PENGELOLAAN KEBUN WISATA PASIRMUKTI, CITEUREUP, KABUPATEN BOGOR SEBAGAI KAWASAN AGROWISATA BERKELANJUTAN MEGA PUSPITA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGELOLAAN KEBUN WISATA PASIRMUKTI, CITEUREUP, KABUPATEN BOGOR SEBAGAI KAWASAN AGROWISATA BERKELANJUTAN MEGA PUSPITA"

Transkripsi

1 PENGELOLAAN KEBUN WISATA PASIRMUKTI, CITEUREUP, KABUPATEN BOGOR SEBAGAI KAWASAN AGROWISATA BERKELANJUTAN MEGA PUSPITA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 RINGKASAN MEGA PUSPITA. Pengelolaan Kebun Wisata Pasirmukti, Citeureup, Kabupaten Bogor sebagai Kawasan Agrowisata Berkelanjutan. Dibimbing oleh ARIS MUNANDAR dan NURHAYATI HADI SUSILO ARIFIN. Kebun Wisata Pasirmukti merupakan salah satu kawasan wisata agro yang cukup diminati oleh masyarakat Jabodetabek. Kawasan agrowisata ini terletak di Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kawasan ini memiliki lahan seluas 50 hektar serta menyediakan paket wisata yang sangat lengkap. Kebun Wisata Pasirmukti memiliki misi utama yaitu untuk memperkenalkan pertanian kepada masyarakat luas. Selain menawarkan keindahan alam pertaniannya, di tempat ini juga terdapat berbagai atraksi dan paket wisata yang mengedepankan faktor edukasi bagi pengunjung terutama pelajar sekolah. Tujuan dari kegiatan magang ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman kerja dalam pengelolaan kawasan agrowisata, baik secara konsep maupun operasionalnya di lapang. Selain itu juga mengevaluasi lebih lanjut apakah kegiatan pengelolaan telah memenuhi kriteria untuk menjaga keberlanjutan kawasan dari sisi ekologis maupun wisata dan edukasi pertanian sebagai tujuan utama. Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Wisata Pasirmukti yang terletak pada Jalan Raya Tajur Pasirmukti Km. 4, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kegiatan magang berlangsung selama 3 bulan (Maret Mei 2011). Analisis yang dilakukan meliputi analisis deskriptif terhadap aspek pengelolaan yang dipelajari selama kegiatan magang berlangsung, analisis daya dukung kawasan, analisis karakteristik dan persepsi pengunjung berdasarkan data kuisioner, serta analisis SWOT untuk menentukan alternatif strategi yang dapat digunakan untuk mengelola kawasan Kebun Wisata Pasirmukti. Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap aspek pengelolaan yaitu pengelolaan zonasi ruang dan sirkulasi; pemeliharaan lanskap; pengelolaan fasilitas, sarana dan prasarana; pengelolaan program dan aktivitas wisata agro; serta pengelolaan pengunjung diketahui bahwa secara umum pengelolaan kawasan Kebun Wisata Pasirmukti sudah cukup baik, namun perlu ditingkatkan sesuai dengan desain dan fungsinya semula sehingga tercapai kepuasan, kenyamanan, dan keamanan pengunjung tanpa merusak ciri khas lanskap alami pertanian serta untuk mencapai kondisi lanskap yang berkelanjutan. Dari hasil analisis daya dukung dapat diketahui bahwa seluruh aktivitas wisata agro yang dilakukan di Kebun Wisata Pasirmukti belum melebihi daya dukung kawasan. Rata- rata pengunjung yang datang setiap harinya masih dibawah orang sedangkan kapasitas yang dapat ditampung sebesar pengunjung. Dari hasil analisis persepsi pengunjung diketahui bahwa pengunjung merasa cukup puas pada seluruh aktivitas wisata agro yang dilakukan (37.75%). Terdapat pula pengunjung yang merasa kurang puas (13.75%) dan tidak puas (8.25%). Para pengunjung tersebut menyatakan seluruh aktivitas wisata agro yang dilakukan adalah penting (38.25%). Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi pihak pengelola untuk meningkatkan pelayanan pada aktivitas agrowisata terutama pada aktivitas yang dianggap penting tapi masih mendapatkan penilaian yang kurang

3 memuaskan. Selain itu terdapat pula beberapa responden yang menyatakan beberapa aktivitas wisata agro yang dilakukan kurang penting (5.50%). Meskipun cukup sedikit namun juga harus menjadi perhatian penting apakah aktivitas tersebut dapat diganti atau dihilangkan. Jika tetap dipertahankan aktivitas tersebut harus dimodifikasi menjadi lebih menarik agar pesan pendidikan pertanian dan ilmu pengetahuan yang disampaikan dapat dimaknai oleh pengunjung. Faktor kekuatan yang dimiliki kawasan ini antara lain paket wisata bervariatif untuk semua usia; memiliki potensi pengembangan wisata agro lain;; serta lanskap alami pertanian yang khas. Sedangkan faktor kelemahannya yaitu penataan lanskap, tata ruang dan sirkulasi belum maksimal; kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana belum optimal; serta kegiatan pemeliharaan lanskap belum terkoordinasi dengan baik. Faktor peluang yang terdapat di Kebun Wisata Pasirmukti adalah potensi pasar tinggi; dukungan dari masyarakat, mitra kerja dan pemerintah serta ancamannya berupa persaingan dengan wisata agro sejenis. Keempat faktor tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode SWOT serta menghasilkan lima alternatif strategi pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan Kebun Wisata Pasirmukti sebagai kawasan wisata agro yang ideal dan berkelanjutan, yaitu : (1) Meningkatkan kegiatan promosi, mengikuti pameran dan mengadakan event yang menarik minat pengunjung; (2) Meningkatkan kegiatan pemeliharaan lanskap maupun sarana dan prasarana wisata, memperbaiki struktur organisasi dan sistem kerja pemeliharaan lanskap; (3) Menarik minat pengunjung dengan mengoptimalkan lanskap alami pertanian dan view ke arah sekitar sebagai objek wisata; (4) Memperluas jaringan pasar dan penambahan program wisata agro baru; (5) Melakukan penataan ulang/redesign terhadap lanskap, tata ruang dan sirkulasi. Kata kunci : Agrowisata, Pengelolaan Lanskap Berkelanjutan, Kebun Wisata Pasirmukti

4 PENGELOLAAN KEBUN WISATA PASIRMUKTI, CITEUREUP, KABUPATEN BOGOR SEBAGAI KAWASAN AGROWISATA BERKELANJUTAN MEGA PUSPITA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

5 Hak Cipta Milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

6 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: PENGELOLAAN KEBUN WISATA PASIRMUKTI, CITEUREUP, KABUPATEN BOGOR SEBAGAI KAWASAN AGROWISATA BERKELANJUTAN adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini. Bogor, Oktober 2011 MEGA PUSPITA A

7 Judul : Pengelolaan Kebun Wisata Pasirmukti, Citeureup, Kabupaten Bogor Sebagai Kawasan Agrowisata Berkelanjutan. Nama : Mega Puspita NRP : A Program Studi : Arsitektur Lanskap Dosen Pembimbing I Menyetujui, Dosen Pembimbing II Dr. Ir. Aris Munandar, M.Sc Dr. Ir. Nurhayati HS Arifin, M.Sc. NIP NIP Mengetahui, Ketua Program Studi Arsitektur Lanskap Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP Tanggal Disetujui :

8 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengelolaan Kebun Wisata Pasirmukti, Citeureup, Kabupaten Bogor Sebagai Kawasan Agrowisata Berkelanjutan. Skripsi ini merupakan hasil dari kegiatan magang yang telah dilakukan dan merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr.Ir. Aris Munandar, M. Sc dan Dr.Ir Nurhayati HS Arifin, M. Sc selaku pembimbing atas bimbingan, masukan, dan arahannya selama penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M. Agr. dan Vera Dian Damayanti, SP, MLA selaku dosen penguji atas saran dan kritiknya. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Direktur Utama Kebun Wisata Pasirmukti Ibu Emily Turangan Senduk, atas kesempatan yang diberikan. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Bapak Ir. Cecep M. Ramdan, Bapak Rizkon, Bapak Karni dan seluruh staff Kebun Wisata Pasirmukti atas bantuan dan informasi yang diberikan selama magang. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman ARL 44 atas persahabatan dan dukungan selama perkuliahan. Tidak lupa, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya ditujukan kepada Ibunda Amroh dan Ayahanda Iip Nuryadi, Tia Septian dan Windayah selaku saudara kandung, serta seluruh keluarga yang terus memberikan doa dan motivasi kepada penulis. Besar harapan penulis, skripsi ini dapat bermanfaat bagi Kebun Wisata Pasirmukti dan semua pihak yang membutuhkannya. Bogor, Oktober 2010 Penulis

