BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep dan Definisi Tabungan Masyarakat. tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep dan Definisi Tabungan Masyarakat. tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu."

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Konsep dan Definisi Tabungan Masyarakat Sumber dana dari dalam negeri dapat diperoleh dari tabungan swasta dan tabungan pemerintah (Ahmad, 2006). Menurut UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan, simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Bagian penghasilan yang tidak habis untuk konsumsi disebut tabungan (Gilarso, 1994: 75). Tabungan rumah tangga keluarga dan tabungan perusahaan (termasuk tabungan institusional) bersama-sama disebut tabungan masyarakat (sektor swasta). Lebih lanjut Hadinoto (2008: 43) menjelaskan tabungan masyarakat itu dapat berbentuk 2 macam : a. Tabungan masyarakat yang berasal dari keuntungan perusahaanperusahaan yang langsung ditanamkan kembali di dalam usaha-usaha produktif, hal ini mengakibatkan jumlah modal masyarakat menjadi besar sehingga produksi terus meningkat. b. Tabungan masyarakat yang berasal dari pendapatan perseorangan, keluarga-keluarga, serta dari perusahaan-perusahaan yang tidak dikonsumtifkan melainkan disimpan. Tabungan swasta (private saving) merupakan pengertian yang sama dari tabungan masyarakat adalah sisa jumlah penghasilan yang dimiliki oleh rumah 12

2 13 tangga setelah membayar pajaknya dan membayar konsumsinya. Secara khusus, karena rumah tangga menerima penghasilan sebesar Y, membayar pajak sebesar T, dan membelanjakan sebesar C untuk konsumsi, tabungan swasta adalah Y T C (Mankiw, 2006: 78-79). Kuncoro (1997) memiliki pengertian yang lebih menjelaskan sumbersumber dana yang diperoleh oleh lembaga perbankan dari masyarakat. Dana masyarakat adalah dana-dana yang berasal dari masyarakat, baik perorangan maupun badan usaha yang diperoleh bank dengan menggunakan instrumen produk simpanan yang dimiliki bank. Dana masyarakat merupakan dana terbesar yang dimiliki oleh bank dan sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana dari pihak-pihak yang kelebihan dana dalam masyarakat. Dana masyarakat tersebut dihimpun oleh bank dengan produk-produk: Giro (demand deposits), Deposito (time deposits), dan Tabungan (saving) Teori Konsumsi Tabungan adalah bagian dari pendapatan yang tidak dibelanjakan, sehingga sangat erat kaitannya dengan perilaku konsumsi individu. Selain itu, keputusan konsumsi sangat penting untuk analisa jangka pendek karena peranannya dalam menentukan permintaan agregat. Konsumsi adalah dua pertiga dari Produk Domestik Bruto (PDB), sehingga fluktuasi dalam konsumsi adalah elemen penting dari booming dan resesi ekonomi (Mankiw, 2003:424) Teori Keynes (Keynesian Consumption Model) Keynes merupakan orang pertama yang memperkenalkan teori bahwa tabungan ditentukan oleh faktor pendapatan. Keynes mengatakan bahwa tabungan

3 14 merupakan hasil dari faktor pendapatan dikurangi faktor pengeluaran atau konsumsi. Berubahnya pola konsumsi tidak secepat perubahan pada pola pendapatan maka tabungan akan meningkat sejalan dengan naiknya pendapatan. Dapat dibuat hipotesa konsumsi sama dengan fungsi pendapatan, C = f(y), sehingga fungsi tabungan bisa diturunkan dari fungsi konsumsi (Hanifeliza, 2004). Sumber : Dillard dalam Hanifeliza, 2004 Gambar 2.1 Fungsi Tabungan menurut Keynes Keterangan gambar 2.1 : 1. Pada saat pendapatan nol, untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya, seseorang akan melakukan dissaving (0-S2)

4 15 2. Fungsi konsumsi menunjukkan bahwa pada saat pendapatan Y0, seluruh pendapatan dibelanjakan untuk konsumsi sehingga tabungan pada tingkat ini adalah nol. 3. Pada tingkat pendapatan Y1 (fungsi konsumsi terletak di bawah garis pendapatan C = Y), konsumsi lebih sedikit daripada pendapatan sehingga ada sisa untuk ditabung sebesar (0-S1). Secara matematika teori Keynes dapat ditulis sebagai berikut : S = Y C... (2.1) Dimana : S = Saving (Tabungan) C = Konsumsi Y = Pendapatan Teori yang menjelaskan hubungan antara pendapatan dan tabungan yaitu teori absolute income hypothesis. Teori ini menjelaskan tentang hubungan antara pendapatan dengan konsumsi dan tabungan. Tabungan merupakan bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsikan, maka menurut Keynes tabungan merupakan fungsi dari pendapatan. Pendapatan yang digunakan dalam hipotesis tersebut merupakan pendapatan absolut. Pendapatan absolut didefinisikan sebagai pendapatan nasional yang terjadi atau current income, bukannya pendapatan yang terjadi sebelumnya (Yt-1), bukan pula pendapatan yang diramalkan terjadi di masa datang (Yt+1). Pendapatan itu sendiri dapat berupa Pendapatan Domestik Bruto (PDB) atau juga pendapatan domestik bruto perkapita (Arwansyah, 2003).

5 16 Dalam teori makro ekonomi dikenal berbagai variasi tentang model fungsi konsumsi. Fungsi konsumsi yang paling dikenal dan sangat sering ditemukan adalah fungsi konsumsi Keynesian, yaitu : C = f (Y)... (2.2) Atau C = f (Y-T)... (2.3) Persamaan ini menyatakan bahwa konsumsi adalah fungsi dari disposable income. Hubungan antara konsumsi dan disposable income disebut consumption function (Mankiw, 2003) Hipotesis Siklus Hidup terhadap Konsumsi (Life Cycle Hypothesis of Consumption) Hipotesis Siklus Hidup terhadap Konsumsi (Life Cycle Hyphothesis of Consumption, disingkat LCH) dikembangkan oleh Franco Modigliani, Albert Ando, dan Richard Brumberg. Model ini berpendapat bahwa kegiatan konsumsi adalah kegiatan seumur hidup. Sama halnya dengan model Keynes, model ini mengakui bahwa faktor yang dominan pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi adalah pendapatan disposabel. Hanya saja, model siklus hidup ini mencoba menggali lebih dalam untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya pendapatan disposabel. Ternyata, tingkat pendapatan disposabel berkaitan erat dengan usia seseorang selama siklus hidupnya. Model siklus hidup ini membagi perjalanan hidup manusia menjadi tiga periode (Rahardja dan Manurung, 2001: 64-68).

6 17 1. Periode Belum Produktif Periode ini berlangsung dari sejak manusia lahir, bersekolah, hingga pertama kali bekerja, biasanya berkisar antara usia nol hingga dua puluh tahun. Pada periode ini umumnya manusia belum menghasilkan pendapatan. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, mereka harus dibantu oleh anggota keluarga lain yang telah berpenghasilan. 2. Periode Produktif Periode ini umumnya berlangsung dari usia sekitar dua puluhan tahun, hingga usia enam puluhan tahun. Selama periode ini, tingkat penghasilan meningkat. Awalnya meningkat cepat dan mencapai puncaknya pada usia sekitar lima puluhan tahun. Setelah itu tingkat pendapatan disposabel menurun, sampai akhirnya tidak mempunyai penghasilan lagi. 3. Periode Tidak Produktif Lagi Periode ini berlangsung setelah usia manusia melebihi enam puluh tahun. Ketuaan yang datang tidak memungkinkan mereka bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Modigliani menekankan bahwa pendapatan bervariasi secara sistematis selama kehidupan seseorang (alasannya karena adanya masa pensiun) dan tabungan membuat konsumen dapat mengalihkan pendapatan dari masa hidupnya ketika pendapatan tinggi ke masa hidup ketika pendapatan rendah (Mankiw, 2007). Modigliani memasukkan unsur kekayaan (assets) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi kenaikan kekayaan.

