambar 3.21 Tampilan Sebelum Cetak POK Gambar 3.22 Menu Pilihan Satker Gambar 3.23 Tabel Satker Gambar 3.24 POK Siap Dicetak xii

14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang Pengalaman kerja, pemahaman dunia kerja, serta pengetahuan, merupakan hal yang penting untuk dimiliki masyarakat Indonesia agar dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas di dunia kerja yang semakin berkembang. Dengan meningkatnya pengalaman kerja, maka pemahaman akan dunia kerja sesungguhnya juga mengalami peningkatan, seiring juga dengan bertambahnya pengetahuan akan hal-hal baru terkait pekerjaan yang dilakukan. Dengan demikian, akan terbentuk sumber daya manusia berkualitas yang dapat melakukan pengembangan diberbagai jenis dan bidang pekerjaan di Indonesia. Sumber daya yang berkualitas merupakan hal yang paling penting untuk dapat melakukan perubahan dan perkembangan Negara kearah yang lebih baik. Untuk dapat melakukan perkembangan Negara salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mempertahankan, memperbaiki dan memperkuat sistem kerja di Pemerintahan Negara Republik Indonesia khususnya kinerja Kementerian Negara Republik Indonesia. Kementerian Negara merupakan badan yang segala aktivitasnya menggunakan uang Negara yang dianggarkan dalam Anggaran Pemerintah dan Belanja Negara (APBN), yang bertujuan untuk memakmurkan Negara serta masyarakatnya. Hal tersebut berbeda dengan perusahaan swasta atau BUMN lain yang bekerja dengan tujuan utama mencari keuntungan (profit) untuk dapat terus mengembangkan usahanya. Dengan tujuan tidak untuk mencari laba, segala kegiatan yang dilakukan oleh berbagai Kementerian Negara Republik Indonesia didanai oleh dana milik Negara yang bersalah dari berbagai pendapatan Negara, yang salah satunya berasal dari pembayaran dan pelunasan pajak yang merupakan kewajiban bagi seluruh Warga Negara Republik Indonesia. Jumlah dana yang merupakan alokasi APBN harus dapat digunakan dan dialokasikan kedalam kegiatan-kegiatan yang baik untuk segenap masyarakat Indonesia. Dengan demikian, proses penyusunan anggaran kementerian terkait dengan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh

15 kementerian yang bersangkutan, merupakan salah satu hal yang penting untuk menilai kinerja kementerian untuk dapat menciptakan pemerintah yang baik dan berkualitas yang dapat menjadikan Negara kearah yang lebih baik. Dengan berbagai masalah yang timbul diberbagai kementerian di Indonesia, maka Penulis melakukan program magang di Kementerian Republik Indonesia, untuk memahami lebih lanjut sistem penyusunan anggaran yang digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan di kemenpora, dan untuk memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi di. Sebagai salah satu fakultas terbaik, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) dituntut untuk dapat menciptakan lulusan yang terbaik dan berkualitas, salah satu caranya dengan melaksanakan program magang untuk mahasiswa tingkat akhir. Program magang ini selain dilaksanakan untuk syarat kelulusan, juga menjadi sarana bagi mahasiswa untuk dapat menggunakan ilmu yang telah didapat selama kuliah untuk diaplikasikan dalam kenyataan sesungguhnya di dunia kerja. Selain itu, program magang merupakan sarana untuk meningkatkan pengalaman dan pengetahuan mahasiswa mengenai dunia kerja yang sesungguhnya, agar dapat membentuk sumber daya manusia berkualitas dan memiliki daya saing di dunia kerja sesungguhnya. 1.2 Tujuan Pelaksanaan Program Magang Program magang yang diadakan oleh Program Ekstensi FEUI merupakan salah satu cara bagi mahasiswa tingkat akhir untuk dapat mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi, selain dengan melakukan penelitian dan menyusun skripsi. Dengan program magang, mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikan ilmuilmu khususnya terkait akuntansi yang telah didapat selama kuliah, untuk digunakan dalam pekerjaan di dunia kerja yang sesungguhnya. Selama melaksanakan program magang, penulis diharapkan menggunakan berbagai ilmu dan kemampuan yang dimiliki sebagai bentuk tanggung jawab kepada tempat magang. Selain itu, penulis harus membuat laporan magang sebagai bentuk pelaporan atas berbagai pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan selama magang.

16 1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang Penulis mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan program magang di Kementerian Pemuda dan Olahraga (KEMENPORA) yang beralamat di Jl. Gerbang Pemuda No. 3 Senayan Jakarta terhitung mulai tanggal 30 Juli 2012 sampai dengan 31 Oktober Selama magang, penulis ditempatkan pada bagian Asisten Deputi (Asdep) Sentra Keolahragaan, Deputi Pembudayaan Olahraga sebagai staf Perbendaharaan Pembantu. Tugas penulis selama melaksanakan magang berkaitan dengan kegiatan penyusunan anggaran kegiatan kemenpora, serta membantu dalam proses pembuatan dan penyusunan berbagai dokumen terkait kegiatan di bagian Asdep Sentra. 1.4 Pelaksanaan Kegiatan Magang Dalam pelaksanaan kegiatan magang, penulis ditempatkan pada bagian Asisten Deputi (Asdep) Sentra Keolahragaan, Deputi Pembudayaan Olahraga sebagai Badan Perbendaharaan Pembantu. Berikut ini disajikan kegiatan penulis selama menjalankan program magang. Asdep Sentra Keolahragaan merupakan salah satu bagian dari kemenpora yang beraktivitas untuk memenuhi tujuan serta visi misi kemenpora. Asdep sentra keolahragaan memiliki konsentrasi antara lain mengenai pengembangan dan pelatihan atlet, serta proses seleksi dan pemilihan atlet baru. Selain itu, asdep sentra juga mengelola sekolah negeri khusus olahragawan, atau SKO Ragunan yang berada di daerah Ragunan, Jakarta Selatan. Tugas yang diberikan kepada penulis selama melakukan program magang adalah membantu proses penyusunan anggaran kegiatan kemenpora terkait dengan kegiatan di sekolah ragunan, serta anggaran terkait Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) dan PPLM untuk tingkat mahasiswa. Penulis membantu menyusun berbagai dokumen untuk proses pembentukan anggaran, seperti penyusunan TOR, RAB, penyusunan RKA-K/L, sampai dengan POK yang penyusunannya menggunakan software aplikasi RKA- K/L DIPA. Selain itu, penulis juga membantu dalam pembuatan dokumendokumen lain terkait kegiatan yang dianggarkan, serta dokumen-dokumen lain yang dibutuhkan.

17 1.5 Latar Belakang Penulisan Laporan Magang Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP dan PPLM) serta SKO Ragunan merupakan fokus dari kegiatan Asdep Sentra Keolahragaan. Segala biaya yang dikeluarkan terkait kegiatan tersebut dibiayai dengan dana yang berasal APBN setelah sebelumnya melalui proses penganggaran. Anggaran kegiatan ini merupakan anggaran yang berbeda dengan APBN yang dibuat oleh pemerintah, karena anggaran ini dibuat khusus dan spesifik untuk masing-masing kegiatan yang dilakukan sepanjang tahun. Oleh karena itu proses penganggaran merupakan hal utama dalam kegiatan asdep sentra dan bagian lainnya. Terkait penyusunan anggaran kegiatan SKO Ragunan yang disusun oleh asdep sentra, terdapat beberapa masalah yang dapat timbul. Seperti, adanya kemungkinan penarikan dana yang akan ditarik dari pos akun yang berbeda dari yang telah dianggarkan sebelumnya. Hal tersebut biasanya terjadi pada proses penerimaan siswa di SKO Ragunan. Setelah proses penerimaan siswa, maka biaya kedatangan dan pemulangan siswa menjadi tanggungan kemenpora (melalui asdep sentra). Daerah tempat tinggal siswa tersebut menentukan dari akun mana biaya tersebut dapat diambil. Yang menjadi permasalahan adalah, saat proses penganggaran, belum diketahui siswa dari daerah mana yang akan lulus. Maka tidak dapat diketahui akun mana yang seharusnya nilainya lebih besar. Setelah dilakukan penerimaan siswa, barulah akan diadakan penyesuaian atau revisi akun untuk dapat melakukan penarikan dana, dan menyesuaikan dana yang telah dianggarkan dengan yang sebenarnya terjadi. Dengan demikian, penulis merasa tertarik untuk membahas tentang proses penganggaran kegiatan SKO Ragunan sebagai salah satu kegiatan utama asdep sentra keolahragaan beserta dengan tahap-tahap penyusunannya, untuk melihat apakah proses perencanaan anggaran kegiatan ini berkaitan dengan masalah yang sering timbul. Proses perencanaan anggaran ini berisikan tentang pembuatan beberapa dokumen seperti Term of Refference (TOR), Rincian Anggaran Biaya (RAB), Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKA-KL) yang dibuat dengan software RKAKL, hingga pembentukan Panduan Operasional Kerja (POK) yang juga dibuat dengan aplikasi RKAKL, sebagai panduan dalam

18 pelaksanaan kegiatan yang terkait. Selain itu, penulis juga memiliki tujuan untuk memberikan gambaran akan proses penyusunan anggaran kegiatan, sebagai salah satu bentuk dari penggunaan atau alokasi APBN dan melihat kesesuaian proses penyusunan anggaran yang dilakukan asdep sentra dengan teori serta peraturan lain yang mengaturnya. 1.6 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang Dalam laporan magang ini penulis akan membatasi ruang lingkup penulisan laporan hanya pada proses perencanaan anggaran dari satu kegiatan, yaitu kegiatan terkait Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) Ragunan untuk tahun anggaran 2013, dari mulai TOR, RAB, RKA-K/L, hingga penyusunan POK, yang dibuat dengan menggunakan software RKA-K/L DIPA milik kemenpora. 1.7 Sistematika Penulisan Laporan Magang Bab 1 Pendahuluan Bab ini membahas tentang latar belakang pelaksanaan program magang yang menekankan pada alasan dilaksanakannya program magang, tujuan pelaksanaan program magang, dan penulisan laporan, tempat serta waktu pelaksanaan magang, ruang lingkup penulisan laporan, dan sistematika penulisan laporan magang. Bab 2 Landasan Teori Bab ini membahas secara singkat teori-teori dasar yang digunakan penulis agar dapat menyusun laporan magang dengan baik. Bab ini berisi landasan teori mengenai anggaran pemerintahan, proses penyusunan anggaran untuk pemerintah dengan menggunakan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) atau performance budgeting, serta perundang-undangan lain yang terkait dengan pedoman penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian dan Lembaga atau RKA- KL.

19 Bab 3 Aktivitas Pelaksanaan Magang Bab ini merupakan pembahasan aktivitas yang dilakukan selama magang, terutama yang terkait dengan proses perencanaan anggaran kegiatan SKO Ragunan untuk tahun anggaran Proses yang akan dibahas terkait dengan penyusunan dokumen untuk perencanaan anggaran kegiatan SKO Ragunan untuk tahun anggaran 2013 dari mulai pembuatan TOR, RAB, RKA-K/L, dan POK untuk satu kegiatan terkait SKO Ragunan. Bab 4 Pembahasan dan Analisis Bab ini merupakan bagian pembahasan mengenai kesesuaian aktivitas penyusunan anggaran SKO Ragunan dengan berbagai teori dan peraturan yang mengaturnya. Bab 5 Kesimpulan dan Saran Bab ini merupakan kesimpulan dan saran-saran dari penulisan laporan magang ini yang berdasarkan pada pengetahuan penulis dan pengalaman yang didapat selama melaksanakan program magang yang mungkin berguna bagi semua pihak bersangkutan dengan program magang ini.