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 23 Agustus Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari ayahanda Iip Nuryadi dan ibunda Amroh. Pendidikan penulis diawali pada tahun 1993 dan menyelesaikan Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Shandykara Putra Telkom Bogor pada tahun Pada tahun penulis menempuh pendidikan di SD Negeri Bantarjati 5 Bogor. Kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri 3 Bogor. Selanjutnya, pada tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Bogor. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2007 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Setahun setelah itu, yaitu tahun 2008, penulis resmi sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama menjalankan studi di IPB, penulis juga mengikuti kegiatan di luar akademik, seperti menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) 2008/2011. Pada tahun 2010 penulis pernah menjadi panitia divisi Humas pada acara Workshop Nasional Arsitektur Lanskap, selain itu pada tahun 2009 penulis juga ikut serta dalam kepanitiaan Simposium Ilmiah Internasional Green City. Pada tahun 2009 sampai 2011 penulis mendapatkan beasiswa Program Peningkatan Akademik (PPA). Pada tahun 2010 penulis lolos dalam seleksi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tingkat IPB. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti berbagai pelatihan, sarasehan, dan seminar yang mendukung kegiatan akademis.

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat... BAB II TINJAUAN PUSTAKA Wisata dan Rekreasi Agrowisata Pengelolaan Lanskap Pengelolaan Kawasan Agrowisata... BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Magang Metode Magang Metode Pengumpulan Data Kerangka Pikir Tahapan Kegiatan Magang... BAB IV KONDISI UMUM Latar Belakang dan Sejarah Visi dan Misi Struktur Organisasi Aspek Fisik dan Biofisik Lokasi, Luas, Aksesibilitas Topografi dan Jenis Tanah Iklim Hidrologi Vegetasi dan Satwa Arsitektural Visual Lanskap Aspek Sosial Pengunjung Tenaga Kerja... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Pengelolaan Kebun Wisata Pasirmukti Pengelolaan Zonasi Ruang dan Sirkulasi Pemeliharaan Lanskap

11 5.1.3 Pengelolaan Fasilitas, Sarana dan Prasarana Pengelolaan Program dan Aktivitas Wisata Agro Pengelolaan Pengunjung Daya Dukung Kawasan Daya Dukung Area Wisata Agro Daya Dukung Area Permainan Analisis Aspek Sosial Karakteristik Pengunjung Persepsi Pengunjung Analisis SWOT Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman Penilainan Faktor Internal dan Eksternal Matriks IFE dan EFE Matriks SWOT Ranking Alternatif Strategi Rekomendasi Pengelolaan... BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN

12 DAFTAR TABEL Halaman 1 Jenis dan Sumber Data Contoh Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal dan Eksternal Skala Penilaian Peringkat untuk Faktor Internal dan Eksternal Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Matriks SWOT Jadwal Kegiatan Pemeliharaan Jenis dan Jumlah Sarana dan Prasarana di Kebun Wisata Pasirmukti Tambahan Kegiatan di Kebun Wisata Pasirmukti Daya Dukung Berdasarkan Aktivitas Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Hasil Kuisioner Persepsi Responden Mengenai Tingkat Keindahan Persepsi Responden Mengenai Aspek Pengelolaan Persepsi Responden Mengenai Tingkat Kepuasan Aktivitas Agro Persepsi responden Mengenai Tingkat Kepentingan Aktivitas Agro Tingkat Kepentingan Faktor Internal Kebun Wisata Pasirmukti Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Kebun Wisata Pasirmukti Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Kebun Wisata Pasirmukti Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Kebun Wisata Pasirmukti Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Matriks SWOT Ranking Alternatif Srategi Pengelolaan... 83

13 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Lokasi Magang Kerangka Pikir Matriks Internal- Eksternal (IE) Struktur Organisasi Perusahaan Pintu Masuk Kebun Wisata Pasirmukti Data Curah Hujan Kebun Wisata Pasirmukti Arsitektural Bangunan dan Lanskap Kebun Wisata Pasirmukti Pemandangan Alam Bukit Kapur dan Sungai Cileungsi Peta Zonasi Ruang Kebun Wisata Pasirmukti Peta Kondisi Eksisting Kebun Wisata Pasirmukti Peta Jalur Sirkulasi Kebun Wisata Pasirmukti Bagan Kerja Divisi Subdivisi Landscape dan Housekeeping Peta Intensitas Aktivitas Pengunjung Peta Zonasi Pemeliharaan Kebun Wisata Pasirmukti Taman Anggrek dan Nursery Tanaman Hias Kebun Tabulampot dan Kebun Buah Kolam Pancing dan Arena Kolam Lumpur Kebun Sayur Pondok Minahasa Rumah Pak Tani Area Kampung Pelangi Aktivitas Frutiwok Aktivitas Memberi Makan Ikan Aktivitas Dunia Unggas Aktivitas Menyiram Tanaman dan Alat Siram Aktivitas Panen Sayur Praktik Biopori dan Penjelasan Mengenai Kompos Penjelasan Mengenai Contoh- Contoh Hidroponik Aktivitas Tanam di Cup Kegiatan Split Anggrek Aktivitas Tanam Padi dan Bajak Sawah Permainan Arena Kolam Lumpur Permainan Tradisional Matriks Internal-Eksternal (IE) Website Kebun Wisata Pasirmukti Struktur Organisasi Divisi Pemeliharaan Lanskap Kondisi Lanskap dan Aktivitas Pada Kebun Sayur Ilustrasi Desain dan Aktivitas Pada Kebun Sayur... 87

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Kuesioner Karakteristik Pengunjung Kebun Wisata Pasirmukti Press Release Anugerah Citra Pesona Wisata (CIPTA) Award Data Iklim Kebun Wisata Pasirmukti Tahun Contoh Daftar Kunjungan 3-7 Maret Pondok Minahasa Penginapan di Kebun Wisata Pasirmukti... 6 Formulir Trouble Report... 7 Gambar Desain Taman Front Office

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa tahun belakang ini, perkembangan industri agrowisata semakin populer. Agrowisata adalah suatu bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha dibidang agro (SK. Menteri Pertanian No. 204/KPTS/HK.050/4/1989). Agrowisata menjadi alternatif pilihan utama bagi sebagian besar masyarakat terutama mereka yang tinggal di kawasan perkotaan. Hal ini dikarenakan kecendrungan wisatawan yang menyukai aktivitas kembali ke alam serta semakin banyaknya kawasan wisata agro baru dengan jenis kegiatan yang lebih beragam. Agrowisata yang ideal merupakan suatu sistem usaha tani (agribisnis) dari hulu hingga hilir (Arifin et al, 2009). Sehingga, mencakup seluruh aktivitas pertanian mulai kegiatan persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan tanaman, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dengan bentuk yang dapat dipasarkan. Sedangkan aspek keberlajutan dalam pengembangan suatu kawasan agrowisata dapat dilihat dari kapasitas fisik, ekologi, sosial dan ekonomi kawasan tersebut (Utama, 2008). Kebun Wisata Pasirmukti merupakan salah satu kawasan wisata agro yang cukup diminati oleh masyarakat Jabodetabek. Kawasan agrowisata ini terletak di Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kebun Wisata Pasirmukti memiliki lahan seluas 50 hektar serta menyediakan paket wisata yang sangat lengkap. Saat ini, Kebun Wisata Pasirmukti sudah terdaftar sebagai anggota Asosiasi Wisata Agro Indonesia (AWAI). Kawasan agro Kebun Wisata Pasirmukti telah dibuka untuk umum sejak tahun Berbagai macam obyek wisata yang terdapat di dalam kawasan ini antara lain kebun buah, kebun wisata agro, tanaman buah dalam pot, taman anggrek, camping ground, kolam ikan serta kolam lumpur. Selain itu juga terdapat fasilitas pendukung seperti cottage dan restoran.

