BAB II LANDASAN TEORI. 1. Kecerdasan Emosi/Emotional Quotient (EQ) memiliki kecerdasan pada area yang lainnya (Wade, 2007).
|
|
- Ratna Budiono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kecerdasan Emosi/Emotional Quotient (EQ) a. Definisi Kecerdasan Kecerdasan didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk mengambil keuntungan dari suatu pengalaman, memperoleh pengetahuan, berpikir abstrak, bertindak berdasarkan alasan, atau beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan. Seseorang yang memiliki kecerdasan pada satu area belum tentu memiliki kecerdasan pada area yang lainnya (Wade, 2007). b. Definisi Emosi Emosi berasal dari Bahasa Yunani emorver yang berarti bergerak, kegembiraan dan kegusaran. Emosi merupakan bentuk tindakan untuk memenuhi kepuasan. Bila dikaji lebih dalam lagi, perasaan dan emosi penting untuk kesejahteraan, kebahagiaan dan keselarasan ruang lingkup hidup (Hamid, 2007). Emosi adalah suatu keadaan yang kompleks yang berlangsung tidak lama, yang mempunyai komponen pada badan dan jiwa individu. Pada jiwa berupa keadaan terangsang dengan perasaan yang hebat serta biasanya juga terdapat impuls untuk berbuat sesuatu yang tertentu. Pada badan timbul gejala-gejala dari 6
2 7 susunan saraf vegetatif, misalnya pada pernapasan, sirkulasi dan sekresi (Maramis, 2005). Emosi dibutuhkan untuk menunjukkan keberadaannya dalam masalah manusiawi. Wujud emosi yang ditampakkan antara lain amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel dan malu (Goleman, 2007). c. Definisi Kecerdasan Emosi Menurut Salovey dan Mayer (dalam Setyowati et al, 2010), kecerdasan emosi merupakan kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Individu yang mempunyai kecerdasan emosi yang tinggi akan mampu mengatasi berbagai masalah atau tantangan yang muncul dalam hidupnya. Seligman (dalam Setyowati et al, 2010) mengungkapkan bahwa individu yang cerdas emosinya akan bersikap optimis, bahwa segala sesuatu dalam kehidupan dapat teratasi kendati ditimpa kemunduran atau frustrasi. Kecerdasan emosi bukanlah bakat alami tetapi kemampuan yang dipelajari (Goleman, 2004). Apabila seseorang memiliki kecerdasan emosi yang cukup rendah menyebabkan dirinya kurang peka dengan lingkungan dan perasaan orang sekitar (Hamid, 2007).
3 8 Menurut Hamid (2007), ada beberapa cara untuk meningkatkan kecerdasan emosi, antara lain: 1) Dukungan dari pihak lain. Pihak lain yang dimaksud bisa keluarga, teman ataupun masyarakat sekitar. Pihak lain adalah cermin untuk membina dan membentuk emosi seseorang. Kritikan, nasihat, pandangan dari pihak lain yang positif dapat membantu seseorang memperbaiki emosinya. 2) Pengukuran EQ, dilakukan untuk mengetahui tahapan EQ dengan cara tes yang berkaitan dengan EQ dalam pekerjaan, motivasi diri, pergaulan, komunikasi dan sebagainya. 3) Kerja kelompok, dapat meningkatkan kecerdassan emosi seseorang karena melibatkan nilai kebersamaan dan emosi dalam melakukan pekerjaan. 4) Belajar bekerjasama, turut melibatkan emosi dalam melakukan pekerjaan. Dengan belajar bekerjasama akan memberikan kesempatan untuk membina hubungan dengan orang lain. d. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecerdasan Emosi Faktor yang memengaruhi kecerdasan emosi menurut Goleman (2007) adalah: 1) Lingkungan keluarga Keluarga menjadi tempat pendidikan pertama dalam mempelajari emosi, dan orang tua yang sangat berperan. Anakanak mengidentifikasikan perilaku orang tua kemudian
4 9 diinternalisasikan akhirnya menjadi bagian dalam kepribadian anak. Kehidupan emosi yang dibangun di dalam keluarga sangat berguna bagi anak kelak, bagaimana anak dapat cerdas secara emosi. 2) Lingkungan non keluarga Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan masyarakat dan lingkungan pendidikan. Pergaulan dengan teman sebaya, guru dan masyarakat luas yang dianggap bertangguang jawab dalam perkembangan kecerdasan emosi. 3) Otak Otak merupakan organ penting dalam tubuh manusia, otak berfungsi untuk memengaruhi dan mengontrol seluruh kerja tubuh. Struktur otak adalah sebagai berikut. a) Korteks, berperan penting dalam memahami kecerdasan emosi serta dalam memahami sesuatu secara mendalam, menganalisis mengapa orang mengalami perasaan tertentu, selanjutnya berbuat sesuatu untuk mengatasinya. b) Sistem limbik. Bagian ini sering disebut sebagai bagian emosi yang letaknya jauh dalam hemisfer otak besar terutama bertanggung jawab atas pengaturan emosi dan impuls. Sistem limbik meliputi hyppocampus, yaitu tempat berlangsungnya proses pembelajaran emosi.
