PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH KOPI ARABIKA DALAM UPAYA PENINGKATAN KEUNTUNGAN UKM (USAHA KECIL DAN MENENGAH) DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN 1
|
|
- Inge Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 I Ketut Arnawa, et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH KOPI ARABIKA DALAM UPAYA PENINGKATAN KEUNTUNGAN UKM (USAHA KECIL DAN MENENGAH) DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN 1 I Ketut Arnawa 2, Ni Gst.Ag.Gd. Eka Martiningsih 2, I Made Budiasa 2 I Gede Sukarna 2 1 Program Ipteks Bagi Produk Ekspor 2 Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati Denpasar, Jl. Kamboja 11 A Denpasar Ringkasan Eksekutif Di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli ada beberapa subak abian dan koperasi tani yang anggotanya sebagai petani kopi arabika sekaligus melakukan penanganan pengolahan pasca panen olah basah (wet process). Hasil wawancara dengan kelihan (ketua) subak abian Bakti Yasa, Ketua Koperasi Tani Perkebunan Mulih Sari, dan eksportir kopi yang ada bahwa, permasalahan yang dihadapi UKM pada saat ini adalah bagaimana mempercepat proses pengolahan dan cara penanganan limbah. Berkaitan dengan penanganan limbah yang belum ditangani dengan baik, akan berpengaruh terhadap peningkatan volume ekspor. Karena beberapa pembeli (importir) tertentu penanganan limbah merupakan salah persyaratan yang harus dipenuhi oleh UKM. Tujuan dari program ini adalah memberikan pembinaan kepada UKM mitra dalam mempercepat proses pengolahan dan menangani limbah untuk peningkatan volume ekspor, peningkatan keutungan, dan upaya pelestarian lingkungan. Metode yang diterapkan adalah memberikan pelatihan kepada UKM mitra. Penentuan UKM menggunakan metode purposive sampling, yaitu Subak Abian Bakti Yasa dan Subak Abiah Muluh Sari dengan dasar pertimbangan keduanya orentasi produksi untuk ekspor. Setiap UKM dipilih 20 petani untuk diberi pelatihan. Sebelum dan sesudah pelatihan diberikan pre- test dan post-test. Hasil kegiatan dapat meningkatkan kapasitas pengupasan kulit buah dari 0,5 ton per jam menjadi 2 ton per jam dan pemanfaatan limbah dalam satu periode pengolahan, telah mampu meningkatkan keuntungan 4,5 % -7,5 % per tahun dan total omzet meningkat 19,67 % - 40,34 % Kata-kata kunci: kopi, penanganan limbah, keuntungan Executive Summary In Kintamani District, the Regency of Bangli, there are some traditional farmer organizations (Subak and koperasi) which all of them actively on Arabica Coffee cultivation and doing wet processes post harvest production. According to interview conducted with the head of Subak Bakti Yasa, the leader of Mulih Sari Cooperation, and the existing exporters stated that the main problems faced by the small and medium enterprises (UKM) in the regency are how to accelerate processing and how to manage the waste of the coffee production processes. The waste management is one of important aspect would be implemented, because it will influent to the volume of product export. Recently the waste treatment is one
2 90 I Ketut Arnawa, et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, of requirements for exporting product. The aims of this program are encouraging small enterprises in this area in the waste treatment program due to improve the export volume. Furthermore if the quality of product were enhanced, the coffee farmers would gain more benefit even maintaining the environment sustainability. This program using purposive sampling, and 40 participants from the small enterprises (Bhakti Yasa and Mulih Sari) were trained in waste management process. In the end of the program the participants were assessed by pre test and post test. Finally after the training activities, the capacity of pulping process were rose 0,5 ton to 2 ton per hours. The utilizing of whist product also give 4.5 % to 7.5 % beneficial impact per years and the rising of the coffee selling from % to % totally. Keywords: coffee, waste management, benefit A. PENDAHULUAN Kabupaten Bangli termasuk salah satu penghasil utama kopi, dimana kopi menjadi komoditas yang mendominasi dari sektor perkebunan, namun ekspor kopi dari Kabupaten Bangli masih rendah yaitu rata-rata 54,88% dari ekspor kopi Bali dengan nilai ekspor mencapai US$ 10, pada tahun 2005, US$ 11, pada tahun 2006, dan ekspor pada bulan Januari tahun 2007 mencapai US$ Kecamatan Kintamani di Kabupaten Bangli merupakan salah satu daerah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman kopi. Daerah ini memiliki ketinggian 900 s/d m dari permukaan laut (dpl) yang merupakan syarat tumbuh optimum untuk tanaman kopi. Total luas perkebunan di Kintamani ha, dari luasan tersebut ha diantaranya merupakan lahan pertanaman kopi, dan sisanya ha cengkeh, 425 ha kelapa, dan 82 ha kakao (Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan, 2006). Kopi yang diusahakan petani di Kintamani adalah kopi arabika yang merupakan sumber pendapatan penting bagi petani. Potensi mutu citarasa kopi arabika dari Kintamani cukup baik dan ukuran bijinya besar-besar. Sebagian telah berhasil di-pasarkan ke segmen spesialty, demikian pula sebagian besar petani telah melaksanakan praktek budidaya yang baik, tetapi cara pengolahan pasca panen sebagain besar secara kering sehinga mutunya kurang baik. Kopi arabika Kintamani berpeluang untuk mendapatkan perlindungan Indikasi Geografis (IG) dengan dasar pertimbangan antara lain; bermutu baik, masyarakat berhasrat untuk menjaganya, dikenal sebagai geography coffee, memiliki sejarah yang unik, agrosistem yang cocok untuk kopi arabika dan sistem pertaniannya homogen, ketinggian > m dpl, petani telah memiliki kelembagaan yang kuat (subak abian), menajemen pertanaman khas dan relatif homogen yang didasarkan pada pengetahuan tradisional, merupakan produk penyegar yang sangat dipengaruhi oleh alam dan budaya setempat, nama Bali sangat dikenal di sektor pariwisata khususnya sebagai sumber barang-barang unik (Surif, 2006). Perlindungan IG diakui secara internasional berdasarkan perjanjian TRIP S yang merupakan salah satu lampiran dalam akta pendirian WTO. IG merupakan indikasi yang dapat menerangkan dengan jelas bahwa suatu produk berasal dari suatu kawasan atau wilayah tertentu suatu negara, memiliki kualitas baik,
