diperoleh kesimpulan bahwa kedua Pengujian hipotesis menggunakan uji-t, diperoleh simpulan bahwa Prestasi belajar

Transkripsi

1 Media Prestasi EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN JIGSAW PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP DI KABUPATEN MAGETAN Oleh: Erny Untari Dosen Tetap STKIP PGRI Ngawi ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengetahui: Manakah pembelajaran memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, pembelajaran kooperatif tipe STAD atau Jigsaw. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Magetan. Pengambilan sampel menggunakan teknik stratified cluster random sampling. Instrumen mengumpulkan data adalah tes prestasi belajar. Uji coba instrumen tes meliputi validitas isi, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas. Uji prasyarat meliputi uji normalitas menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas variansi menggunakan metode Bartlett. Dengan α = 0,05, diperoleh kesimpulan bahwa sampel berasal dari populasi berdistribusi normal dan mempunyai variansi homogen. Uji keseimbangan menggunakan uji-kelas eksperimen mempunyai kemampuan awal seimbang. diperoleh kesimpulan bahwa kedua Pengujian hipotesis menggunakan uji-t, diperoleh simpulan bahwa Prestasi belajar siswa dikenai Jigsaw tidak lebih baik dibandingkan prestasi belajar siswa dikenai STAD. Kata kunci: STAD, Jigsaw, Prestasi Belajar. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran diujikan dalam Ujian Nasional. Pada Ujian Nasional, sebagian siswa menganggap bahwa mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran mempunyai tingkat kesulitan cukup tinggi dibanding pelajaran IPA maupun Bahasa Indonesia, meskipun dari segi nilai tidak banyak perbedaan. Hal ini dapat dilihat pada hasil Nilai Ujian Nasional Di SMP Kabupaten Magetan. Nilai rata-rata Ujian Nasional pada tahun ajaran 2009/2010 mata pelajaran Matematika adalah 6,76, nilai ratadan nilai rata- rata IPA adalah 6.80, rata Bahasa Indonesia 7,82. Dari data nilai tersebut dapat diketahui bahwa nilai rata-rata mata pelajaran matematika lebih rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata mata pelajaran IPA dan mata pelajaran Bahasa Indonesia. 1 Pelajaran matematika di SMP khususnya kelas VIII, salah satunya membahas pokok materi persamaan garis lurus. Materi ini penting dipelajari, karena pokok bahasan persamaan garis lurus merupakan materi selalu digunakan pada jenjang pendidikan lebih tinggi. Jika pokokk bahasan persamaan garis lurus ini dapat dikuasai siswa dengan baik pada tingkat SMP, maka siswa tidak akan mengalami kesulitan materi sama pada jenjang pendidikan lebih tinggi. Tentunya harapan menghasilkan prestasi lebih baik pelajaran matematika terbuka lebar, sehingga menghasilkan prestasi lebih tinggi dibanding pelajaran lain. Pada materi persamaan garis lurus, persentase penguasaan materi di Kabupaten Magetan juga masih rendah. Guna meningkatkan hasil belajar matematika perlu juga dilakukan metode baru dalam pembelajarannya, diantaranya melalui pembelajaran kooperatif. Menurut Isjoni (2010 : 13), beberapa ahli menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu siswa