5 10 Selain itu ada amigdala yang dipandang sebagai pusat pengendali emosi pada otak. Walgito (2004) membagi faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi menjadi dua faktor yaitu: 1) Faktor internal Faktor internal merupakan apa yang ada dalam diri individu yang memengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor internal berasal dari dua sumber yaitu segi jasmani dan segi psikologis. Segi jasmani meliputi faktor fisik dan kesehatan individu. Segi psikologis meliputi pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir dan motivasi. 2) Faktor eksternal Faktor eksternal meliputi: a) Stimulus, merupakan salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan seseorang dalam memperlakukan kecerdasan emosi tanpa distorsi. b) Lingkungan atau situasi yang khususnya melatarbelakangi proses kecerdasan emosi. e. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosi Menurut Salovey dan Mayer (dalam Setyowati, 2010 dan Hamid, 2007), ada lima wilayah kecerdasan emosi yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
6 11 1) Mengenali emosi diri Mengenali emosi diri adalah kemampuan mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi dan kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu. Mengenali emosi diri melibatkan kepercayaan dan keyakinan diri. Dengan mengenali emosi sendiri dapat menyadari apakah emosi yang dialami saat itu dan bagaimana emosi itu dapat membantu dirinya untuk membuat keputusan yang tepat dan bijak. 2) Mengelola emosi Mengelola emosi adalah kemampuan untuk menguasai perasaannya sendiri agar perasaan tersebut dapat diungkapkan dengan tepat. Memikirkan sejenak akibat baik dan buruknya suatu perbuatan atau perkataan sebelum dilakukan adalah salah satu contoh dari mengelola emosi. 3) Memotivasi diri Memotivasi diri-sendiri adalah kemampuan untuk menguasai perasaannya sendiri agar perasasaan tersebut dapat diungkapkan dengan tepat. Kunci motivasi adalah memanfaatkan emosi, sehingga mendukung kesuksesan hidup seseorang. 4) Mengenali emosi orang lain (empati) Empati bukan hanya untuk mengetahui pikirannya saja melainkan juga perasaan orang lain. Seseorang yang mampu
7 12 berempati adalah seseorang yang mampu membaca perassaan dan isyarat non verbal, orang lebih mampu menyesuaikan diri secara emosi, lebih populer, lebih mudah bergaul dan lebih mudah peka. 5) Membina hubungan dengan orang lain Membina hubungan adalah kemampuan seseorang untuk membentuk hubungan, membina kedekatan hubungan, sebagian besar merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. 2. Kepribadian a. Definisi Kepribadian Kepribadian adalah terjemahan dari Bahasa Inggris yang berarti personality. Kata personality sendiri berasal dari Bahasa Latin yaitu persona yang berarti topeng yang digunakan oleh para aktor dalam suatu permainan atau pertunjukkan. Para artis bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya, seolah-olah topeng itu mewakili ciri kepribadian tertentu. Sehingga, konsep awal dari pengertian personality (pada masyarakat awam) adalah tingkah laku yang ditampakkan ke lingkungan sosial, kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh lingkungan sosial (Yusuf dan Nurihsan, 2007). Definisi kepribadian menurut Allport (dalam Chairilsyah, 2012) adalah organisasi yang dinamis dari psikofisik atau jiwa raga
