BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Evaluasi menurut Edwind dan Gerald W. Brown (1986) dalam Anas
|
|
- Harjanti Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi belajar Pengertian Evaluasi menurut Edwind dan Gerald W. Brown (1986) dalam Anas Sudijono (1996) adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Berdasarkan pendapat tersebut maka evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan Davies (1981) dalam Dimyati (2006) mengemukakan bahwa evaluasi merupakan proses sederhana memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan masih banyak yang lain. Evaluasi belajar adalah penilaian atau penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik kearah tujuan yang telah ditetapkan dalam hukum (Harjanto, 2007). Sudirman. N dkk (1991) dalam (Djamarah, 2004) Evaluasi adalah tindakan untuk menentukan nilai sesuatu. Evaluasi adalah suatu proses dalam perencanaan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan (Mehrens dan Lelman (1978) dalam Sri Esti (2002)). 7
2 Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh anak didik (Gronlund (1975) dalam Sri Esti (2002)). Evaluasi adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan anak didik ke arah tujuan-tujuan atau nilai yang telah ditetapkan (Wrightstone dkk (1956) dalam Sri Esti (2002)). Evaluasi menurut Kourilski dalam (Oemar Hamalik, 2003) adalah tindakan tentang penetapan derajat penguasaan atribut tertentu oleh individu atau kelompok dan menurut Ralp Tyler (1950) dalam Arikunto (2005) adalah sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang telah diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrumen tes maupun non-tes, jadi maksud penilaian adalah memberikan kualitas tentang sesuatu. Tidak hanya sekedar mencari jawaban terhadap pertanyaan bagaimana atau seberapa jauh sesuatu proses atau suatu hasil yang diperoleh seseorang atau suatu program (Zainul dan Nasoetion, 2001). Dalam membahas evaluasi akan berhubungan dengan tes dan pengukuran karena ketiganya saling berhubungan. Penilaian hasil belajar baru dapat dilakukan dengan baik bila menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar yang menggunakan tes sebagai alatnya ( Zainul dan Nasoetion, 2001). 8
3 2.1.2 Tujuan Evaluasi Adapun tujuan evaluasi menurut Sri Esti (2002) adalah sebagai berikut: 1. Sebagai perangsang atau dorongan untuk menambah usaha atau semangat anak didik Salah satu kegunaan evaluasi adalah untuk memotivasi anak didik agar anak didik berusaha melakukan yang terbaik dengan memberikan angka tinggi, hadiah, bintang kelas sebagai hadiah atas pekerjaannya. 2. Umpan balik bagi anak didik Anak didik ingin tahu hasil atas usaha mereka. Penilaian yang tetap dan teratur akan memberikan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan anak didik. 3. Umpan balik bagi dosen Dosen perlu mengetahui hasil dari apa saja yang telah ia lakukan. Dengan pengetahuan ini dosen akan mengetahui apakah dia sudah berhasil ataukah gagal dalam memberikan pelajaran kepada anak didik. 4. Memberikan informasi kepada orang tua Orang tua diharapakan juga memberikan hadiah jika mendapati anaknya memperoleh nilai yang bagus. Untuk itu antara orang tua dan dosen harus bekerja sama dalam upaya meningkatkan prestasi anak didik 5. Informasi untuk seleksi 9
4 2.1.3 Kegunaan Tes, Pengukuran dan Evaluasi dalam dunia pendidikan Menurut Zainul dan Nasution (2001) ada beberapa alasan untuk menggunakan pengukuran, tes, dan evaluasi dalam dunia pendidikan, antara lain: a. Seleksi Tes dan beberapa alat pengukuran digunakan untuk mengambil keputusan tentang orang yang akan diterima atau ditolak dalam suatu proses seleksi. Untuk dapat memutuskan penerimaan atau penolakan ini maka haruslah digunakan tes yang tepat, yaitu tes yang dapat meramalkan keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam suatu kegiatan. b. Penempatan Dalam pelaksanaan kursus atau latihan yang singkat biasanya dilakukan tes penempatan, untuk menentukan tempat tempat yang paling cocok bagi seseorang untuk dapat berprestasi dan berproduksi dalam suatu proses pendidikan atau pekerjaan. c. Diagnosis dan remedial Tes seperti ini terutama untuk mengukur kekuatan dan kelemahan seseorang dalam kerangka memperbaiki penguasaan atau kemampuan dalam suatu program pendidikan tertentu. d. Umpan balik Hasil suatu pengukuran atau skor tes dapat digunakan sebagai umpan balik, baik individu yang menempuh tes maupun bagi dosen. 10
