HUBUNGAN DUKUNGAN PENGAWAS MINUM OBAT (PMO) DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN DUKUNGAN PENGAWAS MINUM OBAT (PMO) DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2013"

Transkripsi

1 HUBUNGAN DUKUNGAN PENGAWAS MINUM OBAT (PMO) DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam Mengikuti Ujian Sarjana Keperawatan Oleh NURVITA PUTRI PARAMANI NIM PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2013

2 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh ujian akhir di Universitas Negeri Gorontalo, merupakan hasil karya saya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan yang saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai norma, kaidah, etika penulis karya ilmiah dan buku pedoman penulisan karya ilmiah Universitas Negeri Gorontalo. Apabila di kemudian hari di temukan seluruh atau sebagian skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri atau terdapat plagiat dalam bagian-bagian tertentu, maka saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang sayang sandang dan sanksi lainnya sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Gorontalo, Juli 2013 NURFITA PUTRI PARAMANI

3 ABSTRAK Nurfita Putri Paramani Hubungan Dukungan Pengawas Minum Obat (PMO) Dengan Kepatuhan Berobat Pasien Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Limboto Kab. Gorontalo Tahun Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmuilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I, Rany Hiola dan Pembimbing II, Syahrul Said. Penyakit tuberkulosis di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Data di Dinas Kabupaten Gorontalo tahun 2010 berjumlah 407, tahun 2011 berjumlah 389 dan tahun 2012 berjumlah 462. Data di Puskesmas Limboto untuk pengawas minum obat (PMO) berjumlah 50 responden dan pasien di Puskesmas Limboto berjumlah 50 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan pengawas minum obat (PMO) dengan kepatuhan berobat pasien tuberkulosis paru. Desain penelitian yang digunakan adalah Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 50 orang pengawas minum obat (PMO). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang pengawas minum obat (PMO). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya sebanyak 26 responden yang menunjukkan dukungan PMO yang baik dan dukungan PMO kurang baik hanya 24 responden sedangkan responden tidak patuh berobat 25 orang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan dukungan pengawas minum obat (PMO) dengan kepatuhan berobat pasien tuberkulosis paru. Disarankan kepada Puskesmas Global Limboto bahwa perlunya upaya peningkatan keteraturan pengobatan pasien tuberkulosis paru dengan melakukan kerjasama dengan keluarga pasien sebagai bentuk dukungan dan pengawasan terhadap pengobatan pasien serta melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar memahami penyakit tuberkulosis paru. Bagi penderita tuberkulosis paru, diharapkan teratur berobat sehingga tidak terjadi kegagalan pengobatan yang berakibat timbulnya sumber penularan aktif. Kata Kunci : Dukungan PMO, Kepatuhan, Tuberkulosis Paru

4 MOTTO Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan mukamuka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuhmusuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. (A.Q, S : Al-Israa : 07) Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil dan Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua. (vitha paramani) Pengetahuan tidaklah cukup, kita harus mengamalkannya. Niat tidaklah cukup, kita harus melakukannya. (Johann Wolfgang von Goethe) Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna. Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang (Einstein)

5 PERSEMBAHAN Skripsi ini untuk meraih gelar S.Kep. Dengan rasa syukur yang besar dan sujud yang dalam kepada- Nya, Sang Pemilik Ilmu. Kupersembahkan Karya Kecil Ini : Untuk mama tercinta (Fitri Pomalingo S.Pd) motivator terbesarku yang tak pernah jenuh mendoakanku, mama yang paling aku hormati dan kusayangi, terima kasih atas semua kasih sayang dan pengorbanannya, Serta untuk adikku tercinta (Moh. Rio Paramani) yang telah memberikanku dorongan dan motivasi Untuk keluarga terbesarku yang tlah memberikan doa dan dukungan padaku, untuk teman teman seperjuangan angkatan 2009, terima kasih atas kebersamaanya selama ini. Almamater Tercinta Tempatku Menimba Ilmu UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2013

6 KATA PENGANTAR Puji Syukur Penulis Panjatkan Kehadirat Allah SWT karena hanya dengan izin dan perkenannya penyusunan skripsi penelitian HUBUNGAN DUKUNGAN PENGAWAS MINUM OBAT (PMO) DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS GLOBAL LIMBOTO KAB. GORONTALO TAHUN 2013 dapat diselesaikan sebagai upaya salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) pada Perguruan Tinggi Universitas Negeri Gorontalo. Kepada semua pihak yang telah membantu sejak awal penelitian sampai dengan tersusunnya skripsi ini tak lupa penulis ucapkan terima kasih, pada kesempatan ini pula saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya Kepada: 1. DR. H. Syamsu Qamar Badu, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Gorontalo. 2. Prof. DR. H. Sarson W. Dj. Pomalato, M.Pd selaku Pembantu Rektor I, Eduart Wolok, ST, MT selaku Pembantu Rektor II, Dr. Fence. M. Wantu, S.H, M.H selaku Pembantu Rektor III, dan Prof. Dr. Hasanudin, M.Hum, M,Si selaku Pembantu Rektor IV Universitas Negeri Gorontalo. 3. Dra. Hj. Rany. Hiola, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo. 4. Ibu Risna Podungge, S.Pd, M.Pd selaku Pembantu Dekan I, Ibu Dian Saraswati S.Pd, M.Kes selaku Pembantu Dekan II, dan Bapak Ruslan S.Pd, M.Pd selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo. 5. Dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes dan Dr. Elvi selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Program Studi Keperawatan.

7 6. Dra. Hj. Rany. Hiola, M.Kes selaku Pembimbing I dan Syahrul Said, S.Kep.Ns M.Kes selaku Pembimbing II yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan, masukan dalam menyelesaikan skripsi 7. DR. Werna Nontji, S.Kp,M.Kep selaku Penguji I dan dr. Nanang Roswita Paramata, M.Kes selaku Penguji II yang telah memberikan bimbingan, masukan dalam menyelesaikan skripsi. 8. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi Keperawatan, FIKK UNG, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan. 9. Seluruh staf pegawai Aministrasi di lingkungan FIKK yang lebih khusus lagi pada Jurusan Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo yang telah banyak membantu dalam penyelesaian studi. 10. Kepala Kantor Kesatuan Bangsa Politik dan Linmas Kab. Gorontalo yang telah memberikan izin dan rekomendasi penelitian. 11. Kepala Puskesmas Global Limboto Kab. Gorontalo yang telah memberikan izin penelitian 12. Direktur RSUD.Dr. M.M. Dunda dan Direktur RSU. Prof. Dr. Aloe Saboe yang telah menerima saya dalam melaksanakan praktek aplikasi ilmu keperawatan selama saya menempuh studi. 13. Koorrdinator penyakit Tuberkulosis Paru di Puskesmas Global Limboto yang selama ini telah membantu saya dalam melakukan penelitian. 14. Ayahanda dan seluruh masyarakat Desa Tonggo, Kecamatan Bone Pantai, Kabupaten Bone Bolango yang telah menerima saya dengan baik dalam pelaksanaan KKS UNG Buat Mama Fitri Pomalingo S.Pd, yang tak pernah henti mencurahkan kasih sayang yang begitu besar, yang senantiasa selalu berdoa untuk keberhasilanku serta