8 13 individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas. Dari apa yang telah dikemukakan oleh Allport, maka dapat dikatakan bahwa kepribadian adalah sesuatu yang unik dan khas jadi setiap orang pasti memiliki kepribadian yang berbeda, tidak ada seorangpun yang memiliki kepribadian yang sama walau anak kembar sekalipun. Kepribadian dan tingkah memiliki arti yang berbeda. Menurut Sigmund Freud menyatakan bahwa kepribadian merupakan suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni id, ego, dan super ego, sedangkan tingkah laku merupakan hasil konflik dan rekonsiliasi ketiga unsur dalam sistem kepribadian tersebut. Menurut Browner kepribadian adalah corak tingkah laku sosial, corak ketakutan, dorongan dan keinginan, gerak-gerik, opini dan sikap seseorang (Chairilsyah, 2012). Yusuf dan Nurihsan (2007) juga menjelaskan bahwa kata kepribadian digunakan untuk menggambarkan: 1) Identitas diri, jati diri seseorang. Contoh: Saya seseorang yang pemalu, Saya seseorang yang terbuka. 2) Kesan umum seseorang tentang diri anda atau orang lain. Contoh: dia agresif atau dia jujur. 3) Fungsi-fungsi kepribadian yang sehat atau bermasalah Contoh: saya seorang yang baik atau dia pendendam.
9 14 b. Perkembangan Kepribadian Menurut Allport (dalam Suryabrata, 2007), individu itu dari lahir mengalami perubahan-perubahan yang penting. Perkembangan kepribadian yang terjadi menurutnya adalah: 1) Kanak-kanak Allport memandang neonatus itu semata-mata sebagai makhluk yang dilengkapi dengan keturunan-keturunan, dorongan-dorongan/nafsu-nafsu dan refleks-refleks. Jadi belum memiliki bermacam-macam sifat yang kemudian dimilikinya. Dengan kata lain belum memiliki kepribadian. Pada waktu lahir ini anak telah mempunyai potensi-potensi baik fisik maupun tempramen, yang aktualisasinya tergantung kepada perkembangan dan kematangan. Dalam masa ini anak itu merupakan makhluk yang punya tegangan-tegangan dan perasaan nyaman tak nyaman. Jadi pada masa ini keterangan yang biologistis yang bersandar pada pentingnya hadiah atau hukum efek atau prinsip kesenangan adalah sangat cocok. Jadi dengan didorong oleh kebutuhan mengurangi ketidaknyamanan sampai minimal dan mencari kenyamanan sampai maksimal anak itu berkembang. Pertumbuhan itu bagi Allport merupakan proses diferensiasi dan integrasi yang berlangsung terusmenerus. Allport menyimpulkan, bahwa setidak-tidaknya pada
10 15 bagian kedua tahun pertama anak telah menunjukkan dengan pasti sifat-sifat yang khas (Suryabrata, 2007). 2) Orang dewasa Pada orang dewasa faktor-faktor yang menentukan tingkah laku adalah sifat-sifat (traits) yang terorganisasikan dengan selaras. Sifat-sifat ini timbul dalam berbagai cara dari perlengkapan-perlengkapan yang dimiliki neonatus. Bagaimana jalan perkembangan ini yang sebenarnya bagi Allport tidaklah penting; yang penting ialah yang ada kini. Sampai batas-batas tertentu berfungsinya sifat-sifat itu disadari dan rasional. Biasanya individu yang normal mengerti/menyadari apa yang dikerjakannya dan mengapa itu dikerjakannya, untuk memahami manusia dewasa tidak dapat dilakukan tanpa mengerti tujuan-tujuan serta aspirasiaspirasinya. Motif-motif itu terutama tidak berasal dari masa lampau tetapi terutama bersandar pada masa depan. Pada umumnya orang dapat lebih tahu apa yang akan hendak dikerjakan seseorang, kalau remaja tahu rencana-rencana yang disadarinya daripada ingatan-ingatan yang tertentu (Suryabrata, 2007).