3 I Ketut Arnawa, et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, reputasi (ketenaran) dan atau sifat-sifat lainnya yang secara mendasar (esensial) terkait erat dengan asal geografisnya (Surif, 2006). Beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk pengembangan agribisnis kopi arabika Kintamani adalah perbaikan mutu kopi biji (penanganan pasca panen) dan sistem pemasaran agar dapat masuk ke segmen pasar specialty (gaument, organik, fairtrade), peningkatan produktivitas lahan melalui peningkatan produktivitas tanaman kopi, diversifikasi tanaman, diversifikasi dengan ternak, pengembangan industri hilir dan memberikan perlindungan hukum (HKI) terhadap produk khas daerah dalam hal ini kopi arabika Kintamani. Sampai saat ini subak abian/koperasi tani tersebut di atas memasarkan kopi hasil olahannya lewat PT. Indo Cafco dan PT. TAM dan selanjutnya kedua perusahaan ini mengekspor ke beberapa negara Timur Tengah, Jepang, Australia, Denmark, Belanda, USA, Korea dan Taiwan lewat Surabaya sehingga tidak tercatat pada Dinas Perdagangan dan Perindustrian Bali. Sebagai bahan baku pengolahan adalah kopi glondong merah yang sebagian besar bersumber dari petani anggota subak. Kendala yang dihadapi dalam orientasi ekspor adalah kemampuan subak abian/koperasi tani belum optimal dalam memproduksi kopi baik secara kualitas maupun kuantitas. Berkaitan dengan kualitas yang menjadi permasalahan adalah teknik pengolahan basah (wet Process) dan keterbatasan baik keterampilan maupun alat/mesin yang dimiliki. Kendala yang berkaitan dengan teknik pengupasan kulit buah meskipun telah menggunakan teknologi mesin pulper pinalense, kapasitas mesin relatif rendah yaitu 0,5 ton per jam, oleh karena itu perlu diupayakan untuk meningkatkan kapasitasnya.. Potensi limbah kulit buah dengan proses olah basah (wet process) sangat besar, karena secara fisik limbah kulit buah kopi sekitar 48 % dari total berat buah kopi gelondong basah. Pada tahun 2010 UKM mitra Subak abian Bakti Yasa, mampu mengolah kopi gelondong basah 215 ton, berarti potensi limbah mencapai 103,2 ton dan Koperasi Tani Perkebunan Mulih Sari, kopi gelondong basah yang diolah mencapai 395,4 ton, berarti potensi limbah mencapai 189 ton, sehingga potensi limbah tersebut perlu dimanfaatkan baik untuk menambah keuntungan UKM juga untuk menjaga pelestarian lingkungan, karena limbah yang tidak ditangani dengan baik akan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan menurunkan volume ekspor, karena beberapa pembeli mensyaratkan penanganan limbah dalam pembelianya. Berkaitan dengan proses olah basah, kendala yang dijumpai adalah kapasitas pengupasan kulit buah yang relatif rendah dan potensi limbah kulit buah belum mampu ditangani dengan baik. Tujuan dari program ini adalah pembinaan terhadap UKM mitra dalam mengatasi kendala kapasitas pengupasan kulit buah dan pemanfaatan limbah kulit buah dalam upaya peningkatan volume ekspor, keuntungan UKM dan pelestarian lingkungan. B. SUMBER INSPIRASI Kendala yang dihadapi mitra yang terkait dengan masalah pemanfaatan limbah kulit buah dalam upaya peningkatan volume ekspor, peningkatan keuntungan UKM dan pelestarian lingkungan antara lain: (1) Aspek peralatan produksi, meliputi : membantu UKM mendapatkan peralatan untuk mempercepat
4 92 I Ketut Arnawa, et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, proses pengolahan kopi (wet process) dan latihan menggunakannya; (2) Pembinaan teknik penanganan limbah, pembinaan penanganan limbah kopi sangat perlu diberikan, karena limbah yang tidak ditangani dengan baik akan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. C. METODE Metode yang diterapkan adalah memberikan pelatihan Ipteks kepada UKM mitra. Penentuan UKM menggunakan metode purposive sampling, yaitu Subak Abian Bakti Yasa dan Subak Abiah Muluh Sari dengan dasar pertimbangan keduanya orentasi produksi untuk ekspor. Setiap UKM dipilih 20 petani untuk diberi pelatihan, berupa teori yang dilaksanakan di dalam kelas dan dilanjutkan dengan praktek di lapangan. Untuk mengetahui efektivitas pelatihan, sebelum dan sesudah pelatihan diberikan pre- test dan post-test. D. KARYA UTAMA Pada tahun kedua program ini menghasilkan karya utama berupa (1) peningkatan kapasitas peralatan mesin pengupasan kulit buah (pulper), pengadaan mesin sortasi, dan mesin sangrai (2) pemanfaatan limbah kulit buah untuk peningkatan keuntungan UKM dan pelestarian lingkungan. E. ULASAN KARYA 1. Aspek Peralatan Produksi Pada kegiatan ini membantu UKM mendapatkan peralatan untuk mempercepat proses pengolahan kopi (wet process) dan latihan menggunakannya. Selama ini UKM telah menggunakan mesin pulper pinalense untuk pengupasan kulit buah, namun demikian karena mesin sudah digunakan cukup lama, beberapa komponen dari mesin ini sudah