2 memahami konsep sulit, tetapi juga sangat berguna menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. Dalam cooperative learning, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran, sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi berkualitas, dapat memotivasi siswa meningkatkan prestasi belajarnya. Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individual ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih banyak meningkatkan hasil belajar daripada pembelajaran tradisional. Pembelajaran kooperatif menampakkan wujudnya dalam bentuk belajar kelompok. Dalam kelompok belajar kooperatif siswa tidak diperkenankan mendominasi atau menggantungkan diri pada siswa lain. Dalam kelompok belajar kooperatif ditanamkan norma bahwa sifat mendominasi orang lain adalah sama buruknya dengan sifat menggantungkan diri pada orang lain. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui manakah mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik, siswa dikenai STAD atau siswa dikenai pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar menurut aliran konstruktivisme mengutamakan siswa mengkonstruksikann pengetahuan dalam benak siswa sendiri. Siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu ide atau informasii kompleks ke situasi lain. Dengan demikian, dalam proses belajar dan pembelajaran dalam penelitian ini dikemas menjadi proses mengkonstruksi, bukan menerima pengetahuan. Menurut Nur dalam Triyanto (2002 : 8), secara filosofis, belajar menurut teori konstruktivisme adalah membangun pengetahuann sedikit demi sedikit, kemudian hasilnya diperluas melalui konteks terbatas 2 Media Prestasi dan tidak sekonyong-konyong. Teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Menurut teori konstruktivis, satu prinsip paling penting dalam psikologi pendidikan bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan proses ini, dengan memberikan kesempatan siswa menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri belajar. Menurut Herman Hudoyo (1990 : 139) hasil belajar matematika adalah kemampuan menampilkan pemahaman dan penguasaan setelah mempelajari matematika. Nana Sudjana (1995 : 22) mengemukakan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan- setelah kemampuan dimiliki siswa ia memperoleh pengalaman belajarnya. Mulyono Abdurrahman (1996 : 35) mengemukakan bahwa prestasi atau hasil belajar dipengaruhi oleh faktor berasal dari diri siswa dan faktor berasal dari lingkungannya. Banyak orang mempertukarkan antara matematika dengan aritmatika atau berhitung. Padahal, matematika mempunyai cakupan lebih luas daripada aritmatika, aritmatika hanya merupakan bagian dari matematika. Menurut Mulyono Abdurrahman (1996 : 227), matematika adalah suatu cara menemukan jawaban terhadap masalah dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuann tentang menghitung, dan paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan. Leaner dalam bukunya Learning

3 Disabilities (1988 : 430) dikutip oleh Mulyono Abdurrahman mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Pembelajaran kooperatif adalah satu bentuk pembelajaran berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu memahami materi pelajaran (Isjoni, 2010 : 12). Menurut Vygotsky dalam Isjoni (39-40), pembelajaran adalah proses terjadi pada individu, tetapi pembelajaran tidak dapat berlangsung tanpa bantuan lingkungan sekitar. Sehingga guru harus melibatkan lingkungan sekitar dalam pembelajaran bagi siswa. Dalam pembelajaran kooperatif, lingkungan sekitar diterjemahkan sebagai temanteman satu kelas. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dicirikan oleh struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. Siswa bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong dan atau dikehendaki bekerjasama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya menyelesaikan tugasnya. Pada pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada kehadiran teman saling berinteraksi dan bekerjasama sebagai sebuah tim menyele- saikan masalah atau tugas diberikan. Sebagaimana ditulis oleh Goos Merrilyn (2006) : The practices and beliefs developed within reform classroom frame learning as participation in a community of practice characterized by inquiry mathematics where students learn to speak and act mathematically by participating in mathematical discussion and solving new or unfamiliar problems. ( Richards, 1991). Such classrooms could be 3 Media Prestasi described as communities of mathematical inquiry. Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran memandang keberhasilan individu diorientasikan dalam keberhasilan kelompok. Dalam hal ini maka siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan, dan siswa berusaha keras membantu dan mendorong teman-temannya bersama-sama berhasil dalam belajar. Lie (2005 : 12) menyatakan bahwa sistem pengajaran memberikan kesempatan kepada siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas- sebagai tugas terstruktur disebut sistem pembelajaran gotong-royonpembelajaran atau kooperatif. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif selain mencapai berbagai macam tujuan sosial, juga meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Agar pembelajaran kooperatif terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan berisi pertanyaan atau tugas direncanakan dikerjakan. Selama kerja kelompok, tugas kelompok adalah mencapai ketuntasan materi disajikan guru dan saling membantu teman sekelompok mencapai ketuntasan materi tersebut. Siswa diminta mempresentasikan hasil diskusinya. Pada saatnya tes terakhir diusahakan agar siswa tidak bekerja sama pada saat mengerjakan tes. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD STAD merupakan pembelajaran kooperatif paling sederhana. Menurut Slavin (2005 : 143) STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif paling sederhana, dan merupakan paling baik permulaan bagi para guru baru menggunakan pendekatan kooperatif. Menurut Isjoni (2010 : 51), STAD merupakan salah satu tipe kooperatif menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi maksimal