8 meberikan dorongan moral maupun materil. Terima kasih untuk pengorbanan dan kesabaran selama ini telah mendidik dan membesarkan adinda dengan sangat tulus. 16. Adikku Tercinta Moh. Rio yang selama ini telah menjadi saudara dan teman terbaik saya. 17. Kepada Omaku Neli Z Tulie, Pamanku Nelson Pomalingo M.Pd, Tante Tuti, Tante Vesti, Om erik, Om Tito, Dll yang selama ini memberikan perhatian dan membantu memberikan dorongan materil untukku. 18. Sepupu-sepupuku yang selama ini telah menghibur disaat kejenuhanku Bayu, Imam, Uya, Wahit, Adik Fito, Adik Acha, Adik Aan, Adik fadil, Adik Rahmat, Adik Wahyu, Adik Sania, Adik Acha, Adik Akbar & Adik ayu 19. Keluarga besarku dari pihak Mama dan Papa yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian lebih selama ini. 20. Kepada Arya Surya Candra Papeo terima kasih telah membantuku dalam menyelesaikan skripsi ini, untuk semua kebaikan dan ketulusanmu menyayangiku, mengasihiku dengan tulus dan sepenuh hati sampai dengan saat ini. 21. Rekan-rekan Mahasiswa angkatan 2009 jurusan keperawatan Universitas Negeri Gorontalo yang turut bersama-sama dalam menyelesaikan studi pada tingkat perguruan tinggi, yang selalu senantiasa berjuang bersama menapaki kerasnya dunia pendidikan dikampus merah maroon. 22. Teman-teman seperjuanganku mahasiswa keperawatan angakatan 2009 kelas B Yiyin, Fadli, Ayun, Siti, Fitri, Ama, Ayas, Idhy, Baim, Ferry, Nila, Syahrul, Meis, Naning, Ira, Prilly, Ela, Elan, Vevi, Lina, Uchy, Rahmat, Fadlun, Cindy, Dewi Yulyan, Ien, Mila, Mama Rini, Sakinah, Vivi, Siska, Farliyanti, Atika. Terima kasih karena kalian telah menjadi teman terbaikku selama ini. Semoga kenangan kebersamaan ini akan terus kita kenang selamanya.

9 23. Sahabat-sahabat LSC di jurusan keperawatan Universitas Negeri Gorontalo yang dengan ikhlas menerima kekuranganku selama menempuh study bersama Oyiz,Tia,Dewi, Nur & zein 24. Teman-temanku peserta Kuliah Kerja Sibermas desa Tonggo Citra, Irlan, Muhlis, Rian, Fardan, Taib dan jufri. 25. Teman-temanku peserta Kuliah Kerja Sibermas Opin, Uneng, Ias, Kiki, Ulan, Imam, Frans, Wahyu, Ekal dan Hans yang telah memberikan canda dan tawa selama menjalani KKS. 26. Untuk Sahabat terbaikku Yuyun yang telah memberikan suportt untukku dalam menyelesaikan skripsi ini. 27. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian studiku. Akhirnya, peneliti berharap semua pihak yang namanya tak sempat disebutkan dan telah membantu peneliti selama penyelesaian studi kiranya beroleh rahmat dan berkah dari Allah SWT. Amien! Gorontalo, Juli 2013 Penulis

10 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i LOGO UNG... ii HALAMAN JUDUL... iii HALAMAN PERYATAAN... iv PERSETUJUAN PEMBIMBING... v ABSTRAK... vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN...viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN Latar Bela Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Konsep Tuberkulosis Konsep Pengobatan Tuberkulosis Paru Konsep Kepatuhan Konsep Dukungan PMO Kerangka Konsep Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Desain Penelitian Variabel Populasi Dan Sampel Populasi Sampel Definsi Operasional Tehnik Pengambilan Data Tehnik Analisis Data Etika Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Hasil Peneltian Pembahasan BAB V PENUTUP 5.1Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

11 DAFTAR TABEL No Nama Tabel Halaman Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia, 37 Pendidikan dan Pekerjaan di Puskesmas Global Limboto Kab. Gorontalo Tahun 2013 Tabel 4.2 Distribusi pertayaan responden berdasarkan 38 dukungan PMO di Puskesmas Global Limboto Kab. Gorontalo Tahun 2013 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan 38 PMO di Puskesmas Global Limboto Kab. Gorontalo Tahun 2013 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan 39 Berobat Pasien di Puskesmas Global Limboto Kab. Gorontalo Tahun Tabel 4.5 Analisa Hubungan dukungan Pengawas Minum Obat (PMO) dengan Kepatuhan berobat pasien tuberkulosis paru di Puskesmas Global Limboto Kab. Gorontalo Tahun

12 DAFTAR LAMPIRAN No Nama Lampiran Lampiran 1 Summary Lampiran 2 Surat Meneliti dari Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo Lampiran 3 Surat Rekomendasi dari Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Limnas Kabupaten Gorontalo Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Meneliti dari Puskesmas Global Limboto Kabupaten Gorontalo Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Master Tabel Dokumentasi Penelitian Kuisioner Penelitian Curiculum Vitae

13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tuberkulosis penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis (mycobacterium tuberculosa) yang ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seseorang pasien tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri terhirup oleh orang lain saat bernafas.(widoyono, 2008). Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mikobakterium Tuberkulosis (Silvia, 2006). Badan kesehatan dunia,world Health Organitation (WHO) tahun 2008 menyatakan bahwa tuberkulosis saat ini menjadi ancaman global. Menurut WHO 1,7 Milyar orang diseluruh dunia telah terinfeksi Mikrobacterium Tuberkulosis,terdapat 8,8 Juta orang menderita tuberkulosis setiap tahunnya dan sekitar sepertiga populasi duniadiperkirakan telah terinfeksi dengan angka kematian tiga juta orang pertahun,maka setiap detiknya ada satu orang terinfeksi. Berdasarkan Global Tuberkulosis Control, WHO 2008,tuberkulosis di Indonesia menunjukkan bahwa terdapat kasus. Kasus BTA (basiltahanasam) (+) sebesar orang. Prevalensi semua kasus orang (DepkesRI,2009). Dimana resiko penularan setiap tahunnya ditunjukkan dengan Annual Risk Of Tuberkulosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang beresiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1% berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahunnya (DepkesRI,2008). Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis Myobacteriumtuberkulosis).Kebanyakan tuberkulosis menyerang paru,

14 namun juga bagian lainnya.sumber penularan adalah pasien Tuberkulosis BTA (basil tahan asam) positif, pada waktu batuk dan bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (dropletnuclei).sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama.ventilasi dapat mengurangi jumlah percikkan,sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab (Dep Kes RI,2008). Sesuai data pada Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo kasus tuberkulosis paru pada tahun 2010 berjumlah 366 penduduk, tahun 2011 berjumlah 424 penduduk, dan tahun 2012 berjumlah 437 penduduk. Berdasarkan pencatatan yang tersedia di Puskesmas Global Kecamatan Limboto penderita tuberkulosis dari tahun secara berturut-turut adalah sebagai berikut : tahun 2010 terdapat 70 penderita, penderita dan tahun penderita tuberkulosis. Pengawas minum obat (PMO) adalah Dukungan dari petugas kesehatan yang berada di rumah sakit yang memiliki wewenang merawat pasien dan keluarga ataupun kerabat dekat pasien yang memotivasi, mengingatkan, dan mengawasi pasien untuk mengkonsumsi OAT yang diberikan dokter. Penanggulangan penyakit TB Paru perlu ditangani dengan cara yang lebih baik agar tidak lagi menjadi masalah di Indonesia, terutama dari segi manajemen pengobatan seperti pengawasan keteraturan berobat, (Departemen Kesehatan RI, 2002). Salah satu dari komponen DOTS adalah panduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang pengawas minum obat (PMO). Kesembuhan yang ingin dicapai diperlukan keteraturan berobat bagi setiap penderita. Panduan OAT