tidak berfungsi secara optimal, karena cara penggunaan yang kurang baik (human error), atau kemasukan benda asing, hasil wawancara dengan ketua UKM mengatakan bahwa mesin tersebut pernah kemasukan paku, gunting pangkas, sehingga bouble plat komponen utama dari mesin pulper tersebut banyak yang rontok. Bouble plat adalah alat utama untuk pengelupas kulit buah, alat ini sangat selektif dalam memilih kulit buah yang dikelupas, yaitu hanya kulit buah kopi yang berasal dari kopi gelondong merah saja yang terkelupas, sedangkan yang berasal dari kopi bukan gelondong merah (kopi yang masih hijau/muda) akan luput dari alat ini. Karena bouble plat tidak berfungsi secara optimal, maka kapasitas produksi mesin pulper pinalense saat ini rendah, yaitu hanya mencapai 0,5 ton per jam, sehingga diperlukan perbaikan/penggantian bouble plat pada mesin pulper pinalense untuk dapat meningkatkan kapasitas produksinya. Pengadaan boble plat dipesan dari negara Brasil, sebelumnya sudah dicoba untuk memperolehnya di Surabaya dan Malang, tetapi tidak ada yang cocok, dan hal ini dapat dipahami karena pulper pinalense dimpor dari Brasil. Dengan penggantian buoble plat ini kapasitas mesin dapat ditingkatkan mencapai 2 ton per jam. Pada kegiatan ini UKM Mulih Sari juga dibantu peralatan mesin sortasi, mesin yang ada sebelumnya tidak berfungsi optimal dan UKM memilih melakukan sortasi secara manual, dengan pengadaan mesin sortasi yang
5 I Ketut Arnawa, et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, kemampuan kapasitas produksinya mencapai 1 ton per jam, dengan lubang ayakan telah disesuaikan dengan grade kopi yang dinginkan, sehingga peningkatan volume ekspor UKM akan mudah dapat direalisasikan. Sedangkan untuk UKM Bakti Yasa dibantu dalam pengadaan mesin Sangrai, mesin sebelumnya mempunyai kendala dalam pengadaan bahan bakar yaitu solar yang kadang-kadang sulit diperoleh, oleh karena itu pada kegiatan ini UKM dibantu dengan mesin sangrai dengan bahan bakar Gas yang mudah diperoleh di lokasi kegiatan. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam kompersi bahan bakar minyak tanah dengan bahan bakar Gas, sehingga bahan bakar gas relatif mudah diperoleh. Total kenaikan volume ekspor dari pengadaan peralatan tersebut di atas mencapai 19,67 % - 40,34 %. UKM Mulih Sari mampu menaikan volume ekspor senilai Rp ,00 yaitu dari kegiatan tahun pertama volume ekspor senilai Rp ,00meningkat pada tahun kedua menjadi Rp ,00 dan pada UKM Bakti Yasa mampu meningkatkan volume ekspor senilai Rp ,00 yaitu dari tahun pertama kegiatan nilai volume ekspor Rp ,00 meningkat menjadi Rp ,00. Gambar 1 : Bouble plat dan Mesin Pulper Pinalense 2. Aspek Proses Produksi Pemanfaatan limbah kulit buah untuk peningkatan keuntungan UKM dan pelestarian lingkungan. Pembinaan penanganan limbah kopi sangat perlu diberikan, karena limbah yang tidak ditangani dengan baik akan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Dengan melihat potensi yang cukup besar dari limbah kulit buah kopi cara olah basah (wet prosses) sehingga diperlukan teknologi untuk memanfaatkannya. Selama ini limbah di lokasi kegiatan terbuang begitu saja, limbah tersebut kalau dimanfaatkan langsung sebagai pakan ternak memiliki beberapa kelemahan antarara lain; kandungan gizi terutama proteinnya relatif rendah, kandungan serat kasar relatif tinggi, mengandung senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan ternak dan kandungan airnya tinggi sehingga mudah rusak. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan proses pengolahan, sehingga mutu gizinya dapat ditingkatkan disamping juga daya simpannya dapat diperpanjang. Dalam proses pengolahan diperlukan beberapa tahapan yaitu: fermentasi, pengeringan, penggilingan, pengemasan dan penyimpanan. Proses fermentasi dilakukan untuk menghasilkan mutu gizi limbah dan menekan kadar senyawa yang dapat menghambat pencernaan pada ternak. Hasil penelitian Guntoro dkk. (2004) menemukan fermentasi dengan Aspergillus niger dapat
6 94 I Ketut Arnawa, et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, meningkatkan kandungan protein limbah kopi dari 7,9% menjadi 12,41% dan dapat digunakan sebagai pakan ternak yang bermutu. Sehingga limbah kulit buah kopi tersebut seluruhnya dapat dimanfaatkan untuk mengganti dedak sebagai komponen penting dalam ransum ternak, baik ternak (sapi, kambing, kerbau) maupun ternak non ruminansia (ayam, itik, dan babi). Sebelum digunakan Aspergillus niger terlebih dahulu perlu diaktivasi dengan menggunakan air bersih yang steril, ditambah gula pasir, Urea dan NPK. Untuk membuat larutan 10 liter Aspergillus niger diperlukan 10 liter air, 100 gr gula pasir, 100 gr Urea, 50 gr NPK dan 100 gr Aspergillus niger. Semua bahan tersebut dilarutkan di dalam ember yang bersih dan diaduk, selanjutnya dilakukan proses aerasi dengan aerator selama jam. Limbah kulit buah kopi yang telah siap difermentasi ditaburkan pada permukaan media setebal 5 10 cm, selanjutnya disiram dengan larutan Aspergillus niger, dengan cara yang sama dapat dilakukan beberapa tumpukan kulit buah diatasnya. Penyiraman dapat dilakukan dengan gembor atau sprayer. Tumpukan limbah tersebut kemudian ditutup dengan menggunakan karung goni atau palstik yang bersih selama 4 5 hari. Selanjutnya dilakukan proses pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan di bawah sinar matahari atau dengan menggunakan alat (dryer) dengan tujuan untuk menghentikan proses fermentasi. Disamping itu pengeringan juga bertujuan untuk mempermudah proses penggilingan serta