UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA ANAK TUNARUNGU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA ANAK TUNARUNGU"

Transkripsi

1 METODE TOKEN ECONOMY UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA ANAK TUNARUNGU (THE TOKEN ECONOMY METHOD TO REDUCE THE AGGRESIVE BEHAVIOUR OF DEAF CHILDREN) Risvi Rayhani Fakultas Psikologi Universitas Semarang George Hardjanta Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata MM. Shinta Pratiwi Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode token economy dalam mengurangi perilaku agresif pada anak tunarungu. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan perilaku agresif pada anak tunarungu sebelum dan sesudah pemberian token economy. Perilaku agresif pada anak tunarungu berkurang sesudah pemberian token economy Subjek dalam penelitian ini berjumlah 6 siswa SLB Negeri Semarang kelas tunarungu kecil. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan rating scale. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik wilcoxon signed rank test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan perilaku agresif yang signifikan sebelum dan sesudah pemberian token economy yang ditunjukkan dengan nilai Z = - 2,207 p < 0,05, sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Kata Kunci : perilaku agresif anak tunarungu, token economy Abstract The aim of this research is to know the effectiveness of the token economy method to reduce the aggresive behaviour of deaf children. The hypothesis presented in this study is there is a difference of the aggresive behaviour of deaf children before and after given the token economy method. The aggresive behaviour of deaf children decreased after they were given the token economy method. The subjects in this study were 6 students of class small deaf in SLB Negeri Semarang. This research was a population research. The research data was collected by using rating scale. The data analysis was done by using wilcoxon signed rank test techniques. The result of this research showed that there was a significant difference of the aggresive behaviour before and after given the token economy method which was shown by the value Z = p < Therefore, the hypothesis in this research was accepted. Key words: aggressive behavior of the deaf child, the token economy 172

2 Pendahuluan Setiap anak yang dilahirkan di dunia ini memiliki keunikannya masing-masing, namun tidak semua anak terlahir sempurna. Orangtua tidak dapat memilih anak yang terlahir normal atau tidak untuk menjadi anaknya. Tidak sedikit juga anak yang terlahir dalam keadaan yang tidak sempurna yang dalam hal ini adalah tunarungu. Tunarungu merupakan istilah umum yang digunakan untuk menyebut kondisi seseorang yang mengalami gangguan dalam indra pendengaran. Anak tunarungu biasanya ketika dilahirkan tidak bisa menangis. Anak tunarungu tidak hanya mengalami gangguan pendengaran, melainkan juga mengalami gangguan dalam berbicara karena kemampuan berbicara seseorang dipengaruhi pembicaraan dari orang lain yang pernah didengar. Anak tunarungu tidak bisa mendengarkan apapun sehingga dia sulit mengerti percakapan yang dibicarakan orang, dengan kata lain diapun akan mengalami kesulitan dalam berbicara (Smart, 2010: 34). Hambatan pada anak tunarungu ialah kondisi dimana indra pendengaran yang mengalami gangguan, hal tersebut memengaruhi kemampuan-kemampuan lain, seperti kemampuan berkomunikasi yang akan berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Keterbatasan yang ada pada anak tunarungu menjadikannya sulit untuk menangkap informasi yang diberikan oleh orang lain dan begitu juga sebaliknya. Komunikasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan sehari, pada anak tunarungu komunikasi mungkin dilakukan dengan cara berbeda karena keterbatasan yang dimiliki. Kesulitan berkomunikasi pada anak tunarungu memungkinkan terjadinya kesalahan dalam penyampaian maksud, terkadang maksud yang ingin disampaikan tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Anak tunarungu lebih mengekspresikannya lewat perbuatan dan perilaku untuk berkomunikasi dengan orang lain. Anak tunarungu akan terlihat lebih ekspresif dalam berkomunikasi dengan orang lain karena dengan keterbatasan yang dimiliki akan sulit untuk mengungkapkan sesuatu. Perilaku yang lebih ekspresif yang dimaksudkan di sini merupakan perilaku untuk mengungkapkan sesuatu atau mengajak orang lain berkomunikasi. Terkadang perilaku tersebut tanpa disadari berlebihan dan dapat 173

3 membahayakan orang lain. Selain itu dapat mengganggu dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Anak tunarungu belum paham benar dengan setiap perilaku yang ditunjukkan, apakah itu baik atau buruk. Perilaku yang tergolong buruk dan dapat mencelakakan orang lain dan menimbulkan kegaduhan apabila sering muncul tanpa adanya tindakan sejak dini akan menjadi kebiasaan yang dapat menjadi perilaku agresif. Perilaku agresif merupakan jenis perilaku yang melukiskan perilaku yang disengaja untuk melukai orang lain baik secara fisik maupun verbal. Perilaku agresif tidak hanya dapat muncul pada anak tunarungu, melainkan pada anak normal juga. Dalam hal ini perilaku agresif yang dimaksudkan adalah perilaku yang dapat mengganggu atau menghambat dalam proses belajar mengajar. Baron dan Richardson (dalam Krahe, 2005: 16-17) mendeskripsikan agresi sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang terdorong untuk menghindari perilaku itu. Motif utama perilaku agresif bisa jadi adalah keinginan menyakiti orang lain untuk mengerkspresikan perasaan-perasaan negatif, seperti pada agresi permusuhan, atau keinginan mencapai tujuan yang diinginkan melalui tindakan agresif, seperti dalam agresi instrumental. Kekurangan akan pemahaman bahasa lisan atau tulisan sering kali menyebabkan anak tunarungu menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi emosinya. Tekanan pada emosinya itu dapat menghambat perkembangan pribadinya dengan menampilkan sikap menutup diri, bertindak agresif, atau sebaliknya menampakkan kebimbangan dan keragu-raguan emosi anak tunarungu selalu bergolak di satu pihak karena kemiskinan bahasanya dan di pihak lain karena pengaruh dari luar yang diterimanya (Nurisneni, 2010). Hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap anak tunarungu di SLB Negeri Semarang, menunjukkan bahwa perilaku agresif yang muncul adalah mencubit, berteriak, mendorong, dan memukul yang terlihat ketika proses belajar mengajar berlangsung. Perilaku tersebut dilakukan bukan dengan maksud mencelakai melainkan hanya sekedar bercanda ataupun mengekspresikan rasa gemas, namun anak 174