5 e. Memotivasi dan membimbing belajar Hasil tes seharusnya dapat memotivasi belajar mahasiswa, dan juga dapat menjadi pembimbingan bagi mereka untuk belajar. Bagi mereka yang memperolah skor yang rendah seharusnya menjadi cambuk untuk lebih berhasil dalam tes yang akan datang dan secara tepat dapat mengetahui di wilayah mana terletak kelemahannya. Bagi mereka yang mendapat skor yang tinggi tentu saja hasil itu dapat menjadi motivasi mempertahankan dan meningkatkan hasilnya. Menurut Nana Sudjana dalam Djamarah (1991) penilaian dilakukan terhadap proses belajar mengajar berfungsi sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus. Dengan fungsi ini dapat diketahui tingkat penguasaan bahan pelajaran yang dikuasai oleh anak didik. 2. Untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Dosen dapat mengetahui berhasil tidaknya pengajaran, rendahnya hasil belajar yang dicapai anak didik tidak semata-mata disebabkan kemampuan anak didik tetapi juga disebabkan kurang berhasilnya dosen mengajar melalui penilaian berarti menilai kemampuan dosen mengajar melalui pernilaian berarti menilai kemampuan dosen itu sendiri dan hasilnya dapat dijadikan bahan dalam memperbaiki tindakan mengajar berikutnya. 11
6 2.1.4 Indikator keberhasilan Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil menurut Djamarah (2006) adalah sebagai berikut: 1. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok 2. Prilaku yang digariskan dalam Tujuan pengajaran/ Intruksional Khusus (TIK) telah dicapai oleh anak didik, baik secara individual maupun kelompok. Namun demikian, indikator yang banyak dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan adalah daya serap yang akan terlihat dalam nilai sebagai hasil evaluasi Penilaian keberhasilan Untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya menurut Djamarah (2006), tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam jenis penilaian sebagai berikut: 1. Tes formatif Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap anak didik terhadap pokok bahasan tertentu. 12
7 2. Tes subsumatif Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperolah gambaran daya serap anak didik untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar anak didik. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses balajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor. Dalam hal ini yang termasuk tes subsumatif adalah tugas dan ulangan harian (quis). 3. Tes sumatif Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap anak didik terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat keberhasilan belajar anak didik dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan tingkat, menyusun ranking atau sebagai ukuran mutu sekolah Tingkat keberhasilan Untuk setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut menurut Rohani (2004) adalah sebagai berikut: 13
8 1. Istimewa : Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh anak didik 2. Baik : Apabila 76-99% bahan pelajaran dapat dikuasai oleh anak didik 3. Cukup : Apabila 60-75% saja bahan pelajaran yang dikuasai oleh anak didik 4. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% yang dikuasai oleh anak didik. Penggolongan prestasi untuk masing-masing institusi tidak persis sama, mengenai penggolongan prestasi keberhasilan anak didik di Universitas Sumatera Utara Rektor telah mengeluarkan keputusan no : 3128/J05/SK/AK/2004 pada Bab III Jenis Pendidikan, Beban Kredit dan Lama Studi Serta Sistem Evaluasi Pasal 12 Tentang Evaluasi Keberhasilan Belajar anak didik, dapat dilihat pada tabel berikut: Nilai prestasi Bobot prestasi Golongan prestasi A 4,00 Sangat baik B+ B 3,50 3,00 Baik Baik C+ C 2,50 2,00 Cukup Cukup D 1,00 Kurang E 0,00 Gagal 14