15 jangka pendek dan peran Pengawas Minum Obat (PMO) merupakan strategi untuk menjamin kesembuhan penderita. Walaupun panduan obat yang digunakan baik tetapi apabila penderita tidak berobat dengan teratur maka umumnya hasil pengobatan akan mengecewakan. Kepatuhan atau ketaatan (compliance/adherence) adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau orang lain (Smet, 1994). Penderita yang patuh berobat adalah yang menyelesaikan pengobatan secara teratur dan lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan sampai dengan 9 bulan (Depkes RI, 2002). Dari data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Dukungan Pengawas Minum Obat (PMO) Dengan Kepatuhan Berobat Pasien tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas limboto Kabupaten Gorontalo. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan dari latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian Apakah ada Hubungan Dukungan Pengawas Minum Obat (PMO) Dengan Kepatuhan Berobat Pasien tuberkulosis Paru? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan Umum Mengetahui hubungan dukungan Pengawas Minum Obat dengan kepatuhan Berobat pasien tuberkulosis Paru di Puskesmas Limboto Kabupaten Gorontalo Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui dukungan pengawas minum obat pada pasien tuberkulosis paru di Puskesmas Limboto Kabupaten Gorontalo.

16 2. Untuk mengetahui kepatuhan berobat pada penderita TB paru di Puskesmas Limboto Kabupaten Gorontalo. 3. Untuk mengetahui hubungan dukungan pengawas minum obat (PMO) dengan kepatuhan berobat obat pasien tuberkulosis paru di Puskesmas Limboto Kabupaten Gorontalo. 1.4 MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan perbandingan,dapat dgunakan dimasa yang akan datang,dan dokumentasi bagi pihak Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo. 2. Bagi Peneliti Sebagai pengembangan kemampuan peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dibangku kuliah dan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam hal peneliti ilmiah. 3. Bagi Lahan atau Tempat Penelitian - Sebagai bahan dan data tentang hubungan dukungan pengawas minum obat (PMO) dengan kepatuhan berobat pasien tuberkulosis di Puskesmas Limboto Kabupaten Gorontalo. - Meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat khususnya penderita tuberkulosis, sehingga akan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan kualitas hidup penderita serta memberi masukan kepada petugas kesehatan tentang pentingnya penyuluhan penyakit tuberkulosis kepada masyarakat khususnya penderita tuberkolosis.

17 4. Bagi Ilmu Keperawatan Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan Tuberkulosis paru. 5. Bagi Pasien Memberikan pengetahuan tentang penyakit tuberkulosis paru dalam meningkatkan kepatuhan berobat pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Limboto Kab. Gorontalo 6. Bagi Peneliti Selanjutnya - Sebagai masukan data dan sumbangan pemikiran perkembangan pengetahuan untuk peneliti selanjutnya. - Bagi orang lain yang membaca semoga menjadi tambahan pengetahuan tentang hubungan antara dukungan keluarga pada pasien tuberkulosis paru dan dengan informasi ini diharapkan penderita lebih termotivasi untuk sembuh

18 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORITIS Konsep Tuberkulosis Paru Definisi Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikrobakterium tuberkulosa. Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mikrobakterium tuberkulosis. Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales. Kompleks Mikrobakterium tuberkulosis meliputi M. tuberkulosis, M. bovis, M. africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia (Masrin, 2008). Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang dapat mengenai paru-paru manusia. Tuberkulosis disebabkan oleh kuman dan karena itu tuberkulosis bukanlah penyakit keturunan. Selain terdapat pada paru-paru, tuberkulosis juga dapat mengenai organ tubuh lainnya, seperti tulang, otak, otot dan lain-lain (Aditama, 1994). Tuberkulosis disebabkan oleh basil atau kuman yang diberi nama dalam bahasa latin Mikrobakterium tuberkulosis. Basil penyebab tuberkulosis ini ditemukan oleh seorang ilmuwan Jerman yang bernama Robert Koch pada tahun Basil tuberkulosis akan

19 tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 37 C, yang memang kebetulan sesuai dengan tubuh manusia (Aditama, 1994). Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh mikroobacterium tuberkulosis (MTB) sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid), yang membuat kuman lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman ini tahan hidup pda udara kering maupun dalam keadaan dingin (sifat dormant). Sifat lain kuman ini adalah aerob, artinya bahwa kuman ini lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya, dalam hal bagian apical paru-paru sehingga apical ini merupakan tempat prediksi penyakit Tuberkulosis paru (stark dkk, 2002) Gejala Penyakit Tuberkulosis Gejala penyakit Tuberkulosis dapat di bagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas, terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosis secara klinik. 1. Gejala umum a. Demam, tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya di rasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang, serangan demam seperti serangan influenza dan bersifat hilang timbul. b. Penurunan nafsu makan dan berat badan. c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai darah) d. Perasaan tidak enak (malaise) dan lemah 2. Gejala khusus a. Tergantung dari organ tubuh yang terkena, apabila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah

20 bening yang membesar, akan menimbulkan suara mengi dan suara nafas melemah yang disertai sesak. b. Apabila ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. c. Apabila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya. Pada muara ini akan keluar cairan nanah. d. Pada anak-anak, dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang delaput otak). Gejalanya adalah kejang-kejang, demam tinggi, penurunan kesadaran, dan kejang-kejang Pengobatan Penyakit tuberkulosis paru dapat disembuhkan jika minum obat secara teratur dan konsultasi ke petugas kesehatan dengan teratur dalam jarak waktu minimal 6 bulan. Tahap pengobatan terdiri dari tahap intensif dan tahap lanjutan. Tahap intensif atau awal pasien mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencengah terjadinya kekebalan terhadap semua obat anti tuberkulosis (OAT), bila pengobatan tahap intensif terseb/ut diberikan secara tepat biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurung waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien tuberkulosis paru BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dengan jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister atau dormant sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. Hal hal lain yang menunjang proses penyembuhan yaitu : 1. Minum obat secara teratur 2. Kontrol secara teratur untuk mengetahui perkembangan penyakit

21 3. Mengkonsumsi makanan dengan menu gizi seimbang 4. Istirahat yang cukup 5. Menjaga kebersihan lingkungan 6. Pencahayaan dan ventilasi rumah cukup untuk mencegah penularan Tujuan pengobatan tuberkulosis paru menurut DepKes RI tahun 2002, yaitu : 1. Menyembuhkan pasien 2. Mencegah kematian 3. Mencegah kekambuhan Prinsip pengobatan Obat tuberkulosis diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan. Supaya semua kuman (termasuk kuman persiter) dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat, (jenis, obat dan jangka waktu pengobatan), kuman tuberkulosis akan berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung DOT (diretly observed treatman) oleh seorang PMO (pengawas menelan obat) seperti di kutip dari DepKes RI Cara Penularan Penyakit Tuberkulosis 1. Percikan ludah (droplet infection) Pada saat penderita tuberkulosis batuk akan mengeluarkan droplet dengan ukuran mikroskopis yang bervariatif. Ketika pertikel tersebut berada di udara, air akan menguap dari permukaannya sehingga menurunkan volume dan menaikan konsetrasi kumannya. Partikel inilah yang disebut dengan droplet (Crofton, 2002) 2. Inhalasi debu yang mengandung basil tubercolusa (air bone infection)

