BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan Solow (Solow growth model) menjelaskan bahwa tabungan dan
|
|
- Ade Sugiarto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabungan merupakan faktor penting untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Seperti dijelaskan oleh teori studi pembangunan yaitu model pertumbuhan Solow (Solow growth model) menjelaskan bahwa tabungan dan investasi merupakan aspek penting dalam pembangunan dan pertumbuan ekonomi. Dalam Mankiw (2006) dijelaskan bahwa Model Solow menunjukan bahwa tingkat tabungan adalah determinan penting dari persediaan modal pada kondisi mapan, jika tingkat tabungan tinggi, perekonomian akan memiliki persediaan modal yang besar dan tingkat output yang tinggi. jika tingkat tabungan rendah, perekonomian akan memiliki persediaan modal yang kecil dan tingkat output yang rendah. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1986), tabungan merupakan sebagian dari pendapatan setelah pajak yang tidak dikonsumsi atau tabungan sama dengan pendapatan setelah pajak dikurangi dengan konsumsi. Tabungan yang disimpan di lembaga keuangan seperti bank merupakan sumber pemindahan sumber-sumber daya keuangan dalam perekonomian dari penabung ke peminjam. Penabung menawarkan uang mereka ke sistem keuangan dengan harapan mereka akan mendapatkan uang mereka kembali berikut bunga di masa yang akan datang. Sedangkan peminjam meminta uang dari sistem keuangan dan mereka diharapkan akan membayar uang tersebut berikut bunganya di masa yang akan datang. 1
2 Gambar.1.1 Pertumbuhan PDB (GDP Growth ) dan rasio simpanan (GDS Ratio) tahun Sumber Data : World Bank, data diolah (2014) Dalam Gambar 1.1 terlihat trend kenaikan dan penurunan yang hampir sama antara GDS dan GDP Growth, yang dimaksud dengan GDS adalah jumlah tabungan total di Indonesia secara domestik baik tabungan orang berwarganegara Indonesia maupun orang asing yang tinggal di wilayah Indoneia, dan GDP yang berarti penghasilan total dari produktivitas seluruh masyarakat di Indonesia baik penduduk berwarganegara Indonesia maupun asing yang tinggal di wilayah Indonesia. Terlihat pada tahun terjadi trend menurun hal ini dikarenakan krisis ekonomi dan krisis politik pada saat itu menyebabkan hyperinflation, dimana inflasi di Indonesia mencapai 500 persen, dan harga kebutuhan pokok seperti beras meningkat hingga 900 persen. Pada tahun terjadi resesi kembali dan pertumbuan Indonesia hanya sebesar 2,7 persen dan pada tahun 1985 sebesar 1,7 persen. Pada tahun kembali krisis ekonomi dan politik, hal ini terkait dengan krisis nilai tukar Thailand/Bath yang merambah dan 2
3 berdampak menjadi krisis Asia yang mempengaruhi krisis ekonomi di Indonesia, hal ini juga diperburuk dengan krisis politik di Indonesia (kerusuhan saat penurunan Presiden Soeharto). Perubahan pada beberapa periode penting di Indonesia memperlihatkan trend perubahan yang sama antara Gross Domestic Product (GDP) dengan Gross Domestic Saving (GDS), Pentingnya pertumbuhan tabungan dalam perekonomian menjadi kunci untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan yang akan dipilih berdasarkan penelitian sebelumnya. Agrawal et al(2009) menjelaskan bahwa tabungan dipengaruhi oleh penghasilan, akses terhadap institusi perbankan, tingkat suku bunga riil, tabungan luar negeri, tingkat ketergantungan. Menurut Smith (1990) Negara-negara industri disimpulkan bahwa tingkat tabungan dipengaruhi oleh suku bunga, distribusi penghasilan, alokasi tabungan antara perusahaan dan individu, pertumbuhan program pensiun publik dan swasta, reformasi pajak, motif pewarisan, perubahan harga, dan inflasi. Hasil penemuan Hendershott dan Peek (1989) menghasilkan bahwa suku bunga riil setelah pajak tidak terlihat memberikan pengaruh terhadap tingkat tabungan. Untuk meningkatkan tingkat tabungan masyarakat terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat penerimaan tabungan. Menurut Broadway dan Wildasin (1995) pajak dapat mempengaruhi tabungan melalui dua mekanisme utama: yang pertama, mereka dapat mempengaruhi tingkat bunga tabungan dan kedua, dapat mempengaruhi aliran pendapatan yang diubah menjadi aliran konsumsi melalui tabungan, dengan berkonsentrasi pada tiga bentuk perpajakan 3