20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Anggaran Terdapat berbagai definisi tentang penganggaran, namun secara umum penganggaran dapat (budgeting) dapat diartikan sebagai suatu cara atau metode yang sistematis untuk mengalokasikan sumber daya keuangan. Menurut Freeman (2003) anggaran adalah sebuah proses yang dilakukan oleh organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya ke dalam kebutuhankebutuhan yang tidak terbatas (the process of allocating reseources to unlimited demands). Sedangkan menurut Nordiawan (2007) anggaran dapat dikatakan sebagai sebuah rencana finansial yang menyatakan: 1. Rencana-rencana organisasi untuk melayani masyarakat atau aktivitas lain yang dapat mengembangkan kapasitas organisasi dalam pelayanan. 2. Estimasi besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam merealisasikan rencana tersebut. 3. Perkiraan sumber-sumber yang akan menghasilkan pemasukan serta seberapa besar pemasukan tersebut. Anggaran dapat juga dikatakan sebagai pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu dalam ukuran finansial. Pembuatan anggaran dalam organisasi sektor publik, terutama pemerintah, merupakan sebuah proses yang cukup rumit dan mengandung muatan politis yang cukup signifikan, berbeda dengan penyusunan anggaran di perusahaan swasta yang muatan politisnya relatif lebih kecil (Nordiawan, 2007). 2.2 Sistem Penganggaran Berdasarkan UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, kekuasaan terhadap pengelolaan keuangan Negara dipegang oleh presiden selaku Kepala Pemerintahan. Kekuasaan tersebut kemudian dikuasakan kembali pada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan

21 kekayaan negara yang dipisahkan, dan juga dikuasakan kepada Menteri/pimpinan lembaga sebagai pengguna anggaran atau pengguna barang kementerian Negara/lembaga yabg dipimpinnya. Dan salah satu tugas dari Menteri/Pimpinan Lembaga adalah menyusun rancangan anggaran kementerian Negara/lembaga yang dipimpinnya. Terkait penyusunan APBN, menteri/pimpinan lembaga menyusun rencana kerja dan anggaran kementerian Negara/lembaga (RKA-K/L). rencana kerja dan anggaran tersebut disusun berdasarkan prestasi kinerja yang akan dicapai, dan disertai dengan perkiraan belanja tahun berikutnya. Rencana kerja dan anggaran tersebut disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN.hasil pembahasan tersebut disampaikan kepada Menteri Keuangan sebagai bahan penyusunan rancangan APBN tahun berikutnya (pasal 14 UU No. 17 Tahun 2003). Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian Negara/lembaga diatur dengan Peraturan Pemerintah. Proses penyusunan RKA-K/L diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 90 tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara / Lembaga. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga, yang selanjutnya disingkat RKA-K/L, adalah dokumen rencana keuangan tahunan Kementerian/Lembaga yang disusun menurut Bagian Anggaran Kementerian / Lembaga. RKA-K/L disusun berdasarkan Rencana Kerja K/L, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Pagu Anggaran K/L. RKA-K/L harus memuat informasi kinerja dan rincian anggaran. Informasi kinerja paling sedikit harus memuat: program, kegiatan, dan sasaran kinerja. Sementara rincian anggaran paling sedikit harus disusun menurut: unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, jenis belanjana, kelompok biaya, dan sumber pendanaan (pasal 6 PP No.90 Tahun 2010). Ketentuan mengenai format dan tatacara pengisian format RKA-K/L diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 112/PMK.02/2012 Tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga menyebutkan bahwa penyusunan anggaran dalam dokumen Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-

22 K/L) merupakan bagian dari penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Penyusunan APBN tersebut meliputi penyusunan dokumen RKA-K/L termasuk Rencana Dana Pengeluaran Umum Bendahara Umum Negara (RDP-BUN). Karena terdapat perbedaan dalam tata cara penyusunan antara anggaran Kementerian Negara/Lembaga (K/L) dan anggaran Bendahara Umum Negara (BUN), maka dokumen anggaran dalam lampiran PMK ini dibedakan menjadi: 1. RKA-K/L adalah dokumen rencana keuangan tahunan K/L yang disusun menurut Bagan Anggaran Kementerian/Lembaga 2. RDP-Bendahara Umum Negara adalah rencana kerja dan anggaran Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara yang memuat rincian kebutuhan dana baik yang berbentuk anggaran belanja maupun pembiayaan dalam rangka pemenuhan kewajiban oemerintah pusat dan transfer kepada daerah yang pengelolanya dikuasakan oleh Presiden kepada Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. Penganggaran sebagai suatu sistem mengatur kedua proses penyusunan dokumen anggaran tersebut, terutama berkenaan dengan proses penyiapan penganggaran (budget preparation) yang mengatur 3 materi pokok, yaitu: pendekatan penyusunan anggaran, klasifikasi anggaran, dan proses penganggaran Pendekatan Penyusunan Anggaran Berdasarkan PMK No. 112 Tahun 2012 pendekatan penyusunan anggaran yang digunakan dalam proses penganggaran meliputi pendekatan: 1. Penganggaran Terpadu. Penanggaran terpadu merupakan unsur yang paling mendasar bagi penerapan pendekatan penyususnan anggaran lainnya yaitu, Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) dan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM). 2. Pendekatan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK). Penganggaran berbasis kinerja merupakan suatu pendekatan dalam sistem penganggaran yang

23 memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dan kinerja yang diharapkan, serta memperhatikan efisiensi dalam pencapaian kinerja tersebut. 3. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM). Adalah pendekatan penyusunan anggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan yang menimbulkan implikasi anggaran dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran Klasifikasi Anggaran Berdasarkan PMK No. 112 Tahun 2012, anggaran diklasifikasikan kedalam 3 (tiga) jenis, yaitu: 1. Klasifikasi menurut organisasi. Klasifikasi organisasi merupakan pengelompokkan alokasi anggaran belanja sesuai dengan struktur organisasi K/L. yang dimaksud organisasi adalah K/L yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan UUD 1945 dan perundangan yang berlaku. 2. Klasifikasi menurut fungsi. Klasifikasi anggaran menurut fungsi merinci anggaran belanja menurut fungsi dan subfungsi. Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional. Subfungsi merupakan penjabaran lebih lanjut dari fungsi. 3. Klasifikasi menurut belanja. Jenis belanja dalam klasifikasi belanja digunakan dalam dokumen anggaran baik dalam proses penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran, dan pertanggung jawaban /pelaporan anggaran. Namun, penggunaan jenis belanja dalam dokumen tersebut mempunyai tujuan berbeda. Tujuan penggunaan jenis belanja ini dimaksudkan untuk mengetahui pendistribusian alokasi anggaran kedalam jenis-jenis belanja. Ketentuan jenis belanja yang digunakan dalam penyusunan RKA-K/L berpedoman pada Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor PER-80/PB/2011 tentang Penambahan dan

24 Perubahan Akun Pendapatan, Belanja, dan Transfer pada Bagan Akun Standar, jenis belanja terbagi dalam: Belanja Pegawai, Belanja barang, Belanja Modal, Belanja Pembayaran Kewajiban Utang, Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Lain-lain Proses Penetapan Pagu Belanja K/L Dalam rangka penyusunan APBN sebagaimana diamanahkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 90 tahun 2010 tentang penyusunan RKA-K/L, terdapat tiga kali penetapan pagu dana untuk Kementerian Negara / Lembaga (K/L), yaitu pagu indikatif, pagu anggaran, dan alokasi anggaran. Angka tersebut merupakan angka tertinggi yang tidak boleh dilampaui oleh K/L sebagai acuan dalam menyusun RKA-K/L nya. Proses penetapan pagu indikatif dimulai dari Presiden menetapkan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional. Kemudian K/L mengevaluasi angka dasar yang merupakan angka prakiraan maju yang telah dicantumkan pada dokumen perencanaan dan penganggaran tahun sebelumnya. Apabila terdapat program/kegiatan/output yang belum ada di tahun sebelumnya, K/L dapat mengajukan inisiatif baru. Angka dasar dan inisiatif baru yang diajukan K/L tadi akan di review oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Bappenas, dengan Kemneterian Keuangan. Kemudian, Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Bappenas menyusun pagu indikatif dengan memperhatikan kapasitas fiskal dan dalam rangka pemenuhan prioritas pembangunan nasional. Pagu indikatif yang sudah ditetapkan bersama dengan prioritas pembangunan nasional dituangkan dalam rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah (RKP) untuk disampaikan kepada K/L. Untuk menyusun pagu anggaran, Menteri / Pimpinan Lembaga menyusun Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga (Renja-K/L) dengan berpedoman pada surat mengenai pagu indikatif dan kesepakatan trilateral meeting. Trilateral meeting merupakan proses pertemuan 3 (tiga) pihak antara Kementerian/Lembaga, Kementerian Perencanaan, dan Kementerian Keuangan. K/L menyampaikan Renja-K/L kepada Kementerian Keuangan dan Kementerian

25 Perencanaan dan Pembangunan Nasional. Pemerintah menetapkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP), dan menyampaikan pokok-pokok pembicaraan RAPBN. Kemudian, Menteri Keuangan menetapkan pagu anggaran K/L dengan berpedoman pada kapasitas fiskal, besaran pagu indikatif, Renja-K/L, dan hasil evaluasi K/L. Terkait alokasi anggaran, Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun RKA- K/L dan kemudian melakukan pembahasan dengan DPR yang difokuskan pada konsultasi inisiatif baru, dan penyesuaian atas usulan inisiatif baru. Kemudian dilakukan penelaahan RKA-K/L untuk berikutnya dihimpun oleh Kementerian keuangan, dimana hasil penelaahan tersebut digunakan untuk sebagai bahan penyusunan Nota Keuangan, RAPBN, dan RUU APBN serta dokumen pendukung pembahasan RAPBN, untuk kemudian dilakukan penyesuaian kembali oleh K/L. Hasil penyesuaian RKA-K/L tersebut disampaikan kembali kepada Kementerian Keuangan untuk ditelaah dan kemudian dijadikan dasar menyusun Keputusan Presiden mengenai Alokasi Anggaran K/L dan BUN. Pemerintah menetapkan Alokasi Anggaran K/L dan Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. Selanjutnya, Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun dokumen pelaksanaan anggaran, dan disampaikan kepada Menteri Keuangan untuk disahkan. 2.3 Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja Tingkat Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) merupakan suatu pendekatan dalam sistem penganggaran yang memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan output/keluaran dan outcome/hasil yang diharapkan, serta memperhatikan efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Penerapan PBK mengacu pada struktur organisasi K/L. Hubungan antara struktur organisasi dan kinerja yang akan dicapai merupakan kerangka PBK. Penerapan PBK dapat dilihat dalam dua tingkatan, yaitu Penerapan PBK Tingkat Nasional dan Penerapan PBK Tingkat K/L.

26 Gambar 2.1 Kerangka PBK Sumber: PMK No. 112 Tahun 2012 Penerapan PBK Tingkat Nasional dan Mekanisme Pengalokasian Anggarannya Diagram 2.2 di atas pada bagian sebelah kiri menggambarkan kerangka PBK pada tingkat nasional dengan penjelasan sebagai berikut: 1. RKP sebagai dokumen perencanaan memberi informasi mengenai tujuan yang akan dilakukan Pemerintah untuk waktu 1 (satu) tahun yang akan datang. RKP berisikan prioritas dan fokus prioritas pembangunan nasional. Dalam dokumen ini juga dinyatakan mengenai target kinerja dari prioritas dan fokus prioritas pembangunan nasional dimaksud; 2. Berdasarkan tujuan dalam prioritas dan fokus prioritas pembangunan nasional termasuk target kinerja yang akan dicapai, kemudian dihitung perkiraan kebutuhan anggarannya. Kebutuhan anggaran dalam rangka pencapaian target prioritas dan fokus prioritas pembangunan nasional tersebut disesuaikan dengan kemampuan keuangan negara; 3. Dengan mengacu pada fokus prioritas pembangunan nasional dan alokasi anggaran yang tersedia, maka kegiatan prioritas dirumuskan. Perumusan kegiatan prioritas tersebut meliputi: nama kegiatan prioritas, ouput (jenis beserta satuan ukur) dan volume output kegiatan; serta indikator kinerja kegiatannya;

27 4. Setelah rumusan tujuan kegiatan prioritas ditetapkan, barulah dihitung kebutuhan alokasi anggaran kegiatan dalam rangka menghasilkan output yang direncanakan secara rinci. Hasil yang diharapkan pada akhir tahun bahwa output-output kegiatan yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa indikator kinerja kegiatan tercapai/tidak tercapai. Penerapan PBK Tingkat K/L dan Mekanisme Pengalokasian Anggarannya Diagram 3.1 diatas pada bagian sebelah kanan menggambarkan kerangka PBK tingkat K/L dengan penjelasan sebagai berikut: 1. K/L sesuai dengan rencana strategis-nya (Renstra) menugaskan Unit Eselon I sesuai bidang tugas yang diembannya; 2. Unit Eselon I merumuskan tujuan berupa: program yang dirancang sesuai bidang tugasnya, outcome yang dihasilkan, dan indikator kinerja utama program; 3. Atas dasar rumusan program tersebut baru dihitung kebutuhan anggaran untuk mendukung mewujudkan outcome program dan indikator kinerja utama program; 4. Selanjutnya program dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan yang menjadi tanggung jawab Unit Eselon II/satker di lingkungan Unit Eselon I berkenaan. Unit Eselon II/Satker merumuskan kegiatan berupa: nama kegiatan dalam rangka tugas-fungsinya dan/atau kegiatan dalam rangka prioritas pembangunan nasional, output kegiatan, dan indikator kinerja kegiatan; 5. Atas dasar rumusan kegiatan tersebut, baru dihitung kebutuhan anggarannya untuk mewujudkan output kegiatan dan indikator kinerja kegiatan. Pengalokasian anggaran termasuk kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan dasar organisasi serta alokasi untuk kegiatan yang bersifat penugasan (kegiatan prioritas); 6. Penghitungan kebutuhan anggaran untuk masing-masing output kegiatan dalam komponen input dilakukan dengan mekanisme:

28 a. Merinci dalam suboutput hanya jika output kegiatan tersebut merupakan hasil penjumlahan suboutput b. Merinci dalam komponen, jika output-nya merupakan tahapan/proses pencapaian output. c. Penyusunan komponen input ini harus memperhatikan relevansi dengan output yang dihasilkan Struktur Anggaran dalam Penganggaran Berbasis Kinerja Struktur anggaran dalam penerapan PBK, lebih memperhatikan keterkaitan secara jelas hubungan antara perencanaan dan penganggaran yang merefleksikan keselarasan antara kebijakan (top down) dan pelaksanaan kebijakan (bottom up). Struktur anggaran merupakan penggambaran satu kesatuan perencanaan dan penganggaran dalam unit organisasi K/L. Satu kesatuan yang dimaksud adalah kesatuan dalam kebutuhan sumber daya yang diperlukan oleh satker dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya sebagaimana tugas fungsi yang diemban satker (bottom up). Hal ini harus sejalan dengan rancangan kebijakan yang diputuskan pada tingkat Organisasi Pemerintah yang telah dikoordinasikan oleh Unit-unit Organisasinya (top down) yang bertanggung jawab terhadap program. Bagian-bagian dan fungsi struktur anggaran sebagai berikut: Program: a. Program merupakan penjabaran dari kebijakan sesuai dengan visi dan misi K/L yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi unit Eselon I atau unit K/L yang berisi kegiatan untuk mencapai hasil dengan indikator kinerja yang terukur. b. Rumusan program merupakan hasil restrukturisasi tahun 2011 dan penyesuaiannya. c. Rumusan program dalam dokumen RKA-K/L harus sesuai dengan rumusan program yang ada dalam dokumen Renja-K/L. Indikator Kinerja Utama (IKU) Program:

29 a. IKU Program merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil pada tingkat program. b. Pendekatan yang digunakan dalam menyusun IKU Program berorientasi pada kuantitas, kualitas, dan/atau harga. c. Dalam menetapkan IKU Program, K/L berkoordinasi dengan Kemeterian Keuangan dan Kementerian Perencanaan. d. Rumusan IKU Program dalam dokumen RKA-K/L harus sesuai dengan rumusan IKU Program yang ada dalam dokumen Renja-K/L. Hasil (Outcome): a. Hasil merupakan prestasi kerja yang berupa segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya output dari kegiatan dalam satu program. b. Secara umum kriteria dari hasil sebuah program adalah: 1) Mencerminkan Sasaran Kinerja unit Eselon I sesuai dengan visi, misi dan tugas-fungsinya 2) Mendukung Sasaran Strategis K/L 3) Dapat dilakukan evaluasi c. Rumusan hasil dalam dokumen RKA-K/L harus sesuai dengan rumusan hasil yang ada dalam dokumen Renja-K/L. Kegiatan: a. Kegiatan merupakan penjabaran dari program yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi satker atau penugasan tertentu K/L yang berisi komponen kegiatan untuk mencapai output dengan indikator kinerja yang terukur. b. Rumusan kegiatan hasil restrukturisasi tahun 2011 dan penyesuaiannya. c. Rumusan kegiatan dalam dokumen RKA-K/L harus sesuai dengan rumusan kegiatan yang ada dalam dokumen Renja-K/L. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK): a. IKK merupakan instrumen yang digunakan untuk memgukur ouput pada tingkat kegiatan.

30 b. Pendekatan yang digunakan dalam menyusun IKK berorientasi pada kuantitas, kualitas, dan/atau harga. c. Dalam menetapkan IKK, K/L berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan. d. Rumusan IKK dalam dokumen RKA-K/L harus sesuai dengan rumusan IKK yang ada dalam dokumen Renja-K/L. Keluaran (Output): a. Output merupakan prestasi kerja berupa barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan. b. Rumusan output dalam dokumen RKA-K/L mengambil dari rumusan output yang ada dalam dokumen Renja-K/L. c. Rumusan output berupa barang atau jasa berupa: 1) Jenis output, merupakan uraian mengenai identitas dari setiap output yang mencerminkan tugas fungsi unit satker secara spesifik. 2) Volume output, merupakan data mengenai jumlah/banyaknya kuantitas output yang dihasilkan. 3) Satuan output, merupakan uraian mengenai satuan ukur yang digunakan dalam rangka pengukuran kuantitas (volume) output sesuai dengan karakteristiknya. d. Secara umum kriteria output adalah: 1. Mencerminkan sasaran kinerja satker sesuai tugas-fungsi atau penugasan prioritas pembangunan nasional. 2. Merupakan produk utama/akhir yang dihasilkan oleh satker penganggung jawab kegiatan. 3. Bersifat spesifik dan terukur. 4. Untuk kegiatan fungsional sebagian besar output yang dihasilkan berupa regulasi sesuai tugas-fungsi satker. 5. Untuk kegiatan penugasan (prioritas pembangunan nasional) menghasilkan output prioritas pembangunan nasional yang mempunyai dampak secara nasional.

31 6. Setiap kegiatan bisa menghasilkan output lebih dari satu jenis. 7. Setiap output didukung olah komponen masukan dalam implementasinya. 8. Revisi rumusan output dimungkinkan pada penyusunan RKA-K/L dengan mengacu pada pagu anggaran RKA-K/L atau alokasi anggaran K/L. e. Klasifikasi jenis output: Untuk memudahkan dalam penyusunan dan analisa terhadap output pada RKA-K/L, maka jenis output dalam RKA-K/L dibagi dalam dua kelompok, yaitu: 1. Output barang. Terdiri dari: a. Output barang infrastruktur yaitu output kegiatan yang merupakan barang berwujud dan/atau berupa jaringan. Misalnya: jalan, jembatan. Bangunan, jaringan irigasi, dan lainlain. b. Output barang non infrastruktur yaitu output kegiatan yang merupakan barang baik berwujud maupun tidak berwujud. Misalnya: kendaraan bermotor, peralatan kantor, software aplikasi, dan lain-lain. 2. Output jasa. Terdiri dari: a. Output jasa regulasi yaitu output kegiatan yang dihasilkan dalam rangka prmbuatan peraturan atau pendukung administrasi birokrasi. Contoh: UU, Peraturan Pemerintah, Perpres, dan lain-lain. b. Output jasa layanan non-regulasi yaitu output kegiatan yang merupakan wujud dari suatu layanan dari suatu instansi. Contoh: layannan SIM, layanan SP2D, dan lain-lain. Proses pencapaian output terbagi dalam: a. Suboutput: 1. Suboutput pada hakekatnya merupakan output

32 2. Output yang dinyatakan sebagai suboutput adalah output yang mempunyai kesamaan dalam jenis dan satuannya 3. Suboutput digunakan sebagai penjabaran dari masing-masing barang atau jasa dalam kumpulan barang sejenis yang dirangkum dalam satu output. 4. Banyaknya suboutput mencerminkan jumlah volume output. 5. Suboutput sifatnya opsional (boleh tidak digunakan) 6. Suboutput hanya digunakan pada output yang merupakan rangkuman dari barang atau jasa yang sejenis 7. Output yang sudah spesifik dan berdiri sendiri tidak memerlukan suboutput. b. Komponen: 1. Komponen merupakan tahapan/bagian dari proses pencapaian output yang berupa paket-paket pekerjaan 2. Komponen bisa langsung mendukung pada output atau pada suboutput 3. Komponen disusun karena relevansinya terhadap pencapaian output, baik yang terdiri atas komponen utama dan komponen pendukung 4. Antar komponen mempunyai keterkaitan yang saling mendukung dalam pencapaian output c. Subkomponen: 1. Subkomponen merupakan kelompok-kelompok detil belanja, yang disusun dalam rangka memudahkan dalam pelaksanaan komponen 2. Subkomponen sifatnya opsional (boleh tidak digunakan) d. Detil Belanja Detil belanja merupakan rincian kebutuhan belanja dalam tiap-tiap jenis belanja yang berisikan item-item belanja. Struktur anggaran dengan menggunakan pendekatan penggunaan berbasis kinerja (PBK) dapat digambarkan dengan gambar dibawah ini:

33 Gambar 2.2 Struktur Anggaran dalam Penerapan PBK Sumber: PMK 112 Tahun Dokumen Pendukung Penyusunan Anggaran Kegiatan Terdapat beberapa dokumen lain yang harus disusun terkait penyusunan anggaran untuk sebuah kegiatan tertentu. Dokumen ini dibuat untuk masingmasing kegiatan berbeda yang dianggarkan oleh satu K/L atau satker dalam satu periode anggaran tertentu. Dokumen pendukung tersebut diantaranya KAK/TOR, RAB, RKA-K/L untuk satu kegiatan tersebut, dan POK untuk satu kegiatan tersebut Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau Term Of Reference (TOR) Menurut PMK No. 112 tahun 2012, KAK/TOR harus disusun dengan format:

34 Gambar 2.3 Format KAK Menurut PMK No. 112 tahun 2012 Sumber: PMK 112 Tahun 2012

35 Petunjuk Pengisian Kerangka Acuan Kerja (KAK) / Term Of Refference (TOR): Tabel 2.1: Petunjuk Pengisian KAK Sumber: PMK No. 112 Tahun 2012

36 2.4.2 Rincian Anggaran Biaya (RAB) Berdasarkan PMK No. 112 tahun 2012, RAB harus disusun dengan format: Tabel 2.2 Format RAB Menurut PMK No. 112 tahun 2012 Sumber: PMK 112 Tahun 2012

37 Petunjuk pengisian Rincian Anggaran Biaya (RAB): Tabel 2.3: Petunjuk Pengisian RAB Sumber: PMK 112 Tahun 2012

38 Tabel 2.3: Petunjuk Pengisian RAB (Sambungan) Sumber: PMK 112 Tahun Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) POK adalah dokumen yang memuat uraian rencana kerja dan biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan, disusun oleh KPA sebagai penjabaran lebih lanjut dari DIPA. Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan yang tercantum dalam DIPA, setelah DIPA disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan, PA/KPA menerbitkan POK. POK berfungsi sebagai: 1. Pedoman dalam melaksanakan kegiatan/aktivitas; 2. Alat monitoring kemajuan pelaksanaan kegiatan/aktivitas; 3. Alat perencanaan kebutuhan dana; dan 4. Sarana untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan efektivitas pelaksanaan anggaran. POK disusun berdasarkan DIPA dan SP RKA-K/L serta ketentuanketentuan yang berlaku dalam pelaksanaan APBN. POK paling sedikit memuat uraian tentang: 1. Kode dan nama satker; 2. Kode Kementerian Negara/Lembaga, Unit Organisasi, program dan nama program; 3. Kode dan nama kegiatan/output/sub output/komponen input/akun; 4. Kode dan nama kantor bayar, lokasi, dan indikator kinerja kegiatan; 5. Rincian volume, harga satuan, dan jumlah biaya; 6. Sumber dana, cara penarikan, dan kode kewenangan; 7. Tata cara pengadaan/pelaksanaan (kontraktual dan non kontraktual);

39 8. Rencana pelaksanaan kegiatan (time schedule) yang dilengkapi dengan perkiraan kebutuhan dana per aktivitas per bulan. Format POK berdasarkan lampiran II PMK No.164 tahun 2011 adalah:

40 Tabel 2.4: Format POK Sumber: PMK No. 164/PMK.05/2011

41 Petunjuk Pengisian Operasional Kegiatan (POK): Halaman ini berisi informasi mengenai rincian kegiatan/belanja pada setiap satker. Pada Aplikasi POK pengisian data dilakukan mengikuti prinsip single entry, baik secara otomatis maupun manual karena sudah terintegrasi dengan aplikasi RKAKL-DIPA. Data yang diperoleh secara otomatis adalah data yang sudah tersedia melalui aplikasi RKAKL-DIPA, data tersebut adalah: [1] Diisi dengan Tahun Anggaran [2] Diisi dengan Nomor SP DIPA [3] Diisi dengan kode Kementerian Negara/Lembaga, Unit Organisasi dan program diikuti dengan uraian program [4] Diisi dengan kode dan uraian kegiatan [5] Diisi dengan kode dan uraian lokasi kabupaten/kota [6] Diisi dengan uraian Indikator Kinerja Kegiatan [7] Diisi dengan kode kegiatan, Output diikuti dengan uraian Output [8] Diisi dengan kode kegiatan, Output dan Sub Output diikuti dengan uraian Sub Output [9] Diisi dengan kode dan uraian Komponen Input [10] Diisi dengan kode dan uraian Sub Komponen Input [11] Diisi dengan kode dan uraian Akun [12] Diisi dengan kode dan nama KPPN [13] Diisi dengan volume setiap rincian belanja [14] Diisi dengan harga satuan setiap rincian belanja [15] Diisi dengan jumlah biaya dengan rumus = (Harga Satuan x Volume) [16] Diisi dengan Sumber Dana / Cara Penarikan (RM;RMP;PHLN;PNBP / PP;PLRK;LC) [17] Diisi dengan kode kewenangan (KP, KD, DK, TP atau UB) [21] Diisi dengan jumlah perkiraan sisa dana yang tidak dapat ditarik [22] Diisi dengan total kebutuhan dana untuk bulan januari sampai dengan desember yang dirinci berdasarkan program, kegiatan, output, sub output, komponen input, sub komponen input, akun dan rincian belanja [23] Diisi tempat, tanggal, bulan, dan tahun