11 16 c. Faktor yang Memengaruhi Kepribadian Terdapat dua faktor besar yang dapat memengaruhi kepribadian seseorang dalam hidupnya menurut Sjarkawi (2008), yaitu: 1) Faktor Internal, adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetik atau bawaan. Faktor genetik maksudnya adalah faktor yang berupa bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya atau bisa jadi gabungan atau kombinasi dari sifat kedua orang tuanya. Misalnya ayah yang pemarah, maka kemungkinan anaknya akan menjadi anak yang mudah marah. 2) Faktor Eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni keluarga, teman, tetangga, sampai dengan pengaruh dari berbagai media audiovisual seperti TV, VCD, internet, atau media cetak seperti koran, majalah dan lain sebagainya. d. Gangguan Kepribadian Gangguan kepribadian adalah suatu gangguan berat dalam konstitusi karakter dan kecenderungan perilaku dari individu.
12 17 Gangguan kepribadian ini cenderung muncul pada akhir masa kanak atau masa remaja dan berlanjut pada masa dewasa. Oleh karena itu, diagnosis gangguan gangguan kepribadian tidak cocok bila diberikan pada usia di bawah 16 atau 17 tahun (Mansjoer et al., 2001). Menurut Kaplan dan Saddock (dalam Amalia, 2010), gangguan kepribadian didefinisikan sebagai suatu varian dari sifat karakter yang di luar rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang. Jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan subjektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian. Gangguan kepribadian ditandai dengan suatu pola dari pengalaman dan perilaku dalam diri yang meresap dan tertanam dengan kuat, tidak dapat diubah, dan berlangsung lama, yang tidak sesuai dengan budaya individu itu sehingga menyebabkan kesusahan dan gangguan fungsi pekerjaan atau sosial (Hibbert et al., 2008). Ada tiga faktor yang memisahkan antara orang-orang yang mengalami gangguan kepribadian dan orang-orang yang tidak mengalami gangguan tersebut. Pertama, orang-orang yang mengalami gangguan tersebut akan terus-menerus menggunakan tingkah laku itu, sedangkan orang-orang yang tidak mengalaminya
13 18 akan melakukannya kadang-kadang saja. Kedua, orang-orang yang mengalami gangguan kepribadian akan memperlihatkan tingkah laku yang lebih ekstrem. Misalnya, ada perbedaan antara sifat yang suka akan keteraturan dan kompulsif. Ketiga, orang-orang yang mengalami gangguan kepribadian itu menderita masalah-masalah yang berat dan berlangsung lama (Semiun, 2006). e. Penyebab Gangguan Kepribadian Penyebab munculnya gangguan kepribadian menurut Kaplan dan Saddock (dalam Amalia, 2010), yaitu: 1) Faktor genetika Salah satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada pasangan kembar di Amerika Serikat. Di antara kembar monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu penelitian, tentang penelitian multiple kepribadian dan tempramen, minat okupasional dan waktu luang, dan sikap sosial, kembar monozigotik yang dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama. 2) Faktor tempramental Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin berhubungan dengan gangguan
14 19 kepribadian pada masa dewasa. Contohnya, anak-anak yang secara temperamental ketakutan mungkin mengalami kepribadian menghindar. 3) Faktor biologis a) Hormon, orang yang menunjukkan sifat impulsif seringkali juga menunjukkan peningkatan kadar testosrone, 17-estradiol dan esterone. b) Neurotransmitter, Penilaian sifat kepribadian dan sistem dopaminergik dan serotonergik, menyatakaan suatu fungsi mengaktivasi kesadaran dari neurotransmitter tersebut. Meningkatkan kadar serotonin dengan obat seretonergik tertentu seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahan dramatik pada beberapa karakteristik kepribadian. Serotonin menurunkan depresi, impulsivitas. 4) Elektrofisiologi Perubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram ditemukan pada beberapa pasien dengan gangguan kepribadian dan paling sering pada tipe antisosial dan ambang, dimana ditemukan aktivitas gelombang lambat. 5) Faktor psikoanalitik Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan fiksasi pada salah satu stadium
15 20 perkembangan psikoseksual. Fiksasi pada stadium anal, yaitu anak yang berlebihan atau kurang pada pemuasan anal dapat menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan sangat teliti. f. Macam-Macam Gangguan Kepribadian Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi keempat (DSM-IV), gangguan kepribadian dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu: 1) Kelompok A, terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, skizoid dan skizotipal. Orang dengan gangguan seperti ini seringkali tampak aneh dan eksentrik. 2) Kelompok B, terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, ambang, histrionik, dan narsistik. Orang dengan gangguan ini sering tampak dramatik, emosional dan tidak menentu. 3) Kelompok C, terdiri dari gangguan kepribadian menghindar, dependen dan obsesif-kompulsif, dan satu kategori yang dinamakan gangguan kepribadian yang tidak ditentukan (contohnya adalah gangguan kepribadian pasifagresif dan gangguan kepribadian depresif). Orang dengan gangguan ini sering tampak cemas atau ketakutan (Hibbert et al, 2008). Pada penelitian ini, gangguan kepribadian yang akan diteliti adalah gangguan kepribadian skizoid.