4 tunaraungu tidak menyadari bahwa tindakan tersebut juga dapat membahayakan orang lain. Perilaku tersebut dapat dinilai wajar karena siswa tergolong anak-anak, namun apabila perilaku tersebut sering muncul dan menjadi kebiasaan akan menjadi tidak wajar. Perilaku dapat dikatakan menjadi perilaku agresif apabila sudah sering muncul. Wawancara pada guru SLB Negeri Semarang pada kelas tunarungu kecil menunjukkan bahwa memang perilakuperilaku tertentu sering muncul pada beberapa anak, seperti mendorong, mencubit yang mungkin dimaksudkan untuk bercanda atau mengungkapkan rasa gemas, selain itu ada juga yang asik dengan dunianya sendiri saat dalam proses belajar mengajar didalam kelas yang membuat proses belajar mengajar menjadi terganggu karena anak tunarungu lain yang ada di dalam kelas akan terpecah perhatiannya dan dapat menimbulkan kegaduhan. Anak tunarungu kadang tidak menyadari yang tindakan yang dilakukan dapat membahayakan orang lain, oleh karena itu jika perilaku tersebut terus dibiarkan tanpa ada tindak lanjut sejak dini akan menjadi suatu kebiasaan yang nantinya akan sulit diubah. Akibat yang akan ditimbulkan dari perilaku-perilaku tersebut adalah semakin buruknya hubungan sosial anak tunarungu dengan teman-temannya karena terhambatnya aktivitas belajar didalam kelas. Apabila keadaan tersebut tidak ditangani dengan baik, maka perilaku agresifnya dapat mengarah pada tindak kriminal. Oleh karena itu penanganan yang tepat dan sesuai dengan kondisi anak sangat dibutuhkan. Thorndike (dalam Koeswara, 1988: 39) salah seorang tokoh dalam behaviorisme dengan law of effect-nya menekankan bahwa dalam proses belajar atau pembentukan suatu tingkah laku, hadiah (reward) dan hukuman (punishment) memainkan peranan penting. Tepatnya law of effect menerangkan bahwa individu cenderung mengulang suatu tingkah laku apabila tingkah laku tersebut menimbulkan efek yang menyenangkan (rewarded), dan sebaliknya individu tidak akan mengulang suatu tingkah laku apabila tingkah laku tersebut menimbulkan efek yang tidak menyenangkan bagi dirinya (punished). Jika law of effect digunakan untuk menerangkan perilaku agresif, maka agresif terbentuk dan diulang oleh individu karena dengan perilaku agresif tersebut individu memperoleh efek atau hasil yang 175

5 menyenangkan. Apabila dengan perilaku agresif tersebut individu memperoleh efek yang tidak menyenangkan, maka agresi tersebut tidak akan diulangnya. Modifikasi perilaku dapat digunakan untuk mengurangi perilaku agresif individu. Hal ini disebabkan perilaku individu adalah perilaku yang dibentuk, perilaku yang diperoleh, serta perilaku yang dipelajari melalui proses belajar (Walgito, 2002: 15). Pengaruh orang lain, hadiah, dan hukuman merupakan pengaruh penting bagi perilaku seseorang. Menurut Soekadji (1983: 1) modifikasi perilaku merupakan usaha untuk menerapkan prinsip-prinsip proses belajar maupun prinsip-prinsip psikologi hasil eksperimen lain pada manusia. Terdapat beberapa teknik yang dapat diterapkan dalam modifikasi perilaku, yaitu peningkatan dan pemeliharaan perilaku, dan pengurangan dan penghapusan perilaku. Berdasarkan beberapa teknik penerapan prinsip belajar, teknik meningkatkan dan memelihara perilaku lebih maju daripada pengurangan dan penghilangan perilaku. Berbagai metode dapat digunakan untuk mengurangi perilaku agresif pada anak, seperti metode time out, yaitu metode yang memberlakukan waktu jeda untuk masing masing pihak yang terlibat dalam masalah (termasuk anak dan orang tua) agar dapat menenangkan diri dengan menjauhkan diri dari tempat terjadinya masalah., metode token economy, dan lain sebagainya. Peneliti memfokuskan pada metode token economy untuk mengurangi perilaku agresif pada anak tunarungu dengan pertimbangan bahwa metode token economy subjek penelitian yang berada pada anak-anak akan lebih efektif jika diberikan suatu penguat apabila mampu mengubah perilakunya ke arah yang lebih positif. Peneliti tertarik untuk menggunakan teknik pengurangan dan penghapusan perilaku, yang dalam penerapannya menggunakan metode token economy. Soekadji (1983: 71-72) sendiri berpendapat bahwa token economy merupakan prosedur kombinasi untuk meningkatkan, mengajar, mengurangi dan memelihara berbagai perilaku, yaitu merupakan pemberian token (tanda, isyarat, kepingan) sesegera mungkin setiap kali setelah perilaku yang diinginkan muncul. Token ini nantinya bisa ditukar dengan benda/aktivitas yang diinginkan oleh subjek. Token economy dapat diterapkan pada anak-anak normal, pada anak-anak atau 176