42 [24] Diisi dengan nama pejabat Eselon I Satker bersangkutan (optional sesuai dengan kebijakan masing-masing K/L) [25] Diisi dengan NIP pejabat Eselon I Satker yang bersangkutan (optional sesuai dengan kebijakan masing-masing K/L) [26] Diisi dengan Nama pejabat KPA [27] Diisi dengan NIP pejabat KPA Beberapa jenis data yang belum tersedia pada aplikasi RKAKL-DIPA sehingga harus diinput secara manual yaitu sebagai berikut: [18] Diisi dengan besaran alokasi pagu untuk pengadaan/pelaksanaan yang dilakukan secara Kontraktual [19] Diisi dengan besaran alokasi pagu untuk pengadaan/pelaksanaan yang dilakukan secara Non Kontraktual [20] Diisi dengan jumlah kebutuhan dana yang diperlukan sesuai bulan yang bersangkutan yang dirinci berdasarkan program, kegiatan, output, sub output, komponen input, sub komponen input, akun dan rincian belanja. 2.5 Standar Biaya Khusus (SBK) Berdasarkan Petunjuk Teknis Penyusunan Standar Biaya Khusus (SBK) tahun 2009, yang disusun oleh Kementerian Keuangan, Direktorat Jendral Anggaran, Standar Biaya adalah satuan biaya atau harga tertinggi dari suatu barang dan jasa baik secara mandiri maupun gabungan yang diperlukan untuk memperoleh keluaran tertentu dalam rangka penyusunan anggaran berbasis kinerja. Standar Biaya dapat bersifat umum atau bersifat khusus. Standar Biaya Umum (SBU) adalah satuan biaya yang merupakan batas paling tinggi yang penggunaannya bersifat lintas Kementerian Negara/Lembaga dan atau lintas wilayah. Standar Biaya Khusus (SBK) adalah standar biaya yang digunakan untuk kegiatan yang khusus dilaksanakan Kementerian Negara/Lembaga tertentu dan atau di wilayah tertentu. Kegiatan yang dapat diusulkan untuk ditetapkan menjadi SBK harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Dilaksanakan secara rutin setiap tahun (bukan temporer);

43 2. Mempunyai keluaran (output) yang jelas dan terukur; 3. Merupakan penjabaran dari Tugas dan Fungsi Kementerian Negara/ Lembaga; 4. Kegiatan yang dimaksud dapat berada di tataran kegiatan, sub kegiatan sebagaimana dalam referensi RKAKL maupun detil kegiatan sepanjang masih berada di bawah program Kementerian Negara/Lembaga dalam rangka pencapaian kinerja Kementerian Negara / Lembaga; 5. Bersifat khusus/spesifik dan hanya dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga tertentu dan atau di wilayah tertentu. Langkah-langkah penyusunan Standar Biaya Khusus oleh Kementerian Negara/ Lembaga adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi kegiatan yang akan diusulkan sebagai SBK sesuai dengan format kerangka utama Program dan Kegiatan Kementerian Negara/Lembaga dan kriteria kegiatan yang telah ditentukan; 2. Menentukan tahapan-tahapan maupun komponen-komponen yang merupakan bagian suatu kegiatan untuk pencapaian keluaran (output) kegiatan; 3. Mengalokasikan biaya yang dibutuhkan untuk masing-masing komponen input dengan mengacu pada SBU, HSPK dan Standar Biaya Lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan; 4. Membuat Kerangka Acuan Kerja (Term of Reference) dan Rincian Anggaran Biaya (RAB); 5. Menentukan indeks biaya yang diperlukan untuk menghasilkan sebuah keluaran (output) kegiatan; 6. Menandatangani usulan SBK untuk selanjutnya diajukan oleh Kementerian Negara/Lembaga c.q. Sekretaris ]enderal/sekretaris Utama kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran dilengkapi dokumen pendukung berupa Kerangka Acuan Kegiatan (Term of Reference) Rincian Anggaran Biaya (RAB), dan data pendukung yang terkait dengan TOR dan RAB yang dapat dipertanggungjawabkan.

44 Kerangka Utama Program dan Kegiatan, Kerangka Acuan Kerja (Term of Reference) Rincian Anggaran Biaya (RAB) sebagai data pendukung harus disampaikan dalam setiap usulan SBK. Kerangka Utama Program dan Kegiatan menjelaskan keterkaitan usulan SBK Kementerian Negara/Lembaga dengan Program / sasaran program, kegiatan, sasaran kegiatan dan keluaran (output) pada masing-masing kegiatan yang dilaksanakan. Kerangka Acuan Kegiatan (Term of Reference) memuat latar belakang, tujuan, keluaran (output) kegiatan dan manfaat (outcome), sedangkan Rincian Anggaran Biaya (RAB) memuat lebih rinci komponen biaya satuan dan spesifikasi input/output dalam suatu kegiatan. Penyusunan Kerangka Utama Program dan Kegiatan, Kerangka Acuan Kegiatan, dan Rincian Anggaran Biaya berpedoman pada format dan penjelasan serta tata cara pengisian sebagai berikut:

45 2.5.1 Format KAK / TOR dengan Standar Biaya Khusus (SBK) Gambar 2.4 Format TOR Menurut Petunjuk Penyusunan SBK Sumber: Petunjuk Penyusunan SBK Dirjen Anggaran, 2009

46 Kerangka Acuan Kerja (Term Of Reference) merupakan gambaran umum dan penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian Negara/Lembaga. Dalam Kerangka Acuan Kerja (Term Of Reference) tercakup latar belakang, maksud dan tujuan, indikator keluaran dan keluaran, cara pelaksanaan kegiatan, pelaksana dan penanggungjawab kegiatan, jadwal kegiatan, dan biaya kegiatan. Tata cara pengisian format Kerangka Acuan Kegiatan (Term Of Reference) adalah sebagai berikut: Kementerian Negara/Lembaga, diisi dengan nomenklafur Kementerian Negara/Lembaga. Unit Organisasi, diisi dengan nomenklatur Unit Eselon I yang bersangkutan. Program, diisi dengan nama program. Sasaran Program, diisi dengan sasaran program dalam Renja K/L atau RKP. Usulan SBK : diisi sesuai dengan posisi (level) usulan SBK serta keterkaitan dengan kegiatan, sub kegiatan dan detil kegiatan. Sistematika Kerangka Acuan Kerja (Term Of Reference) 1. Latar Belakang Menjelaskan dasar hukum yang terkait dan kebijakan Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan dasar keberadaan kegiatan/aktifitas berkenaan berupa Peraturan Perundangan yang berlaku, Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga, dan Tugas Fungsi Kementerian Negara/Lembaga, sedangkan gambaran umum merupakan penjelasan secara singkat mengapa kegiatan tersebut dilaksanakan dan alasan penting kegiatan tersebut dilaksanakan serta keterkaitan kegiatan yang dipilih dengan kegiatan keluaran (output) dalam mendukung pencapaian sasaran dan kinerja program yang pada akhirnya akan mendukung pencapaian tujuan kebijakan. 2. Kegiatan yang dilaksanakan

47 Menjelaskan uraian kegiatan apa (what) yang akan dilaksanakan dan batasan kegiatan. 3. Maksud dan Tujuan Menjelaskan mengapa (why) kegiatan harus dilaksanakan dan berisikan hasil akhir yang diharapkan dari suatu kegiatan (bersifat kualitatif; serta manfaat (outcome) kegiatan. 4. Indikator Keluaran dan Keluaran Menjelaskan indikator keluaran berupa target yang ingin dicapai (bersifat kualitatif) serta volume dan satuan keluaran (output) yang terukur dalam suatu kegiatan (bersifat kuantitatif). Misalnya: 50 km, 40 m 2, 20 orang, dll. 5. Cara Pelaksanaan Kegiatan Menjelaskan bagaimana (how) cara pelaksanaan kegiatan baik berupa metode pelaksanaan, komponen tahapan dalam mendukung pencapaian keluaran (output) kegiatan. 6. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Menjelaskan dimana (where) kegiatan tersebut akan dilaksanakan. 7. Pelaksana dan Penanggungjawab Kegiatan Menjelaskan siapa (who) saja yang terlibat dan bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatanya. 8. Jadwal Kegiatan Menjelaskan berapa lama dan kapan (when) kegiatan tersebut dilaksanakan, dengan dilengkapi time table kegiatan. 9. Biaya Berisikan total biaya (how much) kegiatan sebesar nilai nominal tertentu yang dirinci dalam RAB sebagai lampiran TOR. 10. Penandatangan TOR Diisi pejabat yang bertanggung jawab pada kegiatan yang akan dilaksanakan.

48 2.5.2 Format RAB dengan Standar Biaya Khusus (SBK) Tabel 2.5 Format RAB Menurut Petunjuk Penyusunan SBK Sumber: Petunjuk Penyusunan SBK Dirjen Anggaran, 2009

49 Rincian Anggaran Biaya (RAB) sekurang-kurangnya memuat komponen masukan (input) dari kegiatan baik berupa honorarium dan operasional (termasuk pemeliharaan dan perjalanan, serta asuransi kesehatan dalam rangka mendukung kegiatan yang dilaksanakan di luar negeri dan mempunyai resiko tinggi), volume dan satuan ukur, harga per satuan ukur, jumlah biaya masing-masing komponen serta perhitungan biaya satuan dan total biaya yang menunjukkan biaya keluaran (output). Tata cara pengisian format Rincian Anggaran Biaya (RAB) sebagai berikut: Kementerian Negara/Lembaga, diisi dengan nama Kementerian Negara/Lembaga. Unit Organisasi, diisi dengan nama Unit Eselon I yang bersangkutan. Program, diisi dengan nama program. Sasaran Program, diisi dengan sasaran program sesuai dengan Renja K/L atau RKP. Usulan SBK diisi dengan uraian kegiatan yang diusulkan. Indikator keluaran diisi dengan uraian pencapaian keluaran. Keluaran kegiatan diisi dengan volume keluaran kegiatan dan satuan ukur seperti dalam contoh sebagai berikut : Tabel 2.6: Contoh Satuan Ukur Sumber: Petunjuk Penyusunan SBK Dirjen Anggaran 2009

50 Kolom No.1 diisi dengan nomor urut kegiatan yang diusulkan. Kolom No.2 diisi dengan nama dan kode kegiatan atau sub kegiatan. Kolom No.3 diisi dengan satuan ukur keluaran, contohnya: m2, km, orang, dll. Kolom No.4 diisi dengan volume keluaran dari nomor 3. Kolom No.5 diisi dengan Akun Pengeluaran. Kolom No.6 diisi komponen-komponen kegiatan dan/atau tahapan dalam rangka pencapaian keluaran (output) kegiatan, dan rincian biaya. Kolom No.7 diisi dengan satuan ukur dari biaya, contohnya: honor narasumber adalah orang/jam, ATK adalah per kegiatan, konsumsi adalah per peserta. Kolom No.8 diisi dengan biaya per satuan ukur (biaya masukan) yang berpedoman pada SBU, HSPK dan Standar Biaya Lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan. Kolom No.9 diisi dengan volume dari satuan ukur (nomor 7). Kolom No.10 diisi dengan jumlah biayayaitu perkalian dari nomor 8 dan nomor 9. Kolom No.11 diisi dengan indeks biaya, yaitu biaya untuk menghasilkan volume keluaran yang dirinci per Akun Pengeluaran. Kolom No.12 diisi dengan keterangan, tercakup situasi dan kondisi bagaimana suatu kegiatan dapat dilaksanakan. 2.6 Dukungan Teknologi Informasi dalam Penyusunan dan Penelaahan RKA-K/L Untuk mewujudkan pengelolaan anggaran yang transparan, akuntabel, terintegrasi dan berbasis kinerja, perlu didukung dengan teknologi informasi yang memadai, baik perangkat keras maupun perangkat lunak (aplikasi). Dukungan teknologi informasi sangat membantu dalam proses penyusunan dan penelaahan RKA-K/L seperti: standardisasi format dokumen RKA-K/L, inventarisasi/konsolidasi data dan memudahkan melakukan monitoring dan evaluasi serta penyerdahanaan prosedur. Dalam rangka penyusunan dan