4 Media Prestasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif mendorong siswa lebih aktif. Metode pengajaran dengann Jigsaw dikembangkan oleh Aronson (1978) dalam Slavin (2005 : 236) ). Dalam teknik ini, siswa bekerja dalam anggota kelompok sama, yaitu empat orang, dengan latar belakang sama seperti dalam STAD. Para siswa ditugaskan membaca buku, sesuai materi akan dipelajari. Tiap anggota tim ditugaskan secara acak menjadi ahli dalam aspek tertentu dari tugas membaca tersebut. Setelah membaca materinya, para ahli dari tim berbeda bertemu mendiskusikan topik sedang dibahas, lalu mereka kembali kepada timnya mengajarkann topik mereka itu kepada teman satu timnya. Akhirnya, akan ada kuis atau bentuk penilaian lainnya semua topik. Penghitungan skor dan rekognisi didasarkan pada kemajuan dicapai seperti dalam STAD (Slavin, 2005 : 14). Kerangka Berpikir Dalam pembelajaran matematika dengan kooperatif tipe Jigsaw dituntut saling kerjasama dan ketepatan dalam memilih anggotaa akan diwakilkan dalam mengikuti diskusi pada tim ahli. Sedangkan dalam pembela- jaran STAD pada akhir pembelajaran hanya berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing tanpa adanya tim ahli. Dengan demikian pembelajaran dengan kooperatif tipe Jigsaw diharapkan lebih menuntut kecermatan dan keaktifan bagi siswa bila dibandingkan pembelajaran tipe STAD. Oleh karena itu prestasi belajar siswa dikenai pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw akan lebih baik dibandingkan prestasi belajar siswa dikenai pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hipotesis 4 Prestasi belajar matematika siswa dikenai pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa dikenai STAD. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakann di SMP Kabupaten Magetan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester gasal tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2011/2012. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian semu, karena penelitian ini tidak mungkin mengontrol semua variabel ada. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Magetan tahun ajaran 2011/2012. Pengambilan sampell dilakukan dengan teknik stratified cluster random sampling. Dari 53 SMP ada di Kabupaten Magetan terlebih dahulu diurutkan berdasarkan nilai rata-rata siswa pada ujian nasional SMP tahun pelajaran 2009/2010. Selanjutnya, urutan sekolah tersebut dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok tinggi terdiri dari urutan 1-18 (18 sekolah). Kelompok sedang terdiri dari urutan (18 sekolah). Kelompok rendah terdiri dari urutan (17 sekolah). Dari tiga kelompok tersebut, diambil secara acak masing-masing satu sekolah. Selanjutnya, dari masing- diambil masing sekolah terpilih secara acak masing-masing dua kelas, yaitu satu kelas kelas eksperimen satu dan satu kelas kelas eksperimen dua. Instrumen Penelitian Instrumen tes digunakan mengetahui prestasi belajar matematika