16 21 g. Gangguan Kepribadian Skizoid Gejala utama gangguan kepribadian skizoid ialah tidak tertarik dengan orang lain atau hubungan sosial. Pola ketidakramahan kepribadian skizoid terlihat pada sejarah awal kehidupannya, dan biasanya dibarengi oleh ketakutan, menghindari persaingan tidak emosional. Semasa kanak-kanak, orang itu biasanya sangat penurut, sangat pemalu dan suka menyendiri, serta sangat sensitif. Sifat ini menjadi sangat jelas pada permulaan masa remaja, terutama sifat menyendirinya (Semiun, 2006). Menurut (PPDGJ-III) Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa, seseorang dikatakan memiliki gangguan kepribadian skizoid apabila memiliki paling sedikit 3 dari ciri-ciri berikut: 1) Sedikit (bila ada) aktivitas yang memberikan kesenangan; 2) Emosi dingin, afek mendatar atau tak peduli (detachment); 3) Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan atau kemarahan terhadap orang lain; 4) Tampak nyata ketidak-pedulian baik terhadap pujian maupun kecaman; 5) Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang lain; 6) Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri;
17 22 7) Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang berlebihan; 8) Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau ada hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti itu; 9) Sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku (Maslim, 2001). 3. Hubungan Kepribadian dengan Kecerdasan Emosi Perkembangan emosi merupakan bagian dari proses pembentukan kepribadian. Perlakuan setiap anggota keluarga, terutama orang tua, akan direkam oleh anak dan memengaruhi perkembangan emosi dan lambat laun akan membentuk kepribadiannya (Setyowati, 2005). Individu skizoid memiliki susunan kepribadian yang rendah sehingga individu tidak berani memiliki hubungan emosional yang akrab sebab individu memiliki sedikit atau sama sekali tidak memiliki dorongan emosional. Orang yang mengalami gangguan kepribadian skizoid juga memperlihatkan emosi yang sangat sedikit, dan dengan demikian individu kelihatannya menjauhkan diri, tanpa humor, dan emosi tumpul (Semiun, 2006). Seseorang memiliki kecerdasan emosi yang baik apabila terdapat komponen-komponen kecerdasan emosi terdapat dalam keseharian seseorang tersebut. Komponen-komponen tersebut adalah
18 23 mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri empati, dan membina hubungan dengan orang lain (Setyowati, 2010). Salah satu aspek kepribadian adalah kecerdasan emosi, aspek tersebut penting bagi peningkatan keberhasilan seseorang baik dalam bidang akademik, maupun dalam bidang kehidupan lainnya (Lestari, 2012). Goleman (dalam Elmubarok, 2008) juga mengatakan pentingnya kemampuan untuk menguasai emosi (kecerdasan emosi) sebagai penentu keberhasilan akademik anak, melebihi kemampuan intelektual (Intellectual Quotient/IQ) yang selama ini diakui berhubungan nyata dengan prestasi akademik siswa. Lebih lanjut ditegaskan, bahwa 80 persen kesuksesan seseorang ditentukan oleh kecerdasan emosinya (Emotional Quotient/EQ), sementara hanya 20 persen ditentukan oleh IQ nya.