51 penelaahan RKA-K/L, aplikasi yang digunakan sekarang ini adalah sebagai berikut : 1. Aplikasi RKA-K/L - DIPA Aplikasi ini digunakan satker untuk menyusun kertas kerja RKA-K/L di tingkat satker, dengan cara mengisi worksheet yang terdapat dalam aplikasi ini. Di tingkat eselon I, aplikasi akan menghasilkan dokumen RKA-K/L dengan cara mengkompilasi data KK RKA-K/L satker yang ada dalam lingkup eselon I tersebut. Di tingkat K/L, aplikasi ini akan menghasilkan RKA-K/L bersangkutan. 2. Aplikasi Target dan Realisasi PNBP (TR-PNBP) Aplikasi ini digunakan untuk merekam data target dan realisasi PNBP di K/L. Data tersebut akan membentuk disimpan dalam database PNBP yang terintegrasi dengan aplikasi RKA-K/L DIPA. Data yang ada dalam aplikasi ini dapat diekspor ke aplikasi RKA-K/L - DIPA. 3. Aplikasi Standar Biaya Keluaran (SBK) Aplikasi ini digunakan K/L dalam rangka menyusun Standar Biaya Keluaran (SBK) untuk suatu output. Data yang telah dihasilkan dengan aplikasi ini (detail belanja untuk output yang dibuat SBK-nya) akan menjadi referensi dalam aplikasi RKA-K/L DIPA. 4. Aplikasi Surat Penetapan RKA-K/L (SP RKA-K/L) RKA-K/L yang telah disetujui melalui proses penelaahan, oleh Direktorat Jenderal Anggaran akan di-upload ke dalam database SP RKA-K/L. Dari aplikasi ini dihasilkan dokumen SP RKA-K/L dan catatan penelaahan. Konsolidasi data dilakukan untuk menghimpun/menggabung data yang tersebar dalam beberapa institusi/satker yang berada di bawahnya. Konsolidasi data RKA-K/L difasilitasi dengan Aplikasi RKA-K/L DIPA. Setelah data Kertas Kerja (KK) RKA-K/L dari satker yang berada dibawahnya terkumpul, unit eselon I akan menghimpun/menggabung data tersebut dengan fasilitas aplikasi RKA-K/L DIPA.

52 BAB 3 AKTIVITAS PELAKSANAAN MAGANG 3.1 Gambaran Umum Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Sejarah Singkat Kemenpora Tonggak sejarah kelembagaan yang mengurusi pembangunan kepemudaan dan keolahragaan sebenarnya sudah ada sejak masa awal kemerdekaan Indonesia. Sebagaimana penelusuran tim tentang sejarah pengelolaan kegiatan olahraga dan pemuda oleh negara diketahui pada susunan Kabinet pertama yang dibentuk pada tanggal 19 Agustus Kabinet yang bersifat presidensial memiliki Kementerian Pengajaran yang dipimpin oleh Menteri Ki Hajar Dewantoro. Kegiatan olahraga dan pendidikan jasmani berada di bawah Menteri Pengajaran. Istilah pendidikan jasmani dipergunakan dalam lingkungan sekolah sedangkan istilah olahraga digunakan untuk kegiatan olahraga di masyarakat yang berupa cabang-cabang olahraga. Usia kabinet pertama yang kurang dari tiga bulan kemudian diganti dengan Kabinet II yang berbentuk parlementer di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Sutan Sjahrir yang dilantik pada tanggal 14 November Struktur Organisasi Kemenpora Sejak pertama kali dibentuk pada Tahun 1946 dalam Kabinet Sjahrir II, Kementerian Pemuda dan Olahraga dipimpin oleh seorang Menteri dengan nama Menteri Negara Urusan Pemuda. Sempat dihapuskan pada Kabinet Persatuan Nasional Tahun dan Kabinet Gotong Royong Tahun , Menteri Negara Urusan Pemuda dan Olahraga didirikan kembali pada Kabinet Indonesia Bersatu untuk Tahun dengan dipimpin oleh Bapak Adhyaksa Dault, S.H., M.Si. Saat ini, Kementerian Pemuda dan Olahraga masih tetap berdiri dalam Kabinet Indonesia Bersatu II (Tahun ) dengan dipimpin oleh Bapak Andi A. Malarangeng. Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) membawahi 1 sekretariat, 5 deputi, 4 staf ahli, dan 1 inspektorat. Berikut bagan struktur organisasi Kemenpora:

53 Gambar 3.1: Struktur Organisasi Kemenpora Sumber: Power Point Struktur Kemenpora Juli 2011

54 3.1.3 Struktur Organisasi Deputi III dan Asdep Sentra Keolahragaan Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (PERMENPORA) Nomor 193 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kemenpora terdiri atas 11 bagian, yaitu: bawah a. Sekretariat Kementerian b. Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda c. Deputi Bidang Pengembangan Pemuda d. Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga e. Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga f. Deputi Bidang Harmonisasi dan Kemitraan g. Staf Ahli Bidang Pengarusutamaan Pemuda dan Olahraga h. Staf Ahli Bidang Revitalisasi Gerakan Pramuka i. Staf Ahli Bidang Sumber Daya Keolahragaan j. Staf Ahli Bidang Informasi dan Komunikasi Pemuda dan Olahraga k. Inspektorat Bagian Asisten Deputi Sentra Keolahragaan (Asdep Sentra) berada di Deputi III, yaitu Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga. Deputi III mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan dan kordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pembidayaan olahraga. Berdasarkan Permenpora No.193 Tahun 2010 pasal 228 disebutkan bahwa Deputi III terdiri atas 5 Asisten Deputi (Asdep), yaitu: a. Asisten Deputi Olahraga Layanan Khusus b. Asisten Deputi Olahraga Pendidikan c. Asisten Deputi Olahraga Rekreasi d. Asisten Deputi Industri Olahraga e. Asisten Deputi Sentra Keolahragaan Berikut bagan struktur organisasi Deputi III dan Asdep Sentra Keolahragaan:

55 Gambar 3.2: Struktur Organisasi Deputi III / Asdep sentra Keolahragaan Sumber: Power Point Struktur Kemenpora Juli 2011

56 3.1.4 Gambaran Umum Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) Ragunan Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) Ragunan merupakan salah satu konsentrasi dari kegiatan Asisten Deputi (Asdep) Sentra Keolahragaan, dan berada dibawah dibawah Bagian Sentra Olahraga Pendidikan. Sekolah atlet ragunan diresmikan tanggal 15 Januari 1977 di daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan. MOU pertama sekolah ini ditandatangani oleh Bapak H. Ali Sadikin (Gubernur DKI Jakarta tahun 1977), D.Suprayogi (Ketua Koni Pusat Tahun 1977), dan Bapak Syarif Thayeb (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1977). Saat ini terdapat 5 (lima) buah SKO yang terus berkembang dan tersebar di beberapa daerah di Indonesia. SKO tersebut adalah SKO Ragunan, SKO Kalimantan Timur, SKO Sumatera Selatan, SKO Riau, dan SKO Jawa Timur. Namun diantara kelima SKO tersebut hanya SKO Ragunan yang dibiayai dari APBN sementara SKO lain dibiayai oleh APBD dengan bantuan dispora di lokasi masing-masing. Sekolah ragunan memiliki visi yaitu: Menghasilkan anak bangsa yang unggul dalam prestasi olahraga dan akademik berdasarkan iman dan taqwa melalui bimbingan dan pelayanan yang prima. Sebagaimana visi tersebut Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) Ragunan telah melahirkan banyak atlet-atlet nasional, seperti Susi Susanti, Yayuk Basuki, Frederika Girsang, dan masih banyak lagi (sekolah-atlet-ragunan.webs.com). Selain itu, masih terdapat atlet muda lainnya yang memiliki banyak prestasi di cabang olahraga masing-masing seperti: 1. Cabang Olahraga Tenis: Wisnu Adi Nugroho (Kelas 3 SMU Ragunan) Penyelamat Tim Davis Indonesia (2012), Juara I Pada ATF Abu Dhabi U 18 Tahun 2012 yang diikuti Oleh 20 Negara. 2. Cabang Olahraga Panahan: RINA DEWI PUSPITA SARI (ex SKO Ragunan, peraih 2 kali tiket Olimpiade 2004 di Athena & 2008 di Beijing, Peraih Medali Emas SEA Games Perorangan sejak Tahun ). 3. Cabang Olahraga Atletik: FRANKLIN BURUMI (ex SKO Ragunan) Peraih 3 Medali Emas SEA Games 2011 Nomor 100m, 200m, 4x100m.

57 4. Cabang Olahraga Sepak Bola: KURNIA MEGA, ABDULRAHMAN, RAMDANI LESTALUHU, ANDRITANY (ex SKO Ragunan) OKTO MANIANI (ex PPLP Papua) GUNAWAN DWI CAHYO (ex PPLP Jawa Tengah) Medali Perak SEA Games Cabang Olahraga Bola Basket: JECKLIEN IBO (ex SKO Ragunan) Peraih 6 Award Jawa Pos WNBL Indonesia 2012 (sebagai MVP, Defensive Player, Sportmanship, WNBL Indonesia 2012 First Team, Top Rebound, Top Block. Dan Pemain SEA Games WULAN AYU NINGRUM (ex SKO Ragunan) Pemain SEA Games 2001, 2003, 2005, 2011 (sebagai Kapten Tim). 6. Cabang Olahraga Bulu Tangkis: M. AHSAN (ex SKO Ragunan) Pemain Ganda Putra Tim Thomas Indonesia, Tim Sudirman, Medali Emas Ganda Putra dan Perorangan SEA Games 2011; LINDA WENI (ex SKO Ragunan) Medali Perak Tim Indonesia SEA Games Perorangan dan Beregu. Dan pemain Tim Uber Indonesia. 7. Cabang Olahraga Taekwondo: MERRY WANDA (ex SKO Ragunan) Peraih Medali SEA Games 2007 (Perunggu), 2009 (Emas), 2011 (Emas) ; LIA KARINA. M (ex SKO Ragunan) Peraih Medali SEA Games 2011 (Perak) ; JULIUS FERNANDO (ex SKO Ragunan) Peraih Medali SEA Games 2011 (Perunggu). 8. Cabang Olahraga Loncat Indah: SARI AMBARWATI (ex SKO Ragunan) Medali Perunggu SEA Games 2011; HERLYANI DIAS S (ex SKO Ragunan) Medali Emas SEA Games 2003; SHENNY RATNA AMELIA ( ex SKO Ragunan) Medali Emas SEA Games 2001 & 2007 Olimpide Sydney. 9. Cabang Olahraga Bola Voli: BERLIAN MARSHELLA (ex SKO Ragunan) Medali Perunggu SEA Games 2009 & 2011; Rianita (ex SKO Ragunan) Medali Perunggu SEA Games 2007 & Cabang Olahraga Renang: M. AKBAR NASUTION (ex SKO Ragunan) Medali Perak SEA Games 2005, 2007, 2009, 2011; PETROL APOSTEL (ex SKO Ragunan) Medali Emas SEA Games 2011.