5 pada kompetensi dasar persamaan garis lurus. Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen mengetahui validitas dan reliabilitas. Setelah diuji coba dilakukan analisis butir soal. Teknik analisa data digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t. Dari variabel penggunaan pembelajaran diklasifikasikan menjadi kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Sebelum melakukan analisis menggunakan uji-t dilakukan uji persyaratan analisis yaitu: Uji Prasyarat Analisis dan Uji Keseimbangan Uji Normalitas Uji normalitas digunakan mengetahui apakah sampel penelitian diambil dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan metode Lilliefors. Uji Homogenitas Variansi Uji homogenitas digunakan mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai variansi sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartllet dengan statistik uji Chi kuadrat. Pengujian Hipotesis Penelitian Pengujian hipotesis pada menggunakan uji-t. penelitian ini Hasil Analisis Data Kemampuan Awal Kemampuan awal pada penelitian ini diambilkan dari hasil ulangan pada pokok bahasan kedua yaitu fungsi. Kemudian data tersebut diuji normalitas, uji homogenitas dan uji keseimbangan antara rerata kelas dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD. Uji Normalitas Uji normalitas pada penelitian menggunakan metode Liliefors. ini 5 Media Prestasi Uji Homogenitas Uji homogenitas menggunakan uji Bartlett. Uji-t Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t. Hasil perhitungan diperoleh = 0,1378, sedangkan daerah kritik α = 0,05 adalah DK = {t t >1,645}, sehingga DK. Maka diterima. Jadi kesimpulan uji prestasi belajar siswa dikenai Jigsaw tidak lebih baik daripada prestasi belajar siswa dikenai pembelajaran kooperatif tipe STAD. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian perlu dijelaskan agar tidak terjadi persepsi salah dalam penggunaan hasilnya. Keterbatasan dimaksud menkut beberapa aspek seperti subyek penelitian, materi pembelajaran, pembelajaran, dan evaluasi prestasi belajar. Subyek penelitian ini terbatas pada tiga sekolah mewakili kelompok atas, kelompok tengah dan kelompok bawah sudah tentu membawa keterbatasan kondisi sekolah terwakili dalam penelitian. Keterbatasan materi pelajaran hanya terbatas pada materi persamaan garis lurus di kelas VIII sudah barang tentu membawaa keterbatasan hasil penelitian ini sehingga perlu hati-hati pada saat menerapkan materi lain. Keterbatasan pembelajaran hanya dibatasi dua yaitu Jigsaw dan pembelajaran kooperatif tipe STAD, juga membawa keterbatasan yaitu tidak dapat mendeteksi keefektifan - pembelajaran lain. Kemungkinan masih ada pembelajaran lain lebih baik meningkatkan prestasi belajar matematika khususnya pokok bahasan persamaan garis lurus. Evaluasi terhadap prestasi belajar dilakukan sebagai teknik pengumpulan data tentang prestasi belajar matematika berupa tes tertulis

6 Media Prestasi pada akhir pembelajaran juga merupakan keterbatasan penelitian ini. Seharusnya evaluasi dilakukan sepanjang proses pembelajaran. Namun menjaga kesetaraan perlakuan pada dua kelompok berbeda, hal ini sulit dilaksanakan. Mengingat keterbatasan kemampuan peneliti, makaa hasil penelitian ini paling tidak bias dipakai sebagai pembanding kepentingan sama. Dengan demikian, hasil penelitian ini hendaknya juga diterima secara hati-hati. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa dikenai pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tidak lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa dikenai pembelajaran kooperatif tipe STAD. Saran Agar prestasi belajar matematika pada umumnya dan persamaan garis lurus pada khususnya dapa ditingkatkan, maka disarankan : 1. Kepada guru Pemahaman tentang pembelajaran semakin berkembang, sehingga guru dapat memilih pembelajaran tepat dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran kooperatif Jigsaw dan STAD. 2. Kepada siswa Sudah saatnya para siswa sadar akan pentingnya prestasi belajar dan menyadari bahwa prestasi belajar bias dicapai secara optimal bila siswa sendiri berusaha. 3. Kepada peneliti lain Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat digunakan kepentingan penelitian selanjutnya. Penulis juga berharap agar peneliti atau calon peneliti mengembangkan penelitian ini dengan - pembelajaran kooperatif lebih inovatif, sehingga dapat menambah wawasan. Agus Supriyono Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Anas Sudijono Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Anita Lie Cooperativ Learning Method for Reading Class. Waco Texas : USA Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo. Budiyono Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta : UNS Press Statistika Dasar Untuk Penelitian. Surakarta : UNS Press. Depdikbud Silabus Matematika SMA. Jakarta : Diknas. Goos Merrylin Learning Mathematics in a Classroom Community of Inquiry, Journal of Reseach for Mathematics Education, Vol 35. No.4,pp Herman Hudoyo Mengajar Strategi Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang. Isjoni Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta. Paul Suparno Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta : Kanisisus. Robert E. Slavin Cooperatif Learnig. Boston : Allyn and Bacon Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media. Slameto Belajar dan aktor-faktor mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: :Bina Aksara. Triyanto Model- Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Nirmala. DAFTAR PUSTAKA 6