22 Seseorang yang melakukan kontak erat dalam waktu yang lama dengan penderita tuberkulosis paru akan mudah tertular karena menginhalasi udara yang telah terkontaminasi kuman tuberkulosis Sumber penularan adalah penderita TB Paru BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Seseorang dapat terinfeksi kuman tuberkulosis paru bila droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya (Depkes RI, 2002). Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular Diagnosa 1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik 2. Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat, limfositos) 3. Foto toraks PA dan lateral. Gambaran foto thoraks yang mennjang diagnosis TB yaitu : Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apical lobus bawah. a. Bayangan berawan (patchy) atau berbecak (nodular). b. Adanya kavitas tunggal atau ganda c. Kelaian bilateral, terutama di lapangan atas paru

23 d. Adanya klasifikasi e. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian f. Bayangan milier 4. Pemeriksaan sputum BTA Pemeriksaan sputum BTA memastikan bahwa diagnosis Tuberkulosis paru, namun pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30-70% penderita Tuberkulosis yang dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini. 5. Tes mantoux/tuberkulin Merupakan uji serologi immunoperosidase memakai alat histogen mmunoperosidase staining untuk menentukan adanya igg spesifik terhadap basil Tuberkulosis paru. 6. Tes mantoux / tuberculin Klasifikasi diagnostik Tuberkulosis adalah : 1. TB paru a. BTA mikroskopis langsung (+) atau biakan (+), kelaianan foto thoraks menyokong TB dan gejala klinis sesuai TB b. BTA mikroskopis langsung atau biakan (-), tetapi kelaianan rontgen dan klnis sesuai pasien golongan ini memerlukan pengobatan yang adekuat. 2. TB paru tersangka Diagnosa pada tahap ini besifat sementara sampai hasil pemeriksaan BTA didapat (paling lambat bulan). Pasien dengan BTA mikroskopis langsung (-) atau belum ada hasil pemeriksaan atau pemeriksaan belum lengkap, tetapi kelaianan rontgen dan klinis sesuai TB paru. Pengobatan dengan anti TB sudah dapat dimulai.

24 3. Bekas TB (tidak sakit) Ada riwayat Tuberkulosis pada pasien masa lalu dengan atau tanpa pengobatan atau gambaran rontgen normal atau abnormal tetapi stabil pada serial sputum BTA (-). Kelompok ini tidak perlu di obati konsep pengobatan tubercolosis paru Tahap Pengobatan Tujuan pengobatan Tuberkulosis paru adalah untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan mata rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. 1. Tahap intensif (Initial phase), selama 1-3 bulan dengan memberikan 4-5 macam obat anti tuberkulosis per hari dengan tujuan : 1). Mencegah keluhan dan mencegah efek samping lebih lanjut. 2). Mencegah timbulnya resistensi obat. 2. Tahap lanjutan (Continuation phase), selama 4-6 bulan dengan hanya memberikan 2 macam obat, 3 kali seminggu dengan tujuan : 1). Menghilangkan bakteri yang tersisa (efek sterilisasi) 2). Mencegah kekambuhan (relaps) Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama yaitu selama 4-6 bulan. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Pengobatan tuberkulosis paru mengunakan obat anti tuberkulosis (OAT) dengan metode directly observed treatment shortcourse (DOTS).

25 1. Kategori I (2 HRZE/4 H3R3E3 ) untuk pasien TBC baru. 2. Kategori II (2 HRZES/HRZE/5 H3R3E3) untuk paien ulangan (pasien yang pengobatan kategori I-nya gagal atau pasien yang kambuh). 3. Kategori III (2 HRZ/4 H3R3) untuk pasien baru dengan BTA (-), Ro (+). 4. Sisipan (HRZE) digunakan sebagai tambahan bila pada pemeriksaan akhir tahap intensif dari pengobatan dengan kategori I atau kategori II ditemukan BTA (+). Obat di minum sekaligus 1 (satu) jam sebelum makan pagi. KATEGORI I a. Tahap pemulaan diberikan setiap hari selama 2 (dua) bulan (2 HRZE): INH (H) : 300 mg 1 tablet Rifampisin (R) : 450 mg 1 kaplet Pirazinamid (Z) : 1500 mg 3 mg Etambutol (E) : 750 mg mg Obat tersebut di minum setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali. Regimen ini disebut KOMBIPAK II b. Tahap lanjutan diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3): INH (H) : 600 mg mg Rifampisin (R) : 450 mg 1 kaplet obat tersebut diminum 3(tiga) kali dalam seminggu (intermiten) sebanyak 54 kali. Regitmen ini disebut KOMBIPAK II

26 Aktivitas obat 1. Aktivitas bakteresid Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang tumbuh (metabolismenya masih aktif). Aktivitas bakteresid biasanya diukur dari kecepatan membunuh atau melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan hasil yang negatif (2 bulan permulaan pengobatan). 2. Aktivitas sterilisasi Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhannya lambat (metabolismenya kurang aktif). Aktivitas sterilisasi di undur dari angka kekambuhan setelah pengobatan dihentikan (Soeparman dan Sarwono, 1999) Jenis Obat Pengobatan dengan strategi DOTS (Direct Obseved Treadment Short Course) dipermudah dengan pengadaan obat yang telah dipadukan sesuai dengan kategori tersendiri : 1. Obat primer (obat anti tuberkulosis tingkat satu) 1). Isoniasid (H) Dikenal dengan INH, bersifat bakteresid, dapat membunuh 90% populasi dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolisme aktif, yaitu pada saat kuman sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan adalah 5 mg\kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3kali seminggu dengan dosis 10 mg\kg BB. 2). Rifampisin (R) Bersifat bakteresid, dapat membubuh kuman yang persisten (dortmant) yang tidak dapat dibunuh oleh Isonasid. Dosis 10 mg\kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu.

27 3). Pirazinamid (Z) Bersifat bakteresid, dapat membunuh kuman yang berada didalam sel dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg\kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg\kg BB. 4). Streptomisin (S) Bersifat bakteresid, dengan dosis harian yang dianjurkan 15 mg\kg BB, sedangkan pengobatan untuk intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama. Penderita berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75 gr\hari, sedangkan untuk umur sampai 60 tahun lebih dosisnya 0,50 gr\hari. 5).Ethambutol (E) Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg\kg Bbsedangkan untuk pengobatan untuk intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg\kg BB. 2. Obat sekunder ( Anti tubercolusis acid) 1). Kanamisin 2). PAS (Para Amina Salictylic Acid) 3). Tiasetason 4). Etionamid 5). Protionamid 6). Sikloserin 7). Viomisin 8). Kapreomisin 9). Amikosin 10).Oflokasin. (Soeparman dan Sarwono W, 1990).