memperpanjang daya simpan. Pengeringan dilakukan hingga kadar airnya mencapai % yang ditandai dengan perubahan tekstur yang mengeras dan warna menjadi kehitaman. Penggilingan dilakukan untuk memperoleh olahan limbah yang bentuknya lebih lembut (seperti tepung) sehingga mudah untuk dimakan dan dicerna oleh ternak. Penggilingan secara efisien bisa dilakukan dengan menggunakan alat atau mesin penggiling, dalam proses penggilingan dapat diatur bentuk dan ukuran tepung yang dikehendaki. Untuk pakan ternak ruminansia (sapi, kambing) bisa agak kasar, sedangkan untuk babi dan ayam sebaiknya bentuknya lebih lembut. Tepung hasil olahan limbah dapat langsung diberkan pada ternak, dapat pula disimpan dalam waktu yang cukup lama (6-10 bulan). Agar tepung limbah tidak cepat rusak dan mutunya dapat dipertahankan, dalam penyimpanan tepung perlu dikemas. Pengemasan dapat dilakukan menggunakan wadah kantong plastik yang ditutup rapat sehingga tidak kemasukan serangga atau mikriorginsme pengganggu. Pelatihan pemanfaatan limbah kulit buah kopi dilakukan dalam dua tahap yaitu, dalam bentuk penyuluhan di dalam kelas dan kemudian dilanjutkan dengan praktek langsung di lapangan. Untuk mengukur efektivitas penyuluhan dilaksanakan pre-test dan post-test. Hasil kegiatan menunjukkan ada peningkatan pengetahuan petani tentang pemanfaatan limbah buah kopi, kategori tahu meningkat 15 % dari 20% menjadi 35 %, kategori cukup tahu meningkat 17% dari 48 % menjadi 65 % dan kategori tidak tahu menurun dari 37 % menjadi 0%. Hal ini menunjukan sebenarnya pengetahuan petani tentang pemanfaatan limbah buah kopi untuk meningkatkan keuntungan UKM cukup baik yaitu, 65 % termasuk dalam kategori cukup tahu, namun demikian praktek pembuatan pakan ternak dari limbah kulit buah kopi masih mengalami kendala karena kesulitan dalam proses pengeringan ini mungkin karena dampak dari perubahan iklim
7 I Ketut Arnawa, et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, sehingga musim hujan relatif panjang dan tidak menentu. Pemanfaatan limbah kulit buah untuk pakan ternak, telah mampu memberikan tambahan keuntungan bagi UKM mencapai 4,5 % - 7,5 %. Tambahan keuntungan dari pemanfaatan limbah kulit buah kopi pada UKM Mulih Sari mencapai Rp ,- dan pada UKM Bakti Yasa mencapai Rp ,- per periode pengolahan Gambar 2: Limbah Kulit Buah Kopi Gambar 3 : Pakan Ternak dari Limbah Kulit Buah Kopi F. KESIMPULAN Hasil kegiatan utama pada tahun kedua terdiri dari dua aspek yaitu; aspek peralatan produksi, dan aspek proses produksi hasil kegiatan telah mampu menambah keuntungan UKM 4,5 % - 7,5 % meningkatkan volume omzet 19,67 % - 40,34 % per tahun, penambahan investasi 10% dan perluasan pemasaran di tingkat regional dan di tingkat internasional yaitu ke negara Korea G. DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN Dengan optimalnya kapasitas mesin dan meningkatnya kemampuan UKM dalam menggunakannya untuk mempercepat proses produksi seperti: mesin pulper pinalense, untuk pengupasan kulit buah, mesin sortasi, untuk menentukan mutu hasil (grade) maka UKM akan dapat memenuhi permintaan ekspor kopi specialty grade 1-2. Hal ini akan memacu UKM untuk meningkatkan produksinya
8 96 I Ketut Arnawa, et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, karena harganya yang lebih tinggi dari harga yang diterima sebelumnya. Dan mesin sangrai untuk proses pengolahan kopi bubuk untuk meningkatkan omzet permintaan pasar lokal. Meningkatnya kemampuan UKM dalam memanfaatkan limbah produksi untuk pakan ternak dapat menambah keuntungan dan keberlanjutan dalam proses produksi, karena limbah yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, kerusakan pada tanaman, karena proses pengolahan dilakukan pada areal budidaya. H. DAFTAR PUSTAKA (1) Departemen Pertanian, Pedoman Teknologi Pengolahan Kopi. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Direktorat Jendral Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Departemen Pertanian Jakarta. (2) Dinas Perdagangan dan Perindustrian Bali, Realisasi Ekspor Daerah Bali, Denpasar. (3) Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Bangli, Luas Areal dan Produksi Komoditi Perkebunan. Bangli. (4) Guntoro Suprio, Made Rai Yasa, Rubiyo, Nyoman Suyasa, Maria Sumartini, Desak Made Rai Puspa, Made Londra, Sriyanto, Laporan Akhir Pengkajian Pengembangan Sistem Usaha Agribisnis Ternak Kambing. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ali, Denpasar. (5) Retnandi dan Moeljrto Tjokrowinoto, Kopi. Kajian Sosial Ekonomi, Aditya Media, Yogyakarta (6) Rubiyo, Luh Kartini, I G A Mas Sari Agung, Pengaruh Dosis Pupuk Kandang dan Lama Fermentasi terhadap Mutu Fisik dan Citarasa Kopi Arabika Varietas S795 di Bali. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Volume 8 Nomor 2, Juli (7) Spillance, James, Komoditi Kopi Peranannya dalam Perekonomian Indonesia, Kanisius, Yogyakarta. (8) Sri Najiyati dan Danarti, Budidaya Kopi dan Penanganan Lepas Panen, Swadaya Jakarta. (9) Surif, Sosialisasi Persiapan Perlindungan Indikasi Geografi (IG) Kopi Arabika. Kerjasama Dinas Perkebunan Propinsi Bali dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia I. PERSANTUNAN Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada (1) Direktur DP2M Dikti atas pembinaan dan dana yang telah diberikan, (2) Ketua LP2M Universitas Mahasaraswati Denpasar atas kesempatan dan bimbingannya, (3) Ketua Subak Abian Bhakti Yasa dan Ketua Koperasi Mulih Sari atas kerjasamanya.
PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOPI ARABIKA KINTAMANI DALAM UPAYA MENINGKATKAN KOMODITAS EKSPOR SEKTOR PERKEBUNAN