9 Program D-IV Bidan Pendidik merupakan salah satu program studi yang ada di dan tujuan dari pendidikan program D-IV Bidan Pendidik adalah: 1. Melaksanakan tugas profesi bidan pendidik yang berkualitas dan berdedikasi tinggi dalam mendidik mahaanak didik program D-III Kebidanan 2. Meningkatkan dan mngembangkan diri dibidang profesi bidan pendidik 3. Menilai kegiatan profesi secara berkala 4. Memiliki dan mengembangkan kepribadian dan sikap yang diperlukan untuk kelangsungan profesinya secara integritas, rasa tanggung jawab, dapat dipercaya yang sesuai dengan etika profesinya. Asuhan kebidanan merupakan salah satu mata kuliah yang diajarkan pada mahasiswa program D-IV Bidan Pendidik di semester 1 dengan beban studi 2 sks, diharapkan setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahaanak didik akan dapat menerapkan prinsip asuhan kebidanan ibu antenatal, intranatal, postnatal, emergensi kebidanan, asuhan kebidanan, asuhan kebidanan ibu dengan HIV dalam kehamilan sesuai dengan standar dan berdasarkan evidence based. 15
10 2.2 Motivasi Belajar Pengertian Menurut Mc.Donald motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. (Hamalik, 2003) Motivasi adalah adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan prilaku individu belajar. (Koeswara (1989) dalam Dimyati (2006)) Motivasi adalah kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. (Hamzah, 2007) Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat nonintelektual. Peranan yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. (Sardiman, 2004) Motivasi dalam belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktek atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor internal, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor eksternal adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.( Uno, 2007) 16
11 2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi Hakikat motivasi adalah dorongan internal dan eksternal pada anak didikanak didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur-unsur yang mendukung. Hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar menurut Uno. B. Hamzah (2007) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil Hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar dan dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya disebut motif berprestasi, yaitu motif untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas dan pekerjaan atau motif untuk memperolah kesempurnaan. Motif semacam ini merupakan unsur kepribadian dan prilaku manusia, sesuatu yang berasal dari dalam diri manusia yang bersangkutan. Motif berprestasi adalah motif yang dapat dipelajari, sehingga motif itu dapat diperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar. Seseorang yang mempunyai motif berprestai tinggi cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda pekerjaanya. Penyelesaian tugas semacam ini bukanlah karena dorongan dari luar diri, melainkan upaya pribadi. Menurut Bruner dalam Hamalik (2007) tentang beberapa upaya yang dapat menggerakkan perhatian dan minat mahasiswa yaitu metode discovery melalui autonomy of self reward. Siswa memberi stimulus terhadap dirinya sendiri, sehingga dia sendiri yang melakukan fungsi penggerakkan tersebut. 17
12 Robert White dalam Hamalik (2007) mengemukakan bahwa yang menentukan kebutuhan intrinsik siswa dalam hubungan dengan lingkungannya adalah motivasi kompetensi yang menggerakkan tindakan-tindakan seperti menyelidiki, memperhatikan, berbicara, berpikir dan lain-lain. Penelitian Howard Kigth dan Julius Sasserath (1966), ternyata siswa yang memiliki motif berprestasi yang tinggi atau kecemasan yang tinggi dalam mengikuti tes, dengan pengajaran berprogram lebih cepat menyelesaikan programnya, sedikit terjadi kekeliruan, dan dapat mengingat pelajaran dengan baik, jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki motif berprestasi rendah dan kurang memiliki kecemasan dalam mengikuti tes. 2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar Penyelesaian suatu tugas tidak selamanya dilator belakangi oleh motif berprestasi atau keinginan untuk berhasil, kadang kala seorang individu menyelesaikan suatu pekerjaan sebaik orang yang memiliki motif berprestasi tinggi, justru karena dorongan menghindari kegagalan yang bersumber pada ketakutan akan kegagalan itu. Seorang anak didik mungkin tampak bekerja dengan tekun karena kalau tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik maka dia akan mendapat malu dari dosennya, atau di olok-olok temannya, atau bahkan dihukum oleh orang tua. Dari keterangan diatas tampak bahwa keberhasilan anak didik tersebut disebabkan oleh dorongan atau rangsangan dari luar dirinya. Sri Esti (2006) mengemukakan bahwa dalam diri seseorang terdapat motivator yang kuat yaitu kebutuhan untuk menyatakan dirinya adalah seseorang 18