58 11. Cabang Olahraga Sepaktakraw: RIZAL (ex SKO Sidoarjo) Medali Emas SEA Games Sampai dengan Juli 2012, SKO Ragunan memiliki 200 orang siswa / atlet yang masih aktif terdaftar sebagai siswa di SKO Ragunan yang tersebar dalam 14 cabang olahraga. secara ringkas, berikut adalah daftar jumlah atlet dalam cabang olahraga masing-masing: Tabel 3.1 : Daftar Jumlah Atlet Cabang Olahraga Jumlah Atlet Cabang Olahraga Jumlah Atlet Atletik 16 Sepak Bola 25 Bola Basket 13 Senam 22 Bola Voli 16 Panahan 9 Loncat Indah 6 Taekwondo 17 Renang 16 Tenis 10 Tenis Meja 14 Pencak Silat 10 Bulutangkis 16 Gulat 10 Sumber: Disusun oleh Penulis Struktur organisasi dan kepengurusan dalam SKO Ragunan merupakan gabungan dari Kemenpora, dari Kemendiknas, dan juga dari tenaga ahli lain yang memiliki kapasitas tertentu sesuai dengan kebutuhan. Secara garis besar, berikut merupakan struktur organisasi di SKO Ragunan: Gambar 3.3 : Struktur Organisasi SKO Ragunan Sumber: Disusun oleh Pemulis

59 3.2 Proses Perencanaan Anggaran Kegiatan SKO Ragunan Proses perencanaan anggaran untuk kegiatan di asdep sentra terbagi dalam beberapa tahap yang menghasilkan dokumen yang berbeda-beda. Tahap perencanaan ini dimulai dengan pembuatan Term of Refference (TOR) yang memberikan informasi mengenai kegiatan yang dianggarkan. Tahap kedua dalam perencanaan anggaran adalah pembuatan Rancangan Anggaran Biaya (RAB). Dokumen ini merupakan rincian biaya yang akan dikeluarkan terkait kegiatan yang dianggarkan. Tahap ketiga adalah pembuatan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKA-K/L). RKA-K/L merupakan gabungan dari berbagai anggaran dari berbagai kegiatan yang berbeda. RKA-K/L ini dibuat dengan menggunakan aplikasi bernama Aplikasi RKA-K/L DIPA. Tahap terakhir dalam perencanaan anggaran adalah proses penyusunan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) sebagai panduan dalam pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan Term of Reference (TOR) TOR merupakan dokumen awal yang disiapkan dalam perencanaan anggaran dari berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan. Dokumen ini berisikan tentang penjelasan dan informasi mengenai kegiatan yang dianggarkan. Informasi yang dituliskan didalam TOR seperti: pelaksanaan kegiatan (what), maksud dan tujuan kegiatan (why), cara pelaksanaan kegiatan (how), tempat pelaksanaan kegiatan (where), pelaksanaan dan penanggung jawab kegiatan (who), jadwal kegiatan (when), serta biaya yang akan dikeluarkan terkait kegiatan yang bersangkutan. Secara lebih rinci, isi dan susunan TOR dapat dibentuk berbeda-beda disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan. Umumnya, isi dari sebuah TOR adalah: 1. Latar belakang ( why ) Bagian ini berisikan latar belakang dari pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan. Dalam bagian ini disebutkan dasar hukum, dan gambaran umum

60 dari kegiatan yang dilakukan. Pada bagian dasar hukum disebutkan berbagai undang-undang, keputusan presiden, peraturan menteri, dan atau peraturan lainnya yang mendasari kebutuhan diadakannya kegiatan bersangkutan. Beberapa contoh peraturan yang digunakan sebagai dasar hukum adalah: Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan Negara Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 102 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi Organisasi dan tata Kerja Departemen sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2004 Keputusan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Nomor PER.193/MENPORA/II/2010 tentang Perubahan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Nomor: PER.001/MENPORA/II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pemuda dan Olahraga Program Kerja Asdep Sentra Keolahragaan Tahun 2013 Bagian kedua dari latar belakang adalah Gambaran Umum. Sebagaimana namanya, pada bagian gambaran umum diceritakan mengenai gambaran singkat mengenai kegiatan apa yang akan dilaksanakan terkait dengan peraturan yang mendasarinya. Berdasarkan peraturan yang menjadi latar belakang, pada bagian gambaran umum dijelaskan perlunya diadakan kegiatan tertentu untuk memenuhi tujuan-tujuan dari Kemenpora. Selanjutnya, dijelaskan juga bagaimana keterkaitan program dengan kegiatan yang akan dilaksanakan. Pada bagian ini dijelaskan mengenai instansi-instansi yang terkait dengan pembinaan SKO Ragunan, serta pihak-pihak yang dibutuhkan dalam menjalanakan pendidikan dan pelatihan Sekolah Ragunan. Beberapa pihak yang terlibat antara lain pengarah, penanggungjawab, ketua, wakil ketua, sekretaris, anggota, koordinator asrama putra dan putri, atlet, pelatih, asisten pelatih, psikolog, dokter, petugas bidang akademik, petugas bidang

61 evaluasi, petugas bidang teknis program latihan, paramedik, masseur, pengawas asrama, pengawas harian, tukang cuci, petugas kebersihan, petugas ruang fitnes dan kesekretariatan, dan petugas pemanduan bakat. 2. Kegiatan yang dilaksanakan ( what ) Bagian ini berisikan 3 (tiga) hal yaitu uraian kegiatan dan keluaran, indikator kinerja, serta batasan kegiatan. Pada bagian uraian kegiatan dan keluaran dijelaskan sedikit tentang kegiatan yang akan dilaksanakan dan apa yang akan dihasilkan dari pelaksanaan kegiatan. Terkait dengan SKO Ragunan, kegiatan yang akan dilaksanakan adalah peyelenggaraan pendidikan dan pelatihan SMP/SMA Negeri (khusus olahragawan) Ragunan di Jakarta. SKO Ragunan adalah sekolah olahraga pertama di Indonesia. Dalam sekolah ini siswa mendapatkan berbagai pelatihan dibidang cabang olahraga tertentu sesuai dengan minat dan bakat dari masing-masing siswa, sebagai bekal bagi para siswa tersebut untuk dapat menjadi atlet profesional. Siswa dan siswi SKO Ragunan dapat berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka menjalankan seleksi terlebih dahulu untuk dapat diterima disekolah ini. Setelah diterima, siswa dan siswi akan diberikan fasilitas biaya perjalanan untuk dapat tiba di SKO Ragunan dari daerahnya masing-masing. Selain mendapatkan pelatihan, siswa juga mendapatkan pendidikan akademis sebagaimana sekolah umum SMP dan SMA lainnya. Selain itu, para siswa dan siswi SKO Ragunan juga akan tinggal di asrama yang telah disediakan di Ragunan. Hal tersebut yang menbedakan kegiatan SKO Ragunan dengan PPLP dan atau PPLM. Untuk tahun 2013 SKO Ragunan memiliki 14 cabang olahraga untuk dibina. Cabang olahraga tersebut adalah Atletik, Gulat, Bola Voli, Panahan, Tenis Meja, Bola Basket, Loncat Indah, Sepak Bola, Taekwondo, Renang, Senam, Tenis, Bulutangkis, dan Pencak Silat. Masing-masing siswa akan diberikan pelatihan sesuai dengan cabang olahraga yang mereka minati. Masing-masing cabang olahraga akan dibina oleh pelatih dan asisten pelatih yang berbeda-beda.

62 Pada bagian indikator kinerja disebutkan berbagai indikator kinerja sebagai salah satu instrumen dalam mengukur output dari kegiatan yang akan dilaksanakan. Salah satu contoh indikator kinerja terkait SKO Ragunan adalah: Melakukan koordinasi dengan instansi terkait Pembentukan panitia Pelaksanaan Evaluasi kegiatan Pelaporan Bagian ketiga dari kegiatan yang dilaksanakan (what) adalah batasan kegiatan. Dalam batasan kegiatan dijelaskan ruang lingkup dari kegiatan apa yang akan dilaksanakan. Terkait SKO Ragunan, batasan kegiatannya adalah khusus menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan SMP/SMA (khusus olahragawan) Ragunan di Jakarta. 3. Maksud dan Tujuan ( why ) Pada bagian ini dijelaskan mengapa kegiatan ini perlu untuk dilaksanakan, maksud dan tujuan dari kegiatan Pendidikan dan Pelatihan SKO Ragunan. Maksud kegiatan adalah: Mencukupi pembiayaan konsumsi atlet sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing cabang olahraga Memberikan peralatan latihan dan pertandingan olahraga yang sesuai dengan standar cabang olahraga Memberikan kesejahteraan kepada pelatih yang sesuai, sehingga mampu memberikan pelatihan secara maksimal kepada atlet Meningkatkan intensitas pelaksanaan tryout cabang olahraga SMP/SMA Negeri Ragunan di tingkat nasional dan internasional Meningkatkan intensitas pelaksanaan tryout akademik SMP/SMA Negeri Ragunan sehingga memberikan peluang kepada atlet untuk naik kelas dan lulus Ujian Nasional dengan nilai yang baik. Tujuan dari kegiatan pendidikan dan pelatihan SKO Ragunan ini adalah:

63 Menghasilkan olahragawan nasional yang mempunyai kepribadian dan semangat olahragawan sejati Meningkatkan prestasi olahraga dan akademik setinggi-tingginya serta meningkatkan disiplin baik disekolah, asrama, maupun di lapangan. 4. Indikator keluaran, volume dan satuan. Contoh indikator keluaran terkait kegiatan pelatihan di SKO Ragunan adalah: Meningkatnya prestasi dalam bidang olahraga sehingga mampu berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional Terciptanya olahragawan yang handal untuk mewakili Indonesia pada event-event internasional Meningkatnya daya juang dan mental tanding pada atlet yang menjalani pendidikan dan pelatihan Meningkatnya prestasi olahraga dan akademik setinggi-tingginya, serta meningktanya disiplin baik disekolah, asrama, maupun dilapangan. Volume dan satuan dari kegiatan SKO Ragunan adalah 200 atlet yang dibina dalam pendidikan dan pelatihan SMP/SMA Negeri (khusus olahragawan) Ragunan di Jakarta. 5. Cara pelaksanaan kegiatan ( how ) Bagian ini berisikan tentang metode pelaksanaan penerimaan siswa baru, prosedur tes dan penerimaan siswa baru, serta tahapan kegiatan SMP/SMA Negeri Ragunan yang terdiri atas tes penerimaan, pelaksanaan diklat, dan monitoring serta evaluasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. 6. Tempat pelaksanaan ( where ) Tempat pelaksanaan kegiatan berada di Gelanggang Olahraga Ragunan, Jakarta Selatan

64 7. Pelaksana dan penanggung jawab kegiatan ( who ) Untuk kegiatan SKO Ragunan, pelaksana kegiatan adalah Kepala Bidang Peningkatan Mutu Atlet Berbakat. Penanggung jawab kegiatan adalah Asisten Deputi Sentra Keolahragaan, dan penerima manfaat adalah 200 orang siswa dan siswi SKO Ragunan, untuk 14 cabang olahraga. 8. Jadwal kegiatan ( when ) Waktu pelaksanaan kegiatan selama satu tahun ( 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2013) dipotong libur untuk puasa dan lebaran. Penerimaan siswa baru SKO Ragunan dilakukan setiap tahunnya untuk menggantikan posisi siwa dan siswi yang telah lulus sehingga jumlah seluruh siswa SKO Ragunan tetap 200 orang. Anggaran terbaru sampai saat laporan ini ditulis adalah anggaran untuk tahun Biaya ( how much ) Biaya untuk pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan SMP/SMA Negeri Khusus Keolahragaan Ragunan dibebankan pada APBN. Biaya untuk pelaksanaan sekolah SMP/SMA Ragunan dapat berbeda setiap tahunnya disesuaikan dengan kebutuhan dari setiap tahun. Untuk tahun 2013 biaya pelaksanaan sekolah SMP/SMA Ragunan dianggarkan sebesar Rp (dua puluh milyar rupiah) dengan perincian biaya terlampir berupa Rincian Anggaran Biaya (RAB) Rincian Anggaran Biaya (RAB) RAB merupakan daftar rincian dari biaya yang akan dikeluarkan untuk kegiatan SKO Ragunan. Rincian ini disusun berdasarkan standar biaya yang ditetapkan menteri keuangan dan peraturan perundang-undangan lainnya. Dalam penyusunan RAB SKO Ragunan, asdep sentra melakukan perhitungan biaya dengan mengacu pada standar biaya tertinggi yang ditetapkan Kementerian Keuangan berupa Standar Biaya Umum (SBU). Namun terdapat satu tahap, yaitu tahap penerimaan siswa baru yang membutuhkan penggunaan Standar Biaya

65 Khusus (SBK). Dalam RAB dirinci biaya apa saja yang diperlukan dan digunakan dalam kegiatan disertai dengan keterangan dari komponen-komponen biaya tersebut. Pada awalnya penyusunan RAB dilakukan daengan menggunakan bantuan Mc.Excel untuk mempermudah dalam proses revisi. Setelah RAB sudah disusun dengan benar dan tidak akan mengalami revisi, RAB tersebut akan diinput dalam program RKA-K/L DIPA yang nantinya akan membentuk RKA- K/L. Terkait dengan kegiatan SKO Ragunan, jumlah uang yang dianggarkan dibagi dalam 6 (enam) pos akun biaya, yaitu Belanja Bahan, Belanja Honor Output Kegiatan, Belanja Barang Non Operasional Lainnya, Belanja Sewa, Belanja Jasa Profesi, dan Belanja Perjalanan Lainnya. Dalam akun Belanja Bahan, terdapat biaya untuk pembelian bahan-bahan habis pakai yang dapat digunakan dalam kegiatan SKO Ragunan. Salah satu contoh biaya dalam akun ini adalah biaya pembelian ATK seperti pembelian kertas, tinta, map, dan lain sebagainya, serta biaya pembelian kebutuhan sehari-hari atlet seperti pembelian pasta gigi, sikat gigi, sabun, sampo, dan lain sebagainya. Untuk pos akun Belanja Honor Output Kegiatan digunakan untuk membiayai honor untuk pelaksana kegiatan seperti penanggung jawab kegiatan, ketua, wakil ketua, sekretaris, dan anggota dari pelaksana SKO Ragunan. Terkait biaya honor ini, biaya akan dibayarkan setiap bulannya kepada orang-orang yang bersangkutan. Dan sebagai pelengkap, terkait dengan biaya ini terdapat daftar nominatif yang terdiri dari nama-nama pengarah, penganggung jawab, ketua, wakil ketua, dan sekretaris yang terlibat, jabatannya dalam kegiatan, besar honor perbulan yang akan diterima, dan info lainnya. Pos akun ketiga adalah Belanja Barang Non Operasional Lainnya. Dalam akun ini berisikan belanja untuk kebutuhan SKO Ragunan untuk barang-barang yang tidak habis pakai. Salah satu contoh belanja dalam akun ini adalah belanja perlengkapan sekolah siswa, belanja obat-obatan poliklinik, pembelian seragam sekolah atlet, pembelian seragam sekolah pelatih dan asisten pelatih, pembelian kostum latihan, pembelian kostum pertandingan, pembelian sepatu latihan dan sepatu pertandingan, serta biaya pengadaan peralatan/perlengkapan latihan dan