28 Efek Samping Obat 1. Efek Samping Berat Yaitu efek samping yang dapat menyebabkan sakir perut serius. Dalam kasus ini maka pemberian OAT harus dihentikan dan penderita harus dirujuk ke unit pelayananan kesehatan (UPK) spesialistik (hadju dkk, 2003; Depkes RI, 2001, 2007) 2. Efek samping ringan Yaitu hanya menyebabkan sedikit perasaan yang tidak enak. Gejala-gejala ini seiring dapat ditanggulangi dengan obat-obat simtomatik atau obat sederhana, tetapi kadangkadang menetap untuk beberapa waktu selama pengobatan. Dalam hal ini pemberian OAT dapat diteruskan (hadju dkk, 2003; Depkes RI, 2002, 2007) Hasil pengobatan 1. Sembuh Penderita dikatakan sembuh bila telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan pemeriksaan dahak 2 kali selama pengobatan negative. 2. Pengobatn lengkap Adalah penderita yang dalam masa pengobatan diketahui meninggal karena sebab apapun. 3. Meninggal Adanya penderita yang dalam masa pengobatan diketahui meninggal karena sebab apapun 4. Pindah Adanya penderita yang pindah berobat ke daerah atau kabupaten/kota lain

29 5. Default Penderita yang tidak control atau terlambat mengambil obat 2 minggu berturutturut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai. 6. Gagal Penderita BTA posotif yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif ataukembali menjadi positif pada satu bulan sebelum akhir pengobatan Konsep Kepatuhan Definisi Kepatuhan kepatuhan atau ketaatan (compliance/adherence) adalah tingkat melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh orang lain (smet, 1994). Kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan (niven, 2002). Atau juga kepatuhan didefinisikan kepatuhan atau ketaatan terhadap pengobatan medis adalah suatu kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang telah ditentukan (gabit, 1999, improving complient by gadit ismailov dunst,tb diperoleh tanggal 8 februari 2007). Kepatuhan terhadap pengobatan membutuhkan partisipasi aktif pasien dalam manajemen perawatan diri dan kerja sama antara pasien dan petugas kesehatan (Robert, 1999, enhancing medication compliance for people, diperoleh tanggal 5 februari 2007). Kepatuhan dalam pengobatan penderita tubercolosis paru merupakan perilaku peran sakit, yaitu tindakan/kegiatan yang dilakukan penderita agar dapat sembuh dari penyakit. Kepatuhan dalam menjalankan aturan pengobatan bagi penderita Tuberkulosis paru sangat penting untuk dapat mencapai kesembuhan yang optimal sehingga penularan kemasyarakat dapat dihindari. (dikutip dari Kyngas H,2002) dalam Widagdo 2002.

30 Dikatakan patuh jika beroabat secara teratur sewaktu 6 bulan dalam 2 fase pengobatan dan paduan obat isoniazid, rifampsin, pirazinamid, streptomisin dan etambutol baik kategori I,,II dan sisipan. dikatakan tidak patuh jika penderita berobat secara tidak teratur selama waktu 6 bulan dalam 2 fase pengobatan dan paduan obat isoniazid, rifampisin, pirazinamid, streptomisin dan etambutol baik kategori I,,II dan sisipan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Kepatuhan 1. Umur Penyakit TB paru paling sering ditemukan pada usia muda atau produktif (15-50 tahun). Dewasa ini dengan terjadinya transisi demografi menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun system imunologis seorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit Tuberkulosis paru. 2. Jenis Kelamin Penyakit Tuberkulosis paru cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan. Menurut WHO sedikitnya dalam periode setahun ada sekitar 1 juta perempuan yang meninggal akibat Tubercolosis paru dapat disimpulkan bahwa kaum perempuan lebih banyak terjadi kematian yang disebabkan oleh Tuberkulosis paru dibandingkan dengan akibat proses kehamilan dan persalinan. Pada jenis kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena merokok tembakau dan minum alcohol sehingga dapat menurunkan system pertahanan tubuh, sehingga lebih mudah terpapar dengan agent penyebab Tuberkulosis paru. Kepekaan untuk terinfeksi penyakit ini adalah semua penduduk, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, tua muda, bayi dan balita.

31 3. Sosial Ekonomi Salah satu model pendekatan yang memepengaruhi tindakan berobat adalah status social. Disini sangat erat dengan keadaan rumah, kepadaan huniaan, lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi temapt bekerja yang buruk dapat memudahkan penularan Tuberkulosis paru. Pendekatan ini bertumpu pada asumsi bahwa latar belakang tertentu misalnya bekerja atau tidak bekerja akan memiliki pandangan tersendiri terhadap pengobatan. 4. Pendidikan Pendidkan berkaitan dengan pengetahuan penderita, hal ini menunjukkan bahwa pendidikan mempengaruhi keuntasan atau kesuksesan pengobatan penderita. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin baik penerimaan informasi tentang pengobatan dan penyakitnya sehinggga akan semakin tuntas peoses pengobatan dan penyembuhannya. 5. Pengetahuan Pengetahun adalah pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya termasuk manusia dan kehidupan. Pengetahuan mencakup penularan, penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu, termasuk praktek atau kemauan teknis dalam memecahkan berbagai persoalan hidup yang belum dibuktikan secara sistimatis. 6. Domisili Domisi berdasarkan temapt tinggal kepelayanan kesehatan akan mempengaruhi pasien dalam menyelesaikan pengobatan apalagi domisili tidak berada dalam wilayah pelayanan kesehatan akan memperbesarkan resiko utnuk tidak menyelesaikan pengobatan.

32 Menurut Green (1980), bahwa domisili pasien dapat mempengaruhi ketidakselesaian penderita dalam berobat, untuk itu diperlukan suatu upaya bagaimana domisili tidak mengahalangi pasien untuk mengambil obat karena dapat mempengaruhi terhadap upaya penyembuhan penderita selanjutnya. 7. PMO Menurut Aditama (2000), salah satu yang menyebabkan sulitnya TB paru dibasmi adalah kenyataan bahwa obat yang diberikan harus beberapa macam sekaligus serta pengobatannya memakan waktu yang lama, setidaknya 6 bulan. Hal ini menyebabkan penderita tidak menuntaskan pengobatannya dan bahkan putus obat. Untuk itu diperlukan Pengawas minum obat (PMO) untuk menjaga agar penderita tidak putus berobat atau teratur berobat, WHO tahun 1995 telah merekomendasikan strategi DOTS sebagai pendekatan terbaik penanggulangan Tuberkulosis paru. Salah satu komponen seseorang menyelesaikan pengobatannya Konsep Dukungan PMO Salah satu komponen DOTS adalah panduan OAT jangka pedek dengan pengawasan secara langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang PMO. a. Persyaratan PMO - Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien. - Seseorang yang dekat dengan pasien - Bersedia membantu pasien dengan sukarela - Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien.

33 b. Siapa Yang Bisa Menjadi PMO Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan. Misalnya, bidan di desa, perawat, pekarya, sanitarian, juru imunisasi dan lain-lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga. c. Tugas Seorang PMO - Mengawasi pasien tuberkulosis paru agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan. - Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur. - Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan. - Member penyuluhan pada anggota keluarga pasien tuberkulosis paru yang mempunyai gejala-gejala mencurigakan tuberkulosis paru untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan. Tugas PMO bukanlah utnuk menganti kewajiban pasien mengambil obat dari Unit Pelayanan Kesehatan. d. Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan keluarganya : - Tuberkulosis paru dapat disembuhkan dengan beroabat secara teratur. - Tubercolosis paru bukan pennyakit keturunan atau kutukan. - Cara penularan Tuberkulosis paru, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannnya - Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan). - Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur.