4 (pajak penghasilan, pajak konsumsi,dan pajak penghasilan modal),optimalisasi pajak proporsional baik pada konsumsi atau upah terjadi, pajak atas pendapatan modal tidak boleh ada. Sedangkan menurut Browning dan Lusardi (1996) menyebutkan ada tiga variabel yang mempengaruhi tingkat tabungan yaitu motif life cycle, motif subtitusi antar waktu, dan motif pewarisan. Pada tahun 1980 terdapat program IRAs (Individual Retirement Accounts) di Amerika Serikat, IRAs merupakan program yang bertujuan untuk menstimulus tingkat tabungan. Hubbard dan Skinner (1996), Potterba et al.(1996) menyimpukan bahwa tidak adanya peningkatan jumlah tabungan atau dampak positif dalam jangka pendek. Namun beberapa peneliti optimis dalam jangka panjang pengurangan pajak memiliki dampak positif terhadap tingkat tabungan nasional. Poterba et al. (1996). Menjelaskan bahwa pengurangan tarif pajak memiliki pengaruh terhadap tingkat tabungan, jika tarif PPh diturunkan akan menaikkan tingkat tabungan, Kesimpulan ini bertentangan dengan teori Hyman yang menjelaskan bahwa pajak atas tabungan memiliki pengaruh yang ambigu terhadap tingkat tabungan masyarakat yang disebabkan adanya efek penghasilan (income effect) dan efek subtitusi (subtitution effect) dikarenakan pengenaan pajak penghasilan yang berasal dari tabungan. Kesimpulan yang saling bertolak belakang dari penelitian-penelitian diatas menyebabkan ketidakpastian akan efektifitas kebijakan pajak atas tabungan, dan suku bunga sehingga dapat menyulitkan pemerintah untuk menentukan kebijakan tabungan masyarakat. Sehingga diperlukannya kajian yang mendalam terhadap 4
5 karakteristik dari wilayah dan kondisi-kondisi dalam masyarakat guna mencapai terlaksananya kebijakan pemerintah untuk mendorong tabungan. Pada kasus di Indonesia reformasi perpajakan dilakukan, hal ini terkait dengan upaya untuk meningkatkan penghasilan pajak (termasuk pajak tabungan) kebijakan pajak yang dilakukan pemerintah dengan melakukan perbaikan pelayanan pajak yang dilakukan untuk mendorong peningkatan jumlah wajib pajak dan menigkatkan kesediaan (tax compliance) membayar pajak dengan mempermudah administrasi dan penetapan self assestment pada tahun Hal ini sesuai dengan penelitian Yurzal dan Makhfatih (2000), bahwa penerimaan pajak termasuk di dalamnya PPh Orang Pribadi akan terus meningkat yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti pertumbuhan ekonomi dan jumlah wajib pajak.terkait dengan upaya stimulus yang dilakukan pemerintah, reformasi pajak kembali dilakukan pada tahun 1994 dan 1997, menghasikan rumusan undangundang baru dan diperkenalkannya pajak final, seperti pajak atas bunga sebesar 20% yang bertujuan agar dapat memudahkan administrasi pengenaan pajak tabungan oleh pihak bank selaku pemungut. Tabel. 1.1 Tarif Pajak Final Atas Tabungan Masyarakat Objek Pajak Subjek Pajak Tarif Tabungan/ Diskonto SBI Wajib Pajak Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) Bunga Deposito/Bunga Wajib Pajak Luar Negeri 20% 20% atau sesuai dengan Tarif Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) Sumber: Undang-Undang Perpajakan 5
6 Berdasarkan tabel 1.1 diatas dijelaskan bahwa suku bunga deposito, tabungan lainnya, dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan objek PPh yang bersifat final. Besarnya PPh bersifat final yang dipotong adalah 20% dari jumlah bruto. Penerapan pajak final sebesar 20% ini dianggap tidak menciptakan keadilan, kerena membebankan lebih pada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah dan menyebabkan kesulitan dalam melakukan pengawasan kepatuhan dan transparansi pembayaran pajak (rahasia perbankan). Tabel.1.2 Realisasi Penerimaan Pajak Total Berdasarkan Jenis (Milliar) No. Jenis Pajak PPh non Migas , , , , ,8 2 PPh Migas , , , , ,8 3 PPN dan PPnBM , , , , ,0 4 PBB dan BPHTB , , , , ,9 5 Total Penerimaan Pajak , , , , ,5 6 PPh atas Tabungan 6.684, , , , ,1 % terhadap PPh 4,76 7,73 5,50 4,68 5,81 % terhadap PBB & 30,85 48,92 33,17 37,93 50,60 BPHTB % Pajak total 2,24 3,58 2,51 2,07 2,64 Sumber: Imam Arifin (2013) Beradasarkan Tabel 1.2 penerimaan PPh atas tabungan pada tahun 2009 (tertinggi) sebesar ,1 atau sebanding dengan 5,81% penerimaan Total PPh (migas dan non migas), proporsi terhadap pajak total sebesar 2,64% dan terhadap PBB dan BPHTB sebesar 50,60% pada tahun Hal ini mencerminkan bahwa Tarif PPh atas bunga tabungan/deposito dan diskonto SBI sebesar 15% menjadi 20% pada tahun 2001 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 131/2000 dan bersifat final tidak menurunkan penghasilan pajak atas tabungan. 6