7 18 Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama (Suparmoko, 1994). Pola konsumsi manusia berkaitan dengan periode hidupnya. Dengan kata lain, manusia harus merencanakan alokasi pendapatan disposabelnya. Ada saatnya mereka harus berutang/mendapat tunjangan, ada saatnya harus menabung sebanyak-banyaknya, dan akhirnya ada pula saat dia harus hidup dengan menggunakan uang tabungannya. Andaikan tingkat konsumsi tahunan sepanjang hayat dianggap sama besar, maka perilaku manusia atau rumah tangga dapat digambarkan berikut ini (Rahardja dan Manurung, 2001:66-67). C,Y t P C Co b Y Y 0 B P Usia Sumber: Rahardja dan Manurung (2001:67) Gambar 2.2 Fungsi konsumsi menurut Life Cycle Hypothesis Begitu seseorang lahir, ia sudah mempunyai kebutuhan-kebutuhan hidup yang menuntut untuk dipenuhi, meskipun jelas usia tersebut ia sama sekali belum dapat berpartisipasi dalam pembentukan produk nasional. Ini berarti pendapatan sebesar nol dan jumlah pengeluaran konsumsinya positif, memaksa orang tersebut melaksanakan dissaving. Baru setelah dewasa dan memasuki angkatan kerja ia

8 19 dapat memperoleh pendapatan dan pada usia B baru lagi terjadi dissaving kemudian pendapatan tersebut meningkat sehingga terjadi saving sampai dengan umur P. Bila umurnya masih panjang, maka kembali terjadi dissaving (Mulyadi, 2009). Modigliani menekankan bahwa pendapatan bervariasi secara sistematis selama kehidupan seseorang dan tabungan membuat konsumen dapat menggerakkan pendapatan dari masa hidupnya ketika pendapatan tinggi ke masa hidup ketika pendapatan rendah. Interpretasi perilaku konsumsi ini mendasari hipotesis daur-hidup (life-cycle hypothesis). Satu alasan penting bahwa pendapatan bervariasi selama kehidupan seseorang sampai pada masa pensiun. Kebanyakan orang merencanakan akan berhenti bekerja pada usia kira-kira 65 tahun, dan mereka berekspektasi bahwa penghasilan mereka akan turun ketika pensiun. Tetapi mereka tidak ingin standar kehidupannya mengalami penurunan besar, sebagaimana diukur dengan konsumsi mereka. Untuk mempertahankan konsumsi setelah berhenti bekerja, orang-orang harus menabung selama masamasa kerja mereka (Mankiw, 2003: 439). Hipotesis siklus hidup berasumsi bahwa orang menabung untuk memuluskan konsumsi mereka selama hidup. Satu tujuan pentingnya adalah untuk mendapat pendapatan masa pensiun yang mencukupi. Oleh karena itu, orang cenderung menabung sementara bekerja sehingga dapat menambah simpanan untuk pensiun dan kemudian membelanjakan tabungan mereka yang terkumpul pada masa tua mereka. Satu implikasi dari hipotesis siklus hidup adalah bahwa suatu program seperti jaminan sosial, yang memberikan tambahan pendapatan

9 20 untuk masa pensiun, akan mengurangi tabungan dari para pekerja setengah baya karena mereka tidak lagi perlu menabung sebanyak untuk masa pensiun (Samuelson dan Nordhaus, 2004:135) Teori Pendapatan Permanen Milton Friedman dalam teori pendapatan permanen menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi masyarakat adalah pendapatan permanen yaitu pendapatan rata-rata yang diharapkan diterima oleh seseorang selama hidupnya yang berasal dari upah dan kepemilikan asset. Menurut Friedman pengeluaran konsumsi masyarakat mempunyai hubungan proporsional dengan pendapatan permanen yang diformulasikan sebagai berikut : C = k Yp... (2.4) Dimana : C Yp k : Konsumsi masyarakat : Pendapatan permanen : Proporsionalitas yang menunjukkan proporsi dari Yp yang dikonsumsi Pendapatan saat ini tidak selalu sama dengan pendapatan permanen. Kadang-kadang pendapatan saat ini lebih besar daripada pendapatan permanen, kadang-kadang sebaliknya. Hal yang menyebabkan adalah adanya pendapatan tidak permanen, yang besarnya berubah-ubah. Pendapatan ini disebut pendapatan transitori (transitory income). Yd = Yp + Yt... (2.5) Dimana : Yd = pendapatan disposabel saat ini

10 21 Yp Yt = pendapatan permanen = pendapatan transitory Dari persamaan di atas terlihat bila Yt bernilai positif, pendapatan disposabel saat ini meningkat. Hanya saja, seperti yang telah dikemukakan di awal pembahasan tentang teori pendapatan permanen, faktor yang paling berpengaruh terhadap konsumsi bukanlah pendapatan diposabel saat ini, melainkan pendapatan permanen. Pendapatan transitory berpengaruh terhadap konsumsi, tetapi sangat kecil. Sebab, rumah tangga menggunakan pendapatan permanen sebagai pertimbangan utama dalam mengambil keputusan mengkonsumsi barang dan jasa (Ekawarna dan Fachruddiansyah, 2010: ). Pendapatan permanen merupakan tingkat kecenderungan pendapatan, yakni pendapatan setelah menghilangkan pengaruh-pengaruh temporer atau sementara karena cuaca atau perolehan yang tak disangka-sangka atau kerugian. Menurut teori pendapatan permanen, konsumsi terutama merespon pendapatan permanen. Pendekatan ini mengimplikasikan bahwa para konsumen tidak merespon secara sama kepada semua kejutan pendapatan. Jika perubahan di dalam pendapatan nampaknya permanen (seperti dipromosikan untuk pekerjaan yang aman dan bergaji tinggi), orang mungkin mengkonsumsi bagian yang besar dari peningkatan dalam pendapatan. Di sisi lain, jika perubahan pendapatan jelas bersifat sementara (misalnya, jika pendapatan meningkat dari bonus satu kali atau hasil panen yang bagus), suatu bagian yang signifikan dari pendapatan tambahan mungkin ditabung (Samuelson dan Nordhaus, 2004: 135).

11 22 Menggunakan asumsi bahwa konsumen bersikap rasional dalam mengalokasikan pendapatan yang diperoleh selama hidupnya diantara kurun waktu yang dihadapinya serta menghendaki pola-pola konsumsi yang kurang lebih merata dari waktu kewaktu. Milton Friedman menarik kesimpulan bahwa konsumsi permanen seseorang konsumen atau suatu masyarakat mempunyai hubungan yang positif dan proporsional dengan pendapatannya (Mulyadi, 2009). Hipotesis pendapatan permanen Friedman menekankan bahwa individu mengalami fluktuasi pada pendapatan permanen dan pendapatan transitoris. Konsumen dapat menabung dan meminjam dan karena mereka ingin meratakan konsumsi, maka konsumsi tidak merespon banyak terhadap pendapatan transitoris. Konsumsi terutama bergantung pada pendapatan permanen (Mankiw, 2006: ) Teori Pendapatan Relatif Teori konsumsi James Dussenberry dikenal dengan teori pendapatan relatif. Dussenberry mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya tabungan. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan bertambah, tetapi bertambahnya tidak terlalu besar. Sementara itu, tabungan akan bertambah besar dengan pesatnya. Kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah kita capai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka

12 23 tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan di lain pihak bertambahnya tabungan tidak begitu cepat (Reksoprayitno, 2000). C C L f e C S1 c a d C S0 b 0 Y2 Y0 Y1 Y Sumber : Ekawarna dan Fachruddiansyah (2010:178) Gambar 2.3 Model Konsumsi Pendapatan Relatif Kurva CL adalah kurva konsumsi jangka panjang, sedangkan CS0 dan CS1 adalah kurva konsumsi jangka pendek. Sudut kemiringan kurva konsumsi jangka pendek lebih landai dibanding kurva konsumsi jangka panjang. Maknanya adalah dampak perubahan pendapatan disposabel terhadap konsumsi lebih terasa/terlihat dalam tenggang waktu yang lebih panjang. Atau dengan kata lain, dalam jangka pendek pengaruh perubahan pendapatan disposabel terhadap perubahan konsumsi lebih kecil dibanding dalam jangka panjang. Misalkan, Y0 adalah tingkat pendapatan disposabel tertinggi yang pernah dicapai oleh rumah tangga. Dengan demikian tingkat konsumsi menurut fungsi