16 2 Kebun Wisata Pasirmukti memiliki misi utama yaitu untuk memperkenalkan pertanian kepada masyarakat luas. Selain menawarkan keindahan alam pertaniannya, Kebun Wisata Pasirmukti juga menawarkan berbagai atraksi dan paket wisata yang mengedepankan faktor edukasi bagi pengunjung terutama pelajar sekolah. Berbagai atraksi dan paket wisata yang ditawarkan tersebut diharapkan dapat menjadi media pendidikan di bidang pertanian. Kegiatan pengelolaan merupakan salah satu faktor yang paling menentukan dalam menjaga keberlanjutan suatu kawasan wisata. Pengelolaan Kebun Wisata Pasirmukti juga merupakan hal yang penting untuk dipelajari terutama dalam menjaga keindahan dan kelestarian lanskapnya serta untuk meningkatkan daya tarik pengunjung. Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran dan pemahaman secara langsung mengenai pengelolaan kawasan agrowisata Kebun Wisata Pasirmukti untuk mengetahui bagaimana kegiatan pengelolaan yang saat ini sedang berjalan. Serta perlu adanya evaluasi lebih lanjut apakah kegiatan pengelolaan telah memenuhi kriteria untuk menjaga keberlanjutan kawasan dari sisi ekologis maupun wisata serta edukasi pertanian sebagai tujuan utama. 1.2 Tujuan Magang Tujuan umum kegiatan magang ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman kerja praktis dalam pengelolaan kawasan agrowisata, baik secara konsep maupun operasionalnya di lapang. Tujuan khusus yang hendak dicapai antara lain : 1. Mempelajari organisasi, sistem kerja, program kerja, dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan pada kawasan agrowisata; 2. Menganalisis daya dukung Kawasan Kebun Wisata Pasirmukti; 3. Mengidentifikasi karakteristik dan persepsi pengunjung terhadap setiap aktivitas wisata agro yang dilakukan serta tingkat kepuasan terhadap aspek pengelolaan; 4. Mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan dalam pengelolaan kawasan agrowisata, serta memberikan alternatif solusi pemecahannya.

17 3 1.2 Manfaat Magang Hasil kegiatan magang ini dapat menjadi masukan atau bahan pertimbangan bagi pihak pengelola dalam upaya mengembangkan Kawasan Kebun Wisata Pasirmukti. Selain itu, dapat menjadi saran untuk meningkatkan kualitas kegiatan pengelolaan agrowisata sehingga dapat menjadi suatu kawasan agrowisata yang ideal serta berkelanjutan.

18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata dan Rekreasi Undang- Undang No.9 Tahun 1990 mendefinisikan wisata sebagai perjalanan atau sebagian dari kegiatan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Sedangkan menurut Gunn (1994) wisata lebih dari sekedar industri pelayanan, namun mencakup keseluruhan perjalanan, tanpa terkecuali perjalanan pulang-pergi. Menurut Pendit (2006) atraksi wisata adalah segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat. Atraksi wisata lazim pula dinamakan objek wisata. Kraus (1977) mendefinisikan rekreasi sebagai berbagai aktivitas atau pengalaman yang biasanya dipilih secara sukarela oleh seseorang, baik itu disebabkan oleh keinginan untuk mendapat kesenangan sesaat atau karena orang tersebut menginginkan atau mencapai sesuatu yang lebih bersifat personal atau memiliki nilai sosial tertentu. Aktivitas ini dilakukan pada waktu luang dan tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Aktivitas ini juga bersifat menyenangkan tetapi dapat diterima oleh lingkungan sosial, tetap menjaga nilai-nilai moral yang ada, dan berkontribusi untuk membuat seseorang yang menjalankan aktivitas tersebut dan lingkungan sosialnya menjadi lebih baik. Jenis aktivitas rekreasi dapat dikategorikan berdasarkan pengalaman yang akan didapat (Gold, 1980), yaitu sebagai berikut: 1. Rekreasi fisik, mengutamakan kegiatan fisik sebagai pengalaman utama dari suatu aktivitas; 2. Rekreasi sosial, mengutamakan interaksi sosial sebagai pengalaman utama dari suatu aktivitas; 3. Rekreasi kognitif, mengutamakan budaya, pendidikan, dan kreativitas sebagai pengalaman utama dari suatu aktivitas; 4. Rekreasi yang berhubungan dengan alam, mengutamakan kegunaan sumber daya alam seperti air, pepohonan, pemandangan alam, dan kehidupan liar sebagai fokus utama dari suatu aktivitas.

19 5 2.2 Agrowisata Nurisjah (2001) mendefinisikan agrowisata atau wisata pertanian merupakan penggabungan antara aktivitas wisata dengan aktivitas pertanian. Secara spesifik Nurisjah (2001) menjelaskan agrowisata adalah rangkaian aktivitas perjalanan wisata yang memanfaatkan lokasi atau kawasan dan sektor pertanian mulai dari awal sampai dengan produk pertanian dalam berbagai sistem, skala dan bentuk serta tujuan untuk memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman dan rekreasi di bidang pertanian. Selanjutnya Arifin et al (2009) mendefinisikan aktivitas agrowisata sebagai kegiatan melihat, mempelajari, berinteraksi, mendapat pengalaman dan menikmati segala atraksi atau kegiatan pertanian sebagai sarana berwisata. Utama (2008) mengklasifikasikan agrowisata ke dalam dua pola yaitu agrowisata ruang terbuka alami dan agrowisata ruang terbuka buatan. 1. Agrowisata Ruang Terbuka Alami Objek agrowisata ruangan terbuka alami ini berada pada areal di mana kegiatan tersebut dilakukan langsung oleh masyarakat petani setempat sesuai dengan kehidupan keseharian mereka. Masyarakat melakukan kegiatannya sesuai dengan apa yang biasa mereka lakukan tanpa ada pengaturan dari pihak lain. Untuk memberikan tambahan kenikmatan kepada wisatawan, atraksi-atraksi spesifik yang dilakukan oleh masyarakat dapat lebih ditonjolkan, namun tetap menjaga nilai estetika alaminya. Sementara fasilitas pendukung untuk kenyamanan wisatawan tetap disediakan sejauh tidak bertentangan dengan kultur dan estetika asli yang ada, seperti sarana transportasi, tempat berteduh, sanitasi, dan keamanan dari binatang buas. Contoh agrowisata terbuka alami adalah kawasan Suku Baduy di Pandeglang dan Suku Naga di Tasikmalaya, Jawa Barat; Suku Tengger di Jawa Timur; Bali dengan teknologi subaknya; dan Papua dengan berbagai pola atraksi pengelolaan lahan untuk budi daya umbi-umbian. 2. Agrowisata Ruang Terbuka Buatan Kawasan agrowisata ruang terbuka buatan ini dapat didesain pada kawasan-kawasan yang spesifik, namun belum dikuasai atau disentuh oleh masyarakat adat. Tata ruang peruntukan lahan diatur sesuai dengan daya

20 6 dukungnya dan komoditas pertanian yang dikembangkan memiliki nilai jual untuk wisatawan. Demikian pula teknologi yang diterapkan diambil dari budaya masyarakat lokal yang ada, diramu sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan produk atraksi agrowisata yang menarik. Fasilitas pendukung untuk akomodasi wisatawan dapat disediakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern, namun tidak mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada. Kegiatan wisata ini dapat dikelola oleh suatu badan usaha, sedang pelaksana atraksi parsialnya tetap dilakukan oleh petani lokal yang memiliki teknologi yang diterapkan. Terdapat beberapa nilai dan fungsi dari kawasan agrowisata sebagai ruang terbuka hijau menurut Arifin et al (2009) antara lain yaitu : 1. Menghasilkan produksi pertanian : tanaman, ternak, dan ikan; 2. Melindungi tata tanah dan air; 3. Mengendalikan iklim mikro, menyimpan karbon; 4. Mengkonservasi sumber daya bio-diversitas; 5. Memberikan keindahan lanskap dan kenyamanan. Arifin et al (2009) mengemukakan beberapa syarat kesesuaian area agrowisata, antara lain sebagai berikut : 1. Memiliki lahan yang sesuai untuk pengembangan dan produksi komoditas pertanian, tanaman, perkebunan, perternakan dan perikanan; 2. Memiliki kesesuaian untuk wisata (aksesibilitas, infrastruktur dan fasilitas wisata); 3. Memiliki potensi keindahan panorama lanskap (penutupan lahan, topografi yang dinamis, lanskap pantai, perbukitan, pegunungan); 4. Memiliki potensi kenyamanan yaitu suhu dan kelembaban udara yang sesuai bagi wisatawan (nyaman dan segar); 5. Memiliki atraksi budaya dari masyarakat pertanian (budaya bercocok-tanam, hingga penanganan pasca panen); 6. Memiliki masyarakat yang mampu menjual program dan atraksi yang sudah membudaya secara turun- temurun di dalam masyarakat agraris, termasuk kearifan- kearifan lokal;