19 24 B. Kerangka Pemikirian Faktor internal: 1. C. Genetik atau bawaan 2. D. Faktor tempramental 3. Faktor biologis 4. Faktor psikoanalitik Gangguan Kepribadian Remaja Tipe Kepribadian dasar Skizoid Faktor eksternal: 1. Lingkungan 2. Media audiovisual Kecerdasan Emosi Remaja Kepribadian Dasar Skizoid Kecerdasan emosi tinggi: Bersikap optimis bahwa segala sesuatu dapat diatasi Kecerdasan emosi rendah: Kurang peka dengan lingkungan dan perasaan orang Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian Perbedaan Skor Kepribadian Skizoid pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS Angkatan 2013 dengan Kecerdasan Emosi Tinggi dan Rendah
20 25 C. Hipotesis Berdasarkan uraian teoritik, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Terdapat perbedaan skor kepribadian skizoid pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS angkatan 2013 dengan kecerdasan emosi tinggi dan rendah.
Gangguan Kepribadian. Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU
Gangguan Kepribadian Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU Gangguan Kepribadian Definisi: Suatu gangguan mental yang dikarakteristikkan dengan corak-corak maladaptif dari penyesuaian dirinya terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,
Lebih terperinciPENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak
PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR Laelasari 1 1. Dosen FKIP Unswagati Cirebon Abstrak Pendidikan merupakan kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar. Hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan
Lebih terperinci15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional
15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional Saat ini kecerdasan emosional tidak bisa dipandang sebelah mata. Sejak munculnya karya Daniel Goleman, Emotional Intelligence: Why
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Kecerdasan dan Emosi Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi: kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang merupakan keterampilan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penyesuaian Sosial 2.1.1. Pengertian Penyesuaian Sosial Schneider (1964) mengemukakan tentang penyesuaian sosial bahwa, Sosial adjustment signifies the capacity to react affectively
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu tujuan. Salah satu tujuannya adalah pencapaian hasil belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini sangat pesat sehingga pendidikan juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). rasional berfungsi utama pada jenis Homo sapiens, makhluk mamalia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecerdasan emosi atau Emotional Quotient (EQ) adalah kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). Perkembangan otak manusia menunjukkan bahwa
Lebih terperinciDr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ
Oleh: Citra Aminah Purnamasari 1102009065 Pembimbing: Dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ F 60 : Gangguan Kepribadian Khas F 61 : Gangguan Kepribadian Campuran dan Lainnya F 62 : Perubahan Kepribadian yang Berlangsung
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi (http://id.wikipedia.org). Mengenyam pendidikan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia berusaha meningkatkan mutu pendidikan formal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam suatu sekolah terjadi proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Salah satu bentuk kecemasan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Keterampilan Sosial 2.1.1. Pengertian Keterampilan Sosial Penyesuaian sosial merupakan salah satu aspek psikologis yang perlu dikembangkan dalam kehidupan individu, mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang unik, tidak ada seorang individu yang sama persis dengan individu yang lain. Salah satunya adalah dalam hal kecepatan dan kemampuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Orang Tua 1. Pengertian Orang tua adalah orang yang lebih tua atau orang yang dituakan, terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan guru dan contoh utama untuk anakanaknya karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau selalu membutuhkan orang lain dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perjalanan hidup manusia pasti akan mengalami suatu masa yang disebut dengan masa remaja. Masa remaja merupakan suatu masa dimana individu mengalami perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan secara sengaja, teratur dan terprogram dengan tujuan untuk mengubah dan mengembangkan perilaku maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone
BAB II LANDASAN TEORI A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) 1. Pengertian Kepribadian Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone yang artinya topeng yang biasanya dipakai
Lebih terperinciModul ke: Pedologi. Gangguan Kepribadian. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.