34 - Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta pertolongan ke UPK. 2.2 KERANGKA KONSEP Variabel Independen Variabel Dependen Dukungan PMO Kepatuhan berobat pasien tubercolosis paru 2.3 HIPOTESIS Terdapat Hubungan Dukungan Pengawas Minum Obat (PMO) dengan Kepatuhan Berobat pasien tuberkulosis paru di Puskesmas Limboto.

35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Limboto Kabupaten Gorontalo. waktu penelitian dilaksanakan kurang lebih 15 hari mulai tanggal 20 mei sampai dengan 3 juni Penelitian dilakukan setiap hari kerja pada hari senin sampai dengan hari sabtu. 3.2 Desain Penelitian Desain penelitian atau disebut juga rancangan penelitian ditetapkan dengan tujuan agar penelitian dapat dilakukan dengan efektif dan efisien (Suyanto, 2011). Penelitian ini menggunakan metode cross ectional, yaitu bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel dimana variabel independen dan variabel dependen diidentifikasikan pada satu satuan waktu (kelana kusuma darma, 2011). Jenis penelitian di gunakan rancangan cross sectional yang ditujukan untuk mengetahui hubungan dukungan PMO dengan kepatuhan berobat pesien dalam tuberkulosis paru. 3.3 Variabel Identifikasi Variabel 1. Variabel Independen Variabel ini dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahananya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono 2007 :4) Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu dukungan PMO

36 2. Variabel Dependen Variabel ini dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel dependen (Sugiyono, 2007 : 4). Dalam penelitian ini variabel terikat yaitu : kepatuhan datang berobat pasien TB. 3.4 Populasi dan Sampel Populasi Populasi adalah setiap subjek (misalnya manusia,pasien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga pasien yang menjadi PMO di Puskesmas Global Limboto yang berjumlah 50 orang. Waktu penelitian dilaksanakan kurang lebih 15 hari mulai tanggal 20 mei sampai dengan 3 juni Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi yang akan diambil (Notoatmojo, 2005). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Sampel yaitu keluarga pasien yang menjadi PMO di Puskesmas Global Limboto yang berjumlah 50 orang. dilaksanakan kurang lebih 15 hari mulai tanggal 20 mei sampai dengan 3 juni Sampel dengan menggunakan kriteria inklusi sebagai berikut : a. Keluarga pasien yang mendampingi pasien b. Mampu berkomunikasi dengan baik c. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

37 3.5 Definisi Operasional Definisi operasional pada penelitian ini adalah : No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Independen: Untuk mengetahui Wawanca Lembar 1.Baik jika ordinal Dukungan dukungan pengawas ra kuisioner dukungan PMO PMO minum obat dalam memotivasi,mengingat mencapai 100 % dengan skor (60- kan,dan mengawasi 100%) pasien untuk 2.kurang baik mengkonsumsi OAT. jika dukungan PMO mencapai 50% dengan skor (0-59%) 2 Dependen: Kepatuhan pasien Hasill Observasi 1. Patuh, jika Nomina Kepatuhan dalam mengkonsumsi pengamat Kartu psien datang l obat yang telah an pada control berobat sesuai Jika diberikan oleh petugas kartu berobat dengan jadwal pasien minum obat. control dan yang ditentukan. patuh berobat jumlah 2. Tidak patuh diberi pasien obat. jika pasien tidak kode 1 dan datang berobat dan jika jumlah sesuai dengan pasien obat. jadwal yang tidak

38 ditentukan patuh diberi kode TEKNIK PENGUMPULAN DATA Teknik atau metode pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan dalam pengumpulan data dalam penelitian. Cara pengumpulan data tersebut meliputi wawancara, observasi, angket, pengukuran, atau melihat data statistik, seperti dokumentasi (Hidayat, 2010). Dalam penelitian ini data dikumpulkan oleh peneliti dengan cara wawancara apakah PMO mengawasi pasien Tuberkulosis minum obat secara teratur dan apakah pasien berobat secara teratur dimasukkan dalam lembar kuisioner. Di dalam kuisioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang dibuat dan dirumuskan untuk menggali data tentang dukungan PMO dengan kepatuhan berobat pasien tuberkulosis paru. 3.7 TEKNIK ANALISIS DATA Pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan sistem komputer menggunakan SPSS Versi window Analisis Univariat

39 Setiap variabel idenpenden (dukungan PMO) dan variabel dependen kepatuhan berobat pasien dianalisis dengan statistik deskripsi untuk mendapatkan gambaran mengenai proporsi data dari masing-asing variabel. 2. Analisis Bivariat Untuk melihat hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent dengan menggunakan analisis statistik chi square. X 2 =Σ (0 E) 2 E Keterangan : X 2 = Chi kuadrat 0 = frekuensi observasi E = frekuensi harapan Dengan tekhnik pengolahan data sebagai berikut : 1. Editing data, yaitu mencakup tentang kualitas isian dalam alat pengumpulan data dan memeriksa kelengkapan isisan dari lembar observasi, apabila tidak lengkap dapat diperbaiki dan mengulang pengumpulan data terhadap respon tersebut. 2. Coding, kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan. 3. Entry data, yaitu jawaban yang dusah diberi kategori kemudian dimasukkan ke dalam tabel dengan menghitung frekuensi data.memasukkan data boleh dengan proses manual atau melalui pengolahan komputer. pada penelitian ini peneliti menggunakan sistem komputerisasi SPSS (Statistical Package for the Social Sciences).

40 4. Cleaning data, adalah proses yang dilakukan ketika data masuk ke komputer, data diperiksa apakah terjadi kesalahan atau tidak. Jika terdapat yang salah diperiksa oleh proses cleanng ini (setiadi, 2007). 3.8 ETIKA PENELITIAN 1. Informed Consent Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan menjadi responden. Beberapa informasi yang terdapat dalam informed consent antara lain partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat dan kerahasiaan. Dalam penelitian ini, peneliti meminta persetujuan responden untuk dijadikan subjek penelitian, dan responden menandatangani lembar informed consent yang telah disediakan. 2. Tanpa nama (anonimity) Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data yang akan disajikan. Dalam penelitian ini hanya menggunakan inisial nama responden untuk mempermudah pengecekan ulang hasil penelitian jika diperlukan. 3. Kerahasiaan (confidentiality) Semua informasi yang diperoleh dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian.

41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas sebagai unit pelaksana kesehatan terdepan (pelayanan kesehatan primer di indonesia) mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya optimalisasi derajat kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat ekonomi menengah ke bawah yang merupakan jumlah masyarakat yang paling banyak di indonesia. Puskesmas Global Limboto adalah salah satu dari puskesmas yang terletak di Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Batas-batas wilayah kerja sebagai berikut: Batas Wilayah : Sebelah Timur : Kec. Telaga Biru Sebelah Barat : Kec. Limboto Barat Sebelah Utara : Kec. Kwandang Sebelah Selatan : Kec. Batudaa Luas Wilayah : 127,92 km 2 Wilayah Kerja : 14 Kelurahan Karakteristik Wilayah : 1. Pesisir Danau 2. Pegunungan 3. Dataran

42 Jumlah Penduduk : Jiwa a. Laki-laki : Jiwa b. Perempuan : Jiwa Kepala Keluarga : KK Penduduk Miskin : a. Jamkesmas : Berdasarkan hasil wawancara dengan Pengawas minum obat (PMO) yang berada di Puskesmas Global Limboto mengatakan bahwa ada 50 pasien yang datang berobat di Puskesmas Global Limboto dengan rentang waktu pengobatan selama 6 bulan. 4.2 Hasil Penelitian Penelitian dilakukan kurang lebih 15 hari mulai tanggal 20 mei sampai dengan 3 juni Penelitian dilakukan setiap hari kerja pada hari senin sampai dengan hari sabtu. Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah pengawas minum obat (PMO) yang datang di Puskesmas Global Limboto sebanyak 50 orang.