7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan hasil penelitian lainnya menyatakan bahwa secara umum tabungan dipengaruhi oleh beberapa katagori yaitu variabel suku bunga, variabel sosial seperti tingkat pendidikan, motif pewarisan, tingkat harga, kebijakan pajak, pajak total, penghasilan, variabel fasilitas perbankan terkait dengan fasilitas kemudahan akses dan variabel ekonomi seperti tingkat penghasilan, inflasi, suku bunga riil, ekonomi luar negeri, status pekerjaan dll. Namun, pengaruh variabel tersebut tidak selalu mempengaruhi tingkat tabungan di setiap wilayah, seperti pada penelitian sebelumnya pengaruh suku bunga, pajak total terhadap tabungan memiliki pengaruh yang berbeda atau ambigu. Pada kasus di Indonesia BI rate merupakan dasar suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia (BI) sebagai suku bunga acuan untuk tabungan dan kredit kenaikan BI rate tidak diikuti kenaikan jumlah tabungan (lihat Gambar 1.2.). Gambar.1.2. Pertumbuhan Jumlah tabungan dan BI rate tahun Sumber Data : Bank Indonesia, data diolah (2014) Pada Gambar.1.2. diatas diperlihatkan data di Indoensia berdasarrkan data suku bunga dan jumlah tabungan di Indonesia, kenaikan BI rate pada tahun tidak diikuti oleh kenaikan jumlah tabungan, hal ini tidak sejalan dengan 7
8 teori tabungan yang dipengaruhi oleh besarnya suku bunga/bi rate, dimana dijelaskan kenaikan suku bunga/bi rate memiliki hubungan positif terhadap tingkat tabungan. Apabila suku bunga naik maka akan menaikan tingkat tabungan, begitupun sebaliknya. Di Indonesia, Persebaran jumlah tabungan banyak didominasi oleh kota-kota yang ada di Pulau Jawa dengan proporsi tabungan total rata-rata sebesar 75,6% dan provinsi DKI Jakarta sebesar 48,6% terhadap total proporsi tabungan di Indonesia tahun (lihat Tabel 3.4). Hal ini menunjukan ketimpangan/gap yang cukup besar antara wilayah Jawa dan non jawa serta wilayah DKI jakarta dengan wilayah lainnya. Dari uraian di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yang diteliti yaitu: 1. Adakah pengaruh pajak total, PDRB Deflator, dan Suku bunga riil (RIR) terhadap tingkat tabungan di Indonesia tahun Adakah pengaruh regional/kewilayahan antara Pulau Jawa dan non Pulau Jawa, wilayah Pulau Jawa non DKI dan non Jawa terhadap tingkat tabungan di Indonesia tahun Adakah pengaruh reformasi pajak tahun 2007 terhadap tingkat tabungan di Indonesia tahun Metode Penelitian Data Data yang digunakan pada penelitian ini bersumber dari Badan Pusat Statistik/BPS (PDRB nominal dan riil, Inflasi) Bank Indonesia (BI Rate, Simpanan Masyarakat), dan Kementerian Keuangan (Pajak Total). 8
9 1.3.2 Regresi Dalam penelitian ini peneliti mengelompokan dua regresi, yaitu regresi empiris dan regresi aternatif Analisis Regresi Empiris Analisis pengaruh variabel pajak total/tax ratio dan variabel-variabel non perpajakan seperti PDRB Deflator dan suku bunga riil diarahkan untuk menguji hipotesis 1. Analisis ini digunakan untuk melihat pengaruh variabel perpajakan dan variabel-variabel non perpajakan terhadap tingkat tabungan di Indonesia tahun Regresi empiris yang dihasilkan akan diuji menggunakan uji teori yang digunakan dan menggunakan uji-uji statistik seperti uji t-statistik dan uji F-statistik Analisis Regresi Alternatif Analisis Regresi yang ditujukan untuk menguji hipotesis ke-2 dan ke-3 yaitu apakah terdapat perbedaan prilaku menabung antar wilayah dan pengaruh reformasi perpajakan tahun Perbedaan wilayah yang dipilih dikelompokan menjadi wilayah jawa dan wilayah non Jawa, lalu dipersempit menjadi wilayah Jawa (non DKI Jakarta) dengan non Jawa. Uji dilakukan dengan menggunakan model terpilih ditambah dengan variabel dummy wilayah dengan memberikan nilai 1 jika provinsi ada di wilayah yang diuji dan bernilai 0 untuk provinsi lainnya. Dan pengaruh reformasi perpajakan tahun 2007 terhadap tabungan memberikan nilai 1 untuk tahun setelah 2007 dan 0 untuk tahun sebelum reformasi pajak tahun
10 1.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan pada uraian mengenai permasalahan, tujuan penelitian dan kerangka teori yang telah disusun, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Diduga variabel rasio pajak total, PDRB Deflator, dan suku bunga riil berpengaruh positif terhadap tingkat tabungan di Indonesia tahun ) Diduga perbedaan wilayah antara Pulau Jawa dan non Pulau Jawa berpengaruh positif sedangkan, wilayah Pulau Jawa non DKI dan non Jawa berpengaruh negatif terhadap tingkat tabungan di Indonesia tahun ) Diduga reformasi perpajakan tahun 2007 tentang KUP (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan) berpengaruh positif terhadap tingkat tabungan di Indonesia tahun Batasan Masalah Penelitian ini membatasi cakupan masalah penelitian yaitu pengaruh reformasi perpajakan terhadap tingkat tabungan di 33 provinsi di Indonesia yang dilakukan pada rentang waktu