6 orang-orang yang perkembagannya terlambat, yang cacat mental, atau yang mengalami penyimpangan kepribadian. Intervensi metode token economy dilakukan dengan memberikan kupon hadiah apabila dalam sehari anak berperilaku manis. Setelah kupon terkumpul sesuai dengan jumlah yang disepakati, maka anak berhak mendapatkan hadiah yang telah dijanjikan sebelumnya. Drost, dkk (2003: 134) menyatakan bahwa metode token economy efektif selama anak memahami betul aturan permainannya dan orangtua konsekuen dalam pelaksanaan. Anak juga akan diberikan sanksi apabila menunjukkan perilaku agresif sesuai dengan kesepakatan, misalnya tidak diizinkan menonton televisi atau bermain ke luar rumah. Inti dari metode token economy adalah anak perlu memahami secara benar hubungan sebab-akibat dari perilaku dan sanksi yang dikenakan. Melalui metode ini diharapkan sedikit demi sedikit dapat memberi pemahaman pada anak tunarungu mengenai perilaku-perilaku yang dianggap kurang baik melalui aplikasi dari metode token economy yang akan dibuat menarik bagi anak tunarungu agar hasilnya diharapkan lebih efektif. Pemberian metode token economy dibuat sedemikian rupa agar dapat menarik perhatian anak tunarungu, karena tidak bisa disamakan dengan anak normal yang lebih mudah memahami dari pemberian token dibandingkan anak tunarungu yang memiliki keterbatasan yang membuat anak tunarungu sulit untuk memahami sesuatu. Pada hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Indrijati (2009: 50) tentang metode token economy dalam proses belajar mengajar didalam kelas terhadap siswa SMP dapat disimpulkan bahwa metode ini dapat meningkatkan kemunculan perilaku positif yang diharapkan. Mesikpun penelitian sebelumnya dilakukan pada siswa SMP, diharapkan metode ini juga dapat efektif bila diterapkan pada anak tunarungu. Metode Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi SLB Negeri Semarang pada kelas Tunarungu Kecil, dan berusia 5-6 tahun. Penelitian ini menggunakan semua subjek yang sesuai dengan karakteristik pada populasi. Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data rating scale dan observasi. Penelitian ini menggunakan metode analisis data non parametrik. Metode analisis data non parametrik yang digunakan adalah 177

7 wilcoxon signed rank test yang digunakan untuk membandingkan perbedaan dua median. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan perilaku agresif pada anak tunarungu antara sebelum dan sesudah pemberian token economy. Perilaku agresif pada anak tunarungu berkurang sesudah pemberian token economy. Soekadji (1983: 71-72) sendiri berpendapat bahwa token economy merupakan prosedur kombinasi untuk meningkatkan, mengajar, mengurangi dan memelihara berbagai perilaku, yaitu merupakan pemberian token (tanda, isyarat, kepingan) sesegera mungkin setiap kali setelah perilaku yang diinginkan muncul. Token ini nantinya bisa ditukar dengan benda/aktivitas yang diinginkan oleh subjek. Token economy dapat diterapkan pada anakanak normal, pada anak-anak atau orangorang yang perkembangannya terlambat, yang cacat mental, atau yang mengalami penyimpangan kepribadian. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan A isah, dkk (2011: 8) yang menunjukkan bahwa hasil analisis data sesudah perlakuan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa ada perbedaan skor regulasi diri antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah perlakuan metode modifikasi perilaku token economy. Pemberian token economy bagi anak tunarungu, dimana guru kelas mengambil salah satu token ketika siswa menunjukkan perilaku agresif dapat menunjadikan perilaku agresif siswa menurun karena adanya pemberian penjelasan oleh guru bahwa perilaku yang ditunjukkan siswa tergolong ke dalam perilaku agresif dan harus dihindari karena dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Miltenberger (2004: 472) berpendapat bahwa tujuan dari token economy adalah untuk memperkuat perilaku yang diinginkan yang jarang terjadi dan untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan dalam latar lingkungan atau pendidikan. Pada penelitian ini untuk mengurangi perilaku agresif pada anak tunarungu digunakan metode token economy. Apabila anak tunarungu melakukan atau menunjukkan perilaku yang menjadi sasaran penelitian, yaitu memukul, mencubit, menendang maka bintang akan diambil satu persatu sembari memberikan pengertian 178

8 mengapa bintang tersebut diambil, sehingga anak tunarungu akan menyadari bahwa perilaku tersebut tidak baik. Metode token economy dapat mengurangi perilaku agresif yang ditunjukkan anak tunarungu dengan adanya reinforcement yang diberikan. Drost, dkk (2003: 134) menyatakan bahwa metode token economy efektif selama anak memahami betul aturan permainannya dan orangtua konsekuen dalam pelaksanaannya. Anak juga akan diberikan sanksi apabila menunjukkan perilaku agresif sesuai dengan kesepakatan, misalnya tidak diizinkan menonton televisi atau bermain ke luar rumah. Inti dari metode token economy adalah anak perlu memahami secara benar hubungan sebab-akibat dari perilaku dan sanksi yang dikenakan. Perlakuan token economy pada anak tunarungu di SLB Negeri Semarang yang dilakukan peneliti mampu menurunkan perilaku agresif yang ditunjukkan siswa. Hal tersebut terlihat dari bentuk-bentuk perilaku agresif yang lebih rendah dibandingkan pada saat sebelum diberlakukan token economy. Perilaku agresif merupakan segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang terdorong untuk menghindari perilaku itu (Baron dan Richardson, dalam Krahe, 2005: 16-17). Motif utama perilaku agresif bisa jadi adalah keinginan menyakiti orang lain untuk mengerkspresikan perasaan-perasaan negatif, seperti pada agresi permusuhan, atau keinginan mencapai tujuan yang diinginkan melalui tindakan agresif, seperti dalam agresi instrumental. Pada anak tunarungu, bentukbentuk perilaku agresif seringkali muncul ketika sedang berada di sekolah, baik dilakukan terhadap teman maupun guru kelas. Metode token economy yang diberlakukan pada siswa kelas tunarungu SLB Negeri Semarang dengan adanya pengurangan token yang dimiliki siswa mampu menurunkan perilaku agresif yang ditunjukkan siswa kelas tunarungu. Siswa menyadari bahwa ketika menunjukkan perilaku agresif maka token yang dimilikinya akan dikurangi. Siswa berusaha agar token yang dimiliki tidak semakin berkurang, sehingga perilaku agresif yang ditunjukkannya berkurang. Kelemahan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan penelitian yang relatif singkat sehingga dikhawatirkan perlakuan metode token economy yang diberikan kepada anak tunarungu kurang maksimal. Kondisi tersebut memiliki kelemahan karena dikhawatirkan 179