13 yang baik (positif). Maka hal ini akan mendorong untuk melakukan hal-hal yang positif dalam belajar seperti tidak menyontek dan jujur dalam ujian. 3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan Harapan didasari pada keyakinan bahwa orang dipengaruhi oleh perasaan mereka tantang gambaran hasil tindakan mereka contohnya orang yang menginginkan kenaikan pangkat akan menunjukkan kinerja yang baik kalau mereka menganggap kinerja yang tinggi diakui dan dihargai dengan kenaikan pangkat. Menurut Vroom (1976) bahwa dalam melakukan sesuatu selain harus mempertimbangkan hasil yang dicapai, seseorang juga harus mempertimbangkan keyakinan orang tersebut bahwa yang dikerjakan memberikan sumbangan terhadap tercapainya tujuan yang diharapkannya. Karena adanya harapan akan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap terlaksananya program yang sedang dijalankan. 4. Adanya penghargaan dalam belajar Pernyataan verbal atau penghargaan dalam bentuk lainnya terhadap prilaku yang baik atau hasil belajar anak didik yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motif belajar anak didik kepada hasil belajar yang lebih baik. Pernyataan seperti bagus, hebat dan lain-lain disamping akan menyenangkan siswa, pernyataan verbal seperti itu juga mengandung makna interaksi dan pengalaman pribadi yang langsung antara siswa dan guru, dan 19
14 penyampaiannya konkret, sehingga merupakan suatu persetujuan pengakuan sosial, apalagi kalau penghargaan verbal itu diberikan didepan orang banyak. Menurut Sri Esti (2006) bahwa motivasi secara sederhana merupakan hasil dari reinforcement (penguatan). Siswa yang telah diberi penguatan untuk belajar (contoh dengan memberi nilai yang bagus, atau pujian dari orang tua dan guru) akan termotivasi untuk belajar. Page (1998) dalam penelitiannya menemukan bahwa anak didik yang diberi nilai dan juga mendapat komentar dari guru tentang jawaban yang salah mempunyai prestasi yang lebih baik daripada anak didik yang hanya diberi nilai dengan angka atau huruf saja. 5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar Baik simulasi maupun permainan merupakan salah satu proses yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna. Sesuatu yang bermakna akan selalu diingat, dipahami, dan dihargai. Seperti kegiatan belajar seperti diskusi, brainstorming, pengabdian masyarakat dan sebagainya. Menurut Bert Kersh dalam Hamalik (2007), bahwa kelompok belajar yang terpimpin dan terprogram dengan baik (sesuai metode Sokrates yang menuntut anak didik membuat inferensi dan mengingat-ingat aturan tanpa bantuan). Torrance dalam Hamalik (2007) telah mengadakan penelitian tentang prosedur brainstorming. Prosedur ini dimaksudkan agar anak didik mampu memproduksi sebanyak mungkin prakarsa (gagasan) yang berbobot melalui diskusi yang kritis. 20
15 6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif Pada umumnya motif dasar yang bersifat pribadi muncul dalam tindakan individu setelah dibentuk oleh lingkungan. Oleh karena itu motif individu untuk melakukan sesuatu misalnya untuk belajar dengan baik, dapat dikembangkan, duperbaiki, atau diubah melalui belajar dan latihan, dengan perkataan lain melalui pengaruh lingkungan Lingkungan belajar yang kondusif salah satu faktor pendorong belajar anak didik, dengan demikian anak didik mampu memperoleh bantuan yang tepat dalam mengatasi kesulitan atau masalah dalam belajar Menurut Flanders dalam Hamalik (2007) bahwa situasi kelas akan mempengaruhi dan menimbulkan berbagai tingkat kecemasan terhadap anak didik. Hasil penelitiannya dalam suasana yang berpusat pada guru, anak didik lebih bersikap agresif dan umumnya lebih terganggu emosionalnya Peranan Motivasi dalam Belajar Motivasi pada dasarnya dapat membantu memahami dan menjelaskan prilaku individu. Ada beberapa peranan penting motivasi dalam belajar antara lain: a) Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar. Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang membutuhkan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. 21