13 24 jangka pendek dan jangka panjang adalah di titik a. Tiba-tiba karena kelesuhan ekonomi, terjadilah penurunan pendapatan disposabel dari Y0 ke Y2. Menurut Relative Income Hypothesis, konsumsi tidak akan menurun ke titik b sesuai dengan jalur CL, melainkan ke titik c yang berada di jalur CS0. Sebab, secara psikologis rumah tangga tidak ingin bila konsumsinya menurun drastis. Untuk memenuhi kebutuhan akan konsumsi sesuai dengan titik c, bila perlu rumah tangga mengorek tabungannya (sharply reduced saving) atau menjual asset-aset yang dimilikinya. Jika kemudian keadaan ekonomi pulih lagi, bahkan mungkin karena begitu baiknya pemulihan, pendapatan disposabel bergerak ke titik Y1. Konsumsi tidak bergerak ke titik d yang berada dalam jalur CS0, melainkan ke titik e (jalur CL dan CS1), di mana pertambahan konsumsi dan tabungan adalah proporsional. Seandainya resesi terulang lagi dan pendapatan disposabel menurun dari Y1 ke Y0, maka konsumsi menurun ke titik f (jalur CS1) dan bukan ke titik a (jalur CL). Penjelasan yang sama seperti pada penjelasan resesi yang pertama, dimana pendapatan disposabel menurun dari Y0 ke Y2. Jadi menurut Relative Income Hypothesis, tingkat konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan disposabel di masa yang lalu, terutama tingkat pendapatan tertinggi yang pernah dicapai, karena pola konsumsi saat ini masih dipengaruhi pola konsumsi yang lalu (pada saat pendapatannya tinggi) (Ekawarna dan Fachruddiansyah, 2010: ).

14 Inflasi McEachern (2000: ) menyatakan bahwa inflasi merupakan kenaikan terus menerus dalam tingkat harga suatu perekonomian akibat adanya kenaikan permintaan agregat atau penurunan penawaran agregat. Inflasi yang timbul akibat kenaikan permintaan agregat disebut dengan demand-pull inflation. Sementera itu, inflasi yang terjadi akibat penurunan penawaran agregat disebut dengan cost-push inflation. Secara umum, besaran inflasi dapat dihitung dengan menggunakan indeks harga yang diukur dari Consumer Price Index (CPI), Producer Price Index (PPI), atau PDB Deflator (Miller, 2001:154). Nilai CPI diperoleh dari perbandingan antara biaya seperangkat barang dan jasa pada tahun tertentu dengan biaya seperangkat barang dan jasa pada tahun dasar (Frank, 2004:140). PPI merupakan penghitungan harga rata-rata barang dan jasa yang diproduksi dan dijual oleh suatu perusahaan. PDB deflator menunjukkan perubahan tingkat harga pada semua barang dan jasa baru yang diproduksi dalam perekonomian. PDB deflator dapat diperoleh dari perbandingan antara PDB nominal dengan PDB riil pada harga konstan (Nopirin, 1992:4) Suku Bunga Tingkat bunga merupakan salah satu variabel penting yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih bentuk kekayaan yang ingin dimilikinya, apakah dalam bentuk uang, financial assets, atau benda-benda riil seperti tanah, rumah, mesin, dan barang dagangan (Pohan, 2008: 7). Dalam pembahasan tentang suku bunga, ada dua jenis suku bunga yang mempengaruhi inflasi terhadap biaya

15 26 peminjaman. Pertama, tingkat suku bunga nominal yang menurut Hubbard (2002: 76) adalah interest rate and rates of return were not adjusted for changes on purchasing power. Kedua, tingkat bunga riil (real interest rate) adalah perbedaan diantara suku bunga nominal dan tingkat inflasi (Mankiw, 2003:86). Menurut Mishkin (2009: 115), suku bunga riil yaitu suku bunga yang disesuaikan dengan mengurangi perubahan yang diharapkan dalam tingkat harga (inflasi) sehingga lebih akurat untuk mencerminkan biaya peminjaman yang sesungguhnya. Suku bunga riil didefinisikan melalui persamaan Fisher, menyatakan bahwa suku bunga nominal ( ) sama dengan suku bunga riil ( ) ditambah dengan tingkat inflasi yang diharapkan ( ), yaitu:... (2.6) Menyusun ulang persamaan di atas, bahwa suku bunga riil sama dengan suku bunga nominal dikurangi tingkat inflasi yang diharapkan, maka:... (2.7) Bila suku bunga riil rendah, terdapat insentif yang lebih besar untuk meminjam dan lebih sedikit insentif untuk memberi pinjaman Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa (Mankiw, 2006: 16). PDB ini dapat mencerminkan kinerja ekonomi, sehingga semakin tinggi PDB sebuah negara, dapat dikatakan semakin bagus pula kinerja ekonomi di negara tersebut.

16 27 Terdapat dua cara untuk menghitung PDB. Pertama, adalah dengan melihat PDB sebagai pendapatan total dari setiap orang di dalam perekonomian. Kedua, untuk melihat PDB sebagai pengeluaran total atas output barang dan jasa di dalam perekonomian. Dari kedua sudut pandang tersebut, terlihat bahwa PDB merupakan cerminan dari kinerja ekonomi, karena PDB mengukur pendapatan serta output barang dan jasa di dalam suatu perekonomian. Mankiw (2006: 22-23) membedakan PDB menjadi dua, yaitu PDB nominal dan PDB riil. PDB nominal menilai barang dan jasa pada harga berlaku. PDB riil menunjukkan produksi barang dan jasa yang dinilai dengan harga tetap. PDB riil memberikan ukuran kemakmuran yang lebih baik daripada PDB nominal. Dari PDB nominal dan PDB riil kita bisa menghitung statistik ketiga: deflator PDB. Deflator PDB juga disebut dengan deflator harga implisit untuk PDB, didefinisikan sebagai rasio PDB nominal terhadap PDB riil. Persamaan deflator PDB dapat dirumuskan sebagai berikut: Deflator PDB =... (2.8) Deflator PDB mencerminkan apa yang sedang terjadi pada seluruh tingkat harga dalam perekonomian. Definisi deflator PDB memungkinkan kita memisahkan PDB nominal menjadi dua bagian: satu bagian mengukur jumlah (PDB riil) dan yang lain mengukur harga (deflator PDB). Besarnya PDB nominal dapat dirumuskan sebagai berikut: PDB nominal = PDB riil x Deflator PDB... (2.9)

17 28 PDB nominal mengukur nilai uang yang berlaku dari output perekonomian. PDB riil mengukur output yang dinilai pada harga konstan. Deflator PDB mengukur harga output relatif terhadap harga pada tahun dasar. Besarnya jumlah PDB riil dapat dirumuskan sebagai berikut: PDB riil = x (2.10) Menurut teori Keynes, PDB terbentuk dari empat faktor yang secara positif mempengaruhinya, keempat faktor tersebut adalah konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor neto (NX). Keempat faktor tersebut kembali dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, antara lain dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tingkat pendapatan, tingkat harga, suku bunga, tingkat inflasi, money supply, nilai tukar Rasio Ketergantungan Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Tabungan Masyarakat Kelompok penduduk umur 0-14 tahun dianggap sebagai kelompok penduduk belum produktif secara ekonomis, kelompok penduduk umur tahun sebagai kelompok produktif, dan kelompok penduduk umur 65 tahun keatas sebagai kelompok penduduk yang tidak lagi produktif (Mantra, 2003: 73). Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia tahun (Adioetomo, 2005). Hipotesis siklus hidup menyoroti pentingnya struktur populasi penduduk. Jika proporsi tertinggi dari populasi adalah penduduk usia bekerja, terutama jika