11 1.6 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pajak total, PDRB Deflator dan Suku Bunga Riil terhadap tingkat tabungan di Indonesia tahun Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh regional/kewilayahan terhadap tingkat tabungan di Indonesia tahun Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh reformasi pajak No.28 tahun 2007 tentang KUP (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan) terhadap tingkat tabungan di Indonesia tahun Manfaat Penelitian 1. Bagi Pengambil Keputusan Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan terkait kebijakan moneter (BI rate) dan Fiska (Prpajakan) selanjutnya. 2. Bagi Para Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memberikan pengembangan teori dan pengetahuan di bidang tabungan dan perpajakan 3. Bagi Penelitian selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk referensi bagi penelitian selanjutnya dengan mengembangkan teori, hipotesis dan variabel lainnya dan menjadikannya lebih luas dalam memberikan informasi. 11
12 1.8 Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Menjabarkan latar belakang masalah penelitian, perumusan masalah penelitian, metode penelitian, hipotesis, batasan masalah yang diteliti, tujuaan penelitian, manfaat dari penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN METODOLOGI PENELITIAN Bab ini memuat penjelasan tentang sejarah dan perkembangan ketentuan tabungan dan pajak berdasarkan Undang-undang tinjauan pustaka, landasan teori, penelitian terdahulu, variabel yang digunakan, regresi, dan alat analisis. BAB III : TABUNGAN DAN PAJAK DI INDONESIA Bab ini memuat perkembangan jumlah dan perkembangan tabungan masyarakat dan pajak serta penjelasan dan sumber perolehan data. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi objek penelitian, diskripsi stastistik, hasil analisis regresi, hasil tes hipotesis, dan temuan penelitian. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri dari kesimpulan, saran serta keterbatasan yang merangkum hasil penelitian secara keseluruhan. 12
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.346, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Pajak. Penghasilan. SBI. Bunga Deposito. Tabungan. Diskonto. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5803)
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 131 TAHUN 2000 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO SERTIFIKAT
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1994 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO SERTIFIKAT BANK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 1991 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA DEPOSITO BERJANGKA, SERTIFIKAT BANK INDONESIA, SERTIFIKAT DEPOSITO DAN TABUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur perekonomian bercorak agraris yang rentan terhadap goncangan kestabilan kegiatan perekonomian.
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1994 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO SERTIFIKAT BANK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito, Gross Domestic Product (GDP), Nilai Kurs, Tingkat Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabungan memiliki peranan penting dalam membentuk dan mendorong pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Tabungan merupakan indikator penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan
Lebih terperinciAndri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia
Andri Helmi M, SE., MM Sistem Ekonomi Indonesia Pemerintah bertugas menjaga stabilitas ekonomi, politik, dan sosial budaya kesejahteraan seluruh masyarakat. Siapa itu pemerintah? Bagaimana stabilitas di
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan Pentingnya tabungan bagi masyarakat selain sebagai dana cadangan untuk pengeluaran yang tidak terduga juga merupakan akumulasi modal dan kekayaan yang bisa dipergunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan ekonomi makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran ekonomi makro, yaitu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri apabila pembangunan itu sebagian besar dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan dalam negeri,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berhasil menerapkan kebijakan dalam ekonomi. Pendapatan nasional yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator sebuah negara apakah negara tersebut berhasil menerapkan kebijakan dalam ekonomi. Pendapatan nasional yang meningkat setiap tahunnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral, kebijakan moneter yang dijalankan di Indonesia adalah dengan cara menetapkan kisaran BI Rate yaitu