16 b) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak didik akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak didik. c) Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar. d) Menentukan ketekunan belajar. Seorang anak didik yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha memperlajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. (Uno, 2007) Fungsi Motivasi Menurut Suryosubroto (2002) motivasi berfungsi sebagai : a) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu tindakan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar. b) Motivasi berfungsi sebagi pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan. c) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. 22
17 Motivasi belajar penting bagi anak didik dan dosen. Bagi anak didik pentingnya motivasi belajar menurut Muhibbin Syah (2006) adalah sebagai berikut: a) Meyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir b) Menginformasikan tentang kekutan usaha belajar yang dibandingkan dengan teman sebaya c) Mengarahkan kegiatan belajar d) Membesarkan semangat belajar. e) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja. Sedangkan bagi dosen motivasi belajar bermanfaat sebagai berikut: a) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat anak didik untuk belajar sampai berhasil. b) Mengetahui dan memahami motivasi belajar anak didik dikelas c) Meningkatkan dan menyadarkan dosen untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran sperti sebagai penasehat, fasilitator, intrukstur, teman diskusi atau pendidik. d) Memberi peluang dosen untuk unjuk kerja rekayasa pedagogis. Tugas dosen adalah membuat semua anak didik belajar sampai berhasil. Tantangan profesionalnya justru terletak pada mengubah anak didik tak berminat menjadi semangat belajar. Mengubah anak didik cerdas yang acuh tak acuh menjadi semangat belajar. 23
18 2.3 Hubungan evaluasi Pengajaran Dengan Motivasi Belajar Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu dari kegunaan evaluasi yang dinyatakan oleh Asmawi Zainul dan Noehi Nasution (2001) adalah memotivasi dan membimbing belajar anak. Jadi jelas bahwa evaluasi belajar sangat erat hubungannya dengan motivasi belajar anak didik. Bagi peserta didik, secara didaktik evaluasi pengajaran akan dapat memberikan dorongan (motivasi) kepada mereka untuk dapat memperbaiki, meningkatkan dan mempertahankan prestasinya. Evaluasi hasil belajar itu misalnya akan menghasilkan nilai-nilai hasil belajar untuk masing-masing anak didik. Ada anak didik yang nilainya jelek maka anak didik tersebut terdorong untuk memperbaikinya, agar waktu yang akan datang nilainya dapat lebih baik. Meningkatkan kualitas pendidikan dapat dicapai melalui perbaikan metode pengajaran, melengkapi fasilitas pendidikan maupun menumbuhkan semangat atau motivasi belajar yang tinggi pada diri anak didik. Telah diketahui bahwa metode pengajaran yang tepat akan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar anak didik, juga dosen dapat melakukan evaluasi dengan baik tanpa merugikan salah satu pihak sehingga dapat menumbuhkan kegairahan dalam belajar yang pada akhirnya akan mempertinggi prestasi anak didik. 24
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Manusia dalam kehidupannya dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhan tanpa bantuan orang lain, baik kebutuhan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang
BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :
II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Belajar Kegiatan belajar di perguruan tinggi merupakan suatu proses yang panjang dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan ketabahan.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Siswa. yang belum dapat dikatakan dewasa, ia memerlukan seseorang untuk
12 BAB II LANDASAN TEORI A. Siswa 1. Pengertian Siswa Menurut Abu Achamadi adalah siswa atau peserta didik adalah seseorang yang belum dapat dikatakan dewasa, ia memerlukan seseorang untuk membimbing dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. gerakan sama sekali ke arah tujuan-tujuan tertentu. Pendapat yang sama