18 29 pada puncak mendapat gaji tahunan, maka seharusnya kondisi ekonomi juga memperlihatkan tingkat tabungan masyarakat yang tinggi. Hal ini disebabkan para pekerja harus mempersiapkan diri bila mereka pensiun. Sebaliknya, ketika para pekerja ini mencapai umur yang tidak produktif lagi atau pensiun maka akan terjadi apa yang disebut dissaving (sedikitnya mengkonsumsi jumlah yang lebih besar dari pendapatannya), kemudian tingkat tabungan secara agregat akan mengalami kemerosotan (Sukirno dalam Mulyadi, 2009). Sumber : Bloom, et al., The Demographic Dividend. RAND Gambar 2.4 Life Cycle Income and Consumption Lebih lanjut Bloom, et al (2003:21) menjelaskan bahwa, setiap kelompok usia dalam populasi berperilaku berbeda dan dengan konsekuensi ekonomi yang berbeda. Kelompok penduduk usia muda (0-14 tahun) memerlukan investasi yang intensif di bidang kesehatan dan pendidikan, kelompok penduduk usia dewasa

19 30 (14-64 tahun) merupakan pasokan tenaga kerja dan tabungan, dan kelompok penduduk lanjut usia (di atas 65 tahun) memerlukan perawatan kesehatan dan pendapatan pensiun. Lansia dianggap sebagai penduduk yang tidak produktif lagi dan hidupnya perlu ditopang oleh generasi yang lebih muda. Bagi penduduk lansia yang masih memiliki pekerjaan, produktivitasnya sudah menurun dan pendapatannya lebih rendah dibandingkan usia produktif. Namun, tidak semua penduduk yang termasuk dalam kelompok umur lansia ini tidak memiliki kualitas dan produktivitas. Hal tersebut menunjukkan walaupun rasio ketergantungan penduduk usia muda dan usia tua dikategorikan sebagai penghambat tingkat tabungan, namun keduanya memiliki dampak yang berbeda Pendapatan Per Kapita dan Pengaruhnya Terhadap Tabungan Masyarakat Salah satu komponen dari pendapatan nasional yang selalu dilakukan penghitungannya adalah pendapatan per kapita, yaitu pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu masa tertentu. Nilainya diperoleh dengan membagi nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Nasional Bruto (PNB) suatu tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut (Sukirno, 2010: 424). Hubungan antara tabungan dan pendapatan pada dasarnya mengikuti hipotesis Keynesian yang menyatakan bahwa tabungan merupakan fungsi dari pendapatan (Listyoadi, 2005). Pendapat tersebut dikemukakan oleh Keynes dalam teorinya mengenai kecenderungan untuk mengkonsumsi (propensity to consume) yang secara eksplisit menghubungkan antara tabungan dan pendapatan. Keynes

20 31 menyatakan suatu fungsi konsumsi modern yang didasari oleh perilaku psikologis modern, yaitu apabila terjadi peningkatan pada pendapatan riil, peningkatan tersebut tidak digunakan seluruhnya untuk meningkatkan konsumsi, tetapi dari sisa pendapatan tersebut juga digunakan untuk menabung (Mulyadi, 2009). Tingkat pendapatan masyarakat akan sangat mempengaruhi besarnya tingkat tabungan masyarakat. Masyarakat akan menabung dalam jumlah yang besar jika pendapatannya dalam jumlah yang besar juga atau semakin meningkat. Sementara bagi masyarakat yang pendapatannya kecil, mereka lebih cenderung menggunakan uangnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga tingkat tabungan masyarakat yang berpenghasilan kecil juga akan rendah atau bahkan tidak mempunyai tabungan sama sekali (Hanifeliza, 2004) Tingkat Inflasi dan Pengaruhnya Terhadap Tabungan Masyarakat Salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan dijumpai di hampir semua negara di dunia adalah inflasi. Definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain. Penjelasan mengenai bagaimana tingkat harga ditentukan dan mengapa hal tersebut mungkin berubah sepanjang waktu disebut teori jumlah uang (quantity theory of money). Menurut teori ini, jumlah uang yang tersedia pada perekonomian menentukan nilai uang dan pertumbuhan jumlah uang merupakan penyebab utama terjadinya inflasi (Mankiw, 2006: 199).

21 32 Dalam kenyataannya, individu ataupun rumah tangga pasti mempunyai harapan rasional terhadap pendapatan riil yang akan datang, yang di prediksi dengan ada tidaknya perubahan harga, dalam hal ini diproksi dengan inflasi. Studi mengenai pengaruh inflasi terhadap tabungan oleh Lakshmi dan Arvind (1990), Moradaglu dan Taskin (1996), Mansoer dan Suyanto (1998), Kray (2000) dalam Loayza dan Shankar (2000) menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap tabungan rumah tangga. Inflasi memiliki sejumlah dampak, menurut Sukirno (2010) inflasi akan menimbulkan efek buruk kepada individu dan masyarakat salah satunya yaitu, inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Nilai riil dari uang akan menurun apabila inflasi meningkat. Pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk membeli asset riil seperti tanah, rumah, dan bangunan. Selain itu, pengaruh inflasi terhadap tabungan masyarakat yaitu inflasi menyebabkan orang kurang tertarik untuk menabung karena nilai riil uang menurun. Tujuan sebagian orang menabung yaitu mengharapkan bunga (return), namun jika tingkat inflasi lebih tinggi dari bunga yang ditawarkan maka nilai riil uang tetap saja turun. Teori kuantitas yang dikemukakan oleh David Hume menyatakan bahwa tingkat harga umum akan selalu berubah mengikuti jumlah uang beredar, dimana pertambahan jumlah uang beredar menyebabkan inflasi. Adanya tambahan jumlah uang beredar, uang akan dibelanjakan semua tanpa dipikirkan kemungkinan untuk ditabung (Ferdinandus, 2005).

22 Tingkat Suku Bunga dan Pengaruhnya Terhadap Tabungan Masyarakat Menurut ekonom klasik seperti Adam Smith, tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga. Tingkat bunga merupakan pembayaran dari tidak dilakukannya konsumsi, imbalan dari kesediaan untuk menunggu dan tidak dilakukannya konsumsi dan pembayaran atas penggunaan dana. Oleh karena itu, jika tingkat bunga naik, jumlah tabungan juga akan meningkat. Tingkat bunga ditentukan dari titik keseimbangan antara tabungan dan investasi. Menurut klasik, tabungan dipengaruhi secara positif oleh tingkat bunga dan pendapatan serta dipengaruhi secara negatif oleh tingkat konsumsi (Boediono dalam Mulyadi, 2009). Hal sebaliknya diungkapkan dalam teori Keynesian, bahwa tabungan sendiri tidaklah ditentukan oleh tingkat bunga, namun lebih ditentukan oleh tingkat pendapatan, semakin tinggi tingkat pendapatan akan semakin tinggi pula tabungan yang dilakukan oleh sektor rumah tangga (Vanieris, 1977) dan (Barro, 1993) dalam Listyoadi (2005). Suku Bunga (interest rate) adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut (biasanya dinyatakan sebagai persentase per tahun). Pada sejumlah tingkat, suku bunga menjadi penting. Pada tingkatan individu, suku bunga yang tinggi membuat individu menunda dari membeli sebuah rumah atau mobil karena biaya untuk mendanainya akan tinggi. Sebaliknya, suku bunga yang tinggi dapat mendorong untuk menabung karena dapat memperoleh pendapatan bunga yang lebih banyak dengan menempatkan