I Ketut Arnawa, et. Al. Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 63-70 63 PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOPI ARABIKA KINTAMANI DALAM UPAYA MENINGKATKAN KOMODITAS EKSPOR SEKTOR PERKEBUNAN I Ketut
Lebih terperinciMENGENAL POTENSI KAWASAN AGROPOLITAN DESA CATUR KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI, BALI 1)
MENGENAL POTENSI KAWASAN AGROPOLITAN DESA CATUR KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI, BALI 1) I Ketut Arnawa 2), I Wayan Runa 3), Putu Sri Astuti 2), Panji Palgunadi 2), I Dewa Nyoman Raka 2) Luh Kadek
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki banyak peran di Provinsi Bali, salah satunya adalah sebagai sektor pembentuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Lebih terperinciNILAI TAMBAH PROSES PENGOLAHAN KOPI ARABIKA SECARA BASAH (WEST INDISCHEE BEREDING)
NILAI TAMBAH PROSES PENGOLAHAN KOPI ARABIKA SECARA BASAH (WEST INDISCHEE BEREDING) DAN KERING (OST INDISCHEE BEREDING) DI KECAMATAN KINTAMANI, BANGLI Noveliska Br Sembiring 1, I Ketut Satriawan 2, I. A.
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK
KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK Karya tulis ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah yaitu Pendidikan Bahasa Indonesia dari Dosen : Rika Widiawati,
Lebih terperinciDairi merupakan salah satu daerah
Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tambah (value added) dari proses pengolahan tersebut. Suryana (2005: 6)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian dewasa ini tidak lagi bagaimana meningkatkan produksi, tetapi bagaimana sebuah komoditi mampu diolah sehingga diperoleh nilai tambah (value added)
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013
KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013 Dari bermacam-macam limbah pertanian yang mempunyai
Lebih terperinciIMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG. Roswita Sela 14.I1.0174
IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG Roswita Sela 14.I1.0174 OUTLINE PROFIL PERUSAHAAN PROSES PRODUKSI SANITASI KESIMPULAN SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh subur di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh subur di iklim tropis. Tanaman kopi merupakan salah satu komoditas pertanian terbesar di Indonesia yang
Lebih terperinciTeknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani
Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Oleh: Ir. Nur Asni, MS PENDAHULUAN Tanaman kopi (Coffea.sp) merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan sebagai
Lebih terperinciIr. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN
PENDAHULUAN Bagi Indonesia kopi (Coffea sp) merupakan salah satu komoditas yang sangat diharapkan peranannya sebagai sumber penghasil devisa di luar sektor minyak dan gas bumi. Disamping sebagai sumber
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berbasis pada sektor pertanian, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA
PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun
Lebih terperinciPENINGKATAN KUALITAS HASIL PANEN KOPI KELOMPOK TANI, DESA BANYUKUNING, KABUPATEN SEMARANG
PENINGKATAN KUALITAS HASIL PANEN KOPI KELOMPOK TANI, DESA BANYUKUNING, KABUPATEN SEMARANG Agus Suprijono, Indah Sulistyarini, Uning Rininingsih EM Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu: 1) Industri kopi olahan kelas kecil (Home Industri), pada industri ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki wilayah pertanian yang sangat luas dengan sebagian besar dari angkatan kerja dan kegiatan ekonomi
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH MELALUI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH MELALUI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI Oleh : Supriyati Adi Setiyanto Erma Suryani Herlina Tarigan PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertanian yang mampu menghasilkan devisa bagi Negara. Pada tahun 2016
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agrobisnis merupakan permasalahan yang sedang ditangani secara serius oleh pemerintah Indonesia sampai saat ini, mengingat begitu pentingnya pemanfaatan hasil perkebunan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. rasanya dibanding jenis kopi yang lain, tanda-tandanya adalah biji picak dan daun
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kopi Arabika Kopi Arabika (Coffea arabica) adalah kopi yang paling baik mutu cita rasanya dibanding jenis kopi yang lain, tanda-tandanya adalah biji picak dan daun hijau tua
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL Dwi Nugroho Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jember, 26 Maret 2018 LATAR BELAKANG
Lebih terperinciPENERAPAN IPTEKS. Hafni Indriati Junifa Layla Sihombing Jasmidi Kinanti Wijaya
IbM Kelompok Ternak Sekar Jaya dan Sri Wangi Desa Wonosari, Pemanfaatan Limbah Jerami Padi menjadi Pakan Ternak Sapi Alternatif Pengganti Pakan Hijauan Hafni Indriati Junifa Layla Sihombing Jasmidi Kinanti
Lebih terperinciPEMANFAATAN KULIT KAKAO MELALUI MESIN PENCACAH DAN PENGHANCUR, PADA SUBAK ABIAN DAN KELOMPOK TERNAK GUBUG
PEMANFAATAN KULIT KAKAO MELALUI MESIN PENCACAH DAN PENGHANCUR, PADA SUBAK ABIAN DAN KELOMPOK TERNAK GUBUG I Ketut Suherman, ST.,MT.; Achmad Wibolo, ST.,MT.; I Nengah Darma Susila, ST.,M.Erg. Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha penggemukan. Penggemukan sapi potong umumnya banyak terdapat di daerah dataran tinggi dengan persediaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Pertumbuhan dan perkembangan sektor usaha perkebunan di Indonesia dimotori oleh usaha perkebunan rakyat, perkebunan besar milik pemerintah dan milik swasta. Di Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang memegang peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia, yakni sebagai penghasil devisa negara, penyedia