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan peningkatan total output dalam suatu perekonomian. Struktur. perekonomian Indonesia didominasi oleh Pulau Jawa.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Case dan Fair (2007:326) pertumbuhan ekonomi ditandai dengan peningkatan total output dalam suatu perekonomian. Struktur perekonomian Indonesia didominasi oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini aktivitas manusia yang berhubungan dengan menabung sangatlah penting, adanya tabungan masyarakat maka dana tersebut tidaklah hilang, tetapi dipinjam atau dipakai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS. dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Sebagai landasan dalam penelitian ini, digunakan beberapa penelitian yang dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang mengambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit untuk dihindari bagi suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju, namun pada
Lebih terperinciKEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER. Oleh : Muhlisin
KEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER Oleh : Muhlisin TEORI MAKROEKONOMI MELIPUTI JUGA ANALISIS DALAM BERBAGAI ASPEK BERIKUT : 1. Masalah ekonomi yang dihadapi, terutama pengangguran dan inflasi, dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. negara dengan tingkat tabungan yang tinggi akan menjadi negara dengan
PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Tabungan merupakan masalah yang sangat penting. Dapat dipastikan bahwa negara dengan tingkat tabungan yang tinggi akan menjadi negara dengan perekonomian yang kuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak
1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak perekonomian yang mempengaruhi seluruh aspek masyarakat. Salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan modal penting bagi negara-negara berkembang, karena memiliki peranan yang besar dalam proses pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang
Lebih terperinciIV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia
IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.legalitas.org PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 131 TAHUN 2000 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO SERTIFIKAT BANK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi internasional semakin pesat sehingga hubungan ekonomi antar negara menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian suatu negara didukung oleh adanya suntikan dana dari pihak pemerintah baik melalui Lembaga Keuangan Bank (selanjutnya disingkat menjadi LKB) ataupun Lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilan ekonomi, sosial politik, hukum, pertahanan
Lebih terperinciBAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT
BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT A. INFLASI Adalah kecederungan tingkat perubahan harga secara terus menerus, sementara tingkat harga adalah akumulasi dari inflasi inflasi terdahulu. π =
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pembangunan Ekonomi Pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah terwujudnya masyarakat
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 131 TAHUN 2000 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO SERTIFIKAT BANK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciFLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN Enni Sari Siregar STKIP Tapanuli Selatan, Padangsidimpuan Email : ennisari056@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang terjadi saat ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk meningkatkan performa terbaiknya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia. Manusia melakukan kegiatan konsumsi berarti mereka juga melakukan pengeluaran. Pengeluaran untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor penggerak kegiatan perekonomian. Kegiatan kegiatan lembaga sebagai penyedia dan penyalur dana akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah hasil dari perubahan dalam bidang teknis dan tata kelembagaan dengan mana output tersebut diproduksi dan didistribusikan (Adrimas,1993).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter adalah merupakan kebijakan bank sentral atau otoritas