23 34 sebagian dari pendapatan sebagai tabungan. Pada tingkat yang lebih umum, suku bunga mempunyai dampak pada kesehatan perekonomian secara keseluruhan karena suku bunga tidak hanya dapat mempengaruhi kesediaan konsumen untuk mengkonsumsi atau menabung, tetapi keputusan-keputusan investasi usaha. Tingginya suku bunga menyebabkan perusahaan menunda pembangunan pabrik baru yang bisa menyediakan lebih banyak lapangan kerja. (Mishkin, 2008: 4-5). Salah satu teori lama yang membahas masalah tingkat bunga adalah teori tingkat bunga klasik oleh Irving Fisher. Teori tingkat bunga klasik ini berpendapat bahwa tingkat bunga dihasilkan oleh dua kekuatan yaitu penawaran tabungan terutama yang dihasilkan dari rumah tangga dan permintaan modal investasi terutama yang datang dari sektor bisnis (Rose, 2003:114) Perkembangan Jumlah Kantor Cabang Bank dan Pengaruhnya Terhadap Tabungan Masyarakat Pertumbuhan jumlah kantor cabang bank umum di suatu wilayah dinyatakan dalam unit. Variabel ini dianggap penting karena dengan bertambahnya jumlah kantor cabang bank umum, bank semakin dekat dengan nasabah/calon nasabah sehingga diperkirakan akan dapat membantu meningkatkan tabungan masyarakat di perbankan (Syafri, 2009). Kemampuan bank menghimpun dana dari masyarakat, juga ditentukan oleh lokasi kantor pusat, kantor cabang, dan kantor cabang pembantu mereka. Semakin banyak kantor cabang dan kantor cabang pembantu dibanyak tempat yang strategis, semakin besar harapan bank dikunjungi banyak nasabah. Di samping lokasi strategis, bank harus mempunyai banyak staf yang ramah, cekatan

24 35 serta mampu melayani beraneka ragam nasabah dengan baik. Dengan demikian banyak deposan merasa puas atas layanan bank dimana uang mereka disimpan (Siswanto, 2001: ). Menurut Sukirno (1999) dalam Syafri (2009), besarnya tabungan yang sebenarnya diciptakan oleh suatu masyarakat atau tingkat tabungan riil suatu masyarakat ditentukan oleh kemauan untuk menabung (willingness to save). Kemauan untuk menabung ditentukan oleh tingkat perkembangan badan-badan keuangan yang ada, tingkat bunga yang dibayar oleh badan keuangan, dan sikap masyarakat terhadap kegiatan menabung. Menurut Way (1973), tabungan masyarakat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan (ability), kemauan (willingness), dan kesempatan (opportunity). Jumlah bank dapat diproksi dari kesempatan (Hanifeliza, 2004). Jumlah kantor bank merupakan indikator financial widening. Financial widening dapat diartikan sebagai peningkatan skala sektor keuangan. Indikator financial widening yang biasa digunakan antara lain jumlah kantor cabang bank umum. Peningkatan jumlah kantor bank bermakna semakin mudah dan murah mendapatkan pelayanan keuangan karena lembaga keuangan seperti bank umum semakin dekat dengan masyarakat. Lokasi bank umum yang semakin dekat dengan masyarakat akan mampu meningkatkan jumlah tabungan (Ismail, 1994) Penelitian Sebelumnya Athukorala dan Sen (2003) Athukorala dan Sen (2003) dalam penelitiannya berjudul The Determinants of Private Saving in India, bertujuan untuk menguji determinan

25 36 dari tabungan swasta pada negara berkembang dengan studi kasus di Negara India selama tahun Kerangka dari analisis penelitian ini diperoleh dari the life cycle model (LCM). Dalam penelitiannya ditemukan bahwa untuk tingkat pendapatan, pertumbuhan pendapatan, tingkat suku bunga, inflasi, dan fasilitas perbankan memberikan pengaruh yang positif signifikan terhadap tingkat tabungan di India. Terms of trade memberikan efek negatif terhadap tingkat tabungan masyarakat. Hasil penelitian ini juga menjelaskan bahwa negara-negara pada tahap awal pembangunan, tingkat pendapatan merupakan faktor penting untuk meningkatkan tabungan Nwachukwu dan Egwaikhide (2007) Penelitian dengan judul An Error-Correction Model (ECM) of the Determinants of Private Saving in Nigeria, mengunakan tiga model konvensional : Partial-Adjustment, Growth Rate, and Static Models. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi determinan tabungan swasta di Nigeria periode tahun dengan metode ECM. Variabel terikat yang digunakan yaitu tabungan swasta, variabel bebas yang digunakan yaitu pendapatan per kapita riil Gross National Disposable Income (GNDI), pertumbuhan tingkat pendapatan per kapita riil GNDI, tingkat inflasi, tingkat tabungan pemerintah, external debt service ratio, terms of trade, dan degree of financial depth. Hasil estimasi dari Error Correction Model (ECM), tingkat pendapatan per kapita, perubahan terms of trade, tingkat tabungan pemerintah, rasio external debt service, dan tingkat inflasi secara statistik berpengaruh positif terhadap

26 37 tabungan domestik. Tingkat suku bunga riil dan tingkat pertumbuhan pendapatan menunjukkan dampak negatif terhadap tingkat tabungan Matur dkk (2012) Penelitian yang dilakukan oleh Eser Pirgan Matur, Ali Sabuncu, dan Sema Bahceci berjudul: Determinants of Private Savings and Interaction Between Public and Private Savings in Turkey, bertujuan untuk mengetahui determinan dari tabungan swasta dan mengetahui hubungan antara variabel-variabel fiskal dan tabungan swasta. Periode penelitian tahun 1980 sampai dengan tahun 2008 di Turki dengan menggunakan teknik estimasi Error Correction Model (ECM). Variabel-variabel yang digunakan yaitu tabungan swasta sebagai variabel dependen dan tingkat tabungan pemerintah, pendapatan riil per kapita, tingkat pertumbuhan pendapatan riil per kapita, inflasi, tingkat nilai tukar, rasio dari kredit perbankan terhadap sektor swasta dari GDP, rasio broad monetary base terhadap GDP, tingkat suku bunga riil, rasio ketergantungan penduduk usia tua, rasio ketergantungan penduduk usia muda, tingkat urbanisasi, tingkat partisipasi angkatan kerja wanita sebagai variabel independen. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, tingkat tabungan pemerintah berdampak negatif terhadap tabungan swasta, peningkatan tabungan pemerintah secara parsial berdampak pada penurunan tabungan swasta. Pendapatan riil per kapita memiliki dampak positif dan secara signifikan berhubungan dengan tabungan swasta. Pertumbuhan pendapatan per kapita riil berdampak negatif dengan ekspektasi dari hipotesis pendapatan permanen dan

27 38 teori konsumsi. Inflasi, yang menunjukkan ketidakpastian dalam model, berdampak positif terhadap tabungan karena motif tabungan dari mencegah atau berhati-hati. Peningkatan dari kredit perbankan terhadap sektor swasta menunjukkan batasan likuiditas dari individu dan oleh karena itu berdampak negatif terhadap tabungan. Tingkat suku bunga berdampak positif terhadap tabungan swasta. Rasio ketergantungan penduduk usia tua berdampak negatif terhadap tabungan Syafri (2009) Tujuan dari penelitian yang dilakukan Syafri (2009) dengan judul Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan masyarakat pada bank umum, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan masyarakat pada bank-bank umum di Indonesia. Metode yang digunakan adalah kointegrasi dan Error Correction Model (ECM), dengan menggunakan data kuartalan time series dari 2002:2-2008:3 diperoleh bahwa tabungan riil masyarakat di perbankan dipengaruhi oleh pendapatan riil, tingkat bunga riil, nilai tukar riil, dan jumlah kantor cabang bank umum. Semua variabel penjelas berpengaruh signifikan terhadap tabungan riil masyarakat di perbankan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tingkat bunga riil, nilai tukar riil, dan jumlah kantor cabang bank umum berdampak positif terhadap tabungan masyarakat pada jangka pendek maupun jangka panjang. Pendapatan riil mempunyai efek positif pada tabungan masyarakat pada jangka panjang dan berdampak negatif pada tabungan masyarakat pada jangka pendek.