43 Pada bab ini disajikan berturut turut mengenai laporan hasil dan pembahasan dan telah dilakukan meliputi : 1. Analisis Univariat Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia, Pendidikan, Perguruan tinggi dan Pekerjaan Kategori n % Umur Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 1 2 Total Pendidikan Perguruan Tinggi 1 2 SD SMP SMA Tidak sekolah 2 4 Total Pekerjaan Buruh 6 12 IRT Mahasiswa 1 2 Pedagang 3 6 Sopir 1 2 Swasta 8 16 Tani 1 2 Tidak bekerja Tukang bentor 3 6 Total Data primer Tabel 4.1 menunjukkan bahwa usia sampel terbanyak berada direntang umur tahun sebanyak 12 responden (24%) dan sampel terkecil rentang umur tahun sebanyak 1 responden (2%). Jumlah sampel sebagian besar berpendidikan SMA yaitu sebanyak 20 responden (40%) dan jumlah sampel terkecil sebanyak 1 responden (2%). Dari tabel 4.1 juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mikrobakterium tuberkulosa. Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mikrobakterium

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mikrobakterium tuberkulosa. Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mikrobakterium BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORITIS 2.1.1 Konsep Tuberkulosis Paru 2.1.1.1 Definisi Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikrobakterium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengawas Menelan Obat (PMO) Salah satu komponen DOTS (Directly Observed Treatment Short- Course) dalam stategi penanggulangan tuberkulosis paru adalah pengobatan paduan OAT jangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi dan Patogenesis Tuberkulosis Paru Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS. Edwin C4

PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS. Edwin C4 PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS Edwin 102012096 C4 Skenario 1 Bapak M ( 45 tahun ) memiliki seorang istri ( 43 tahun ) dan 5 orang anak. Istri Bapak M mendapatkan pengobatan TBC paru dan sudah berjalan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan penelitian 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas sebagai unit pelaksana kesehatan terdepan (pelayanan kesehatan primer di indonesia) mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI Tuberkulosis A.1 Definisi Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini ditemukan pertama kali oleh Robert

Lebih terperinci

S T O P T U B E R K U L O S I S

S T O P T U B E R K U L O S I S PERKUMPULAN PELITA INDONESIA helping people to help themselves * D I V I S I K E S E H A T A N * S T O P T U B E R K U L O S I S INGAT 4M : 1. MENGETAHUI 2. MENCEGAH 3. MENGOBATI 4. MEMBERANTAS PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Definisi Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepatuhan menurut Trostle dalam Simamora (2004), adalah tingkat perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepatuhan menurut Trostle dalam Simamora (2004), adalah tingkat perilaku BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Berobat Kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti taat, suka menuruti, disiplin. Kepatuhan menurut Trostle dalam Simamora (2004), adalah tingkat perilaku penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Visi Indonesia sehat 2010 adalah gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yaitu masyarakat, bangsa dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara khas ditandai oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara khas ditandai oleh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Tuberkulosis 1.1. Pengertian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002). Tuberkulosis adalah suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis (TBC) 1. Definisi Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk ke

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkolusis 1. Definisi Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang paling sering (sekitar 80%) terjadi di paru-paru. Penyebabnya adalah suatu basil gram positif tahan asam

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis (Kumar dan Clark, 2012). Tuberkulosis (TB) merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis (TB) Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar (80%) menyerang paruparu.mycobacterium tuberculosis

Lebih terperinci

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

PRATIWI ARI HENDRAWATI J HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) KELUARGA DENGAN SIKAP PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi persyaratan meraih derajat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang TB Paru adalah salah satu masalah kesehatan yang harus dihadapi masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta kematian, dan diperkirakan saat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sulianti (2004) Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sulianti (2004) Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Pengertian Tuberkulosis Menurut Sulianti (2004) Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Tuberkulosis Mycobakterium tuberculosa. Sebagian

Lebih terperinci

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (Tb) merupakan penyakit menular bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit ini tersebar ke seluruh dunia. Pada awalnya di negara industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit ini tersebar ke seluruh dunia. Pada awalnya di negara industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis (TB) 2.1.1 Distribusi Penyakit Penyakit ini tersebar ke seluruh dunia. Pada awalnya di negara industri penyakit tuberkulosis menunjukkan kecenderungan yang menurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis yang jumlah penderitanya mengalami peningkatan setiap tahun cukup besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Penyakit Tuberkulosis paru Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut biasanya masuk ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia. Penyakit ini termasuk salah satu prioritas nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World Health

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meminum obatnya secara teratur dan tuntas. PMO bisa berasal dari keluarga,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meminum obatnya secara teratur dan tuntas. PMO bisa berasal dari keluarga, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengawas Minum Obat (PMO) a. Pengertian PMO Menurut Depkes RI (1999) PMO adalah seseorang yang ditunjuk dan dipercaya untuk mengawasi dan memantau penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan adanya peradangan pada parenkim paru oleh mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman jenis aerob

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritik 1. Konsep Tuberkulosis ( TB Paru ) a. Etiologi Penyakit TB Paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk basil yang dikenal dengan nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis (Djojodibroto, 2009). Indonesia merupakan negara dengan kasus TB

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuberkulosis paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yaitu suatu bakteri tahan asam (Suriadi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Definisi Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang dihadapi oleh masyarakat dunia. Saat ini hampir sepertiga penduduk dunia terinfeksi kuman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Gambaran Umum TBC Paru a. Definisi Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis sebagian besar menyerang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. yang akan dilakukan yaitu : Program Pemberantasan TB Paru. 3. Hambatan Pelaksanaan Program Pemberantasan TB Paru

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. yang akan dilakukan yaitu : Program Pemberantasan TB Paru. 3. Hambatan Pelaksanaan Program Pemberantasan TB Paru BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Dalam bab ini akan dibahas teori,konsep dan variabel dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu : Program Pemberantasan TB Paru 1. Penjelasan TB Paru 2. program Pemberantasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang terutama disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, sebagian kecil oleh bakteri Mycobacterium africanum dan Mycobacterium

Lebih terperinci

KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN

KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN NOMOR RESPONDEN PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER Berikut

Lebih terperinci

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB?

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB? BAB XXV Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB? Pencegahan TB Berjuang untuk perubahan 502 TB (Tuberkulosis) merupakan

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK SAMPING PENGOBATAN TUBERKULOSIS DENGAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS KATAGORI 1 PADA FASE INTENSIF

ABSTRAK EFEK SAMPING PENGOBATAN TUBERKULOSIS DENGAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS KATAGORI 1 PADA FASE INTENSIF ABSTRAK EFEK SAMPING PENGOBATAN TUBERKULOSIS DENGAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS KATAGORI 1 PADA FASE INTENSIF Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis.