21 7 7. Memiliki pemda yang bisa berperan untuk membimbing petani dalam kesiapan diri menjadi tuan rumah bagi wisatawan, juga meninvestasikan saranaprasarana dan fasilitas umum sebagai kebutuhan dasar dalam pengembangan wisata. Menurut Arifin et al (2009) mengemukakan bahwa terdapat beberapa objek dan atraksi wisata yang yang mecirikan suatu kegiatan wisata berbasis pertanian, antara lain adalah sebagai berikut : 1. Lahan pertanian: sawah, ladang, kebun, pekarangan, kolam produksi, kandang, dan rumah kaca. 2. Proses produksi sebagai atraksi wisata: membajak sawah, menanam dan memindah bibit, panen, dan menjemur hasil pertanian. 3. Proses penanganan pasca panen: cara penanganan produk pertanian, sortasi dan pengemasan. 4. Pengolahan hasil pertanian: memotong, memasak dan mengawetkan. 5. Pengemasan, penjualan, pemasaran. 6. Kegiatan kelembagaan petani (Koperasi Unit Desa, Koperasi Petani, Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani, Badan Usaha Milik Petani). 7. Atraksi pendukung: atraksi budaya, berwisata alam dan petualangan. 8. Penyediaan toko dan kios produk hasil pertanian yang khas dengan kemasan yang menarik untuk dimakan atau dibawa sebagai oleh- oleh. 2.3 Pengelolaan Lanskap Menurut Arifin (2005) pengelolaan lanskap merupakan pengelolaan lingkungan termasuk di dalamnya pengelolaan sumberdaya alam. Secara spesifik juga dijelaskan bahwa pengelolaan lanskap yang berkelanjutan yaitu usaha manusia dalam mengubah, mengatur dan menata ekosistem agar manusia memperoleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan kontinuitas produksinya dan keberadaannya yang dipengaruhi oleh faktor ruang, waktu dan energi. Arifin dan Arifin (2005) juga menyatakan bahwa pengelolaan lanskap sebagai suatu upaya terpadu dalam penataan, pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengawasan, pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya.

22 8 Arifin dan Arifin (2005) mengemukakan bahwa pengelolaan yang baik seharusnya dapat merencanakan program pemeliharaan dengan pengorganisasian yang baik, dengan beberapa cara sebagai berikut : 1. Menginventarisasi dan mengidentifikasi fasilitas dan peralatan taman yang dipelihara; 2. Membuat perencanaan pemeliharaan rutin; 3. Membuat perencanaan alat- alat yang digunakan untuk pemeliharaan tidak rutin atau yang bersifat insidental; 4. Merencanakan jadwal dan cara pemeliharaan pencegahan untuk mengatasi keadaan yang mungkin mempercepat kerusakan taman; 5. Membuat jadwal tanggung jawab penugasan perorangan, kelompok, atau penyerahan tugas kepada kontraktor; 6. Melakukan pengawasan terhadap sistem pekerjaan perencanaan dan perancangan, ketepatan jadwal pekerjaan pemeliharaan, serta kapasitas pekerjaan; 7. Membuat sistem analisis biaya pemeliharaan. Menurut Render dan Heizer (1997) proses pengelolaan atau yang lebih dikenal dengan istilah manajemen terdiri dari empat fungsi utama yaitu planning, organizing, staffing, leading, dan controlling. Selanjutnya, Render dan Heizer (1997) menjelaskan bahwa dasar dari suatu pengelolaan adalah adanya proses dinamis dimana aktivitas dan sumber daya yang ada secara bersamaan dipadukan dalam usul, pengaturan dan koordinasi untuk mencapai tujuan dan sasaran. Perlu adanya suatu standar kerja dalam sebuah manajemen untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pendekatan yang dilakukan dapat berupa pencapaian kepuasan klien maupun dari segi kualitas yang dihasilkan. Kegiatan pemeliharaan merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan lanskap. Pemeliharaan lanskap adalah aktivitas menjaga dan merawat areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya agar kondisinya tetap baik atau sedapat mungkin mempertahankan pada keadaan yang sesuai dengan desain semula (Sternloff dan Warren, 1984). Arifin dan Arifin (2005) menyatakan bahwa pemeliharaan lanskap terdiri dari pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Selanjutnya Arifin. dan Arifin (2005) juga menjelaskan pemeliharaan ideal

23 9 dimaksudkan untuk untuk menjaga dan merawat areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya agar kondisinya tetap baik atau sedapat mungkin mempertahankan pada keadaan yang sesuai dengan tujuan rancangan atau desain semula, sedangkan pemeliharaan fisik meliputi pekerjaan untuk tetap menjaga keindahan, keasrian, kenyamanan, dan keamanan taman. Dalam suatu lanskap binaan atau kawasan, pemeliharaan ideal akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh upaya- upaya tertentu menurut Arifin dan Arifin (2005), antara lain adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan dan perancangan taman dengan pola sederhana sehingga memudahkan pemeliharaan fisik; 2. Penggunaan elemen taman baik elemen keras maupun lunak yang mudah ditemui sehingga tidak menyulitkan ketika penggantian atau penyulaman tanaman; 3. Pemilihan sistem struktur yang kuat dan awet serta pemilihan bahan perkerasan yang sesuai; 4. Pembuatan pola sirkulasi yang jelas dan rasional sehingga alur kegiatan di dalam taman selalu lancar. 5. Perlengkapan alat dan bahan yang memadai. Pemeliharaan fisik menurut Arifin dan Arifin (2005) untuk elemen keras antara lain meliputi penggantian elemen yang rusak seperti pembersihan lumut, karat, pengecatan, dan penggantian serta perbaikan elemen yang rusak. Sedangkan untuk elemen lunak meliputi pemupukan, pemangkasan, pembersihan area, penyiraman tanaman, peyiangan gulma serta pengendalian hama dan penyakit. Menurut Sternloff dan Warren (1984) terdapat dua sistem pemeliharaan fisik, yaitu pemeliharaan korektif dan pemeliharaan preventif. Pemeliharaan korektif merupakan pemeliharaan dengan fokus pada penyelesaian masalah yang sedang terjadi, sedangkan pemeliharaan preventif adalah pemeliharaan yang terfokus pada penyelesaian masalah yang mungkin terjadi. Rencana kegiatan pemeliharaan lanskap menurut Carpenter et al (1975) dapat dilakukan dengan melakukan pembagian area lanskap antara lain area intensif, semi intensif dan tidak intensif. Menurut Arifin dan Arifin (2005) tingkat pemeliharaan seharusnya sudah direncanakan sejak awal. Rencana kegiatan pemeliharaan lanskap