28 Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah, sebagai berikut : 1. Athukorala dan Sen (2003), perbedaan dengan penelitian ini adalah adalah tidak dimasukkan variabel terms of trade. Perbedaan lainya terdapat pada daerah yang menjadi objek penelitian dan periode tahun yang diteliti. 2. Nwachukwu dan Egwaikhide (2007), perbedaan dengan penelitian ini adalah adalah tidak dimasukkan variabel tingkat tabungan pemerintah, external debt service ratio, terms of trade, dan degree of financial depth. Perbedaan lainya terdapat pada daerah yang menjadi objek penelitian dan periode tahun yang diteliti. 3. Matur, dkk (2012), perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak dimasukkan variabel tabungan pemerintah, nilai tukar, tingkat urbanisasi, dan tingkat partisipasi angkatan kerja wanita. Perbedaan lainya terdapat pada daerah yang menjadi objek penelitian dan periode tahun yang diteliti. 4. Syafri (2009), perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak dimasukkan variabel tingkat nilai tukar. Perbedaan lainya terdapat pada periode tahun yang diteliti.

29 Hipotesis dan Model Analisis Hipotesis Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, serta landasan teori di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berkut : 1. Diduga dalam jangka panjang, variabel pendapatan per kapita, tingkat suku bunga, dan perkembangan jumlah kantor cabang bank berpengaruh positif, sedangkan rasio ketergantungan penduduk tua, rasio ketergantungan penduduk muda, dan tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap tingkat tabungan masyarakat di Indonesia periode Diduga dalam jangka pendek, variabel pendapatan per kapita, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan perkembangan jumlah kantor cabang bank berpengaruh positif, sedangkan rasio ketergantungan penduduk tua dan rasio ketergantungan penduduk muda berpengaruh negatif terhadap tingkat tabungan masyarakat di Indonesia periode Model Analisis Untuk menjawab permasalahan dan membuktikan hipotesis yang telah disusun sebelumnya maka diperlukan sebuah model analisis. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Error Correction Model (ECM). ECM adalah model yang digunakan untuk mengoreksi persamaan regresi antara variabel-variabel yang secara individual tidak stasioner agar kembali ke nilai ekulibriumnya dalam jangka panjang, dengan syarat utama berupa keberadaan hubungan kointegrasi diantara variabel-variabel penyusunnya. Kelebihan Error

30 41 Correction Model (ECM) adalah mampu meliput lebih banyak variabel dalam menganalisis fenomena ekonomi jangka pendek dan jangka panjang serta mengkaji konsisten tidaknya model empirik dengan teori ekonometrika. Selain itu, ECM juga dapat mencari pemecahan terhadap variabel runtut waktu yang tidak stasioner dan spurious regression dalam analisis ekonometrika (Gujarati dalam Insukindro, 1999: 2). Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya, tabungan masyarakat dipengaruhi oleh rasio ketergantungan penduduk muda (drm), rasio ketergantungan penduduk tua (drt), tingkat suku bunga (r), inflasi (i), pendapatan per kapita (ykp), dan pertumbuhan jumlah kantor cabang bank (b). Menggunakan model analisis Error Correction Model (ECM), maka persamaan pada penelitian ini dibedakan menjadi dua, yakni persamaan dalam jangka panjang dan jangka pendek. Secara spesifik, persamaan yang digunakan dalam jangka panjang adalah sebagai berikut : s = α 0 + α 1(drm) + α 2 (drt)+ α 3(ykp) + α 4(i) + α 5(r) + α 6(b) + u... (2.11) Sedangkan persamaan dalam jangka pendek, yakni : Keterangan : s = β 0 + β 1 Δ(drm) + β 2 Δ(drt)+ β 3 Δ(ykp) + β4 Δ(i) + β5 Δ(r) + β 6 Δ(b) + β 7 U(-1) + v... (2.12) s drm drt ykp : Tingkat tabungan masyarakat : Rasio ketergantungan penduduk muda : Rasio ketergantungan penduduk tua : Pendapatan per kapita

31 42 i r b : Tingkat inflasi : Tingkat suku bunga : Jumlah kantor cabang bank 2.4. Kerangka Pemikiran Penelitian Dalam rangka mendorong, mempertahankan, dan memelihara kelangsungan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan kestabilan moneter, upaya memobilisasi dana masyarakat semaksimal mungkin semakin penting mengingat terbatasnya dana pemerintah untuk membiayai pembangunan ekonomi (Aulia Pohan, 2008:144). Agar kebijaksanaan mobilisasi tabungan masyarakat, sebagai salah satu sumber untuk membiayai pembangunan dapat efektif maka harus diketahui perilaku tabungan masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik dari kondisi sosial dan ekonomi (Listyoadi, 2005). Teori klasik berpandangan bahwa tabungan ditentukan oleh tingkat bunga. Keynes menyatakan tabungan ditentukan oleh pendapatan saat ini (current income), sedangkan Life Cycle Hypothesis (Hipotesis Siklus Hidup) didasarkan pada masa kehidupan manusia, menyoroti pentingnya struktur umur penduduk yang dapat diketahui dari rasio ketergantungan penduduknya. Menurut U Tun Way (1973), tabungan masyarakat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan (ability), kemauan (willingness), dan kesempatan (opportunity). Kesempatan (opportunity) dapat diproksi dari jumlah kantor cabang bank. Berdasarkan teori-teori tersebut, perilaku tabungan masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari variabel ekonomi maupun variabel non ekonomi.

32 Faktor Ekonomi Faktor Non-Ekonomi Variabel Demografi Teori Klasik Teori U Tun Way Teori pendapatan Relatif dan Permanen Teori Kuantitas Life Cycle Hypothesis Tingkat Suku Bunga Perkembangan Jumlah Kantor Cabang Bank Pendapatan Per Kapita Tingkat Inflasi Rasio Ketergantungan Usia Tua Rasio Ketergantungan Usia Muda Tabungan Masyarakat Gambar 2.5 Bagan Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Tabungan Masyarakat 43

33 BAB III METODE PENELITIAN

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi TEORI KONSUMSI Pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi rumah tangga (household consumption/private consumption). Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 25 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian mengenai analisis konsumsi masyarakat di Indonesia sebelumnya telah dilakukan. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI A. PENDAHULUAN Pendapatan (Income) adalah jumlah balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi selama 1 tahun. Pendapatan disimbolkan dengan (Y). Konsumsi (Consumption)

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan Pentingnya tabungan bagi masyarakat selain sebagai dana cadangan untuk pengeluaran yang tidak terduga juga merupakan akumulasi modal dan kekayaan yang bisa dipergunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsumsi Dilihat dari arti ekonomi, konsumsi merupakan tindakan untuk mengurangi atau menghabiskan nilai guna ekonomi suatu benda. Sedangkan menurut Draham Bannoch dalam bukunya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. negara dengan tingkat tabungan yang tinggi akan menjadi negara dengan

PENDAHULUAN. negara dengan tingkat tabungan yang tinggi akan menjadi negara dengan PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Tabungan merupakan masalah yang sangat penting. Dapat dipastikan bahwa negara dengan tingkat tabungan yang tinggi akan menjadi negara dengan perekonomian yang kuat

Lebih terperinci

Fungsi Konsumsi Keynes

Fungsi Konsumsi Keynes Teori ini muncul setelah terjadi great depression tahun 1929-1930. Teori Konsumsi dikenalkan oleh Jhon Maynard Keynes. Sedangkan kelompok Klasik tidak pernah memikirkan dan mengeluarkan teori konsumsi.