9 efektivitas metode token economy kurang terjaga, sehingga perilaku agresif yang ditunjukkan anak tunarungu dapat terulang kembali. Penutup Simpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil simpulan bahwa ada perbedaan perilaku agresif pada anak tunarungu sebelum dan sesudah pemberian token economy. Perilaku agresif pada anak tunarungu berkurang sesudah pemberian token economy dari pada perilaku agresif sebelum pemberian token economy, sehingga hipotesis yang diajukan terbukti. Saran Saran yang dapat diberikan setelah melihat hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas adalah sebagai berikut: 1. Bagi pihak sekolah Pihak sekolah untuk tetap menggunakan metode token economy pada anak tunarungu, sehingga perilaku agresif anak tunarungu dapat dikendalikan dengan baik. Perlakuan dengan token economy yang disertai penjelasan kepada siswa akan memberikan pemahaman bahwa perilaku agresif dapat merugikan diri sendiri dan orang lain dapat menjadikan siswa berusaha menghindari perilaku agresif. 2. Bagi peneliti lain Peneliti lain yang tertarik untuk melanjutkan penelitian diharapkan dapat melihat faktor lain yang mempengaruhi perilaku agresif, seperti faktor karakteristik individu deindividuasi, kekuasaan dan kepatuhan, provokasi, pengaruh obat-obatan terlarang (drug effect), personalitas, situasi, kondisi aversif, media massa, isyarat agresif, serta kehadiran orang lain. DAFTAR PUSTAKA A isah, A., Prasetyo, B. W., dan Imam, S Pengaruh Penerapan Metode Modifikasi Perilaku Token Economy terhadap Regulasi Diri Siswa Peserta Mata Pelajaran Matematika. Jurnal Psikologi Undip. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Drost, S. J... (et al.);editor, Rose A. Mini Priyanto Perilaku Anak Usia Dini, Kasus dan Pemecahannya. Jakarta: Tim Pustaka Familia. Indrijati, H Efektivitas Metode Modifikasi Perilaku Token Economy dalam Proses Belajar Mengajar di Kelas. Jurnal Psikologi Indonesia. Vol. VI. No. 1. Hal Surabaya: Universitas Airlangga. 180

10 Koeswara, E Agresi Manusia. Bandung: PT. Eresco. Krahe, B Perilaku Agresif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Miltenberger, R Behavior Modification. North Dakota State University. Monks, F.J, Knoers A.M.P & Haditono, S.R Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: University Press. Nurisneni Karakteristik dan Masalah Perkembangan Anak Tunarungu. karakteristik-dan-masalahperkembangan.html. (Sabtu, 26 Mei 2012). Smart, A Anak Cacat Bukan Kiamat. Yogyakarta: Katahati. Soekadji, S Modifikasi Perilaku: Penerapan Sehari-hari dan Penerapan Profesional. Yogyakarta: Liberty. Walgito, B Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset. 181

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Perilaku Agresif 2.1.1. Pengertian Perilaku Agresif Perasaan kecewa, emosi, amarah dan sebagainya dapat memicu munculnya perilaku agresif pada individu. Pemicu yang umum dari

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 758-769 EFEKTIFITAS TEKNIK TOKEN EKONOMI DALAM UPAYA MENGURANGI PRILAKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada siswa Sekolah Menengah Pertama berusia 12 tahun sampai 15 tahun, mereka membutuhkan bimbingan dan arahan dari pihak keluarga dan sekolah agar mereka dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan anak yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan anak yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pendidikan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penanganan untuk anak berkebutuhan khusus menjadi suatu tantangan tersendiri bagi penyelenggara pendidikan luar biasa mengingat karakteristik dan kebutuhan anak yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI MENGGUNAKAN TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF SISWA KELAS 1 SD

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI MENGGUNAKAN TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF SISWA KELAS 1 SD PENINGKATAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI MENGGUNAKAN TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF SISWA KELAS 1 SD Wiwit Wiarti (wiwitwiarti@yahoo.co.id) 1 Yusmansyah 2 Diah Utaminingasih 3 ABSTRACT The purpose in this

Lebih terperinci

GROUP COUNSELING SERVICES EFFECTIVENESS IN REDUCING STUDENT BEHAVIOR AGGRESSIVE SMA 6 PADANGSIDIMPUAN STATE ACADEMIC YEAR

GROUP COUNSELING SERVICES EFFECTIVENESS IN REDUCING STUDENT BEHAVIOR AGGRESSIVE SMA 6 PADANGSIDIMPUAN STATE ACADEMIC YEAR GROUP COUNSELING SERVICES EFFECTIVENESS IN REDUCING STUDENT BEHAVIOR AGGRESSIVE SMA 6 PADANGSIDIMPUAN STATE ACADEMIC YEAR 2015-2016 Sukatno, M.Pd Dosen Bimbingan dan Konseling, UMTS Padangsidimpuan Email:

Lebih terperinci

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG Manuscript OLEH : Sri Utami G2A009102 PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN A. Perbandingan Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan

Lebih terperinci

PENGARUH MENGUNYAH PERMEN KARET TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH MENGUNYAH PERMEN KARET TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH MENGUNYAH PERMEN KARET TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Studi pada mahasiswa tingkat awal (2014) Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan sosial dan kepribadian anak usia dini ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan mendekatkan diri pada

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 1 Maret 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :242-251 Reducing Aggressive Behavior X Through Deaf Child Allowance Shortly

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA 92 BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA (SIBI) BAGI PENYANDANG TUNARUNGU DI SMALB-B KARYA MULIA SURABAYA A. Bagaimana proses