24 10 berkaitan dengan masalah penyediaan tenaga kerja dan biaya perawatan. Selanjutnya juga dijelaskan pada Arifin dan Arifin (2005) semakin rumit dan detail suatu desain maka tingkat pemeliharaan semakin intensif. Sedangkan tingkat pemeliharaan yang rendah pada umumnya dilakukan pada lanskap alami atau semialami. Terdapat beberapa proses dari manajemen pemeliharaan menurut Parker dan Bryan (1989) antara lain : 1. Menentukan objek pemeliharaan (termasuk didalamnya tujuan dan standar pemeliharaan; 2. Merencanakan aktivitas pemeliharaan yang akan dilakukan; 3. Merealisasikan kegiatan pemeliharaan sesuai dengan recana yang telah ditetapkan; 4. Mengawasi pelaksanaan dan merencanakan kembali bila diperlukan. Parker dan Bryan (1989) juga mengemukakan prinsip- prinsip yang mendasar dalam manajemen pemeliharaan yaitu : 1. Standar dan tujuan pemeliharaan harus jelas; 2. Pemeliharaan dilaksanakan dengan ekonomi waktu, tenaga kerja, alat dan bahan; 3. Pelaksanaan pemeliharaan ditentukan berdasarkan rencana pemeliharaan tertulis; 4. Penjadwalan pemeliharaan ditentukan berdasarkan kebijakan dan prioritas; 5. Pelaksanaan pemeliharaan ditekankan pada tindakan pemeliharaan preventif; 6. Departemen pemeliharaan harus terorganisasi dengan baik; 7. Program pemeliharaan harus didukung dengan dana yang memadai; 8. Pemeliharaan dilakukan oleh tenaga kerja yang sesuai; 9. Program pemeliharaan harus dirancang untuk melindungi lingkungan alami; 10. Departemen pemeliharaan bertanggung jawab terhadap keselamatan pengguna tapak dan pengawas; 11. Dalam perancangan dan konstruksi, pemeliharaan harus menjadi pertimbangan utama; 12. Pegawai pemeliharaan bertanggung jawab terhadap citra perusahaan dimata publik.

25 11 Sternloff dan Warren (1984) menjelaskan bahwa perencanaan kegiatan pemeliharaan yang baik dan logis harus mencakup beberapa hal, antara lain sebagai berikut : 1. Pendataan lengkap mengenai segala aspek keseluruhan taman, baik dari fasilitas maupun peralatan yang digunakan; 2. Perencanaan pemeliharaan tertulis, yang mencakup : a. Standar pemeliharaan seluruh area, standar pemeliharaan fasilitas, elemen lanskap serta standar bagi peralatan yang digunakan. b. Identifikasi dan pembuatan daftar kegiatan pemeliharaan rutin untuk mecapai standar yang telah ditetapkan. c. Prosedur yang menerangkan metode yang efisien dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan rutin. d. Frekuensi kegiatan pemeliharaan. e. Karyawan atau tenaga kerja yang melaksanakan kegiatan pemeliharaan. f. Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan lanskap. g. Bahan- bahan yang digunakan dalam kegitan pemeliharaan lanskap (termasuk bahan sekali pakai) h. Pendugaan yang akurat. 3. Cara pelaksanaan pemeliharaan tidak rutin atau insidentil misalnya pekerjaan perbaikan dan penyiapan tenaga khusus; 4. Pemeliharaan preventif terhadap kondisi yang dapat mempercepat keausan dan kerusakan melalui inspeksi yang sistematik dan terjadwal; 5. Jadwal penugasan untuk setiap pekerjaan pemeliharaan, meliputi perorangan, tim ataupun kontraktor sehingga terpantau apakah pekerjaan telah dilaksanakan dengan baik; 6. Sistem untuk mendesain dan merencanakan pekerjaan dan pengawasan beban kerja; 7. Sistem analisis dan pengawasan biaya pemeliharaan. 2.4 Pengelolaan Kawasan Agrowisata Rokhman (2008) juga menyatakan bahwa agrowisata dapat digolongkan sebagai wisata ekologi dimana kegiatan dan atraksi wisata yang dilakukan tidak merusak atau mencemari lingkungan untuk tujuan mengagumi dan menikmati

26 12 keindahan alam, hewan atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan. Oleh karena itu kegiatan pengelolaannya harus mempertimbangkan beberapa hal, antara lain sebagai berikut : 1. Mengatur dan Mengelola potensi wisata yang dimiliki, meliputi kultur atau sejarah yang menarik, keunikan sumberdaya biofisik, konservasi sumberdaya alam maupun kultur budaya masyarakat. 2. Meningkatkan nilai pendidikan, pengelolaan yang dilakukan memperhatikan pengalaman, pengetahuan dan pendidikan bagi pengunjung yang datang. 3. Memanfaatkan partisipasi masyarakat, yaitu peran aktif masyarakat baik dari dalam kawasan wisata maupun pengunjung yang datang untuk menjaga serta melindungi objek, fasilitas dan atraksi wisata yang terdapat di dalam kawasan tersebut. 4. Meningkatkan upaya konservasi, kegiatan pengelolaan yang dilakukan tidak hanya bertujuan untuk menarik pengunjung yang datang tetapi juga untuk meningkatkan kualitas lingkungan serta melindungi sumberdaya alami yang terdapat di dalam kawasan wisata tersebut. Arifin et al (2009) mengemukakan bahwa pengelola kawasan agrowisata dibagi menjadi dua yaitu oleh swasta atau investor dan masyarakat lokal. Ciri atau bentuk objek agrowisata yang dikelola oleh swasta antara lain : 1. Diusahakan oleh perusahaan swasta atau perorangan; 2. Meliputi satuan lahan yang biasanya berpagar dan mempunyai gerbang (pintu masuk) tunggal; 3. Tidak melibatkan masyarakat dalam pengelolaan; 4. Masyarakat sekitar lebih bertindak sebagai pekerja di objek wisata; 5. Biasanya menerapkan pemungutan karcis atau tiket masuk. Selanjutnya Arifin et al (2009) juga menjabarkan ciri atau bentuk objek agrowisata yang dikelola oleh masyarakat, yaitu : 1. Masyarakat sebagai pemilik bisnis agrowisata. Masyarakat dapat bergabung membentuk badan usaha milik masyarakat (BUMN) atau kelompok tani; 2. Meliputi kawasan yang tidak berbatas dengan pagar dan memiliki beberapa pintu gerbang; 3. Masyarakat melakukan proses bertani, berternak dan memelihara ikan seperti

27 13 biasanya sehingga pemberdayaan ekonomi masyarakat berjalan seperti biasa; 4. Masyarakat mengusahakan memberikan nilai tambah pada produk pertaniannya; 5. Masyarakat melakukan musyawarah untuk mengelola semacam koperasi. Pengurus mengelola dan memasarkan produk pertanian; 6. Masyarakat menyiapkan akomodasi (penginapan dan sarapan pagi) dan menata perkampungan; 7. Masyarakat menyiapkan objek kunjungan sebaik mungkin dan menyiapkan diri untuk menerima tamu yang mempunyai ragam budaya berbeda- beda.

28 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Wisata Pasirmukti yang terletak pada Jalan Raya Tajur Pasirmukti Km. 4, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kegiatan magang dilakukan pada Divisi Wisata, Subdivisi Landscape dan Housekeeping selama 3 bulan (Maret Mei 2011). Lokasi magang dapat dilihat pada Gambar 1. (a)peta Administrasi Kabupaten Bogor (b)foto Satelit Kebun Wisata Pasirmukti (c)foto Satelit Area Wisata Kebun Wisata Pasirmukti (Sumber : Januari 2011 ) Gambar 1 Lokasi Kebun Wisata Pasirmukti

29 Metode Magang Kegiatan magang yang dilakukan di Kebun Wisata Pasirmukti ini menggunakan beberapa pendekatan, antara lain : a. Kegiatan administrasi, yang mencakup pengenalan sistem administrasi, organisasi, program, penjadwalan dan sistem kerja. b. Kegiatan lapangan, yang mencakup aspek pengelolaan serta parsitipasi aktif dalam setiap program dan aktivitas wisata agro. Aspek pengelolaan yang dipelajari selama kegiatan magang berlangsung antara lain pengelolaan zonasi ruang dan sirkulasi, pemeliharaan lanskap, pengelolaan fasilitas, sarana dan prasarana, pengelolaan program dan aktivitas wisata agro, serta pengelolaan pengunjung. c. Kegiatan pengumpulan data sebagai penunjang penulisan hasil kegiatan magang, dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan melalui survai dan wawancara kepada pihak pengelola maupun pengunjung. 3.3 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan antara lain terdiri dari aspek kelembagaan, aspek fisik dan biofisik, aspek sosial, dan aspek pengelolaan kawasan. Aspek kelembagaan antara lain terdiri dari sejarah perusahaan, struktur organisasi, sistem kerja divisi, jadwal kerja, serta data mengenai tenaga kerja. Aspek fisik dan biofisik antara lain terdiri dari data letak, luas wilayah, iklim, topografi, jenis tanah, hidrologi, vegetasi, satwa, aksesibilitas,dan fasilitas. Aspek sosial antara lain adalah mengenai data mengenai daftar kunjungan, karakteristik dan persepsi pengunjung. Aspek pengelolaan kawasan antara lain terdiri dari pengelolaan ruang, pengelolaan sirkulasi, pengelolaan program wisata, pengelolaan pengunjung, serta permasalahan yang ditemui lapang (Tabel 1). Tabel 1 Jenis dan Sumber Data No. Jenis Data Sumber Data 1. Kelembagaan a. Sejarah Perusahaan b. Struktur Organisasi c. Sistem Kerja Divisi Pengelola Kebun Wisata Pasirmukti Pengelola Kebun Wisata Pasirmukti Pengelola Kebun Wisata Pasirmukti