Lebih terperinciPenanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Diany Faila Sophia Hartatri 1)
Penanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur Diany Faila Sophia Hartatri 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Penanganan pascapanen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Buah nenas merupakan produk terpenting kedua setelah pisang. Produksi nenas mencapai 20%
Lebih terperinciP e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN
PENDAHULUAN Tanah yang terlalu sering di gunakan dalam jangka waktu yang panjang dapat mengakibatkan persediaan unsur hara di dalamnya semakin berkurang, oleh karena itu pemupukan merupakan suatu keharusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, dan pertanian memegang peranan penting
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, dan pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukan dari banyaknya penduduk yang
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PRODUKSI KOMPOS
KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAS DAN PERHUTANAN SOSIAL DIREKTORAT BINA PERBENIHAN TANAMAN HUTAN LAPORAN AKHIR PRODUKSI KOMPOS RUMPIN SEED SOURCES AND NURSERY CENTER JAKARTA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup baik untuk menambah penghasilan. Tentunya dengan pemeliharaan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan kopi mempunyai arti ekonomi yang cukup penting, Sejak puluhan tahun lalu kopi telah menjadi sumber nafkah bagi banyak petani. Tanpa pemeliharaan yang berarti
Lebih terperinciPOTENSI LIMBAH KULIT KOPI SEBAGAI PAKAN AYAM
POTENSI LIMBAH KULIT KOPI SEBAGAI PAKAN AYAM MURYANTO, U. NUSCHATI, D. PRAMONO dan T. PRASETYO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek, Sidomulyo PO. Box 101, Ungaran ABSTRAK Telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan budidaya air tawar di Indonesia memiliki prospek yang cerah, terutama setelah terjadinya penurunan produksi perikanan tangkap. Permintaan produk akuakultur
Lebih terperinciPEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1
PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan
Lebih terperincimemberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya
Lebih terperinciPEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KOPI
2012, No.909 6 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 52/Permentan/OT.140/9/2012 TANGGAL 4 September 2012 PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KOPI I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu
Lebih terperinciPengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan
Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu daerah di provinsi Lampung yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan jagung, sehingga
Lebih terperinciOLEH: YULFINA HAYATI
PENGOLAHAN HASIL KEDELAI (Glycine max) OLEH: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan dan pengelolaan tanaman sangat penting diperhatikan
Lebih terperinciPerbandingan Pendapatan antara Usahatani Kopi dan Usahatani Jeruk di Desa Serai Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli
Perbandingan Pendapatan antara Usahatani Kopi dan Usahatani Jeruk di Desa Serai Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli I PUTU AJUS HERYANA, I MADE SUDARMA, I GEDE SETIAWAN ADI PUTRA Prodi Agribisnis, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diantaranya sebagai sumber pendapatan petani dan penghasil bahan baku
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang mempunyai kontribusi yang cukup nyata dalam perekonomian Indonesia, diantaranya sebagai sumber pendapatan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu sumber pangan yang bergizi. Selain sebagai sumber protein juga sebagai sumber asam lemak esensial yang menunjang perbaikan kualitas sumberdaya
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN KARANGASEM MELALUI PENDEKATAN AGRIBISNIS
PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN KARANGASEM MELALUI PENDEKATAN AGRIBISNIS Oleh Dosen Pembimbing : Kd. Ayu Novita Prahastha Dewi : Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang perekonomian nasional dan menjadi
Lebih terperinciSetelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan. pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten
44 V. Penutup Setelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten Morowali, maka pada bagian penutup ini disajikan
Lebih terperincicair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu merupakan komoditi pertanian yang utama di Provinsi Lampung. Luas areal penanaman ubi kayu di Provinsi Lampung pada tahun 2009 adalah sekitar 320.344
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Direktorat Jendral Perkebunan Kementrian Pertanian (2010),
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Kopi Arabika Menurut Direktorat Jendral Perkebunan Kementrian Pertanian (2010), Kopi Arabika adalah spesies asli yang berasal dari Ethiopia. Kopi Arabika tumbuh di
Lebih terperinciIBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA
NO. 2, TAHUN 9, OKTOBER 2011 140 IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA Muh. Anshar 1) Abstrak: Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jagung yang dihasilkan agar sesuai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas
Lebih terperinciI PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product
Lebih terperinciK O P I. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember
K O P I Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember http://adamjulian.net http://adamjulian.web.unej.ac.id/ Daftar Pustaka Rudi Wiboyo dan Subiyono, 2005. Agribisnis Tebu. Perhepi. Jakarta Rudi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris. Hal ini dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris. Hal ini dapat ditunjukkan dengan besarnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian dan perkebunan. Dari seluruh luas
Lebih terperinciDalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan
Lebih terperinciGambar 1. Pembibitan Perkebunan Tanaman Kopi di Kec. Sukamakmur
Komoditas perkebunan yang dikembangkan di Kabupaten Bogor terdiri dari kopi, karet, cengkeh, dan pala. Saat ini, kopi menjadi trend dan perhatian masyarakat luas, minum kopi juga sudah menjadi gaya hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan diuraikan tentang latar belakang yang menjadi dasar pertimbangan dalam penyusunan laporan ini. Serta akan diuraikan mengenai rumusan masalah, tujuan, metode penelitian,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. produsen dan banyak negara konsumen. Kopi berperan penting dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kopi (Coffea spp) merupakan komoditas ekspor yang memberikan devisa cukup tinggi khususnya dari komoditas perkebunan yang melibatkan beberapa negara produsen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Secara umum posisi sektor perkebunan dalam perekonomian nasional
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan, lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan, oleh karena itu penyediaan
Lebih terperinciFeed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46
Pakan mempunyai peranan yang sangat penting didalam kehidupan ternak. Kita ketahui bahwa biaya pakan merupakan biaya terbesar dari total biaya produksi yaitu mencapai 70-80 %. Kelemahan sistem produksi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
PENDAHULUAN Latar Belakang Ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Perkembangan populasi ternak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kopi adalah komoditas perkebunan yang penting bagi perekonomian Indonesia. Komoditas kopi merupakan sumber pendapatan utama bagi tidak kurang dari 1,84 juta keluarga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkebunan besar), kehutanan, peternakan, dan perikanan (Mubyarto, 1977 : 15).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan mata pencaharian pokok dan kunci pertumbuhan yang mantap untuk perekonomian secara keseluruhan bagi negara yang sedang berkembang. Pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perekonomian nasional tidak terlepas dari berkembangnya sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia
Lebih terperinciIndustrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015
Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Kementerian Perindustrian 2015 I. LATAR BELAKANG 2 INDUSTRI AGRO Industri Agro dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL
KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Gamal Nasir Direktorat Jenderal Perkebunan PENDAHULUAN Kelapa memiliki peran strategis bagi penduduk Indonesia, karena selain
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. tumpang sari dengan jenis tanaman yang lainnya. Tanaman tumpangsari di daerah
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Sebaran Perkebunan dan Produksi 6.1.1 Perkebunan Perkebunan Kopi Arabika di Kecamatan Kintamani diusahakan secara tumpang sari dengan jenis tanaman yang lainnya. Tanaman tumpangsari
Lebih terperinciEfektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering
Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Abstrak Sumanto 1) dan Suwardi 2) 1)BPTP Kalimantan Selatan, Jl. Panglima Batur Barat No. 4, Banjarbaru 2)Balai Penelitian
Lebih terperinciTeknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung
Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung Oleh: Agus Wahyudi (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (Sumber : SINAR TANI Edisi 17 23 November 2010)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas jagung (Zea mays L.) hingga kini masih sangat diminati oleh masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42% diantaranya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikembangkan secara nasional adalah kakao (Sufri, 2007; Faisal Assad dkk.,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Analisis daya saing ekspor beberapa komoditas pertanian dengan berbagai pendekatan parameter komparatif, trade mapping, tren pertumbuhan, kontribusi devisa dan sebaran
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN LIMBAH METE OLAHAN TERHADAP PERTUMBUHAN KAMBING KACANG
PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH METE OLAHAN TERHADAP PERTUMBUHAN KAMBING KACANG (The Effect of Processed Cashew Waste Feeding to Local Goat on Weight Gain) SUPRIO GUNTORO, MADE LONDRA, I.A.P.PARWATI dan NYOMAN
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.
ABSTRAK Ahmad Surya Jaya. NIM 1205315020. Dampak Program Simantri 245 Banteng Rene Terhadap Subak Renon di Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar. Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia, SU dan Ir.