Lebih terperinci

Tuberkulosis Dapat Disembuhkan

Tuberkulosis Dapat Disembuhkan Tuberkulosis Dapat Disembuhkan Erlina Burhan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Apakah Penyakit Tuberkulosis atau TB itu? Penyakit menular Kuman penyebab: Mycobacterium tuberculosis Bukan penyakit keturunan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016 HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016 Yurida Olviani Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan kasus Tuberkulosis (TB) yang tinggi dan masuk dalam ranking 5 negara dengan beban TB tertinggi di dunia 1. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat setiap penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah kematian per tahun. Kematian tersebut pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah kematian per tahun. Kematian tersebut pada umumnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi menular yang masih menjadi masalah kesehatan dunia, dimana WHO melaporkan bahwa setengah persen dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis dan Africanum. Organisme ini disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang pada umumnya menyerang jaringan paru, tetapi dapat menyerang organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek penting yang dicari oleh semua orang. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas 2.1.1 Pengertian Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Definisi Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman tuberkulosis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang telah lama dikenal dan sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di berbagai negara di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyakit tuberkulosis (TB Paru) sampai saat ini masih masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, dimana hasil Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan yang penting saat ini. WHO menyatakan bahwa sekitar sepertiga penduduk dunia tlah terinfeksi kuman Tuberkulosis.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit yang mudah menular dimana dalam tahun-tahun terakhir memperlihatkan peningkatan dalam jumlah kasus baru maupun jumlah angka

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium. mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2008).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium. mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2008). 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis (TB) 2.1.1 Pengertian TB Penyakit TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap (G2) Bedah RSUD Prof. DR. Aloei Saboe kota Gorontalo. 3.1.2 Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis dapat menyebar

Lebih terperinci

Panduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah:

Panduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah: SOP PENATALAKSANAAN TB PARU 1. Pengertian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis. 2. Tujuan Untuk menyembuhkan pasien, mencegah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari kelompok mycobacterium tuberculosis (Kemenkes RI, 2014), merupakan kuman aerob yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan dunia. Pada tahun 2012 diperkirakan 8,6 juta orang terinfeksi TB dan 1,3 juta orang meninggal karena penyakit ini (termasuk

Lebih terperinci

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

APA ITU TB(TUBERCULOSIS) APA ITU TB(TUBERCULOSIS) TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolusis. Penyakit Tuberkolusis bukanlah hal baru, secara umum kita sudah mengenal penyakit ini. TB bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Hal ini sangat penting dalam membantu kita untuk melakukan aktivitas kehidupan serta rutinitas sehari-hari. Bila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas SKRIPSI HUBUNGAN PERILAKU PENDERITA TB PARU DAN KONDISI RUMAH TERHADAP TINDAKAN PENCEGAHAN POTENSI PENULARAN TB PARU PADA KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG TAHUN 2011 Penelitian Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular yang bersifat kronik dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara-negara berkembang. Diperkirakan

Lebih terperinci

2016 GAMBARAN MOTIVASI KLIEN TB PARU DALAM MINUM OBAT ANTI TUBERCULOSIS DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT DUSTIRA KOTA CIMAHI

2016 GAMBARAN MOTIVASI KLIEN TB PARU DALAM MINUM OBAT ANTI TUBERCULOSIS DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT DUSTIRA KOTA CIMAHI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Depertemen Kesehatan RI (2008) Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Sampai saat

Lebih terperinci

Penyebab Tuberkulosis. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang menular langsung, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis

Penyebab Tuberkulosis. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang menular langsung, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis Dr. Rr. Henny Yuniarti 23 Maret 2011 Penyebab Tuberkulosis Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang menular langsung, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis Cara Penularan Sumber penularan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan bersifat kronis serta bisa menyerang siapa saja (laki-laki,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari 1. Sampel Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sampel pada penelitian ini sebanyak 126 pasien. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari Juni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah terinfeksi oleh kuman Mycobacterium tuberculosis pada tahun 2007 dan ada 9,2 juta penderita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu melalui inhalasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis Paru 2.1.1 Etiologi Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri Mycobacterium tuberculois. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ tubuh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang dapat berakibat fatal bagi penderitanya, yaitu bisa menyebabkan kematian. Penyakit yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus September 24 dengan jumlah sampel yang ada di Poli TB MDR sebanyak 6 pasien, namun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit TB paru di Indonesia masih menjadi salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit TB paru di Indonesia masih menjadi salah satu penyakit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit TB paru di Indonesia masih menjadi salah satu penyakit yang prevalensinya tinggi menduduki peringkat 3 didunia dalam jumlah penderita Tb. Terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian di Puskesmas Bonepantai Kabupaten Bone Bolango dan waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai tanggal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan Nasional, karena kesehatan menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia. Melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit TBC Paru merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. Kuman ini memiliki sifat khusus tahan asam, cepat mati dengan sinar

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT DI PUSKESMAS CURUG TANGERANG Pengantar : Dengan hormat, nama saya Ade Atik, mahasiswa

Lebih terperinci

PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI TUBERKULOSIS. Retno Asti Werdhani Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI

PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI TUBERKULOSIS. Retno Asti Werdhani Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI TUBERKULOSIS Retno Asti Werdhani Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI TUBERKULOSIS DAN KEJADIANNYA Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan

Lebih terperinci

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1 Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB tidak hanya menyerang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB tidak hanya menyerang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB tidak hanya menyerang paru, tetapi juga

Lebih terperinci

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang manusia dengan

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

UNTUK PENGOBATAN TUBERKULOSIS DI UNIT PELAYANAN KESEHATAN

UNTUK PENGOBATAN TUBERKULOSIS DI UNIT PELAYANAN KESEHATAN CV. Kharisma CMYK s+op PETUNJUK PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS FIXED DOSE COMBINATION (OAT-FDC) UNTUK PENGOBATAN TUBERKULOSIS DI UNIT PELAYANAN KESEHATAN Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. TB Paru

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. TB Paru BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Teori TB Paru Pengetahuan Sikap Tindakan 3.2 Kerangka Konsep 3.2.1 Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita TB Paru BAB

Lebih terperinci

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Yang bertanda tangan di bawah ini saya mahasiswa Fakultas Ilnu Kesehatan,

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Yang bertanda tangan di bawah ini saya mahasiswa Fakultas Ilnu Kesehatan, Lampiran 1 SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN KepadaYth, Bapak/Ibu Calon Responden Dengan Hormat Yang bertanda tangan di bawah ini saya mahasiswa Fakultas Ilnu Kesehatan, Program Studi Ilmu Keperawatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis paru selanjutnya disebut TB paru merupakan penyakit menular yang mempunyai angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Menurut World Health Organization

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis Anak A.1. Definisi Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis dan Mycobacterium africanum. 9,10 Tuberkulosis

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arinkunto, S Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Arinkunto, S Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Arinkunto, S. 2000. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Agonwardi (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Dep Kes RI (2008). Penanganan TBC Paru. Jakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia. Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis : HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI SERTA PERAN KELUARGA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATAN SUBAN KECAMATAN BATANG ASAM TAHUN 2015 Herdianti STIKES

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum sering diartikan sebagai upaya multidimensi untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak negara, pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis Paru sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat dan secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular merupakan masalah kesehatan yang belum dapat diselesaikan sampai saat ini, salah satu penyakit menular tersebut adalah Tuberkulosis. Tuberkulosis

Lebih terperinci