Lebih terperinci

2014 PENGGUNAAN TEKNIK BEHAVIOR CONTRACT

2014 PENGGUNAAN TEKNIK BEHAVIOR CONTRACT 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merupakan suatu bentuk perbuatan atau aktivitas yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya sehari-hari baik yang dapat diamati secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya tingkah laku seseorang terjadi akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya, yang berarti bahwa baik faktor individu maupun lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat saja terganggu, sebagai akibat dari gangguan dalam pendengaran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat saja terganggu, sebagai akibat dari gangguan dalam pendengaran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang paling menarik untuk dipelajari, karena banyak sekali masalah yang dihadapi. Seiring dengan perkembangan jaman dan peradaban,

Lebih terperinci

BAB III PENERAPAN TEKNIK TOKEN ECONOMY DALAM MENGATASI PERILAKU TERLAMBAT

BAB III PENERAPAN TEKNIK TOKEN ECONOMY DALAM MENGATASI PERILAKU TERLAMBAT BAB III PENERAPAN TEKNIK TOKEN ECONOMY DALAM MENGATASI PERILAKU TERLAMBAT A. GAMBARAN SISWA Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa SMAN 1 Kibin yang dilakukan pada tanggal 25 januari 2016 diperoleh data

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

EFEK PENGGUNAAN COGNITIVE BEHAVIORAL PLAY THERAPY UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN PADA ANAK YANG MENGALAMI GEJALA POST-TRAUMATIC STRESS DISORDER TESIS

EFEK PENGGUNAAN COGNITIVE BEHAVIORAL PLAY THERAPY UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN PADA ANAK YANG MENGALAMI GEJALA POST-TRAUMATIC STRESS DISORDER TESIS EFEK PENGGUNAAN COGNITIVE BEHAVIORAL PLAY THERAPY UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN PADA ANAK YANG MENGALAMI GEJALA POST-TRAUMATIC STRESS DISORDER TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE SOSIODRAMA (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN PENGENALAN JENIS-JENIS PEKERJAAN PADA MATA PELAJARAN IPS BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

EFEKTIVITAS METODE SOSIODRAMA (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN PENGENALAN JENIS-JENIS PEKERJAAN PADA MATA PELAJARAN IPS BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN EFEKTIVITAS METODE SOSIODRAMA (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN PENGENALAN JENIS-JENIS PEKERJAAN PADA MATA PELAJARAN IPS BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV SDLB C YPAC SEMARANG TAHUN AJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU PRO-SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU PRO-SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU PRO-SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Dian Setyorini ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS TINGGI SD N 1 MUDALREJO TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL JURNAL

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS TINGGI SD N 1 MUDALREJO TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL JURNAL HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS TINGGI SD N 1 MUDALREJO TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data

BAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Analisis data merupakan bagian dari tahap penelitian kualitatif yang berguna untuk mengkaji data yang telah diperoleh peneliti dari para informan maupun pengamatan

Lebih terperinci

2016 PENGGUNAAN TEKNIK TEGURAN TERHADAP PERILAKU STEREOTYPE PADA PESERTA DIDIK TOTALLY BLIND DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG

2016 PENGGUNAAN TEKNIK TEGURAN TERHADAP PERILAKU STEREOTYPE PADA PESERTA DIDIK TOTALLY BLIND DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Orang tunanetra merupakan seseorang yang kehilangan seluruh maupun sebagian dari fungsi penglihatannya, terdapat beberapa dampak yang ditimbulkan dari ketunanetraan,

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMP

METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMP METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMP Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister Psikologi Program Pendidikan Profesi

Lebih terperinci

Oleh : RIYANI TUGAS AKHIR Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Oleh : RIYANI TUGAS AKHIR Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PERBEDAAN TINGKAT PROKRASTINASI AKADEMIK DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UKSW DITINJAU DARI KEPRIBADIAN TIPE A DAN TIPE B Oleh : RIYANI 802008022 TUGAS AKHIR Diajukan dalam

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERILAKU BAGI ANAK AUTIS *)

MODIFIKASI PERILAKU BAGI ANAK AUTIS *) MODIFIKASI PERILAKU BAGI ANAK AUTIS *) Oleh Edi Purwanta Staf Pengajar PLB FIP UNY Hakikat pembelajaran tidak lain adalah upaya mengubah perilaku. Perilaku yang diharapkan merupakan tujuan utama dari proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan

Lebih terperinci

PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP KEMAMPUAN SAINS ANAK KELOMPOK B

PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP KEMAMPUAN SAINS ANAK KELOMPOK B PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP KEMAMPUAN SAINS ANAK KELOMPOK B Eka Nita Octaria Rachma Hasibuan PG-PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya Jalan Teratai No.4 Surabaya 60136 (Email:ekanita@yahoo.com)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK TOKEN EKONOMI DALAM MENGURANGI PERILAKU KEKERASAN PADA SISWA KELAS VI DI MADRASAH IBTIDAIYAH AISYAH KOTA BANDUNG

2015 PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK TOKEN EKONOMI DALAM MENGURANGI PERILAKU KEKERASAN PADA SISWA KELAS VI DI MADRASAH IBTIDAIYAH AISYAH KOTA BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan merupakan satu istilah yang tidak asing dan cenderung lebih dikaitkan dengan peristiwa yang mengerikan, menakutkan, menyakitkan, atau bahkan mematikan.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : ELSA NUGRAHENI K

SKRIPSI. Oleh : ELSA NUGRAHENI K EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMASI TENTANG MANAJEMEN WAKTU UNTUK MENGURANGI KECANDUAN JEJARING SOSIAL FACEBOOK PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 MOJOLABAN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016 SKRIPSI

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA Ertik Indrawati, Setyorini dan Sumardjono Padmomartono Program Studi S1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilatarbelakangi munculnya fenomena anak autis yang menempuh pendidikan di lembaga pendidikan umum selayaknya anak normal atau bahkan banyak dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Ekspositori, dan Hasil Belajar. Abstract

Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Ekspositori, dan Hasil Belajar. Abstract PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN PEMBELAJARAN EKSPOSITORI TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS IV SISWA SD ATHIRAH KOTA MAKASSAR 1 Nurhadifah Amaliyah, 2 Waddi Fatimah,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. hipotesis dengan menggunakan teknik korelari product moment

BAB V HASIL PENELITIAN. hipotesis dengan menggunakan teknik korelari product moment BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan data skala perilaku agresif remaja dan skala menonton acara kekerasan di televisi, peneliti melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA JURNAL SKRIPSI Disusun Oleh: RIKA TRI ARIANI M2A607088 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif.