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI. Minggu 8

TEORI KONSUMSI. Minggu 8 TEORI KONSUMSI Minggu 8 Pendahuluan Teori ini muncul setelah terjadi great depression tahun 1929-1930. Teori Konsumsi dikenalkan oleh Jhon Maynard Keynes. Sedangkan kelompok Klasik tidak pernah memikirkan

Lebih terperinci

KONSUMSI DAN TABUNGAN

KONSUMSI DAN TABUNGAN Minggu ke 4 dan 5 KONSUMSI DAN TABUNGAN ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI 8 dan 5 Maret 03 LEARNING OUTCOME Setelah mengikuti topik bahasan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan model konsumsi dan tabungan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Mankiw, 2006: 145). Ini tidak berarti bahwa harga harga berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Mankiw, 2006: 145). Ini tidak berarti bahwa harga harga berbagai macam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Inflasi Salah satu peristiwa modern yang sangat penting dan yang selalu dijumpai dihampir semua negara di dunia adalah inflasi. Definisi singkat dari inflasi adalah

Lebih terperinci

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT A. INFLASI Adalah kecederungan tingkat perubahan harga secara terus menerus, sementara tingkat harga adalah akumulasi dari inflasi inflasi terdahulu. π =

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. yang menemukan faktor-faktor yang memengaruhi tabungan rumah tangga yang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. yang menemukan faktor-faktor yang memengaruhi tabungan rumah tangga yang 11 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Teori Tinjauan pustaka dimulai dari teori tentang hubungan antara pendapatan dengan tabungan. Kemudian dilanjutkan dengan beberapa hasil penelitian

Lebih terperinci

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1) Inflasi adalah kecendrungan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Kenaikkan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali jika kenaikkan harga barang itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilannya, sedangkan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia. Manusia melakukan kegiatan konsumsi berarti mereka juga melakukan pengeluaran. Pengeluaran untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Konsumsi adalah setiap kegiatan memanfaatkan, menghabiskan kegunaan barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan demi menjaga kelangsungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terkait. Uraian dari masing-masing hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terkait. Uraian dari masing-masing hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Di dalam tinjauan pustaka iniakan dikemukakan tentang definisi uang, teori-teori permintaan uang, suku bunga, pendapatan nasinonal, dan literatur/studi terkait. Uraian dari masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan jasa meliputi barang-barang tidak kasat mata, seperti potong. rambut, layanan kesehatan, dan pendidikan (Mankiw, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan jasa meliputi barang-barang tidak kasat mata, seperti potong. rambut, layanan kesehatan, dan pendidikan (Mankiw, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi (consumption) adalah pembelanjaan rumah tangga untuk barang dan jasa. barang meliputi pembelanjaan rumah tangga untuk barang awet, seperti mobil dan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1

PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1 PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1 1. Para ekonom menggunakan beberapa variabel makroekonomi untuk mengukur prestasi seuah perekonomian. Tiga variable yang utama adalah real GDP, inflation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipahami melalui pendekatan Flows atau Turn Overs dari jumlah uang beredar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dipahami melalui pendekatan Flows atau Turn Overs dari jumlah uang beredar. Jumlah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang. Peranan uang dalam perekonomian nasional suatu negara dapat dilihat dan dipahami melalui pendekatan Flows atau Turn Overs dari jumlah uang beredar. Jumlah uang beredar

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah transmisi yang dilalui oleh sebuah kebijakan moneter untuk mempengaruhi kondisi perekonomian,terutama pendapatan nasional

Lebih terperinci

Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan

Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan suku bunga. Makin tinggi tingkat bunga maka makin tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional

I. PENDAHULUAN. perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan sektor perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional dalam mengumpulkan

Lebih terperinci

Model IS-LM. Lanjutan... Pasar Barang & Kurva IS 5/1/2017. PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM)

Model IS-LM. Lanjutan... Pasar Barang & Kurva IS 5/1/2017. PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM) Model IS-LM PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan IS-LM) Model IS-LM adalah interpretasi terkemuka dari teori Keynes. Tujuan dari model ini adalah untuk menunjukkan apa yang menentukan pendapatan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang memiliki spesialisasi yang tinggi. Hal ini berarti tidak ada seorangpun yang mampu memproduksi semua apa yang dikonsumsinya

Lebih terperinci

ANALISIS KONSUMSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA BARAT

ANALISIS KONSUMSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA BARAT ANALISIS KONSUMSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA BARAT Nurhuda. N, Sri Ulfa Sentosa, Idris Program Magister Ilmu Ekonomi Universitas Negeri Padang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

Lebih terperinci

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI INFLASI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan menjelaskan penyebab inflasi dan dampaknya bagi kehidupan bermasyarakat. A. INFLASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak perekonomian yang mempengaruhi seluruh aspek masyarakat. Salah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik a. Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Materi Perkuliahan: 1. Ruang Lingkup Analisis Makroekonomi (Konsep dasar ekonomi makro) 2. Aliran kegiatan perekonomian (aliran sirkular atau circular

Lebih terperinci

Kecenderungan Konsumsi Marginal di Kalangan Masyarakat Indonesia

Kecenderungan Konsumsi Marginal di Kalangan Masyarakat Indonesia Kecenderungan Konsumsi Marginal di Kalangan Masyarakat Indonesia ======================================================== Oleh: Novya Zulva Riani ABSTRACT This article analyzes the marginal propensity

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus utama dari kebijakan moneter adalah mencapai dan memelihara laju inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, tujuan Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan Solow (Solow growth model) menjelaskan bahwa tabungan dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan Solow (Solow growth model) menjelaskan bahwa tabungan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabungan merupakan faktor penting untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Seperti dijelaskan oleh teori studi pembangunan yaitu model pertumbuhan Solow (Solow growth

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabungan memiliki peranan penting dalam membentuk dan mendorong pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Tabungan merupakan indikator penting

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009).

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009). BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 2.1. Telaah Teoritis Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009). Istilah ini mengacu pada kondisi yang berkonotasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi menggambarkan suatu dampak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara sedang berkembang yang sedang giat-giat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara sedang berkembang yang sedang giat-giat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara sedang berkembang yang sedang giat-giat Nya melaksanakan pembangunan segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang

BAB II URAIAN TEORITIS. dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Sebagai landasan dalam penelitian ini, digunakan beberapa penelitian yang dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang mengambil

Lebih terperinci

Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya

Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya 1. Mikroekonomi vs Makroekonomi Untuk dapat memahami ilmu makro ekonomi, sebaiknya kita mengenali terlebih

Lebih terperinci

BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya

BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya Tutorial PowerPoint untuk mendampingi MAKROEKONOMI, edisi ke-6 N. Gregory Mankiw oleh Mannig J. Simidian 1 Model ini sangat sederhana

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan estimasi yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji Impulse Response Function menunjukkan variabel nilai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam bab landasan teori ini di bahas tentang teori Produk Domestik Regional Bruto, PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Penyajian materi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transmisi kebijakan moneter merupakan proses, dimana suatu keputusan moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian. Perencanaan dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB 11 LANDASAN TEORI

BAB 11 LANDASAN TEORI BAB 11 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Inflasi Definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi seyogyanya dapat memperlihatkan perkembangan yang meningkat dari tahun ke tahun karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan guna mempercepat perubahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Bank Bank pada dasarnya dikenal dan diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatannya adalah menghimpun dana dari masyarakat baik dalam bentuk giro, tabungan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peristiwa moneter yang penting dan hampir dijumpai semua

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peristiwa moneter yang penting dan hampir dijumpai semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu peristiwa moneter yang penting dan hampir dijumpai semua negara di dunia adalah inflasi. Inflasi berasal dari bahasa latin inflance yang berarti meningkatkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang masih memiliki tingkat kesejahteraan penduduk yang relatif rendah. Oleh karena itu kebutuhan akan pembangunan nasional sangatlah diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. beberapa hasil penelitian terdahulu: Penelitian Nugroho dan Basuki (2012) dengan judul Analisis Faktorfaktor

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. beberapa hasil penelitian terdahulu: Penelitian Nugroho dan Basuki (2012) dengan judul Analisis Faktorfaktor BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu: Penelitian Nugroho dan Basuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengertian Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara-cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung 27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Nasional Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung besarnya pendapatan nasional atau produksi nasional setiap tahunnya, yang