66 pertandingan untuk keempat belas cabang olahraga yang ada di SKO Ragunan. Pos akun keempat adalah Belanja Sewa, yang terdiri dari sewa kendaraan operasional untuk SKO Ragunan. Belanja sewa ini dianggarkan untuk dibayar perbulan untuk setiap unit kendaraan yang disewa. Pos akun yang keempat adalah Belanja Jasa Profesi. Akun ini berisikan pemberian honor atas jasa profesi tertentu yang terlibat dalam pengurusan baik sekolah maupun asrama di Ragunan. Contoh biaya dalam akun ini adalah pembayaran jasa koordinator asrama, jasa pelatih, asisten pelatih, jasa psikolog, jasa dokter, jasa bidang akademik, jasa bidang evaluasi, jasa bidang teknik program latihan, jasa paramedik, jasa tukang cuci, dan lain sebagainya. Untuk akun ini, sama hal nya dengan pembayaran honor di akun biaya operasional lain, juga dibayarkan secara bulanan, langsung kepada orang yang bersangkutan. Pos akun yang terakhir adalah Belanja Perjalanan Lainnya. Akun ini digunakan untuk membiayai perjalanan dan uang saku selain biaya perjalanan yang masuk dalam biaya perjalanan dinas. Jika dalam biaya perjalanan dinas diperuntukkan untuk pegawai kementerian atau pegawai negeri sipil (PNS), akun biaya perjalanan lain ini diperuntukkan untuk membiayai perjalanan untuk atlet, pelatih, asisten pelatih, wali cabang, serta petugas pemandu bakat yang juga merupakan bagian dari kegiatan SKO Ragunan. Termasuk dalam pos akun ini adalah uang saku dan uang harian untuk atlet, pelatih, asisten pelatih, dan petugas pemandu bakat, begitupun dengan biaya penginapan jika dibutuhkan. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, biaya pemanggilan atlet yang lulus seleksi dari daerahnya masing-masing (dari 33 provinsi di Indonesia), serta biaya pemulangan jika sudah lulus nantinya, sudah dianggarkan dari awal, sebelum tahun anggaran berjalan. Terkait biaya perjalanan di akun ini, dibagi dalam 2 (dua) jenis yaitu biaya perjalanan untuk dalam pulau jawa dan biaya pemanggilan untuk luar pulau jawa. Hal ini dilakukan pada awal perencanaan untuk lebih memudahkan dalam perkiraan biaya perjalanan yang akan dikeluarkan, dimana biaya perjalanan sesungguhnya baru akan dapat diketahui setelah penerimaan siswa SKO Ragunan telah dilakukan.

67 3.2.3 Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKA-K/L) RKA-K/L merupakan gabungan dari berbagai macam anggaran kegiatan dari berbagai deputi yang ada dalam satu Satuan Kerja (Satker) Kementerian Pemuda dan Olahraga (kemenpora). Berbeda dengan dokumen perencanaan sebelumnya yang dibuat secara manual dengan menggunakan Mc. Excel, RKA- K/L dibuat dengan aplikasi bernama RKA-K/L DIPA. Normalnya, aplikasi ini digunakan oleh seluruh satker dan kementerian serta badan pemerintahan lainnya. Aplikasi ini digunakan untuk menyamakan bentuk RKA-K/L yang dibuat untuk berbagai kegiatan yang merupakan bentuk penggunaan APBN. RKA-K/L ini dibuat dengan memasukkan berbagai RAB dari kegiatan yang dianggarkan dalam sebuah tahun anggaran, untuk digabungkan dengan kegiatan lainnya di satu kemenpora, maka jadilah RKA-K/L untuk satu kemenpora. Namun pada dasarnya, RKA-K/L ini disusun terlebih dahulu oleh masing-masing pelaksana kegiatan, seperti masing-masing asisten deputi dalam kemenpora. Jika seluruh asdep telah menginput daftar belanja (RAB) kedalam aplikasi ini, baru dapat dilihat RKA-K/L kemenpora secara keseluruhan. Berikut adalah proses penyusunan RKA-K/L dengan menggunakan aplikasi RKA-K/L DIPA untuk tahun anggaran 2013: Gambar 3.4 RKA-K/L DIPA Sumber: Aplikasi RKA-K/L DIPA Tahun 2013

68 1. Untuk dapat memasukkan Rancangan Anggaran Biaya (RAB) kedalam aplikasi, pilih Form Belanja dari menu RKAKL 2013 dibagian kiri atas aplikasi RKA-K/L Gambar 3.5 Menu Form Belanja Sumber: Aplikasi RKA-K/L DIPA Tahun Pilih Satuan Kerja sebagai penanggung biaya dari kegiatan yang akan dilakukan, yaitu Kementerian Pemuda dan Olahraga RI, No. satker Gambar 3.6 Menu Pemilihan Satker Sumber: Aplikasi RKA-K/L DIPA Tahun 2013

69 3. Langkah pertama adalah pemasukkan kegiatan/output, yaitu dengan menu rekam kegiatan/output Gambar 3.7 Menu Pengisian Program Sumber: Aplikasi RKA-K/L DIPA Tahun Pilih kegiatan yang sesuai, yaitu kegiatan No program Pengembangan Sentra Keolahragaan, dengan output 001, yaitu PPLP/PPLM yang Difasilitasi Menjadi Sentra Pembinaan Olahraga Prestasi Gambar 3.8 Daftar Pilihan Output Sumber: Aplikasi RKA-K/L DIPA Tahun 2013

70 5. Selanjutnya, klik menu isian kodeib dan pilih kode IB No. 00 untuk base line. Gambar 3.9 Menu pilihan KodeIB Sumber: Aplikasi RKA-K/L DIPA Tahun Selanjutnya pilih lokasi, yaitu kantor pusat Kemenpora DKI Jakarta dengan kode Gambar 3.10 Menu Pemilihan Lokasi Sumber: Aplikasi RKA-K/L DIPA Tahun 2013

71 7. Kemudian, pilih menu kewenangan. Sesuai dengan lokasinya di kantor pusat Kemenpora, kewenangan yang bisa dipilih adalah Kantor Pusat. Gambar 3.11 Menu Pemilihan Kewenangan Sumber: Aplikasi RKA-K/L DIPA Tahun Kemudian, hasil kegiatan/output yang akan muncul adalah seperti gambar dibawah ini: Gambar 3.12 Hasil Pemasukkan Program Sumber: Aplikasi RKA-K/L DIPA Tahun 2013

72 9. Setelah kegiatan/output dipilih, langkah selanjutnya adalah memasukkan suboutput dengan menu rekam suboutput. Terkait kegiatan SKO Ragunan ini suboutput yang dimasukkan adalah soboutput khusus untuk Asdep Sentra Kelahragaan. Gambar 3.13 Menu Rekam Sub Output Sumber: Aplikasi RKA-K/L DIPA Tahun Setelah suboutput, memasukkan komponen dengan memilih Rekam Komponen. Isi uraian komponen dengan Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah sebagai komponen, dan beri checklist di tahun Gambar 3.14 Menu Rekam Komponen Sumber: Aplikasi RKA-K/L DIPA Tahun Kemudian, pilih menu Rekam Subkomponen, dan masukkan Tes Seleksi Masuk Diklat SMP/SMA Negeri Ragunan dalam kolom SubKomponen. Gambar 3.15 Menu Rekam Sub Komponen Sumber: Aplikasi RKA-K/L DIPA Tahun 2013

73 12. Setelah komponen dan subkomponen dimasukkan, langkah selanjutnya adalah memasukkan akun dengan menu Rekam Akun. Isi Nomor akun yang akan dimasukkan, misalnya No. akun untuk akun Belanja Bahan. Gambar 3.16 Menu Rekam Akun Sumber: Aplikasi RKA-K/L DIPA Tahun Sebagai rincian dari akun yang telah dimasukkan, pilih menu Rekam Detil untuk memasukkan rincian atau penyusun dari akun yang bersangkutan. Rincian aku yang dimasukkan akan berbeda untuk akun yang berbeda pula. Misalnya untuk No. akun untuk akun Belanja Bahan, terdapat detil akun sebagai pembentuk akun tersebut sepertibelanja bahan ATK dan Bahan Habis Pakai. Masukkan rincian akun tersebut di kolom rincian yang disediakan, disertai dengan formula atau hitungan dari detil tersebut. misalnya untuk transport pemanggilan dan pemulangan atlet dalam (pulau) jawa ditambah dengan formula perhitungan (1 PKT x 1 KEG), yang artinya detil akun tersebut diberikan untuk 1 paket untuk satu kegiatan. Masukkan 1 dalam kolom volkeg yang berarti volume kegiatan, yaitu hasil dari perkalian1 paket x 1 kegiatan. Masukkan PKT dikolom satkeg atau satuan kegiatan, yang berarti satuan yang digunakan adalah Paket. Kemudian masukkan estimasi biaya perjalanan yang tidak lebih dari nilai dalam SBU (Standar Biaya Umum) untuk biaya ATK dan Bahan Habis Pakai, sebesar per orang per kegiatan. Lalu kolom jumlah akan menghitung hasilnya secara otomatis. Hal tersebut berlaku juga untuk keseluruhan detil akun dengan rincian, volume, satuan, dan harga satuan yang berbeda-beda.

DOKUMEN DASAR PEMBAYARAN ATAS BEBAN APBN

DOKUMEN DASAR PEMBAYARAN ATAS BEBAN APBN DOKUMEN DASAR PEMBAYARAN ATAS BEBAN APBN DIKLAT BENDAHARA PENGELUARAN APBN Konsep Penganggaran dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran Tugas Bendahara terkait dengan pengujian dan pembayaran tagihan tidak dapat

Lebih terperinci

DOKUMEN DASAR PEMBAYARAN ATAS BEBAN APBN

DOKUMEN DASAR PEMBAYARAN ATAS BEBAN APBN DOKUMEN DASAR PEMBAYARAN ATAS BEBAN APBN 2 Menjelaskan konsep penganggaran dalam DIPA Menjelaskan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Sebagai Dasar Pengujian Dan Pembayaran Tagihan Menjelaskan Dokumen Lain

Lebih terperinci

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN 2 Menjelaskan DIPA dan POK Menjelaskan Klasifikasi Anggaran Menjelaskan Format dan Halaman DIPA Menjelaskan Format dan Halaman POK Uraian dan Contoh Pengertian DIPA dan POK

Lebih terperinci

2011, No Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 3. Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010; MEMUTUSKAN:

2011, No Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 3. Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010; MEMUTUSKAN: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.365, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Penyusunan. Renker dan Anggaran. Petunjuk. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93/PMK.02/2011 TENTANG PETUNJUK PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1411, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. DIPA. Penyusunan. Pengesahan. Petunjuk. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 171/PMK.02/2013 TENTANG PETUNJUK PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.05/2011 TENTANG PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.05/2011 TENTANG PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.05/2011 TENTANG PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG belum sepenuhnya dapat memberikan panduan secara teknis

LATAR BELAKANG belum sepenuhnya dapat memberikan panduan secara teknis 29 Oktober 2012 1. PENDAHULUAN 2 LATAR BELAKANG Terdapat 3 (tiga) landasan hukum dalam penyusunan RKA-K/L, yaitu: (i) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; khususnya pada Bab III Penyusunan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1213, 2014 KEMENKEU. Bendahara Umum. Anggaran. Penetapan Alokasi. Penelahaan. Perencanaan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2017 PEMERINTAHAN. Pembangunan. Nasional. Perencanaan. Penganggaran. Sinkronisasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6056) PERATURAN

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5 Tambahan Lembaran Negara No

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5 Tambahan Lembaran Negara No No.536, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENKOKESRA. Revisi. Petunjuk Operasional Kegiatan. Tata Cara. Petunjuk. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2017, No kementerian negara/lembaga dan pengesahan daftar isian pelaksanaan anggaran; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

2017, No kementerian negara/lembaga dan pengesahan daftar isian pelaksanaan anggaran; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.985, 2017 KEMENKEU. RKA-K/L. Pengesahan DIPA. Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94/PMK.02/2017 TENTANG

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.02/2012 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.02/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.02/2012 TENTANG PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.02/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.02/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.02/2012 TENTANG PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2016, No b. bahwa dalam rangka pemantapan penerapan kerangka pengeluaran jangka menengah, penganggaran terpadu,penganggaran berbasis kinerja,

2016, No b. bahwa dalam rangka pemantapan penerapan kerangka pengeluaran jangka menengah, penganggaran terpadu,penganggaran berbasis kinerja, No.1629, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penyusunan dan Penelaahan RKA- KL. Pengesahan DIPA. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163 /PMK.02/2016 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.51/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2011

PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2011 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : /PMK.05/2010 TENTANG PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2011 PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DAFTAR ISIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. No.418, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168 /PMK.07/2009 TENTANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK.02/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK.02/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK.02/2014 TENTANG PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENELAAHAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.02/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.02/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.02/2014 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN, PENELAAHAN, DAN PENETAPAN ALOKASI BAGIAN ANGGARAN BENDAHARA

Lebih terperinci

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN DIKLAT BENDAHARA PENGELUARAN APBN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN Pengertian DIPA dan POK 1. Pengertian DIPA Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disebut DIPA adalah Dokumen Pelaksanaan Anggaran

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN, PELAPORAN, PEMANTAUAN DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran merupakan suatu perencanaan dan pengendalian terpadu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran merupakan suatu perencanaan dan pengendalian terpadu yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran merupakan suatu perencanaan dan pengendalian terpadu yang dilaksanakan dengan tujuan agar perencanaan dan pengendalian tersebut mempunyai daya guna dan hasil

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 104/PMK.02/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 104/PMK.02/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 104/PMK.02/2010 TENTANG PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENELAAHAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 104 /PMK.02/2010 TENTANG PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENELAAHAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

1. Tujuan dan Landasan Konseptual PBK; 2. Kerangka PBK; 3. Syarat Penerapan PBK; 4. Tahapan Kegiatan Penerapan PBK; 5. Mekanisme Penganggaran.