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku agresif seringkali diperbincangkan oleh masyarakat karena hal tersebut memicu kekhawatiran masyarakat sekitar, terutama di kalangan pelajar SMK. Hal

Lebih terperinci

R E N Y N U R L I A N A F

R E N Y N U R L I A N A F TEKNIK DEPRIVASI SEBAGAI UPAYA MENANGANI AGRESIVITAS PADA ANAK USIA TK S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ADHD merupakan istilah berbahasa Inggris kependekan dari Attention Deficit Hiperactivity Disorder (Attention = perhatian, Deficit = kekurangan, Hiperactivity

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TOKEN ECONOMY UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK USIA DINI. Irma Daniati 1 Giyono 2 Ratna Widiastuti 3

PENGGUNAAN TOKEN ECONOMY UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK USIA DINI. Irma Daniati 1 Giyono 2 Ratna Widiastuti 3 PENGGUNAAN TOKEN ECONOMY UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK USIA DINI Irma Daniati (Irmadaniati9@gmail.com) 1 Giyono 2 Ratna Widiastuti 3 ABSTRACT The purpose of this study was to determine

Lebih terperinci

PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS

PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS SKRIPSI DIAN SAVITRI 99.40.3019 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2005 PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP

Lebih terperinci

PENGARUH MINAT, KEMANDIRIAN, DAN SUMBER BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII SMP NEGERI 5 UNGARAN

PENGARUH MINAT, KEMANDIRIAN, DAN SUMBER BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII SMP NEGERI 5 UNGARAN JURNAL PENDIDIKAN EKONOMI DINAMIKA PENDIDIKAN Vol. VII, No. 1, Juni 2012 Hal. 8-13 PENGARUH MINAT, KEMANDIRIAN, DAN SUMBER BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, kasus tindak kekerasan semakin marak terjadi. Hal tersebut tidak hanya terjadi di tempat yang rawan kriminalitas saja tetapi juga banyak terjadi di berbagai

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS TEKNIK SOSIODRAMA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF VERBAL SISWA SMP

EFEKTIVITAS TEKNIK SOSIODRAMA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF VERBAL SISWA SMP 68 Jurnal Jurnal Kajian Kajian Bimbingan Bimbingan dan dan Konseling Konseling Vol. 1, No. 2, 2016, hlm. 68 73 Vol 1, No. 2, 2016, hlm. 68 73 Tersedia Online di http://journal.um.ac.id/index.php/bk eissn:

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN PENGUASAAN KONTEN TERHADAP PEMAHAMAN POTENSI DIRI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KALIKOTES KLATEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENGARUH LAYANAN PENGUASAAN KONTEN TERHADAP PEMAHAMAN POTENSI DIRI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KALIKOTES KLATEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PENGARUH LAYANAN PENGUASAAN KONTEN TERHADAP PEMAHAMAN POTENSI DIRI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KALIKOTES KLATEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Deni Maryana Abstract This research aims to find out

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. TK (Taman kanak-kanak) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal

I. PENDAHULUAN. TK (Taman kanak-kanak) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang TK (Taman kanak-kanak) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal dalam rangka sistem pendidikan nasional yang merupakan salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena membolos di kalangan pelajar bukanlah baru di sekolah. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena membolos di kalangan pelajar bukanlah baru di sekolah. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena membolos di kalangan pelajar bukanlah baru di sekolah. Hal tersebut seringkali terjadi pada para siswa terutama di tingkat sekolah menengah dan juga

Lebih terperinci

Penerapan Reinforcement Theory Pada Anak

Penerapan Reinforcement Theory Pada Anak Penerapan Reinforcement Theory Pada Anak Beragam problem terkait dengan motivasi berprestasi siswa di sekolah seringkali dihadapi guru. Ada siswa yang senantiasa menyelesaikan pekerjaan, namun jarang mengerjakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia mencapai 243,8 juta jiwa dan sekitar 33,9 persen diantaranya adalah anakanak usia 0-17 tahun (Badan

Lebih terperinci

PENGARUH METODE EKSPOSITORI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DASAR MAHASISWA MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

PENGARUH METODE EKSPOSITORI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DASAR MAHASISWA MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM JPE (Jurnal Pendidikan Edutama) Vol. 5 No. 1 Januari 2018 P-ISSN : 2339-2258 (Print) E-ISSN: 2548-821X (Online) http://ejurnal.ikippgribojonegoro.ac.id/index.php/jpe PENGARUH METODE EKSPOSITORI PADA PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu fungsi manusia selain sebagai makhluk individu adalah sebagai makhluk sosial. Dengan fungsi tersebut, antara satu individu dengan individu lain

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PERILAKU AGRESIF SISWA DI SEKOLAH

STUDI TENTANG PERILAKU AGRESIF SISWA DI SEKOLAH Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Halaman 243-249 Info Artikel: Diterima14/02/2013 Direvisi20/01/2013 Dipublikasikan 25/02/2013

Lebih terperinci

Ani Widyastuti PGSD Universitas PGRI Yogyakarta Abstrak

Ani Widyastuti PGSD Universitas PGRI Yogyakarta   Abstrak EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN ARENDS TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD BAKALAN SEWON BANTUL TAHUN AJARAN 2015/2016 Ani Widyastuti PGSD Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE MEANS-ENDS ANALYSIS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 12 PADANG

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE MEANS-ENDS ANALYSIS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 12 PADANG PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE MEANS-ENDS ANALYSIS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 12 PADANG Ahyu Rahmah 1, Lutfian Almash 1, Susi Herawati 1 1 Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah program. Program melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses untuk mencapai tujuan yang diprogramkan. Sebagai