Lebih terperinci

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011 Mekanisme transmisi Angelina Ika Rahutami 2011 the transmission mechanism Seluruh model makroekonometrik mengandung penjelasan kuantitatif yang menunjukkan bagaimana perubahan variabel nominal membawa

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONSUMSI

BAB II TEORI KONSUMSI BAB II TEORI KONSUMSI A. Teori Konsumsi 1. Konsumsi Konsumsi merupakan kegiatan menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Konsumsi adalah semua penggunaan barang dan jasa yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan khususnya bank umum merupakan inti dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan khususnya bank umum merupakan inti dari sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan khususnya bank umum merupakan inti dari sistem keuangan setiap negara. Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan pemerintah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam beberapa tahun terakhir ini secara konsisten. menetapkan pembangunan ekonomi Indonesia dengan prinsip triple track

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam beberapa tahun terakhir ini secara konsisten. menetapkan pembangunan ekonomi Indonesia dengan prinsip triple track 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah dalam beberapa tahun terakhir ini secara konsisten menetapkan pembangunan ekonomi Indonesia dengan prinsip triple track strategy: pro-growth (pro pertumbuhan),

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam perekonomian dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel BAB II TINJAUAN TEORI Bab ini membahas mengenai studi empiris dari penelitian sebelumnya dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel dalam kebijakan moneter dan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI Pendahuluan Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan utama untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari. pendapatannya yang di belanjakan. Apabila pengeluaran pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari. pendapatannya yang di belanjakan. Apabila pengeluaran pengeluaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari pendapatannya yang di belanjakan.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERMINTAAN AGREGAT DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERMINTAAN AGREGAT DI INDONESIA ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERMINTAAN AGREGAT DI INDONESIA YUSNIA RISANTI Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trunojoyo Madura Abstrak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Definisi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Inflasi Inflasi merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh manusia yang hidup dalam ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep perbankan syariah merupakan hal yang baru dalam dunia perbankan di Indonesia, terutama apabila dibandingkan dengan penerapan konsep perbankan konvensional. Perkembangan

Lebih terperinci

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor 4. Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor Mengapa Anda Perlu Tahu Ketika seseorang bekerja pada perusahaan atau pemerintah maka dia akan mendapatkan gaji. Tentu, gaji yang didapatkan perlu dipotong

Lebih terperinci

INFLATION. Izza Mafruhah, SE, MSi

INFLATION. Izza Mafruhah, SE, MSi INFLATION Izza Mafruhah, SE, MSi INFLASI Adalah kecederungan tingkat perubahan harga secara terus menerus, sementara tingkat harga adalah akumulasi dari inflasi inflasi terdahulu. π = Pt P(t-1) Pt-1 Pt

Lebih terperinci

Permintaan dan Penawaran Uang

Permintaan dan Penawaran Uang Permintaan dan Penawaran Uang Teori Permintaan Uang 1. Quantity Theory of Money 2. Liquidity Preference Theory 3. Milton Friedman Theory Quantity Theory of Money...1 Dikembangkan oleh Irving Fisher Menjelaskan

Lebih terperinci

PENGANTAR EKONOMI MAKRO. Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro

PENGANTAR EKONOMI MAKRO. Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro PENGANTAR EKONOMI MAKRO Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro EKONOMI MAKRO DAN MIKRO Pengertian Ekonomi Makro ilmu yang mempelajari fenomena ekonomi

Lebih terperinci

Konsumsi Nasional Sebagai Penggerak Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Oleh GM Djoko Hanantijo (dosen PNS dpk Universitas Surakarta)

Konsumsi Nasional Sebagai Penggerak Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Oleh GM Djoko Hanantijo (dosen PNS dpk Universitas Surakarta) Konsumsi Nasional Sebagai Penggerak Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional Oleh GM Djoko Hanantijo (dosen PNS dpk Universitas Surakarta) ABSTRACT Consumption expenditure is part of a person's disposable income.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja

Lebih terperinci

Suku Bunga dan Inflasi

Suku Bunga dan Inflasi Suku Bunga dan Inflasi Pengertian Suku Bunga Harga dari uang Bunga dalam konteks perbankan dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghambat usaha untuk memobilisasi tabungan.

BAB I PENDAHULUAN. menghambat usaha untuk memobilisasi tabungan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian suatu Negara, tabungan dan investasi merupakan salah satu indikator yang dapat menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral, kebijakan moneter yang dijalankan di Indonesia adalah dengan cara menetapkan kisaran BI Rate yaitu

Lebih terperinci

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Kredit Konsumsi Bank Persero di Indonesia Tahun

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Kredit Konsumsi Bank Persero di Indonesia Tahun Prosiding Ilmu Ekonomi ISSN: 2460-6553 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Kredit Konsumsi Bank Persero di Indonesia Tahun 2001 2016 1 Raisa Awalliatu Rahmah, 2 Dr. Ima Amaliah SE., M.Si, 3 Meidy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif melaksanakan pembangunan. Dalam melaksanakan pembangunan sudah tentu membutuhkan dana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bank adalah suatu lembaga keuangan yang mempunyai peranan sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit(abdullah,

Lebih terperinci

GDP = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + ekspor - impor

GDP = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + ekspor - impor 1. Pengertian GDP: Ujian Ekonomika Makro GDP (Gross Domestic Product) atau Produk Domestik Bruto dalam Bhs Ind, adalah salah satu dari beberapa indikator yang mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi. GDP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi membutuhkan modal dasar sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi membutuhkan modal dasar sebagai alat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi membutuhkan modal dasar sebagai alat untuk menggerakkan perekonomian. Modal dasar pembangunan dapat berupa kekayaan alam, sumberdaya manusia, teknologi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat. Dalam kehidupannya, manusia memerlukan uang untuk melakukan kegiatan ekonomi, karena uang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AGREGAT DI SUMATERA BARAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AGREGAT DI SUMATERA BARAT ISSN : 2302 1590 E-ISSN : 2460 190X ECONOMICA Journal of Economic and Economic Education Vol.5 No.2 (151-157 ) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AGREGAT DI SUMATERA BARAT Oleh Nilmadesri

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA PERIODE TAHUN

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA PERIODE TAHUN ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1979-2007 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM)

PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM) PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM) Model IS-LM Model IS-LM adalah interpretasi terkemuka dari teori Keynes. Tujuan dari model ini adalah untuk menunjukkan apa yang menentukan pendapatan

Lebih terperinci

Memasukkan beberapa aset sebagai alternatif dari uang

Memasukkan beberapa aset sebagai alternatif dari uang 1. a-c a. apa saja berbedaan dari kedua teori tersebut? INDIKATOR Memasukkan beberapa aset sebagai alternatif dari uang Subtitusi Rumus (persamaan saldo uang riil) / Kesimpulan penting MILTON FRIEDMAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Moneter Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Sentral dari suatu Negara. Pada dasarnya kebijakan ini bertujuan untuk mengendalikan perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. badan di bidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana

I. PENDAHULUAN. badan di bidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Menurut SK Menkeu RI No.791 Tahun 1990, lembaga keuangan adalah semua badan di bidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya bahwa sebagian besar dari pendapatan yang diterima masyarakat akan dibelanjakan kembali untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Pengeluaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi jangka

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi bukanlah suatu peristiwa yang secara otomatis akan terjadi. Perbedaan

Lebih terperinci

PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT

PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT L Suparto LM,. M.Si Dalam teori makroekonomi klasik, jumlah output bergantung pada kemampuan perekonomian menawarkan barang dan jasa, yang sebalikya bergantung pada suplai

Lebih terperinci

Keseimbangan di Pasar Uang

Keseimbangan di Pasar Uang Keseimbangan di Pasar Uang Motivasi Memiliki Uang Motivasi spekulasi Motivasi transaksi Motivasi berjaga-jaga Kelembagaan Pasar Dibutuhkan untuk membantu interaksi antara pelaku-pelaku ekonomi Memiliki

Lebih terperinci