A. Latar Belakang dan Masalah I. PENDAHULUAN Kebijakan moneter adalah merupakan kebijakan bank sentral atau otoritas moneter dalam mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi menggambarkan suatu dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakteristik perekonomian yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakteristik perekonomian yang tidak berbeda jauh dengan negara sedang berkembang lainnya. Karakteristik perekonomian tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat penting artinya bagi perekonomian suatu Negara. Demikian juga dengan Indonesia sebagai negara yang sedang membangun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat. Dalam kehidupannya, manusia memerlukan uang untuk melakukan kegiatan ekonomi, karena uang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang dimulai dengan merosotnya nilai rupiah terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang dimulai dengan merosotnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat telah menghancurkan sendi-sendi perekonomian. Inflasi merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu ukuran penting dalam menilai keberhasilan pembangunan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pajak merupakan pungutan wajib, biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada orang yang mampu membayar serta tidak demokratis, telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembanguanan nasional merupakan salah satu usaha peningkatan kwalitas sumber daya manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, dengan didasari oleh kemampuan dan memenfaatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan merupakan lembaga yang vital dalam mempengaruhi perkembangan perekonomian suatu negara. Melalui fungsi intermediasinya, perbankan mampu menghimpun dana dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah ditegaskan dalam
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Jln. Rasuna Said Kav. 6-7, Kuningan, Jakarta Selatan, Indonesia Faks: (021) 520 5310 - Email: Website: http://www.djpp.depkumham.go.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dampak krisis keuangan yang terjadi di Indonesia beberapa waktu yang lalu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masih melekat dalam ingatan kita bersama bagaimana beratnya dampak krisis keuangan yang terjadi di Indonesia beberapa waktu yang lalu, dimana hampir seluruh
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH KURS VALAS, LAJU INFLASI DAN SUKU BUNGA DEPOSITO TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (STUDI EMPIRIS DI BURSA EFEK INDONESIA)
ANALISIS PENGARUH KURS VALAS, LAJU INFLASI DAN SUKU BUNGA DEPOSITO TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (STUDI EMPIRIS DI BURSA EFEK INDONESIA) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1990 aliran investasi asing langsung (Penanaman Modal Asing, PMA)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak tahun 1990 aliran investasi asing langsung (Penanaman Modal Asing, PMA) dunia mengalami pertumbuhan yang tinggi, bahkan pertumbuhannya melebihi pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. simpanan dan memberikan pinjaman. Berdasarkan Undang-Undang RI No.10
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan sebuah lembaga intermediasi keuangan yang menerima simpanan dan memberikan pinjaman. Berdasarkan Undang-Undang RI No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
Lebih terperinciVII. SIMPULAN DAN SARAN
VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating system) di Indonesia pada tahun 1997, telah menyebabkan posisi nilai tukar rupiah terhadap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. keputusan investasi yang sebelumnya sudah dilakukan diantaranya sebagai berikut
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pengaruh factor penentu perilaku investor dalam keputusan investasi yang sebelumnya sudah dilakukan diantaranya sebagai berikut : 1.Ellen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di media massa seringkali kita membaca atau mendengar beberapa indikator makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat Bank Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai
Lebih terperinciAnalisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011
Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan termasuk sebagai salah satu negara berkembang di dunia membutuhkan dana untuk mendukung pertumbuhan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia mempunyai cita cita yang luhur sebagaimana tertuang dalam Pembukuan UUD Tahun 1945 adalah untuk memajukan kesejahteraan umum menuju masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan usaha yang layak diperhitungkan setiap negara. Meskipun kelihatannya UMKM merupakan usaha skala kecil yang tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Direktorat Jenderal Pajak dalam memberikan kontribusi yang signifikan bagi penerimaan Negara.Yaitu dengan melalui salah satu alat ukur yang bernama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang mengacu kepada trilogi pembangunan. Demi mewujudkan
Lebih terperinciPenyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Sebagai Instrument Fiskal Stimulus Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015
Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Sebagai Instrument Fiskal Stimulus Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015 Bidang Kebijakan Pajak dan PNBP II, Pusat Kebijakan Pendapatan Negara I. Pendahuluan Pemerintah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan berinvestasi seorang investor dihadapkan pada dua hal yaitu return (imbal hasil) dan risiko. Dalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah. mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan semakin banyaknya bank pemerintah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sedangkan jasa meliputi barang-barang tidak kasat mata, seperti potong. rambut, layanan kesehatan, dan pendidikan (Mankiw, 2012).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi (consumption) adalah pembelanjaan rumah tangga untuk barang dan jasa. barang meliputi pembelanjaan rumah tangga untuk barang awet, seperti mobil dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB 1. menjadi perdebatan dalam teori ekonomi makro. Setidaknya, ada dua pandangan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik mengenai dampak defisit anggaran terhadap perekonomian telah sering menjadi perdebatan dalam teori ekonomi makro. Setidaknya, ada dua pandangan berbeda terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada tahun 2012 hingga 2013 UMKM menyumbang kan. tahun 2013 sektor ini mampu 97,16% dari total tenaga kerja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi didunia, termasuk di Indonesia. Di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan ekonomi suatu negara. Sebagai negara berkembang, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya bahwa sebagian besar dari pendapatan yang diterima masyarakat akan dibelanjakan kembali untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Pengeluaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif melaksanakan pembangunan. Dalam melaksanakan pembangunan sudah tentu membutuhkan dana yang
Lebih terperinci1 Universitas indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa pertanyaan menggelitik dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai pelarian modal yang terjadi di suatu Negara cukup menarik perhatian untuk dicermati oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang memiliki spesialisasi yang tinggi. Hal ini berarti tidak ada seorangpun yang mampu memproduksi semua apa yang dikonsumsinya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang masih memiliki tingkat kesejahteraan penduduk yang relatif rendah. Oleh karena itu kebutuhan akan pembangunan nasional sangatlah diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin lama semakin tak terkendali. Setelah krisis moneter 1998, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010
PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang terencana menuju keadaan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik daripada kondisi yang lalu (Tanuwidjaya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan meningkatnya tingkat kemiskinan. suatu negara. Gambar 1.1 dibawah ini menunjukkan tingkat inflasi yang terjadi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Inflasi merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian yang tidak bisa diabaikan, karena dapat mengakibatkan dampak yang sangat luas baik terhadap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula
Lebih terperinciTATA CARA PEMOTONGAN PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK ATAS BUNGA DEPOSITO STUDI KASUS PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK SEMARANG SELATAN
TATA CARA PEMOTONGAN PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK ATAS BUNGA DEPOSITO STUDI KASUS PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK SEMARANG SELATAN KERTAS KARYA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program
Lebih terperinci