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN MODIFIKASI PERILAKU DENGAN TEKNIK TOKEN ECONOMIC UNTUK MENINGKATKAN KEBERANIAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT DI KELAS PADA SISWA KELAS V

KEEFEKTIFAN MODIFIKASI PERILAKU DENGAN TEKNIK TOKEN ECONOMIC UNTUK MENINGKATKAN KEBERANIAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT DI KELAS PADA SISWA KELAS V KEEFEKTIFAN MODIFIKASI PERILAKU DENGAN TEKNIK TOKEN ECONOMIC UNTUK MENINGKATKAN KEBERANIAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT DI KELAS PADA SISWA KELAS V SDN TRITIH WETAN 01 CILACAP TAHUN PELAJARAN 2013/2014 JURNAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal untuk hidup secara mandiri. Masa dewasa awal atau early health

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal untuk hidup secara mandiri. Masa dewasa awal atau early health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa dikenal sebagai pelaku utama dan agent of exchange dalam gerakan-gerakan pembaharuan. Mahasiswa memiliki makna yaitu sekumpulan manusia intelektual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis merupakan gangguan perkembangan yang menghambat berbagai aspek dalam kehidupan anak dengan gangguan autis. Anak autis rata-rata mengalami gangguan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Kebutuhan tersebut tidak hanya secara fisiologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia berharap dilahirkan dalam keadaan yang normal dan sempurna, akan tetapi tidak semua manusia mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan,

Lebih terperinci

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017 Efektivitas Teknik Pembelajaran Think Pair Share untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Tunalaras di SLB E Handayani Wiwiet Purwitawati Sholihah dan Dedy Kurniadi Departemen Pendidikan Khusus Fakultas

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PELATIHAN ENTREPRENEURSHIP SKILL UNTUK MENINGKATKAN MINAT MENJADI ENTREPRENEUR. Oleh : Jhonij Sugiarto

EFEKTIVITAS PELATIHAN ENTREPRENEURSHIP SKILL UNTUK MENINGKATKAN MINAT MENJADI ENTREPRENEUR. Oleh : Jhonij Sugiarto EFEKTIVITAS PELATIHAN ENTREPRENEURSHIP SKILL UNTUK MENINGKATKAN MINAT MENJADI ENTREPRENEUR Oleh : Jhonij Sugiarto 09.92.0005 Program Magister Sain Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan sesamanya dengan salah satunya berkomunikasi. Komunikasi merupakan suatu hal yang saling mengirim

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS V DI SEKOLAH LUAR BIASA WIYATA DHARMA 4 GODEAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS V DI SEKOLAH LUAR BIASA WIYATA DHARMA 4 GODEAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS V DI SEKOLAH LUAR BIASA WIYATA DHARMA 4 GODEAN Artikel Jurnal Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

KOMPARASI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PICTURE AND PICTURE

KOMPARASI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PICTURE AND PICTURE KOMPARASI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PICTURE AND PICTURE DAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM MATERI KERUSAKAN LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 PONTIANAK Norsidi Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi

Lebih terperinci

LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENURUNKAN PERILAKU AGRESIF PADA PESERTA DIDIK DI SMP MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENURUNKAN PERILAKU AGRESIF PADA PESERTA DIDIK DI SMP MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA SULUH Jurnal Bimbingan Konseling, Agustus 2016, Volume 2 Nomor 2 (12-16) http://jurnal.umpalangkaraya.ac.id/ejurnal/suluh LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENURUNKAN PERILAKU AGRESIF PADA PESERTA DIDIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan kemampuan bicara (Somantri, 2006). selayaknya remaja normal lainnya (Sastrawinata dkk, 1977).

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan kemampuan bicara (Somantri, 2006). selayaknya remaja normal lainnya (Sastrawinata dkk, 1977). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuna rungu wicara adalah kondisi realitas sosial yang tidak terelakan didalam masyarakat. Penyandang kecacatan ini tidak mampu berkomunikasi dengan baik selayaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, seperti yang tercantum dalam Undang Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN BOLAVOLI MAHASISWA PUTRA

PENGARUH LATIHAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN BOLAVOLI MAHASISWA PUTRA Jurnal Pendidikan Olahraga, Vol. 6, No. 2, Desember 2017 PENGARUH LATIHAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN BOLAVOLI MAHASISWA PUTRA Abdillah 1, Anang Qosim 2, Rubiyatno

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN MEDIA LEAFLET DAN VIDEO BAHAYA MEROKOK PADA REMAJA

STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN MEDIA LEAFLET DAN VIDEO BAHAYA MEROKOK PADA REMAJA STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN MEDIA LEAFLET DAN VIDEO BAHAYA MEROKOK PADA REMAJA Kasman, Noorhidayah, Kasuma Bakti Persada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Kalimantan Banjarmasin kasman.ph@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agresif atau korban dari perilaku agresif orang lain tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. agresif atau korban dari perilaku agresif orang lain tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku agresif kini dilakukan oleh berbagai usia baik itu anak anak, remaja, maupun dewasa, bahkan lansia. Perilaku agresif ini pula dilakukan oleh perseorangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN GADGET

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN GADGET HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN GADGET DENGAN POLA KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DALAM KELUARGA PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 17 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : MASYITHOH PUTRI PERTIWI 12500041 ABSTRAK:

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN HUKUMAN DAN HADIAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP NEGER 9 BANJARMASIN

PENGARUH PEMBERIAN HUKUMAN DAN HADIAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP NEGER 9 BANJARMASIN PENGARUH PEMBERIAN HUKUMAN DAN HADIAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP NEGER 9 BANJARMASIN Syahrijal, Mustika Wati, dan Syubhan An nur Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin rijalphysics01@gmail.com

Lebih terperinci

PENGARUH TOKEN EKONOMI UNTUK MENURUNKAN PERILAKU AGRESIF PADA ANAK SEKOLAH DASAR TESIS. Diajukan Kepada

PENGARUH TOKEN EKONOMI UNTUK MENURUNKAN PERILAKU AGRESIF PADA ANAK SEKOLAH DASAR TESIS. Diajukan Kepada PENGARUH TOKEN EKONOMI UNTUK MENURUNKAN PERILAKU AGRESIF PADA ANAK SEKOLAH DASAR TESIS Diajukan Kepada Pengelola Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Sebagai Persyaratan