30 16 Tabel 1 Lanjutan d. Jadwal Kerja e. Tenaga Kerja g. Aspek Legal 2. Data Fisik dan Biofisik a. Letak Wilayah b. Luas Wilayah c. Iklim d. Topografi dan Jenis Tanah e. Hidrologi f. Vegetasi dan Satwa g. Aksesibilitas h. Fasilitas dan Utilitas 3. Data Sosial a. Daftar Kunjungan b. Karakteristik Pengunjung c. Persepsi Pengunjung 4. Pengelolaan Kawasan a. Pengelolaan Ruang b. Pengelolaan Sirkulasi c. Pengelolaan Program Wisata d. Pengelolaan Pengunjung e. Permasalahan di Lapang Pengelola Kebun Wisata Pasirmukti Pengelola Kebun Wisata Pasirmukti Pengelola Kebun Wisata Pasirmukti Pengelola Kebun Wisata Pasirmukti Pengelola Kebun Wisata Pasirmukti BMKG Pengelola Kebun Wisata Pasirmukti Pengelola Kebun Wisata Pasirmukti Pengamatan lapang Pengamatan lapang Pengamatan lapang Pengelola Kebun Wisata Pasirmukti Pengamatan lapang Pengamatan lapang Pengelola dan Pengamatan lapang Pengelola dan Pengamatan lapang Pengelola dan Pengamatan lapang Pengelola dan Pengamatan lapang Pengamatan lapang 3.4 Kerangka Pikir Dalam proses pembelajaran pada kegiatan magang perlu diketahui bagaimana pihak pengelola dapat mempertahankan kondisi lanskap kawasan tersebut serta bagaimana pengelolaan program atau paket- paket wisata yang ditawarkan di Kebun Wisata Pasirmukti sehingga konsep agrowisata yang diberikan dapat diperoleh secara maksimal oleh pengunjung. Secara umum terdapat empat aspek yang diamati yaitu aspek fisik, aspek sosial, aspek agrowisata dan aspek teknis pengelolaannya. Kemudian, dari hasil kegiatan magang akan diperoleh potensi dan kendala dari masing- masing aspek tersebut.

31 17 Potensi dan permasalahan yang diperoleh juga dikelompokan kedalam empat bagian yaitu kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, serta dianalisis menggunakan metode SWOT untuk memperoleh rekomendasi berupa strategi pengelolaan lanskap kawasan agrowisata Kebun Wisata Pasirmukti yang ideal dan berkelanjutan (Gambar 2). Kebun Wisata Pasirmukti Kegiatan Magang Pengamatan dan Pengambilan Data di Lapang Aspek Pengelolaan Pengelolaan Ruang Pengelolaan Sirkulasi Pengelolaan Paket Wisata Pengelolaan Pengunjung Permasalahan di Lapang Aspek Fisik Luas Wilayah Iklim Vegetasi Satwa Aksesibilitas Fasilitas Aspek Sosial Karakteristik dan Persepsi Pengunjung Aspek Agrowisata Program wisata Atraksi wisata Objek wisata Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Analisis SWOT Matriks SWOT REKOMENDASI Alternatif Strategi Rencana Pengelolaan Kawasan Agrowisata Kebun Wisata Pasirmukti Yang Ideal dan Berkelanjutan Gambar 2 Kerangka Pikir Kegiatan Magang 3.5 Tahapan Kegiatan Kegiatan magang yang dilakukan di Kebun Wisata Pasirmukti sampai dengan penulisan hasil kegiatan magang terdiri dari beberapa tahapan, antara lain :

32 18 1. Persiapan awal Meliputi pembuatan proposal usulan magang, mengurus administrasi, dan mengumpulkan data-data sekunder yang sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan magang. Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum proses magang di dalam Kebun Wisata Pasirmukti berlangsung. 2. Pengenalan kelembagaan Meliputi pengenalan dengan pihak pengelola Kebun Wisata Pasirmukti serta pengenalan struktur organisasi, sejarah perusahaan, pembagian kerja, dan prosedur pelaksanaan kerja. Kegiatan ini merupakan tahapan awal pada saat kegiatan magang dilaksanakan. 3. Partisipasi di Kantor Pengelola dan Pengamatan di Lapang Pada tahap ini meliputi setiap kegiatan yang berhubungan dengan proses pengelolaan kawasan Kebun Wisata Pasirmukti. Setiap kegiatan tersebut diikuti berdasarkan arahan dan bimbingan pihak pengelola dan mengikuti proses pengelolaan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pihak Kebun Wisata Pasirmukti. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang faktual mengenai proses pengelolaan di Kebun Wisata Pasirmukti. Partisipasi di kantor pengelola berupa penyusunan konsep pengelolaan, jadwal pemeliharaan dan terlibat dalam proses redesign taman. Partisipasi dilapang berupa proses pengawasan kegiatan pemeliharaan. Selain itu, kegiatan lapang juga dilakukan untuk pengambilan data penunjang seperti aspek fisik dan biofisik, aspek sosial dan aspek agrowisata. 4. Analisis Tahapan ini meliputi analisis terhadap data dan informasi yang telah diperoleh. Dalam tahap ini dapat diketahui potensi dan kendala dari masingmasing aspek yang diteliti. Analisis yang dilakukan pada tahap ini antara lain : a. Analisis deskriptif Analisis deskriptif merupakan tahapan yang dilakukan terhadap data yang diperoleh berupa studi pustaka, wawancara dengan pengunjung maupun pengelola serta data yang diperoleh pada saat pengamatan. Analisis deskriptif

33 19 digunakan untuk mengetahui potensi serta kendala dari aspek teknis pengelolaan dan paket wisata agro yang ditawarkan Kebun Wisata Pasirmukti. b. Analisis daya dukung kawasan Menurut Nurisjah et al (2003) salah satu model pendekatan untuk mempertahankan kelestarian, keberadaan atau optimisasi manfaat dari suatu sumberdaya alam, sumberdaya lanskap dan lingkungan yaitu dengan melakukan penilaian terhadap daya dukung (carrying capacity). Pendekatan ini juga digunakan untuk meminimalisasi kerusakan dan membatasi penggunaannya. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi daya dukung suatu kawasan menurut Knudson (1984) antara lain karakteristik sumberdaya alam, seperti geologi dan tanah, topografi, vegetasi, hewan, iklim dan air, dan karakteristik pengelolaan, seperti kebijakan dan metode pengelolaan, serta karakteristik pengunjung, seperti psikologi, peralatan, perilaku sosial dan pola penggunaan. Penilaian terhadap daya dukung juga digunakan dalam kegiatan pengelolaan area kegiatan rekreasi alam yang dikenal dengan daya dukung kawasan rekreasi (recreation capacity) yaitu jumlah individu atau pengunjung yang dapat ditampung pada suatu kawasan rekreasi. Tujuan utama dari penilaian ini adalah untuk mempertahankan atau melestarikan potensi rekreatif alami dari areal tersebut pada batas- batas penggunaan yang diperkenankan (Nurisjah et al, 2003). Untuk memperkirakan kebutuhan ruang sebuah aktivitas rekreasi atau daya tampung pengunjung digunakan formulasi sebagai berikut: DD = A x 1 x Rf B Keterangan : DD = Daya dukung A = Luas area yang digunakan (m 2 ) B = Standar luas area yang dibutuhkan Rf = Faktor rotasi c. Analisis karakteristik dan persepsi pengunjung Tahap ini dilakukan melalui proses wawancara dan penyebaran kuisioner kepada 45 orang pengunjung secara acak. Melalui kuisioner akan diketahui mengenai karakteristik pengunjung mengenai dirinya dan persepsinya mengenai