BAB II KAJIAN TEORI A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Upaya peningkatan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS. A. Deskripsi Konseptual Dan Subfokus Penelitian 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Deskripsi Konseptual Dan Subfokus Penelitian 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan layanan bimbingan dan konseling belajar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIK
BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk memperoleh suatu kesimpulan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (SDM) yang berkualitas. Manusia harus dapat menyesuaikan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini semakin pesat yang menuntut setiap manusia mengembangkan dan membentuk sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini memuat tentang: a) latar belakang masalah; b) identifikasi dan pembatasan masalah; c) rumusan masalah; d) tujuan penelitian; hipotesis penelitian; f) kegunaan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi (motivation) melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding)
23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemahaman Matematis Istilah pemahaman berasal dari kata paham, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pengetahuan banyak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas. Manajemen kelas mengarah pada peran guru untuk menata pembelajaran. Secara kolektif atau
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Prestasi Belajar 1.1.1 Pengertian Prestasi Belajar Proses belajar mengajar penting bagi seorang pendidik untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik. Seberapa jauh kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan SD adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan SD adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia ( SDM ). Sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai
BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Stategi Problem Solving Strategi problem solving adalah strategi yang mengajarkan kepada siswa bagaimana cara memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul.
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu
6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap.
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Karakteristik Siswa 2.1.1.1 Pengertian Karakteristik Siswa Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti
Lebih terperinciSutamat Amin, Patni Ninghardjanti, Jumiyanto Widodo. Pendidikan Administrasi Perkantoran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN TINGKAT PENGHASILAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti,
Lebih terperinciIMPLEMENTASI TEKNIK-TEKNIK MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 33 BANDA ACEH. ImraatusShalihah, Mahmud, M.
IMPLEMENTASI TEKNIK-TEKNIK MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 33 BANDA ACEH ImraatusShalihah, Mahmud, M.NasirYusuf Miraatus201@gmail.com ABSTRAK Dalam konteks pembelajaran dikelas,
Lebih terperinciMOTIVASI SISWA DALAM BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KIT DI KELAS TINGGI ( STUDI : SDN 33 KOTA SELATAN KOTA GORONTALO ) JURNAL.
MOTIVASI SISWA DALAM BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KIT DI KELAS TINGGI ( STUDI : SDN 33 KOTA SELATAN KOTA GORONTALO ) JURNAL Oleh TRISDAYANTI PAKAYA NIM. 151 411 144 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Lebih terperinciPENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER ( NHT ) MATERI AJAR PERBANDINGAN DAN FUNGSI TRIGONOMETRI PADA SISWA KELAS X Yudi Susilo 1, Siti Khabibah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinis (SPMKK) bagi perawat dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK) Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinis (SPMKK) bagi perawat dan bidan merupakan suatu model yang dikembangkan berdasarkan hasil riset
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bimbingan manusia ke arah cita-cita atau tujuan tertentu, maka masalah pokok dalam pendidikan adalah memilih arah dan tujuan yang akan ditempuh.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SMP KELAS VIII
39 HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SMP KELAS VIII Pujilestari Dosen FPMIPA IKIP Mataram, Jl. Pemuda No. 59 A, Mataram, NTB Email : pujilestari966@gmail.com ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. 1. Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar.
BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan alat yang menentukan untuk mencapai kemajuan dalam segala bidang penghidupan, dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis penelitian. Sebelum membuat analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tinggi rendahnya prestasi yang diperoleh siswa dapat dipengaruhi oleh banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Pendidikan pada dasarnya merupakan proses mencerdaskan kehidupan bangsa dan pengembangan manusia Indonesia seutuhnya, dijelaskan dalam Undang-undang RI No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan merupakan salah satu prioritas utama yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan merupakan salah satu prioritas utama yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam membangun kemajuan suatu Negara. Pendidikan bertransformasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai peran. Kemampuan seorang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aspek yang menentukan keberhasilan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar adalah inti dari proses pendidikan secara keseluruhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dukungan Keluarga 2.1.1 Definisi Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang melindungi seseorang dari efek stress yang buruk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa, sehingga siswa memperoleh pengetahuan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan
BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan diterapkan seiring dengan pemanfaatan media dan sumber belajar (Prawiradilaga, 2008). Menurut
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT)
BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) Strategi pembelajaran increasing the capacity
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORETIS
9 BAB II KERANGKA TEORETIS A. Konsep Teoretis 1. Pengertian Apersepsi Apersepsi adalah suatu gejala jiwa yang kita alami apabila suatu kesan baru masuk dalam kesadaran kita dan berassosiasi/bertautan dengan
Lebih terperinciHubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Mata Pelajaran Ekonomi
Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Mata Pelajaran Ekonomi Ibnu Muchamad Romandhon (0712003) Mahasiswa Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Motivasi belajar dapat dilihat dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester genap tahun pelajaran 2009-2010,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dan akhiran an menjadi pembelajaran, yang berarti proses, pembuatan, cara mengajar
BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Definisi Pembelajaran Active Learning Pembelajaran diidentikkan dengan kata mengajar berasal dari kata ajar berarti petunjuk yang diberikan seseorang supaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1.Belajar dan Pembelajaran Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan. Perubahan yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1) Minat Belajar Apabila seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu, maka minat akan menjadi motif yang kuat untuk berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Akuntansi a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan
8 II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005:24) mengemukakan bahwa pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sekolah dasar sebagai jenjang paling dasar pada pendidikan formal mempunyai peran besar bagi keberlangsungan proses pendidikan selanjutnya. Hal ini sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan nasional yang mempunyai peranan sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, memberikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. tanggapan atau penerimaan langsung dari suatu serapan atau. dan mengerti tentang objek tersebut dengan alat-alat inderanya.
BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan tentang Persepsi 1. Pengertian Persepsi Persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan atau penerimaan langsung dari suatu serapan atau proses seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat madani ( civil society), pendidikan kewarganegaraan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan dinamika perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara yang ditandai oleh semakin terbukanya persaingan antar bangsa yang semakin ketat maka bangsa Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan dapat mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar dapat ditimbulkan oleh dua faktor yaitu faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting terutama bagi generasi muda agar dapat menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Pada setiap jenjang pendidikan,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. keinginan. Sedangkan menurut Sudarsono (2003:8) minat merupakan bentuk
BAB II KAJIAN TEORI 2. 1 Pengertian Minat Belajar Berbicara tentang minat, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai perhatian, kesukaan, kecenderungan hati kepada atau keinginan. Sedangkan menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Ketercapaian tujuan pendidikan dapat diwujudkan melalui program
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar, sistematis, dan berkelanjutan untuk mengembangkan potensi yang dibawa manusia, menanamkan sifat dan memberikan kecakapan sesuai dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik oleh siswa itu sendiri, guru
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Kemampuan 2.1.1.1 Pengertian Kemampuan Kemampuan di kelas sebagai sebuah masalah siswa yang perlu dibangkitkan, dipertahankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa depannya
Lebih terperinciJurnal Swarnadwipa Volume 1, Nomor 2, Tahun 2017, E-ISSN PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO
PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO Deni Eko Setiawan Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Email: Denny_r.madrid@yahoo.com Kian Amboro Pendidikan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA. A. Efektivitas Guru PAI Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui
92 BAB IV ANALISA DATA A. Efektivitas Guru PAI Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Make A Match Pada Materi Mengenal Nama dan Tugas Malaikat pada Kelas IV SD Negeri 07 Payaraman Kecamatan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS
16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
Lebih terperinciMOTIVASI MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN STUDI DI JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG. Oleh: YULIANI 57617/2010
MOTIVASI MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN STUDI DI JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG Oleh: YULIANI 57617/2010 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA JURUSAN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIK. memiliki ide atau opini mengenai sesuatu (Sudarma, 2013). Selain itu,
6 BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Berpikir Kreatif Matematis a. Berpikir Kreatif Proses berpikir merupakan suatu pegalaman memproses persoalan untuk mendapatkan dan menentukan suatu gagasan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup serta untuk mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakannya dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penentu bagi kemajuan bangsa. Dengan pendidikan manusia dituntut untuk memproleh kepandaian dan ilmu, sehingga akan mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Guru yang profesional tentu akan selalu berupaya melaksanakan pembelajaran yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Guru yang profesional tentu akan selalu berupaya melaksanakan pembelajaran yang sebaik mungkin. Pembelajaran disini adalah sebagaimana yang terdapat pada pasal UU No.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif, dalam bahasa inggris adalah motive atau motion, lalu motivation yang berarti gerakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan berpartipasi secara aktif dalam pembangunan. Pendidikan memegang. agar mutu pendidikan dapat terus ditingkatkan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas pendidikan warganya. Karena dengan pendidikan dapat mencapai kesejahteraan hidup, mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Perubahan tingkah laku dapat berupa hasil belajar siswa dalam sebuah
10 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hasil Belajar Perubahan tingkah laku dapat berupa hasil belajar siswa dalam sebuah proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran, sehingga siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pendekatannya juga dalam upaya mencapai hasil belajar yang sesuai. dengan tujuan pembelajaran yang direncanakan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain guru, strategi, perencanaan pembelajaran, metode. Perencanaan pembelajaran merupakan suatu kegiatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu modal awal proses menuju pembangunan bangsa, karena
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu modal awal proses menuju pembangunan bangsa, karena pendidikan sangat diperlukan untuk dapat menghasilkan generasi yang terampil menuju
Lebih terperinciPengaruh Keterampilan Mengajar Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Terpadu Di Kelas IX MTs Negeri Bolangitang Timur
1 Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Terpadu Di Kelas IX MTs Negeri Bolangitang Timur Sasmita Hairia Lauma 1, Salma Bowtha 2, Badriyyah Djula 3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) pendidikan adalah : usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
Lebih terperinciMENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALLY (TAI) PADA MATA PELAJARAN IPA
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALLY (TAI) PADA MATA PELAJARAN IPA Siti Marlina Tarihoran Program Studi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana
Lebih terperinciJurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016 ISSN :
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK PADA MATERI KENAMPAKAN ALAM, SOSIAL DAN BUDAYA SETEMPAT DI KELAS IV SD NEGERI 25 BANDA ACEH 54 Nina Aryani Guru SD Negeri 25 Banda
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motivasi Belajar 2.1.1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif/daya menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Kajian tentang kerangka teoretis terdiri dari tinjauan tentang Strategi Cycle
BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis Kajian tentang kerangka teoretis terdiri dari tinjauan tentang Strategi Cycle Learning, dan tinjauan tentang motivasi belajar siswa. 1. Tinjaun Tentang Strategi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi a. Pengertian Minat Menurut Sardiman (2011: 76), minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berawal dari kata motif yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. motif dapat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Problem Based Learning (PBL) Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan
II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Intelegensi Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem pendidikan nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tindakan, sedangkan motivasi secara utuh merupakan proses pengerahan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan manusia sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai bangsa. Pendidikan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
Lebih terperinciPemberian Penguatan (Reinforcement) Terhadap Motivasi Mahasiswa pada Mata Kuliah Teori Sastra. Radhiah 1. Abstrak
Pemberian Penguatan (Reinforcement) Terhadap Motivasi Mahasiswa pada Mata Kuliah Teori Sastra Radhiah 1 Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pemberian penguatan (reinforcement) terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, sudah seharusnya memberi dampak yang baik terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sekarang ini, sudah seharusnya memberi dampak yang baik terhadap perkembangan sumber daya manusia.
Lebih terperinci