Lebih terperinci

BAYU ADHY TAMA K

BAYU ADHY TAMA K PEMBERIAN INFORMASI KARIR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN PROGRAM JURUSAN SISWA KELAS X SMA NEGERI PUNUNG TAHUN AJARAN 2013/2014 JURNAL Oleh: BAYU ADHY TAMA K3109019

Lebih terperinci

PENGARUH BINA BICARA TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTAR TEMAN PADA ANAK TUNARUNGU DI SLB B/C LEBO SIDOARJO

PENGARUH BINA BICARA TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTAR TEMAN PADA ANAK TUNARUNGU DI SLB B/C LEBO SIDOARJO PENGARUH BINA BICARA TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTAR TEMAN PADA ANAK TUNARUNGU DI SLB B/C LEBO SIDOARJO Lu lu il Mukaromah & Drs. Wagino, M.Pd 081044002 Abstract: This research had purpose to know

Lebih terperinci

PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM MENGURANGI PELANGGARAN TATA TERTIB SISWA DI SEKOLAH

PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM MENGURANGI PELANGGARAN TATA TERTIB SISWA DI SEKOLAH PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM MENGURANGI PELANGGARAN TATA TERTIB SISWA DI SEKOLAH Dian Pratiwi (dianpratiwiherman@yahoo.co.id) ¹ Muswardi Rosra ² Ratna Widiastuti ³ ABSTRACT The purpose of

Lebih terperinci

GALIH PRIAMBADA NIM K

GALIH PRIAMBADA NIM K PENGARUH PEMBELAJARAN VIDEO ANIMASI PANCA INDERA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS XII DI SLB C YPSLB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI Disusun oleh : GALIH PRIAMBADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Dalam

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Putria Maharani 1 Yusmansyah 2 Shinta Mayasari 3

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Putria Maharani 1 Yusmansyah 2 Shinta Mayasari 3 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK Putria Maharani (Putriamaharani81@yahoo.co.id) 1 Yusmansyah 2 Shinta Mayasari 3 ABSTRACT The purpose of this research was to know the

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

2015 KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Lebih terperinci

PENGARUH TOKEN EKONOMI UNTK MENGURANGI AGRESIVITAS PADA SISWA TK

PENGARUH TOKEN EKONOMI UNTK MENGURANGI AGRESIVITAS PADA SISWA TK PENGARUH TOKEN EKONOMI UNTK MENGURANGI AGRESIVITAS PADA SISWA TK Da ina Tri Handayani, Nurul Hidayah Fakultas Psikologi, Universitas Ahmad Dahlan Abstrak Kata Kunci Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN KINERJA GURU DI SMA X

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN KINERJA GURU DI SMA X ISSN 1410-9859 HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN KINERJA GURU DI SMA X Sri Kandariyah Nawangsih, M.Psi. Fitria Linayaningsih, M.Psi. Abstrak Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

: ZAFIRAH FARIS NIM K

: ZAFIRAH FARIS NIM K BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI UNTUK MENGURANGI PELANGGARAN TATA TERTIB SEKOLAH (PENELITIAN PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014) JURNAL Oleh : ZAFIRAH FARIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya mereka dapat menggantikan generasi terdahulu dengan sumber daya manusia, kinerja dan moral

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tak akan terlepas dari kodratnya, yaitu manusia sebagai makhluk sosial, yang mana ia harus hidup berdampingan dengan manusia lainnya dan sepanjang hidupnya

Lebih terperinci

PERBANDINGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUTPADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SLB-B DAN SLB-C KOTA TOMOHON

PERBANDINGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUTPADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SLB-B DAN SLB-C KOTA TOMOHON Jurnal e-gigi (eg), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 215 PERBANDINGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUTPADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SLB-B DAN SLB-C KOTA TOMOHON 1 Vivie Indahwati 2 Max F. J. Mantik 3 Paulina

Lebih terperinci

THE EFFECT OF ROLE PLAYING METHOD TOWARD THE ABILITY OF FICTION READING COMPREHENSION OF HEARING IMPAIRMENT STUDENT

THE EFFECT OF ROLE PLAYING METHOD TOWARD THE ABILITY OF FICTION READING COMPREHENSION OF HEARING IMPAIRMENT STUDENT THE EFFECT OF ROLE PLAYING METHOD TOWARD THE ABILITY OF FICTION READING COMPREHENSION OF HEARING IMPAIRMENT STUDENT (Pengaruh Metode Role Playing Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Bacaan Fiksi Siswa

Lebih terperinci

PEMBERIAN INFORMASI KARIR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN PROGRAM JURUSAN

PEMBERIAN INFORMASI KARIR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN PROGRAM JURUSAN PEMBERIAN INFORMASI KARIR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN PROGRAM JURUSAN (Penelitian Pada Siswa Kelas X SMA Negeri Punung Kabupaten Pacitan Tahun Ajaran 2013/2014)

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG CAMPURAN SISWA TUNARUNGU KELAS IV MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG CAMPURAN SISWA TUNARUNGU KELAS IV MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG CAMPURAN SISWA TUNARUNGU KELAS IV MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA Agustine Eka Sari Pramono Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

Lebih terperinci

STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR

STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR Oleh: FITRI APSARI S. 300 100 024 NASKAH PUBLIKASI Disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Magister Sains

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI Rhea Auliya Anggareni 1, Fitri Hartanto 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH :

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH : EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING INDIVIDU MELALUI TEKNIK OPERANT CONDITIONING TERHADAP PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS XI APK DI SMKN 2 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2015-2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang variabel-variabel dimana didalamanya terdapat definisi, faktor dan teori dari masing-masing variabel dan juga berisi tentang hipotesis penelitian ini. 2.1

Lebih terperinci