34 20 Kebun Wisata Pasirmukti. Dari hasil kuisioner juga dapat diketahui tingkat kepuasan pengunjung terhadap kegiatan wisata agro yang dilakukan. Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 1. d. Analisis SWOT Penilaian dilakukan terhadap aspek manajemen perusahaan dalam usahanya untuk mengelola integritas lanskap kawasan agrowisata menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT menurut Rangkuti (1997) dilakukan berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Tahapan kerja yang dilakukan dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut: 1) Analisis penilaian faktor internal dan faktor eksternal Identifikasi faktor internal (IFE) dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan serta memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antar faktor- faktor tersebut. Sedangkan, penilaian faktor eksternal (EFE) dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ancaman dan peluang yang dimiliki (David, 2008). 2) Penentuan bobot setiap variabel Bobot yang diberikan pada setiap faktor disesuaikan dengan skala kepentingannya terhadap pengelolaan kawasan agrowisata Kebun Wisata Pasirmukti. Bobot setiap faktor internal dan eksternal ditentukan dengan metode Paired Comparison (Kinnear dan Taylor, 1991). Skala yang digunakan untuk mengisi kolom dalam menentukan bobot setiap faktor adalah : 1. Bobot 1, jika indikator faktor horizontal kurang penting dibandingkan indikator faktor vertikal. 2. Bobot 2, jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor vertikal 3. Bobot 3, jika indikator faktor horizontal lebih penting dibandingkan indikator faktor vertikal.

35 21 4. Bobot 4, jika indikator faktor horizontal sangat penting dibandingkan indikator faktor vertikal. Tabel 2 Contoh Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal dan Eksternal Faktor Internal/ A B C D E Total Bobot Eksternal A X1 α1 B X2 α2 C X3 α3 D X4 α4 E X5 α5 Total Sumber: Kinnear dan Taylor (1991) Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan menggunakan rumus Kinnear dan Taylor (1991) : Keterangan : αi = bobot variabel ke-i; Xi i n = nilai variabel ke-i; = 1,2,3,,n; = jumlah variabel αi = Xi Σ n i=1 Xi 3) Penentuan peringkat (rating) Pemberian peringkat pada masing-masing faktor berdasarkan tingkat kepentingannya dengan nilai 1 4. Jika faktor positif tingkat kepentingannya sangat penting bernilai 4, penting bernilai 3, cukup penting bernilai 2, dan tidak penting bernilai 1, sedangkan jika faktor negatif memiliki tingkat kepentingan sangat penting bernilai 1, penting bernilai 2, cukup penting 3, dan tidak penting 4 (Tabel 3). Tabel 3 Skala Penilaian Peringkat untuk Faktor Internal dan Eksternal Nilai Peringkat Kekuatan (Strenghts) dan Peluang (Opportunities) Kelemahan (Weaknesses) dan Ancaman (Threats) Sangat penting Penting Cukup penting Tidak penting Tidak penting Cukup penting Penting Sangat penting

36 22 Nilai peringkat faktor positif (kekuatan dan peluang) tersebut berbanding terbalik dengan faktor negatif (kelemahan dan ancaman) (Rangkuti, 1997). Kemudian setiap peringkat dari faktor-faktor tersebut dikalikan dengan bobot untuk memperoleh skor pembobotan (Tabel 4 dan 5). Tabel 4 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Simbol Faktor Internal Bobot Peringkat Skor (Bobot*Peringkat) Kekuatan (Strenghts) S1 S2 S3 Kelemahan (Weaknesses) W1 W2 W3 Total Sumber : Rangkuti (1997) Tabel 5 Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Simbol Faktor Eksternal Bobot Peringkat Skor (Bobot*Peringkat) Peluang (Opportunities) O1 O2 O3 Ancaman (Threats) T1 T2 T3 Total Sumber : Rangkuti (1997) Berdasarkan total skor yang didapat dari pembobotan pemeringkatan di atas, akan diketahui posisi Kebun Wisata Pasirmukti pada kuadran yang dapat menyatakan kekuatan dan kelemahannya melalui matriks internal-eksternal (IE) (Gambar 3). Jika total skor bernilai 1.0 sampai 1.99 maka kondisi internal dan eksternal berada pada keadaan yang lemah, jika total skor bernilai antara 2.00 sampai 2.99 menunjukan kondisi faktor internal dan eksternal berada pada keadaan rata- rata, sedangkan jika total skor bernilai 3.4 sampai 4.0 maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata dan Rekreasi Undang- Undang No.9 Tahun 1990 mendefinisikan wisata sebagai perjalanan atau sebagian dari kegiatan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. (c)foto Satelit Area Wisata Kebun Wisata Pasirmukti

BAB III METODOLOGI. (c)foto Satelit Area Wisata Kebun Wisata Pasirmukti BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Wisata Pasirmukti yang terletak pada Jalan Raya Tajur Pasirmukti Km. 4, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011) BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Taman Burung, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) (Gambar 3). Lokasi Taman Burung TMII ini berada di Kompleks TMII, Jalan Pondok

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Bappeda, 2004 dan 2010)

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Bappeda, 2004 dan  2010) 12 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan penelitian mengambil lokasi di Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani Nasution yang terletak di Jalan Belitung No. 1, Kelurahan Merdeka, Kecamatan Sumur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. 9 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. U Gambar 2. Peta Telaga Golf Sawangan, Depok Sumber: Anonim 2010.

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Gambar 2 Tahapan Studi

Gambar 2 Tahapan Studi 13 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Studi dilakukan di Lembah Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat (Gambar 1). Pelaksanaan studi dimulai dari bulan Maret 2010 sampai

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 9 METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Situs Ratu Boko, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya berjarak

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu 19 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu Lokasi penelitian adalah Kelurahan Lenteng Agung RW 08. Waktu sejak pelaksanaan studi hingga pembuatan laporan hasil studi berlangsung selama 10 bulan (Maret 2011- Januari

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah)

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah) 10 III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Magang ini dilakukan di kawasan permukiman Sentul City yang terletak pada Kecamatan Citeureup dan Kecamatan Kedung Halang meliputi, Desa Babakan Madang, Sumurbatu,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA Oleh: PUTERA RAMADHON A34204046 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA HARY RACHMAT RIYADI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Secara spesifik lansekap adalah suatu areal lahan atau daratan yang memiliki kualitas

TINJAUAN PUSTAKA. Secara spesifik lansekap adalah suatu areal lahan atau daratan yang memiliki kualitas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansekap Secara spesifik lansekap adalah suatu areal lahan atau daratan yang memiliki kualitas visual bentukan lahan, formasi batuan, elemen air, dan pola tanaman yang berbeda

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A34201037 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran manusia makin meningkat dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi, maka negara-negara yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN HADRIAN PRANA PUTRA.

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

Sumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol

Sumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol 10 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Ocean Ecopark Ancol yang terletak di Jalan Lodan Timur No.7, Jakarta Utara (Gambar 2). Ocean Ecopark yang terletak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan dan Pemeliharaan Lanskap Pengelolaan lanskap merupakan sebuah upaya terpadu dalam penataan, pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengawasan, pengendalian, dan

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan Pariwisata Sekitar Pantai Siung Berdasarkan Analisis SWOT Strategi pengembangan pariwisata sekitar Pantai Siung diarahkan pada analisis SWOT.

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Oleh: GIN GIN GINANJAR A34201029 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A34203058 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Dengan ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di

I. PENDAHULUAN. Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di Provinsi Lampung. Padang Golf Sukarame didirikan oleh Perkumpulan Golf Lampung (PGL).