Modul ke: Pedologi Gangguan Kepribadian Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id A. Defenisi Kepribadian Kata kepribadian (personality) sesungguhnya
Lebih terperinciHUBUNGAN KECERDASAN EMOSI (EMOTIONAL QUOTIENT) DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA SEMESTER VIII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI (EMOTIONAL QUOTIENT) DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA SEMESTER VIII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar
Lebih terperinciMODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)
MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup di hari-hari ini semakin rentan dengan stres, mahasiswa sudah masuk dalam tahap persaingan yang sangat ketat, hanya yang siap mampu menjawab kemajuan teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelegensi atau akademiknya saja, tapi juga ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara terpadu. UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan mampu membangun integritas kepribadian manusia Indonesia seutuhnya dengan mengembangkan berbagai potensi secara terpadu. UU RI No.20
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri merupakan salah satu unsur kepribadian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Banyak ahli mengakui bahwa kepercayaan diri merupakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kepribadian 2.1.1.1 Definisi Kepribadian Kepribadian berasal dari kata Latin yaitu persona yang berarti sebuah topeng yang biasa
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap perkembangan yang merupakan suatu pross alamiah yang menjadikan manusia sebagai mahluk yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan, seseorang tidak pernah lepas dari kehidupan emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang dikatakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. Istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan
Lebih terperinciEMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.
EQ KEMAMPUAN EMOTIONAL INTELLIGENCE UNTUK MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN. Laporan untuk Sam Poole ID HC560419 Tanggal 23 Februari 2017 2013 Hogan Assessment Systems Inc. Pendahuluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan potensi yang dimilikinya.oleh karena itu, sangat diperlukan adanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan kegiatan interaksi sosial.interaksi sosial ini tidak dapat bejalan dengan baik jika seseorang tidak dapat menyadari
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas
Lebih terperinciDESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA. Purwati 19, Nurhasanah 20
DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA Purwati 19, Nurhasanah 20 Abstrak. Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga negara agar dapat berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja sejak dahulu dianggap sebagai masa pertumbuhan yang sulit, dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun orang tua. Masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir. 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir Menurut Goleman (2000) kecerdasan emosional adalah kemampuan yang dimiliki seseorang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIK
BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan merupakan usaha. sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam pembangunan suatu bangsa. Dinamika pembangunan di Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang berusaha
Lebih terperinciOleh: ADE F SYAIRAH B Pembimbing : dr. Asmarahadi, SpKJ
GANGGUAN KPERIBADIAN (PERSONALITY DISORDER) Oleh: ADE F.1102007002 SYAIRAH B. 1102008249 Pembimbing : dr. Asmarahadi, SpKJ KEPRIBADIAN Totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan karakter atau
Lebih terperinciKECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 PURWOKERTO
KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 PURWOKERTO EMOTIONAL INTELLIGENCE IN CLASS STUDENTS ACCELERATION IN SMP NEGERI 1 PURWOKERTO Oleh : Dwi Hartoko Aji *) Retno Dwiyanti**)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peneliti menganggap bahwa penelitian tentang kecerdasan emosional pada mahasiswa yang bekerja sangat penting, karena siapa pun dapat mengalami emosi, tak terkecuali
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang menjelaskan mengenai pengertian perkembangan, pengertian emosi, dan pengertian pendidikan anak usia dini. A. Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan dari masa kanak-kanak menuju dewasa ditandai dengan adanya masa transisi yang dikenal dengan masa remaja. Remaja berasal dari kata latin adolensence,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa anak-anak identik dengan penerimaan berbagai pengetahuan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat anak memasuki usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu, anak mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang berkembang dan akan selalu mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab hakikat manusia sejak terjadinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak selamanya berjalan dengan mulus, tenang, penuh dengan kebahagiaan dan kegembiraan. Tetapi seringkali manusia menghadapi berbagai cobaan,
Lebih terperinciKeterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM
KeterkaitanKecerdasanEmosionaldenganKinerjaSDM Oleh: Dra. Maria F.Lies Ambarwati, M.M. Peran sumber daya manusia dalam sebuah organisasi sejak dulu hingga saat ini tidak pernah surut sedikitpun. Teknologi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Harga Diri 1. Pengertian Harga Diri Menurut Coopersmith (1967 ; dalam Sert, 2003; dalam Challenger, 2005; dalam Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifatsifat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifatsifat khas dan peranannya yang menentukan dalam kehidupan masa depan. Masa remaja dikenal
Lebih terperinciPERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA
Artikel PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Mardiya Depresi merupakan penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. Saat ini diperkirakan ratusan juta jiwa penduduk di dunia menderita depresi. Depresi dapat terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa terjadinya banyak perubahan. Remaja haus akan kebebasan dalam memutuskan dan menentukan pilihan hidupnya secara mandiri. Erikson (dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi harapan orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Sebagai orang tua harus mempersiapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan anak yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pendidikan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penanganan untuk anak berkebutuhan khusus menjadi suatu tantangan tersendiri bagi penyelenggara pendidikan luar biasa mengingat karakteristik dan kebutuhan anak yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. dinamis. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki
5 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional bukanlah merupakan lawan dari kecerdasan intelektual yang biasa kita kenal dengan
Lebih terperinciARIS RAHMAD F
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DANKEMATANGAN SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ARIS RAHMAD F. 100 050 320
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi terminologi, dan
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi terminologi, dan cakupan batasan penelitian. 1.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian dalam lingkungan sekolah. Dengan memiliki para siswa dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Perbedaan bakat dan kemampuan para siswa, menjadi hal yang perlu menjadi perhatian dalam lingkungan sekolah. Dengan memiliki para siswa dengan kemampuan, keahlian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga PAUD yang selama ini dikenal oleh masyarakat luas salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang sistem Pendidikan Nasional Pasal
Lebih terperinciOrang lain menganggap dia jauh, menyendiri, dan tidak bisa terikat dengan orang lain
Schizoid Orang dengan gangguan kepribadian Schizoid menghindari hubungan dengan orang lain dan tidak menunjukkan banyak emosi. Tidak seperti avoidants, schizoids benarbenar lebih suka menyendiri dan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat beradaptasi dengan baik maka ia akan memiliki kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang pasti akan mengalami banyak masalah dalam kehidupannya. Salah satu masalah yang harus dihadapi adalah bagaimana seseorang dapat beradaptasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menolong merupakan salah satu tindakan yang diharapkan muncul dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menolong merupakan salah satu tindakan yang diharapkan muncul dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan menolong ini berarti memberikan sesuatu yang dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang
15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa, pada dasarnya sebagai generasi penerus. Mereka diharapkan sebagai subyek atau pelaku didalam pergerakan pembaharuan. Sebagai bagian dari masyarakat,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus bangsapun dibutuhkan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Peran
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga banyak membutuhkan potensi sumber daya manusia. Tidak terkecuali remaja sebagai penerus bangsapun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Musik Dalam Kehidupan Sehari-Hari 1. Definisi Musik Musik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara di urutan, kombinasi, dan hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia banyak mengalami masalah-masalah kompleks dalam kehidupannya yang sebenarnya berasal dari diri sendiri, sehingga tanpa sadar manusia menciptakan mata
Lebih terperinciPENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah besar budaya yang berbeda. Siswanya sering berpindah berpindah dari satu
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa meraih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut. Lingkungan yang mendukung perkembangan individu adalah lingkungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak ada seorang individu pun yang sama persis satu sama lain didunia ini sekalipun mereka kembar pasti memiliki perbedaan. Individu terlahir dengan beragam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia
Lebih terperinciSM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA
1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Pada tahun 1980-an di Amerika setidaknya 50 persen individu yang lahir menghabiskan sebagian masa remajanya pada keluarga dengan orangtua tunggal dengan pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis
Lebih terperinciKEPRIBADIAN IA KURNIATI
KEPRIBADIAN YUSI RIKSA IA KURNIATI DEFINISI Etimologis : Personality (Inggris) - Persona (latin) artinya kedok dan Personare artinya menembus. Persona digunakan untuk memerankan satu bentuk tingkah laku
Lebih terperinci