1. Tujuan dan Landasan Konseptual PBK; 2. Kerangka PBK; 3. Syarat Penerapan PBK; 4. Tahapan Kegiatan Penerapan PBK; 5. Mekanisme Penganggaran. 1. Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK); 2. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM); 3 Format Baru RKA-KL. 3. RKA KL di Indonesia (Menuju pengelolaan APBN yang transparan dan kredibel) Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 93/PMK.02/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 93/PMK.02/2011 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 93/PMK.02/2011 TENNG PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENELAAHAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.905, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Rencana Kerja. Anggaran. Kementerian/Lembaga. Penyusunan. Penelahaan. Petunjuk. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94/PMK.02/2013

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 75, 2004 POLITIK. PEMERITAHAN. Pemeritah Pusat. Pemerintah Daerah. Kementerian Negara. Lembaga. Menteri. APBN.

Lebih terperinci

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tan

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.645, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pergeseran Anggaran. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 165/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA PERGESERAN ANGGARAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.677,2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.677,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.677,2012 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112/PMK.02/2012 TENTANG PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENELAAHAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 140/PMK.02/2015

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 140/PMK.02/2015 SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 140/PMK.02/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 257/PMK.02/2014 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2015

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN KERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penganut NPM karena sesuai dengan semangat NPM untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. penganut NPM karena sesuai dengan semangat NPM untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penganggaran berbasis kinerja (PBK) digunakan di berbagai negara penganut NPM karena sesuai dengan semangat NPM untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 44 /PMK.05/2009 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 44 /PMK.05/2009 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 44 /PMK.05/2009 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PEDOMAN PENELITIAN RKA-K/L

PEDOMAN PENELITIAN RKA-K/L LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA NOMOR M.HH.-05.PR.01.04 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGANGGARAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PADA SATKER RO RENA POLDA NTB

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PADA SATKER RO RENA POLDA NTB KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT BIRO PERENCANAAN UMUM M DAN ANGGARAN PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PADA SATKER RO RENA POLDA NTB MATARAM, MEI 2016 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 1 SISTEM PENGANGGARAN

BAB 1 SISTEM PENGANGGARAN 2012, No.677 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112/PMK..02/2012 TENTANG PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENELAAHAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA / LEMBAGA BAB 1 SISTEM

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii BAB I JADWAL PELAKSANAAN PENERAPAN... 1 BAB II PENUTUP Daftar Isi i

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii BAB I JADWAL PELAKSANAAN PENERAPAN... 1 BAB II PENUTUP Daftar Isi i DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii BAB I JADWAL PELAKSANAAN PENERAPAN... 1 BAB II PENUTUP... 10 Daftar Isi i DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Jadawal Penerapan PBK dan KPJM... 2 D a f t a r I s i ii BAB

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (TERM OF REFERENCE) PENYUSUNAN STANDAR BIAYA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA UNIT ESELON PROGRAM : : :

KERANGKA ACUAN KERJA (TERM OF REFERENCE) PENYUSUNAN STANDAR BIAYA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA UNIT ESELON PROGRAM : : : KERANGKA ACUAN KERJA (TERM OF REFERENCE) PENYUSUNAN STANDAR BIAYA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA UNIT ESELON PROGRAM : : : Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Pengelolaan Anggaran Negara HASIL

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Subbagian Penyusunan Anggaran. Melakukan penyiapan bahan penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran Direktorat Jenderal.

NAMA JABATAN : Kepala Subbagian Penyusunan Anggaran. Melakukan penyiapan bahan penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran Direktorat Jenderal. - 118-1. NAMA JABATAN : Kepala Subbagian Penyusunan Anggaran 2. IKHTISAR JABATAN : Melakukan penyiapan bahan penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran Direktorat Jenderal. 3. TUJUAN JABATAN : Terwujudnya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1341, 2012 KEMENTERIAAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT. Petunjuk Operasional. Kegiatan. Revisi. Pedoman.

BERITA NEGARA. No.1341, 2012 KEMENTERIAAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT. Petunjuk Operasional. Kegiatan. Revisi. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1341, 2012 KEMENTERIAAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT. Petunjuk Operasional. Kegiatan. Revisi. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN SISTEM E-MONITORING SERAPAN ANGGARAN UNTUK PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA-.06-0/2013 DS 0367-9073-0044-7104 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM. Direktorat Pembinaan PK BLU Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan

PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM. Direktorat Pembinaan PK BLU Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM Direktorat Pembinaan PK BLU Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan Perencanaan Anggaran Satker BLU BLU membuat rencana bisnis lima tahunan mengacu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG TUJUAN FORMAT BARU RKA KL RUANG LINGKUP...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG TUJUAN FORMAT BARU RKA KL RUANG LINGKUP... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... i ii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 LATAR BELAKANG... 1 1.2 TUJUAN FORMAT BARU RKA KL... 3 1.3 RUANG LINGKUP... 4 BAB II FORMAT BARU RKA KL... 6 2.1 RKA KL... 6 2.2

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.912, 2011 KEMENTERIAN SOSIAL. PNBP. Pedoman Pengelolaan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-033.02-0/2015 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92/PMK.05/2011 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92/PMK.05/2011 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92/PMK.05/2011 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Dubnick (2005), akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi dengan

Lebih terperinci

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN Bimtek Penganggaran Untuk PTN Baru dan Satker Kemristekdikti Lainnya Di Lingkup Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten Bandung 27 April 2018 Profil

Lebih terperinci

DRAFT NASKAH PEDOMAN PERENCANAAN PARTISIPATIF DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

DRAFT NASKAH PEDOMAN PERENCANAAN PARTISIPATIF DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR: KEP/ / KA / PR.00.00 / X / 2016 / BNN DRAFT NASKAH PEDOMAN PERENCANAAN PARTISIPATIF DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL 1 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

1 of 6 18/12/ :41

1 of 6 18/12/ :41 1 of 6 18/12/2015 15:41 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 92/PMK.05/2011 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA Tantangan utama pengelolaan Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR IM 2 TAHUN 2018 TENTANG KELENGKAPAN DATA DUKUNG MINIMUM USULAN KEGIATAN PAGU KEBUTUHAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.05/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.05/2011 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.05/2011 TENTANG PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, namun sebaliknya pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, namun sebaliknya pada sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penganggaran di sektor pemerintahan merupakan suatu proses yang cukup rumit. Karakteristik penganggaran di sektor pemerintahan sangat berbeda dengan penganggaran

Lebih terperinci

Arsip Nasional Republik Indonesia

Arsip Nasional Republik Indonesia Arsip Nasional Republik Indonesia LEMBAR PERSETUJUAN Substansi Prosedur Tetap tentang Penyusunan Bahan Nota Keuangan dan RAPBN telah saya setujui. Disetujui di Jakarta pada tanggal Juni 2010 Plt. SEKRETARIS

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

- 1 - BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 63/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 63/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 63/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR USULAN REVISI ANGGARAN Nomor: SOP /KU 00/REN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR USULAN REVISI ANGGARAN Nomor: SOP /KU 00/REN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR USULAN REVISI ANGGARAN BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2017 Halaman : 3 dari 17 DAFTAR DISTRIBUSI DISTRIBUSI NOMOR SALINAN Copy 1 Copy 2 JABATAN Kepala Biro/Pusat/Ketua STTN/Inspektur

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2012 KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Urusan Pemerintah. Pelimpahan dan Penugasan. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam No. 2005, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Dekonsentrasi. Pelimpahan dan Pedoman. TA 2017. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-24.2-/216 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara.

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA-.02-0/2013 DS 4682-1092-9050-0689 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN NOMOR PER- 03/AG/2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYUSUNAN DAN PENELAAHAN STANDAR BIAYA KELUARAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1618, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Akun Standar. Bagan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 214 /PMK.05/ 2013 TENTANG BAGAN AKUN STANDAR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun anggaran 2013, kewenangan atas pengesahan Daftar Isian

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun anggaran 2013, kewenangan atas pengesahan Daftar Isian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun anggaran 2013, kewenangan atas pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) beralih dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) kepada Direktorat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pertanggungjawaban. Bea Masuk. Prosedur.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pertanggungjawaban. Bea Masuk. Prosedur. No.139, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pertanggungjawaban. Bea Masuk. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK NOMOR 63/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 1720-8571-0016-9064 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAGIAN AKUNTANSI BIRO ADM KEUANGAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAGIAN AKUNTANSI BIRO ADM KEUANGAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAGIAN AKUNTANSI BIRO ADM KEUANGAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PENYUSUNAN DOKUMEN ANGGARAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Sosialisasi Perdirjen Perbendaharaan No : Per-66/PB/2005 Tentang Pelatihan Pengelolaan Keuangan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-015.07-0/2016 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2015

Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2015 (PMK No. 257/PMK.02/2014, tanggal 2014) 30 Desember (Perubahan PMK No. 7/PMK.02/2014, tanggal 13 Januari 2014) 1 Pokok

Lebih terperinci

Pokok Pokok Perubahan Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2015

Pokok Pokok Perubahan Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Pokok Pokok Perubahan Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2015 (Perubahan PMK No. 7/PMK.02/2014, tanggal 13 Januari 2014) 1 2 Pokok Bahasan 1 Dasar Pertimbangan draft

Lebih terperinci

MENGAPA ANGGARAN KINERJA?

MENGAPA ANGGARAN KINERJA? MENGAPA ANGGARAN KINERJA? Kurangnya keterkaitan antara: kebijakan, perencanaan, penganggaran, pelaksanaan Horizon anggaran sempit, berjangka satu tahunan Penganggaran kebanyakan berciri line-item, berdasarkan

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 214/PMK.05/2013 TENTANG BAGAN AKUN STANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 214/PMK.05/2013 TENTANG BAGAN AKUN STANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 of 7 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 214/PMK.05/2013 TENTANG BAGAN AKUN STANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.905, 2015 KEMENDESA-PDT-Trans. Urusan Pemerintahan. Ditjen Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. TA 2015. Pelimpahan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-15.3-/217 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, serta

Lebih terperinci

Revisi ke : 04 Tanggal : 9 Oktober 2014

Revisi ke : 04 Tanggal : 9 Oktober 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : SATU SET DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN A. DASAR HUKUM : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-15.12-/217 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-15.6-/AG/214 DS 12-392-713-178 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun 213 tentang

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-015.07-0/2017 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

BUPATI MALUKU TENGGARA

BUPATI MALUKU TENGGARA SALINAN N BUPATI MALUKU TENGGARA PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 3.a TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PERENCANAAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALUKU

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-15.6-/215 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara.

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-033.02-0/2016 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

LAPORAN MENTERI KEUANGAN ACARA PENYERAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) TAHUN ANGGARAN 2011

LAPORAN MENTERI KEUANGAN ACARA PENYERAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) TAHUN ANGGARAN 2011 LAPORAN MENTERI KEUANGAN ACARA PENYERAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) TAHUN ANGGARAN 2011 Jakarta, 28 Desember 2010 1 Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera untuk kita

Lebih terperinci