Lebih terperinciGambar. Diagram tahapan pengolahan kakao
PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 52/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KOPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 52/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KOPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa kopi merupakan salah satu
Lebih terperinciPENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk
PENGANTAR Latar Belakang Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga yang berbasis pada keragaman bahan pangan asal ternak dan potensi sumber
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN LIMBAH KAKAO OLAHAN TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI
PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH KAKAO OLAHAN TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI (Feeding of Processed Cacao by-product to Growing Bali Cattle) SUPRIO GUNTORO, SRIYANTO, NYOMAN SUYASA dan MADE RAI YASA Balai Pengkajian
Lebih terperinciPEMANFAATAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA BERUPA MESIN PENCACAH PAKAN TERNAK KAMBING DI DESA SEPANG KABUPATEN BULELENG
PEMANFAATAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA BERUPA MESIN PENCACAH PAKAN TERNAK KAMBING DI DESA SEPANG KABUPATEN BULELENG I Putu Darmawa¹. I Made Sudana ². I Made Aryana ³ ¹ ² ³ Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM
BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM 5.1. Sejarah Singkat Wahana Farm Wahana Farm didirikan pada tahun 2007 di Darmaga, Bogor. Wahana Farm bergerak di bidang pertanian organik dengan komoditas utama rosela.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya
Lebih terperinciPENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI ARABIKA PESERTA UNIT PENGOLAHAN HASIL (UPH) (Kasus Di Desa Belok Sidan Kecamatan Petang Kabupaten Badung)
PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI ARABIKA PESERTA UNIT PENGOLAHAN HASIL (UPH) (Kasus Di Desa Belok Sidan Kecamatan Petang Kabupaten Badung) I Putu Eka Putra Atmaja 1, I Made Tamba 2 dan Cening Kardi 2
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kakao merupakan salah satu komoditas andalan yang berperan penting bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di Indonesia mencapai 1.774.463
Lebih terperinciSILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA
AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Barat memiliki potensi cukup besar di bidang perkebunan, karena didukung oleh lahan yang cukup luas dan iklim yang sesuai untuk komoditi perkebunan. Beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kumpulan dari kebun-kebun sempit milik petani yang menjadi salah satu pilar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari 80% produksi kopi berasal dari perkebunan rakyat yang merupakan kumpulan dari kebun-kebun sempit milik petani yang menjadi salah satu pilar ekspor biji kopi
Lebih terperinciSeminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008
ANALISA PENGARUH PUTARAN TERHADAP KUALITAS BIJI KOPI DENGAN MENGGUNAKAN MESIN PENGUPAS BIJI KOPI KAPASITAS KG/JAM Amelia 1), Ian Hardianto Siahaan 2) dan Inkar Palisu 3) 1,2) Dosen Jurusan Teknik Mesin,
Lebih terperinciMajalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 2, Juni 2014
IPTEKS BAGI KTT SAPI POTONG DESA LAU KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS YANG MENGHADAPI PERMASALAHAN PENYEDIAAN PAKAN BERKUALITAS C. I. Sutrisno, B. Sulistiyanto, S. Sumarsih, C. S. Utama Fakultas Peternakan
Lebih terperinciPELUANG PEMANFAATAN LIMBAH PISANG SEBAGAI PAKANTERNAK
PELUANG PEMANFAATAN LIMBAH PISANG SEBAGAI PAKANTERNAK A. Ujianto Balai Penelitian Ternak Po.Box 221 Bogor 16002 Kata Kunct : Limbah, Pisang, Pakan Ternak RINGKASAN Limbah pisang merupakan masalah yang
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR : 30 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN DANA PENGUATAN MODAL USAHA SUBAK ABIAN
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR : 30 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN DANA PENGUATAN MODAL USAHA SUBAK ABIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI Menimbang : a. bahwa subak abian merupakan
Lebih terperinciANALISA RANTAI NILAI DISTRIBUSI KOPI DI KABUPATEN GARUT
ANALISA RANTAI NILAI DISTRIBUSI KOPI DI KABUPATEN GARUT Ulfah Fauziah 1, Andri Ihwana 2 Jurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut 44151 Indonesia Email : jurnal@sttgarut.ac.id
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu hasil dari berbagai tanaman perkebunan yang dapat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu hasil dari berbagai tanaman perkebunan yang dapat tumbuh di Indonesia. Sebagaimana kita ketahui Indonesia merupakan Negara kepulauan sehingga
Lebih terperinciPENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK TANI KALISAPUN DAN MAKANTAR KELURAHAN MAPANGET BARAT KOTA MANADO
PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK TANI KALISAPUN DAN MAKANTAR KELURAHAN MAPANGET BARAT KOTA MANADO Cathrien A. Rahasia 1, Sjenny S. Malalantang 2 J.E.M. Soputan 3, W.B. Kaunang 4, Ch. J.
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa , , ,16
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi (agroindustri) dapat menjadi salah satu pilihan strategis dalam menghadapi masalah dalam upaya peningkatan perekonomian masyarakat di pedesaan serta mampu
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM USAHA
V. GAMBARAN UMUM USAHA 5.1. Gambaran Umum Wilayah 5.1.1. Kondisi Fisik Desa Ciburuy Pelaksanaan unit usaha pupuk organik Koperasi Lisung Kiwari terletak di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perkebunan telah lama diusahakan oleh masyarakat Sumatera Barat yang berkaitan langsung dengan aspek ekonomi, sosial dan ekologi. Dari aspek ekonomi, usaha
Lebih terperinci