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP PADANG GOLF KOTA ARAYA, MALANG KARTIKA NURHAYATI

PEMELIHARAAN LANSKAP PADANG GOLF KOTA ARAYA, MALANG KARTIKA NURHAYATI PEMELIHARAAN LANSKAP PADANG GOLF KOTA ARAYA, MALANG KARTIKA NURHAYATI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN KARTIKA NURHAYATI. Pemeliharaan Lanskap Padang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Setu Babakan-Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa-Kotamadya Jakarta Selatan (Gambar 6), dengan luas kawasan ± 165 ha, meliputi

Lebih terperinci

Departemen Arsitektur Lanskap Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Departemen Arsitektur Lanskap Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 85 Lampiran 1. Kuisioner SWOT Departemen Arsitektur Lanskap Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor KUISIONER EVALUASI JENIS POHON BAGI KONSERVASI KERAGAMAN TANAMAN HUTAN KOTA DI DKI JAKARTA Kepada

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A Skripsi PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A34203012 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

MG XIV PRINSIP PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN

MG XIV PRINSIP PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN MG XIV PRINSIP PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN Dr KASWANTO M.K. PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN (ARL 521) DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN - INSTITUT PERTANIAN BOGOR Senin, 23 Mei 2016

Lebih terperinci

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari II TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata didefinisikan sebagai kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT Oleh : RINRIN KODARIYAH A 34201017 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A34204018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP HOTEL JAKARTA HILTON INTERNATIONAL. Oleh : FAIKA RAHIMA ZORAIDA A

PEMELIHARAAN LANSKAP HOTEL JAKARTA HILTON INTERNATIONAL. Oleh : FAIKA RAHIMA ZORAIDA A PEMELIHARAAN LANSKAP HOTEL JAKARTA HILTON INTERNATIONAL Oleh : FAIKA RAHIMA ZORAIDA A34201024 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 RINGKASAN FAIKA RAHIMA ZORAIDA.

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google)

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google) METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai perencanaan lanskap agrowisata berkelanjutan ini dilakukan di Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Propinsi

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari: Pari yang berarti penuh, lengkap, berkeliling; Wis

II. TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari: Pari yang berarti penuh, lengkap, berkeliling; Wis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Istilah pariwisata terlahir dari bahasa Sansekerta yang komponenkomponennya terdiri dari: Pari yang berarti penuh, lengkap, berkeliling; Wis (man) yang berarti rumah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik itu alam pegunungan (pedesaan), alam bawah laut, maupun pantai.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA. Oleh : Mustika Retno Arsyanur A

PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA. Oleh : Mustika Retno Arsyanur A PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA Oleh : Mustika Retno Arsyanur A34204025 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan 31 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lanskap wisata TNB, Sulawesi Utara tepatnya di Pulau Bunaken, yang terletak di utara Pulau Sulawesi, Indonesia. Pulau

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA OLEH: MOCH SAEPULLOH A44052066 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta) BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai lanskap kawasan ekowisata karst ini dilakukan di Lembah Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A34203044 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON

Lebih terperinci

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Nama NRP : Pengaruh

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A34203015 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERENCANAAN

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT Oleh YANDI ASDA MUSTIKA H 34066131 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG SKRIPSI HESTI FANNY AULIA SIHALOHO H34066060 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian berlangsung selama 3 bulan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... I LEMBAR PERNYATAAN... II ABSTRAK... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... VI DAFTAR TABEL... IX DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... I LEMBAR PERNYATAAN... II ABSTRAK... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... VI DAFTAR TABEL... IX DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... I LEMBAR PERNYATAAN... II ABSTRAK... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... VI DAFTAR TABEL... IX DAFTAR GAMBAR... X BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B.

Lebih terperinci

PERENCANAAN EKOWISATA DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (TNUK), BANTEN (Kasus Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang)

PERENCANAAN EKOWISATA DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (TNUK), BANTEN (Kasus Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang) PERENCANAAN EKOWISATA DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (TNUK), BANTEN (Kasus Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang) AINI HARTANTI A34204035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

Lebih terperinci

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR Oleh : YAYAT RUHIYAT A34201018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YAYAT RUHIYAT. Studi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Tyas Orchid yang berkantor di Bukit Cimanggu City Blok Q6 No 19 Jl. KH. Sholeh Iskandar, Bogor. Pemilihan objek

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A34204040 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Kelapa Rapat (Klara) Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, dengan luas area ± 5.6 Ha (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan selama 4

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan salah satu jenis satwa liar yang hidup tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sampai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini mengambil lokasi di jalur sepeda Sentul City, Bogor, Indonesia (Gambar 4). Adapun waktu kegiatan penelitian ini kurang lebih selama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam mempertahankan kelangsungan bisnisnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba.

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar 20 METODOLOGI dan Waktu Studi dilakukan di kawasan Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat dengan mengambil tapak di kawasan lanskap Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Kegiatan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH PADA KELOMPOK TANI HURANG GALUNGGUNG KECAMATAN SUKARATU TASIKMALAYA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH PADA KELOMPOK TANI HURANG GALUNGGUNG KECAMATAN SUKARATU TASIKMALAYA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH PADA KELOMPOK TANI HURANG GALUNGGUNG KECAMATAN SUKARATU TASIKMALAYA Oleh AIDI RAHMAN H 24066055 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH SKRIPSI NOPE GROMIKORA H34076111 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN NOPE

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi 10 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi Penelitian mengenai perencanaan lanskap ini dilakukan di kawasan bersejarah Komplek Candi Gedong Songo,, Kecamatan Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah. Peta,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan Februari 2011 hingga bulan Juni 2011 di Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten (Gambar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN LANSKAP PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI DI SETU BABAKAN-SRENGSENG SAWAH, KECAMATAN JAGAKARSA-JAKARTA SELATAN OLEH: SITTI WARDININGSIH

RENCANA PENGELOLAAN LANSKAP PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI DI SETU BABAKAN-SRENGSENG SAWAH, KECAMATAN JAGAKARSA-JAKARTA SELATAN OLEH: SITTI WARDININGSIH RENCANA PENGELOLAAN LANSKAP PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI DI SETU BABAKAN-SRENGSENG SAWAH, KECAMATAN JAGAKARSA-JAKARTA SELATAN OLEH: SITTI WARDININGSIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada usaha Durian Jatohan Haji Arif (DJHA), yang terletak di Jalan Raya Serang-Pandeglang KM. 14 Kecamatan Baros, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Taman Wisata Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus

Lebih terperinci

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM 111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam. Potensi tersebut menciptakan peluang pengembangan dan pengelolaan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA SKRIPSI MUHAMMAD SALIM R H34076107 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI BAURAN PEMASARAN (Studi Kasus : Liefde Cafe&Restaurant, Bogor)

ANALISIS STRATEGI BAURAN PEMASARAN (Studi Kasus : Liefde Cafe&Restaurant, Bogor) ANALISIS STRATEGI BAURAN PEMASARAN (Studi Kasus : Liefde Cafe&Restaurant, Bogor) SKRIPSI SAUD PARTOGI HAMONANGAN SITORUS H34076138 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebut sebagai negara agraris karena memiliki area pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebut sebagai negara agraris karena memiliki area pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia disebut sebagai negara agraris karena memiliki area pertanian yang luas, kekayaan alam dan hayati yang beragam. Kekayaan alam tersebut dapat dikelola sebagai

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT Oleh: NIA YAMESA A14105579 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016)

PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016) PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016) A. Latar Belakang Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis di Desa Kadeula Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kegiatan

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Desa Ketep. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian. Tanpa Skala

III METODOLOGI. Desa Ketep. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian. Tanpa Skala 14 III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian berada di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan yang merupakan bagian dari Kawasan Agropolitan Merapi Merbabu, Kabupaten Magelang, Provinsi

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian berlokasi di Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) yang secara administratif berlokasi di Kp. Bojongsari RT 03 RW 05 Kecamatan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR. Disusun Oleh :

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR. Disusun Oleh : STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR Disusun Oleh : SYAIFUL HABIB A 14105713 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI DEFIETA H34066031 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 RINGKASAN DEFIETA.

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata 6 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desain

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desain 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desain Desain merupakan suatu proses untuk mendapatkan kebutuhan atau sesuatu yang diinginkan dengan cara menyelesaikan permasalahan yang ada. Desain dapat menghubungkan budaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Kawasan Wisata

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Kawasan Wisata 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Kawasan Wisata Perencanaan merupakan suatu bentuk alat yang sistematis yang diarahkan untuk mendapatkan tujuan dan maksud tertentu melalui pengaturan, pengarahan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata telah berkembang pesat seiring perubahan pola pikir, bentuk, dan sifat kegiatan warga masyarakat. Perkembangan ini menuntut industri pariwisata agar

Lebih terperinci